Anda di halaman 1dari 141

KEJADIAN DISMENORE BERDASARKAN KARAKTERISTIK ORANG DAN

WAKTU SERTA DAMPAKNYA PADA REMAJA PUTRI SMA DAN SEDERAJAT


DI JAKARTA BARAT TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat


(SKM)

Oleh:

Abdul Karim Asma’ulludin

NIM: 1111101000094

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2016 M / 1437 H
LEMBAR PERNYATAAN
i
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

EPIDEMIOLOGI

Skripsi, Februari 2016

Abdul Karim Asma’ulludin, NIM: 1111101000094

Kejadian Dismenore Berdasarkan Karakteristik Orang dan Waktu serta


Dampaknya pada Remaja Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015
xix + 113 halaman, 15 tabel, 9 grafik, 3 Bagan, 3 Lampiran

ABSTRAK

Latar Belakang: Dismenore merupakan gangguan menstruasi yang umum


dialami oleh remaja. Prevalensi dismenore lebih dari 50% di hampir setiap negara
di dunia. Di Indonesia diperkirakan sekitar 55% wanita Indonesia mengalami
dismenore. Banyak faktor risiko terjadinya dismenore, di antaranya, usia
menarche, riwayat keluarga, stres dan lain-lain. Meski tidak terlalu
membahayakan, dismenore tetap dapat mengganggu aktivitas sehari-hari salah
satunya terganggunya aktivitas belajar siswa. Tujuan: Diketahuinya kejadian
dismenore berdasarkan karakteristik orang dan waktu serta dampaknya pada siswi
SMA dan sederajat di Jakarta Barat. Metode: Penelitian ini menggunakan desain
potong lintang. Penentuan sampel menggunakan multistage random sampling
dengan total sampel sebanyak 317 orang. Data dikumpulkan menggunakan
kuesioner self-reported, termasuk infromasi responden, kejadian dismenore dan
keparahannya, aktivitas fisik, tingkat stres, IMT, riwayat keluarga dan
dampaknya. Analisis dalam penelitian ini berupa analisis univariat dengan
menggunakan software pengolah data. Hasil: kejadian dismenore ringan yang
paling banyak dialami oleh remaja putri (49,9%). Tidak ditemukan adanya
hubungan yang signifikan pada variabel usia, tingkat stres, usia menarche, lama
menstruasi dan siklus menstruasi dengan kejadian dismenore (Pvalue >0,05).
Hubungan yang signifikan hanya didapat pada variabel aktivitas fisik dan riwayat
keluarga (Pvalue <0,05). Dampak yang paling banyak dialami oleh remaja putri
adalah berkurangnya konsentrasi saat KBM Simpulan:. Dismenore merupakan
kejadian yang umum dialami oleh remaja putri di Jakarta Barat. Dismenore yang
dialami oleh remaja putri sangat berdampak terhadap kegiatan belajarnya. Perlu
pembinaan oleh pihak sekolah terkait dampak dan cara penanganan dismenore di
sekolah.

Kata Kunci: Kejadian dismenore, Keparahan nyeri dismenore, Dampak


dismenore, Remaja putri, SMA dan sederajat, Jakarta Barat.
Daftar Bacaan: 70 (1984-2015)

ii
ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

PUBLIC HEALTH STUDY

Epidemiology

Undergraduate Thesis, February 2016

Abdul Karim Asma’ulludin, NIM: 1111101000094

Prevalences of Dysmenorrhea Based on Person and Time Characteristic and The


Impact to Female Adolescent at Senior High School in West Jakarta 2015
xix + 113 pages, 15 tables, 9 grafics, 3 charts, 3 attachments

ABSTRACT

Backgroud: Dysmenorrhea is a menstrual disorder that commonly happened to


female adolescent. Prevalences of Dysmenorrhea are more than 50% in every
country in the world. In Indonesia, it is estimated about 55% of female
experienced dysmenorrrhea. There are many risk factors of dysmenorrhea, such as
menarche age, family history, stress levels and so on. Although it is not
dangerous, dysmenorrhea can affected to daily activity, such as studying. Aim
& Objective: The objective of this study was to know about prevalences of
dysmenorrhea based on person and time characteristic and its impact to female
adolescent at senior high school in West Jakarta. Methods: A cross sectional
study was carried out on November 2015 to 317 students at 8 schools in West
Jakarta. Data were collected by self-administered questionnaire, including
personal information, prevalence and severity of dysmenorrhea, physical activity,
stress levels, BMI, family history, and the impact. Result: Prevalences of mild
dysmenorrhea had 49,9%. There was no statistically significant correlation
between dysmenorrhea to age, stress disorder, BMI, age at menarche, length of
menstruation and menstruation cycle. But there was statically significant between
dysmenorrhea to physical activity and family history. Conculsion: Dysmenorrhea
was commonly happen in adolscent at West Jakarta. The impact of Dysmenorrhea
was really affected their study activity. In addition, there is a need of education
from school to students about the impact and how to treat a dysmenorrhea at
school is needed.

Keyword: Dysmenorrhea, Severity Pain of Dysmenorrhea, The Impact of


Dysmenorrhea, Female adolescent, High school, West Jakarta
References: 70 (1984-2015)

iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Pribadi

Nama : Abdul Karim Asma’ulludin

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 9 April 1993

Jenis Kelamin : Laki-laki


Alamat : Jalan Sumur Bor Raya No 22 RT 004/012,
Kalideres Jakarta Barat 11840
Telp/Hp : 085694929185
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Email : asmaulludin@yahoo.co.id
Kemampuan : Public Speaking, Pengoperasian Komputer
(Ms. Word, Excel, Power Point), Bahasa
Inggris, enumerator, analisis data (SPSS dan
epidata)

B. Riwayat Pendidikan

1998-1999 : TK Nurul Hasanah


1999-2005 : SD Negeri 01 Cengkareng Barat

2001-2005 : Madrasah Diniyah Nurul Jannah Sumur Bor,


Kalideres
2005-2008 : MTs. Annida Al Islamy Rawa Buaya
2008-2011 : SMA Negeri 94 Jakarta
2011-sekarang : Strata 1 Peminatan Epidemiologi Program
Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

vi
Jakarta

C. Pengalaman Organisasi
2013-2014 : Staf Departemen Pengembangan Sumber
Daya Orang Epidemiologi Student
Association (ESA)

D. Pengalaman Kepanitiaan
2014 : Koordinator Perlengkapan Divisi Acara
Seminar Profesi Peminatan Epidemiologi

2014 : Koordinator Perlengkapan Kunjungan


Lapangan Rumah Sakit Umum Fatmawati

E. Pengalaman Penelitian

2013 : Pengorganisasian dan Pengembangan


Masyarakat terhadap Masalah Banjir di
Kampung Sumur Bor RT 004 RW 012
Kalideres, Jakarta Barat.

2013 : Praktik Surveilans Tuberkulosis Paru di


Wilayah Kerja Suku Dinas Kesehatan Kota
Jakarta Selatan Tahun 2013.

2014 : Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku


Ibu Terkait Kelengkapan dan Ketepatan
Pemberian Imunisasi Dasar pada Anak Usia
9-60 Bulan di Kelurahan Pamulang Timur,
Kecamatan Pamulang.

2014 : Gambaran Jarak Absolut dan Jangkauang


Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Puskesmas
dan Posyandu) terhadap Gizi Buruk dan Gizi
Kurang Berdasarkan Faktor Risiko Secara
Spasial di Kelurahan Bakti Jaya, Muncul dan
Keranggan, Kecamatan Setu Kota Tangerang
Selatan Tahun 2013.

vii
2014 : Penyusunan Rencana Program
Penanggulangan Status Gizi Kurang dan Gizi
Buruk pada Balita di Kelurahan Bakti Jaya,
Muncul dan Keranggan, Kecamatan Setu
Kota Tangerang Selatan Tahun 2014
(Pendekatan One Health).

2014 : Masalah Kesehatan Reproduksi Perempuan


dan Pencarian Pengobatan pada Mahasiswi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014.

2014 : Program Pengendalian Penyakit Campak di


Dinas Kesehatan Kota Depok Tahun 2014
(Gambaran Pelaksanaan Surveilans Campak).

F. Pengalaman Kerja

2013 : Praktik Belajar Lapangan I di Kelurahan


Buaran, Kota Tangerang Selatan.

2013 : Praktik Belajar Lapangan II di Kelurahan


Buaran, Kota Tangerang Selatan.

Demikian Daftar Riwayat Hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, Februari 2016

Abdul Karim Asma’ulludin

viii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Alla SWT yang telah memberikan

nikmat-Nya sehingga skripsi dengan judul ″Kejadian Dismenore Berdasarkan

Karakteristik Orang dan Waktu serta Dampaknya pada Remaja Putri SMA

dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015“ dapat diselesaikan dengan baik.

Ucapan terima kasih, penulis haturkan kepada:

1. Kedua orang tua yang telah memberikan doa, dukungan serta motivasi

dalam penyelesaian skripsi.

2. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Ibu Fajar Ariyanti Ph.D. selaku Ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Ibu Minsarnawati Tahangnacca, SKM, M.Kes. selaku pembimbing I

yang telah memberikan arahan dan masukan sejak persiapan hingga

selesainya skripsi ini.

5. Ibu Yuli Amran, SKM, MKM selaku pembimbing II yang telah

memberikan arahan dan masukan sejak persiapan hingga selesainya

skripsi ini

6. Ibu Horunnisa Ph.D yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat

kepada penulis

7. Dosen-dosen Prodi Kesmas UIN lainnya yang juga telah memberikan

ilmu yang bermanfaat selama masa perkuliahan

8. Teman-teman sejawat dan seperjuangan yang telah memberikan

dukungan dan motivasi

ix
9. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada para responden

yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Karena tanpa mereka

tidak mungkin penelitian ini akan berhasil

10. Begitu pula kepada seluruh kepala sekolah yang telah memberikan izin

kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah-sekolah

tersebut.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan belum

sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang

membangun demi penyempurnaan skripsi ini menjadi lebih baik.

Jakarta, Februari 2016

Penulis

x
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... i

ABSTRAK .............................................................................................................. ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi

KATA PENGANTAR............................................................................................ ix

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi

DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ xviii

DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1

1.1. Latar Belakang.........................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................6

1.3. Pertanyaan Penelitian ..............................................................................7

1.4. Tujuan Penelitian .....................................................................................7

1.4.1. Tujuan Umum ..........................................................................................7

1.4.2. Tujuan Khusus .........................................................................................7

1.5. Manfaat Penelitian ...................................................................................8

1.5.1. Manfaat Bagi Peneliti ..............................................................................8

1.5.2. Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta ................................................................................8

xi
1.5.3. Manfaat Bagi Sekolah Menengah Atas ...................................................8

1.6. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................10

2.1. Dismenore..............................................................................................10

2.1.1. Pengertian Dismenore............................................................................10

2.1.2. Derajat Nyeri Dismenore .......................................................................11

2.1.3. Lama Nyeri Dismenore .........................................................................13

2.1.4. Etiologi Dismenore ................................................................................13

2.2. Epidemiologi Dismenore .......................................................................14

2.2.1. Karakteristik Orang ...............................................................................15

2.2.1.1. Usia..................................................................................................................... 15

2.2.1.2. Aktivitas Fisik ................................................................................................... 16

2.2.1.3. Tingkat Stres ..................................................................................................... 20

2.2.1.4. Indeks Massa Tubuh ........................................................................................ 21

2.2.1.5. Riwayat Keluarga ............................................................................................. 23

2.2.2. Karakteristik Tempat .............................................................................24

2.2.2.1. Perkotaan/ Urban .............................................................................................. 24

2.2.2.2. Pedesaan/ Rural ................................................................................................ 25

2.2.3. Karakteristik Waktu...............................................................................27

2.2.3.1. Usia Menarche .................................................................................................. 27

2.2.3.2. Lama Menstruasi .............................................................................................. 29

2.2.3.3. Siklus Menstruasi ............................................................................................. 30

2.3. Dampak Dismenore ...............................................................................31

xii
2.3.1. Gangguan Belajar ..................................................................................31

2.4. Kerangka Teori ......................................................................................33

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL...................34

1.1. Kerangka Konsep ..................................................................................34

1.2. Definisi Operasional ..............................................................................36

3.3. Hipotesis ................................................................................................40

BAB IV METODOLOGI .......................................................................................41

4.1. Desain Penelitian ...................................................................................41

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................41

4.3. Populasi dan Sampel..............................................................................41

4.4. Pengumpulan Data .................................................................................46

4.5. Pengolahan Data ....................................................................................49

4.6. Analisis Data .........................................................................................51

BAB V HASIL PENELITIAN ...............................................................................52

5.1. Hasil Univariat .......................................................................................52

5.1.1. Prevalensi Kejadian Dismenore.............................................................52

5.1.2. Gejala Penyerta Dismenore ...................................................................52

5.1.3. Lama Dismenore....................................................................................53

5.1.4. Karakteristik Orang ...............................................................................53

5.1.4.1. Usia..................................................................................................................... 53

5.1.4.2. Tingkat Aktivitas Fisik .................................................................................... 53

xiii
5.1.4.3. Tingkat Stres ..................................................................................................... 54

5.1.4.4. Indeks Massa Tubuh ........................................................................................ 54

5.1.4.5. Riwayat Keluarga ............................................................................................. 55

5.1.5. Karakteristik Waktu...............................................................................55

5.1.5.1. Usia Menarche .................................................................................................. 55

5.1.5.2. Lama Menstruasi .............................................................................................. 55

5.1.5.3. Siklus Menstruasi ............................................................................................. 56

5.1.6. Dampak Dismenore ...............................................................................56

5.2. Hasil Bivariat .........................................................................................57

5.2.1. Karakteristik Orang ...............................................................................57

5.2.1.1. Usia..................................................................................................................... 57

5.2.1.2. Tingkat Aktivitas Fisik .................................................................................... 58

5.2.1.3. Tingkat Stres ..................................................................................................... 59

5.2.1.4. Indeks Massa Tubuh ........................................................................................ 60

5.2.1.5. Riwayat Keluarga ............................................................................................. 61

5.2.2. Karakteristik Waktu...............................................................................62

5.2.2.1. Usia Menarche .................................................................................................. 62

5.2.2.2. Lama Menstruasi .............................................................................................. 63

5.2.2.3. Siklus Menstruasi ............................................................................................. 64

BAB VI PEMBAHASAN ......................................................................................66

6.1. Keterbatasan Penelitian .........................................................................66

6.2. Kejadian Dismenore ..............................................................................66

6.3. Karakteristik Orang ...............................................................................69

xiv
6.3.1. Usia ........................................................................................................69

6.3.2. Aktivitas Fisik .......................................................................................71

6.3.3. Tingkat Stres ..........................................................................................73

6.3.4. Indeks Massa Tubuh ..............................................................................76

6.3.5. Riwayat Keluarga ..................................................................................79

6.4. Karakteristik Waktu...............................................................................81

6.4.1. Usia Menarche.......................................................................................81

6.4.2. Lama Menstruasi ...................................................................................84

6.4.3. Siklus Menstruasi ..................................................................................87

6.5. Dampak Kejadian Dismenore................................................................88

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................90

7.1. Simpulan ................................................................................................90

7.2. Saran ......................................................................................................91

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................92

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Definisi Operasional .............................................................................32

Tabel 4.1. Alokasi Jumlah Siswi pada Sekolah Terpilih........................................39

Tabel 4.2. Alokasi Sampel Penelitian pada Masing-Masing Sekolah ...................40

Tabel 4.3. Pengkodean Kuesionar ..........................................................................46

Tabel 5.1. Prevalensi Kejadian Dismenore pada Remaja Putri SMA dan Sederajat

di Jakarta Barat Tahun 2015 ..................................................................48

Tabel 5.2.Rata – Rata Lama Dismenore yang Dialami oleh Remaja Putri SMA

dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 ...........................................49

Tabel 5.3.Rata – Rata Usia Remaja Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat

Tahun 2015 ............................................................................................49

Tabel 5.4.Tingkat Aktivitas Fisik pada Remaja Putri SMA dan Sederajat di

Jakarta Barat Tahun 2015 ......................................................................49

Tabel 5.5.Tingkat Stres pada Remaja Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat

Tahun 2015 ............................................................................................50

Tabel 5.6.Indeks Massa Tubuh yang Dimiliki oleh Remaja Putri SMA dan

Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 ..................................................50

Tabel 5.7. Riwayat Dismenore pada Keluarga Remaja Putri SMA dan Sederajat di

Jakarta Barat Tahun 2015 ......................................................................50

Tabel 5.8.Rata – Rata Usia Menarche Remaja Putri SMA dan Sederajat di Jakarta

Barat Tahun 2015 ..................................................................................51

Tabel 5.9.Rata – Rata Lama Menstruasi yang Dialami oleh Remaja Putri SMA

dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 ...........................................51

xvi
Tabel 5.10.Rata – Rata Siklus Menstruasi pada Remaja Putri SMA dan Sederajat

di Jakarta Barat Tahun 2015 ..................................................................51

Tabel 5.11.Dampak Kejadian Dismenore pada Remaja Putri SMA dan Sederajat

di Jakarta Barat Tahun 2015 ..................................................................52

xvii
DAFTAR GRAFIK

Grafik 5.1.Gejala Penyerta Dismenore pada Remaja Putri SMA dan Sederajat di

Jakarta Barat Tahun 2015 ......................................................................48

Grafik 5.2. Kejadian Dismenore Berdasarkan Usia pada Remaja Putri SMA dan

Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 ..................................................53

Grafik 5.3. Kejadian Dismenore Berdasarkan Tingkat Aktivitas Fisik pada Remaja

Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 ......................54

Grafik 5.4.Kejadian Dismenore Berdasarkan Tingkat Stres pada Remaja Putri

SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 .................................54

Grafik 5.5. Kejadian Dismenore Berdasarkan Indeks Massa Tubuh pada Remaja

Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 .........................55

Grafik 5.6.Kejadian Dismenore Berdasarkan Riwayat Keluarga pada Remaja Putri

SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015 ...............................56

Grafik 5.7.Kejadian Dismenore Berdasarkan Usia Menarche Remaja Putri SMA

dan Sederajat di Jakarta Barat ...............................................................56

Grafik 5.8.Kejadian Dismenore Berdasarkan Lama Menstruasi pada Remaja Putri

SMA dan Sederjata di Jakarta Barat ......................................................57

Grafik 5.9.Kejadian Dismenore Berdasarkan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri

SMA dan Sederajat di Jakarta Barat ...................................................58

xviii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1. Kerangka Teori ....................................................................................30

Bagan 3.1. Kerangka Konsep .................................................................................31

Bagan 4.1. Alur Pengambilan Sampel Penelitian ..................................................41

xix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan manusia

yang sangat penting. Masa remaja juga merupakan masa peralihan dari

anak-anak menuju dewasa. Pada masa tersebut banyak ditandai dengan

perubahan baik fisik, mental maupun psikososial. Salah satu perubahan

yang dialami oleh remaja, khususnya remaja putri adalah menstruasi

(Saguni dkk, 2013).

Menstruasi merupakan masa keluarnya darah dan jaringan dari

endometrium, yaitu lapisan dalam uterus melalui vagina. Menstruasi

terjadi karena sel telur tidak dibuahi oleh sperma sehingga sel telur dan

seluruh jaringan yang terbentuk pada dinding rahim luruh dan keluar

(Adnan dan Kaseng, 2008). Menstruasi merupakan hal yang terjadi secara

rutin dengan adanya suatu siklus setiap bulan. Akan tetapi, saat menstruasi

mungkin terdapat gangguan. Salah satu gangguan yang terjadi saat

menstruasi adalah dismenore.

Dismenore atau yang juga dikenal sebagai nyeri haid merupakan

keluhan umum yang dialami oleh remaja putri (Utami dkk, 2013). Angka

kejadian nyeri haid atau dismenore di dunia sangat besar. Rata-rata lebih

dari 50% perempuan dari setiap negara mengalami nyeri haid. Prevalensi

kejadian dismenore di Amerika sekitar 60%, sedangkan di Swedia sekitar

70% (Mulastin, 2013). Banyak penelitian mengenai dismenore yang telah

1
dilakukan di beberapa negara dengan tingkat prevalensi yang tinggi dan

bervariasi (lebih dari 50%). Penelitian yang dilakukan di Thailand pada

remaja putri menemukan bahwa prevalensi dismenore mencapai 84,2%

(Tangchai, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Unsal dkk (2010)

mendapatkan 72,7% remaja mengalami dismenore. Penelitian Kumbhar

dkk (2011) di Khadapa juga menemukan bahwa prevalensi dismenore

cukup tinggi yaitu mencapai 65%. Bahkan penelitian yang dilakukan oleh

Al Kindi dan Al Bulushi (2011) di SMA Omani dan El Hameed dkk

(2011) di Mesir mendapatkan prevalensi dismenore yang sangat tinggi

yaitu sebesar 94% dan 94,4% (Al Kindi dan Al Bulushi, 2011; El Hameed

dkk, 2011).

Prevalensi dismenore di Indonesia tidak memiliki angka yang pasti.

Namun begitu, diperkirakan prevalensi dismenore di Indonesia sebesar

55% dari jumlah perempuan usia produktif yang ada (Mulastin, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Novia dan Nunik (2008) di Desa Banjar

Kematren menemukan bahwa 71% responden mengalami dismenore.

Penelitian yang dilakukan oleh Sutanto dkk (2008) di Makassar, 93,8%

remaja putri mengalami dismenore. Penelitian yang dilakukan oleh Utami

dkk (2013) pada remaja putri di sebuah SMA di Kabupaten Bone,

menunjukkan hasil 87,1% remaja putri mengalami dismenore. Sedangkan

penelitian yang dilakukan oleh Sianipar dkk (2009) di Kecamatan Pulo

Gadung Jakarta Timur menemukan 63,2% remaja putri mengalami

dismenore.

2
Terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya dismenore. Faktor

hormonal yang menyebabkan dismenore terjadi karena peningkatan kadar

prostaglandin dalam tubuh saat menstruasi sehingga mengakibatkan

adanya kontraksi pada miometrium. Selain itu, faktor lain yang

menyebabkan dismenore adalah usia menarche yang terlalu dini atau

terlambat, siklus menstruasi, lama menstruasi, Indeks Massa Tubuh (IMT),

aktivitas fisik, stres dan daerah tempat tinggal.

