Anda di halaman 1dari 164

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN KEPUASAN

PASIEN DI RUANG PERAWATAN TERATAI RUMAH SAKIT

UMUM PUSAT FATMAWATI TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH :

UMI KALSUM
NIM : 1112101000019

PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1437 H/ 2016 M
i
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

Skripsi, Juni 2016

Umi Kalsum, NIM : 1112101000019

Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Kepuasan Pasien di Ruang


Perawatan Teratai Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2016.

xvi + 117 halaman, 18 tabel, 3 bagan, 4 lampiran

ABSTRAK

Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara perilaku caring


perawat dengan kepuasan pasien. Hasil perhitungan Indeks Kepuasan Masyarakat
RSUP Fatmawati tahun 2015 menunjukkan kepuasan masyarakat berada dibawah
target rumah sakit dengan unsur paling rendah adalah sikap petugas. Dari semua
instalasi yang ada, Anggrek adalah instalasi yang menduduki kepuasan pasien
terendah selama tahun 2015. Rendahnya kepuasan masyarakat ini
mengindikasikan kemungkinan adanya perilaku caring perawat yang buruk.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara perilaku caring
perawat dengan kepuasan pasien di ruang perawatan teratai RSUP Fatmawati
tahun 2016. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Tempat penelitian
di ruang IRNA Teratai pada bulan Mei hingga Juni 2016. Sampel penelitan
berupa pasien dewasa yang telah dirawat minimal 3 hari berjumlah 81 pasien.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi perilaku caring perawat yang
meliputi 5 dimensi (assurance of human presence, respectful deference,
professional knowledge and skill, positive connectedness dan attentive to other’s
experience) secara berhubungan signifikan berhubungan dengan kepuasan
pasien.

Diharapkan manajemen keperawatan RSUP Fatmawati berupaya meningkatkan


perilaku caring perawat melalui pendekatan psikologis, individu maupun
organisasi.

Kata kunci: Perilaku caring perawat, Kepuasan Pasien

Daftar Bacaan: 39 (1994-2015).

ii
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH
SPECIALIZATION OF HEALTH CARE MANAGEMENT
Undergraduate Thesis, June 2016

Umi Kalsum, NIM : 1112101000019

The Relationship Between Nurse Caring Behavior and Patient Satisfaction in


Teratai Hospitalised Rooms in 2016.

xvi + 117 pages, 18 tables, 3 charts, 4 attachment

ABSTRACT

Some studies indicate a correlation between nurse caring behaviors and patient's
satisfaction. The result of Public Satisfaction Index in Fatmawati Hospital 2015
showed public satisfaction below target hospitals with the lowest element is the
attitude of the officers. From all the installations, Anggrek has the least patient
satisfaction during 2015. This low level of community satisfaction may indicate
poor nurse caring behaviors.

This research aims to identify the relationship between nurse caring behavior and
patient's satisfaction in Teratai hospitalised rooms 2016. The research uses cross
sectional design. The place of this research is tearatai hospitalised rooms during
May-June 2016. Samples are 81 adult patients that has been treated more than 3
days. The result indicates that 5 dimention of nurse caring behavior (assurance of
human presence, respectful deference, professional knowledge and skill, positive
connectedness dan attentive to other’s experience) have significant correlation to
patient's satisfaction.

Nursing managment is expected to increase nurse caring behavior by


psychological, individual and organizational approachment.

Key Word: Nurse Caring Behavior, Patient Satisfaction

Reference: 39 (1994-2015)

iii
iv
v
RIWAYAT HIDUP

Nama : Umi Kalsum


JenisKelamin : Perempuan
Tempat / TanggalLahir : Surau Munai, 06 Agustus 1994
Alamat : Jl. Masjid Fathullah UIN Jakarta, Gg. Saimin RT 008 RW 03 Ciputat

Agama : Islam
No. Telp E-mail : 085310942124/ 085263301757
:

Riwayat Pendidikan
2000-2006 SD Negeri Rambah Hilir Timur

2006-2009 MTs Pondok Pesantren Darel Hikmah


Pekanbaru, Riau

2009-2012 MA PondokPesantren Darel Hikmah


Pekanbaru, Riau

2012-Sekarang Mahasiswi Kesehatan Masyarakat Universitas


Islam Negeri (UIN) Jantung Diagram Jakarta

2012 –Sekarang Mahasiswa KAHFI Motivator School

Pengalaman Organisasi
1.2. Koordinator
Sekrearis Organisasi
Pramuka Santri
PondokDarel Hikmah
Pesantren (OSDH)
Darel 2011
Hikmah Pekanbaru (2010)
3. Sekretaris Remaja Masjid Darel Hikmh 2012
4. Dewan kerja kwartir cabang Pramuka kota Pekanbaru 2012
5. Sekretaris kesehatan masyarakat UIN Jakarta angkatan 2012 hingga sekarang
6. Divisi keagamaan Serumpun mahasiswa Riau 2013
7. Divisi Olahraga dan Seni Serumpun mahasiswa Riau 2014 hingga sekarang

vi
8. Divisi pengembangan organisasi dan otonomi daerah Himpunan mahasiswa
Rokan Hulu 2013
9. Bendahara Himpunan mahasiswa Rokan Hulu 2014 hingga sekarang
10. Tergabung dalam Penulis di Berita UIN Jakarta 2013
11. Menjadi penyiar radio, Tanggaradio.com 2013 hingga sekarang
12. Divisi Litbang HACAMSA UIN Jakarta
13. Anggota Racana Pramuka UIN Jakarta

Pengalaman Kerja
1. PBL I dan PBL II di Puskesmas Serpong 1
2. Magang di Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere divisi Diklat

Pengalaman Pembicara
1. Kegiatan penyuluhan bahaya narkoba yang tergabung dalam agenda
Kuliah Kerja Nyata (KKN) Alfa UIN Jakarta tahun 2015
2. Kegiatan Orientasi Pengenalan Akademik Fakultas Sain dan Teknologi
UIN Jakarta tahun 2015
3. Kagiatan pemilihan duta putra-putri Fakulta Sain dan Teknologi UIN
Jakarta tahun 2015

Pengalaman Pelatihan
1. Peserta Medicourse Anniversary 6th USMR Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Jakarta tahun 2014
2. Basic Training of Organization SEMARI Banten tahun 2014
3. Certified Hypnotist (CH) dari Mind Hypnotherapy Institute tahun 2015
4. Certified Hypnotherapy (CHt) dari Mind Hypnotherapy Institute tahun 2015
5. Pendidikan dan pembinaan calon pandega Racana Nyi Mas Gandasari
UIN Jakarta 2013
6. Analisis data dan statistik BEM Jurusan Kesehatan Masyarakat 2015
7. Delegasi UIN Jakarta dalam kegiatan Pelatihan SAR Nasional di Universitas
Diponegoro tingkat perguruan tinggi ke 3 tahun 2014

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji bagi Allah SWT yang Maha


Pengasih lagi Maha Penyayang, sehingga atas izin dan kuasa-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Perilaku Caring Perawat
dengan Kepuasan Pasien di Ruang Perawatan Teratai Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati tahun 2016.”
Sholawat beserta salam kepada junjungan Baginda Nabi Muhammad SAW,
semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat kepada Beliau, keluarga dan
sahabat-sahabat yang setia hingga akhir zaman.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
1. Kedua orang tua yang selalu mendoakan, memberi dukungan, semangat,
serta selalu memberikan kasih sayangnya yang tiada henti kepada penulis.

2. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M. Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran


dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Fajar Ariyanti. M.Kes, Ph.D selaku Kepala Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus pembimbing skripsi yang
selalu memberikan perhatian, arahan, motivasi serta bimbingannya selama
penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Riastuti Kusuma Wardani, MKM selaku penanggung jawab peminatan


Manajemen Pelayanan Kesehatan yang selalu memberikan arahan dan
masukan, baik mengenai perkuliahan maupun pelajaran hidup.

5. Ibu Gitalia Budhi Utami, MKM selaku pembimbing skripsi yang selalu
memberikan perhatian, arahan, motivasi serta bimbingannya selama
penyusunan skripsi ini.

vii
i
6. Drg. Marliana Poerba, MM selaku Direktur Umum, SDM dan pendidikan
RSUP Fatmawati yang telah mengizinkan saya untuk melakukan
penelitian.

7. Ibu Catur Rosidati, MKM selaku penguji I yang telah memberikan saran
dan masukannya untuk penelitian ini.

8. dr. Yuli Prapancha Satar, MARS selaku penguji II yang telah memberikan
saran dan masukannya untuk penelitian ini.

9. ibu Susanti Tungka, MARS selaku penguji III yang telah memberikan
saran dan masukannya untuk penelitian ini.

10. Teman-teman peminatan manajemen pelayanan kesehatan angkatan 2012


yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam menyusun skripsi
ini.

11. Sahabat terbaik yang selalu menyemangati dalam suka maupun duka,
Ayuhap, Aida, RidhaAw dan Dede Ilka.

12. Teman-teman Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan dalam skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu saran yang membangun sangat penulis harapkan.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar. Akhirul kalam penulis
berharap semua pihak yang terkait akan mendapat balasan dari Allah SWT.

Jakarta, Juni 2016

Umi Kalsum

ix
Daftar Isi

LEMBAR PERNYATAAN.....................................................................................i

ABSTRAK...............................................................................................................ii

ABSTRACT............................................................................................................iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN.........................................................................iv

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................v

RIWAYAT HIDUP.................................................................................................vi

KATA PENGANTAR.........................................................................................viii

DAFTAR ISI...........................................................................................................xi

DAFTAR TABEL..................................................................................................xv

DAFTAR BAGAN...............................................................................................xvi

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................8

1.3 Pertanyaan Penelitian....................................................................................8

1.4 Tujuan Penelitian..........................................................................................9

1.4.1 Tujuan Umum.....................................................................................9

1.4.2 Tujuan Khusus.....................................................................................9

1.5 Manfaat Penelitian.....................................................................................10

1.6 Ruang Lingkup Penelitian..........................................................................11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................12

2.1 Rumah Sakit................................................................................................12

2.2 Keperawatan................................................................................................14

2.2.1 Pelayanan Keperawatan...................................................................14

x
2.2.2 Ruang Lingkup.................................................................................21

2.2.3 Kode Etik Keperawatan...................................................................22

2.2.4 Peran dan Fungsi Perawat................................................................29

2.3 Konsep Caring............................................................................................31

2.3.1 Pengertian Caring............................................................................31

2.3.2 Perilaku Caring................................................................................33

2.4 Kepuasan Pasien.........................................................................................39

2.4.1 Pengertian......................................................................................... 39

2.4.2 Harapan dan Hak Pasien..................................................................41

2.4.3 Faktor Penentu Kepuasan.................................................................43

2.4.4 Pengukuran Kepuasan.....................................................................45

2.5 Kerangka Teori...........................................................................................49

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEVINISI OPERASIONAL..................53

3.1 Kerangka Konsep........................................................................................53

3.2 Definisi Operasional...................................................................................55

3.2 Hipotesis Penelitian.....................................................................................58

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN..............................................................59

4.1 Desain Penelitian.........................................................................................59

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................................59

4.3 Populasi dan Sampel...................................................................................59

4.4 Pengumpulan Data......................................................................................61

4.5 Instrumen Penelitian...................................................................................65

4.6 Manajemen Data.........................................................................................69

4.6.1 Editing..............................................................................................69

4.6.2 Coding..............................................................................................69

4.6.3 Scoring.............................................................................................71

xi
4.6.4 Entry data.........................................................................................74

4.6.5 Cleaning............................................................................................74

4.7 Analisis Data...............................................................................................74

BAB V HASIL......................................................................................................76

5.1 Gambaran Umum RSUP Fatmawatu.........................................................75


5.1.1 Sejarah RSUP Fatmawati.................................................................76
5.1.2 Visi dan Misi RSUP Fatmawati.......................................................76
5.1.3 Falsafah dan Nilai RSUP Fatmawati...............................................78
5.1.4 Tujuan RSUP Fatmawati..................................................................78
5.1.5 Kegiatan RSUP Fatmawati..............................................................78
5.1.6 Struktur Organisasi RSUP Fatmawati..............................................79
5.2 Analisis Univariat......................................................................................80
5.2.1 Gambaran Kepuasan Pasien..............................................................80
5.2.2 Gambaran Perilaku Caring perawat..................................................81
5.3 Analisis Bivariat........................................................................................83
5.3.1 Hubungan Assurance of human presence dengan kepuasan pasien di
ruang perawatan teratai RSUP Fatmawati.......................................83
5.3.2 Hubungan Respectful deference dengan kepuasan pasien di ruang
perawatan teratai RSUP Fatmawati.................................................84
5.3.3 Hubungan Professional knowledge and skill dengan kepuasan pasien
di ruang perawatan teratai RSUP Fatmawati...................................85
5.3.4 Hubungan Positive connectedness dengan kepuasan pasien di ruang
perawatan teratai RSUP Fatmawati.................................................86
5.3.5 Hubungan Attentive to other’s experience dengan kepuasan pasien di
ruang perawatan teratai RSUP Fatmawati.......................................88

BAB VI PEMBAHASAN......................................................................................89

6.1 Keterbatasan Penelitian.............................................................................89

6.2 Gambaran Kepuasan Pasien di Ruang Perawatan Teratai Rumah Sakit


Umum Pusat Fatmawati tahun 2016.........................................................90

xii
6.3 Gambaran Perilaku Caring Perawat dan Hubungannya dengan Kepuasan
Pasien di Ruang Perawatan Teratai RSUP Fatmawati tahun 2016.........100
6.4 Hubungan Assurance of human presence dengan kepuasan pasien di ruang
perawatan teratai RSUP Fatmawati.........................................................103
6.5 Hubungan Professional knowledge and skill dengan kepuasan pasien di
ruang perawatan teratai RSUP Fatmawati..............................................105
6.6 Hubungan Positive connectedness dengan kepuasan pasien di ruang
perawatan teratai RSUP Fatmawati........................................................108
6.7 Hubungan Attentive to other’s experience dengan kepuasan pasien di
ruang perawatan teratai RSUP Fatmawati..............................................110
6.8 Hubungan Respectful deference dengan kepuasan pasien di ruang
perawatan teratai RSUP Fatmawati........................................................111
BAB VII PENUTUP............................................................................................116

7.1 Kesimpulan.............................................................................................116
7.2 Saran........................................................................................................117

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................xvi

xii
i
Daftar Tabel

3.1 Definisi Operasional Penelitian 55

4.1 Blue Print Alat Ukur Perilaku Caring Perawat 62

4.2 Blue Print Alat Ukur Kepuasan Pasien 63

4.3 Hasil Uji Realibilitas Kuesioner 64

4.4 Hasil Uji Validitas Kuesioner 65

4.5 Kode Instrumen Penelitian 69

4.6 Kategori dan hasil skor penilaian Caring Perawat 72

4.7 Rentang Kelas Caring Perawat 72

5.1 Kondisi Umum RSUP Fatmawati 76

5.2 Gambaran Kepuasan Pasien di Ruang Perawatan Anggrek 80


RSUP Fatmawati tahun 2016

5.3 Hasil Pengukuran Lima Dimensi Kepuasan Pasien 80

5.4 Gambaran Perilaku Caring Perawat di Ruang Perawatan 82


Anggrek RSUP Fatmawati tahun 2016

5.5 Indikator Penilaian Perilaku Caring Perawat 82

5.6 Hubungan Assurance of human presence dengan Kepuasan 84


Pasien di ruang perawatan teratai RSUP Fatmawati tahun
2016

5.7 Hubungan Respectful deference dengan Kepuasan Pasien 85


di ruang perawatan teratai RSUP Fatmawati tahun 2016

5.8 Hubungan Professional knowledge and skill dengan 86


Kepuasan Pasien di ruang perawatan teratai RSUP
Fatmawati tahun 2016

5.9 Hubungan Positive connectedness dengan Kepuasan Pasien 87


di ruang perawatan teratai RSUP Fatmawati tahun 2016

5.10 Hubungan Attentive to other’s experience dengan 88


Kepuasan Pasien di ruang perawatan teratai RSUP
Fatmawati tahun 2016

xiv
Daftar Bagan

2.1 Kerangka Teori 52

3.1 Kerangka Konsep 54

5.1 Struktur Organisasi RSUP Fatmawati tahun 2016 79

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persaingan dalam hal pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu telah

menjadi sorotan masyarakat sebagai pengguna jasa layanan kesehatan. Hal ini

dikarenakan para konsumen sangat memperhatikan mutu pelayanan yang diberikan

oleh penyedia seperti rumah sakit (Potter & Perry, 2005). Sesuai dengan pasal 32 (d)

UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pasien mempunyai hak untuk

memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan

standar operasional prosedur (UU RS no 44 tahun 2009).

Pelayanan keperawatan mempunyai peranan besar dalam meningkatkan dan

menentukan keberhasilan mutu pelayanan kesehatan. Hasil penelitian Huber (1996)

dalam Wiyana (2008) menyatakan bahwa 90% pelayanan yang diberikan di rumah

sakit adalah pelayanan keperawatan. Dengan demikian baik buruknya pelayanan

kesehatan di suatu rumah sakit sangat ditentukan oleh kualitas pelayanan

keperawatan itu sendiri (Wiyana, 2008). Pelayanan keperawatan yang berkualitas

dapat diwujudkan melalui pemberian asuhan keperawatan dengan didasari oleh

perilaku caring perawat (Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik DepKes RI,

2008).

Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada

orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi. Dalam keperawatan, Nursalam

(2002) menyatakan bahwa caring adalah komponen penting dalam keperawatan dan

1
merupakan inti dari praktek keperawatan karena mengandung nilai-nilai humanistik,

menghormati kebebasan manusia terhadap suatu pilihan, menekankan pada

peningkatan kemampuan dan kemandirian, peningkatan pengetahuan dan

menghargai setiap manusia. Perawat yang mempunyai nilai dan jiwa caring akan

mempunyai perilaku kerja yang sesuai dengan prinsip etik dikarenakan kepedulian

perawat yang memandang klien sebagai makhluk humanistik sehingga termotivasi

untuk memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu tinggi (Nursalam, 2002).

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa ternyata di beberapa rumah

sakit, perilaku caring perawat masih rendah. Hasil penelitian Sobirin (2002),

didapatkan bahwa penerapan perilaku caring lebih dari separuh perawat pelaksana

(52,5%) di RSUD Unit Swadana Kabupaten Subang termasuk kategori rendah. Tidak

jauh berbeda dengan hasil penelitian Agustin (2002) di RS Dr. Mohammad Hoesin

Palembang menyebutkan bahwa hampir separuh perawat dinilai tidak caring

(48,5%). Begitupula penelitian yang telah dilakukan oleh Sumarwati (2006) di rumah

sakit di RS Ludira Husada Tama Yogyakarta, tentang gambaran perilaku caring

perawat pada pasien penderita kanker. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dari

67 orang responden 54 (80,59%) orang mengatakan perilaku caring perawat kurang

baik.

Hasil penelitian Malini (2009) yang mengidentifikasi perilaku caring perawat

di RS Dr. M. Djamil Padang didapati perawat masih kurang ramah dalam melayani

pertanyaan pasien, berperilaku tidak bersahabat dan jarang tersenyum. Begitu juga

dengan hasil pengamatan Suwardi (2008) terhadap komunikasi terapeutik perawat di

RSU Pandan Arang Boyolali yang dijumpai masih ada perawat yang cenderung

emosi saat menerima keluhan dari pasien, perawat yang hanya duduk-duduk di ruang

2
perawat, perawat yang cenderung tidak tahu mengenai kondisi pasien, program

pengobatan yang sudah diberikan dan yang akan diberikan, serta perawat yang

kurang memahami keluhan yang dirasakan pasien. Ini menunjukkan bahwa perilaku

caring masih kurang ditunjukkan oleh perawat yang bekerja di bebeberapa rumah

sakit.

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati merupakan salah satu rumah

sakit rujukan nasional sekaligus rumah sakit pendidikan. RSUP Fatmawati terdiri

dari tenaga medis, non medis, keperawatan dan non keperawatan. Jumlah tenaga

medis adalah sebanyak 297 orang, tenaga non medis sebanyak 762 orang,

keperawatan 995 orang dan non keperawatan sebanyak 346 orang. Adapun jenis

pelayanan yang ada terdiri dari pelayanan gawat darurat, rawat jalan, rawat inap,

kamar operasi, penunjang dan contract service (Profil RSUP Fatmawati tahun 2016).

Menurut Departemen Kesehatan RI (1999), kualitas pelayanan rawat inap di

rumah sakit salah satunya dapat dilihat melalui pemanfaatan penggunaan tempat

tidur. Pemanfaatan penggunaan tempat tidur untuk pelayanan rawat inap dinilai

melalui indikator seperti Bed Occupancy Ratio (BOR), Length Of Stay (LOS), Turn

Over Interval (TOI), Bed Turn Over (BTO). BOR yang ideal adalah sekitar 60%-

85%, LOS antara 6-7 hari dan TOI idealnya dalam waktu 1-3 hari. Di RSUP

Fatmawati, BOR rata-rata tahun 2015 adalah 87,46%, rata-rata LOS adalah 6,4 hari

dan rata-rata TOI 2,4 hari. Jika dilihat berdasarkan indikator, maka LOS dan TOI

masih berada pada standar, namun berdasarkan BOR, maka rata-rata BOR tahun

2015 melebihi ambang batas atas yang telah di tetapkan.

3
Menurut Dharmawan (2006) jika BOR berada lebih dari ambang batas atas

(lebih dari 85%), artinya adalah over loaded yang akan mengakibatkan mutu

pelayanan medis menjadi berkurang, dimana dalam kondisi yang padat pasien dapat

menimbulkan buruknya sanitasi ruangan dan menurunkan mutu pelayanan. Selain itu

waktu petugas untuk pasien pun hanya sebentar dan harus melayani pasien yang

lainnya (Dharmawan, 2006). Hasil penelitian Malini (2009) di RS Dr. M. Djamil

Padang didapati salah satu penyebab kurangnya perilaku caring perawat adalah

karena banyaknya pasien yang akan dilayani dan banyaknya tugas lain seperti

pencatatan dan pelaporan pasien. Dengan demikian, semakin banyak pasien yang

akan dilayani, maka berisiko menurunkan caring petugas dalam memberikan

pelayanan.

Jika ditinjau berdasarkan tingkat kepuasan pasien di RSUP Fatmawati, masih

banyak dari pasien dan keluarga pasien yang mengeluhkan kurang optimalnya

pelayanan yang diberikan. Hal ini tergambarkan dalam hasil survei Indeks Kepuasan

Masyarakat (IKM) tahun 2015. Indikator kepuasan pasien yang ditetapkan oleh

rumah sakit adalah lebih dari 85%. Namun berdasarkan Standar Pelayanan Minimal

Rumah Sakit berdasarkan Kepmenkes no. 129 tahun 2008, kepuasan pasien untuk

rawat inap harusnya lebih dari 90%. Namun kenyataannya di RSUP Fatmawati pada

semester 1 tahun 2015, rata-rata pencapaian IKM hanya 79,67%. Pada semester 1 ini,

hanya IFPD yang mencapai target, yaitu 86,38% sedangkan pencapaian terendah

adalah Teratai yaitu 74,3%.

Pada semester 2 tahun 2015, rata-rata pencapaian IKM menurun menjadi

78,77% . Pada semester 2 ini, hanya instalasi Griya Husada yang mampu mencapai

4
target dengan pencapaian 85,73%, sedangkan pencapaian terendah masih dipegang

oleh Teratai yaitu 72,6% (Laporan IKM RSUP Fatmawati 2015).

Hasil pengukuran IKM 2015 baik semester 1 maupun 2, capaian tertinggi

adalah mengenai unsur biaya yaitu 88% pada semester 1 dan 87,34% pada semester

2, capaian terendah adalah unsur kecepatan pelayanan dan unsur sikap kerja perugas.

Capaian terhadap kecepatan pelayanan hanya 65,4% pada semester 1 dan 63,98%

pada semester 2. Sedangkan capaian unsur sikap kerja petugas, pada semester 1

pencapaiannya hanya 68,2%, dan menurun pada semester 2 pencapaiannya adalah

66,7% (Laporan IKM RSUP Fatmawati 2015).

Penelitian mengenai perilaku caring perawat pernah dilakukan oleh Sumarwati

(2002) di RSUP Fatmawati. Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan perilaku

caring perawat berdasarkan 10 perilaku caring Watson (1979). Hasil penelitian

didapat caring perawat sangat buruk. Hanya 19% pasien yang dinilai berperilaku

caring baik, sedangkan 81% lainnya merasa perilaku caring perawat tidak baik.

Hasil studi pendahuluan peneliti di ruang perawatan Teratai RSUP Fatmawati

pada tanggal 12 April 2016 terhadap 10 orang pasien dan 10 orang keluarga pasien

dengan mengajukan 10 item pertanyaan tentang caring perawat. Hasil dari

pendahuluan ini didapat bahwa 60% pasien menilai bahwa perawat tidak berperilaku

caring. Sedangkan keluarga pasien sebanyak 70% menilai bahwa perawat tidak

berperilaku caring. Dari wawancara peneliti dengan koordinator pendidikan dan

penelitian RSUP Fatmawati, selama ini belum ada penelitian yang menghubungkan

antara perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien di RSUP Fatmawati.

5
Rendahnya kepuasan pasien terhadap sikap kerja petugas diruang perawatan

Teratai rumah sakit Fatmawati mengindikasikan bahwa perilaku caring perawat

belum sepenuhnya baik. Hal ini berlandaskan pendapat Wijono (1999) yang

menyebutkan perilaku caring perawat sangat penting dalam memenuhi kepuasan

pasien. Selain itu, beberapa penelitian terdahulu telah membuktikan adanya

hubungan antara perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien.

Berdasarkan penelitian Colahan, Costello, et al (1998) dengan pengembangan

instrumen perilaku caring Watson (1979) dan patient satisfaction instrument (PSI)

untuk menilai kepuasan pasien didapatkan adanya hubungan antara perilaku caring

perawat dengan kepuasan pasien di beberapa rumah sakit pemerintah di Kanada

dengan nilai pvalue 0,001. Begitu pula dengan hasil penelitian Rafii, et al, (2007)

dengan pengembangan instrumen perilaku caring Wolf (1994) dan patient

satisfaction instrument (PSI) didapatkan hubungan yang signifikan antara caring

perawat dengan kepuasan pasien di rumah sakit pemerintah 1 Brunai Darusalam

dengan nilai pvalue 0,008. Hasil penelitian Palese, et al (2011) dengan

pengembangan instrumen perilaku caring Watson (1979) dan patient satisfaction

instrument (PSI) didapatkan korelasi yang positif antara caring perawat dengan

kepuasan pasien di enam negara di Eropa dengan nilai pvalue 0,01.

Beberapa penelitian mengenai hubungan perilaku caring perawat dengan

kepuasan pasien di rumah sakit kebanyakan menggunakan dan mengembangkan 10

perilaku caring watson. Selain itu, instrumen kepuasan pasien belum pernah

menggunakan Servqual Instrument yang telah dikembangkan oleh Parasuraman, dkk

(1999). Padahal salah satu konsep pengukuran kepuasan dalam bidang jasa yang saat

ini banyak digunakan yaitu metode servqual. Metode ini diformulasikan berdasarkan

6
hasil riset yang panjang dan mendalam serta cara–cara pengukuran yang dapat

dimengerti dengan mengukur selisih antara harapan dan kenyataan yang diterima

klien. Dengan metode ini dapat menilai kualitas jasa atau pelayanan menggunakan

lima dimensi yang terdiri dari Responsiveness (daya tanggap), Reliability

(keandalan), Assurance (kepastian), Empathy (empati) dan Tangibles (bukti fisik).

Dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Kepuasan Pasien di Ruang Perawatan

Teratai Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2016” dengan pengukuran

perilaku caring perawat menggunakan lima dimensi Wolf, et al, (1994) dan kepuasan

pasien menggunakan servqual instrument Parasuraman, dkk (1999).

