Anda di halaman 1dari 132

PERSEPSI PASIEN UNIT RAWAT INAP TERHADAP KUALITAS

PELAYANAN ROHANI DAN MOTIVASI KESEMBUHAN

DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH TAMAN PURING TAHUN 2017

(Studi Kasus Pasien Tuberkulosis dan Stroke)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar


Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh :

DINDA APRILIANI

NIM : 1113101000015

PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/ 2017
ii
iii
iv
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
Skripsi, Desember 2017
Dinda Apriliani, NIM : 1113101000015

PERSEPSI PASIEN UNIT RAWAT INAP TERHADAP KUALITAS


PELAYANAN ROHANI DAN MOTIVASI KESEMBUHAN DI RUMAH
SAKIT MUHAMMADIYAH TAMAN PURING TAHUN 2017
xvii+ 140 halaman, 7 tabel, 3 bagan, 1 lampiran

ABSTRAK
Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring (RSMTP) memiliki fasilitas
penunjang yaitu pelayanan rohani. Tujuan pelayanan rohani yaitu untuk
menghasilkan suatu perubahan, perbaikan kesehatan, dan kebersihan jiwa dan
mental.
Penelitian ini merupakan deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus
pada pasien penyakit tuberkulosi dan penyakit stroke unit rawat inap di RSMTP
menggunakan metode wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen.
Dengan informan pasien penyakit tuberkulosis, pasien penyakit stroke, keluarga
pasien penyakit tuberkulosis dan stroke masing-masingnya sebanyak 10 orang
menggunakan teknik purposive sampling.
Hasil peneitian ini menunjukan bahwa sebagian besar pasien pasien
berpendapat bahwa penampilan staff pelayanan rohani di RSMTP rapi dan sopan
serta sesuai syariat, masih kurangnya pelaksanaan pelayanan rohani yaitu pada
aspek tuntunan beribadah dan sebagian besar pasien beranggapan bahwa fasilitas
pelayanan rohani masih belum memadai khususnya masalah audio speaker dan
masih terdapat ruang rawat inap yang tidak memiliki penunjuk arah kiblat. Selain
itu, adanya pengaruh terhadap motivasi kesembuhan pasien dimana pelayananan
rohani lebih besar pengaruhnya pada pasien penyakit tuberkulosis dibandingkan
pasien penyakit stroke.
Saran yang dapat diberikan yaitu saat melaksanakan pelayanan rohani
sebaiknya petugas mengenakan jas/blazer yang disediakan pihan RSMTP,
memberikan pelayanan komperhensif sesuai dengan prosedur yang ada,
memaksimalkan fasilitas yang telah tersedia, dan lebih menmberikan pendekatan
secara personal yaitu dengan memberikan materi-materi motivasi tambahan
khususnya tentang kepercayaan diri dan penanaman rasa optimis.

Kata kunci : Pelayanan Rohani, RSMTP, Kualitas, Motivasi


Daftar bacaan : 30 (1982-2017

v
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH MAJOR
HEALTH CARE MANAGEMENT CONCENTRATION
Undergraduate Thesis, Desember 2017
Dinda Apriliani, NIM : 1113101000015

PERCEPTION OF INPATIENTS FOR THE QUALITY OF SPIRITUAL


SERVICE AND MOTIVATION OF HEALING IN MUHAMMADIYAH
TAMAN PURING HOSPITAL, 2017: A DESCRIPTIVE STUDY
xvii+ 140 pages, 7 tables, 3 charts

ABSTRACT

Muhammadiyah Taman Puring Hospital has a supporting facility that is


spiritual services. The purpose of spiritual services is to bring in a change, health
improvement, and to rid a soul
This was descriptive-qualitative research with case study design of inpatients
tuberculosis and stroke diseases at RSMTP used in-depth interviews,
observations, and documents review. The informan were Patients with
Tuberculosis, Patients with Stroke Disease, Family of Tuberculosis and Stroke
Patients each of 10 people used purposive sampling technique.
The results of this study indicate that the appearance of spiritual ministry staff
in RSMTP neat and polite, the lack of the implementation of spiritual service that
is on the aspect of religious worship and service facilities is still not adequate,
especially the problem of audio speakers and there are still inpatient rooms that do
not have a Qibla direction. In addition, the patient's healing motivation where
spiritual service has greater influence on patients with tuberculosis than stroke
patients.
Suggestions that can be given are when carrying out the spiritual service
should the officer wearing jacket/blazer provided staff RSMTP, provide
comprehensive services in accordance with existing procedures, maximize the
facilities already available, and more menmberikan personal approach is to
provide motivation materials, especially about confidence and cultivation of
optimism.

Keyword : Spiritual Services, RSMTP, Quality, Motivation


Bibliography : 30 (1982-2017)

vi
RIWAYAT HIDUP

Identitas Diri

Nama Lengkap : Dinda Apriliani

NIM : 1113101000015

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta,13 April 1995

Alamat Lengkap : Jalan Abuserin IV No. 28, Cilandak, Jakarta Selatan.

Agama : Islam

Telepon : 021-75903116 / 081212807579

E-mail : aprilianidinda134@gmail.com

Status Pendidikan : Mahasiswa S1

Riwayat Pendidikan

2013 – sekarang : Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan


Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2010 - 2013 : SMAN 46 Jakarta
2007 - 2010 : SMPN 37 Jakarta
2001 - 2007 : SDN 01 Gandaria Selatan Jakarta

Pengalaman Organisasi

2015 – 2017 : Sekretaris – HACAMSA

2008-2009 ; OSIS SMPN 37 Jakarta

2006-2007 : Dokter Kecil SDN 01 Gandaria Selatan

vii
Prestasi dan Pengalaman Kerja

2011 : Duta Jakarta Stop Aids SMAN 46 Jakarta

2015 : Volunteer Jakarta Clean Up Day 2015

2016 : Top 20 Finalis Duta UIN Jakarta 2016

2017 : Magang/PKL di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring

viii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis

panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya

penyusunan skripsi yang berjudul “Persepsi Pasien Unit Rawat Inap terhadap

Kualitas Pelayanan Rohani dan Motivasi Kesembuhan di Rumah Sakit

Muhammadiyah Taman Puring Tahun 2017” ini dapat diselesaikan guna

memenuhi salah satu persyaratan matakuliah magang untuk menyelesaikan

pendidikan strata satu (S1) pada jurusan kesehatan masyarakat Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta..

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat, ridho, kesehatan dan nikmat Islam
kepada penulis.
2. Keluarga tercinta yaitu kedua orang tua, kakak dan kakak ipar serta keponakan
saya yang selalu mendoakan, memberikan ridho, memberi dukungan,
semangat, serta selalu memberikan kasih sayangnya yang tiada henti kepada
penulis.
3. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Prof. Dr. dr. Sardjana, SpOG (K), SH selaku Wakil Dekan Bidang Akademik
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Yardi, Ph.D Apt selaku Wakil Dekan Bidang Administasi Umum Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
6. Fase Badriah, SKM, M.Kes, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama Fakultas Kedokteran dan Ilmu

ix
Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku
pembimbing yang senantiasa memberikan bimbingan akademik dan
pengarahan membangun dalam proses penyusunan skripsi.
7. Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Riastuti Kusuma Wardani, SKM, MKM selaku pembimbing yang senantiasa
siap memberikan bimbingan akademik dan pengarahan membangun dalam
proses penyusunan proposal skripsi.
9. Bapak Dr. M. Farid Hamzens, Msi, Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS, Ibu
Dela Aristi, S.KM, M.KM , dan Ibu Dr. Emma Rachmawati, Dra, M.Kes
selaku penguji dalam proses pemantasan skripsi ini.
10. Wahyu Rosid, S.E.Sy. selaku koordinator pelayaan rohani Rumah Sakit
Muhammadiyah Taman Puring yang selalu memberikan masukan dan do‟a
kepada saya untuk memperlancar proses pengambilan data.
11. Seluruh pegawai Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring Jakarta terutama
untuk pegawai di Unit SDI yaitu Ibu Wina Mulyaningrum, S.Sos, MM., Ibu
Melliana Ningsih, S.Kep, Bapak Saiful Amri, S.E, Mba Richa Juniarta, S.Psi,
dan ibu Rina Liestiani, S.I.Kom terimakasih atas bantuannya yang telah
membantu penulis dalam mengumpulkan informasi.
12. Teman-teman seperjuangan yaitu Sarah, Desty, Nanda, Ilmia, Faza,
Wihdaturrahmah, dan Finni yang selalu memberikan semangat dan dukungan
saat pelaksanaan penyusunan skripsi.
13. Temanku Gendis Putri Ayu Hapsari yang senantiasa memberikan semangat
dan starbucks dalam penyusunan skripsi.
14. Aisyah Dewi Nashtya dan Desi Yuliani yang selalu memberikan semangat dan
bantuan serta doa dalam penyusunan skripsi.
15. Teman-teman seperjuangan MPK 2013 yang telah memberikan semangat dan
apresiasi yang tinggi dalam penyusunan skripsi.
16. Terimakasih teman selalu berlima yaitu Dhanty, Ana, Avita, dan
Wihdaturrahmah yanng memberikan semangat.
17. Dimas Nugraha Riyadi yang selalu memberi semangat,do‟a dan menemani saat
penyusunan skripsi.

x
18. Saudaraku Rifki Maulana yang mendukung saat pelaksanaan penyusunan
skripsi dan disetiap sidang skripsi.
19. Berbagai pihak yang membantu dalam proses pelaksanaan penyusunan skripsi
ini selesai dibuat yang belum dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar meskipun

dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki. Penulis mengharapkan kritik dan

saran dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Atas perhatian dan

dukungannya, penulis menyampaikan terima kasih.

Jakarta, Desember 2017

Penulis

xi
DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN.........................................................................ii
PANITIA SIDANG SKRIPSI............................................................................... iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI...................................................................iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
ABSTRACT ........................................................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xvi
DAFTAR ISTILAH ............................................................................................ xvii
BAB I ...................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 8
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 9
1.3.1. Tujuan Umum ........................................................................................ 9
1.3.2. Tujuan Khusus ....................................................................................... 9
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 9
1.5. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 10
BAB II ................................................................................................................... 11
2.1. Pelayanan Rohani di Rumah Sakit ............................................................. 11
2.1.1. Definisi Pelayanan Rohani................................................................... 11
2.1.2. Tujuan Pelayanan Rohani .................................................................... 12
2.1.3. Dasar Pelayanan Rohani ...................................................................... 13
2.1.4. Metode Pelayanan Rohani ................................................................... 14
2.2. Kualitas Pelayanan Rohani ......................................................................... 16
2.3. Persepsi ...................................................................................................... 17
2.3.1. Definisi Persepsi .................................................................................. 17
2.3.2 Proses Pembentukan Persepsi ............................................................... 18

xii
2.4. Motivasi Kesembuhan Pasien..................................................................... 22
2.4.1. Definisi Motivasi ................................................................................. 22
2.4.2. Jenis-jenis motivasi .............................................................................. 22
2.4.3. Motivasi Kesembuhan Pasien .............................................................. 24
2.5. Persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan rohani dan pengaruhnya
terhadap motivasi kesembuhan pasien .............................................................. 26
BAB III ................................................................................................................. 30
3.1. Kerangka Pikir ............................................................................................ 30
3.2. Definisi Istilah ............................................................................................ 31
BAB IV ................................................................................................................. 32
4.1. Disain Studi ................................................................................................ 32
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 32
4.3. Informan Penelitian .................................................................................... 33
4.4. Instrumen Penelitian ................................................................................... 34
4.5. Sumber Data ............................................................................................... 35
4.5.1. Data Primer .......................................................................................... 35
4.5.2. Data Sekunder ...................................................................................... 35
4.6. Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 36
4.7. Analisis Data ............................................................................................. 37
4.8. Penyajian Data ............................................................................................ 39
4.9. Validasi Data .............................................................................................. 40
BAB V................................................................................................................... 42
5.1. Gambaran Umum ...................................................................................... 42
5.1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring ........ 42
5.1.2 Gambaran Umum Pelayanan Rohani Islam Rumah Sakit
Muhammadiyah Taman Puring ..................................................................... 43
5.2. Karakteristik Informan .............................................................................. 45
5.3. Persepsi pasien terhadap penampilan staff dalam pelaksanaan pelayanan
rohani di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring .................................... 47
5.4. Persepsi pasien terhadap prosedur pelaksanaan pelayanan rohani di Rumah
Sakit Muhammadiyah Taman Puring ............................................................... 51
5.5. Persepsi pasien terhadap fasilitas pelaksanaan pelayanan rohani di Rumah
Sakit Muhammadiyah Taman Puring ................................................................ 56

xiii
5.6. Pengaruh pelayanan rohani terhadap motivasi kesenmbuhan pasien
tuberkulosis dan stroke di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring ......... 59
BAB VI ................................................................................................................. 62
6.1. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 62
6.2. Persepsi pasien terhadap penampilan staff dalam pelaksanaan pelayanan
rohani di Rumah Sakit Taman Puring ............................................................... 62
6.3. Persepsi pasien terhadap prosedur pelaksanaan pelayanan rohani di Rumah
Sakit Muhammadiyah Taman Puring ............................................................... 63
6.4. Persepsi pasien terhadap fasilitas pelaksanaan pelayanan rohani di Rumah
Sakit Muhammadiyah Taman Puring ................................................................ 65
6.5. Pengaruh pelayanan rohani terhadap motivasi kesenmbuhan pasien
tuberkulosis dan stroke di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring ......... 66
BAB VII ................................................................................................................ 68
7.1. Simpulan ..................................................................................................... 68
7.2. Saran .......................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 71
LAMPIRAN .......................................................................................................... 75

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Istilah ........................................................................................ 31

Tabel 4.1 Triangulasi Data Penelitian ................................................................... 41

Tabel 5.1 Karakteristik Informan Penelitian .......................................................... 46

Tabel 5.2 Persepsi Pasien terhadap penampilan staff dalam pelaksanaan pelayanan
rohani di Rumah Sakit Taman Puring Tahun 2017 ............................... 50

Tabel 5.3 Persepsi Pasien terhadap prosedur pelaksanaan pelayanan rohani di


Rumah Sakit Taman Puring Tahun 2017 ............................................. 55

Tabel 5.4 Persepsi Pasien terhadap fasilitas dalam pelaksanaan pelayanan rohani
di Rumah Sakit Taman Puring Tahun 2017 ........................................... 56

Tabel 5.5 Motivasi kesembuhan pasien penyakit tuberkulosis dan stroke di Rumah
Sakit Muhammadiyah Taman Puring Tahun 2017 ................................ ....59

xv
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori ................................................................................. 29

Bagan 3.1 Kerangka Pikir .................................................................................. 30

Bagan 5.1 Struktur Organisasi SDI RSMTP .................................................... 44

Bagan 6.1 Alur Pelayanan Rohani di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring
Tahun 2017 ........................................................................................ 63

xvi
DAFTAR ISTILAH

BIMROH : Bimbingan Rohani

CFR : Case Fatality Rate

IA : Informasi Ahli

IP : Informan Pendukung

KEMENKES : Kementerian Kesehatan

MUKISI : Majelis Upaya Kesehatan Islam Seluruh Indonesia

PCM : Pimpinan Cabang Muhammadiyah

PKO : Penolong Kesejahteraan Oemat

RI : Republik Indonesia

RSIA : Rumah Sakit Ibu dan Anak

RSMTP : Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

SDI : Sumber Daya Insani

SOP : Standar Operasional Prosedur

TB : Tuberkulosis

WHO : World Health Organization

xvii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit kronis merupakan penyakit yang bersifat permanen dan tidak

pernah dapat disembuhkan secara tuntas. Penyakit ini memerlukan

keterlibatan penuh penderitanya. Setiap aspek kehidupan penderita akan

terpengaruh seperti fisik, psiklogis, sosial, ekonomi, dan spritual, Hal ini

dikarenakan penanganan penyakit kronis yang sukses merupakan upaya untuk

mempertahankan hidup (Bastable, 2002)

Salah satu penyakit yang termasuk kedalam penyakit kronis yaitu

tuberkulosis dan stroke. Tuberkulosis adalah infeksi penyakit menular yang

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, suatu basil aerobik tahan asam,

yang ditularkan melalui udara (Effendy, 2003). Dalam laporan WHO tahun

2013 terdapat 8,6 juta kasus tuberkulosis. di Indonesia, angka notifikasi kasus

pada tahun 2015 untuk semua kasus sebesar 117 per 100.000 penduduk

(Kementrian Kesehatan RI, 2013). Berdasarkan Global Tuberkulosis Control

tahun 2009 data menunjukan angka prevalensi TB sebesar 244 per 100.0000

penduduk (565.614 orang) sedangkan data CFR akibat TB sebesar 39 per

100.000 penduduk (250 orang per hari).

Selain itu penyakit kronis lainnya yaitu stroke. Stroke adalah sindrom

yang terdiri dari tanda dan/atau gejala.hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal

(atau global) yang berkembang cepat (Wardhani, 2007). Data dari WHO tahun

2008 jumlah kematian di dunia sebanyak 6,17 juta jiwa meninggal dunia akibat

1
2

stroke dengan CFR sebesar 26,8%. Sedangkan di Indonesia sendiri prevalensi

penyakit stroke mencapai angka 8,3 per 1000 penduduk (Kemenkes RI, 2013).

Berdasarkan paradigma kesehatan holistik WHO tahun 1984, disepakati

bahwa kesehatan itu memiliki empat dimensi yang sama-sama penting bagi

kehidupan seseorang. Keempat dimensi tersebut meliputi dimensi fisik,

psikisosial, dan religius. Bantuan terapi yang diberikan kepada seseorang yang

sakit seharusnya meliputi empat dimensi tersebut, yaitu : terapi fisik atau

biologis, terapi psikologi, terapi psikososial, dan terapi spiritual atau

psikoreligius (Hawari, 1999).

Landasan fondasi atau dasar pijak utama pelayanan rohani bagi umat

Islam adalah Al-Qur‟an dan Sunnah Rasul, sebab keduanya merupakan sumber

dari segala sumber pedoman kehidupan umat Islam. Seperti dalam Firman

Allah dalam surat Yunus ayat 57 sebagai berikut :

Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari

Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada dalam dada dan

petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (Q.S. Yunus, 10: 57).

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

812/Menkes/SK/VII/2007 tentang Kegiatan Perawatan Paliatif merupakan

dasar pendekatan dari pelayanan kerohanian di Rumah Sakit. Esensi kebijakan

ini bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang

menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat

mengancam jiwa, melalui pencegahan, peniadaan, identifikasi dini dan

penilaian serta penyelesaian masalah-masalah fisik, psikososial, dan spiritual.

2
3

Sedangkan kualitas hidup pasien adalah keadaan pasien yang dipersepsikan

sesuai dengan konteks budaya dan sistem nilai yang dianutnya termasuk

tujuan hidup, harapan, dan niatnya (KMK RI Nomor 812 Tahun 2007).

Pelayanan rohani Islam terhadap pasien menjadi penting, mengingat

persoalan yang dihadapi pasien terbilang kompleks. Selain merasakan sakit

yang tak kunjung reda mereka dihadapkan berbagai persoalan yang pelik,

banyaknya persoalan tersebut terkadang menyebabkan jiwanya tertekan, dan

dampaknya adalah sakit yang dideritanya tidak kunjung reda (Arifatun, 2015).

Pentingnya pelayanan rohani Islam terhadap pasien seperti ini juga

didasarkan pada sebuah penelitian dari Nation Institute for Health Care

Research di Amerika menunjukkan bahwa 70% dari populasi pasien yang

diteliti menginginkan kebutuhan spiritual mereka dilayani sebagai bagian dari

pelayanan medis. Survey lain menunjukkan bahwa 91% dokter melaporkan

bahwa pasien mereka mencari bantuan spiritual dan kerohanian untuk

membantu menyembuhkan penyakitnya (Subandi, 1999).

Suatu penyakit itu datang kadang tidak disebabkan oleh kondisi fisik

tetapi dapat juga disebabkan oleh kondisi non fisik yaitu psikis. Hal tersebut

dikarenakan jasmaniah dan rohaniah saling berketergantungan satu sama lain

misalnya seorang pasien yang merasakan fisiknya sakit mereka merasa putus

asa karena telah bosan berobat, sehingga psikis mereka terganggu. Dan

akibatnya timbul penyakit fisik lain misalnya jantung, tekanan darah yang

tidak normal, pencernaan terganggu dan itu menyebabkan psikis menjadi

terganggu pula. Karena timbul perasaan takut cemas, ngeri, tidak bisa tidur

dan beraneka perawatan jiwa. Dengan demikian saat fisik itu sakit maka psikis

3
4

jadi terganggu, dan berdampak pada efektifitas keberagamaan mereka. Jadi

hubungan penyakit dengan keyakinan beragama sangat erat (Daradjat, 2005).

Untuk mengatasi kondisi pasien yang seperti itu maka rumah sakit

seharusnya selain memberikan bantuan medis juga memberikan bantuan non

medis, yang dapat memotivasi pasien melalui pelayanan rohani Islam.

Pelayanan rohani Islam adalah usaha pemberian bantuan kepada seseorang

yang mengalami kesulitan, baik lahiriyah maupun batiniah yang menyangkut

kehidupan di masa kini dan masa mendatang, yang berupa pertolongan di

bidang spiritual (Arifin, 1982).

Motivasi adalah sesuatu yang membuat seseorang bertindak,

mendorong untuk mencapai tujuan tertentu. Adanya motivasi dapat

mempengaruhi kesembuhan pasien. Hal ini dapat terjadi karena adanya

motivasi pasien untuk mencari pengobatan. Motivasi untuk sembuh sangat

penting untuk pasien karena hal ini akan menjadi salah satu faktor yang dapat

mempercepat kesembuhan pasien. Motivasi ini akan membuat pasien bersedia

dalam menjalani setiap tindakan perawatan maupun terapi yang dilakukan

oleh tenaga kesehatan dan medis yang ada (Permatasari, 2017).

Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Permatasari (2017)

diketahui bahwa ada hubungan antara tingkat spiritualitas dengan motivasi

sembuh pada pasien kronis di RSUD dr Moewardi Surakarta dengan nilai

kolerasi positif yaitu dengan jumlah responden sebanyak 71 orang. Sedangkan

dalam penilitian lainnya oleh Budiarti (2009) dengan jumlah responden

sebanyak 40 pasien diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara

4
5

pelayanan rohani Islam dan dukungan sosial keluarga terhadap tingkat

motivasi kesembuhan pasien.

Dalam penelitian ini difokuskan pada pasien penyakit kronik khususnya

pasien dengan diagnosa penyakit tuberkulosis dan stroke. Pasien tersebut

membutuhkan pelayanan secara khusus baik pelayanan secara medis maupun

pelayanan rohani. Pasien mengikuti pelayanan rohani yang diberikan oleh

petugas dengan sikap yang berbeda-beda, misalnya pasien bersemangat,

pasien tidak bergairah. Jika pembimbing membimbing seorang pasien dengan

tidak ramah dan tidak perhatian kepada pasien, maka pasien akan merasa tidak

nyaman. Oleh karena itu, jika pasien ketika dibimbing merasa nyaman dan

merasa orang lain (petugas pelayanan rohani Islam) perhatian kepadanya,

maka pasien tersebut akan muncul motivasi dalam dirinya sendiri yaitu untuk

sembuh dan pasien tersebut merasa masih berguna dalam kehidupan ini

(Maghfiroh, 2014)

Penelitian akan dilaksanakan di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman

Puring dengan pertimbangan bahwa Rumah Sakit ini adalah salah satu rumah

sakit yang memiliki pelayanan rohani di Jakarta. Selain itu dengan

pertimbangan bahwa Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring sedang

melakukan akreditasi dimana dalam penilaian akreditasi terdapat poin hak

pasien dan keluarga yang salah satu penilaiannya berisi tentang standar bahwa

rumah sakit mempunyai proses untuk merespon terhadap permintaan pasien

dan keluarganya untuk pelayanan rohaniwan atau sejenisnya berkenaan

dengan agama dan kepercayaan pasien (KARS, 2012).

