Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis

dalam kehidupan seseorang. Masa ini merupakan periode transisi dari

masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan

perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial. Masa rmaja ditandai

dengan munculnya karakteristik seks primer. Hal ini sangat di pengaruhi

oleh mulai bekerjanya kelenjar reproduksi. Fase ini ditandai dengan

pengalaman mimpi basah pada remaja putra dan mengalami menstruasi

pada remaja putri (Chimaria,2008). Menstruasi adalah keluarnya darah

dari rahim melalui vagina dan keluar dari tubuh seseorang wanita setiap

bulan selama masa usia subur (Faizah,2000).

Masa remaja merupakan usia di mana individu berintegrasi dengan

masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat

orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama.

Pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja sangat pesat, baik fisik

maupun psikologis. Pada perempuan sudah mulai terjadinya menstruasi

dan pada laki-laki sudah mulai mampu menghasilkan sperma (Hurlock,

2009 ; Proverawati & Misaroh, 2009). Keadaan yang sering ditakuti oleh

remaja putri pertama kali adalah menstruasi pertama, atau dalam bahasa

medis disebut dengan menarche ,kejadian ini menandakan seorang remaja

putri telah memasuki masa pubertas (Riyanto,2001).


Pada saat menstruasi biasanya mengalami nyeri perut, yang biasa

disebut dengan disminore. Disminore adalah kekakuan atau kejang

dibagian bawah perut yang terjadi pada waktu menjelang atau selama

menstruasi, yang memaksa wanita untuk beristirahat atau berakibat pada

menurunnya kenerja dan berkurangnya aktivitas sehari-hari

(Dianawati,2003 ; Proverawati & Misaroh,2009).

Setiap wanita memiliki pengalaman menstruasi yang berbeda-beda.

Sebagian wanita mendapatkan menstruasi tanpa keluhan, namun tidak

sedikit dari mereka yang mendapatkan menstruasi disertai keluhan berupa

disminore yang mengakibatkan rasa ketidaknyamanan serta berdampak

terhadap gangguan aktivitas. Disminore merupakan nyeri pinggang bagian

bawah yang terkadang rasa nyeri tersebut meluas hingga ke pinggang,

punggung bagian bawah dan paha (Baziad,2003).

Disminore merupakan gejala rasa sakit atau rasa tidak enak diperut

bagian bawah pada masa menstruasi sampai dapat menganggu aktifitas

sehari-hari, yang paling sering ditemui pada wanita muda dan reproduktif.

Disminore adalah keluhan yang paling sering wanita muda pergi ke dokter

untuk konsultasi dan mendapatkan pengobatan (Winjosastro, 2007).

Disminore atau nyeri haid merupakan gejala yang paling sering

dikeluhkan oleh wanita usia produktif. Nyeri atau rasa sakit yang siklik

bersamaan dengan menstruasi ini sering dirasakan seperti rasa kram pada

perut dan dapat disertai dengan rasa sakit yang menjalar ke punggung,

dengan rasa mual dan muntah, sakit kepala ataupun diare. Oleh karena itu,
istilah disminore hanya dipakai jika nyeri haid tersebut demikian hebatnya,

sehingga memaksa penderita untuk isntirahat dan meninggalkan pekerjaan

atau aktivitasnya sehari-hari untuk beberapa jam atau beberapa hari

(Winknjosastro, 2007). Disminore (dysmenorrhoea) berasal dari bahasa

yunani, dimana “dys” berarti ganggu /nyeri hebat/abnormalitas, “meno”

berarti bulan dan “rrhea” berarti aliran, sehingga disminore

(dysmenorrhoea) dapat diartikan dengan gangguan aliran darah haid.

Disminore tidak hanya memunculkan keluhan rasa sakit atau rasa

tidak nyaman pada bagian perut bagian bawah saja. Hal lainnya seperti

rasa nyeri dibagian bawah punggung, nyeri dibagian dalam atau depan

paha, sakit kepala, dan mual juga sering kali dikeluhkan. Bahkan sekitar

10-15% dari wanita dengan disminore memiliki gejala yang cukup parah.

Sehingga hal ini akan berdampak menjadi terhambatnya seseorang dalam

melakukan aktivitasnya (McKesson, 2003).

Disminore dapat menimbulkan dampak bagi kegiatan atau aktivitas

para wanita khususnya remaja. Jika seorang siswi mengalami disminore,

aktivitas belajar mereka disekolah terganggu dan tidak masuk sekolah.

Sebagai contohnya seorang siswi yang mengalami disminore tidak dapat

berkonsentrasi dalam belajar dan motivasi belajar akan menurun karena

disminore karena disminore yang dirasakan pada proses belajar mengajar

dan kadang ada yang meminta izin untuk pulang karena tidak tahan

terhadap disminore yang mereka rasakan (Cicilia dkk, 2013). Dibuktikan

oleh penelitian Omvidvar, S Amerika Serikat bahwa disminore


mengakibatkan 23,6% dari penderitanya tidak masuk sekolah (Sophia,

2013).