1.2 Rumusan Masalah

BOR rata-rata tahun 2015 di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

berada diatas ambang batas yang telah ditetapkan pemerintah, yaitu 87,46%. Jika hal

ini terjadi, artinya adalah over loaded yang akan mengakibatkan mutu pelayanan

medis menjadi berkurang, termasuk caring perawat juga akan rendah karena perawat

harus melayani banyak pasien. Angka Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) RSUP

Fatmawati yang rendah dan dibawah standar menandakan mutu pelayanan yang

kurang baik, khususnya ruang perawatan Teratai yang menempati urutan IKM

terendah selama dua semester berturut-turut. Hasil penilaian IKM 2015 juga

menunjukkan bahwa sikap petugas kurang baik dalam memberikan pelayanan. Hal

ini menandakan perilaku caring perawat masih belum baik. Untuk itu peneliti telah

melakukan studi pendahuluan yang hasilnya berupa 60% pasien menilai bahwa

perawat tidak berperilaku caring. Sedangkan keluarga pasien sebanyak 70% menilai

bahwa perawat tidak berperilaku caring. Beberapa penelitian menunjukkan adanya

7
hubungan antara perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien. Selama ini di

RSUP Fatmawati belum pernah ada penelitian mengenai hal tersebut.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran perilaku caring perawat (assurance of human presence,

respectful deference, professional knowledge and skill, positive connectedness

dan attentive to other’s experience) di ruang perawatan teratai Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati tahun 2016?

2. Bagaimana gambaran kepuasan di ruang perawatan teratai Rumah Sakit Umum

Pusat Fatmawati tahun 2016?

3. Bagaimana hubungan antara perilaku caring perawat (assurance of human

presence) dengan kepuasan pasien di ruang perawatan teratai Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati tahun 2016?

4. Bagaimana hubungan antara perilaku caring perawat (respectful deference)

dengan kepuasan pasien di ruang perawatan teratai Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati tahun 2016?

5. Bagaimana hubungan antara perilaku caring perawat (professional knowledge

and skill) dengan kepuasan pasien di ruang perawatan teratai Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati tahun 2016?

6. Bagaimana hubungan antara perilaku caring perawat (positive connectedness)

dengan kepuasan pasien di ruang perawatan teratai Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati tahun 2016?

7. Bagaimana hubungan antara perilaku caring perawat (attentive to other’s

experience) dengan kepuasan pasien di ruang perawatan teratai Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati tahun 2016?

8
1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah diketahuinya Hubungan Perilaku

Caring Perawat dengan Kepuasan Pasien di Ruang Perawatan Teratai Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati tahun 2016.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran perilaku caring perawat (assurance of human presence,

respectful deference, professional knowledge and skill, positive connectedness

dan attentive to other’s experience) di ruang perawatan teratai Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati tahun 2016.

2. Diketahuinya gambaran kepuasan pasien di ruang perawatan teratai Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati tahun 2016.

3. Diketahuinya hubungan antara perilaku caring perawat (assurance of human

presence) dengan kepuasan pasien di ruang perawatan teratai Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati tahun 2016.

4. Diketahuinya hubungan antara perilaku caring perawat (respectful deference)

dengan kepuasan pasien di ruang perawatan teratai Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati tahun 2016.

5. Diketahuinya hubungan antara perilaku caring perawat (professional knowledge

and skill) dengan kepuasan pasien di ruang perawatan teratai Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati tahun 2016.

9
6. Diketahuinya hubungan antara perilaku caring perawat (positive connectedness)

dengan kepuasan pasien di ruang perawatan teratai Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati tahun 2016.

7. Diketahuinya hubungan antara perilaku caring perawat (attentive to other’s

experience) dengan kepuasan pasien di ruang perawatan teratai Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati tahun 2016.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit, sebagai umpan balik dalam merancang kebijakan Rumah

Sakit untuk dapat dijadikan dasar pemikiran dalam rangka menemukan upaya-

upaya (mencari solusi yang terbaik dan tepat) yang perlu dilakukan untuk

perbaikan dalam berbagai bidang layanan terutama pelayanan asuhan

keperawatan dan untuk mengembangkan program yang lebih berorientasi

kepada kepuasan pasien, sesuai dengan visi dan misi rumah sakit sebagaimana

yang telah ditetapkan.

2. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan

penelitian hubungan perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien di ruang

perawatan Teratai Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2016.

3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian dapat menjadi suatu karya ilmiah

umum yang dapat dijadikan refrensi atau pembanding untuk penelitian

berikutnya.

10
1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Perilaku Caring

Perawat dengan Kepuasan Pasien di Ruang Perawatan Teratai Rumah Sakit Umum

Pusat Fatmawati tahun 2016. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni tahun

2016. Sampel penelitian adalah pasien yang dirawat di ruang perawatan anggrek
RSUP Fatmawati dengan. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain cross sectional. Instrumen

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.2. Keperawatan

2.1.1. Pelayanan Keperawatan

Pelayanan keperawatan adalah pelayanan langsung maupun tidak langsung dari

perawat kepada klien. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem

pelayanan kesehatan dan mempunyai peranan besar dalam meningkatkan dan

menentukan keberhasilan pelayanan kesehatan (Azwar, 1996). Menurut hasil

penelitian Huber tahun (1996) dalam Wiyana (2008) menyatakan bahwa 90%

pelayanan yang diberikan dirumah sakit adalah pelayanan keperawatan.

Gaffar (1999) menyebutkan bahwa keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan

professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan

pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio, psiko, sosio, dan spiritual

yang komprehesif, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat, baik sakit

maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia untuk mencapai

derajat kesehatan yang optimal (Gaffar, 1999)

Sebagai suatu bentuk pelayanan profesional, berdasarkan definisi di atas,

asuhan/pelayanan dan praktik keperawatan yang dilakukan harus dilandasi prinsip–

prinsip. Menurut Gilles (1989) dalam Gaffar (1999), prinsip-prinip tersebut adalah

sebagai berikut

1. Berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan.

Pelayanan keperawatan harus dilandasi dan menggunakan ilmu dan kiat

keperawatan yang mempelajari bentuk dan sebab tidak terpenuhinya kebutuhan

12
dasar manusia serta upaya perawatan dan penyembuhan. Ilmu keperawatan

adalah sintesa dari ilmu keperawatan dasar, ilmu keperawatan klinik, ilmu

biomedik, ilmu jiwa (psychology), dan ilmu sosial. Ilmu keperawatan dasar

meliputi keperawatan (fundamental of nursing), kebutuhan dasar manusia

(basic human need), proses keperawatan (nursing art), dan manajemen

keperawatan (nursing management). Kiat keperawatan (nursing art) lebih

difokuskan pada kemampuan perawat untuk memberikan asuhan keperawatan

secara komprehensif dengan sentuhan seni dalam arti menggunakan kiat–kiat

tertentu dalam upaya memberikan kepuasan dan kenyamanan pada pelanggan.

Kiat–kiat keperawatan adalah:

a) Nursing is caring, perawat berperan dalam pemberian asuhan keperawatan

menyangkut upaya memperlakukan pelanggan secara manusiawi dan utuh

sebagai manusia yang berbeda dari manusia lainnya.

b) Nursing is sharing, dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat

selalu melakukan sharing atau diskusi antara sesama perawat, kepada

anggota tim kesehatan lainnya dan kepada pelanggan.

c) Nursing is laughing, perawat meyakini bahwa mengajak pasien bercanda

merupakan suatu kiat dalam asuhan keperawatan untuk meningkatkan rasa

nyaman pelanggan dan membangun hubungan emosional yang baik.

d) Nursing is crying, perawat menerima respon emosional dari perawat atau

orang lain sebagai sesuatu hal yang biasa dalam situasi senang atau duka.

e) Nursing is touching, perawat dapat menggunakan sentuhan untuk

meningkatkan rasa nyaman, pada saat melakukan massage(memijat) atau

13
misalnya menyentuh pelanggan ketika menyatakan saya memahami apa

yang akan dilakukan anda.

f) Nursing is helping, bermakna bahwa asuhan keperawatan dilakukan untuk

menolong pelanggan dengan sepenuhnya memahami kondisinya.

g) Nursing is believieng in others, perawat meyakini bahwa orang lain

memiliki hasrat dan kemampuan untuk meningkatkan status kesehatannya.

h) Nursing is trusting, perawat harus menjaga kepercayaan pelanggan, yaitu

dengan menjaga mutu asuhan keperawatan

i) Nursing is believieng in self, perawat yakin bahwa dirinya memiliki

pengetahuan dan mampu untuk menolong orang lain dalam memelihara

kesehatannya.

j) Nursing is learning, perawat selalu belajar atau mengembangkan

pengetahuan dan keterampilan keperawatan professional melalui asuhan

keperawatan yang dilakukan.

k) Nursing is respecting, perawat memperlihatkan rasa hormat dan

pernghargaan kepada orang lain (pelanggan dan keluarganya) dengan

menjaga kepercayaan dan rahasia pelanggan.

l) Nursing is listening, bermakan bahwa perawat harus mau menjadi

pendengar yang baik ketika pelanggan berbicara atau mengeluh

m) Nursing is doing, perawat melakukan pengkajian dan intervensi

keperawatan berdasarkan pengetahuannya untuk memberikan rasa aman

dan nyaman serta asuhan keperawatan secara komprehensif.

n) Nursing is feeling, perawat merasa menerima, merasakan, dan memahami

perasaan duka, senang, frustasi, dan rasa puas pelanggan.

14
o) Nursing is accepting, berarti bahwa perawat harus menerima diri sendiri

sebelum dapat menerima orang lain.

2. Bersifat Komprehensif

Pelayanan keperawatan dikatakan bersifat komprehensif jika asuhan

keperawatan yang diberikan bersifat menyeluruh meliputi aspek biologi,

psikologi, sosial, dan spiritual. Hal ini berarti dalam memberikan asuhan

keperawatan kepada keluarga individu dan masyarakat, perawat tidak hanya

mampu memenuhi aspek biologi atau penyakit fisiknya saja, akan tetapi juga

meliputi aspek psikologinya, sosial, dan spiritual.

3. Ditujukan pada individu, keluarga masyarakat sehat maupun sakit.

Sesuai dengan ilmu keperawatan yang melandasi praktik keperawatan,

asuhan keperawatan dapat diberikan pada individu pada institusi pelayanan

kesehatan seperti puskesmas, poliklinik, klinik keperawatan, dan rumah sakit.

Kepada keluarga, pelayanan keperawatan dapat dilakukan di puskesmas, rumah

sakit, dan komunitas yang lebih berorientasi pada pendidikan atau penyuluhan

kesehatan (health education), demikian pula melalui pendidikan kesehatan dan

asuhan keperawatan secara langsung (direct care) maupun tidak langsung

(indirect care).

4. Merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan

Pada hakekatnya pelayanan kesehatan meliputi pelayanan medis

(kedokteran), pelayanan keperawatan dan pelayanan penunjang kesehatan

lainnya (gizi, farmasi, laboratorium dan sebagainya). Sebagai bagian integral

pelayanan kesehatan, pelayanan keperawatan tidak dapat dipisahkan dari

pelayanan kesehatan. Dengan menggunakan pendekatan sistem maka

15
pelayanan keperawatan merupakan sub sistem dari pelayanan kesehatan

seperti halnya pelayanan medis dan penunjang medis.

5. Mencakup siklus hidup manusia

Asuhan keperawatan dapat diberikan pada pelanggan sejak konsepsi,

setelah lahir, anak, remaja, dewasa, usia lanjut sampai menjelang kematian.

Atas dasar inilah kemudian dikenal fregmentasi/spesialisasi pelayanan

keperawatan. Keperawatan sebagai mana dirumuskan oleh American Nurses

Association (1980) adalah Dignosis and treatment of human responses to

actual or potensial health problem. Rumusan ini menekankan bahwa dalam

keperawatan dibutuhkan aktifitas untuk menelaah kondisi pelanggan/pasien,

menyimpulkan respon pelanggan terhadap masalah yang dihadapinya, serta

menentukan perlakuan keperawatan yang tepat untuk mengatasinya

(Gilles,1989). Tim Depertemen Kesehatan RI dalam Pedoman Uraian Tugas

Tenaga Perawatan di Rumah Sakit, menjelaskan bahwa pelaksana perawatan

di ruang rawat dengan tugas pokok melaksanakan asuhan keperawatan kepada

pasien di ruang rawat. Uraian tugas yang dimaksud adalah :

a) Memelihara kebersihan ruang rawat dan lingkungannya.

b) Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku.

c) Memelihara peralatan perawatan dan medis agar selalu dalam keadaan

siap pakai.

d) Melaksanakan program orientasi kepada pasien tentang ruangan dan

lingkungan, peraturan/tata tertib yang berlaku, fasilitas yang ada dan cara

penggunaannya, serta kegiatan rutin sehari-hari di ruangan.

16
e) Menciptakan hubungan kerja sama yang baik dengan pasien dan

keluarganya.

f) Mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan pasien, sesuai batas

kemampuannya, dengan cara : Mengamati keadaan pasien (tanda vital,

kesadaran, keadaan mental dan keluhan utama) dan melaksanakan

anamnesa.

g) Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan kemampuannya.

h) Melaksanakan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai kebutuhan dan

batas kemampuannya, antara lain: melaksanakan tindakan pengobatan

sesuai program pengobatan dan memberi penyuluhan kesehatan kepada

pasien dan keluarganya mengenai penyakitnya.

i) Berperan serta melaksanakan latihan mobilisasi pada pasien agar dapat

segera mandiri.

j) Membantu merujuk pasien kepada petugas kesehatan atau institusi

pelayanan kesehatan lain yang lebih mampu, untuk menyelesaikan

masalah kesehatan yang tidak ditanggulangi.

k) Melakukan pertolongan pertama kepada pasien dalam keadaan darurat

secara tetap dan benar sesuai kebutuhan, serta PROTAP yang berlaku.

Selanjutnya segera melaporkan tindakan yang telah dilakukan, kepada

dokter ruang rawat/dokter penanggung jawab ruangan.

l) Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan sesuai batas

kemampuannya.

17
m) Memantau dan menilai kondisi pasien. Selanjutnya melakukan tindakan

yang tepat berdasarkan hasil pemantauan tersebut, sesuai batas

kemampuannya.

n) Menciptakan dan memelihara hubungan kerja sama yang baik dengan

anggota tim kesehatan (dokter, ahli gizi, analis, pekarya kesehatan,

pekarya rumah tangga dan lain-lain).

o) Berperan serta dengan anggota tim kesehatan dalam membahas kasus dan

upaya meningkatkan mutuasuhan keperawatan.

p) Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan hari libus secara bergilir

sesuai jadwal dinas.

q) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara pasien dan

keluarganya, sehingga tercipta ketenangan.

r) Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh Kepala Ruang Rawat.

s) Meningkatan pengetahuan dan ketrampilan di bidang keperawatan,

antara lain, melalui pertemuan ilmiah dan penataran.

t) Melaksanakan system pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan

yang tetap yang benar, sehingga tercipta sistem informasi rumah sakit

yang dapat dipercaya (akurat).

u) Melaksanakan serah terima tugas kepada kepada petugas pengganti

secara lisan maupun tertulis, pada saat pergantian dinas.

v) Menyiapkan pasien pulang

w) Edukasi pasien dan keluarga pasien sesuai dengan kebutuhan pasien.

18
2.1.2. Ruang Lingkup Keperawatan

Praktek keperawatan adalah perwujudan profesi, dalam hal ini adalah

hubungan profesionalisme antara perawat–pelanggan yang didasarkan pada

kebutuhan dasar pelanggan, intervensi keperawatan untuk membantu

memenuhi kebutuhan dasar pelanggan yang didasari olehpenalaran legal etis

disertai dengan pendekatan yang manusiawi. Intervensi tersebut dilakukan

melalui kerjasama dengan pelanggan, dengan atau tanpa kolaborasi dengan

profesi kesehatan lain sesuai dengan lingkup wewenang dan tanggung

jawabnya (Gaffar, 1999)

Intervasi (perlakuan) keperawatan dapat diwujudkan melalui upaya-

upaya promotifyaitu membantu seseorang baik yang sehat maupun

disableuntuk meningkatkan level of wellness; preventive dalam hal ini adalah

mencegah penyakit dan atau kecacatan; restorative dan rehabilitative adalah

asuhan selama kondisi sakit dan upaya pemulihannya; serta consolation of the

dying yaitu pendampingan bagi pelanggan yang menghadapi kematian

sehingga dapat melalui fase–fase kematian secara bermartabat dan tenang

(Ellis, 1999).

Jadi praktik keperawatan merupakan serangkaian proses yang humanistic

untuk melakukan diagnosis terhadap respon pelanggan dalam menghadapi

masalah kesehatan dan dampaknya terhadap terpenuhi tidaknya kebutuhan

dasarnya, menentukan perlakuan keperawatan yang tepat melalui bantuan

keperawatan baik bersifat total, persial atau suportif–edukatif, menggunakan

pendekatan proses keperawatan dan pedoman pada standar asuhan dalam

lingkup wewenang dan tanggung jawabnya (Ellis, 1999).

19
Sedangkan menurut Departemen Kesehatan RI, 1999 ruang lingkup

pelayanan keperawatan adalah asuhan keperawatan yang paripurna kepada

empat tingkat pelanggan (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) dalam

berbagai tatanan layanan keperawatan tanpa memandang latar belakang

(pendidikan, sosial ekonomi, jenis kelamin, agama, suku, dll), serta kondisi

kesehatannya yang ditujukan untuk peningkatan kesehatan (promotif),

pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan dari sakit (kuratif) dan

pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang bersifat komprehensif, terpadu dan

berkesinambungan.

Sifat pelayanan berfokus kepada pemenuhan dan penyelesaian masalah

kesehatan yang dihadapi, yaitu terhadap aspek kegiatan sehari-hari yang

terganggu baik disebabkan oleh kelemahan fisik, keterbatasan pengetahuan

maupun kurangnya kemauan untuk mandiri dalam memelihara kesehatannya.

Upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit tidak dapat dipisahkan

dari upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit tersebut,

oleh karena itu setiap upaya peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit

perhatian utama harus diarahkan pada upaya peningkatan mutu asuhan

keperawatan professional (Ellis, 1999).

2.1.3. Kode Etik Keperawatan

Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai

pedoman perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan. Kode etik

berisi norma, nilai, dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa

yang benar dan baik, serta apa yang tidak benar dan tidak baik bagi professional.

Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar dan salah, perbuatan apa yang harus

20
dilakukan dan yang harus dihindari. Tujuan kode etik adalah agar profesional

memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode

etik, akan melindungi perbuatan yang tidak profesional (PPNI 2010).

Ada banyak versi yang telah dikeluarkan oleh lembaga-lembaga terkait kode

etik keperawatan. Diantaranya adalah:

1. Menurut International Council of Nurse (ICN)

ICN adalah suatu federasi perhimpunan perawat nasional di seluruh dunia yang

didirikan pada tanggal 1 juli 1989 oleh Mrs. Bedford Fenwich di Hanover Square,

London dan direvisi pada tahun 1973. Uraian kode etik ini diuraikan sebagai berikut.

1) Tanggung jawab utama perawat.

Tanggung jawab utama perawatan adalah meningkatkan kesehatan, mencegah

timbulnya penyakit, memelihara kesehatan dan mengurangi penderitaan. Untuk

melaksanakan tanggung jawab utama tersebut, perawat harus meyakini bahwa:

Kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan di berbagai tempat adalah sama;

Pelaksanaan praktik keperawatan di titik beratkan pada penghargaan terhadap

kehidupan bermartabat dan menunjung tinggi hak asasi manusia; Dalam

melaksanakan pelayanan kesehatan dan/ atau keperawatan kepada individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat, perawat mengikutsertakan kelompok dan

instansi terkait.

2) Perawat, individu, dan anggota kelompok masyarakat.

Tanggung jawab utama perawat adalah melaksanakan asuhan keperawatan

sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, dalam menjalankan tugas,

21
perawat perlu meningkatkan keadaan lingkungan kesehatan dengan menghargai

nilai-nilai yang ada di masyarakat, menghargai adat kebiasaan serta kepercayaan

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menjadi pasien atau kliennya.

Perawat dapat memegang teguh rahasia pribadi (privasi) dan hanya dapat

memberikan keterangan bila diperlukan oleh pihak yang berkepentingan atau

pengadilan.

3) Perawat dan pelaksanaan praktik keperawatan.

Perawat memegang peranan penting dalam menentukan dan melaksanakan

standar praktik keperawatan untuk mencapai kemampuan yang sesuai dengan

standar pendidikan keperawatan. Perawat dapat mengembangkan pengetahuan

yang dimilikinya secara aktif untuk menopang perannya dalam situasi tertentu.

Perawat sebagai anggota profesi, setiap saat dapat mempertahankan sikap sesuai

dengan standar profesi keperawatan.

4) Perawat dan lingkungan masyarakat.

Perawat dapat memprakarsai pembaharuan, tanggap, mempunyai inisiatif,

dan dapat berperan serta secara aktif dalam menentukan masalah kesehatan dan

masalah sosial yang terjadi di masyarakat.

5) Perawat dan sejawat.

Perawat dapat menopang hubungan kerja sama dengan teman kerja, baik

tenaga keperawatan maupun tenaga profesi lain di keperawatan. Perawat dapat

melindungi dan menjamin seseorang, bila dalam masa perawatannya merasa

terancam.

22
6) Perawat dan profesi keperawatan.

Perawat memainkan peran yang besar dalam menentukan pelaksanaan standar

praktik keperawatan dan pendidikan keperawatan. Perawat diharapkan ikut aktif

dalam mengembangkan pengetahuan dalam menopang pelaksanaan perawatan

secara profesional. Perawat sebagai anggota profesi berpartisipasi dalam

memelihara kestabilan sosial dan ekonomi sesuai dengan kondisi pelaksanaan

praktik keperawatan.

2. Menurut American Nurses Association (ANA)

1. Perawat memberikan pelayanan dengan penuh hormat bagi martabat

kemanusiaan dan keunikan klien yang tidak dibatasi oleh pertimbangan-

pertimbangan status sosial atau ekonomi, atribut personal, atau corak masalah

kesehatannya.

2. Perawat melindungi hak klien akan privasi dengan memegang teguh

informasi yang bersifat rahasia.

3. Perawat melindungi klien dan publik bila kesehatan dan keselamatannya

terancam oleh praktik seseorang yang tidak kompeten, tidak etis atau ilegal.

4. Perawat memikul tanggung jawab atas pertimbangan dan tindakan perawatan

yang dijalankan masing-masing individu.

5. Perawat memelihara kompetensi keperawatan.

6. Perawat melaksanakan pertimbangan yang beralasan dan menggunakan

kompetensi dan kualifikasi individu sebagai kriteria dalam mengusahakan

konsultasi, menerima tanggung jawab, dan melimpahkan kegiatan

keperawatan kepada orang lain.

23
7. Perawat turut serta beraktifitas dalam membantu pengembangan pengetahuan

profesi.

8. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melaksanakan dan

meningkatkan standar keperawatan.

9. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk membentuk dan

membina kondisi kerja yang mendukung pelayanan keperawatan yang

berkualitas.

10. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melindungi publik

terhadap informasi dan gambaran yang salah serta mempertahankan integritas

perawat.

11. Perawat bekerjasama dengan anggota profesi kesehatan atau warga

masyarakat lainnya dalam meningkatkan upaya-upaya masyarakat dan

nasional untuk memenuhi kesehatan publik.

3. Menurut Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

Kode etik keperawatan di Indonesia telah disusun oleh Dewan Pimpinan

Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia melalui Musyawarah Nasional

PPNI VIII di Balikpapan pada tahun 2010. Perawat dalam menunaikan

kewajibannya harus penuh dengan tanggung jawab dan berpedoman kepada

dasar-dasar seperti tertera di bawah ini:

1) Perawat dan Klien

a. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat

dan martabat manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh

24
pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, jenis kelamin, aliran

politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.

b. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa

memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya,

adat istiadat dan kelangsungan beragama klien.

c. Tanggung jawab adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan

keperawatan.

d. Perawatan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan

dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh

yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

2) Perawat dan Praktek

1. Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensinya melalui belajar

terus menerus.

2. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi

disertai kejujuran profesional yang menerapkan pengetahuan serta

ketrampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.

3. Perawat dalam membuat keputuasan didasarkan pada informasi yang

akurat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang

bila melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi

kepada orang lain.

4. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan

dengan selalu menunjukkan perilaku profesional.

3) Perawat dan Masyarakat

25
Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk

memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan

dan kesehatan masyarakat.

4) Perawat dan Teman Sejawat

a. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat

maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara

keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan

pelayanan kesehatan secara menyeluruh.

b. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang

memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan

ilegal.

5) Perawat dan Profesi

a. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan

dan pelayanan keperawatan serta menerapkan dalam kegiatan pelayanan

dan pendidikan keperawatan.

b. Perawat berperan aktif dalam kegiatan pengembangan profesi

keperawatan.

c. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan

memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan

keperawatan yang bermutu tinggi.

26
2.1.4. Peran dan Fungsi Perawat

Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan wewenang

melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang

dimiliki yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan (Gaffar,1999). Profil

seorang perawat profesional adalah gambaran dan penampilan menyeluruh

perawat dalam melakukan aktifitas keperawatan sesuai kode etik keperawatan.

Aktifitas keperawatan meliputi peran dan fungsi pemberian asuhan/pelayanan

keperawatan, praktik keperawatan, pengelolaan institusi keperawatan,

pendidikan pelanggan (individu, keluarga, dan masyarakat) serta kegiatan

penelitian dibidang keperawatan. Peran dan fungsi perawat tersebut menurut

Gaffar (1999) adalah sebagai berikut :

1. Peran pelaksana (care giver)

Peran perawat adalah memberikan asuhan keperawatan secara langsung

atau tidak langsung kepada individu, keluarga, dan masyarakat. Metode

yang digunakan adalah pendekatan pemecahan masalah yang disebut

proses keperawatan. Dalam melaksanakan peran ini perawat bertindak

sebagai comforter, protector dan advocator, communicator serta

rehabilitator. Sebagai comforter, perawat berusaha memberi kenyamanan

dan rasa aman pada pelanggan. Peran sebagai protector dan advocate,

lebih terfokus pada kemampuan perawat melindungi dan menjamin agar

hak dan kewajiban pelanggan terlaksana dengan seimbang dalam

memperoleh pelayanan kesehatan. Peran sebagai communicator akan

nampak bila perawat bertindak sebagai mediator antara pelanggan dengan

anggota tim kesehatan lainnya. Sedangkan peran rehabilitator

27
berhubungan erat dengan tujuan pemberian asuhan keperawatan yakni

mengembangkan fungsi organ tubuh atau bagian tubuh agar sembuh dan

dapat berfungsi normal.

2. Peran sebagai pendidikan (health educator).

Perawat berperan mendidik individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat

serta tenaga keperawatan lainnya atau tenaga kesehatan yang berada di

bawah tanggung jawabnya.

3. Peran sebagai pengelola (manager).

Perawat dalam hal ini mempunyai peran dan tanggung jawab dalam

mengelola pelayanan maupun pendidikan keperawatan yang berada di

bawah tanggung jawabnya sesuai dengan konsep, manajemen keperawatan

dalam rangka paradigma keperawatan. Sebagai pengelola, perawatan

berperan dalam memantau dan menjamin kualitas asuhan/pelayanan

keperawatan serta mengkoordinasikan dan mengendalikan sistem

pelayanan keperawatan.

4. Peran sebagai peneliti.

Sebagai peneliti bidang keperawatan, perawat diharapkan mampu

mengidentifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsip dan metode

penelitian serta memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan

mutuasuhan atau pelayanan dan pendidikan keperawatan.

28
1.2. Konsep Caring

2.3.1. Pengertian Caring

Pelayanan keperawatan yang berkualitas dapat diwujudkan melalui

pemberian asuhan keperawatan yang didasari oleh perilaku caring perawat

(Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan DepKes RI, 2008). Teori keperawatan yang

dikemukakan oleh Watson (1979) menyatakan bahwa caring adalah suatu

karakteristik interpersonal yang tidak diturunkan melalui genetika, tetapi dipelajari

melalui pendidikan sebagai budaya profesi. Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam

konteks keperawatan caring bukan merupakan suatu hal yang unik tetapi caring

merupakan suatu bentuk pendekatan seni dan ilmu dalam merawat klien yang

merupakan sentral praktik perawat (Watson, 1979).