5
6

Berdasarkan pengalaman praktik peneliti pada unit Pelayanan Rohani

di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring diperoleh data yaitu di unit

rawat inap terdapat kegiatan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien meliputi

beribadah, membantu pasien sholat bagi pasien yang beragama Islam,

memberikan motivasi, berkomunikasi dengan Tuhan dengan berdoa

didampingi oleh petugas pelayanan rohani rumah sakit.

Peneliti ingin melihat persepsi pasien penyakit tuberkulosis dan stroke

unit rawat inap terhadap kualitas pelayanan rohani dan pengaruhnya terhadap

motivasi kesembuhan pasien di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring

Tahun 2017 dengan melakukan studi pendahuluan. Studi pendahuluan

dilakukan unuk melihat seberapa baik kualitas pelayanan rohani dalam

memotivasi kesembuhan pasien penyakit kronis di Rumah Sakit

Muhammadiyah Taman Puring.

Studi pendahuluan dilakukan dengan cara wawancara pada Rabu, 31

Mei 2017 kepada 3 orang pasien kronis yang sedang menjalani pengobatan di

unit rawat inap Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring. Selain itu, untuk

mendukung data dilakukan wawancara pada salah seorang petugas Rumah

Sakit Muhammadiyah Taman Puring. Pertanyaan yang diajukan berkaitan

dengan kualitas pelayanan rohani dan motivasi kesembuhan pasien penyakit

kronis unit rawat inap di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring.

Hasil studi pendahuluan yaitu sebagian kecil responden menyatakan

kualitas pelayanan rohani di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring

optimal. Sedangkan sebagian besar menyatakan kurang optimal dari segi

sarana dan prasarana. Apabila dilihat dari motivasi kesembuhan pasien yaitu

6
7

sebagian besar responden menyatakan sebelum mendapatkan pelayanan rohani

merasa cemas, takut dan khawatir terhadap penyakit yang diderita dan setelah

mendapatkan pelayanan responden merasa lebih tenang dan termotivasi untuk

sembuh dari penyakit yang diderita.

Berdasarkan hasil wawancara dengan seorang informan yang

merupakan salah satu pelaksana pelayanan rohani Rumah Sakit

Muhammadiyah Taman Puring yaitu pelayanan rohani diirasakan belum

optimal dikarenakan keterbatasan waktu, sumber daya dan sarana serta

prasarana yang kurang mendukung seperti sound systems yang masih dalam

perbaikan.

Kegiatan pelayanan rohani di RSMTP sendiri berdasarkan observasi

yang dilakukan oleh peneliti, pelayanan rohani dilaksanakan oleh petugas

pelayanan rohani berdasarkan permintaan pelayanan rohani melalui perawat,

permintaan dilakukan oleh pasien atau keluarga pasien dengan mengisi

informed consent. Informed consent diberikan untuk mendapat persetujuan

pasien. Setelah mengisi informed consent kemudian perawat menghubungi

petugas pelayanan rohani. Petugas kemudian mengunjungi pasien dan

melaksanakan pelayanan pada pasien. Pelayanan yang dilakukan berupa

pembacaan doa yang dipimpin oleh petugas pelayanan rohani diikuti oleh

pasien dan keluarga pasien. Seusai memberikan pelayanan rohani kepada

pasien dilakukan pencatatan dalam buku laporan bimbingan rohani yang

kemudian ditanda tangani oleh perawat jaga sebagai bukti bahwa telah

dilaksanakan

7
8

Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin mengetahui tentang adakah

hubungan pelayanan rohani terhadap tingkat motivasi kesembuhan pasien

penyakit kronik unit rawat inap di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman

Puring. Melalui skripsi dengan judul “Persepsi Pasien Unit Rawat Inap

terhadap Kualitas Pelayanan Rohani dan Motivasi Kesembuhan di Rumah

Sakit Muhammadiyah Taman Puring Tahun 2017”

1.2. Rumusan Masalah

Pelayanan rohani pada pasien penyakit tuberkulosis dan stroke merupakan

hal yang penting. Kondisi yang dialami pasien kronis akan menyebabkan

psikis menjadi terganggu seperti timbul perasaan cemas, khawatir, dan takut.

Dengan kondisi semacam ini pasien sangat memerlukan bantuan dari orang di

sekelilingnya, tidak hanya bantuan fisik tetapi juga bantuan non fisik berupa

bantuan motivasi dan pelayanan spiritual (Daradjat, 2005).

Pelayanan rohani oleh petugas pelayanan rohani dapat mempengaruhi

proses penyembuhan, kekuatan motivasi serta harapan untuk hidup. Motivasi

untuk sembuh penting untuk pasien karena hal ini akan menjadi salah satu

faktor yang akan mempercepat kesembuhan pasien. Motivasi ini akan

membuat pasien bersedia dalam menjalani setiap tindakan perawatan maupun

terapi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan medis yang ada. Fenomena

tersebut peneliti ingin meneliti mengenai Persepsi Pasien Unit Rawat Inap

terhadap Kualitas Pelayanan Rohani dan Motivasi Kesembuhan di Rumah

Sakit Muhammadiyah Taman Puring Tahun 2017.

8
9

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Diketahuinya Persepsi Pasien Penyakit Tuberkulosis dan Stroke Unit

Rawat Inap terhadap Kualitas Pelayanan Rohani dan Motivasi

Kesembuhan Di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring

(RSMTP) Tahun 2017.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya persepsi pasien terhadap penampilan staff

pelayanan rohani dalam memeberikan pelayanan kepada pasien

tuberkulosis dan stroke unit rawat inap di RSMTP tahun 2017.

b. Diketahuinya persepsi pasien terhadap prosedur pelayanan

rohani kepada pasien tuberkulosis dan stroke unit rawat inap di

RSMTP tahun 2017.

c. Diketahuinya persepsi pasien terhadap fasilitas pelayanan rohani

yang diberikan kepada pasien tuberkulosis dan stroke unit rawat

inap di RSMTP tahun 2017.

d. Diketahuinya persepsi pasien terhadap motivasi kesembuhan

pasien tuberkulosis dan stroke unit rawat inap di RSMTP tahun

2017.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah hasanah ilmu

pengetahuan dalam bidang kesehatan pada umunya dan bagi

jurusan Kesehatan Masyarakat pada khususnya.

9
10

1.4.2. Manfaat Praktis

Diharapkan pelayanan rohani dapat digunakan sebagai alat

intervensi untuk meningkatkan motivasi kesembuhan pasien di

RSMTP dan menjadi masukan kepada kepada pihak rumah sakit

untuk meningkatkan mutu pelayanan guna membantu pasien dalam

mempercepat proses kesembuhan.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berjudul “Persepsi Pasien Penyakit Tuberkulosis dan

Stroke Unit Rawat Inap Terhadap Kualitas Pelayanan Rohani dan

Pengaruhnya Terhadap Motivasi Kesembuhan Di Rumah Sakit

Muhammadiyah Taman Puring (RSMTP) Tahun 2017”. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi pasien terhadap kualitas

pelayanan rohani dan ada atau tidaknya pengaruhnya terhadap motivasi

kesembuhan di RSMTP tahun 2017. Penelitian ini dilakukan oleh

Mahasiswi peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan Program Studi

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Metode

penelitian yang digunakan dalam penilitian ini adalah metode penelitian

kualitatif menggunakan desain studi analisis deskriptif. Sasaran pada

penelitian ini adalah pasien penyakit tuberkulosis dan stroke di unit rawat

inap RSMTP. Waktu penyelenggaraan penelitian ini pada tahun 2017.

Kegiatan penelitian dilakukan Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring

Jakarta. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam,

telaah dokumen dan observasi.

10
11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pelayanan Rohani di Rumah Sakit

2.1.1. Definisi Pelayanan Rohani

Pelayanan rohani Islam adalah suatu usaha pemberian bantuan

kepada seseorang yang mengalami kesulitan, baik lahiriah maupun

batiniah, yang menyangkut kehidupan di masa kini dan masa mendatang.

Bantuan tersebut berupa pertolongan di bidang mental dan spiritual,

denga maksud agar orang yang bersangkutan mampu mengatasi

kesulitannya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri, melalui

dari kekuatan iman dan takwa (Arifin,1982).

Sedangkan, menurut Salim (2005), pelayanan rohani adalah

kegiatan yang di dalamnya terjadi proses pelayanan dan pembinaan

rohani kepada pasien di rumah sakit, sebagai upaya menyempurnakan

ikhtiar medis dengan ikhtiar spiritual. Dengan tujuan memberikan

ketenangan dan kesejukan hati dengan dorongan dan motivasi untuk tetap

bersabar, bertawakkal dan senantiasa menjalankan kewajibannya sebagai

hamba Allah (Salim, 2005).

Berdasarkan pengertian pelayanan rohani tersebut dapat disimpulkan

bahwa pelayanan rohani merupakan salah satu bentuk pelayanan yang

diberikan kepada pasien untuk menuntun pasien agar mendapatkan

keikhlasan, kesabaran dan ketenangan dalam menghadapi sakitnya,

dalam rangka mengembangkan potensi dan menyadari kembali akan

11
12

eksistensinya sebagai mahluk Allah SWT, agar dapat mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

2.1.2. Tujuan Pelayanan Rohani

Tujuan Pelaksanaan pelayanan rohani Islam menurut Adz-Dzaky

(Adz-Dzaky,2004 ) adalah sebagai berikut :

1. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan

kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, tenteram dan

damai (muthmainnah), bersikap lapang dada (radhiyah) dan

mendapatkan pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya (mardhiyah).

2. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan

tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri

maupun lingkungan sekitarnya.

3. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga

muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong

menolong dan rasa kasih sayang.

4. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga

muncul dan berkembang rasa toleransi, sehingga muncul dan

berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya,

ketulusan mematuhi segala perintah-Nya serta ketabahan menerima

ujian-Nya.

5. Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi itu

individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik

dan benar serta dapat dengan baik menanggulangi berbagai

persoalan hidup dan dapat memberikan kemanfaatan dan

12
13

keselamatan bagi lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.

Dengan demikian, tujuan pelayanan rohani Islam adalah menuntun

manusia dalam rangka memelihara dan meningkatkan pengalaman

ajaran agama disertai perbuatan baik yang mengandung unsur-unsur

ibadah dengan berpedoman tuntunan agama.

2.1.3. Dasar Pelayanan Rohani

Setiap aktivitas yang dilakukan manusia tentu memerlukan dasar

(landasan), demikian pula dalam pelayanan rohani. Landasan fondasi

atau dasar pijak utama pelayanan rohani adalah Al-Qur‟an dan Sunnah

Rasul, sebab keduanya merupakan sumber dari segala sumber pedoman

kehidupan umat Islam. Al-Quran dan Sunnah Rasul dapatlah diistilahkan

sebagai landasan ideal dan konseptual pelayanan kerohanian. Dalam Al-

Qur‟an dan Sunnah Rasul itulah gagasan, tujuan dan konsep (pengertian,

makna hakiki) pelayanan rohani tersebut bersumber (Musnamar, 1992).

Seperti dalam Firman Allah dalam surat Yunus ayat 57 sebagai

berikut :

Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran

dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada dalam

dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (Q.S.

Yunus, 10: 57).

Selain itu yang menjadi dasar pelayanan yaitu berdasarkan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

13
14

812/Menkes/SK/VII/2007 tentang Kegiatan Perawatan Paliatif

merupakan dasar pendekatan dari pelayanan kerohanian. Esensi

kebijakan ini bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga

yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang

dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan, peniadaan, identifikasi dini

dan penilaian serta penyelesaian masalah-masalah fisik, psikososial, dan

spiritual. Sedangkan kualitas hidup pasien adalah keadaan pasien yang

dipersepsikan sesuai dengan konteks budaya dan sistem nilai yang

dianutnya termasuk tujuan hidup, harapan, dan niatnya.

2.1.4. Metode Pelayanan Rohani

Metode pelayanan rohani sebagaimana yang dikatakan oleh Faqih

(2001:53) dikelompokkan menjadi dua yaitu sebagai berikut:

1. Metode Langsung, yaitu metode yang dilakukan di mana

pembimbing (rohaniwan) melakukan komunikasi langsung

(bertatap muka dengan pasien). Winkel pada bukunya (1991) juga

mengatakan, bahwa pelayanan langsung berarti pelayanan yang

diberikan kepada klien oleh tenaga pelayanan (rohaniwan) sendiri,

dalam suatu pertemuan tatap muka dengan satu klien atau lebih.

Adapun metode ini meliputi :

a. Metode Individual yaitu pembimbing dalam hal ini melakukan

komunikasi langsung dengan pasien secara individu dengan

menggunakan teknik:

 Percakapan pribadi, yakni pembimbing melakukan dialog

langsung tatap muka dengan pembimbing (rohaniwan).

14
15

 Kunjungan ke rumah (home visit), yakni pembimbin

mengadakan dialog dengan pasiennya tetapi dilaksanakan

dirumah pasien dan lingkungannya.

 Kunjungan dan observasi kerja, yakni pembimbing

(rohaniwan) melakukan percakapan individual sekaligus

mengamati kerja pasien dan lingkungannya (Faqih, 2001).

b. Metode Kelompok yaitu pelayanan yang diberikan kepada

klien lebih dari satu orang, baik kelompok kecil, besar, atau

sangat besar (Winkel, 1991). Pembimbing melakukan

komunikasi langsung dengan pasien dalam kelompok dengan

menggunakan teknik sebagai berikut :

 Diskusi Kelompok, yakni pembimbing melaksanakan

diskusi dengan/ bersama kelompok pasien yang

mempunyai masalah yang sama.

 Psikodrama, yakni pelayanan yang dilakukan cara bermain

peran untuk memecahkan/mencegah timbulnya masalah

(psikologis).

 Group teaching, yakni pemberian pelayanan dengan

memberikan materi pelayanan tertentu kepada kelompok

yang telah disiapkan (Faqih, 2001).

2 Metode Tidak Langsung merupakan metode pelayanan yang

dilakukan melalui media komunikasi massa. Hal ini dapat dilakukan

secara individual maupun kelompok (Faqih, 2001). Penjelasannya

yaitu sebagai berikut :

15
16

a) Metode individual, yaitu dapat melalui surat menyurat atau

melalui telepon dsb (Faqih. 2001).

b) Metode kelompok, yaitu dapat melalui papan pelayanan, surat

kabar/majalah, brosur, media audio dan televisi (Winkel, 1991)

2.2. Kualitas Pelayanan Rohani

Pelayanan akan bernilai tinggi jika memiliki kualitas. Menurut Goetsh

& Davis kualitas adalah kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,

jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan

(Sugiarto, 2002). Sedangkan menurut Wyckof kualitas pelayanan adalah

tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian untuk memenuhi

keinginan pelanggan atau pasien (Tjiptono,2000). Apabila pelayanan yang

diterima atau dirasakan sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas

pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan.

Menurut Parasuraman aspek-aspek mutu atau kualitas pelayanan

rohani yang mengacu pada A concept and framework Of Islamic Hospital

(MUKISI, 2015). Ada beberapa komponen penilaian kualitas pelayanan

rohani yaitu sebagai berikut: :

a. Penampilan staff (Staff Attire)

Staff pelayanan rohani menggunakan pakaian yang menutupi aurat,

berbahan tebal, tidak transparant, dan tidak sempit membentuk

lekukan tubuh.

b. Prosedur pelaksanaan pelayanan rohani

16
17

 Petugas pelayanan rohani mengunjungi pasien rawat inap secara

teratur dengan membuat laporan

 Petugas pelayanan rohani mengucapkan salam

 Petugas rohani memberikan do‟a kepada pasien

 Petugas pelayanan rohani memberikan arahan atau panduan

sholat

 Petugas rohani memberikan motivasi baik kepada pasien maupun

keluarga pasien

 Petugas pelayanan rohani mengucapkan terimakasih dan salam

ketika pelayanan rohani usai dilakukan

c. Fasilitas pelayanan rohani

Fasilitas yang diberikan rumah sakit seperti petunjuk arah qiblat,

poster dan do‟a tentang kesembuhan paisen, audio yang mendukung

kegiatan pelayanan seperti untuk mengingatkan sholat 5 waktu dan

do‟a atau shalawat.

2.3. Persepsi

2.3.1. Definisi Persepsi

Atkinson dan Hilgard (1991:201) mengemukakan bahwa persepsi

adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola

stimulus dalam lingkungan. persepsi timbul karena adanya respon

terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek,

stimulus masuk ke otak, kemudian diartikan, ditafsirkan serta diberi

17
18

makna melalui prose yang rumit, baru dihasilkan persepsi (Atkinson dan

Hilgard: 1991).

Menurut Kotler & Armstrong (2001), persepsi adalah proses

dimana individu memilih, mengorganisasi dan mengartikan masukan

informasi untuk menciptakan suatu gambaran tentang kehidupan.

Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali

oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat

indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak, dan baru

kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi

(Sunaryo, 2002).

Jadi dapat disimpulkan bahwa, persepsi merupakan suatu kegiatan

mengartikan atau mengorganisasikan sebagai bentuk respon dari stimulus

untuk menciptakan suatu gambaran tentang kehidupan.

2.3.2 Proses Pembentukan Persepsi

Stimulus mempengaruhi khalayak dalam mempersepsikan pesan

yang dikategorikan kedalam dua unsur yaitu unsur indrawi dan unsur

struktural. Dalam teori stimulus efek yang ditimbulkan adalah reaksi

khusus terhadap stimulus khusus , sehingga seseorang mengharapkan dan

memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikasi, yang

memiliki unsur pesan, komunikasi dan efek. (Effendi,2003). Berikut

merupakan penjelasan mengenai unsur-unsur dalam model teori SOR :

1. Stimulus

Stimulus adalah setiap bentuk fisik, visual, atau komunikasi verbal

yang dapat mempengaruhi tanggapan individu (Sutisna,2001:63).

18
19

Ciri–ciri stimulus yang mempengaruhi khalayak dalam

mempersepsikan obyek :

a) Unsur Indrawi yang terdiri dari warna, dan bunyi.

b) Unsur struktural, meliputi penampilan pemberitaan dalam media

televisi, misalnya gambar/ film berita terorisme, isi pemberitaan

dan cara penyajiannya. Karakteristik penting yang turut

menentukan persepsi khalayak pada stimuli adalah kemampuan

membedakan stimuli dan kemampuan mengeneralisasi dari satu

stimuli ke stimuli lainya.

2. Organisme (Komunikan)

Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan

heterogen. Pada komunikasi antarpersonal, komunikator akan

mengenal komunikannya, mengetahui identitasnya. Sedangkan

dalam komunikasi massa, komunikator tidak bisa bertemu langsung

dengan komunikannya dan tidak tahu bagaimana karakteristik serta

jumlah dari komunikannya. Selain itu komunikannya juga bersifat

heterogen Karena terdiri dari berbagai jenis lapisan masyarakat,

mulai dari masyarakat tingkat atas sampai msyarakat tingkat bawah,

dari masyarakat yang berpendidikan tinggi sampai masyarakat yang

berpendidikan rendah, semunya dikelompokkan berdasarkan faktor

usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya

(Ardianto, Komala & Karlinah, 2009:8).

Anita Taylor dan kawan – kawan dalam Wiryanto (2004:76)

berpendapat bahwa komunikan akan melakukan pemilihan pesan

19
20

yang diterima dari media massa melalui mekanisme pemilihan

sebagai berikut :

a) Pemilihan terpaan (Selective exposure): kecenderungannya hanya

memperhatikan pesan – pesan yang konsisten atau sesuai dengan

sikap dan kepentingannya.

b) Pemelihan perhatian (selective attention): kecenderungannya

hanya memperhatikan pesan –pesan yang menarik dan

sensasional sesuai kebutuhannya.

c) Pemilihan Persepsi (selective perception): kecenderungannya

hanya menginterpretasikan pesan –pesan yang konsisten atau

sesuai sikap dan keyakinannya.

d) Pemilihan ingatan (selective reminder): kecenderungannya hanya

mau mengingat kembali mengenai pesan – pesan yang sesuai

dengan sikap dan keyakinannya.

3. Response (Perubahan Sikap)


Pesan dalam media massa memiliki respon atau efek yang

meliputi kognitif, afektif dan behavioral.

1) Kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang

sifatnya informatif bagi dirinya. Media massa dapat mengubah

citra khalayak tentang lingkungan mereka karena media massa

memberikan rincian, anlisis, dan tinjuan tentang berbagai

peristiwa.

2) Afektif, efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif,

efek ini lebih cenderung pada emosi. Tujuan dari komunikasi

20
21

bukan hanya sekedar memberikan pesan kepada khalayak, tetapi

juga agar khalayak bisa paham dengan pesan yang disampaikan

sehingga menimbulkan efek yang diinginkan oleh

komunikatorya. Sehingga diharapkan khalayak bisa turut

merasakan bahagia, sedih, marah dan sebagainya. Dan faktor –

faktor yang dapat mempengaruhi intensias rangsangan

emosional pada media massa antara lain :

a) Suasana emosional, respon khalayak terhadap apa yang

disampaikan media massa akan dipengaruhi oleh suasana

emosional khalayak.

b) Skema Kognitif, merupakan naskah yang ada dalam pikiran

kita yang menjelaskan alur peristiwa.

c) Suasana terpaan (setting of exposure),

d) Predisposisi individual, menunjukkan sejauhmana orang

merasa terlibat dengan tokoh yang ditonjolkan dalam media

massa.

e) Faktor identifikasi, menunjukkan sejauhmana orang merasa

terlibat dengan tokoh yang ditonjolkan dalam media massa.

3) Behavioral merupakan akibat yang timbul pada khalayak dalam

bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan (Ardiantor, Komala &

Karlinah, 2007)..

21
22

2.4. Motivasi Kesembuhan Pasien

2.4.1. Definisi Motivasi

Motivasi adalah mendorong untuk berbuat atau beraksi (Capllin,

2002). Sedangkan menurut Hufman dkk (1997) mendefinisikan motivasi

merupakan suatu istilah yang mencakup tingkah laku yang mencari

tujuan dan yang berkembang karena adanya tujuan-tujuan, atau dapat

dikatakan bahwa motivasi adalah proses menggiatkan, mempertahankan

dan mengarahkan tingkah laku pada tujuan tertentu.

Freud (dalam Feist, 1998: 54) mengatakan suatu prinsip dinamik

atau motivational untuk menjelaskan kekuatan-kekuatan yang

mendorong dibalik tindakan-tindakan manusia. Bagi Freud manusia

didorong untuk mencari kenikmatan dan mereduksikan tegangan.

Motivasi ini diperoleh dari energi psikis dan fisik yang keluar dari

insting-insting. Freud menggunakan kata Jerman "tribe" untuk menyebut

dorongan (drive) atau stimulus dalam diri seorang, istilah ini biasanya

diterjemahkan dengan 35 kata insting, tetapi lebih tepat disebut

dorongan, (Semium, 2006). Najati (dalam sholeh dan wahab, 2004)

mengungkapkan bahwa motivasi adalah kekuatan penggerak yang

membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup dan menimbulkan tingkah

laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu.

