Anda di halaman 1dari 138

GAMBARAN KESEHATAN SPIRITUAL ISLAM PERAWAT

DI RSUD KABUPATEN TANGERANG

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana (S.Kep)

Oleh:

RISKA DWI SEPTIA

NIM 1113104000002

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1438 H/2017 M


LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Stara I Keperawatan di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) syarif

Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehtan universitas Islam Negeri (UIN) syarif Hidayatullah

Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukanlah hasil asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain , maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, Juni 2017

Riska Dwi Septia

ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan Judul

GAMBARAN KESEHATAN SPIRITUAL ISLAM


PERAWAT DI RSUD KABUPATEN TANGERANG

Telah Disetujui dan Diperiksa oleh Pembimbing Skripsi


Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun Oleh
Riska Dwi Septia
NIM. 1113104000002

Pembimbing I Pembimbing II

Ita Yuanita, S,Kp, M.Kep Dwi Setiowati, S.Kep, Ns, M.kep


NIP. 19700122 200801 2 005 NIP. -

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2017 M

iii
PERNYATAAN PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul


GAMBARAN KESEHATAN SPIRITUAL ISLAM PERAWAT
DI RSUD KABUPATEN TANGERANG

Telah disetujui dan dipertahankan dihadapan penguji oleh:

Riska Dwi Septia


NIM. 1113104000002

Pembimbing I Pembimbing II

Ita Yuanita, S,Kp, M.Kep Dwi Setiowati, S.Kep, Ns, M.kep


NIP. 19700122 200801 2 005 NIP. –

Penguji I Penguji II

Karyadi S.Kp., M.Kep., PhD Jamaludin, S.Kp., M.Kep


NIP. 19710903 200501 1 007 NIP. 19680522 200801 1 007

Penguji III Penguji IV

Dwi Setiowati, S.Kep, Ns, M.kep Ita Yuanita, S,Kp, M.Kep


NIP. - NIP. 19700122 200801 2 005

iv
LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI DENGAN JUDUL

GAMBARAN KESEHATAN SPIRITUAL ISLAM PERAWAT


DI RSUD KABUPATEN TANGERANG

Telah disusun :

Riska Dwi Septia


NIM. 1113104000002

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc


NIP. 19790210 200501 2 002

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan


Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Prof. H., Arif Sumantri, S.KM., M.Kes


NIP. 196 50808 198803 1002

v
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NEGERI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Mei 2017

Riska Dwi Septia, NIM 1113104000002

Gambaran Kesehatan Spiritual Islam Perawat Di RSUD Kabupaten

Tangerang

xvi+ 78 halaman + 11 tabel + 2 bagan + 5 lampiran

ABSTRAK

Tingkat pemenuhan kebutuhan spiritual pasien oleh perawat masih rendah,


dikarenakan perawat merasa kurang nyaman dengan spiritualitas pribadinya
dan kurang menganggap penting kesehatan spiritual. Selain hal tersebut
kesehatan spiritual perawat dirumah sakit umum belum pernah diteliti. Tujuan
pada penelitian ini untuk mengetahui gambaran kesehatan spiritual islam
perawat. Metode penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain
deskriptif. Sampel penelitian adalah 151 perawat di RSUD Kabupaten
Tangerang, dengan cara proportionate stratifed random sampling. Hasil
penelitian menunjukkan responden memiliki kesehatan spiritual tinggi sebesar
(51,0%) dan yang memiliki kesehatan spiritual rendah sebesar (49,0%).
Kesehatan spiritual berdasarkan komponennya, menunjukkan responden
memiliki kesejahteraan spiritual tinggi sebesar (60,3 %) dan kesejahteraan
spiritual rendah sebesar (39,7%), lokus kontrol spiritual tinggi sebesar (51,0%)
dan lokus kontrol spiritual rendah sebesar (49,0%), serta pengalaman spiritual
tinggi sebesar (53,0%) dan pengalaman spiritual rendah sebesar (47,0%).
Kesimpulan : tingkat kesehatan spiritual perawat di ruang rawat inap RSUD
Kabupaten Tangerang sebagian sudah termasuk dalam kategori tinggi. Saran:
dapat dijadikan masukan untuk perawat agar lebih memperhatikan serta
meningkatkan kesehatan spiritual, hal ini bertujuan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan terhadap pasien.

kata kunci : kesehatan spiritual, kesejahteraan spiritual, lokus kontrol,


pengalaman spiritual, perawat

vi
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM
STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA

Undergraduate Thesis, Mei 2017

Riska Dwi Septia, NIM 1113104000002

Description Nurse’s Spiritual Health Islam At RSUD Kabupaten

Tangerang

xvi+ 78 page + 11 table + 2 chart + 5 attachement

ABSTRACK

The patient's level of spiritual fulfillment by nurses is still low, because the
nurse feels uncomfortable with her personal spirituality and lacks important
spiritual health. In addition, the spiritual health nurses at public hospitals has
never been researched. The purpose of this research is to know in the
description of the Islamic spiritual health nurses. The method of this research is
quantitative research with descriptive design. The research sample is 151
nurses at the RSUD Kabupaten Tangerang, by means of proportionate stratifed
random sampling. The results showed respondents have high spiritual health
registration (51.0%) and has a low of spiritual health (49.0%). Spiritual health
based on its components, showed respondents have high spiritual well-being of
(60.3%) and a low of spiritual well-being (39.7%), high spiritual control of
locus (51.0%) and a low of spiritual locus of control (49.0%), as well as high of
spiritual experience (53.0%) and a low of spiritual experience (47.0%).
Conclusion: the nurse in patient care unit RSUD Kabupaten Tangerang have a
high spiritual health. Suggestions: it can be used as suggestion for nurses to
observed and improve a spiritual health, it’s to improve the quality of health
service given to patients.

Keywords : spiritual health, spiritual well-being, locus-control, spiritual


experience, nurse

vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Riska Dwi Septia

Tempat Tanggal Lahir : Gumaawang, 27 September 1994

Agama : Islam

Status : Belum menikah

Alamat : Tugu Harum 003/001, Belitang Madang

Raya, OKU TIMUR

Telepon : 08993643374

E-Mail : riskadwiseptia29@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. TK Aisyah : 2000 - 2001

2. SDN 1 GUMAWANG : 2001 - 2007

3. SMPN 1 BELITANG : 2007 - 2010

4. SMAN 1 BELITANG : 2010 - 2013

5. S1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2013 - 2017

Riwayat Organisasi

1. Anggota NURTYDEMA : 2014-2015

2. MRI UIN Jakarta : 2015-2016

3. Anggota Klub Tari Tradisional : 2015-2016

4. DEMA FKIK : 2016-2017

viii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,

taufik dan hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Gambaran Kesehatan Spiritual Islam Perawat Di RSUD Kabupaten

Tangerang”. Shalawat serta salam senantiasa kita limpahkan kepada Rasul kita

Muhammad SAW.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan

serta tantangan yang peneliti jumpai, namun berkat rahmat dan hidayah-Nya serta

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik.

Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar

–besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Arif Sumantri, M.Kes Selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., MSc selaku Ketua Program Studi dan Ibu

Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp. KMB selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Keperawatan (PSIK) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Ita Yuanita, S,Kp, M.Kep dan ibu Dwi Setiowati, S.Kep, Ns, M.kep selaku

Dosen Pembimbing, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah

ix
meluangkan waktu serta memberi arahan dan bimbingan dengan sabar kepada

saya selama proses pembuatan proposal penelitian ini.

4. Ibu Yenita Agus, SKp., Mkep., Sp.Mat., PhD selaku Dosen Pembimbing

Akademik, yang telah memberi motivasi dan masukan selama proses

perkuliahan.

5. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) maupun dosen tamu

yang telah memberikan ilmu dan pengalamannya selama perkuliahan.

6. Kedua Orang tua saya, ayahanda Arbain dan ibunda Sri Mulyati yang telah

mendidik, mencurahkan semua kasih sayang tiada tara, mendo’akan

keberhasilan, serta memberikan bantuan baik moril maupun materiil tak

terhingga kepada saya. Tak lupa, kakakku Dicky Beri Pratama, Indah Putri

Lestari dan seluruh keluarga yang selalu memberikan semangat tanpa henti dan

putus asa.

7. Awang setiawan Ns. Amd.yang selalu memberikan dukungan, motivasi, saran

serta doa sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

8. Sahabat-sahabat terbaik Ashri nabilah putrie, Santi Puspitasari, Aulia Rahma,

Sabrina Salsabila, Lisnani Hamidah, Asmawati Mulya, yang selalu

menyemangati, menghibur, membantu serta memberi referensi terbaik bagi

penelitian ini.

9. Teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2013

yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Trimaksih atas motivasi,

semangat, nasehat,serta kebersamaan yang telah diberikan selama

pembelajaran kuliah maupun dalam proses kegiatan lainnya.

x
Sangat besar harapan saya proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

maupun para pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal

penelitian ini masih banyak kekurangan dan kelemahan.. Oleh karena itu penulis

berharap adanya kritik serta saran yang membangun dari semua pihak. Semoga

kita semua senantiasa diberikan petunjuk, limpahan rahmat, hidayah, serta inayah

yang tak terhingga oleh Allah SWT.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ciputat, Januari 2017

Peneliti

xi
DAFTAR ISI

Lembar Pernyataan.................................................................................................. ii
Pernyataan Persetujuan .......................................................................................... iii
Pernyataan Pengesahan .......................................................................................... iv
Lembar Pengesahan ................................................................................................ v
Abstrak ................................................................................................................... vi
Abstrack ................................................................................................................ vii
Daftar Riwayat Hidup .......................................................................................... viii
Kata Pengantar ....................................................................................................... ix
Daftar Isi................................................................................................................ xii
Daftar Singkatan.................................................................................................... xv
Daftar Bagan ........................................................................................................ xvi
Daftar Tabel ........................................................................................................ xvii
Daftar Lampiran ................................................................................................. xviii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


A. Latar Belakang ......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................................7
1. Tujuan Umum ....................................................................................... 7
2. Tujuan Khusus ...................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................................................7
E. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 9


A. Konsep Spiritualitas .............................................................................................9
1. Spiritualitas ........................................................................................... 9
2. Tahapan Perkembangan Spiritual ....................................................... 11
3. Konsep Yang Berhubungan Dengan Spiritual .................................... 13
4. Karakteristik Spiritual ......................................................................... 15

xii
B. Konsep Kesehatan Spiritual ...............................................................................16
1. Kesehatan spiritual .............................................................................. 16
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Spiritual ................... 17
3. Indikator Kesehatan Spiritual ............................................................. 21
4. Kesehatan Spiritual Perawat ............................................................... 22
5. Kegiatan Untuk Mencapai Kesejahteraan Spiritual ............................ 24
6. Kesehatan Spiritual Dalam Islam........................................................ 25
7. Tanda Sehat Spiritual Islam ................................................................ 25
8. Dimensi Kesehatan Spiritual Islam ..................................................... 27
9. Komponen Kesehatan Spiritual dalam Islam ...................................... 31
C. Penelitian Terkait ................................................................................................39
D. Kerangka Teori ...................................................................................................43

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL ..................... 44


A. Kerangka Konsep ...............................................................................................44
B. Definisi Operasional ...........................................................................................45

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN.......................................................... 48


A. Desain Penelitian ................................................................................................48
B. Tempat Dan Waktu Penelitian ..........................................................................48
C. Populasi, Dan Sampel.........................................................................................48
1. Populasi ............................................................................................... 48
2. Sampel................................................................................................. 49
D. Instrumen Penelitian...........................................................................................51
E. Validitas Dan Reliabilitas Kuisoner ..................................................................52
F. Prosedur Pengambilan Data .............................................................................54
G. Pengolahan Data .................................................................................................55
H. Analisis Data .......................................................................................................56
I. Etika penelitian................................................................................................58

xiii
BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................... 60
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................................60
B. Karakteristik Responden ....................................................................................62
C. Kesehatan Spiritual Islam Perawat ...................................................................63
D.Kesehatan Spiritual Islam Perawat Berdasarkan Karakteristik Responden..64

BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................... 66


A. Pembahasan .........................................................................................................66
B. Keterbatasan Penelitian ......................................................................................76

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 77


A. Kesimpulan..........................................................................................................77
B. Saran .....................................................................................................................78

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 79


LAMPIRAN ......................................................................................................... 83

xiv
DAFTAR SINGKATAN

UIN : Universitas Islam Negeri

WHO : World Health Organization

STK : Spiritualitas Ditempat Kerja

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

ILO : International Labour Organization

SIR : Sistem Informasi Rumah Sakit

BUK : Bina Upaya Kesehatan

xv
DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 : Kerangka Teori 43

Bagan 3.1 : Kerangka Konsep 44

xvi
DAFTAR TABEL

Halaman

Table 2.1 Perbandingan Religi dan Spiritualitas 11

Tabel 2.2 Tahap Perkembangan Spiritual 11

Table 2.3 Karakteristik Spiritualitas 16

Tabel 2.4 Indikator Kesehatan Spiritual 21

Tabel 3.1 Definisi Operasional 46

Tabel 4.1 Jumlah Sampek Peruangan 50

Tabel 4.2 Kisi- Kisi Kuisoner Penelitian 52

Tabel 4.3 Skor Perhitungan Statistik Kesehatan Spiritual Islam dan 57

Komponennya

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Demografi 62

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kesehata 63

Spiritual Dan Komponennya

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Data Demografi dan 64

Kesehatan Spiritual Islam

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 2 Kuisoner Penelitian

Lampiran 3 Hasil Olah Data Statistik Komputer

Lampiran 4 Validitas Dan Reliabilitas Kuisoner

Lampiran 5 Hasil Uji Validitas Judgement Expert

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan yang merupakan tempat

penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh suatu tim multidisiplin

termasuk tenaga perawat. Perawat merupakan tenaga kesehatan yang profesional,

dimana perawat memiliki peranan yang paling besar sebagai pemberi asuhan

keperawatan yang bersifat humanistik, caring dan holistik. Asuhan keperawatan

secara holistik yang dimaksud adalah peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan

dasar manusia baik kebutuhan biologis, psikologis, sosial / kultural dan spiritual

yang utuh dan unik (Potter & Perry, 2013).

Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah menetapkan seseorang yang

dikatakan sehat harus memenuhi empat unsur kesehatan yaitu, aspek fisik, psikis,

sosial dan spiritual (Potter & Perry, 2013). Aspek spiritual merupakan salah satu

faktor penting dalam kesehatan seseorang, namun masih seringkali diabaikan

dalam pemenuhannya. Oleh sebab itu pemenuhan kebutuhan spiritual dan

emosional dari pasien merupakan tugas dari perawat. Pemenuhan asuhan spiritual

secara holistik dengan pemahaman yang terbuka dan hubungan baik dengan

orang lain dapat dilakukan oleh seseorang yang memiliki spiritualitas yang tinggi.

Studi yang dilakukan oleh Hamid (2008) dan Dehghaninejad (2015) mengatakan

bahwa kesejahteraan spiritual perawat berhubungan dengan kualitas kinerja dan

1
2

sikap perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien (Azarsa,

Davoodi, Khorami Markani, Gahramanian, & Vargaeei, 2015).

Spiritualitas menurut Mickley ET all dalam Potter & Perry, (2013) yaitu

suatu yang bersifat multidimensi, yang terdiri dari dimensi ekstensial dan dimensi

agama. Dimensi ekstensial berfokus pada tujuan dan arti dari kehidupan,

sedangkan dimensi agama berfokus terhadap hubungan individu dengan

Tuhannya. Farran et al. (1989) dalam Potter & Perry (2013), menyampaikan

bahwa komitmen tertinggi dari individu yang merupakan suatu prinsip yang

komprehensif dari perintah, atau nilai final yaitu argumen yang sangat kuat yang

diberikan untuk pilihan dalam hidup kita. Makna spiritualitas sendiri dipengaruhi

oleh kultur, perkembangan, pengalaman hidup, dan ide- ide mereka tentang hidup

(Potter & Perry, 2013). Karakteristik pada spiritualitas yaitu pencarian makna dan

tujuan hidup seseorang, hubungan, serta transendensi. Pemenuhan kebutuhan

spiritual merupakan suatu hal penting dalam mencapai suatu kualitas hidup

seseorang. Sebagai seorang perawat yang memiliki tugas dalam pemenuhan

kebutuhan fisik, sosial, emosional serta spiritual pasien, tentunya akan

menimbulkan suatu krisis dan stres bagi perawat di tempat kerja. Studi yang

dilakukan oleh (Suhonen et al, 2012 dalam Azarsa et al., 2015) menunjukkan

bahwa situasi krisis pasien dan pemenuhan asuhan secara holistik terhadap pasien

adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap kesehatan spiritual perawat, serta

menyebabkan kepuasan hidup perawat yang rendah (Azarsa et al., 2015).

Kesehatan spiritual atau kesejahteraan spiritual menurut (Hungelmann et

all, 1985 dalam Potter & Perry, 2013) adalah suatu rasa keharmonisan dimana
3

merasa saling dekat dengan Tuhan, diri sendiri, alam, serta dengan orang lain.

Kesehatan spiritual menurut (Shojaei, 2011 dalam Abbas et al., 2016) merupakan

suatu pemeliharaan dan aktualisasi dalam berhubungan dengan Allah dan

merancang pribadi yang stabil dan dari pribadi stabil tersebut memiliki tujuan

hidup, jujur, mempunyai hubungan produktif yang sehat dengan diri sendiri dan

orang lain. Ekspresi dari spiritualisasi seseorang terhadap orang lain dapat dilihat

dari perasaan kegembiraan, tertawa, keterlibatan dalam keagamaan, melalui

persahabatan, tertawa, ampunan, harapan, melayani orang lain, serta memiliki rasa

empati terhadap orang lain (Kozier, 2010).

Kesehatan spiritual dalam prespektif islam dapat dimanifestasikan dengan

adanya hubungan keterkaitan individu dengan Allah sebagai dimensi vertikal dan

hubungan keterkaitan individu dengan mahluk hidup lainnya sebagai dimensi

horizontal. Namun saat ini hubungan dengan Allah, diri sendiri dan orang lain

diarah yang sama, hubungan dengan diri dan orang lain menjadi tindakan spiritual

ketika dikaitkan dengan perintah Allah. Beberapa tanda sehat spiritual dalam

pandangan islam yaitu; rasa cinta terhadap Allah, hidup berdasarkan tugas,

rasionalitas agama, percaya kehidupan setelah kematian, kenyamanan, serta

keseimbangan psikologis. Perawat dalam menjalankan perannya sebagai pemberi

asuhan keperawatan harus dapat menjadi role model peran spiritual bagi kliennya.

Perawat yang sehat spiritualnya akan mempunyai pegangan terhadap keyakinan

spiritual yang dapat memenuhi kebutuhan untuk mendapatkan arti dan tujuan

hidup, mencintai berhubungan, dan pengampunan. Taylor (1997) dalam Hamid,

(2008) menyatakan perawat yang sehat spiritual akan mempunyai pegangan


4

terhadap spiritual dalam mendapatkan arti hidup, meluangkan waktu untuk

memupuk kekuatan spiritual diri sendiri, menghargai keyakinan dan praktik

spiritual orang lain meskipun berbeda dengan keyakinan spiritual perawat

tersebut, serta menunjukkan perasaan damai, kekuatan batin, kehangatan,

keceriaan, kreativitas dalam berinteraksi dengan orang lain, serta memiliki

perilaku yang caring (Hamid, 2008). Ketika perawat sehat secara spiritual akan

menyebabkan tingginya kualitas kerja mereka dan penerimaan mereka terhadap

situasi dan suatu keterbatasan tertentu, sehingga mereka akan bekerja dengan

maksimal. Perawat yang sehat spiritualnya juga akan memiliki sikap yang ihklas,

memiliki tujuan hidup, empati serta caring terhadap orang lain. Penelitian

Rudolfsson, & Barbosa, (2014) didapatkan bahwa konsep spiritualitas dan caring

memiliki arti yang sama, dan jelas bahwa spiritualitas dan spiritual dalam konteks

keperawatan berkaitan erat dengan konsep caring.

Sebagai salah satu profesi yang lebih banyak menghabiskan waktu dalam

memberikan perawatan terhadap pasien akan berakibat terhadap kelelahan fisik,

stres dan tekanan psikologis pada tugas. Ketika seorang perawat tidak sehat secara

spiritual, akan menyebabkan ketidakmampuan perawat dalam mengatasi

kelelahan dan tuntutan kerja, yang dapat memperbesar resiko burnout. Tingginya

tingkat burnout akan berdampak terhadap turnover intention perawat. Dalam

penelitian Budiono (2010) didapatkan bahwa spiritualitas ditempat kerja, perawat

dirumah sakit islam Unisma Malang termasuk dalam kategori tinggi dengan nilai

4,06, semakin tinginya spiritualitas seseorang ditempat kerja, maka semakin tinggi

komitmen organisasional yang akan menurunkan tingkat turnover intention


5

(Budiono & Alamsyah, 2014). Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh

Mulyono (2010) menyebutkan bahwa pengalaman spiritual yang diperoleh

perawat yang terfasilitasi di STK (Tingkat Spiritualitas Ditempat Kerja) dapat

memberikan dampak positif bagi dirinya dan menimbulkan kepercayaan terhadap

organisasi di Rumah Sakit Islam Fatimah Cilacap (Mulyono, 2010) .

Berdasarkan studi literatur serta observasi yang dilakukan peneliti, belum

dipenuhinya kebutuhan spiritual pasien oleh perawat di RSUD Kabupaten

Tangerang, menurut Hamid (2008) alasan perawat tidak memberikan asuhan

keperawatan spiritual karena perawat merasa kurang nyaman dengan spiritualitas

pribadinya, serta kurang menganggap penting kebutuhan spiritual pasien. Selain

hal tersebut juga penelitian yang berkaitan dengan gambaran kesehatan

spiritualitas saat ini baru diteliti di rumah sakit islam. Penelitian yang dilakukan

oleh Cipta, (2015) didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki nilai

kesehatan spiritual yang tinggi yaitu sebesar 76%, sedangkan penelitian untuk

mengetahui gambaran kesehatan spiritual perawat dirumah sakit umum belum

dilakukan. Dari uraian di atas peneliti ingin mengetahui gambaran kesehatan

spiritual islam perawat di RSUD Kabupaten Tanggerang yang termasuk salah

satu rumah sakit yang bukan berbasis islam.