Penelitian yang dilakukan oleh Al Kindi dan Al Bulushi (2011),

terdapat kecenderungan bahwa kejadian dismenore dialami oleh remaja

yang usia menarche-nya kurang dari 13 tahun. Penelitian Unsal dkk pun

menemukan hal yang serupa. Meskipun tidak ditemukan adanya hubungan

antara usia menarche dengan dismenore tetapi diketahui bahwa terdapat

kecenderungan risiko dismenore empat kali lebih tinggi pada remaja

dengan usia menarche terlalu dini (Unsal dkk, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Gagua dkk (2012) menemukan

bahwa remaja putri yang memiliki siklus mesntruasi tidak teratur memiliki

risiko 1,6 kali mengalami dismenore dibanding dengan remaja yang siklus

menstruasinya teratur. Penelitian Charu dkk (2012), menemukan tidak ada

hubungan antara siklus mesntruasi dengan kejadian dismenore, namun

Charu dkk (2012) menjelaskan bahwa penelitian lain menyatakan

dismenore paling banyak dialami oleh remaja dengan siklus menstruasi

yang panjang. El Hameed dkk (2011) menyebutkan bahwa 51,2% kejadian

dismenore dialami oleh remaja dengan lama menstruasi lebih dari empat

hari. Penelitian Omidvar dan Begum (2012) pun mengamini hal tersebut.

3
Pada penelitian tersebut remaja yang memiliki lama mesntruasi 5-6 hari

paling banyak mengalami dismenore (Omidvar dan Begum, 2012).

Indeks Massa Tubuh (IMT) diketahui juga sebagai salah satu faktor

penyebab dismenore. Penelitian Charu dkk (2012) menemukan bahwa

sebagian besar (67%) kejadian dismenore memiliki IMT normal (18,50-

25,00). Hanya sebagian kecil saja yang memiliki IMT kurus dan kelebihan

berat badan. Namun pada penelitian ini, Charu dkk (2012) tidak

menemukan adanya hubungan antara IMT dengan dismenore. Penelitian

Al Kindi dan Al Bulushi (2011) pun menyatakan bahwa tidak ada

hubungan antara IMT dengan dismenore. Penelitian Sianipar dkk (2009)

menemukan bahwa dua per tiga wanita aktif mengalami dismenore.

Penelitian Maruf dkk (2013) menemukan bahwa sebagian besar kejadian

dismenore memiliki aktivitas fisik dengan intensitas lebih dari satu jam per

hari.

Faramarzi dan Salmalian (2014) menyatakan bahwa stres sebagai

salah satu faktor psikologi yang berhubungan dengan kejadian dismenore

pada remaja putri. Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa remaja putri

yang memiliki gejala stes memiliki risiko dua kali mengalami dismenore

daripada remaja putri yang tidak memiliki gejala stres (Faramarzi dan

Salamalian, 2014). Penelitian El Gilany dkk (2005) menemukan bahwa

kejadian dismenore di daerah urban lebih rendah daripada kejadian

dismenore di daerah rural. Remaja yang tinggal di daerah urban memiliki

prevalensi kejadian dismenore sebesar 69,6% sedangkan prevalensi

kejadian dismenore pada remaja putri di rural mencapai 80,1% (El Gilany,

4
2005). Penelitian Avasarala dan Panchangam (2008) mendapatkan hasil

serupa. Pada penelitiannya, Avasarala dan Panchangam (2008)

menemukan bahwa prevalensi kejadian dismenore di daerah urban sedikit

lebih rendah daripada daerah rural.

Dismenore dapat berdampak pada aktivitas sehari-hari remaja.

Dampak dari dismenore yang sering dialami oleh remaja putri antara lain

berkurangnya konsentrasi saat belajar, ketidakhadiran di sekolah , aktivitas

olah raga terhambat dan berkurangnya waktu dalam aktivitas sosial

Tangchai, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Sulastri (2006), siswi

yang mengalami dismenore memiliki ketidakhadiran di kelas selama

kurang lebih tiga hari (Sulastri, 2006). Bahkan Al Kindi dan Al Bulushi

(2011) pun menemukan bahwa remaja yang mengalami dismenore

mengalami menurunan dalam performa akademik. Salah satu indikator

dalam mengetahui keadaan performa akademik siswa adalah berdasarkan

nilai ujian nasional. Pada tahun 2015, hasil ujian siswa SMA dan sederajat

di Jakarta Barat menempati posisi kedua terbawah diantara lima kota yang

ada dengan nilai rata-rata yaitu 74,61 (Disdik DKI Jakarta, 2015). Selain

itu, dismenore juga memiliki dampak jangka panjang. Dampak jangka

panjang jika dismenore tidak diatas dengan baik adalah dapat memicu

terjadinya sindrom ovarium polikistik dan ensdometriosis (Hatem et al,

2015).

Menurut Sianipar (2009), tahun-tahun awal menstruasi merupakan

periode yang rentan terhadap gangguan (Sianipar, 2009). Biasanya

dismenore primer muncul pada usia kurang dari 20 tahun (Fauziyah,

5
2013). Remaja putri usia 15-19 tahun merupakan masih dalam tahun-tahun

awal mereka mengalami menstruasi. Jumlah populasi wanita di DKI

Jakarta berdasarkan hasil sensus tahun 2010 sebanyak 4.735.126 jiwa atau

49,3% (BPS, 2010). Hampir 10% dari populasi wanita merupakan remaja

usia 15-19 tahun (BPS, 2010). Di Jakarta Barat persentase remaja usia 15-

19 tahun sebesar 25,12% dan yang terbanyak di Jakarta Timur dengan

persentase 26,62% (BPS, 2010). Penelitian mengenai dismenore pernah

dilakukan di Kecamatan Pulo Gadung Jakarta Timur pada tahun 2009.

Selain itu, berdasarkan hasil studi pendahuluan diketahui bahwa 90%

responden mengalami dismneore. Belum adanya penelitian serupa di

Jakarta Barat dan usia remaja (15-19) tahun merupakan usia yang rentan

terhadap terjadinya dismenore serta tingginya prevalensi dismenore

berdasarkan hasil studi pendahuluan membuat peneliti tertarik untuk

mengetahui deskripsi kejadian dismenore berdasarkan karakterstik orang

dan waktu serta dampaknya pada remaja putri SMA dan sederajat di

Jakarta Barat.

1.2. Rumusan Masalah

Tingginya prevalensi kejadian dismenore baik di dunia maupun di

Indonesia yang melebihi 50% dari jumlah perempuan. Bahkan berdasarkan

hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada salah satu

sekolah di Jakarta Barat, didapatkan bahwa 36 dari 40 siswi atau sekitar

90% mengalami dismenore. Adanya dampak terhadap performa siswi

dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah salah satunya berdasarkan

hasil ujian nasional. Masih belum ada penelitian sejenis di Jakarta Barat

6
dan usia remaja (15-19) tahun merupakan usia yang rentan terhadap

terjadinya dismenore membuat peneliti tertarik untuk meniliti mengenai

deskripsi kejadian dismenore pada remaja putri SMA dan sederajat di

Jakarta Barat.

1.3. Pertanyaan Penelitian

a. Bagaimana prevalensi kejadian dismenore pada remaja putri SMA dan

sederajar di Jakarta Barat?

b. Bagaimana deskripsi dan distribusi kejadian dismenore berdasarkan

karakteristik orang (usia, aktivitas fisik, stress dan riwayat keluarga)

pada remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat?

c. Bagaimana deskripsi dan distribusi kejadian dismenore berdasarkan

karakteristik waktu (usia menarche, lama menstruasi dan siklus

menstruasi) pada remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat?

d. Bagaimana dampak akibat dismenore pada remaja putri SMA dan

sederajat di Jakarta Barat?

1.4. Tujuan Penelitian


1.4.1. Tujuan Umum
Diketahuinya kejadian dismenore berdasarkan karakteristik

orang dan waktu serta dampaknya pada remaja putri SMA dan

sederajat di Jakarta Barat.

1.4.2. Tujuan Khusus


a. Diketahuinya prevalensi kejadian dismenore pada remaja putri

SMA dan sederajar di Jakarta Barat.

b. Diketahuinya deskripsi dan distribusi kejadian dismenore

berdasarkan karakteristik orang (usia, aktivitas fisik, stres dan

7
riwayat keluarga) pada remaja putri SMA dan sederajat di

Jakarta Barat.

c. Diketahuinya deskripsi dan distribusi kejadian dismenore

berdasarkan karakteristik waktu (usia menarche, lama

menstruasi dan siklus menstruasi) pada remaja putri SMA dan

sederajat di Jakarta Barat.

d. Diketahuinya dampak akibat dismenore pada remaja putri

SMA dan sederajat di Jakarta Barat.

1.5. Manfaat Penelitian


1.5.1. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menjadi tambahan pengetahuan dan

meningkatkan kepedulian terhadap masalah kesehatan reproduksi

remaja. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat menjadi bahan

pertimbangan pada penelitian selanjutnya dengan menggunakan

desain yang sama atau berbeda atau pada populasi yang berbeda.

1.5.2. Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan

referensi bagi perpustakaan dan bagi civitas akademia di program

studi kesehatan masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.5.3. Manfaat Bagi Sekolah Menengah Atas

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pihak

sekolah untuk membangun dan mengembangkan peran pusat

informasi dan konsultasi remaja di sekolah dan meningkatkan

8
peran Unit Kesehatan Sekolah (UKS) dalam memberikan

pelayanan bagi warga sekolah.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan kepada siswi SMA dan sederajat di Jakarta

Barat khususnya siswi kelas XI dan XII. Penelitian ini telah dilaksanakan

pada bulan Juli hingga Desember 2015. Tujuan dari penelitian ini adalah

diketahuinya kejadian dismenore berdasarkan faktor orang dan waktu serta

dampaknya pada remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat.

Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel yaitu multistage

random sampling pada tingkat sekolah dan simple random sampling dalam

pemilihan siswi. Analisis yang akan dilakukan pada penelitian ini

menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji chi square (taraf

signifikansi <0,05) dengan bantuan software epidata ver. 2.0 dan software

pengolah data.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dismenore
2.1.1. Pengertian Dismenore

Salah satu gangguan ginekologi yang sering dialami oleh

wanita khususnya remaja putri adalah dismenore (Edmonds, 2007).

Dismenore merupakan nyeri saat menstruasi yang dialami oleh

wanita (Okoro dkk, 2013). Dismenore umumnya dialami oleh

remaja (Okoro dkk, 2013). Dismenore juga dapat diartikan sebagai

siklus abdominal bagian bawah atau nyeri pelvic yang terjadi

sebelum dan selama menstruasi (Ortiz, 2010). Dismenore

merupakan nyeri di perut bagian bawah yang menyebar ke

pinggang dan paha. Nyeri ini dapat timbul tidak lama sebelum atau

bersama-sama dengan permulaan haid (Wiknjosastro, 1999).

Nyeri menstruasi atau dismenore dapat berlangsung selama

beberapa jam, walaupun dalam beberapa kasus rasa nyeri tersebut

juga dapat berlangsung hingga beberapa hari (Wiknjosastro, 1999).

Pada umumnya dismesnore muncul ketika menstruasi terjadi pada

beberapa jam sebelum dan setelah terjadinya onset serta berakhir

pada 24-48 jam pertama (Harel, 2006).

Gejala dismenore yang paling sering dialami oleh wanita

adalah kram pada perut. Gejala lain yang umum menyertai

dismenore, antara lain mual, muntah, diare, nyeri punggung, pegal,

sakit kepala, pusing hingga pingsan (Okoro dkk, 2013). Sebagai

10
contoh, pada penelitian yang dilakukan oleh Chongpengsuklert dkk

pada tahun 2008 di Provinsi Khon Kaen Thailand, ia menemukan

bahwa pegal dan sakit punggung sebagai gejala yang paling banyak

menyertai dismenore pada remaja putri. Bahkan beberapa tahun

sebelumnya, Tangchai (2004) menemukan bahwa remaja yang

mengalami dismenore 58,9% diantaranya disertai dengan sakit

punggung dan 42,9% mengalami pegal-pegal.

2.1.2. Derajat Nyeri Dismenore

Menstruasi yang dialami oleh perempuan dapat

menyebabkan rasa nyeri, khususnya pada awal menstruasi. Namum

tingkat nyeri yang dialami oleh setiap perempuan dapat berbeda-

beda. Menurut Manuaba (1999), dismenore dibagi menjadi tiga

tingkat keparahan, antara lain:

a. Dismenore ringan

Seseorang akan mengalami rasa nyeri yang masih dapat

ditolerir karena masih berada pada ambang rangsang. Rasa

nyeri tersebut dapat berlangsung selama beberapa saat dan

dapat melanjutkan aktivitas sehari-hari (Manuaba, 1999). Jika

menggunakan face pain score, derajat ringan terdapat pada

skala nyeri dengan tingkat 1-4 (Leppert, 2004).

b. Dismenore sedang

Respon yang biasa dialami oleh perempuan seperti

merintih dan menekan-nekan bagian nyeri, perlu diberikan obat

penghilang rasa nyeri walaupun tidak sampai menghambat

11
aktivitasnya (Manuaba, 1999). Jika menggunakan face pain

score, derajat sedang berada pada skala 5-6 (Leppert, 2004).

c. Dismenore berat

Rasa nyeri yang dialami seperti adanya rasa terbakar

dan dapat menghambat aktivitas harian seseorang. Selain itu

juga diperlukan istirahat selama beberapa hari dan disertai

dengan gejala lain, seperti sakit kepala, migrain, diare, rasa

tertekan dan mual (Manuaba, 1999). Jika mengguanakan face

pain score, tingkatan ini berada pada skala 7-10 (Lepert, 2004).

Nurhidayati (2007) pernah melakukan penelitian di

Cianjur menemukan bahwa prevalensi nyeri dimsenore ringan

cukup tinggi, yaitu sebesar 56,6% dan 43,3% lainnya

mengalami dismenore berat. Dua penelitian lainnya yang

dilakukan di Tasikmalaya (Asih, 2013)dan di Medan (Sirait

dkk, 2014) menemukan bahwa dismenore ringan dialami oleh

66,1% dan 79,1% responden. Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Al Kindi dan Al Bulushi (2011) yang

menemukan bahwa nyeri sedang 41% dan ringan hanya 27%.

Hal serupa juga ditemukan oleh penelitian Gumanga dan Aryee

(2012) di Accra, Ghana, 170 orang (37,5%) mengalami nyeri

dismenore sedang. Okoro dkk (2013) juga menemukan hasil

yang berbeda dengan penelitian ini, yaitu 54% dari kejadian

dismenore merupakan dismenore dengan kategori sedang.

12
2.1.3. Lama Nyeri Dismenore

Dismenore mulai terjadi pada 24 jam sebelum terjadinya

pendarahan haid dan dapat bertahan selama 24-36 jam meskipun

beratnya hanya berlangsung selama 24 jam pertama saat terjadinya

pendarahan haid. Bahkan ada juga yang berlangsung hingga

beberapa hari. Penelitian yang dilakukan oleh Alosaimi (2014),

memberikan tiga ketegori terhadap lamanya dismenore yang

dialami oleh responden dalam penelitian tersebut.

Kategorisasi dalam penelitian tersebut antara lain <2 hari,

3-4 hari dan lebih dari 4 hari (Alosaimi, 2014). Dalam penelitian

tersebut, Alosaimi menemukan bahwa lama dismenore yang

dialami oleh responden paling banyak ≤2 hari. Penelitian El Gilany

dkk (2005), prevalensi paling tinggi remaja yang mengalami

dismenore dengan durasi atau lama nyeri kurang dari 24 jam, yaitu

sebesar 64, 9%. Penelitian El Hameed dkk (2011), dismenore

paling banyak dialami oleh remaja selama 24 jam pertama saat

menstruasi, bahkan juga ada yang telah mengalaminya pada waktu

satu minggu sebelum menstruasi (El Hameed dkk, 2011). Gagua

dkk (2012) juga sependapat dengan hasil penelitian ini. Pada

penelitian tersebut 34,42% mengalami dismenore selama satu hari

atau lebih.

2.1.4. Etiologi Dismenore

Dismenore terjadi akibat endometrium mengandung

prostaglandin dalam jumlah tinggi (Morgan dan Hamilton, 2009):

13
i. Di bawah pengaruh progesteron selama fase luteal siklus

menstruasi, endometrium yang mengandung prostaglandin

meningkat, mencapai tingkat tinggi pada awal menstruasi.

ii. Prostaglandin menyebabkan kontraksi pada miometrium yang

kuat dan mampu menyempitkan pembuluh darah. Hal itu dapat

mengakibatkan iskemia, disintegrasi endometrium, pendarahan,

dan nyeri (Morgan dan Hamilton, 2009).

2.2. Epidemiologi Dismenore

Di Amerika presentase kejadian dismenore sekitar 60% dan di

Swedia sekitar 72% (Mulastin, 2013). Di Amerika Serikat, nyeri haid

didapatkan 30-70% wanita dalam usia reproduksi serta 60-70% wanita

dewasa yang tidak menikah. Menurut Riyanto dalam Novia dan Nunik

(2008), tidak ada angka yang pasti mengenai jumlah penderita dismenore

di Indonesia. Penelitian mengenai prevalensi dismenore pada mahasiswi di

sebuah universitas di Jakarta tahun 2004 menemukan bahwa 83,5%

mahasiswi mengalami dismenore (Sianipar dkk, 2009). Sedangkan

penelitian yang dilakukan oleh Sianipar dkk (2009) pada siswi SMU di

Kecamatan Pulo Gadung Jakarta Timur menemuka bahwa 63,2% remaja

putri mengalami gangguan menstruasi (Sianipar dkk, 2009).

Menurut Noor (2008), dalam studi epidemiologi, terdapat tiga

karakteristik yang dapat menggambarkan kejadian suatu penyakit

termasuk pada dismenore, yaitu karakteristik orang, tempat dan waktu.

14
2.2.1. Karakteristik Orang
2.2.1.1. Usia

Istilah usia diartikan dengan lamanya keberadaan

seseorang diukur dalam satuan waktu dipandang dari segi

kronologik, individu normal yang memperlihatkan derajat

perkembangan anatomis dan fisiologik sama (Poppy, 1998).

Sedangkan menurut pendapat tokoh lain usia adalah lama

waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan)

(Hoetomo, 2005).

Penelitian Al Kindi dan Al Bulushi (2011)

dilakukan pada remaja usia 15 sampai 23 tahun dengan

rata-rata usia 17-18 tahun. 51% responden yang berusia

15-17 tahun mengalami disemnore dan 49% responden

berusia 18-23 tahun juga mengalami dismenore. Sedangkan

penelitian yang dilakukan oleh Manorek dkk (2014), usia

responden berada pada rentanag 15-16 tahun. Menurut

Sianipar dkk (2009), tahun-tahun awal menstruasi

merupakan periode yang rentan terhadap gangguan

(Sianipar dkk, 2009). Biasanya dismenore primer muncul

pada usia kurang dari 20 tahun (Fauziyah, 2013).

Smeltzzer menjelaskan bahwa pengaruh usia pada

persepsi rasa nyeri dan toleransi nyeri sebenarnya tidak

diketahui secara luas. Hal ini dikarenakan penentuan rasa

nyeri hanya didasarkan pada laporan rasa nyeri dan pereda

nyeri itu sendiri (Smeltzzer, 2001). Teori tersebut

15
mendukung beberapa penelitian terdahulu yang tidak

menemukan adanya hubungan yang bermakna antara usia

dengan kejadian dismenore seperti yang dilaporkan oleh

Sirait dkk (2014) ataupun penelitian Nurhidayati (2007).

Akan tetapi pada penelitian yang dilakukan oleh El Gilany

dkk (2005), menemukan bahwa semakin tinggi usia

seseorang semakin berisiko mengalami dismenore. Bahkan

El Gilany dkk menyatakan bahwa responden yang berusia

17 tahun ke atas memiliki risiko 6,59 kali mengalami

dismenore dibanding dengan responden yang berusia 14

tahun (El Gilany dkk, 2005).

2.2.1.2. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik merupakan gerakan yang dilakukan

oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya (Almatsier,

2003). Menurut WHO, aktifitas fisik ialah seluruh

gerakan tubuh yang dilakukan oleh otot rangka yang

membutuhkan energi (WHO, 2010). Dengan melakukan

aktivitas fisik, seseorang dapat mencegah terjadinya

penyakit dan mengurangi faktor risiko penyakit tersebut.

Aktivitas fisik sangat dianjurkan untuk semua umur, baik

anak-anak, remaja maupun orang dewasa (CDC, 2011).

Berdasarkan jenis kegiatannya, aktivitas fisik

dibagi menjadi tiga golongan, yaitu (Nurmalina, 2011):

16
a. Kegiatan ringan: kegiatan yang menyebabkan

perubahan dalam pernapasan atau ketahanan

(endurance) dan hanya memerlukan sedikit tenaga.

Ketahanan yang dihasilkan sangat berguna untuk

organ paru-paru, otot dan sirkulasi darah. Durasi

kegitan yang diperlukan untuk mendapatkan

ketahanan hanya selama 30 menit (4-7 hari per

minggu). Contoh kegiatan: berjalan kaki, menyapu

lantai, mencuci piring/baju, mencuci kendaraan dan

bermain dengan teman.

b. Kegiatan sedang: kegiatan yang memerlukan tenaga,

gerakan otot dan kelenturan (flexibility). Kelenturan

bermanfaat untuk mempertahankan otot tubuh agar

tetap bugar dan sendi dapat berfungsi dengan baik.

Sama halnya dengan kegiatan ringan, durasi yang

diperlukan pada kegiatan sedang selama 30 menit (4-7

hari per minggu). Contoh kegiatan: berlari kecil,

bermain tenis meja, berenang, bersepeda dan jalan

cepat.

c. Kegiatan berat: kegiatan yang berhubungan dengan

olahraga dan membutuhkan kekuatan (strength) dan

dapat mengeluarkan banyak keringat. Kekuatan yang

dilakuakan selama berolahraga bermanfaat agar

tulang tetap kuat, mencegah osteoporosis dan

17
mempertahankan bentuk tubuh. Durasi yang

diperlukan pada kegiatan ini selama 30 menit (2-4

hari per minggu). Contoh kegiatan : berlari, sepak

bola, push-up, angkat beban dan naik turun tangga.