Caring adalah sentral praktik keperawatan, yang merupakan suatu cara

pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meingkatkan

kepeduliannya terhadap pasien. Hal ini adalah esensi dari keperawatan yang berarti

juga pertanggungjawaban hubungan antara perawat-pasien, dimana perawat harus

mampu mengetahui dan memahami tentang kebiasaan manusia dan respon manusia

terhadap masalah kesehatan yang sudah ada atau bepotensi akan timbul (Watson,

1979). Caring didefenisikan sebagai suatu cara pemeliharaan yang berhubungan

dengan menghargai orang lain, disertai perasaan memiliki tanggung jawab terhadap

perlakuannya atau tindakannya kepada pasien (Potter & Perry, 2009).

Caring memberikan sebuah hubungan dan mewakili sekelompok partisipan

misalnya caring terhadap hubungan keluarga, hubungan pertemanan, hubungan

dengan pasien (Benner dan Wrubel, 1989 dalam Potter & Perry, 2009). Hal ini

merupakan sentral yang akan menghasilkan kemungkinan untuk beradaptasi,

29
kemampuan untuk berkomunikasi dengan sesama dan perhatian terhadap sesama,

serta mau memberi dan menerima bantuan (Chinn & Kramer, 2004 dalam Potter &

Perry, 2009). Perawat perlu mengetahui kebutuhan individu, bagaimana responnya

terhadap sesamanya, kekuatan serta keterbatasan pasien dan keluarganya. Selain itu,

perawat membantu serta memberikan perhatian serta empati kepada pasien dan

keluarganya. Caring mewakili semua faktor yang digunakan perawat untuk

memberikan pelayanan kepada pasien (Watson, 1987, dalam Potter & Perry, 2009).

Caring adalah fenomena universal yang mempengaruhi cara manusia berfikir,

merasa, dan mempunyai hubungan dengan sesama. Caring memfasilitasi

kemampuan perawat untuk mengenali klien, membuat perawat mengetahui masalah

klien dan mencari serta melaksanakan solusinya, juga sebagai bentuk dasar dari

praktek keperawatan dan juga sebagai struktur mempunyai implikasi praktis untuk

mengubah praktek keperawatan (Potter & Perry, 2009). Selain itu Watson (1979)

juga mengungkapkan caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan

antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien

sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk

sembuh. Caring melibatkan keterbukaan, komitmen, dan hubunan perawat dengan

pasien (Potter & perry, 2009).

2.3.2. Perilaku Caring

Perilaku caring adalah suatu tindakan yang didasari oleh kepedulian, kasih

sayang, keterampilan, empati, tanggung jawab, sensitif, dan dukungan. Perilaku ini

berfungsi untuk memperbaiki atau meningkatkan kondisi dan cara hidup manusia

yang menekankan pada aktivitas yang sehat dan memampukan individu serta

kelompok berdasarkan budaya. Perilaku caring yang diharapkan dalam keperawatan

30
adalah perilaku yang didasari oleh 10 faktor karatif. Karatif adalah sifat dan karakter

yang semestinya dimiliki dan ditampilkan oleh perawat dalam melayani pelanggan

(Watson, 1997). 10 faktor karatif caring tersebut adalah:

1. Pembentukan sistem nilai humanistic – altruistic

Pembentukan sistem nilai humanistic-altruistic mulai berkembang di usia

dini dengan nilai-nilai yang berasal dari orang tuanya. Sistem nilai ini

menjembatani pengalaman hidup seseorang dan mengantarkan ke arah

kemanusiaan. Perawatan yang berdasarkan nilai-nilai humanistik dan altruistik

dapat dikembangkan melalui penilaian terhadap pandangan diri seseorang,

kepercayaan, interaksi dengan berbagai kebudayaan dari pengalaman pribadi.

Hal ini dianggap penting untuk pendewasaan diri perawat yang kemudian akan

meningkatkan sikap altruistik. Melalui sistem nilai humanistik dan altruistik ini

perawat menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan sesuatu kepada

klien (Watson, 1979).

2. Menanamkan sikap kepercayaan dan penuh harapan.

Kepercayaan dan pengharapan sangat penting bagi proses karatif maupun

kuratif. Perawat perlu memberikan alternatif-alternatif bagi pasien jika

pengobatan modern tidak berhasil; berupa meditasi, penyembuhan sendiri, dan

spiritual. Dengan menggunakan faktor karatif ini akan tercipta perasaan lebih

baik melalui kepercayaan dan atau keyakinan yang sangat berarti bagi seseorang

secara individu (Watson, 1979). Perawat memberikan kepercayaan dengan cara

memfasilitasi dan meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik. Dalam

hubungan perawat-klien yang efektif, perawat memfasilitasi perasaan optimis,

31
harapan, dan kepercayaan. Di samping itu, perawat meningkatkan perilaku klien

dalam mencari pertolongan kesehatan (Kozier & Erb, 1985).

3. Sensitif terhadap diri sendiri dan orang lain.

Perawat belajar menghargai kesensitifan dan perasaan klien, sehingga ia

sendiri dapat menjadi lebih sensitif, murni dan bersikap wajar pada orang lain.

Pengembangan perasaan ini akan membawa pada aktualisasi diri melalui

penerimaan diri antara perawat dan klien. Perawat yang mampu untuk mengenali

dan mengekspresikan perasaannya akan lebih mampu untuk membuat orang lain

mengekspresikan perasaan mereka (Watson, 1979). Pengembangan kepekaan

terhadap diri dan orang lain, mengeksplorasi kebutuhan perawat untuk mulai

merasakan suatu emosi yang muncul dengan sendirinya. Hal itu hanya dapat

berkembang melalui perasaan diri seseorang yang peka dalam berinteraksi

dengan orang lain. Jika perawat berusaha meningkatkan kepekaan dirinya, maka

ia akan lebih autentik (tampil apa adanya). Autentik akan menambah

pertumbuhan diri dan aktualisasi diri baik bagi perawat sendiri maupun bagi

orang-orang yang berinteraksi dengan perawat itu (Watson, 1979).

4. Mengembangkan hubungan saling percaya dan saling membantu.

Pengembangan hubungan saling percaya antara perawat dan klien adalah

sangat krusial bagi transportal caring. Hubungan saling percaya akan

meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif.

Pengembangan hubungan saling percaya menerapkan bentuk komunikasi untuk

menjalin hubungan dalam keperawatan. Karakteristik faktor ini adalah

kongruen, empati, dan ramah. Kongruen berarti menyatakan apa adanya dalam

berrinteraksi dan tidak menyembunyikan kesalahan. Perawat bertindak dengan

32
cara yang terbuka dan jujur. Empati berarti perawat memahami apa yang

dirasakan klien. Ramah berarti penerimaan positif terhadap orang lain yang

sering diekspresikan melalui bahasa tubuh, ucapan tekanan suara, sikap terbuka,

ekspresi wajah dan lain-lain (Watson, 1979).

5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif.

Perawat menyediakan dan mendengarkan semua keluhan dan perasaan

klien. Berbagi perasaan merupakan pengalaman yang cukup beresiko baik bagi

perawat maupun klien. Perawat harus siap untuk ekspresi perasaan positif

maupun negatif bagi klien. Perawat harus menggunakan pemahaman intelektual

maupun emosional pada keadaan yang berbeda (Watson, 1979).

6. Menggunakan problem-solving yang sistematik dalam mengambil keputusan.

Perawat menggunakan metode proses keperawatan sebagai pola pikir dan

pendekatan asuhan kepada klien, sehingga akan mengubah gambaran tradisional

perawat sebagai “pembantu” dokter. Proses keperawatan adalah proses yang

sistematis, dan terstruktur seperti halnya proses penelitian (Watson, 1979).

7. Meningkatan belajar-mengajar secara interpersonal.

Faktor ini adalah konsep yang penting dalam keperawatan, yang membedakan

antara caring dan curing. Perawat memberikan informasi kepada klien. Perawat

bertanggung jawab akan kesejahteraan dan kesehatan klien. Perawat

memfasilitasi proses belajar mengajar yang didesain untuk memampukan klien

memenuhi kebutuhan pribadinya, memberikan asuhan mandiri, menetapkan

kebutuhan personal klien (Watson, 1979).

33
8. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosio-kultural, spiritual yang

mendukung.

Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan eksternal klien

terhadap kesehatan dan kondisi penyakit klien. Konsep yang relevan terhadap

lingkungan internal yang mencakup kesejahteraan mental dan spiritual, dan

kepercayaan sosiokultural bagi seorang individu. Sedangkan lingkungan

eksternal mencakup variabel epidemiologi, kenyamanan, privasi, keselamatan,

kebersihan dan lingkungan yang astetik. Karena klien bisa saja mengalami

perubahan baik dari lingkungan internal maupun eksternal, maka perawat harus

mengkaji dan memfasilitasi kemampuan klien untuk beradaptasi dengan

perubahan fisik, mental, dan emosional (Watson, 1979).

9. Memberi bantuan dalam pemenuhan kebutuhan manusia.

Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif yaitu kebutuhan

biofisik, psikososial, psikofisikal dan interpersonal klien. Pemenuhan kebutuhan

yang paling mendasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat yang selanjutnya.

Nutrisi, eliminasi, dan ventilasi adalah contoh dari kebutuhan biofisik yang

paling rendah. Pencapaian dan hubungan merupakan kebutuhan psikososial yang

tinggi, dan aktualisasi diri merupakan kebutuhan interpersonal yang paling

tinggi (Watson, 1979).

10. Terbuka pada eksistensial fenomenologikal

Faktor ini bertujuan agar penyembuhan diri dan kematangaan diri dan jiwa

klien dapat dicapai. Terkadang klien perlu dihadapkan pada

pengalaman/pemikiran yang bersifat proaktif. Tujuannya adalah agar dapat

meningkatkan pemahaman lebih mendalam tentang diri sendiri. Diakuinya

34
faktor ini dalam ilmu keperawatan membantu perawat untuk memahami jalan

hidup seseorang dalam menemukan arti kesulitan hidup. Karena adanya dasar

yang irrasional tentang kehidupan, penyakit dan kematian, perawat

menggunakan faktor karatif ini untuk membantu memperoleh kekuatan atau

daya untuk menghadapi kehidupan atau kematian (Watson, 1979).

Penelitian yang dilakukan oleh Wolf, et al (1994) membuat konsep 5

faktor caring yang didasari dari 10 faktor caring Watson (1979). Konsep

tersebut menggambarkan dimensi perilaku caring dalam studi pengembangan

instrumennya. Pengembangan instrument tersebut menggunakan skala likert. Tes

reliabilitas terhadap sampel diperoleh koefisien α kuesioner 0.83 dengan jumlah

pasien 263 orang dilengkapi dengan Caring Behaviour Inventory (CBI). Mereka

membuat konsep 5 faktor dalam perilaku caring yang didasari dari 10 faktor

caring Watson (1979):

1. Mengakui keberadaan manusia (Assurance of human presence)

Kategori ini merupakan kombinasi dari tiga faktor karatif yaitu:

pembentukan sistem nilai humanistic–altruistik, menanamkan sikap kepercayaan

dan penuh harapan, serta menumbuhkan sensitifitas terhadap diri sendiri dan

orang lain. Kategori ini terdiri dari aktivitas caring seperti mendatangi dan

berinteraksi dengan pasein, cara berbicara perawat, sikap mendorong pasein

untuk memanggil perawat jika dibutuhkan, kecepatan tanggapan perawat,

membantu mengurangi rasa sakit pasein dan memberikan obat tepat pada

waktunya (Wolf, et al, 1994).

2. Menanggapi dengan rasa hormat (Respectful deference).

35
Kategori ini merupakan kombinasi dari dua faktor karatif yaitu:

mengembangkan hubungan saling percaya dan saling membantu, serta

meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif klien.

Kategori ini terdiri dari aktivitas caring seperti bersikap mendengarkan pasein,

menghormati pasein, memberikan dukungan, mempersilakan pasein

mengutarakan keluhannya dan menyapa pasein ( Wolf, et al, 1994).

3. Pengetahuan dan keterampilan profesional (Professional knowledge and

skill).

Kategori ini merupakan kombinasi dari dua faktor karatif yaitu

menggunakan problem-solving yang sistematik dalam mengambil keputusan dan

meningkatkan belajar - mengajar interpersonal. Kategori ini terdiri dari aktivitas

caring seperti melakukan tindakan keperawatan, bersikap percaya diri,

menggunakan gaya bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh pasein

(Wolf, et al, 1994).

4. Menciptakan hubungan yang positif (Positive Connectedness).

Kategori ini hanya terdiri dari satu faktor karatif yaitu menciptakan

lingkungan fisik, mental,sosiokultural, spiritual yang mendukung. Kategori ini

terdiri dari aktivitas caring seperti meluangkan waktu bersamapasein, memberi

harapan kepada pasein, memberikan kenyamanan untuk pasein dan berinteaksi

dengan pasein (Wolf, et al, 1994).

5. Perhatian terhadap yang dialami orang lainb (Attentive to other’s experience).

Kategori ini mencakup dua faktor karatif yaitu memberi bantuan dalam

pemenuhan kebutuhan manusia, dan terbuka pada eksistensial-fenomenological.

36
Kategori ini terdiri dari aktivitas mengutamakan kepentingan pasein, memiliki

sikap empati, dan membiarkan pasein mengekspresikan perasaannya (Wolf, et

al, 1994).

1.3. Kepuasan Pasien

2.4.1. Pengertian

Kepuasan pasien adalah keluaran (outcome) layanan kesehatan, dan

merupakan salah satu tujuan dari peningkatan mutu layanan kesehatan (Pohan,

2007). Kepuasan merupakan bentuk perasaan seseorang setelah mendapatkan

pengalaman tehadap kinerja pelayanan yang telah memenuhi harapan (Gerson,

2004). Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa yang muncul setelah

membandingkan antara persepsi terhadap kinerja atau hasil suatu produk atau

jasa dan harapan-harapan (Kotler, 2007). Hal ini dipengaruhi oleh pelayanan

yang diberikan, juga ditentukan oleh pengalaman dan pemikiran perorangan,

dan hal ini tidak dapat dengan mudah diupayakan untuk diubah, dan digiring

kearah keadaan yang memuaskan (Sabarguna, 2008). Rasa ini adalah perasaan

senang seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesenangan terhadap

aktivitas dan suatu produk dengan harapannya (Nursalam, 2011).

Menurut Supranto (2001) kepuasan adalah bentuk perasaan seseorang

setelah mendapatkan pengalaman terhadap pelayanan yang telah memenuhi

harapan. Menurut Azwar (1997), dimensi kepuasan dapat dibedakan menjadi

dua yaitu:

1. Kepuasan yang mengacu kepada penerapan standar kode etik profesi.

Dengan pendapat ini ukuran–ukuran pelayanan kesehatan yang bermutu

37
hanya mengacu kepada penerapan standar kode etik profesi yang baik saja.

Ukuran–ukuran yang dimaksud pada dasarnya mencakup pemikiran

terhadap kepuasan mengenai hubungan petugas dengan pasien,

kenyamanan pelayanan, kebebasan melakukan pilihan pengetahuan

kompetensi teknis, efektifitas pelayanan dan keamanan tindakan.

2. Kepuasan yang mengacu kepada penerapan semua persyaratan pelayanan

kesehatan. Suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan kesehatan

yang bermutu apabila penerapan semua persyaratan pelayanan kesehatan

dapat memuaskan pasien, didalamnya mencakup penilaian terhadap

kepuasan kesehatan, kesinambungan pelayanan kesehatan, keterjangkauan

pelayanan kesehatan, efisiensi pelayanan kesehatan dan mutu pelayanan

kesehatan.

2.4.2. Harapan dan Hak Pasien

Seorang pasien yang sedang menjalani perawatan mempunyai beberapa

harapan tentang perilaku dan kemampuan dari petugas yang melayaninya

(Wolf, 1984), adapun harapan tersebut meliputi:

1. Perawat diharapkan kompeten dalam profesinya, ahli, menguasai, tangkas

dan penuh percaya diri dalam melakukan prosedur perawatan, perawat

diharapkan serius dalam bekerjanya, periang tetapi jelas tulus merawatnya,

serta penggunaan humor secara baik dalam membantu mengembangkan

hubungan yang hangat.

2. Perawat diharapkan bijaksana, penuh pengertian dan menerima pasien

sebagaimana adanya, misalnya memanggil namanya, mendengarkan apa

38
yang diceritakan atau menggunakan sentuhan, memegang tangannya

sejenak.

3. Perawat diharapkan membantu pemenuhan kebutuhan selama mereka

tidak mampu mengatasi sendiri (kebersihan personal, kerapian, eliminasi,

aktifitas, dan yang lainnya).

4. Perawat diharapkan memberikan pengarahan dan penjelasan tentang

pemeliharan kesehatan dan pasien ingin pertanyaan–pertanyaan mereka

dijawab.

5. Perawat diaharapkan memperlakukan pelanggan dengan sopan

santun/menghormati yang mempunyai dukungan bagi pengembangan

iklim terapeutik yang melengkapi pemeliharaannya.

6. Perawat diharapkan melibatkan perawat lain sebagai rekan praktikan

dalam perencanaan pelayanan kesehatan mereka.

7. Perawat diharapkan menjaga privasi pelanggan sebaik mungkin.

Harapan pasien mempunyai peranan yang besar dan berhubungan erat

antara penentuan kualitas pelayanan (produk jasa) dan kepuasan pasien. Dalam

mengevaluasinya, pelanggan akan menggunakan harapannya sebagai standar

atau acuan dan harapan merupakan perkiraan atau keyakinan pasien tentang

apa yang diterimanya (Krowinski, 1996).

Menurut Wolf, 1984 dan Kozier, 1991. Pasien atau pasien sebagai

konsumen penerima jasa pelayanan keperawatan, berhak atas :

1. Memperoleh pemeliharaan kesehatan yang penuh dan tenggang rasa.

2. Memperoleh informasi yang lengkap tentang diagnosis, pengobatan dan

prognosis dalam bahasa yang mudah dimengerti.

39
3. Memperoleh informasi sebelum memberikan persetujuan dan sebelum

diberikan tindakan.

4. Memperoleh tindakan/pengobatan sejauh dizinnkan oleh undang–undang

dan diberi penjelasan tentang resiko dari penolakannya.

5. Memperoleh penghormatan atas privasinya yang menyangkut program

perawatan kecuali seijin pasien.

6. Berharap semua komunikasi dan catatan tentang perawatannya harus

diperlukan sebagai rahasia.

7. Berharap bahwa batas–batas kapasitasnya sebuah rumah sakit harus

memberikan respon yang layak atas permintaan pasien akan pelayanan.

8. Memperoleh informasi tentang hubungan rumah sakit tempatnya berobat

dengan unit kesehatan lain, lembaga pendidikan sejauh menyangkut

perawatnya.

9. Mendapat nasehat sebelum dijadikan subjek penelitian yang

mempengaruhi perawatan dan pengobatannya.

10. Pasien berhak untuk menolak ikut serta dalam proyek riset serupa tersebut.

11. Berharap mendapat keseimbangan pemeliharaan yang wajar.

12. Memeriksa dan menerima penjelasan tentang rekeningnya tanpa

memandang sumber pembayarannya.

13. Berhak untuk mengetahui peraturan rumah sakit yang berlaku baginya

sebagai pasien.

40
2.4.3. Kepuasan Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan Berdasarkan

Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

Judul Kepuasan Pelanggan pada Gawat Darurat


Dimensi Kenyamanan
Mutu
Tujuan Terselenggaranya pelayanan gawat darurat yang mampu
memberikan kepuasan pelanggan
Definisi Kepuasan adalah pernyataan tentang persepsi pelanggan
Operasional terhadap pelayanan yang di berikan
Frekuensi Setiap bulan
Pengumpulan
Data
Periode Tiga bulan sekali
Analisa
Numerator Jumlah kumulatif rerata penilaian kepuasan pasien Gawat
Darurat yang di survey
Denominator Jumlah seluruh pasien Gawat Darurat yang di survey
(minimal n = 50)
Sumber Data Survey
Standar ≥ 70%
Penanggung Kepala Instalasi Gawat Darurat / Tim Mutu / Panitia Mutu
jawab
Pengumpulan
data

2. Kepuasan Pelanggan pada Rawat Jalan

Tabel 2.2
Kepuasan pelanggan pada rawat jalan

41
Judul Kepuasan Pelanggan pada Rawat Jalan
Dimensi Kenyamanan
Mutu
Tujuan Terselenggaranya pelayanan rawat jalan yang mampu
memberikan kepuasan pelanggan
Definisi Kepuasan adalah pernyataan tentang persepsi pelanggan
Operasional terhadap pelayanan yang diberikan
Frekuensi Setiap bulan
Pengumpulan
Data
Periode Tiga bulan sekali
Analisa
Numerator Jumlah kumulatif rerata penilaian kepuasan pasien rawat
jalan yang disurvey
Denominator Jumlah seluruh pasien rawat jalan yang disurvey (minimal
n = 50)
Sumber Data Survey
Standar ≥ 90%
Penanggung Kepala Instalasi rawat jalan /tim mutu/panitia mutu
jawab
Pengumpulan
data
2.4.4. Faktor Penentu Kepuasan

Menurut Muninjaya (1996) dalam Bintan (2000), faktor penentu kepuasan pelayanan kesehatan ad

penelitian Bower, 1994 (Krowinski, 1996) kepuasan pelanggan terhadap

pelayanan kesehatan meliputi enam unsur yaitu: Perhatian,

hubungan/komunikasi; reliabilitas pelayanan; kemudahan; mengenal konsumen

dan ketanggapan.

42
Sedangkan kepuasan yang mengacu pada Azwar (1997) meliputi

hubungan pemberi dan penerima jasa, kenyamanan pelayanan (amenities),

kebebasan melakukan pilihan (choice), pengetahuan dan keterampilan teknis,

efektifitas pelayanan (effectiveness) dan keamanan tindakan (safety).

Dari beragai pendapat di atas, maka dapat dikelompokkan menjadi lima

dimensi kepuasan yang dikembangkan oleh 3 sekawan Berry, Zeithamil dan

Parasuraman (1999). Kelima dimensi ini telah mampu menjawab semua

perbedaan dimensi pada pendapat-pendapat para ahli sebelumnya. Kelima

dimensi tersebut yaitu :

1. Responsiveness (daya tanggap) yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam

membantu pelanggan dan memberikan pelayanan serta penanganan keluhan

dengan cepat tanggap.

2. Reliability (keandalan) yaitu kemampuan untuk memberikan dan melaksanakan

jasa atau pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat, tepat dan dapat

diandalkan. Keandalan mencakup dua hal pokok, yaitu : konsistensi kerja

(performance) dan kemampuan untuk dipercaya (dependability). Perusahaan

harus mampu memberikan pelayanan secara tepat semenjak pertama dan

memenuhi janjinya.

3. Assurance (kepastian / jaminan) yaitu berhubungan dengan pengetahuan,

kesopanan dan kemampuan karyawan dalam menumbuhkan kepercayaan dan

keyakinan pelanggan. Dimensi ini merupakan gabungan dari dimensi :

a. Kompetensi (Competence), artinya keterampilan dan pengetahuan karyawan

dalam melakukan pelayanan

b. Kesopanan (Courtesy), meliputi keramahan, perhatian dan sikap karyawan.

43
c. Kredibilitas (Credibility), berhubungan dengan hal yang menumbuhkan

kepercayaan kepada perusahaan seperti reputasi, prestasi dan lainnya

4. Empathy (empati) yaitu adanya kesediaan dari karyawan untuk peduli,

memberikan perhatian khusus yang bersifat pribadi, kemudahan dalam

melakukan hubungan komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan

pelanggan. Dimensi ini merupakan gabungan dari dimensi :

a. Akses (Access), yaitu kemudahan dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan

b. Komunikasi (Communication), merupakan kemampuan menyampaikan

informasi kepada pelanggan atau menerima masukkan dari pelanggan

c. Memahami pelanggan (Understanding the customer), meliputi usaha

perusahaan untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan pelanggan.

5. Tangibles (bukti fisik). Kualitas jasa yang ditentukan dengan melihat

penampilan fisik, peralatan, penampilan karyawan dan sarana komunikasi yang

ada. Dimensi ini merupakan dimensi yang pertama kali disadari oleh pelanggan

dan menjadi hal paling penting, kekurangan atau keburukan dari dimensi ini

akan cepat terlihat.

2.4.5. Pengukuran Kepuasan

Mengukur kepuasan pasien menurut Supranto (2001) dimulai dari penentu

pasien kemudian memonitor/observasi dari tingkat kualitas yang diinginkan dan

akhirnya merumuskan strategi. Menurutnya harapan pasien dapat terbentuk dari

pengalaman masa lalu, komentar dari kerabat serta janji dan informasi dari penyedia

jasa dan pesaing. Kepuasan pelanggan dapat digambarkan dengan suatu sikap pasien,

berupa derajat kesukaan (kepuasan) dan ketidaksukaan (ketidak puasan) pasien

terhadap pelayanan yang pernah dilakukan sebelumnya. Hal ini dapat diketahui dari

44
jumlah keluhan dari pasien/keluarganya, surat pembaca dikoran, surat kaleng, surat

yang masuk di kotak saran dan sebagainya. (Muninjaya,2004).

Menurut Krowinski (1996) rasa puas dan tidak puas ditentukan oleh

kesenjangan antara harapan (expectations) dan pengalaman (experience). Bila

pengalaman melebihi dari harapan maka pengalaman tersebut tidak memuaskan dan

sebaliknya bila pengalamannya kurang dari harapan maka, pengalaman tersebut

memuaskan (Krowinski,1996), hal ini juga serupa dengan kesimpulan (Enggel, 1990

dalam Moenir,2002), bahwa kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara

harapan dan kinerja dan hasil yang diharapkan. Tanggapan pasien terhadap

pelayanan keperawatan adalah bagaimana penerimaan pasien terhadap tindakan

keperawatan selama dirawat. Pasien sebagai sasaran pelayanan keperawatan yang

diberikan rumah sakit.

Azwar (1997) berpendapat bahwa pasien sebagai konsumen penerima jasa

pelayanan mempunyai tuntutan dan kebutuhan, terpenuhi atau tidaknya tuntutan

tersebut terkait dengan timbulnya atau tidaknya rasa puas (Client statisfaction).

Berdasarkan penemuan dari Tse dan Wilton (19890 dalam Supranto (2001) bahwa

kepuasan pasien dirumuskan sebagai berikut:

Kepuasan = (Expectation ≥ Perceived performance)

Apabila perceived performance melebihi expectation maka pasien akan puas, tetapi

bila sebaliknya maka, pasien merasa akan tidak puas, sehingga indeks kepuasan

dapat dirumusk an sebagai berikut :

45
Dari konsep-konsep tersebut kepuasan pasien didapat atas dasar

kepentingan/harapan pasien (expectation) dan kinerja (performance) pemberi jasa

yang dirasakan pasien sebagai pasien (experience), berdasarkan dari perbandingan

antar tingkat kepentingan dan hasil penilaian kinerja yang urutan prioritas

peningkatan faktor–faktor yang mempengaruhi kepuasan (Supranto, 2001).

Salah satu konsep pengukuran kepuasan dalam bidang jasa yang saat ini

banyak digunakan yaitu metode SERVQUAL hasil kerja 3 sekawan Berry, Zeithamil

dan Parasuraman pada 1998. Metode ini mempunyai kekuatan selain di formulasikan

berdasarkan hasil riset yang panjang dan mendalam tetapi disertai juga dengan cara

pengukuran yang dapat dimengerti. Dengan metode ini dapat menilai kualitas jasa

atau pelayanan menggunakan lima dimensi, yaitu :

1. Responsiveness (daya tanggap) yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam

membantu pelanggan dan memberikan pelayanan serta penanganan keluhan

dengan cepat tanggap.

2. Reliability (keandalan) yaitu kemampuan untuk memberikan dan melaksanakan

jasa atau pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat, tepat dan dapat

diandalkan. Keandalan mencakup dua hal pokok, yaitu : konsistensi kerja

(performance) dan kemampuan untuk dipercaya (dependability). Perusahaan

harus mampu memberikan pelayanan secara tepat semenjak pertama dan

memenuhi janjinya.