B. Rumusan Masalah

Peran perawat sebagai tenaga profesional adalah memberikan asuhan

keperawatan secara holistik. Pemenuhan asuhan secara holistik dan situasi krisis

pasien dapat berpengaruh terhadap kesehatan spiritual perawat, serta dapat


6

menyebabkan kepuasan hidup yang rendah. Padahal dalam pemberian asuhan

keperawatan, perawat harus menjadi role model peran spiritual bagi kliennya.

Penelitian yang dilakukan oleh Cipta dengan judul “Gambaran Kesehatan

Spiritual Perawat Di Ruang Perawatan Intensif Rumah Sakit Al-Islam Bandung”

didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki nilai kesehatan spiritual

yang tinggi yaitu sebesar 76%. Penelitian terkait gambaran kesehatan spiritual

perawat baru dilakukan dirumah sakit islam, sedangkan di rumah sakit umum

belum dilakukan penelitian. Perawat sebagai salah satu profesi yang lebih banyak

menghabiskan waktu dalam memberikan perawatan terhadap pasien, akan

berakibat pada kelelahan fisik, stres dan tekanan psikologis pada tugas yang akan

memperbesar resiko burnout perawat. Tingginya tingkat burnout akan berdampak

terhadap turnover intention perawat. Ketika seorang perawat sehat secara spiritual

akan menyebabkan tingginya kualitas kerja mereka, menerima setiap situasi dan

keterbatasan tertentu, sehingga mereka akan bekerja dengan maksimal. Perawat

yang sehat secara spiritual juga akan memiliki sikap yang ihklas, memiliki tujuan

hidup, serta memiliki rasa empati serta caring terhadap orang lain. Dari latar

belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melihat bagaimana gambaran kesehatan

spiritual islam perawat, dan faktor - faktor yang mempengaruhi kesehatan

spiritual islam perawat di rumah sakit umum yang tidak berbasis islam khususnya

di RSUD Kabupaten Tanggerang.


7

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran kesehatan spiritual Islam perawat di Rumah Sakit

Umum Kabupaten Tanggerang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik responden (usia, jenis kelamin, pendidikan,

masa kerja).

b. Mengetahui gambaran kesehatan spiritual Islam perawat di RSUD

Kabupaten Tanggerang.

c. Mengetahui gambaran kesehatan spiritual Islam perawat di RSUD

Kabupaten Tanggerang melalui tiga komponen yaitu: kesejahteraan

spiritual,pengalaman spiritual, lokus kontrol spiritual

d. Mengetahui distribusi proporsi kesehatan spiritual berdasarkan

karakteristik responden

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memperkaya

literatur yang berkaitan dengan spiritual ilmu. Penelitian ini juga diharapkan dapat

memberikan wawasan bagi perawat, sehingga dapat meningkatkan kesadaaran

perawat dalam menjaga kesehatan spiritual mereka, serta menjadi bahan

pertimbangan bagi institusi dalam memperhatikan kesehatan spiritual perawat

dengan memberikaan suatu fasilitas-fasilitas yang berhubungan dengan

spiritualitas.
8

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan dengan jenis penelitian kuantitatif deskriptif,

dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuisoner. Penelitian ini

merupakan penelitian yang terkait dengan gambaran kesehatan spiritual perawat..

Penelitian akan dilakukan di rumah sakit umum kabupaten Tanggerang, dengan

populasi yang akan diambil untuk penelitian ini adalah perawat yang bertugas di

ruangan rawat inap.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Spiritualitas

1. Spiritualitas

Spiritualitas adalah suatu satu kesatuan tema yang ada didalam hidup kita dan

merupakan suatu keadaan hidup. Farran et al, (1989) dalam Potter Parry (2013)

mengatakan bahwa spiritual merupakan suatu komitmen tertinggi individu, dan

merupakan prinsip yang paling komprehensif dari perintah atau suatu nilai final

yaitu argumen yang sangat kuat yang diberikan dalam hidup kita. Watson (1999)

menggambarkan bahwa spiritualitas merupakan milik manusia yang

memungkinkan kesadaran diri, meningkatkan kesadaran, dan memberikan

kekuatan untuk melampaui diri dari biasanya (Chan, 2010). Mickley et al (1992)

dalam Hamid (2008) mengatakan bahwa spiritualitas sebagai suatu yang

multidimensi, yaitu dimensi eksistensial dan dimensi agama, dimana dimensi

eksistensial lebih berfokus terhadap tujuan dan arti dari kehidupan,sedangkan

dimensi agama lebih memandang pada hubungan seseorang dengan tuhan yang

maha esa (Hamid, 2008).

Spiritualitas adalah suatu yang multidimensi yang mengacu kepada hubungan

seseorang terhadap dirinya sendiri, dan berhubungan dengan orang lain, serta

hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi atau Tuhannya. Spiritualitas

dapat membantu seseorang dalam menentukan makna hidup dan tujuan hidup

mereka DeLaune (2011). Frankl (1985) dalam DeLaune (2011) menekankan

bahwa kebutuhan akan makna merupakan kekuatan utama dalam kehidupan

9
seseorang. Ketika seseorang mengajukan pertanyaan seperti “apa artinya ini” dan

“mengapa saya?” merupakan suatu usaha seseorang dalam menemukan suatu

makna. Frankl (1985) dalam DeLaune (2011) menyebutkan bahwa, orang yang

menemukan kebermaknaan dengan yang mereka ambil dari dunia, dan apa yang

telah mereka berikan kepada dunia, serta sikap mereka dalam menanggapi suatu

masalah (DeLaune & Ladner, 2011).

Banyak orang yang mengalami kesulitan dalam membedakan spiritualitas

dengan realigi. Kedua istilah berikut pastinya memiliki hubungan dimana

seseorang mengikuti suatu ritual atau praktik keagamaannya tentunya untuk

mengekspresikan spiritualitasnya, namun kedua istilah tersebut tidak sama.

Keyakinan spiritual merupakan suatu upaya seseorang dalam memahami tempat

seseorang didalam kehidupan, yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya dalam

hubungannya dengan sesuatu yang lebih tinggi, diri sendiri, orang lain dan

lingkungan secara menyeluruh. Sedangkan religi berkaitan dengan “keadaan

melakukan” atau suatu sistem yang berkaitan dengan bentuk ibadah tertentu.

Emblem (1992) dalam Potter Perry (2013) mendefinisikan religi merupakan suatu

sistem keyakinan dan ibadah yang terorganisasi serta memiliki suatu aturan-aturan

tertentu yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari- hari untuk secara jelas

menunjukkan spiritualitas mereka (Potter & Perry, 2013). Perbandingan

spiritualitas dan agama dapat dilihat di tabel 2.1.


Tabel 2.1
Perbandingan antara Religi Dan Spiritualitas

Religi Spiritualitas
a) Sesuatu didalam spiritualitas Universal
b) Golongan agama umum
c) Kebiasaan ritual secara spontan
d) Kognitif affectiv
e) Bersifat umum private

Sumber : DeLaune & Ladner, (2011)

2. Tahapan Perkembangan Spiritual

Proses perkembangan manusia tidak hanya terjadi perkembangan secara fisik,

kognitif, moral, namun mereka juga mengalami perkembangan spiritual.

Westerhoff (1976) dalam Berman (2008) menjelaskan bahwa spiritualitas

mengalami perkembangan yang sebelumnya cara berprilaku, kepercayaan masih

dipandu oleh orang tua dan orang lain selama masih bayi dan anak-anak dan

ketika mereka dewasa, keyakinan yang dimiliki akan berfungsi sebagai petunjuk

untuk melakukan sesuatu tindakan. Fowler membagi perkembangan spiritual ini

kedalam bebrapa tahapan dengan masing - masing karakteristiknya seperti yang

terdapat didalam tabel 2.2 (Kozier, Barbara J. Berman, 2008).

Tabel 2.2
Tahap Perkembangan Spiritual

Tahap perkembangan Karakteristik


 Neonatus dan balita memperoleh dasar-dasar
spiritual dari rasa percaya, kebersamaan,
0-3 Tahun keberanian, serta rasa cinta dan kasih sayang.
Transisi ketahap berikutnya dimulai ketika
pemikiran dan bahasa anak sudah dapat
memungkinkan menggunakan simbol-simbol
Anak masa pra- sekolah (3-7  Merupakan fase fantasi, meniru dimana anak
tahun ) dapat dipengaruhi oleh contoh- contoh,suasana
hati dan tindakan
Tahap perkembangan Karakteristik
 Anak dapat menghubungkan antara intuisi
dengan kondisi terakhirnya melalui cerita-
cerita,gambar dan perasaan serta menjadikan
suatu keyakinan sebagai bentuk kejadian yang
nyata (misalnya : santa claus, dan tuhan
merupakan kakeknya yang berada dilangit)
 Anak sudah dapat menggunakan konsep secara
abstrak atau fantasi untuk menggambarkan
spirituallitas meraka serta anak sudah dapat
Anak usia sekolah (7 – 12 berfikir konkrit untuk menuntut bukti.
tahun)  Anak sudah dapat menerima cerita dan arti dari
keyakinan, anak dapat diajak diskusi tentang
apa keyakinan mereka dan mengevaluasi
pikiran.
 Sudah menegtahui arti dan tujuan hidup,
kepercayaan dapat berkembang dan
memcobanya dalam kehidupan meraka serta
Remaja keyakinan spiritual dapat membantu
pemahaman mereka tentang lingkungan.
 Menguji nilai kepercayaan orang tua mereka
dan dapat menolak atau menerimanya.
 Umumnya kepercayaan mereka sesuai dengan
kepercayaan orang-orang yang ada di sekitar
mereka.
 Sudah mampu mengetahui identitas diri dan
dapat membedakan pandangan dunia, serta
Dewasa muda (18 – 25 tahun) mengembangkan agama dan kepercayaan
secara personal sebagai simbol agama dan
keimanan.
 Pada usia ini seseorang sudah mampu
membedakan sesuatu yang salah dan benar,
Dewasa pertengahan (25 – 38 sudah memiliki rencana kehidupan, dan
tahun) mengevaluasi kejadian terdahulu terhadap
kepercayaan dan nilai spiritualitasnya.
 Pada tahap ini seseorang mengintropeksi diri
Dewas akhir (38 – 65 tahun) dan nilai spiritualitasnya
 Mulai membayangkan dan mempersiapkan
Lanjut usia ( 65 tahun sampai kematian, menurut Heber (1987) bahwa
meninggal) seseorang yang spiritualitasnya baik dapat
melanjutkan kehidupannya secara baik pula,
serta dapat mmenerima kehidupan dan tidak
takut mati, sedangkan bagi seseorang yang
spiritualitasnya tidak baik menunjukkan
kurangnya tujuan hidup, tidak dicintai, dan takut
mati
Sumber : (Fowler, 1981 dalam Kozier, Barbara J & Berman 2008).
3. Konsep Yang Berhubungan Dengan Spiritual

Kozier dkk (2008) menyebutkan karena spiritualitas merupakan suatu refleksi

dari pengalaman batin yang diekspresikan secara personal atau individual maka

spiritualitas dapat banyak mempresentasikan berbagai aspek yang berada didalam

manusia, diantaranya adalah agama, iman, harapan, transendensi dan

pengampunan. Konsep yang berkaitan tersebut akan diuraikan secara singkat

sebagai berikut:

a. Agama

Agama merupakan suatu sistem dari keyakinan dan praktik - praktik ritual

yang terorganisir. Agama merupakan suatu cara dalam mengekspresikan nilai

spiritual seseorang dengan memberikan panduan bagi individu yang

mempercayainya dalam menanggapi pertanyaan dan tantangan kehidupan.

Banyak praktik atau ritual keagamaan tradisional yang sering ditemukan

diberbagai peristiwa yang berkaitan dengan kehidupan seperti ritual

kelahiran, perkawinan, penyakit, kematian, dll yang biasanya dipengaruhi

oleh budaya, serta tradisi agama dapat juga diaplikasikan kedalam kehidupan

sehari-hari seperti cara berpakaian, makan, interaksi sosial, menstrusi dan

hubungan seksual. Perkembangan agama dapat sejajar atau mungkin tidak

sejajar dengan pengembangan spiritual. misalnya, seseorang yang mungkin

mengikuti praktik- praktik keagamaan tertentu namun tidak dapat mengambil

makna simbolik di balik praktik tersebut (Mahmoodishan, Alhani, Ahmadi, &

Kazemnejad, 2010).
b. Keimanan (Faith)

Kozier (2008) menyebutkan iman adalah percaya atau memiliki komitmen

terhadap sesuatu atau seseorang. Fowler (1981) menggambarkan bahwa

keimanan dapat ada pada individu yang beragama maupun tidak. Iman

kadang-kadang melibatkan kepercayaan terhadap zat yang lebih tinggi

kekuasaannya seperti Allah umtuk memberi tujuan dan makna dalam

kehidupan (Potter & Patricia., 2009). Keimanan dapat memberikan arti hidup,

memberikan kekuatan terhadap seseorang yang mengalami kesulitan dalam

hidupnya. Seseorang yang sedang sakit keimanan terhadap Allah yang berada

didalam dirinya maupun dari dalam diri setiap tim kesehatan atau kombinasi

dari keduanya akan memberikan kekuatan dan harapan. Iman seseorang akan

menjadi lebih kuat ketika mereka memandang bahwa penyakit dan kesulitan

yang ada sebagai kesempatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik (Kozier,

Barbara J & Berman, 2008).

c. Harapan

Stephenson (1991), harapan merupakan suatu proses antisipasi terhadap

sesuatu yang menyebabkan interaksi berpikir, bertindak, perasaan yang

diarahkan untuk pemenuhan masa depan. Tidak adanya harapan seseorang

akan menyerah, kehilangan semangat, dan kemungkinan penyakit bertambah

parah (Kozier, Barbara J. Berman, 2008). Harapan merupakan dasar dari

kehidupan dan dimensi esensial terhadap keberhasilan dalam mengatasi

keadaan saat sakit maupun kematian (Miler 2007 dalam Syam, 2010).
d. Trensendensi

Merupakan presepsi individu tentang diri sendiri untuk melihat perspektif

yang lebih luas dari kehidupan dan keberadaannya. Trensendensi juga

merupakan suatu pengakuan individu bahwa terdapat sesuatu yang lain yang

lebih tinggi dari dirinya (Kozier, Barbara J. Berman, 2008). Trensendensi

memiliki sifat yang dinamis dimana pencarian terus menerus untuk

mendapatkan pengayaan melalui keterhubungan. Dalam penelitian L chung

2007, mereka menggunakan istilah spiritualitas untuk menunjukkan inti

terdalam dari kepribadian individu yang mencakup hubungan dengan diri

sendiri, orang lain dan Tuhan (Chung, Wong, & Chan, 2007).

e. Pengampunan

Konsep pengampunan mendapat perhatian yang lebih dari kalangan tenaga

kesehatan profesional. Bagi banyak klien yang sakit atau menderita kecacatan

membawa rasa malu atau perasaan bersalah. Keadaan tersebut ditafsirkan

sebagai suatu hukuman atas dosa- dosa di masa lalu. Klien yang akan

menghadapi kematian akan mencari pengampunan dari orang lain serta dari

Allah. Perawat memiliki peranan penting dalam membantu klien untuk

memahami proses pengampunan dan penerimaan terhadap penyakitnya

(Kozier, 2010).

4. Karakteristik Spiritual

Karakteristik spiritualitas seseorang dapat dilihat dengan bagaimana seseorang

berhubungan dengan dirinya sendiri, orang lain, lingkungan, serta dengan

Tuhannya, lihat tabel 2.3 (DeLaune & Ladner, 2011).


Table 2.3
Karakteristik Spiritualitas

Karakteristik Deskripsi
Hubungan dengan diri sendiri Memiliki pengetahuan diri (siapa dirinya) dan
mengetahui kemampuan diri sendiri, serta
memiliki sikap percaya diri.
Hubungan dengan orang lain Caring tehadap orang lain ketika meraka
memerlukan bantuan
Memiliki sikap berbagi
Hubungan dengan lingkungan Melesatarikan alam
Berkomunikasi dengan alam (contohnya:
bertanam dan berjalan kaki)
Hubungan dengan Tuhan Meditasi atau berdoa
Berpartisipasi dalam ritual ibadah
Sumber : (DeLaune & Ladner, 2011).

Penjelasan di atas dapat menyatakan secara ringkas bahwa seseorang terpenuhi

kebutuhan spiritualnya jika mampu:

a. Mengetahui makna dan arti personal yang positif tentang tujuan serta

keberadaannya di dunia

b. Mengembangkan arti suatu masalah atau penderitaan dan dapat

mengambil hikmah dari suatu kejadian tersebut

c. Menjalin hubungan positif, rasa percaya dan cinta teradap orang lain

serta mengembangkan hubungan dengan orang lain secara positif

d. Merasa diri berharga dan dapat membina integritas personal

e. Memiliki kehidupan yang terarah yang terlihat dari harapan (Hamid,

2008).

B. Konsep Kesehatan Spiritual

1. Definisi Kesehatan Spiritual

Kesehatan spiritual adalah rasa harmonis atau saling keterikatan antara diri

sendiri dengan orang lain, alam serta dengan kehidupan tertinggi. Seseorang dapat
memperoleh kesehatan spiritual dengan menemukan keseimbangan antara nilai -

nilai, tujuan, keyakinan dan hubungan mereka dengan orang lain. Seseorang yang

sehat secara spiritual akan mampu memaafkan diri sendiri dan orang lain, dapat

menerima suatu penderitaan atau kematian, memiliki kualitas hidup yang baik,

dan memiliki nilai positif terhadap fisik, dan memiliki kesejahteraan emosional

(Potter & Patricia A, 2009).

Sehat spiritual adalah suatu rasa keharmonisan antara diri dengan orang lain,

alam, dan kekuatan yang tertinggi (Allah) (Kozier, Barbara J. Berman, 2008).

Thomas (1999) dalam Amirsyam (2010) sehat spiritual merupakan suatu

kemampuan individu dalam membangun spiritualnya sehingga penuh dengan

potensi dan kemampuan untuk mengetahui tujuan hidup, belajar mencintai orang

lain, kasih sayang, kedamaian, kesejahteraan, serta dapat membantu diri sendiri

dan orang lain untuk dapat menerima potensi tertinggi yang dimiliki (Syam,

2010). Seseorang dilahirkan dalam keadaan spiritual yang sehat, dan kemuadian

mereka akan diajarkan religiusitas yang nantinya akan menentukan bagaimana

tingkat spiritualitas seseorang (Memaryan, Rassouli, & Mehrabi, 2016).

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Spiritual

Faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan spiritual seseorang menurut Ruth

(2009) adalah budaya, jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, krisis, isu moral

dan pemisahan dapat mempengaruhi perubahan kesehatan spiritual seseorang.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi kesehatan spiritual menurut Hamid (2008)
adalah tahap perkembangan. Faktor – faktor tersebut akan dijelaskan sebagai

berikut:

a. Budaya (Ruth, 2009)

Latar belakang sosial budaya seseorang akan mempengaruhi keyakinan,

sikap dan nilai-nilai yang dimiliki oleh seseorang. Seseorang akan mengikuti

dan mempelajari tradisi agama dan spiritual keluarga. Anak akan belajar

pentingnya melaksanakan kegiatan keagamaan, termasuk nilai moral dari

hubungan keluarga serta peran dalam berbagai bentuk kegiatan keagaman.

Apapun tradisi agama atau sistem kepercayaan yang dianut seseorang, tetap

saja pengalaman spiritual merupakan hal yang unik bagi tiap individu. Namun

tidak semua orang akan mengikuti tradisi spiritual dan agama dari keluarga

asal meraka.

b. Jenis Kelamin

Spiritual akan bergantung dengan kepercayaan masyarakat dan kelompok

agama terhadap ajaran tentang jenis kelamin atau perilaku yang diharapkan

untuk pria dan wanita. Sebagai contoh, islam memerintahkan wanita untuk

menutup auratnya. Dalam beberapa kasus yang menjadi pemimpin spiritual

selalu laki-laki.

c. Pengalaman Hidup

Pengalaman hidup baik yang positif maupun negatif dapat mempengaruhi

tingkat spiritualitas seseorang dan hal tersebut juga dipengaruhi oleh

bagaimana seseorang mengartikan pengalaman tersebut secara spiritual.

Peristriwa yang terjadi dalam kehidupan sering dianggap sebagai suatu cobaan
yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk menguji keimanannya. Begitu

pula pengalaman hidup yang menyenangkan sekalipun, seperti pernikahan,

pelantikan kelulusan, kenaikan pangkat atau jabatan. Saat ini, kebutuhan

spiritual akan meningkat memerlukan kedalaman spiritual dan kemampuan

koping untuk memenuhinya.

d. Krisis Dan Perubahan

Krisis dan perubahan dapat menguatkan tingkat spiritualitas seseorang.

Krisis spiritual sering dialami seseorang ketika menghadapi penyakit,

penderitaan, proses penuaan, kehilangan dan bahkan kematian, khususnya

pada klien yang mengalami penyakit terminal atau prognosis yang buruk.