Angka kejadian nyeri menstruasi (Dismenore) di dunia sangat

besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalami

Dismenore. Di Amerika angka presentasenya sekitar 60% dan di Swedia

sekitar 72%. Sementara di Indonesia angkanya diperkirakan 55%

perempuan produktif yang tersiksa oleh disminore. Angka kejadian

(prevalensi) disminore beskisar 45-95% dikalangan wanita usia produktif

(Proverawati & Misaroh, 2009).

Prevalensi disminore dalam beberapa penelitian menunjukkan

frekunsi yang cukup tinggi. Dalam suatu systemic review WHO, rata-rata

insidensi terjadinya terjadi disminore pada wanita muda antara 16,8–81%.

Di Inggris dilaporkan 45-97% wanita dengan keluhan disminore, dimana

prevalensi hampir sama ditemui di negara-negara Eropa. Prevalensi

terendah terdapat di Bulgaria (8,8%) dan prevalensi tertinggi di negara

Finlandia (94%) (Latte, 2006).

Angka kejadian menstruasi primer di indonesia mencapai 54,89%,

sedangkan sisanya adalah penderita disminore tipe sekunder, yang

menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun dan ini

akan menurunkan kulitas hidup pada masing-masing individu (Endif

2008).
Angka kejadian nyeri menstruasi di Sumbar mencapai 57,3%, dari

mereka yang mengeluh nyeri , 9% nyeri berat, 39% nyeri sedang, dan 52%

nyeri ringan. Kejadian ini menyebabkan 12% remaja sering tidak masuk

sekolah. Angka kejadian nyeri menstruasi di Lima Puluh Kota mencapai

51,8% dari mereka yang mengeluh nyeri , 11% berat, 41% sedang , dan

48% ringan. Kejadian ini menyebabkan 10% remaja sering tidak masuk

sekolah. (Sumbar 2013).

Di Indonesia juga merupakan keluhan yang sering ditemukan pada

wanita usia muda. Menurut Ernawati dkk (2010), dalam satu penelitian

pada 50 orang Mahasiswi di Semarang ditemukan kejadian disminore

ringan sebanyak 18%, disminore sedang sebanyak 62%, dan disminore

berat 20%.

Disminore sering menjadi alasan seorang mahasiswa untuk tidak

masuk mengikuti perkuliahan, sehingga akan menganggu prestasi belajar.

Bagi wanita yang bekerja, disminore akan sangat menganggu aktivitas

sehingga akan dapat menurunkan produktifitas dan kualitas kerja. Di

Amerika Serikat, dalam suatu data review ditemukan bahwa 600 juta jam

kerja hilang akibat dari disminore yang mengakibatkan suatu kerugian

secara ekonomi sampai 2 miliar dolar Amerika (Zhu X, et al. 2009).

Disminore merupakan ketidakseimbangan hormon progerteron

dalam darah sehingga mengakibatkan rasa nyeri timbul, faktor psikologis

juga ikut berperan terjadinya disminore pada beberapa wanita. Wanita

yang pernah mengalami disminore sebanyak 90%. Masalah ini setidaknya


menganggu 50% wanita masa reproduktif dan 60-85% pada usia remaja,

yang mengakibatkan banyaknya absensi pada sekolah maupun kantor.

Pada umumnya 50-60% diantaranya memelurkan obat-obatan analgesik

untuk mengatasi disminore ini (Anna,2009).

Disminore dapat diatasi dengan terapi farmaklogi dan non

farmakologi. Terapi farmakologi antara lain, pemberian obat analgetik,

terapi hormonal, obat nonsteroid prostaglandin, dan dilatasi kanalis

servikalis (Prawirohardjo, 2009).

Selain itu pencegahan yang lebih aman dengan cara melakukan

senam atau yang biasa di sebut dengan senam disminore. Latihan-latihan

sangat dianjurkan untuk mengurangi disminore. Olahraga / senam

merupakan salah satu teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk

mengurangi nyeri karena saat melakukan olahraga/senam, otak dan

susunan dan saraf tulang belakang akan menghasilkan endorphin, hormon

yang berfungsi sebagai obat penenang alami dan menimbulkan rasa

nyaman (Harry, 2005).

Banyak cara untuk dapat menghilang nyeri haid adalah mandi air

hangat, meletakkan botol hangat di perut, exercise/latihan, dan

menghindari merokok (Nathan, 2005 dalam Ningsih, 2011). Selanjutnya

menurut French (2005) modifikasi gaya hidup untuk mengatasi disminore

yaitu diet rendah lemak, exercise, serta dapat juga dengan pemberian

suplement, pengobatan herbal, akupuntur dll.