3. Assurance (kepastian / jaminan) yaitu berhubungan dengan pengetahuan,

kesopanan dan kemampuan karyawan dalam menumbuhkan kepercayaan dan

keyakinan pelanggan. Dimensi ini merupakan gabungan dari dimensi :

46
a. Kompetensi (Competence), artinya keterampilan dan pengetahuan karyawan

dalam melakukan pelayanan

b. Kesopanan (Courtesy), meliputi keramahan, perhatian dan sikap karyawan.

c. Kredibilitas (Credibility), berhubungan dengan hal yang menumbuhkan

kepercayaan kepada perusahaan seperti reputasi, prestasi dan lainnya.

4. Empathy (empati) yaitu adanya kesediaan dari karyawan untuk peduli,

memberikan perhatian khusus yang bersifat pribadi, kemudahan dalam

melakukan hubungan komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan

pelanggan. Dimensi ini merupakan gabungan dari dimensi :

a. Akses (Access), yaitu kemudahan dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan

b. Komunikasi (Communication), merupakan kemampuan menyampaikan

informasi kepada pelanggan atau menerima masukkan dari pelanggan

c. Memahami pelanggan (Understanding the customer), meliputi usaha

perusahaan untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan pelanggan.

5. Tangibles (bukti fisik). Kualitas jasa yang ditentukan dengan melihat

penampilan fisik, peralatan, penampilan karyawan dan sarana komunikasi yang

ada. Dimensi ini merupakan dimensi yang pertama kali disadari oleh pelanggan

dan menjadi hal paling penting, kekurangan atau keburukan dari dimensi ini

akan cepat terlihat.

1.4. Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Kepuasan Pasien

Berdasarkan penelitian Colahan et al (1998) didapatkan adanya hubungan

antara 10 perilaku caring Watson dengan kepuasan pasien di beberapa rumah sakit

pemerintah di Kanada. Begitu pula dengan hasil penelitian Palese, et al (2011)

didapatkan korelasi yang positif antara 10 perilaku caring perawat Watson dengan

47
kepuasan pasien di enam negara di Eropa. Tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian

George (2000) yang menemukan adanya hubungan antara 10 perilaku karatif caring

yang dikemukakan oleh Watson dengan kepuasan pasien di instalasi rawat inap di

rumah sakit pemerintah Nepal.

Namun pada tahun 1994, Wolf, et al, mengembangkan 5 dimensi perilaku caring

perawat dengan menyederhanakan 10 perilaku karatif caring Watson (1979),

kemudian dalam penelitiannya juga menghubungkan antara 5 dimensi perilaku

caring perawat ini dengan kepuasan pasien. Hasil penelitiannya yang berjudul

Relationship between nurse caring and patient satisfaction di dapat ada hubungan

antara lima dimensi caring dengan kepuasan pasien. Pada alpha 0,05 maka hasil uji

didapatkan variabel Assurance of human presence (Pv=0,002), Respectful deference

(Pv=0,008), Professional knowledge and skill (Pv=0,012), Positive Connectednes

(Pv=0,01), dan Attentive to other’s experience (Pv=0,004) pada alpha 0,05.

Hasil penelitian Rafii, et al, (2007) didapatkan hubungan yang signifikan antara

5 dimensi caring perawat dengan kepuasan pasien di rumah sakit pemerintah 1

Brunai Darusalam. Hasil uji chi square menunjukkan pada alpha 0,05, variabel

Assurance of human presence (Pv=0,001), Respectful deference (Pv=0,010),

Professional knowledge and skill (Pv=0,003), Positive Connectednes (Pv=0,001),

dan Attentive to other’s experience (Pv=0,009).

Tidak jauh berbeda dengan penelitian Gurusinaga (2015) yang bertujuan untuk

mengetahui Hubungan Perilaku Caring Perawat dan Kepuasan Pasien Rawat Inap RS

Adam Malik Medan tahun 2015. Hasil uji menunjukkan pada alpha 0,05, variabel

Assurance of human presence (Pv=0,011), Respectful deference (Pv=0,010),

48
Professional knowledge and skill (Pv=0,008), Positive Connectednes (Pv=0,009),

dan Attentive to other’s experience (Pv=0,001).

49
1.5. Kerangka Teori

Kerangka teori ini berdasarkan Watson (1979) yang menyebutkan bahwa

perilaku caring yang diharapkan dalam keperawatan dan saling berhubungan dengan

kepuasan pasien. Namun Wolf, et al (1994) membuat konsep 5 faktor caring yang

didasari dari 10 faktor caring Watson (1979) dan menghubungkannya dengan

kepuasan pasien.

Menurut Supranto (2001), kepuasan pasien dapat dinilai berdasarkan faktor

reliabilitas, ketanggapan, kompetensi, hubungan/komunikasi dan pengertian.

Sedangkan Krowinski (1996) menetapkan kepuasan pasien meliputi enam unsur

yaitu: perhatian, hubungan/komunikasi, reliabilitas pelayanan, kemudahan, mengenal

konsumen dan ketanggapan. Azwar, (1997) berpendapat kepuasan dinilai

berdasarkan hubungan pemberi dan penerima jasa, kenyamanan pelayanan,

kebebasan melakukan pilihan, pengetahuan dan keterampilan teknis, efektifitas

pelayanan dan keamanan tindakan. Kemudian Parasuraman, dkk (1999)

mengelompokkan dimensi kepuasan kedalam lima dimensi yang sering disebut

dengan konsep servqual, yaitu: Responsiveness (daya tanggap), Reliability

(keandalan), Empathy (empati), Assurance (jaminan) dan Tangibles (bukti fisik).

Dari uraian diatas, maka kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

50
Azwar, (1997)

Bagan 2.1 Kerangka Teori


Kepuasan Pasien
Perilaku Caring Reliabilitas
Ketanggapan, 51
1. Mengutamakan nilai- Kompetensi,
Hubungan/komunikas
nilai kemanusiaan Pengertian.
2. Menanamkan Supranto (2001)
Perilaku Caring
kepercayaan- harapan
1. Assurance of human presence Perhatian
3. Mengembangkan kepekaan
Hubungan/komunikasi
diri sendiri dan orang lain 2. Respectful deference Reliabilitas pelayanan,
Kemudahan,
4. Hubungan saling percaya 3. Professional knowledge and skill Mengenal konsumen
dan saling membantu 4. Positive connectedness Ketanggapan.

5. Ekspresi perasaan yang positif 5. Attentive to other’s experience Krowinski (1996)


dan negatif (Wolf, et al, 1994)
6. Pemecahan masalah
yang sistematis
7. Proses belajar
mengajar
interpersonal,
8. Lingkungan yang mendukung
9. Pemenuhan kebutuhan
dasar manusia Responsiveness
Realibility
10. Exsistential phenomenological Assurance
Empathy
Tangibles
Parasuraman, (1999)
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori, variabel independen dari penelitian ini dipilih

berdasarkan konsep 5 dimensi caring Wolf, et al (1994) yang dihubungkan

dengan variabel dependen, yaitu kepuasan pasien. Kelima dimensi perilaku caring

perawat tersebut adalah: Assurance of human presence, Respectful deferenc,

Professional knowledge and skill, Positive connectedness dan Attentive to other’s

experience.

Pada penelitiannya, Wolf, et al (1994) menemukan adanya hubungan yang

bermakna antara kelima dimensi ini dengan kepuasan pasien. Selain itu,

Gurusinaga (2015) juga telah melakukan penelitian dan menemukan adanya

hubungan antara kelima dimensi ini dengan kepuasan pasien di ruang rawat inap

RS Adam Malik Medan tahun 2016.

Variabel dependen penelitian adalah kepuasan pasien yang dikemukakan

oleh Parasuraman, et al, (1999). Mereka menyempurnakan semua faktor dan

dimensi kepuasan yang telah dikemukakan oleh para ahli sebelumnya. Sehingga

vaiabel dependen dalam penelitian ini akan diukur berdasarkan aspek

Responsiveness (daya tanggap), Reliability (keandalan), Empathy (empati),

Assurance (jaminan) dan Tangibles (bukti fisik).

Konsep pengukuran kepuasan ini banyak digunakan dalam bidang mutu

pelayanan dan jasa pada saat ini. selain itu, metode servqual ini diformulasikan

berdasarkan hasil riset yang panjang dan mendalam serta cara–cara pengukuran

52
yang dapat dimengerti dengan mengukur selisih antara harapan dan kenyataan

yang diterima klien.

Berikut ini merupakan kerangka konsep yang akan diteliti lebih lanjut

oleh peneliti:

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Perilaku Caring Perawat Kepuasan Pasien

Assurance of human presence

Respectful deference
Kepuasan Pasien

Responsiveness
Realibility
Professional knowledge and skill Assurance
Empathy
Tangibles

Positive connectedness

Attentive to other’s experience

53
3.2 Definisi Operasional Penelitian

No Variabel Independen Definisi Operasional Alat ukur dan cara Skala Hasil Ukur
Perilaku Caring pengumpulan data ukur
1 Assurance of human Penilaian responden mengenai perilaku Kuesioner yang diisi Ordinal 1. Baik jika penilaian ≥ mean
presence perawat dalam mendatangi dan oleh responden. (untuk data terdistribusi
berinteraksi dengan responden, cara normal)/ median (untuk data
berbicara perawat, sikap mendorong tidak terdistribusi normal).
responden untuk memanggil perawat 2. Buruk jika penilaian < mean
jika dibutuhkan, kecepatan tanggapan (untuk data terdistribusi
perawat, membantu mengurangi rasa normal)/ median (untuk data
sakit responden dan memberikan obat tidak terdistribusi normal).
tepat pada waktunya (Wolf, et al, 1994).

2 Respectful deference Penilaian responden mengenai perilaku Kuesioner yang diisi Ordinal 1. Baik jika penilaian ≥ mean
perawat dalam mendengarkan oleh responden. (untuk data terdistribusi
responden, menghormati responden, normal)/ median (untuk data
memberikan dukungan, mempersilakan tidak terdistribusi normal).
responden mengutarakan keluhannya 2. Buruk jika penilaian < mean
dan menyapa responden ( Wolf, et al, (untuk data terdistribusi
1994). normal)/ median (untuk data
tidak terdistribusi normal).

54
3 Professional Penilaian responden mengenai perilaku Kuesioner yang diisi Ordinal 1. Baik jika penilaian ≥ mean
knowledge and skill perawat dalam melakukan tindakan oleh responden. (untuk data terdistribusi
keperawatan, bersikap percaya diri, normal)/ median (untuk data
menggunakan gaya bahasa yang tidak terdistribusi normal).
sederhana dan mudah dimengerti oleh 2. Buruk jika penilaian < mean
responden (Wolf, et al, 1994). (untuk data terdistribusi
normal)/ median (untuk data
tidak terdistribusi normal).
4 Positive Penilaian responden mengenai perilaku Kuesioner yang diisi Ordinal 1. Baik jika penilaian ≥ mean
Connectedness perawat dalam meluangkan waktu oleh responden. (untuk data terdistribusi
bersama responden, memberi harapan normal)/ median (untuk data
kepada responden, memberikan tidak terdistribusi normal).
kenyamanan untuk responden dan 2. Buruk jika penilaian < mean
berinteaksi dengan responden (Wolf, et (untuk data terdistribusi
al, 1994). normal)/ median (untuk data
tidak terdistribusi normal).
5 Attentive to other’s Penilaian responden mengenai perilaku Kuesioner yang diisi Ordinal 1. Baik jika penilaian ≥ mean
experience perawat dalam mengutamakan oleh responden. (untuk data terdistribusi
kepentingan responden, memiliki sikap normal)/ median (untuk data
empati, dan membiarkan responden tidak terdistribusi normal).
mengekspresikan perasaannya (Wolf, et 2. Buruk jika penilaian < mean
al, 1994). (untuk data terdistribusi
normal)/ median (untuk data
tidak terdistribusi normal).

55
No Variabel Dependen Definisi Operasional Cara ukur Skala Hasil Ukur
ukur
1 Kepuasan Pasien Penilaian responden mengenai Kuosioner yang di Ordinal 1. Puas jika nilai kenyataan ≥
pelayanan berdasarkan selisih antara isi oleh responden. nilai harapan.
harapan dengan kenyataan, yang terdiri 2. Tidak puas jika nilai
dari : kenyataan < nilai harapan.
1. Responsiveness (daya tanggap),
yaitu penilaian pasien terhadap
petugas yang siap sedia dalam
melayani dan menangani keluhan
pasien, sikap petugas dalam
menerima pasien, dan pemberian
tindakan yang tepat dan tanggap
untuk pasien (Kurnia, 2008).

2. Realibility (keandalan), yaitu


penilaian pasien terhadap petugas
dalam pelayanan dengan hati-hati,
ketepatan pelayanan yang sesuai
dengan yang dijanjikan, keterbukaan
informasi rencana keperawatan
pasien kepada pasien/keluarga,
pemberian informasi dan penjelasan
kepada pasien/keluarga sebelum

56
dilakukannya tindakan (Kurnia,
2008).

3. Empathy (empati), yaitu waktu


pelayanan yang cukup, pelayanan
yang sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan pasien, perhatian petugas
yang sungguh-sunggu terhadap
pasien, petugas mendengarkan
keinginan pasien, petugas
memotivasi pasien untuk segera
sembuh (Kurnia, 2008).

4. Assurance, kepastian / jaminan),


yaitu petugas dinilai memiliki
kemampuan dan pengetahuan yang
mempuni, penjelasan rencana
keperawatan, kebebasan memilih
pelayanan, mampu meyakinkan
pasen, dan kejelasan semua
informasi selama masa perawatan
(Kurnia, 2008).

57
5. Tangibles (bukti fisik), yaitu
penilaian pasien mengenai fisik
kerapihan petugas, tersenyum dalam
menerima pasien, terlihat ramah,
terlihat bersahabat, berpakaian yang
sopan dan bersih (Kurnia, 2008).

58
3.3 Hipotesis Penelitian

Ha1 Ada hubungan antara perilaku caring perawat (assurance of human

presence) dengan kepuasan pasien di ruang perawatan teratai Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2016.

Ha2 Ada hubungan antara perilaku caring perawat (respectful deference)

dengan kepuasan pasien di ruang perawatan teratai Rumah Sakit Umum

Pusat Fatmawati tahun 2016.

Ha 3 Ada hubungan antara perilaku caring perawat (professional knowledge)

and skill dengan kepuasan pasien di ruang perawatan teratai Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2016.

Ha 4 Ada hubungan antara perilaku caring perawat (positive connectedness)

dengan kepuasan pasien di ruang perawatan teratai Rumah Sakit Umum

Pusat Fatmawati tahun 2016.

Ha 5 Ada hubungan antara perilaku caring perawat (attentive to other’s

experience) dengan kepuasan pasien di ruang perawatan teratai Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2016.

59
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara perilaku

caring perawat dengan kepuasan pasien di ruang perawatan Teratai Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawat tahun 2016. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif

dengan desain Cross Sectional, yaitu suatu desain penelitian untuk mempelajari

suatu dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dan dengan suatu

pendekatan, observasi ataupun dengan pengumpulan data pada saat tertentu (point

time approach) (Notoatmodjo, 2010).

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang perawatan Teratai Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati. Jalan RS. Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan pada bulan Mei-Juni

2016.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap dewasa (umur

diatas 17 tahun) yang telah menjalani perawatan di ruang rawat inap rumah sakit

selama 3 hari atau lebih di ruang rawat inap Teratai Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati tahun 2016. Sedangkan sampel dalam penelitian ini yaitu sejumlah

pasien yang mewakili populasi yang dirawat pada ruang rawat inap teratai RSUP

Fatmawati tahun 2016.

60
Besar sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan rumus jumlah

sampel untuk uji hipotesis beda 2 proporsi, yaitu:

n = Jumlah sampel minimal yang diperlukan


Z1-α/2= Derajat kepercayaan (CI 95% = 1,96; α=5%)
= Kekuatan uji 90%

P₁ = Proporsi pasien yang tidak puas, yang menilai attentive to others


buruk.
P₂ = Proporsi pasien yang tidak puas, yang menilai attentive to others
baik

Tabel 4.1
Perhitungan Besar Sampel Minimum

Variabel P1 P2 ά (%) ß (%) N


Assurance of human 0,88 0,12 5 80 28
presence 10 24

P1 = Baik 1 37
P2 = Buruk 5 90 33

Gurusinaga (2015) 10 28
1 43
Respectful deference 0,85 0,15 5 80 28
P1 = Baik 10 24
P2 = Buruk 1 38
Gurusinaga (2015)
5 90 34
10 29
1 45
Professional knowledge 0,87 0,13 5 80 28
and skill 10 24
P1 = Baik 1 38
P2 = Buruk
5 90 34
Gurusinaga (2015)
10 29
1 44
Positive Connectedness 0,53 0,42 5 80 348
61
Variabel P1 P2 ά (%) ß (%) N
P1 = Baik 10 274
P2 = Buruk 1 518
Gurusinaga (2015) 5 90 465
10 379
1 659
Attentive to other’s 0,80 0,43 5 80 26
10 21
P1 = Baik 1 39
P2 = Buruk 5 90 35
Gurusinaga (2015) 10 38
1 49

Berdasarkan perhitungan, didapat sampel minimal dalam penelitian ini yaitu 35 pasien. Dari hasil te
adalah sebagai berikut:

Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus uji hipotesis dua proporsi diatas, diperoleh besar samp
4.4 Pengumpulan Data

Peneliti melakukan pengumpulan data penelitian setelah mendapat izin dari

pembimbing penelitian dan izin penelitian dari direktur RSUP Fatmawati.

Selanjutnya peneliti mendatangi ruangan rawat inap Teratai RSUP Fatmawati dan

bertemu dengan kepala ruangan untuk memohon izin melakukan pengumpulan data.

4.4.1 Data Primer

Untuk data primer, setelah mendapat izin kepada kepala ruangan untuk

penelitian, maka peneliti juga meminta izin untuk melihat data pasien dewasa (17

62
tahun keatas) yang sudah dirawat minimal 3 hari di ruang rawat inap. Setelah data

pasien tersebut didapatkan, selanjutnya peneliti mendatangi ruangan pasien untuk

menemui pasien yang menjadi responden pada peneltian ini. Setelah menemui

responden, selanjutnya peneliti menjelaskan pada responden tersebut mengenai

tujuan dan manfaat penelitian serta proses pengisian kuisioner, kemudian responden

diminta untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden dan peneliti

membagikan kuisioner kepada responden. Selama proses pengisian kuisioner peneliti

mendampingi responden, agar apabila ada pe rnyataan yang tidak jelas, peneliti dapat

menjelaskan kembali dengan tidak mengarahkan jawaban responden. Selanjutnya

peneliti mengumpulkan seluruh kuisioner.

Adapun isi kuesioner terdiri lima variabel independen (perilaku caring) yaitu:

assurance of human presence, respectful deference, professional knowledge and

skill, positive connectedness, attentive to other’s experience. Sedangkan satu variabel

dependennya yaitu kepuasan pasien yang diukur berdasarkan responsiveness,

reliability, empathy, assurance dan tangibles.

4.4.2 Data Sekunder

Data sekunder di peroleh dari profil rumah sakit, Laporan IKM tahun 2015

semester 1 dan 2, Laporan tahunan RS tahun 2015 dan laporan rekam medis

tahun 2015.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang diisi

oleh seluruh responden. Kuisioner penelitian terdiri dari tiga kategori data yaitu

data demografi, perilaku caring perawat dan kepuasan pasien.

63
1. Kuisioner data demografi

Kuisioner data demografi digunakan untuk mengetahui data demografi

pasien rawat inap yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, status,

pendidikan, pekerjaan dan lantai perawatan.

2. Kuisioner Perilaku Caring

Kuisioner perilaku caring digunakan untuk menggambarkan perilaku caring

perawat melalui pasien rawat inap. Penelitian ini menggunakan instrumen

Caring Behavior Inventory (CBI) yang dikembangkan oleh Wolf (1986) yang

terdiri dari 33 butir pernyataan yang didasari oleh 10 faktor karatif Watson

(1979).

Kuesioner Wolf (1986) telah diujicobakan dalam penelitian Gurusinaga

(2015) di Rumah Sakit Adam Malik Medan. Pernyataan untuk variabel

Respectful deference yang terdapat dalam instrumen penelitian ini terdapat pada

nomor 1, 2, 3, 5, 7, 8, 4; Assurance of human presence pada nomor 9, 10, 11,

15, 28, 6; Professional knowledge and skill pada nomor 29, 16, 18, 27, 30, 31,

32, 12; Positive connectedness pada nomor 33, 26, 24, 17, 14, 19, 13 dan

Attentive to other’s experience yang terdapat dalam instrument penelitian ini

pada nomor 20, 21, 22, 23, 25.

Pengembangan kuesioner juga dilakukan pula dengan memasukkan poin

yang ada dalam kode etik keperawatan yang telah dikeluarkan oleh PPNI

khususnya pada poin perawat dan klien yang merupakan pedoman bagi

perawat untuk memberikan pelayanan keperawatan terhadap klien. Untuk

kode etik keperawatan ini menyesuaikan dengan dimensi caring Wolf yang

terdapat dimensi Respectful deference pada nomor 8 dan 4, Assurance of

64
human presence pada nomor 6 dan Professional knowledge and skill pada

nomor 12.

Tabel 4.1
Blue Print Alat Ukur Perilaku Caring
Perawat Jumlah
No Perilaku Caring Perawat No Kuesioner
pertanyaan
1 Respectful deference 1, 2, 3, 5, 7, 8, 4 7
2 Assurance of human presence 9, 10, 11, 15, 28, 6 6
3 Professional knowledge and 29, 16, 18, 27, 8
skill 30,31, 32, 12
4 Positive connectedness 33, 26, 24, 17, 14, 7
19, 13
5 Attentive to other’s experience 20, 21, 22, 23, 25 5

Jenis kuesioner yang dipakai untuk variabel independen ini adalah kuesioner tertutup karena sudah
Tidak Pernah

Kadang-kadang

Sering

Selalu

3. Kuesioner Kepuasan Pasien

Variabel dependen mengacu pada Parasuraman (1999) dalam Kurnia

(2008) terdiri dari penilaian Responsiveness (daya tanggap) yang terdapat

pada nomor 1, 6, 11, 16, 21; Reliability (keandalan) pada nomor 2, 7, 12, 17,

22; Empathy (empati) pada nomor 3, 8, 13, 18, 23; Assurance (jaminan)

pada nomor 4, 9, 14, 19, 24 dan Tangibles (bukti fisik) pada nomor 5, 10,

15, 20, 25. terdapat 25 pertanyaan dengan blue print sebagai berikut:

65
Tabel 4.2
Blue Print Alat Ukur Kepuasan Pasien
Jumlah
No Dimensi Kepuasan Pasien No Kuesioner
pertanyaan
1 Responsiveness (daya 1, 6, 11, 16, 21, 5
tanggap)
2 Reliability (keandalan), 2, 7, 12, 17, 22 5
3 Empathy (empati), 3, 8, 13, 18, 23 5
4 Assurance (jaminan) 4, 9, 14, 19, 24 5
5 Tangibles (bukti fisik). 5, 10, 15, 20, 25 5

Dalam penelitian ini, pengukuran kepuasan dilakukan dengan mengukur

kesenjangan antara harapan (expectations) dan pengalaman (experience).

Bila pengalaman melebihi dari harapan maka pengalaman tersebut tidak

memuaskan dan sebaliknya bila pengalamannya kurang dari harapan maka

pengalaman tersebut memuaskan. Untuk mengisi “kenyataan”, alternatif

yang tersedia berupa: (1) sangat tidak puas, (2) tidak puas, (3) puas, (4)

sangat puas. Sedangkan untuk mengisi harapan, alternatif yang tersedia

berupa: (1) sangat tidak penting, (2) tidak penting, (3) penting, (4) sangat

penting. Kuesioner kepuasan pasien ini telah pernah diujicoba dalam

penelitian Kurnia (2008) dibeberapa rumah sakit swasta di Jakarta.

4.6 Uji Realibilitas dan Validitas

Sebelum kuesioner dibagikan ke responden utama, peneliti terlebih dahulu

memberikan kuesioner responden pada sasaran yang berbeda namun memiliki

kesamaan karakteristik, yaitu pasien yang dewasa (usia diatas 17 tahun) yang dirawat

lebih dari 3 hari. Uji coba kuesioner ini dilakukan untuk menguji validitas dan

realibilitas dari kuesioner dengan jumlah sampel 30 orang.

66
Tabel 4.3
Hasil Uji Realibilitas Kuesioner
Variabel Jumlah Cronbach’s r tabel Keputusan
Pertanyaan Alpha
Kepuasan Pasien 25 0,838 0,361 Reliabel
Assurance of human 7 0,774 0,361 Reliabel
presence
Respectful deference 6 0,668 0,361 Reliabel
Professional knowledge 8 0,819 0,361 Reliabel
and skill
Positive connectedness 7 0,859 0,361 Reliabel
Attentive to other’s 5 0,691 0,361 Reliabel
experience
Tabel 4.4
Hasil Uji Validitas Kuesioner

Variabel Pertanyaan r hitung r tabel Keputusan


Perilaku Assurance IA1 0,393 0,361 Valid
Caring of human IA2 0,535 0,361 Valid
Perawat presence IA3 0,717 0,361 Valid
IA4 0,617 0,361 Valid
IA5 0,810 0,361 Valid
IA6 0,628 0,361 Valid
IA7 0,624 0,361 Valid
Respectful IB1 0,515 0,361 Valid
deference IB2 0,367 0,361 Valid
IB3 0,787 0,361 Valid
IB4 0,816 0,361 Valid
IB5 0,575 0,361 Valid
IB6 0,483 0,361 Valid
Professiona IC1 0,705 0,361 Valid
l knowledge IC2 0,489 0,361 Valid
and skill IC3 0,659 0,361 Valid
IC4 0,453 0,361 Valid
IC5 0,567 0,361 Valid
IC6 0,468 0,361 Valid
IC7 0,439 0,361 Valid
IC8 0,699 0,361 Valid

Positive ID1 0,430 0,361 Valid


connectedne ID2 0,712 0,361 Valid
ss ID3 0,589 0,361 Valid
ID4 0,923 0,361 Valid

67
ID5 0,698 0,361 Valid
ID6 0,761 0,361 Valid
ID7 0,705 0,361 Valid
Attentive to IE1 0,432 0,361 Valid
other’s IE2 0,642 0,361 Valid
experience IE3 0,662 0,361 Valid
IE4 0,571 0,361 Valid
IE5 0,639 0,361 Valid
Kepuasan Responsiven DA1 0,437 0,361 Valid
Pasien ess DA2 0,383 0,361 Valid
DA3 0,437 0,361 Valid
DA4 0,508 0,361 Valid
DA5 0,563 0,361 Valid
Reliability DB1 0,701 0,361 Valid
DB2 0,506 0,361 Valid
DB3 0,428 0,361 Valid
DB4 0,757 0,361 Valid
DB5 0,670 0,361 Valid
Empathy DC1 0,513 0,361 Valid
DC2 0,643 0,361 Valid
DC3 0,789 0,361 Valid
DC4 0,462 0,361 Valid
DC5 0,462 0,361 Valid
Assurance DD1 0,461 0,361 Valid
DD2 0,541 0,361 Valid
DD3 0,478 0,361 Valid
DD4 0,370 0,361 Valid
DD5 0,522 0,361 Valid
Tangibles DE1 0,787 0,361 Valid
DE2 0,515 0,361 Valid
DE3 0,392 0,361 Valid
Dari Tabel 4.5 diatas, dapat dilihat
DE4bahwa seluruh pertanyaan
0,392 memiliki
0,361 nilai rValid
hitung melebihi ukura
DE5 0,599 0,361 Valid

penelitian adalah valid.

4.7 Manajemen Data

Seluruh data yang terkumpul menggunakan sistem komputerisasi yang akan

diolah melalui tahap-tahap sebagai berikut:

68
1. Menyunting data (data editing).