Perubahan kehidupan dan krisis yang dihadapi tersebut merupakan suatu

pengalaman spiritual.

e. Terpisah Dari Ikatan Spiritual

Klien yang menderita sakit, klien yang dirawat dirumah sakit atau dipanti

jompo sering membuat seseorang merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan

pribadi dan dukungan sosial. Klien mungkin merasa tidak aman dan merasa

terisolasi dalam ruangan yang asing baginya dan berubahnya kebiasaan hidup

sehari-hari. Terpisahnya klien dari ikatan spiritual dapat berisiko terjadinya

perubahan fungsi spiritual.

f. Isu Moral Terkait Dengan Terapi

Kebanyakan agama, proses penyembuhan penyakit dianggap merupakan

sebagai cara Tuhan dalam menunjukkan kebesarannya, meskipun tidak sedikit

yang menolak intervensi pengobatan. Prosedur dalam dunia medis sering


sekali menjadi dilema karena dapat dipengaruhi oleh agama, misalnya

transplantasi organ, sirkumsisi, pencegahan kehamilan, sterilisasi. Adanya

konflik antara keyakinan agama dan prosedur medis sering dialami oleh klien

serta tenaga kesehatan.

g. Asuhan keperawatan yang tidak sesuai

Perawat diharapkan peka dan mengerti kebutuhan spiritual klien ketika

memberikan asuhan keperawatan, namun pada praktiknya perawat justru

menghindar dalam memberikan asuhan keperawatan spiritual, alasannya

perawat merasa kurang nyaman dengan kehidupan spiritualnya pribadi,

kurang menganggap penting kebutuhan spiritual klien, tidak memiliki atau

tidak mendapatkan pendidikan spiritual dalam keperawatan, atau merasa

bahwa dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien bukanlah tugasnya, namun

merupakan tanggung jawab dari pemuka agama. Isu yang mungkin timbul

antara perawat dan klien dalam memberiakan asuhan spiritual, antara lain:

1) Pluralisme: klien dan perawat menganut kepercayaan dan iman yang

berbeda dengan penerimaan terhadap kepercayaan yang berbeda.

2) Fear: ketidakmampuan mengatasi situasi, merasa melanggar privasi

klien, atau merasa bimbang atau tidak pasti dengan sistem kepercayaan

dan nilai yang ada didalam dirinya sendiri

3) Kesadaran tentang pertanyaan spiritual: apa yang memberikan arti,

tujuan, harapan dan merasakan cinta dalam kehidupan pribadi perawat

4) Bingung: bingung atau tidak dapat membedakan antara agama dan

konsep spiritual.
h. Tahap Perkembangan

Hamid (2008) menyatakan seorang anak seharusnya memiliki kemampuan

berpikir abstrak sebelum memahami spiritualitas yang ada didalam dirinya

untuk mengeksplorasi hubungan dengan kekuatan yang paling tinggi.

Berdasarkan penelitian hasil david heller terhadap anak - anak usia 4 sampai

12 tahun, dengan empat agama yang berbeda ditemukan mereka memiliki

presepsi terhadap Tuhan dan kegiatan ibadah yang berbeda menurut usia, jenis

kelamin, agama dan kepribadian anak. Anak-anak mendeskripsikan tentang

Tuhan yang bekerja melalui kedekatan dengan manusia dan saling terikat

dengan kehidupan, mempercayai tuhan terlibat dalam suatu

perubahan,mempercayai tuhan memiliki kekuatan. Anak- anak yang dewasa,

pengalaman hidup biasanya berpengaruh dengan kematangan keyakinan

spiritual.

3. Indikator Kesehatan Spiritual

Indikator seseorang dikatakan sehat spiritual menurut Kozier (2008)

ditujukkan pada tabel 2.4 sebagai berikut:

Tabel 2.4
Indikator Kesehatan Spiritual

a. Beriman
b. Berharap
c. Memiliki makna dan tujuan hidup
d. Perasaan damai
e. Kemampuan mencintai
f. Kemampuan untuk memaafkan
g. Kemampuan untuk berdoa
h. Kemampuan untuk ibadah
i. Memiliki pengalaman spiritual
j. Melakukan kegiatan ibadah dan membaca ayat-ayat
k. Berpartisipasi dalam meditasi
l. Berekspresi melalui lagu
m. Berekspresi melalui seni
n. Berekspresi melalui tulisan
o. Keterhubungan dengan diri sendiri
p. Keterhubungan dengan orang lain
q. Dapat berinteraksi dengan orang lain untuk berbagi pikiran , perasaan dan
keyakinan.
Sumber : Kozier, barbara J. berman, (2008)

4. Kesehatan Spiritual dan Perawat

Profesi keperawatan dibandingkan dengan tenga kesehatan lainnya, perawat

lebih menghabiskan banyak waktu dengan pasien, mereka membantu pasien

dalam menemukan makna hidup dan berusaha meningkatkan kesehatan mereka,

membantu menyelesaikan krisis penyakit, hospitalisasi, dan kehilangan orang

yang mereka cintai, perawat juga membantu meningkatkan hubungan pasien

dengan Allah melalui nilai - nilai dan kualitas hidup (Mauk, 2004). Penelitian

yang dilakukan oleh Abdollah Khorami-Markani (2015) menunjukkan bahwa ada

hubungan antara kesehatan spiritual perawat dan presepsi mereka terhadap

pemenuhan asuhan keperawatan spiritual terhadap pasien. Perawat yang bekerja

pada ruangan onkologi memiliki kesehatan spiritual yang baik. Perawat

menyatakan bahwa ketika bekerja pada ruangan onkologi mereka melihat dirinya

lebih dekat dengan kematian, mereka bekerja tanpa memikirkan material yang

didapatkan, dimana mereka mendapatkan kedamaian dalam bekerja (Markani,

2015).

Profesi keperawatan adalah profesi yang sangat identik dengan sikap

caring. Profesi perawat memiliki fungsi yang tinggi terhadap kesehatan fisik,

mental, spiritual kliennya Potter & Perry (2009). Perawat memberikan asuhan
keperawatan yang tidak hanya aman, efektif tetapi juga memelihara kesehatan

dan kesejahteraan hidup, sewhingga perawat harus dapat mencapai keseimbangan

antara kehidupan profesional dan pribadi mereka. Perawat perlu memiliki waktu

untuk dapat merenungkan kesehatan fisik pribadi mereka, kesehatan mental,

sosial serta spiritual yang akan mempengaruhi pemenuhan asuhan keperawatan

terhadap klien. Ketika perawat sehat secara fisik, mental, sosial dan spiritual,

akan menyebabkan tingginya kualitas kerja mereka dan bermanfaat untuk orang

lain sera menerima setiap situasi dan keterbatasan (Mauk, 2004).

Banyaknya tuntutan pekerjaan perawat, serta meningkatnya kompleksitas

perawatan kesehatan meyebabkan tidak sedikit perawat yang mengalami rasa

frustasi, kelelahan dan kekecewaan terkait peran profesional. Figley (1995) dalam

Mauk, (2004) mengidentifikasi penyebab kelelahan mencakup semua hal, tidak

hanya melibatkan kelelahan fisik, tetapi juga kelelahan mental, sosial dan

kelelahan spiritual. Perawat memberikan banyak energi dari waktu kewaktu,

namun mereka tidak dapat mengembalikan keseimbangan energi pribadi mereka.

Stres dan tekanan psikologis pada tugas dapat menyebabkan kelelahan sehingga

beresiko untuk burnout. Sebaliknya, jika pengalaman menjadi perawat

memberikan kepuasan, ketika perawat memiliki tujuan dalam memberikan asuhan

keperawatan mereka akan mendapatkan rasa puas. Hal ini akan meningkatkan

kepercayaan diri mereka, memiki kekuatan, dan memiliki spiritualitas yang baik

(Mauk, 2004).
5. Kegiatan Untuk Mencapai Kesejahteraan Spiritual

Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai kesejahteraan spiritual antara lain:

a. Mengikuti Pengajian/ Kegiatan Keagamaan

Berpartisipasi dalam komunitas keagamaan dapat memberikan banyak

manfaat dan dapat memperkaya jiwa. Ritual ibadah menjadi sumber seseorang

untuk mendapatkan kenyamanan.

b. Berdoa

Berdoa, menghabiskan waktu sendirian untuk bermeditasi, adalah suatu

kegiatan atau latihan yang berguna. Seseorang dapat berdoa dengan doa yang

sesederhana mungkin untuk meminta bantuan atau memohon rahman terhadap

Allah.

c. Dukungan Spiritual

Dukungan spiritual dapat datang dari berbagai bentuk, ada yang

mendapatkan dukungan spiritual dari suatu komunitas yang dijadwalkan

secara rutin di mesjid. Cara lain yang sering digunakan seseorang untuk

mendapat dukungan spiritual adalah mencari guru spiritual, atau pembimbing

spiritual.

d. Energi spiritual yang dapat dari perawat

Keperawatan merupakan suatu profesi yang mencakup seni dan bakat.

Seorang perawat harusnya dapat memberikan asuhan keperawatan spiritul

terhadap klien, sehingga klien dapat menangkap atau mengambil energi

spiritual dari perawat tersebut (Mauk, 2004).


6. Kesehatan Spiritual Dalam Islam

Islam secara harfiah berarti “menyerah” dengan apapun kehendak Allah.

Dalam ajaran islam yang terdapat didalam Al-Quran dan hadist, tidak ada

perbedaan antara agama dan spiritualitas. Dalam konteks islam, tidak ada

spiritualitas tanpa pengalaman dan praktik keagamaan; agama akan memberikan

jalan spiritual untuk keselamatan dan jalan hidup seseorang. Seorang muslim akan

merangkul Allah dan mencari makna, tujuan dan kebahagiaan dalam kehidupan

dunia dan akhirat (Abbas et al., 2016).

Kesehatan spiritual menurut Mesbah (2012) dalam Abbas et al., (2016)

mengatakan bahwa kesehatan spiritual merupakan suatu situasi dengan beberapa

tahapan yang berbeda, dimana pengetahuan, sikap dan kemampuan akan

diaktualisasikan dalam semangat yang akan menyebabkan keterkaitan dengan

Allah, diri sendiri, masyarakat dan alam. Shojaei (2011) menyatakan kesehatan

spiritual yaitu suatu aktualisasi individu sebagai fitrah untuk terhubung secara

kuat dengan Allah sehingga individu tersebut memiliki pribadi yang stabil,

memiliki tujuan hidup, jujur, dan hubungan produktif dengan dirinya sendiri dan

orang lain. Kesehatan spiritual dalam islam merupakan serangkaian tindakan dan

langkah-langkah yang diambil untuk mengembangkan jiwa sehingga seperti sifat

sang pencipta (Allah).

7. Tanda Sehat Spiritual Islam

Menurut (Abbas et al., 2016), mencintai sang pencipta (Allah), tugas berbasis

kehidupan, agama yang rasional, psikologis yang seimbang, percaya terhadap


akhirat, dan memiliki moral yang baik yang merupakan karakteristik atau tanda

sehat secara spiritual dalam islam. Abbas (2016) menjelaskan poin –poin diatas

sebagai berikut:

a. Cinta sang pencipta

Rasa keterhubungan dengan Allah, individu lainnya dan alam

semesta. Karena Allah lah yang menciptakan manusia, maka Allah

mengetahui apa yang terbaik untuk kehidupan umatnya. Individu menyembah

dan berdoa serta mematuhi setiap perintah-Nya, dan apapun yang ia kerjakan

hanya untuk Allah.

b. Psikologis yang seimbang

Seorang yang yang beriman terhadap Allah tidak akan mengalami

stres, kecewaan yang berlebihan serta depresi. Mereka memiliki rasa damai,

harapan, kepercayaan, memiliki makna, tujuan hidup serta kepuassan

spiritual. Seeorang yang memiliki kesehatan spiritual percaya bahwa tidak

akan ada sesuatu yang buruk dapat terjadi dan yang menyakiti kita kecuali

atas kehendak Allah. Hal ini menyebabkan keseimbangan psikologis.

c. Hidup berdasarkan tugas

Ketika seseorang mengakui dan percaya bahwa Allah merupakan

satu- satunya Tuhan Tugas dalam kehidupan mengharuskan seseorang untuk

memahami dan memenuhi semua tanggung jawab dan tugas sehingga

menjadi lebih dekat kepada Allah. Kehidupan berdasarkan tugas memiliki

tiga sub kategori diantaranya: etika, upaya untuk suci, dan adil. Seseorang

yang berhubungan baik terhadap orang lain, mencoba untuk bertindak dengan
cara yang benar sesuai tugasnya berdasarkan perintah Allah. Dengan ini ia

akan menjadi individu yang penyayang dan penuh perhatian terhadap semua

mahluk, bersifat jujur yang menjadi dasar mengingat Allah. Menghilangkan

perasaan marah dan dendam, hal ini akan menyebabkan seseorang memiliki

sikap alturisne. Alturisme berarti membantu orang lain dengan tulus, bahkan

jika hal tersebut tidak akan membawa keuntungan untuk diri sendiri. Adil

berarti tidak akan menghilangkan hak-hak orang lain.

d. Percaya akhirat

Percaya terhadap suatu kehidupan setelah kematian merupakan tanda

atau karakteristik individu yang sehat spiritualnya. Individu dengan dengan

kesehatan spiritual yang baik akan mengetahui akhirat adalah suatu

kehidupan yang lebih baik dan hidup kekal. Dengan demikian, seseorang

harus dapat memafaatkan sepenuhnya potensi yang diberikan kepada mereka

untuk mencari ridha Allah. Kesehatan spiritual seseorang dapat diukur

dengan beberapa kriteria berikut: tidak menyakiti orang lain, tenang dan

damai, dekat dengan Allah, sabar, menghindari larangan Allah, mencari

progresif dan pengetahuan agama, menjalankan kewajiban agama (Abbas et

al., 2016).

8. Dimensi Kesehatan Spiritual Islam

Menurut Potter & Perry, (2013) kesehatan spiritual terdiri dari 2 dimensi,

yaitu dimensi vertikal dimana adanya hubungan antara individu dengan kekuatan

yang lebih tinggi atau Allah, sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan
positif antara individu dengan orang lain, lingkungan dan lainnya (Potter & Perry,

2013).

a. Hubungan individu dengan Allah (Habluminallah)

Habluminallah merupakan suatu hubungan antara makluk dengan Allah

yang menciptakannya. Hubungan antara Allah dan mahluk-Nya diistilahkan

dalam islam dengan “Tauhid”. Tauhid berasal dari kata wahaya, yuwahidu,

tauhidan, artinya keesaan atau mengesakan Allah (Gholib, 2011). Dasar dari

hubungan ini dapat dilihat dalam Al-Quran surah Az-Dzaariat ayat 56:

Artinya : “aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mengabdi kepada-Ku”.

Ayat diatas jelas dikatakan bahwa tujuan Allah menciptakan manusia

dan jin adalah untuk mengabdi kepada Allah SWT. Kata mengabdi diartikan

sebagai semua tindakan atau aktivitas dalam hidupnya hanya untuk Allah

SWT (Kurniawan, n.d.) Kodrat dari setiap mahluk, baik jin dan manusia

untuk mengabdikan hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah. Ayat Al –

Quran yang menjelaskan tentang tujuan manusia juga terdapat dalam QS Al-

fatihah 1:5 yang berbunyi:

Artinya: “ kepada-Mu kami menyembah dan kepada-Mu kami memohon

perlindungan”
Hubungan manusia dengan Allah dapat dilakukan dengan cara beriman

kepada Allah, dan meyakini keesaan-Nya yang disempurnakan dengan ibadah

yang tulus ikhlas. Ibadah menjadi suatu implementasi yang dilakukan oleh

manusia sebagai suatu sarana penghubung dengan Allah, sebagai contoh

adalah pelaksanaan rukun islam yaitu membaca 2 kalimat syahadat,

melaksanakan salat, membayar zakat, puasa dibulan ramdhan, dan naik haji.

Ibadah yang dilakukan tidak hanya terbatas pada kegiatan ritual saja, tapi juga

harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Kurniawan, n.d.). Muhammad

Quth dalam Gholib, (2011) menjelaskan bahwa tauhid uluhiyyah

dimanisfestasikan dengan

1) Mahabbatullah / mencintai Allah dengan penuh ikhlas,

2) Berdoa, bertawakkal dan berharap hanya kepadanya

3) Memiliki tujuan hidup hanya untuk mencari keridhaan-Nya

b. Hubungan manusia dengan manusia (Habluminnas)

Habluminnas adalah ibadah yang berupa hubungan manusia dengan

manusia lainnya, dan semua makhluk ciptaan Allah, seperti binatang, dan

alam (Wiyono, 2006). Habluminannas mengacu pada fitrah manusia sebagai

mahluk sosial dalam berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan, misalnya

memberi salam (menyapa), tolong menolong, serta peduli terhadap orang lain

Afsar (2015) dalam Wijayati, (2016). Sebagaimana firman Allah SWT:


Artinya: “hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang

laki-laki dan perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan

bersuku-suku, supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang

paling mulia diantara kamu disisi Allah, ialah orang yang paling bertaqwa

diantara kamu, sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

(QS Al-Hujuraat 49:13)

Artinya: “ dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan

takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.

Bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya allah amat berat siksanya.”

(QS Al-Maidah (5): 2)

Allah SWT menciptakan segala sesuatu yang ada dilangit dan dibumi

memiliki manfaat bagi kita. Manusia diciptakan Allah memiliki akal pikiran

dan dijadikan sebagai Khalifah dimuka bumi ini. Manusia diperintahkan

Allah untuk memakmurkan dan memanfaatkan apa saja yang ada dialam

dengan sebaik-baiknya (Kurniawan, n.d.). Allah SWT berfirman:

Artinya: Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh

berkata: "Hai kaum ku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan
selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan

kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian

bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya)

lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)" (QS hud: 61).

9. Komponen Kesehatan Spiritual dalam Islam

Kesehatan spiritual memiliki tiga komponen pendukung menurut Shorkey,

(2008) dalam Gray, (2010) diantaranya, pengalaman spiritual, kesejahteraan

spiritual, serta lokus kontrol spiritual. Seseorang yang sehat secara spiritual akan

memiliki tujuan hidup, dimana tujuan hidupnya dapat dipengaruhi oleh bagaimana

pengalaman-pengalaman yang pernah dialami seseorang dimasa lalu. Dengan

menjalankan kehidupan yang mereka pilih dengan keyakinan yang mereka miliki

akan menimbulkan suatu keharmonisan sehingga dapat memperoleh kesejahteraan

spiritual. Tingkat kesejahteraan spiritual seseorang dapat dipengaruhi oleh

bagaimana presepsi individu tersebut dalam menerima kehidupannya sehingga

akan mempengaruhi tingkat kesehatan spiritual seseorang (Gray, 2010).

Komponen kesehatan spiritual dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Kesejahteraan Spiritual

Seseorang yang memiliki kesejahteraan spiritual akan merasa terhubung

dengan orang lain dan mampu menemukan makna dan tujuan hidup untuk

membawa ke keadaan sehat spiritual (Potter & Patricia A, 2009). Seseorang

yang memiliki kesejahteraan spiritual dapat terlihat melalui perasaan damai

dalam dirinya, adanya perasaan kasih sayang terhadap sesama, dapat


menghargai setiap kehidupan yang dijalani, selalu bersyukur atas apa yang

dimiliki, serta memiliki sikap positif dalam menjalankan suatu masalah

(Kozier, Barbara J. Berman, 2008). Fehring dalam (Fisher, 2011)

menyebutkan bahwa kesejahteraan spiritual merupakan suatu indikasi dari

kualitas hidup seseorang dalam dimensi spiritual atau suatu indikasi dari

kesehatan spiritual.

Kesejahteraan spiritual sering digambarkan sebagai dua dimensi, yaitu

dimensi vertikal dimana mengambarkan hubungan antara individu dengan

kekuatan yang lebih tinggi, sedangkan dimensi horizontal menggambarkan

hubungan positif antara individu dengan orang lain, lingkungan dan lainnya

(Potter & Patricia A, 2009). Hubungan antara individu dengan kekuatan yang

lebih tinggi dalam islam disebut habluminallah, sedangkan hubungan individu

dengan orang lain disebut habluminannas. Habluminallah diartikan percaya

dengan keesaan Allah dan setiap tindakan yang dilakukan oleh individu

berpedoman dengan Al-Quran dan Hadis, misalnya; sholat, membayar zakat,

puasa, dan melakukan ibadah lain yang diperintahkan Allah untuk mengikat

hubungan baik dengan Allah. Yakin dengan keesaan Allah dijelaskan dalam

kalimat syahadat yang memiliki arti “aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan

selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah”. Seseorang

yang meyakini keesaan allah SWT akan selalu yakin bahwa dimananpun kita

berada akan dilihat oleh Allah, sehingga dia tidak berani dalam melakukan

kemaksiatan (Gholib. 2011) Habluminannas ditunjukkan dengan hubungan

baik individu dengan lingkungan sosial, misalnya dengan mengucapkan salam


ketika bertemu seseorang, saling menolong atau peduli dengan sesama

(Urdan, 1995 dalam Wijayati, 2016). Abu Dzar Al Ghifari radhiallahu’anhu,

Rasulullah SAW bersabda, “Bertakwalah kepada Allah dimanapun kamu

berada, dan hendaknya setelah melakukan perbuatan buruk, engkau

melakukan kebaikan yang dapat menghapusnya. Serta bergaulah dengan orang

lain dengan ahlak yang baik.” (HR. AT Tirmidzi).

Shorkery et al (2008) dalam Gray (2010) menyatakan kesejahteraan

spiritual adalah suatu keharmonisan dan keselarasan yang dirasakan seseorang

dengan dunianya, serta seberapa besar tujuan dan makna hidup mereka.

