Anda di halaman 1dari 189

EFEK PELATIHAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN

DAN KETERAMPILAN DALAM KEGIATAN PENIMBANGAN BALITA


PADA KADER POSYANDU DI KELURAHAN RENGAS
KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2017

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh :

HARUM AULIA RAHMAWATI

1111101000070

PEMINATAN GIZI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

2017/1438 H
ka n sa

ri N

Jakarta, Juni 2017

ii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN GIZI

Skripsi, Juni 2017


HARUM AULIA RAHMAWATI, NIM 1111101000070

EFEK PELATIHAN TERHADAP PENINGKATAN


PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN DALAM KEGIATAN
PENIMBANGAN BALITA PADA KADER POSYANDU DI
KELURAHAN RENGAS KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN
2017
xix + 119 Halaman, 10 Tabel, 3 Bagan, 1 Gambar, vii Lampiran

ABSTRAK
Kurang berfungsinya posyandu disebabkan karena kemampuan kader di
posyandu yang masih rendah. Maka dari itu, sering ditemukannya penurunan
kinerja posyandu, keterhambatan dalam proses penyampaian informasi dan pesan-
pesan gizi, penurunan jumlah balita yang datang serta ketidak akuratan data pada
proses pelaksanaan kegiatan. Di Puskesmas Rengas sendiri, sebanyak 46,7%
kader berpengetahuan rendah dan sebanyak 53,3% kader kurang terampil.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian


Eksperimental Sungguhan (True Experimental) yakni penelitian dengan
melakukan intervensi kepada kader posyandu (sampel) dengan kelompok
pembanding (kontrol). Jumlah sample pada penelitian ini sebanyak 44 orang yang
dibagi menjadi 2 kelompok masing-masing berisi 22 orang. Adapun perlakuan
yang diberikan pada kelompok sampel yakni pemberian pelatihan dengan media
berupa audiovisual, sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan
apapun.

Dari hasil analisis yang dilakukan diketahui bahwa terdapat perbedaan


yang signifikan antara sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan pada kelompok
perlakuan. Hal ini dapat membuktikan bahwa pelatihan mampu memberikan efek
terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader posyandu. Setelah
diberikan intervensi, peneliti berharap pihak puskesmas bisa melakukan refresh
dan mengaplikasikan media audiovisual pada proses pelatihan selanjutnya.

Kata Kunci: Pelatihan, Kader Posyandu, Audio-visual, Pengetahuan,


Keterampilan
Daftar Bacaan: 78 (1956-2014)

iii
STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH
SPECIALISATION NUTRITION

Undergraduated, Juni 2017


HARUM AULIA RAHMAWATI, NIM 1111101000070

THE EFFECT OF TRAINING TO IMPROVE KNOWLEDGE AND


SKILL IN THE ACTIVITIES OF CHILDREN WEIGHING FOR
POSYANDU CADRES AT RENGAS SOUTH OF TANGERANG IN
2017
xix + 119 Pages, 10 Tables, 3 Charts, 1 Image, vii Attachments

ABSTRACT
Lack of a functioning Posyandu is because the ability of cadres in
Posyandu are still low. Therefore, often finding of decreased performance
posyandu, delays in the delivery of information and messages of nutrition,
decreased the number of children who come and inaccurate data in the process of
implementation. In Rengas Health Center's, as much as 46.7% lower cadre of
knowledgeable and 53.3% less skilled cadres.

This study is a quantitative research with pre-experimental research


designs True Experimental that studies by intervening to cadres Posyandu
(sample) with control group. The sample in this study as many as 44 people were
divided into two groups each containing 22 people. The treatment given to a
sample group that is providing training with media audiovisual, while the control
group was not given any treatment.

The results of the analysis conducted it is known that there are significant
differences between before and after training in the treatment group. It is can
proved that the training can have an effect on increasing the knowledge and skills
of posyandu cadres. After the intervention, the researcher hopes that the public
health center can refresh and apply audiovisual media in the next training process.

Keywords: Training, Posyandu Cadres, Audio-visual, Knowledge, Skills

Reading List: 78 (1956-2014)

iv
v
vi
a u¹' ç¸ u¹' ¸ ç¸ --------
˚

Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua


Orang Tua saya Tercinta. Terimakasih untuk
seluruh perjuangan Bapak dan Ibu
dalam mendidik kami selaku anak kalian
selama ini. Dan untuk para sahabat saya,
terimakasih untuk tidak pernah membiarkan
saya berjuang sendirian.

vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI :

Nama : HARUM AULIA RAHMAWATI


Tempat, tgl lahir : Tangerang, 02 Februari 1994
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Berat Badan : 52 Kg
Tinggi Badan : 157 Cm
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Pendidikan No. 20 Rt. 001/006 Ciputat
Kota Tangerang Selatan 15411
No. Telp/ Hp : 0856-9533-6142 / 0822-9840-5494
E-mail : harumaulia2294@gmail.com

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN :

2000 – 2006 : Sekolah Dasar Negeri Lumpang 1 Parungpanjang


2006 – 2009 : Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Parungpanjang
2009 – 2011 : Sekolah Menengah Atas PGRI 56 Tangerang
Selatan
2011 – 2017 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat

PENGALAMAN BEKERJA

2011 : Karyawati di Warnet ARYA COMPUTER Ciputat

2013 : Internship di Klinik Pelayanan Kesehatan Masyarakat


(KPKM) Kota Tangerang Selatan Tahun 2013

2014 : - Internship di UPT Puskesmas Pamulang Barat Kota


Tangerang Selatan membahas tentang Penyakit
Demam Berdarah Dengue di Pamulang Barat Tahun
2014
- Tim Peneliti Gambaran Perilaku Diet dan Faktornya
pada Siswa/i SMAN 34 Jakarta Tahun 2014
- Volunteer Kegiatan Donor Darah bersama PMI Pusat
dan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014.
- Volunteer Kegiatan Pelatihan Tanggap Darurat

vii
Bencana bersama ACT dan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Tahun 2014.
- Volunteer Kegiatan Pelatihan Tanggap Darurat
Bencana bersama ACT dan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Tahun 2014.

2015 - Internship di bagian Perbaikan Gizi bagi pasien Klinik


: Terpadu Poli Paru dan Nutritionist di Klinik Gizi di
UPT Puskesmas Rengas Kecamatan Ciputat Timur
Kota Tangerang Selatan Tahun 2015
- Enumerator penelitian “Hubungan antara jenis
kelamin, genetik, durasi tidur, frekuensi sarapan pagi,
asupan energi, asupan karbohidrat, asupan protein,
asupan lemak, asupan serat, aktivitas fisik, sedentary
behaviour dan tingkat stress dengan kejadian obesitas
siswa SLTA di Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat
Tahun 2015.”
- Enumerator penelitian Program Magister Gizi Kesmas
Universitas Indonesia di Jakarta Utara Tahun 2015
- Enumerator penelitian Program Magister Gizi Kesmas
Universitas Indonesia di Depok Tahun 2015
- Enumerator penelitian Program Magister Gizi Kesmas
Universitas Indonesia di Bogor Tahun 2015
- Enumerator Project SEAMEO RECFON (Southeast
Asian Ministers of Education Organization Regional
Center of Food and Nutrition) yang berjudul
“Nutrition in Adolescence Issues in 2015”

2016 : - Koordinator Lapangan Penelitian Doktoral yang


berjudul “Intervensi Edukasi Gizi Berbasis Android
Untuk Meningkatkan Konsumsi Zat Gizi Cegah
Anemia Pada Remaja Puteri di SMP Muhammadiyah
se-Depok Tahun 2016”
- Volunteer Kegiatan Digital Qurban bersama BAZNAS
di Wilayah Jakarta Selatan tahun 2016
- Enumerator penelitian Pengabdian Dosen Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul “ISO
9001 in Public Health Center (Puskesmas) Design,
Control and Quality Improvement in Order to Increase
Community Health in South of Tangerang”

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang atas limpahan Rahmat da
Nya.

Skripsi ini disusun dengan berbekal pengetahuan, pengarahan serta bimbingan yang diperoleh selam
menyusun Skripsi yang berjudul “Efek Pelatihan Terhadap Peningkatan

Pengetahuan dan Keterampilan Dalam Kegiatan Penimbangan Balita Pada

Kader Posyandu Di Kelurahan Rengas Kota Tangerang Selatan Tahun

2017”.

Dalam penulisan Skripsi ini, penulis menyadari dengan sepenuh hati

bahwa Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT dan Bapak, Ibu tercinta beserta Adik tersayang (Andini

Fadhilatunnisa) yang selalu memberikan kasih sayang beserta

dorongan dan semangat yang tak henti-hentinya kepada penulis untuk

menyelesaikan Skripsi ini.

x
2. Ibu Fajar Ariyanti, SKM., MKM., Ph.D selaku ketua Program Studi

6. Ibu Narila Mutia


Kesehatan Nasir, MKM,
Masyarakat Ph.DKedokteran
Fakultas selaku dosen Penguji
dan Ilmu IKesehatan
yang telah

banyak meluangkan
UIN Syarif waktuJakarta
Hidayatullah dan memberikan masukan kepada penulis.

7.3. Ibu
Ibu Dela
Yuli Aristi,
Amran,MKM selaku
SKM., MKM dosen Penguji
selaku dosenIIpembimbing
yang telah banyak
I yang
meluangkan
telah banyakwaktu dan memberikan
membantu masukan
penulis dari kepada
mulai awal penulis. sampai
pembinaan
8. Ibu DR.
akhir Hera Nurlita,
penulisan M.Kes
Skripsi ini. selaku dosen Penguji III yang telah

4. banyak meluangkan
Ibu Ratri waktuSKM.,
Ciptaningtyas, dan memberikan masukan
MHS selaku dosen kepada penulis.II
pembimbing
9. Ibu Dra.
yang Hj.banyak
telah Nenengmembantu
Komariah penulis
selaku orang tua yang
dari mulai awaltelah banyak
pembinaan
membantu penulis
sampai akhir dari awal
penulisan hingga
Skripsi ini. akhir penulisan skripsi ini.
10.
5. Bapak Drs. Herry
Ibu Raihana Sumardih,
Nadra, MKM M.Si,
selakuDR.H.
dosen Ma’rifat, MA, dan
penguji pada saat DR. Dien
seminar
Samsudin,
proposal MA
yangyang telahbanyak
telah banyak memberikan
membantu penulis.
masukan pada saat

penulisan

xi
11. Bapak Drs. H. Amas Rachmadi (Om H. Gatot) dan Drs. H. Suhardy

15. Teman
(Papah– teman seperjuangan
Andien) yang telahGizi UIN 2011
banyak (PANCI) yang
memberikan senantiasa
dorongan dan
memberikan semangat yang berapi-api dan juga informasi kepada
membantu penulis.

12.penulis
Bapak dalam
KH. proses penulisan
Djamhari Skripsi LC
Abduljalal, ini. selaku pimpinan Ponpes

16. Saudara Yusuf


Darunnajah II Ronny Silalahi,
Cipining – BogorJodidan
Prasetyo,
Bapak Novi LestariS.Ag
H. Trimo, dan Ahmad
selaku
Nur
StaffHuda yang ditelah
Pendidik banyak
Ponpes membatuII dan
Darunnajah senantiasa
Cipining menyemangati
– Bogor yang telah
penulis
banyakdengan setulusdorongan
memberikan hati. dan membantu penulis.
17.
13.Saudari
Seluruh Ratu Aryumi
Staff UPT. Chaerunnisa
Puskesmas dan
Rengas Sutinah
Kota yang Selatan
Tangerang selalu yang
sabar

mendengarkan keluh kesah


telah banyak membantu penulis
penulis sertapenyediaan
dalam selalu menyemangati dengan
data dan fasilitas.

14.penuh kasih
Saudari Dwisayang.
Rahmawati, Renita Pertiwi, Alvina Yarra Putri dan
18. Kakak
LatanzaYunita
Shima Kurniawati, S.Pd, selalu
Dayyana yang Abangsabar
Abdul
dan Haris, Abang
memberikan
Hariyansyah,
semangat Abang Novi Hamdani, Amd dan Abang Rivqi yang

xii
senantiasa membantu penulis dalam penyediaan fasilitas pada proses

penulisan Skripsi ini.


19. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu

Terimakasih atas segala semangat serta bantuan baik yang tersirat maupun tersurat. Semoga Allah m
lagi.

Tangerang Selatan,Juni 2017

Penulis

xii
DAFTAR ISI

DAFTAR BAGAN.......................................................................................................xviii

DAFTAR GAMBAR......................................................................................................xix

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

1.1. Latar Belakang Penelitian.................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah............................................................................................7

1.3. Pertanyaan Penelitian.......................................................................................7

1.4. Manfaat Penelitian............................................................................................7

1.5. Tujuan Penelitian..............................................................................................9

1.6. Ruang Lingkup Penelitian................................................................................9

xi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................11
3.2. Definisi Operasional.......................................................................................44

3.3. Hipotesis.........................................................................................................45
2.1. Pengetahuan....................................................................................................11
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN........................................................................46
2.2. Keterampilan..................................................................................................20
4.1. Desain Penelitian............................................................................................46
2.3. Pelatihan.........................................................................................................21
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian.........................................................................47
2.4. Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Pelatihan.....................................30
4.3. Populasi dan Sample Penelitian......................................................................48
2.5. Narasumber/Trainee.......................................................................................33
4.4. Intervensi/Perlakuan.......................................................................................51
2.6. Kader..............................................................................................................35
4.5. Jenis Data.......................................................................................................61
2.10. Kerangka Teori...............................................................................................41
4.6. Instrumen Penelitian.......................................................................................61
BAB III KERANGKA KONSEP....................................................................................42
4.7. Cara Pengukuran Variabel..............................................................................67
3.1. Kerangka Konsep...........................................................................................42

xv
4.8. Pengolahan Data.............................................................................................68

6.1. Keterbatasan Penelitian.....................................................................................83


BAB V HASIL PENELITIAN........................................................................................73

6.2. Efek Pelatihan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kader...............................84


5.1. Gambaran Lokasi Penelitian.............................................................................73

6.3.
5.2. Efek Pelatihan
Gambaran Terhadap Peningkatan
Pengetahuan Keterampilan
Dan Keterampilan Kader..............................94
Kader Sebelum Dan Sesudah

Diberikan Intervensi
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................105

..........................................................................................................................
7.1. Kesimpulan...................................................................................................105
75
7.2. Saran.............................................................................................................107
5.3. Karakteristik Individu Kader Posyandu............................................................77
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................109
5.4. Efek Pelatihan Kader Posyandu Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan
LAMPIRAN...................................................................................................................119
Keterampilan Kader

..........................................................................................................................

78

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kelompok Media Intruksional29

Tabel 3.1. Definisi Operasional Penelitian44

Tabel 4.1. Matriks Proses Pelatihan56

Tabel 4.2. Pembagian Jumlah Sampel60

Tabel 4.3. Materi Pada Media Modul63

Tabel 5.1. Jumlah Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Rengas73

Tabel 5.2. Gambaran Pengetahuan dan Keterampilan Kader Sebelum dan Sesudah
Pelatihan75

Tabel 5.3. Karakteristik Individu...............................................................................77

Tabel 5.4. Perubahan Pengetahuan dan Keterampilan Kader Sebelum dan Sesudah

dilakukan Intervensi pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol...................79

Tabel 5.5. Pemodelan Multivariat Variabel Perancu Terhadap Pengetahuan dan

Keterampilan.............................................................................................82

xv
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1. Kerangka Teori41

Bagan 3.1. Kerangka Konsep43

Bagan 4.1. Proses Pelatihan58

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Denah Proses Pelatihan.........................................................................59

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Pembangunan sektor kesehatan di Indonesia diarahkan untuk memperluas jangkauan dan menin
masyarakat yang memiliki peran amat penting dalam mendekatkan upaya

promotif dan preventif kepada masyarakat, terutama terkait dengan upaya

peningkatan status gizi masyarakat serta kesehatan ibu dan anak. Salah

satu penyebab terjadinya gizi buruk pada masyarakat adalah kurang

berfungsinya posyandu sehingga berakibat pada pemantauan gizi pada

anak dan ibu hamil tidak berjalan sebagaimana mestinya (Sukiarko,

2007).

Masalah kurang gizi ini menjadi tantangan bagi semua pihak

khususnya petugas pelayanan kesehatan. Menurut data Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan oleh Kementrian Kesehatan pada

tahun 2013, prevalensi balita yang mengalami masalah gizi di Indonesia

secara garis besar adalah sebesar 19,6 % (Kemenkes, 2013). Provinsi

Banten sendiri memiliki prevalensi masalah gizi sebanyak 12,9 %.

1
Kemudian mengerucut kembali pada daerah Tangerang Selatan pada

tahun 2012 tercatat sebanyak 3,1 % dari jumlah balita yang mengalami masalah gizi. Masal
tingkat masyarakat. (Kemenkes, 2013).

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, masih ditemukan banyaknya masalah


faktor penting dalam upaya peningkatkan kualitas kesehatan penduduk.

Menurut Sukiarko (2007), kurang berfungsinya posyandu disebabkan

karena kemampuan kader di posyandu yang masih rendah. Maka dari itu,

sering ditemukannya penurunan kinerja posyandu, keterhambatan dalam

proses penyampaian informasi dan pesan-pesan gizi, penurunan jumlah

balita yang datang serta ketidak akuratan data pada proses pelaksanaan

kegiatan.

Pemantauan pertumbuhan merupakan salah satu kegiatan utama

program perbaikan gizi yang menitikberatkan pada upaya pencegahan

dan peningkatan keadaan gizi balita. Secara teknis, sering ditemui

kesalahan menggunakan timbangan yang tidak layak dan tidak

dikalibrasi serta kesalahan dalam pemasangan timbangan dan pembacaan

hasil. (Kemenkes RI, 2000)

2
Tingkat kemampuan, ketelitian dan akurasi data yang dikumpulkan

kaderKemudian
masih rendah,
padapada penelitian
tahun 2009 yang dilakukan
diperoleh dataoleh
68%Sukiarko
kader pada
tidak
tahun 2007 menggambarkan
melakukan bahwa sebanyak
penimbangan sesuai dengan 90% (31 Orang)
prosedur kader
pengukuran
membuat kesalahan.
antopometri Salahdan
pada bayi satu balita,
kesalahan kader yang
sehingga hasil paling sering
pengukuran
dijumpai adalah
antropometri teknikdiperoleh
yang penimbangan yang akurat.
kurang kurang tepat.
Hal Lebih jauh
ini dapat
lagi, hanya 40,7%
menggambarkan kader yang tahu
keterampilan kadermanfaat Kartu
posyandu di Menuju Sehat (KMS)
daerah tersebut dalam
yang sekarang
pengukuran berubah menjadi
antropometri masih buku KIAkarena
rendah (Kesehatan Ibu pengukuran
standar dan Anak)

untuk konseling
antropometri yanggizi. Serupa dilakukan
seharusnya dengan hasil studi
kader yangmencapai
yakni dilaksanakan
80%.
Bidan desa Brekat
Peningkatan jumlah pada
kadertahun
yang 2008, dari 25
melakukan kader yang
kesalahan dari menimbang
tahun 2008
bayi dan
sampai balita
tahun dapat
2009 dikatakan
juga menjadibahwa
salah sebagian besaryang
satu keadaan (60%)harus
kaderdi

tidak melakukan
perhatikan penimbangan sesuai dengan prosedur pengukuran
(Hida, 2011).
antropometri

3
Penelitian yang dilakukan oleh Hida pada tahun 2011 menyatakan

bahwa sebanyak 25 kader posyandu dinilai keterampilannya, yang meliputi 38 langkah-lang


tidak adanya perubahan dari tahun 2009 hingga tahun 2011 (Hida, 2011).

Sementara itu, di wilayah kerja Puskesmas Rengas Kota Tangerang

Selatan menunjukan bahwa sebanyak 41 orang (45,1%) kader yang

memiliki pengetahuan tentang kegiatan gizi di posyandu yang kurang dan

sebanyak 56% dari total keseluruhan kader di Wilayah Kerja Puskesmas

Rengas sebanyak 91 orang hanya mengikuti pelatihan < 3 kali dalam

setahun (Syafei, 2011).

Keterampilan kader kesehatan salah satu diantaranya meliputi

kemampuan melakukan tahapan-tahapan penimbangan, kader kesehatan

biasanya melakukan kegiatan penimbangan di posyandu belum sesuai

dengan prosedur-prosedur pengukuran antropometri, sehingga hasil yang

diperoleh dari penimbangan kurang tepat. (Rufiat, 2011).

4
Berdasarkan hasil uji t tidak berpasangan yang dilakukan oleh

Rufiat, dkk (2011)


Seperti diperoleh
yang kita hasil
ketahui, daribahwa nilai p (0,0001),
hasil penelitian hal ini berarti
yang dilakukan oleh
bahwa (2011)
Syafei terdapatyang
pengaruh pelatihan
mengatakan dengan
bahwa metode56%
sebanyak permainan Find
kader hanya
your mate pelatihan
mengikuti terhadap peningkatan pengetahuan
< 3 kali dalam setahun kader posyandu41tentang
dan sebanyak orang
posyandu
(45,1%) lansia
kader di posyandu
yang Kelurahan Panggung
memiliki pengetahuan Kota Hal
yang kurang. Tegal.
ini Untuk
selaras
dapat meningkatkan
dengan mutu
hasil wawancara pendidikan
yang dilakukan maka seorang
dengan petugaspendidik harus
pelaksana gizi

didapat mengelola
Puskesmas pembelajaran
Rengas dengan bahwa
yang mengatakan baik dalam
kaderberbagai aspeknya,
masih sangat butuh
antara lain
pelatihan darirutin
yang segiagar
pemilihan metode,
tetap atau media,
bahkan lebih pendekatan dan teknik
terampil. Dalam proses
mengajar. yang
wawancara Seiring dengankepada
dilakukan berkembangnya arus teknologi
kader dapat dikatakan dan
bahwa kader
komunikasi,
memang maka
masih perlupelatihan
butuh dilakukansebagai
inovasi bentuk
pendidikan agar teknologi
penyegaran terkait
dapat dimanfaatkan
pengetahuan dalaminiproses
yang selama mencetak
di dapat. sumber
Dari hasil daya manusia
wawancara tersebut,
dengan merasa
peneliti memperhatikan
penting untuk membahas tentang efek pelatihan kader

5
guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dilihat dari

peningkatan pengetahuan dan keterampilan khususnya pada posyandu dalam kegiatan p


Rengas tahun 2017.

Susanto (2010) mengatakan bahwa kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan mudah
dengar. Penggunaan media audio visual merupakan salah satu usaha

untuk mengajak peserta belajar kreatif sehingga pemenuhan kebutuhan

psikologis mereka tercapai (Susanto, 2010).

Selama ini telah dilakukan berbagai pelatihan kader tetapi hasilnya

tidak begitu memuaskan. Alternatif lain dari metode serta media yang

rutin sekarang ini perlu dicari. Pelatihan kader dengan menggunakan

media audio visual ini dikembangkan sebagai inovasi serta jawaban

terhadap kebutuhan untuk memberikan pelatihan secara sistematis

kepada para kader posyandu dengan berfokus pada peningkatan

pengetahuan dan keterampilan.

6
1.2. Rumusan Masalah

Sebanyak 46,7% memiliki tingkat pengetahuan yang rendah dan sebanyak 53,3% memiiki k
pada tahun 2017.

Pertanyaan Penelitian
Bagaimana gambaran pengetahuan dan keterampilan kader terhadap kegiatan pemantauan statu
Puskesmas Rengas pada tahun 2017 sebelum dan sesudah diberikan

pelatihan?

2. Bagaimana efek pelatihan terhadap peningkatan pengetahuan dan

keterampilan kader dalam kegiatan penimbangan balita di Kelurahan

Rengas Kota Tangernag Selatan Pada Tahun 2017?

3. Bagaimana pengaruh variabel perancu terhadap pengetahuan dan

keterampilan kader setelah diberikan pelatihan?

1.4. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan memberikan

sumbangan atau referensi ilmiah bagi Program Studi Kesehatan

Masyarakat, khususnya di bidang Gizi Kesehatan Masyarakat

7
mengenai efek pelatihan kader guna meminimalisir terjadinya

Kesehatan
ketidak Kabupaten/Kota
akuratan setempat pada
data serta kesalahan dalam hal metode
proses untuk
penimbangan
kegiatan pelatihan kader posyandu dalam pengelolaan pelayanan
balita.
Posyandu.Praktis
1.5.2. Manfaat
-- Sebagai
Secara bagian dari tugasyang
praktis, pelatihan peneliti dalam
dilakukan kegiatan
pada di bidang
kader diharapkan
pendidikan serta pengabdian
mampu meningkatkan kepada masyarakat
pengetahuan dan dapat
serta keterampilan
menjadi informasi
khususnya pada dan masukan bagi
pemantauan penelitian
status lain yang ingin
gizi. Penelitian ini
melakukan
diharapkan penelitian tentang
pula dapat efek pelatihan
menjadi masukan kader posyandu
dan memberi
terhadap
gambaranpeningkatan pengetahuan
terhadap metode – metode dan keterampilan
promosi kesehatan dalam
yang
kegiatan pemantauan
bisa diterapkan status gizi untuk
di posyandu di Posyandu.
mengatasi keterhambatan

pada proses berjalannya program gizi.

- Memberikan masukan bagi Pemerintah Daerah dan Dinas

8
1.5. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Mengetahui efek pelatihan terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilankaderdalam


Kelurahan Rengas Kota Tangernag Selatan Pada Tahun 2017.

Tujuan Khusus

Diketahuinya gambaran pengetahuan dan keterampilan kader terhadap kegiatan pemantauan


Diketahuinya efek pelatihan terhadap peningkatan pengetahuan

dan keterampilan kader dalam kegiatan penimbangan balita di

Kelurahan Rengas Kota Tangernag Selatan Pada Tahun 2017?

3. Diketahuinya pengaruh variabel perancu terhadap pengetahuan

dan keterampilan kader setelah diberikan pelatihan.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas tentang efek pelatihan terhadap

peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader dalam kegiatan

penimbangan balita yang dilakukan oleh Mahasiswa semester Genap

Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Gizi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Adapun desain penelitian yang digunakan yaitu Eksperimental

9
Sungguhan (True Eksperimental), yakni dengan memberikan perlakuan

atau intervensi kepada responden (kader posyandu) dengan kelompok

pembanding dan menggunakan analisis data berupa Uji t dependen,

yang hasilnya akan diukur melalui hasil pre-test dan post-test.