Data yang dikumpulkan selama penelitian perlu diperiksa terlebih

dahulu, untuk memastikan data tersebut layak diolah lebih lanjut. Adapun data

yang dikumpulkan selama penelitian adalah berupa kuesioner. Untuk itu,

peneliti melakukan pemeriksaan kuesioner secara fisik, yakni dengan

memeriksa kelengkapan jawaban responden dan memastikan setiap lembar

kuesioner utuh dan tidak ada yang terlepas atau hilang. Setelah proses

pengumpulan data dilapangan, data-data yang sudah terkumpul kembali

diperiksa. Jika ternyata pada data-data tersebut ada data-data tersebut ada yang

kurang atau data yang salah, maka akan kembali ditanyakan kepada responden

penelitian.

Apabila dalam kegiatan penyuntingan data ini dilakukan dilapangan,

makan akan langsung ditanyakan pada responden yang bersangkutan. Namun,

apabila kejadian ini baru ditemukan di luar lapangan/lokasi penelitian maka

bisa ditanyakan melalui nomor telepon reponden yang dicantumkan dalam

lembar kuesioner. Sehingga pada saat proses pemasukan data (entry data)

tidak ada lagi data yang missing.

2. Mengkode data (data coding)

Pengkodean sudah dilakukan sejak menyusun kuesioner. Pemberian kode

dimaksudkan untuk memudahkan dalam memasukkan data karena nomor

pertanyaan dibuat secara random. Berikut ini pengkodean yang telah

dilakukan:

69
Tabel 4.5
Kode Instrumen Penelitian
Kode Variabel Kode Nomor Kuesioner
nomor
IA (Independen Respectful IA 1 – IA 7 1, 2, 3, 5, 7, 8, 4
deference)
IB (Independen Assurance of IB 1-IB 6 9, 10, 11, 15, 28, 6
human presence)
IC (Independen Professional IC 1- IC 8 29, 16, 18, 27,
knowledge and skill) 30,31, 32, 12
ID (Independen Positive ID 1- ID7 33, 26, 24, 17, 14,
connectedness) 19, 13
IE (Independen Attentive to IE 1- IE5 20, 21, 22, 23, 25
other’s experience)
Kepuasan DA (Dependen DA 1- DA 5 1, 6, 11, 16, 21,
Pasien. Responsiveness)
DB (Dependen DB 1- DB 5 2, 7, 12, 17, 22
Reliability)
DC (Dependen DC 1- DC 5 3, 8, 13, 18, 23
Empathy)
DD (Dependen DD 1- DD 5 4, 9, 14, 19, 24
Assurance )
DE (Dependen DE 1- DE 5 5, 10, 15, 20, 25
Tangibles)

Kegiatan pemberian kode juga dilakukan untuk mempermudah pemasukan data dan pengo
yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Kepuasan Pasien: 0 = tidak puas, jika nilai kenyataan < nilai harapan.

1= puas, jika nilia kenyataan ≥ nilai harapan.


b. Perilaku caring perawat: 0 buruk, jika skor < mean atau median. 1

baik, jika skor ≥ mean atau median.

3. Skoring, yaitu dengan menjumlahkan seluruh skor jawaban responden

berdasarkan variabel perilaku caring perawat dan variabel kepuasan pasien.

Penelitian terdahulu membagi alternatif jawaban dalam skala likert menjadi 5

70
kategori, dengan kategori 3 berupa netral. Namun dalam penelitian ini hanya

mengambil 4 kategori, karena menghindari nilai tengah yang cenderung ragu-

ragu untuk memilih dan bersifat netral.

1) Perilaku Caring Perawat.

Variabel perilaku caring perawat terdiri dari 4 kategori dengan 33

pernyataan. Skor tertinggi (jawaban selalu dengan kode 4) adalah 132

dan skor terendah (jawaban tidak pernah denan kode 1) adalah 33.

Selanjutnya dilakukan pengkategorian prilaku caring baik dan buruk

berdasarkan nilai mean/ median.

2) Kepuasan Pasien

Variabel kepuasan pasien akan dinilai berdasarkan selisih antara harapan

dan kenyataan. Skor paling tinggi pada tiap item pernyataan kepuasan

pasien adalah +3 (kenyataan 4 dan harapan 1), sedangkan skor paling

rendahnya adalah -3 (kenyataan 1 dan harapan 4). Setiap skor yang

negatif maka akan diberi kode 0 yang artinya tidak puas, dan jika skor

positif (termasuk 0), maka akan diberi kode 1 yang artinya pasien merasa

puas.

4. Entry.

Pada data tahap ini, data-data dimasukkan dalam program perangkat lunak

komputer. Data dari kuesioner dimasukkan dengan bantuan software EPI data,

Microsoft Exel dan SPSS.

5. Cleaning

71
Data yang telah di entry dicek kembali untuk memastikan bahwa data

tersebut bersih dari kesalahan, baik kesalahan pengkodean maupun kesalahan

dalam membaca kode. Setelah semua data dimasukkan ke dalam program

komputer, data-data tersebut kembali diperiksa untuk menghindari adanya

kesalahan yang mungkin terlewatkan di tahapan pemeriksaan sebelumnya.

Jika tahapan ini sudah selesai, maka tinggal dilakukan analisis data sesuai

tujuan dari penelitian.

4.8 Analisis Data

1. Analisis univariat, yaitu suatu analisis yang dilakukan terhadap sebuah

variabel. Adapun tujuan analisis univariat pada penelitian ini adalah untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel

independen dan dependen.

2. Analisis bivariat, digunakan untuk mengetahui hubungan variabel independen

(perilaku caring perawat) dengan variabel dependen (kepuasan pasien).

Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi-square dengan

tingkat kemaknaan sebesar 0,05 (α = 5%) dan Confidance Interval sebesar

95%. Interpretasinya yaitu:

a. Jika nilai probabilitas ≤ 0,05 maka hipotesis Ha diterima atau gagal

ditolak yang artinya adanya hubungan antara variabel dependen

dengan variabel independen.

b. Jika nilai probabilitas >0,05 maka hipotesis Ha ditolak yang artinya

tidak ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel

independen.

72
BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

RSUP Fatmawati ditetapkan sebagai Rumah Sakit Badan Layanan Umum

(BLU) berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor:

1234/MENKES/SK/VIII/2005 tanggal 11 Agustus 2005 tentang Penetapan 13

(tiga belas) Rumah Sakit Perusahaan Jawatan Pola Pengelolaan Keuangan Badan

Layanan Umum. RSUP Fatmawati berlokasi di Jalan RS Fatmawati, Cilandak,

Jakarta Selatan.

RSUP Fatmawati dalam pelayanannya selalu berfokus pada mutu dan

keselamatan pasien sehingga dalam pengembangannya diarahkan untuk menjadi

rumah sakit yang melayani secara terpadu dan holistik berbasis penelitian dengan

melakukan perbaikan mutu secara terus-menerus. Berupaya menjadikan rumah

sakit sebagai institusi pemerintah yang dikelola secara efektif dan efisien.

Dengan demikian rumah sakit akan mampu memberikan pelayanan yang bermutu

tetapi tetap terjangkau serta tidak meninggalkan peran sosialnya.

Kegiatan operasional RSUP Fatmawati meliputi kegiatan utama

pelayanan medis dan penunjang medis serta kegiatan pendukung (pelayanan

penunjang non medis). Kegiatan pelayanan medis dan keperawatan meliputi

Instalasi rawat jalan/poliklinik (IRJ), Instalasi Gawat Darurat (IGD), Instalasi

Rawat Inap, Instalasi Bedah Sentral, Instalasi Rawat Intensif, Instalasi Kebidanan

dan Penyakit Kandungan, Unit Hemodialisa, dan Instalasi Kedokteran Nuklir.

73
RSUP Fatmawati terletak dilahan seluas 133.993 m2 dengan rincian sebagai

berikut:

Tabel 5.1
Kondisi Umum RSUP Fatmawati
No Keterangan Kondisi RSUP Fatmawati
1 Jumlah lantai bangunan 83 lantai
2 Luas lantai bangunan 57.391 m2
3 Kapasitas parker 339 mobil dihalaman
4 Jumlah kamar/tempat tidur total 750 tempat tidur
5 Jumlah karyawan
a. Pegawai Negeri Sipil 1.720
b. Pegawai BLU Non PNS 203
c. Kontrak/PTT 379
6 Pasien rawat jalan 1.400 – 1.500 orang/hari

5.1.1. Sejarah Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

Berawal dari gagasan Ibu Fatmawati Soekarno yang saat itu sebagai ibu

Negara Republik Indonesia untuk mendirikan Rumah Sakit Tuberkulose bagi anak-

anak, baik untuk perawatan maupun tindakan rehabilitasinya maka pada tanggal 30

Oktober 1953 ibu Fatmawati menggalang dana sebagai modal pertama pendirian

Yayasan Ibu Soekarno untuk pembangunan rumah sakit tersebut. Pembangunan

gedung Rumah Sakit TBC anak–anak dimulai dengan peletakan batu pertama pada

tanggal 2 Oktober 1954oleh ibu Fatmawati Soekarno. Tanggal 12 Desember 1958

Yayasan Ibu Soekarno menyerahkan proses pembangunan rumah sakit kepada

Departemen Kesehatan RI.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan R.I, tanggal 12 April 1961

fungsi rumah sakit berubah menjadi rumah sakit umum. Penyelenggaraan,

pembiayaan dan pemeliharaan rumah sakit dilaksanakan oleh dan dengan anggaran

Departemen Kesehatan R.I. Keputusan ini mulai berlaku tanggal 15 April 1961, dan

selanjutnya ditetapkan sebagai Hari Jadi Rumah Sakit.

74
Atas usulan Dr. R. Soehasim selaku Direktur kepada ibu Fatmawati Soekarno,

maka pada tanggal 23 Mei 1967 Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin meresmikan

perubahan nama RSU Ibu Soekarno menjadi R.S. Fatmawati sekaligus pemberian

nama Jalan R.S. Fatmawati. Di tahun 2010, RSUP Fatmawati ditetapkan menjadi

Rumah Sakit Kelas A Pendidikan dan berhasil mendapatkan status Akreditasi Penuh

Tingkat Lengkap untuk ketiga kalinya.

5.1.2. Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

Visi

“Menjadikan Rumah Sakit Rujukan Nasional dengan Layanan Excelent Terpadu

2019”

Misi

1. Memberikan pelayanan, pendidikan dan penelitian yang berkualitas dan

terintegrasi.

2. Meningkatkan kinerja, kompetensi dan kesejahteraan karyawan.

3. Menyelenggarakan Good Corporate Govermance.

4. Memberikan pelayanan berbasiskan Continoum of Care Throughout Life Cycle.

5.1.3. Falsafah dan Nilai Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Menjunjung tinggi kehidupan dan nilai-nilai luhur kemanusiaan.

3. Menghargai pentingnya persatuan dan kerjasama.

4. Menjunjung keseimbangan dan kelestarian lingkungan.

5. Kebersamaan dalam kemajuan dan kesejahteraan.

75
5.1.4. Tujuan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

1. Terwujudnya pelayanan kesehatan prima dan paripurna yang memenuhi kaidah

keselamatan pasien (patient safety).

2. Terwujudnya pelayanan rumah sakit yang bermutu tinggi dengan tarif yang

terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.

3. Mewujudkan pengembangan berkesinambungan dan akuntabilitas bagi

pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian.

4. Terwujudnya sumber daya manusia yang profesional dan berorientasi kepada

pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian.

5. Terwujudnya kesejahteraan yang adil dan merata bagi seluruh SDM RS.

5.1.5. Kegiatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

1. Pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam bentuk pelayanan promotif,

preventif, kuratif maupun rehabilitatif secara paripurna.

2. Pengembangan pelayanan pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan dengan

unggulan Spine Center, Adolescence Health Center dan Endometriosis Center.

3. Pelayanan kesehatan terpadu lainnya.

4. Pendidikan, penelitian, dan usaha lain dalam bidang kesehatan.

76
5.1.1.6. Struktur Organisasi RSUP Fatmawati
Bagan 5.1 Struktur Organisasi RSUP Fatmawati tahun 2016

77
5.2 Uji Univariat

5.1 Gambaran Kepuasan Pasien

Variabel kepuasan pasien dikategorikan menjadi dua yaitu puas dan tidak

puas. Pengkategorian berdasarkan nilai median karena data berdasarkan uji

normalitas, data tidak terdistribusi normal. Adapun hasil yang diperoleh

mengenai kepuasan pasien di ruang perawatan anggrek RSUP Fatmawati dapat

dilihat pada tabel 5.2 berikut ini.

Tabel 5.2
Gambaran Kepuasan Pasien di Ruang Perawatan Anggrek
RSUP Fatmawati tahun 2016
No Kepuasan Pasien Jumlah Persentase
1 Tidak Puas 30 37%
2 Puas 51 63%
Total 81 100%

Berdasarkan tabel 5.2 diatas, dapat diketahui 37% pasien merasa tidak puas

terhadap pelayanan keperawatan. Adapun kepuasan pasien diukur berdasarkan

lima dimensi kepuasan pasien. Hasil pengukuran kelima dimensi tersebut dapat

dilihat pada tabel 5.3 berikut ini.

Tabel 5.3
Hasil Pengukuran Lima Dimensi Kepuasan Pasien
NO KEPUASAN PASIEN KATEGORI N %
Tidak Puas 15 18,5
Responsiveness
1 Puas 66 81,5
Total 81 100
Tidak Puas 34 42
Reliability
2 Puas 47 58
Total 81 100
Tidak Puas 23 28,4
Empathy
3 Puas 58 71,6
Total 81 100
4 Assurance Tidak Puas 18 22,2

78
NO KEPUASAN PASIEN KATEGORI N %
Puas 63 77,8
Total 81 100
Tidak Puas 22 27,2
Tangible
5 Puas 59 72,8
Total 81 100

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui pasien yang merasa tidak puas dengan

persentase terbesar terdapat pada dimensi realibility, yaitu 42%.

5.2 Gambaran Perilaku Caring Perawat

Variabel perilaku caring perawat dikategorikan menjadi dua, yaitu kategori

baik dan buruk yang dikategorikan berdasarkan nilai median. Hal ini dilakukan

karena data perilaku caring perawat tidak terdistribusi normal. Adapun hasil yang

diperoleh mengenai kepuasan pasien di ruang perawatan anggrek RSUP

Fatmawati dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut:

Tabel 5.4
Gambaran Perilaku Caring Perawat di Ruang Perawatan
Anggrek RSUP Fatmawati tahun 2016
No Perilaku Caring Jumlah Persentase
1 Buruk 29 35,8%
2 Baik 51 64,2%
Total 81 100%

Berdasarkan tabel 5.4 diatas, dapat diketahui 35,8% pasien menilai perilaku

caring perawat buruk. Adapun perilaku caring perawat diukur berdasarkan lima

dimensi perilaku caring. Hasil pengukuran kelima dimensi tersebut dapat dilihat

pada tabel 5.5 berikut ini.

79
Tabel 5.5
Indikator Penilaian Perilaku Caring Perawat
NO PERILAKU CARING KATEGORI N %
Assurance of human Buruk 22 27,2
1 presence Baik 59 72,8
Total 81 100
Buruk 16 19,8
Respectful deference
2 Baik 65 80,2
Total 81 100
Professional knowledge and Buruk 15 18,5
3 skill Baik 66 81,5
Total 81 100
Buruk 19 23,5
Positive connectedness
4 Baik 62 76,5
Total 81 100
Attentive to other’s Buruk 22 27,2
5 experience Baik 59 72,8
Total 81 100
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui pasien yang menilai perilaku caring perawat buruk dengan per

80
5.3 Uji Bivariat

5.3.1 Hubungan Assurance of human presence dengan Kepuasan Pasien

Hubungan antara Assurance of human presence dengan Kepuasan Pasien

di ruang perawatan teratai RSUP Fatmawati tahun 2016 dilakukan uji chi-square.

Untuk melihat hubungan antara Assurance of human presence dengan Kepuasan

Pasien dapat dilihat pada tabel 5.6 dibawah ini:

Tabel 5.6
Hubungan Assurance of human presence dengan Kepuasan Pasien di
ruang perawatan teratai RSUP Fatmawati tahun 2016
Kategori
Kategori Kepuasan Pasien
Assurance of Tidak Puas Total P-value
Puas
human presence
N % N % N %
Buruk 15 68,2 7 31,8 22 100
0,001
Baik 15 25,4 44 74,6 59 100

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui dari 22 pasien yang menilai

Assurance of human presence buruk, sebanyak 68,2% merasa tidak puas terhadap

pelayanan. Sedangkan dari 59 yang menilai Assurance of human presence baik,

sebanyak 25,4% merasa puas terhadap pelayanan.

Dari hasil statistik diperoleh nilai Pvalue 0,001. Pada alpha 0,05, dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Assurance of human

presence dengan kepuasan pasien di ruang perawatan Teratai RSUP Fatmawati

tahun 2016.

81
5.3.2 Hubungan Respectful deference dengan Kepuasan Pasien

Hubungan antara Respectful deference dengan Kepuasan Pasien di ruang

perawatan teratai RSUP Fatmawati tahun 2016 dilakukan uji chi-square. Untuk

melihat hubungan antara Respectful deference dengan Kepuasan Pasien dapat

dilihat pada tabel 5.7 dibawah ini:

Tabel 5.7
Hubungan Respectful deference dengan Kepuasan Pasien di ruang
perawatan teratai RSUP Fatmawati tahun 2016
Kategori
Kepuasan Pasien
Kategori P-value
Tidak Puas Puas Total
Respectful deference
N % N % N %
Buruk 11 68,8 5 31,2 16 100 0,008
Baik 19 29,2 46 70,8 65 100

Berdasarkan tabel 5.7 diketahui dari 16 pasien yang menilai Respectful

deference buruk, sebanyak 68,8% merasa tidak puas terhadap pelayanan.

Sedangkan dari 65 pasien yang menilai Respectful deference baik, sebanyak

29,2% merasa tidak puas terhadap pelayanan.

Dari hasil statistik diperoleh nilai Pvalue 0,008. Pada alpha 0,05, dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Respectful deference

dengan kepuasan pasien di ruang perawatan Teratai RSUP Fatmawati tahun 2016.

82
5.3.3 Hubungan Professional knowledge and skill dengan Kepuasan Pasien

Hubungan antara Professional knowledge and skill dengan Kepuasan

Pasien di ruang perawatan teratai RSUP Fatmawati tahun 2016 dilakukan uji chi-

square. Untuk melihat hubungan antara Professional knowledge and skill dengan

Kepuasan Pasien dapat dilihat pada tabel 5.8 dibawah ini:

Tabel 5.8
Hubungan Professional knowledge and skill dengan Kepuasan Pasien di
ruang perawatan teratai RSUP Fatmawati tahun 2016

Kategori
Kategori Kepuasan Pasien
Professional Tidak Puas Total P-value
Puas
knowledge and skill
N % N % N %
Buruk 10 66.7 5 33,3 15 100 0,016
Baik 20 30,3 46 69,7 66 100

Berdasarkan tabel 5.8 diketahui diketahui dari 15 pasien yang menilai

Professional knowledge and skill buruk, sebanyak 66,7% merasa tidak puas

terhadap pelayanan. Sedangkan dari 66 pasien yang menilai Professional

knowledge and skill baik, sebanyak 30,3% merasa tidak puas terhadap

pelayanan.

Dari hasil statistik diperoleh nilai Pvalue 0,016. Pada alpha 0,05, dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Professional knowledge

and skill dengan kepuasan pasien di ruang perawatan Teratai RSUP Fatmawati

tahun 2016.

83
5.3.4 Hubungan Positive connectedness dengan Kepuasan Pasien

Hubungan antara Positive connectedness dengan Kepuasan Pasien di ruang

perawatan teratai RSUP Fatmawati tahun 2016 dilakukan uji chi-square. Untuk

melihat hubungan antara Positive connectedness dengan Kepuasan Pasien dapat

dilihat pada tabel 5.9 dibawah ini:

Tabel 5.9
Hubungan Positive connectedness dengan Kepuasan Pasien di ruang
perawatan teratai RSUP Fatmawati tahun 2016

Kategori
Kepuasan Pasien
Kategori P-value
Positive connectedness Tidak Puas Puas Total

N % N % N %
Buruk 13 68,4 6 31,6 19 100 0,002
Baik 17 27,4 45 72,6 62 100

Berdasarkan tabel 5.9 diketahui dari 19 pasien yang menilai Positive

connectedness buruk, sebanyak 68,4% merasa tidak puas terhadap pelayanan.

Sedangkan dari 62 pasien yang menilai Positive connectedness baik, sebanyak

27,4% pasien merasa tidak puas terhadap pelayanan.

Dari hasil statistik diperoleh nilai Pvalue 0,001. Pada alpha 0,05, dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Positive connectedness

dengan kepuasan pasien di ruang perawatan Teratai RSUP Fatmawati tahun 2016.

84
5.3.5 Hubungan Attentive to other’s experience dengan Kepuasan Pasien

Hubungan antara Attentive to other’s experience dengan Kepuasan Pasien di

ruang perawatan teratai RSUP Fatmawati tahun 2016 dilakukan uji chi-square.

Untuk melihat hubungan antara Attentive to other’s experience dengan Kepuasan

Pasien dapat dilihat pada tabel 5.10 dibawah ini:

Tabel 5.10
Hubungan Attentive to other’s experience dengan Kepuasan Pasien di ruang
perawatan teratai RSUP Fatmawati tahun 2016

Kategori
Kategori Kepuasan Pasien
Attentive to other’s Tidak Puas Total P-value
Puas
experience
N % N % N %
Buruk 14 63,6 8 36,4 22 100 0,004
Baik 16 27,1 43 72,9 59 100

Berdasarkan tabel 5.10 diketahui dari 22 pasien yang menilai Attentive to

other’s experience buruk, sebanyak 63,6% merasa tidak puas terhadap pelayanan.

Sedangkan dari 59 pasien yang menilai Attentive to other’s experience baik,

sebanyak 27,1% pasien merasa tidak puas terhadap pelayanan

Dari hasil statistik diperoleh nilai Pvalue 0,001. Pada alpha 0,05, dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Attentive to other’s

experience dengan kepuasan pasien di ruang perawatan Teratai RSUP Fatmawati

tahun 2016.

85
BAB VI

PEMBAHASAN

6.1. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menemukan beberapa keterbatasan penelitian.

Adapun keterbatasan penelitian tersebut berupa:

1. Hasil penelitian ini dapat menjadi bias karena variabel perilaku caring

perawat maupun kepuasan pasien dinilai berdasarkan persepsi dari responden,

sehingga hasilnya sangat subjektif. Namun peneliti telah berupaya agar data

penelitian terjamin validitasnya dengan cara mendampingi responden dengan

menerapkan metode wawancara dalam menjawab kuesioner. Ketika

responden kurang mengerti atau jika ada pertanyaan, maka peneliti dapat

menjelaskan maksud dari isi kuesioner tersebut.

2. Hasil penelitian ini dapat tidak sesuai dengan harapan peneliti karena

responden penelitian adalah pasien yang sedang sakit. Kondisi pasien yang

tidak sehat atau merasa terganggu berisiko terdapatnya jawaban yang tidak

sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Jika hal ini terjadi, maka hasil

penelitian tidak akan menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Untuk itu

sebelum peneliti menetapkan pasien sebagai responden, maka peneliti

terlebih dahulu menanyakan apakah pasien bersedia untuk menjadi responden

dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat didalam kuesioner .

3. Ketika menjawab pertanyaan, beberapa responden didampingi pula oleh

keluarganya, sehingga peneliti khawatir jawaban responden tidak seutuhnya

berasal dari penilaian responden tersebut.

86
6.2. Gambaran Kepuasan Pasien di Ruang Perawatan Teratai Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2016.

Menurut Soejadi (1996), pasien atau klien merupakan individu terpenting di

rumah sakit sebagai konsumen sekaligus sasaran produk rumah sakit. Pasien akan

senantiasa mengevaluasi produk maupun jasa yang telah diterimanya dari rumah

sakit. Dari hasil evaluasi ini akan menghasilkan perasaan puas ataupun tidak puas.

Rowland (1992) dalam Zaidin (2001) mengatakan bahwa kepuasan pasien

merupakan aspek yang paling menonjol dalam tingkat operasional pelayanan rumah

sakit. Menurut Supranto (2001), bila pelanggan tidak puas maka dia akan

menghentikan hubungannya dengan pihak penyedia.

Kepuasan adalah perasaan senang atau tidak senang yang muncul setelah

membandingkan antara persepsi terhadap kinerja atau hasil suatu produk atau jasa

dengan harapan-harapan (Kotler, 1997). Hal ini juga disepakati oleh Sumarwan

(2003) yang menyatakan bahwa kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan

oleh seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan penampilan atau outcome

produk yang dirasakan dengan harapan yang diinginkan.

Hasil penelitian mengenai kepuasan pasien di ruang perawatan Teratai RSUP

Fatmawati di dapatkan dari 81 responden, 51 diantaranya merasa puas (63%),

sedangkan 30 responden lainnya merasa tidak puas (37%). Jika dibandingkan dengan

standar kepuasan rawat inap yang telah ditetapkan oleh rumah sakit, maka kepuasan

pasien masih berada di bawah standar. Rumah sakit membuat target pencapaian

kepuasan pasien yaitu 85%. Jika dibandingkan dengan indikator standar pelayanan

minimal, maka kepuasan pasien di RSUP Fatmawati masih tergolong rendah, karena

dalam SPM, Pemerintah menargetkan kepuasan pelayanan rawat inap adalah >90%.

87
Rendahnya kepuasan pasien ini terjadi karena terdapat kesenjangan antara lima

kenyataan dengan harapan terhadap lima dimensi kepuasan pasien. Sebanyak 15 dari

81 pasien (18,5%) tidak puas terhadap dimensi responsiveness (kecepatan

pelayanan), 34 dari 81 pasien (42%) tidak puas terhadap dimensi reliability

(kerhandalan pelayanan), 23 dari 81 pasien (28,4%) tidak puas terhadap dimensi

emphaty (perhatian pelayanan) 18 dari 81 pasien (22,2%) tidak puas terhadap

assurance (jaminan pelayanan), dan 16 dari 22 pasien (27,2%) tidak puas terhadap

tangibles (tampilan pelayanan).

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Manurung (2010), ketidakpuasan

pasien terjadi akibat adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan yang

dinilai berdasarkan dimensi tangible, responsiveness, assurance, emphaty dan

reliability.

1. Responsiveness (daya tanggap)

Responsiveness (daya tanggap) yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam

membantu pelanggan dan memberikan pelayanan serta penanganan keluhan dengan

cepat tanggap. Menurut Parasuraman, dkk (1985) bahwa responsiveness (daya

tanggap) merupakan dimensi mutu pelayanan tentang kemauan untuk membantu

pelanggan (pasien) dan menyediakan jasa / pelayanan yang cepat dan tepat.

Menurut Haffizurrachman (2004), di rumah sakit keadaan darurat dapat terjadi

kapan saja terhadap pasien, untuk itu petugas harus melakukan segala sesuatu dengan

cepat dan tepat. Pada penelitian yang dilakukan Rahmulyono (2008) menyatakan

bahwa dimensi ketanggapan perawat memberikan pengaruh positif terhadap

kepuasan pasien. Apabila perawat tidak tanggap terhadap kebutuhan-kebutuhan

tersebut maka pasien merasa terabaikan dan tidak puas dengan pelayanan

88
keperawatan yang diterimanya. Menurut Tjiptono (2011), respon perawat yang

tanggap terhadap setiap keluhan dan keinginan pasien dengan cepat dan sesuai

standar pelayanan yang ditetapkan, akan meningkatkan rasa puas kepada pasien yang

pada akhirnya mempengaruhi tingkat loyalitas pasien.

Pernyataan dalam kuesioner yang paling banyak menyatakan ketidak `puasan

responden adalah pada petugas tanggap melayani pasien, yaitu sebanyak 28% atau

20 orang. Hal ini sesuai dengan Sarafino (1998) mengungkapkan bahwa pasien

sering kali mendapatkan pengalaman negatif baik berupa perilaku perawat yang

tergesa-gesa, tidak sensitif, kurang tanggap atau tidak mampu menjelaskan masalah-

masalah medis.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan beberapa pasien mengenai

responsiveness ini, didapat bahwa pelayanan serta penanganan keluhan belum cepat

dan tanggap. Beberapa pasien mengaku telah menyuruh keluarganya ke nurse

station untuk memanggil suster atau perawat, namun beberapa kali harus menunggu

lama dan harus memanggil untuk kedua bahkan ketiga kalinya untuk menyelesaikan

permasalahan seperti cairan infus kosong, jarum infus lepas ataupun masalah-

masalah pasien lainnya.