Karakteristik umum dari spiritualitas antara lain, pencarian makna dan tujuan

hidup, hubungan dan transendensi. Burkhardt (1989) menjelaskan bahwa

pencarian makna dan tujuan hidup suatu hal yang penting, jika seseorang tidak

dapat menemukan makna dan tujuan dari hidupnya akan mudah terpengaruh

dan merasakan kekosongan (Markani, 2012). Al- Quran telah menjelaskan

tentang tujuan hidup manusia dengan sangat jelas yaitu untuk beribadah

kepada Allah SWT. “ dan tidaklah kami ciptakan jin dan manusia, kecuali

untuk beribadah kepada ku (ad-dzariyat:56). Ibadah menurut pandangan islam

bukanlah mengisolasi diri dari kehidupan dan keseangan dunia, namun sebuah

harmonisasi antara shalat, puasa, zakat serta seluruh aktivitas manusia, baik

perbuatan, perkatan, kreativitas dan interaksi sosialnya bertujuan untuk ibadah

kepada Allah (Bahammam.2015). Manusia akan menghadapi tantangan dan

ujian dalam melaksanakan misi hidupnya, namun dengan ujian tersebut akan

menyebabkan hidup seseorang akan menjadi bermakna (Tasmara, 2002).


Makna hidup dalam pandangan islam adalah berserah diri kepada Allah SWT.

Berserah diri kepada Allah dilakukan dengan menjalankan segala perintah

allah yang bersifat ‘ubudiyyah dan menjauhi larangannya (Rahmat, 2003).

Allah berfirman dalam Al-Quran sebagai berikut:

Artinya: Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa

diantara kamu yang lebih baik amalnya dan Dia maha perkasa lagi maha

pengampun. (QS Al-Mulk 672)

Artinya : Sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit

ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah

berita gembira kepada orang-orang yang sabar (yaitu) orang-orang yang

apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi

raaji'uun" QS Al-Baqarah 2(155-156)

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa tujuan hidup manusia adalah

sebagai pengabdi kepada Tuhannya, dan salah satu bentuk pengabdiannya

adalah hubungannya dengan alam sekitar. Manusia diberi tugas sebagai

khalifah Allah dimuka bumi dengan tugas utamnaya memakmurkan bumi yang
melipti: Al-Intifa yaitu mengambil manfaat dan mendayagunakan alam sebaik-

baiknya, Al-I’tiba yaitu; mengambil pelajaran, mensyukuri dan menggali

rahasia-rahasia dibalik alam ciptaan allah, Al-Islah yaitu memelihara dan

menjaga kelesatrian alam yakni untuk kemakmuran manusia, serta tetap

terjaganya harmoni kehidupan dengan alam ciptaan Allah (Nur, 2014).

b. Pengalaman Spiritual

Pengalaman spiritual menurut Shorkey et al, (2008) dalam Gray, (2010)

adalah suatu makna yang diambil seseorang terhadap suatu kejadian yang

pernah terjadi didalam hidupnya. Pengalaman spiritual dapat diperoleh dari

hubungan transenden seseorang dalam memaknai proses kehidupannya

dengan kedekatan mereka terhadap Tuhan. Persepsi seseorang terhadap

kehidupan pribadi dan tingkat kualitas hubungan seseorang dengan tuhannya

akan menghasilakan emosi, kognisi, yang positif dan perilaku yang berkaitan

dengan diri sendiri, orang lain, alam serta Tuhan akan menghasilkan

kesejahteraan. Underwood & Teresi (2002) dalam Rahmawati (2016)

menyebutkan bahwa pengalaman spiritual memiliki dua aspek yaitu: persepsi

tentang adanya hubungan yang bersifat transenden dan presepsi tentang

peristiwa transenden. Persepsi tentang adanya hubungan transenden yaitu

ketika seseorang merasa bahwa Tuhan ada dalam kehidupannya, merasa

bahagia, terbebas dari masalah dan selalu meminta bantuan kepada tuhannya

dalam kehidupan sehari-hari. Presepsi tentang peristiwa transenden dimana

individu merasa bahwa peristiwa spiritualnya memberian dampak positif


terhadap kehidupan sehari hari dengan rasa syukur dalam beribadah terhadap

Tuhannya (Underwood & Teresi 2002 dalam Rahmawati.2016). Heydari

(2016) menyatakan bahwa tingkat kesehatan spiritual seseorang tergantung

pada beberapa banyak seseorang yang mengalami musibah atau sakit, namun

tetap dekat dengan Allah bahkan mereka memaknai penyakit atau kesulitan

yang terjadi sebagai suatu refleksi kedekatan dengan Allah (Abbas et al.,

2016).

c. Lokus Kontrol Spiritual

Shorkey et al. (2008) dalam Gray, (2010) berpendapat bahwa locus of

control merupakan suatu presepsi individu terhadap sumber yang

mempengaruhi dan menerima tanggung jawab dari suatu kejadian dalam

kehidupannya. Lokus kontrol dapat dibagi menjadi 2 yaitu lokus kontrol

internal merupakan suatu presepsi seseorang yang mengacu kepada suatu

kejadian baik positif maupun negatif dipengaruhi oleh tindakan atau

karakteristik diri mereka yang cenderung menetap. Lokus kontrol eksternal

adalah suatu presepsi individu dimana suatu kejadian positif maupun negatif

tidak berhubungan langsung dengan diri sendiri atau dipengaruhi oleh faktor

ekstenal dari dirinya seperti: keberuntungan, kesempatan, nasib serta kuasa

Tuhan (Christina & Brahmana, 2009).

Lee (1990) dalam (Rahayuningsih, 2015) menyatakan bahwa lokus kontrol

internal adalah suatu keyakinan seseorang bahwa didalam dirinya memiliki

potensi besar untuk dapat menentukan nasib sendiri. Seseorang dengan lokus
kontrol internal yang tinggi akan memiliki etos kerja yang tinggi, sabar dalam

menghadapi segala macam kesulitan. Lee (1990) dalam (Rahayuningsih,

2015) juga menyatakan bahwa seseorang yang memiliki lokus kontrol

eksternalnya tinggi akan mudah pasrah dan menyerah ketika terjadi suatu

masalah yang sulit, bahkan mereka memandang masalah yang sulit suatu

ancaman bagi dirinya. Individu dengan lokus kontrol eksternal yang tinggi,

ketika mereka tidak mampu atau mengalami kegagalan dalam menyelesaikan

suatu persoalan mereka akan menilai kegagalan sebagai suatu nasib yang

mendorong seseorang untuk lari dari persoalan. (Lee, 1990 dalam

Rahayuningsih, 2015). Crider (1983) dalam (Rahayuningsih, 2015)

meyebutkan perbedaan karakteristik anatara lokus kontrol internal dan lokus

kontrol eksternal. Karakteristik dari lokus kontrol internal antara lain; bekerja

keras, memiliki inisiatif yang tinggi, selalu berusaha menyelesaikan masalah,

memiliki presepsi apabila ingin berhasil harus dengan usaha. Karakteristik

dari lokus kontrol eksternal antara lain; kurang inisiatif, mudah menyerah,

kurang mencari informasi, mudah dipengaruhi.

Islam memandang bahwa keyakinan dalam diri sendiri sangatlah penting,

karena dengan adanya keyakinan seseorang akan mampu mengarahkan semua

tindakannya. Islam mengajarkan bahwa seorang muslim harus bersikap

optimis terhadap kemampuan yang dimilikinya (Sukma, 2005), sebagaimana

firman Allah:
Artinya : “Bagi manusia ada malaikat- malaikat yang selalu mengikutinya

bergiliran, dimuka dan dibelakangnya, mereka menjaganya atas perintah

Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga

mereka mengubah keadaan yang ada dalam mereka sendiri, dan apabila Allah

menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat

menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia” (QS

Ar-ra’ad ayat 11).

Artinya: “ hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf

dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmad Allah, melainkan

kaum yang kafir” (QS. Yusuf : 87).

Artinya: “Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya

dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo`a):

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami

tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban


yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum

kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak

sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan

rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap

kaum yang kafir”.

Berdasarkan ayat tersebut, dapat kita simpulkan bahwa manusia harus

bersikap optimis, sehingga akan membuat individu senantiasa tegar,dan tidak

berputus asa dalam menghadapai suatu masalah. Allah telah berfirman bahwa

tidak akan membebani hambanya melebihi dari kemampuannya, artinya

setiap masalah yang diberikan Allah kepada seseorang telah diukur oleh-Nya

sesuai dengan kemampuan seseorang. Individu yang berorientasi pada lokus

kontrol internal memiliki karakteristik tidak mudah menyerah, giat, dan

optimis dengan kemampuannya sendiri serta mampu menyelesaikan masalah

(Sukma, 2005).

C. Penelitian Terkait

1. Kesehatan Spiritual Perawat Di Ruang Perawatan Intensif Rumah Sakit Al-

Islam Bandung.

Cipta (2015) melakukan penelitian yang berjudul Gambaran Kesehatan.

Spiritual Perawat Di Ruang Perawatan Intensif Rumah Sakit Al-Islam Bandung.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan desain cross-

sectional. Pengambilan data menggunakan kuisoner kepada 47 perawat diruang

intensif Rumah Sakit Al-islam Bandung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
sebagian besar perawat di RS islam Bandung memiliki kesehatan spiritual yang

tinggi yaitu sebesar 76,6%. Berdasarkan komponen yang mempengaruhi

kesehatan spiritual sebagian besar responden memiliki pengalaman spiritual yang

rendah (69.6). Komponen lokus kontrol spiritual masih rendah (69.9), dan untuk

kesejahteraan spiritual responden dikategorikan tinggi (78.63). Penelitian ini

berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah tempat

dilakukannya penelitian yaitu di Rumah Sakit Umum, dan populasi yang akan

dijadikan penelitian yaitu perawat rawat inap yang beragama islam, seta jumlah

sampel sebesar 141 responden .

2. Kesehatan Spiritual Di Keperawatan Dari Sudut Pandang Islam.

Heydari (2016) melakukan penelitian yang berjudul Spiritual Health in

Nursing From the Viewpoint of Islam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

memperjelas makna dan hakikat konsep kesehatan spiritual dalam konteks praktek

islam terhadap pasien Iran. Penelitian ini dilakukan terhadap 9 peserta yang

terpilih dengan metode wawancara dan observasi yang dilakukan secra berkala

untuk mengumpulkan data. Hasil dari penelitian ini didapatkan tanda kesehatan

spiritual menurut islam yaitu; cinta Sang Pencipta, hidup berdasarkan tugas-,

rasionalitas agama, keseimbangan psikologis, dan perhatian ke alam baka.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti adalah tempat

dilakukannya penelitian, dan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian

yang akan diteliti adalah penelitian kuantitatif.


3. Kesehatan Spiritual Perawat Onkologi

Abdollah (2015) melakukan penelitian tentang Oncology Nurses Spiritual

Health Experience: A Qualitative Content Analysis. Penelitian ini menggunkan

metode kualitatif fenomenologis. Pengambilan data dilakukukan dengan

wawancara semi-tersruktur dan dua pertemuan kelompok 16 perawat dengan

cukup usia,dan keragaman jenis kelamin. Hasil dari penelitian didapatkan perawat

onkologi memiliki kesehatan spiritual seperti percaya kepada tuhan, al-quran,

nabi, dan hari pembalasan, serta mencari pertolongan dan menyembah tuhan,

(kesehatan agama). Memiliki kesehatan sempurna ; memiliki kepuasan hidup dan

kerja yang tinggi, serta mencari makna dan tujuan hidup (kesehatan eksistensial).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah tempat

dilakukannya penelitian,serta jenis penelitian,dimana pada penelitian ini

menggunakan jenis penelitian kuantitatif.

4. Kesejahteraan Spiritual Perawat

Azarsa (2015) melakukan penelitian tentang Spiritual wellbeing, Attitude

toward Spiritual Care and its Relationship with Spiritual Care Competence

among Critical Care Nurses. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengevaluasi kesejahteraan spiritual perawat serta sikap terhadap perawatan

spiritual dan hubungannya dengan kompetensi perawatan spiritual. penelitian ini

menggunakan metode deskriptif korelasi yang dilakukan terhadap 109 perawat

yang bekerja di unit perawatan intensif di rumah sakit Imam Reza dan rumah sakit

madani Iran. Penelitian ini menggunakan tiga kuisoner yaitu, spiritual wellbeing
skala, spiritualitas dan skala perawatan spiritual. Hasil penelitian didapatkan

kesejahteraan spiritual perawat tinggi sebesar 94,45 (14,84), perspektif perawatan

spiritual adalah 58,77 (8,67), dan kompetensi perawatan spiritual adalah 98,51

(15,44). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah

tempat dilakukannya penelitian dan serta populasi yang akan dijadikan responden.

Responden pada penelitian ini adalah perawat di ruang intensif sedangkan pada

penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah perawat yang bekerja diruang

rawat inap yang beragama islam. Pada penelitian yang akan diteliti, mengunakan

sampel sebesar 141 responden.


43

D. Kerangka Teori
Bagan 2.1
Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi kesehatan


spiritual

a. Pengalaman hidup Komponen kesehatan spiritual


b. Jenis kelamin
c. Budaya  pengalaman spiritual,
d. Krisis dan perubahan  kesejahteraan spiritual,
e. Terpisah dari ikatan spiritual  lokus kontrol spiritual.
f. Isu moral terkait dengan terapi
g. Asuhan keperawatan yang tidak (Gray, 2010)
sesuai
h. Tahap perkembangan

(Ruth, 2009)

Dimensi kesehatan spiritual islam

 Habluminallah
 Habluminannas

Sumber: (Ruth, 2009) (Hamid, 2008) (Gray, 2010)


BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang memudahkan peneliti

menyusun teori dan menghubungkan hasil penelitian dengan teori dari sebuah

penelitian, serta merupakan refleksi dari keterkaitan antar variabel yang akan

diteliti, yang bertujuan untuk mengarahkan penelitian serta panduan dalam

analisis dan intervennsi (Nursalam 2008).

Diagram dibawah dapat menjelaskan bahwa tingkat kesehatan spiritual

seseorang dapat dinilai melalui tiga dimensi penting dari kesehatan spiritual yaitu:

pengalaman spiritual, lokus kontrol serta kesejahteraan spiritual.

Bagan 3.1
Kerangka Konsep

Kesejahteraan
Spiritual

Komponen sehat
spiritual islam
perawat
Lokus Kontrol Pengalaman
Spiritual Spiritual

44
B. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati. Dapat diamati diartikan dimana peneliti dapat melakukan observasi atau

pengukuran dengan cermat terhadap fenomena yang nantinya dapat diulangi oleh

peneliti lain (Nursalam. 2010). Definisi operasional merupakan suatu definisi

dengan cara mengubah konsep konsep yang akan diteliti dengan kata – kata yang

dapat menggambarkan prilaku yang dapat diamati dan dapat diuji, sehingga

peneliti dapat mengobservasi suatu gejala atau objek (Budiantara. 2014).


46

Tabel 3.1
DEFINISI OPERASIONAL

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
ukur
Kesehatan Spiritual Aktualisasi individu sebagai fitrah untuk Menggunakan Kuisoner 1. Tinggi (skor jawaban ≥ Skala
Islam Perawat terhubung secara kuat dengan Allah Skala likert spiritual health inventory median 134) ordinal
sehingga individu tersebut dapat Gray (2010) yang telah 2. Rendah (skor jawaban ≤
mencapai kesejahteraan spiritual, dimodifikasi, terdiri dari 30 median 134)
pengalaman spiritual, serta memiliki pertanyaan
presepsi positif dalam menerima
kehidupannya.
Sikap atau suatu perasaan harmonis Skala likert Menggunakan Kuisoner 1. Tinggi (skor jawaban ≥ Skala
antara habluminallah dan habluminnas spiritual health inventory median 55) ordinal
Kesejahteraan Gray (2010) yang telah 2. Rendah (skor jawaban ≤
Spiritual, dimodifikasi, terdiri dari 12 median 55)
pertanyaan

Pengalaman Spiritual Suatu peristiwa spiritual yang Skala likert Menggunakan Kuisoner 1. Tinggi (skor jawaban ≥ Skala
memberian makna dan dampak positif spiritual health inventory median 57) ordinal
terhadap kehidupan sehari-hari dengan Gray (2010) yang telah 2. Rendah (skor jawaban ≤
rasa syukur dalam beribadah kepada dimodifikasi terdiri dari 13 median 57).
Allah SWT. pertanyaan

Lokus Kontrol presepsi individu dalam menyakini Skala likert Menggunakan Kuisoner 3. Tinggi (skor jawaban ≥ Skala
Spiritual. kekuatan internal dan eksternal yang spiritual health inventory median 23) ordinal
mempengaruhi suatu kejadian dalam Gray (2010) yang telah 4. Rendah (skor jawaban ≤
kehidupannya. dimodifikasi, terdiri dari 5 mesian 23)
pertanyaan
47

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
ukur
Usia Lamanya tahun yang dilalui oleh - Kuisoner demografi 1. Dewasa muda 18-25 thn Nominal
responden dihitung sejak dari responden 2. Dewasa pertengahan
lahir sampai dilakukannya penelitian 25-38 thn
3. Dewasaa akhir 38-65
thn
Fowler (1981) dalam Kozier,
Barbara J. Berman, (2008).
Jenis Kelamin Satatus gender yang dibawa dari sejak - Kuisoner demografi 1. laki-laki Nominal
lahir 2. perempuan
(Ruth, 2009)

Pendidikan Pendidikan formal terakhir yang pernah - Kuisoner demografi 1. SPK Ordinal
diikuti oleh responden 2. D3
3. S1
Masa Kerja Lamanya waktu kerja yang dilalui oleh - Kuisoner demografi 1. > 5 tahun nominal
responden 2. 1-5 tahun
3. < 1 tahun
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif

adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan proporsi atau rerata

suatu variabel (Dahlan, 2013). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

gambaran kesehatan spiritual islam perawat.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten

Tangerang. Penelitian dilakukan pada bulan April 2017.

C. Populasi, Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah sekelompok elemen (individu, objek, peristiwa) yang

berhubungan dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan ditarik kesimpulannya (Hamdi, 2014). Pada penelitian ini populasi perawat

islam di RSUD Kabupaten Tangerang yang bekerja diruang rawat inap pada

periode 30 November adalah 217. Jumlah populasi peruangan dibagi sebagai

berikut: di ruang Edelweiss sebanyak 10 perawat, di ruang Cempaka, Kemuning

Bawah, Mawar, dan Anyelir Atas masing-masing sebanyak 14 perawat, di ruang

Dahlia dan Kenanga masing-masing sebanyak 16 perawat, di ruang Kemuning

48
49

Atas sebanyak 15 perawat, di ruang NICU, Flamboyan, Soka, dan Hemodialisa

masing-masing sebanyak 13 perawat, di ruang Perinatologi Atas sebanyak 22

perawat, di ruang Seruni sebanyak 12 perawat, di ruang Thalasemia sebanyak 9

perawat, diruang Kemoterapi 5 perawat serta di ruang Kemoterapi Anak sebanyak

4 perawat.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian subjek yang dapat mewakili dari populasinya yang

ciri-cirinya diselidiki atau diukur (Sumantri, 2011). Sampel pada penelitian ini

adalah perawat yang beragama islam dan bekerja di ruangan rawat inap.

Pengambilan sampel mengacu pada kriteria inkulsi dan eskulsi yang ditetapkan

oleh peneliti. Kriteria inkulsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: perawat

yang beragama islam, perawat yang bekerja diruang rawat inap, bersedia menjadi

responden, sedangkan kriteria esklusi yang digunakan adalah: responden cuti sakit

dan melahirkan.

a. Tehnik Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam peneltian ini adalah

propability sampling dengan proportionate stratifed random sampling, alasan

peneliti mengambil metode ini karena jumlah perawat yang disetiap ruangan

tidak homongen serta metode ini lebih mudah dalam mengambil responden.

b. Jumlah Sampel

Peneliti menggunakan rumus Slovin, pada penelitian ini untuk menetukan

jumlah sampel (Hamdi, 2014).

N
𝑛=
1 + N (e)2
50

Keterangan :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d = derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan : 5% (0,05)

217
𝑛=
1 + 217(0,05)2

217
𝑛=
1,5425

𝑛 = 140,68

n = 140,68 (dibulatkan menjadi 141 orang)

Untuk mengantisi responden yang dropout, maka total sampel yang

diambil sebanyak 141 orang ditambah 10%, sehingga sampel penelitian

sebanyak 156 orang. Penyebaran data perawat disetiap ruangan menggunakan

rumus sebaran data pada tabel 4.1.

Tabel 4.1
Jumlah Sampel Peruangan

10x156
1. Jumlah perawat di ruang Pavilium Edelweiss = = 7 orang
217
14x156
2. Jumlah perawat di ruang Pavilium Cempaka = = 10 orang
217
16x156
3. Jumlah perawat di ruang Pavilium Dahlia = = 12 orang
217
13x156
4. Jumlah perawat di ruang Pavilium Flamboyan = = 9 orang
217
16x156
5. Jumlah perawat di ruang Pavilium Kenanga = = 12 orang
217
15x156
6. Jumlah perawat di ruang Pavilium Kemuning Atas = = 11 orang
217
14x156
7. Jumlah perawat di ruang Pavilium Kemuning Bawah = = 10 orang
217
14x156
8. Jumlah perawat di ruang Pavilium Mawar = = 10 orang
217
13x156
9. Jumlah perawat di ruang Pavilium NICU = = 9 orang
217
14x156
10. Jumlah perawat di ruang Pavilium Anyelir Atas = = 10 orang
217
22x156
11. Jumlah perawat di ruang Pavilium Perinatologi Atas = = 16 orang
217
12x156
12. Jumlah perawat di ruang Pavilium Seruni = = 9 orang
217
51

13x156
13. Jumlah perawat di ruang Pavilium Soka = = 9 orang
217
9x156
14. Jumlah perawat di ruang Pavilium Thalasemia = = 6 orang
217
13x156
15. Jumlah perawat di ruang Pavilium Hemodialisa = = 9 orang
217
5x156
16. Jumlah perawat di ruang Pavilium Kemoterap = = 4 orang
217
4x156
17. Jumlah perawat di ruang Pavilium Kemoterapi Anak = = 3 orang
217

Pada saat pengambilan data terdapat responden yang drop out sebanyak 5

(lima)morang dikarenakan tidak mengisi penuh kuisoner, sehingga jumlah

sampel menjadi 151 responden. Sampel yang drop out terdapat dua orang di

ruangan kemuning bawah, 1 orang di kemuning atas, dan 2 orang di anyelir

atas.