Perlakuan yang diterapkan kepada responden yakni berupa penyuluhan

serta penggunaan media audio-visual berupa video tentang tata cara

menimbang dan mengukur tinggi/panjang badan balita, sedangkan pada

kelompok pembanding diberikan perlakuan berupa pelatihan dengan

media visual saja. Penelitian ini dimulai sejak Februari sampai selesai

di Wilayah Kerja Puskesmas Rengas Kota Tangerang Selatan pada

tahun 2017.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pengetahuan
Krathwohl (2002) mengatakan bahwa, ada empat macam pengetahuan, yaitu: pengetahuan faktua
Pengetahuan Faktual (Factual knowledge): pengetahuan yang

berupa potongan-potongan informasi yang terpisah-pisah atau unsur

dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan

faktual pada umumnya merupakan abstraksi tingkat rendah. Ada dua

macam pengetahaun faktual, yaitu pengetahuan tentang terminologi

(knowledge of terminology) dan pengetahuan tentang bagian detail

dan unsur-unsur (knowledge of specific details and element).

1. Pengetahuan tentang terminologi (knowledge of terminology):

mencakup pengetahuan tentang label atau simbol tertentu baik

yang bersifat verbal maupun non verbal. Setiap disiplin ilmu

biasanya mempunyai banyak sekali terminologi yang khas untuk

disiplin ilmu tersebut. Beberapa contoh pengetahuan tentang

11
terminologi: pengetahuan tentang alfabet, pengetahuan tentang

istilah ilmiah dan pengetahuan tentang simbol dalam peta.


B. Pengetahuan konseptual:
2. Pengetahuan tentang pengetahuan yang dan
bagian detail menunjukkan saling
unsur-unsur
keterkaitan antara of
(knowledge unsur-unsur
specific dasar dalam
details andstruktur yang mencakup
element): lebih besar

dan pengetahuan
semuanya berfungsi bersama-sama.
tentang kejadian, Pengetahuan
orang, waktu konseptual
dan informasi lain
mencakup skema, sangat
yang sifatnya model spesifik.
pemikiranBeberapa
dan teoricontoh
baik yang implisit
pengetahuan
maupun eksplisit.
tentang bagianAda tigadan
detail macam pengetahuan
unsur-unsur, konseptual,
misalnya yaitu
pengetahuan
pengetahaun tentang
tentang nama klasifikasi
tempat dan kejadian,
dan waktu kategori, pengetahuan
pengetahuantentang
tentang

prinsip dan generalisasi


produk suatu negaradan pengetahuan tentang tentang
dan pengetahuan teori, model dan
sumber
sruktur.
informasi. Oleh karena fakta sangat banyak jumlahnya,
1. Pengetahuan
pendidik perlutentang
memilih klasifikasi
dan memilahdan
faktakategori: mencakup
mana yang sangat
pengetahuan tentang kategori, kelas, bagian atau susunan yang
penting dan fakta

12
berlaku dalam suatu bidang ilmu tertentu. Pengetahuan tentang

dari sejumlah
klasifikasi dan fakta, kejadian
kategori dan pengetahuan
merupakan saling keterkaitan antara
yang sangat
sejumlah fakta.pengetahaun
penting sebab Prinsip dan ini
generalisasi biasanya
juga menjadi cenderung
dasar bagi siswa
sulit
dalamuntuk dipahami siswainformasi
mengklasifikasikan apabila siswa belum sepenuhnya
dan pengetahuan. Tanpa
menguasai
kemampuanfenomena-fenomena yang
melakukan klasifikasi danmerupakan
katagorisasibentuk yang
yang baik
“teramati”
siswa akandari kesulitan
suatu prinsip atau generalisasi.
dalam Beberapacontoh
belajar. Beberapa contoh

pengetahuan
pengetahuan tentang
tentang prinsip dandan
klasifikasi generalisasi: pengetahuan
kategori: pengetahuan
tentang
tentang hukum Mendel, kalimat,
bagian-bagian pengetahuan tentang seleksi
pengetahuan tentangalamiah
masa
dan pengetahuan
geologi tentang prinsip-prinsip
dan pengetahuan belajar. tumbuhan.
tentang pengelompokan
3.2. Pengetahuan
Pengetahuan tentang
tentang teori, model
prinsip dan dan struktur: mencakup
generalisasi: mencakup

pengetahuan
abstraksi hasiltentang prinsip
observasi dan yang
ke level generalisasi dan saling
lebih tinggi, yaitu
keterkaitan
prinsip antara keduanya yang menghasilkan kejelasan

13
terhadap suatu fenomena yang kompleks. Pengetahuan tentang

teori, model dan struktur merupakan jenis pengetahuan yang sangat abstrak dan rum
model atom.

Pengetahuan prosedural: pengetahuan tentang bagaimana mengerjakan sesuatu, baik yang


Pengetahuan tentang keterampilan khusus yang berhubungan

dengan suatu bidang tertentu dan pengetahuan tentang

algoritme: mencakup pengetahuan tentang keterampilan khusus

yang diperlukan untuk bekerja dalam suatu bidang ilmu atau

tentang algoritme yang harus ditempuh untuk menyelesaikan

suatu permasalahan. Beberapa contoh pengetahuan yang

termasuk hal ini, misalnya: pengetahuan tentang keterampilan

menimbang, pengetahuan mengukur suhu air yang dididihkan

dalam beker gelas dan pengetahuan tentang memipet.

2. Pengetahuan tentang teknik dan metode yang berhubungan

dengan suatu bidang tertentu: mencakup pengetahuan yang

pada umumnya merupakan hasil konsensus, perjanjian atau

14
aturan yang berlaku dalam disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan

metode tertentu
tentang teknik dan yang
metode sebaiknya digunakanbagaimana
lebih mencerminkan dengan

mempertimbangkan situasitersebut
ilmuwan dalam bidang dan kondisi yangdan
berpikir dihadapi saat itu.
memecahkan
Beberapa contoh
masalah yang pengetahuan
dihadapi. jenis
Beberapa ini misalnya:
contoh pengetahuan
pengetahuan jenis ini
tentang
misalnya,kriteria untuk
pengetahuan menentukan
tentang jenis-jenis
metode penelitian yang tulisan,
sesuai
pengetahuan
untuk suatutentang kriteria pemilihan
permasalahan sosial danrumus yang sesuai
pengetahuan untuk
tentang
memecahkan
metode ilmiah.masalah, dan pengetahuan memilih metode

3. statistika yang sesuai


Pengetahuan untuk
tentang mengolah
kriteria data.menentukan kapan
untuk

suatu prosedur tepat untuk digunakan: mencakup


D. Pengetahuan metakognitif:
pengetahuan tentang kapan mencakup
suatu teknik,pengetahuan tentang
strategi atau metode
kognisi
harussecara umum dan
digunakan. Siswapengetahuan tentang hanya
dituntut bukan diri sendiri.
tahu
Penelitian-penelitian
sejumlah teknik tentang metakognitif menunjukkan bahwa

15
seiring dengan perkembangannya siswa menjadi semakin sadar

2. Pengetahuan
akan pikirannya tentang tugasbanyak
dan semakin kognitif, termasuk
tahu tentang di dalamnya
kognisi dan
pengetahuan
apabila siswa bisatentang
mencapaikonteks dan mereka
hal ini maka kondisiakan
yang
lebihsesuai:
baik

lagimencakup pengetahuan tentang jenis operasi kognitif yang


dalam belajar.

1. diperlukan untukstrategik:
Pengetahuan mengerjakan tugas tertentu
mencakup serta pemilihan
pengetahuan tentang
strategi
strategikognitif
umum yang sesuai
untuk dalamberpikir
belajar, situasi dan
dankondisi tertentu.
memecahkan
Beberapa
masalah. contoh pengetahaun
Pengetahuan jenis inijenis
dapatinidigunakan
misalnya:bukan
pengetahuan
hanya
bahwa
dalam buku
suatu pengetahuan lebih
bidang tertentu sulitjuga
tetapi dipahami
dalam dari pada buku
bidang-bidang
populer danBeberapa
yang lain. pengetahuan bahwa
contoh meringkas
pengetahuan jenisbisa digunakan
ini misalnya:
untuk meningkatkan
pengetahuan bahwapemahaman.
mengulang-ulang informasi merupakan
3. Pengetahuan
salah satu caratentang
untuk diri sendiri:danmencakup
mengingat pengetahuan
pengetahuan tentang
tentang
strategi kelemahan dan kemampuan diri sendiri dalam belajar.
perencanaan

16
Salah satu syarat agar siswa dapat menjadi pembelajar yang

a. Pendidikan
mandiri adalah kemampuannya untuk mengetahui dimana
Pendidikan
kelebihan berarti bimbingan yang
dan kekurangan sertadiberikan seseorang
bagaimana kepada
mengatasi
orang lain terhadap
kekurangan tersebut.sesuatu hal agar
Beberapa mereka
contoh dapat memahami.
pengetahuan jenis ini
Tidak dapat
misalnya: dipungkiri
pengetahuan bahwa
bahwa semakin
seseorang yangtinggi pendidikan
ahli dalam suatu
seseorang makatentu
bidang belum semakin mudahbidang
ahli dalam pula lain,
mereka menerima
pengetahuan
informasi dan pada
tentang tujuan yangakhirnya semakindan
ingin dicapai banyak juga pengetahuan
pengetahuan tentang
yang dimilikinya.
kemampuan Sebaliknya,
yang dimiliki jika seseorang
dalam mengerjakan tingkat
suatu tugas.
pendidikannya
Menurut Mubarak,rendah, maka akan
dkk (2007) menghambat
pengukuran perkembangan
pengetahuan dapat

dinilai sikap seseorang


melalui terhadap
wawancara penerimaan,
atau angket informasi dantentang
yang menanyakan nilai-nilai
isi

materi yang
yangdiperkenalkan.
ingin diukur dari subyek penelitian atau responden.

Adapun

17
b. Pekerjaan

dan dewasa.
Lingkungan pekerjaan dapat mejadikan seseorang
d. Minat
memperoleh pengalaman atau pengetahuan baik secara
Sebagai
langsungsuatu kecenderungan
ataupun tidak langsung.atau keinginan yang tinggi

c. terhadap
Umur sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba
dan menekuni
Dengan suatu hal
bertambahnya umurdan pada akhirnya
seseorang maka akandiperoleh
terjadi
pengetahuan yang lebih
perubahan aspek mendalam.
fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan
e. Pengalaman
pada fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan.
Pengalaman adalah ukuran,
Pertama, perubahan suatu kejadian yang
lalu kedua, pernah proporsi
perubahan dialami

seseorang
dan ketiga dalam berinteraksi
hilangnya dengan
ciri-ciri lama, lingkungannya.
keempat, Ada
timbulnya ciri-
kecenderungan pengalaman
ciri baru. Ini terjadi akibat yang kurang baik
pematangan fungsiseseorang akan
organ. Pada
berusaha
aspek untuk melupakan namun jika pengalaman terhadap

18
obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan

g. Informasi
timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam
Kemudahan untuk danmemperoleh
emosi kejiwaannya suatu
akhirnya dapat informasi sikap
pula membentuk dapat

membantu
positif dalammempercepat
kehidupannya. seseorang untuk memperoleh

f. pengetahuan
Kebudayaan yang baru. sekitar
lingkungan
Dari Kebudayaan
penelitian yang dilakukan
dimana Wahyutomo
kita hidup (2010) terbukti
dan dibesarkan bahwa
mempunyai
perilaku yang didasari
pengaruh oleh
besar pengetahuan
terhadap akan lebih
pembentukan langgeng
sikap kita. dari pada
Apabila
perilaku dalam
yang tidak
suatu didasari
wilayaholeh pengetahuan.
memiliki budayaPengetahuan dapat
untuk menjaga
diartikan kebersihan
tahu atau mengerti sesudah
lingkungan melihat
maka (menyaksikan,
sangat mengalami
mungkin masyarakat
atau diajar). Pengetahuan
sekitarnya kadersikap
mempunyai dapatuntuk
meningkat
selalu seiring
menjagadengan lama
kebersihan
manjadi lingkungan
kader, pengalaman di lapangan
karena lingkungan dalam
sangat menanganidalam
berpengaruh kasus dan

pelatihan-pelatihan
pembentukanyang telah
sikap diikuti.
pribadi atauDengan pengetahuan yang
sikap seseorang.

19
bertambah diharapkan dapat memberikan pelayanan yang lebih baik
2.2. Keterampilan
Menurut
kepada Kamus Green
masyarakat. Besar (1956)
Bahasa
juga Indonesia
berpendapat (KBBI),
bahwa

keterampilan
pengetahuan adalah kecakapan
merupakan untuk
faktor menyelesaikan
predisposisi yangtugas. Menurut
menentukan

buku yangseseorang.
perilaku ditulis oleh Purnawanto
Penelitian (2008), keterampilan
yang dilakukan oleh Pertiwi,adalah
dkk

perilaku yang menunjukan


(2013) menyebutkan bahwa kemampuan individu
sebelum diberikan dalam melakukan
pembelajaran dengan

tugas mental
metode PBL, atau fisikmahasiswa
76,9% tertentu yang dapat diobservasi.
mempunyai pengetahuanSeringkali
tentang

keterampilan diasosiasikan
pre-eklampsia dengan
dan eklampsia kemampuan
dengan atau keterampilan
kategori cukup. fisik
Setelah peneliti

atau gerak
bersama (motorik). materi
tim memberikan Tommytentang(2009) mengatakan
pre-eklampsia bahwa
dan eklampsia

keterampilan/skill adalah suatuPBL,


dengan metode pembelajaran kemampuan untukmahasiswa
pengetahuan menerjemahkan
kelas

pengetahuan kedalam
NRA meningkat praktik
menjadi sehingga
kategori tercapai
baik 61,5% hasil kerjacukup
dan berkategori yang

diinginkan
38,5%. Variabel pengetahuan akan diukur dengan menggunakan

kuesioner.

20
Peningkatan keterampilan salah satunya yakni dengan

pelatihan di wilayah
melaksanakan kerja Puskesmas
pelatihan, Tarub, Kabupaten
dengan pelatihan diharapkanTegal. Variabel
pengetahuan
keterampilan akan yang
tentang kesehatan diukur dengan
lebih menggunakan
baik yang metode terhadap
dapat berpengaruh observasi

dengan indikator
perilakunya. kemampuan
Semakin banyaksecara motorik
pelatihan yangdalam menerapkan
diterima, hasil
diharapkan
pengaplikasian pengetahuan keterampilan
akan lebih meningkatkan dan pengalaman (Hida,
untuk 2011).
dapat di aplikasikan

untuk dirinya dan disebarkan untuk lingkungan dan masyarakat

sekitarnya (Kemenkes RI, 2008).


2.3. Pelatihan
Hasil penelitian
2.3.1. Definisi Pelatihan yang dilakukan Hida (2011) menunjukkan
Pelatihan merupakan suatu komponen penting dalam
dengan uji Wilcoxon diperoleh nilai p= 0,0001. Nilai (p<0,05) berarti
pengembangan sumber daya manusia (SDM) pada sebuah institusi
ada perbedaan yang bermakna dari nilai keterampilan pada saat pre-
penyelenggaraan program pelatihan diharapkan dapat
test dan post-test. Hal ini berarti menunjukkan ada perbedaan
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif SDM
keterampilan

21
yang merupakan aset penting dalam sebuah institusi. Pelatihan

mengarah pada pencapaian


merupakan pengalaman38 tujuan
belajar pendidikan
yang dan pelatihan
sengaja dirancang agar
yang dapat
telah membantu
ditentukan peserta
terlebih dahulu
dalam (Pusat kompetensi
menguasai Pendidikanyang
dan

Pelatihan Kesehatan,
tidak 2002).
dimiliki sebelumnya. Hasil penyelenggaraan program
Menurut Instruksi
pelatihan adalahPresiden No. kompetensi,
penguasaan 15 tahun 1974 yang ditulis
keterampilan,
oleh Sedarmayanti tahun
pengetahuan dan sikap2007, pelatihan adalah
yang sebelumnya bagian oleh
tidak dikuasai dari

pendidikan yang
peserta. menyangkut
(Pribadi, proses belajar untuk memperoleh
2014). Pelatihan dan
adalah proses
meningkatkanpembelajaran
keterampilan diluar sistem pendidikan
yang lebih yang berlaku,
menekankan
dalam waktu yang relatif
pada praktek singkat
dari pada teoridan
yangdengan metode
dilakukan yang lebih
seseorang atau
mengutamakan praktek menggunakan
kelompok dengan dari pada teoripelatihan
(Sedarmayanti,
orang 2007).
dewasa dan
2.3.2. Tujuan Pelatihan
bertujuan meningkatkan kemampuan dalam satu atau beberapa
Tujuan pelatihan adalah agar individu dalam situasi kerja
jenis keterampilan tertentu. Sedangkan pembelajaran
dapat memperoleh kemampuan untuk mengerjakan tugas-tugas

22
atau pekerjaan tertentu secara memuaskan. Sementara itu, Wexley

program kesehatan
dan Letham (2002)secara keseluruhan.
mengatakan bahwa Tujuan
programumum pelatihan
pelatihan dan
kader posyandu adalah
pengembangan meningkatkan
memiliki satu atau kemampuan kader posyandu
lebih tujuan-tujuan seperti
dalam
berikutmengelola
ini: dan menyampaikan pelayanan kepada masyarakat

(Tim Penggerak PKK Pusat,


a. Meningkatkan 1999). diri
kesadaran Sedangkan
individu.tujuan khususnya
adalah : b. Meningkatkan keterampilan individu dalam satu

a. Meningkatkan pengetahuan,
bidang keahlian atau lebih.keterampilan kader sebagai
pengelola posyandumotivasi
c. Meningkatkan berdasarkan
individukebutuhan sasaran di
untuk melaksanakan
wilayah pelayanannya.
tugas atau pekerjaannya secara memuaskan.
b. Meningkatkan pengetahuan,
Kemudian Notoatmodjo keterampilan bahwa
(2005) mengungkapkan dalam

berkomunikasi
pelatihan memiliki dengan
tujuanmasyarakat.
penting untuk

meningkatkan

23
c. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan kader untuk
2.3.3. Metode Pelatihan
Wagonhurst
menggunakan(2002) mengatakan
metode bahwa
media diskusi yangsalah satu faktor
lebih partisipatif.

yang dapat mempengaruhi


Berdasarkan keberhasilan
hasil analisis data yangsuatu pelatihan
dilakukan adalah
oleh Moses

pemilihan metodemenggunakan
(2011) dengan pelatihan yangteknik
tepat. analisis
Pemilihan metode regresi
statistik belajar

perlu
melaluimemperhatikan besarnya
program komputer SPSS, kelompok peserta.
maka persamaan Pemilihan
regresi sesuai

metode
persamaanpelatihan
Y = a + b x.tergantung pada dapat
Persamaan tersebut tujuan, kemampuan
diartikan bahwa

pelatih/pengajar, besar kelompok


peningkatan pelatihan sasaran, kapan/waktu
akan meningkatkan kinerja, pengajaran
kemudian

berlangsung dan pula


dapat dikatakan fasilitas
bahwayang tersedia.
dengan Perdue
adanya dkk sebesar
pelatihan (2002) 1yang
%

dikutip oleh Aqmala prestasi


akan meningkatkan (2007) sebesar
menambahkan bahwauji penelitian
59%. Hasil analisis

mengenai metode
dengan nilai pelatihan
koefisien (r) =digunakan oleh manajer
0,93 menunjukkan untuk
tingkat meraih
hubungan

tujuan tertentu
yang sangat masih
tinggi antarajarang
kedua dilakukan. Dalam
variabel yang diteliti.penelitiannya

Perdue (2002) menyatakan terdapat 16 alternatif metode yang dapat

24
dipilih meliputi : studi kasus, video-tape, lecture, one-to-one, role

dikuasai.
play, games, computer simulations, paper and pencil, audio

tapes, Beragam metode pembelajaran


self assessment, juga multi-media,
movies/films, dapat digunakan oleh
audio,
instruktur agar conferencing
computer, video dapat membantu berlangsungnya
dan sensitivity training. proses

pembelajaran
Dalam peserta. Setiap pelatihan
pelaksanaannya, ragam metode pembelajaran-
perlu memanfaatkan
presentasi,
metode dan diskusi simulasi, demonstrasi,
media pembelajaran bermain
yang tepat untuk peran,
memfasilitasi
pemecahan masalah
proses belajar siswadan permainan
sehingga memiliki
mampu keunggulan
mencapai tersendiri
kompetensi yang
yang dapat digunakan
diperlukan. Beragamuntuk menyampaikan
media isi atausuara
cetak (printed), materi(audio),
sebuah

program pelatihan.
gambar diam Tidak
(visual), semuabergerak
gambar metode (video),
dan media pembelajaran
multimedia dan
dapat digunakan
jaringan untuk
(internet dan memfasilitasi
web) memiliki pencapaian semua
karakteristik kompetensi
spesifik yang
program pelatihan. Setiap
dapat dimanfaatkan secara metode
optimal dan
untukmedia pembelajaran
membantu peseta
memiliki
program karakteristik tersendiri yang sesuai untuk digunakan

25
secara efektif dalam mengajarkan kompetensi yang spesifik.

Metode demonstrasi misalnya cocok untuk digunakan dalam aktivitas belajar yang me
Pemanfaatan media video juga dapat dikombinasikan untuk memperkaya pengalaman
program pelatihan oleh peserta. (Pribadi, 2014)

2.3.4. Media Pembelajaran pada Proses Pelatihan


Pada hakikatnya, proses belajar mengajar adalah proses

komunikasi yang melibatkan penyampai pesan (materi) dari

pengantar ke penerima. Proses pengubahan pesan berupa

materi/bahan ajar menjadi simbol komunikasi baik verbal maupun

nonverbal disebut encoding, sedangkan penafsiran simbol

komunikasi tersebut oleh peserta didik disebut decoding. Namun

pada kenyataannya, penafsiran dalam memahami apa yang

didengar, dibaca, dilihat atau diamati ada kalanya berhasil dan ada

kalanya tidak. Kegagalan atau hambatan dalam proses komunikasi

ini disebut barrier atau noise. Untuk meminimalkan kegagalan

proses komunikasi, media sangat diperlukan sebagai perantara

komunikasi. Gerlach dan Ely (1971) yang dikutip oleh Arsyad

26
(2011) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis

Bentuk stimulusmanusia,
besar adalah ini tepat materi,
digunakan
ataubagi pesertayang
kejadian didikmembangun
yang sedang

mempelajari
kondisi yanghal-hal
membuatasing. Adapun
siswa mampuperan atau fungsi
memperoleh dari pada
pengetahuan,
media pembelajaran
keterampilan, atau itusikap.
sendiriBovee
diantaranya
(1997)adalah:
yang dikutip oleh
a. Memperjelas
Simamora pesan agar tidakbahwa
(2007) mengemukakan terlalumedia
verbalistis.
adalah alat yang
b. Mengatasi
berfungsi keterbatasan
menyampaikan pesanruang, waktu tenaga
pembelajaran. dan daya itu
Pembelajaran

sendiriindera.
merupakan sebuah proses komunikasi antara peserta
c. Menimbulkan
didik, semangat
pendidik dan bahan ajar.belajar, interaksi
Komunikasi tidaklangsung antara
akan berjalan
peserta didik
tanpa bantuan saranadan sumber belajar.
penyampaian pesan atau media.
d. Memungkinkan peserta
Bentuk stimulus yangbelajar
dapatmandiri sesuai
digunakan denganmedia
sebagai bakat

dan kemampuan
adalah hubungan visual, auditori serta
atau interaksi kinestetiknya.
manusia, realita, gambar

yang

27
e. Memberi stimulus yang sama, membandingkan pengalaman

menyimpan pesan persepsi


dan menimbulkan pembelajaran seperti buku paket, buku
yang sama.
teks, modul,
Belajar program
merupakan prosesvideo,
internalfilm, OHTdiri(over
dalam head
manusia,
transparency),
pengajar/pendidik slide,
bukan alat peraga.
merupakan satu-satunya sumber belajar,
d. Alat.
namun Merupakan
merupakan salah satusarana (piranti,
komponen hardware)
dari sumber untuk
belajar yang

disebutmenyajikan
individu.bahan mencakup
AECT proyektorfor
(Assosiation OHP,Educational
slide, film

tape recorder.
Communication and Technology) membedakan enam jenis
e. Teknik.
sumber Merupakan
belajar yang cara (prosedur)
dapat digunakan yang
dalam proses digunakan
belajar, yaitu:

a. pendidik dalam memberikan


Pesan. Mencakup pembelajaran
kurikulum dan guna mencapai
mata pelajaran.

b. tujuan pembelajaran,
Individu. Mencakup seperti ceramah,
pendidik, permainan/simulasi,
orang tua, tenaga ahli
tanya jawab dan sosiodrama (roleplay).
dan sebagainya.

c. Bahan. Merupakan suatu format yang digunakan untuk

28
f. Latar (setting) atau lingkungan. Mencakup pengaturan

ruang, pencahayaan dan sebagainya.

Media pembelajaran ini berupa perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardw
dalam Simamora (2009):

Tabel. 2.1 Kelompok Media Instruksional

Kelompok Media Media Intruksional


Audio  Pita audio
 Piringan audio
 Radio
Cetak  Buku tes terprogram
 Buku pegangan/manual
 Buku tugas
Audio Cetak  Buku latihan dilengkapi
kaset
 Gambar/poster (dilengkapi
audio)
Visual diam  Film bingkai (slide)
 Film rangkai (berisi pesan
herbal)
Audio – visual diam  Film bingkai (slide) suara
 Film rangkai suara
Visual gerak  Film bisu dengan judul
(caption)
Audio – visual gerak  Film suara
 Video/VCD/DVD
Objek  Benda nyata
 Model tiruan (mock up)
Computer  Media berbasis computer;
CAI (computer assisted
instructional) dan CMI
(computer managed
instructional)

29
2.4. Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Pelatihan
Donald dan James Kirkpatrick (2007) yang dikutip oleh Pribadi (2014) mengemukaka
dapat menciptakan sebuah program pelatihan yang efektif, yaitu:

Program pelatihan didasarkan kepada kebutuhan atau masalah yang dihadapi oleh organisa
Program pelatihan didasarkan pada tujuan atau kompetensi yang perlu dimiliki oleh pes
Jadwal penyelenggaraan program pelatihan tersusun dengan baik.

Latar belakang peserta program sesuai dengan kompetensi program yang akan dilatihkan.
Instruktur memiliki kualifikasi baik dan kompeten dalam bidang

yang dilatihkan.

6. Pelatihan dilaksanakan ditempat yang nyaman dengan dilengkapi

fasilitas pendukung yang memadai.