Berdasarkan diskusi dengan koordinator keperawatan ruang anggrek, jumlah

tempat tidur tiap ruang adalah 60 unit. Selama dua tahun terakhir, menurutnya

tempat tidur diruang teratai sangat jarang kosong, jika ada yang kososng pasti

langsung diisi oleh pasien baru. Bahkan ada yang mengantri demi mendapatkan

tempat tidur di ruang perawatan ini. Dengan demikian, jumlah tempat tidur yang ada

sama dengan jumlah pasien.

89
Peraturan Menkes RI No. 262/Menkes/Per/VII/1979 mengenai perhitungan

kebutuhan tenaga berdasarkan perbandingan antara jumlah tempat tidur dengan jenis

kategori tenaga tertentu, disebutkan bahwa perbandingan antara jumlah tempat tidur

dengan jumlah perawat untuk rumah sakit tipe A seperti RSUP Fatmawati adalah 4-

7 tempat tidur : 1 perawat.

Jumlah perawat yang shift untuk pagi dan siang adalah 7 perawat. Jumlah

tempat tidur yang tersedia sebanyak 60 unit. Dengan demikian perkiraannya adalah

satu perawat akan bertugas untuk 8-10 orang yang artinya melebihi standar yang

telah ditentukan. Sedangkan shift malam perawat yang berjaga lebih sedikit, yaitu

hanya 5 orang. Jika dibandingkan dengan jumlah tempat tidur, maka satu

perawatnya akan bertugas untuk 12 orang. Hal ini dapat meningkatkan beban kerja

perawat. Hasil penelitian Minarsih (2011) menyebutkan bahwa jumlah tenaga yang

kurang menyebabkan beban kerja perawat pelaksana di rumah sakit meningkat.

Handoko (2006) menyebutkan bahwa pekerjaan perawat tidak hanya merawat

pasien, namun juga administrasi yang mengerjakan pencatatan dan pelaporan pasien.

Berdasarkan Penelitian Julianti (2009) tentang hubungan beban kerja perawat

pelaksana dengan penerapan perilaku caring perawat, menyebutkan perawat dengan

perilaku caring tinggi rata rata beban kerjanya lebih sedikit dan perawat dengan

perilaku caring rendah rata-rata beban kerjanya lebih tinggi.

Sedarmayanti (2009) menyebutkan bahwa akibat tingginya beban kerja perawat

diantaranya adalah lambatnya respon pelayanan dan terkadang timbulnya emosi

perawat. Timbulnya emosi dari perawat akan mempengaruhi dimensi lain seperti

empati.

90
2. Empathy

Parasuraman, dkk (1985) menyebutkan bahwa Empaty (empati) merupakan

dimensi mutu pelayanan yang meliputi pemahaman pemberian perhatian secara

individual kepada pelanggan, kemudahan dalam melakukan komunikasi yang baik,

dan memahami kebutuhan pelanggan. Philip Kolter 1994 dalam Supranto (2001)

menyebutkan bahwa empati (emphaty) merupakan syarat untuk peduli, memberi

perhatian pribadi bagi pelanggan yang mendatanngkan hubungan baik antar pasien

dan perawat.

Pasien yang merasa tidak puas dengan dimensi empathy yaitu 20 responden

(23%). Berdasarkan jawaban responden, ketidakpuasan pasien terhadap dimensi

empati adalah karena pasien banyak yang merasa petugas jarang memperhatikan

pesien dengan sungguh-sungguh dan jarang pula memberikan motivasi untuk

sembuh serta terkadang beberapa petugas bersikap kurang ramah terhadap pasien.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Damayanti (2000), yang menyebutkan

bahwa empati dipengaruhi oleh sikap petugas yang ramah dan mengerti terhadap

kebutuhan pasien, serta senantiasa menyemangati pasien untuk segera sembuh dari

sakitnya. Hal ini menandakan bahwa empati sangat bergantung pada komunikasi

antara perawat dan pasien (Handoko, 2003).

Pelayanan profesional yang diberikan oleh perawat dalam sebuah rumah sakit

membuat perawat sering berinteraksi dengan pasien. Oleh karena itu, seharusnya

perawat dapat menjalin komunikasi yang baik dengan pasiennya dan tidak hanya

sekedar melakukan tugas rutin, seperti memberi obat atau memandikan pasiennya

Nurachmati (2004). Gunarsa (2008) menyebutkan bahwa keberhasilan perawat

91
dalam membentuk hubungan dan situasi perawatan yang baik antara lain ditentukan

oleh kemampuannya berhubungan dengan orang lain, berkomunikasi dan bekerja

sama.

Nursalam (2002) menyatakan bahwa dari sejarah diketahui perawat sangat

kurang diberi pemahaman terkait dengan pasien sebagai manusia. Perawat lebih

banyak dididik untuk sekedar melaksanakan tugas dari dokter dan kurang

melakukan komunikasi dengan pasien. Komunikasi yang kurang baik antara perawat

dengan pasien akan menghasilkan kesalahpahaman antara kedua belah pihak,

sehingga berakibat memburuknya hubungan mereka dan menjadi sumber

ketidakpuasan pelayanan rumah sakit. Supranto (2005) menyebutkan bahwa adanya

ketidakpuasan pasien tentang sikap dan perilaku perawat merupakan indikasi

kurangnya kemampuan empati perawat. Adanya keluhan walaupun dalam jumlah

yang kecil dapat memperburuk citra rumah sakit dan akan menimbulkan kerugian

Sumarwan (2003).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Proborani (2010) menunjukkan bahwa

terdapat hubungan positif yang signifikan antara kemampuan koping terhadap stres

dengan kemampuan empati perawat di Rumah Sakit Telogorejo. Hubungan tersebut

ditunjukkan dengan angka koefisien korelasi (r xy ) sebesar 0,731 (p < 0,05) yang

artinya semakin tinggi kemampuan koping terhadap stres maka semakin tinggi pula

kemampuan empati perawat, dan sebaliknya semakin rendah kemampuan koping

terhadap stres maka semakin rendah pula kemampuan empati perawat. Berdasarkan

hasil penelitian ini, kemampuan empati perawat di Rumah Sakit Telogorejo

dipengaruhi oleh kemampuan koping terhadap stresnya. Eisenberg dan Damon

(1998) dalam Munir (2006) menyebutkan salah satu faktor yang mempengaruhi

92
kemampuan empati adalah temperamen dan kepribadian, termasuk di dalamnya

adalah pengaturan emosi yang merupakan bagian dari kemampuan koping terhadap

stres.

Menurut Damon (1998) Munir (2006), terjadinya stres adalah akibat dari adanya

stresor atau pemicu stres. Banyaknya pekerjaan serta tuntuan bagi seorang perawat

dapat menjadi salah satu pemicu perawat untuk stres. Hal ini kembali lagi ke beban

kerja perawat di RSUP Fatmawati. Berdasarkan wawancara dengan bagian

kepegawaian, diketahui bahwa perhitungan jumlah tenaga keperawatan memang

belum sesuai dengan standar. Namun hal itu terjadi karena beberapa kendala seperti

pembatasan jumlah tenaga dan keterbatasan kemampuan rumah sakit dalam hal

anggaran. Namun menurut koordinator bagian kepegawaian ini, hal ini dapat diatasi

karena RSUP Fatmawati juga mewadahi para peserta didik dari berbagai institusi

untuk bekerjasama dalam merawat pasien. Hal ini membantu rumah sakit dalam

menangani keterbatasan jumlah perawat.

3. Reliability

Berdasarkan dimensi Reliability yaitu kemampuan untuk memberikan dan

melaksanakan jasa atau pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat, tepat dan

dapat diandalkan. Perusahaan harus mampu memberikan pelayanan secara tepat

semenjak pertama dan memenuhi janjinya (Moenir, 2002). Hasil penelitian

Rahmulyono (2008), salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan adalah

mutu informasi yang diterima seperti apa yang dikerjakan dan apa yang dapat

diharap.

93
Hasil statistik menyebutkan kepuasan pasien dimensi realibility masih rendah,

yaitu sebanyak 34% pasien tidak puas. Banyak pasien yang tidak puas dengan

petugas dan pelayanan yang tidak tepat waktu sesuai dengan yang di janjikan. Hal

ini sesuai dengan hasil survei yang dilakukan oleh Astuti (2003) kepuasan pasien di

Rumah Sakit Orthopedi Prof. DR. R. Soeharso Surakarta yang menunjukkan bahwa

pada dimensi reliability adalah dimensi paling rendah diantara yang lainnya, yaitu

hanya 43% pasien yang puas. Tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Ryan

(2009), bahwa sebanyak 48,6% responden menyatakan tidak puas dengan dimensi

realibility.

Berdasarkan skor jawaban responden mengenai dimensi realibility ini, yang

termasuk kategori rendah adalah petugas dan pelayanan yang sering tidak tepat

waktu sesuai dengan yang telah di janjikan. Auliya (2006) menyebutkan bahwa

jadwal yang tidak pasti membuat costomer atau klien merasa kecewa, kekecewaan

ini akan meningkatkan ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan. Priyono (2004)

melihat adanya hubungan kepuasan dari sudut kesinambungan pelayanan dengan

adanya petugas tertentu dan jarak waktu menemuinya.

Hasil penelitian Carey dan Posavar (1982) dalam Wijaya (2011) tentang

kepuasan pasien terhadap perawat rumah sakit pendidikan Mid West

mengembangkan 4 kategori kepuasan yaitu dukungan dan kebaikan perawat,

persepsi terhadap kemampuan perawat, respon yang cepat terhadap keluhan pasien

dan jawaban yang jelas bila pasien mengajukan pertanyaan (Wijaya, 2011).

94
4. Assurance

Berdasarkan dimensi Assurance (kepastian / jaminan), Zaidin (2001)

menyebutkan bahwa Assurance atau kepastian pelayanan, yaitu bentuk layanan

langsung dalam membantu pasien, yang didukung dengan pengetahuan dan

keterampilan. Moenir (2002) menambahkan assurance berhubungan dengan

pengetahuan, kesopanan dan kemampuan karyawan dalam menumbuhkan

kepercayaan dan keyakinan pelanggan.

Hasil penelitian menunjukkan pasien yang merasa tidak puas dengan dimensi

assurance yaitu 15 responden (18,5%). Ketidakpuasan ini karena masih ada pasien

yang jarang dijelaskan rencana keperawatannya. Padahal menurut Priharjo (1995)

bahwa keprofesionalan tenaga medis dalam memberikan pelayanan dilihat dari

kapabilitas tenaga medis dalam melayani pasien, kemampuan menyampaikan

informasi dengan baik dan memiliki pengetahuan yang memadai demi terjaminnya

mutu yang diberikan.

Pelayanan yang bermutu adalah hak pasien. Berdasarkan Undang-Undang

Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengatakan bahwa setiap orang mempunyai hak yang

sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan. Juga

memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Selain itu

Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran juga bertujuan

untuk memberikan perlindungan bagi pasien. Perlindungan hak pasien juga

tercantum dalam pasal 32 undang-undang no. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit.

Hal ini membuktikan betapa pemerintah Indonesia berusaha untuk terciptanya

keamanan bagi pasien.

95
Secara umum pasien di ruang perawatan Anggrek RSUP Fatmawati sudah puas

terhadap dimensi assurance. Berdasarkan hasil penelitian Ryan (2009), bahwa

pengalaman pasien terhadap asuhan keperawatan, terutama keterampilan petugas

dalam melayani pasien menyatakan puas/sangat puas sebanyak 77 responden

(63,6%).

5. Tangible

Dimensi Tangibles merupakan kualitas jasa yang ditentukan dengan melihat

penampilan fisik, peralatan, penampilan karyawan dan sarana komunikasi yang ada.

Dimensi ini merupakan dimensi yang pertama kali disadari oleh pelanggan dan

menjadi hal paling penting, kekurangan atau keburukan dari dimensi ini akan cepat

terlihat (Moenir, 2002). Perawat dengan penampilan yang bersih, seragam yang

bersih, dengan penampilan yang segar dalam melakukan tugas-tugas perawatan

diharapkan mampu mengubah suasana hati pasien (Gunarsa, 1995). Menurt Philip

Kolter (1994) dalam Supranto (2015), menyatakan tangible berkaitan dengan

penampilan fasilitas fisik, peralatan, personel, dan media komunikasi.

Hasil penelitian menunjukkan didapat pasien yang merasa tidak puas dengan

dimensi tangible yaitu 22 responden (27%), ketidakpuasan ini berdasarkan hasil skor

minus pada pernyataan RS memiliki ruang tunggu & ruang perawatan yang cukup

nyaman dan Ruangan di RS memiliki peralatan yang lengkap.

Berdasarkan wawancara dengan pasien, banyak pasien mengeluhkan kepanasan

baik siang maupun malam sehingga menjadikan pasien tidak nyaman. Ada pula

kamar yang memiliki kipas angin di langit-langit kamar, namun posisinya berada

dibawah lampu. Sehingga kipas yang bergerak menghalangi cahaya lampu dan

96
mengakibatkan efek bayangan yang bergerak didalam ruangan. Beberapa pasien

merasa pusing karena bayangan kipas angin ini. Padahal menurut Supranto (2015)

desain dan tata letak ruangan berpengaruh terhadap kenyamanan pasien.

Kenyamanan pasien terhadap ruang perawatan mempengaruhi lama waktu

kesembuhan pasien (Randi, 2011).

Dari kelima dimensi kepuasan pasien ini, perlu adanya upaya untuk

meningkatkan kepuasan pasien terhadap layanan. Menurut Wijaya (2011), upaya

yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepuasan pasien yang cocok di institusi

rumah sakit adalah Penerapan Quality Function Deployment (QFD). QFD adalah

metode perencanaan dan pengembangan secara terstruktur yang memungkinkan tim

pengembangan mendefinisikan secara jelas kebutuhan dan harapan pelanggan, dan

mengevaluasi kemampuan produk atau jasa secara sistematik untuk memenuhi

kebutuhan dan harapan tersebut. Dengan QFD, operasional perusahaan didorong oleh

suara pelanggan dan bukan oleh perintah manajemen ataupun opini/keinginan dari

para ahli. Penggunaan QFD berfokus pada penyebab-penyebab utama kepuasan serta

ketidakpuasan pelanggan, sehingga menjadikannya alat yang berguna untuk analisis

kompetitif kualitas produk oleh manajemen (Wijaya (2011).

Berdasarkan wawancara peneliti dengan kepala ruang teratai, di ketahui bahwa

selama ini rumah sakit sudah melakukan banyak upaya untuk meningkatkan kualitas

pelayanan dan meningkatkan kepuasan konsumen, termasuk QFD. Usaha yang telah

dilakukan diantaranya adalah renovasi ruangan perawatan, penyediaan kotak saran,

sms pengaduan, survei kepuasan tiap semester hingga pelatihan service exellence

yang dilakukan tiap tahunnya untuk perawat baru. Menurutnya pencapaian kepuasan

pasien hampir pada angka 70% sudah merupakan prestasi besar mengingat fatmawati

97
adalah rumah sakit yang tidak pernah sepi pengunjung yang tentunya memiliki

masalah-masalah yang sangat kompleks.

6.3. Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Kepuasan Pasien di Ruang

Perawatan Teratai RSUP Fatmawati tahun 2016.

Pelayanan keperawatan yang berkualitas dapat diwujudkan melalui pemberian

asuhan keperawatan dengan didasari oleh perilaku caring perawat (Direktorat Jendral

Bina Pelayanan Medik DepKes RI, 2008). Caring secara umum dapat diartikan

sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan

waspada, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi.

Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting terutama dalam

praktik keperawatan dan merupakan esensi dari profesi keperawatan (Wiyana, 2008).

Perilaku caring merupakan suatu sikap, rasa peduli, hormat dan menghargai

orang lain, artinya memberikan perhatian yang lebih kepada seseorang dan

bagaimana seseorang itu bertindak. Tomey, et al (1994) dalam Nursalam (2002)

menyatakan bahwa caring adalah komponen penting dalam keperawatan dan

merupakan inti dari praktek keperawatan karena mengandung nilai-nilai humanistik,

menghormati kebebasan manusia terhadap suatu pilihan, menekankan pada

peningkatan kemampuan dan kemandirian, peningkatan pengetahuan dan

menghargai setiap manusia. Perawat yang mempunyai nilai dan jiwa caring akan

mempunyai perilaku kerja yang sesuai dengan prinsip etik dikarenakan kepedulian

perawat yang memandang klien sebagai makhluk humanistik sehingga termotivasi

untuk memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu tinggi (Nursalam, 2002).

98
Perawat merupakan tokoh penting dalam perawatan pasien dan berinteraksi

dengan pasien lebih sering daripada tokoh kesehatan lainnya, Perawat memiliki

kepedulian dan peran yang besar (Sunaryo, 2004). Perawat hadir 24 jam sehari

selama 7 hari dalam seminggu. Oleh karena itu perawat memiliki dampak yang

signifikan terhadap persepsi pasien tentang pengalaman mereka di rumah sakit.

Nursalam (2002) menyebutkan perilaku peduli perawat memberikan kontribusi untuk

pasien kepuasan, kesejahteraan dan kemudian untuk kinerja organisasi kesehatan

(Gunarsa, 2003).

Setelah dilakukan uji statistik mengenai perilaku caring perawat dirawat ruang

rawat inap ruang Teratai RSUP Fatmawati diperoleh bahwa penilaian perilaku caring

perawat buruk yaitu sebesar 26% dan perilaku caring baik sebesar 74%. Hal ini

menunjukkan adanya peningkatan yang lebih baik jika dibandingkan dengan

penelitian yang dikukan Damayanti (2000), bahwa perilaku caring perawat hanya

53,3%. Angka tersebut menunjukkan prestasi yang baik dari perawat dengan

peningkatan mencapai 20%. Hal ini menandakan kelima dimensi caring perawat

telah dilakukan dengan baik oleh seluruh perawat di ruang perawatan Anggrek RSUP

Fatmawati.

Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, didapat bahwa dimensi caring

respectful deference dikategorikan baik dengan persentase 72%, assurance of human

presence dikategorikan baik dengan persentase 74%, positive connectidness

dikategorikan buruk dengan persentase 73%, dan profesional skill and knowladge

dikategorikan baik dengan persentase 85% , dan Attentive to other’s experience

dikategorikan baik dengan persentase 77%.

99
Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kaur, et al.,

(2015) di beberapa rumah sakit pemerintah Malaysia, didapat bahwa dimensi caring

respectful deference dikategorikan baik dengan persentase 87%, assurance of human

presence dikategorikan baik dengan persentase 76%, positive connectidness

dikategorikan baik dengan persentase 81%, dan profesional skill and knowladge

dikategorikan baik dengan persentase 73% dan Attentive to other’s experience

dikategorikan baik dengan persentase 77%.

Hasil analisis data mengenai perilaku caring perawat di ruang teratai RSUP

Fatmawati ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wolf, et al (1998)

tentang Relationship Between Nurse Caring and Patient Satisfaction di Philadelphia

didapatkan data bahwa rata-rata perilaku caring perawat 203.92 (SD = 34,35) berada

pada kategori baik,dengan ketentuan rentang skor 42 - 252.

Penelitian Palese, et al (2011) tentang Surgical Patient Satisfaction as an

Outcome of Nurses Caring Behaviour di 6 negara bagian Eropa yang mendapatkan

data bahwa rata-rata perilaku caring 4.9 (SD=0.8) berada pada kategori baik, dengan

ketentuan rentang skor 1–6. Penelitian ini juga diperkuat dengan hasil penelitian

Becker,et al (2008) tentang Nursing Student Caring Behaviours During Blood

Pressure Measurement di Minnesota, mendapatkan data perilaku caring perawat 2.36

(SD=0.50) berada pada kategori baik, dengan ketentuan rentang skor 1– 3.

Untuk mengetahui hubungan antara caring perawat dengan kepuasan, maka

peneliti telah melakukan uji bivariat dengan pembahasan sebagai berikut:

100
6.4. Hubungan Assurance of human presence dengan Kepuasan Pasien

Kategori ini terdiri dari aktivitas caring seperti mendatangi dan berinteraksi

dengan pasein, cara berbicara perawat, sikap mendorong pasein untuk memanggil

perawat jika dibutuhkan, kecepatan tanggapan perawat, membantu mengurangi rasa

sakit pasein dan memberikan obat tepat pada waktunya (Wolf, et al, 1994).

Lebih lanjut dijelaskan oleh Thiroux (1990) dalam Potter & Perry (2005) yang

menyatakan bahwa assurance of human presence berarti semua orang tidak

terkecuali perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien harus

menghargai dirinya sendiri dan orang lain termasuk kehidupan dan kematian.

Kehidupan adalah hak dasar yang dimiliki oleh semua manusia dan merupakan

sesuatu yang berharga bagi manusia, oleh karena itu perawat diwajibkan untuk

melakukan segala upaya untuk mempertahankan kehidupan klien baik secara

kuantitas maupun secara kualitas. Tindakan ini juga berarti menghargai perbedaan

dan keunikan klien sebagai individu. Hal ini dapat dilakukan perawat jika perawat

mempunyai pengetahuan tentang manusia, aspek tumbuh kembang, respon terhadap

lingkungan yang terus berubah, keterbatasan dan kekuatan serta kebutuhan-

kebutuhan manusia.

Dari hasil statistik diperoleh nilai probabilitas (Pvalue) < alpha 0,05. Artinya

ada hubungan antara Assurance of human presence dengan kepuasan pasien di ruang

perawatan Teratai RSUP Fatmawati tahun 2016. Berdasarkan hasil tersebut, dapat

disimpulkan bahwa semakin baik Assurance of human presence perawat dalam

memberikan pelayanan keperawatan maka tingkat kepuasan pasien terhadap

pelayanan keperawatan akan semakin baik juga.

101
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wolf, et al (1998) didapatkan

Pvalue (0,003) < alpha (0,05) yang berarti adanya hubungan antara caring perawat

dengan kepuasan pasien. Begitupula dengan penelitian yang dilakukan oleh

Gurusinaga (2015) yang mendapatkan hubungan antara Assurance of human

presence dengan kepuasan pasien dengan nilai Pvalue 0,036< alpha 0,05.

Dari hasil statistik pada dimensi Assurance of human presence terdapat 26%

(17 dari 81 pasien) menilai perawat masih belum berperilaku baik. Hal ini karena

beberapa pasien merasa perawat tidak selalu mendatangi dan berinteraksi dengan

pasien, kurang berbicara dengan tutur yang sopan dan baik, jarang mendorong dan

mempersilakan pasien untuk memanggil jika ada masalah, dan kurang menanggapi

panggilan pasien.

Ketidakpuasan pasien pada dimensi ini sesuai dengan hasil penelitian Malini

(2009) yang bertujuan mengidentifikasi perilaku caring perawat di RS Dr. Djamil

didapati perawat masih kurang ramah dalam melayani pertanyaan dari klien,

berperilaku tidak bersahabat dan jarang tersenyum ini berarti masih didapati perawat

yang belum menunjukkan perilaku caring dalam memberikan asuhan keperawatan.

Begitu juga dengan hasil pengamatan suwardi (2008) terhadap komunikasi terapeutik

di beberapa rumah sakit Jawa Tengah yang menemukan masih banyak perawat yang

ketus dan cenderung agak kasar kepada pasien. Padahal menurut Valentine (1997)

dalam Malini (2009) menyatakan pilihan klien dalam mencari pusat pelayanan

kesehatan dipengaruhi oleh pengalaman positif terhadap perilaku caring perawat.

Felgen (2003) dalam Gurusinaga (2015) juga menyatakan bahwa klien

mengharapkan perawat memiliki perilaku caring dalam memberikan pelayanan

102
kesehatan. Jika pasien kecewa terhadap sikap petugas, maka akan menimbulkan

ketidakpuasan terhadap pelayanan (Gurusinaga, 2015).

6.5. Hubungan Professional knowledge and skill dengan Kepuasan Pasien

Kategori ini terdiri dari aktivitas caring seperti melakukan tindakan

keperawatan, bersikap percaya diri, menggunakan gaya bahasa yang sederhana dan

mudah dimengerti oleh pasein (Wolf, et al, 1994). Achmad (2000) dalam Hartati

(2011) menyebutkan bahwa kepuasan pasien ditentukan oleh keyakinan pasien

terhadap petugas. Keyakinan ini akan timbul ketika pasien melihat dan merasakan

keterampilan dan kemampuan dari petugas yang mempuni.

Wolf (1985) menyebutkan bahwa perawat diharapkan kompeten dalam

profesinya, ahli, menguasai, tangkas dan penuh percaya diri dalam melakukan

prosedur perawatan, perawat diharapkan serius dalam bekerjanya, periang tetapi jelas

tulus merawatnya.

Hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa

perawat sudah berada pada kategori baik dalam hal pengetahuan dan keterampilan

profesional. Mayoritas pasien menilai perawat selalu mengetahui bagaimana

memberikan suntikan, infus, dan lain-lain, selalu bersikap percaya diri dengan

pasien, selalu menggunakan gaya bahasa yang lembut terhadap pasien, menjelaskan

tindakan medis yang akan dilakukan, mengelola peralatannya secara terampil, selalu

memberikan obat pasien tepat waktu, menjaga kerahasiaan informasi pasien,

memberitahukan rencana perawatannya kepada pasien dan keluarga, dan selalu

menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti selama perawatan.

103
Namun, masih ada perawat yang tidak puas dengan perawat yang jarang

menjelaskan rencana perawatannya kepada pasien dan keluarga pasien dengan

persentase 31% atau 21 orang. Padahal salah satu hak pasien berdasarkan pasal 52

UU No. 29/2004 adalah mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan

medis.

Gaffar (1999) dalam Hartati (2011) menyebutkan bahwa salah satu fungsi dari

perawat adalah menjadi communicator. Perawat hendaknya mampu

mengkomunikasikan apapun kebutuhan informasi pasien, dan yang paling penting

adalah pasien atau keluarga pasien harus tau rencana keperawatan yang akan

dilakukan terhadap pasien. Penelitian yang dilakukan oleh Ryan (2009) menyebutkan

bahwa informasi perawatan masuk kedalam keamanan pasien. Parasuraman, et al

(1985) menyebutkan bahwa salah satu dimensi kepuasan pasien adalah assurance.

Dari hasil statistik diperoleh nilai probabilitas (Pvalue) < alpha 0,05. Artinya

ada hubungan antara professional knowledge and skill dengan kepuasan pasien di

ruang perawatan Teratai RSUP Fatmawati tahun 2016. Berdasarkan hasil tersebut,

dapat disimpulkan bahwa semakin baik professional knowledge and skill perawat

dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien maka tingkat kepuasan

pasien terhadap pelayanan keperawatan akan semakin baik juga.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wolf, et al (1998) didapatkan

Pvalue (0,01) < alpha (0,05) yang berarti adanya hubungan antara caring perawat

dengan kepuasan pasien. Begitupula dengan penelitian yang dilakukan oleh

Gurusinaga (2015) yang mendapatkan hubungan antara professional knowledge and

skill dengan kepuasan pasien dengan nilai Pvalue 0,031< alpha 0,05.

104
Arquiza (1997) dalam Gurusinaga (2015) menyebutkan bahwa perawat yang

mempunyai rasa menghormati manusia maka akan memandang klien sebagai

individu yang unik dan menganggap bahwa klien berhak mendapatkan perlakuan

sesuai dengan martabatnya sebagai manusia sehingga perawat melakukan asuhan

keperawatan dengan menerapkan prinsip etik seperti menghormati pilihan klien,

tidak membeda-bedakan klien, mengijinkan klien berpartisipasi dalam perawatannya

dan lain-lain. Pendapat ini diperkuat oleh Potter & Perry (2005) yang menyatakan

bahwa hubungan caring yang terbentuk antara klien dan perawat membantu perawat

untuk lebih mengenal klien secara individu yang unik sehingga perawat dapat

menentukan tindakan keperawatan yang sesuai dan efektif bagi klien.