2.4.2. Jenis-jenis motivasi

Menutut Handoko (1998) dan Widyatun (1999), ada dua faktor

yang mempengaruhi motivai yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik.

22
23

1) Motivasi Intrinsik

Motivasi Intrinsik adalah suatu dorongan yang ada dalam diri

individu dimana individu tersebut merasa senang dan gembira

setelah melakukan serangkaian aktifitas. Terdapat tiga macam

motivasi intrinsik yaitu Intrinsic Motivation knowledge, intrinsic

motivation simultan, Intrinsic Motivation Accomplishment. Intrinsic

Motivation knowledge adalah motivasi yang terjadi karena adanya

kesenangan dan kepuasan belajar. Intrinsic Motivation Simultan

adalah motivasi yang timbul karena adanya kesenangan merasakan

stimulasi sensasi. Intrinsic Motivation Accomplishment adalah

motivasi yang terjadi karena adanya kesenangan dan kepuasan dalam

melakukan suatu aktifitas.

2) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang bersumber dari

rangsangan atau dorongan dari luar. Selain itu motivasi ekstrinsik

muncul karena adanya pengharapan baik berupa imbalan maupun

menghindari konsekuensi. Ada tiga macam motivasi ekstrinsik yaitu

Extrinsic Motivation Identification, Extrinsic Motivation Introjected,

Extrinsic Motivation Regulation. Extrinsic Motivation Identification

adalah motivasi yang timbul karena individu merasakan manfaat

yang ditimbulkan dari suatu kegiatan. Extrinsic Motivation

Introjected adalah motivasi yang muncul atas dasar kewajiban dan

adanya dorongan internal. Extrinsic Motivation Regulation adalah

23
24

motivasi yang muncul untuk menghindari hukuman atau

mendapatkan imbalan.

2.4.3. Motivasi Kesembuhan Pasien

Motivasi adalah sesuatu daya yang menjadi pendorong seseorang

untuk bertindak (Azhari, 2004). Pengertian lain dari motivasi

diungkapkan Najati Utsman bahwa motivasi merupakan kekuatan

penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan

menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu

(Rahman & Wahab, 2004). Selain itu Purwanto (1990) menjelaskan

bahwa motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan,

mengarahkan, dan menjaga tingkah laku seseorang agar individu

terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil

atau tujuan tertentu. Dari beberapa pengertian motivasi di atas, dapat

disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan seseorang untuk

bertindak atau bertingkah laku sesuai dengan tujuan masing-masing.

Kesembuhan berasal dari kata sembuh yang berarti pulih atau

menjadi sehat kembali. Sedangkan pasien atau sakit dalam bahasa latin

"patien" jadi pengertian pasien adalah orang yang sakit (yang dirawat

oleh dokter) (Darminto, 1985).

Kesembuhan pasien adalah pasien yang sudah sehat jasmaninya

yaitu terdapat keselarasan yang sempurna antara bermacam-macam

fungsi jasmani disertai dengan kemampuan untuk menghadapi

kesukaran-kesukaran yang biasa yang terdapat dalam lingkungan, di

samping merasa gesit, dan bersemangat (El-Quusi, 1982: 36).

24
25

Dalam penelitian ini yang akan dilihat adalah motivasi kesembuhan

pasien dalam kaitannya dengan pelayanan rohani pada penderita penyakit

tuberkulosis dan stroke. Dengan demikian berdasarkan penjelasan

sebelumnya diketahui bahwa motivasi kesembuhan pasien adalah

dorongan atau kekuatan yang tumbuh dari dalam diri seorang yang

membuat seorang menjadi lebih bersemangat dan mempunyai kekuatan

untuk menghadapi masalah masalah yang terdapat dalam lingkungan.

Menurut Conger (dalam Ardhani, 2009) aspek-aspek motivasi adalah

sebagai berikut:

a. Memiliki sikap yang positif, yaitu memiliki kepercayaan diri dan

perencanaan yang tinggi serta selalu optimis. Bersikap positif

maksudnya itu melakukan sikap yang sifatnya positif. Sikap positif

tidak hanya kepada pelayanan pelayanan rohani Islam, akan tetapi

bersikap positif kepada Allah itu sangat penting, karena Allah yang

memberikan kesembuhan kepada individu sedang diberi cobaan sakit

(pasien).

b. Berorientasi pada suatu tujuan, yaitu orientasi tingkah laku diarahkan

pada tujuan yang hendak dicapai. Pasien mengarahkan tujuan tertentu

yaitu tujuan untuk sembuh dan bisa beraktivitas kembali seperti

semula.

c. Kekuatan yang mendorong individu, yaitu timbulnya kekuatan dalam

diri individu, dari lingkungan dan keyakinan adanya kekuatan yang

akan mendorong tingkah laku seseorang untuk mencapai suatu tujuan.

Pasien mendapat dorongan dari luar kemudian dari dorongan dalam

25
26

individu dapat mendorong individu mengubah tingkah lakunya.

Seperti pasien awal mulanya acuh tak acuh kepada pelaksanaan

pelayanan pelayanan rohani Islam, kemudian dengan adanya kekuatan

yang mendorong individu untuk keinginan ingin sembuh maka pasien

akan mengikuti pelaksanan pelayanan dengan baik.

Berdasarkan aspek-aspek yang telah diuraikan di atas, peneliti

menyimpulkan bahwa aspek-aspek motivasi yang diungkapkan Conger

(dalam Ardhani, 2009) adalah yang paling lengkap atau komprehensip

dan dapat digunakan untuk menjelaskan aspek-aspek motivasi

kesembuhan karena ketiga aspek tersebut sudah mencakup semua dari

teori yang lainnya dan sudah dianggap sesuai dengan motivasi

kesembuhan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek dari

motivasi kesembuhan meliputi: Memiliki sikap yang positif, berorientasi

pada suatu tujuan yaitu kesembuhan, dan kekuatan yang mendorong

individu.

2.5. Persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan rohani dan pengaruhnya

terhadap motivasi kesembuhan pasien

Proses pelayanan rohani memiliki peranan yang sangat penting.

Petugas pelayanan rohani sebagai pembimbing diharapkan mampu

menciptakan suasana yang menarik dan menyenangkan. Hal ini dilakukan

untuk membangkitkan semangat pasien untuk bersunguh-sungguh dalam

mengikuti proses pelayanan sehingga pasien memiliki motivasi untuk

sembuh dan kemantapan untuk hidup. Motivasi untuk mengikuti

pelayanan sangat penting peranannya bagi pasien dalam usaha mencapai

26
27

proses penyembuhan. Pasien yang memiliki motivasi yang

tinggi,cenderung menunjukkan semangat dan kegairahan dalam mengikuti

Pelayanan, mereka biasanya kelihatan lebih menaruh perhatian

bersungguh-sungguh mengikuti pelayanan,karena pelayanan sangat

berperan penting dalam usaha mencapai proses penyembuhan pasien.

Pasien yang memiliki motivasi proses pelayanan yang tinggi akan lebih

tekun, bersemangat, lebih tahan dan memiliki ambisi yang lebih tinggi

dibandingkan dengan pasien yang kurang atau tidak memiliki motivasi.

Mereka yang tidak memiliki motivasi dan terlihat kurang atau tidak

bergairah dalam mengikuti proses pelayanan dan motivasi untuk sembuh

atau hidup rendah (Maghfiroh, 2014).

Apabila pelayanan yang diterima atau dirasakan sesuai dengan

yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan

memuaskan,sehingga pasien mengambil manfaat dari proses pelayanan

pelayanan rohani untuk meningkatkan motivasi individu utuk sembuh.

Sebaliknya jika pelayanan yang diterima rendah dari yang diharapkan,

maka kualitas pelayanan dipersepsikan buruk. Persepsi merupakan proses

transaksi penilaian terhadap suatu objek, situasi, peristiwa, orang lain

berdasarkan pengalaman masa lampau, sikap, harapan, dan nilai yang ada

pada individu (Maghfiroh,2014).

Pelayanan rohani Islam yang dilaksanakan di rumah sakit hanya

sekilas dan sebentar saja. Karena peran petugas pelayanan rohani di rumah

sakit hanya mendo‟akan dan memotivasi pasien. Untuk memenuhi

kebutuhannya, setiap orang memiliki motivasi atau alasan yang berbeda-

27
28

beda dalam menjalankan aktivitasnya, entah dari segi agama, sosial,

ekonomi, politik, keamanan, maupun kesehatan. Maslow mengatakan

seseorang akan termotivasi ketika mereka ingin atau mengidamkan atau

berharap atau membutuhkan. Kebutuhan manusia juga mencakup pada

rasa aman, tentram,terlindungi, bebas dari rasa cemas, depresi, stres dan

sebagainya. Bagi meraka yang beragama kebutuhan itu diperolehnya dari

agama.

Oleh karena itu kualitas pelayanan pelayanan rohani Islam harus

ditingkatkan. Hal senada yang diungkapkan oleh Sugiarto (2002) bahwa

pelayanan akan bernilai tinggi jika memiliki kualitas. Menurut Goetsh &

Davis kualitas adalah kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,

jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi

harapan. Jadi kualitas pelayanan disebut baik jika pemberi pelayanan

memberikan pelayanan yang setara dengan yang diharapkan oleh

pelanggan atau pasien.

Berdasarkan uraian tersebut, kualitas pelayanan rohani mempunyai

keterkaitan dengan motivasi kesembuhan. Pasien akan termotivasi untuk

sembuh dengan adanya pelayanan rohani. Pelayanan rohani dapat

ditingkatkan kualitasnya melalui aspek-aspek sebagai berikut: penampilan

staff, prosedur pelaksanaan pelayanan rohani, dan fasilitas pelayanan

rohani dalam rangka untuk memenuhi motivasi kesembuhan

pasien.Berikut merupakan kerangka teori dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

28
29

2.1 Kerangka Teori

PERSEPSI PASIEN
TERHADAP KUALITAS MOTIVASI
PELAYANAN ROHANI KESEMBUHAN
 Penampilan Staff PASIEN
 Prosedur pelayanan TUBERKULOSIS DAN
rohani
 Fasilitas pelayanan
STROKE
rohani

Sumber : Conger (dalam Ardhani, 2009) dan A concept and Framework of


Islamic Hospital (MUKISI,2015)

29
30

BAB III

KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1. Kerangka Pikir

Pasien akan termotivasi untuk sembuh dengan adanya pelayanan rohani

dalam yaitu dengan berorientasi positif, berorientasi pada tujuan, dan

kekuatan yang mendorong individu tentang motivasi kesembuhan pasien.

Pelayanan rohani dapat ditingkatkan kualitasnya melalui aspek-aspek sebagai

berikut: penampilan staff, prosedur pelaksanaan pelayanan rohani, dan

fasilitas pelayanan rohani dalam rangka untuk memenuhi motivasi

kesembuhan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas

pelayanan rohani terhadap motivasi kesembuhan pasien penyakit tuberkulosis

dan stroke unit rawat inap di RS Muhammadiyah Taman Puring. Berikut

merupakan bagan kerangka pikir :

3.1 Kerangka Pikir

PERSEPSI PASIEN Motivasi Kesembuhan


TERHADAP KUALITAS (berpikir positif, berorientasi pada
PELAYANAN ROHANI tujuan dan kekuatan yang
mendorong individu )
 Penampilan Staff Pasien Penyakit Tuberkulosis Dan
 Prosedur pelayanan rohani Stroke Unit Rawat Inap Di Rs
 Fasilitas pelayanan rohani Muhammadiyah Taman Puring
Tahun 2017

30
31

3.2. Definisi Istilah


Tabel 3.1
Definisi Istilah

No Istilah Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

1, Persepsi Tanggapan pasien terhadap Wawancara Pedoman Sesuai atau tidak


pasien penampilan staff pelayanan mendalam wawancara sesuai dengan
terhadap rohani dimana kriteria dan dan kriteria
penampilan observasi pedoman penampilan yang
penampilan diri staff pelayanan
staff observasi terdapat dalam A
rohani yaitu menggunakan concept and
pakaian yang menutupi aurat, Framework of
berbahan tebal ,tidak Islamic Hospital :
transparant, dan tidak sempit MUKISI, 2015
membentuk lekukan tubuh. (A
concept and Framework of
Islamic Hospital : MUKISI,
2015)
2. Persepsi Tanggapan pasien terhadap cara Wawancara Pedoman Sesuai atau
pasien petugas rumah sakit dalam mendalam, wawancara, tidaknya prosedur
terhadap memberikan pelayanan rohani observasi, pedoman pelaksanaan
prosedur dan telaah observasi dengan SOP
kepada pasien dengan baik dan
pelaksanaan dokumen dan daftar Pelayanan Rohani
pelayanan benar sesuai dengan tata cara dokumen RSMTP dan A
rohani yang telah ada dalam SOP concept and
Pelayanan rohani dan A concept Framework of
and Framework of Islamic Islamic Hospital :
Hospital (MUKISI, 2015) MUKISI, 2015
3 Persepsi Tanggapan pasien terhadap Wawancara Pedoman Sesuai atau tidak
pasien sarana prasarana yang tersedia mendalam wawancara sesuai dengan
terhadap dan disediakan oleh RSMTP dan dan yang terdapat
fasilitas observasi pedoman dalam A concept
untuk menunjang pelaksanaan
pelayanan observasi and Framework
rohani pelayanan rohani A concept and of Islamic
Framework of Islamic Hospital Hospital :
(MUKISI, 2015) MUKISI, 2015
4 Motivasi Adanya dorongan kepada pasien Wawancara Pedoman Sesuai atau tidak
Kesembuhan agar berpikir positif dan mendalam, wawancara, dengan tiga aspek
pasien memiliki kekuatan untuk observasi, pedoman yang motivasi
penyakit berorientasi pada tujuan yang dan telaah observasi dikemukakan
tuberkulsis menimbulkan keinginan pasien dokumen dan daftar Conger (dalam
dan stroke untuk dapat sembuh atau pulih dokumen Ardhani,2009)
dari penyakit yang diderita.
32

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Disain Studi

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif berupa gambaran dan

kata-kata tertulis atau lisan dari informan. Penelitian ini dilakukan dengan

wawancara mendalam, pengamatan langsung atau observasi, dan telaah

dokumen. Peneliti menggunakan metode kualitatif dengan tujuan ingin

mengali lebih dalam dari berbagai sumber dan informasi mengenai Persepsi

Pasien Unit Rawat Inap Terhadap Kualitas Pelayanan Rohani dan Motivasi

Kesembuhan di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring Tahun 2017

(Studi Kasus Pasien Tuberkulosis dan Stroke).

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus. Studi kasus

merupakan strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti menyelidiki secara

cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau kelompok individu

(Creswell, 2010).Pada penelitian ini fokus penelitian yaitu pada pasien

tuberkulosis dan stroke unit rawat inap di RSMTP tahun 2017.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring

(RSMTP) Jakarta. Alasan yang melatarbelakangi pemilihan lokasi tersebut

yaitu karena salah satu rumah sakit yang memiliki pelayanan rohani bagi

pasien rawat inap di Jakarta. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober s.d.

November 2017.
33

4.3. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini ditetapkan dengan menggunakan metode

purposive sampling, dimana informan penelitian secara langsung ditentukan

oleh peneliti sesuai dengan kriteria pemilihan informan. Metode purposive

sampling merupakan pemilihan narasumber yang diputuskan berdasarkan

pertimbangan penelitian yang disesuaikan (Fase Badriah dan Raihana, 2013).

Data dan informasi yang diperoleh dapat menggambarkan seluruh kegiatan

yang berkaitan dengan penelitian secara lengkap dan jelas. Informasi yang

terkait dengan kualitas pelayanan rohani di RSMTP diperoleh melalui beberapa

informan yaitu:

1) Koordinator Pelaksana Pelayanan Rohani RSMTP yang merupakan

informan kunci sebanyak.1 orang.

2) Pasien Penyakit Tuberkulosis dan Stroke RSMTP yang merupakan

informan utama dengan jumlah respomden sebanyak 20 pasien yaitu

masing-masing 10 pasien penyakit stroke dan 10 pasien penyakit

tuberkulosis.

3) Keluarga Pasien penyakit Tuberkulosis dan Stroke RSMTP yang

merupakan informan pendukung dengan jumlah responden sebanyak 20

orang yaitu masing-masing 10 pasien penyakit stroke dan 10 pasien

penyakit tuberkulosis.

4) Kepala Bagian Unit Sumber Daya Insani RSMTP yang merupakan

informan pendukung dengan jumlah responden sebanyak 1 orang.


34

5) Kepala Ruangan atau Perawat Instalasi Rawat Inap RSMTP yang

merupakan informan pendukung.dengan jumlah responden sebanyak 2

orang.

Terdapat kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian yaitu sebagai

berikut :

a) Kriteria inklusi adalah karakteristik umum dari suatu populasi target

yang akan dijadikan subjek penelitian (Nursalam, 2003).Kriteria inklusi

penelitian ini yaitu pasien dewasa usia lebih dari 18 tahun, tidak ada

gangguan komunikasi, tidak ada gangguan kejiwaan, dan bersedia

diteliti.

b) Kriteria ekslusi adalah kriteria atau ciri-ciri anggota populasi yang tidak

bisa dijadikan sebagai sampel penelitian (Notoadmojo, 2010). Kriteria

ekslusi dalam penelitian ini yaitu pasien usia kurang dari 18 tahun,

terdapat gangguan dalam komunikasi, terdapat gangguan kejiwaan, dan

tidak bersedia diteliti.

4.4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data (Notoadmodjo, 2003). Instrumen penelitian dalam

penelitian ini menggunakan pedoman wawancara mendalam untuk

mewawancarai informan terkait dengan persepsi pasien terhadap kualitas

pelayanan rohani dan pengaruhnya terhadap motivasi kesembuhan pasien

penyakit tuberkulosis dan stroke di RSMTP. Instrumen lain dalam penelitian

ini adalah pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi dan

telaah dokumen. Serta peneliti juga menggunakan alat bantu berupa alat tulis,
35

kamera, dan perekam suara agar dapat memperkuat akurasi data mengenai

persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan rohani dan pengaruhnya terhadap

motivasi kesembuhan pasien penyakit tuberkulosis dan stroke unit rawat inap

di RSMTP.

4.5. Sumber Data

4.5.1. Data Primer

Data primer diperoleh dari observasi langsung terhadap kegiatan

pelayanan rohani di RSMTP, serta dilakukan wawancara mendalam

dengan informan-informan yang telah ditetapkan dengan menggunakan

pedoman wawancara mendalam dan lembar ceklist. Selain itu, data

primer juga didapat melalui telaah dokumen dengan menggunakan

pedoman telaah dokumen yang berhubungan dengan kegiatan pelayanan

rohani di RSMTP.

4.5.2. Data Sekunder

Selain data primer, juga dilakukan pengumpulan data sekunder yang

berasal dari kegiatan pelayanan rohani di RSMTP. Data sekunder ini

nantinya akan menunjang hasil dari penilitian. Data sekunder ini terdiri

dari :

- Profil RSMTP.

- Profil Unit SDI di RSMTP

- Prosedur kerja atau Standar Operasional Prosedur (SOP)

- Informed Consent pelayanan rohani di RSMTP

- Laporan Pencatatan pelaksanaan kegiatan pelayanan rohani.


36

4.6. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini anatar

lain sebagai berikut :

a. Wawancara mendalam (Indepth Interview)

Wawancara mendalam bertujuan untuk mengumpulkan informasi

yang kompleks, yang sebagian besar berisi pendapat, sikap, dan

pengalaman pribadi (Sulistyo, 2006). Informan yang menjadi subjek antara

lain Pasien Penyakit Tuberculosis dan Stroke, keluarga pasien, koordinator

pelaksana pelayanan rohani ,kepala ruangan atau perawat instalasi rawat

inap dan pimpinan pelayanan rohani di RSMTP. Selanjutnya wawancara

mendalam bersama dengan informan penelitian dapat menghasilkan data

primer mengenai kualitas pelayanan rohani dan motivasi kesembuhan

pasien.

Wawancara mendalam dilakukan dengan durasi kurang lebih 15

sampai dengan 20 menit setalah pasien mendapatkan pelayanan rohani.

Wawancara mendalam tidak dilakukan dalam waktu yang lama

dikarenakan melihat kondisi pasien yang membutuhkan waktu istirahat

dan pemulihan bagi kesehatan pasien rawat inap.

b. Observasi

Observasi merupakan prosedur yang berencana meliputi melihat,

mendengar, dan mencatat sejumlah dan taraf aktivitas tertentu atau situasi

tertentu yang ada hubungannya dengan masalah penelitian (Notoadmodjo,

2010). Observasi yang dimaksud dalam metode pengumpulan data ini

ialah melihat kesesuaian komponen pada pelaksanaan pelayanan rohani di


37

RSMTP. Observasi dilakukan langsung pada saat peneliti ikut bersama

petugas melakukan kunjungan kepada pasien unit rawat inap. Observasi

dilaksanakan dengan mengisi lembar checklist yang telah disediakan

sebelumnya oleh peneliti.

c. Telaah Dokumen

Telaah dokumen merupakan pengumpulan data melalui pencatatan

terhadap dokumen. Dokumen disini adalah job desk atau uraian tugas

pelaksana pelayanan rohani, standar oprerasional prosedur (SOP), dan

dokumen-dokumen lain yang terkait dengan pelaksanaan pelayanan rohani

di RSMTP.

4.7. Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk mendeskripsikan dan menginterprestasikan

data yang telah diolah. Pendekatan ini mengidentifikasi persamaan dan

perbedaan data kualitatif, sebelum berfokus pada hubungan antara bagian-

bagian yang berbeda dari data, sehingga berusahan untuk menggambarkan

peristiwa dan atau menjelaskan kesimpulan dari berbagai arah. Proses dan

prosedur analisis data dimulai dari Transcription, Familirisation with the

interview, Coding, Developing a working analytical framework, Applying the

analytical framework, Chariting data into framework matrix, dan

Interpreting data (Gale, 2013).

1. Transkip

Rekaman audio dan video menjadi sangat penting dalam membantu

mengumpulkan data. Rekaman ini digunakan pada saat wawancara

mendalam bersama infroman sehingga semua informasi ketika wawancara


38

bisa didapatkan. Setelah dilakukan wawancara terhadap informan yang

berhubungan dengan pelayanan rohani di RSMTP maka hasil wawacara

tersebut akan di transkrip secara manual sehingga data yang didapat bisa

dipindahkan dalam bentuk tulisan.

2. Familiarisasi Data

Setelah dilakukan transkrip dari hasil pengumpulan data oleh

peneliti, perlu juga dilakukan familirisasi data yaitu dengan cara

mengulang kembali data yang telah ditranskrip. Tujuan dilakukan

familirisasi adalah untuk mengetahui lebih dalam data yang ditranskrip

sehingga bisa mengetahui dan memahami setiap data yang ditranskrip

Hasil dari wawancara terhadap informan tentang pelayanan rohani di

Instalasi rawat Inap dalam bentuk transkrip dengan dilakukan pengulangan

atau pencocokan dari data yang telah ditranskrip tadi dengan data mentah

yang berupa catatan atau rekaman sehingga data yang di dapatkan bisa

lebih akurat dalam mengurangi kesalahan dalam menerjemahkan data.