7. Program pelatihan menggunakan metode dan media yang relevan

dengan kompetensi yang diperlukan.

8. Program pelatihan harus dapat memberi rasa puas kepada peserta

program.

9. Program pelatihan perlu di evaluasi secara berkesinambungan.

Selain dari pada itu, Rivai (2004) menjelaskan faktor-faktor yang

menunjang kearah keberhasilan suatu pelatihan antara lain:

30
1. Materi yang dibutuhkan

6. Peserta
Materi pelatihan
disusun dari estimasi kebutuhan tujuan latihan, kebutuhan
Sangat
dalam penting
bentuk untuk memperhitungkan
pengajaran keahlian tipe pekerjamenyajikan
khusus, dan jenis

pekerja yang akan


pengetahuan yangdilatih.
dibutuhkan.
7.2. Evaluasi pelatihan
Metode yang digunakan
Setelah
Metodemengadakan
yang dipilih pelatihan hendaknya dengan
hendak disesuaikan di evaluasi
jenis hasil yang
pelatihan
didapat dalam
yang akan pelatihan dengan memperhitungkan tingkat reaksi,
dilaksanakan.

3. tingkat belajar,instruktur
Kemampuan tingkat tingkah
pelatihanlaku kerja, tingkat organisasi dan
nilai akhir.sumber-sumber informasi yang lain yang mungkin
Mencari
Sedangkan, menurut
berguna dalam Depkes (2004),
mengidentifikasi suatu pelatihan.
kebutuhan keberhasilan pelatihan

dapat dilihat atau


4. Sarana dari prinsip-prinsip
: pembelajaran

5. Pedoman agar proses belajar akan berjalan lebih efektif.

31
1. Masukan (input) mencakup tiga kelompok yaitu: 1) perangkat

tujuan
keras pelatihan.
berupa sarana dan prasarana yang meliputi tempat
4. Dampak
belajar, adalah suatu laboratorium
alat bantu, perubahan yang
dan terjadi akibat adanya
perpustakaan yang
intervensi
dibutuhkanmelalui
dalampelatihan.
proses pembelajaran. 2) perangkat lunak
5. Evaluasi adalah penilaian
adalah rancangan proses dari seluruh komponen
pembelajaran dan dari
yang terdiri sub

komponen
kurikulum, masukan, proses, luaran jadwal
proses pembelajaran, dan dampak daribahan
kegiatan, suatu

kegiatan pelatihan.
belajar/modul; 3) sumber daya manusia diklat yang terdiri dari
6. Lingkungan yaitu hal-hal
peserta pelatihan, pelatih yang mempengaruhi pelatihan.
dan penyelenggaraan pelatihan.
Penelitian
2. Proses yang
adalahdilakukan oleh Zaciewski
proses pembelajaran yang pada tahunselama
berjalan 2011

mengatakan bahwadilakukan,
pelatihan faktor-faktor yang
yaitu dapat
dari mempengaruhi
awal pelatihan
sampai berakhirnya
yakni karakteristik dari individu itu sendiri seperti umur, jenis kelamin,
kegiatan pelatihan.
motivasi, sikap, yaitu
3. Luaran keterampilan (kemampuan
pencapaian dasar). Lain halnya
tingkat kompetensi sesuai dengan
dengan

32
penelitian yang dilakukan oleh Haslindan dan Mahyuddin (2009) yang

pelatihan,
mengatakan(3) Kemampuan peserta
bahwa motivasi, mempraktikkan
pegalaman materi
dan teknik pelatihan.
pelatihan yang

seharusnya menjadi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

keberhasilan yang diinginkan dari sebuah pelatihan. Sedangkan


2.5. Narasumber/Trainee
Narasumber adalah orang yang memberi (mengetahui secara jelas
Quesada, dkk (2011) mengatakan bahwa komponen yang paling
atau menjadi sumber) informasi. Narasumber ini memiliki fungsi
sangat berpengaruh ialah bagaimana kemampuan dari seorang leader
sebagai sumber informasi yang akurat dan terpecaya. Narasumber
(pelatih) dalam menyampaikan dan menerangkan apa yang
merupakan seseorang yang dipandang memiliki pengetahuan yang lebih
seharusnya disampaikan.
terhadap sesuatu yang dibicarakan atau diperbincangkan. Oleh karena
Disisi lain, Perdue, dkk (2002) yang dikutip oleh Aqmala (2007)
itu dalam suatu diskusi terdapat satu atau beberapa orang narasumber
mengatakan bahwa output atau indikator yang dapat diukur dari
yang diminta pendapatnya atau apa yang diketahuinya tentang
sebuah pelatihan yakni ada 3 hal: (1) Peningkatan
permasalahan yang sedang diperbincangkan sehingga dapat diambil
pengetahuan atau

33
suatu keputusan atau tindakan yang tepat tentang hal tersebut (Pusat

kepada peserta
Pendidikan danadalah pengaruh
Pelatihan yang positif.Bencana, 2009).
Penanggulangan
Tugas – tugas pokok
Pelatih/instruktur adalah yang
orang harus dilakukan proses
yang menangani seorang pelatih/
pelatihan.
instruktur:
Selanjutnya ”pelatih adalah orang yang memberi latihan; orang yang
a. Mengadakan
melatih”. pemanduan
Maka dapat untuk
disimpulkan mewujudkan
bahwa pesertaadalah
pelatih/instruktur yang

unggul.
seseorang yang mengelola/melatih sekelompok/seseorang untuk
b. Menyusun
mencapai materi tertentu.
keberhasilan latihan untuk jangka panjang
Pelatih/instruktur maupun
yang jangka
profesional
pendek.
harus sadar akan kenyataan yang terjadi di lapangan kadang tidak
c. Menyusun
sesuai strategi
dengan yang dan pendekatan
dikehendaki sehinggadalam menyampaikan
ia harus materi
dapat benar-benar
latihan sehingga
mempengaruhi peserta dapat
dan membentuk watak dengan mudah memahami
dan kepribadian dan
peserta dalam

hal melakukan
tertentu, pembelajaran
sehingga yang diterima
hal-hal yangselama prosesdiinginkan
tidak pelatihan.

d. Mengadakan evaluasi setelah selesai melakukan latihan.


dapat

34
e. Selalu berusaha meningkatkan pengetahuan, baik secara teori

maupun praktek dalam bidang atau materi yang dilatihnya.


f. Menyusun laporan latihan sesuai materi yang disampaikan oleh pelatih/instruktur.

2.6. Kader
Kader Posyandu yang selanjutnya disebut kader adalah anggota masyarakat yang bersedia, mamp
menggerakkan masyarakat dalam penanganan berbagai penyakit. Kader

juga sebagai penggerak masyarakat dalam hal membantu serta

mendukung keberhasilan pemerintah dibidang kesehatan dan tidak

mengharapkan imbalan berupa gaji dari pemerintah, melainkan bekerja

secara sukarela (Trisnawati dan Rahayuningsih, 2008).

Kader posyandu merupakan sumber daya manusia yang berperan

penting dalam pelaksanaan posyandu. Pengetahuan kader yang kurang

menyebabkan pelayanan yang diberikan tidak optimal. Peningkatan

pengetahuan kader posyandu dapat dilakukan dengan pendidikan

kesehatan. Metode pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan

metode individual (perorangan), kelompok dan massa (publik). Kader

posyandu merupakan sekelompok orang sehingga metode pendidikan

35
kesehatan yang diberikan adalah metode pendidikan kelompok (Rufiati,

sebagai
2011). seorang pelaku sistem kesehatan. Oleh karena itu, kader harus
dibina, dituntun serta
Tugas-tugas didukung
mereka oleh pembimbing
meliputi pelayanan yang terampil dan
kesehatan dan

berpengalaman. Para kadertetapi


pembangunan masyarakat, kesehatan masyarakat
hanya terbatas pada itu seyogyanya
bidang-bidang
memiliki karakteristik
atau tugas-tugas tertentu,
yang pernah misalkan
diajarkan latar mereka.
kepada belakang pendidikan
Mereka harus
yang cukup sehingga
benar-benar memungkinkan
menyadari mereka untuk
tentang keterbatasan yangmembaca,
mereka menulis
miliki.
dan menghitung
Mereka secara mampu
tidak diharapkan sederhana (Safrudin dan
menyelesaikan Hamidah,
semua masalah 2009).
yang
Adapun beberapa kategori
di hadapinya. Namun, yang termasuk
mereka kedalam karakteristik
diharapkan mampu dalam secara

individu dari kader


menyelesaikan tersebut umum
masalah yakni sebagai
yang berikut:
terjadi di masyarakat dan

mendesak
2.6.1. Umur untuk diselesaikan (Safrudin dan Hamidah, 2009).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, umur merupakan
Perlu diketahui bahwa para kader kesehatan masyarakat itu tidak
lama waktu hidup atau ada yang terhitung sejak dilahirkan atau
bekerja dalam sistem yang tertutup, tetapi mereka bekerja dan berperan

36
diadakan. Iqbal (2006) mengatakan bahwa semakin cukup umur,

pengambilan keputusan
tingkat kematangan (Iqbal
dan dkk, 2006).
kekuatan seseorang akan lebih matang

dalam Pertambahan umur seseorang


berfikir dan bekerja. Dari segi mempengaruhi perubahan
kepercayaan masyarakat
pada aspek yang
seseorang fisik lebih
dan psikologis (mental).
dewasa akan lebih Pada aspekdari
dipercaya psikologis
orang
atau
padamental
orang taraf
yangberpikir
belum seseorang semakin
cukup tinggi matang danHal
kedewasaannya. dewasa
ini
(Mubarak, 2010). Variabel
sebagai akibat umur akan dan
dari pengalaman diukurkematangan
dengan menggunakan
jiwanya.
indikator lamanya
Produktivitas waktu hidup,
menurun denganterhitung sejak dilahirkan
bertambahnya umur, halhingga
ini
saat pengisian karena
disebabkan kuesioner.keterampilan-keterampilan fisik seperti

kecepatan, kelenturan, kekuatan dan koordinasi, akan menurun

dengan
2.6.2. Jenis bertambahnya umur. Dalam suatu lembaga, karyawan
Kelamin
Menurut Siti Mutmainah (2006) yang dikutip oleh
yang sudah lama bekerja di sebuah sistem artinya sudah
Normadewi (2012) Jenis kelamin adalah suatu konsep analisis yang
bertambah tua, bisa mengalami

37
digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan

perempuan
perempuan menghasilkan selnon-biologis,
dilihat dari sudut telur dan secara biologis
yaitu dari aspek mampu
sosial,
untuk menstruasi,
budaya, maupun hamil dan menyusui.
psikologis. Pengaruh Perbedaan biologisjenis
dari perbedaan dan

fungsi biologis
kelamin laki-laki
terhadap dan etis
penilaian perempuan tidak dapat
dapat dikatakan dipertukarkan
sangat kompleks
diantara
dan tidakkeduanya dan fungsinya
pasti. Beberapa penelitiantetap dengan laki-laki
sebelumnya dan
menunjukan
perempuan pada
bahwa tidak segala perbedaan
terdapat ras yang ada di muka
antara bumi. maupun laki-
perempuan

laki dalam menyikapi perilaku etis maupun skandal etis yang


2.6.3. Tingkat
terjadi diPendidikan
dalam profesi akuntansi.
Berdasarkan Undang-Undang
Menurut Hungu Republik
(2007) jenis kelaminIndonesia nomor
(sex) adalah
20 Tahun 2003
perbedaan antara Pasal I tentang
perempuan sistem
dengan pendidikan
laki-laki secara nasional,
biologis
pendidikan adalah lahir.
sejak seseorang usaha Seks
sadar dan terencana
berkaitan untuk tubuh
dengan mewujudkan
laki-
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
laki dan

38
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

berperan
spiritual serta dalam pembangunan
keagamaan, pengendalian kesehatan. Makin tinggi
diri, kepribadian, tingkat
kecerdasan,
pendidikan seseorang,
akhlak mulia serta makin mudah menerima
keterampilan informasi sehingga
yang diperlukan dirinya,
makin banyak
masyarakat, puladanpengetahuan
bangsa yang dimiliki,
negara. Pendidikan sebaliknya
adalah suatu proses
pendidikan yang kurang
yang bertujuan akan menghambat
menambah perkembangannya
keterampilan, pengetahuan sikap
dan
seseorang terhadap
meningkatkan nilai-nilaimaupun
kemandirian yang baru diperkenalkan.
pembentukan Tingkat
kepribadian
pendidikan seseorang
seseorang (Arfida, akan berpengaruh dalam memberi respon
2003).
yang datang dari luar. (2010), mengungkapkan bahwa pendidikan
Wahyutomo
Orang
diperlukan yangmendapatkan
untuk berpendidikan tinggi misalnya
informasi akan memberi
hal-hal respon
yang
yang lebih rasional
menunjang terhadap
kesehatan, informasi
sehingga yang datang dan
dapat meningkatkan akan
kualitas
berfikir sejauh mana
hidup. Pendidikan keuntungan
dapat yang mungkin
mempengaruhi seseorangmereka peroleh
termasuk juga
dari gagasan tersebut. Variabel tingkat pendidikan akan diukur
perilaku

39
dengan menggunakan kuesioner dengan indikator yang

dipertanyakan adalah lamanya pendidikan formal yang di tempuh.

2.9.3. Lama Mengabdi/Lama menjadi kader

Lama pengabdian merupakan lamanya waktu seseorang mulai menjadi seorang kader hingga
menggunakan kuesioner, bila variabel lama bekerja menjadi kader

memiilki distribusi data tidak normal, maka nilai yang digunakan

yakni nilai median sebagai titik potong kategorinya. Tetapi jika

memiliki data normal maka memakai mean untuk menentukan titik

potong kategorinya.

40
2.10. Kerangka Teori

Karakteristik Individu
Pengetahuan
Keterampilan
Jenis kelamin
Umur
Pendidikan
Lama Mengabdi

Sarana dan Prasarana Peningkatan Pengetahuan dan


Pelatih/trainee Keterampilan

Media
Kualitas Isi media dan Metode pelatihan

Bagan 2.1 Kerangka Teori


Sumber: Gerlach & Ely (1971), Zaciewski (2001), Haslinda dan Mahyuddin (2009),
Quesada, dkk (2011)

41
BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan teori yang dikemukakan pada bab sebelumnya, yaitu teori yang diadopsi dari bebera
penelitian telah disesuaikan dengan kondisi setempat dan kebutuhan

penelitian.

Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi pelatihan

ialah karakteristik peserta latih, pelatih, sarana dan prasarana serta teknis

atau metode yang digunakan pada saaat pelaksannaan pelatihan. Untuk

faktor-faktor yang mempengaruhi pelatihan bisa di kategorikan lagi

menjadi dua kubu yakni faktor individu dan faktor lingkungan. Dimana

yang masuk kedalam faktor individu adalah umur, jenis kelamin,

pendidikan, pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan untuk variabel

yang tidak diteliti dalam faktor individu adalah jenis kelamin. Alasan

peneliti tidak meneliti variabel jenis kelamin dikarenakan sampel yang

didapatkan homogen yakni berjenis kelamin sama yaitu perempuan.

42
Dari segi faktor lingkungan, yang termasuk didalamnya adalah

diteliti
saranaseperti dibawah ini:
dan prasarana yang ada dilokasi termasuk didalamnya adalah

tim pelatih. Pada penelitian ini, peneliti tidak meneliti seluruh variabel
- Pengetahuan
Pelatihan
yang termasuk kedalam faktor lingkungan. Alasan peneliti tidak
- Variabel
Keterampilan
Perancu
meneliti variabel tersebut antara lain: (1) sarana -danUmur
prasarana yang
Bagan 3.1 lokasi
Kerangka Konsep
- Pendidikan
tersedia sama pada setiap termasuk didalamnya alat dan bahan
- Lama Mengabdi
yang sudah memadai karena memang di subsidi oleh pemerintah

setempat. (2) pelatih yang menjadi narasumber pada proses pelatihan

juga merupakan seorang yang ahli dalam bidang gizi yang sudah di

training dan layak untuk memberikan pelatihan.

Dari penjelasan yang telah dikemukakan tersebut, maka

terbentuklah sebuah kerangka konsep berdasarkan variabel yang akan

43
3.2. Definisi Operasional

N Variabel Definisi
Tabel. Alat
3.1 Definisi OperasionalCara Ukur Skala Hasil Ukur
o Operasional Ukur
1 Pengetahuan Pemahaman Pre-test Responden Rasio Skor nilai
responden dan Post- mengisi
terkait proses test lembar pre-
penimbangan test dan post-
dan test
pengukuran
status gizi
balita
2 Keterampilan Kegiatan Observasi Observasi Rasio Skor nilai
praktik yang langsung dan
dilakukan oleh pengisian
responden pre daftar tilik
dan pra
pemberian
intervensi
3 Umur Adalah masa Kuesioner Responden Ordinal 1 = < 50 tahun
hidup mengisi 2 = > 50 tahun
responden kuesioner
yang dihitung dan (Pratiwi, 2012)
sejak ia lahir menjawab
sampai dengan satu item
saat ia menjadi pertanyaan
responden yang
terdapat
pada
kuesioner
4 Pendidikan Lama Kuesioner Responden Ordinal 1 = Rendah <
pendidikan mengisi Tamat SMP
formal yang kuesioner 2 = Cukup >
ditempuh oleh dan Tamat SMP
responden. menjawab
satu item (Depkes RI, 1990)
pertanyaan
yang
terdapat
pada
kuesioner

5 Lama Lama kerja Kuesioner Responden Nomin 1 = Baru < 5 tahun


Mengabdi/La responden mengisi al 2 = Lama > 5
ma menjadi sebagai kader. kuesioner tahun

44
kader dan
menjawab (Wahyutomo,
satu item 2010)
pertanyaan
yang
terdapat
pada
kuesioner

3.3. Hipotesis

1. Ada efek pelatihan kader dalam peningkatan pengetahuan serta

keterampilan kader posyandu dalam kegiatan penimbangan balita.

2. Ada pengaruh variabel perancu (umur, pendidikan, lama

pengabdian) terhadap pengetahuan dan keterampilan kader posyandu

sebelum dan sesudah diberikan intervensi.

45
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Eksperimental Sungguhan (True Ex
kelompok pembanding (kontrol). Data yang dikumpulkan pada sebelum

dan sesudah intervensi dengan wawancara berupa kuesioner dan

observasi berupa praktik setelah intervensi. Adapun perlakuan yang

diberikan pada kelompok sampel yakni pemberian pelatihan dengan

media berupa video, sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan

pelatihan apapun. Adapun desain yang digunakan yakni sebagai berikut:

O1 (x) 02

O3 (-) 04

O1 = pre-test pada kelompok 1

O2= post-test pada kelompok 1

46
O3 = pre-test pada kelompok 2

O4 = post-test pada kelompok 2


(x) = Perlakuan/Intervensi dengan video (-) = Tanpa Perlakuan

O1 dan O3 merupakan pengukuran pengetahuan awal (pre-test) yang dilakukan sebelum int
pengetahuan akhir O2 dan O4 (post-test) yang dilakukan setelah adanya

proses intervensi. Setelah diketahui hasil skor pre-test dan post-test maka

dapat diketahui selisih skor pengetahuan antara sebelum dan sesudah

diberikan intervensi dengan menggunakan metode ceramah yang disertai

media berupa video.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Rengas

yang bertempatan di Jl. Kenari I Sektor 2 Bintaro – Ciputat Timur.

Waktu penelitian yang digunakan yakni sejak Bulan Januari sampai

dengan selesai.

47
4.3. Populasi dan Sample Penelitian
menjadi sampel dan diajak mengikuti pelatihan, bisa dihubungi dan

4.3.1. bisa
Populasi
membaca serta menulis.

Populasi besar
Estimasi dalam penelitian
sample ini adalahiniseluruh
untuk penelitian kader
menggunakan

posyandu
rumus yang
estimasi masih
untuk aktif danyakni
satu populasi yang berasal
sebagai dari seluruh
berikut:

posyandu
Rumus :yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Rengas, baik

yang telah mendapatkan pelatihan pemantauan2


status gizi pada
𝑛= 2𝜎 2
(𝑍 1−𝛼 + 𝑍 1−𝛽 )
balita maupun yang belum pernah.
(𝜇0 − 𝜇𝑎)2
4.3.2. Sampel
Sumber: Lemeshow, 1997
Sampel pada penelitian ini adalah kader posyandu di

Wilayah Kerja Puskesmas Rengas yang memenuhi kriteria.

Adapun kriteria yang ditetapkan yakni kader yang masih aktif,

bersedia

48
Ket :

n= besar sampel minimum

𝜎= standar deviasi skor pengetahuan = 1.612 (Isnaini, dkk, 2011)


𝜇0 = rata-rata skor pengetahuan sebelum diberikan intervensi = 11 (Isnaini, dkk, 2
𝜇𝑎 = rata-rata skor pengetahuan setelah diberikan intervensi = 14 (Isnaini, dkk, 2
𝑍1−𝛼= derajat kemaknaan 5 % = 1.64

𝑍1−𝛽= kekuatan uji 95% = 1.96

Dari hasil perhitungan rumus diatas dengan memakai

derajat kemaknaan sebesar 5% dan kekuatan uji sebesar 95%

maka didapatkan sampel minimum pada penelitian ini adalah 7

orang pada masing-masing kelompok (total sample 14 orang).

Namun berdasarkan pertimbangan peneliti, untuk lebih

menggambarkan hasil penelitian maka jumlah sampel yang akan

menjadi responden pada penelitian ini adalah seluruh populasi

yang mendapatkan intervensi dengan metode ceramah dan

media audiovisual. Adapun total populasi pada wilayah tersebut

sebanyak 76 orang yang akan di bagi menjadi 38 orang pada

kelompok perlakuan dan 38 orang pada kelompok

49
kontrol/pembanding. Setelah peneliti melihat kondisi di

2.lapangan,
Kertas total
tersebut digulung
sampel kecil
yang akan kemudian
di pakai menjadidimasukkan
22 orang
kedalam
pada gelas intervensi
kelompok atau wadahdan
yang
22 atasnya
orang di tutup
pada dengan
kelompok
kertas kemudian
kontrol. diberi lubang
Namun, secara untuk jumlah
keseluruhan celah keluar gulungan
sampel yang
kertas ini
dipakai tersebut
masih(semacam seperti
mencukupi dari kocokan arisan).
total sampel minimal yang
3.dibutuhkan
Peneliti menyiapkan daftar
oleh peneliti. nama dari
Adapun cara responden
pembagiankemudian
sampel
peneliti
yang mulai mengeluarkan
mendapatkan perlakuan gulungan kertasyang
dan sampel tersebut. Bagi
menjadi
responden
kontrol yakniyang mendapatkan
dengan cara randomgulungan kertas
sampling. bertuliskan
Adapun langkah-0
maka responden
langkahnya yakni: tersebut mendapatkan pelatihan dengan

1. media video,
Peneliti sedangkan
membuat kertas bagi responden
undian yang0 mendapatkan
bertuliskan
kertas bertuliskan
(mendapatkan 1, berarti
pelatihan denganresponden tersebut
media video) dan 1menjadi
kelompok kontrol/pembanding. (menjadi

50
4.4. Intervensi/Perlakuan

The Health Communication Process Model merlibatkan tujuh fase dalam proses perencanaan ko
Fase 1: Melibatkan identifikasi masalah kesehatan dan mempertimbangkan pesan dan teknik me
pelatihan < 3 kali dengan metode konvensinal dalam setahun menjadi

salah satu sebab keterhambatan dalam proses berjalannya program gizi di

posyandu, khususnya proses pemantauan status gizi.

Lalu kemudian setelah dilakukan pengukuran ulang beserta

observasi, sebanyak 46,7% kader memiliki tingkat pengetahuan yang

rendah dan sebanyak 53,3% memiiki keterampilan yang rendah dan tidak

melakukan penimbangan dengan baik sesuai dengan prosedur. Hal ini

diperkuat dengan wawancara yang dilakukan kepada pihak puskesmas,

promkes dan ketua kader itu sendiri yang mengatakan bahwa kader

memang butuh penyegaran atau pelatihan secara rutin.

Fase 2: mengharuskan pemilihan/pemasukan responden, responden

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kader posyandu yang mampu

membaca dan menulis dengan baik. Adapun yang dibutuhkan oleh para

51
responden ini antara lain sebuah pengulangan materi dengan output yang

disebarkan
diharapkan adalah poin-poin yang
ialah peningkatan disusunserta
pengetahuan berdasarkan kebutuhan
keterampilan yang
responden. PesanHal
sudah dimiliki. yang
iniakan disebarkanpun
bukan sudah diperhitungkan
hanya di putuskan secara sepihak sesuai
oleh
dengan
peneliti,karatkeristik
melainkan dari pesan
karena itu sendiri.
kerjasama Adapun
antara karakteristik
peneliti yang
dengan pihak
terdapat pada
puskesmas pesanwawancara
melalui tersebut yakni bermutu, pesan
dan pengumpulan yang mengungkap
pendapat.
fakta yang
Fase sebenarnya tentang proses masalah
3: setelah mengidentifikasi penimbangan balita yang
dan memilih masih
responden
banyak
dengan mengalami
tepat, maka kesalahan. Pesan yang
tahap yang dilakukan telah disusun
selanjutnya juga akan
yakni pemilihan
disebarkan melaluidalam
strategi. Strategi sumberpenelitian
yang terpercaya yakni
ini berupa pemegang
strategi primerprogram
yang
promosi
berfokuskesehatan dan petugas
kepada pemberian gizi di puskesmas
informasi tersebut. Selain
untuk memengaruhi dari
keputusan
pada itu, pesan
individu guna yang disusun juga
meningkatkan sudah memperhatikan
pengetahuan faktor internal
dan keterampilan yang
dan faktor
dimiliki eksternal dari responden, yang dimaksud dengan faktor
sebelumnya.
internalFase
yakni faktor yangpesan
4: penyusunan berhubungan dengan responden,
untuk responden, pesan yangseperti
akan

52
pengetahuan dan keterampilan awal, pesan dibuat dengan sesederhana

Pesan yang sehingga


mungkin telah dipertimbangkan
mudah untukserta disusun dengan
dipahami sebaik
oleh para mungkin
responden.
tentunya perlu
Sedangkan disebarkan
faktor eksternal kepada sasaran yang
yang diperhatikan tepat
adalah dengan
adanya saluran
dukungan
penyampaian
dari keluarga,yang baik
teman danpula. Seiring
instansi berkembangnya sebuah teknologi,
terkait.
penelitian
Faseini5: mencoba untuk menyampaikan
setelah menyusun pesansebaik
pesan dengan melalui saluran
mungkin,
teknologi
penetapanberupa videopenyampaian
lingkungan (audio-visual),
pesanyang
jugamemiliki harapan karena
perlu dipikirkan, bahwa

pengetahuan dan keterampilan


intervensi ini responden
berfokus kepada akan bertambah
peningkatan jauh lebih dan
pengetahuan baik

dari sebelumnya.
keterampilan kader dalam proses pemantauan status gizi balita maka
Fase 7:penyampaian
lingkungan penetapan pesan
metodeyang
dansekiranya
materi komunikasi,
sesuai yakni metode
antara
komunikasi kesehatan
tempat pelayanan yang digunakan
kesehatan yakni berupa
atau balai masyarakat. Halpelatihan dengan
ini disesuaikan
materi
denganpendukung berupa
metode serta audiovisual
materi (video). akan disampaikan kepada
yang nantinya

responden.