Kegiatan aktivitas fisik yang direkomendasikan

untuk anak-anak dan remaja berusia 6-17 tahun

berdasarkan Physical Activity Guidelines for Americans

adalah melakukan aktivitas aerobik selama 60 menit atau

lebih per minggu dan melakukan penguatan otot tulang

minimal tiga hari per minggu.Sedangkan pada orang

dewasa berusia 18-64 tahun perlu melakukan aktivitas

aerobik selama 150 menit (1 jam 30 menit) per minggu

atau 75 menit (1 jam 15 menit) kegiatan berlari kecil,

melakukan penguatan semua kelompok otot utama

(kaki,pinggul, punggung, perut, dada, bahu dan lengan)

selama dua hari atau lebih per minggu (CDC, 2011).

Pada anak-anak dan remaja, aktivitas fisik

bermanfaat untuk perbaikan peredaran darah dan

kebugaran otot, kesehatan tulang, kesehatan jantung dan

metabolisme tubuh serta memperbaiki komposisi tubuh.

Dengan melakukan aktivitas fisik, gejala stress yang

dialami anak-anak dan remaja akan berkurang (CDC,

2011). Selain itu, melakukan aktivitas fisik dengan teratur

sebelum dan selama menstruasi dapat membuat peredaran

18
darah pada otot rahim menjadi lancar sehingga dapat

mengurangi rasa nyeri saat menstruasi (Yulistianingsih,

2004). Olahraga merupakan salah satu teknik relaksasi.

Pada saat seseorang berolahraga, tubuh akan

menghasilkan suatu hormon yang disebut endorphin.

Hormon ini dapat berfungsi sebagai mediasi persepsi rasa

nyeri. Sehingga semakin sering melakukan olahraga,

biasanya dapat mengurangi rasa nyeri yang dialami (Sirait

dkk, 2014).

Salah satu jenis olahraga yang dapat dilakukan

untuk mengurangi rasa nyeri saat menstruasi adalah

senam. Penelitian yang dilakukan oleh Suparto (2011),

menunjukkan bahwa remaja putri yang melakukan senam

dapat menurunkan rasa nyeri yang dialami. Pada

penelitian tersebut, sebelum senam diketahui bahwa

prevalensi dismenore tingkat ringan sebesar 7%, sedang

53% dan berat 40%. Setelah dilakukan senam, tidak ada

responden yang mengalami nyeri dismenore berat,

namum prevalensi yang mengalami rasa nyeri ringan

menjadi 73,3%. Penelitian yang dilakukan oleh Rich-

Edwards (2002), menunjukkan bahwa terdapat

kecenderungan gangguan menstruasi lebih rendah dialami

pada wanita dengan aktivitas fisik yang aktif dibanding

dengan yang tidak aktif.

19
Beberapa penelitian lain menemukan hal yang

berbeda. Sianipar dkk (2009), justru menemukan dua per

tiga wanita aktif mengalami dismenore. Selain itu,

penelitian yang dilalukan oleh Maruf dkk (2013),

menemukan bahwa sebagian besar yang mengalami

dismenore baik ringan, sedang maupun berat memiliki

aktivitas fisik dengan intensitas lebih dari satu jam per hari.

2.2.1.3. Tingkat Stres

Stress merupakan reaksi tubuh terdapat sinyal

internal dan eksternal. Sinyal internal dan eksternal ini

disebut sebagai stressor. Stres juga dianggap sebagai

ketidakmampuan seseorang dalam mengatasi ancaman yang

dihadapi oleh fisik, mental, emosional maupun spriritual,

sehingga pada suatu hari hal itu dapat mempengaruhi

kesehatan fisik orang tersebut (National Safety, 2003).

Menurut Lazarus dan Folkman (1984), stress memiliki tiga

bentuk, yaitu:

1) Stimulus, yaitu merupakan kondisi atau kejadian

tertentu yang menimbulkan stress atau yang biasa

disebut sebagai stressor.

2) Respon, yaitu merupakan suatu respon atau reaksi

individu yang muncul karena adanya situasi tertentu

yang menimbulkan stress.

20
3) Proses, yaitu suatu proses dari individu secara aktif

dapat mempengaruhi dampak stress melalui strategi

tingkah laku, kognisi maupun afeksi.

Penelitian yang dilakukan oleh Faramarzi dan

Salmalian (2014), mengenai Hubungan Faktor Psikologi

dan Nonpsikologi terhadap kejadian dismenore primer

mendapatkan hasil bahwa, stres sebagai salah satu faktor

psikologi berhubungan dengan gangguan dismenore pada

remaja putri. Penelitian Muntar (2010) melaporkan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat stres

dengan dismenore yang dialami oleh remaja putri.

Demikina pula dengan penelitian yang dilakukan oleh

Prihartanti (2010), yang bahkan menemukan adanya

korelasi sedang antara tingkat kecemasan dengan kejadian

dismenore. Secara teori, stres diketahui sebagai salah satu

pemicu dismenore. Faktor psikologi seperti kecemasan

menyebabkan penyaluran FSH dan LH menjadi tidak

normal (Affandi, 2006).

2.2.1.4. Indeks Massa Tubuh

Indeks Massa Tubuh merupakan salah satu

parameter penilaian status gizi. Dalam penilaiannya, indeks

massa tubuh (IMT) terdiri atas perhitungan antara berat

badan dengan tinggi badan. Perhitungan IMT dilakukan

21
dengan membagi berat badan (kg) dengan tinggi badan (m),

dimana tinggi badan sebelumnya dikuadratkan.

Indeks Massa Tubuh (IMT) diketahui juga sebagai

salah satu faktor penyebab dismenore. Penelitian Charu dkk

(2012) menemukan bahwa sebagian besar (67%) kejadian

dismenore memiliki IMT normal (18,50-25,00). Hanya

sebagian kecil saja yang memiliki IMT kurus dan kelebihan

berat badan. Namun pada penelitian ini, Charu dkk (2012)

tidak menemukan adanya hubungan antara IMT dengan

dismenore. Penelitian Al Kindi dan Al Bulushi (2011) pun

menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara IMT dengan

dismenore. Penelitian yang dilakukan oleh Asih (2013) di

Tasikmalaya menemukan bahwa status gizi atau IMT

berhubungan secara signifikan terhadap kejadian

dismenore. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan

oleh Sophia (2013) di Medan.

Salah satu penyebab terjadinya gizi kurang pada

remaja adalah kurangnya asupan makanan, termasuk zat

besi yang dapat menyebabkan anemia. Anemia diketahui

sebagai salah satu faktor konstitusi yang menyebabkan

kurangnya daya tahan tubuh terhadap rasa nyeri, sehingga

pada saat menstruasi sangat mungkin terjadi dismenore

(Sylvia dan Lorraine, 2006). Selain itu pada remaja yang

mengalami kegemukan atau obesitas dapat juga mengalami

22
dismenore. Hal itu dikarenanya jaringan lemak yang

berlebihan. Berlebihnya jaringan lemak ini menyebabkan

terjadinya hiperplasi pada organ reproduksi wanita.

Sehingga darah yang seharusnya mengalir pada masa

menstruasi terganggu dan menyebabkan rasa nyeri (Sirait

dkk, 2014; Ehrenthal, 2006).

2.2.1.5. Riwayat Keluarga

Riwayat penyakit pada keluarga merupakan riwayat

medis yang dimiliki oleh anggota keluarga di masa lalu.

Pada umumnya anggota keluarga tersebut memiliki

hubungan darah dan persamaan kondisi fisik secara

anatomis maupun fisiologis (Sophia, 2013; pilliteri, 2003).

Riwayat keluarga merupakan salah satu faktor risiko

terjadinya dismenore pada remaja. Beberapa penelitian

terdahulu menunjukkan hal tersebut. Penelitian yang

dilakukan oleh Unsal dkk (2010), menemukan bahwa

84,4% responden yang mengalami dismenore memiliki

riwayat keluarga. Begitupun penelitian yang dilakukan oleh

Shah dkk (2015), Kumbhar dkk (2011), Faramarzi dan

Salmalian (2014). Walaupun dengan hasil yang berbeda-

beda pada setiap penelitian. Keempat penelitian tersebut

bahkan menemukan hubungan yang signifikan bahwa

riwayat keluarga memang menjadi faktor risiko dismenore.

Bahkan penelitian Faramarzi dan Salmalian (2014)

23
menemukan adanya peningkatan risiko sebesar 2,63 kali

pada remaja yang memiliki riwayat keluarga untuk

mengalami dismnore dibanding dengan remaja yang tidak

memiliki riwayat dalam keluarganya. Bahkan hasil tersebut

tidak jauh berbeda setelah di-adjusted dengan variabel

lainnya.

2.2.2. Karakteristik Tempat


2.2.2.1. Perkotaan/ Urban

Menurut R. Bintarto, kota adalah sebuah bentang

budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non

alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang

cukup besar dan corak kehidupan yang bersifat heterogen

dan matrealistis dibandingkan dengan daerah belakangnya

(Gunawan, 2007). Sedangkan, menurut Northam, kota

adalah lokasi dengan ciri-ciri:

a) Kepadatan penduduknya lebih tinggi dibandingkan

dengan rata-rata kepadatan penduduk di sekitarnya

b) Penduduk pada lokasi atau tempat tersebut sebagian

besar tidak bergantung pada sektor pertanian dan tidak

juga pada aktivitas ekonomi primer

c) Lokasi tersebut menjadi pusat kebudayaan, administrasi

dan ekonomi bagi wilayah-wilayah sekitarnya

Penelitian yang dilakukan oleh Avasarala dan

Panchangam (2008), prevalensi kejadian dismenore di

24
daerah perkotaan atau urban sedikit lebih rendah dari pada

di pedesaan, yaitu dengan prevalensi 52,5%. Penelitian El

Gilany dkk (2005) menemukan bahwa kejadian dismenore

di daerah urban lebih rendah daripada kejadian dismenore

di daerah rural. Remaja yang tinggal di daerah urban

memiliki prevalensi kejadian dismenore sebesar 69,6%.

2.2.2.2. Pedesaan/ Rural

Secara etimologi, istilah desa berasal dari bahasa

sansekerta, yaitu dari kata deshi yang artinya tanah

kelahiran atau tanah tumpah darah. Dalam kehidupan

sehari-hari istilah desa dering diartikan sebagai suatu

wilayah yang letaknya jauh dari keramaian kota, serta

dihuni oleh sekelompok masyarakat yang sebagian besar

mata pencahariaanya di sektor pertanian. Berikut pengertian

desa menurut para ahli (Soewadi, 2007) :

a. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 Pasal 1

Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh

sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan

terendah langsung di bawah camat dan berhak

menyelenggarakn rumah tangga sendiri dalam ikatan

Negara Kesatuan Republik Indonesia (Soewadi,

2007).

b. Menurut Sutardjo Kartodikusumo

25
Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana

bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa

mengadakan pemerintahan sendiri (Harwantiyoko,

1997).

c. Menurut S.D. Misra

Desa tidak hanya kumpulan tempat tinggal,

tetapi juga kumpulan daerah pertanian dengan batas-

batas tertentu yang luasnya antara 50-1.000 ha

(Soewadi, 2007).

d. Menurut R. Bintarto

Menurut tinjauan geografi yang

dikemukakannya, desa merupakan suatu hasil

perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-

unsur fisiografis, sosial, ekonomi, politik dan kultural

yang terdapat di suatu daerah serta memiliki

hubungan timbal balik dengan daerah lain

(Harwantiyoko, 1997).

Penelitian yang dilakukan oleh Avasarala dan

Panchangam (2008), menemukan bahwa di daerah rural

atau pedesaan kejadian dismenore sebesar 55,7%.

Prevalensi ini sedikit lebih tinggi dibanding prevalensi

kejadian dismenore di perkotaan. Adanya perbedaan ini

menurut peneliti karena perbedaan persepsi mengenai

dismenore. Pada remaja putri di daerah rural, mereka

26
cenderung menganggap ini adalah yang yang biasa

terjadi, masalah yang tidak dapat dihindari dan

mengaturnya dengan menahan rasa sakit dan tidak

panik. Penelitian El Gilany dkk (2005) menemukan

bahwa kejadian dismenore di daerah rural lebih tinggi

daripada kejadian dismenore di daerah urban.

Sedangkan prevalensi kejadian dismenore pada remaja

putri di rural mencapai 80,1%(El Gilany, 2005).

2.2.3. Karakteristik Waktu


2.2.3.1. Usia Menarche

Menstruasi yang pertama kali dialami oleh remaja

perempuan disebut menarche, hal ini merupakan ciri

biologis dari kematangan seksual perempuan. Usia gadis

remaja pada waktu pertama kali mendapat menstruasi

(menarche) bervariasi lebar, yaitu antara 10-16 tahun, tetapi

rata-ratanya 12,5 tahun (Pernoll, 2009), menarche biasanya

terjadi pada usia 8-13 tahun. Terdapat dua faktor yang

menentukan kejadian menarche pada seorang remaja putri,

yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang

dapat mempengaruhi menarche seperti genetic sedangkan

faktor eksternal seperti asupan gizi, pola hidup dan status

gizi remaja tersebut (Santrock, 2003). Selain itu, faktor

psikologis cukup berperan ketika terjadi menarche. Hal ini

diperkirakan terjadi karena pengaruh globalisasi sehingga

27
mengakibatkan menarche terjadi lebih dini, yaitu pada usia

kurang dari atau sama dengan 10 tahun (Kusmiran, 2011).

Pada dasarnya peristiwa menarche pada remaja putri

memiliki kaitan yang erat denga puncak kurva kecepatan

penambahan tinggi badan. Seotjiningsih (2004)

menjelaskan bahwa remaja putri yang terlambat menstruasi

umumnya memiliki berat badan yang lebih ringan

dibanding remaja putri yang menstruasi pada usia ideal.

Sedangkan remaja putri yang terlalu cepat menstruasi

memiliki IMT yang lebih tinggi. Akan tetapi remaja putri

yang terlambat cenderung memiliki IMT yang lebih kecil

dari pada usia yang seharusnya(Seotjiningsih, 2004). Usia

menarche juga dipengaruhi oleh faktor keturunan, keadaan

gizi dan kesehatan pada umumnya. Ketika asupan gizi yang

didapat seorang remaja putri itu baik, sehingga

menyebabkan percepatan pembentukkan hormon-hormin

yang berpengaruh terhadap menarche (Meorsitawati, 2008).

Selain itu paparan yang berlebihan dari prostaglandin juga

dapat mempercepat menarche (Charu, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Charu (2012),

menemukan bahwa usia menarche berhubungan dengan

kejadian dismenore pada remaja putri. Dalam menelitian

tersebut, menemukan bahwa remaja putri yang usia

menarchenya 15 tahun keatas memiliki 30% lebih tinggi

28
untuk melaporkan terjadi dismenore dibanding dengan

remaja putri yang usia menarche antara 12-14 tahun.

Begitupula dengan remaja putri yang terlalu cepat

menarche (<11 tahun) memiliki peluang 23% lebih tinggi

untuk mengalami dismenore. Harel (2006), menjelaskan

bahwa tingkat keparahan dismenore berhubungan positif

dengan usia menarche.

2.2.3.2. Lama Menstruasi

Lama menstruasi merupakan waktu yang diperlukan

dalam satu fase menstruasi. Lama menstruasi berkisar

anatar 3-8 hari namun umumnya sekitar lima hari (pkbi-

diy). Lamanya menstruasi seseorang dapt disebabkan oleh

faktor psikologis maupun fisiologis. Faktor psikologis ini

berkaitan dengan tingkat emosional remaja yang cenderung

labil. Sedangkan faktor fisiologis dapat disebabkan oleh

kontraksi otot uterus yang berlebih, sehingga produksi

prostaglandinpun juga berlebih (Utami dkk, 2013; Sirait

dkk, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Omidvar dan Begum

(2012), pada remaja usia 18-28 tahun menunjukkan bahwa

kejadian dismenore paling banyak dialami oleh remaja yang

memiliki lama menstruasi 5-6 hari, yaitu sebesar 54,2%.

Penelitian yang dilakukan oleh El Hameed dkk (2011) pun

menunjukkan hal yang serupa yaitu 51,2% kejadian

29
dismenore dialami oleh remaja yang memiliki durasi

menstruasi ≥5 hari.

2.2.3.3. Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi adalah jarak antara masa

menstruasi, yaitu jarak dari pertama menstruasi terakhir ke

hari pertama menstruasi berikutnya. siklus menstruasi

bervariasi sesuai usia, keadaan fisik dan emosi, serta

lingkungan. Panjang siklus menstruasi pada seorang

perempuan yang normal adalah sekitar 28 hari atau 1 bulan,

tetapi interval 24-32 hari masih dianggap normal kecuali

siklusnya sangat tidak teratur (Manuaba, 2003). Siklus

menstruasi dibagi dalam dua tahap yaitu tahap pra-ovulasi

(dari hari pertama sampai saat ovulasi) dan pasca ovulasi

(dari hari ovulasi sampai haid berikutnya). Charu dkk

(2012) memberikan tiga kategori dalam menentukan siklus

menstruasi dalam penelitiannya. Remaja dengan interval

selama 21-35 hari dianggap memiliki siklus mesntruasi

normal, jika kurang dari 21 hari, terlalu cepat dan jika lebih

dari 35 hari terlalu lama.

Penelitian yang dilakukan oleh Gagua dkk (2012),

remaja putri yang memiliki siklus menstruasi yang tidak

teratur memiliki risiko 1,6 kali mengalami dismenore

dibanding dengan yang siklus menstruasi teratur. Penelitian

yang dilakukan oleh El Gilany dkk (2005) di Mesir,

30
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara siklus

menstruasi yang tidak normal dengan dismenore. Siklus

menstruasi yang tidak teratur diketahui sebagai salah satu

risiko yang paling besar mengalami dismenore.

2.3. Dampak Dismenore


2.3.1. Gangguan Belajar

Gangguan saat menstruasi seperti disminorea, dapat

mengganggu aktivitas sehari-hari, khususnya pada remaja dapat

menimbulkan gangguan belajar pada seorang siswi atau mahasiswi

sehingga berpengaruh pada prestasi dibidang akademik maupun

non akademik. Banyak remaja yang mengeluh bahkan tidak masuk

sekolah pada saat menstruasi. Hal ini disebabkan karena proses

menstruasi yaitu peluruhan dinding rahim, keadaan seperti ini dapat

dicegah dengan pola hidup sehat dan makan makanan yang bergizi

(Sheila, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Avasarala dan Panchangan

(2008) menunjukkan bahwa remaja putri yang mengalami

dismenore 48,5% tidak hadir di dalam kelas dan 27,8% tidak hadir

ketika ujian. Selain itu penelitian Charu (2012) juga menemukan

bahwa dismenore berhubungan dengan ketidakhadiran remaja putri

di sekolah. Penelitian yang dilakukan oleh Yuliani dan Hidayati

(2010) ditemukan bahwa kejadian dismenore pada remaja putri

memengaruhi aktivitas belajar mereka. Penelitian Iswari dkk

(2014) pun menenukan bahwa semakin berat derajat nyeri yang

31
dialami oleh responden, maka aktivitas belajarnya pun semakin

terganggu. Oleh karena itu, salah satu dampak dialaminya

dismenore oleh remaja putri adalah terganggunya aktivitas belajar

mereka, baik itu dari segi kehadiran maupun konsentrasi saat

belajar.

32
2.4. Kerangka Teori

Peningkatan hormon Adanya kontraksi


Peningkatan
Menstruasi progesterone pada fase pada miometrium
Prostaglandin
luteal

Dampak Dismenore Dismenore

Gangguan
Belajar Karakteristik Orang Karakteristik Tempat Karakteristik Waktu
1. Usia Responden 1. Perkotaan / Urban 1. Usia Menarche
2. Aktivitas Fisik 2. Pedesaan / Rural 2. Siklus Menstruasi
3. Stres 3. Lama Menstruasi
4. Indeks Massa
Tubuh
5. Riwayat Keluarga

Bagan 2.1. Kerangka Teori


(Sumber: Morgan dan Hamilton, 2009; Noor, 2008; Wikjosastro, 1999; Bobak, 2005; Okoro dkk, 2013)

33
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

1.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori pada bab II, dalam penelitian ini

terdapat beberapa variabel yang akan diteliti, antara lain usia responden,

aktivitas fisik, dan stres untuk karakteristik orang, usia menarche, lama

dismenore dan lama siklus menstruasi untuk karakteristik waktu, dan

variabel dampak dismenore yang terdiri atas gangguan belajar dan

gangguan sosial.

Karakteristik tempat tidak diteliti karena tempat penelitian berada

di wilayah perkotaan sehingga tidak dapat membandingkan kejadian

disemenore di pedesaan. Selain itu, penelitian sebelumnya menyatakan

bahwa tidak ada perbedaan kejadian dismenore di daerah urban dan rural.

Oleh karena itu, kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat

sebagai berikut:

Karakteristik Orang
Usia

Aktivitas Fisik

Stres
Dismenore
Indeks Massa Tubuh

Riwayat Keluarga

Karakteristik Waktu
Usia Menarche Gangguan Belajar

Lama Dismenore
Bagan 3.1. Kerangka Konsep
Siklus Menstruasi

34
Berdasarkan pada teori bahwa usia responden merupakan salah satu faktor

risiko terjadinya dismenore. Selain itu usia ini juga masih berkaitan dengan faktor

risiko yang lain yaitu usia menarche, karena berdasarkan pada teori dismenore

biasanya terjadi dua hingga tiga tahun pasca menarche. Sedangkan usia menarche

yang terlalu cepat ataupun lambat juga menjadi faktor risiko dismenore. Variabel

lain yang diteliti seperti aktivitas fisik, indeks massa tubuh, tingkat stres dan

riwayat keluarga juga merupakan faktor risiko dismenore. Berdasarkan teori

aktivitas fisik yang kurang cenderung berkorelasi dengan kejadian dismenore.

Begitu pula dengan indeks massa tubuh yang terlalu kurus ataupun terlalu gemuk

juga cenderung menyebabkan remaja putri mengalami dismenore. Tingkat stres

yang dialami oleh remaja pun juga berhubungan dengan kejadian dismenore.