3. Coding

Setelah dilakukan familirisasi untuk memudahkan peneliti dalam

mengelola data, maka selanjutnya dilakukan coding, yaitu dengan cara

mengkategorikan data yang didapat. Kategori atau coding di dalam

penelitian ini dibagi dalam perdomain.

4. Developing a working analytical framework.

Setelah dilakukan coding terhadap data yang dianalisis, maka setiap

substansi akan dibagi lagi menjadi kode yang lebih besar.

5. Membuat kerangka analisis


39

Setelah dilakukan pengkodean, maka selanjutnya data yang telah

ditranskrip sebelumnya dimasukkan ke dalam setiap kode masing-masing

data yang telah ditentukan sebelumnya. Sehingga pada setiap kode akan

berisikan semua data yang telah ditranskrip.

6. Memetakan data kedalam matriks

Kemudian setelah semua data sudah dikodekan menggunakan kerangka

analisis, maka akan dilanjutkan dengan meringkas semua data dalam

matriks untuk setiap tema dari berbagai metode pengumpulan data..

Kemudian dimasukkan data dari metode pengumpulannya yaitu

wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen.

7. Intepretasi Data

Langkah selanjutnya dalam analisis data adalah interprestasi data atau

penarikan kesimpulan dengan cara data yang telah dikelompokkan

sebelumnya akan dilakukan analisis terhadap data tersebut atau di

interprestasikan hasilnya.

4.8. Penyajian Data

Penelitian ini menyajikan data dalam bentuk narasi dan dilegkapi dengan

matriks hasil wawancara. Penyajian data akan didukung dengan hasil

observasi lapangan dan telaah dokumen untuk memperkuat hasil penelitian

tentang Persepsi Pasien Unit Rawat Inap terhadap Kualitas Pelayanan Rohani

dan Motivasi Kesembuhan di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring

Tahun 2017.
40

4.9. Validasi Data

Untuk menjaga keabsahan dan keakuratan data yang diperoleh, peneliti

melakukan validasi data. Dalam penelitian ini validasi data yang dilakukan

dengan menggunakan riangulasi sumber dan triangulasi metode, yaitu:

a. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber

(Sugiyono, 2012). Triangulasi sumber dilakukan peneliti dengan

membandingkan dan melakukan pemeriksaan terhadap hasil wawancara

dengan menanyakan pertanyaan yang sama kepada beberapa informan

yang berbeda.

b. Triangulasi Metode

Triangluasi metode berarti peneliti menggunakan metode

pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari

sumber yang sama (Sugiyono, 2012). Pada penelitian ini, metode yang

digunakan selain wawancara mendalam, juga dilakukan dengan metode

observasi dan telaah dokumen. Observasi dan telaah dokumen dilakukan

untuk mendukung hasil wawancara yang dibandingkan dengan struktur

organisasi, uraian tugas dan SOP.

Dengan dilakukannya triangulasi data pada penelitian ini diharapkan

peneliti dapat melakukan analisis secara tepat, akurat, dan terpercaya. Sehingga

didapatkan analisis data yang tepat, akurat dan terpercaya. Adapun tabel

triangulasi data pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel :


41

Tabel 4.1 Triangulasi Data Penelitian

Variabel Triangulasi Data


Triangulasi Metode Triangulasi Sumber
Wawancara Observasi Telaah Informan Informan Informan
Mendalam Dokumen Ahli Kunci Pendukung
Penampilan Staff -
Prosedur Pelaksanaan
Pelayanan Rohani
Fasilitas Pelayanan -
Rohani
Motivasi
Kesembuhan Pasien
Penyakit Tuberkulosis
dann Stroke
42

BAB V

HASIL

5.1. Gambaran Umum

5.1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring

Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring (RSMTP)

merupakan salah satu rumah sakit swasta tipe C yang ada di wilayah

Kota Administrasi Jakarta Selatan. RSMTP beralamat di Jalan Gandaria

I No. 20 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Sejarahnya, pada tahun 1952

dibentuk bagian PKO (Penolong Kesejahteraan Oemat) oleh Pimpinan

Pusat Muhammadiyah. Kemudian pada tahun 1962 Djawatan

Kesehatan Kota Jakarta memberikan izin penyelenggaraan persalinan,

hingga pada tahun 1969 resmi berdiri Balai Kesehatan Ibu dan Anak

(BKIA) Muhammadiyah di Kebayoran Baru.

Perkembangan terus dilakukan oleh Pimpinan Cabang

Muhammadiyah Kebayoran Baru melalui Majelis Kesehatan dan

Kesejahteraan Masyarakat PCM Kebayoran Baru akan Amal Usaha

Muhammadiyah RSB, sehingga dikeluarkan Keputusan Menteri

Kesehatan RI nomor Y.M.02.04.3.5.972 pada tanggal 12 Februari 2007

RSB Muhammadiyah berganti menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak

Muhammadiyah Taman Puring. Dan pada tanggal 30 Agustus 2012,

berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Daerah

Khusus Ibukota Jakarta No. 4871/2012 RSIA Muhammadiyah Taman


43

Puring berubah menjadi Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Taman

Puring. Berikut merupakan visi dan misi yang dimiliki RSMTP :

Visi RS Muhammadiyah Taman Puring

Menjadi ruma sakit yang berkualitas dan terpercaya di Jakarta dengan

unggulan kesehatan reproduksi dan tumbuh kembang anak tahun

2020.

Misi RS Muhammadiyah Taman Puring:

a) Memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan berkualitas dengan

nilai Islam yang berorientasi pada kepuasan pelanggan.

b) Menjadikan Sumber Daya Insani yang berkualitas dan kompeten

sebagai permbaharu dan pencerah pelayanan kesehatan.

c) Menjadikan sarana dan prasarana untuk mendukung pelayanan

unggulan.

5.1.2 Gambaran Umum Pelayanan Rohani Islam Rumah Sakit


Muhammadiyah Taman Puring
Pelayanan rohani Islam adalah suatu usaha pemberian bantuan

kepada seseorang yang mengalami kesulitan, baik lahiriah maupun

batiniah, yang menyangkut kehidupan di masa kini dan masa

mendatang. Bantuan tersebut berupa pertolongan di bidang mental dan

spiritual, denga maksud agar orang yang bersangkutan mampu

mengatasi kesulitannya dengan kemampuan yang ada pada dirinya

sendiri, melalui dari kekuatan iman dan takwa (Arifin,1982).Berikut

merupakan Struktur Organisasi Pelayanan Rohani Tahun 2017

(Struksur Bimroh RSMTP, 2017) .


44

Bagan 5.1 Struktur Organisasi Sumber Daya Insani RSMTP

Manajer Umum & SDI


Dr. Erwin

Kabid SDI & Kesra


Wina Mulyaningru, S.Sos, M.M

Kaur Diklat
Ns. Meliana Ningsih, S.Kep

Koordinator Admin SDI Koordinator BIMROH


Saiful Amri, S.E Wahyu Rosid, S.E.Sy

Rekruitment
Richa Juniartha, S.Psi

(Sumber : Struktur Organisasi Bimroh RSMTP, 2017)

Melalui bagan 3.2 dapat diketahui bahwa pelayanan pelayanan

rohani merupakan tanggung jawab Wahyu Rosid, S.E.Sy. selaku

koordinator Bimbingan Rohani (bimroh) yang memiliki atasan

langsung yaitu Wina Mulyaningrum selaku Kepala Bidang SDI. Dan

berikut visi dan misi yang dimiliki unit pelayanan rohani RSMTP:

Visi Pelayanan Rohani RS Muhammadiyah Taman Puring, yaitu :

Menjadi bidang yang mampu menciptakan nuansa keIslaman

sebagai ciri khas RSMTP pada 2017

Misi Pelayanan Rohani di RS Muhammadiyah Taman Puring, yaitu:

1) Menyusun standar pelayanan Islami


45

2) Menjadikan RSMTP sebagai rumah sakit unggulan berciri khas

nilai Islam.

3) Menjadikan nilai Islami sebagai ruh dan motivasi kerja

Ruang lingkup pelayanan rohani di RSMTP adalah sebagai berikut :

1. Pelayanan kerohanian pasien rawat inap RS Muhamammadiyah

Taman Puring

2. Bimbingan do‟a untuk pasien dan keluarga

3. Bimbingan tata cara ibadah untuk pasien

4. Bimbingan Rohani Pra dan Post Operasi

5. Bimbingan Sakaratul Maut/Pasien Terminal

Selain itu, fasilitas yang digunakan untuk melakukan pelayanan

rohani antara lain formulir persetujuan tindakan pelayanan kerohaniaan

(Informed Consent), assesment pasien, buku panduan kerohanian.buku

tuntunan do‟a dan ibadah dan buku dokumentasi kegiatan bimbingan

rohani (Panduan Pelayanan Rohani RSMTP, 2016).

5.2. Karakteristik Informan

Pada penelitian yang dilakukan ini, terdapat 44 informan yang terdiri

dari empat informan dari pihak pelayanan rohani Rumah Sakit, sepuluh

informan dari pasien penderita penyakit tuberkulosis, sepuluh informan dari

keluarga pasien penderita penyakit tuberkulosis, sepuluh informan dari pasien

penderita stroke, dan sepuluh informan dari keluarga pasien penderita

penyakit stroke. Peneliti hanya melakukan penelitian pada pasien penyakit

stroke kategori ringan dan sedang. Hal tersebut dikarenakan pasien penderita

stroke berat mengalami kesulitan dalam berbicara dan berkomunikasi.


46

Tabel 5.2 Karakteristik Informan


No Informan Jenis Kelamin Jenis Kode Informan
1 Manajer Sumber Daya Insani RSMTP Lk Informan Pendukung IPM
2 Koordinator Pelayanan Rohani RSMTP Lk Informsn Kunci IA
3 Perawat unit rawat inap RSMTP Pr Informan Pendukung IP1
4 Perawat unit rawat inap RSMTP Pr Informan Pendukung IP2
5 Pasien penyakit tuberkulosis RSMTP Lk Informan Utama IKT1
6 Pasien penyakit tuberkulosis RSMTP Pr Informan Utama IKT2
7 Pasien penyakit tuberkulosis RSMTP Pr Informan Utama IKT3
8 Pasien penyakit tuberkulosis RSMTP Pr Informan Utama IKT4
9 Pasien penyakit tuberkulosis RSMTP Lk Informan Utama IKT5
10 Pasien penyakit tuberkulosis RSMTP Lk Informan Utama IKT6
11 Pasien penyakit tuberkulosis RSMTP Lk Informan Utama IKT7
12 Pasien penyakit tuberkulosis RSMTP Pr Informan Utama IKT8
13 Pasien penyakit tuberkulosis RSMTP Lk Informan Utama IKT9
14 Pasien penyakit tuberkulosis RSMTP Lk Informan Utama IKT10
15 Keluarga pasien tuberkulosis RSMTP Pr Informan Pendukung IPKT1
16 Keluarga pasien tuberkulosis RSMTP Pr Informan Pendukung IPKT2
17 Keluarga pasien tuberkulosis RSMTP Pr Informan Pendukung IPKT3
18 Keluarga pasien tuberkulosis RSMTP Pr Informan Pendukung IPKT4
19 Keluarga pasien tuberkulosis RSMTP Pr Informan Pendukung IPKT5
20 Keluarga pasien tuberkulosis RSMTP Lk Informan Pendukung IPKT6
21 Keluarga pasien tuberkulosis RSMTP Lk Informan Pendukung IPKT7
22 Keluarga pasien tuberkulosis RSMTP Lk Informan Pendukung IPKT8
23 Keluarga pasien tuberkulosis RSMTP Pr Informan Pendukung IPKT9
24 Keluarga pasien tuberkulosis RSMTP Pr Informan Pendukung IPKT10
25 Pasien penyakit stroke RSMTP Lk Informan Utama IKS1
26 Pasien penyakit stroke RSMTP Lk Informan Utama IKS2
27 Pasien penyakit stroke RSMTP Lk Informan Utama IKS3
28 Pasien penyakit stroke RSMTP Lk Informan Utama IKS4
29 Pasien penyakit stroke RSMTP Pr Informan Utama IKS5
30 Pasien penyakit stroke RSMTP Pr Informan Utama IKS6
31 Pasien penyakit stroke RSMTP Lk Informan Utama IKS7
32 Pasien penyakit stroke RSMTP Pr Informan Utama IKS8
33 Pasien penyakit stroke RSMTP Pr Informan Utama IKS9
34 Pasien penyakit stroke RSMTP Lk Informan Utama IKS10
35 Keluarga pasien penyakit stroke RSMTP Pr Informan Pendukung IPKS1
36 Keluarga pasien penyakit stroke RSMTP Lk Informan Pendukung IPKS2
37 Keluarga pasien penyakit stroke RSMTP Pr Informan Pendukung IPKS3
38 Keluarga pasien penyakit stroke RSMTP Pr Informan Pendukung IPKS4
39 Keluarga pasien penyakit stroke RSMTP Pr Informan Pendukung IPKS5
40 Keluarga pasien penyakit stroke RSMTP Lk Informan Pendukung IPKS6
41 Keluarga pasien penyakit stroke RSMTP Lk Informan Pendukung IPKS7
42 Keluarga pasien penyakit stroke RSMTP Pr Informan Pendukung IPKS8
43 Keluarga pasien penyakit stroke RSMTP Pr Informan Pendukung IPKS9
44 Keluarga pasien penyakit stroke RSMTP Pr Informan Pendukung IPKS10
47

5.3. Persepsi pasien terhadap penampilan staff dalam pelaksanaan pelayanan

rohani di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring

Penampilan diri staff pelayanan rohani merupakan penampilan diri dari

petugas pelayanan rohani dalam berpakaian ketika memberikan pelayanan

rohani kepafa pasien. Pakaian yang digunakan adalah pakaian menutupi

aurat, berbahan tebal ,tidak transparan, dan tidak sempit membentuk lekukan

tubuh. (A concept and Framework of Islamic Hospital : MUKISI, 2015 ).

Persepsi pasien terhadap penampilan staff dalam pelaksanaan pelayanan

rohani di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring adalah proses dalam

memahami penampilan staff petugas pelayanan rohani dengan cara

merasakan dan menginterpretasikan pengalaman saat menerima pelayanan

rohani yang diberikan kepada pasien tersebut. Oleh karena itu, persepsi

seseorang bersifat subjektif.

Dalam bagian ini, peneliti akan menguraikan mengenai tanggapan pasien

penyakit tuberkulosis dan pasien penyakit stroke unit rawat inap terhadap

penampilan petugas pelayanan rohani di RSMTP.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan sepuluh pasien penyakit

tuberkulosis dan sepuluh orang keluarga pasien didapatkan informasi bahwa

tanggapan pasien dan keluarga terhadap penampilan petugas pelayanan

rohani sudah rapi dan sopan. Berikut pernyataan kutipan wawancara perihal

informasi tersebut :

IKT 3 :

“Yaa menurut saya penampilan petugas sudah bagus, pakaian sudah


rapi dan sopan.”

IPKT 3 :
48

“Bagus penampilannya disini perawatnya pakai jilbab semua, petugas


yang tadi kasih doa-doa juga rapih bagus pakai peci”

Dari pernyataan IKT 3 dan IKPT 3 dapat diketahui bahwa persepsi

terhadap penampilan petugas pelayanan rohani rapi dan sopan dan menurut

IKPT 3 terdapat hal yang berbeda yaitu seluruh perawat wanita yang bekerja

di RSMTP mengenakan hijab dan poin yang yang ditanggapi dari

penampilan petugas adalah petugas yang memberikan pelayanan rohani

yang merupakan seorang laki-laki menggunakan peci.

Selaras dengan tanggapan dari pasien penyakit tuberkulosis dan keluarga

pasien, berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan sepuluh pasien

penyakit stroke dan sepuluh orang keluarga pasien didapatkan informasi

bahwa tanggapan pasien dan keluarga terhadap penampilan petugas

pelayanan rohani rapi,sopan dan sesuai syariat. Berikut merupakan kutipan

hasi wawancara terkait informasi tersebut:

IKS 7 :

“Penampilangnya rapi dan sopan terus pakaiannya juga disini sesuai


syariat Islam”

IPKS 7 :

“Penampilannya udah bagus rapi dan sopan, petugasnya juga ramah


terus pakaiannya juga menutup aurat gak berlebihan sudah sesuai sama
syariat”

Berdasarkan pernyataan IKS 7 dan IKPS 7 tersebut dapat diketahui

bahwa persepsi terhadap penampilan petugas pelayanan rohani rapi, sopan

dan sesuai dengan syariat Islam. Menurut IKPS 7 terdapat hal yang berbeda

yaitu tidak hanya memaknai atau memberi tanggapan hanya pada


49

penampilan fisik namun memberikan tanggapan terkait keramahan petugas

dalam memberikan pelayanan rohani.

Dalam pelaksanaan pelayanan rohani pihak Rumah Sakit

Muhammadiyah Taman Puring menyediakan seragam berupa jas untuk

petugas pelayanan rohani laki-laki dan blazer untuk petugas pelayanan

rohani wanita. Berikur merupakan kutipan hasil wawancara terkait

informasi tersebut :

IPM :

“Oh yaa, untuk seragam kami memiliki seragam yaitu berupa jas untuk
laki-laki dan blazer untuk perempuan. Baju yang dikenakan tentunya
menurut syariat Islam yaitu yang menutupi aurat, rapih, sopan dan tidak
terlalu sempit”

Namun dari hasil wawancara mendalam dan observasi dapat diketahui

bahwa terdapat ketidakpatuhan dalam penggunaan seragam seperti

jas/blazer yang telah disediakan pihak RSMTP. Petugas pelayanan rohani

tidak mengenakan seragam saat melakukan kunjungan untuk melaksanakan

pelayanan rohani pada pasien penyakit tuberkulosis dan pasien penyakit

stroke. Hal tersebut dibuktikan berdasarkan pernyataan berikut:

IP 1 :

“Hmm ga ada ya paling perawat pakai seragam jaga aja. Sebenernya


disediain blazer tapi gak dipakai”

IP 2 :

“Ada waktu awal dikasih semacem jas gitu tapi sekarang udah ga
dipakai ya paling pakai baju dinas aja”

Dari pernyataan-pernyataan terkait persepsi pasien unit rawat inap

terhadap penampilan petugas pelayanan rohani di RSMTP dapat


50

disimpulkan bahwa antara pasien penyakit tuberkulosis dan pasien penyakit

stroke memiliki tanggapan yang sama terhadap penampilan petugas

pelayanan rohani yaitu petugas pelayanan rohani memiliki penampilan yang

sopan dan rapi serta sesuai dengan syariat Islam.

Akan tetapi dalam pelakasanaan pelayanan rohani terdapat

ketidakpatuhan dalam penggunaan seragam seperti jas/blazer yang telah

disediakan pihak RSMTP. Diketahui bahwa, petugas pelayanan rohani tidak

mengenakan seragam saat melakukan kunjungan untuk melaksanakan

pelayanan rohani pada pasien penyakit tuberkulosis dan pasien penyakit

stroke.

Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui informasi mengenai

penampilan petugas pelayanan melalui tabel sebagai berikut :

Tabel 5.3 Observasi Penampilan Staff Pelayanan Rohani


No. Kriteria Penampilan Staff Ya Tidak
1. Petugas Pria menggunakan peci, sedangkan -
petugas wanita menggunakan hijab
2. Petugas menggunakan pakaian yang menutupi -
aurat
3. Petugas menggunakan pakaian berbahan tebal -
4. Petugas menggunakan pakaian yang tidak tembus -
pandang
5. Petugas menggunakan pakaian yang tidak sempit -
atau longgar

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa sudah terpenuhinya kriteria

penampilan petugas pelayanan rohani dalam pelaksanaan pelayanan rohani di

Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring. Kriteria penampilan staff telah


51

terpenuhi dibuktikan berdasarkan hasil observasi saat kunjungan pelayanan

rohani kepada pasien rawat inap.

Pernyataan Informan Ahli


Berdasarkan wawancara dengan IA diketahui bahwa penampilan staff

pelayanan rohani telah sesuai dengan syariat Islam. Berikut merupakan

pernyataan yang disampaikan oleh informan IA :

“Kalau seragam khusus untuk baju tidak ada, tapi setiap petugas pelayanan
rohani disediakan jas atau blezer khusus untuk pelayanan Untuk petugas
pelayanan rohani laki-laki menggunakan peci dan jas, kalau untuk petugas
pelayanan rohani perempuan menggunakan blezer dan baju yang longgar
dan berhijab.”

5.4. Persepsi pasien terhadap prosedur pelaksanaan pelayanan rohani di

Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring

Pelayanan rohani merupakan salah satu bentuk pelayanan yang diberikan

kepada pasien untuk menuntun pasien agar mendapatkan keikhlasan, kesabaran

dan ketenangan dalam menghadapi sakitnya, dalam rangka mengembangkan

potensi dan menyadari kembali akan eksistensinya sebagai mahluk Allah SWT,

agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Prosedur pelayanan rohani yang dimaksud adalah cara petugas rumah sakit

dalam memberikan pelayanan rohani kepada pasien dengan baik dan benar

sesuai dengan tata cara yang telah ada dalam A concept and Framework of

Islamic Hospital. Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui informasi

mengenai penampilan petugas pelayanan melalui tabel sebagai berikut :

Dalam proses pelaksanaan pelayanan rohani sebagian besar pasien tidak

mengetahui bahwa ada pelayanan rohani. Hal tersebut dibuktikan dengan

melakukan wawancara mendalam kepada pasien dan keluarga pasien saat


52

mengikuti petugas memberikan pelayanan rohani. Berikut merupakan pernyataan

dari informan terkait informasi tersebut :

IKT 8 :
“Belum tahu kalau ada pelayanan rohani padahal dirawat disini sudah dari
hari sabtu tapi baru dikasih sekarang senin.”
IPKT 8:
“Baru tahu sekarang ini kalau ada pelayanan rohani karena pasien juga
baru sekali dirawat disini. Sebelumnya ga dibilangin apa-apa kalo mau ada
didoain seperti ini dari awal masuk.”
Hal tersebut dibenarkan oleh Informan Ahli. Dimana dalam pelaksanaan

pelayanan rohani petugas langsung mengunjungi pasien tanpa melihat data

terlebih dahulu. Berikut pernyataan IA mengenai alur pelaksanaan pelayanan

rohani:

“Alur kerjanya sesuai SOP yaitu pendaftaran diberikan informed consent


kemudian seharusnya bimroh mendapatkan data. Namun alurnya langsung
mengunjungi pasien tanpa melihat data terlebih dahulu”
Apabila dilihat dari durasi pelayanan rohani yang diberikan mendapat

tanggapan yang berbeda. Bagi sebagian pasien penyakit tuberkulosis dan keluarga

pasien diketahui bahwa pasien merasa kurang cukup atas durasi pelayanan rohani

yang diberikan. Berikut merupakan kutipan wawancara perihal informasi tersebut:

IKT 6 :

“Sebenarnya sudah cukup tapi ketika doa-doa lebih sedikit dilamain


waktunya agar lebih khusu‟ do‟anya”

IPKT 6 :

“Tadi itu kurang lama masnya baca doanya tapi sudah bagus ada pelayanan
seperti ini jadi ingat ibadah

Berdasarkan hasil wawancara dengan IKT 6 dan IKPT 6 dapat diketahui

bahwa persepsi pasien tuberkulosis dan keluarga terhadap durasi pelayanan rohani
53

yaitu durasi pelayanan rohani kurang lama khususnya pada saat pemberian do‟a

kepada pasien.