53
Penelitian ini dilaksanakan dengan cara memberikan intervensi

kali yangpelatihan
berupa kemudianpada
akankader
langsung diukur yang
kesehatan hasilnya pada
akan saat itu jugadi .
dilaksanakan
Adapun
Wilayahmateri
Kerjayang digunakan
Puskesmas berupasebagai
Rengas modul pelatihan yangpartisipasi
bentuk dari mengacu

pada Kementerian
pelayanan kesehatanKesehatan Republik
terhadap masalah Indonesia
kesehatan dengantersebut.
di wilayah metode

pelatihan
Intervensiberupa pemberian
ini dilakukan penyuluhan
dengan didalam
menjalani ruangan
beberapa yang
tahap berisi
pada waktu24-

30 orang
yang setiap kelasnya
berbeda. Alat yangdengan durasipada
digunakan 1 x JPL
saat(Jam Pelajaran)intervensi
pelaksanaan (1 JPL =

45 Menit)
yakni untukalat-alat
berupa proses pengisian post-test untuk
yang digunakan dan ceramah/pemutaran
memantau status video
gizi
kemudian dilanjut adalah
balita diantaranya denganalat
praktik dan pengisian
ukur berat soalbadan
badan, tinggi post-test
serta yang
alat
berdurasi 2 x kepala.
ukur lingkar JPL (1 JPL = 45 Menit),
Sedangkan kader jugayang
untuk instrumen diizinkan untuk
digunakan
melontarkan pertanyaan
berupa kuesioner yang seputar kegiatan
merangkap yangpre-test
lembar sedangdan
berlangsung.
post-test serta

form Penanggung
pemantauan. jawab dari proses pelaksanaan pelatihan ini adalah
penelitiIntervensi
yang berkerja samadiberikan
yang akan dengan pihak
kepadaPuskesmas. Adapun
reponden yakni pelatih
hanya satu

54
serta pemantau kegiatan pada saat pelaksanaan intervensi yakni seorang

Perlakuan
ahli yang setelahnya
bergerak yaitu mengukur
dalam bidang pemantauantingkat pengetahuan
status gizi kader
balita yang di
tentang
sediakanpemantauan status yakni
oleh Puskesmas gizi pada
TPG balita (setelah
atau bagian pelatihan)
Promkes. dengan
Perlakuan
memberikan soal pada
yang digunakan post-test
tahap kepada
pertama kader.
yakni Kemudian perlakuan
melihat karakteristik
selanjutnya yakni
individu dan mengukur
mengukur keterampilan
pengetahuan kader
kader dengan pemantauan
mengenai memberikan

praktik
status pemantauan statusdigiziposyandu
gizi pada balita pada balita setelahdilakukan
sebelum dilakukanintervensi
pelatihan.

Berbeda halnya
(pelatihan) dengan
yaitu kelompok
dengan kontrol
memberikan yang
soal tidak kepada
pre-test diberikan perlakuan
kader serta
sama sekali keterampilan
mengukur tentang kegiatan pemantauan
awal satus gizi
dengan form balita. Adapun
pemantauan. Lalu
matriks pelatihan
perlakuan yang akan
selanjutnya dilaksanakan
yaitu yaknipelatihan
pelaksanaan sebagai berikut:
kader dengan

membiarkan kader mengikuti kegiatan pelatihan dari awal hingga akhir.

Pelatihan yang akan dilakukan berupa pemberian video tentang tata

cara pemantauan status gizi yang

55
Tabel 4.1 Matriks Proses Pelatihan

Nama Pelatihan Pelatihan Kader Posyandu


1. Pengetahuan
Analisis Kebutuhan 2. Keterampilan pada proses
pengukuran
Meningkatkan pengetahuan dan
Tujuan Pelatihan keterampilan kader posyandu
dalam pemantauan status gizi
3 x 45 menit (Ceramah 1 x 45
Lama Pelatihan menit | Demontrasi/Praktek 2 x
45 menit)
Peserta Kader posyandu
Pelatih TPG / Promkes
Februari 2017, Aula Gedung
Waktu dan Tempat
Kelurahan Rengas
Metode Pelatihan Ceramah, Film/video playing
Ujian tertulis (pre-test dan post-
Pengukuran Presentasi
test)
MATRIKS PELATIHAN
Output Topik Isi Input
1. Meningkatnya Tata cara Pemberian Penggunaan
pengetahuan penimbangan meteri media video
kader tentang berat badan (ceramah) serta tentang tata
tata cara balita dan video yang cara
pengukuran mengukur berisi tentang menimbang
status gizi tinggi/panjang tata cara berat badan
balita (proses badan balita penimbangan balita dan
penimbangan dengan benar berat badan mengukur
berat badan, berdasarkan balita dan tinggi/panjang
pengukuran usia balita. mengukur badan balita
tinggi badan tinggi/panjang dengan benar
dan Lingkar badan balita berdasarkan
Kepala) dengan benar usia balita.
berdasarkan
usia balita.
2. Meningkatnya Tata cara Pemberian Praktek/demo
keterampilan penimbangan meteri tata cara
kader tentang berat badan (ceramah) serta menimbang
tata cara balita dan video yang berat badan
pengukuran mengukur berisi tentang balita dan
status gizi tinggi/panjang tata cara mengukur
balita (proses badan balita penimbangan tinggi/panjang
penimbangan dengan benar berat badan badan balita
berat badan, berdasarkan balita dan dengan benar

56
pengukuran usia balita. mengukur berdasarkan
tinggi badan tinggi/panjang usia balita.
dan Lingkar badan balita
Kepala) dengan benar
berdasarkan
usia balita.
Adaptasi Wexley & Letham. Developing and Training Human Resources
in Organizations. 2002 dan
http://www.fao.org/docrep/006/ad424e/ad424e02.htm

57
Bagan 4.1 Diagram Proses Pelatihan

Pembukaan

Pre-test

Pembekalan Kemampuan
Pengukuran BB menggunakan dacin
Pengukuran BB menggunakan Timbangan digital Media: Audiovisual Metode:
Pengukuran BB menggunakan babyscale
Pengukuran TB Anak
Pengukuran Panjang Bayi
Pengukuran LK Bayi

Demonstrasi/Praktek Peer Group/Belajar Kelompok Posttest Keterampilan

Penutup Posttest Pengetahuan

Kegiatan Durasi Waktu Waktu Alat


Mulai Selesai
Pembukaan 10 Menit 07.30 07.40 Speaker
Pre-test 60 Menit 07.40 08.40 Kuesioner
Ceramah / Pembekalan 45 Menit 08.40 09.25 Modul &
Pengetahuan Slide
Demontrasi/Praktek 45 Menit 09.25 10.10 Alat
Pengukuran
Peer Group / Belajar 45 Menit 10.10 10.55 Alat
Kelompok Pengukuran
Istirahat 5 Menit 10.55 11.00 Musik
Relaksasi
Post-test 60 Menit 11.00 12.00 Kuesioner
Penutup 5 Menit 12.00 12.05 Speaker
TOTAL 270 Menit (4,5 x 60 Menit)

58
Gambar 4.1

Denah Proses Pelatihan

LAYAR
SOUND SYSTEM 1 SOUND SYSTEM 2

Pelatih

Keterangan:

Alat Pengukuran Kursi Peserta

SOU SOU
ND ND
SYSTE SYSTE
PINTU MASUK/KELUAR

59
Tabel 4.2 Pembagian Jumlah Sample

Jumlah Sampel
No Nama Posyandu
Intervensi Non Intervensi

1 Posyandu Delima Merah I 2 2

2 Posyandu Delima Merah II 2 2

3 Posyandu Delima Merah III 2 1

4 Posyandu Delima Merah IV 1 1

5 Posyandu Delima Merah V 1 1

6 Posyandu Apel I 1 2

7 Posyandu Apel II 2 2

8 Posyandu Kartini I 1 -

9 Posyandu Kartini II 1 2

10 Posyandu Kartini III - -

11 Posyandu Kartini IV - 2

12 Posyandu Wortel I 2 2

13 Posyandu Wortel II 1 1

14 Posyandu Tomat I 1 2

15 Posyandu Tomat II 2 2

16 Posyandu Tomat III - -

17 Posyandu Mandala 3 -
JUMLAH 22 22

60
4.5. Jenis Data
4.6. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan model data kuantitatif dimana yang
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, sebagaimana yang
menjadi acuan adalah frekuensi dan persentasenya. Sedangkan
dikemukakan oleh Aziz pada tahun 2007 bahwa kuesioner merupakan
jenis data yang digunakan pada penelitian ini berupa data primer dan
alat ukur berupa kuesioner dengan beberapa pertanyaan didalamnya
data sekunder. Untuk memperoleh data primer pada penelitian ini,
yang disusul dengan soal pre-test dan post-test. Alat ukur ini digunakan
digunakan kuesioner yang diisi oleh responden. Kuesioner berisi
bila responden dalam jumlah besar dan dengan kriteria bisa membaca
pertanyaan tertutup tentang variabel-variabel yang akan diteliti.
atau mendengar dengan baik sehingga dapat mengungkapkan hal-hal
Sedangkan untuk data sekunder (gambaran umum Puskesmas, jumlah
yang bersifat rahasia. Kuesioner pada penelitian ini berupa pre-test dan
kader dan asal posyandu tiap-tiap kader) diperoleh dari UPT
post-test untuk melihat pengetahuan dengan mencantumkan beberapa
Puskesmas Rengas.
pertanyaan yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti.

Pada penelitian ini, karakteristik individu yang meliputi umur,

pendidikan serta lama kerja tercantum pada A1 sampai dengan A4.

61
Sedangkan untuk faktor selanjutnya yakni pengetahuan tercantum pada

Selain
nomor B1kuesioner, media audio-visual
dimana terdapat berupayang
35 pertanyaan videoada
dandidalamnya.
modul yang

berisi
Untuktentang tata atau
observasi cara pengukuran
penimbangan berat badanmenggunakan
keterampilan dan tinggi badan serta
lembar
pengukuran
observasi dilingkar
C yangkepala juga
meliputi menjadi
9 point instrumen
proses pada penelitian
penimbangan ini.
bayi dengan
Materi yang terkandung
menggunakan didalam
dacin, D yang modul7 juga
meliputi pointdiperoleh dari sumber
proses penimbangan
yang
balitaterpercaya
dengan serta di rancangtimbangan
menggunakan dengan menyesuaikan
injak, lalu faktor eksternal
kemudian E
responden
sebanyak seperti
6 pointtulisan
prosesyang dibuat lebih
penimbangan besardengan
balita agar responden tidak
menggunakan
kesulitan
timbanganuntuk
bayi membacanya
(baby scale),serta bahasa
setelah itu Fyang
yangdisederhanakan agar
meliputi 11 point
responden mudah untuk
untuk pengukuran menangkap
panjang materi
balita dengan tersebut. Adapun
menggunakan isi dari
infantometer,
pada
lalu modul
G yangpeatihan tersebut
meliputi yaknitata
10 point sebagai
cara berikut:
pengukuran tinggi badan

dengan menggunakan microtoise dan yang terakhir yakni H yang

meliputi 8

62
Tabel 4.3 Materi pada Media Modul

No Materi Isi Keterangan


1 Pokok Bahasan 1 Persiapan: Modul
1. Gantung dacin pada tempat yang dilengkapi
Pengukuran BB kokoh seperti penyangga kaki tiga dengan
dengan (tripod) atau pelana rumah/kosen gambar
menggunakan pintu/dahan pohon yang kuat. ilustrasi dan
dacin 2. Atur posisi batang dacin sejajar pertanyaan
dengan mata penimbang terkait
Durasi Video: 3. Pastikan bandul geser berada pada dengan
00:01:21 angka NOL dan posisi paku tegak materi yang
lurus. diberikan
4. Pasang sarung/celana/kotak timbang agar
yang kosong pada dacin. memudahak
5. Seimbangkan dacin dengan memberi n peserta
kantung plastik berisikan untuk
pasir/batu/beras yang diletakkan di berusaha
ujung batang dacin, sampai kedua mengingat.
jarum tegak lurus.

Pelaksanaan:

1. Masukkan balita ke dalam sarung


timbang dengan pakaian seminimal
mungkin dan geser bandul sampai
paku tegak lurus
2. Baca berat badan balita dengan
melihat angka di ujung bandul geser
3. Catat hasil penimbangan dengan benar
di kertas/buku bantu dalam kg dan ons
4. Kembalikan bandul ke angka nol dan
keluarkan balita dari
sarung/celana/kotak timbang
2 Pokok Bahasan 2 PERSIAPAN: Modul
1. Letakkan alat timbang pada lantai dilengkapi
Pengukuran BB yang datar dengan
dengan 2. Aktifkan timbangan dengan cara gambar
menggunakan menekan timbangan. Mula-mula akan ilustrasi dan
timbangan injak muncul angka 8,88 dan tunggu sampaipertanyaan
muncul angkan 0,00 berarti timbangan
terkait
Durasi Video: sudah siap digunakan. dengan
00:01:50 materi yang
PELAKSANAAN: diberikan
1. Lepaskan jaket, sepatu dan penutup agar
kepala sebelum anak ditimbang. memudahak

63
2. Anak diminta naik ke alat timbang n peserta
dengan posisi kaki tepat di tengah alat untuk
tim-bang tetapi tidak menutupi jendela berusaha
baca. mengingat.
3. Perhatikan posisi kaki anak harus
tepat di tengah alat timbang, sikap
tenang (JANGAN BERGERAK-
GERAK) dan kepala tidak menunduk
(memandang lurus kedepan).
4. Angka di kaca jendela alat timbang
akan muncul dan tunggu sampai
angka tidak berubah (STATIS).
5. Catat angka hasil penimbangan.
3 Pokok Bahasan 3 PERSIAPAN: Modul
1. Letakan alat timbang pada lantai yang dilengkapi
Pengukuran BB datar, rata dan kuat. dengan
dengan 2. Beri Selimut tipis atau tisu lebar gambar
menggunakan sebagai alas. ilustrasi dan
timbangan bayi 3. Pastikan jarum timbang berada pada pertanyaan
angka NOL (0) terkait
Durasi Video: 4. Pengukur berdiri di depan skala dengan
00:01:43 timbangan materi yang
diberikan
PELAKSANAAN: agar
memudahak
1. Lepaskan alas kaki, baju, topi atau
n peserta
tutup kepala bayi (bayi sebaiknya
untuk
ditim-bang tanpa pakaian)
berusaha
2. Letakkan bayi di timbangan dan
mengingat.
tunggu sampai jarum timbangan tidak
bergerak-gerak lagi.
3. Hitung hasil ukur berat badan bayi
sampai 0,1 kg terdekat.
4. Catat berat badan sampai dengan 0,1
terdekat
4 Pokok Bahasan 4 PERSIAPAN: Modul
1. Letakan pengukur panjang badan pada dilengkapi
Pengukuran PB meja atau tempat yang rata. Bila tidak dengan
dengan ada meja, alat dapat diletakkan di atas gambar
menggunakan tempat yang datar (misalnya, lantai). ilustrasi dan
infantometer 2. Letakkan alat ukur dengan posisi pertanyaan
panel kepala di sebelah kiri dan panel terkait
Durasi Video: penggeser di sebelah kanan pengukur. dengan
00:03:57 Panel kepala adalah bagian yang tidak materi yang
bisa digeser. diberikan
3. Tarik/geser bagian panel yang dapat agar
digeser sampai diperkirakan cukup memudahak

64
panjang untuk menaruh bayi/anak. n peserta
untuk
PELAKSANAAN: berusaha
mengingat.
1. Baringkan bayi/anak dengan posisi
terlentang, diantara kedua siku dan
kepala bayi/anak menempel pada
bagian panel yang tidak dapat digeser.
2. Rapatkan kedua kaki dan tekan lutut
bayi/anak sampai lurus dan menempel
pada meja/tempat menaruh alat ukur.
Tekan telapak kaki bayi/anak sampai
membentuk siku, kemudian geser
bagian panel yang dapat digeser
sampai persis menempel pada telapak
kaki bayi/anak.
3. Setelah pengukuran selesai, kemudian
bayi/anak diangkat
4. Bacalah panjang badan bayi/anak
pada skala kearah angka yang lebih
besar. Misalkan: 67,5 cm.
5 Pokok Bahasan 5 PERSIAPAN: Modul
1. Minta anak melepaskan alas kaki dilengkapi
Pengukuran TB (sandal/sepatu), topi (penutup kepala). dengan
dengan 2. Pastikan alat ukur/microtoise berada gambar
menggunakan diposisi atas. ilustrasi dan
microtoise pertanyaan
PELAKSANAAN: terkait
Durasi Video: dengan
1. Anak diminta berdiri tegak, persis di
00:03:08 materi yang
bawah alat ukur
diberikan
2. Posisi kepala dan bahu bagian
agar
belakang, lengan, bokong (pantat) dan
memudahak
tumit menempel pada dinding tempat
microtoise di pasang. n peserta
untuk
3. Pandangan lurus ke depan dan tangan
berusaha
dalam posisi tergantung bebas.
mengingat.
4. Gerakan alat ukur/microtoise sampai
menyentuh bagian atas kepala anak.
Pasti-kan alat ukur/microtoise berada
tepat di tengah kepala anak. Dalam
keadaan ini bagian belakang alat
ukur/microtoise harus tetap menempel
pada dinding
5. Baca angka tinggi badan pada jendela
baca ke arah angka yang lebih besar
(ke bawah) Pembacaan dilakukan

65
tepat di depan angka (skala) pada
garis merah, se-jajar dengan mata
petugas.
6 Pokok Bahasan 6 PERSIAPAN: Modul
1. Lepaskan penutup kepala, topi atau dilengkapi
Pengukuran LP hiasan rambut karena dapat dengan
dengan mengganggu proses pengukuran dan gambar
menggunakan pita hasil ukur. ilustrasi dan
lingkar kepala 2. Letakkan bayi dekat dengan asisten pertanyaan
pengukur atau ibu bayi terkait
Durasi Video: 3. Pengukur berdiri di sisi ibu atau dengan
00:01:48 asisten pengukur yang memegang materi yang
bayi. diberikan
agar
PELAKSANAAN: memudahak
n peserta
1. Letakkan pita lingkar kepala di bagian
untuk
kepala bayi. Posisikan pita pada bagi-
berusaha
an tengkorak kepala bagian depan,
mengingat.
sedikit berada diatas alis, tegak lurus
dan sejajar dengan wajah, posisikan
pita diatas telinga, dan pada bagian
belakang diletakkan di bagian
tengkorak kepala bagian belakang
yang paling menonjol.
2. Asisten pengukur membantu dengan
memposisikan pita dengan benar di
sisi lain kepala.
3. Setelah pita diposisikan dengan benar,
tarik ketat untuk menekan rambut dan
kulit. Hati-hati! Jangan menarik pita
terlalu ketat dan menyebabkan cedera
pada bayi terutama pada bayi yang
baru lahir. Jauhkan sedikit tangan dan
jari untuk mempermudah pengukur
membaca hasil.
4. Baca hasil pengukuran 1mm terdekat
dan lepaskan pita dari kepala bayi.
5. Catat hasil pengukuran dengan ukuran
cm pada tempat yang telah disediakan.
Adaptasi Kurikulum Pelatihan Kader Posyandu. 2002. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

66
4.7. Cara Pengukuran Variabel

- akan diukur
Variabel dengan
Umur, menggunakan
jika variabel kuesioner,
umur memiliki bila variabel
distribusi lama
data normal,
bekerja menjadi kader nilai
maka menggunakan memiilki
meandistribusi data tidak normal,
untuk penentuan maka
titik potong
nilai yangjika
kategori, digunakan
distribusiyakni nilai normal
data tidak median menggunakan
sebagai titik median
potong

kategorinya. Tetapi titik


untuk menentukan jika potongnya.
memiliki data normala)maka
Kategori: < 50memakai mean
tahun b) > 50
untuk
tahun menentukan titik potong
dan skala pengukuran kategorinya. Berikut kategorinya: a)
: Ordinal

- Baru < 5 tahun


Variabel b) Lama
Tingkat > 5 tahun.
Pendidikan, Cara mengukur : diperoleh dari
- Variabel
keteranganPengetahuan diukur wawancara
responden melalui melalui dengan
wawancara dengan
menggunakan
menggunakan kuesioner
kuesioner dengan danjumlah
menanyakan responden diminta pendidikan
tahun mengikuti menjawab

pengetahuan tentang pemantauan


formal. Pengkategoriannya status
adalah: gizi yang
a) Rendah wajib dilakukan
< Tamat SMP b)
oleh kader
Cukup meliputi
> Tamat SMP beberapa item pertanyaan. Jika jawaban

- responden benar Pengabdian/Lama


Variabel Lama diberikan nilai 1 (satu) dankader,
menjadi jika salah diberikan
variabel lama nilai
kerja

67
0 (nol). Jika variabel pengetahuan memiliki distribusi data normal,

dihitung melalui skor nilai


maka menggunakan nilaiberdasarkan
mean untukhasilpenentuan
praktek yang
titikdilakukan
potong
oleh responden.
kategori. Pada pengukuran variabel ini dengan menggunakan skala

rasio yakni dihitung melalui skor nilai berdasarkan jawaban yang

dipilih oleh
4.8. Pengolahan Dataresponden.
- Variabel Keterampilan diukur melalui observasi dengan
4.8.1. Menejemen Data
menggunakan daftar tilik dan responden diminta mempraktekkan
Setelah data terkumpul maka dilakukan pengolahan data yang pada
tata cara pengukuran yang sudah diajarkan. Dari hasil praktek
tahap selanjutnya akan mengalami proses analisis data. Proses
responden tersebut diperoleh total skornya adalah jika variabel
pengolahan data diantaranya adalah:
pemantauan status gizi balita memiliki distribusi data normal,
1. Editing
maka menggunakan nilai mean untuk penentuan titik potong
Proses penyuntingan data yang masuk atau yang diterima dari
kategori.
proses pengumpulan data melalui kuesioner, setelah

68
dikumpulkan kemudian peneliti melakukan pemeriksaan

terhadap jawaban yang telah diberikan dan memastikan bahwa tidak ada pertanyaan y
2.Coding

Prosespeng-kode-anataupeng-klasifikasi-andataatau jawaban menurut kategorinya ma


yang dilakukan coding antara lain:

a. Umur : 1 = ≤ 50 tahun dan 2 = > 50 tahun

b. Pendidikan : 1 = Rendah (≤ SMP) dan 2 = Cukup

(> SMP)

c. Lama Pengabdian : 1 = Baru (< 5 tahun) dan 2 = Lama

(>5 tahun)

3. Entry Data

Setelah melakukan editing dan coding guna kelengkapan data

yang dibutuhkan, penulis melakukan tahap selanjutnya yakni

proses memasukkan data dari kuesioner kedalam komputer

untuk kemudian diolah dengan menggunakan bantuan

perangkat lunak komputer.

4. Cleaning

Proses pengecekan kembali dan pemeriksaan pada data yang

sudah dimasukkan untuk diperbaiki dan disesuaikan dengan

data yang telah dikumpulkan.

69
4.9.2. Analisis Data

1. kelompok intervensi dan kelompok kontrol, maka uji yang


Analisis Univariat
digunakan yakni uji T.
Analisis univariat Hastono (2007)
dilakukan mengatakan
terhadap bahwa
tiap variabel uji
dari
Thasil
digunakan untukinimenguji
penelitian berupa perbedaan
distribusi mean antara dan
frekuensi dua

kelompok
persentasedata yang
pada dependen
setiap yang
variabel memiliki
meliputi syarat;
usia, (1) Data
pendidikan
yang digunakan
terakhir, harus kader
pengetahuan berdistribusi normal (2) Kedua
serta keterampilan kader
kelompok data
sebelum dan dependen/pair
sesudah (3) Jenis Variabel yang
dilakukan intervensi.

2. digunakan yakni Numerik dan Kategorik (dua kelompok).


Analisis Bivariat
Analisis
Analisisinibivariat
digunakan untuk melihat
merupakan suatu perbedaan hasilmelihat
analisis untuk pre-test

dengan post-test
hubungan pengetahuan
antara variabel serta dan
dependen keterampilan
independen.kader
Uji

sebelum dan sesudah


yang dilakukan diberikan
pada intervensi.
penelitian ini, Pada
untukanalisis ini
melihat

perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan

70
digunakan Uji Beda Dua Mean Dependen (Paired Sample)

dengan rumus:

𝑑
𝑇=
𝑆_𝑑/√𝑛

Ket:

d= rata-rata deviasi / selisisih sampel 1 dengan

sampel 2

S_d = standar deviasi dari deviasi / selisih sampel 1 dan

sampel 2

3.Analisis Multivariat

Analisismultivariatdigunakanuntukmenghubungkan

beberapa variabel independen dengan satu variabel dependen

pada waktu yang bersamaan. Dari analisis multivariat kita

dapat mengetahui variabel independen mana yang paling

besar pengaruhnya terhadap variabel dependen. Kemudian

bisa juga digunakan untuk mengetahui apakah variabel

independen berhubungan dengan variabel dependen

dipengaruhi variabel lain atau tidak. Pada penelitian ini,

analisis multivariat digunakan untuk melihat pengaruh

variabel perancu terhadap peningkatan pengetahuan dan

keterampilan kader setelah diberikan perlakuan (intervensi)

dengan menggunakan analisis regresi linear yang digunakan

71
untuk menganalisis hubungan satu variabel atau beberapa

variabel independen dengan variabel dependen kategorik

yang bersifat dikotom/bionary.