D. Instrumen Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisoner, kuisoner dalam

penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu; kuisoner bagian I berupa pertanyaan

tentang demografi yang berjumah 4 item pertanyaan terbuka. Pertanyaan tersebut

mengenai usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, lama masa kerja. Kuisoner

bagian II yang berisi pertanyaan untuk mengetahui tingkat kesehatan spiritual

perawat. Peneliti menggunakan kuisoner spiritual health inventory dari Grey

(2010) dalam Cipta (2015) yang telah dimodifikasi dan sudah dilakukan uji

validitas judgemnt exspert dan uji validitas dan reliabilitas responden. Kuisoner

terdiri dari 3 sub variabel diantaranya : kesejahteraan spiritual yang terdiri dari 12

pertanyaan, pengalaman spiritual yang terdiri dari 13 pertanyaan dan lokus

kontrol spiritual yang terdiri dari 5 pertanyaan.


52

Tabel: 4.2
Kisi- Kisi Kuisoner Penelitian

Komponen kesehatan Favorable Unfavorable Jumlah


spiritual
Kesejahteraan spiritual 1, 2, 4, 13, 17, 19, 20, 15 12
23, 26, 28, 33
Lokus kontrol spiritual 10, 12, 30, 32 5, 5
pengalaman spiritual 6, 9, 11, 14, 18, 22, 24, 3, 8, 13
25, 2, 29, 31
Total 26 4 30

Pertanyaan- pertanyaan yang dibuat digunakan untuk memperoleh data

tentang gambaran kesehatan spiritual islam perawat dalam bentuk skala linkert

dengan memberi bobot pada setiap jawaban istrumen. Penelitian ini menggunakan

sakala 1-5 dengan kategori: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-Ragu (RR),

Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Kuisoner terdiri dari pertanyaan

favorabel 1,2,3,4,5 dimulai dari (sangat setuju,setuju, ragu-ragu,tidak setuju,dan

sangat tidak setuju) sedangkan pertanyaan unfavorable 5,4,3,2,1 dimulai dari

(sangat tidak setuju, tidak setuju, ragu-ragu, setuju, sangat setuju).

E. Validitas Dan Reliabilitas Kuisoner

Validitas adalah sebuah tes yang dilakukan untuk mengukur apa yang

seharusnya diukur. Sebuah instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut

dapat mengukur apa yang seharusnya diukur bedasarkan situasi dan kondisi

tertentu (Swarjana, 2016). Penelitian ini menggunakan uji validitas judgement

expert dengan meminta masukan pakar ahli spiritual yaitu Prof. Dr. H. M.

Ridwan Lubis dengan dua kali pertemuan dan Dr. Yuli Yasin, Lc., M.A dengan

satu kali pertemuan. Hasil uji judgement expert didapatkan pertanyaan nomor
53

1,2,16,17,30 direvisi sesuai dengan saran yang diberikan oleh expert. kuisoner

disarankan lebih aplikatif, sehingga peneliti merubah dan menambahkan

pertanyaan nomor 4,7,23,26,28,30. Setelah dilakukan uji judgement expert,

peneliti melakukan uji validitas responden di RSUD Kabupaten Tangerang di

instalasi Wijayakusuma sebanyak 30 responden. Penelitian ini menggunakan uji

validitas dengan rumus Pearson Product Moment, dimana suatu pertanyaan

dianggap valid jika nilai r hitung > r tabel, sedangkan pertanyaan yang dianggap

tidak valid maka nilai r hitung < r tabel (0,361) pada n= 30 (Hastono, 2006). Hasil

uji validitas berdasarkan statistik pada instrumen kesehatan spiritual perawat dari

33 pertanyaan, hanya 29 pertanyaan yang valid, namun secara konten sudah

mendukung isi dari penelitian serta sudah diuji judgement expert, maka

pertanyaan yang tidak valid tetap dimasukkan dalam pertanyaan instrumen.

Reliabilitas adalah sejauh mana alat ukur yang kita gunakan mampu

menghasilkan pengukuran yang tetap konsisten meskipun dilakukan pengukuran

lebih dari satu kali pada objek yang sama (Swarjana, 2016). Uji reliabilitas pada

penelitian ini menggunkan cronbach’s alpha. Instrumen dikatakan reliabilitas

apabila memiliki cronbach’s alpha > 0,6 (Hamdi, 2014). Hasil uji reabilitas

instrumen kesehatan spiritual islam adalah 0,728. Pada penelitian ini kevalidan

dan reabilitas instrumen dilakukan analisis dan pengukuran kembali, dan

didapatkan dari 33 pertanyaan terdapat 3 pertanyaan yang tidak valid yaitu nomor

7,16,21. Pertanyaan yang tidak valid dieliminasi karena pertanyaan yang lain

sudah mewakili indikator penelitian.


54

F. Prosedur Pengambilan Data

1. Sumber data

Data primer yang diperoleh peneliti adalah langsung dari responden melalui

kuisoner yang diberikan oleh peneliti. Responden diminta utuk mengisi sendiri

kuisoner yang telah diberikan dan tidak boleh diwakilkan.kuisoner yang telah diisi

langsung dikumpulkan kepada peneliti.

2. Prosedur Pengambilan Data

Proses dalam pengambilan data pada penelitian ini melalui beberapa tahap

yaitu antara lain:

a. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji, peneliti memodifikasi

kuisoner dari Gray (2010).

b. Kuisoner diuji dengan judgement expert oleh ahli agama yaitu Prof. Dr. H.

M. Ridwan Lubis dan Dr. Yuli Yasin, Lc., M.A

c. Selanjutnya pengambilan data dilakukan setelah mendapatkan surat

permohonan izin penelitian dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

d. Menyerahkan surat permohonan izin penelitian kepada bagian diklat RSUD

Kabupaten Tanggerang.

e. Setelah mendapatkan izin dari pihak rumah sakit, peneliti menjelaskan

penelitian yang akan dilakukan terkait tujuan dan manfaat penelitian kepada

calon responden.
55

f. Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk ditandatangani

oleh para calon respomden apabila mereka setuju menjadi objek

penelitian.

g. Memberikan penjelasan kepada responden dalam tata cara pengisian

kuisoner.

h. Memberikan waktu kepada responden untuk dapat mengisi kuisoner

i. Memberikan kesempatan bertanya kepada peneliti apabila ada yang tidak

jelas dalam kuisoner

j. Mengingatkan responden untuk memriksa kembali kuisoner yang telah

diisi untuk memastikan semua item telah diisi dengan baik.

k. Responden memberikan lagi kuisoner yang telah diisi kepada peneliti

untuk diperiksa

l. Mengolah data dan menganalisa data sesuai uji statistik yang telah

ditetapkan oleh peneliti

G. Pengolahan Data

Sutanto (2006) mengatakan pengolahan data adalah suatu rangkaian dari

kegiatan penelitian yang dilakukan setelah pengumpulan data. Data yang yang

masih mentah harus diolah menjadi suatu informasi yang nantinya dapat

digunakan dalam menjawab tujuan penelitian. Proses pengolahan data tersebut

dapat dialakukan dengan beberapa tahan yaitu; tahap editing, coding, prosesing,

cleaning (Hastono, 2006).


56

1. Editing

Editing merupakan suatu proses pemeriksaan data yang telah dikumpulkan

melalui instrumen penelitian. Umumnya pada proses ini peneliti melakukan

ppemeriksaan pada data yang telah terkumpul misalnya, menjumlahkan

lembar pertanyaan,apakah semua pertanyaan sudah terisi dan apakah

tulisannya cukup jelas, apakah jawaban yang ditulis releven dengan

pertanyaan, apakah anatara beberapa pertanyaan jawabannya konsisten.

2. Codding

Coding merupakan kegiatan yang dilakukan merubah data yang berbentuk

huruf atau kata menjadi bentuk angka atau bilangan. Misalnya untuk variabel

pendidikan diberikan koding 1= SD, 2= SMP, 3= SMU dan, 4= PT. Proses

koding ini berguna untuk mempermudah peneliti pada saat menganalisis data

dan mempercepat pada saat entry data.

3. Processing

Pemrosesan data dilakukan dengan cara mengentry data yang sudah

diubah dalam bentuk kode kedalam program atau software komputer.

4. Cleaning

Cleaning merupakan kegiatan pengecekkan kembali data data yang telah

di-entry, apakah ada kesalahan atau tidak.

H. Analisis Data

Pada penelitian ini peneliti menggunakan analisis univariat untuk

mengetahui gambaran kesehatan spiritual perawat. Analisis data univariat yang


57

digunakan adalah analisis proporsi atau presentase dari setiap variabel. Analisis

univariat digunakan untuk mendeskripsikan setiap karakteristik variabel yang

akan diteliti Sutanto (2006). Karakteristik responden antara lain, usia, jenis

kelamin, pendidikan, lama kerja, sedangkan variabel kesehatan spiritual meliputi

pengalaman spiritual, lokus kontrol spiritual dan kesejahteraan spiritual.

Penelitian ini menggunakan cut of point sebagai nilai tengah untuk mengetahui

skor kesehatan spiritual, sehingga dilakukan uji normalitas. Uji normalitas data

dilakukan dengan menggunakan pembagian antara nilai skewness dibagi standar

error menghasilkan angka diantara -2 sampai 2 (Sopiyudin,2012). Perhitungan

statistik kesehatan spiritual dan komponennya (kesejahteraan spiritual, lokus

kontrol, pengalaman spiritual) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3
Skor Perhitungan Statistik Kesehatan Spiritual Islam Dan Komponennya

Mean Median Mode Skewnwss Standar Error


Kesehatan spiritual 133,14 134 143 -0,752 0,197
Kesejahteraan spiritual 54,96 55 56 -0,663 0,197
Lokus kontrol spiritual 22,30 23,0 23 -0,442 0,197
Pengalaman spiritual 55,87 57 59 -0,909 0,197
Tabel 4.3 diatas didapatkan bahwa data mengenai kesehatan spiritual,

kesejahteraan spiritual, lokus kontrol spiritual dan pengalaman spiritual tidak

berdistribusi normal. Hal ini dikarenakan hasil pembagian nilai skewnws dan

standart error berturut-turut adalah (-3,82) (-3,36) ( -2,24) (-4,61) dengan nilai

standar errornya (0,197). Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pada

penelitian ini data tidak berdistribusi normal. Data yang tidak berdistibusi normal

menggunakan nilai median sebagai nilai batas tengah atau Cut Of Point.
58

Tabel 5.2 diatas didapatkan bahwa nilai COP untuk kesehatan spiritual adalah

134 dimana dikatakan kesehatan spiritual tinggi apabila skor hitung ≥ 134 dan

dikatan rendah apabila skor hitung ≤ 134. Kesejahteraan spiritual memiliki nilai

COP 55, dimana dikatakan kesejahteraan spiritual tinggi apabila skor hitung ≥ 55

dan dikatan rendah apabila skor hitung ≤ 55. Lokus kontrol spiritual memiliki

nilai COP 23 dimana dikatakan lokus kontrol spiritual tinggi apabila skor hitung ≥

23 dan dikatan rendah apabila skor hitung ≤ 23. Pengalaman spiritual memiliki

nilai COP 57 , dimana dikatakan pengalaman spiritual tinggi apabila skor hitung ≥

57 dan dikatan rendah apabila skor hitung ≤ 57.

I. Etika penelitian

Prinsip etika dalam penelitian / pengumpulan data yang dapat dipahami oleh

peneliti adalah sebagai berikut:

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Peneliti perlu dalam mempertimbangkan hak subjek dalam

mendapatkan informasi yang berkaitan dengan jalannya penelitian.

Mempersiapkan formulir informed concent dalam menghormati harkat dan

martabat manusia yang terdiri atas:

a. Menjelaskan manfaat penelitian

b. Penjelasan resiko yang mungkin muncul serta ketidakamanan

c. Persetujuan peneliti dapat menjawab pertanyaan yang diajukan

subjek berkaitan dengan prosedur penelitian

d. Persetujuan subjek dapat mengundurkan diri kapan saja


59

2. Menghormati privasi dan kerahasian subjek penelitian (respect for privacy

and confidentiality)

Peneliti akan memperhatikan kerahasian data individu, karena

tidak semua orang menginginkan informasinya diketahui oleh orang lain.

Dalam pelaksanaanya, peneliti tidak boleh menampilkan informasi

mengenai identitas baik nama maupun alamat dalam kuisoner serta alat

ukur apapun dalam menjaga anonimitas dan kerahasian identitas subjek.

Peneliti dapat menggunakan koding sebagai pengganti identitas

3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness)

Prinsip keadilan dan keterbukaan dalam penelitian. Penelitian

dilakukan secara jujur, hati- hati, profesional, berperikemanusiaan, dan

memperhatikan faktor-faktor ketepatan, kesaksamaan, kecermatan,

intimitas, psikologis serta perasaan religius dari subjek penelitian. Prinsip

keterbukaan mencangkup kejelasan prosedur penelitian. Prinsip keadilan

menekankan sejauh mana penelitian membagikan keuntungan dan beban

secara merata.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harm and benefits)

Peneliti akan melakukan penelitian sesuai dengan proses dan

prosedur penelitian untuk mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal

mungkin bagi subjek penelitian dan dapat digeneralisasikan dalam tingkat

populasi (Sumantri, 2011).


BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Profil RSUD Kabupaten Tangerang

RSUD kabupaten Tangerang merupakan rumah sakit umum milik

pemerintah daerah Kabupaten Tangerang, yang berlokasi di Jalan Ahmad

Yani nomor 9 Tangerang. RSUD kabupaten Tangerang merupakan salah satu

tipe Rumah sakit B pendidikan. RSUD kabupaten Tangerang memiliki

berbagai fasilitas seperti: jumlah tempat tidur sebanyak 440 tempat tidur,

memiliki ruang emergency 24 jam, memiliki rawat jalan dengan 27 pelayanan

spesifik dan 7 sub spesifik, memiliki medikal cek up, 12 kamar operasi,

kamar bersalin dangen 22 tempat tidur, terdapat ruang hemodialisa dengan 18

tempat tidur, pusat thalassemia, ruang ICU/ICCU, rehabilitasi medik, ruang

isolasi, klinik bougenville, pelayuanan penunjang medis seperti laboratorium,

radiologi, farmasi, CT-Scan, PA, USG, EEG, Spirometri serta penunjang

lainnya seperti ambulance, kereta jenazah dan lain-lain.

2. Visi, Misi, Motto RSUD Kabupaten Tangerang

a. Visi RSUD Kabupaten Tangerang

Visi RSUD Kabupaten Tangerang adalah “Rumah Sakit Modern, Unggul

dan Terpercaya”. Makna dari visi tersebut adalah dalam memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat RSUD Kabupaten Tangerang

diharapkan menjadi pusat pelayanan rujukan medik dengan fungsi utama

menyediakan dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat kuratif

60
dan rehabilitatif bagi pasien yang sesuai dengan kebutuhan dan terjangkau

oleh masyarakat luas.

b. Misi RSUD Kabupaten Tangerang

1) Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia pada semua lini

pelayanan Rumah Sakit dalam rangka memberikan pelayanan

kesehatan perorangan yang professional, santun dan mempunyai

daya saing yang tinggi

2) Menyediakan bangunan yang atraktif, fungsional dan nyaman yang

berwawasan lingkungan

3) Mengembangkan manajemen modern berbasis informasi teknologi

melalui system informasi manajemen Rumah Sakit

4) Memberikan pelayanan unggulan yang didukung dengan peralatan

canggih untuk antisipasi tuntutan lingkungan dan perkembangan

penyakit di Kabupaten dan Kota Tangerang

5) Menyelenggarakan pelayanan pendidikan kedokteran dan pendidikan

kesehatan lainnya

6) Menekan angka kematian ibu dan bayi di Rumah Sakit Umum

Kabupaten Tangerang dalam rangka peran aktif mendukung MDG’s

sesuai dengan RPJMD Kabupaten Tangerang

c. Motto RSUD Kabupaten Tangerang

Motto RSUD Kabupaten Tangerang adalah “BERTEMU KASIH” yaitu

singkatan dari Bersih, Tertib, Bermutu dan Kasih Sayang


B. Karakteristik Responden

Pengelompokan responden berdasarkan kategori Jenis Kelamin, usia,

pendidikan terakhir, lama masa kerja digambarkan pada tabel berikut:

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin, Usia,
Pendidikan Terakhir, Lama Masa Kerja Di RSUD Kabupaten Tangerang

Karakteristik responden Frekuensi Presentase


Jenis Kelamin
Laki-laki 27 17,9 %
Perempuan 124 82,1 %
Usia
Dewasa muda ( 18-25 tahun) 35 23,2 %
Dewasa pertengahan (25-38 75 49,7 %
tahun)
Dewasa akhir (38-65 tahun) 41 27,2%
Pendidikan terakhir
SPK 2 1,3%
D3 116 76,8%
S1 33 21,9%
Masa kerja
>5tahun 77 51,0%
1-5 tahun 55 36,4%
< 1 tahun 19 12,6%
Total 151 100%
Tabel 5.1 menunjukkan sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan

sebanyak 124 responen (82,1%). Kategori usia yang menjadi responden pada

penelitian ini sebagian besar yaitu dewasa pertengahan (25-38 tahun) dengan

jumlah 75 responden (49,7%). Sebagian besar pendidikan terakhir responden

pada penelitian ini adalah Diploma (D3) yaitu sebanyak 116 responden (76,8%).

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah bekerja di

RSUD kabupaten Tangerang lebih dari 5 (lima) tahun sebanyak 77 responden

(51,0%).
C. Kesehatan Spiritual Islam Perawat

Hasil penelitian dari gambaran spiritual islam perawat di RSUD kabupaten

Tangerang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kesehatan Spiritual Dan
Komponennya (Kesejahteraan Spiritual, Lokus Kontrol Spiritual,
Pengalaman Spiritual)

Tinggi Rendah Total


Frekuensi Presentase Frekuensi presentase
Kesehatan spiritual 77 51,0 % 74 49,0 % 151 (100%)
islam
a. Kesejahteraan 91 60,3 % 60 39,7 % 151 (100%)
spiritual
b. Lokus kontrol 77 51,0 % 74 49,0% 151 (100%)
c. Pengalaman 80 53,0 % 71 47,0 % 151 (100%)
spiritual
Tabel 5.2 menggambarkan bahwa sebagian besar perawat memiliki tingkat

kesehatan spiritual tinggi sebanyak 77 responden (51,0%), sedangkan responden

dengan tingkat kesehatan spiritual rendah hanya memiliki selisih 2 % atau

sebanyak 74 responden (49,0%). Responden yang memiliki tingkat kesejahteraan

spiritual tinggi yang merupakan salah satu komponen dari kesehatan spiritual

sebanyak 91 responden (60,3%), sedangkan responden dengan tingkat

kesejahteraan spiritual rendah hanya memiliki selisih 20,6% atau sebanyak 60

responden (39,7%). Sebagian besar responden yang memiliki tingkat lokus

kontrol spiritual tinggi sebanyak 77 responden, (51,0%), sedangkan responden

dengan tingkat lokus kontrol spiritual rendah hanya memiliki selisih 2% atau

sebanyak 74 responden (49,0%). Sebagian besar responden yang memiliki

pengalaman spiritual tinggi sebanyak 80 responden, (53,0%), sedangkan


responden dengan tingkat pengalaman spiritual rendah hanya memiliki selisih

16,6% atau sebanyak 71 responden (47,0%).

D. Kesehatan Spiritual Islam Perawat Berdasarkan Karakteristik Responden

Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Kesehatan Spiritual
Islam

Karakteristik Kesehatan Spiritual Islam Total


Tinggi Rendah
Jenis kelamin
Laki-laki 14 (51,9%) 13 (48,1%) 27 (100%)
Perempuan 63 (50,8 %) 61 (49,2 %) 124 (100%)
Usia
Dewasa muda ( 18-25 tahun) 13 (37,1 %) 22 (62,9%) 35 (100%)
Dewasa pertengahan (25-38 37 (49,3%) 38 (50,7%) 75 (100%)
tahun)
Dewasa akhir (38-65 tahun) 27 (65,9%) 14 (34,1%) 41 (100%)
Pendidikan terakhir
SPK 2 (100%) 0 (0,0%) 2 (100%)
D3 58 (50,0%) 58 (50,0%) 116 (100%)
S1 17 (51,5%) 16 (48,5%) 33 (100%)
Masa kerja
>5 tahun 47 (61,0%) 30 (39,0%) 77 (100%)
>1-5tahun 24 (43,6%) 31 (56,4%) 55 (100%)
<1tahun 6 (31,6%) 13 (68,4%) 19 (100%)
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa kesehatan spiritual islam perawat

berdasarkan karakteristik responden yang terdiri dari jenis kelamin, usia,

pendidikan terakhir, lama masa kerja. Distribusi proporsi kesehatan spiritual

berdasarkan jenis kelamin diapatkan bahwa laki-laki yang memiliki tingkat

kesehatan spiritual islam yang tinggi sebanyak 14 responden (51,9%) sedangkan,

perempuan yang memiliki tingkat kesehatan spiritual islam yang tinggi sebanyak

63 responden (50,8%).
Kesehatan spiritual islam perawat berdasarkan usia responden didapatkan

responden dengan kategori usia dewasa akhir (38-65 tahun) memiliki tingkat

kesehatan spiritual islam yang paling tinggi sebanyak 27 responden (65,9%),

sedangkan responden dengan kategori usia dewasa muda (18-25 tahun) memiliki

tingkat kesehatan spiritual islam yang tinggi paling sedikit yaitu sebanyak 13

responden (37,1%).

kesehatan spiritual islam perawat berdasarkan jenjang pendidikan terakhir

responden. Responden dengan jenjang pendidikan terakhir SPK memiliki tingkat

kesehatan spiritual islam yang tinggi yaitu sebanyak 2 responden (100%).