Sedangkan bagi sebagian pasien penyakit stroke dan keluarga pasien

diketahui bahwa pasien merasa kurang cukup atas durasi pelayanan rohani yang

diberikan khususnya pada saat petugas memberikan motivasi kepada pasien.

Berikut merupakan kutipan wawancara perihal informasi tersebut :

IKS 1:

“Waktunya sebentar yaa menurut saya kurang lama, lebih bagus sedikit lebih
lama khususnya pas pemberian motivasi”

IPKS 1 :

“Oh yang tadi itu ya, agak kurang lama . Kalo bisa lebih lama waktunya pas
semangatin pasien”

Berdasarkan pernyataan dari IKS 1 dan IPKS 1 dapat diketahui bahwa

persepsi pasien terhadap durasi pelayanan rohani yaitu waktu yang diberikan

kurang lama khususnya pada saat pemberian motivasi kepada pasien.

Dari pernyataan-pernyataan yang diberikan oleh pasien dan keluarga terkait

persepsi pasien terhadap durasi pelayanan rohani dapat diambil kesimpulan bahwa

pasien merasa kurang cukup atas durasi pelayanan rohani yang diberikan. Namun,

ada perbedaan pendapat antara pasien penyakit tuberkulosis dan stroke terkait

durasi pelayanan yaitu bagi pasien tuberkulosis, durasi pelayanan dirasa kurang

pada saat pembacaan do‟a sedangkan bagi pasien penyakit stroke, durasi

pelayanan rohani dirasa kurang pada saat pemberian motivasi pada pasien.

Pelayanan rohani yang diberikan oleh petugas yaitu memberikan do‟a dan

motivasi kepada pasien, do‟a yang diberikan seperti do‟a keselamatan. Hal

tersebut dapat diketahui melalui hasil wawancara dan observasi dalam


54

pelaksanaan pelayanan rohani. Berikut merupakan pernyataan yang didapat dari

hasil wawancara dengan informan :

IA :

“Doa umumnya yaitu doa meminta kesembuhan dan meminta keselamatan


seperti yang ada dibuku panduan ibadah. Jadi kita memotivasi pasien bahwa
sakit bukan hal yang harus kita jadikan sebuah masalah namun menjadi
nikmat dan membuat kita bersyukur.”

IPM :

“Pertama memberikan salam kepada pasien dan bertanya bagaimana kondisi


pasien ,kemudian berdoa dan mengingatkan pasien untuk lebih mendekatkan
diri kepada Allah dan tidak meninggalkan sholat walau dalam kondisi sakit.”

Sejalan dengan pernyataan tersebut berdasarkan hasil wawancara mendalam

dengan pasien penyakit tuberkulosis dan pasien stroke pelayanan rohani yang

diterima oleh pasien yaitu berupa doa dan motivasi. Berikut kutipan wawancara

terkait informasi tersebut :

IKT 1 :

“Memberikan doa, mendoakan agar pasien sembuh terus tadi kasih


semangat. Jangan lupa minum obat dan terus ingat Allah SWT.”
IKS 3 :
“Tadi bantu mendoakan, memberikan semangat dan mengingatkan untuk
terus sholat, dan berdoa kepada Allah serta istighfar.”
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan

pelayanan rohani menurut IKT 1 petugas pelayanan rohani memberikan doa dan

semangat serta memberikan pesan untuk tidak lupa meminum obat. Sedangkan

menurut IKS 3 pelayanan yang diberikan yaitu mendoakan, memberikan

semangat dan mengingatkan untuk tetap beribadah.

Selain itu masih terdapat prosedur pelayanan yang tidak terlaksana yaitu tidak

adanya prosedur tuntunan sholat atau ibadah. Pemberian pelayanan berupa


55

tuntunan beribadah terkendala oleh salah satu faktor yaitu karena teralihkan

dengan kebutuhan pelayanan medis untuk pasien. Berikut merupakan pernyataan

dari hasil wawancara terkait informasi tersebut :

IP 1 :

“Perawat membantu pemenuhan spiritual seperti keluarga yang muslim


dibantu menunjukan arah kiblat selain itu pasien yang tidak bisa berwudhu
dibantu dan dituntun untuk bertayamum namun belum maksimal karena
teralihkan dengan kebutuhan medis pasien.”

Tabel 5.4 Gambaran Prosedur Pelayanan Rohani RSMTP

No. Prosedur Pelayanan Rohani Ya Tidak


1. Petugas pelayanan rohani mengunjungi pasien rawat inap -
secara teratur dengan membuat laporan (durasi pelayanan
rohani 5-15 menit)
2. Petugas pelayanan rohani mengucapkan salam -
3. Petugas rohani memberikan do‟a kepada pasien -
4 Petugas pelayanan rohani memberikan arahan atau panduan -
sholat
5. Petugas rohani memberikan motivasi baik kepada pasien -

6. Petugas rohani memberikan penguatan kepada keluarga pasien -


7. Petugas pelayanan rohani mengucapkan terimakasih dan salam -
ketika pelayanan rohani usai dilakukan

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa terdapat satu prosedur pelayanan

rohani yang belum sesuai dengan prosedur pelayanan rohani berdasarkan A

concept and Framework of Islamic Hospital yaitu petugas pelayanan rohani

memberikan arahan atau pamduan sholat.

Pernyataan Informan Ahli


Berdasarkan wawancara dengan IA terkait prosedur pelayanan rohani

didapatkan hasil sebagai berikut :


56

“Doa umumnya yaitu doa meminta kesembuhan dan meminta keselamatan


seperti yang ada dibuku. Kalau untuk motivasi seperti mengingatkan
pasien agar sabar dan memberitahu bahwasanya sakit merupakan wasilah
untuk menggugurkan dosa-dosanya dan meningkatkan derajatnya. Jadi
kita memotivasi pasien bahwa sakit bukan hal yang harus kita jadikan
sebuah masalah namun menjadi nikmat dan membuat kita bersyukur.
Petugas juga mengajarkan sholat jika diminta pasien”

5.5. Persepsi pasien terhadap fasilitas pelaksanaan pelayanan rohani di

Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring

Fasilitas yang dimaksudkan adalah sarana dan prasarana yang tersedia

dan disediakan oleh Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring untuk

menunjang pelaksanaan pelayanan rohani kepada pasien di unit rawat inap

Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring. Berikut merupakan hasil

selama penelitian berlangsung.

Tabel 5.5 Gambaran Fasilitas Pelayanan Rohani RSMTP Tahun 2017


No. Nama Ketersediaan Keterangan
1. Arah penunjuk qiblat Tersedianya arah qiblat namun tidak di
seluruh ruang rawat inap yang ada di
RSMTP
2. Mukena dan Kitab Suci Terdapat kitab suci di setiap runit rawat inap
namun untuk mukena hanya ada di mushola
3. Audio Speaker Audio speaker hanya tersedia di luar
ruangan
4. Saluran televisi keIslaman Setiap ruangan sudah terdapat televisi
namun belum terdapat saluran khusus
keIslaman
6. Buku tuntunan ibadah Buku tuntunan ibadah merupakan buku yang
pada pasien diberikan saat pasien masuk atau mendaftar
untuk di rawat di ruang rawat inap

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa masih adanya fasilitas yang belum

tersedia dan lengkap. Salah satunya yaitu masalah audio speaker. Hal tersebut

dapat diketahui melalui hasil wawancara dan observasi. Berikut merupakan

pernyataan yang didapat dari hasil wawancara dengan informan:


57

IPM :

“Fasilitas belum memadai , salah satunya sound system misalnya lantunan


ayat suci setiap unit ranap masih trouble. Sebenarnya sudah berkoordinasi
oleh teknisi namun karena teknisi juga banyak pekerjaan jadi masih
bermasalah.”

Dari pernyataan IPM dan IP 2 dapat diketahui bahwa pihak rumah sakit

menyadari masih terdapat fasilitas yang belum memadai yaitu permasalahan

audio speaker yang hanya ada satu. Menurut IPM, sound system yang belum

memadai dikarenakan teknisi yang dapat membantu dalam masalah audio speaker

masih memilliki banyak pekerjaan lain.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan IP 1 dan IP 2 diketahui

bahwa fasilitas yang telah disediakan Rumah Sakit yaitu arah kiblat yang berada

di setiap ruang rawat inap RSMTP. Berikut merupakan kutipan wawancara terkait

dengan informasi tersebut :

IP 1 :

“Ada arah kiblat selain itu untuk keluarga yang tidak membawa mukena bisa

pinjam di kami”

IP 2 :

“Ada audio tapi ga disetiap ruangan , di setiap ruamg rawat inap ada arah
kiblat, untuk mukena biasanya keluarga membawa sendiri”

Namun berbeda dengan kenyataan dilapangan pada saat observasi dan

wawancara mendalam terkait persepsi pasien terhadap fasilitas pelayanan rohani

diketahui bahwa masih terdapat ruang rawat inap yang belum ada arah kiblat. Hal

tersebeut dapat dibuktikan berdasarkan wawancara dengan informan IKT 9

sebagai berikut :
58

IKT 9 :

“Arah kiblat tidak ada jadi, kami menghafal arah di musholla rumah sakit
kalo untuk mukena bawa sendiri dari rumah. Dan yang paling bagus ada
audio speaker kedengeran kalo pagi hari tapi, alangkah lebih baiknya kalo di
nyalakan pada malam hari biar tidurnya tenang.”

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan pasien stroke terkait persepsi

pasien terhadap fasilitas pelayanan rohani diketahui bahwa masih terdapat

kekurangan dalam segi fasilitas yaitu belum tersedianya siaran televisi Islami

mendukung pelaksanaan pelayanan rohani. Berikut merupakan kutipan

wawancara terkait infomarsi tersebut :

IKS 4 :

“Tapi disini kurang ada acara tv yang menyiarkan dakwah, ngaji, dan
sholawat.”

IPKS 8 :

“Kurang adanya tayangan televisi yang Islami padahal disini Rumah Sakit
Islam”
Dari pernyataan-pernyataan tersebut diketahui bahwa menurut IKS 4 dan

IPKS 8 fasilitas masih ada yang kurang yaitu terkait siaran televisi Islami seperti

dakwah, murotal karena menurut IPKS 8 RSMTP merupakan rumah sakit Islam.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa

fasilitas sudah tersedia namun belum memadai. Fasilitas yang belum memadai

seperti audio speaker yang hanya tersedia satu, arah kiblat yang belum ada di

setiap ruang rawat inap, serta saluran televisi yang menyiarkan acara Islami

karena berdasarrkan persepsi pasien, RSMTP merupakan Rumah Sakit Islam.


59

Pernyataan informan Ahli

Berdasarkan wawancara dengan IA diketahui bahwa fasilitas pelayanan

rohani belum memadai dalam menunjang pelaksanaan pelayanan rohani. Berikut

merupakan pernyataan yang disampaikan oleh informan IA :

“Belum memadai khususnya audio masih bergabung dengan unit lain


sehingga untuk pemutaran terkendala. Kalo bisa ada saluran khusus misal
tata cara berwudhu dalam bentuk visual karena sekarang setiap kamar
menggunakan tv.”

5.6. Pengaruh pelayanan rohani terhadap motivasi kesenmbuhan pasien


tuberkulosis dan stroke di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman
Puring

Motivasi kesembuhan pasien adalah dorongan atau kekuatan yang

tumbuh dari dalam diri seorang yang membuat seorang menjadi lebih

bersemangat dan mempunyai kekuatan untuk menghadapi masalah masalah

yang terdapat dalam lingkungan

Tabel 5.6 Pengaruh Pelayanan Rohani Terhadap Motivasi Kesembuhan Pasien


No. Motivasi Kesembuhan Pasien Tuberkulosis Paisen Stroke
Ada Tidak Ada Tidak
Ada Ada
1. Pasien memiliki sikap yang positif - -
2. Pasien memiliki orientasi tujuan yang - -
ingin dicapai yaitu sembuh dan dapat
beraktivitas seperti semula
3. Adanya kekuatan yang mendorong - -
individu memiliki keinginan sembuh.

Berdasarkan tabel 5.6 diatas diketahai bahwa terdapat satu aspek

pelayanan rohani yang tidak berpenngaruh terhadap motivasi kesembuhan

pasien stroke yaitu pada aspek pasien memiliki sikap postif. Dimana sikap

positif yang dimaksud adalah memiliki kepercayaan diri dan selalu optimis.
60

Hal ini diketahui berdasarkan hasil wawancara mendalam didapatkan

informasi bahwa 7 dari 10 informan menyatakan kurang percaya diri dan

pesimis untuk sembuh total dari penyakit yang diderita. Berikut merupakan

kutipan wawancara terkait informasi tersebut :

IKS3 :

“Bapak ragu dan kurang percaya diri apakah bisa kembali sembuh seperti
sebelumnya karena tangan kiri saya sama kaki udah gak bisa gerak kaya
dulu dan sakit ini udah lumayan lama neng”

IKS 6 :

“Sekarang jadi susah ngomong bibir jadi susah digerakainnya udah lama
sakitnya belum sembuh-sembuh juga. Kalau sekarang lagi ikut terapi”

Selain itu keluarga pasien yang menunggu juga memberikan pernyataan

terkait kurang percaya diri dan rasa pesisimis yang dialami pasien. Berikut

merupakan pernyataan dari IPKS3 :

”Iya, kadang suka kasihan lihatnya masih sulit gerak jadi suka mengeluh
kapan sembuh , tapi keluarga Cuma bisa kasih dukungan dan semnagat
serta berdoa”

Sedangkan untuk pasien tuberkulosis memiliki dorongan yang kuat untuk

sembuh setelah mendapat pelayanan rohani khususnya dalam mengonsumsi yang

rutin agar sembuh. Berikut merupakan kutipan terkait informasi tersebut :

IKT 3 :

“Alhamdulillah dengan adanya pelayanan ini didoakan saya merasa


bersemangat sekali dan yakin akan sembuh.“

IKT 5

“senang sekali dengan adanya doa dan tadi diberikan motivasi sehingga
saya menjadi percaya kalau minum obat rutin saya akan sembuh”

IKT 6
61

“ Awalnya saya merasa cemas akan penyakit yang saya derita karena ini
kan menular tapi setelah mendengarkan pelayanan tadi saya menjadikan
penyakit ini sebagai sebuah nikmat yan diberikan Allah”

IPKT 4 :

“Tadi dikasih penguatan juga untuk keluarga jadi kita akan lebih sering
mendakan dan memerhatikan agar pasien rajin minum obat”

IPKT 6

“ Terimakasih yaa sudah didoakan sekarang juga akan sering


mendoakan agar pasien segera sembuh dan mengingatkan pasien untuk
minum obat”

Pernyataan Informan Ahli


Berdasarkan wawancara dengan IA diketahui bahwa ada pengaruh

pelayanan rohani terhadap motivasi kesembuhan pasien. Berikut merupakan

pernyataan yang disampaikan oleh informan IA :

“Bukti fisiknya terlihat dari mukanya.saya pernah melakukan pelayanan


rohani kepada pasien kronis jadi ketika melakukan pelayanan bimbingan
doa mereka terlihat lebih tenang.dan menangis serta motivasi lebih
mengingat Allah Selain itu, ada perbedaan terlihat lebih bersemangat.”
62

BAB VI
PEMBAHASAN

6.1. Keterbatasan Penelitian

Berikut merupakan keterbatsan dalam penelitian yang dilakukan tentang

Pengaruh Kualitas Pelayanan Rohani Islam Terhadap Motivasi Kesembuhan

Pasien Diagnosa Penyakit Tuberkulosis Dan Stroke Unit Rawat Inap DI

RSMTP pada Tahun 2017 :

a) Wawancara dengan informan pendukung, yaitu Manajer Sumber Daya

Insani (SDI) tidak dapat terlaksana sehingga digantikan oleh

Koordinator pelayanan rohani periode sebelumnya, 2014-2015. Hal

tersebut terjadi dikarekanan Manajer SDI baru menjabat selama

kurang lebih 5 bulan.

b) Peneliti hanya melakukan penelitian pada pasien penyakit stroke

kategori ringan dan sedang. Hal tersebut dikarenakan pasien penderita

stroke berat mengalami kesulitan dalam berbicara dan berkomunikasi.

6.2. Persepsi pasien terhadap penampilan staff dalam pelaksanaan pelayanan

rohani di Rumah Sakit Taman Puring

Berdasarkan hasil yang telah didapatkan dalam penelitian, kualitas

penampilan staff sudah memenuhi kriteria penampilan staff pelayanan rohani

berdasarkan A concept and framework of Islamic Hospital oleh MUKISI.

Dimana petugas pelayanan rohani daalam memberikan kepada pasien

menggunakan pakaian yang menutup aurat, tidak transparan , dan tidak

sempit atau tidak memperlihatkan lekukan tubuhnya. Selain itu, penampilan


63

petugas pelayanan rohani dilengkapi dengan peci untuk petugas pria dan hijab

untuk petugas wanita.

Namun berdasarkan hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa

terjadi ketidaksesuain penampilan staff antara SOP pelayanan rohani RSMTP

dengan kenyataan saat kunjungan memberikan pelayanan kepada pasien. Hal

yang tidak sesuai yaitu petugas seharusnya mengenakan jas/ blazer yang telah

disediakan oleh Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring saat

memberikan pelayanan. Tetapi berdasarkan hasil bservasi, selama petugas

tidak menggunakan jas/ blazer tersebut ketika memberikan pelayanan rohani.

6.3. Persepsi pasien terhadap prosedur pelaksanaan pelayanan rohani di

Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring

Bagan 6.1 Alur Pelayanan Kerohanian RS Muhammadiyah Taman Puring

2
PERMINTAAN OLEH
PERMINTAAN PERAWAT
PELAYANAN BIMBINGAN PASIEN ATAU KELUARGA MENGHUBUNGI
ROHANI PASIEN DENGAN PETUGAS BIMROH
MENGISI INFORMED
CONSENT

PENCATATAN
PELAKSANAAN PETUGAS BIMROH
PELAKSANAAN
BIMBINGAN ROHANI MENGUNJUNGI PASIEN
BIMBINGAN ROHANI

(Sumber : Panduan Pelayanan Rohani RSMTP, 2016)


64

Alur pelaksanaan pelayanan rohani di RS Muhammadiyah Taman Puring yaitu

sebagai berikut :

1. Pelayanan kerohanian pasien diakomodasi oleh Rumah Sakit, dalam

memberikan pelayanan paripurna untuk ketenangan dan kenyamanan

pasien.

2. Pasien/ keluarga pasien/ Penanggung Jawab pasien mengisi Formulir

Permintaan Pelayanan Kerohanian setelah diberikan penjelasan oleh

petugas admisi tentang adanya pelayanan kerohanian bagi pasien.

3. Asesmen kebutuhan pasien akan pelayanan kerohanian harus dilakukan

dan diketahui oleh Bagian Admission, Instalasi rekam medik, perawat,

Petugas Bimbingan Rohani dan tercatat pada formulir asesmen pasien ke

dalam berkas rekam medis pasien.

4. Ruang lingkup pelayanan kerohanian yang disediakan oleh Rumah Sakit

adalah bimbingan do‟a, bimbingan ibadah, bimbingan pra dan post

operasi, dan bimbingan sakaratul maut. Selain itu Rumah Sakit belum

dapat mengakomodir kebutuhan terkait pelayanan kerohaniannya.

5. Pelayanan Kerohanian dilakukan kepada setiap pasien rawat inap yang

mengisi formulir pelayanan rohani dan mendapatkan layanan bimbingan

rohani minimal satu kali selama pasien di rawat.

6. Untuk pelayanan rohani lebih lanjut pasien harus menghubungi unit

perawatan terkait dan mengisi informed consent pelayanan rohani

lanjutan.

7. Pelayanan kerohanian yang belum dapat diakomodir sesuai dengan agama

dan kepercayaan pasien, dapat dilakukan sendiri oleh pasien dan keluarga
65

dengan cara mendatangkan sendiri pemuka agama yang dianutnya ke

Rumah Sakit.

8. Rumah Sakit siap untuk membantu proses pelaksanaan kerohanian yang

dilakukan, dengan kelengkapan sarana dan prasarana yang ada.

9. Pelaksanaan pelayanan kerohanian yang dilakukan diharapkan tidak

mengganggu kenyamanan pasien lainnya atau yang berdampingan.

10. Apabila diperlukan untuk kenyamanan dilakukannya proses pelayanan

kerohanian, dapat dipertimbangkan dan diupayakan ruangan atau tempat

tertentu yang khusus sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.

Selain terdapat alur pelaksaan juga terdapat SOP pelayanan rohani.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dapat diketahui bahwa hanya satu

poin pelaksanaan pelayanan rohani yaitu poin memberikan informasi atau

memberikan tuntunan ibadah wudhu dan sholat. Hal ini tidak terlaksana

dikarenakan pemberian tuntunan ibadah wudhu dan sholat hanya dilakukan

apabila pasien meminta diajarkan.

6.4. Persepsi pasien terhadap fasilitas pelaksanaan pelayanan rohani di

Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring

Fasilitas pelaksanaan pelayanan rohani sudah tersedia sesuai dengan A

concept and framework of Islamic Hospital oleh MUKISI. Namun belum

sepenuhnya lengkap. Salah satu fasilitas yang belum lengkap yaitu arah qiblat

yang belum tersedia di seluruh ruang rawat inap. Mukena juga tidak

disediakan disetiap ruang rawat inap. Namun, berdasarkan hasil wawancara

dan observasi diketahui bahwa mukena dapat di pinjam kepada perawat atau

dapat menjalankan ibadah di musholla.


66

Selain itu, yang masih belum memadai adalah audio speaker dan

saluran telivisi keIslaman. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi

diketahui bahwa hal tersebut disebabkan audio yang hanya ada di luar ruang

rawat inap merupakan audio bersama dengan unit lain yang ada di Rumah

Sakit Muhammadiyah Taman Puring. Sehingga tidak dapat secara optimal

membantu pelayanan rohani yang menyiarkan saluran keIslaman.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketaui bahwa terdapat empat poin

fasilitas yang sesuai dengan A concept and framework of Islamic Hospital

oleh MUKISI. Hanya ada satu poin yang belum sesuai yaitu saluran televisi

keIslaman sebagai ciri dari Rumah Sakit Islam.

6.5. Pengaruh pelayanan rohani terhadap motivasi kesenmbuhan pasien

tuberkulosis dan stroke di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman

Puring

Menurut Conger (dalam Ardhani, 2009) aspek-aspek motivasi adalah

sebagai berikut:

a. Memiliki sikap yang positif, yaitu memiliki kepercayaan diri dan

perencanaan yang tinggi serta selalu optimis. Bersikap positif maksudnya

itu melakukan sikap yang sifatnya positif. Sikap positif tidak hanya kepada

pelayanan pelayanan rohani Islam, akan tetapi bersikap positif kepada

Allah itu sangat penting, karena Allah yang memberikan kesembuhan

kepada individu sedang diberi cobaan sakit (pasien).

b. Berorientasi pada suatu tujuan, yaitu orientasi tingkah laku diarahkan pada

tujuan yang hendak dicapai. Pasien mengarahkan tujuan tertentu yaitu

tujuan untuk sembuh dan bisa beraktivitas kembali seperti semula.


67

c. Kekuatan yang mendorong individu, yaitu timbulnya kekuatan dalam diri

individu, dari lingkungan dan keyakinan adanya kekuatan yang akan

mendorong tingkah laku seseorang untuk mencapai suatu tujuan. Pasien

mendapat dorongan dari luar kemudian dari dorongan dalam individu

dapat mendorong individu mengubah tingkah lakunya. Seperti pasien awal

mulanya acuh tak acuh kepada pelaksanaan pelayanan pelayanan rohani

Islam, kemudian dengan adanya kekuatan yang mendorong individu untuk

keinginan ingin sembuh maka pasien akan mengikuti pelaksanan

pelayanan dengan baik.