72
BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Rengas Kota Tangerang Selatan. UPT Puske
tersebut adapun nama-nama posyandu yang terletak di Wilayah Kerja

Puskesmas Rengas yakni sebagai berikut:

Tabel. 5.1 Jumlah Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Rengas

Jumlah Kader
No Nama Posyandu

1 Posyandu Delima Merah I 5

2 Posyandu Delima Merah II 5

3 Posyandu Delima Merah III 5

4 Posyandu Delima Merah IV 4

5 Posyandu Delima Merah V 4

6 Posyandu Apel I 4

7 Posyandu Apel II 5

8 Posyandu Kartini I 5

73
9 Posyandu Kartini II 4

10 Posyandu Kartini III 4

11 Posyandu Kartini IV 4

12 Posyandu Wortel I 5

13 Posyandu Wortel II 4

14 Posyandu Tomat I 4

15 Posyandu Tomat II 6

16 Posyandu Tomat III 4

17 Posyandu Mandala 5
JUMLAH 77

Setiap posyandu beranggotakan 4 sampai 6 orang kader

dengan usia, tingkat pendidikan dan lama kerja yang bervariasi. Pada
ini, kader dalam satu posyandu menerima perlakuan yang berbeda, ada

yang mendapatkan perlakuan menjadi grup intervensi dan ada juga yang

dijadikan sebagai grup kontrol. Grup intervensi diberikan intervensi

berupa pelatihan dengan menggunakan video yang disertai modul

sedangkan grup kontrol tidak diberikan perlakuan sama sekali.

Berdasarkan hasil observasi, seluruh posyandu yang berada di daerah

tersebut memiliki sarana dan prasaraan yang serupa yakni timbangan

dacin, timbangan injak (digital), timbangan bayi (baby scale), pengukur

panjang badan bayi (infantometer), alat ukur tinggi badan pada balita

(microtoise) dan alat pengukur lingkar kepala berupa pita ukur. Setiap

posyandu dipilih secara random sebanyak 1 – 4 orang untuk menjadi

74
responden pada penelitian ini. Dengan jumlah total responden 44 orang,

peneliti merasa sudah cukup untuk memenuhi sampel minimun sebanyak


14 orang yang sebelumnya telah diperhitungkan dan cukup dapat menggambarkan hasil

5.2. Gambaran Pengetahuan Dan Keterampilan Kader Sebelum Dan Sesudah Diberikan In
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengetahuan serta keterampilan kader tentang tata car
diberikan pelatihan.

Tabel. 5.2 Gambaran Pengetahuan dan Keterampilan

Kader Sebelum dan Sesudah Pelatihan

Sebelum Sesudah
Variabel Min- Min-
Mean SD Mean SD
max max
Pengetahuan
Intervensi 24,23 3,477 18-30 28,95 3,798 18-33
Kontrol 24,32 2,784 20-28 24,86 2,475 20-28

Keterampilan
Intervensi 26,68 3,872 20-32 46,82 2,822 39-50
Kontrol 28,32 8,571 16-48 29,27 8,730 16-48

Dari hasil penilaian jawaban benar pada kuesioner pengetahuan,

diketahui bahwa kader pada kelompok intervensi memiliki rata-rata skor

pengetahuan sebelum diberikan perlakuan adalah 24,23 dengan standar

deviasi 3,477 dan memiliki skor terendah yakni 18 sebanyak 1 orang,

75
untuk skor tertinggi yakni 30 sebanyak 1 orang juga. Sama halnya
Dari hasil pemantauan pada lembar observasi untuk menilai skor
dengan skor pada kelompok kontrol yang memiliki nilai rata-rata
keterampilan, diketahui bahwa kader pada kelompok intervensi memiliki
sebesar 24,32 dengan standar deviasi 2,784 dan skor tertinggi yakni 20
rata-rata skor keterampilan sebelum diberikan perlakuan adalah 26,68
sebanyak 2 orang serta skor tertinggi yakni 28 sebanyak 3 orang.
dengan standar deviasi 3,872 dan memiliki skor terendah yakni 20
Kemudian, setelah diberikan perlakuan pada kelompok
sebanyak 1 orang, untuk skor tertinggi yakni 32 sebanyak 1 orang juga.
intervensi, didapatkan rata-rata skor pengetahuan setelah diberikan
Tidak jauh berbeda dengan skor pada kelompok kontrol yang memiliki
perlakuan adalah 28,95 dengan standar deviasi 3,798 dan memiliki skor
nilai rata-rata sebesar 28,32 dengan standar deviasi 8,571 dan skor
terendah yakni 18 sebanyak 1 orang, untuk skor tertinggi yakni 33
tertinggi yakni 16 sebanyak 2 orang serta skor tertinggi yakni 48
sebanyak 4 orang. Lain halnya dengan skor pada kelompok kontrol
sebanyak 1 orang.
yang memiliki nilai rata-rata sebesar 24,86 dengan standar deviasi

2,475Selanjutnya setelahyakni
dan skor tertinggi diberikan perlakuan
20 sebanyak danserta
2 orang dipantau kembali
skor tertinggi

melalui
yakni 28lembar observasi,
sebanyak 3 orang.diketahui bahwa kader pada kelompok

76
intervensi memiliki rata-rata skor keterampilan setelah diberikan

perlakuan adalah 46,82 dengan standar deviasi 2,822 dan memiliki skor terendah yakni 39 s
sebanyak 1 orang.

5.3. Karakteristik Individu Kader Posyandu

Tabel 5.3 Karakteristik Individu Responden

INTERVENSI KONTROL
Variabel Mean
n=22 % n=22 %
Umur
≤ 50 Tahun 20 90,9 19 86,4 40,14
> 50 Tahun 2 9,1 3 13,6

Pendidikan
≤ SMP 13 59,1 9 40,9 2,52
> SMP 9 40,9 13 59,1

Lama Jadi Kader


< 5 Tahun 10 45,5 5 22,7 7,02
≥ 5 Tahun 12 54,5 17 77,3

Berdasarkan hasil univariat variabel umur diketahui bahwa rata-

rata umur kader yang mengikuti pelatihan ini adalah 40,14 tahun. Umur

kader yang terendah yakni 27 tahun sedangkan umur yang tertinggi

adalah 65 tahun. Dimana lebih dari separuh responden (83%) berusia <

50 tahun dan sisanya sebanyak (17%) berusia >50 tahun.

77
Distribusi tingkat pendidikan kader posyandu di kelurahan Rengas

sangat bervariasi berdasarkan pendidikan formal yang diikuti. Adapun


Lanjut kepada variabel lama jadi kader, dari hasil analisis yang
jumlah kader pada setiap pendidikannya yakni Sekolah Dasar (SD)
dilakukan, rata-rata responden 54,5 % pada kelompok intervensi yang
sebanyak 2 orang, lalu kemudian Sekolah Menengah Pertama (SMP)
memiliki lama pengabdian >5 tahun dan sebanyak 77,3% pada kelompok
sebanyak 20 orang, selanjutnya Sekolah Menengah Atas (SMA)
non intervensi yang memiliki lama pengabdian >5tahun.
sebanyak 19 orang dan terakhir yakni menempuh pendidikan Perguruan
5.4. Efek Pelatihan Kader Posyandu Terhadap Peningkatan Pengetahuan
Tinggi sebanyak 3 orang. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa
Dan Keterampilan Kader
sebanyak 59,1% pada kelompok intervensi memiliki tingkat pendidikan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengetahuan serta
yang kurang dan sebanyak 40,9% memiliki tingkat pendidikan yang
keterampilan kader tentang tata cara pemantauan status gizi pada anak
baik. Adapun distribusi pendidikan pada kelompok non intervensi yang
balita dengan cara memberikan perlakuan kepada kader. Tabel dibawah
memiliki tingkat pendidikan yang kurang yakni sebanyak 40,9%
akan menjelaskan bagaimana perbedaan pengetahuan dan keterampilan
dan
kader posyandu sebelum dan sesudah diberikan perlakuan.

78
Tabel. 5.4 Perubahan Pengetahuan dan Keterampilan Kader

Sebelum dan Sesudah dilakukan Intervensi pada Kelompok

Perlakuan dan Kontrol

Intervensi Kontrol
Variabel P P
MeanSD NMean SD N
Value Value
Pengetahuan
Pretest24,233,477 0,0002224,32 2,784
24,86 2,475 0,090 22
Posttest28,953,798

Keterampilan
Sebelum26,683,872 0,0002228,32 8,571
0,125 22
Sesudah46,822,822 29,27 8,730

Dari hasil tabel diatas, dapat diketahui bahwa rata-rata skor

pengetahuan sebelum dilakukan perlakuan pada kelompok intervensi

adalah 24,23 dengan standar deviasi 3,477. Sedangkan rata-rata skor

pengetahuan sesudah dilakukan intervensi yakni 28,95 dengan standar

deviasi 3,798. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas (Pvalue)

sebesar 0,000 yang berarti bahwa pada alpha 5% dapat dikatakan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata skor pengetahuan

responden tentang pemantauan status gizi balita sebelum dan sesudah

dilakukan intervensi pada kelompok intervensi. Hal ini juga dapat

menyatakan bahwa pelatihan mampu memberikan efek terhadap

peningkatan pengetahuan kader.

Berbeda dengan hasil yang telah di paparkan sebelumnya, pada

tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata skor pengetahuan sebelum

79
dilakukan intervensi pada kelompok kontrol adalah 24,32 dengan standar

deviasi 2,784. Sedangkan rata-rata skor pengetahuan sesudah dilakukan intervensi yakni 24,
sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pada kelompok non intervensi.

Selanjutnya untuk hasil keterampilan, dapat diketahui bahwa rata- rata hasil keterampilan se
rata hasil keterampilan sesudah dilakukan intervensi yakni 46,82 dengan

standar deviasi 2,822. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas

(P value) sebesar 0,000 yang berarti bahwa pada alpha 5% dapat

dikatakan terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata hasil

keterampilan responden tentang pemantauan status gizi balita sebelum

dan sesudah dilakukan intervensi pada kelompok intervensi. Hal ini juga

dapat menyatakan bahwa pelatihan mampu memberikan efek terhadap

peningkatan keterampilan pada kader.

Lain halnya dengan hasil yang dipaparkan sebelumnya, dari hasil

tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata skor keterampilan sebelum

dilakukan intervensi pada kelompok non intervensi adalah 28,32 dengan

standar deviasi 8,571. Sedangkan rata-rata skor keterampilan sesudah

80
dilakukan intervensi yakni 29,27 dengan standar deviasi 8,730. Dari hasil

uji statistik diperoleh nilai probabilitas (P value) sebesar 0,125 yang berarti bahwa pada alph
intervensi.

5.5. Pengaruh Variabel Perancu Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan

Keterampilan Kader Setelah Diberikan Pelatihan

Selain untuk melihat perubahan pengetahuan dan keterampilan antara sebelum dan sesud
menilaipengaruhdarivariabelperancuterhadappeningkatan

pengetahuan dan keterampilan yang dialami oleh kader setelah

pemberian perlakuan. Adapun hasil analisis multivariat dari variabel-

variabel perancu tersebut yakni:

81
Tabel 5.5 Pemodelan Multivariat Variabel Perancu terhadap

Pengetahuan dan Keterampilan

Nilai R
Variabel Square Model I Model II Model III Model IV

Pengetahuan
Kelompok Pelatihan 0,000 0,000 0,000 0,000
Umur 0,452 0,354 - - -
Pendidikan 0,156 0,148 - -
Lama Jadi 0,291 0,144 0,076 -
Kader
Keterampilan
Kelompok Pelatihan 0,000 0,000 0,000 0,000
Umur 0,879 0,239 0,172 0,138 -
Pendidikan 0,239 0,206 - -
Lama Jadi 0,794 - - -
Kadertabel diatas didapatkan
Dari nilai R Square pada variabel
pengetahuan sebesar 0,452 yang artinya perlakuan yang diberikan dapat menjelaskan pros

Square pada variabel keterampilan yakni 0,879 yang berarti perlakuan

yang diberikan dapat menjelaskan proses peningkatan keterampilan

sebanyak 87,9%. Langkah selanjutnya adalah pemodelan multivariat

untuk melihat variabel mana yang paling berpengaruh dalam proses

peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader. Setelah dilakukan

analisis dengan cara mengeluarkan satu per-satu variabel yang memiliki

nilai P> 0,05 didapatkan hasil bahwa tidak ada satupun variabel yang

memiliki nilai P>0,05. Hal ini dapat dikatakan bahwa ketiga variabel

perancu tersebut tidak mempengaruhi proses peningkatan pengetahuan

dan keterampilan pada responden setelah diberikan pelatihan.

82
BAB VI

PEMBAHASAN

Keterbatasan Penelitian

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan pada Bulan Februari tahun 2017, pada bulan Februari merupakan m
responden yang berdiskusi kecil dengan responden lainnya. Tidak

jauh berbeda dengan pada saat observasi atau pengukuran tingkat

keterampilan responden, ada beberapa responden juga yang

sempat berdiskusi atau bertanya pada responden sebelahnya, ada

juga yang melihat ke kanan dan ke kiri. Akan tetapi peneliti

berusaha untuk mengontrol hal tersebut.

Kemudian pada saat praktek/simulasi, peneliti tidak bisa

menghadirkan anak-anak/balita secara langsung karena terkendala

cuaca dan pihak puskesmas juga yang tidak bisa menyediakan

anak-anak tersebut. Maka dari itu proses pengukuran dilakukan

dengan memakai boneka/bayi tiruan yang dapat menyebabkan

proses pengukuran tidak sesuai dengan kenyataan dilapangan

(pada saat pelaksanaan posyandu). Penelitian ini juga hanya

83
dilakukan satu kali, hal ini yang dapat menyebabkan

meningkatnya pengetahuan dan keterampilan kader lebih cepat namun yang dita
dilakukan pengukuran ulang atau penyegaran.

6.2. Efek Pelatihan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kader

Krathwohl (2002) mengatakan bahwa, ada empat macam pengetahuan, yaitu: pengetahuan f
Pengetahuan juga merupakan komponen pembentuk suatu perilaku baru

terutama pada orang dewasa. Dengan pengetahuan, seseorang dapat

mempertimbangkan untuk bersikap dan bertindak (Benjamin S Blom,

1956). Lain halnya dengan Sudijono (1998) yang mengatakan bahwa

pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil

penggunaan panca inderanya.

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses

sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku yang didasari pengetahuan

umumnya bersifat langgeng (Sunaryo, 2004). Sudijono (1998)

84
berpendapat bahwa pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia

sebagai hasil penggunaan panca inderanya.

Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan sebelum dan sesudah
kuesioner (posttest).

Berdasarkan hasil kuesioner dengan skor penilaian 1-35 poin

diketahui bahwa rata-rata pengetahuan responden sebelum diberikan

intervensi pelatihan dengan media audiovisual pada kelompok intervensi

adalah 24,23 dengan standar deviasi 3,477 dan memiliki skor terendah

yakni 18 sebanyak 1 orang, untuk skor tertinggi yakni 30 sebanyak 1

orang juga. Sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan nilai rata-rata

sebesar 24,32 dengan standar deviasi 2,784 dan skor tertinggi yakni 20

sebanyak 2 orang serta skor tertinggi yakni 28 sebanyak 3 orang.

Pada saat proses pretest, kebanyakan responden yang menjawab

salah dari soal pertanyaan pretest yang diajukan sebanyak 88,3%

responden menjawab salah pada pertanyaan tentang pemantauan tumbuh

85
kembang anak sampai usia 1 tahun. Kemudian sebanyak 80,6%

responden menjawab salah pada pertanyaan tentang “Setiap selesai penimbangan buku KIA
peneliti, yakni sama-sama banyak menjawab pertanyaan dengan salah.

Namun, setelah dilakukan intervensi berupa pelatihan dengan

menggunakan media audiovisual pada responden yang mendapatkan

perlakuan, terdapat peningkatan yang cukup signifikan. Dari hasil

penilaian jawaban benar pada kuesioner, diketahui bahwa kader pada

kelompok intervensi memiliki rata-rata skor pengetahuan setelah

diberikan perlakuan adalah 28,95 dengan standar deviasi 3,798 dan

memiliki skor terendah yakni 18 sebanyak 1 orang, untuk skor tertinggi

yakni 33 sebanyak 4 orang. Lain halnya dengan skor pada kelompok

kontrol setelah dilakukan pengukuran kedua yang memiliki nilai rata-rata

sebesar 24,86 dengan standar deviasi 2,475 dan skor tertinggi yakni 20

sebanyak 2 orang serta skor tertinggi yakni 28 sebanyak 3 orang.

Pada penelitian ini, responden diberikan intervensi berupa pelatihan

dengan audiovisual dengan menggunakan kelompok pembanding yang

sama sekali tidak diberikan intervensi. Pada kelompok intervensi, terlihat

86
bahwa emosi responden ikut terpengaruh dengan apa yang dilihat dan

didengarnya. Hal ini dibuktikan dengan seruan-seruan yang dilontarkan oleh para responden
video yang ditayangkan.

Kemudian setelah dilakukan uji statistik pada penelitian ini, dapat dikatakan bahwa terdapat
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata skor

pengetahuan responden tentang pemantauan status gizi balita sebelum

dan sesudah dilakukan intervensi pada kelompok non intervensi. Hal ini

juga dapat menyatakan bahwa pelatihan mampu memberikan efek

terhadap peningkatan pengetahuan kader.

Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2012) juga berkata

demikian bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil

pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pelatihan. Evita (2013) juga

mengatakan bahwa dari hasil uji statistik menunjukan bahwa kader yang

mendapatkan pelatihan dengan media audiovisual cenderung mengalami

peningkatan pengetahuan yang cukup bermakna dibandingkan dengan

kader yang menjadi kelompok pembanding. Hasil uji statistik

menunjukan terdapat perbedaan yang bermakna antara nilai mean pretest

87
dan mean posttest pengetahuan kader setelah diberikan pelatihan. Pada

penelitiannya Evita juga mengatakan bahwa dengan pelatihan standar pemantauan pertumbu
modul.

Begitu juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukiarko (2007) mengatakan bahw
dilakukan oleh Sulistyanto (2005) mengatakan bahwa telah terjadi

peningkatan 1,8 kali pada nilai pengetahuan kader dengan pelatihan

kader yang menggunakan media audio-visual setelah dilakukan penilaian

1 bulan setelah pelatihan.

Pada penelitian ini, perubahan skor pengetahuan pada kelompok

intervensi diduga karena telah terjadinya penyerapan informasi yang

diakibatkan oleh pemberian pelatihan dengan media audiovisual.

Sebagaimana yang telah di katakan sebelumnya bahwa penyerapan

informasi dengan melibatkan banyak indera akan lebih cepat dan lebih

bertahan lama. Peningkatan skor pengetahuan ini juga diduga karena

pemberian pengalaman baru dengan metode serta media yang baru untuk

diterima oleh responden. Pada salah satu sesi dalam pelatihan, kader

diminta untuk melakukan langsung teknik penimbangan balita yang

88
sudah diajarkan sesuai dengan prosedurnya, kader juga di minta untuk

bekerja sama dalam menyelesaikan proses pengukuran tersebut. Hal ini, merupakan pengala
yang sudah dikerjakan sendiri.

Hal tersebut di atas sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Krikpatrick dalam Khaidir
ada perbedaan pengetahuan yang bermakna antara sebelum dan setelah

pelatihan dengan media audiovisual (Pvalue = 0,000). Purniawan (2016)

juga berkata bahwa setelah dilakukan analisis, terdapat perbedaan

pengetahuan responden tentang TB Paru sebelum dan sesudah dilakukan

penyuluhan dengan media audio visual (video) p value (0,000). Secara

garis besar, dapat disimpulkan bahwa pelatihan dengan menggunakan

audiovisual dapat menaikan pengetahuan kader secara bermakna

dibandingkan dengan responden yang tidak diberikan perlakuan. Namun

hal tersebut sangat bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan

oleh Sulistyanto (2005) yang mengatakan bahwa dari hasil uji regresi

yang dilakukan, dapat dikatakan bahwa tidak adanya perbedaan yang

signifikan pada kedua kelompok penelitian saat kurun waktu antara

pretes dan postest.

89
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fauziah (2012) menunjukkan

Seperti
bahwa yangpendidikan
intervensi kita ketahui, informasi
kesehatan atau
yang pesan penyuluhan
dilakukan yang
dengan singkat
disampaikan dengan
akan berdampak menggunakan
positif media atau alat
dalam meningkatkan bantu pendidikan
pengetahuan ini
seseorang.
membantu pendidik dalam
Tingkat pengetahuan menyampaikan
seseorang pesan tersebut
sangat berhubungan agar lebih
dengan pendidikan
terlihat menarik perhatian
atau pelatihan pada sasaranHal
yang diperolehnya. pendidikan (Notoatmojo,
ini karena 2003).
pada dasarnya
Dengan demikian
pendidikan atau fungsi dari media
pelatihan dapat berfungsi
merupakan untukupaya
salah satu mempertinggi
untuk
daya serap dan retensi
meningkatkan seseorangdan
pengetahuan terhadap materi pembelajaran
keterampilan (Sunaryo, (Usman,
2004).
2002). Padaskor
Kenaikan penelitian ini, media
yang terjadi audiovisualintervensi
pada kelompok dipilih sebagai salahhasil
merupakan satu

solusi untuk melengkapi


dari pemberian prosestelah
informasi yang pelatihan yang saat
terjadi pada akanproses
diberikan pada
pelatihan,
kader.
dimanaSeperti yangceramah
ada sesi sudah dijelaskan
dengan bahwa semakinmedia
menggunakan banyakaudio-visual
indera yang

digunakan dalam
(video) dan juga proses penangkapan
sesi tanya informasi,
jawab yang maka semakin
memungkinkan mudah
responden

mendapatkan perluasan informasi setelahnya.

90
juga informasi yang akan diterima oleh kader dengan jangka waktu yang

lama.

Hal ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2007) yang mengatakan bahwa alat peraga/a
dan semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh.

ada pengaruh variabel perancu pada pelatihan yang dilakukan, maka dilakukan analisis lanjutan dan
pada penelitian ini, setelah dilakukan analisis multivariat didapatkan nilai

p=0,354 pada variabel umur terhadap pengetahuan, hal tersebut

menyatakan bahwa variabel umur bukanlah variabel yang dapat

mempengaruhi peningkatan pengetahuan kader setelah diberikan

pelatihan. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi

(2012) yang menunjukan nilai P= 0,305 (P>0,05) yang dapat diartikan

bahwa umur tidak mempengaruhi tingkat pengetahuan kader setelah

diberikan intervensi.

Namun, berdasarkan hasil uji statistik yang dilakuan oleh

Munfarida (2012) diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara umur dengan tingkat pengetahuan kader posyandu. Hal ini dapat

dikatakan bahwa semakin tua umur kader posyandu maka semakin baik

91
tingkat pengetahuannya, demikian juga sebaliknya. Hal ini dapat

menjelaskan bahwa saat semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
audiovisual.

Sama halnya dengan yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007) yang mengatakan bahwa
tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya

semakin membaik. Namun pada penelitian ini tidak demikian adanya, hal

ini bisa disebabkan oleh faktor luar yang mungkin dapat mempengaruhi

seperti adanya diskusi kecil yang dilakukan oleh kader pada saat

pengukuran berlangsung dan juga faktor fisik yang dapat menghambat

proses belajar pada orang dewasa sehingga membuat penurunan pada

suatu waktu dalam kekuatan berfikir dan bekerja.

Kemudian untuk variabel pendidikan, pada penelitian ini

didapatkan hasil nilai p=0,148 yang berarti bahwa variabel tingkat

pendidikan tidak mempengaruhi proses peningkatan pengetahuan kader

setelah diberikan intervensi. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Munfarida (2012) yang mengatakan bahwa berdasarkan

hasil uji statistik, diketahui terdapat hubungan yang bermakna antara

92
pendidikan dengan tingkat pengetahuan kader posyandu yang berarti

semakin tinggi tingkat pendidikan kader posyandu maka semakin baik

pula tingkat pengetahuannya.

Pendidikan seseorang mempengaruhi cara pandang orang tersebut, semakin tinggi tingkat p
latar belakang pendidikan tinggi belum tentu mendapatkan skor

pengetahuan yang tinggi juga. Hal ini disebabkan, kebanyakan responden

yang berlatar belakang tinggi memiliki frekuensi lama kerja yang baru,

maka dari itu responden memiliki tingkat pengetahuan yang minim

tentang tata cara pemantauan status gizi balita walaupun berpendidikan

tinggi.

Pada penelitian ini, didapatkan hasil nilai p=0,076 yang berarti

bahwa variabel lama jadi kader tidak mempengaruhi proses peningkatan

pengetahuan kader setelah diberikan intervensi. Hal ini tidak sejalan

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2009) yang

mengatakan bahwa lama pengabdian mempengaruhi keterampilan kader

setelah diberikan intervensi. Hal ini dapat menyimpulkan semakin lama

responden menjadi kader maka kader tersebut akan semakin

93
berpengalaman, sehingga keterampilan dalam melakukan pekerjaan

kader akan semakin baik. Namun pada penelititan ini tidak demikian adanya, semakin lama
daya ingat responden juga ikut terpengaruh dalam menerima informasi.

6.3. Efek Pelatihan Terhadap Peningkatan Keterampilan Kader

Tommy (2009) mengatakan bahwa keterampilan/skill adalah suatu kemampuan untuk mene
dikatakan oleh Purnawanto (2008) yang berpendapat bahwa keterampilan

adalah perilaku yang menunjukan kemampuan individu dalam

melakukan tugas mental atau fisik tertentu yang dapat diobservasi.

Seringkali keterampilan diasosiasikan dengan kemampuan atau

keterampilan fisik atau gerak (motorik). Tidak jauh beda dengan yang

dikatakan oleh Azwar (2007) yakni keterampilan adalah kemampuan

seseorang untuk menjalankan upaya yang menyangkut perilaku yang

diharapkan.