Keberadaan riwayat dismenore dalam keluarga juga cenderung memperbesar

risiko mengalami dismenore pada remaja putri.

Selain itu variabel lain yang juga menjadi faktor risiko dari dismenore

adalah lama menstruasi dan siklus menstruasi yang dialami oleh remaja putri. Hal

ini sangat berkaitan dengan paparan prostaglandin ketika remaja putri menstruasi.

Semakin lama masa menstruasi yang dijalani, semakin sering pula terpapar

prostaglandin tersebut. Begitu pula dengan siklus menstruasi. Jika remaja putri

memiliki siklus menstruasi yang terlalu cepat, sehingga mengakibatkan seringnya

terpapar prostaglandin juga dapat memicu dismenore. Meskipun terdapat akibat

jangka panjang dari dismenore seperti berisiko mengalami endometriosis, remaja

putri juga akan mengalami dampak lain khususnya dalam aktivitas belajar mereka.

Banyak hasil penelitian yang menyebutkan bahwa remaja putri yang mengalami

dismenore sering mengalami gangguan dalam belajar.

35
1.2. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Dismenore Rasa nyeri di perut bagian Self-reported Kuesioner 0. Tidak ada nyeri Ordinal
bawah yang menyebar ke 1. Nyeri ringan
pinggang dan paha yang terjadi 2. Nyeri sedang
beberapa hari sebelum dan 3. Nyeri berat
selama menstruasi yang dialami
oleh responden pada periode
menstruasi sebelum atau ketika
penelitian dilakukan
Lama Dismenore Rentang waktu mengalami Self-reported Kuesioner 0. ≤ 2 hari Ordinal
nyeri yang terjadi beberapa hari 1. 3-4 hari
sebelum dan selama menstruasi 2. > 4 hari
(Alosaimi, 2014)
Usia Kronologi Lama hidup responden sejak Self-reported Kuesioner Tahun Rasio
dilahirkan hingga saat
penelitian dilakukan dalam
satuan tahun

36
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Aktivitas Fisik Kegiatan fisik sehari-hari Self-reported Kuesioner 0. Rendah, jika skor < 600 Ordinal
meliputi berjalan, berlari, MET per minggu
bersepeda, olahraga dan lain- 1. Sedang, jika skor 600-2999
lain yang dilakukan sebelum MET per minggu
penelitian 2. Tinggi, jika aktivitas fisik
dilakukan ≥ 3000 MET per
minggu
(WHO, 2010)
Stres Tekanan atau gangguan yang Self-reported Kuesioner DASS 0. Stres ringan, jika skor total Ordinal
dialami oleh responden (Depression Anxiety 15-18
sehingga menghambat kegiatan and Stress Scale) 1. Stres sedang, jika skor
sehari-hari pada periode total 19-25
menstruasi sebelum penelitian 2. Stres berat, jika skor total
dilakukan 26-33
3. Stres sangat berat ≥ 34
()
Indeks Massa Tubuh Perbandingan antara berat Self-Reported Kuesioner 0. Sangat Kurus, jika IMT < Ordinal
badan (kg) dengan tinggi badan 17,50
(m2) yang dimiliki oleh 1. Kurus, jika IMT 17,50-

37
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
responden pada periode 18,49
mesntruasi sebelum penelitian 2. Normal, jika IMT 18,50 –
dilakukan 24,99
3. Gemuk, jika IMT 25,00 –
27,00
4. Obesitas, jika IMT >
27,00
()
Riwayat Keluarga Ada tidaknya anggota keluarga Self-reported kuesioner 0. Tidak Nominal
responden yang mengalami 1. Tidak Tahu
dismenore 2. Ya
Usia Menarche Usia responden saat pertama Self-reported kuesioner Tahun Rasio
kali mengalami menstruasi yang
dinyatakan dalam satuan tahun
Lama Menstruasi Rentang waktu menstruasi yang Self-reported Kuesioner 0. ≤ 4 hari Ordinal
biasa dialami oleh responden 1. 5-7 hari
dalam satu siklus menstruasi 2. > 7 hari
(Alosaimi, 2014)

38
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Siklus Menstruasi Rentang waktu antara satu Self-reported Kuesioner 0. < 21 hari Ordinal
menstruasi dengan menstruasi 1. 21-35 hari
berikutnya 2. > 35 hari
(Charu dkk, 2012)
Gangguan Belajar

Kehadiran saat Kehadiran responden dalam Self-reported Kuesioner 0. Hadir Nominal


kegiatan belajar proses belajar mengajar di kelas 1. Tidak hadir
mengajar saat mengalami dismenore
Kehadiran saat ujian Kehadiran responden ketika Self-reported Kuesioner 0. Hadir Nominal
ujian berlangsung pada saat 1. Tidak hadir
mengalami dismenore
Konsentrasi saat Kefokusan responden dalam Self-reported Kuesioner 0. Konsentrasi Nominal
belajar memperhatikan pemberian 1. Tidak konsentrasi
materi oleh guru atau tenaga
pendidik saat mengalami
dismenore

39
3.3. Hipotesis

1. Adanya hubungan antara usia dengan kejadian dismenore pada remaja

putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat

2. Adanya hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan kejadian

dismenore pada remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat

3. Adanya hubungan antara tingkat stres dengan kejadian dismenore pada

remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat

4. Adanya hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian dismenore

pada remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat

5. Adanya hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian dismenore

pada remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat

6. Adanya hubungan usia menarche antara dengan kejadian dismenore pada

remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat

7. Adanya hubungan lama menstruasi antara dengan kejadian dismenore

pada remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat

8. Adanya hubungan siklus menstruasi antara dengan kejadian dismenore

pada remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat

40
BAB IV

METODOLOGI

4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi dengan

menggunakan desain studi potong lintang (cross sectional). Studi cross

sectional dipilih dalam penelitian ini karena pengukuran dan pengumpulan

data baik variabel independen maupun variabel dependen dilakukan dalam

waktu yang sama.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di beberapa sekolah SMA dan sederajat di

Jakarta Barat yang terpilih secara acak. Penelitian ini telah dilakukan pada

bulan Juli hingga Desember 2015.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswi kelas XI dan XII SMA dan

sederajat yang terdaftar di masing-masing sekolah SMA dan sederajat di

Jakarta Barat. Sedangkan sampel dalam penelitian ini dipilih secara acak pada

sekolah yang terpilih untuk menjadi tempat penelitian. Kelas X tidak

dimasukkan ke dalam populasi dan sampel dikarenakan data siswa untuk

tahun ajaran 2015-2016 belum tersedia dengan baik. Jumlah sampel dalam

penelitian ini dihitung dengan berdasarkan pada rumus besar sampel untuk

metode pemilihan sampel secara multistage random sampling. Rumus besar

41
sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus beda dua proporsi

dan klaster random sampling sebagai berikut (Ariawan, 1998):

Z1-α = derajat kepercayaan 95% = 1,64

Z1-β = kekuatan uji 80% = 0,84

P1 = proporsi pada penelitian terdahulu (Sirait dkk, 2014) = 85,9% = 0,859

P2 = proporsi pada penelitian terdahulu (Muntari, 2010) = 67,7% = 0,677

deff = desain efek = 2

Penggunaan desain efek 2 dikarenakan dismenore merupakan kejadian

yang sering dialami (Ariawan, 1998). Berdasarkan pada rumus tersebut,

sampel minimal dalam penelitian ini sebesar 264 siswi. Peneliti

memperhitungkan terjadinya missing data dan non respond, sehingga besar

sampel dalam penelitian ini menjadi 317 siswi.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan

multistage random sampling. Pemilihan sampel pertama kali dengan

menentukan sekolah berdasarkan jenis sekolah. Peneliti mengelompokkan

sekolah menjadi delapan klaster berdasarkan jenis sekolah. Jenis sekolah yang

berjumlah kurang dari 50 sekolah, hanya diambil satu klaster. Sedangkan jenis

sekolah yang berjumlah lebih dari 50 sekolah, menjadi dua klaster. Jenis

sekolah tingkat SMA di Jakarta Barat terdiri atas SMA negeri (17 sekolah),

SMA swasta (106 sekolah), Madrasah Aliyah negeri (6 sekolah), Madrasah

42
Aliyah swasta (9 sekolah), SMK negeri (9 sekolah) dan SMK swasta (103

sekolah). Sehingga, total sekolah SMA sederajat di Jakarta Barat berjumlah

250 sekolah. Setelah masing-masing sekolah terpilih, peneliti melakukan

pemilihan berikutnya yaitu pemilihan terhadap kelas XI dan XII di masing-

masing sekolah yang terpilih. Pemilihan sekolah dilakukan secara acak

sederhana dan didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.1
Alokasi Jumlah Siswi pada Sekolah Terpilih
Klaster Jenis Sekolah Nama Sekolah Jumlah
Siswi
1 SMA negeri SMA Negeri 84 Jakarta 291 siswi
SMA Islam Al Huda
2 361 siswi
SMA swasta Cengkareng, Jakarta
3 SMA Cengkareng Satu Jakarta 154 siswi
Madrasah
4 MAN 12 Jakarta 272 siswi
Aliyah negeri
Madrasah Madrasah Aliyah Annida Al-
5 118 siswi
Aliyah swasta Islamy
6 SMK negeri SMK Negeri 60 Jakarta 209 siswi
SMK Muhammadiyah 13
7 56 siswi
SMK swasta Jakarta
8 SMK Ad-Da’wah Jakarta 155 siswi
Total 1.616 siswi

Sehingga total seluruh siswi dari kedelapan sekolah yang terpilih

sebanyak 1.616 siswi. Oleh karena itu, pemenuhan sampel pada masing-

masing sekolah dilakukan dengan metode probability proporsional size

(PPS). Sehingga pengalokasian sampel adalah sebagai berikut:

43
Tabel 4.2
Alokasi Sampel Penelitian pada Masing-Masing Sekolah
No Nama Sekolah Jumlah
Sebaran Sampel
1 SMA Negeri 84 Jakarta 57
2 SMA Islam Al Huda Jakarta 71
3 SMA Cengkareng 1 Jakarta 30
4 MA Negeri 12 Jakarta 53
5 MA Annida Al-Islamy Jakarta 23
6 SMK Negeri 60 Jakarta 41
7 SMK Muhammadiyah 13 Jakarta 12
8 SMK Ad – Da’wah Jakarta 30
Total 317

Alur pengambilan sampel dalam penelitian ini, pertama kali peneliti

menentukan tempat penelitian. Selanjutnya peneliti akan membagi sekolah-

sekolah berdasarkan jenis penyenggaraan sekolah tersebut, yaitu membaginya

dalam enam kelompok sebagai berikut, SMA negeri, SMA swasta, MA

negeri, MA swasta, SMK negeri dan SMK swasta. Setelah sekolah terpilih

berdasarkan jenis tersebut, peneliti menentukan sampel berdasarkan pemilihan

sampel sederhana menggunakan daftar siswa sesuai dengan sekolah dan

alokasi dari masing-masing- sekolah tersebut.

44
SMA dan sederajat di
Jakarta Barat

SMA Negeri SMA Swasta MA Negeri MA Swasta SMK Negeri SMK Swasta

SMAN 84 SMA Al Huda SMA Cengkareng MAN 12 MA Annida Al SMKN 60 SMK SMK Ad-
Satu Islamy Muhammadiyah 13 Da’wah

Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas
XI XII XI XII XI XII XI XII XI XII XI XII XI XII XI XII

Bagan 4.1 Alur Pengambilan Sampel Penelitian

45
4.4. Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini antara lain data

yang terkait dengan identitas responden, kejadian dismenore yang

dialami oleh responden termasuk derajat nyeri, aktivitas fisik, stres,

gangguan yang dialami oleh responden terhadap belajar.

b. Data sekunder

Dalam penelitian ini, data sekunder didapatkan dari masing-masing

sekolah yang terpilih. Data tersebut berupa jumlah siswi pada setiap

kelas yang digunakan sebagai frame sampling dalam penelitian.

c. Instrumen

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner

yang digunakan telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas di SMA

Negeri 65 Jakarta. Uji validitas dan reliabilitas ini dilakukan pada 21

siswi di sekolah tersebut. Uji validitas dan reliabilitas ini dilakukan

untuk mengetahui kelayakan instrumen yang digunakan dalam

penelitian. Uji validitas dilakukan dengan membandingkan hasil

statistik Corrected item-Total Correlation dengan r-tabel, sedangkan

uji reliabilitas dengan membandingkan antara nilai Cronbach’s Alpha

dengan r-tabel. Pengujian secara statistik hanya dapat dilakukan pada

bagian stres. Nilai Cronbach’s Alpha yang didapat adalah 0,861 dan r-

tabel 0,423. Karena nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari r-tabel

maka instrumen dinyatakan reliabel. Sedangkan nilai Corrected item-

Total Correlation dinyatakan valid karena lebih besar dari r-tabel

46
(0,423) kecuali pada pertanyaan e05, e08 dan e11. Sedangkan untuk

pertanyaan lainnya uji validitas dilakukan dengan melihat tanggapan

siswi terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Berdasarkan

hasil pengamatan tersebut, terdapat beberapa pertanyaan yang kurang

dipahami oleh siswi yang berpartisipasi. Pertanyaan-pertanyaan

tersebut antara lain, c03, d03, d06, dan d09. Pada pertanyaan-

pertanyaan yang terlihat kurang dipahami oleh responden saat uji

validitas, peneliti merubah redaksi kata atau kalimat sehingga lebih

mudah untuk dipahami.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini, terdiri atas:

1) Lembar persetujuan (inform consent), merupakan pernyatan dari

peneliti terkait tujuan penelitian, manfaat yang didapat oleh

responden, kontak peneliti, dan persetujuan responden untuk

berpartisipasi dalam penelitian.

2) Identitas responden, berisi mengenai data diri responden antara

lain, sekolah, kelas, jurusan/program, nama, no. Hp, tanggal lahir,

usia responden dan alamat tempat tinggal responden.

3) Gejala dismenore dan keluhan lainnya yang dialami oleh

responden saat menstruasi

4) Aktivitas fisik, pertanyaan ini berdasarkan pada kueioner standar

dari International Physical Activity Questionnaires. Pada kuesioner

tersebut terdapat 16 pertanyaan yang berkaitan dengan aktivitas

fisik yang biasa dilakukan. Tingkat aktivitas fisik dibedakan

menjadi lima bagian, yaitu:

47
a) Rendah, jika aktivitas fisik < 600 MET minggu

b) Sedang, jika aktivitas fisik 600 – 2999 MET per minggu

c) Tinggi, jika aktivitas fisik dilakukan ≥ 3000 menit per minggu

5) Stres, pertanyaan ini berdasarkan pada kuesioner standar yaitu

Depression Anxiety and Stress Scale. Dalam bagian ini terdapat 14

pertanyaan. Masing-masing pertanyaan berdasarkan pada frekuensi

yang dialami oleh responden. Terdapat pembobotan dalam bagian

pertanyaan ini, yaitu:

a) Sering Sekali diberikan bobot 3

b) Lumayan sering diberikan bobot 2

c) Kadang-kadang diberikan bobot 1

d) Tidak pernah diberikan bobot 0

Sehingga total bobot dalam pertanyaan ini adalah 42 poin.

Penentuan tingkat stres dalam penelitian ini sebagaimana

tercantum dalam definisi operasional.

6) Indeks Massa Tubuh (IMT) yang terdiri atas pertanyaan berat

badan dan tinggi pada responden pada periode menstruasi sebelum

penelitian. Hasil perhitungan IMT yang dilaporkan oleh responden

akan dikonversikan dengan menggunakan rumus IMTukur =0,63 +

[1,01 x IMTself-reported] + [0.0006 x usia dalam tahun]. Pertimbangan

atas penggunaan konversi ini antara lain, peneliti tidak mengukur

langsung berat badan dan tinggi badan responden dan informasi

yang diberikan oleh responden berdasarkan pada ingatan mereka.

48
IMT dalam penelitian ini dikategorisasikan sebagai berikut

(Istianty dan Rusilanti, 2013):

a) Sangat Kurus, jika nilai IMT < 17,50

b) Kurus, jika nilai IMT antara 17,50 - 18,49

c) Normal, jika nilai IMT antara 18,50 – 24,99

d) Gemuk, jika nilai IMT anatara 25,00 – 27,00

e) Obesitas jika nilai IMT > 27,00

7) Riwayat Keluarga, ada tidaknya anggota keluarga lain yang

mengalami dismenore dan siapa saja yang mengalaminya.

8) Karakteristik waktu yang meliputi, usia menarche, lama dismenore

dan lama siklus menstruasi yang dialami responden.

9) Dampak yang dirasakan ketika mengalami dismenore terkait

dengan aktivitas belajar dan sosial

Seluruh data tersebut diisi oleh responden (self-reported) dan

dikembalikan kepada peneliti dengan terlebih dahulu dicek

kelengkapan jawabannya.

4.5. Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul, kemudian diolah dengan menggunakan

software epidata ver. 2.0. langkah pengolahan data adalah sebagai berikut:

1. Data Editing

Langkah pertama yang dilakukan adalah mengedit data. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya data yang kurang atau tidak

jelas yang diberikan oleh responden terkait setiap variabel yang diteliti.

Jika terdapat data yang kurang atau tidak jelas, peneliti akan

49
mengkoreksi dengan menghubungi responden. Oleh karena itu, nomor

kontak responden menjadi sangat perlu dalam hal ini.

2. Coding Data

Setelah memastikan jika data yang diberikan oleh responden

lengkap dan jelas, langkah berikutnya adalah mengkode data. Data

yang telah dikumpulkan diberikan kode sesuai dengan jenis variabel,

baik itu nominal, ordinal maupun interval. Selain itu kode diberikan

untuk mempermudah dalam melakukan analisis data.

Pengkodeaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.3
Pengkodeaan Kuesioner
Pertanyaan Kode
Identitas Responden IR
Dismenore dan Keluhan Lainnya A
Riwayat Keluarga B
Status Menstruasi C
Aktivitas Fisik D
Tingkat Stres E
Indeks Massa Tubuh (IMT) F
Gangguan Belajar G

3. Entry Data

Setelah semua variabel mendapatkan kode yang diperlukan,

langkah selanjutnya adalah memasukkan data ke software epidata ver

2.0.

4. Exporting Data

Setelah semua data dimasukkan dan dibersihkan, langkah

selanjutnya adalah memindahkan data dari epidata ver. 2.0 ke software

pengolah data yang sesuai untuk dilakukan analisis.

50
5. Cleaning Data

Langkah selanjutnya adalah memastikan bahwa data yang telah

dimasukkan ke program komputer lengkap dan akurat sesuai dengan

yang terdapat pada kuesioner. Sehingga jika terdapat kesalahan dan

ketidaksesuaian dapat diantisipasi.

4.6. Analisis Data

Data yang telah dipindahkan dari software epidata ver. 2.0

kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan software pengolah

data. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat. Analisis

univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing

variabel yang diteliti. Selain itu juga dilakukan uji statistik untuk

membuktikan hipotesis yang ada. Uji statistik yang digunakan dalam

pembuktian hipotesis adalah uji chi square, karena variabel yang diteliti

berupa variabel kategorik baik independen maupun dependen dengan taraf

signifikansi kurang dari 0,05.

51
BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1. Hasil Univariat


5.1.1. Prevalensi Kejadian Dismenore

Tabel 5.1
Prevalensi Kejadian Dismenore pada Remaja Putri SMA dan
Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015
Kejadian Dismenore Frekuensi Persentase (%)
(n)
Tidak Nyeri 55 17,4
Nyeri Ringan 156 49,9
Nyeri Sedang 96 30,4
Nyeri Berat 9 2,8
Total 316 100,0

Berdasarkan table 5.1 kejadian dismenore paling banyak

dialami oleh remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat yaitu

nyeri ringan sebesar 49,9%.

5.1.2. Gejala Penyerta Dismenore

Tabel 5.2
Gejala Penyerta Dismenore pada Remaja Putri SMA dan Sederajat
di Jakarta Barat Tahun 2015 (n=261)
nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat
Gejala Penyerta
n % n % n %
mual 7 36.8% 12 63.2% 0 0.0%
muntah 2 66.7% 1 33.3% 0 0.0%
diare 5 71.4% 1 14.3% 1 14.3%
nyeri punggung 54 55.7% 41 42.3% 2 2.1%
pegal 112 59.6% 70 37.2% 6 3.2%
sakit kepala 10 33.3% 19 63.3% 1 3.3%
pusing 28 47.5% 28 47.5% 3 5.1%
pingsan 0 0.0% 2 100.0% 0 0.0%
lainnya 4 57.1% 3 42.9% 0 0.0%
Berdasarkan tabel 5.2 muntah, diare, nyeri punggung, pegal,

pusing dan lainnya merupakan gejala yang paling banyak

menyertai remaja putri dengan dismenore ringan. Sedangkan mual,

52
sakit kepala, pusing dan pingsan merupakan yang paling banyak

menyertai nyeri sedang pada remaja putri. Nyeri berat paling

banyak disertai dengan nyeri punggung.

5.1.3. Lama Dismenore

Tabel 5.3
Rata-Rata Lama Dismenore yang Dialami oleh Remaja Putri SMA
dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015
Mean ± SD Min-Maks 95% CI
Median
2,36 ± 1.31 hari 1–8 2,20 – 2,52
2 hari
n=261

Berdasarkan tabel 5.3 lama dismenore yang dialami oleh

remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat memiliki rata-rata

selama 2,36 ± 1.31 hari dan median selama dua hari.

5.1.4. Karakteristik Orang


5.1.4.1. Usia

Tabel 5.4
Rata-Rata Usia Remaja Putri SMA dan Sederajat di
Jakarta Barat Tahun 2015
Mean ± SD Min-Maks 95% CI
Median
16,64 ± 0.699 tahun 15 – 18 16,55 – 16,70
17,00 tahun

Berdasarkan tabel 5.4, pada penelitian ini usia

remaja putri rata-rata adalah 16,64 ± 0.699 dengan nilai

median 17 tahun.