Responden dengan dengan jenjang pendidikan terakhir D3 memiliki tingkat

kesehatan spiritual islam yang tinggi sebanyak 58 responden (50,0%), sedangkan

responden dengan dengan jenjang pendidikan terakhir S1 memiliki tingkat

kesehatan spiritual islam yang tinggi sebanyak 17 responden (51,5%).

Kesehatan spiritual islam perawat berdasarkan lamanya bekerja di RSUD

Kabupaten Tangerang. Responden dengan lama kerja >5tahun memiliki tingkat

kesehatan spiritual islam yang tinggi yaitu sebanyak 47 responden (61,0%).

sedangkan responden dengan dengan lama kerja <1tahun hanya memiliki tingkat

kesehatan spiritual islam yang tinggi sebanyak 6 responden (31,6%).


BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini akan menjelaskan hasil dari penelitian dan keterbatasan penelitian.

Penelitian dilakukan pada bulan maret-april 2017 di RSUD Kabupaten Tangerang.

Interpretasi hasil akan membahas mengenai hasil penelitian yang akan dikaitkan

dengan teori yang ada pada tinjauan pustaka, sedangkan keterbatasan penelitian

akan memaparkan beberapa keterbatasan yang terjadi selama pelaksanaan

penelitian.

A. Pembahasan

Sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah perawat yang berjenis

kelamin perempuan sebesar (82,1%), sedangkan responden dengan jenis kelamin

laki-laki sebesar (17,9%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Utami (2009) didapatkan jumlah perawat yang perempuan lebih

banyak dibandingkan dengan jumlah perawat laki-laki yaitu sebanyak 57,1%.

Apabila dilihat dari sejarah perkembangan keperawatan dengan adanya

perjuangan Florence Nightingale yang menerapkan prinsip “mother instink”

sehingga keperawatan sangat identik dengan pekerjaan perempuan (Utami, 2009).

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan temuan International Labour Organization

(ILO) di Indonesia menyebutkan bahwa proporsi perempuan yang bekerja

dibidang profesional terbanyak adalah sebagai guru dan perawat yang secara

tradisi memang sudah didominasi oleh perempuan (ILO, 2015).

66
Perawat perempuan memiliki tingkat kesehatan spiritual tinggi sebesar

(50,8%), sedangkan laki-laki memiliki tingkat kesehatan spiritual tinggi sebesar

(51,9%). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada beda antara

kesehatan spirititual laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Nandari (2014) dimana tidak terdapat perbedaan

antara tingkat kesehatan spiritual pria dan wanita lansia. Hasil penelitian Rich

(2012) juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara

tingkat spiritualitas antara laki-laki dan perempuan, namun ada perbedaan cara

mengekspresikan spiritualnya antara perempuan dan laki-laki. (Rich, 2012).

Al-Quran telah menyebutkan dalam (QS. An-Nahl ayat 97) yang artinya

“barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki- laki maupun perempuan

dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya

kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka

dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan”. (QS. An-Nahl

ayat 97). Surat al-ahzab ayat 35 juga menjelaskan “sesungguhnya laki-laki dan

perempuan muslim, laki-laki dan perempuan mukmin, laki-laki dan perempuan

yang tetap ada ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan

perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusuk, laki-laki dan

perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang yang memelihara

kehormatannya, laki-laki perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah

menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar (QS. Al-ahzab:35).

Kedua ayat tersebut menyebutkan bahwa baik perempuan maupun laki-laki

memiliki potensi memiliki spiritualitas yang sama, dan tidak memunculkan


adanya nilai lebih yang dimiliki dari laki-laki dan perempuan. Keduanya akan

dihargai allah sesuai dengan amal perbuatan yang dikerjakan.

Mayoritas responden berusia dewasa pertengahan (25-38 tahun) sebanyak 75

orang (49,7 %), sedangkan paling sedikit usia responden yang berusia dewasa

muda sebanyak 35 orang (23,2%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Utami (2009) dimana jumlah perawat usia antara 25-30 tahun

memiliki jumlah terbanyak yaitu sebesar 25,5%. Usia pertengahan adalah dimana

seseorang memiliki aktualisasi diri sehingga memiliki semangat kerja dan

menggunakan kemampuan yang dia miliki untuk menghasilkan sesuatu,

mengembangkan kreativitas serta memiliki usaha yang tekun dalam menjalani

karier (Lohmay & Ramli, 2017).

Responden usia dewasa akhir yang memiliki kesehatan spiritual islam paling

tinggi sebanyak 27 responden (65,9%), sedangkan responden dengan usia dewasa

muda hanya memiliki tingkat kesehatan spiritual sebesar 13 responden (37,1%).

Hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa semakin meningkat usia seseorang

maka semikin meningkat pula spiritualitasnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Jalaludin (2015) menyebutkan bahwa adanya

hubungan yang signifikan antara tingkat usia dengan pertumbuhan fisik dan

spiritual manusia. Fowler dalam Kozier (2008) menyebutkan bahwa seseorang

dengan usia dewasa muda sudah dapat mengetahui identitas diri, dan dapat

mengembangkan agama dan kepercayaan secara personal sebagai simbol

keimanan dan agama. Seseorang dengan usia dewasa pertengahan (25-38 tahun)

sudah dapat membedakan konsep salah dan benar, sudah dapat merencanakan
sesuatu dalam kehidupan, serta sudah mampu mengevaluasi sesuatu yang telah

dikerjakannya sebelumnya dengan kepercayaan dan nilai spiritualitas, sedangkan

seseorang dengan usia dewasa akhir sudah mampu mengintropeksi diri dan

spiritualitasnya.

Hadist H.R Tirmidzi menyebutkan bahwa “Allah SWT. telah

berfirman:“Apabila hamba-Ku mencapai usia 40 tahun, aku menyelamatkannya

dari tiga macam penyakit, yaitu: gila, lepra dan sopak (belang). Apabila mencapai

usia 50 tahun, aku menghisab nya dengan hisab yang ringan. Apabila mencapai

usia 60 tahun, aku membuatnya suka bertobat. Apabila mencapai 70 puluh tahun,

para malaikat menyukainya. Apabila mencapai usia 80 tahun, Aku mencatat

semua kebaikannya dan membuang semua keburukannya. Apabila mencapai usia

90 tahun,para malaikat berkata: “orang ini adalah tawanan Allah di bumi-Nya,

Allah telah mengampuni dosanya yang terdahulu dan yang akan datang, serta

dapat memberi syafa’at kepada keluarganya.” (H.R.Tirmidzi). Hadist tersebut

menjelaskan bahwa pada usia 60 tahun, manusia akan cenderung kembali kenilai-

nilai fitrah yaitu dengan upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT (Jalaludin,

2015). Dapat disimpulkan bahwa semakin bertambahnya usia seseorang maka

semakin tinggi juga kesadaran dan perhatian terhadap aspek spiritualnya.

Perawat di RSUD Kabupaten Tangerang mayoritas dengan tingkat

pendidikan terakhir D3 sebanyak 76,8% sedangkan perawat dengan tingkat

pendidikan paling sedikit adalah SPK. Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Ariani (2015) bahwa didapatkan jumlah perawat

dengan pendidikan D3 lebih bnyak yaitu sebesar 69,5%. Hasil penelitian lain
yang dilakukan oleh Malik (2014) juga didapatkan bahwa jumlah perawat yang

bekerja di RSD Kalisat sebagian besar adalah D3 sebesar 74,4%. Hasil diatas

sesuai dengan data menurut Dirjen Bina Upaya Kesehatan (BUK) berdasarkan

sistem informasi rumah sakit (SIR tahun 2000) sebanyak 80 % perawat yang

bekerja di rumah sakit berpendidikan D3, D IV 0,5%, S1 11%, dan yang

berpendidikan SPK 7% hal ini belum sesuai dengan standar profesi keperawatan

sebagai pemberi asuhan keperawatan profesional (DEPKES RI, 2011).

Perawat dengan tingkat pendidikan SPK memiliki tingkat kesehatan spiritual

islam paling tinggi yaitu sebesar (100%), sedangkan responden dengan tingkat

pendidikan terakhir S1 memiliki nilai kesehatan spiritual sebesar (22,1%). Hasil

penelitian ini didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan

dengan tingkat kesehatan spiritual islam perawat. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Ariani (2015) dimana tingkat pendidikan perawat

dengan spiritualitas tidak memiliki hubungan yang bermakna. Penelitian ini tidak

sejalan dengan teori Young & Koopsen (2007 dalam Cipta 2015) menyatakan

bahwa perawat yang memiliki pendidikan yang baik akan mampu mencapai

tujuan hidup sesuai dengan nilai dan keyakinan, yang menyebabkan perawat

cenderung memiliki kedamaian dan perasaan harmonis, sehingga berpotensi

memiliki kesehatan spiritual yang baik. Perbedaan hasil pada penelitian ini dapat

dipengeruhi oleh kurangnya responden perawat dengan pendidikan SPK dan S1,

sehingga variasi jawaban kecil/ sedikit.

Mayoritas responden memiliki lama masa kerja >5tahun sebanyak 77

responden (51,0%), sedangkan jumlah perawat dengan masa kerja <1 tahun paling
sedikit yaitu 12,6%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Arini

(2015) didapatkan bahwa mayoritas perawat dengan lama masa kerja >5tahun

banyak 61,0%. Semakin lama seseorang bekerja akan semakin banyak

pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya sehingga akan meningkatkan

kinerjanya (Nurhidayah 2006 dalam Setyaningsih, 2013).

Hasil penelitian ini menunjukkan (61,0%) responden dengan masa kerja lebih

dari lima tahun yang memiliki nilai kesehatan spiritualitas yang tinggi, sedangkam

perawat yang masa kerjanya < 1tahun memiliki kesehatan spiritual yang tinggi

hanya (31,6%). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan

antara lama masa kerja dengan kesehatan spiritual. Lamanya masa kerja akan

memberikan pengalaman bagi seseorang, dimana pengalaman tersebut akan

mempengaruhi kesehatan spiritualitasnya. Hal tersebut sejalan dengan penelitian

Rozulaina (2008) dalam (Arini, 2015) bahwa semakin lama masa kerja seseorang

maka akan semakin tinggi juga pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya.

Pernyataan lain juga disebutkan Hamid (2008) yang menjelaskan bahwa

pengalaman hidup baik positif atau negatif yang terjadi pada seseorang akan

mempengaruhi spiritualitasnya, hal itu juga dipengaruhi oleh bagaimana dia

memaknai pengalaman yang didapat secara spiritual. Sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh (Tammeh & Ehsani, 2016) dimana kesejahteraan perawat

berkorelasi signifikan dengan pengalaman kerja mereka. Selain itu perawat

dengan spiritual tinggi akan berpengaruh dengan tingkat kepuasan kerja perawat

yang menyebabkan komitmen kerja terhadap organisasinya. Budiono (2014)

(Budiono & Alamsyah, 2014) didapatkan bahwa semakin tinginya spiritualitas


seseorang ditempat kerja, maka semakin tinggi komitmen organisasional. Dalam

penelitian Imron (2016) juga disebutkan bahwa spiritualitas berpengaruh positif

terhadap komitmen organisasi.

Hasil dari penelitian ini menggambarkan kesehatan spiritual islam perawat

di RSUD Kabupaten Tangerang dari 151 responden didapatkan bahwa responden

yang memiliki kesehatan spiritual tinggi sebesar (51,0%) dan yang rendah sebesar

(49,0%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian lain yang dilakukan oleh

Ariani (2015) didapatkan bahwa tingkat spiritualitas perawat sangat baik sebesar

(50,8%). Penelitian lain yang dilakukan oleh Cipta, (2015) didapatkan bahwa

sebagian besar responden memiliki nilai kesehatan spiritual yang tinggi yaitu

sebesar 76%. Penelitian ini sejalan dengan pernyataan Rossuli (2016) yang

menyatakan setiap orang dilahirkan memiliki kesehatan spiritual yang sehat, dan

kemuadian mereka akan diajarkan religiusitas yang nantinya akan menentukan

bagaimana tingkat spiritualitas seseorang (Memaryan et al., 2016). Apabila dilihat

dari proporsi perawat yang memiliki kesehatan spiritual yang tinggi dan rendah

hanya memiliki selisih (2%). Rendahnya kesehatan spiritual perawat tersebut

dapat disebabkan beberapa faktor, salah satunya adalah budaya. Apabila dilihat

dari visi dan misinya, RSUD Kabupaten Tangerang belum menggunakan nilai-

nilai pendekatan islam, sehingga budaya yang diciptakan di RSUD Tangerang

bukan budaya islami. Hal ini sesuai dengan teori Ruth (2009) dimana budaya akan

mempengaruhi keyakinan, sikap dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang yang

nantinya akan mempengaruhi kesehatan spiritual.


Faktor lain yang dapat menyebabkan rendahnya kesehatan spiritual adalah

kurang terfasilitasinya kesehatan spiritual untuk perawat di rumah sakit, serta

masih kurangnya pelatihan spiritual yang diberikan kepada perawat, padahal

kesehatan spiritualitas dapat dikembangkan di tempat kerja yang terfasilitasi.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyono (2011) menyebutkan

bahwa organisasi yang terfasilitasi merupakan faktor yang berkontribusi terhadap

tumbuhnya spiritualitas di tempat kerja. Penelitian yang dilakukan Agustin (2013)

dalam Sari (2015) juga menyebutkan bahwa tingkat spiritualitas yang baik

dipengaruhi oleh adanya sarana tempat ibadah serta adanya kegiatan pelatihan

kerohaniaan dapat meningkatkan spiritualitas. Fasilitasi yang rendah akan

memperkecil peluang perawat memperoleh pengalaman spiritual di rumah sakit,

sehingga perawat lebih berpeluang mendapatkan spiritual di luar rumah sakit

dengan ritual ibadah. Sesuai dengan teori Abbas et al., (2016) islam menyebutkan

bahwa spiritual tidak dapat di pisahkan dari agama serta tidak ada spiritualitas

tanpa pengalaman dan praktik ritual ibadah (Abbas et al., 2016).

Kesehatan spiritual islam memiliki tiga komponen ysng terdiri dari

kesejahteraan spiritual, lokus kontrol, pengalaman spiritual. Berdasarkan hasil

penelitian didapatkan kesehatan spiritual pada komponen kesejahteraan spiritual

termasuk dalam kategori tinggi sebesar 91 responden (60,3 %). Lebih dari

setengah dari responden memiliki kesejahteraan spiritual yang tinggi. Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2016) dimana tdari 75

responden didapatkan 100% memiliki kesejahteraan spiritual yang tinggi.

Tingginya kesejahteraan spiritual perawat di RSUD Kabupaten Tangerang dapat


dilihat dari sebagian besar perawat menyetujui bahwa mereka memiliki makna

dan tujuan hidup, serta meyakini bahwa semua kegiatan yang dilakukan hanya

untuk beribadah kepada Allah. Hal ini akan menyebabkan perawat merasa

harmoni terhadap diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Hal ini sejalan dengan

pernyataan Shorkery et al (2008) dalam Gray (2010) bahwa kesejahteraan

spiritual adalah suatu keharmonisan dan keselarasan yang dirasakan seseorang

dengan dunianya, serta seberapa besar tujuan dan makna hidup mereka. Al-Quran

menyebutkan tentang tujuan hidup manusia dengan sangat jelas yaitu untuk

beribadah kepada Allah SWT. “ dan tidaklah kami ciptakan jin dan manusia,

kecuali untuk beribadah kepada ku (Ad-Dzariyat:56). Ibadah dalam islam

bukanlah mengisolasi diri dari kehidupan dan keseangan dunia, namun sebuah

harmonisasi antara ritual ibadah serta seluruh aktivitas manusia, baik perbuatan,

perkatan, kreativitas dan interaksi sosialnya bertujuan untuk ibadah kepada Allah

(Bahammam.2015).

Sementara itu, kesehatan spiritual berdasarkan komponen lokus kontrol

termasuk dalam kategori tingggi sebesar (51,0 %). Tingginya tingkat lokus

kontrol perawat pada penelitian ini disebabkan oleh keyakinan perawat bahwa

didalam dirinya memiliki potensi dalam menetukan masa depannya, hal ini dapat

dilihat bahwa sebagian besar perawat menyetujui bahwa dirinya memiliki

dukungan dan kekuatan didalam dirinya, serta responden percaya bahwa Allah

tidak akan merubah nasib seseorang kecuali mereka berusaha, sehingga mereka

akan selalu bersyukur atas apapun yang telah mereka kerjakan. Perawat dengan

lokus kontrol internal yang tinggi cenderung memiliki semangat kerja yang tinggi,
tidak mudah menyerah, giat, dan optimis dengan kemampuannya sendiri serta

sabar dalam menghadapi segala macam kesulitan. (Sukma, 2005).

Islam sendiri mengajarkan bahwa seorang muslim harus bersikap optimis

terhadap kemampuan yang dimilikinya. Allah SWT berfirman : “Bagi manusia

ada malaikat- malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, dimuka dan

dibelakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah

tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang

ada dalam mereka sendiri, dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap

suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada

pelindung bagi mereka selain Dia” (QS Ar-ra’ad ayat 11).

Kesehatan spiritual berdasarkan komponen pengalaman spiritual termasuk

dalam kategori tingggi sebesar (53,0%). Tingginya pengalaman spiritual dapat

diperoleh dari bagaimana seseorang dapat memaknai suatu peristiwa dalam

hidupnya sebagai suatu refleksi kedekatannya dengan Allah SWT, sehingga

memberian dampak positif terhadap kehidupan sehari hari dengan rasa syukur

dalam beribadah terhadap Tuhannya (Abbas et al., 2016). Tingginya pengalaman

spiritual ditunjukkan dengan sebagian besar perawat menyetujui bahwa mereka

merasakan pengalaman spiritual yang paling kuat ketika mereka membatu orang

lain. Intensitas perawat dalam memberikan bantuan atau merawat pasien selama

24 jam dapat menjadi salah satu kondisi dimana perawat merasa dekat dengan

Allah, sehingga dapat berpengaruh terhadap tingkat pengalaman spiritual perawat

tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian (Markani, 2015) bahwa perawat

merasakan pengalaman dalam merawat pasien di ruang onkologi membuat mereka


dekat denga Allah. Teori lain juga menyebutkan bahwa perawat memiliki potensi

dalam mendapatkan pengalaman spiritual saat merawat pasien. (Asmadi.2008).

B. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini

adalah jumlah proporsi yang tidak sama antar karakteristik demografi yang

menyebabkan hasil analisis tidak beragam.


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Karakteikristik responden di RSUD kabupaten Tangerang dalam penelitian

ini yaitu, usia responden paling banyak pada kategori usia dewasa

pertengahan sebanyak 49,7%. Sebagian besar responden berjenis kelamin

perempuan sebanyak 82,1%. Presentasi pendidikan terakhir terbanyak di

RSUD Kabupaten tangerang adalah D3 sebanyak 76,8%, dan presentase lama

masa kerja paling banyak adalah diatas 5 tahun 51,0%.

2. Kesehatan spiritual islam perawat di ruang rawat inap RSUD Kabupaten

Tangerang sebagian besar termasuk tinggi (51,0%), sedangkan perawat yang

memiliki kesehatan spiritual yang rendah (49,0%), hal ini dapat dikatakan

bahwa sebagian besar perawat yang bekerja di ruang rawat inap RSUD

Kabupaten Tangerang telah memiliki kesadaran yang baik terhadap kesehatan

spiritual pribadinya.

3. Komponen kesejahteraan spiritual menunjukkan (60,3%) perawat yang

memiliki tingkat kesejahteraan spiritual tinggi, dan (39,7%) memiliki

kesejahteraan spiritual rendah. Komponen lokus kontrol yang termasuk dalam

kategori tingggi sebesar (51,0 %), dan (49,0%) perawat memiliki tingkat

lokus kontrol rendah. Komponen pengalaman spiritual termasuk dalam

kategori tingggi (53,0%), dan (47,0%) perawat memiliki pengalaman spiritual

rendah.
B. Saran

1. Bagi instansi pelayanan kesehatan, hasil ini dapat menjadi masukan bagi

instansi rumah sakit untuk memperhatikan kesehatan spiritual perawat, hal

ini sesuai dengan masih banyaknya perawat yang memiliki kesehatan

spiritual rendah. Rumah sakit dapat memfasilitasi perawat melakukan

pelatihan spiritual serta memfasilitasi perawat dengan sarana dan prasasrana

ibadah, sehingga hal ini dapat mempengaruhi spiritualitas perawat.

Tingginya kesehatan spiritual perawat akan berpengaruh terhadap kualitas

pelayanan yang mereka berikan.

2. Bagi profesi perawat, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk

perawat agar lebih memperhatikan serta meningkatkan kesehatan spiritual,

hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang

diberikan terhadap pasien.

3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat melakukan penelitian kesehatan spiritual

perawat dengan jumlah sampel yang lebih banyak, mengidentifikasi faktor -

faktor yang berhubungan dengan kesehatan spiritual islam, serta dampak

kesehatan spiritual islam terhadap kepuasan kerja.


DAFTAR PUSTAKA

Abbas, H. ., Khorashadizadeh, F., Nabavi, F. H., & Mazlom, S. R. (2016).


Spiritual Health in Nursing From the Viewpoint of Islam,
18(6).https://doi.org/10.5812/ircmj.24288.Review

Arini. (2015). Hubungan Spiritualitas Perawat dan Kompetensi Asuhan Spiritual,


10 No. 2, 130–140.

Asmadi. (2008). Tehnik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Azarsa, T., Davoodi, A., Khorami Markani, A., Gahramanian, A., & Vargaeei, A.
(2015). Spiritual wellbeing, attitude toward spiritual care and its
relationship with spiritual care competence among critical care nurses.
Journal of caring sciences, 4(4), 309–20.
https://doi.org/10.15171/jcs.2015.031

Budiono, S., & Alamsyah, A. (2014). Pengaruh Spiritualitas di Tempat Kerja


terhadap Turnover Intention Perawat melalui Komitmen Organisasional di
Rumah Sakit Islam Unisma Malang, (66).
http://jurnaljam.ub.ac.id/index.php/jam/article/view/714

Chan, M. F. (2010). Factors Affecting Nursing Staff In Practising Spiritual Care.