Berdasarkan teori tersebut apabila dibandingkan dengan hasil penilitian

yang didapat diketahui bahwa ada pengaruh pelayanan rohani dengan

motivasi kesembuhan pasien penyakit tuberkulosis dan stroke di Rumah Sakit

Muhammadiyah Taman Puring. Hal tersebut dapat dilihat dari kesesuaian ada

atau tidaknya pengaruh dalam tiga aspek yaitu adanya sikap positif, adanya

orientasi pada tujuan dan kekuatan yang mendorong individu.

Namun apabila dibandingkan, didapatkan hasil bahwa pengaruh

peelayanan rohani lebih besar terhadap motivasi kesembuhan pasien penyakit

tuberkuloosis dibandingkan pasien penyakit stroke. Hal tersebut dapat dilihat

pada pasien penyakit tuberkulosis terdapat pengaruh dalam tiga aspek yaitu

adanya sikap positif, adanya orientasi pada tujuan dan kekuatan yang

mendorong individu. Sedangkan pada pasien stroke hanya terdapat dua aspek

yang berpengaruh yaitu adanya orientasi pada tujuan dan kekuatan yang

mendorong individu.
68

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan

a. Persepsi Pasien terhadap Penampilan Staff Pelayanan Rohani

Diketahui bahwa antara pasien penyakit tuberkulosis dan pasien

penyakit stroke memiliki tanggapan atau persepsi yang sama terhadap

penampilan petugas pelayanan rohani yaitu menurut pasien petugas

pelayanan rohani memiliki penampilan yang sopan dan rapi serta sesuai

dengan syariat Islam. Namun berdasarkan hasil observasi dan wawancara

mendalam terdapat ketidakpatuhan petugas yaitu petugas pelayanan

rohani tidak mengenakan seragam (jas/blazer) yang telah disediakan saat

melakukan kunjungan untuk memberikan pelayanan rohani pada pasien

penyakit tuberkulosis dan pasien penyakit stroke.

b. Persepsi Pasien terhadap Prosedur Pelaksanaan Pelayanan Rohani

Kegiatan pelayanan rohani yang dilakukan meliputi: mendoakan

pasien agar diberi kesembuhan, memberikan motivasi dan penguatan

kepada keluarga pasien. Dalam proses pelaksanaan pelayanan rohani,

pasien merasa kurang cukup atas durasi pelayanan rohani yang diberikan.

Ada perbedaan pendapat antara pasien penyakit tuberkulosis dan stroke

terkait durasi pelayanan yaitu bagi pasien tuberkulosis, durasi pelayanan

dirasa kurang pada saat pembacaan do‟a sedangkan bagi pasien penyakit

stroke, durasi pelayanan rohani dirasa kurang pada saat pemberian

motivasi pada pasien. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi ada

satu aspek pelayanan yang tidak terpenehui yaitu tuntunan ibadah. Hal
69

tersebut dikarenakan teralihkan dengan kebutuhan pelayanan medis

untuk pasien.

c. Persepsi Pasien terhadap Fasilitas Pelayanan Rohani

Fasilitas pendukung pelayanan rohani belum memadai. Fasilitas

yang belum memadai seperti audio speaker yang hanya tersedia satu,

arah kiblat yang belum ada di setiap ruang rawat inap, serta saluran

televisi yang menyiarkan acara Islami karena berdasarkan persepsi

pasien, RSMTP merupakan Rumah Sakit Islam.

d. Pengaruh pelayanan rohani terhadap motivasi kesembuhan pasien

penyakit tuberkulosis dan stroke.

Didapatkan hasil bahwa pengaruh peelayanan rohani lebih besar

terhadap motivasi kesembuhan pasien penyakit tuberkulosis

dibandingkan pasien penyakit stroke. Hal tersebut dapat dilihat pada

pasien penyakit tuberkulosis terdapat pengaruh dalam tiga aspek yaitu

adanya sikap positif, adanya orientasi pada tujuan dan kekuatan yang

mendorong individu. Sedangkan pada pasien stroke hanya terdapat dua

aspek yang berpengaruh yaitu adanya orientasi pada tujuan dan kekuatan

yang mendorong individu. Pasien penyakit stroke kurang adanya

pengaruh dalam aspek bersikap positif. Dimana sikap positif yang

dimaksud adalah memiliki kepercayaan diri dan selalu optimis.

Sedangkan pasien penyakit stroke pesimis dan tidak percaya diri bahwa

dapat sembuh kembali seperti semula.


70

7.2. Saran

a. Penampilan staff dalam memberikan pelayanan sudah rapi dan sopan

sesuai dengan syariat. Namun dalam upaya meningkatkan kualitas

penampilan sebaiknya saat kunjungan untuk memberikan pelayanan

rohani petugas menggunakan jas atau blazer yang telah disediakan

sebagai ciri khas atau pembeda dari petugas pelayanan rohani.

b. Dalam memberikan pelayanan komperhensif sebaiknya petugas

menanyakan apakah pasien membtuhkan pentujuk beribadah seperti

wudhu, tayamum, dan sholat dalam kondisi sakit.

c. Pihak rumah sakit dapat memaksimalkan fasilitas yang ada seperti saat

audio speaker hanya ada di luar ruang rawat inap maka sebaiknya

RSMTP memaksimalkan telivisi yang telah sedia disetiap ruang rawat

inap menjadi media yang terintegrasi untuk menyiarkan saluran Islami

seperti tata cara berwudhu, tata cara sholat, dan menyiarkan lantunan ayat

suci Al-Qur‟an dalam satu control.

d. Petugas pelayanan rohani lebih memberikan pendekatan secara personal

khusunya pada pasien penyakit stroke dan memberikan mater-materi

tentang kepercayaan diri dan penanaman rasa optimis bahwa pasien dapat

sembuh seperti semula.


71

DAFTAR PUSTAKA

Adz-Dzaky, Hamdani B,. 2001. Konseling dan Psikoterapi Islam. Yogyakarta:

Pustaka Baru.

Al- Qur‟an dan Terjemahannya. Departemen Agama RI. 2014. Jakarta : Bumi

Restu.

Ardhani. 2009. Motivasi Kesembuhan Pada Pasien Sakit Kronis Penyandang

Depresi Mayor Ditinjau Dari Dukungan Sosial Keluarga. Skripsi.

Semarang : Perpustakaan Unika

Ardianto, Elvinar dan Lukiati Komala Erdiyana. 2004. Komunikasi Massa.

Bandung: Simbiosa Rekatama.

Arifatun, Siska. 2015. Profesionalisasi Pebimbing Rohani Islam Di Rumah Sakit

Islam Sultan Agung Semarang (Analisis Manajemen Bimbingan dan

Konseling). Fakultas Dakwah Dan Komunkasi, Universitas Islam Negeri

Walisongo Semarang.

Arifin, H.M. 1982. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama.

Jakarta: Golden Tayaran Perss

Atkinson, R.C., dan E.R. Hilgar. 1991. Pengatar Psikologi, diterjemahkan oleh

Nurjanah Taufik dan Rukmini. Berhana. Jakarta : Erlangga

Azhari, Akyas. 2004. Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta : \Penerbit

Teraju.
72

Badriah, Fase dan Raihana Alkaff.2013.Metodologi Peneitian Kualitatif. Jakarta:

FKIK UIN JAKARTA

Bastable, B. Susan. Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip-prinsip Pengajaran dan

Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Chaplin, C.P. 2002. Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah Kartini Kartono,

Rajawali Press. Jakarta.

Darajat, Zakiyah. 2005. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

Effendi, Unong Uchjana. 1992. Ilmu Komuninakasi, Teori,dan Praktek. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya..

El-Quusi, Abdul Aziz. 1982. Pokok-pokok Kesehatan Jiwa. Jakarta : Bulan


Bintang.

Fandy, Tjiptono.2000. Manajemen Jasa. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Faqih, Ainur Rochim, 2001. Bimbingan dan Konseling Islam. Yogyakarta: UII

Press.

Feist, J & Feist, G.J. 1998. Theories of Personality, Fourth Edition. New York :

McGraw Hill Company.

Hawari, Dadang,. 1999. Al-Qur‟an: Ilmu Kedoteran Jiwa dan Kesehatan

Jiwa.Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prim

Jaya, Yahya. 1994. Spiritualisaai Islam. Jakarta: Ruhama

KARS. 2012. Instrumen Akreditasi Rumah Sakit Tahun 2012. Jakarta : Komisi

Akreditasi Rumah Sakit.


73

KMK No. 812 Tahun 2007 Tentang Kegiatan Perawatan Paliatif

Kotler, Philip dan Gary Armstrong.2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta :

Erlangga

Maghfiroh, Riza Azizatul. 2014. Pengaruh kualitas pelayanan bimbingan rohani


terhadap motivasi kesembuhan (studi kasus, pasien diabetes mellitus Rumah
Sakit Islam Sultan Agung Semarang) Skripsi. IAIN Walisongo.

Mujizati, Ati. 2008. Peran Bimbingan Rohani Islam Dalam Memelihara

Kesabaran Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Islam ( Rsui )

Harapan Anda Tegal Tahun 2008. Fakultas Dakwah, Istitut Agama Islam

Negeri Walisongo Semarang.

Musnamar, Tohari,. 1992. Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan

KonselingIslam. Yogyakarta: UII Press.

Purwanto, Ngalim.1990. Psiklogi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

RSMTP. 2016. Panduan Pelayanan Rohani Rumah Sakit Muhammadiyah Taman


Puring.

RSMTP. 2017. Program Kerja Pelayanan Rohani Sakit Muhammadiyah Taman


Puring.

Salim. Samsudin. 2005. Bimbingan Rohani Pasien Upaya Mensinergisitaskan

Layanan Medis dan Spiritual di Rumah Sakit. Kumpulan makalah seminar

nasional. RSI sultan agung dan Fakultas Kedokteran UNISULA. Semarang.

Semium Yustinus. 2006. Kesehatan Mental : Jilid 2. Yogyakarta: Kanisius.

Sholeh, Abdurrahman & Muhib Abdul Wahab. 2004. Psikologi : Suatu Pengantar

dalam Perspektif Islam. Jakarta : Prenada Media.


74

Subandi, Ahmad, Syukriadi Sambas,. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan (Al-

Irsyad)dalam Dakwah Islam. Bandung: KP-HADID Fakultas Dakwah.

Sugiarto.2002. Psikologi Pelayanan Dalam Industri Jasa. Jakarta : PT Gramedia

Pustaka Utama.

Sunaryo. 2002. Psikologi Untuk Keperawatan.Jakarta : EGC.

Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

W.J.S. Purwo Darminto. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai

Pustaka.

Widyatun, T.R. 1999. Ilmu Perilaku. Jakarta : CV. Sagung Seto.

Winkel, W. S,. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan. Jakarta:

Gramedia Indonesia.

Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo.


75

LAMPIRAN
76

INFORMED CONSENT

Kepada Responden terhormat

Bapak/Ibu

Di -

Tempat

Saya adalah Mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah


Jakarta yang sedang melakukan penelitian mengenai Persepsi Pasien Unit Rawat
Inap Terhadap Kualitas Pelayanan Rohani dan Motivasi Kesembuhan di
Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring Tahun 2017.

Sehubungan dengan hal tersebut saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu


dapat membantu saya untuk menjawab pertanyaan penelitian akan saya ajukan.
Semua pernyataan atau pernyataan dan awaban yang diberikan hanya digunakan
untuk kepentingan penelitian semata.

Atas partisipasi Bapak/Ibu dalam mengisi kuesioner ini saya ucapkan


terima kasih.

Jakarta,
Oktober 2017

Peneliti,

DINDA APRILIANI
77

FORM IDENTITAS INFORMAN

PERSEPSI PASIEN UNIT RAWAT INAP TERHADAP


KUALITAS PELAYANAN ROHANI DAN MOTIVASI KESEMBUHAN
DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH TAMAN PURING TAHUN 2017

Kode Informan* :
Nama Informan :
Jenis Kelamin :
Umur :
Diagnosa :
Nomor Telepon :
Hari/Tanggal Wawancara :

Saya yang bertanda tangan dibawah ini bersedia menjadi respnden penelitian
yang dilakukan oleh saudara peneliti yaitu penelitian tentang “PERSEPSI PASIEN
UNIT RAWAT INAP TERHADAP KUALITAS PELAYANAN ROHANI DAN
MOTIVASI KESEMBUHAN DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH TAMAN
PURING TAHUN 2017”. Kerahasiaan jawaban hasil wawancara yang diisi akan
dijaga sebaik mungkin dan hanya diketahui oleh peneliti.

Responden,
78
79

KARAKTERISTIK INFORMAN PENELITIAN

a. Kriteria Informan Petugas Pelaksanaan Rohani


1. Koordinator Pelayanan Rohani
2. Perawat dalam tim kerja pelayanan rohani

b. Kriteria Pasien
1. Pasien unit rawat inap diagnosa penyakit tuberkulosis
2. Pasien unit rawat inap diagnosa penyakit stroke ringan dan sedang

c. Kriteria Keluarga Pasien


Keluarga pasien yang sedang menemani pasien tuberkulosis dan stroke
yang sedang menjalani perawatan

d. Kriteria Pimpinan Pelayanan Rohani


Manager Sumber Daya Insani selaku pimpinan program pelayanan rohani
Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring.
80

PEDOMAN WAWANCARA

Tata Cara Wawancara :

1. Mengucapkan salam

2. Memperkenalkan diri

3. Menanyakan kesediaan menjadi informan

4. Menanyakan nama dan jabatan informan (untuk petugas), sedangkan

menanyakan nama dan diagnosa penyakit (untuk pasien)

5. Meminta izin untuk merekam pembicaraan selama wawancara berlangsung

6. Memberikan pertanyaan pembuka (seperti : Bagaimana kabar hari ini?)

7. Memberikan pertanyaan inti

8. Menutup sesi wawancara

9. Mengucapkan terimakasih

10. Selesai
81

Daftar Pertanyaan Untuk Diajukan Kepada Petugas Pelayanan Rohani

di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring Jakarta

A. Kualitas Pelayanan Rohani


a. Penampilan Staff
 Apa ada seragam khusus untuk petugas pelayanan rohani?
(Probing: bagaimana seharusnya petugas berpenampilan?
 Apakah ada syarat khusus dalam berpakaian ? ( Probing : Jika ada
apa saja syarat baju yang dikenakan oleh petugas)
b. Prosedur pelaksanaan pelayanan rohani
 Menurut bapak/ibu, Apa yang dimaksud dengan pelayanan rohani
? (Probing: apa yang menjadi dasar dan tujuan pelaksanaan
pelayanan rohani, mengapa perlu diadakan pelayanan rohani)
 Apa saja materi/doa yang disampaikan atau diberikan kepada
pasien untuk memotivasi kesembuhan pasien dalam pelaksanaan
pelayanan rohani ? (Probing: apa ada buku pedoman panduan doa
khusus, apakah ada materi khusus untuk memotivasi kesembuhan
pasien)
 Metode apa saja yang digunakan dalam pelaksanaan pelayanan
rohani di RSMTP? (Probing: ada berapa metode dan bagaimana
penerapan metode tersebut ?)
 Kapan waktu pelaksanaan pelayanan rohani islam kepada pasien
rawat inap ? (Probing : Apakah ada jadwal khusus pelaksanaan
pelayanan rohani? Jika tidak bagaimana menentukan pelaksanaan
pelayanan rohani)
 Bagaimana alur kerja bagian pelayanan rohani di Rumah Sakit
Muhammadiyah Taman Puring? (Probing : siapa saja yang terlibat
dalam pelaksanaan pelayanan rohani dan jelaskan SOP pelayanan
rohani)
82

c. Fasilitas pelayanan rohani


 Apa saja alat bantu yang digunakan dalam pelaksanaan rohani ?
(Probing: apakah ada buku pedoman khusus dan apakah fasilitas
memadai )
 Apa sarana pendukung kegiatan pelayanan rohani ? (Probing:
apakah ada tanda arah qiblat untuk pasien dan keluarga, kitab suci
dan audio speaker pendukung)
 Siapa yang bertanggungjawab merawat fasilitas pelayanan rohani
di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring ? (Probing: apa
saja yang dirawat dan bagaimana cara merawat fasilitas tersebut ?)

B. Motivasi Kesembuhan Pasien


1. Apa saja yang diberikan petugas dalam pelaksanaan pelayanan
rohani ? (Probing: dengan model apa pelaksanaan pelayanan rohani
dilaksanakan)
2. Apa pasien merasa lebih tenang setelah mendapat pelayanan rohani ?
(Probing: bagaimana cara petugas membuat pasien lebih tenang dan
aman terhadap penyakit yang diderita)
3. Apakah petugas pelayanan rohani memberikan penguatan kepada
keluarga pasien ? (Probing: bagaimana cara petugas memberikan
penguatan kepada keluarga pasien)
4. Apa saja keluhan pasien seputar penyakit yang diderita? (Probing:
bagaimana cara petugas mengatasi keluhan tersebut?)
5. Bagaimana keadaan pasien sebelum dan sesudah mendapat
pelayanan rohani? (Probing: Apakah bisa disebutkan perubahan
signifikan yang dapat terlihat secara kasat mata )
6. Apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan
pelayanan rohani? (Probing: bagaimana petugas rohani menghadapi
faktor penghambat?)
83

Daftar pertanyaan untuk pasien penyakit kronis (tuberkulosis dan


stroke)

1. Apakah bapak/ibu sudah pernah menerima pelayanan rohani?


(Probing: Berapa kali bapak/ibu mendapatkan pelayanan rohani dan
berapa lama waktu pelayanan yang diterima)
2. Menurut bapak/ibu, bagaimana penampilan petugas menurut
bapak/ibu? (Probing: apakah sudah berpakaian dengan rapi sopan dan
satun? Jika sudah bisa dijelaskan penampilannya dan apabila belum
bagaimana sebaiknya petugas pelayanan rohani berpenampilan?)
3. Apa saja yang dilakukan petugas pelayanan rohani saat memberikan
pelayanan rohani? (Probing: apa saja yang disampaikan oleh petugas
pelayanan rohani dalam memotivasi kesembuhan pasien?)
4. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu sebelum mendapatkan pelayanan
rohani? (Probing: apakah ada perasaan cemas/khawatir/gelisah
terhadap penyakit yang diderita sebelum mendapatkan pelayanan
rohani dan bagaimana bapak/ibu dalam menyikapi sakit yang
diderita?)
5. Apakah perasaan Bapak/Ibu menjadi tenang setelah mendapatkan
pelayanan rohani? (Probing: Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah
mendapat pelayanan rohani ? apakah merasa lebih aman dan tenang
terhadap penyakit yang diderita?)
84

6. Apakah bapak/ibu merasa lebih baik atau sehat/ringan sakitnya setelah


mendapatkan pelayanan rohani? (Probing: dapat dijelaskan perubahan
secara fisik apa yang dirasakan)
7. Adakah perbedaan setelah bapak/ibu mendapatkan pelayanan rohani?
(Probing: Apakah dapat disebutkan dan jelaskan perbedaan apa saja
yang dirasakan?)
8. Apakah bapak/ibu termotivasi untuk sembuh setelah mendapatkan
pelayanan rohani? (Probing: Apakah anda optimis dan berpikir positif
akan sembuh dari penyakit yang anda derita? Jika iya, Bagaimana
sikap bapak/ibu dalam menyikapi sakit setelah mendapat pelayanan
rohani )
9. Menurut bapak/ibu apakah ada harapan bapak/ibu dalam proses
pelaksanaan pelayanan rohani ? (Probing: apakah ada kekurangan
pada proses pelaksanaan pelayanan rohani? Jika ada, sebutkan dan
jelaskan kekurangan seperti apa? )

Daftar pertanyaan untuk keluarga pasien

1. Apakah keluarga mengetahui tentang adanya pelayanan rohani?


(Probing: Bagaimana tanggapan keluarga terhadap pelayanan rohani?)
2. Berapa lama waktu pelayanan rohani? (Probing: bagaimana dengan
waktu pelaksanaan pelayanan rohani? Apakah durasi pelayanan rohani
terlalu cepat atau terlalu lama?)
3. Menurut bapak/ibu, bagaimana penampilan petugas menurut
bapak/ibu? (Probing: apakah sudah berpakaian dengan rapi, sopan dan
santun? Jika sudah, bisa dijelaskan penampilannya dan apabila belum,
bagaimana sebaiknya petugas pelayanan rohani berpenampilan?)
4. Apa saja yang dilakukan petugas pelayanan rohani saat memberikan
pelayanan rohani ? (Probing: apakah keluarga merasa terbantu dengan
adanya pelayanan rohani ?)
85

5. Apakah ada perbedaan pada pasien antara sebelum dan sesudah


menerima pelayanan rohani? (Probing: Apakah pelayanan rohani
membantu dalam memotivasi kesembuhan pasien? Bagaimana keadaan
pasien setelah mendapat pelayanan rohani?)
6. Apakah yang diberikan keluarga dalam menyikapi penyakit yang
sedang diderita pasien? (Probing: Bagaimana bentuk dukungan
bapak/ibu dalam memotivasi pasien untuk sembuh dari penyakitnya?
7. Apakah ada fasilitas yang mendukung terlaksananya pelayanan rohani?
(Probing: apa fasilitas sudah memadai? Jika belum, fasilitas apa saja
yang diharapkan ada untuk mendukung pelaksanaan pelayanan rohani
?)

Daftar pertanyaan untuk perawat

1. Bagaimana layanan medis terhadap pasien rawat inap di RSMTP?


(Probing: Dapatkah dijelaskan bagaimana SOP pelayanan medis
terhadap pasien rawat inap?)
2. Apakah ada kerjasama atau koordinasi pihak medis dengan petugas
pelayanan rohani dalam menangani pasien? (Probing: Apakah
pelayanan rohani menganggu proses layanan medis? Apakah dalam
SOP pelayanan medis terdapat nilai-nilai pelayanan rohani)
86

3. Apakah ada perbedaan pada pasien antara sebelum dan sesudah


menerima pelayanan rohani? (Probing: Adakah perbedaan secara
medis tentang pasien yang mendapatkan pelayanan rohani?)