5.1.4.2. Tingkat Aktivitas Fisik

Tabel 5.5
Tingkat Aktivitas Fisik pada Remaja Putri SMA dan
Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015
Aktivitas Fisik Frekuensi (n) Presentase (%)
Ringan 88 27,8
Sedang 115 36,4
Berat 113 35,8
Total 316 100.0

53
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa remaja putri SMA

dan sederajat di Jakarta Barat paling banyak beraktivitas

fisik sedang yaitu sebesar 36,4%.

5.1.4.3. Tingkat Stres

Tabel 5.6
Tingkat Stres pada Remaja Putri SMA dan Sederajat di
Jakarta Barat Tahun 2015
Tingkat Stres Frekuensi (n) Presentase (%)
Tidak Stres 84 26,6
Stres Ringan 56 17,7
Stres Sedang 114 36,1
Stres Berat 62 19,6
Total 316 100,0

Tabel 5.6 menyatakan bahwa 36,3% remaja putri

SMA dan sederajat di Jakarta Barat memiliki tingkat stres

sedang.

5.1.4.4. Indeks Massa Tubuh

Tabel 5.7
Indeks Massa Tubuh yang Dimiliki oleh Remaja Putri SMA
dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015
Indeks Massa Tubuh Frekuensi (n) Presentase (%)
Kurus 79 25,0
Normal 210 66,5
Gemuk 14 4,4
Obesitas 13 4,1
Total 316 100,0

66,5% remaja putri SMA dan sederajat memiliki

indeks massa tubuh yang normal. Hal ini seperti yang

terlihat pada tabel 5.7.

54
5.1.4.5. Riwayat Keluarga

Tabel 5.8
Riwayat Dismenore pada Keluarga Remaja Putri SMA dan
Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015
Riwayat Keluarga Frekuensi (n) Presentase (%)
Ya 204 64,6
Tidak 43 13,6
Tidak Tahu 69 21,8
Total 316 100,0

Berdasarkan tabel 5.8, sebagian besar (64,4%)

remaja putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat memiliki

riwayat dismenore dalam keluarganya.

5.1.5. Karakteristik Waktu


5.1.5.1. Usia Menarche

Tabel 5.9
Rata-Rata Usia Menarche Remaja Putri SMA dan
Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015
Mean ± SD Min-Maks 95% CI
Median
12,46 ± 1,18 tahun 7 – 16 12,33 – 12,59
12 tahun

Rata-rata usia menarche yang dialami oleh remaja

putri SMA dan Sederajat adalah pada usia 12,46 ± 1,18

tahun dan memiliki median pada usia 12 tahun. Hal

tersebut seperti yang terlihat pada tabel 5.9.

5.1.5.2. Lama Menstruasi

Tabel 5.10
Rata-Rata Lama Menstruasi yang Dialami oleh Remaja
Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015
Mean ± SD Min-Maks 95% CI
Median
6,57 ± 1,30 hari 3 – 14 6,43 – 6,72
7,00 hari

Tabel 5.10 menunjukkan bahwa rata-rata lama

menstruasi yang dialami oleh remaja putri SMA dan

55
sederajat di Jakarta Barat selama 6,57 ± 1,30 hari dan

median lama menstruasi adalah 7 hari.

5.1.5.3. Siklus Menstruasi

Tabel 5.11
Rata-Rata Siklus Menstruasi pada Remaja Putri SMA dan
Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015
Mean ± SD Min-Maks 95% CI
Median
27,27 ± 5,164 hari 14 – 60 26,70 – 27,84
28,00 hari

Berdasarkan tabel 5.11 remaja putri SMA dan

sederajat di Jakarta Barat memiliki rata-rata siklus

menstruasi selama 27,27 ± 5,164 hari dengan median

selama 28 hari.

5.1.6. Dampak Dismenore

Tabel 5.12
Dampak Kejadian Dismenore pada Remaja Putri SMA dan
Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015
Gangguan Belajar Persentase
(%)
Ketidakhadiran saat KBM 9.5%
Ketidakhadiran saat ujian 2.7%
Tidak memperhatikan penjelasan guru 51,3%
Izin ke UKS 19,2%
Tidur di kelas 44,1%
Lainnya, 7,3%
Berdasarkan tabel 5.12, 51,3% remaja putri yang

mengalami dismenore berdampak pada tidak memperhatikannya

penjelasan yang diberikan oleh guru pada saat kegiatan belajar

mengajar berlangsung. Selain itu, 44,1% remaja putri memilih

untuk tidur di kelas saat KBM guna mengurangi rasa nyeri yang

dirasakan.

56
5.2. Hasil Bivariat
5.2.1. Karakteristik Orang
5.2.1.1. Usia

Grafik 5.1
Kejadian Dismenore Berdasarkan Usia pada Remaja Putri
SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015

Grafik 5.1 memperlihatkan bahwa presentase nyeri

ringan cukup dominan pada setiap kelompok umur.

Remaja putri yang tidak mengalami nyeri paling banyak

pada yang berusia 16 tahun (19,2%) dan 15 tahun (18,2%),

sedangkan nyeri ringan paling banyak dialami oleh remaja

putri yang berusia 15 tahun (54,5%), begitu pula dengan

nyeri berat juga pada remaja putri berusia 15 tahun

(9,1%), nyeri sedang paling banyak dialami pada yang

berusia 16 tahun (31,2%) dan 18 tahun (31,0%), Grafik

tersebut juga memperlihatkan bahwa tidak ada hubungan

yang signifikan antara usia dengan kejadian dismenore

pada remaja putri (pvalue = 0,825).

57
5.2.1.2. Tingkat Aktivitas Fisik

Grafik 5.2
Kejadian Dismenore Berdasarkan Tingkat Aktivitas Fisik
pada Remaja Putri SMA dan Sederajat Di Jakarta Barat
Tahun 2015

Grafik 5.2 memperlihatkan bahwa adanya

hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan

kejadian dismenore yang dibuktikan dengan nilai pvalue

sebesar 0,046. Hal ini dapat terlihat pada grafik 5.2 yang

menunjukkan bahwa semakin berat aktivitas fisik yang

dilakukan maka persentase nyeri ringan semakin

berkurang. Namun, pada remaja putri yang mengalami

nyeri berat cenderung berkurang persentasenya ketika

melakukan aktivitas fisik yang semakin ringan.

58
5.2.1.3. Tingkat Stres

Grafik 5.3
Kejadian Dismenore Berdasarkan Tingkat Stres pada
Remaja Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun
2015

Berdasarkan grafik 5.3, tingkat nyeri ringan

cenderung dialami oleh remaja putri pada setiap kelompok

tingkat stres. Pada remaja putri yang tidak merasakan

nyeri paling banyak dialami oleh mereka yang tidak stres

(26,2%) dari pada kelompok tingkat stres lainnya.

Sedangkan nyeri ringan hampir merata disetiap tingkat

stres, dengan yang paling banyak pada remaja putri yang

merasa stres sedang (53,5%). Sementara itu, nyeri sedang

paling banyak dialami oleh remaja putri yang merasa stres

berat (41,7%). Nyeri berat paling banyak dialami oleh

remaja putri yang merasa stress sangat berat (14,3%)

disbanding dengan tingkat stres lainnya. Selain itu,

diketahui pula bahwa tidak terdapat hubungan yang

59
signifikan antara tingkat stres yang dirasakan oleh remaja

putri SMA dan sederajat di Jakarta Barat dengan kejadian

dismenore. Hal itu terlihat karena nilai signifikasi sebesar

0,101.

5.2.1.4. Indeks Massa Tubuh

Grafik 5.4
Kejadian Dismenore Berdasarkan Indeks Massa Tubuh
pada Remaja Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat
Tahun 2015

Grafik 5.4, menunjukkan bahwa adanya variasi

tingkat nyeri ringan dan berat yang dialami oleh remaja

putri berdasarkan indeks massa tubuh. Nyeri ringan paling

banyak dialami oleh remaja putri yang gemuk. Sedangkan

semakin menjauhi IMT normal semakin tinggi prevalensi

nyeri ringan yang dialami oleh remaja putri. Selain itu,

nilai signifikasi lebih tinggi dari 0,05, sehingga dapat

dinyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna

60
antara indeks massa tubuh dengan kejadian dismenore

dengan nilai signifikansi sebesar 0,143.

5.2.1.5. Riwayat Keluarga

Grafik 5.5
Kejadian Dismenore Berdasarkan Riwayat Keluarga pada
Remaja Putrid SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun
2015

Berdasarkan grafik 5.5, presentase kejadian nyeri

ringan merupakan yang paling banyak dialami oleh remaja

putri SMA dan sederjata di Jakarta Barat baik yang

memiliki riwayat keluarga ataupun tidak. Selain itu hasil

penelitian juga menunjukkan bahwa remaja putri yang

memiliki riwayat keluarga justru banyak yang tidak

mengalami nyeri, sedangkan yang tidak mengetahui ada

tidaknya riwayat keluarga memiliki presentase tertinggi

mengalami nyeri berat. Akan tetapi Terdapat hubungan

yang bermakna antara riwayat keluarga dengan kejadian

61
dismenore. Hal ini karena nilai pvalue yang didapat

sebesar 0,000.

5.2.2. Karakteristik Waktu


5.2.2.1. Usia Menarche

Grafik 5.6
Kejadian Dismenore Berdasarkan Usia Menarche Remaja
Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015

Grafik 5.6 memperlihatkan bahwa presentase nyeri

ringan merupakan yang paling tinggi dialami oleh remaja

putri yang usia menarche-nya adalah kurang dari atau

sama dengan 12 tahun dan 13-14 tahun. Sedangkan

presentase nyeri berat tertinggi (63,6%) dialami oleh

remaja putri yang menarche-nya lebih dari 14 tahun.

Selain itu, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

usia menarche dengan kejadian dismenore karena pvalue

hasil uji statistik sebesar 0,237.

62
5.2.2.2. Lama Menstruasi

Grafik 5.7
Kejadian Dismenore Berdasarkan Lama Menstruasi pada
Remaja Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun
2015

Berdasarkan grafik 5.7, presentase masing-masing

tingkat nyeri tidak terlalu berbeda pada setiap kategori

lama menstruasi yang dialami oleh remaja putri SMA dan

sederajat di Jakarta Barat. Remaja yang memiliki lama

menstruasi kurang atau sama dengan empat hari paling

banyak mengalami nyeri ringan (35,3%) dan nyeri berat

sebesar (5,9%), meskipun nyeri ringan juga yang paling

banyak dialami (51,2%). Sedangkan remaja putri yang

memiliki lama menstruasi lebih dari 7 tahun paling banyak

mengalami nyeri berat (7,3%) dibanding dengan kategori

lainnya. Remaja putri dengan lama menstruari 5 hingga 7

hari memiliki prevalensi nyeri sedang lebih banyak dari

pada kategori lainnya (31,0%). Pada variabel ini pun tidak

63
terdapat hubungan yang bermakna antara lama menstruasi

dengan kejadian dismenore. Hal itu ditunjukkan dengan

nilai pvalue sebesar 0,260.

5.2.2.3. Siklus Menstruasi

Grafik 5.8
Kejadian Dismenore Berdasarkan Siklus Menstruasi pada
Remaja Putri SMA dan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015

Berdasarkan grafik 5.8, presentase nyeri ringan

sangat tinggi antara remaja putri yang memiliki siklus

menstruasi kurang dari 21 hari (53,3%) dan antara 21

hingga 35 hari (49,3%). Sedangkan pada remaja putri yang

memiliki siklus menstruasi lebih dari 35 hari tidak terdapat

perbedaan presentasi pada hampir setiap tingkat nyeri.

Selain itu nyeri berat paling banyak dialami oleh remaja

putri yang memiliki siklus mesntruasi normal (21-35 hari).

Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara siklus

menstruasi dengan kejadian dismenore. Hal ini

64
ditunjukkan dengan nilai pvalue yang didapat sebesar

0,828.

65
BAB VI

PEMBAHASAN

6.1. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, antara lain:

a. Bias informasi, kesalahan yang terjadi pada saat responden mengisi

kuesioner pada bagian IMT (kode F). Hal ini terjadi karena pada

penelitian ini informasi berat badan dan tinggi badan dilaporkan

sendiri oleh responden berdasarkan ingatannya sekitar satu bulan lalu.

Meskipun begitu peneliti berusaha mengatasi bias ini dengan

melakukan perhitungan berdasarkan rumus dari National Health and

Nutrition Survey U.S. khusus untuk perempuan untuk mengkonversi

berat badan dan tinggi badan yang dilaporkan oleh responden.

b. Validitas instrumen, pada penelitian ini instrumen yang valid

berdasarkan statistik hanya pada bagian stres (kode E), namun

pertanyaan lainnya tidak dapat diuji validitas secara statistik. Pada

beberapa pertanyaan yang membingungkan responden, peneliti

berusaha untuk mengubah redaksi kalimat yang digunakan menjadi

lebih mudah dipahami.

6.2. Kejadian Dismenore

Dismenore merupakan salah satu gangguan ginekologi yang sering

terjadi pada remaja (Edmonds, 2007). Dismenore merupakan nyeri yang

terjadi pada perut bagian bawah yang menyebar ke pinggang dan paha.

66
Nyeri ini dapat timbul tidak lama sebelum atau bersama-sama dengan

permulaan haid (Winkjosastro, 1999). Berdasarkan penelitian, kejadian

dismenore pada remaja putri di Jakarta Barat sangat tinggi khususnya pada

dismenore ringan. Banyak penelitian yang menemukan hal serupa. Muntari

(2010), menemukan bahwa 67,74% remaja putri mengalami nyeri

dismenore. Bahkan, penelitian Sophia (2013) menemukan prevalensi

kejadian dismenore pada remaja putri sebesar 81,3%. Sedangkan

penelitian lain pun ada juga yang menemukan bahwa dismenore ringan

merupakan yang paling banyak dialami, seperti pada tahun 2007,

Nurhidayati juga mengemukakan bahwa 56,6% responden mengalami

nyeri ringan (Nurhidayati, 2007). Pada penelitian Asih (2013), pada siswi

kelas XI SMK YAPSIPA Kota Tasikmalaya yang menemukan 66,1%

dismenore ringan. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sirait dkk (2014), dari 85,9% siswi SMA yang mengalami dismenore,

79,1% diantaranya merupakan dismenore ringan.

Berbeda dengan penelitian terdahulu di Indonesia, beberapa

penelitian yang dilakukan di negara-negara lain memiliki hasil yang

sedikit berbeda. Seperti pada penelitian Al Kindi dan Al Bulushi (2011)

yang menemukan bahwa nyeri sedang 41%, sedangkan nyeri ringan hanya

sebesar 27%. Hal serupa juga ditemukan oleh penelitian Gumanga dan

Aryee (2012) di Accra, Ghana, 170 responden (37,5%) mengalami nyeri

dismenore sedang. Okoro dkk (2013) juga menemukan hasil yang berbeda

dengan penelitian ini, yaitu 54% dari kejadian dismenore merupakan

dismenore dengan kategori sedang.

67
Selain nyeri pada perut bagian bawah, biasanya remaja putri juga

mengalami gejala-gejala lain yang menyertai dismenore. Gejala dismenore

yang paling sering dialami adalah kram pada perut. Gejala lain yang

umumnya dialami antara lain, mual, muntah, diare, nyeri punggung, pegal,

sakit kepala, pusing hingga pingsan (Okoro dkk, 2013). Gejala yang paling

banyak menyertai nyeri dismenore pada penelitian ini tidak jauh berbeda

dengan yang ditemukan pada penelitian Chongpengsuklert dkk (2008)

yang dilakukan pada siswi SMA di Provinsi Khon Kaen, Thailand. Pada

penelitian tersebut, gejala seperti pegal dan sakit punggung menjadi yang

paling banyak dirasakan oleh responden.

Hasil yang ditemukan oleh Chongpengsuklert dkk (2008)

menyatakan bahwa sebesar 70,7% responden juga mengalami pegal-pegal

dan 63,7% mengalami sakit punggung pada saat dismenore. Akan tetapi

pada penelitian Chongpengsuklert dkk (2008), juga menemukan adanya

gejala lain yang juga tinggi dialami oleh responden, yaitu perubahan

perasaan (mood) sebesar 84,8% dan gejala inilah yang paling banyak

dialami oleh remaja di Thailand Chongpengsuklert dkk (2008). Hal serupa

juga ditemukan oleh penelitian Tangchai (2004), yang menemukan bahwa

58,9% mengalami gejala sakit punggung dan 42,9% pegal. Penelitian

Banikarim dkk (2000) dan Hillen dkk (1999) juga menyatakan hal yang

serupa

Dismenore mulai terjadi pada 24 jam sebelum terjadinya

pendarahan haid dan dapat bertahan selama 24-36 jam meskipun beratnya

hanya berlangsung selama 24 jam pertama saat terjadinya pendarahan

68
haid. Lebih dari 50% responden yang mengalami dismenore merasakan

nyeri ≤2 hari pada penelitian ini. Hal ini sesuai dengan yang ditemukan

pada penelitian Alosaimi (2014) bahwa lama dismenore yang dialami oleh

responden paling banyak ≤2 hari. Penelitian El Gilany dkk (2005),

prevalensi paling tinggi remaja yang mengalami dismenore dengan durasi

atau lama nyeri kurang dari 24 jam, yaitu sebesar 64,9%. Bahkan dalam

penelitian El Hameed dkk (2011), dismenore paling banyak dialami oleh

remaja selama 24 jam pertama saat menstruasi. Gagua dkk (2012) juga

sependapat dengan hasil penelitian ini. Pada penelitian tersebut 34,42%

mengalami dismenore selama satu hari atau lebih.

6.3. Karakteristik Orang


6.3.1. Usia

Usia diterjemahkan sebagai lamanya keberadaan seseorang

diukur dalam satuan waktu yang dipandang dari segi kronologik,

individu normal yang memperlihatkan derajat perkembangan

anatomis dan fisiologik sama (Poppy, 1998). Pada penelitian ini

usia responden memiliki nilai median adalah 17 tahun. Penelitian

yang dilakukan oleh Nurhidayati (2007) pada siswi SMA Negeri 1

Sukaresmi, Cianjur, menemukan bahwa 20,5% berusia 15 tahun,

39,8% berusia 16 tahun, 25,3% berusia 17 tahun dan 14,5% berusia

18 tahun. Sedangkan penelitian Sirait dkk (2014) yang dilakukan di

SMA Negeri 2 Medan menemukan bahwa 60,9% berusia 16-18

tahun. Serupa dengan penelitian lainnya, penelitian Sophia (2013),

pada siswi SMK Negeri 10 Medan, menemukan bahwa paling

banyak (83%) berusia 15-17 tahun.

69
Penelitian Al Kindi dan Al Bulushi (2011) dilakukan pada

remaja usia 15 sampai 23 tahun dengan rata-rata usia 17-18 tahun.

51% responden yang berusia 15-17 tahun mengalami dismenore

dan 49% responden berusia 18-23 tahun juga mengalami

dismenore. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Manorek

dkk (2014), usia responden berada pada rentang 15-16 tahun.

Dismenore umumnya terjadi 2-3 tahun pasca menarche. Usia

menarche idealnya pada rentang 13-14 tahun. Oleh karena itu

kejadian dismenore umumnya terjadi pada remaja yang berusia 15-

17 tahun (Baradero, 2006).

Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa remaja putri

SMA dan sederajat memiliki kecenderungan yang sama untuk

mengalami dismenore ringan. Selain itu, penelitian ini juga tidak

menemukan adanya hubungan signifikan antara usia dengan

kejadian dismenore. Hasil ini serupa dengan beberapa penelitian

terdahulu, di antaranya Penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayati

(2007) pada siswi SMA Negeri 1 Sukaresmi, Cianjur, menemukan

bahwa tidak ada hubungan bermakna antara usia dengan kejadian

dismenore. Penelitian Sirait dkk (2014) yang dilakukan di SMA

Negeri 2 Medan juga menyatakan bahwa tidak ada hubungan

antara usia dengan kejadia dismenore. Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh El Gilany dkk (2005), menemukan bahwa usia

responden berhubungan dengan kejadian dismenore. Pada

penelitian ini ditemukan pula bahwa semakin tinggi usia responden

70
risiko mengalami dismenore semakin besar. Responden yang

berusia 17 tahun ke atas berisiko mengalami dismenore 6,59 kali

dibanding dengan responden yang berusia 14 tahun (El Gilany dkk,

2005).

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori yang

menyatakan bahwa dismenore umumnya terjadi sekitar dua hingga

tiga tahun setelah menarche. Apabila usia menarche idealnya

adalah 13-14 tahun, maka dismenore biasanya banyak terjadi pada

usia 15 – 17 tahun (Baradero, 2006). Tidak hanya itu, usia tersebut

merupakan masa-masa terjadinya perkembangan organ-organ

reproduksi dan perubahan hormonal yang terjadi secara signifikan

(Baradero, 2006). Selain itu, pengaruh usia pada persepsi nyeri

dan toleransi nyeri secara teori tidak diketahui dengan luas yang

dikarenakan hanya berdasarkan pada laporan nyeri dan pereda

nyeri (Smeltzzer, 2001). Walaupun begitu tidak ada salahnya jika

remaja putri SMA dan sederajat mendapatkan pendidikan

kesehatan reproduksi khususnya mengenai dismenore.

6.3.2. Aktivitas Fisik

Menurut WHO, aktifitas fisik ialah seluruh gerakan tubuh

yang dilakukan oleh otot rangka dan membutuhkan energi (WHO,

2010). Seseorang yang melakukan aktivitas fisik dapat mencegah

terjadinya penyakit dan mengurangi faktor risiko dari penyakit

tersebut. Penelitian ini menemukan bahwa tingkat aktivitas fisik

ringan merupakan yang paling banyak dilakukan oleh remaja putri.

71
Akan tetapi 4,4% remaja putri yang mengalami nyeri berat

memiliki tingkat aktivitas fisik yang tinggi. Penelitian yang

dilakukan oleh Sianipar, dkk (2009) menemukan bahwa 45,6%

responden memiliki tingkat aktivitas fisik yang tidak aktif.

Hasil penelitian ini bisa dikatakan sesuai dengan teori yang

menyatakan bahwa aktivitas fisik merupakan salah satu faktor

risiko dismenore. Karena hasil menunjukkan bahwa remaja putri

yang melakukan aktivitas fisik terlalu ringan dapat mengalami

dismenore ringan. Begitu pula dengan yang melakukan aktivitas

fisik terlalu berat dapat menyebabkan peningkatan nyeri berat yang

dialami oleh remaja putri. Tetapi di lain pihak dapat dikatakan juga

bahwa aktivitas fisik sebagai faktor yang mengurangi rasa nyeri.