6.6. Hubungan Positive Connectedness dengan Kepuasan Pasien

Kategori ini terdiri dari aktivitas caring seperti meluangkan waktu bersama

pasein, memberi harapan kepada pasein, memberikan kenyamanan untuk pasein dan

berinteaksi dengan pasein (Wolf, et al, 1994).

Positive connectedness merupakan aspek penting dalam mewujudkan caring

perawat. Positive connectedness adalah suatu kondisi dimana terjadi koneksi atau

keterhubungan antara dua orang atau lebih yang disebabkan adanya komunikasi yang

baik sehingga menimbulkan kenyamanan dan kepercayaan antar keduanya (Wijaya,

2010).

Hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa

perawat sudah berada pada kategori baik dalam hal menciptakan hubungan yang

positif. Perawat dan pasien dalam hubungannya didasarkan atas saling percaya

mempercayai sebagai partner bertindak bersama-sama untuk mempertahankan dan

105
mengarahkan kekuatan yang ada semaksimal mungkin untuk mempertahankan

kesehatannya secara menyeluruh (Depkes RI, 1996).

Dari hasil statistik diperoleh nilai probabilitas (Pvalue) < alpha 0,05. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian Wolf, et al (1998) didapatkan Pvalue (0,001)

< alpha (0,05) yang berarti adanya hubungan antara caring perawat dengan kepuasan

pasien. Begitupula dengan penelitian yang dilakukan oleh Gurusinaga (2015) yang

mendapatkan hubungan antara Positive Connectedness dengan kepuasan pasien

dengan nilai Pvalue 0,023< alpha 0,05.

Untuk dapat terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, hubungan

baik antara perawat dan pasien harus senantiasa dapat dipertahankan dan perawat

harus selalu memberikan perhatian yang cukup kepada pasien secara pribadi

menampung dan mendengarkan semua keluhan pasien serta menjawab dan

memberikan keterangan sejelas-jelasnya tentang segala hal yang ingin diketahui oleh

pasien (Bagindo, 1994).

Hasil penelitian tentang positive connectedness ini secara umum sudah baik,

karena pasien mempercayai perawat, perawat selalu bersikap sabar atau tidak kenal

lelah terhadap pasien, perawat sering bercanda dengan pasien, pasien merasa nyaman

untuk berbicara kepada perawat, perawat memberikan harapan pasien untuk sembuh

dan selalu membiarkan pasien untuk mengungkapkan perasaan tentang penyakitnya.

Namun, masih ada beberapa pasien yang belum puas karena mereka menilai

perawat jarang perawat yang meluangkan waktu dengan pasien, yaitu sebanyak 18%

atau 12 orang. Hal ini karena pasien merasa perawat hanya menjalankan tugas saja

kemudian pergi.

106
Hasil diskusi peneliti dengan kepala ruangan anggrek, diketahui bahwa

kurangnya dimensi caring di ruangan tersebut selain karena banyaknya tuntutan

pekerjaan yang lain, juga karena motivasi untuk menjalankan caring itu sendiri. Hal

ini terlihat dari observasi peneliti di ruang anggrek, ketika ada panggilan pasien di

nurse station, perawat yang sedang mengobrol tidak langsng melaksanakan

permintaan keluarga pasien, namun tetap melanjutkan obrolannya, padahal

seharusnya pasien adalah prioritas utama dari profesi keperawatan. Hal ini

menandakan keinginan perawat untuk berperilaku caring masih kurang dan tidak

didasari dari hati perawat tersebut. Hasil penelitian Indrastuti (2010) menyebutkan

bahwa perilaku caring perawat berasal dari dalam hati perawat itu sendiri. Menurut

Darlington, et al (2011), semua perawat mampu berperilaku caring dalam

memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien, dan jika perawat berperilaku

caring dalam memberikan pelayanan keperawatan maka akan terjalin hubungan

interpersonal yang baik antara perawat dengan pasien, perawat dengan tenaga

kesehatan lainnya, sehingga akan tercapai pelayanan keperawatan yang baik dan

berkualitas (Darlington, et al, 2011). Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan

oleh Sobirin (2006) menyebutkan bahwa ada hubungan secara signifikan antara

motivasi dengan perilaku caring perawat (p value = 0,000).

6.7. Hubungan Attentive to other’s experiencedengan Kepuasan Pasien

Attentive to other’s experience (perhatian terhadap pengalaman orang lain)

terdiri dari aktivitas mengutamakan kepentingan pasein, memiliki sikap empati, dan

membiarkan pasein mengekspresikan perasaannya (Wolf, et al, 1994).

Dari hasil statistik diperoleh nilai probabilitas (Pvalue) < alpha 0,05. Artinya

ada hubungan antara attentive to other’s experience dengan kepuasan pasien di

107
ruang perawatan Teratai RSUP Fatmawati tahun 2016. Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian Wolf, et al (1998) didapatkan Pvalue (0,029) < alpha (0,05) yang

berarti adanya hubungan antara caring perawat dengan kepuasan pasien. Begitupula

dengan penelitian yang dilakukan oleh Gurusinaga (2015) yang mendapatkan

hubungan antara attentive to other’s experience dengan kepuasan pasien dengan nilai

Pvalue 0,003 < alpha 0,05.

Hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa

perawat sudah berada pada kategori baik dalam hal perhatian terhadap yang dialami

orang lain. Hasil penelitian tentang perilaku caring perawat ini terdapat pada

tindakan perawat yang mayoritas selalu menjadikan pasien sebagai prioritas utama,

mendengarkan pengalaman-pengalaman pasien, memiliki sikap empati terhadap

pasien, mempersilakan pasien mengekspresikan perasaannya dan menanyakan

perkembangan kesembuhan pasien.

Namun, dari wawancara peneliti dengan pasien diketahui bahwa masih ada

beberapa pasien yang merasa tidak puas dengan dengan attentive to other’s

experience ini. Pasien menilai bahwa perawat sangat jarang datang dan bertanya

mengenai keadaannya. Menurut mereka justru profesi dokter yang lebih dekat dan

sering bertanya mengenai pengalaman mereka ini. Sedangkan perawat hanya datang

sekedar memeriksa tensi, cek infus, menyuntik dan sebagainya, sehingga beberapa

pasien mengaku enggan untuk bertanya kepada perawat yang sedang bertugas.

Pernyataan dalam kuesioner yang paling banyak menilai attentive to other’s

experience buruk terdapat pada pernyataan perawat memiliki sikap empati terhadap

pasien yaitu sebanyak 18% atau 12 orang. Menurut beberapa pasien yang

108
diwawancarai, perawat kurang peka dan kurang paham keinginan dan kebutuhan

pasien. Diantaranya ada yang mengaku sudah meminta perawat untuk menggannti

cairan infus yang habis, namun perawat tidak segera menggantinya. Beberapa

diantara pasien juga mengaku ketika sudah dipasang cairan infus, beberapa kali

jarum terlepas bahkan berdarah, setelah keluarga pasien melapor ke nurse station,

perawat malah dinilai menunda-nunda permintaan mereka tersebut. Hal ini

menandakan perawat belum merasa peduli dan paham akan kebutuhan pasien.

Peduli dan paham kebutuhan pasien bahkan tanpa harus ada keluhan atau aduan dari

klien merupakan salah satu bentuk dari sikap empati (Supranto, 2015).

Philip Kolter 1994 dalam Supranto (2015) bahwa empati (emphaty) merupakan

syarat untuk peduli (caring), memberi perhatian pribadi bagi pelanggan yang

mendatanngkan hubungan baik antar pasien dan perawat.

6.8. Hubungan Respectful deference dengan Kepuasan Pasien

Kategori ini terdiri dari aktivitas caring seperti bersikap mendengarkan pasein,

menghormati pasein, memberikan dukungan, mempersilakan pasein mengutarakan

keluhannya dan menyapa pasein (Wolf, et al, 1994). Respectful deference

merupakan pengembangan hubungan saling percaya dan saling membantu,

meningkatkan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif pasien (Gurusinaga,

2015).

Dari hasil statistik diperoleh nilai probabilitas (Pvalue) < alpha 0,05. Artinya

ada hubungan antara respectful difference dengan kepuasan pasien di ruang

perawatan Teratai RSUP Fatmawati tahun 2016. Berdasarkan hasil tersebut, dapat

disimpulkan bahwa semakin baik respectful difference perawat dalam memberikan

109
pelayanan keperawatan kepada pasien maka tingkat kepuasan pasien terhadap

pelayanan keperawatan akan semakin baik juga.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wolf, et al (1998) didapatkan

Pvalue (0,005) < alpha (0,05) yang berarti adanya hubungan antara caring perawat

dengan kepuasan pasien. Begitupula dengan penelitian yang dilakukan oleh

Gurusinaga (2015) yang mendapatkan hubungan antara respectful difference dengan

kepuasan pasien dengan nilai Pvalue 0,009< alpha 0,05.

Hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa

perawat sudah berada pada kategori baik dalam hal menanggapi pasien dengan rasa

hormat. Namun masih ada beberapa pasien yang tidak puas terhadap perilaku

perawat pada dimensi ini. Hal ini terjadi karena beberapa pasien merasa perawat

jarang memberikan dukungan dan motivasi untuk sembuh, jarang mendengarkan

keluhan pasien dengan sungguh-sungguh, kurang menghormati pasien dan keluarga

pasien, jarang mempersilakan pasien untuk mengungkapkan keluhan-keluhannya¸dan

beberapa jarang menyapa pasien.

Hasil penelitian tentang perilaku caring perawat ini sejalan dengan teori

keperawatan yang diterbitkan oleh Watson (1979), The Phylosophy and Science of

Caring. Watson menyatakan bahwa caring adalah suatu karakteristik interpersonal

yang tidak diturunkan melalui genetika, tetapi dipelajari melalui pendidikan sebagai

budaya profesi. Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam konteks keperawatan caring

bukan merupakan suatu hal yang unik tetapi caring merupakan suatu bentuk

pendekatan seni dan ilmu dalam merawat klien yang merupakan sentral praktik

keperawatan, dan juga merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana

110
perawat bekerja untuk lebih meingkatkan kepeduliannya terhadap pasien. (Watson,

1979).

Upaya peningkatan perilaku caring perawat dengan pendekatan individu dapat

dilakukan dengan cara peningkatan pengetahuan dan keterampilan caring melalui

pelatihan, seminar, workshop maupun melalui pendidikan formal keperawatan.

Peningkatan pengetahuan dan keterampilan caring tidak serta akan dapat membuat

perawat berperilaku caring lebih baik, oleh karena itu perlu adanya upaya dengan

pendekatan psikologis maupun organisasi untuk mendukung seorang perawat untuk

menerapkan kompetensi caring yang dimilikinya dalam memberikan asuhan

keperawatan kepada klien. Upaya dengan menggunakan pendekatan psikologis yaitu

melalui supervisi dan pembinaan serta role model yang baik dari atasan dalam

berperilaku caring. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sutriyanti (2009) untuk melihat pengaruh pelatihan perilaku caring perawat terhadap

kepuasan pasien dan keluarga yang mendapatkan hasil bahwa adanya perbedaan

yang bermakna pada kepuasan pasien antara kelompok perawat yang diberi

pelatihan dan bimbingan sebanyak 6x dibanding kelompok perawat yang diberi

pelatihan dan bimbingan sebanyak 3x.

Sedangkan upaya melalui pendekatan organisasi sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Supriatin (2009) yang menyatakan ada hubungan antara faktor

organisasi dengan perilaku caring perawat, dalam hal ini faktor kepemimpinan,

struktur organisasi, imbalan dan desain kerja makaupaya yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan perilaku caring perawat antara lain dengan perencanaan

pengembangan SDM perawat, imbalan atau yang terkait dengan kepuasan kerja

perawat melaui sistem penghargaan serta adanya effective leadership dalam

111
keperawatan. Peran organisasi (rumah sakit) adalah menciptakan iklim kerja yang

kondusif dalam keperawatan melalui kepemimpinan yang efektif, perencanaan

jenjang karir perawat yang terstruktur, pengembangan sistem remunerasi yang

seimbang dan berbagai bentuk pencapaian kepuasan kerja perawatdalam pekerjaan

melalui pengayaan tugas dan tanggung jawab kerja yang diharapkan dapat

memotivasi perawat agar berperilaku caring yang lebih baik.

Menumbuhkan perilaku caring juga penting untuk dilakukan sejak mahasiswa

calon perawat mengenyam pendidikan di akademi maupun perguruan tinggi karena

perubahan perilaku membutuhkan waktu yanglama sehingga akan lebih efektif jika

caring sudah ditumbuhkan semenjak masih sebagai mahasiswa perawat. Pendidikan

Keperawatan di Amerika bekerja sama dengan American Nursing Association

(ANA) melakukan revisi kurikulum pendidikan keperawatan yang berfokus pada

caring dan pengetahuan caring sejak tahun 1980 (Duffy, 2005).

Pendidik perawat dituntut agar dapat mengajarkan, menjadi role model dan

mengembangkan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan perilaku caring

mahasiswa perawat. Hal ini bukan merupakan pekerjaan yang mudah, mengingat

walaupun caring tercantum dalam kurikulum akan tetapi biasanya jarang tercakup

dalam penerapan keterampilan yang nyata dalam praktik laboratorium atau pelajaran

berbasis kompetensi lainnya (Duffy, 2005).

Strategi pembelajaran yang efektif menumbuhkan perilaku caring adalah

berdasarkan persepsi mahasiswa perawat yaitu dengan pengenalan konsep caring

yang dilakukan pada masa awal pendidikan bersamaan dengan pengenalan konsep

kesehatan, adanya komunitas caring di sekolah yang dapat dijadikan ajang untuk

112
melatih perilaku caring di antara sesama teman, dan adanya role model serta metode

pembelajaran yang memberikan gambaran nyata penerapan caring kepada klien yang

dapat diwujudkan dalam bentuk role play atau studi kasus (AACN, 1998 dalam

Duffy, 2005). Pribadi caring mahasiswa perawat diharapkan dapat muncul dari

institusi yang secara terus menerus melakukan pengembangan mutu yang selaras

dengan hal tersebut, dimana hal ini harus diperkuat tidak hanya institusi pendidikan

melainkan juga institusi tempat tempat praktik serta sarana praktik yang sesuai

dengan laju perkembangan pendidikan keperawatan.

Peneliti berharap, dengan teridentifikasinya perilaku caring perawat pelaksana di

ruang Teratai RSUP Fatmawati yang tergolong baik, maka potensi untuk

pelaksanaan pelayanan keperawatan di RSUP Fatmawati akan semakin baik juga.

Hal ini perlu menjadi pertimbangan pihak manager keperawatan dan manager rumah

sakit untuk mempertahankan perilaku caring yang baik dengan cara menciptakan

lingkungan yang mendukung dan dapat menimbulkan budaya perilaku caring. Upaya

yang dapat dilakukan yaitu dengan role model atasan dalam berperilaku caring,

perencanaan dan pelaksanaan seminar dan pelatihan tentang caring bagi perawat

pelaksana maupun kepala ruang dan wakil kepala ruang, membuat standar aturan

baku dan instrumen baku penilaian pelaksanaan perilaku caring perawat, melibatkan

kepala ruang dalam proses evaluasi perilaku caring perawat pelaksana sebagai dasar

penilaian kinerja yang menjadi pertimbangan sistem pemberian penghargaan bagi

perawat.

113
BAB VII

PENUTUP

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka di dapat kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar pasien merasa puas terhadap pelayanan keperawatan.

2. Sebagian besar perilaku caring perawat dinilai baik oleh pasien.

3. Terdapat hubungan antara Assurance of human presence dengan kepuasan

pasien di ruang perawatan teratai RSUP Fatmawati tahun 2016.

4. Terdapat hubungan antara Respectful deference dengan kepuasan pasien di

ruang perawatan teratai RSUP Fatmawati tahun 2016.

5. Terdapat hubungan antara Professional knowledge and skill dengan

kepuasan pasien di ruang perawatan teratai RSUP Fatmawati tahun 2016.

6. Terdapat hubungan antara Positive connectedness dengan kepuasan pasien

di ruang perawatan teratai RSUP Fatmawati tahun 2016.

7. Terdapat hubungan antara Attentive to other’s experience dengan

kepuasan pasien di ruang perawatan teratai RSUP Fatmawati tahun 2016.

114
7.2 Saran

1. Bagi RSUP Fatmawati

a. Sebaiknya pihak RSUP Fatmawati berupaya meningkatkan perilaku

caring perawat dengan pendekatan individu yaitu dengan cara

peningkatan pengetahuan dan keterampilan caring melalui pelatihan,

seminar, workshop maupun melalui pendidikan formal keperawatan.

b. Sebaiknya pihak RSUP Fatmawati berupaya meningkatkan perilaku

caring perawat dengan menggunakan pendekatan psikologis yaitu

melalui supervisi dan pembinaan serta role model yang baik dari

atasan dalam berperilaku caring.

c. Sebaiknya pihak RSUP Fatmawati berupaya meningkatkan perilaku

caring perawat dengan melakukan perencanaan pengembangan SDM

perawat serta adanya effective leadership dalam keperawatan.

2. Bagi Peneliti Lain

a. Sebaiknya peneliti selanjutnya dapat menambahkan metode observasi

sekaligus wawancara untuk memperoleh hasil penelitian yang lebih

mendalam mengenai dimensi perilaku caring perawat yang

berhubungan dengan kepuasan pasien.

b. Sebaiknya penelitian selanjutnya dapat membandingkan hasil yang ada

pada dimensi caring wolf (1994) dengan karatif caring Watson (1985).

c. Sebaiknya penelitian selanjutnya dapat lebih mendalam dengan

menggunakan uji statistik multivariat yang dapat menjelaskan

pengaruh dari perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien.

115
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Dini. 2002. Analisis Pengaruh Caring terhadap Loyalitas Pasien di RS

Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Skripsi : Universitas Sriwijaya.

Astuti. 2003. Gambaran kepuasan pasien di Rumah Sakit Orthopedi Prof. DR. R.

Soeharso Surakarta tahun 2003. Skripsi : Universitas Diponegoro.

Aulia, Tamara. 2011. Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan

Konsumen Jasa Petikemas pada PT. Pelabuhan Indonesia IV (persero)

Cabang Terminal Petikemas di Makassar. Skripsi: Universitas Hasanuddin

Makassar.

Azwar, A. 1996. Menjaga mutu pelayanan kesehatan. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan.

Bagindo, D.. 1994. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dokter

Profesional. Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No.80

Becker,et al. 2008. Nursing Student Caring Behaviours During Blood Pressure

Measurement in Minnesota 2008. Diakses dari

http://www.nursinglibrary.org/vhl/handle/10755/158500 pada 11 Maret

2016.

Damayanti, D. 2000. Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Kualitas Pelayanan

Keperawatan Dalam Hal Kemampuan, Ketanggapan, Dan Hubungan

Interpersonal Perawat Di Ruang Rawat Inap Kelas I Dan Ii Dr.Sardjito

Yogyakarta. Skripsi: Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

116
Darmawan. 2006. Manajemen Kinerja Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Penerbit

Erlangga.

Darlington D., Strauss M.B, & Abreu P. (2011) Nurse caring behaviour as

perceived by paediatric patients, paediatric nurses, paediatric/caretakers

and physician. Diakses melalui

http/www.pndownloads/posters/2011/R2_Darlington pada 23 Februari

2016.

Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik Depertemen Kesehatan Republik

Iindonesia. 2008. Kualitas Pelayanan Keperawatan Indonesia. Diakses dari

web http://www.depkes.go.id/folder/view/09857/kualitas-pelayanan-

keperawatan-indonesia.html pada 29 Januari 2016.

Duffy, J. M (2005): The impact of nurse caring on patient outcomes. In: D. Gaut

(Editor). The presence of caring in nursing. New York: National League for

Nursing 113–136.

Ellis, Roger. 1999. Komunikasi Interpersonal dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.

Gaffar, L. O. 1999. Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC.

Gurusinaga, Rahmad. 2015. Hubungan Perilaku Caring Perawat dan Kepuasan

Pasien Rawat Inap RS Adam Malik Medan tahun 2015. Tesis: Universitas

Sumatera Utara.

Gunarsa, Singgih. 2008. Psikologi Perawatan. Jakarta: Gunung Mulia.

117
Haffizurrachman. 2004. Mengukur Kepuasan Suatu Institusi Kesehatan. Majalah

Kedokteran Indonesia/ Volume 54. Nomor 7.283 –288.

Handoko, D. 2003. Manajemen Keperawatan Konseptual. Cetakan Ke-18.

Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Hartati, Elis. 2007. Analisis Kualitas Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit

Swasta X tahun 2007. Tesis: Universitas Indonesia.

Indrastuti, Yani. 2010. Analisis Hubungan Perilaku Caring dan Motivasi dengan

Kinerja Perawat Pelaksana Menerapkan Prinsip Etik Keperawatan Dalam

Asuhan Keperawatan Di RSUD Sragen 2010. Skripsi: Universitas

Indonesia.

Julianti. 2009. Hubungan beban kerja perawat pelaksana dengan penerapan

perilaku caring perawat di RSUD Sragen. Jurnal Keperawatan Indonesia/

Volume 7, No. 135 ISSN 1996-6793.

Kaur, et al. 2015, Impact of emotional intelligence and spiritual intelligence on

the caring behavior of nurses: a dimension - level exploratory study among

public hospitals in Malaysia. Diakses melalui web

https://www.researchgate.net/publication/272946942 pada 13 Mei 2016.

Kotler, et al. 1997. Prinsip-prinsip Pemasaran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Palese, et al. 2011. Surgical Patient Satisfaction as an Outcome of Nurses Caring

Behaviour. Diakese melalui web

https://www.researchgate.net/publication/263086407 pada 12 Mei 2016.

118
Ryan,Ryan, Husni. 2009. Analisis Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap

Kepuasan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Cempaka Jakarta tahun 2009.

Tesis: Universitas Diponegoro.

Manurung. 2010. Hubungan Antara Pelayanan Keperawatan Oleh Perawat

Dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit X Semarang. Skripsi:

Universitas Indonesia.

Minarsih. 2008. Hubungan stress kerja dengan kinerja di ruang ICU rumah sakit

Adam Malik Medan tahun 2008. Skripsi: Universitas Sumatera Utara.

Malini, Ananda. 2009. Faktor-fator yang berhubungan dengan Kualitas

Pelayanan Keperawatan di RS Dr. M. Djamil Padang tahun 2009. Skripsi:

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan

Profesional. Jakarta : Salemba Medika.

Nurachmati. 2004. Gambaran Kualitas Pelayanan Rawat Inap Di Rumah Sakit

Roemani Semarang. Skripsi: Universitas Diponegoro.

Parasuraman, A. Zeithalin, VA & Berry, L.L. 1999. A Conceptual Model Service

Quality And It’s Implication For Future Reseach. Journal Of Marketing,

Volume 42, ISSN 1673-3864 p. 41-50.

Perry, A.G. & Poter. 2009. Fundamentals of Nursing : Fundamental Keperawatan

(edisi 7). Terjemahan. Jakarta: Salemba Medika.

119
Priyono, Joko. 2004. Peranan Perbaikan Kualitas Layanan terhadap Peningkatan

Kepuasan Konsumen PT. Astra Internasional Isuzu di Surabaya. Tesis:

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya.

Proborani, A.. 2010. Kemampuan Berempati pada Perawat ditinjau dari Tipe

Kepribadian. Jurnal psikologi. No. 3 April, hal. 77-88.

Munir, F.. 2006. Pengantar Psikologi Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Book

Publishing.

Moenir, K.. 2002. Pelayanan Prima dalam Perbankan Syariah. Yogyakarta:

Penerbit Andi.

Priharjo, R. 2008. Tehnik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat. Jakarta : EGC

Prompahakul, C., Nilmanat, K., & Kongsuwan, W. 2011. Nurses caring behavior

for dying patients in southern Thailand. Nurse Media Jounal of Nursing,

1(2), 147-158.

Rahmulyono. 2008. Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien di

Rumah Sakit XYZ tahun 2008. Skripsi: Universitas Ahmad Dahlan

Yogyakarta.

Sarafino, E.P. 1998. Health Psychology : Biopsychosocial Interactions. Third

Edition. United States of American: John Wiley & Sonc, Inc.

Soejadi. 1996. Pedoman Penilaian Kinerja Rumah Sakit Umum. Jakarta:

KATIGA Bina.

120
Sedarmayanti. 2009. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung:

CV Mandar Maju.

Sobirin, Achmad. 2002. Gambaran Perilaku Caring Perawat di RSUD Unit

Swadana Kabupaten Subang. Skripsi: Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia.

Suharsim, Arikunto. 1989. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Sumarwati. 2002. Gambaran Perilaku Caring berdasarkan Perilaku Karatif

Caring Watson di Rumah Sakit Fatmawati tahun 2002. Skripsi:

Perpustakaan RSUP Fatmawati.

Supriatin, E. (2008). Hubungan faktor individu dan faktor organisasi dengan

perilaku caring perawat di instalsi rawat inap rsud kota bandung. Tesis:

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Sutriyanti, Y. (2009). Pengaruh pelatihan perilaku caring perawat terhadap

kepuasan pasien dan keluarga di ruang rawat inap rsud curup Bengkulu.

Tesis: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Suwardi. 2008. Gambaran komunikasi terapeutik perawat di RSU Pandan Arang

Boyolali tahun 2008. Skripsi: Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Sumarwan. 2003. Riset Pemasaran Rumah Sakit. Jakarta: Penerbit Gramedia

Utama.

Sumarwati, Wina. 2006. Gambaran perilaku caring perawat pada pasien

penderita kanker di rumah sakit di RS Ludira Husada Tama Yogyakarta

121
tahun 2006. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad

Dahlan Yogyakarta.

Sunaryo. 2004. Psikologi untuk keperawatan Cetakan I Editor Monica Ester.

Jakarta : EGC.

Supranto, S. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Konsumen Untuk Menaikkan

Pangsa Pasar. Jakarta: Rineka Cipta.

Tjiptono, F. 2011. Service Qualiy and Satisfaction Edisi kedua. Yogyakarta:

Penerbit Andi.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

Watson, J. 1979. The Philosophy and Science of Caring. Boston: Little Brown.

Watson, J. 1999. Nursing human science and human care: A theory of nursing.

New York: National League for Nursing.

Wijaya, Toni. 2011. Manajemen Kualitas Jasa Desain Servqual, QFD dan Kano

disertai Contoh Aplikasi dalam Kasus Penelitian. PT. Indeks. Jakarta.

Wijono, D, 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Airlangga University

Press, Surabaya

Wiyana, Muncul. (2008). Supervisi dalam Keperawatan. Yogyakarta: Penerbit

Andi

Wolf, Z. R., Colahan, M., & Costello, A. 1994. Relationship between nurse caring

and patient satisfaction. Medical-Surgical Nursing. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan.

122
Zaidin. 2001. Dasar-Dasar Keperawatan Professional. Jakarta: Widya Medika.

123
LAMPIRAN 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Judul Penelitian : Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Kepuasan Pasien di

Ruang Perawatan Teratai Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun

2016.

Nama Peneliti : Umi Kalsum

NIM 1112101000019

Saya adalah mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. saya sedang melaksanakan penelitian dengan
tujuan mengetahui hubungan perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien di ruang
perawatan teratai RSUP Fatmawati tahun 2016.

Partisipasi saudara/i dalam penelitian ini adalah bersifat sukarela dan tidak ada paksaan dari
pihak manapun. Apabila saudara/i bersedia menjadi responden dalam penelitian ini maka
saudara diharapkan untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden ini..

Peneliti akan menjaga kerahasiaan identitas dan data yang responden berikan. Informasi yang
responden berikan akan saya simpan seaman mungkin dan apabila dalam pemberian informasi
ada yang kurang mengerti maka responden dapat menanyakannya kepada peneliti.

Terima kasih atas partisipasi saudara/i dalam penelitian ini.

Jakarta,....................................2016

Peneliti

Responden

(Umi Kalsum)

(……………………)

x
vi
INSTRUMEN PENELITIAN

Hubungan perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien di ruang perawatan teratai RSUP
Fatmawati tahun 2016.

No. Responden :

Hari/ Tanggal :

I. Kuesioner Data demografi (KDD)

Petunjuk Pengisian :

Bapak/ Ibu/ saudara/i diharapkan :

Menjawab setiap pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist (√ ) pada tempat yang tersedi
Semua pernyataan harus dijawab.
Tiap satu pernyataan ini diisi dengan satu jawaban.
Bila data yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.