Daftar pertanyaan untuk Pimpinan Pelayanan Rohani

1. Menurut bapak/ibu, bagaimana pelaksanaan pelayanan rohani di


Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring? (Probing: apakah ada
acuan, indikator dan pedoman pelaksanaan pelayanan rohani?)
2. Apakah ada tim khusus dalam pelaksanaan pelayanan rohani?
(Probing: Siapa saja yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan
pelayanan rohani? )
3. Unit apa saja yang terlibat dalam pelaksanaan pelayanan rohani?
(Probing: bagaimana alur koordinasi antar unit dalam pelaksanaan
pelayanan rohani?)
4. Bagaimana SOP dalam pelaksanaan pelayanan rohani di Rumah Sakit
Muhammadiyah? (Probing: Apakah dapat dijelaskan SOP yang sudah
ada?)
5. Apa sajakah fasilitas yang diberikan dalam pelaksanaan pelayanan
rohani? (Probing: Apakah fasilitas yang ada sudah memadai? Jika
belum, langkah apa yang akan dilakukan untuk menangani masalah
tersebut?)
6. Apa saja kendala atau faktor penghambat pelaksanaan pelayanan
rohani ? (Probing: Sebutkan dan jelaskan faktor penghambat dan
bagaimana menangani masalah tersebut serta harapan dalam
pelaksanaan pelayanan rohani?)
87

LEMBAR OBSERVASI

A. Penampilan Staff Pelayanan Rohani

No. Kriteria Penampilan Staff Ya Tidak


1. Petugas pria menggunakan peci, sedangkan petugas wanita
menggunakan hijab
2. Petugas menggunakan pakaian yang menutupi aurat
3. Petugas menggunakan pakaian berbahan tebal
4. Petugas menggunakan pakaian yang tidak tembus pandang
5. Petugas menggunakan pakaian yang tidak sempit atau longgar
Sumber: A Concept and Framework in Islamic Hospital (Mukisi,2015)

B. Pelaksanaan Pelayanan Rohani


No Prosedur Pelayanan Rohani Ya Tidak
1 Petugas pelayanan rohani mengunjungi pasien rawat inap
secara teratur dengan membuat laporan (durasi pelayanan
rohani 5 - 15 menit)
2 Petugas pelayanan rohani mengucapkan salam
3 Petugas rohani memberikan do‟a kepada pasien
4 Petugas pelayanan rohani memberikan arahan atau panduan
sholat
5 Petugas rohani memberikan motivasi baik kepada pasien

6 Petugas rohani memberikan penguatan kepada keluarga


pasien
7 Petugas pelayanan rohani mengucapkan terimakasih dan
salam ketika pelayanan rohani usai dilakukan
Sumber: A Concept and Framework in Islamic Hospital (Mukisi,2015)
88

C. Fasilitas Pelayanan Rohani


No. Nama Ketersediaan Keterangan
1. Arah penunjuk qiblat
2. Mukena dan Kitab Suci
3. Audio Speaker
4. Saluran televisi keislaman
6. Buku tuntunan ibadah pada pasien
Sumber: A Concept and Framework in Islamic Hospital (Mukisi,2015)
89

LEMBAR OBSERVASI

D. Penampilan Staff Pelayanan Rohani

No. Kriteria Penampilan Staff Ya Tidak


1. Petugas pria menggunakan peci, sedangkan petugas wanita -
menggunakan hijab.
2. Petugas menggunakan pakaian yang menutupi aurat. -
3. Petugas menggunakan pakaian berbahan tebal. -
4. Petugas menggunakan pakaian yang tidak tembus pandang. -
5. Petugas menggunakan pakaian yang tidak sempit atau longgar. -
Sumber: A Concept and Framework in Islamic Hospital (Mukisi,2015)

E. Pelaksanaan Pelayanan Rohani

No Prosedur Pelayanan Rohani Ya Tidak


1 Petugas pelayanan rohani mengunjungi pasien rawat inap -
secara teratur dengan membuat laporan (durasi pelayanan
rohani 5-15 menit).
2 Petugas pelayanan rohani mengucapkan salam. -
3 Petugas rohani memberikan do‟a kepada pasien. -
4 Petugas pelayanan rohani memberikan arahan atau panduan -
sholat
5 Petugas rohani memberikan motivasi baik kepada pasien. -

6 Petugas rohani memberikan penguatan kepada keluarga -


pasien.
7 Petugas pelayanan rohani mengucapkan terimakasih dan -
salam ketika pelayanan rohani usai dilakukan.
Sumber: A Concept and Framework in Islamic Hospital (Mukisi,2015)
90

F. Fasilitas Pelayanan Rohani

No. Nama Ketersediaan Keterangan


1. Arah penunjuk qiblat Tersedianya arah qiblat
namun tidak di seluruh ruang
rawat inap yang ada di
RSMTP.
2. Mukena dan Kitab Suci Terdapat kitab suci di setiap
runit rawat inap namun untuk
mukena sendiri hanya
terdapat di musholla.
3. Audio Speaker Audio speaker hanya tersedia
di luar ruangan.
4. Saluran televisi keislaman Setiap ruangan sudah
terdapat televisi namun
belum terdapat saluran
khusus keislaman.
6. Buku tuntunan ibadah pada pasien Buku tuntunan ibadah
merupakan buku yang
diberikan saat pasien masuk
atau mendaftar untuk di rawat
di ruang rawat inap.
Sumber: A Concept and Framework in Islamic Hospital (Mukisi,2015)
31

MATRIKS WAWANCARA PIMPINAN PELAYANAN ROHANI, PETUGAS PELAYANAN ROHANI DAN PERAWAT

No. Variabel Sub Variabel Kode Hasil Temuan/Kutipan Simpulan


Informan
1. Penampilan  Seragam khusus IA “Kalau seragam khusus untuk baju tidak ada, tapi Petugas pelayanan rohani saat
staff setiap petugas pelayanan rohani disediakan jas atau
petugas melaksanakan tugasnya telah
pelayanan blazer khusus untuk pelayanan rohani”
rohani pelayanan rohani disediakan jas/blazer, Penampilan
“Untuk petugas pelayanan rohani laki-laki
 Syarat khusus petugas pelayanan rohani sesuai
menggunakan peci dan jas, kalau untuk petugas
dalam berpakaian pelayanan rohani perempuan menggunakan blazer dengan syariat dimana menggunakan
dan baju yang longgar dan berhijab.
pakaian yang sopan dan menutup
aurat apabila lelaki menggunakan
IPM “Ada seragam khusus yaitu jas untuk pelayanan”
peci sedangkan perempuan berhijab,
”Syaratnya harus menggunakan pakaian yang tidak memakai pakaian yang ketat
sopan”
IP IP1
“Hmm ga ada ya paling perawat pakai seragam jaga
aja. Sebenarnya disediain blazer tapi gak dipakai”

“Syaratnya yang cewek harus pake hijab sama ga


pakai baju yang ketat”
IP2
“Ada waktu awal dikasih semacam jas gitu tapi
32

sekarang udah ga dipakai ya paling pakai baju dinas


aja”
“Ya yang sesuai syariat karena disini Rumah Sakit
Islam petugas disini wajib pakai hijab dan pakai
pakaian yang sopan”
2. Prosedur  Dasar pelayanan IA “Untuk memberikan pelayanan secara komperhensif Dasar pelaksanaan pelayanan rohani
Pelayanan dan untuk memenuhi hak pasien dan keluarga dalam
rohani yaitu untuk memenuhi hak pasien
Rohani memenuhi kebutuhan spiritualnya”
 Materi pelayanan dan keluarga dalam memenuhi
“Doa umumnya yaitu doa meminta kesembuhan dan
rohani kebutuhan spiritualnya. Kegiatan
meminta keselamatan seperti yang ada dibuku. Jadi
 Metode Pelayanan kita memotivasi pasien bahwa sakit bukan hal yang pelayanan rohani yang dilakukan
harus kita jadikan sebuah masalah namun menjadi
rohani meliputi: mendoakan pasien agar
nikmat dan membuat kita bersyukur.”
 Waktu pelaksanaan diberi kesembuhan, memberikan
“Ada dua metode yaitu langsung dan tidak
pelayanan rohani motivasi dan penguatana kepada
langsung.”
 Alur kerja keluarga pasien serta mengingatkan
“Jadwalnya yaitu setiap hari dari pukul 8 sampai 10
pelayanan rohani pasien untuk selalu bersabar dalam
pagi”
menghadapi sakitnya. Metode yang
“Alur kerjanya sesuai SOP yaitu pendaftaran
digunakan metode langsung dan
diberikan informed consent kemudian seharusnya
bimroh mendapatkan data. Namun alurnya langsung tidak langsung. Pelaksanaan
mengunjungi pasien tanpa melihat data terlebih
pelayanan rohani dilakukan pada
dahulu”
IPM “Adapun acuannya kita buat dengan tim jadi pagi hari. Alur kerjanya yaitu
konsepnya dibuat sendiri untuk membuat SOP nya”
33

berdasarkan SOP yang telah


 Pertanyaan terkait materi pelayanan tidak
ditetapkan pihak RSMTP.
diajukan

 Pertanyaan terkait metode pelayanan rohani


tidak diajukan
“Untuk waktu belum ada jadwal tetap namun
biasanya kunjungan dilaksanakan pagi hari sekitar
jam 8 pagi”

“Pertama memberikan salam kepada pasien dan


bertanya bagaimanan kondisi pasien, kemudian
berdoa dan mengingatkan pasien untuk lebih
mendekatkan diri kepada Allah dan tidak
meninggalkan sholat walau dalam kondisi sakit.”

IP IP1

“Perawat membantu pemenuhan spiritual seperti


keluarga yang muslim dibantu menunjukan arah
kiblat selain itu pasien yang tidak bisa berwudhu
dibantu dan dituntun untuk bertayamum namun
belum maksimal karena teralihkan dengan kebutuhan
medis pasien.”

“Pelayanan medis yang dilakukan selalu sesuai


dengan syariat islam jadi kita sebelum dan sesudah
melayani pasien misalnya kita mau tindakan
34

memasang infus kepada pasien kita berdoa dan


menyampaikan kepada pasien “Ibu agar prosedur
memasang infus lancar kita sama-sama berdoa
semoga berhasil memasang infusnya dengan
melafazkan bacaan „basmallah‟ dan setelah selesai
jugan mengucapkan „hamdalah‟.”
IP2

“Pelayanan medis biasanya dilakukan sehari-hari


minimal sebelum tindakan dan biasanya memberikan
edukasi berupa asuhan spiritual seperti tata cara
tayamum dan sholat dalam keadaan sakit.”

3. Fasilitas  Alat bantu IA “Alat bantu yaitu buku pedoman sebagai alat Fasilitas pendukung pelayanan
Pelayanan mengajarkan pasien, dan audio untuk memutar
pelaksanaan rohani belum memadai khususnya
rohani murotal”
pelayanan rohani masalah audio speaker yang masih
“Sarana pendukung yaitu arah qiblat, mukena, dan
 Sarana sering trouble. Pihak yang
audio”
Pendukung bertanggungjawab yaitu tim
“Yang merawat logistik dan teknisi. Belum memadai
pelayanan rohani pelayanan rohani sendiri dibantu
khususnya audio masih bergabung dengan unit lain
 Pihak yang sehingga untuk pemutaran terkendala. Kalo bisa ada dengan unit logistik dan teknisi
saluran khusus misal tata cara berwudhu dalam
bertanggung
bentuk visual karena sekarang setiap kamar
jawab merawat menggunakan tv.”
IPM “Fasilitas belum memadai, salah satunya sound
fasilitas
system misalnya lantunan ayat suci setiap unit ranap
35

pelayanan rohani masih trouble. Sebenarnya sudah berkoordinasi oleh


teknisi namun karena teknisi juga banyak pekerjaan
jadi masih bermasalah.”
IP IP 1

“Ada arah kiblat selain itu untuk keluarga yang tidak


membawa mukena bisa pinjam di kami”
IP 2

“Ada audio tapi ga disetiap ruangan , di setiap


ruang rawat inap ada arah kiblat, untuk mukena
biasanya keluarga membawa sendiri”
31

Daftar Pertanyaan Untuk Diajukan Kepada Petugas Pelayanan Rohani

di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring Jakarta

C. Kualitas Pelayanan Rohani


d. Penampilan Staff
 Apa ada seragam khusus untuk petugas pelayanan rohani?
(Probing: bagaimana seharusnya petugas berpenampilan?
Kalau seragam khusus untuk baju tidak ada, tapi setiap petugas
pelayanan rohani disediakan jas atau blazer khusus untuk
pelayanan rohani
 Apakah ada syarat khusus dalam berpakaian ? ( Probing: Jika ada
apa saja syarat baju yang dikenakan oleh petugas)
Untuk petugas pelayanan rohani laki-laki menggunakan peci dan
jas, kalau untuk petugas pelayanan rohani perempuan
menggunakan blazer dan baju yang longgar dan berhijab.

e. Prosedur pelaksanaan pelayanan rohani


 Menurut bapak/ibu, Apa yang dimaksud dengan pelayanan rohani?
(Probing: apa yang menjadi dasar dan tujuan pelaksanaan
pelayanan rohani, mengapa perlu diadakan pelayanan rohani)
Pelayanan rohani yaitu pelayanan yang bertujuan untuk
memotivasi pasien untuk memperoleh kesembuhan karena orang
sakit itu tidak hanya fisik yang sakit namun psikis juga. Alasan
adanya pelayanan rohani yaitu untuk memberikan pelayanan secara
komperhensif dan untuk memenuhi hak pasien dan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan spiritualnya.
 Apa saja materi/doa yang disampaikan atau diberikan kepada
pasien untuk memotivasi kesembuhan pasien dalam pelaksanaan
pelayanan rohani? (Probing: apa ada buku pedoman panduan doa
khusus, apakah ada materi khusus untuk memotivasi kesembuhan
pasien)
32

Doa umumnya yaitu doa meminta kesembuhan dan meminta


keselamatan seperti yang ada dibuku. Kalau untuk motivasi seperti
mengingatkan pasien agar sabar dan memberitahu bahwasanya
sakit merupakan wasilah untuk menggugurkan dosa-dosanya dan
meningkatkan derajatnya. Jadi kita memotivasi pasien bahwa sakit
bukan hal yang harus kita jadikan sebuah masalah namun menjadi
nikmat dan membuat kita bersyukur.
 Metode apa saja yang digunakan dalam pelaksanaan pelayanan
rohani di RSMTP? (Probing: ada berapa metode dan bagaimana
penerapan metode tersebut ?)
Ada dua metode yaitu langsung dan tidak langsung. Kalau yang
langsung tim bimroh datang mengujungi pasien dengan
mendoakan langsung. Sedangkan metode tidak langsung yaitu
dengan sarana buku dan audio yang memutar murotal dan ceramah.
 Kapan waktu pelaksanaan pelayanan rohani islam kepada pasien
rawat inap ? (Probing: Apakah ada jadwal khusus pelaksanaan
pelayanan rohani? Jika tidak bagaimana menentukan pelaksanaan
pelayanan rohani)
Metode tidak langsung yaitu pembagian buku pada saat pasien
masuk ke unit rawat inap RS dan untuk audio pada pagi dan sore
hari. Sedangkan untuk yang langsung jadwalnya yaitu setiap hari
dari pukul 8 sampai 10 pagi. Namun karena keterbatasan tenaga
jadi belum optimal
 Bagaimana alur kerja bagian pelayanan rohani di Rumah Sakit
Muhammadiyah Taman Puring? (Probing: siapa saja yang terlibat
dalam pelaksanaan pelayanan rohani dan jelaskan SOP pelayanan
rohani)
Alur kerjanya yaitu pendaftaran diberikan informed consent
kemudian seharusnya bimroh mendapatkan data. Namun alurnya
langsung mengunjungi pasien tanpa melihat data terlebih dahulu

f. Fasilitas pelayanan rohani


33

 Apa saja alat bantu yang digunakan dalam pelaksanaan rohani ?


(Probing: apakah ada buku pedoman khusus dan apakah fasilitas
memadai )
Alat bantu yaitu buku pedoman sebagai alat mengajarkan pasien,
dan audio untuk memutar murotal
 Apa sarana pendukung kegiatan pelayanan rohani ? (Probing:
apakah ada tanda arah qiblat untuk pasien dan keluarga, kitab suci
dan audio speaker pendukung)
Ada sarana pendukung yaitu ada arah kiblat disetiap unit rawat
inap, kitab suci dan audio speaker yang berada di luar ruang rawat
inap.
 Siapa yang bertanggungjawab merawat fasilitas pelayanan rohani
di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring ? (Probing: apa
saja yang dirawat dan bagaimana cara merawat fasilitas tersebut ?)
Yang merawat logistik dan teknisi. Belum memadai khususnya
audio masih bergabung dengan unit lain sehingga untuk pemutaran
terkendala. Kalo bisa ada saluran khusus misal tata cara berwudhu
dalam bentuk visual karena sekarang setiap kamar menggunakan
tv.

D. Motivasi Kesembuhan Pasien


7. Apa saja yang diberikan petugas dalam pelaksanan pelayanan rohani
? (Probing: dengan model apa pelaksanaan pelayanan rohani
dilaksanakan)
Pelayanan rohani memberikan doa-doa dan motivasi kesembuhan
pasien
8. Apa pasien merasa lebih tenang setelah mendapat pelayanan rohani ?
(Probing: bagaimana cara petugas membuat pasien lebih tenang dan
aman terhadap penyakit yang diserita)
Bukti fisiknya terlihat dari mukanya. Misalnya, saya pernah
melakukan pelayanan rohani kepada pasien kronis jadi ketika
34

melakukan pelayanan bimbingan doa mereka terlihat lebih


tenang.dan menangis serta termotivasi lebih mengingat Allah.
9. Apakah petugas pelayanan rohani memberikan penguatan kepada
keluarga pasien ? (Probing: bagaimana cara petugas memberikan
penguatan kepada keluarga pasien)
Jadi ketika doa kita mengajak keluarga pasien karena semakin
banyak yang mendoakan pasien maka semakin baik dan menguatkan
agar keluarga jangan sedih karena pasien membutuhkan dukungan
keluarga selain itu mengingatkan keluarga pasien untuk menjaga
kesehatan.
10. Apa saja keluhan pasien seputar penyakit yang diderita? (Probing:
bagaimana cara petugas mengatasi keluhan tersebut?)
Keluhannya yaitu rasa cemas panik dan takut. Cara
penanggulangannya mengajak mereka untuk beristighfar dengan
metode pendekatan rohaniah.
11. Bagaimana keadaan pasien sebelum dan sesudah mendapat
pelayanan rohani? (Probing: Apakah bisa disebutkan perubahan
signifikan yang dapat terlihat secara kasat mata )
Sebelumnya merasa gelisah namun sesudahnya menjadi lebih tenang
dan lebih bersemangat.
12. Apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat pelayanan
rohani? (Probing: bagaimana petugas rohani menghadapi faktor
penghambat?)
Karena RSMTP adalah rumah sakit islam jadi manajemen sangat
mendukung dan adanya fasilitas. Kalau hambatannya kekurangan
tenaga pelayanan rohani dan posisi pelayanan rohani yang belum
jelas.

Daftar pertanyaan untuk perawat

#IP01
35

4. Bagaimana layanan medis terhadap pasien rawat inap di RSMTP?


(Probing: Dapatkah dijelaskan bagaimana SOP pelayanan medis
terhadap pasien rawat inap?)
Pelayanan medis yang dilakukan selalu sesuai dengan syariat islam
jadi kita sebelum dan sesudah melayani pasien misalnya kita mau
tindakan memasang infus kepada pasien kita berdoa dan
menyampaikan kepada pasien “Ibu agar prosedur memasang infus
lancar kita sama-sama berdoa semoga berhasil memasang infusnya
dengan melafazkan bacaan „basmallah‟ dan setelah selesai jugan
mengucapkan‟ hamdalah‟.”
5. Apakah ada kerja sama atau koordinasi pihak medis dengan petugas
pelayanan rohani dalam menangani pasien? (Probing: Apakah
pelayanan rohani menganggu proses layanan medis? Apakah dalam
SOP pelayanan medis terdapat nilai-nilai pelayanan rohani)
Perawat membantu pemenuhan spiritual seperti keluarga yang muslim
dibantu menunjukan arah kiblat. Selain itu, pasien yang tidak bisa
berwudhu dibantu dan dituntun untuk bertayamum namun belum
maksimal karena teralihkan dengan kebutuhan medis pasien.
6. Apakah ada perbedaan pada pasien antara sebelum dan sesudah
menerima pelayanan rohani? (Probing: Adakah perbedaan secara
medis tentang pasien yang mendapatkan pelayanan rohani ? )
Dahulu pernah ada pasien yang cemas berlebihan maka kita
panggilkan petugas pelayanan rohani dan terlihat perubahannya terlihat
lebih tenang

#IP02

1. Bagaimana layanan medis terhadap pasien rawat inap di RSMTP?


(Probing: Dapatkah dijelaskan bagaimana SOP pelayanan medis
terhadap pasien rawat inap?)
Pelayanan medis biasanya dilakukan sehari-hari minimal sebelum
tindakan dan biasanya memberikan edukasi berupa asuhan spiritual
seperti tata cara tayamum dan shlat dalam keadaan sakit.
36

2. Apakah ada kerja sama atau koordinasi pihak medis dengan petugas
pelayanan rohani dalam menangani pasien? (Probing: Apakah
pelayanan rohani menganggu proses layanan medis? Apakah dalam
SOP pelayanan medis terdapat nilai-nilai pelayanan rohani)
Perawat membantu pemenuhan spiritual seperti keluarga yang muslim
dibantu menunjukan arah kiblat. Selain itu, pasien yang tidak bisa
berwudhu dibantu dan dituntun untuk bertayamum dan mengajarkan
tata cara sholat ketika sakit.

3. Apakah ada perbedaan pada pasien antara sebelum dan sesudah


menerima pelayanan rohani? (Probing: Adakah perbedaan secara medis
tentang pasien yang mendapatkan pelayanan rohani ?)
Kalau untuk ketenangan pasien ada perbedaannya jadi pasien kadang
suka ada yang panik atau emosi bahkan cemas terhadap penyakitnya
biasanya mereka akan cenderung lebih tenang secara psikolgis dan
lebih proaktif dalam melaksanakan perawatannya.