Hal tersebut terlihat pada grafik 5.3 bahwa remaja putri yang

memiliki dismenore ringan cenderung berkurang ketika melakukan

aktivitas fisik berat. Salah satu jenis aktvitas fisik yang cukup

sering dilakukan adalah olahraga. Kegiatan tersebut dapat

mengurangi rasa nyeri karena merupakan salah satu bentuk

relaksasi diri. Hal ini dikarenakan saat seseorang melakukan

olahraga, tubuh akan menghasilkan hormon endorphin. Hormon

inilah yang akan berfungsi sebagai mediasi persepsi nyeri pada

kelenjar hipotalamus (Sylvia dan Lorraine, 2006; Sirait dkk, 2014).

Sehingga jika seseorang kurang berolahraga memiliki

kecenderungan untuk merasakan nyeri dari pada yang berolahraga

secara teratur.

72
Beberapa penelitian terdahulu mendukung teori tersebut.

Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Sophia dkk

(2013) yang menemukan adanya hubungan secara bermakna,

bahkan remaja putri yang jarang berolahraga memiliki risiko 1,2

kali mengalami dismenore dibanding dengan remaja putri yang

sering berolahraga. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan

oleh Sirait dkk (2014) di SMA Negeri 2 Medan yang juga

menemukan adanya hubungan yang bermakna antara kebiasaan

olahraga dengan kejadian dismenore. Sirait dkk (2014) bahkan

menemukan bahwa remaja putri yang sering berolahraga memiliki

risiko dismenore sebesar 0,849 kali dibandingkan dengan remaja

putri yang jarang berolahraga.

Meskipun berbeda dengan beberapa penelitian terdahulu,

tetapi fakta penelitian memperlihatkan bahwa semakin ringan

aktivitas fisik yang dilakukan oleh remaja putri, semakin tinggi

prevalensi kejadian nyeri ringan. Sedangkan semakin berat

aktivitas fisik yang dilakukan, prevalensi nyeri berat semakin

tinggi. Oleh karena itu aktivitas fisik dianjurkan kepada remaja

putri berupa aktivitas fisik sedang seperti berjalan cepat, bersepeda

atau berenang dengan frekuensi 3 – 4 kali dalam satu minggu.

6.3.3. Tingkat Stres

Stres merupakan ketidakmampuan seseorang dalam

mengatasi ancaman yang dihadapi oleh fisik, mental, emosional

dan spiritual, sehingga pada suatu saat dapat mempengaruhi

73
kesehatan fisik orang tersebut (National Safety, 2003). Pada

penelitian ini, diketahui bahwa semakin berat stres yang dialami

oleh remaja putri semakin besar pula presentase nyeri berat yang

mereka rasakan. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan

oleh Muntari (2010), bahwa remaja paling banyak memiliki tingkat

stres sedang (35,49%). Sedangkan penelitian Prihartanti (2010)

kecemasan atau stres ringan yang paling banyak dialami oleh

responden (20,4%), sedangkan stres atau kecemasan sedang hanya

18,2%. Sedangkan penelitian Faramarzi dan Salmalian (2014) yang

dilakukan di Kota Babol, Iran tersebut menemukan bahwa 64%

kejadian dismenore positif mengalami stres.

Stres diketahui sebagai salah satu pemicu terjadinya

dismenore. Affandi (2006) menjelaskan bahwa faktor psikologis

seperti kecemasan dapat menyebabkan penyarulan RH berjalan

secara tidak normal. Hal ini menyebabkan produksi FSH dan LH

menjadi abnormal. Apabila frekuensi mensruasi meningkat,

produksi prostaglandin juga semakin tinggi, akibarnya risiko

terjadinya dismenore juga meningkat (Affandi, 2006). Akan tetapi,

berbeda dengan pernyataan teori di atas, pada penelitian ini tidak

ditemukan hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan

kejadian dismenore. Beberapa penelitian terdahulu tidak

mendukung hasil penelitian ini. Penelitian Muntari (2010),

mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

tingkat stress dengan kejadian dismenore pada remaja usia 16-18

74
tahun. Prihartanti (2010) juga menemukan korelasi sedang antara

tingkat kecemasan dengan kejadian dismenore, dengan variasi

kejadian dismenore yang disebabkan oleh tingkat kecemasan

sebesar 29,2%. Faramarzi dan Salmalian (2014) pun juga

menemukan adanya hubungan antara stres dengan kejadian

dismenore. Mereka juga menjelaskan bahwa responden yang

mengalami stres berisiko 1,54 kali mengalami dismenore

dibanding dengan responden yang tidak stres. Meskirpun hasil

penelitian ini berbeda dengan teori dan beberapa penelitian

terdahulu seperti yang telah disebutkan, tetapi kita dapat melihat

bahwa semakin berat stres yang dimiliki oleh remaja, mereka

cenderung mengalami dismenore dengan nyeri berat.

Stres pada remaja dapat disebabkan karena berbagai

masalah. Muntari (2010) mengemukakan bahwa pemicu stres

antara lain, kehilangan orang yang dicintai, konflik keluarga,

masalah prestasi sekolah, pengarus teman dan lain-lain. Akan

tetapi stres yang dialami oleh remaja dapat dihindari dengan

beberapa cara seperti, mendengarkan musik, olahraga, menulis

jurnal atau buku atau menari (Muntari, 2010). Oleh karena itu,

remaja putri disarankan untuk melakukan kontrol terhadap diri

sendiri sehingga mengurangi tingkat stres yang dialami. Karena

jika berada pada keadaan yang tenang, risiko mengalami dismenore

pun akan semakin berkurang.

75
6.3.4. Indeks Massa Tubuh

Indeks Massa Tubuh (IMT) diketahui juga sebagai salah

satu faktor penyebab dismenore. Beberapa penelitian terdahulu

memiliki hasil yang serupa dengan penelitian ini. Penelitian yang

dilakukan oleh Asih (2013), pada siswi kelas XI SMK YAPSIPA

Kota Tasikmalaya 87,2% memiliki berat badan ideal dan 12,8%

tidak ideal. Sedangkan Manorek dkk (2014), menemukan bahwa

76,8% siswi memiliki status gizi normal dan 23,2% tidak normal.

Begitu pula dengan penelitian Sirait dkk (2014) yang dilakukan di

SMA Negeri 2 Medan menemukan bahwa 61% memiliki IMT

normal, kurus 36,7% dan gemuk 2,3%. Hal serupa juga

dikemukakan oleh Sophia (2013), yang melakukan penelitian pada

siswi SMK Negeri 10 Medan, menemukan bahwa IMT normal

paling banyak yaitu sebesar 46,8%, kurus sebesar 43,9% dan

gemuk sebesar 9,3%. Penelitian Charu dkk (2012) menemukan hal

yang tidak berbeda yaitu sebagian besar (67%) kejadian dismenore

memiliki IMT normal (18,50-25,00). Hanya sebagian kecil saja

yang memiliki IMT kurus dan kelebihan berat badan.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa IMT tidak

berhubungan secara signifikan terhadap kejadian dismenore. Akan

tetapi jika dilihat pada grafik 5.5, remaja putri pada setiap

kelompok IMT cenderung mengalami dismenore ringan. Hasil ini

sesuai dengan Penelitian Sirait dkk (2014) yang dilakukan di SMA

Negeri 2 Medan menemukan bahwa tidak ada hubungan antara

76
IMT dengan kejadian dismenore. Begitu pula dengan Charu dkk

(2012) juga tidak menemukan adanya hubungan antara IMT

dengan dismenore. Penelitian Al Kindi dan Al Bulushi (2011) pun

menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara IMT dengan

dismenore. Menurut Al Kindi dan Al Bulushi, tidak adanya

hubungan antara IMT dengan kejadian dismenore pada

penelitiannya mungkin disebabkan oleh kecilnya jumlah sampel

dalam penelitian, subjek penelitian yang homogen dan kenyataan

bahwa nyeri yang dialami adalah pengalaman yang subjektif serta

sulitnya mengukur rasa nyeri secara pasti (Al Kindi dan Al

Bulushi, 2011).

Beberapa penelitian lainnya mendapatkan hasil yang

bertentangan, seperti penelitian Asih (2013), pada siswi kelas XI

SMK YAPSIPA Kota Tasikmalaya, yang menyatakan bahwa status

gizi atau IMT berhubungan secara signifikan terhadap kejadian

dismenore. dengan tingka risiko sebesar 6,296. Penelitian Sophia

(2013), pada siswi SMK Negeri 10 Medan, menemukan bahwa

IMT berhubungan signifikan dengan kejadian dismenore.

Penelitian tersebut juga didukung oleh Manorek dkk (2014) yang

juga menemukan adanya hubungan antara status gizi dengan

kejadian dismenore. Pada penelitian Tangchai dkk (2004),

ditemukan adanya hubungan antara IMT dengan kejadian

dismenore. Penelitian ini bahkan secara spesifik menjelaskan

bahwa IMT kurus (underweight) signifikan berhubungan dengan

77
kejadian dismenore. Penelitian Okoro dkk (2013) pun mendukung

hasil penelitian Tangchai dkk (2004).

Status gizi kurang dapat diakibatkan oleh kurangnya asupan

makanan, termasuk zat besi yang dapat menyebabkan anemia.

Anemia merupakan faktor konstitusi yang menyebabkan

kurangnya daya tahan tubuh terhadap rasa nyeri sehingga saat

menstruasi dapat terjadi dismenore. Hal ini dapat terjadi pada

masa remaja karena biasanya remaja putri akan berusaha untuk

menjaga penampilan mereka dengan melakukan diet tidak sehat.

Sehingga hal tersebut menyebabkan terganggunya asupan makanan

(Sirait dkk, 2014 dan Sylvia dan Lorraine, 2006). Sedangkan pada

status gizi lebih (gemuk dan obesitas) dapat juga mengakibatkan

dismenore karena adanya jaringan lemak yang berlebihan. Hal

itulah yang menyebabkan terjadinya hiperplasi atau terdesaknya

pembuluh darah karena jaringan lemak pada organ reproduksi

wanita. Sehingga darah yang seharusnya mengalir pada masa

menstruasi terganggu da menyebabkan rasa nyeri (Sirait dkk, 2014

dan Ehrenthal, 2006). Oleh karena itu, pengaturan terhadap asupan

nutrisi perlu dilakukan oleh remaja putri. Selain itu perlu juga

remaja putri diberikan penyuluhan mengenai diet yang baik dan

benar sehingga terhindar dari risiko dismenore ataupun risiko

masalah kesehatan lainnya.

78
6.3.5. Riwayat Keluarga

Riwayat penyakit pada keluarga adalah riwayat medis di

masa lalu dari anggota keluarga yang memiliki hubungan darah,

yang pada umumnya memiliki persamaan dalam kondisi fisik

dalam keluarga (Burnside dalam Sophia, 2013). Pada penelitian ini

sebagian besar remaja putri memiliki riwayat dismenore dalam

keluarganya. Beberapa penelitian terdahulu juga menunjukkan hal

yang serupa, yaitu adanya riwayat keluarga merupakan yang paling

tinggi. Penelitian Asih (2013), pada siswi kelas XI SMK YAPSIPA

Kota Tasikmalaya, 73,4% memiliki riwayat keluarga. Begitu pula

dengan penelitian Sirait dkk (2014) yang dilakukan di SMA Negeri

2 Medan menemukan bahwa 57,8% memiliki riwayat keluarga.

Hal serupa juga ditemukan dalam penelitian Sophia (2013), di

SMK Negeri 10 Medan, menemukan bahwa 59,1% memiliki

riwayat keluarga.

Hasil ini juga serupa dengan beberapa penelitian terdahulu

yang dilakukan di beberapa negara di antaranya penelitian yang

dilakukan oleh Unsal dkk (2010), menemukan bahwa 84,4%

responden yang mengalami dismenore memiliki riwayat keluarga.

Begitupun penelitian yang dilakukan oleh Shah dkk (2015),

Kumbhar dkk (2011), Faramarzi dan Salmalian (2014). Walaupun

dengan hasil yang berbeda-beda pada setiap penelitian.

Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara riwayat keluarga dengan kejadian

79
dismenore. Hasil ini serupa dengan beberapa penelitian terdahulu.

Penelitian Sophia (2013), pada siswi SMK Negeri 10 Medan,

menemukan bahwa riwayat keluarga berhubungan signifikan

dengan kejadian dismenore. Penelitian Sirait dkk (2014) yang

dilakukan di SMA Negeri 2 Medan menemukan bahwa ada

hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian dismenore.

Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Unsal dkk

(2010), Shah dkk (2015), Kumbhar dkk (2011), Faramarzi dan

Salmalian (2014) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan terhadap kejadian dismenore.

Penelitian Asih (2013), pada siswi kelas XI SMK

YAPSIPA Kota Tasikmalaya, bahkan menyatakan bahwa remaja

putri yang memiliki riwayat dismenore dalam keluarganya

memiliki risiko sebesar 3,8 kali dibanding dengan remaja putri

yang tidak memiliki riwayat keluarga. Bahkan penelitian Faramarzi

dan Salmalian (2014) menemukan adanya peningkatan risiko

sebesar 2,63 kali pada remaja yang memiliki riwayat keluarga

untuk mengalami dismnore dibanding dengan remaja yang tidak

memiliki riwayat dalam keluarganya. Bahkan hasil tersebut tidak

jauh berbeda setelah di-adjusted dengan variabel lainnya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa riwayat

keluarga merupakan salah satu faktor risiko dismenore. Kondisi

anatomi dan fisiologis seseorang umumnya sama dengan orang tua

dan saudara-saudaranya (Pilliteri, 2003). Oleh karena itu, remaja

80
putri perlu mendapatkan informasi dan pendidikan mengenai

faktor-faktor yang berkaitan dengan dismenore, khususnya pada

remaja putri yang positif memiliki riwayat keluarga.

6.4. Karakteristik Waktu


6.4.1. Usia Menarche

Menarche atau menstruasi pertama umumnya terjadi pada

usia 13-14 tahun. Akan tetapi, beberapa kasus dapat terjadi pada

usia kurang dari 12 tahun (Manuaba, 2001). Usia menarche yang

cepat dapat terjadi karena dua faktor, yaitu faktor internal, seperti

genetik yang diturunkan dan faktor eksternal seperti asupan gizi,

pola hidup dan status gizi (Santrock, 2003). Hasil penelitian ini

menemukan bahwa rata-rata remaja putri di Jakarta Barat

menstruasi pertama kali pada usia 12-13 tahun. Beberapa penelitian

terdahulu yang telah dilakukan baik di Indonesia maupun di

Negara lain menemukan bahwa mayoritas remaja putri memiliki

usia menarche yang ideal. Penelitian yang dilakukan oleh Asih

(2013), di SMK YAPSIPA Kota Tasikmalaya, menemukan bahwa

56% responden memiliki usia menarche ideal, 35,8% menarche

cepat dan 8,2% terlambat. Penelitian Sirait dkk (2014) yang

dilakukan di SMA Negeri 2 Medan menemukan bahwa 51,6%

memiliki usia menarche 13-14 tahun. Begitu pula dengan

penelitian Sophia (2013), pada siswi SMK Negeri 10 Medan,

menemukan bahwa 50,3% ≤12 tahun, 42,1% usia 13-14 tahun dan

7,6% usia >14 tahun.

81
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa remaja putri yang

memiliki usia menarche dini ataupun normal cenderung

mengalami dismenore ringan, sedangkan yang menarche terlambat

cenderung mengalami dismenore sedang. Selain itu penelitian ini

juga tidak menemukan adanya hubungan yang signifikan antara

usia menarche dengan kejadian dismenore. Hasil ini sesuai dengan

Penelitian Sirait dkk (2014) yang dilakukan di SMA Negeri 2

Medan menemukan bahwa tidak ada hubungan baik yang memiliki

usia menarche cepat ataupun terlambat. Begitu pula dengan

penelitian yang dilakukan oleh El Gilany dkk (2005) juga

menemukan bahwa usia menarche tidak berhubungan dengan

kejadian dismenore. Kumbhar dkk (2011), juga menemukan tidak

adanya hubungan antara usia menarche dengan kejadian

dismenore. Hasil ini juga didukung dengan penelitian yang

dilakukan oleh Faramarzi dan Salmalian (2014) di Kota Babol, Iran

Utara.

Berbeda dengan penelitian Sophia (2013), pada siswi SMK

Negeri 10 Medan, yang menemukan bahwa usia menarche

berhubungan secara signifikan terhadap kejadian dismenore.

Penelitian Agarwal dkk (2010) dan Latthe dkk (2006) juga

menemukan adanya hubungan antara usia menarche dengan

kejadian dismenore. Bahkan Asih (2013), menyatakan bahwa

remaja putri yang usia menarche dini berisiko mengalami

dismenore berat 4,34 kali dibanding dengan remaja putri yang usia

82
menarche normal. Penelitian yang dilakukan oleh Charu (2012),

juga menemukan bahwa usia menarche berhubungan dengan

kejadian dismenore pada remaja putri. Dalam menelitian tersebut,

menemukan bahwa remaja putri yang usia menarchenya 15 tahun

keatas memiliki 30% lebih tinggi untuk melaporkan terjadi

dismenore dibanding dengan remaja putri yang usia menarche

antara 12-14 tahun. Begitupula dengan remaja putri yang terlalu

cepat menarche (<11 tahun) memiliki peluang 23% lebih tinggi

untuk mengalami dismenore. Harel (2006), menjelaskan bahwa

tingkat keparahan dismenore berhubungan positif dengan usia

menarche.

Walaupun hasil penelitian ini tidak sama dengan teori dan

penelitian terdahulu, dapat kita lihat bahwa remaja putri yang

mengalami dismenore ringan cenderung dikarenakan menarche-

nya terlalu cepat/dini. Sedangkan dismenore sedang cenderung

dialami oleh remaja putri yang mengalami menarche terlambat.

Peristiwa menarche erat kaitannya dengan puncak kurva kecepatan

penambahan tinggi badan. Pada remaja putri yang mengalami

menstruasi terlambat, beratnya lebih ringan dibanding dengan

remaja putri yang menstruasi pada usia sama, meskipun tinggi

badan mereka sama. Pada umumnya remaja putri yang matang

lebih dini akan memiliki IMT yang lebih tinggi, sedangkan remaja

putri yang matang terlambat memiliki IMT yang lebih kecil pada

usia yang sama (Seotjiningsih, 2004). Usia menarche dipengaruhi

83
oleh faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan pada umumnya.

Asupan gizi yang baik dapat mempercepat pembentukan hormon-

hormon yang berpengaruh terhadap menarche (Meorsitawati,

2008). Selain itu, mungkin dapat dijelaskan dengan fakta bahwa

remaja yang menarche cepat terpapar oleh prostaglandin lebih

(Charu, 2012).

Oleh karena itu, dapat dianjurkan kepada remaja putri baik

yang usia menarche-nya cepat maupun terlambat untuk mengatur

pola makannya agar berkurang rasa nyeri yang dialami. Sedangkan

bagi pihak sekolah dapat memberikan edukasi kepada para siswi

mengenai dismenore khususnya dan kesehatan reproduksi pada

umumnya.

6.4.2. Lama Menstruasi

Hasil penelitian menemukan bahwa remaja putri di Jakarta

Barat memiliki lama menstruasi selama 7 hari. Hasil ini tidak

berbeda dengan beberapa penelitian terdahulu. Asih (2013), yang

melakukan penelitian pada siswi kelas XI SMK YAPSIPA Kota

Tasikmalaya, mengemukakan 61,5% normal (3-7 hari) dan 38,5%

tidak normal (>7 hari). Begitu pula dengan penelitian Sirait dkk

(2014) yang dilakukan di SMA Negeri 2 Medan menemukan

bahwa 57% responden memiliki lama menstruasi <7 hari dan 43%

≥7 hari. Hasil serupa juga didapat pada penelitian Sophia (2013), di

SMK Negeri 10 Medan, menemukan bahwa 50,3% lama

menstruasi ≤7 hari dan 49,7% >7 hari.

84
Hasil penelitian ini juga serupa dengan beberapa penelitian

terdahulu yang dilakukan di beberapa negara. Diantaranya,

penelitian yang dilakukan oleh Omidvar dan Begum (2012), pada

remaja usia 18-28 tahun menunjukkan bahwa kejadian dismenore

paling banyak dialami oleh remaja yang memiliki lama menstruasi

5-6 hari, yaitu sebesar 54,2%. Penelitian yang dilakukan oleh El

Hameed dkk (2011) pun menunjukkan hal yang serupa yaitu 51,2%

kejadian dismenore dialami oleh remaja yang memiliki durasi

menstruasi ≥5 hari. Penelitian El Gilany dkk (2005) juga

menemukan 79,9% responden yang mengalami dismenore

memiliki masa mesntruasi selama lebih dari 6 hari.

Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara lama menstruasi dengan kejadian

dismenore. Hasil ini sesuai dengan Penelitian Sirait dkk (2014)

yang dilakukan di SMA Negeri 2 Medan menemukan bahwa tidak

ada hubungan antara lama menstruasi dengan kejadian dismenore.

Akan tetapi bertentangan dengan beberapa penelitian sebelumnya.

Pada penelitian Asih (2013), yang dilakukan terhadap siswi kelas

XI SMK YAPSIPA Kota Tasikmalaya, menemukan bahwa terapat

hubungan antara lama menstruasi dengan kejadian dismenore.

Bahkan Asih (2013) menyatakan remaja putri yang memiliki lama

menstruasi tidak normal berisiko mengalami dismenore 3,188 kali

dibanding remaja putri yang lama menstruasi normal. Begitu pula

dengan penelitian Sophia (2013), pada siswi SMK Negeri 10

85
Medan, menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara lama menstruasi dengan kejadian dismenore.

Penelitian lain yang juga menemukan adanya hubungan

antara lama mesntruasi dengan dismenore diantaranya adalah

penelitian Shah dkk (2015) yang menyatakan adanya hubungan

yang signifikan antara lama menstruasi dengan kejadian dismenore

dan Omidvar dan Begum (2012) menyatakan terdapat hubungan

yang signifikan antara lama menstruasi dengan kejadian

dismenore. Bahkan penleitian yang dilakukan Unsal dkk (2010)

menyatakan bahwa lama menstruai ≥7 hari berisiko 1,59 kali

mengalami dismenore dan Faramarzi dan Salmalian (2014) dengan

risiko 2,13 kali pada responden yang memiliki lama menstruasi ≥7

hari.