Peningkatan keterampilan salah satunya yakni dengan

melaksanakan pelatihan, dengan pelatihan diharapkan pengetahuan

tentang kesehatan yang lebih baik yang dapat berpengaruh terhadap

perilakunya. Semakin banyak pelatihan yang diterima, diharapkan akan

lebih meningkatkan keterampilan untuk dapat di aplikasikan untuk

94
dirinya dan disebarkan untuk lingkungan dan masyarakat sekitarnya

penimbangan balita
(Kemenkes RI, dengan menggunakan dacin, sebanyak 80,8% kader
2008).
tidak memposisikan batang pada
Dari hasil pemantauan dacin lembar
sejajarobservasi,
dengan mata kader
diketahui dan
bahwa
sebanyak 85,2%
kader pada bandul intervensi
kelompok geser tidakmemiliki
berada pada angka skor
rata-rata nol pada saat akan
pengetahuan
dilakukan penimbangan.
sebelum diberikan Hampir
perlakuan adalah semua kader standar
26,68 dengan (95,7%) melakukan
deviasi 3,872
kesalahan yangskor
dan memiliki samaterendah
yakni tidak
yakni memasukkan
20 sebanyak balita kedalam
1 orang, untuk dacin
skor
dengan
tertinggipakaian
yakni 32seminimal
sebanyak 1mungkin, kebanyakan
orang juga. Tidak jauhbalita
berbedaditimbang
dengan
dengan menggunakan
skor pada pakaian
kelompok kontrol yang
yang cukup nilai
memiliki mempengaruhi berat 28,32
rata-rata sebesar badan

seperti
denganjaket, celana
standar berbahan
deviasi 8,571jeans
dan dan
skorsandal.
tertinggi yakni 16 sebanyak 2

orangSetelah proses
serta skor penimbangan
terendah selesaipun,
yakni 48 sebanyak sebanyak 81,3% kader
1 orang.
tidak mengembalikan bandulmendapatkan
Pada responden yang kembali keintervensi,
angka nol. Hal ini yang
kebanyakan kader
menyebabkan seringprosedur
tidak melakukan terjadinya kecelakaan
sebagai mana seperti kepala
mestinya, kader pada
seperti atau saat

95
orangtua dan bahkan balita terbentur bandul dacin yang masih berada di

menunduk kebawah
posisi ujung bahkan setelah
dacin. Namun ada juga yang jongkok.
diberikan pelatihan,Namun
semua setelah
kader
diberikan pelatihan,kesalahan-kesalahan
yang melakukan kader yang melakukan kesalahan
tersebut prosedur sesuai
melakukannya diatas

100% sudah
prosedur melakukan
yang prosedur
diharuskan denganmasih
walaupun baik. saja ada 1 orang (3,7%)

yang Untuk prosedur penimbangan


belum melakukannya sesuai dengan berat badan
prosedur. bayi dengan

menggunakan timbanganpenimbangan
Pada prosedur bayi (baby balita
scale), dengan
sebanyak menggunakan
92,6% kader

melakukan
timbangan kesalahan padadidapatkan
injak juga saat penimbangan
beberapayakni tidak dilepaskannya
prosedur yang tidak
aksesoris bayi seperti,
dilaksanakan seperti topi/bando
melepaskandan sepatu
jaket, bayi. Para
penutup kader
kepala danjuga
alassedikit
kaki.
kesulitan dalam posisi
Lalu kemudian hal pembulatan
anak yangpada saat pembacaan
ditimbang, hasil
seharusnya akhir,
tegak lurus59,3%
dan
kader
tidak melakukan kesalahan
melihat kebawah. yakni
Hasil membaca
observasi hasil yangbahwa
menunjukan searusnya Ons
seluruh
menjadi Kg. melakukan
kader tidak Setelah dilakukan
prosedurpelatihan,
ini. Anakmengalami
ditimbangpeningkatan yang
dengan pakaian

lengkap

96
sangat baik yakni sebanyak 100% kader tidak melakukan kesalahan

menggunakan
diatas. microtoise. Kader juga melakukan beberapa kesalahan

yakni Berlanjut
sebanyak pada
100%prosedur
dari total keseluruhan
selanjutnya yakni yang mendapatkan
mengukur pajang
intervensi
badan bayitidakdengan
melepaskan hiasan kepala
menggunakan dan memposisikan
infantometer, kaki anak
kader melakukan
dengan benar
kesalahan pada
pada saat2,proses
poin pengukuran.
4, 7, dan 11 yakniSebanyak 96,3% kader
tidak melepaskan tidak
penutup
memposisikan badan
kepala/kaus kaki anak dengan
sebelum luruspengukuran
dilakukan sejajar dengan
padamicrotoise dan
bayi, posisi
tidak menempel
pengukur pada tempatnya,
tidak pada dinding. Namun, setelah
pengukur yang dilakukan
seharusnyapelatihan,
berdiri
terdapat perubahan,
diarea kepala yakni diarea
malah berdiri sebanyak
badan77,7% melakukan
bayi, lalu prosedur
tidak meluruskan
melepaskan
tungkai bayihiasan kepala
sebelum dengan
dilakukan benar dan
pegukuran, sebanyak
melainkan 66,6% kader
membiarkannya
memposisikan kaki anak
menekuk. Hampir dengan
seluruh benar.
kader (98,2%) tidak melakukan prosedur
Prosedur
tersebut pengukuran
dengan yang setelah
benar, namun terakhir dilakukan
adalah pengukuran
pelatihan, lingkar
kader
kepala bayi,peningkatan.
mengalami berdasarkan hasil observasi, sebanyak 85,2% kader tidak

97
melakukan prosedur dengan benar, yakni tidak memposisikan pita ukur

dilakukan oleh sesama


dengan benar. Kader kader pada saat
meletakkan pemantauan.
pita dengan miring dan sebanyak
Pada
96,3% penelitian
yang ini, sebagai
bertindak pengukuran ketermpilan
asisten pengukurjuga dilakukan
tidak dua
membantu
kali, ketika sebelum
memposisikan pita diberikan perlakuan
ukur dengan benar. dan
Hal setelah
ini lah diberikan perlakuan.
yang menyebabkan
Hal ini dilakukan
terjadinya untukpengukuran
kesalahan melihat efek daripada
dan catatanperlakuan yang
hasil akhir diberikan
yang akan
kepada responden.
dilaporkan. Daridilakukan
Setelah hasil pemantauan
pelatihan,pada lembar observasi
sebanyak yang
100% kader
dilakukan
melakukansetelah pemberianlingkar
pengukuran perlakuan/intervensi,
kepala dengandiketahui
benar bahwa kader
dan sesuai
pada kelompok intervensi memiliki rata-rata skor pengetahuan setelah
prosedur.
diberikan
Padaperlakuan
kelompokadalah
kader 46,82
yang dengan standar deviasi
tidak mendapatkan 2,822juga
pelatihan dan

memiliki
mengalamiskorsedikit
terendahperubahan.
yakni 39 sebanyak 1 orang,
Ada yang untuk
sedikit skor tertinggi
menurun skor
yakni 50 sebanyak 3ada
keterampilannya, orang. Sedangkan
juga pada kelompok
yang sedikit kontrol
meningkat memiliki
hasil skor
nilai rata-rata sebesar
pengetahuannya. Hal29,27
ini dengan
diduga standar
karena deviasi
kondisi8,730
fisik dan skoryang
kader

98
tertinggi yakni 16 sebanyak 2 orang serta skor tertinggi yakni 48

pada tahun1 orang.


sebanyak 2011 yang mengatakan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan
Dari terhadap hasildiatas,
pernyataan keterampilan sebelum dilakukan
setelah dilakukan uji statistikpelatihan
dapat
dengan setelah
dikatakan bahwadilakukan pelatihan.skor
terdapat perbedaan Sejalan dengan pada
keterampilan penelitian yang
responden
dilakukan oleh Pratiwi
yang mendapatkan (2012)
pelatihan ketikayang mengatakan
sebelum bahwa dengan
diberikan pelatihan terdapat

perbedaan yang signifikan


sesudah diberikan pelatihan. terhadap hasil keterampilan
Dapat disimpulkan sebelumyang
bahwa responden dan

sesudah diberikanpelatihan
telah diberikan pelatihan.mengalami peningkatan skor keterampilan.

Sulastyawati
Berbeda (2011) mengatakan
halnya dengan bahwa pada
kelompok kontrol, darihasil
hasilpenelitian yang
uji statistik
dilakukan didapatkan
disimpulkan 73,3%
bahwa tidak memiliki
terdapat keterampilan
perbedaan penyuluhan
yang signifikan yang
pada rata-
cukup sebelum
rata skor dilakukan
keterampilan pelatihan,tentang
responden 20% adalah kurangstatus
pemantauan dan 6,7%
gizi adalah
balita
baik. Sedangkan
sebelum setelah dilakukan
dan sesudah dilakukan pelatihan
intervensi didapatkan hasil 53,3%
pada kelompok non
memiliki
intervensi.keterampilan yang cukup dan 46,7% memiliki keterampilan

99
yang baik. Lopez (2004) mengatakan pada penelitian yang telah ia

disesuaikan dengansecara
lakukan bahwa umur balita.
statistik hasil posttest menunjukkan ada
Hasil yang
perbedaan penelitian Sukiarko
bermakna, (2007)keterampilan
rerata nilai juga berpendapat bahwa
pada kelompok
berdasarkan hasilfolder
video, kelompok uji statistik menunjukkan
dan kelompok kontrol. adanya perbedaan yang
bermakna antara skor
Perubahan keduapengetahuan
kelompok. yang
Hal tersebut diatas
dialami oleh sejalan
kader dengan
merupakan
teori yang
sebuah dikemukakan
hasil oleh
dari apa yang Krikpatrick
diterima dalam Pada
sebelumnya. Khaidir (2005) yang
responden yang

mengatakan bahwa
masuk kedalam pelatihan
kelompok merupakan
intervensi upayaperlakuan
diberikan sebuah meningkatkan
yakni
pengetahuan, merubah
berupa ceramah dengan perilaku dan mengembangkan
media audio-visual (Video) yangketerampilan.
didalamnya
Peningkatan nilai
juga terdapat sesiketerampilan sesuai
tanya jawab. dengan
Setelah pendapat
diberikan Tjahjowati,
perlakuan dkk
berupa
dalam Lopezmateri,
pemberian (2004)kader
yangjuga
mengatakan bahwamempraktekkan
diminta untuk perubahan perilaku kader
apa yang
tergantung dari cara atau
telah didapatkannya darimetode yang digunakan
sesi sebelumnya dalam
yakni menyampaikan
pengukuran berat
pesan
badan,atau program.

10
Perubahan skor keterampilan pada kelompok intervensi diduga

Dengan adanyaterjadinya
karena telah praktek/simulasi ini, informasi
penyerapan kader akanyang
lebihdiakibatkan
mengingat oleh
apa

yang sudah dikerjakan


pemberian sendiri. media audiovisual. Sebagaimana yang
pelatihan dengan

telah Selanjutnya,
di katakan guna melihat bahwa
sebelumnya apakah penyerapan
ada pengaruhinformasi
variabel dengan
perancu

pada pelatihan
melibatkan yangindera
banyak dilakukan,
akan maka dilakukan
lebih cepat analisis
dan lebih lanjutanlama.
bertahan dan

pada penelitianskor
Peningkatan ini, setelah dilakukan
keterampilan ini analisis multivariat
juga diduga untuk
karena pengaruh
pemberian
umur terhadap peningkatan
praktek/simulasi tingkat
pada salah satu keterampilan
sesi dalam pelatihan,didapatkan nilai
kader diminta
p=0,138, yang berartilangsung
untuk melakukan bahwa variabel
teknik umur bukanlah balita
penimbangan variabel yangsudah
yang dapat

mempengaruhi peningkatan
diajarkan sesuai tingkat keterampilan
dengan prosedurnya. Selain itu,kader
kadersetelah diberikan
juga diberikan
pelatihan. Hasil
sesi Trainee uji statistik
of Traineer yangdimana
(TOT) dilakukan oleh
kader Munfarida kedalam
dimasukkan (2012) antara
satu
umur denganyang
kelompok keterampilan menunjukkan
didalamnya memilikibahwakarakteristik
tidak ada hubungan
yang
yang bermakna
bervariasi, antarahasil
seperti umur dengan keterampilan kader, tetapi semakin

10
tua umur kader posyandu maka semakin baik tingkat keterampilan kader

Dari hasil (Munfarida,


posyandu analisisnya 2012).
dapat Hal
diartikan bahwa
ini dapat umur mempengaruhi
menjelaskan bahwa saat
keterampilan kader
semakin cukup setelah
umur, diberikan
tingkat intervensi.
kematangan dan kekuatan seseorang akan

lebihSedangkan untuk
matang dalam pengaruh
berfikir tingkat tetapi
dan bekerja pendidikan terhadap
ada faktor fisiktingkat
yang
keterampilan pada penelitian
dapat menghambat ini didapatkan
proses belajar pada orangnilai p=0,206
dewasa yang
sehingga berarti
membat
bahwa variabel
penurunan tingkat
pada suatu waktupendidikan tidakberfikir
dalam kekuatan mempengaruhi
dan bekerja. proses
peningkatan keterampilan
Hasil penelitian ini setelah diberikan
tidak sejalan intervensi.
dengan Hal ini serupa
yang dilakukan oleh
dengan penelitian
Fieraningtyas (2009)yang
dan dilakukan
Handayani oleh Sulistyanto
(2011), (2005) yang
Menurut Fieraningtyas
mengatakan bahwa tingkat
(2009), kelompok kaderpendidikan tidak mempengaruhi
yang berusia lebih muda,pengetahuan
memiliki
setelah dilakukan
keterampilan intervensi
yang dengan
lebih baik media audiovisual.
dibandingkan Namun berbeda
dengan kelompok kader
dengan yang dikatakan
yang lebih tua. Samaoleh Pratiwidengan
halnya (2012) hasil
hasil analisis statistik pada
uji statistik yang

dilakukan
penelitianmenunjukkan bahwa tingkat pendidikan dapat mempengaruhi
yang dilakukan

10
keterampilan kader setelah diberikan intervensi. Hal ini juga bisa

kader setelah
dikatakan diberikan
bahwa intervensi.
semakin tinggi tingkat pendidikan kader posyandu

makaAkan tetapi,
semakin baikmenurut
tingkat Lawrence Green
keterampilan dalam
kader Notoatmodjo
posyandu demikian(2007)
juga
semakin lama
sebaliknya menjadi kader
(Munfarida, 2012)posyandu diharapkan akan semakin banyak
pengalaman dan untuk
Sedangkan pengetahuannya sehingga
pengaruh lama akan terhadap
jadi kader dapat melayani
tingkat
masyarakat
keterampilanyang
pada datang ke ini
penelitian pelayanan posyandu
didapatkan dengan
nilai p=0,794 baik
yang dan
berarti
bermutu. Dari sisi tingkat
bahwa variabel lain dengan masa kerja
pendidikan yangmempengaruhi
tidak lama otomatisproses
umur

kader posyandu
peningkatan juga semakin
keterampilan menjadi
kader tua.diberikan
setelah Pada usiaintervensi.
tua terjadiHal
proses
ini
degeneratif yangyang
sejalan dengan berdampak pada
dilakukan kemampuan
oleh pemanfaatan
Pratiwi (2012) sarana di
yang mengatakan
posyandu juga menurun.
bahwa lama pengabdian tidak mempengaruhi tingkat keterampilan

kaderHal ini sebenarnya


setelah diberikan dapat menyimpulkan
intervensi. bahwa hasil
Berbeda dengan semakin lama
analisis
responden menjadi kader posyandu maka akan semakin baik pula
Pratiwi (2012)

10
pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya, namun kembali lagi

kepada keadaan dilapangan yang dapat mengatakan bahwa semakin

lama responden menjadi kader, maka akan semakin bertambah juga

umur yang sedang ditempuh oleh kader pada saat itu. Hal tersebut

memungkinkan kader dengan lama pengabdian yang cukup lama

memiliki tingkat pengetahuan dan juga keterampilan yang rendah

karena faktor fisiologis yang dialaminya.

10
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai efek pelat
kesimpulan sebagai berikut:

1.Gambaran pengetahuan dan keterampilan responden sebelum dan

sesudah diberikan pelatihan:

a. Pengetahuan Kelompok Intervensi: Rata-rata skor pengetahuan

responden sebelum diberikan intervensi pelatihan dengan media

audiovisual pada kelompok intervensi adalah sebesar 24,23 dan

setelah dilakukan intervensi berupa pelatihan dengan

menggunakan media audiovisual, hasil skor pengetahuan pada

kelompok intervensi meningkat menjadi 28,95.

b. Pengetahuan Kelompok Kontrol: Rata-rata skor pengetahuan

responden pada kelompok kontrol yakni sebesar 24,32 setelah

dilakukan posttest rata-rata skor pengetahuan kelompok kontrol

sebesar 24,86.

c. Keterampilan Kelompok Intervensi: Dalam proses penilaian

keterampilan sebelum diberikan pelatihan, responden yang

10
mendapatkan pelatihan memiliki rata-rata skor keterampilan

0,000
26,68.pada kelompok
Setelah intervensipelatihan,
diberikan dan P= 0,090 pada kelompok
responden yang
kontrol yang berarti
mendapatkan bahwa
pelatihan pada rata-rata
memiliki alpha 5% dapat
skor dikatakan
keterampilan
bahwa
46,82. terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata skor
pengetahuan Kelompok
d. Keterampilan responden Kontrol:
sebelum Rata-rata
dan sesudah dilakukan
kelompok yang
intervensi pada kelompok
tidak medapatkan intervensi,
pelatihan (kontrol)sedangkan
memiliki pada kelompok
rata-rata skor
kontrol tidak terdapat
keterampilan perbedaan
sebesar 28,32 yang signifikan
dan setelah dilakukanpada rata-rata
pemantauan
skor
akhirpengetahuan responden
didapatkan rata-rata skorsebelum dan sebesar
keterampilan sesudah29,27.
dilakukan

2. Efekintervensi. Hal ini


pelatihan kader juga dapat
posyandu menyatakan
terhadap bahwa
peningkatan pelatihan
pengetahuan

dan mampu memberikan


keterampilan kader: efek terhadap peningkatan pengetahuan

a. kader.
Setelah dilakukan pelatihan, terdapat perubahan pada skor akhir

yang diperoleh responden, dari hasil uji statistik diperoleh P=

10
b. Sama halnya dengan pengetahuan, setelah dilakukan pelatihan,

3. Dari hasil analisis


terdapat multivariat,
perubahan diketahui
pada skor bahwa
akhir yang ketiga
diperoleh variabel
responden,
perancu
darimemiliki
hasil ujinilai P value
statistik >0,05, umur
diperoleh (p=0,354
P= 0,000 padadankelompok
p=0,138)

lalu kemudian
intervensi tingkat
dan P=pendidikan
0,125 pada(p=0,148 dankontrol
kelompok p=0,206)
yangdan lama
berarti
jadi kader
bahwa(p=0,076 dan p=0,794).
pada alpha 5% dapatHal ini dapat mengartikan
dikatakan bahwa
bahwa terdapat
ketigaperbedaan
variabel yang
tersebut tidak mempengaruhi
signifikan pada rata-rata proses peningkatan
skor keterampilan
pengetahuan dan sebelum
responden keterampilan
dan setelah
sesudahdilakukan intervensi.
dilakukan intervensi pada

7.2. Saran kelompok intervensi dan tidak terdapat perbedaan yang

A. Bagi signifikan padakhususnya


tim Puskesmas rata-rata skor keterampilan
petugas responden
gizi, Pembina sebelum
PKK, LSM dan
dan pembina
institusi sesudah dilakukan
Posyandu intervensi pada kelompok
lainnya diharapkan dapat kontrol. Hal
mengadopsi

mediaini juga dapat


audiovisual menyatakan
pada metode pelatihanbahwa pelatihan
yang akan dilakukan mampu

memberikan efek terhadap

10
selanjutnya secara bertahap, guna meningkatkan kapasitas kader

posyandu.

B. Bagi tim Puskesmas agar dapat melakukan refreshing secara rutin

guna mempertahankan kemampuan dan keterampilan kader

posyandu dalam proses penimbangan dan pengukuran status gizi

balita.

C. Bagi peneliti lain agar dapat melanjutkan penelitian ini dengan

metode dan media yang paling terbaru dan diberikan retensi waktu

untuk mengukur pengetahuan dan keterampilan setelah diberikan

pelatihan. Diharapkan juga untuk penelitian selanjutnya agar dapat

melakukan evaluasi agar bisa melihat efektivitas dari metode

pelatihan yang

10
DAFTAR PUSTAKA
Angkowo, R.. A. Kosasih. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran, Jakarta:
Medika

Bloom, PT. Grasindo.


B. S., Hlm.M.
Engelhart, 14D., Furst, E. J., Hill, W. H., &Krathwohl, D. R.

Aqmala, Diana. Taxonomy


(1956). 2007. Analisis Faktor-faktorObjectives:
ofEducational yang Mempengaruhi
The Classification of

Efektivitas Pelatihan
Educational Penjualan 1dan
Goals. Handbook Kompetensi
Cognitive Relasional
Domain. New Untuk
York: David

Meningkatkan Kinerja Tenaga Penjualan. Program Studi Magister


McKay.

Chumea,Manajemen
Cameron., Universitas Diponegorodkk.
Onyango, Adelheid., Semarang. Tesis
2012. Anthropometry Handbook

ArfidaThe
BR. International
2003. EkonomiFetal
sumber
anddaya manusia.
Newborn Ghalia
Growth Indonesia:Jakarta
Consortium; (b)
Intergrowth

Asih, Dwi Ananing Oxford


21st. England. Tyas. 2006. Pengaruh Pengalaman terhadap
University.

PeningkatanKesehatan RI. 2008. Kurikulum dan Modul Pelatihan Bidan.


Departemen

Keahlian Auditor
Kementerian dalamRepublik
Kesehatan Bidang Indonesia.
Auditing. Falkultas Ekonomi

Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Skripsi.

10
Departemen Kesehatan RI. 2000. Buku Panduan Pelatihan Kader Posyandu.

Jakarta: Dirjen Kesehatan Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia.

Djamarah, Syaiful Bahri., Aswan, Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:

PT. Rineka Cipta. Hlm. 120

Dodo. D. 2009. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Keaktifan Kader

Dalam Pelaksanaan Kegiatan Posyandu di Kelurahan. Jurnal Pangan,

Gizi dan Kesehatan. Tahun 1, Vol 1, No 1 April 2009

Evita, Dewanti. 2013. Pengaruh Pelatihan Terhadap Pengetahuan, Keterampilan,

Kepatuhan Kader Posyandu Dalam Menerapkan Standar Pemantauan

Pertumbuhan Balita Di Kota Bitung, Sulawesi Utara. Jurnal Gizi dan Diet

Etik Vol 1 No. 1 Tahun 2013: 15:21

Fauziah, 2012. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Nutrisi Prakonsepsi

Terhadap Tingkat Pengetahuan, Sikap Dan Praktik Konsumsi Makanan

Sehat Wanita Pranikah. Tesis. Universitas Indonesia

Fieraningtyas, Rahayuarti. 2009. Pengaruh Pelatihan Engenai Pengisian KMS

Untuk Memamtau Pertumbuhan Balita Terhadap Perubahan Pengetahuan

Dan Keterampilan Kader Posyandu Di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru

Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2009. Skripsi. Universitas

Indonesia

Handayani, Novita. 2011. Pengetahuan dan Sikap Kader dalam Implementasi

Kelurahan Siaga Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedaton Kota Bandar

Lampung Tahun 2011. Skrpisi. Universitas Indonesia

11
Haslinda, A. and Mahyuddin, M.Y. (2009). “The Effectiveness of Training in the

Public Service”, American Journal of Scientific Research, 6 (2009), pp.

39-51.

Hastono, S. P. 2007. Analisis Data Kesehatan. Fakultas Kesehetan Masyarakat

Universitas Indonesia

Heru S., Adi. 1995. World Health Organization; Kader Kesehatan Masyarakat

Ed. 2. Jakarta: EGC

Hida Fitri M., Mardiana. 2011. Pelatihan Terhadap Keterampilan Kader

Posyandu. Jurnal Kesehatan Masyarakat No. 7 Vol. 1 Hal. 22-27

Hilal, N., 1998. Penggunaan Media Video Pada Metode Ceramah-Tanya Jawab

Sebagai Upaya Ntuk Meningkatkan Pemilikkan Dan Penggunaan Jamban

Keluarga Di Daerah Binaan Akademi Kesehatan Lingkungan Purwokerto.

Tesis Tidak Di Publikasikan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta

Hungu. 2007. Demografi Kesehatan Indonesia. Jakarta: Grasindo

Isnani. 2011. Efektifitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Pekerja

Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Tesis. Universitas Indonesia

Iswarawanti Dwi., Nastiti. 2010. Kader Posyandu: Peran dan Tantangan

Pemberdayaannya Dalam Usaha Peningkatan Gizi Anak di Indonesia.

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan Vo. 13 No. 04 Hal. 169-173

Kementerian Kesehatan RI. 2007. Pedoman Pengukuran dan Pemeriksaan Tahun

2007. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

11
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Pedoman Pemantauan Status

Gizi (PSG) dan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI). Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu Tahun

2011. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan RI. 2012. Kurikulum dan Modul Pelatihan Kader

Posyandu Tahun 2012. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Khaidir. 2005. Pengaruh Pelatihan Berdasarkan Kompetensi Terhadap

Pengetahuan Dan Keterampilan Kader Gizi Dalam Pengelolaan Kegiatan

Posyandu Di Kecamatan Pondok Kelapa Kabupaten Bengkulu Utara.

Program Studi Magister Fakultas Kesehatan Masyarakat. UGM. Tesis

tidak dipublikasikan.

Krathwohl, D. R. (2002). A revision of Bloom’s taxonomy: An overview. Theory

into Practice, 41(4), 212-218.

Moses., Melmambessy. 2011. Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Penjenjangan

Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Pada Dinas Koperasi UKM Kota

Jayapura. Jurnal Analisis Manajemen Vol. V No. 2 Desember 2011. ISSN

: 14411-1799

Mubarak, W.I., dkk. 2007. Promosi Kesehatan: Sebuah Pengantar Proses Belajar

Mengajar dalam Pendidikan, Graha Ilmu, Yogyakarta

Mubarak, W.I., et al. 2010, Promosi Kesehatan: Sebuah Pengantar Proses

Belajar Mengajar dalam Pendidikan, Graha Ilmu, Yogyakarta

11
Munfarida, Siti. Adi, Anis Catur. 2012. Faktor Yang Berhubungan Dengan

Tingkat Pengetahuan Dan Keterampilan Kader Posyandu. Media Gizi

Indonesia Vol. 2 No. 9 Tahun 2012. Hal. 1458-1466

National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES). 2007.