Journal of Clinical Nursing, 19(15–16), 2128–2136.
https://doi.org/10.1111/j.1365-2702.2008.02690.x

Christina, V., & Brahmana, S. S. (2009). Hubungan Locus of Control Dengan


Komitmen Organisasi Dosen Universitas Widyatama, 2, 1–5. Retrieved from
http://www.dlib.widyatama.ac.id/xmlui/handle/123456789/1177

Chung, L. Y. F., Wong, F. K. Y., & Chan, M. F. (2007). Relationship of nurses’


spirituality to their understanding and practice of spiritual care. Journal of
Advanced Nursing, 58(2), 158–170. https://doi.org/10.1111/j.1365-
2648.2007.04225.x

Cipta, i. R. (2015). Gambaran Kesehatan Spiritual Perawat Di Ruang Perawatan


Intensif Rumah Sakit Al-Islam Bandung Nurses g.
http://repository.unpad.ac.id/23155/

Dahlan, M. S. (2013). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel (3rd ed.).
Jakarta: Salemba Medika.

DeLaune, S. C., & Ladner, P. K. (2011). Standards & Practice.


https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
DEPKES RI. (2011). Perawat Mwndominasi Tenaga Kesehatan.
http://www.depkes.go.id/article/view/1505/perawat-mendominasi-tenaga-
kesehatan.html

Dino, E., & Sari, G. (2015). Hubungan antara Tingkat Spiritualitas Dengan
Kesiapan Lanjut Usia Dalam Menghadapi Kematian Di Desa Pucangan
Kecamatan Kartasura Naskah. http://eprints.ums.ac.id/36682/

Fisher, J. W. (2011). spiritual health: its nature and place. melbourne: custom
books center.

Gholib, achmad. (2011). Studi Islam II (akidah akhlak). Jakarta: FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Press.

Gray, M. A. (2010). Spiritual Health Inventory Scores and Abstinence. Spiritual


Health Inventory Scores And Abstinence. Retrieved from http://remote-
lib.ui.ac.id:2073/docview/848427834/444D71EFDB3E4BB8PQ/3?accountid
=17242

Hamdi, A. S. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi Dalam Pendidikan.


Yogyakarta: Deepublish.

Hamid, P. Achir Yani S. (2008). Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta:


EGC

Hastono, S. (2006). Analisis Data, 1–212.

ILO. (2015). Tren Tenaga Kerja dan Sosial di Indonesia 2014 - 2015 Memperkuat
dayasaingdanproduktivitas.http://www.ilo.org/jakarta/whatwedo/publication
s/WCMS_381565/lang--en/index.htm

Imron. (2016). Kinerja Guru Dilihat Dari Spiritualitas , Komitmen Organisasi ,


Modal Psikologis , dan Perilaku Kewargaorganisasian, 1(2).

Jalaludin. (2015). Tingkat Usia dan Perkembangan Spiritualitas serta Faktor yang
Melatarbelakanginya di Majelis Tamasya Rohani Riyadhul Jannah
Palembang, 21(2), 165–183.

Kozier, Barbara J. Berman, A. (2008). Fundamentals Of Nursing : Concepts,


Process, And Practice (8th ed.). USA: Pearso n Education , Inc., Upper
Saddle River, New Jersey 07458.

Kozier, B. (2010). Fundamental Of Nursing (7th ed.). Jakarta: EGC.

Kurniawan, B. (n.d.). Pendidikan Agama Islam PT. Jakarta: GWI.


Lohmay, F., & Ramli, M. (2017). Keefektifan Panduan Pelatihan Berbasis
Appreciative Inquiry Terhadap Peningkatan Kematangan Karier Siswa Smp,
65–72.

Mahmoodishan, G., Alhani, F., Ahmadi, F., & Kazemnejad, A. (2010). Iranian
Nurses’ Perception Of Spirituality and Spiritual Care: a Qualitative Content
Analysis Study. Journal Of Medical Ethics & History of medicine, 3(1), 1–8.
Retrievedfrom.http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=a9h&
AN=74559359&site=ehost-live

Markani, A. K. (2015). Oncology Nurses Spiritual Health Experience: A


Qualitative Content Analysis, 1(January 2014), 24–34.

Mauk, kristen L. & nola A. (2004). Spiritual Care In Nursing Practice. New
york: Lippincott Wiliams & Wilkins.

Memaryan, N., Rassouli, M., & Mehrabi, M. (2016). Spirituality Concept by


Health Professionals in Iran: A Qualitative Study. Evidence-Based
Complementary and Alternative Medicine, 2016.
https://doi.org/10.1155/2016/8913870

Mulyono, W. A. (2010). Laporan Penelitian Hubungan Spiritualitas Di Tempat


Kerja ( Stk ) Dengan Komitmen Organisasi Peraw at Diajukan sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Keperawatan.
http://jurnaljam.ub.ac.id/index.php/jam/article/view/714

Nandari, Y. (2013). Perbandingan Kesehatan Spiritual Pria Dan Wanita Lanjut


Usia Di Gampong Beurawe Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh Tahun
2013. Retrieved from
http://etd.unsyiah.ac.id/index.php?p=show_detail&id=8868

Potter, P. A., & Perry, Anne Grifin. (2013). Fundamentals Of Nursing (9th ed.).
USA: ELSEVIER.

Potter & Patricia A. (2009). Fundamentals Of Nursing (7 th). Mosby: Elsevier.

Rahayuningsih, S. (2015). , Analisis Pengaruh Locus Of Control Dan Self


Efficacy terhadap Kinerja dengan Etika Kerja Islam sebagai Variabel
Moderating (Study Empiris pada Perawat di Rumah Sakit Islam Sultan
AgungSemarang).https://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/fe10/article/dow
nload/4130/1161

Rich, A. (2012). Gender and Spirituality: Are Women Really More Spiritual?
http://digitalcommons.liberty.edu/honors/281/
Rozulaina, A. (2008). Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Kinerja Perawat
Dalam Asuhan Keperawatan di BRSD RAA Soewondo Kabupaten Pati,
30(September), 2007.

Rudolfsson, G., Berggren, I., & Barbosa, A. (2014). Experiences of Spirituality


and Spiritual Values in the Context of Nursing – An Integrative Review, 64–
70.Retrievedfromhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4293736/pd
f/TONURSJ-8-64.pdf

Ruth, F. craven. (2009). Fundamental Of Nursing: Human Health And Fuction


(6th ed.). USA: lipponcott williams & wilkins.

Sukma, R. T. (2005). Hubungan Antara Locus of Control Internal Dengan Stres


kerja karyawan di CV. Duta malang.

Setyaningsih, A., Wuryanto, E., Sakit, R., Muhammadiyah, R., & Kunci, K.
(2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi Perawat
Melanjutkan Pendidikan Ke Jenjang S1 Keperawatan Di Rumah Sakit
Roemani Muhammadiyah Semarang Tahun 2012, 6(2), 119–138.

Sumantri, A. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group.

Suryani & Abdullah, A. Z. (2016). Pengaruh Kesejahteraan Spiritual (Spiritual


Well Being) Dan Letak Kendali (Locus Of Control) Terhadap Burnout Kerja
Perawat Di Rs Unhas Makassar, 6(2), 162–171.

Swarjana, I. ketut. (2016). Statistik Kesehatan. Yogyakarta: ANDI.

Syam, A. (2010). Hubungan Antara Kesehatan Spiritual Dengan Kesehatan Jiwa


Pada Lansia Muslim Di Sasana Tresna Werdha Kbrp Jakarta Timur
lib.ui.ac.id/file?file=digital/20282452-T%20Amir%20Syam.pdf

Tammeh, M. A., & Ehsani, S. R. (2016). The Concept Of Spiritual Well-Being


From The Viewpoint Of Nurses Caring For Heart Disease Patients. 3(1),
2109–2116. https://www.ijhcs.com/index.php/ijhcs/article/view/2391/2283.

Utami, Y. W. (2009). Sikap Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual


Pasien DI BRSUD SUKOHARJO. Berita Ilmu Keperawatan, 2 No
2(February).

Wijayati, F. L. (2016). How Spiritual Value and Spiritual Wellbeing From Islamic
Perspective, 4, 107–117.

Wiyono, S. (2006). Manajemen Potensi Diri (Rev). Jakarta: Grasindo.


LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2

PERMOHONAN PARTISIPASI PENELITIAN

Kepada Yth. :
Teman sejawat

Assalamu'alaikum Wr. Wb.,

Penelitian ini merupakan penelitian yang berkaitan dengan pengalaman


yang dirasakan, dilihat dan didengar oleh teman sejawat selama bekerja di RSUD
Kabupaten Tangerang khususnya di unit tempat anda bekerja. Pada penelitian ini
teman sejawat diharapkan menjawab semua pertanyaan dan pernyataan-
pernyataan dengan jujur dan benar sehingga penelitian ini dapat menggambarkan
kondisi yang sebenarnya. Informasi yang diberikan teman sejawat dapat
bermanfaat untuk pengembangan profesi keperawatan di rumah sakit ini.
Identitas teman sejawat dan jawaban teman sejawat terhadap pernyataan-
pernyataan dibawah ini akan dijaga kerahasiaanya oleh peneliti dan hanya
dipergunakan untuk kepentingan penelitian.
Saya mengucapkan terima kasih banyak atas partisipasi teman sejawat dalam
penelitian ini.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Saya bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, dan saya akan memberikan
jawaban dengan sebenar-benarnya.

Partisipan

(……………………..)
A. KUESIONER DATA DEMOGRAFI
Petunjuk Pengisian :
Isilah titik-titik (.....) dengan tulisan dan berilah chek list (√) pada tempat yang
tersedia
Tanggal pengamnilan data :
Kode responden : (diisi oleh peneliti)

Usia : .................. Tahun

Jenis kelamin : ( )laki-laki ( ) perempuan

Pendidikan terkhir : ( )SPK


( ) D3
( ) S1

Lama bekerja jadi perawat : ( ) >5 tahun


( ) 1-5 tahun
( ) <1 tahun

Jabatan : ( ) kepala ruangan


( ) ketua tim
( ) perawat pelaksana

B. KUISONER KESEHATAN SPIRITUAL PERAWAT


Beri tanda Chek list (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan kondisi
Bapak/Ibu saat ini.
Keterangan:
SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
RR : Ragu-ragu

No Pernyataan Jawaban
SS S RR TS STS
1. Saya meyakini bahwa hidup saya memiliki arti
2. Saya meyakini ke Esaan Allah SWT
No Pernyataan Jawaban
SS S RR TS STS
3. Saya tidak pernah memohon ampunan kepada Allah SWT
atas kesalahan yang pernah saya lakukan.
4. Saya meyakini bahwa semua aktivitas yang saya lakukan
adalah bentuk ibadah kepada Allah SWT
5. Saya tidak yakin bahwa ada hal yang dapat dilakukan untuk
membangun kesehatan spiritual saya
6. Saya mempunyai pengalaman spiritual yang membuat saya
lebih menerima/ mengenal diri saya
7. Saya tidak pernah mengalami kedamaian dalam diri saya
atau dengan orang lain
8. Saya melakukan sholat wajib lima kali sehari sesuai dengan
perintah Allah SWT.
9. Saya yakin bahwa Allah akan memberikan yang terbaik
pada saya atas apa yang telah saya lakukan
10. Saya memiliki pengalaman spiritual yang sangat bermakna
11. Saya memiliki dukungan/ kekuatan spiritual dalam diri saya
untuk menghadapi penyakit atau masalah-masalah lainnya.
12. saya merasakan keselarasan/ keharmonisan dengan alam
dan lingkungan sekitar
13. Saya melakukan puasa ramadhan sebulan penuh sesuai
dengan perintah Allah SWT
14. Saya tidak meyakini bahwa ada kesehatan spiritual
15. Berdasarkan pengalaman saya, bahwa mengembangkan dan
memelihara kesehatan spiritual membutuhkan usaha dan
upaya
16. Saya merasakan kehadiran Allah SWT dalam hidup saya.
17. Saya bersyukur kepada Allah atas semua yang sudah saya
dapatkan dalam hidup ini
18. Saya merasa takjub ketika saya memikirkan kehidupan dan
seluruh alam semesta ciptaan Allah ini.

19. Sebagian besar pengalaman spiritual saya berasal dari


membaca dan merenung
20. saya memberikan bantuan kepada orang lain tanpa
membeda-bedakan status dan latar belakang orang tersebut
21. Pengalaman-pengalaman spiritual saya membuat saya perlu
melakukan perubahan pada diri dan hidup saya
22. Sebagian besar pengalaman spiritual saya berasal dari
hubungan saya dengan Allah dan alam
23. Saya menyakini bahwa semua yang saya lakukan adalah
atas ijin Allah SWT
No Pernyataan Jawaban
SS S RR TS STS
24. Pengalaman spiritual dapat membantu saya menghadapi
masalah-masalah kesehatan atau masalah hidup lainnya
25. Saya percaya bahwa apapun yang saya lakukan disaksikan
oleh Allah SWT
26. Sebagian besar pengalaman spiritual saya berasal dari
kegiatan ritual ibadah
27. Semua masalah dalam kehidupan saya adalah atas izin
Allah SWT.
28. Saya merasakan pengalaman spiritual paling kuat atau
merasa dekat dengan Allah saat saya membantu orang lain
29. Saya menghargai orang lain yang membantu saya
menghadapi masalah
30. Saya berhubungan baik dan dapat bekerjasama dengan
orang-orang disekitar saya
(Kuisoner Modifikasi Dari Gray, 2010)
Lampiran 3

Hasil Olahan SPSS


Statistics
pendidikan_tra
jenis_kelamin khir masa_kerja kat_us
N Valid 151 151 151 151
Missing 0 0 0 0

A. Jenis Kelamin
jenis_kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid laki-laki 27 17,9 17,9 17,9

perempuan 124 82,1 82,1 100,0

Total 151 100,0 100,0

B. Pendidikan terakhir
pendidikan_terakhir
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SPK 2 1,3 1,3 1,3
D3 116 76,8 76,8 78,1
S1 33 21,9 21,9 100,0
Total 151 100,0 100,0

C. Masa kerja
masa_kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid >5 tahun 77 51,0 51,0 51,0
1-5 tahun 55 36,4 36,4 87,4
<1 tahun 19 12,6 12,6 100,0
Total 151 100,0 100,0
D. usia
kat_usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid dewasa muda 35 23,2 23,2 23,2
dewasa pertengahan 75 49,7 49,7 72,8
dewasa akhir 41 27,2 27,2 100,0
Total 151 100,0 100,0

E. uji normalitas data


Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
totalksjpbaru 151 100,0% 0 0,0% 151 100,0%
totallkbaru 151 100,0% 0 0,0% 151 100,0%
totalpglm1 151 100,0% 0 0,0% 151 100,0%
totalseluruh1 151 100,0% 0 0,0% 151 100,0%

Descriptives
Statistic Std. Error
totalksjpbaru Mean 54,96 ,265
95% Confidence Interval Lower Bound 54,44
for Mean Upper Bound 55,48
5% Trimmed Mean 55,10
Median 55,00
Variance 10,598
Std. Deviation 3,256
Minimum 43
Maximum 60
Range 17
Interquartile Range 4
Skewness -,663 ,197
Kurtosis ,531 ,392
totallkbaru Mean 22,30 ,157
95% Confidence Interval Lower Bound 22,00
for Mean Upper Bound 22,61
5% Trimmed Mean 22,38
Median 23,00
Variance 3,707
Std. Deviation 1,925
Minimum 15
Maximum 27
Range 12
Interquartile Range 3
Skewness -,442 ,197
Kurtosis ,387 ,392
totalpglm1 Mean 55,87 ,475
95% Confidence Interval Lower Bound 54,94
for Mean Upper Bound 56,81
5% Trimmed Mean 56,21
Median 57,00
Variance 34,097
Std. Deviation 5,839
Minimum 37
Maximum 65
Range 28
Interquartile Range 7
Skewness -,909 ,197
Kurtosis ,543 ,392
totalseluruh1 Mean 133,14 ,816
95% Confidence Interval Lower Bound 131,53
for Mean Upper Bound 134,75
5% Trimmed Mean 133,61
Median 134,00
Variance 100,654
Std. Deviation 10,033
Minimum 95
Maximum 150
Range 55
Interquartile Range 15
Skewness -,752 ,197
Kurtosis ,569 ,392
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
totalksjpbaru ,115 151 ,000 ,950 151 ,000
totallkbaru ,151 151 ,000 ,952 151 ,000
totalpglm1 ,123 151 ,000 ,934 151 ,000
totalseluruh1 ,095 151 ,002 ,954 151 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

Frequency Table

Tingkat kesejahteraan spiritual

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tinggi 91 60,3 60,3 60,3
rendah 60 39,7 39,7 100,0
Total 151 100,0 100,0

Tingkat lokus kontrol spiritual

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tinggi 77 51,0 51,0 51,0
rendah 74 49,0 49,0 100,0
Total 151 100,0 100,0

Tingkat Pengalaman spiritual


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tinggi 80 53,0 53,0 53,0
rendah 71 47,0 47,0 100,0
Total 151 100,0 100,0

Tingkat kesehatan spiritual


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tinggi 77 51,0 51,0 51,0
rendah 74 49,0 49,0 100,0
Total 151 100,0 100,0
Proporsi Distribusi Karakteristik Responden Terhadap Kesehatan Spiritual

jenis_kelamin * kesehatanspt Crosstabulation


kesehatanspt
tinggi rendah Total
jenis_kelamin laki-laki Count 14 13 27
% within jenis_kelamin 51,9% 48,1% 100,0%
perempuan Count 63 61 124
% within jenis_kelamin 50,8% 49,2% 100,0%
Total Count 77 74 151
% within jenis_kelamin 51,0% 49,0% 100,0%

pendidikan_trakhir * kesehatanspt Crosstabulation


kesehatanspt
tinggi rendah Total
pendidikan_trakhir SPK Count 2 0 2
% within
100,0% 0,0% 100,0%
pendidikan_trakhir
D3 Count 58 58 116
% within
50,0% 50,0% 100,0%
pendidikan_trakhir
S1 Count 17 16 33
% within
51,5% 48,5% 100,0%
pendidikan_trakhir
Total Count 77 74 151
% within
51,0% 49,0% 100,0%
pendidikan_trakhir

masa_kerja * kesehatanspt Crosstabulation


kesehatanspt
tinggi rendah Total
masa_kerja >5 tahun Count 47 30 77
% within masa_kerja 61,0% 39,0% 100,0%
1-5 tahun Count 24 31 55
% within masa_kerja 43,6% 56,4% 100,0%
<1 tahun Count 6 13 19
% within masa_kerja 31,6% 68,4% 100,0%
Total Count 77 74 151
% within masa_kerja 51,0% 49,0% 100,0%
kat_us * kesehatanspt Crosstabulation

kesehatanspt
tinggi rendah Total
kat_us dewasa muda Count 13 22 35
% within kat_us 37,1% 62,9% 100,0%
dewasa pertengahan Count 37 38 75
% within kat_us 49,3% 50,7% 100,0%
dewasa akhir Count 27 14 41
% within kat_us 65,9% 34,1% 100,0%
Total Count 77 74 151
% within kat_us 51,0% 49,0% 100,0%
Lampiran 4
Hasil Uji Validitas Dan Reabilitas (n=30)

p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19 p20 p21 p22 p23 p24 p25 p26 p27 p28 p29 p30 p31 p32 p33 total
p1 Pearson
Correlation 1 ,557** ,447* ,389* ,164 ,253 ,149 -,157 ,523** ,232 ,246 ,102 ,351 ,557** ,286 ,259 ,134 ,024 ,557** ,267 -,016 ,053 ,089 ,157 ,248 ,342 ,293 ,126 ,194 ,477** ,111 ,050 ,342 ,481**

Sig. (2-tailed)
,001 ,013 ,034 ,387 ,177 ,432 ,407 ,003 ,217 ,190 ,591 ,057 ,001 ,125 ,167 ,481 ,899 ,001 ,154 ,932 ,783 ,640 ,407 ,187 ,065 ,116 ,506 ,305 ,008 ,559 ,792 ,065 ,007