Lama menstruasi dapat disebabkan oleh faktor psikologi

maupun fisiologis. Faktor psikologis ini berkaitan dengan tingkat

emosional remaja putri yang cenderung labil. Sedangkan faktor

fisiologis disebabkan karena kontraksi otot uterus yang berlebih

pada fase sekresi sehingga produksi hormon prostaglandin pun

menjadi berlebih (Utami dkk, 2013 dan Sirait dkk, 2014). Oleh

karena itu, pihak sekolah dapat memberikan edukasi kepada para

siswi mengenai dismenore khususnya dan kesehatan reproduksi

pada umumnya.

86
6.4.3. Siklus Menstruasi

Berdasarkan hasil analisis, penelitian ini menemukan

bahwa nilai tengah untuk siklus menstruasi yang dialami oleh

remaja putri di Jakarta Barat adalah selama 28 hari. Penelitian yang

dilakukan Sirait dkk (2014) di SMA Negeri 2 Medan menemukan

bahwa 80,5% responden memiliki siklus menstruasi normal (25-32

hari), 19,5% tidak normal (kurang dari 25 hari atau lebih dari 32

hari). Sedangkan penelitian Sophia (2013), pada siswi SMK Negeri

10 Medan, menemukan bahwa 75,4% memiliki siklus menstruasi

normal.

Hasil penelitian menunjukan bahwa siklus menstruasi tidak

memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian dismenore

pada remaja putri di Jakarta Barat. Hal ini sejalan dengan beberapa

penelitian terdahulu. Di antaranya, penelitian Sirait dkk (2014)

yang dilakukan di SMA Negeri 2 Medan menemukan bahwa tidak

ada hubungan antara siklus menstruasi dengan kejadian dismenore.

Penelitian Sophia (2013), pada siswi SMK Negeri 10 Medan juga

menemukan bahwa siklus menstruasi tidak berhubungan secara

signifikan terhadap kejadian dismenore. Penelitian Charu dkk

(2012) tidak menemukan adanya hubungan antara lama menstruasi

dengan kejadian dismenore.

Beberapa penelitian lainnya tidak sependapat dengan hasil

penelitian ini. Penelitian yang dilakukan oleh Gagua dkk (2012),

siklus menstruasi berhubungan secara signifikan terhadap kejadian

87
dismenore. Penelitian yang dilakukan oleh El Gilany dkk (2005) di

Mesir, menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara menstruasi

yang tidak normal dengan dismenore. Selain itu penelitian tersebut

juga menemukan adanya hubungan antara siklus menstruasi

dengan kejadian dismenore. Bahkan Gagua dkk (2012)

menyatakan remaja putri yang memiliki siklus menstruasi yang

tidak teratur memiliki risiko 1,6 kali mengalami dismenore

dibanding dengan yang siklus menstruasi teratur. Sementara,

Wanita yang mengalami siklus menstruasi selama lebih dari 30

hari memiliki risiko mengalami dismenore 1,48 kali dibanding

dengan wanita yang memiliki siklus menstruasi selama kurang dari

30 hari (El Gilany dkk, 2005). Oleh karena itu, pihak sekolah dapat

memberikan edukasi kepada para siswi mengenai dismenore

khususnya dan kesehatan reproduksi pada umumnya.

6.5. Dampak Kejadian Dismenore

Gangguan saat menstruasi seperti disminorea, dapat mengganggu

aktivitas sehari-hari, khususnya pada remaja dapat menimbulkan gangguan

belajar pada seorang siswi atau mahasiswi sehingga berpengaruh pada

prestasi dibidang akademik maupun non akademik. Penelitian yang

dilakukan oleh Avasarala dan Panchangan (2008) menunjukkan bahwa

remaja putri yang mengalami dismenore 48,5% tidak hadir di dalam kelas

dan 27,8% tidak hadir ketika ujian. Selain itu penelitian Charu (2012)

juga menemukan bahwa dismenore berhubungan dengan ketidakhadiran

remaja putri di sekolah. Penelitian yang dilakukan oleh Yuliani dan

88
Hidayati (2010) ditemukan bahwa kejadian dismenore pada remaja putri

memengaruhi aktivitas belajar mereka. Penelitian Iswari dkk (2014) pun

menenukan bahwa semakin berat derajat nyeri yang dialami oleh

responden, maka aktivitas belajarnya pun semakin terganggu.

Penelitian lain yang juga menemukan bahwa dismenore

menyebabkan ketidakhadiran di sekolah, kehilangan konsentrasi saat

belajar dan tidur saat jam pelajaran ditemukan oleh Aziato dkk (2014).

Dalam penelitian tersebut tiga orang informan mengatakan bahwa pada

saat mengalami dismenore, mereka kehilangan jam pelajaran, kehilangan

konsentrasi bahkan tertidur di kelas. Penelitian El Gilany dkk (2005) juga

mengemukakan bahwa 24,4% responden tidak konsentrasi saat mengalami

dismenore, selain itu 20,3% mengalami masalah mengenai kehadiran di

sekolah. Banikarim dkk (2000) yang melakukan penelitian pada siswi di

Hispanik juga menemukan bahwa terjadi gangguan aktivitas pada siswi

yang mengalami dismenore, diantranya konsentrasi di kelas (59%),

partisipasi kelas (50%) dan ujian (36%).

89
BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan

a. Prevalensi kejadian dismenore pada remaja putri SMA dan sederajat di

Jakarta Barat tahun 2015 49,9% mengalami dismenore ringan.

b. Kejadian dismenore berdasarkan karakteristik orang antara lain:

1) Median usia responden adalah 17 tahun. Tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara usia dengan kejadian dismenore.

2) 36,4% remaja putri memiliki tingkat aktivitas sedang. Terdapat

hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan kejadian dismenore.

3) Stres sedang merupakan yang paling banyak dialami oleh remaja

putri (36,1%). Tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan

antara tingkat stres dengan kejadian dismenore.

4) 66,5% remaja putri memiliki Indeks Massa Tubuh yang normal.

IMT tidak berhubungan secara signifikan dengan kejadian

dismenore

5) Keberadaan riwayat dismenore dalam keluarga remaja putri

mencapai 64,6%. Diketahui bahwa riwayat keluarga memiliki

hubungan dengan kejadian dismenore.

c. Kejadian dismenore berdasarkan karakteristik waktu antara lain:

1) usia menarche yang dialami oleh remaja putri memiliki median 12

tahun. Tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara

usia menarche dengan kejadian dismenore.

90
2) lama menstruasi memiliki median selama 7 hari. Tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara lama menstruasi dengan kejadian

dismenore.

3) siklus menstruasi yang dialami oleh remaja putri memiliki median

selama 28 hari. Tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan

antara siklus menstruasi dengan kejadian dismenore,

d. Dampak akibat dismenore pada remaja putri SMA dan sederajat di

Jakarta Barat adalah berkurangnya konsentrasi saat belajar

7.2. Saran

a. Para remaja putri dianjurkan untuk melakukan aktivitas sedang seperti

bersepeda atau berenang secara rutin untuk mengurangi rasa nyeri

akibat dismenore

b. Remaja putri perlu diberikan pendidikan kesehatan reproduksi secara

menyeluruh khususnya mengenai faktor risiko seperti riwayat

keluarga dan penanganan dismenore.

c. Pihak sekolah dianjurkan untuk bekerja sama dengan Puskesmas

ataupun pihak terkait untuk memberikan penyuluhan atau pendidikan

kesehatan reproduksi.

d. Perlu juga dibentuk kader khusus di UKS masing-masing sekolah

untuk kesehatan reproduksi.

91
DAFTAR PUSTAKA

Abdelmoty, Hatem., Youssef, dkk. 2015. Menstrual Pattern and Disorder among

Secondary High School in Egypt. A Cross Sectional Survey. BMC

Women’s Health 15: 70.

Adnan dan Kaseng. 2008. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Widia

Utama.

Affandi. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bisa Pustaka Sarwono

Prawihardjo

Agarwal dkk. 2010. A Study of Dysmenorrhea During Menstruation in

Adolescent Girls. Indian Journal of Community Med; 35(1): 159-64.

Al-Kindi, Rahma dan Anbarin Al-Bulushi. 2011. Prevalence and Impact of

Dysmenorrhoea among Omani High School Students. SQU Med. Journal

Vol. 11 Issue. 4: 485-491.

Almatsier S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi Jakarta: Gramedia Pustaka.

Alosaimi, J.A. 2014. Saudi Intermediare School Girl’s Knowledge, Attitudes and

Practices of Puberty in Taif, Saudi Arabia. International Journal of

Medical Science and Public Health Vol. 3 Issue 2.

Ariawan, Iwan. 1998. Besar dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan.

Depok: FKM UI.

Asih, Ade S.S. 2013. Analisis Kejadian Dismenore Primer pada Remaja Putri

Kelas XI SMK YAPSIPA Kota Tasikmalaya. Tasikmalaya: Universitas

Siliwangi.

92
Avasarala dan Panchangam. 2008. Dysmenorrhoea in Different Settings: Are the

Rural and Urban Adolescent Girls Perceiving dan Managing the

Dysmenorrhoea Problem Differently?. Indian Journal of Community

Medicine, Vol 33, Issue 4.

Aziato dkk. 2014. The Experience of Dysmenorrhoea among Ghanaian Senior

High School and University Students: Pain Characteristic and Effect.

Biomed Central

Badan Pusat Statistik. 2010. Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010. www.bps.go.id.

Diakses pada tanggal 18 Maret 2015.

Banikarim dkk. 2000. Prevalence and Impact of Dysmenorrhea on Hispanic

Female Adolescents. Arch Pediactric Adoles Med; 154: 1226-1229.

Baradero, M. 2006. Gangguan Sistem Reproduksi dan Seksualitas. Jakarta: EGC.

Burnside, J. 1995. Diagnostik Fisik. Jakarta: EGC.

CDC. 2011. The CDC Guide to Strategies to Increase Physical Activity in the

Community. Atlanta.

Charu, S dkk. 2012. Menstrual Characteristic and Prevalence and Effect of

Dysmenorrheaon Quality of Life of Medical Students. International

Journal of Collaborative Research on Internal Medicine and Public Health

Vol. 4 No. 4.

Chongpengsuklert dkk. 2008. Dysmenorrhea in Thai Secondary School Students

in Khon Kaen, Thailand. Thai Journal of Obstetric and Gynecology,

January; vol 16. pp. 47-53.

93
Disdik DKI Jakarta. 2015. Ringkasan Hasil Ujian Nasional Tahun 2015 Provinsi

DKI Jakarta.

Edmonds, K. 2007. Gynaecological Disorders of Childhood and Adolescense:

Dewhurst’s Textbook of Obstetric and Gynaecological 7th Edition.

London: Blackwell Publishing.

Ehrenthal, D. 2006. Menstrual Disorders. USA: Versa Press.

El Gilany dkk. 2005. Epidemiology of Dysmenorrhea among Adolescent Students

in Mansoura, Egypt. Eastern Mediterranean Health Journal, Vol 11, Nos

½.

El Hameed, N.A.A., Maher S. M. Nadia H.A. dan Eman R.A. 2011. Assessment

of Dysmenorrhea and Menstrual Hygiene Practice Among Adolescent

Girls in Some Nursing Schools at El-Minia Governorete Egypt. Journal of

American Science: 7 (9).

Faramarzi, M dan Hajar Salmalian. 2014. Association of Phycholigic and

Nonphychologic Factros With Primary Dysmenorrhea. Iran Red Cresent

Med Journal.

Fauziyah, Iin Zuliyati. 2013. Efektivitas Teknik Effleurage dan Kompres Hangat

Terhadap Penurunan Tingkar Dismenore pada Siswi SMAN 1 Gresik.

Gresik: Universitas Gresik.

Cs. Gangguan Emosi pada anak, Gejala dan Penanganannya. 2012.

http://tumbuhkembanganakku.com/2012/11/04/gangguan-emosi-pada-

anak-gejala-dan-penanganannya/ . diakses pada tanggal 18 Maret 2015

94
Gagua, Tinatin dkk. 2012. Primary Dysmenorrhea : Prevalence in Adolescent

Population of Tbilisi, Georgia and Risk Factors. Journal of Tourkish-

German Gynecology Association; 13:162-8.

Gumanga dan Aryee. 2012. Prevalence and Severity of Dysmenorrhea among

Some Adolescent Girls in a Secondary School in Accra, Ghana.

Postgraduate Medical Journal of Ghana, Vol. 1, No. 1

Harel, Zeev. 2006. Dysmenorrhea on Adolscents and Young Adulths: Etiology

and Management. Pediatric Adolescent Gynecology Journal; 19:363-371.

Harwantiyoko. 1997. MKDU Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Penerbit Gunadarma.

Hillen dkk. 1999. Primary of Dysmenorrhea in Young Western Australian

Women: Prevalence, Impact and Knowledge of Treatment. J Adolesc

Health; 25:40-5.

Hoetomo. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Jakarta: Mitra Pelajar.

Iswari dkk. 2014. Hubungan Dismenore dengan Aktivitas Belajar Mahasiswi

PSIK FK UNUD Tahun 2014. Bali: Universitas Udayana.

Kumbhar dkk. 2011. Prevalence Of Dysmenorrhea Among Adolescent Girls (14-

19 Yrs) Of Kadapa District And Its Impact On Quality Of Life: A Cross

Sectional Study. National Journal of Community Medicine Vol 2 Issue 2.

Kusmiran. 2011 Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita Jakarta: Salemba

Medika.

Latthe dkk. 2006. Factor Predisposing Women to Chronic Pelvic Pain: Systematic

Review. Biomed Journal; 332 (7544): 749-55.

95
Manorek dkk. 2014. Hubungan Antara Status Gizi dengan Kejadian Dismenore

pada Siswi Kelas XI SMA Negeri 1 Kawangkoan. Manado: Universitas

Sam Ratulangi.

Manuaba. 2001. Kapita Selekta Pelaksanaan Rutin Obstetrik Ginekologi dan KB.

Jakarta: EGC.

Manuaba. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi. Edisi

Kedua. Jakarta: EGC.

Maruf, Fatai A. dkk. 2013. Physical Activity Level and Adiposity: Are They

Associated with Primary Dysmenorrheain School Adolescent?. African

Journal of Reproductive Health; 17 (4): 167-174.

Meorsitawati. 2008. Faktor yang Berhubungan dengan Datangnya Menarche pada

Remaja Putri di Cileung Jawa Barat. Semarang: Universitas Diponegoro.

Morgan G, Hamilton C. 2009. Obstetri dan Ginekologi. In. Jakarta: EGC.

Mulastin. 2013. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Dismenore Remaja Putri

di SMA Islam Al-Hikmah Jepara. Jepara: Akbid Islam Al Hikmah.

Muntari. 2010. Hubungan Stres pada Remaja Usia 16-18 Tahun dengan Gangguan

Menstruasi (Dismenore) di SMK Negeri Tambakboyo Tuban. Tuban:

Stikes NU.

National Safety Counsil. 2003. Manajemen Stress. Jakarta: EGC.

Nurhidayati. 2007. Hubungan Karakteristik Remaja dengan Tingkat Nyeri pada

Dismenore (Studi di SMA Negeri 1 Sukaresmi Cianjur). Cianjur: Stikes

Ahmad Yani.

96
Nurmalina R. 2011. Pencegahan dan Manajemen Obesitas Bandung: Elex Media

Komputindo.

Okoro, R.N., Maglwi H dan Okoro, G.O. 2013. Evaluation of Factor that Increase

the Severity of Dysmenorrhoea among University Female Students in

Maiduguri, North Eastrn Nigeria. The Internet Journal of Allied Health

Sciences and Practice.

Omidvar, S. dan Khyrunnisa Begum. 2012. Characteristics and Determinats of

Primary Dysmenorrhea in Youth Adults. American Medical Journal 3 (1):

8-13.

Ortiz, M.I. 2010. Primary Dysmenorrhea Among Mexican Universty Students:

Prevalence, Impact and Treatment. European Journal of Obstetric &

Gynecology and Reproductive Biology.

Perkumpulan Keluraga Berencana Indonesia. Menstruasi dan Mimpi Basah. pkbi-

diy.info diakses pada tanggal 17 Maret 2015.

Pernoll B. 2009. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Jakarta: EGC.

Poppy, K.D. 1998. Kamus Kedokteran Dorland Dyah , editor. Jakarta: EGC.

Prihartanti. 2010. Hubungan Antara Tingkat Kecemasan dengan Kejadian

Dismenorea pada Remaja Putri di Pondok Pesantren Imam Syuhodo

Polokarto Sukoharjo. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Saguni, F.C.A., Agnes Malianung dan Gresty Masi. 2013. Hubungan Dismenore

dengan Aktivitas Belajar Remaja Putri di SMA Kristen 1 Tomohon.

Ejournal Keperawatan(E-Kp) Vol. 1 No. 1 Agustus 2013.

Santrock. 2003. Adolescent, Perkembangan Remaja. Jakarta : Erlangga.

97
Seotjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:

Sagung Seto.

Shah, Salvi dkk. 2015. Menstrual Characteristic and Prevalence of

Dysmenorrhoea among Physiotherapy Students. International of Medicine

and Health Research; Vol. 1 Issue 1.

Sheldon. 2003. Under The Banyan Tree: a Population Scientist’s Odyssey.

Oxpord University Press.

Sianipar dkk. 2009. Prevalensi Gangguan Menstruasi dan Faktor-Faktor yang

Berhubungan [ada Siswi SMU di Kecamatan Pulo Gadung Jakarta Timur.

Majalah Kedokteran Vol. 59 No. 7.

Sirait dkk. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dismenore

pada Siswi SMA Negeri 2 Medan Tahun 2014. Medan: Universitas

Sumatera Utara.

Smeltzzer. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah Brunner dan Suddarth

Edisi 8. Jakarta: EGC.

Soewadi, dkk. 2007. Fakta dan Konsep Geografi. Bekasi: Inter Plus.

Sophia. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dismenore pada Siswi

SMK Negeri 10 Medan Tahun 2013. Medan: Universitas Sematera Utara.

Sulastri. 2006. Perilaku Pencarian Pengobatan Keluhatn Dysmenorrhea pada

Remaja di Kabupaten Purworejo Propinsi Jawa Tengah. Tesis.

Yogyakarta: Universitas Gadjah mada. http//digilib.ugm.ac.id diakses pada

tanggal 19 Maret 2015.

98
Sylvia dan Lorraine. 2006. Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Tangchai, Kamonsak. 2004. Dysmenorrhea in Thai Adolescent: Prevalence,

Impact and Knowledge of Treatment. J Med Assoc Thai Vol. 87 Suppl. 3.

Unsal, Alaettin, dkk. 2010. Prevalence of Dysmenorrhea its Effect on Quality of

Life among a Group of Female University Students. Upsala Journal of

Medical Sciences; 115: 138-145.

Utami, A.N.R., Jumriani Ansar dan Dian Sidik. 2013. Faktor yang Berhubungan

dengan Kejadian Dismenore pada Remaja Putri di SMAN 1 Kahu

Kabupaten Bone. Makassar: Universitas Hasanudin.

WHO. 2010. Physical Activity. Geneva: World Health Organization.

Yustianingsih A. 2004 Hubugan aktivitas Olahraga terhadap Dismenorea pada

Siswa SMK Pemuda Muhammadiyah Krian Sidoarjo Jawa Timur.

Yogyakarta.

99
Lampiran 1

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


KUESIONER PENELITIAN
DESKRIPSI KEJADIAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI SMA
DAN SEDERAJAT DI JAKARTA BARAT TAHUN 2015

Assalamu’alaikum wr. wb.


Saya Abdul Karim Asma’ulludin, mahasiswa peminatan Epidemiologi
Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sedang
melakukan penelitian mengenai Deskripsi Kejadian Dismenore pada Remaja Putri
SMAdan Sederajat di Jakarta Barat Tahun 2015. Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui deskripsi kejadian dismenore berdasarkan karakteristik
orang dan waktu serta dampaknya pada remaja putri SMA dan sederajat di Jakarta
Barat tahun 2015.
Dalam penelitian ini, Anda terpilih sebagai responden/partisipan. Oleh
karena itu diharapkan Anda dapat memberikan informasi terkait, identitas,
keluhan dismenore, aktivitas fisik, stress, lama menstruasi, siklus menstruasi, serta
dampak yang dialami akibat dismenore. Adapun beberapa pertanyaan dalam
penelitian ini bersifat pribadi dan sensitif sehingga mungkin mengganggu
kenyamanan Anda. Namun begitu Anda tidak perlu khawatir untuk berpartisipasi
dalam penelitian ini karena Saya menjamin kerahasian setiap informasi yang
Anda berikan. Oleh karena itu, partisipasi Anda sangat diharapkan. Namun, Anda
tetap memiliki kebebasan untuk menyetujui ataupun menolak berpartisipasi dalam
penelitian ini.
Partisipasi dan kejujuran anda dalam menjawab kuesioner penelitian
sangat kami hargai dan harapkan. Apabila terdapat keluhan maka Anda dapat
menghubungi nomor telepon kami 085694929185 atas nama Abdul Karim.

Dengan ini saya bersedia menjadi partisipan penelitian dan bersedia mengisi lembar kuesioner
yang telah disediakan dibawah ini dengan sadar tanpa paksaan.
Jakarta, _________ 2015
Peneliti, Partisipan,

( .......................................) ( .......................................)