Daftar pertanyaan untuk Pimpinan Pelayanan Rohani

7. Menurut bapak/ibu, bagaimana pelaksanaan pelayanan rohani di


Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring? (Probing: apakah ada
acuan, indikator dan pedoman pelaksanaan pelayanan rohani?)
37

Untuk masalah pelayanan rohani di rumah sakit muhammadiyah taman


puring kita sudah memiliki acuan misalnya untuk kunjungan kita
memiliki batasan waktu atau durasi yaitu maksimal 5 menit setiap
kunjungan. Adapun acuannya kita buat dengan tim jadi konsepnya
dibuat sendiri untuk membuat SOP nya.
8. Apakah ada tim khusus dalam pelaksanaan pelayanan rohani?
(Probing: Siapa saja yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan
pelayanan rohani? )
Ada, kita punya tim khusus itu ada koordinatornya bapak wahyu dan
unit gizi 1 orang, keperawatan 2 orang dan sdi ada 1 orang.
9. Unit apa saja yang terlibat dalam pelaksanaan pelayanan rohani?
(Probing: bagaimana alur koordinasi antar unit dalam pelaksanaan
pelayanan rohani?)
Yang terlibat unit gizi,keperawatan dan SDI. Koordinasinya sesuai
jadwal kunjungan misalnya pada jam 10 pagi saat kegiatan medis
sudah berkurang. Terdapat kendala yaitu karena yang bergabung
merupakan kepala unit yang sudah memiliki tugas pokok jadi misal
jadwalnya sudah ditetapkan namun berbarengan dengan rapat staff.
10. Bagaimana SOP dalam pelaksanaan pelayanan rohani di Rumah Sakit
Muhammadiyah? (Probing: Apakah dapat dijelaskan SOP yang sudah
ada?)
Pertama memberikan salam kepada pasien dan bertanya bagaimana
kondisi pasien ,kemudian berdoa dan mengingatkan pasien untuk lebih
mendekatkan diri kepada Allah dan tidak meninggalkan sholat walau
dalam kondisi sakit.
11. Apa sajakah fasilitas yang diberikan dalam pelaksanaan pelayanan
rohani? (Probing: Apakah fasilitas yang ada sudah memadai? Jika
belum langkah apa yang akan dilakukan untuk menangani masalah
tersebut?)
Fasilitas belum memadai , salah satunya sound system misalnya
lantunan ayat suci setiap unit ranap masih trouble. Sebenarnya sudah
38

berkoordinasi oleh teknisi namun karena teknisi juga banyak pekerjaan


jadi masih bermasalah.
12. Apa saja kendala atau faktor penghambat pelaksanaan pelayanan
rohani? (Probing: Sebutkan dan jelaskan faktor penghambat dan
bagaimana menangani masalah tersebut serta harapan dalam
pelaksanaan pelayanan rohani?)
Pertama untuk masalah kunjungan hanya 2 orang yang visit dan masih
kurangnya tenaga bimroh yang perempuan karena kalau ada ibu yang
ingin bersalin petugas merasa tidak enak. Dan yang keliling harus
menunggu 2 orang petugas yang ahli padahal perawat sebenarnya
sudah dibekali kompetensi pelayanan rohani seharusnya bisa
melakukan kunjungan. Namun karena faktor kesibukan menjadi sulit
untuk kunjungan kepada pasien.
39

Daftar pertanyaan untuk keluarga pasien

#IPK01

8. Apakah keluarga mengetahui tentang adanya pelayanan rohani?


(Probing: Bagaimana tanggapan keluarga terhadap pelayanan rohani?)
- Kalau untuk pelayanan rohani baru kali ini karena baru sekarang
ini dirawat dan menurut saya pelayanannya bagus.
9. Berapa lama waktu pelayanan rohani? (Probing : bagaimana dengan
waktu pelaksanaan pelayanan rhani? Apakah durasi pelayanan rohani
terlalu cepat atau terlalu lama?)
- Oh yang tadi itu ya, agak kurang lama doa nya. Kalo bisa lebih
lama waktu nya.
10. Menurut bapak/ibu, bagaimana penampilan petugas menurut
bapak/ibu? (Probing: apakah sudah berpakaian dengan rapi sopan dan
santun? Jika sudah bisa dijelaskan penampilannya dan apabila belum
bagaimana sebaiknya petugas pelayanan rohani berpenampilan?)
- Baik sih rapih, pakaiannya sopan tidak perlu diperbaiki lagi karena
sudah rapih.
11. Apa saja yang dilakukan petugas pelayanan rohani saat memberikan
pelayanan rohani ? (Probing: apakah keluarga merasa terbantu dengan
adanya pelayanan rohani ?)
- Memberikan doa, mendoakan agar pasien sembuh terus tadi kasih
semangat. Jangan lupa minum obat dan terus ingat Allah SWT.
12. Apakah ada perbedaan pada pasien antara sebelum dan sesudah
menerima pelayanan rohani? (Probing: Apakah pelayanan rohani
membantu dalam memotivasi kesembuhan pasien? Bagaimana keadaan
pasiens etelah mendapat pelayanan rohani?)
- Perbedannya lebih semangat dan lebih baik keadaannya setelah di
doain
40

13. Apakah yang diberikan keluarga dalam menyikapi penyakit yang


sedang diderita pasien? (Probing: Bagaimana bentuk dukungan
bapak/ibu dalam memotivasi pasien untuk sembuh dari penyakitnya?
- Dengan cara ikhtiar sama Allah terus berdoa sama menemani
pasien dan mengingatkan meminum obat.
14. Apakah ada fasilitas yang mendukung terlaksananya pelayanan rohani?
(Probing: apa fasilitas sudah memadai? Jika belum, fasilitas apa saja
yang diharapkan ada untu mendukung pelaksanaan pelayanan rohani ?)
- Arah kiblat tidak ada jadi, kami menghafal arah di musholla rumah
sakit kalo untuk mukena bawa sendiri dari rumah. Dan yang paling
bagus ada audio speaker kedengeran kalo pagi hari, tapi alangkah
lebih baiknya kalo di nyalakan pada malam hari biar tidurnya
tenang.
#IPK02

1. Apakah keluarga mengetahui tentang adanya pelayanan rohani?


(Probing: Bagaimana tanggapan keluarga terhadap pelayanan rohani?)
- Belum tau kalo disini ada pelayanan rohani baru tadi pas bapaknya
dateng. Menurut saya, bagus.
2. Berapa lama waktu pelayanan rohani? (Probing : bagaimana dengan
waktu pelaksanaan pelayanan rhani? Apakah durasi pelayanan rohani
terlalu cepat atau terlalu lama?)
- Menurut saya sudah cukup waktunya, udah pas.
3. Menurut bapak/ibu, bagaimana penampilan petugas menurut
bapak/ibu? (Probing: apakah sudah berpakaian dengan rapi sopan dan
santun? Jika sudah bisa dijelaskan penampilannya dan apabila belum
bagaimana sebaiknya petugas pelayanan rohani berpenampilan?)
- Rapih penampilannya sopan
4. Apa saja yang dilakukan petugas pelayanan rohani saat memberikan
pelayanan rohani ? (Probing : apakah keluarga merasa terbantu dengan
adanya pelayanan rohani ?)
41

- Alhamdulillah sangat membantu yaitu mendoakan , memberikan


dukungan agar tetap semangat dan mau mengingat Allah selalu
5. Apakah ada perbedaan pada pasien antara sebelum dan sesudah
menerima pelayanan rohani? (Probing: Apakah pelayanan rohani
membantu dalam memotivasi kesembuhan pasien? Bagaimana keadaan
pasiens etelah mendapat pelayanan rohani?)
- Lebih baik sudah bisa melihat kanan kiri, ikut berdoa,
mendengarkan dan berbicara.
6. Apakah yang diberikan keluarga dalam menyikapi penyakit yang
sedang diderita pasien? (Probing: Bagaimana bentuk dukungan
bapak/ibu dalam memotivasi pasien untuk sembuh dari penyakitnya?
- Keluarga mensupportnya dengan membawa ke rumah sakit agar
mendapatkan pertolongan. Selain itu, ikut terapi mengikuti terapi
dan mengikuti aturan di rumah sakit ini.
7. Apakah ada fasilitas yang mendukung terlaksananya pelayanan rohani?
(Probing: apa fasilitas sudah memadai? Jika belum, fasilitas apa saja
yang diharapkan ada untuk mendukung pelaksanaan pelayanan rohani
?)
- Semuanya bagus, tapi mukena bawa sendiri. Saya berdoa semoga
petugas pelayanan rohani mendapat pahala karena telah menolong
dan mendoakan.

#IPK03

1. Apakah keluarga mengetahui tentang adanya pelayanan rohani?


(Probing: Bagaimana tanggapan keluarga terhadap pelayanan rohani?)
- Saya baru tau ini karena saya baru dirawat, dulu pernah waktu adik
belum lahir. Saya rasa bagus ikut mendoakan. Alhamdulillah ada
yang bantu untuk mendoakan.
42

2. Berapa lama waktu pelayanan rohani? (Probing : bagaimana dengan


waktu pelaksanaan pelayanan rhani? Apakah durasi pelayanan rohani
terlalu cepat atau terlalu lama?)
- Cukup tidak terlalu lama dan tidak terlalu sebentar.
3. Menurut bapak/ibu, bagaimana penampilan petugas menurut
bapak/ibu? (Probing: apakah sudah berpakaian dengan rapi sopan dan
santun? Jika sudah bisa dijelaskan penampilannya dan apabila belum
bagaimana sebaiknya petugas pelayanan rohani berpenampilan?)
- Baik, sopan, rapih udah paslah tidak ada yang perlu diperbaiki.
4. Apa saja yang dilakukan petugas pelayanan rohani saat memberikan
pelayanan rohani ? (Probing : apakah keluarga merasa terbantu dengan
adanya pelayanan rohani ?)
- Tadi bantu mendoakan, memberikan semangat dan mengingatkan
untuk terus sholat, dan berdoa kepada allah serta istighfar.
5. Apakah ada perbedaan pada pasien antara sebelum dan sesudah
menerima pelayanan rohani? (Probing: Apakah pelayanan rohani
membantu dalam memotivasi kesembuhan pasien? Bagaimana keadaan
pasiens etelah mendapat pelayanan rohani?)
- Ada perbedaan tadinya cemas, takut tapi setelah mendapat
pelayanan rhani menjadi jauh lebih tenang.
6. Apakah yang diberikan keluarga dalam menyikapi penyakit yang
sedang diderita pasien? (Probing: Bagaimana bentuk dukungan
bapak/ibu dalam memotivasi pasien untuk sembuh dari penyakitnya?
- Keluarga selalu bantu mendoakan dan pastinya selalu menjaga
7. Apakah ada fasilitas yang mendukung terlaksananya pelayanan rohani?
(Probing: apa fasilitas sudah memadai? Jika belum, fasilitas apa saja
yang diharapkan ada untu mendukung pelaksanaan pelayanan rohani ?)
- Semuanya sudah lengkap Cuma gak ada audio aja yang puter
pengajian disetiap kamar.

#IPK04
43

1. Apakah keluarga mengetahui tentang adanya pelayanan rohani?


(Probing: Bagaimana tanggapan keluarga terhadap pelayanan rohani?)
- Sebelumnya belum tau kalau ada pelayanan rohani padahal sudah
beberapa kali dirawat dirumah sakit ini.
2. Berapa lama waktu pelayanan rohani? (Probing : bagaimana dengan
waktu pelaksanaan pelayanan rhani? Apakah durasi pelayanan rohani
terlalu cepat atau terlalu lama?)
- Waktunya gak terlalu lama sedang aja
3. Menurut bapak/ibu, bagaimana penampilan petugas menurut
bapak/ibu? (Probing: apakah sudah berpakaian dengan rapi sopan dan
santun? Jika sudah bisa dijelaskan penampilannya dan apabila belum
bagaimana sebaiknya petugas pelayanan rohani berpenampilan?)
- sopan pakaiannya, petugasnya juga ramah.
4. Apa saja yang dilakukan petugas pelayanan rohani saat memberikan
pelayanan rohani ? (Probing : apakah keluarga merasa terbantu dengan
adanya pelayanan rohani ?)
- Tadi bantu mendoakan. Alhamdulillah merasa terbantu.
5. Apakah ada perbedaan pada pasien antara sebelum dan sesudah
menerima pelayanan rohani? (Probing: Apakah pelayanan rohani
membantu dalam memotivasi kesembuhan pasien? Bagaimana keadaan
pasiens etelah mendapat pelayanan rohani?)
- Agak lebih tenang dan terlihat lebih semangat
6. Apakah yang diberikan keluarga dalam menyikapi penyakit yang
sedang diderita pasien? (Probing: Bagaimana bentuk dukungan
bapak/ibu dalam memotivasi pasien untuk sembuh dari penyakitnya?
- Dukungannya melalui doa terus ganti gantian menjaga pasien,.
7. Apakah ada fasilitas yang mendukung terlaksananya pelayanan rohani?
(Probing: apa fasilitas sudah memadai? Jika belum, fasilitas apa saja
yang diharapkan ada untu mendukung pelaksanaan pelayanan rohani ?)
- Ada, di televisi belum menyiarkan saluran khusus rohani dan ada
murotal di speaker tapi tidak di setiap kamar
44

#IPK05

1. Apakah keluarga mengetahui tentang adanya pelayanan rohani?


(Probing: Bagaimana tanggapan keluarga terhadap pelayanan rohani?)
- Dulu pernah dikasih tau sama suster karena ini sudah dirawat untuk
yang ke 2 kali nya, tapi sekarang tidak. Jadi, langsung mendapat
pelayanan aja.
2. Berapa lama waktu pelayanan rohani? (Probing : bagaimana dengan
waktu pelaksanaan pelayanan rohani? Apakah durasi pelayanan rohani
terlalu cepat atau terlalu lama?)
- Cukup tidak begitu lama paslah waktunya.
3. Menurut bapak/ibu, bagaimana penampilan petugas menurut
bapak/ibu? (Probing: apakah sudah berpakaian dengan rapi sopan dan
santun? Jika sudah bisa dijelaskan penampilannya dan apabila belum
bagaimana sebaiknya petugas pelayanan rohani berpenampilan?)
- Penampilannya rapih, sopan
4. Apa saja yang dilakukan petugas pelayanan rohani saat memberikan
pelayanan rohani ? (Probing : apakah keluarga merasa terbantu dengan
adanya pelayanan rohani ?)
- Memberikan doa, serta motivasi kepada pasien bahwa penyakit
bukanlah suatu cobaan tapi suatu nikmat.
5. Apakah ada perbedaan pada pasien antara sebelum dan sesudah
menerima pelayanan rohani? (Probing: Apakah pelayanan rohani
membantu dalam memotivasi kesembuhan pasien? Bagaimana keadaan
pasiens etelah mendapat pelayanan rohani?)
- Ya merasa terbantu dengan mendoakan biasanya hanya mendoakan
secara pribadi tetapi ini secara keseluruhan dibantu doa oleh
petugas.
6. Apakah yang diberikan keluarga dalam menyikapi penyakit yang
sedang diderita pasien? (Probing: Bagaimana bentuk dukungan
bapak/ibu dalam memotivasi pasien untuk sembuh dari penyakitnya?
- Membantu mendoakan.
45

7. Apakah ada fasilitas yang mendukung terlaksananya pelayanan rohani?


(Probing: apa fasilitas sudah memadai? Jika belum, fasilitas apa saja
yang diharapkan ada untu mendukung pelaksanaan pelayanan rohani ?)
- Sudah bagus tidak ada yang kurang.
#IPK06

1. Apakah keluarga mengetahui tentang adanya pelayanan rohani?


(Probing: Bagaimana tanggapan keluarga terhadap pelayanan rohani?)
- Belum
2. Berapa lama waktu pelayanan rohani? (Probing : bagaimana dengan
waktu pelaksanaan pelayanan rhani? Apakah durasi pelayanan rohani
terlalu cepat atau terlalu lama?)
- Iya tidak begitu lama tapi paslah waktunya
3. Menurut bapak/ibu, bagaimana penampilan petugas menurut
bapak/ibu? (Probing: apakah sudah berpakaian dengan rapi sopan dan
santun? Jika sudah bisa dijelaskan penampilannya dan apabila belum
bagaimana sebaiknya petugas pelayanan rohani berpenampilan?)
- Penampilannya sopan.
4. Apa saja yang dilakukan petugas pelayanan rohani saat memberikan
pelayanan rohani ? (Probing : apakah keluarga merasa terbantu dengan
adanya pelayanan rohani ?)
- Yang dilakukan pasti memberikan doa terus menguatkan keluarga
agar menjaga kesehatan.
5. Apakah ada perbedaan pada pasien antara sebelum dan sesudah
menerima pelayanan rohani? (Probing: Apakah pelayanan rohani
membantu dalam memotivasi kesembuhan pasien? Bagaimana keadaan
pasiens etelah mendapat pelayanan rohani?)
- Ada perbedaannya lebih ceria dan semangat.
6. Apakah yang diberikan keluarga dalam menyikapi penyakit yang
sedang diderita pasien? (Probing: Bagaimana bentuk dukungan
bapak/ibu dalam memotivasi pasien untuk sembuh dari penyakitnya?
- Ya cukup membantu apalagi kan di doakan, jadi merasa lebih baik.
46

7. Apakah ada fasilitas yang mendukung terlaksananya pelayanan rohani?


(Probing: apa fasilitas sudah memadai? Jika belum, fasilitas apa saja
yang diharapkan ada untu mendukung pelaksanaan pelayanan rohani ?)
- Kurangnya hanya audio yang memperdengarkan murotal.

#IPK07

1. Apakah keluarga mengetahui tentang adanya pelayanan rohani?


(Probing: Bagaimana tanggapan keluarga terhadap pelayanan rohani?)
- Sebelumnya belum mengetahui, ini tiba-tiba mendapat pelayanan.
2. Berapa lama waktu pelayanan rohani? (Probing : bagaimana dengan
waktu pelaksanaan pelayanan rhani? Apakah durasi pelayanan rohani
terlalu cepat atau terlalu lama?)
- Sudah cukup karena kalau kelamaan juga kan pasiennya butuh
isitrihat.
3. Menurut bapak/ibu, bagaimana penampilan petugas menurut
bapak/ibu? (Probing: apakah sudah berpakaian dengan rapi sopan dan
santun? Jika sudah bisa dijelaskan penampilannya dan apabila belum
bagaimana sebaiknya petugas pelayanan rohani berpenampilan?)
- Penampilannya baik dan sopan.
4. Apa saja yang dilakukan petugas pelayanan rohani saat memberikan
pelayanan rohani ? (Probing : apakah keluarga merasa terbantu dengan
adanya pelayanan rohani ?)
- Pertam di doakan, kemudian keluarga diingatkan untuk selalu
menajaga kesehatan.
5. Apakah ada perbedaan pada pasien antara sebelum dan sesudah
menerima pelayanan rohani? (Probing: Apakah pelayanan rohani
membantu dalam memotivasi kesembuhan pasien? Bagaimana keadaan
pasiens etelah mendapat pelayanan rohani?)
- Ada pasien menjadi lebih tenang
47

6. Apakah yang diberikan keluarga dalam menyikapi penyakit yang


sedang diderita pasien? (Probing: Bagaimana bentuk dukungan
bapak/ibu dalam memotivasi pasien untuk sembuh dari penyakitnya?
- Dalam hal rohani nya kita bantu mendoakan.
7. Apakah ada fasilitas yang mendukung terlaksananya pelayanan rohani?
(Probing: apa fasilitas sudah memadai? Jika belum, fasilitas apa saja
yang diharapkan ada untu mendukung pelaksanaan pelayanan rohani ?)
- Sudah cukup memadai
-
#IPK08

1. Apakah keluarga mengetahui tentang adanya pelayanan rohani?


(Probing: Bagaimana tanggapan keluarga terhadap pelayanan rohani?)
- Sebelumnya tidak tahu
2. Berapa lama waktu pelayanan rohani? (Probing : bagaimana dengan
waktu pelaksanaan pelayanan rhani? Apakah durasi pelayanan rohani
terlalu cepat atau terlalu lama?)
- Ya udah cukup
3. Menurut bapak/ibu, bagaimana penampilan petugas menurut
bapak/ibu? (Probing: apakah sudah berpakaian dengan rapi sopan dan
santun? Jika sudah bisa dijelaskan penampilannya dan apabila belum
bagaimana sebaiknya petugas pelayanan rohani berpenampilan?)
- Ya baguslah penampilannya.
4. Apa saja yang dilakukan petugas pelayanan rohani saat memberikan
pelayanan rohani ? (Probing : apakah keluarga merasa terbantu dengan
adanya pelayanan rohani ?)
- Tadi pelayanan diberikan doa terus keluarga juga diberikan
kesabarabn dalam merawat pasien.
5. Apakah ada perbedaan pada pasien antara sebelum dan sesudah
menerima pelayanan rohani? (Probing: Apakah pelayanan rohani
membantu dalam memotivasi kesembuhan pasien? Bagaimana keadaan
pasiens etelah mendapat pelayanan rohani?)
48

- Ya bagus cukup membantu jadi ada yang mendoakan banyak


banyak.
6. Apakah yang diberikan keluarga dalam menyikapi penyakit yang
sedang diderita pasien? (Probing: Bagaimana bentuk dukungan
bapak/ibu dalam memotivasi pasien untuk sembuh dari penyakitnya?
- Sebelumnya mendoakan kalau lagi sholat.
7. Apakah ada fasilitas yang mendukung terlaksananya pelayanan rohani?
(Probing: apa fasilitas sudah memadai? Jika belum, fasilitas apa saja
yang diharapkan ada untu mendukung pelaksanaan pelayanan rohani ?)
- Sudah cukup memadai.

#IPK09

1. Apakah keluarga mengetahui tentang adanya pelayanan rohani?


(Probing: Bagaimana tanggapan keluarga terhadap pelayanan rohani?)
- Baru kali ini saja karena baru kalin ini dirawat.
2. Berapa lama waktu pelayanan rohani? (Probing : bagaimana dengan
waktu pelaksanaan pelayanan rhani? Apakah durasi pelayanan rohani
terlalu cepat atau terlalu lama?)
- Waktunya cukup.
3. Menurut bapak/ibu, bagaimana penampilan petugas menurut
bapak/ibu? (Probing: apakah sudah berpakaian dengan rapi sopan dan
santun? Jika sudah bisa dijelaskan penampilannya dan apabila belum
bagaimana sebaiknya petugas pelayanan rohani berpenampilan?)
- Penampilannya baik,sopan, ramah
4. Apa saja yang dilakukan petugas pelayanan rohani saat memberikan
pelayanan rohani ? (Probing : apakah keluarga merasa terbantu dengan
adanya pelayanan rohani ?)
- Yang tadi itu dikasih doa, diingatkan minum obat dan keluraga
juga diingatkan untuk selalu menjaga kesehatan.
5. Apakah ada perbedaan pada pasien antara sebelum dan sesudah
menerima pelayanan rohani? (Probing: Apakah pelayanan rohani
49

membantu dalam memotivasi kesembuhan pasien? Bagaimana keadaan


pasiens etelah mendapat pelayanan rohani?)
- Iya ada jadi lebih tenang.
6. Apakah yang diberikan keluarga dalam menyikapi penyakit yang
sedang diderita pasien? (Probing: Bagaimana bentuk dukungan
bapak/ibu dalam memotivasi pasien untuk sembuh dari penyakitnya?
- Biasanya hanya membantu, merawat dan mendoakan saja agar
cepat sembuh.
7. Apakah ada fasilitas yang mendukung terlaksananya pelayanan rohani?
(Probing: apa fasilitas sudah memadai? Jika belum, fasilitas apa saja
yang diharapkan ada untu mendukung pelaksanaan pelayanan rohani ?)
- Kurang ada audio-audio yang berkaitan dengan islam.
#IPK10

1. Apakah keluarga mengetahui tentang adanya pelayanan rohani?


(Probing: Bagaimana tanggapan keluarga terhadap pelayanan rohani?)
- Saya baru tau karena pasien baru dirawat.
2. Berapa lama waktu pelayanan rohani? (Probing : bagaimana dengan
waktu pelaksanaan pelayanan rhani? Apakah durasi pelayanan rohani
terlalu cepat atau terlalu lama?)
- Engga, ngga lama cukup kok.
3. Menurut bapak/ibu, bagaimana penampilan petugas menurut
bapak/ibu? (Probing: apakah sudah berpakaian dengan rapi sopan dan
santun? Jika sudah bisa dijelaskan penampilannya dan apabila belum
bagaimana sebaiknya petugas pelayanan rohani berpenampilan?)
- Penampilan baik, sopan.
4. Apa saja yang dilakukan petugas pelayanan rohani saat memberikan
pelayanan rohani ? (Probing : apakah keluarga merasa terbantu dengan
adanya pelayanan rohani ?
- Doa aja sih tadi.
5. Apakah ada perbedaan pada pasien antara sebelum dan sesudah
menerima pelayanan rohani? (Probing: Apakah pelayanan rohani
50

membantu dalam memotivasi kesembuhan pasien? Bagaimana keadaan


pasiens etelah mendapat pelayanan rohani?)
- Ada jauh lebih tenang dan semangat.
6. Apakah yang diberikan keluarga dalam menyikapi penyakit yang
sedang diderita pasien? (Probing: Bagaimana bentuk dukungan
bapak/ibu dalam memotivasi pasien untuk sembuh dari penyakitnya?
- Ya membantu.
7. Apakah ada fasilitas yang mendukung terlaksananya pelayanan rohani?
(Probing: apa fasilitas sudah memadai? Jika belum, fasilitas apa saja
yang diharapkan ada untul mendukung pelaksanaan pelayanan rohani
?)
- Semua fasilitas bagus

Anda mungkin juga menyukai