1. Nama* :(*Data dirahasiakan)


2. Jenis Kelamin Usia
: a. Laki-laki b. Perempuan
3. Status Sipil
:Tahun
4.
: a. Menikah
b. Belum menikah

5. Pendidikan akhir : a. SD c. SMA e. Sarjana/ DIIII


b. SMP d. DIII f. Pascasarjana

6. Pekerjaan saat ini : a. PNS/TNI b. Swasta c. Pensiunan


d. IRT
e. Lainnya :_
7. No HP :
8. Lantai Perawatan
: a. Lt.1 b. Lt.2 c. Lt.3

x
vi
II. Kuesioner Perilaku Caring Perawat

Petunjuk Pengisian: Bacalah pernyataan ini dengan baik, kemudian berilah tanda checklist
(√) pada jawaban yang sesuai dengan pengalaman saudara/i ketika menerima tindakan
keperawatan dari perawat di RSUP Fatmawati dengan pertimbangan sebagai berikut:
1) Tidak Pernah
2) Kadang-
3) kadang
4) Sering
Selalu
Pilihan Jawaban
Pertanyaan
No Tidak Kadang- KODE
Sering Selalu
Pernah kadang
Assurance of Human Presence
Perawat mendatangi dan berinteraksi
1 IA.1
dengan pasien tanpa harus diminta.
Perawat berbicara dengan pasien
2 IA.2
dengan tutur yang sopan dan baik.
Perawat mendorong dan
3 mempersilakan pasien untuk IA.3
memanggil jika ada masalah
Perawat mampu membantu
5 IA.4
mengurangi rasa sakit pada pasien.
Perawat menanggapi panggilan
7 pasien dengan cepat atau kurang IA.5
dari 5 menit
perawat bersikap manusiawi dan
8 IA.6
tidak kasar
Perawat tidak membeda-bedakan
4 IA.7
pasien dan berlaku adil
Respectful Deferance
Perawat mendengarkan keluhan
9 IB.1
pasien dengan sungguh-sungguh
Perawat menghormati pasien dan
10 IB.2
keluarga pasien
Perawat memberikan dukungan dan
11 IB.3
motivasi untuk sembuh.
Perawat mempersilakan pasien untuk
15 mengungkapkan keluhan- IB.4
keluhannya.
28 Perawat menyapa pasien IB.5
6 Perawat memelihara suasana IB.6
lingkungan yang menghormati nilai-

xi
x
nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan beragama pasien
Professional Skill and Knowledge
Perawat mengetahui bagaimana
29 IC.1
memberikan suntikan, infus, dll
Perawat bersikap percaya diri dalam
16 IC.2
merawat pasien
Perawat menjelaskan tindakan medis
18 IC.3
yang akan dilakukan
Perawat mengelola peralatannya
27 IC.4
secara terampil.
Perawat menjaga kerahasiaan
30 IC.5
informasi pasien.
Perawat memberitahukan rencana
31 perawatannya kepada pasien dan IC.6
keluarga
Perawat menggunakan bahasa yang
32 IC.7
sederhanda dan mudah dimengerti
Perawat bertanggung jawab atas
12 pasien yang membutuhkan asuhan IC.8
keperawatan.
Positive Connectedness
Perawat meluangkan waktu dengan
33 ID.1
pasien untuk berbincang
26 Responden percaya kepada perawat. ID.2
Perawat bersikap sabar atau tak kenal
24 ID.3
lelah terhadap pasien.
17 Perawat mengajak bercanda pasien ID.4
Pasien merasa nyaman untuk
14 ID.5
berbicara kepada perawat
Perawat memberikan harapan pasien
19 ID.6
untuk sembuh
13 Perawat menjaga kerahasiaan pasien ID.7
Attentive to Others
Perawat menjadikan pasien sebagai
20 IE.1
prioritas utama
Perawat mendengarkan pengalaman-
21 IE.2
pengalaman pasien
22 Perawat memiliki sikap ramah IE.3
Perawat mempersilakan pasien
23 IE.4
mengekspresikan perasaannya.
Perawat menanyakan perkembangan
25 IE.5
kesembuhan pasien.

x
x
III. Kuesioner Kepuasan Pasien

Petunjuk Pengisian:
a. Berikan tanda √ (checklis) untuk setiap pernyataan berikut yang sesuai dengan
“KENYATAAN” yang dirasa dan diterima pasien dalam pelayanan, pada kolom :
1. Sangat Tidak Puas
2. Tidak Puas
3. Puas
4. Sangat Puas
b. Berilah tanda √ (checklis) untuk setiap pernyataan tentang “HARAPAN” berdasarkan
seberapa pentingkah pernyataan itu bagi Anda :
1. Sangat Tidak Penting
2. Tidak Penting
3. Penting
4. Sangat Penting

Pertanyaan Nilai Kenyataan Nilai Harapan


No Kode
1 2 3 4 1 2 3 4
Responsiveness
Petugas bersedia menanggapi
1 DA.1
keluhan pasien.
Petugas tanggap melayani DA.2
6
pasien.
11 Petugas menerima dan DA.3
melayani dengan baik.
16 Petugas melakukan tindakan DA.4
secara tepat
21 Petugas melakukan pelayanan DA.5
dengan cepat dan tanggap
Reliability

Petugas memberikan
pelayanan dengan teliti, hati-
2 DB.1
hati dan tepat waktu sesuai
dengan yang di janjikan.
7 Petugas, membantu jika ada DB.2
permasalahan pasien.
12 Petugas memberitahu jenis DB.3
penyakit secara lengkap,

x
xi
memberitahu cara perawatan
dan cara minum obat.
17 Petugas memberikan DB.4
informasi kepada pasien
sebelum pelayanan diberikan.
22 Petugas menerangkan DB.5
tindakan yang akan dilakukan.
Empathy

Petugas memberikan waktu DC.1


3 pelayanan yang cukup pada
pasien.
8 petugas memberikan pelayanan DC.2
sesuai dengan keinginan dan
memahami kebutuhan pasien.
13 Petugas memperhatikan pesien DC.3
dengan sungguh-sungguh
18 Petugas mendengarkan DC.4
keluhan tentang penyakit yang
pasien derita serta memberikan
motivasi untuk sembuh
Perawat dalam melayani DC.5
23
bersikap sopan dan ramah.
Assurance

Petugas memiliki kemampuan


4 dan pengetahuan, sehingga DD.1
mampu meyakinkan pasien.
Petugas menyediakan obat- DD.2
9 obatan /alat-alat medis yang
lengkap.
petugas cekatan dalam DD.3
14
melayani pasien.
Petugas melayani dengan DD.4
19 sikap meyakinkan
sehingga pasien merasa aman.
Petugas menjelaskan rencana DD.5
24
keperawatannya
Tangibles

Bangunan RS terlihat indah DE.1


5
dan bersih.
Petugas tersenyum menyapa DE.2
10
pasien

x
xi
Petugas terlihat meyakinkan DE.3
15
dan bersahabat.
Petugas dan karyawan DE.4
20
berpenampilan rapi dan bersih.
25 Pakaian petugas terlihat sopan DE.5

x
xi
LAMPIRAN 2
1. Analisis Univariat

1) Gambaran Kepuasan Pasien Cumulative


Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak puas 30 37.0 37.0 37.0
kepuasan_pasien
Puas 51 63.0 63.0 100.0
Total 81 100.0 100.0

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


kepuasan_pasie n

N 81
Normal Parametersa Mean .63
Std. Deviation .486
Most Extreme Differences Absolute .407
Positive .273
Negative -.407
Kolmogorov-Smirnov Z 3.660
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Test distribution is Normal.

Responsiveness
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak puas 15 18.5 18.5 18.5
Puas 66 81.5 81.5 100.0
Total 81 100.0 100.0

Reliability
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak puas 34 42.0 42.0 42.0
Puas 47 58.0 58.0 100.0
Total 81 100.0 100.0

Empathy
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak puas 23 28.4 28.4 28.4
Puas 58 71.6 71.6 100.0

x
xi
Empathy
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak puas 23 28.4 28.4 28.4
Puas 58 71.6 71.6 100.0
Total 81 100.0 100.0

Assurance
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak puas 18 22.2 22.2 22.2
Puas 63 77.8 77.8 100.0
Total 81 100.0 100.0

Tangible
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak puas 22 27.2 27.2 27.2
puas 59 72.8 72.8 100.0
Total 81 100.0 100.0

2) Gambaran Perilaku Caringg Perawat


perilaku caring

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid buruk 29 35.8 35.8 35.8

baik 52 64.2 64.2 100.0

Total 81 100.0 100.0

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Assurance_of_Hu
man Respectful Professional Connectedness Attentive caring

N 81 81 81 81 81 81
Normal Mean 21.17 19.21 23.63 21.20 14.37 49.7901
a
Parameters Std. Deviation 5.076 4.585 5.004 5.190 4.559 9.95674

Most Absolute .270 .297 .175 .203 .224 .242


Extreme Positive .201 .180 .101 .095 .115 .140
Differences
Negative -.270 -.297 -.175 -.203 -.224 -.242

x
x
Kolmogorov-Smirnov Z 2.432 2.671 1.573 1.831 2.017 2.179
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000 .014 .002 .001 .000

a. Test distribution is Normal.

Assurance_of_H Statisti
uman Respectful Professional Connectedness Attentive caring
N Valid 81 81 81 81 81 81
Missing 0 0 0 0 0 0
Mean 21.17 19.21 23.63 21.20 14.37 49.7901
Median 23.00 21.00 24.00 23.00 17.00 54.5000
Mode 25 21 23 23 18 55.00a
Std. Deviation 5.076 4.585 5.004 5.190 4.559 9.95674
Minimum 7 8 9 8 5 22.00
Maximum 28 25 30 28 20 62.50
Sum 1715 1556 1914 1717 1164 4033.00
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Assurance_of_Human

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid buruk 22 27.2 27.2 27.2
baik 59 72.8 72.8 100.0
Total 81 100.0 100.0

Respectful

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid buruk 16 19.8 19.8 19.8
baik 65 80.2 80.2 100.0
Total 81 100.0 100.0

Professional
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid buruk 15 18.5 18.5 18.5
baik 66 81.5 81.5 100.0

Total 81 100.0 100.0

Connectedness
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid buruk 19 23.5 23.5 23.5
baik 62 76.5 76.5 100.0
Total 81 100.0 100.0

x
x
Attentive
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid buruk 22 27.2 27.2 27.2
baik 59 72.8 72.8 100.0
Total 81 100.0 100.0

a. Hubungan Assurance of human presence dengan Kepuasan Pasien


2. Analisis

Crosstab
kepuasan_pasien

tidak puas puas Total


Assurance_of_Human buruk Count 15 7 22
% within Assurance_of_Human
68.2% 31.8% 100.0%

baik Count 15 44 59
% within Assurance_of_Human
25.4% 74.6% 100.0%
Total Count 30 51 81
% within Assurance_of_Human
37.0% 63.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 12.563a 1 .000
Continuity Correctionb 10.797 1 .001
Likelihood Ratio 12.362 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear Association 12.408 1 .000
N of Valid Casesb 81
0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,15.
Computed only for a 2x2 table

b. Hubungan Respectful deference dengan Kepuasan Pasien

Crosstab

kepuasan_pasien
tidak puas puas Total
Respectful buruk Count 11 5 16
% within Respectful 68.8% 31.2% 100.0%
baik Count 19 46 65

x
x
% within Respectful 29.2% 70.8% 100.0%
Total Count 30 51 81
% within Respectful 37.0% 63.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 8.599a 1 .003
b
Continuity Correction 6.988 1 .008
Likelihood Ratio 8.361 1 .004
Fisher's Exact Test .005
.008
Linear-by-Linear Association 8.493 1 .004
N of Valid Casesb 81

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,93.
b. Computed only for a 2x2 table

c. Hubungan Professional knowledge and skill dengan Kepuasan Pasien


Crosstab

kepuasan_pasien
tidak puas puas Total
Professional buruk Count 10 5 15
% within Professional 66.7% 33.3% 100.0%
baik Count 20 46 66
% within Professional 30.3% 69.7% 100.0%
Total Count 30 51 81
% within Professional 37.0% 63.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 6.930a 1 .008
b
Continuity Correction 5.459 1 .019
Likelihood Ratio 6.717 1 .010
Fisher's Exact Test .016 .011
Linear-by-Linear Association 6.845 1 .009
b
N of Valid Cases 81
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,56.
b. Computed only for a 2x2 table

x
x
d. Hubungan Positive Connectedness dengan Kepuasan Pasien

Crosstab

kepuasan_pasien

tidak puas puas Total


Connectedness buruk Count 13 6 19
% within Connectedness 68.4% 31.6% 100.0%
baik Count 17 45 62
% within Connectedness 27.4% 72.6% 100.0%
Total Count 30 51 81
% within Connectedness 37.0% 63.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 10.484a 1 .001
b
Continuity Correction 8.800 1 .003
Likelihood Ratio 10.248 1 .001
Fisher's Exact Test .002 .002
Linear-by-Linear Association 10.355 1 .001
N of Valid Casesb 81

0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,04.
Computed only for a 2x2 table

e. Hubungan Attentive to other’s experience dengan Kepuasan Pasien


Crosstab
kepuasan_pasien

tidak puas Puas Total


Attentive buruk Count 14 8 22
% within Attentive 63.6% 36.4% 100.0%
baik Count 16 43 59
% within Attentive 27.1% 72.9% 100.0%
Total Count 30 51 81
% within Attentive 37.0% 63.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 9.164a 1 .002
b
Continuity Correction 7.665 1 .006
Likelihood Ratio 8.978 1 .003

x
xi
Fisher's Exact Test .004 .003
Linear-by-Linear Association 9.051 1 .003
N of Valid Casesb 81
0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,15.
Computed only for a 2x2 table

x
x
HASIL UJI VALIDITAS

1. Respectful deference

IA1 Correlatio
IA2 IA3 IA4 IA5 IA6 IA7 TOTAL_IA
* * *
Spearman's rho IA1 Correlation Coefficient 1.000 .150 .444 .305 .285 .422 .453 .393*
Sig. (2-tailed) . .428 .014 .101 .126 .020 .012 .032
N 30 30 30 30 30 30 30 30
* **
IA2 Correlation Coefficient .150 1.000 .071 .226 .412 .314 .713 .525**
Sig. (2-tailed) .428 . .709 .230 .024 .091 .000 .003
N 30 30 30 30 30 30 30 30
* * **
IA3 Correlation Coefficient .444 .071 1.000 .421 .618 .151 .190 .717**
Sig. (2-tailed) .014 .709 . .020 .000 .425 .313 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30
IA4 Correlation Coefficient .305 .226 .421* 1.000 .338 .426* .242 .617**
Sig. (2-tailed) .101 .230 .020 . .068 .019 .198 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30
IA5 Correlation Coefficient .285 .412* .618** .338 1.000 .410* .404* .810**
Sig. (2-tailed) .126 .024 .000 .068 . .024 .027 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30
* * * **
IA6 Correlation Coefficient .422 .314 .151 .426 .410 1.000 .564 .628**
Sig. (2-tailed) .020 .091 .425 .019 .024 . .001 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30
IA7 Correlation Coefficient .453* .713** .190 .242 .404* .564** 1.000 .624**
Sig. (2-tailed) .012 .000 .313 .198 .027 .001 . .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30

xxxi
TOTAL_IA Correlation Coefficient .393* .525** .717** .617** .810** .628** .624** 1.000
Sig. (2-tailed) .032 .003 .000 .000 .000 .000 .000 .
N 30 30 30 30 30 30 30 30

2. Assurance of human presence

Correlations

IB1 IB2 IB3 IB4 IB5 IB6 TOTAL_IB


Spearman's rho IB1 Correlation Coefficient 1.000 .165 .275 .383* .063 .086 .515**
Sig. (2-tailed) . .384 .141 .037 .741 .650 .004
N 30 30 30 30 30 30 30
*
IB2 Correlation Coefficient .165 1.000 .208 .360 .208 .381 .367*
Sig. (2-tailed) .384 . .269 .051 .270 .038 .046
N 30 30 30 30 30 30 30
** *
IB3 Correlation Coefficient .275 .208 1.000 .539 .422 .304 .787**
Sig. (2-tailed) .141 .269 . .002 .020 .103 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
* **
IB4 Correlation Coefficient .383 .360 .539 1.000 .351 .333 .816**
Sig. (2-tailed) .037 .051 .002 . .057 .073 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
*
IB5 Correlation Coefficient .063 .208 .422 .351 1.000 .079 .575**
Sig. (2-tailed) .741 .270 .020 .057 . .677 .001
N 30 30 30 30 30 30 30
*
IB6 Correlation Coefficient .086 .381 .304 .333 .079 1.000 .483**
Sig. (2-tailed) .650 .038 .103 .073 .677 . .007

xxxii
N 30 30 30 30 30 30 30
** * ** ** ** **
TOTAL_IB Correlation Coefficient .515 .367 .787 .816 .575 .483 1.000
Sig. (2-tailed) .004 .046 .000 .000 .001 .007 .
N 30 30 30 30 30 30 30

3. Independen Professional knowledge and skill

Correlations

IC1 IC2 IC3 IC4 IC5 IC6 IC7 IC8 TOTAL_IC


** ** **
Spearman's rho IC1 Correlation Coefficient 1.000 .200 .951 .241 .905 .279 .314 .905 .705**
Sig. (2-tailed) . .289 .000 .200 .000 .135 .091 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
IC2 Correlation Coefficient .200 1.000 .109 -.030 .190 -.018 .126 .211 .489**
Sig. (2-tailed) .289 . .567 .876 .315 .926 .508 .263 .006
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
IC3 Correlation Coefficient .951 **
.109 1.000 .196 .853** .244 .329 .947** .659**
Sig. (2-tailed) .000 .567 . .298 .000 .194 .076 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
IC4 Correlation Coefficient .241 -.030 .196 1.000 .252 .928** .147 .230 .453*
Sig. (2-tailed) .200 .876 .298 . .180 .000 .439 .221 .012
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**
IC5 Correlation Coefficient .905 **
.190 .853 .252 1.000 .288 .216 .819** .567**
Sig. (2-tailed) .000 .315 .000 .180 . .123 .251 .000 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
IC6 Correlation Coefficient .279 -.018 .244 .928 **
.288 1.000 .115 .271 .468**
Sig. (2-tailed) .135 .926 .194 .000 .123 . .547 .147 .009

xxxiii
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
IC7 Correlation Coefficient .314 .126 .329 .147 .216 .115 1.000 .309 .439*
Sig. (2-tailed) .091 .508 .076 .439 .251 .547 . .096 .015
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** **
IC8 Correlation Coefficient .905 .211 .947 .230 .819 .271 .309 1.000 .699**
Sig. (2-tailed) .000 .263 .000 .221 .000 .147 .096 . .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** ** * ** ** * **
TOTAL_IC Correlation Coefficient .705 .489 .659 .453 .567 .468 .439 .699 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .006 .000 .012 .001 .009 .015 .000 .
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

4. Positive connectedness
ID1 Correlatio
ID2 ID3 ID4 ID5 ID6 ID7 TOTAL_ID
Spearman's rho ID1 Correlation Coefficient 1.000 .102 .227 .236 .071 .218 .312 .430*
Sig. (2-tailed) . .593 .229 .209 .711 .248 .093 .018
N 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** * *
ID2 Correlation Coefficient .102 1.000 .236 .801 .991 .426 .441 .712**
Sig. (2-tailed) .593 . .208 .000 .000 .019 .015 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30
ID3 Correlation Coefficient .227 .236 1.000 .494** .189 .819** .745** .589**
Sig. (2-tailed) .229 .208 . .006 .318 .000 .000 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** ** ** **
ID4 Correlation Coefficient .236 .801 .494 1.000 .782 .689 .633 .923**
Sig. (2-tailed) .209 .000 .006 . .000 .000 .000 .000

xxxiv
N 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** * *
ID5 Correlation Coefficient .071 .991 .189 .782 1.000 .377 .390 .698**
Sig. (2-tailed) .711 .000 .318 .000 .040 .033 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30
* ** ** * **
ID6 Correlation Coefficient .218 .426 .819 .689 .377 1.000 .948 .761**
Sig. (2-tailed) .248 .019 .000 .000 .040 . .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30
* ** ** * **
ID7 Correlation Coefficient .312 .441 .745 .633 .390 .948 1.000 .705**
Sig. (2-tailed) .093 .015 .000 .000 .033 .000 . .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30
TOTAL_ID Correlation Coefficient .430* .712** .589** .923** .698** .761** .705** 1.000
Sig. (2-tailed) .018 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .
N 30 30 30 30 30 30 30 30

5. Attentive to other’s experience


Correlations
IE1 IE2 IE3 IE4 IE5 TOTAL_IE
Spearman's rho IE1 Correlation Coefficient 1.000 -.012 .358 .035 .106 .432*
Sig. (2-tailed) . .951 .052 .853 .577 .017
N 30 30 30 30 30 30
* *
IE2 Correlation Coefficient -.012 1.000 .400 .406 .184 .642**
Sig. (2-tailed) .951 . .029 .026 .330 .000
N 30 30 30 30 30 30
*
IE3 Correlation Coefficient .358 .400 1.000 .082 .280 .662**
Sig. (2-tailed) .052 .029 . .665 .134 .000

xxxv
N 30 30 30 30 30 30
*
IE4 Correlation Coefficient .035 .406 .082 1.000 .337 .571**
Sig. (2-tailed) .853 .026 .665 . .068 .001
N 30 30 30 30 30 30
IE5 Correlation Coefficient .106 .184 .280 .337 1.000 .639**
Sig. (2-tailed) .577 .330 .134 .068 . .000
N 30 30 30 30 30 30
* ** ** ** **
TOTAL_IE Correlation Coefficient .432 .642 .662 .571 .639 1.000
Sig. (2-tailed) .017 .000 .000 .001 .000 .
N 30 30 30 30 30 30

6. Responsiveness Correlatio
DA1 DA2 DA3 DA4 DA5 TOTAL_DA
Spearman's rho DA1 Correlation Coefficient 1.000 -.134 -.042 .000 .049 .437*
Sig. (2-tailed) . .481 .827 1.000 .797 .016
N 30 30 30 30 30 30
**
DA2 Correlation Coefficient -.134 1.000 -.134 -.120 .681 .383*
Sig. (2-tailed) .481 . .481 .529 .000 .036
N 30 30 30 30 30 30
DA3 Correlation Coefficient -.042 -.134 1.000 .224 -.196 .437*
Sig. (2-tailed) .827 .481 . .235 .299 .016
N 30 30 30 30 30 30
DA4 Correlation Coefficient .000 -.120 .224 1.000 .088 .508**
Sig. (2-tailed) 1.000 .529 .235 . .645 .004
N 30 30 30 30 30 30

xxxvi
DA5 Correlation Coefficient .049 .681** -.196 .088 1.000 .563**
Sig. (2-tailed) .797 .000 .299 .645 .001
N 30 30 30 30 30 30
* * * ** **
TOTAL_DA Correlation Coefficient .437 .383 .437 .508 .563 1.000
Sig. (2-tailed) .016 .036 .016 .004 .001 .
N 30 30 30 30 30 30

7. Reliability
Correlations

DB1 DB2 DB3 DB4 DB5 TOTAL_DB


** * **
Spearman's rho DB1 Correlation Coefficient 1.000 .791 .226 .397 .870 .701**
Sig. (2-tailed) . .000 .230 .030 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30
** **
DB2 Correlation Coefficient .791 1.000 .167 .191 .796 .506**
Sig. (2-tailed) .000 . .379 .312 .000 .004
N 30 30 30 30 30 30
DB3 Correlation Coefficient .226 .167 1.000 .191 .110 .428*
Sig. (2-tailed) .230 .379 . .312 .563 .018
N 30 30 30 30 30 30
DB4 Correlation Coefficient .397* .191 .191 1.000 .396* .757**
Sig. (2-tailed) .030 .312 .312 . .031 .000
N 30 30 30 30 30 30
** ** *
DB5 Correlation Coefficient .870 .796 .110 .396 1.000 .670**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .563 .031 . .000
N 30 30 30 30 30 30
** ** * ** **
TOTAL_DB Correlation Coefficient .701 .506 .428 .757 .670 1.000

xxxvi
i
Sig. (2-tailed) .000 .004 .018 .000 .000 .
8. Empathy N 30 30 30 30 30 30

Correlatio
DC1 DC2 DC3 DC4 DC5 TOTAL_DC
** ** **
Spearman's rho DC1 Correlation Coefficient 1.000 .347 .515 .784 .784 .513**
Sig. (2-tailed) . .061 .004 .000 .000 .004
N 30 30 30 30 30 30
DC2 Correlation Coefficient .347 1.000 .342 .177 .354 .643**
Sig. (2-tailed) .061 . .064 .350 .055 .000
N 30 30 30 30 30 30
DC3 Correlation Coefficient .515** .342 1.000 .484** .484** .789**
Sig. (2-tailed) .004 .064 . .007 .007 .000
N 30 30 30 30 30 30
DC4 Correlation Coefficient .784** .177 .484** 1.000 .583** .462*
Sig. (2-tailed) .000 .350 .007 . .001 .010
N 30 30 30 30 30 30
** ** **
DC5 Correlation Coefficient .784 .354 .484 .583 1.000 .462*
Sig. (2-tailed) .000 .055 .007 .001 . .010
N 30 30 30 30 30 30
** ** ** * *
TOTAL_DC Correlation Coefficient .513 .643 .789 .462 .462 1.000
Sig. (2-tailed) .004 .000 .000 .010 .010 .
N 30 30 30 30 30 30

9. Empathy

xxxvi
ii
Correlations

DD1DD2DD3DD4DD5TOTAL_DD 1.000-.017-.154.015-.129.461*
..928.415.935.498.010
Spearman's rho DD1 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
303030303030
N -.0171.000.921**-.043.059.541**
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
.928..000.822.755.002
N 303030303030
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
-.154.921**1.000-.015.123.478**
DD2 N .415.000..938.517.008
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
303030303030
N .015-.043-.0151.000.080.370*
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
.935.822.938..674.044
N 303030303030
DD3 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
-.129.059.123.0801.000.522**
N .498.755.517.674..003
303030303030
.461*.541**.478**.370*.522**1.000
DD4 .010.002.008.044.003.
303030303030

DD5

TOTAL_DD

10. Assurance
Correlations

DE1 DE2 DE3 DE4 DE5 TOTAL_DE


*
Spearman's rho DE1 Correlation Coefficient 1.000 .367 -.018 -.018 .170 .787**

xxxix
Sig. (2-tailed) . .046 .925 .925 .368 .000
N 30 30 30 30 30 30
*
DE2 Correlation Coefficient .367 1.000 .288 .288 .135 .515**
Sig. (2-tailed) .046 . .122 .122 .478 .004
N 30 30 30 30 30 30
** **
DE3 Correlation Coefficient -.018 .288 1.000 1.000 .681 .392*
Sig. (2-tailed) .925 .122 . . .000 .032
N 30 30 30 30 30 30
** **
DE4 Correlation Coefficient -.018 .288 1.000 1.000 .681 .392*
Sig. (2-tailed) .925 .122 . . .000 .032
N 30 30 30 30 30 30
** **
DE5 Correlation Coefficient .170 .135 .681 .681 1.000 .599**
Sig. (2-tailed) .368 .478 .000 .000 . .000
N 30 30 30 30 30 30
TOTAL_DE Correlation Coefficient .787** .515** .392* .392* .599** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .004 .032 .032 .000 .
N 30 30 30 30 30 30

xl
HASIL UJI RELIABILITAS

A. Perilaku Caring Perawat

Reliability Statistics
(Assurance)
Cronbach's
Alpha N of Items
.774 7

Reliability Statistics
(Respectful)
Cronbach's
Alpha N of Items
.668 6

Reliability Statistics
(Profesional)
Cronbach's
Alpha N of Items
.819 8

Reliability Statistics
(Connective)
Cronbach's
Alpha N of Items
.859 7

Reliability Statistics
(Attentive)
Cronbach's
Alpha N of Items
.601 5

2.
Kepuasan
Reliability Pasien
Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.838 25

xli

Anda mungkin juga menyukai