100
BACALAH PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
IR. IDENTITAS RESPONDEN
Identitas responden diperlukan untuk menghindari pemberian kuesioner pada orang yang sama dan
untuk mengkonfirmasi ketika ada pertanyaan yang belum dijawab atau ada jawaban responden yang
kurang jelas.
IR1 Sekolah
IR2 Kelas
IR3 Jurusan/Program
IR4 Nama
IR5 No. Hp (Mohon diisi)
IR6 Tanggal Lahir Tanggal ____ Bulan __________ Tahun ______
IR7 Usia ___ Tahun
IR8 Alamat

A. DISMENORE DAN KELUHAN Diisi


Berikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban Anda petugas
A1. Apakah Anda pernah mengalami 0. Tidak
nyeri pada perut bagian bawah 1. Ya
yang menjalar hingga ke pinggang [ ]
dan paha ketika dua hari sebelum
dan/ atau selama menstruasi?
A2. Adakah gejala lain yang pernah 1. Mual
Anda rasakan menyertai 2. Muntah
dismenore? 3. Diare
(Jawaban boleh lebih dari satu) 4. nyeripunggung
5. pegal [ ]
6. sakitkepala
7. pusing
8. pingsan
9. Lainnya……………(Sebutkan)
A3. Berapa lama biasanya Anda _____ Hari
mengalami rasa nyeri dismenore? [ ]

A4 Bagaimana rasa nyeri haid yang 0. Ringan, tidak mengganggu


biasa Anda rasakan? aktivitas sehari-hari dan tidak
minum obat
[ ]
1. Sedang, aktivitas sehari-hari
agak terganggu dan perlu minum
obat

101
A. DISMENORE DAN KELUHAN Diisi
Berikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban Anda petugas
2. Berat, aktivitas sangat terganggu
dan obat yang diminum tidak
mempan
A5 Jika minum obat, obat apa yang 1. Feminax
Anda konsumsi? 2. Panadol
[ ]
3. Kiranti
4. ...................... (Sebutkan)

B. RIWAYAT KELUARGA Diisi


Berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban Anda petugas
B1. Apakah di keluarga Anda ada 0. Tidak
yang pernah mengalami nyeri 1. Tidak tahu [ ]
haid? 2. Ya
B2. Jika Ya, siapa yang pernah 1. Ibu
mengalami nyeri haid? 2. Nenek
3. Kakak Perempuan [ ]
Jawaban boleh lebih dari satu 4. Tante
5. .............................. (Sebutkan)

C. MENSTRUASI Diisi
Tuliskan jawaban Anda dengan menggunakan bilangan cacah petugas
C1. Pada usia berapa Anda pertama kali [ ]
_____ Tahun
menstruasi?
C2. Berapa lama biasanya Anda [ ]
_____ Hari
menstruasi?
C3. Berapakah rata-rata rentang antara
menstruasi ke menstruasi berikutnya [ ]
_____ Hari
(siklus menstruasi) yang biasa Anda
alami?

D. AKTIVITAS FISIK Diisi


Berikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang ada dan gunakan bilangan cacah tanpa petugas
rentang pada pertanyaan waktu
D1 Apakah dalam aktivitas harian Anda, Anda terbiasa 0. Tidak(Lanjut ke
melakukan salah satu aktivitas berikut {sepak bola, pertanyaan D4)
angkat beban, naik turun tangga atau aktivitas lain 1. Ya
yang membutuhkan kekuatan fisik kuat dan [ ]
membuat napas Anda lebih cepat dari normal)
yang dilakukan terus menurus selama minimal 10
menit?

102
D. AKTIVITAS FISIK Diisi
Berikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang ada dan gunakan bilangan cacah tanpa petugas
rentang pada pertanyaan waktu
D2 Berapa hari Anda melakukan kegiatan tersebut _____ hari
[ ]
sebagai bagian dari aktivitas Anda dalam satu
minggu?
D3 Berapa lama waktu yang Anda habiskan untuk
[ ][ ]
melakukan aktivitas tersebut sehari-hari? _____ jam _______menit

D4 Apakah dalam aktivitas harian Anda, Anda


terbiasa melakukan salah satu aktivitas berikut
(berlari kecil, berenang, bersepeda atau aktivitas 0. Tidak(Lanjut ke
lain yang membutuhkan kekuatan fisik pertanyaan D7) [ ]
sedang dan membuat napas Anda sedikit 1. Ya
lebih cepat dari normal) yang dilakukan terus
menurus selama minimal 10 menit?
D5 Berapa hari Anda melakukan kegiatan tersebut
sebagai bagian dari aktivitas harian dalam satu _____ hari [ ]
minggu?
D6 Berapa lama waktu yang Anda habiskan untuk
_____ jam _______menit [ ][ ]
melakukan aktivitas tersebut sehari-hari?
D7 Apakah dalam aktivitas harian Anda, Anda
terbiasa melakukan salah satu aktivitas berikut
(berjalan kaki, menyapu lantai, bermain atau 0. Tidak(Lanjut ke
aktivitas lain yang membutuhkan kekuatan pertanyaan D10) [ ]
fisik ringan dan membuat napas Anda agak 1. Ya
cepat dari normal) yang dilakukan terus
menurus selama minimal 10 menit?
D8 Berapa hari Anda melakukan kegiatan tersebut
sebagai bagian dari aktivitas harian dalam satu ______ hari [ ]
minggu?
D9 Berapa lama waktu yang Anda habiskan untuk
______jam _______menit [ ][ ]
melakukanaktivitastersebut sehari-hari?
D10 Berapa lama waktu yang Anda habiskan untuk duduk
atau berbaring sehari-hari? (Misalnya pada saat di ______jam _______menit
sekolah, di rumah, di perjalanan, duduk-duduk
[ ][ ]
dengan teman, berpergian dengan menggunakan
mobil, bus, kereta, membaca, main kartu atau
menonton TV, tetapi tidak termasuk tidur)

103
E. STRES
Berikan tanda ceklis () pada pilihan jawaban Anda.

SS : Sering Sekali (sangat sesuai dengan saya)


LS : Lumayan Sering (sesuai dengan saya sampai batas yang dapat
dipertimbangkan)
KK : Kadang-Kadang (sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu)
TP : Tidak Pernah (tidak sesuai dengan saya sama sekali)
Frekuensi Diisi
Saat Anda mengalami menstruasi pada periode
SS LS KK TP petug
sebelumnya, apakah Anda merasakan hal-hal berikut as
(3) (2) (1) (0)
E1 Saya merasa mudah marah terhadap hal-hal sepele. [ ]
E2 Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu
[ ]
situasi.
E3 Saya merasa sulit untuk merasa tenang. [ ]
E4 Saya mudah merasa kesal. [ ]
E5 Saya merasa telah menghabiskan banyak energi
[ ]
untuk merasa cemas.
E6 Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar
ketika mengalami penundaan (misalnya kemacetan [ ]
lalu lintas, menunggu sesuatu).
E7 Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung. [ ]
E8 Saya merasa sulit untuk beristirahat. [ ]
E9 Saya merasa bahwa saya sangat mudah marah. [ ]
E10 Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu
[ ]
membuat saya kesal.
E11 Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi
[ ]
gangguan terhadap hal yang sedang saya lakukan.
E12 Saya pernah merasa gugup. [ ]
E13 Saya tidak suka jika ada hal yang menghalangi
saya untuk menyelesaikan hal yang sedang saya [ ]
lakukan.
E14 Saya pernah merasa gelisah. [ ]

104
F. INDEKS MASSA TUBUH Diisi
Jawablah berdasarkan keadaan Anda sesuai periode menstruasi sebelumnya petugas
F1 Berapakah berat badan Anda? ________ Kg [ ]
F2 Berapakah tinggi badan Anda? ________ cm [ ]

G. GANGGUAN BELAJAR Diisi


Berikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban Anda petugas
G1 Ketika mengalami nyeri haid, pernahkah 0. Hadir [ ]
Anda tidak hadir di sekolah? 1. Tidakhadir
G2 Berapa hari ketidakhadiran Anda saat ____ hari
mengalami nyeri haid tersebut?
G3 Ketika rasa nyeri terjadi saat ujian, pernahkah 0. Hadir
itu membuat Anda tidak menghadiri ujian 1. Tidakhadir [ ]
tersebut?
G4 Berapa hari ketidakhadiran Anda saat ____ hari
mengalami nyeri haid tersebut?
G5 Saat nyeri haid, apakah membuat Anda a. Tidak memperhatikan
kehilangan konsentrasi selama kegiatan penjelasan guru di kelas
[ ]
belajar mengajar berlangsung di kelas? b. Pergi atau berkunjung ke
Jawaban boleh lebih dari satu ruang kesehatan
c. Tidur di kelas sebagai
0. Tidak upaya menghilangkan
1. Ya rasa nyeri
d. ..............................
(Sebutkan) [ ]

[ ]

Sumber: International Physical Activity Questionnaires, Depression, Anxiety and


Stress Scale

Terima kasih atas partisipasinya 

105
Lampiran 2

Hasil Uji Validitas Kuesioner

Case Processing Summary

N %
Reliability Statistics
Cases Valid 21 100.0
a Cronbach's
Excluded 0 .0
Alpha N of Items
Total 21 100.0
.861 14
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

e01 19.14 45.629 .527 .851

e02 19.48 47.062 .469 .854

e03 19.38 45.148 .706 .844

e04 18.90 44.490 .553 .850

e05 19.33 47.533 .371 .859

e06 18.71 45.114 .434 .857

e07 19.05 45.448 .542 .850

e08 19.33 47.433 .287 .865

e09 18.90 43.290 .713 .841

e10 18.76 42.490 .719 .839

e11 19.33 45.433 .530 .851

e12 19.14 46.629 .362 .861

e13 18.86 43.129 .598 .847

e14 19.10 46.290 .461 .855

106
Lampiran 3

Hasil Penelitian
Statistics

ir07

N Valid 316

Missing 0

Mean 16.63

Median 17.00

Range 3

Minimum 15

Maximum 18

a01

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 55 17.4 17.4 17.4

1 261 82.6 82.6 100.0

Total 316 100.0 100.0

a021 * a04 Crosstabulation

a04

nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat Total

a021 tidak Count 149 84 9 242

% within a021 61.6% 34.7% 3.7% 100.0%

ya Count 7 12 0 19

% within a021 36.8% 63.2% .0% 100.0%

Total Count 156 96 9 261

% within a021 59.8% 36.8% 3.4% 100.0%

107
a022 * a04 Crosstabulation

a04

nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat Total

a022 tidak Count 154 95 9 258

% within a022 59.7% 36.8% 3.5% 100.0%

ya Count 2 1 0 3

% within a022 66.7% 33.3% .0% 100.0%

Total Count 156 96 9 261

% within a022 59.8% 36.8% 3.4% 100.0%

a023 * a04 Crosstabulation

a04

nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat Total

a023 tidak Count 151 95 8 254

% within a023 59.4% 37.4% 3.1% 100.0%

ya Count 5 1 1 7

% within a023 71.4% 14.3% 14.3% 100.0%

Total Count 156 96 9 261

% within a023 59.8% 36.8% 3.4% 100.0%

a024 * a04 Crosstabulation

a04

nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat Total

a024 tidak Count 102 55 7 164

% within a024 62.2% 33.5% 4.3% 100.0%

ya Count 54 41 2 97

% within a024 55.7% 42.3% 2.1% 100.0%

Total Count 156 96 9 261

% within a024 59.8% 36.8% 3.4% 100.0%

108
a025 * a04 Crosstabulation

a04

nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat Total

a025 tidak Count 44 26 3 73

% within a025 60.3% 35.6% 4.1% 100.0%

ya Count 112 70 6 188

% within a025 59.6% 37.2% 3.2% 100.0%

Total Count 156 96 9 261

% within a025 59.8% 36.8% 3.4% 100.0%

a026 * a04 Crosstabulation

a04

nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat Total

a026 tidak Count 146 77 8 231

% within a026 63.2% 33.3% 3.5% 100.0%

ya Count 10 19 1 30

% within a026 33.3% 63.3% 3.3% 100.0%

Total Count 156 96 9 261

% within a026 59.8% 36.8% 3.4% 100.0%

a027 * a04 Crosstabulation

a04

nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat Total

a027 tidak Count 128 68 6 202

% within a027 63.4% 33.7% 3.0% 100.0%

ya Count 28 28 3 59

% within a027 47.5% 47.5% 5.1% 100.0%

Total Count 156 96 9 261

% within a027 59.8% 36.8% 3.4% 100.0%

109
a028 * a04 Crosstabulation

a04

nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat Total

a028 tidak Count 156 94 9 259

% within a028 60.2% 36.3% 3.5% 100.0%

ya Count 0 2 0 2

% within a028 .0% 100.0% .0% 100.0%

Total Count 156 96 9 261

% within a028 59.8% 36.8% 3.4% 100.0%

a029 * a04 Crosstabulation

a04

nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat Total

a029 tidak Count 152 93 9 254

% within a029 59.8% 36.6% 3.5% 100.0%

ya Count 4 3 0 7

% within a029 57.1% 42.9% .0% 100.0%

Total Count 156 96 9 261

% within a029 59.8% 36.8% 3.4% 100.0%

Statistics

a03

N Valid 261

Missing 55

Mean 2.36

Median 2.00

Std. Deviation 1.312

Range 7

Minimum 1

Maximum 8

110
katlmdis

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 182 57.6 69.7 69.7

1 61 19.3 23.4 93.1

2 18 5.7 6.9 100.0

Total 261 82.6 100.0

Missing System 55 17.4

Total 316 100.0

a04

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak 55 17.4 17.4 17.4

ringan 156 49.4 49.4 66.8

sedang 96 30.4 30.4 97.2

berat 9 2.8 2.8 100.0

Total 316 100.0 100.0

a051

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 88 27.8 83.8 83.8

1 17 5.4 16.2 100.0

Total 105 33.2 100.0

Missing System 211 66.8

Total 316 100.0

a052

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 95 30.1 90.5 90.5

1 10 3.2 9.5 100.0

Total 105 33.2 100.0

111
Missing System 211 66.8

Total 316 100.0

a053

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 45 14.2 42.9 42.9

1 60 19.0 57.1 100.0

Total 105 33.2 100.0

Missing System 211 66.8

Total 316 100.0

a054

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 88 27.8 83.8 83.8

1 17 5.4 16.2 100.0

Total 105 33.2 100.0

Missing System 211 66.8

Total 316 100.0

b01 * a04 Crosstabulation

a04

tidak nyeri nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat Total

b01 Tidak Count 18 18 7 0 43

% within b01 41.9% 41.9% 16.3% .0% 100.0%

tidak tahu Count 12 34 23 0 69

% within b01 17.4% 49.3% 33.3% .0% 100.0%

Ya Count 25 104 66 9 204

% within b01 12.3% 51.0% 32.4% 4.4% 100.0%

Total Count 55 156 96 9 316

% within b01 17.4% 49.4% 30.4% 2.8% 100.0%

112
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 26.698 6 .000

Likelihood Ratio 26.374 6 .000

N of Valid Cases 316

a. 2 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 1,22.

b021

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 84 26.6 41.2 41.2

1 120 38.0 58.8 100.0

Total 204 64.6 100.0

Missing System 112 35.4

Total 316 100.0

b022

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 201 63.6 98.5 98.5

1 3 .9 1.5 100.0

Total 204 64.6 100.0

Missing System 112 35.4

Total 316 100.0

b023

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 123 38.9 60.3 60.3

1 81 25.6 39.7 100.0

Total 204 64.6 100.0

Missing System 112 35.4

Total 316 100.0

113
b024

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 181 57.3 88.7 88.7

1 23 7.3 11.3 100.0

Total 204 64.6 100.0

Missing System 112 35.4

Total 316 100.0

b025

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 188 59.5 92.2 92.2

1 16 5.1 7.8 100.0

Total 204 64.6 100.0

Missing System 112 35.4

Total 316 100.0

Statistics

c01 c02 c03

N Valid 316 316 316

Missing 0 0 0

Mean 12.46 6.57 27.27

Median 12.00 7.00 28.00

Std. Deviation 1.183 1.308 5.164

Range 9 11 46

Minimum 7 3 14

Maximum 16 14 60

Crosstab

a04

tidak nyeri nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat Total

katmenar <= 12 tahun Count 25 85 47 4 161


1
% within katmenar1 15.5% 52.8% 29.2% 2.5% 100.0%

114
13-14 tahun Count 28 69 42 5 144

% within katmenar1 19.4% 47.9% 29.2% 3.5% 100.0%

>14 tahun Count 2 2 7 0 11

% within katmenar1 18.2% 18.2% 63.6% .0% 100.0%

Total Count 55 156 96 9 316

% within katmenar1 17.4% 49.4% 30.4% 2.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 8.019 6 .237

Likelihood Ratio 8.046 6 .235

N of Valid Cases 316

a. 5 cells (41,7%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is ,31.

Crosstab

a04

tidak nyeri nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat Total

lama_ <= 4 hari Count 5 6 5 1 17


mens
% within lama_mens 29.4% 35.3% 29.4% 5.9% 100.0%

5 - 7 hari Count 41 132 80 5 258

% within lama_mens 15.9% 51.2% 31.0% 1.9% 100.0%

> 7 hari Count 9 18 11 3 41

% within lama_mens 22.0% 43.9% 26.8% 7.3% 100.0%

Total Count 55 156 96 9 316

% within lama_mens 17.4% 49.4% 30.4% 2.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 7.717 6 .260

Likelihood Ratio 6.623 6 .357

115
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 7.717 6 .260

Likelihood Ratio 6.623 6 .357

N of Valid Cases 316

a. 3 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is ,48.

Crosstab

a04

tidak nyeri nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat Total

siklus < 21 hari Count 4 16 10 0 30

% within siklus 13.3% 53.3% 33.3% .0% 100.0%

21 - 35 hari Count 49 138 84 9 280

% within siklus 17.5% 49.3% 30.0% 3.2% 100.0%

> 35 hari Count 2 2 2 0 6

% within siklus 33.3% 33.3% 33.3% .0% 100.0%

Total Count 55 156 96 9 316

% within siklus 17.4% 49.4% 30.4% 2.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 2.844 6 .828

Likelihood Ratio 3.738 6 .712

N of Valid Cases 316

a. 5 cells (41,7%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is ,17.

Crosstab

a04

tidak nyeri nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat Total

116
aktiv aktivitas Count 20 51 16 1 88
ringan
% within aktiv 22.7% 58.0% 18.2% 1.1% 100.0%

aktivitas Count 15 54 43 3 115


sedang
% within aktiv 13.0% 47.0% 37.4% 2.6% 100.0%

aktivitas Count 20 51 37 5 113


berat
% within aktiv 17.7% 45.1% 32.7% 4.4% 100.0%

Total Count 55 156 96 9 316

% within aktiv 17.4% 49.4% 30.4% 2.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 12.848 6 .046

Likelihood Ratio 13.510 6 .036

N of Valid Cases 316

a. 3 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 2,51.

Crosstab

a04

tidak nyeri nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat Total

stres tidak stres Count 22 40 20 2 84

% within stres 26.2% 47.6% 23.8% 2.4% 100.0%

stres ringan Count 9 28 19 0 56

% within stres 16.1% 50.0% 33.9% .0% 100.0%

stres sedang Count 16 61 34 3 114

% within stres 14.0% 53.5% 29.8% 2.6% 100.0%

stres berat Count 6 20 20 2 48

% within stres 12.5% 41.7% 41.7% 4.2% 100.0%

stres sangat Count 2 7 3 2 14


berat
% within stres 14.3% 50.0% 21.4% 14.3% 100.0%

Total Count 55 156 96 9 316

% within stres 17.4% 49.4% 30.4% 2.8% 100.0%

117
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 18.519 12 .101

Likelihood Ratio 16.469 12 .171

N of Valid Cases 316

a. 7 cells (35,0%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is ,40.

Statistics

f02 f01

N Valid 316 316

Missing 0 0

Mean 157.85 49.685

Median 158.00 48.000

Minimum 140 30.0

Maximum 170 86.0

Crosstab

a04

tidak nyeri nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat Total

imt sangat Count 6 10 8 1 25


kurus
% within imt 24.0% 40.0% 32.0% 4.0% 100.0%

kurus Count 5 32 16 1 54

% within imt 9.3% 59.3% 29.6% 1.9% 100.0%

normal Count 42 97 66 5 210

% within imt 20.0% 46.2% 31.4% 2.4% 100.0%

gemuk Count 1 10 3 0 14

% within imt 7.1% 71.4% 21.4% .0% 100.0%

obesitas Count 1 7 3 2 13

% within imt 7.7% 53.8% 23.1% 15.4% 100.0%

Total Count 55 156 96 9 316

118
Crosstab

a04

tidak nyeri nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat Total

imt sangat Count 6 10 8 1 25


kurus
% within imt 24.0% 40.0% 32.0% 4.0% 100.0%

kurus Count 5 32 16 1 54

% within imt 9.3% 59.3% 29.6% 1.9% 100.0%

normal Count 42 97 66 5 210

% within imt 20.0% 46.2% 31.4% 2.4% 100.0%

gemuk Count 1 10 3 0 14

% within imt 7.1% 71.4% 21.4% .0% 100.0%

obesitas Count 1 7 3 2 13

% within imt 7.7% 53.8% 23.1% 15.4% 100.0%

Total Count 55 156 96 9 316

% within imt 17.4% 49.4% 30.4% 2.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 17.168 12 .143

Likelihood Ratio 14.526 12 .268

N of Valid Cases 316

a. 9 cells (45,0%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is ,37.

g01

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 231 73.1 88.5 88.5

1 30 9.5 11.5 100.0

Total 261 82.6 100.0

Missing System 55 17.4

Total 316 100.0

119
g03

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 254 80.4 97.3 97.3

1 7 2.2 2.7 100.0

Total 261 82.6 100.0

Missing System 55 17.4

Total 316 100.0

g051

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 127 40.2 48.7 48.7

1 134 42.4 51.3 100.0

Total 261 82.6 100.0

Missing System 55 17.4

Total 316 100.0

g052

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 211 66.8 80.8 80.8

1 50 15.8 19.2 100.0

Total 261 82.6 100.0

Missing System 55 17.4

Total 316 100.0

g053

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 146 46.2 55.9 55.9

1 115 36.4 44.1 100.0

Total 261 82.6 100.0

Missing System 55 17.4

120
g053

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 146 46.2 55.9 55.9

1 115 36.4 44.1 100.0

Total 261 82.6 100.0

Missing System 55 17.4

Total 316 100.0

g054

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 242 76.6 92.7 92.7

1 19 6.0 7.3 100.0

Total 261 82.6 100.0

Missing System 55 17.4

Total 316 100.0

121

Anda mungkin juga menyukai