Menurut pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa exercise dapat

mengatasi disminore. Selain itu exercise lebih aman digunakan karena

menggunakan proses fisiologi (Woo & Mc Eneaney, 2010). Hal ini

didukung hasil penelitian Daley (2008) yang menyatakan exercise efektif

dalam menurunkan nyeri haid (disminore). Hasil penelitian yang terkait

adalah penelitian istiqomah (2009) menyatakan senam disminore efektif

untuk mengurangi disminore pada remaja.

Exercise merupakan salah satu manajemen non farmakologis yang

lebih aman digunakan karena menggunakan proses fisiologis (Woo &

McEneaney,2010). Daley (2008), dalam penelitiannya mengatakan bahwa

exercise efektif dalam menurunkan nyeri saat haid (Disminore primer).

Salah satu execise yang dapat dilakukan untuk menurunkan instensitas

nyeri saat haid (disminore) adalah dengan melakukan teknik cat sterth

exercise yang merupakan bagian dari abdominal sterth exercise. Cat sterth

exercise yang dilakukan pada saat disminore dapat meningkatkan kekuatan

otot, daya tahan, dan fleksibilitas otot (Thermacare, 2010), sehingga

diharapkan dapat menurunkan dan menghilangkan nyeri menstruasi

(disminore). Cat sterth exercise yang dilakukan 5x berturut-turut saat nyeri

mulai dirasakan, dapat merelaksasikan otot-otot uterus dan meningkatkan

perfusi darah ke uterus, sehingga tidak terjadi metabolisme anoerob yang

menghasilkan asam laktat. Hal ini menyebabkan implus nyeri yang

diterima serabut nyeri tipe C tidak adekuat (Jermia,2013).


Data mahasiswi yang mengalami nyeri haid (disminore) yang

didapatkan dari survey awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 23

Desember 2016, berdasarkan hasil wawancara dilakukan kepada 10

mahasiswi tingkat 1 Prodi S1 Keperawatan didapatkan keterangan bahwa

selama ini setiap bulannya banyak mahasiswa tersebut yang mengalami

disminore, mereka hanya melakukan penangan seperti kompres dengan air

hangat, dan ada juga yang tidak melakukan tindakkan apa-apa, sehingga

terkadang menganggu perkuliahan, seperti absen, dan kurangnya

konsentrasi saat belajar.

Berdasarkan fenomena di atas maka peneliti tertarik meneliti

tentang Pengaruh latihan Cat Stetrh Exercise terhadap intensitas nyeri

haid (Disminore) pada mahasiswi tingkat 1 prodi S1 Keperawatan STIkes

Mercubaktijaya Padang tahun 2017.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang diatas, maka

masalah peneliti dapat dirumuskan yaitu “ Apakah ada pengaruh latihan

Cat Sterth Exercise terhadap intensitas nyeri haid (disminore) pada

mahasiswi tingkat 1 prodi S1 Keperawatan STIkes Mercubaktijaya Padang

tahun 2017.
C. Tujuan Peneliti

I. Tujuan umum

Untuk membuktikan Apakah ada pengaruh latihan Cat Sterth

Exercise terhadap intensitas nyeri haid (Disminore) pada Mahasiswi

tingkat 1 prodi S1 Keperawatan STIkes Mercubaktijaya Padang tahun

2017.

II. Tujuan Khusus

a. Untuk memperoleh distribusi frekuensi sebelum dilakukan

latihan Cat Sterth Exercise terhadap mahasiswi yang

mengalami nyeri haid (Disminore) pada Mahasiswi tingkat 1

prodi S1 Keperawatan STIkes Mercubaktijaya Padang tahun

2017.

b. Untuk memperoleh distribusi frekuensi setelah dilakukan

latihan Cat Sterth Exercise terhadap mahasiswi yang

mengalami nyeri haid (Disminore) pada Mahasiswi tingkat 1

prodi S1 Keperawatan STIkes Mercubaktijaya Padang tahun

2017.

c. Untuk membuktikan apakah ada pengaruh sebelum dan

sesudah latihan Cat Sterth Exercise terhadap mahasiswi yang

mengalami nyeri haid (Disminore) pada Mahasiswi tingkat 1

prodi S1 Keperawatan STIkes Mercubaktijaya Padang tahun

2017.
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi tempat penelitian ( STIkes Mercubaktijaya Padang)

Sebagai bahan masukan bagi STIkes Mercubaktijaya

Padang dalam memberikan bimbingan pada mahasiswi yang

mengalami disminore.

2. Bagi Institusi pendidikan

Hasil penelitian berguna untuk bahan perbandingan,

pedoman, dan masukan untuk peneliti selanjutnya.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan perbandingan atau data dasar bagi peneliti

berikutnya untuk melakukan penelitian dengan masalah yang

sama variabel berbeda.

4. Bagi klien dan Masyarakat

Dapat dijadikan sebagai pengetahuan dan wawasan serta

dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari tentang

manfaat latihan Cat Sterth Exercise terhadap penurunan

intensitas nyeri saat haid (disminore).

Anda mungkin juga menyukai