Anthropometry Procedures Manual

Normadewi., Berliana. 2012. Analisis Pengaruh Jenis Kelamin Dan Tingkat

Pendidikan Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Dengan Love

Money Sebagai Variabel Intervening. Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Diponegoro. Skripsi

Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Rineka Cipta,

Jakarta

Notoatmodjo., S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka

Cipta

Notoatmodjo., S. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka

Cipta

Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam, 2009. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Pennysilvania Departemen of Health; Division of Woman, Infant and Children

(WIC). 2010. Antrophometry Training Manual

Pertiwi, Kirana Dewi., dkk. 2013. Keefektifan Pembelajaran Problem Based

Learning Untuk Meningkatkan Pengetahuan Mahasiswa Pada Mata Ajar

Asuhan Kebidanan IV Dengan Topik Pre-eklampsia dan Eklampsia di

11
Politeknik Kesehatan Surakarta. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara

Forikes Vo. IV No. 2. April 2013 ISSN: 2089-3098

Pratiwi, Nita. 2012. Pengaruh pelatihan gizi seimbang terhadap peningkatan

pengetahuan dan keterampilan kader posyandu lansia di kecamatan

grogol petamburan jakarta barat tahun 2011. Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia. Skripsi

Pribadi, Benny A. 2014. Desain dan pengembangan program pelatihan berbasis

kompetensi: Implementasi model ADDIE Ed. Pertama. Jakarta. Prenada

Media Grup.

Pujangkoro, Sugih Arto. 2004. Analisis Jabatan (Job Analysis). Jurnal Jurusan

Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Purnawanto., 2008. Budi. Menejemen SDM Berbasis Proses: Pola Pikir Baru

Mengelola SDM pada Era Knowledge Economy. Jakarta: Grasindo

Purniawan, Agitya Eka. 2016. Efektifitas Media Poster Dan Audio Visual (Video)

Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Tb Paru (Studi Di Desa Winong

Kecamatan Pati Kabupaten Pati). Universitas Muhammadiyah

Semarang. Skripsi.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kesehatan, 2002. Petunjuk Teknis Pelaksanaan

Jabatan Fungsional Widyaiswara, Pusdiklat, Jakarta. Ng

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB).

http://pusdiklat.bnpb.go.id/home/?page_id=269 Diakses 4 Desember 2014

Pukul 03:15

11
Quesada, C., Pilar P.H. and Berta, E. (2011). “Evaluating the Efficiency of

Leadership Training Programmes in Spain”, Procedia - Social and B

ehavioral Sciences, 30 (2011), pp. 2194-2198

Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari

Teori ke Praktik. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada

Roberts. Albert R., Greene. Gilbert J. 2009. Buku Pintar Pekerja Sosial Jilid 2.

Jakarta: Gunung Mulia

Rufiat, AM., Bambang Budi Raharjo. Fitri Indrawati. 2011. Pengaruh metode

permainan Find Your Mate Terhadap Pengetahuan Kader Posyandu.

Jurnal Kesehatan Masyarakat No. 6 Vol. 2. Hal 113-119

Sadiman, Arief S., dkk. 2006. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan Dan

Pemanfaatannya. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. Hlm. 6

Safrudin, Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC

Saputra, Nazarwin. 2011. Perbedaan Pengaruh Pendidikan kesehatan HIV AIDS

dengan metode curah pendapat dan ceramah menggunakan media audio

visual terhadap pengetahuan siswa SMAN 4 Tangerang Selatan. Program

Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi

Sedarmayanti, 2007, Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung:

Mandar Maju.

Simamora, Roymond. 2009. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta:

EGC

Sriyono, 2001. Pendidikan Kesehatan melalui Metode Diskusi Kelompok dan

Ceramah Menggunakan Media Audiovisual untuk Meningkatkan

11
Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Kader Posyandu dalam Menemukan

Tersangka Tuberculosis Paru. Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta.

Tesis.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito hal. 245

Sudijono A. 1998. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada

Suiraoka, I Putu., Supariasa, I Dewa Nyoman. 2012. Media Pendidikan

Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sukardi, 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.

Jakarta: Bumi Aksara

Sukiarko., Edy. 2007. Pengaruh Pelatihan Dengan Metode Belajar Berdasarkan

Masalah Terhadap Pengetahuan Dan Keterampilan Kader Gizi Dalam

Kegiatan Posyandu. Magister Gizi Masyarakat Pascasarjana Universitas

Diponegoro. Tesis

Sulistyanto, A. 2005. Pengaruh Pelatihan kader dengan media audio-visual

terhadap pengetahuan, sikap, serta perilaku kader posyandu di kecamatan

Sintang propinsi Kalimantan Barat. Tesis Tidak Dipublikasikan. UGM

Sunaryo. 2004. Psikologi untuk keperawatan. Hal. 25-26. Jakarta: EGC

Susanto, Erman. 2010. Media Audiovisual Akuatik untuk Meningkatkan Kualitas

Pembelajaran. Jurnal Paedagogia Jilid 13, No. 1, Februari 2010. FKIP

UNS

11
Susilana, Rudi., Riyana, Cepi. 2009. Media Pembelajaran Hakikat,

Pengembangan, Pemanfaatan dan penilaian. Bandung: CV. Wacana

Prima

Syafei, Abdullah. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi

Kader Dalam Kegiatan Gizi Di Posyandu Di Kelurahan Rengan,

Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selaran Tahun 2010. Program

Studi Gizi Masyarakat Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi

Tjetjep Syarif Hidayat dan Abas Basuni Jahari. 2011. Perilaku Pemanfaatan

Posyandu Hubungannya Dengan Status Gizi Dan Morbiditas Balita. Pusat

Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Departemen

Kesehatan RI. Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 40, No. 1, Maret, 2012:

1 – 10

Tommy, Suprapto. 2009. Pengantar Teori & Menejemen Komunikasi.

Yogyakarta: Media Pressindo

Trisnawati, A. G. dan F. B. Rahayuningsih. 2008. Pelatihan Peningkatan

Kemampuan Kader Kesehatan Dalam Penanganan Tuberkulosis (TBC) di

Wilayah Kerja Puskesmas Gemolong II Dragen. Warta 11: (20): 150-158.

Wagonhurst, Carole, 2002, “Developing Effective Training Programs”, The

Journal of Research Administration, Volume XXXIII, Number II

Wahit Iqbal, Bambang Adi, Khoirul, Siti Patonah. 2006. Ilmu Keperawatan

Komunitas 2. Jakarta : CV. Sagung Seto

11
Wahyutomo., Ahmad Hernowo. 2010. Hubungan Karakteristik dan Peran Kader

Posyandu Dengan Pemantauan Tumbuh Kembang Balita di Puskesmas

Kalitidu – Bojonegoro. Program Studi Kedokteran Keluarga Universitas

Sebelas Maret Semarang. Tesis

Wexley, K. N., Latham, G. P. 2002. Developing and training human resources in

organizations. 3rd Edition. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall

Yuniarti. Susanti., Nur. 2011. Analisis Problem Structuring Secara Bertingkat

Program Revitalisasi Posyandu Di Kecamatan Wonokerto Kabupaten

Pekalongan. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pekalongan. Artikel

Penelitian

http://journal.unikal.ac.id/index.php/lppm/article/viewFile/110/47

Zaciewski, R.D. (2001). “Measuring Training’s Effectiveness”, Quality Progress,

34(6), pp. 36-42

11
LAMPIRAN

11
LAMPIRAN I

MODUL PELATIHAN KADER POSYANDU

i
ii
ii
i
v
v
v
v
i
x
LAMPIRAN II
ANGKET PENILAIAN MEDIA

ANGKET PENILAIAN MEDIA


EFEK PELATIHAN KADER POSYANDU TERHADAP PENINGKATAN
PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN DALAM KEGIATAN PEMANTAUAN
STATUS GIZI BALITA DIWILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS RENGAS TAHUN
2017

INFORMED CONSENT

Assalamualaikum Wr. Wb

Saya Harum Aulia Rahmawati, mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat


Peminatan Gizi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini saya
sedang melakukan penilaian media pembelajaran yang akan digunakan dalam tugas akhir
(Skripsi). Saya mengajukan pertanyaan yang tidak akan mempengaruhi norma atau nilai atas
kinerja anda. Atas perhatian dan kerjasama saudara saya ucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum. Wr. Wb

vi
Angket penilaian Media “Modul Pelatihan”

Nama :

No. HP :

Status Kerja :

Email :

Isilah kolom keterangan dengan tanda silang (X) pada kolom YA atau TIDAK sesuai
dengan pengetahuan yang pernah anda ketahui sebelumnya.

*jika mengisi kolom TIDAK, harap mengisi kolom SARAN

Keterangan
No Pertanyaan Ya Tidak Saran
1 Apakah anda mengerti
informasi yang ada di dalam
media?
2 Apakah informasi yang ada
didalam media memberikan
pengetahuan bagi anda?
3 Apakah pertanyaan yang
dituliskan dalam media
memberikan
kesinambungan dengan
informasi?
4 Apakah ada kata-kata yang
sulit dipahami?
5 Apakah bahasa yang
digunakan didalam media
cukup jelas?
6 Apakah anda mengalami
kesulitan dalam membaca
informasi di media?
7 Apakah hurufnya membuat
anda nyaman?
8 Apakah gambar pada media
mudah terlihat?
9 Apakah gambar yang
ditampilkan terlalu banyak?
10 Apakah warna-warni dalam
media menarik bagi anda?
11 Apakah penempatan teks
dan gambar sudah sesuai?
12 Apakah pertanyaan setelah
uraian media membantu
anda mengingat?

vii
LAMPIRAN III
KUESIONER PENELITIAN
EFEK PELATIHAN KADER POSYANDU TERHADAP PENINGKATAN
PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN DALAM KEGIATAN
PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
RENGAS KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2017

Peneliti : Harum Aulia Rahmawati, Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Kesehatan Masyarakat Peminatan Gizi
Masyarakat
PENJELASAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek pelatihan kader Posyandu terhadap
peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam kegiatan pemantauan status gizi balita di
wilayah kerja Puskesmas Rengas Kota Tangerang Selatan pada tahun 2017. Bentuk kegiatan
yang akan dilaksanakan adalah wawancara dengan menggunakan kuesioner untuk
mengetahui data karakteristik individu (umur, tingkat pendidikan, lama kerja) dan
pengetahuan serta keterampilan kader dalam pemantauan status gizi balita. Apabila saudari
bersedia menjadi responden, isi dan hasil jawaban akan kami rahasiakan.

FORMULIR PERSETUJUAN
Setelah mendengar dan membaca penjelasan tersebut diatas, maka saya yang bertanda tangan
dibawah in:
Nama :

Alamat :
Menyatakan “SETUJU” untuk menjadi responden pada penelitian ini:
Tangerang Selatan, 2017
Peneliti Responden

(Harum Aulia Rahmawati) ( )

Mengetahui,
Kepala UPT Puskesmas Rengas

(Hj. Sri Badriyani, S.ST)

viii
KUESIONER PENELITIAN

EFEK PELATIHAN KADER POSYANDU TERHADAP PENINGKATAN


PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN DALAM KEGIATAN
PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
RENGAS KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2017

Nama Lengkap : ………………………………………………………………………


Alamat : ………………………………………………………………………
No. Tlp/HP : ………………………………………………………………………
RT/RW : …../…..
Asal Posyandu : ………………………………………………………………………
Tanggal : : ……./……./2017

Nomor Responden: Kategori Responden:


VARIABEL PERNYATAAN CODING
No (diisi oleh
Peneliti)
A KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Umur : ……….. Tahun (Atau Tahun Lahir) [ ]

2. Pendidikan Terakhir : 1. SD 3. SLTA/SMA [ ]


2. SMP 4. Akademi/PT

3. Status Pekerjaan : 1. Bekerja 2. Tidak Bekerja [ ]

4. Lama pengabdian/Lama jadi kader : ............ Tahun [ ]

ix
B PENGETAHUAN Benar Salah Skor
(diisi oleh
peneliti)

1. Buku KIA Merupakan program


secara internasional yang berisi
catatan dan informasi tentang
kesehatan ibu dan anak
2. Tumbuh kembang adalah
bertambahnya berat dan
kemampuan anak
3. Status gizi dihasilkan dari
pengukuran tinggi badan saja
4. Buku KIA merupakan program
secara nasional berbeda dengan
KMS.
5. Ukuran berat badan adalah
gram
6. Gangguan pertumbuhan
ditandai dengan tidak naiknya
berat badan
7. Gangguan perkembangan
ditandai dengan tubuh anak
yang terlihat kecil.
8. Dari buku KIA dapat
mendeteksi secara dini adanya
gangguan/masalah kesehatan
ibu dan anak
9. Pada kegiatan Posyandu buku
KIA digunakan untuk
memantau tumbuh kembang
balita
10. Setiap balita mempunyai 1
buku KIA

x
11. Pada anak kembar, maka ibu
akan tetap mendapatkan satu
buku KIA
12. Pada kegiatan Posyandu buku
KIA digunakan untuk
memantau status gizi dan
tumbuh kembang balita
13. Kader bisa memantau
kesehatan ibu sejak hamil,
bersalin dan nifas sampai anak
berumur lima tahun.
14. Buku KIA bermanfaat sebagai
KIE (Komunikasi, Informasi
dan edukasi) antara ibu,
keluarga, kader dan tenaga
kesehatan.
15. Kader tidak dapat memantau
status gizi dan tumbuh
kembang balita.
16. Sasaran harus membawa buku
KIA setiap datang ke posyandu
17. Pemantauan tumbuh kembang
sampai anak berusia 1 tahun
18. Kader posyandu harus
memahami hasil penimbangan
dan pemantauan tumbuh
kembang setiap selesai
pelayanan posyandu
19. Kader harus mengajak ibu
melaksanakan pesan-pesan
yang ada di dalam buku KIA
20. Yang perlu dicatat setelah
melakukan penimbangan

xi
adalah: identitas keluarga,
identitas anak
21. Setiap selesai penimbangan
buku KIA diserahkan dan
disimpan oleh kader.
22. Bandul geser berada pada
angka SATU dan posisi paku
tegak lurus.
23. Masukkan balita ke dalam
sarung timbang dengan
pakaian seminimal mungkin
dan geser bandul sampai paku
tegak lurus
24. Lepaskan Jaket, Sepatu dan
penutup kepala sebelum anak
ditimbang.
25. Memperhatikan posisi kaki
responden tepat di samping alat
timbang, sikap santai
(BERGERAK-GERAK) dan
kepala menunduk (memandang
kebawah).
26. Letakan alat timbang pada
lantai yang datar, rata dan kuat.
27. Beri Selimut tebal atau karpet
sebagai alas.
28. Catat berat badan bayi dalam
ukuran cm
29. Letakan pengukur panjang
badan pada kasur yang lembut
dan halus
30. Letakkan alat ukur dengan
posisi panel kepala di sebelah
kiri dan panel penggeser di
sebelah kanan pengukur. Panel
kepala adalah bagian yang
tidak bisa digeser.
31. Pastikan alat geser/microtoise
berada diposisi atas.
32. Posisi kepala dan bahu bagian
belakang, lengan, pantat dan

xii
tumit tidak harus menempel
pada dinding tempat microtoise
di pasang.
33. Letakkan pita lingkar kepala di
bagian kepala bayi.
34. Asisten pengukur mengajak
bayi bercanda agar tenang
35. Setelah pita diposisikan dengan
benar, tarik ketat untuk
menekan rambut dan kulit.

-Selamat Mengerjakan dan Terimakasih Atas Partisipasinya-

xiii
LAMPIRAN IV
FORM PEMANTAUAN
KETERAMPILAN KADER DALAM KEGIATAN PEMANTAUAN STATUS GIZI
BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RENGAS KOTA TANGERANG
SELATAN TAHUN 2017

Nama Lengkap : ………………………………………………………………………


Alamat : ………………………………………………………………………
RT/RW : …../…..
Posyandu : ………………………………………………………………………
Tanggal : : ……./……./2017

C. Mengukur Berat Badan Menggunakan Dacin Dilakukan Tdk


Dilakukan
1. Gantung dacin pada tempat yang kokoh seperti
penyangga kaki tiga (tripod) atau pelana
rumah/kosen pintu/dahan pohon yang kuat.
2. Atur posisi batang dacin sejajar dengan mata
penimbang.
3. Pastikan bandul geser berada pada angka NOL dan
posisi paku tegak lurus
4. Pasang sarung/celana/kotak timbang yang kosong
pada dacin
5. Seimbangkan dacin dengan memberi kantung plastik
berisikan pasir/batu/beras yang diletakkan di ujung
batang dacin, sampai kedua jarum tegak lurus
6. Masukkan balita ke dalam sarung timbang dengan
pakaian seminimal mungkin dan geser bandul sampai
paku tegak lurus
7. Baca berat badan balita dengan melihat angka di
ujung bandul geser.
8. Catat hasil penimbangan dengan benar di kertas/buku
bantu dalam kg dan ons
9. Kembalikan bandul ke angka nol dan keluarkan
balita dari sarung/celana/kotak timbang

xiv
D. Mengukur Berat Badan Menggunakan Timbangan Dilakukan Tdk
Injak Dilakukan
1. Letakan alat timbang pada lantai yang datar
2. Aktifkan timbangan dengan cara menekan
timbangan. Mula-mula akan muncul angka 8,88 dan
tunggu sampai muncul angkan 0,00 berarti
timbangan sudah siap digunakan
3. Lepaskan Jaket, Sepatu dan penutup kepala
sebelum anak ditimbang
4. Anak diminta naik ke alat timbang dengan posisi
kaki tepat di tengah alat timbang tetapi tidak
menutupi jendela baca
5. Perhatikan posisi kaki responden tepat di tengah
alat timbang, sikap tenang (JANGAN
BERGERAK-GERAK) dan kepala tidak
menunduk (memandang lurus kedepan).
6. Angka di kaca jendela alat timbang akan muncul
dan tunggu sampai angka tidak berubah (STATIS)
7. Catat angka hasil penimbangan.

xv
E. Mengukur Berat Badan menggunakan Timbangan Dilakukan Tdk
Bayi Dilakukan
1. Mempersiapkan alat (letakkan timbangan pada alas
yg rata dan kuat, beri selimut tipis, pastikan jarum
ada pada angka nol)
2. Lepaskan alas kaki, baju dan topi bayi (bayi
sebaiknya ditimbang tanpa pakaian)
3. Pengukur berdiri di depan skala timbangan
4. Letakkan bayi di timbangan dan tunggu sampai
jarum timbangan tidak bergerak-gerak lagi.
5. Hitung ukuran bb bayi sampai 0,1 kg terdekat
6. Mencatat berat badan sampai dengan 0,1 kg
terdekat

xvi
F. Mengukur Panjang Bayi Dilakukan Tdk
Dilakukan
1. Mempersiapkan alat infantometer (bagian kepala
yg tidak bisa digerakkan, bagian kaki yang bisa
digerakkan), letakkan dibagian yang rata, beri
alas selimut
2. Lepaskan tutup kepala, kaus kaki bayi
3. Pengukur 1 berdiri di daerah skala pengukur
4. Pengukur 2 berdiri di daerah kepala
5. Letakkan bayi pada bagian kepala (headboard),
pastikan kepala lurus sejajar dengan infatometer
6. Luruskan tubuh hingga sejajar dengan
infantometer
7. Luruskan tungkai bayi dengan cara
menahan/menekan lutut bayi kebawah dengan
lembut
8. Tarik footboard untuk mengukur panjang badan
bayi hingga menempel pada kaki bayi (posisi jari
menghadap keatas)
9. Baca ukuran panjang badan anak sampai 0,1 cm
terdekat
10. Bisa dilakukan dengan satu kaki atau dua kaki
bayi
11. Usahakan ibu berdiri ditempat yang bisa dilihat
oleh anak agar anak lebih tenang

xvii
G. Mengukur Tinggi Badan Anak menggunakan Dilakukan Tdk
microtoise Dilakukan
1. Persiapkan alat (mikrotoise di gantung 2 m dr
bawah lantai)
2. Lepaskan tutup kepala (topi/hiasan rambut), sepatu
dan kaos kaki
3. Anak berdiri tegak dengan kaki agak sedikit
terbuka
4. Belakang kepala, punggung, pantat, betis dan tumit
harus menempel pada dinding
5. Hadapkan kepala anak lurus
6. Petugas 1 menggerakkan mikrotoise ke bawah
hingga menyentuh kepala bagian atas anak
7. Petugas 2 mempertahankan posisi anak
8. Dorong pelan perut anak agar anak berdiri tegak
9. Bila anak lebih besar mintalah untuk
mengempiskan perut atau tarik napas dalam
10. Baca hasil pengukuran hingga 0,1 cm terdekat

xviii
H. Mengukur Lingkar Kepala Bayi Dilakukan Tdk
Dilakukan
1. Lepaskan penutup kepala, topi atau hiasan rambut
karena dapat mengganggu proses pengukuran dan
hasil ukur
2. Letakkan bayi dekat dengan asisten pengukur atau
ibu bayi
3. Pengukur berdiri di sisi ibu atau asisten pengukur
yang memegang bayi
4. Letakkan pita lingkar kepala di bagian kepala bayi.
Posisikan pita pada bagian tengkorak kepala bagian
depan, sedikit berada diatas alis, tegak lurus dan
sejajar dengan wajah, posisikan pita diatas telinga,
dan pada bagian belakang diletakkan di bagian
oksipital yang paling menonjol
5. Asisten pengukur membantu dengan memposisikan
pita dengan benar di sisi lain kepala
6. Setelah pita diposisikan dengan benar, tarik ketat
untuk menekan rambut dan kulit. Hati-hati, jangan
menarik pita terlalu ketat dan menyebabkan cedera
pada bayi terutama pada bayi yang baru lahir.
Jauhkan sedikit tangan dan jari untuk mempermudah
pengukur membaca hasil
7. Baca hasil pengukuran 1mm terdekat dan lepaskan
pita dari kepala bayi
8. Catat hasil pengukuran pada tempat yang telah
disediakan

xix
LAMPIRAN V
FORM PENILAIAN PELATIH/INSTRUKTUR
PELATIHAN KADER POSYANDU
Nama Pelatih :
Jabatan :

No Penilaian Dilakukan Tidak Dilakukan

1 Membuka presentasi
2 Memberi salam kepada peserta
3 Menjelaskan konteks dan maksud
presentasi
4 Menjelaskan sistematika dan
struktur presentasi
5 Menjelaskan tujuan presentasi
6 Menjelaskan isi presentasi
7 Menjawab pertanyaan yang
diajukan peserta
8 Mengajukan pertanyaan untuk
memeriksa pemahaman peserta
terhadap materi yang
dipresentasikan
9 Memberi umpan balik terhadap
jawaban yang dikemukakan oleh
peserta
10 Memberi kesempatan kepada
peserta untuk bertanya
11 Menyimpulkan presentasi
12 Mengucapkan terima kasih salam
kepada peserta
Pemeriksa

(………………………)

xx
LAMPIRAN VI
OUTPUT HASIL ANALISIS DATA

1. ANALISIS UNIVARIAT

A. Hasil Skor Pretest Pengetahuan Kelompok Intervensi dan Kontrol

Statistics
Hasil Pretest Responden Kelompok
Intervensi

N Valid 22
Missing 0
Mean 24,23
Std. Error of Mean ,741
Median 25,00
Std. Deviation 3,477
Minimum 18
Maximum 30
Hasil Pretest Responden Kelompok Intervensi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 18 1 4,5 4,5 4,5


19 1 4,5 4,5 9,1

20 3 13,6 13,6 22,7

21 2 9,1 9,1 31,8

23 2 9,1 9,1 40,9


25 3 13,6 13,6 54,5

26 3 13,6 13,6 68,2

27 3 13,6 13,6 81,8

28 3 13,6 13,6 95,5

30 1 4,5 4,5 100,0


Total 22 100,0 100,0

Statistics
Hasil Pretest Responden Kelompok
Kontrol

N Valid 22
Missing 0
Mean 24,32
Std. Error of Mean ,594
Median 25,00

xxi
Std. Deviation 2,784
Minimum 20
Maximum 28

Hasil Pretest Responden Kelompok Kontrol


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 20 2 9,1 9,1 9,1


21 3 13,6 13,6 22,7

22 2 9,1 9,1 31,8

23 3 13,6 13,6 45,5

25 3 13,6 13,6 59,1

26 2 9,1 9,1 68,2

27 4 18,2 18,2 86,4

28 3 13,6 13,6 100,0


Total 22 100,0 100,0

B. Hasil Skor Posttest Pengetahuan Kelompok Intervensi dan Kontrol

Statistics
Hasil Posttest Responden Kelompok
Intervensi

N Valid 22
Missing 0
Mean 28,95
Std. Error of Mean ,810
Median 30,00
Std. Deviation 3,798
Minimum 18
Maximum 33
Hasil Posttest Responden Kelompok Intervensi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 18 1 4,5 4,5 4,5


21 1 4,5 4,5 9,1
25 1 4,5 4,5 13,6
27 2 9,1 9,1 22,7
28 3 13,6 13,6 36,4
29 2 9,1 9,1 45,5
30 5 22,7 22,7 68,2
31 1 4,5 4,5 72,7

xxii
32 2 9,1 9,1 81,8
33 4 18,2 18,2 100,0
Total 22 100,0 100,0

Statistics
Hasil Posttest Responden Kelompok Kontrol

N Valid 22
Missing 0
Mean 24,86
Std. Error of Mean ,528
Median 25,00
Std. Deviation 2,475
Minimum 20
Maximum 28

Hasil Posttest Responden Kelompok Kontrol


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 20 1 4,5 4,5 4,5


21 2 9,1 9,1 13,6

22 2 9,1 9,1 22,7

23 2 9,1 9,1 31,8

25 5 22,7 22,7 54,5

26 3 13,6 13,6 68,2

27 4 18,2 18,2 86,4

28 3 13,6 13,6 100,0


Total 22 100,0 100,0

C. Hasil Skor Keterampilan Sebelum Perlakuan Kelompok Intervensi dan Kontrol

Statistics
Hasil Keterampilan Sebelum
Intervensi (Kelompok Intervensi)

N Valid 22
Missing 0
Mean 26,68
Std. Error of Mean ,825
Median 27,00
Std. Deviation 3,872
Minimum 20

xxiii
Maximum 32

Hasil Keterampilan Sebelum Intervensi (Kelompok Intervensi)


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 20 1 4,5 4,5 4,5


22 5 22,7 22,7 27,3

23 1 4,5 4,5 31,8

25 1 4,5 4,5 36,4

26 2 9,1 9,1 45,5

27 2 9,1 9,1 54,5

28 1 4,5 4,5 59,1


29 1 4,5 4,5 63,6

30 3 13,6 13,6 77,3

31 4 18,2 18,2 95,5

32 1 4,5 4,5 100,0


Total 22 100,0 100,0

Statistics
Hasil Keterampilan Sebelum
Intervensi (Kelompok
N Valid 22
Missing 0
Mean 28,32
Std. Error of Mean 1,827
Median 28,50
Std. Deviation 8,571
Minimum 16
Maximum 48

Hasil Keterampilan Sebelum Intervensi (Kelompok Kontrol)


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 16 2 9,1 9,1 9,1


19 1 4,5 4,5 13,6
20 2 9,1 9,1 22,7
22 2 9,1 9,1 31,8
23 1 4,5 4,5 36,4
26 1 4,5 4,5 40,9
27 2 9,1 9,1 50,0
30 2 9,1 9,1 59,1

xxiv
31 4 18,2 18,2 77,3
32 1 4,5 4,5 81,8
36 1 4,5 4,5 86,4
42 1 4,5 4,5 90,9
43 1 4,5 4,5 95,5
48 1 4,5 4,5 100,0
Total 22 100,0 100,0

D. Hasil Skor Keterampilan Setelah Perlakuan Kelompok Intervensi dan Kontrol

Statistics
Hasil Keterampilan Sesudah
Intervensi (Kelompok Intervensi)

N Valid 22
Missing 0
Mean 46,82
Std. Error of Mean ,602
Median 47,00
Std. Deviation 2,822
Minimum 39
Maximum 50
Hasil Keterampilan Sesudah Intervensi (Kelompok Intervensi)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 39 1 4,5 4,5 4,5


40 1 4,5 4,5 9,1

45 2 9,1 9,1 18,2

46 4 18,2 18,2 36,4

47 4 18,2 18,2 54,5

48 4 18,2 18,2 72,7

49 3 13,6 13,6 86,4

50 3 13,6 13,6 100,0


Total 22 100,0 100,0

xxv
Statistics
Hasil Keterampilan Sesudah
Intervensi (Kelompok Kontrol)

N Valid 22
Missing 0
Mean 29,27
Std. Error of Mean 1,861
Median 30,00
Std. Deviation 8,730
Minimum 16
Maximum 48

Hasil Keterampilan Sesudah Intervensi (Kelompok Cumulative


Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 16 2 9,1 9,1 9,1


19 1 4,5 4,5 13,6

20 1 4,5 4,5 18,2

22 2 9,1 9,1 27,3

23 1 4,5 4,5 31,8

26 1 4,5 4,5 36,4

27 2 9,1 9,1 45,5

30 3 13,6 13,6 59,1

31 2 9,1 9,1 68,2

32 1 4,5 4,5 72,7

33 1 4,5 4,5 77,3

36 1 4,5 4,5 81,8


40 1 4,5 4,5 86,4

42 1 4,5 4,5 90,9

43 1 4,5 4,5 95,5

48 1 4,5 4,5 100,0


Total 22 100,0 100,0

E. Karakteristik Individu Responden

Statistics
Umur Responden

N Valid 44
Missing 0
Mean 40,14
Std. Error of Mean 1,269

xxvi
Median 38,00
Minimum 27
Maximum 65

Umur Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 27 1 2,3 2,3 2,3


28 1 2,3 2,3 4,5

30 2 4,5 4,5 9,1

31 2 4,5 4,5 13,6

32 1 2,3 2,3 15,9

34 2 4,5 4,5 20,5

35 5 11,4 11,4 31,8


36 4 9,1 9,1 40,9

37 1 2,3 2,3 43,2

38 4 9,1 9,1 52,3

39 1 2,3 2,3 54,5

40 3 6,8 6,8 61,4

41 2 4,5 4,5 65,9

42 1 2,3 2,3 68,2

43 4 9,1 9,1 77,3

45 2 4,5 4,5 81,8

47 1 2,3 2,3 84,1

48 1 2,3 2,3 86,4

50 1 2,3 2,3 88,6

56 3 6,8 6,8 95,5

58 1 2,3 2,3 97,7

65 1 2,3 2,3 100,0


Total 44 100,0 100,0

Statistics
Umur Responden Kelompok
Intervensi

N Valid 22
Missing 0
Mean ,09
Std. Error of Mean ,063
Median ,00

xxvi
Minimum 0
Maximum 1

Umur Responden Kelompok Intervensi


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid < 50 Tahun 20 90,9 90,9 90,9


> 50 Tahun 2 9,1 9,1 100,0
Total 22 100,0 100,0

Statistics
Umur Responden Kelompok Kontrol

N Valid 22
Missing 0
Mean ,14
Std. Error of Mean ,075
Median ,00
Minimum 0
Maximum 1

Umur Responden Kelompok Kontrol


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid < 50 Tahun 19 86,4 86,4 86,4


> 50 Tahun 3 13,6 13,6 100,0
Total 22 100,0 100,0

Statistics
Status Pendidikan

N Valid 44
Missing 0
Mean ,50
Std. Error of Mean ,076
Median ,50
Minimum 0
Maximum 1

Pendidikan Kategorik Baru


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <SMP 22 50,0 50,0 50,0


>SMP 22 50,0 50,0 100,0
Total 44 100,0 100,0

xxvi
Statistics
Pendidikan Kelompok Intervensi

N Valid 22
Missing 0
Mean ,41
Std. Error of Mean ,107
Median ,00
Minimum 0
Maximum 1

Pendidikan Kelompok Intervensi


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <SMP 13 59,1 59,1 59,1


>SMP 9 40,9 40,9 100,0
Total 22 100,0 100,0

Statistics
Pendidikan Kelompok Kontrol

N Valid 22
Missing 0
Mean ,59
Std. Error of Mean ,107
Median 1,00
Minimum 0
Maximum 1

Pendidikan Kelompok Kontrol


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <SMP 9 40,9 40,9 40,9


>SMP 13 59,1 59,1 100,0
Total 22 100,0 100,0

Statistics
Lama Menjadi Kader

N Valid 44
Missing 0
Mean 7,02
Std. Error of Mean ,814
Median 5,00
Minimum 1

xxix
Maximum 22

Lama Menjadi Kader


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 2 4,5 4,5 4,5


2 3 6,8 6,8 11,4

3 8 18,2 18,2 29,5

4 2 4,5 4,5 34,1

5 9 20,5 20,5 54,5

6 6 13,6 13,6 68,2

7 1 2,3 2,3 70,5


9 2 4,5 4,5 75,0

10 4 9,1 9,1 84,1

12 1 2,3 2,3 86,4

13 1 2,3 2,3 88,6

18 3 6,8 6,8 95,5

22 2 4,5 4,5 100,0


Total 44 100,0 100,0

Lama Jadi KaderStatisti


Kelompok
Intervensi

N Valid 22
Missing 0
Mean ,55
Std. Error of Mean ,109
Median 1,00
Minimum 0
Maximum 1
Lama Jadi Kader Kelompok Intervensi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid < 5 Tahun 10 45,5 45,5 45,5


> 5 Tahun 12 54,5 54,5 100,0
Total 22 100,0 100,0

xxx
Statistics
Lama Jadi Kader Kelompok Kontrol

N Valid 22
Missing 0
Mean ,77
Std. Error of Mean ,091
Median 1,00
Minimum 0
Maximum 1

Lama Jadi Kader Kelompok Kontrol


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid < 5 Tahun 5 22,7 22,7 22,7


> 5 Tahun 17 77,3 77,3 100,0
Total 22 100,0 100,0

2. ANALISIS BIVARIAT

A. Hasil Pengetahuan Kelompok Intervensi

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Hasil Pretest Responden 24,23 22 3,477 ,741


Hasil Posttest Responden 28,95 22 3,798 ,810

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.

Pair 1 Hasil Pretest Responden &


22 ,682 ,000
Hasil Posttest Responden

xxxi
Paired Samples Test

Sig. (2-
Paired Differences tailed)

95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error
Mean Deviation Mean Lower Upper t df

Pair Hasil Pretest


1 Responden - Hasil -
2,914 ,621 -6,019 -3,435 -7,608 21 ,000
Posttest 4,727
Responden

B. Hasil Pengetahuan Kelompok Kontrol

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Hasil Pretest Responden 24,32 22 2,784 ,594


Hasil Posttest Responden 24,86 22 2,475 ,528

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.

Pair 1 Hasil Pretest Responden &


22 ,857 ,000
Hasil Posttest Responden

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair Hasil Pretest


1 Responden - Hasil -
-,545 1,438 ,307 -1,183 ,092 21 ,090
Posttest
Responden 1,779

xxxi
C. Hasil Keterampilan Kelompok Intervensi

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Hasil Keterampilan Sebelum


26,68 22 3,872 ,825
Intervensi
Hasil Keterampilan Sesudah
46,82 22 2,822 ,602
Intervensi

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.

Pair 1 Hasil Keterampilan Sebelum


Intervensi & Hasil Keterampilan 22 ,225 ,313
Sesudah Intervensi

Paired Samples Test

Sig. (2-
Paired Differences tailed)

95% Confidence
Interval of the
Difference

Std. Std. Error


Mean Deviation Mean Lower Upper t df

Pair Hasil
1 Keterampilan
Sebelum - -
Intervensi - Hasil 20,1 4,246 ,905 -22,019 -18,254 22,2 21 ,000
Keterampilan 3 4
Sesudah 6 4
Intervensi

D. Hasil Keterampilan Kelompok Kontrol

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Hasil Keterampilan Sebelum
28,32 22 8,571 1,827
Intervensi

xxxi
Hasil Keterampilan Sesudah
29,27 22 8,730 1,861
Intervensi

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.

Pair 1 Hasil Keterampilan Sebelum


Intervensi & Hasil
22 ,948 ,000
Keterampilan Sesudah
Intervensi

Paired Samples Test

Sig. (2-
Paired Differences tailed)

95% Confidence
Interval of the
Difference

Std. Std. Error


Mean Deviation Mean Lower Upper t df

Pair Hasil
1 Keterampilan
Sebelum
Intervensi - Hasil -,955 2,803 ,598 -2,197 ,288 -1,597 21 ,125
Keterampilan
Sesudah
Intervensi

3. ANALISIS MULTIVARIAT

A. Pengaruh Variabel Perancu Terhadap Pengetahuan

Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N

Delta_Pengetahuan -2,64 3,104 44


Kelompok Studi ,50 ,506 44
Umur Responden 40,14 8,418 44
Pendidikan Terakhir Responden 2,52 ,698 44
Lama Menjadi Kader 7,02 5,398 44

xxxi
Correlations

Pendidikan Lama
Delta_Penget Kelompok Umur Terakhir Menjadi
ahuan Studi Responden Responden Kader

Pearson Delta_Pengetahuan 1,000 ,682 ,174 -,036 ,370


Correlation Kelompok Studi ,682 1,000 ,005 ,230 ,260

Umur Responden ,174 ,005 1,000 -,095 ,348

Pendidikan Terakhir
-,036 ,230 -,095 1,000 -,139
Responden

Lama Menjadi Kader ,370 ,260 ,348 -,139 1,000

Sig. (1-tailed) Delta_Pengetahuan . ,000 ,129 ,408 ,007


Kelompok Studi ,000 . ,486 ,066 ,044
Umur Responden ,129 ,486 . ,269 ,010
Pendidikan Terakhir
,408 ,066 ,269 . ,184
Responden
Lama Menjadi Kader ,007 ,044 ,010 ,184 .

N Delta_Pengetahuan 44 44 44 44 44
Kelompok Studi 44 44 44 44 44

Umur Responden 44 44 44 44 44

Pendidikan Terakhir
44 44 44 44 44
Responden

Lama Menjadi Kader 44 44 44 44 44

Variables Entered/Removeda
Variables
Model Variables Entered Removed Method

1 Lama Menjadi
Kader, Pendidikan
Terakhir Responden,
. Enter
Umur Responden,
Kelompok Studib

2 Backward (criterion:
Probability of F-to-
. Umur Responden
remove >= ,050).

xxx
3 Backward
Pendidikan
(criterion:
. Terakhir
Probability of F-to-
Responden
remove >= ,050).
4 Backward
Lama Menjadi (criterion:
.
Kader Probability of F-to-
remove >= ,050).

a. Dependent Variable: Delta_Pengetahuan


b. All requested variables entered.

Model Summarye

Change Statistics

Adjusted R Std. Error of R Square Sig. F


Model R R Square Square the Estimate Change F Change df1 df2 Change

1 ,735a ,540 ,493 2,210 ,540 11,459 4 39 ,000


2 ,728b ,530 ,495 2,206 -,010 ,878 1 39 ,354
3 ,710c ,504 ,480 2,237 -,026 2,172 1 40 ,148
4 ,682d ,464 ,452 2,298 -,040 3,307 1 41 ,076

a. Predictors: (Constant), Lama Menjadi Kader, Pendidikan Terakhir Responden, Umur Responden, Kelompok Studi
b. Predictors: (Constant), Lama Menjadi Kader, Pendidikan Terakhir Responden, Kelompok Studi

c. Predictors: (Constant), Lama Menjadi Kader, Kelompok Studi


d. Predictors: (Constant), Kelompok Studi
e. Dependent Variable: Delta_Pengetahuan

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 223,781 4 55,945 11,459 ,000b
Residual 190,401 39 4,882
Total 414,182 43
2 Regression 219,494 3 73,165 15,032 ,000c
Residual 194,688 40 4,867
Total 414,182 43
3 Regression 208,921 2 104,461 20,866 ,000d
Residual 205,260 41 5,006
Total 414,182 43
4 Regression 192,364 1 192,364 36,423 ,000e

Residual 221,818 42 5,281


Total 414,182 43

a. Dependent Variable: Delta_Pengetahuan

xxx
b. Predictors: (Constant), Lama Menjadi Kader, Pendidikan Terakhir Responden, Umur Responden,
Kelompok Studi
c. Predictors: (Constant), Lama Menjadi Kader, Pendidikan Terakhir Responden, Kelompok Studi
d. Predictors: (Constant), Lama Menjadi Kader, Kelompok Studi
e. Predictors: (Constant), Kelompok Studi

Standa Coefficient
rdized
Unstandardized Coeffic 95,0% Confidence Collinearity
Coefficients i Interval for B Correlations Statistics
ents

Model Std. t Sig. Lower Upper Zero- Tolera


B Error Beta Bound Bound order Partial Part nce VIF

1 (Constant) -5,029 2,142 -2,348 ,024 -9,361 -,697


Kelompok
4,203 ,721 ,685 5,830 ,000 2,745 5,661 ,682 ,682 ,633 ,854 1,171
Studi
Umur
,040 ,043 ,109 ,937 ,354 -,047 ,127 ,174 ,148 ,102 ,870 1,149
Responden
Pendidikan
Terakhir -,734 ,507 -,165 -1,447 ,156 -1,761 ,292 -,036 -,226 -,157 ,904 1,106
Responden
Lama Menjadi
,075 ,071 ,131 1,070 ,291 -,067 ,218 ,370 ,169 ,116 ,783 1,277
Kader
2 (Constant) -3,518 1,408 -2,499 ,017 -6,363 -,673
Kelompok
4,146 ,717 ,676 5,781 ,000 2,697 5,596 ,682 ,675 ,627 ,860 1,163
Studi
Pendidikan
Terakhir -,746 ,506 -,168 -1,474 ,148 -1,770 ,277 -,036 -,227 -,160 ,905 1,106
Responden
Lama Menjadi
,098 ,066 ,171 1,491 ,144 -,035 ,232 ,370 ,229 ,162 ,891 1,123
Kader
3 (Constant) -5,398 ,603 -8,951 ,000 -6,616 -4,180
Kelompok
3,852 ,699 ,628 5,513 ,000 2,441 5,263 ,682 ,652 ,606 ,933 1,072
Studi
Lama Menjadi
,119 ,065 ,207 1,819 ,076 -,013 ,251 ,370 ,273 ,200 ,933 1,072
Kader

4 (Constant) -4,727 ,490 -9,648 ,000 -5,716 -3,738


Kelompok
4,182 ,693 ,682 6,035 ,000 2,783 5,580 ,682 ,682 ,682 1,000 1,000
Studi

a. Dependent Variable: Delta_Pengetahuan

xxx
Collinearity Diagnosticsa

Variance Proportions

Pendidikan
Condition Kelompok Umur Terakhir Lama Menjadi
Model Dimension Eigenvalue Index (Constant) Studi Responden Responden Kader

1 1 4,236 1,000 ,00 ,02 ,00 ,00 ,01


2 ,404 3,237 ,00 ,84 ,01 ,01 ,00

3 ,295 3,791 ,00 ,06 ,00 ,03 ,76


4 ,049 9,265 ,02 ,09 ,27 ,68 ,22

5 ,015 16,538 ,97 ,00 ,72 ,28 ,01


2 1 3,314 1,000 ,00 ,03 ,01 ,02
2 ,363 3,022 ,02 ,91 ,01 ,02
3 ,292 3,366 ,01 ,02 ,04 ,82
4 ,031 10,409 ,96 ,04 ,94 ,14
3 1 2,453 1,000 ,04 ,06 ,05
2 ,346 2,663 ,08 ,91 ,23
3 ,201 3,493 ,88 ,03 ,72
4 1 1,707 1,000 ,15 ,15
2 ,293 2,414 ,85 ,85

a. Dependent Variable: Delta_Pengetahuan

Excluded Variablesa
Collinearity Statistics

Partial Minimum
Model Beta In t Sig. Correlation Tolerance VIF Tolerance

2 Umur Responden ,109 b


,937 ,354 ,148 ,870 1,149 ,783
3 Umur Responden ,113c ,961 ,342 ,150 ,871 1,148 ,812
Pendidikan Terakhir
-,168c -1,474 ,148 -,227 ,905 1,106 ,860
Responden
4 Umur Responden ,171d 1,535 ,133 ,233 1,000 1,000 1,000

Pendidikan Terakhir
-,204d -1,804 ,079 -,271 ,947 1,056 ,947
Responden

Lama Menjadi Kader ,207d 1,819 ,076 ,273 ,933 1,072 ,933

a. Dependent Variable: Delta_Pengetahuan


b. Predictors in the Model: (Constant), Lama Menjadi Kader, Pendidikan Terakhir Responden, Kelompok Studi

xxx
c. Predictors in the Model: (Constant), Lama Menjadi Kader, Kelompok Studi
d. Predictors in the Model: (Constant), Kelompok Studi

Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value -4,73 -,55 -2,64 2,115 44


Residual -5,273 4,727 ,000 2,271 44
Std. Predicted Value -,989 ,989 ,000 1,000 44
Std. Residual -2,294 2,057 ,000 ,988 44

a. Dependent Variable: Delta_Pengetahuan

B. Pengaruh Variabel Perancu Terhadap Pengetahuan

Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N

Delta_Keterampilan -10,55 10,333 44


Kelompok Studi ,50 ,506 44
Umur Responden 40,14 8,418 44
Pendidikan Terakhir Responden 2,52 ,698 44
Lama Menjadi Kader 7,02 5,398 44

Correlations

Pendidikan
Delta_Ketera Kelompok Umur Terakhir Lama Menjadi
mpilan Studi Responden Responden Kader

Pearson Correlation Delta_Keterampilan 1,000 ,939 -,074 ,289 ,193


Kelompok Studi ,939 1,000 ,005 ,230 ,260
Umur Responden -,074 ,005 1,000 -,095 ,348
Pendidikan Terakhir
,289 ,230 -,095 1,000 -,139
Responden
Lama Menjadi Kader ,193 ,260 ,348 -,139 1,000
Sig. (1-tailed) Delta_Keterampilan . ,000 ,317 ,029 ,105
Kelompok Studi ,000 . ,486 ,066 ,044
Umur Responden ,317 ,486 . ,269 ,010
Pendidikan Terakhir
,029 ,066 ,269 . ,184
Responden
Lama Menjadi Kader ,105 ,044 ,010 ,184 .
N Delta_Keterampilan 44 44 44 44 44

xxxi
Kelompok Studi 44 44 44 44 44

Umur Responden 44 44 44 44 44

Pendidikan Terakhir
44 44 44 44 44
Responden
Lama Menjadi Kader 44 44 44 44 44

Variables Variables
Model Variables Entered Removed Method

1 Lama Menjadi
Kader, Pendidikan
Terakhir
. Enter
Responden, Umur
Responden,
Kelompok Studib
2 Backward
Lama Menjadi (criterion:
.
Kader Probability of F-to-
remove >= ,050).

3 Backward
Pendidikan
(criterion:
. Terakhir
Probability of F-to-
Responden
remove >= ,050).
4 Backward
(criterion:
. Umur Responden
Probability of F-to-
remove >= ,050).
a. Dependent Variable: Delta_Keterampilan
b. All requested variables entered.

Model Summarye

Change Statistics

Adjusted R Std. Error of R Square Sig. F


Model R R Square Square the Estimate Change F Change df1 df2 Change
1 ,945a ,893 ,881 3,557 ,893 80,948 4 39 ,000
2 ,945b ,892 ,884 3,516 ,000 ,069 1 39 ,794
3 ,942 c
,888 ,882 3,543 -,004 1,651 1 40 ,206
4 ,939 d
,882 ,879 3,597 -,006 2,289 1 41 ,138

a. Predictors: (Constant), Lama Menjadi Kader, Pendidikan Terakhir Responden, Umur Responden, Kelompok Studi
b. Predictors: (Constant), Pendidikan Terakhir Responden, Umur Responden, Kelompok Studi

x
c. Predictors: (Constant), Umur Responden, Kelompok Studi
d. Predictors: (Constant), Kelompok Studi
e. Dependent Variable: Delta_Keterampilan

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 4097,387 4 1024,347 80,948 ,000b


Residual 493,522 39 12,654
Total 4590,909 43
2 Regression 4096,508 3 1365,503 110,477 ,000c
Residual 494,401 40 12,360
Total 4590,909 43
3 Regression 4076,100 2 2038,050 162,313 ,000d
Residual 514,809 41 12,556
Total 4590,909 43
4 Regression 4047,364 1 4047,364 312,742 ,000e

Residual 543,545 42 12,942


Total 4590,909 43

a. Dependent Variable: Delta_Keterampilan


b. Predictors: (Constant), Lama Menjadi Kader, Pendidikan Terakhir Responden, Umur Responden, Kelompok Studi
c. Predictors: (Constant), Pendidikan Terakhir Responden, Umur Responden, Kelompok Studi
d. Predictors: (Constant), Umur Responden, Kelompok Studi
e. Predictors: (Constant), Kelompok Studi

Coefficientsa

Standard
ized
Unstandardized Coefficie 95,0% Confidence Collinearity
Coefficients nts Interval for B Correlations Statistics

Std. Lower Upper Zero- Parti Tolera


Model B Error Beta t Sig. Bound Bound order al Part nce VIF

1 (Constant) -
-18,967 3,448 ,000 -25,943 -11,992

5,500

Kelompok Studi 16,33


18,961 1,161 ,928 ,000 16,614 21,309 ,939 ,934 ,858 ,854 1,171
8
Umur -
-,083 ,069 -,067 ,239 -,222 ,057 -,074 -,188 -,063 ,870 1,149
Responden
1,196

x
Pendidikan
Terakhir ,978 ,817 ,066 1,197 ,239 -,674 2,630 ,289 ,188 ,063 ,904 1,106
Responden

Lama Menjadi
-,030 ,114 -,016 -,264 ,794 -,260 ,200 ,193 -,042 -,014 ,783 1,277
Kader
2 (Constant) -
-18,979 3,408 ,000 -25,866 -12,091
5,569

Kelompok Studi 17,31


18,866 1,090 ,923 ,000 16,663 21,068 ,939 ,939 ,898 ,946 1,057
2
Umur -
-,089 ,064 -,072 ,172 -,218 ,040 -,074 -,215 -,072 ,990 1,010
Responden 1,389
Pendidikan
Terakhir 1,019 ,793 ,069 1,285 ,206 -,584 2,621 ,289 ,199 ,067 ,938 1,067
Responden

3 (Constant) -
-16,243 2,682 ,000 -21,660 -10,826
6,056
Kelompok Studi 17,96
19,191 1,068 ,939 ,000 17,033 21,348 ,939 ,942 ,939 1,000 1,000
2

Umur -
-,097 ,064 -,079 ,138 -,227 ,033 -,074 -,230 -,079 1,000 1,000
Responden 1,513
4 (Constant) -
-20,136 ,767 26,25 ,000 -21,684 -18,589
4
Kelompok Studi 17,68
19,182 1,085 ,939 ,000 16,993 21,371 ,939 ,939 ,939 1,000 1,000
5

a. Dependent Variable: Delta_Keterampilan

Collinearity Diagnosticsa

Variance Proportions

Pendidikan
Condition Kelompok Umur Terakhir Lama Menjadi
Model Dimension Eigenvalue Index (Constant) Studi Responden Responden Kader

1 1 4,236 1,000 ,00 ,02 ,00 ,00 ,01

2 ,404 3,237 ,00 ,84 ,01 ,01 ,00

3 ,295 3,791 ,00 ,06 ,00 ,03 ,76

4 ,049 9,265 ,02 ,09 ,27 ,68 ,22

5 ,015 16,538 ,97 ,00 ,72 ,28 ,01


2 1 3,520 1,000 ,00 ,03 ,00 ,00
2 ,404 2,951 ,00 ,94 ,01 ,01
3 ,061 7,622 ,01 ,03 ,25 ,66

x
4 ,016 15,009 ,99 ,00 ,74 ,33
3 1 2,594 1,000 ,01 ,05 ,01
2 ,385 2,595 ,01 ,94 ,02
3 ,021 11,216 ,98 ,01 ,98
4 1 1,707 1,000 ,15 ,15
2 ,293 2,414 ,85 ,85

a. Dependent Variable: Delta_Keterampilan

Excluded Variablesa
Collinearity Statistics

Partial Minimum
Model Beta In t Sig. Correlation Tolerance VIF Tolerance

2 Lama Menjadi Kader -,016b -,264 ,794 -,042 ,783 1,277 ,783
3 Lama Menjadi Kader -,029 c
-,497 ,622 -,078 ,812 1,231 ,812
Pendidikan Terakhir
,069c 1,285 ,206 ,199 ,938 1,067 ,938
Responden
4 Lama Menjadi Kader -,055d -,996 ,325 -,154 ,933 1,072 ,933

Pendidikan Terakhir
,076d 1,414 ,165 ,216 ,947 1,056 ,947
Responden

Umur Responden -,079d -1,513 ,138 -,230 1,000 1,000 1,000

a. Dependent Variable: Delta_Keterampilan


b. Predictors in the Model: (Constant), Pendidikan Terakhir Responden, Umur Responden, Kelompok Studi
c. Predictors in the Model: (Constant), Umur Responden, Kelompok Studi
d. Predictors in the Model: (Constant), Kelompok Studi

Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value -20,14 -,95 -10,55 9,702 44


Residual -9,045 6,136 ,000 3,555 44
Std. Predicted Value -,989 ,989 ,000 1,000 44
Std. Residual -2,514 1,706 ,000 ,988 44

a. Dependent Variable: Delta_Keterampilan

x
LAMPIRAN VII
DOKUMENTASI KEGIATAN

x
x
x

Anda mungkin juga menyukai