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p2 Pearson
,557** 1 ,415* ,371* ,302 ,053 -,083 -,087 ,473** -,106 ,289 ,057 ,294 1,000** ,232 ,557** ,199 ,284 1,000** ,284 -,145 -,088 ,174 ,212 -,034 ,337 ,008 ,473** -,180 ,629** -,093 -,112 ,337 ,373*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,001 ,023 ,043 ,105 ,781 ,663 ,646 ,008 ,578 ,121 ,765 ,115 ,000 ,217 ,001 ,293 ,129 ,000 ,129 ,444 ,644 ,359 ,260 ,856 ,069 ,967 ,008 ,341 ,000 ,626 ,556 ,069 ,042
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p3 Pearson ,388
,447* ,415* 1 ,447* ,220 ,382* ,280 -,030 ,877** -,085 ,256 ,137 ,424* ,415* ,140 ,149 ,120 ,293 ,415* ,293 -,022 ,212 ,239 ,150 ,291 ,388* ,356 ,121 ,399* ,291 ,000 -,067 *
,550**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,013 ,023 ,013 ,244 ,037 ,134 ,875 ,000 ,655 ,171 ,471 ,019 ,023 ,462 ,432 ,529 ,116 ,023 ,116 ,909 ,262 ,203 ,428 ,119 ,034 ,053 ,524 ,029 ,119 1,000 ,723 ,034 ,002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p4 Pearson ,512
,389* ,371* ,447* 1 ,246 ,380* ,447* -,067 ,294 ,349 ,164 ,026 ,000 ,371* ,039 ,111 ,367* ,400* ,371* ,400* -,330 ,158 ,301 ,067 ,371* ,512** ,545** ,325 ,485** ,228 ,167 ,264 ** ,548**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,034 ,043 ,013 ,191 ,039 ,013 ,724 ,115 ,059 ,387 ,894 1,000 ,043 ,838 ,559 ,046 ,028 ,043 ,028 ,075 ,405 ,106 ,724 ,043 ,004 ,002 ,080 ,007 ,226 ,379 ,159 ,004 ,002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p5 Pearson
,164 ,302 ,220 ,246 1 ,344 ,017 -,226 ,193 -,079 ,071 ,312 ,299 ,302 ,404* ,038 ,005 -,091 ,302 -,008 ,273 ,089 ,146 ,201 ,144 ,092 ,074 ,346 ,256 ,034 ,057 ,125 ,092 ,439*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,387 ,105 ,244 ,191 ,063 ,929 ,230 ,308 ,678 ,709 ,093 ,109 ,105 ,027 ,843 ,979 ,634 ,105 ,966 ,144 ,639 ,440 ,288 ,448 ,628 ,696 ,061 ,172 ,857 ,766 ,510 ,628 ,015
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p6 Pearson ,494
,253 ,053 ,382* ,380* ,344 1 ,382* -,249 ,251 ,253 ,432* ,349 ,300 ,053 ,422* ,095 ,457* ,290 ,053 ,394* -,021 ,539** -,076 ,249 ,317 ,269 ,406* ,200 ,718** ,148 ,380* ,172 ** ,717**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,177 ,781 ,037 ,039 ,063 ,037 ,185 ,180 ,178 ,017 ,059 ,107 ,781 ,020 ,618 ,011 ,120 ,781 ,031 ,913 ,002 ,689 ,185 ,088 ,150 ,026 ,288 ,000 ,434 ,039 ,364 ,006 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p7 Pearson ,388
,149 -,083 ,280 ,447* ,017 ,382* 1 ,150 ,088 ,255 ,147 ,000 -,141 -,083 -,175 -,149 ,299 ,293 -,083 ,488** -,415* ,296 ,239 -,211 ,415* ,811** ,694** -,170 ,607** -,233 ,447* ,135 *
,387*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,432 ,663 ,134 ,013 ,929 ,037 ,428 ,645 ,174 ,440 1,000 ,456 ,663 ,356 ,432 ,109 ,116 ,663 ,006 ,023 ,112 ,203 ,264 ,023 ,000 ,000 ,370 ,000 ,216 ,013 ,477 ,034 ,035
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19 p20 p21 p22 p23 p24 p25 p26 p27 p28 p29 p30 p31 p32 p33 total
p8 Pearson
-,157 -,087 -,030 -,067 -,226 -,249 ,150 1 ,013 ,115 ,072 -,165 -,319 -,087 -,121 ,067 -,036 -,015 -,087 -,015 -,319 -,032 ,036 ,131 -,275 ,217 ,020 -,113 -,065 -,114 -,067 ,172 ,058 -,102
Correlation
Sig. (2-tailed) ,407 ,646 ,875 ,724 ,230 ,185 ,428 ,945 ,545 ,707 ,384 ,086 ,646 ,525 ,724 ,850 ,939 ,646 ,939 ,086 ,867 ,850 ,489 ,142 ,249 ,918 ,552 ,732 ,549 ,724 ,362 ,760 ,590
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p9 Pearson
,523** ,473** ,877** ,294 ,193 ,251 ,088 ,013 1 -,037 ,249 ,120 ,465** ,473** ,145 ,196 ,026 ,171 ,473** ,171 ,053 ,093 ,170 ,251 ,064 ,247 ,140 ,042 ,190 ,370* -,196 -,015 ,247 ,430*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,003 ,008 ,000 ,115 ,308 ,180 ,645 ,945 ,845 ,184 ,527 ,010 ,008 ,443 ,299 ,891 ,366 ,008 ,366 ,782 ,626 ,368 ,182 ,738 ,188 ,461 ,824 ,314 ,044 ,299 ,938 ,188 ,018
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p10 Pearson * *
,435
,232 -,106 -,085 ,349 -,079 ,253 ,255 ,115 -,037 1 ,265 ,272 ,200 -,106 -,030 ,021 ,229 -,097 -,106 ,318 -,074 ,330 ,406 ,269 ,247 ,285 ,343 ,216 ,332 ,074 ,190 ,373 *
,444*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,217 ,578 ,655 ,059 ,678 ,178 ,174 ,545 ,845 ,157 ,146 ,288 ,578 ,876 ,912 ,224 ,611 ,578 ,087 ,696 ,075 ,026 ,151 ,188 ,127 ,064 ,251 ,073 ,697 ,314 ,043 ,016 ,014
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p11 Pearson ,568
,246 ,289 ,256 ,164 ,071 ,432* ,147 ,072 ,249 ,265 1 ,339 ,324 ,289 ,358 ,655** ,471** ,483** ,289 ,572** ,046 ,233 ,186 ,369* ,061 ,181 ,141 ,297 ,222 ,491** ,471** ,290 ** ,674**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,190 ,121 ,171 ,387 ,709 ,017 ,440 ,707 ,184 ,157 ,067 ,081 ,121 ,052 ,000 ,009 ,007 ,121 ,001 ,809 ,216 ,325 ,045 ,749 ,339 ,458 ,111 ,238 ,006 ,009 ,120 ,001 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p12 Pearson
,102 ,057 ,137 ,026 ,312 ,349 ,000 -,165 ,120 ,272 ,339 1 ,645** ,057 ,634** -,068 -,020 -,134 ,057 -,022 ,389* ,290 ,123 ,474** ,057 ,048 ,180 ,216 ,237 ,060 ,026 ,185 ,048 ,528**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,591 ,765 ,471 ,894 ,093 ,059 1,000 ,384 ,527 ,146 ,067 ,000 ,765 ,000 ,721 ,915 ,481 ,765 ,907 ,034 ,120 ,518 ,008 ,765 ,800 ,342 ,253 ,206 ,754 ,894 ,329 ,800 ,003
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p13 Pearson
,351 ,294 ,424* ,000 ,299 ,300 -,141 -,319 ,465** ,200 ,324 ,645** 1 ,294 ,432* ,176 ,106 ,000 ,294 ,115 ,463** ,200 ,211 ,425* ,073 ,125 ,066 ,257 ,123 ,309 ,132 ,000 ,125 ,565**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,057 ,115 ,019 1,000 ,109 ,107 ,456 ,086 ,010 ,288 ,081 ,000 ,115 ,017 ,353 ,578 1,000 ,115 ,545 ,010 ,291 ,262 ,019 ,700 ,512 ,728 ,171 ,519 ,097 ,488 1,000 ,512 ,001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p14 Pearson 1,000
,557** **
,415* ,371* ,302 ,053 -,083 -,087 ,473** -,106 ,289 ,057 ,294 1 ,232 ,557** ,199 ,284 1,000** ,284 -,145 -,088 ,174 ,212 -,034 ,337 ,008 ,473** -,180 ,629** -,093 -,112 ,337 ,373*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,001 ,000 ,023 ,043 ,105 ,781 ,663 ,646 ,008 ,578 ,121 ,765 ,115 ,217 ,001 ,293 ,129 ,000 ,129 ,444 ,644 ,359 ,260 ,856 ,069 ,967 ,008 ,341 ,000 ,626 ,556 ,069 ,042
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p15 Pearson
,286 ,232 ,140 ,039 ,404* ,422* -,175 -,121 ,145 -,030 ,358 ,634** ,432* ,232 1 ,156 -,005 ,051 ,232 -,034 ,376* ,148 -,073 ,383* -,094 -,142 ,046 ,245 ,167 ,269 ,039 ,224 ,043 ,490**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,125 ,217 ,462 ,838 ,027 ,020 ,356 ,525 ,443 ,876 ,052 ,000 ,017 ,217 ,410 ,978 ,788 ,217 ,858 ,041 ,436 ,701 ,036 ,620 ,456 ,810 ,191 ,379 ,150 ,838 ,235 ,821 ,006
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p16 Pearson ,604
,259 ,557** ,149 ,111 ,038 ,095 -,149 ,067 ,196 ,021 ,655** -,068 ,176 ,557** ,156 1 ,356 ,509** ,557** ,509** -,098 ,053 ,089 ,157 -,062 ,079 ,014 ,307 -,065 ,477** ,389* ,050 ** ,386*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,167 ,001 ,432 ,559 ,843 ,618 ,432 ,724 ,299 ,912 ,000 ,721 ,353 ,001 ,410 ,053 ,004 ,001 ,004 ,607 ,783 ,640 ,407 ,745 ,679 ,942 ,099 ,734 ,008 ,034 ,792 ,000 ,035
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p17 Pearson - ,590
,134 ,199 ,120 ,367* ,005 ,457* ,299 -,036 ,026 ,229 ,471** -,020 ,106 ,199 -,005 ,356 1 ,700** ,199 ,700** ,316 ,071 ,126 ,105 ,432* ,375* ,318 ,415* ,165 ,367* ,040 ** ,480**
Correlation ,486**
Sig. (2-tailed) ,481 ,293 ,529 ,046 ,979 ,011 ,109 ,850 ,891 ,224 ,009 ,915 ,578 ,293 ,978 ,053 ,000 ,293 ,000 ,006 ,089 ,708 ,508 ,579 ,017 ,041 ,086 ,023 ,383 ,046 ,833 ,001 ,007
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19 p20 p21 p22 p23 p24 p25 p26 p27 p28 p29 p30 p31
p32 p33 total
p18 Pearson ,499
,024 ,284 ,293 ,400* -,091 ,290 ,293 -,015 ,171 -,097 ,483** -,134 ,000 ,284 ,051 ,509** ,700** 1 ,284 ,683** -,352 ,103 ,029 -,132 -,020 ,327 ,302 ,130 ,296 ,227 ,400* ,099 ** ,377*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,899 ,129 ,116 ,028 ,634 ,120 ,116 ,939 ,366 ,611 ,007 ,481 1,000 ,129 ,788 ,004 ,000 ,129 ,000 ,057 ,587 ,878 ,486 ,915 ,078 ,105 ,494 ,112 ,227 ,028 ,604 ,005 ,040
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p19 Pearson 1,000
,557** **
,415* ,371* ,302 ,053 -,083 -,087 ,473** -,106 ,289 ,057 ,294 1,000** ,232 ,557** ,199 ,284 1 ,284 -,145 -,088 ,174 ,212 -,034 ,337 ,008 ,473** -,180 ,629** -,093 -,112 ,337 ,373*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,001 ,000 ,023 ,043 ,105 ,781 ,663 ,646 ,008 ,578 ,121 ,765 ,115 ,000 ,217 ,001 ,293 ,129 ,129 ,444 ,644 ,359 ,260 ,856 ,069 ,967 ,008 ,341 ,000 ,626 ,556 ,069 ,042
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p20 Pearson ,843
,267 ,284 ,293 ,400* -,008 ,394* ,488** -,015 ,171 ,318 ,572** -,022 ,115 ,284 -,034 ,509** ,700** ,683** ,284 * **
1 -,458 ,310 ,321 ,015 ,182 ,499 ,576**
,130 ,465**
,227 ,582**
,263 ** ,598**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,154 ,129 ,116 ,028 ,966 ,031 ,006 ,939 ,366 ,087 ,001 ,907 ,545 ,129 ,858 ,004 ,000 ,000 ,129 ,011 ,096 ,084 ,939 ,335 ,005 ,001 ,494 ,010 ,227 ,001 ,160 ,000 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p21 Pearson -
- -
Correlation -,016 -,145 -,022 -,330 ,273 -,021 -,415* -,319 ,053 -,074 ,046 ,389* ,463** -,145 ,376* -,098 -,352 -,145 -,458* 1 -,231 -,003 ,204 -,077 -,305 ,005 -,104 ,165 -,085 ,026 ,373 ,057
,486** ,489** *

Sig. (2-tailed) ,932 ,444 ,909 ,075 ,144 ,913 ,023 ,086 ,782 ,696 ,809 ,034 ,010 ,444 ,041 ,607 ,006 ,057 ,444 ,011 ,219 ,986 ,280 ,685 ,006 ,101 ,978 ,584 ,383 ,653 ,892 ,042 ,767
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 3030 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p22 Pearson ,410
,053 -,088 ,212 ,158 ,089 ,539** ,296 -,032 ,093 ,330 ,233 ,290 ,200 -,088 ,148 ,053 ,316 ,103 -,088 ,310 -,231 1 -,063 ,159 ,659** **
,261 ,298 ,077 ,569 -,123 ,315 ,071 *
,521**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,783 ,644 ,262 ,405 ,639 ,002 ,112 ,867 ,626 ,075 ,216 ,120 ,291 ,644 ,436 ,783 ,089 ,587 ,644 ,096 ,219 ,740 ,401 ,000 ,164 ,110 ,686 ,001 ,517 ,090 ,708 ,024 ,003
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p23 Pearson
,089 ,174 ,239 ,301 ,146 -,076 ,239 ,036 ,170 ,406* ,186 ,123 ,211 ,174 -,073 ,089 ,071 ,029 ,174 ,321 -,003 -,063 1 -,126 ,174 ,358 ,297 ,224 ,052 ,226 -,033 ,262 ,358 ,334
Correlation
Sig. (2-tailed) ,640 ,359 ,203 ,106 ,440 ,689 ,203 ,850 ,368 ,026 ,325 ,518 ,262 ,359 ,701 ,640 ,708 ,878 ,359 ,084 ,986 ,740 ,508 ,359 ,052 ,111 ,233 ,786 ,229 ,861 ,162 ,052 ,072
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p24 Pearson
,157 ,212 ,150 ,067 ,201 ,249 -,211 ,131 ,251 ,269 ,369* ,474** ,425* ,212 ,383* ,157 ,126 -,132 ,212 ,015 ,204 ,159 -,126 1 -,162 -,005 ,037 ,368* ,091 ,333 -,101 ,233 ,154 ,422*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,407 ,260 ,428 ,724 ,288 ,185 ,264 ,489 ,182 ,151 ,045 ,008 ,019 ,260 ,036 ,407 ,508 ,486 ,260 ,939 ,280 ,401 ,508 ,391 ,978 ,847 ,045 ,631 ,072 ,596 ,215 ,417 ,020
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p25 Pearson
,248 -,034 ,291 ,371* ,144 ,317 ,415* -,275 ,064 ,247 ,061 ,057 ,073 -,034 -,094 -,062 ,105 -,020 -,034 ,182 -,077 ,659** ,174 -,162 1 ,337 ,358 ,020 ,522** -,097 ,371* -,007 ,337 ,419*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,187 ,856 ,119 ,043 ,448 ,088 ,023 ,142 ,738 ,188 ,749 ,765 ,700 ,856 ,620 ,745 ,579 ,915 ,856 ,335 ,685 ,000 ,359 ,391 ,069 ,052 ,916 ,003 ,611 ,043 ,971 ,069 ,021
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p26 Pearson - ,441
,342 ,337 ,388* ,512** ,092 ,269 ,811** ,217 ,247 ,285 ,181 ,048 ,125 ,337 -,142 ,079 ,432* ,327 ,337 ,499** ,261 ,358 -,005 ,337 1 ,618** ,124 ,382* ,021 ,315 ,024 ,485**
Correlation ,489** *

Sig. (2-tailed) ,065 ,069 ,034 ,004 ,628 ,150 ,000 ,249 ,188 ,127 ,339 ,800 ,512 ,069 ,456 ,679 ,017 ,078 ,069 ,005 ,006 ,164 ,052 ,978 ,069 ,000 ,515 ,037 ,914 ,090 ,901 ,015 ,007
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p27 Pearson ,618
,293 ,008 ,356 ,545** ,074 ,406* ,694** ,020 ,140 ,343 ,141 ,180 ,066 ,008 ,046 ,014 ,375* ,302 **
,008 ,576 -,305 ,298 ,297 ,037 ,358 ,618 **
1 -,107 ,772 -,142 ,440 ,310 ** ,569**
** *
Correlation
Sig. (2-tailed) ,116 ,967 ,053 ,002 ,696 ,026 ,000 ,918 ,461 ,064 ,458 ,342 ,728 ,967 ,810 ,942 ,041 ,105 ,967 ,001 ,101 ,110 ,111 ,847 ,052 ,000 ,575 ,000 ,454 ,015 ,096 ,000 ,001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19 p20 p21 p22 p23 p24 p25 p26 p27 p28 p29 p30 p31 p32 p33 total
p28 Pearson
,126 ,473** ,121 ,325 ,346 ,200 -,170 -,113 ,042 ,216 ,297 ,216 ,257 ,473** ,245 ,307 ,318 ,130 ,473** ,130 ,005 ,077 ,224 ,368* ,020 ,124 -,107 1 -,052 ,374* -,081 -,057 ,252 ,393*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,506 ,008 ,524 ,080 ,061 ,288 ,370 ,552 ,824 ,251 ,111 ,253 ,171 ,008 ,191 ,099 ,086 ,494 ,008 ,494 ,978 ,686 ,233 ,045 ,916 ,515 ,575 ,783 ,042 ,670 ,764 ,179 ,032
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p29 Pearson ,565
,194 -,180 ,399* ,485** ,256 ,718** ,607** -,065 ,190 ,332 ,222 ,237 ,123 -,180 ,167 -,065 ,415* ,296 -,180 ,465** -,104 ,569** ,052 ,091 ,522** ,382* ,772** -,052 1 -,202 ,485** ,292 ** ,673**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,305 ,341 ,029 ,007 ,172 ,000 ,000 ,732 ,314 ,073 ,238 ,206 ,519 ,341 ,379 ,734 ,023 ,112 ,341 ,010 ,584 ,001 ,786 ,631 ,003 ,037 ,000 ,783 ,285 ,007 ,117 ,001 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p30 Pearson ** **
,477 ,629 ,291 ,228 ,034 ,148 -,233 -,114 ,370* ,074 ,491** ,060 ,309 ,629** ,269 ,477** ,165 ,227 ,629** ,227 ,165 -,123 ,226 ,333 -,097 ,021 -,142 ,374* -,202 1 -,098 -,020 ,328 ,365*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,008 ,000 ,119 ,226 ,857 ,434 ,216 ,549 ,044 ,697 ,006 ,754 ,097 ,000 ,150 ,008 ,383 ,227 ,000 ,227 ,383 ,517 ,229 ,072 ,611 ,914 ,454 ,042 ,285 ,608 ,918 ,076 ,047
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p31 Pearson ,512
,111 -,093 ,000 ,167 ,057 ,380* ,447* -,067 -,196 ,190 ,471** ,026 ,132 -,093 ,039 ,389* ,367* ,400* -,093 ,582** -,085 ,315 -,033 -,101 ,371* ,315 ,440* -,081 ,485** -,098 1 ,264 ** ,457*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,559 ,626 1,000 ,379 ,766 ,039 ,013 ,724 ,299 ,314 ,009 ,894 ,488 ,626 ,838 ,034 ,046 ,028 ,626 ,001 ,653 ,090 ,861 ,596 ,043 ,090 ,015 ,670 ,007 ,608 ,159 ,004 ,011
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p32 Pearson
,050 -,112 -,067 ,264 ,125 ,172 ,135 ,172 -,015 ,373* ,290 ,185 ,000 -,112 ,224 ,050 ,040 ,099 -,112 ,263 ,026 ,071 ,262 ,233 -,007 ,024 ,310 -,057 ,292 -,020 ,264 1 ,202 ,340
Correlation
Sig. (2-tailed) ,792 ,556 ,723 ,159 ,510 ,364 ,477 ,362 ,938 ,043 ,120 ,329 1,000 ,556 ,235 ,792 ,833 ,604 ,556 ,160 ,892 ,708 ,162 ,215 ,971 ,901 ,096 ,764 ,117 ,918 ,159 ,284 ,066
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p33 Pearson
,342 ,337 ,388* ,512** ,092 ,494** ,388* ,058 ,247 ,435* ,568** ,048 ,125 ,337 ,043 ,604** ,590** ,499** ,337 ,843** -,373* ,410* ,358 ,154 ,337 ,441* ,618** ,252 ,565** ,328 ,512** ,202 1 ,715**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,065 ,069 ,034 ,004 ,628 ,006 ,034 ,760 ,188 ,016 ,001 ,800 ,512 ,069 ,821 ,000 ,001 ,005 ,069 ,000 ,042 ,024 ,052 ,417 ,069 ,015 ,000 ,179 ,001 ,076 ,004 ,284 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
total Pearson ,715
,481** ,373* ,550** ,548** ,439* ,717** ,387* -,102 ,430* ,444* ,674** ,528** ,565** ,373* ,490** ,386* ,480** ,377* ,373* ,598** ,057 ,521** ,334 ,422* ,419* ,485** ,569** ,393* ,673** ,365* ,457* ,340 ** 1
Correlation
Sig. (2-tailed) ,007 ,042 ,002 ,002 ,015 ,000 ,035 ,590 ,018 ,014 ,000 ,003 ,001 ,042 ,006 ,035 ,007 ,040 ,042 ,000 ,767 ,003 ,072 ,020 ,021 ,007 ,001 ,032 ,000 ,047 ,011 ,066 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


Case Processing Summary Reliability Statistics
N % Cronbach's Alpha N of Items
Cases Valid 30 100,0 ,726 34
a
Excluded 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
p1 292,10 274,024 ,466 ,722
p2 292,03 276,585 ,364 ,724
p3 292,17 272,006 ,534 ,720
p4 292,20 271,545 ,531 ,719
p5 292,57 266,461 ,394 ,716
p6 292,80 262,234 ,695 ,709
p7 292,17 274,075 ,367 ,722
p8 292,23 280,806 -,132 ,730
p9 292,13 273,982 ,413 ,722
p10 292,30 271,183 ,418 ,719
p11 292,73 260,892 ,645 ,708
p12 292,80 267,545 ,499 ,716
p13 293,00 267,103 ,538 ,715
p14 292,03 276,585 ,364 ,724
p15 292,93 265,375 ,449 ,714
p16 292,10 274,990 ,370 ,723
p17 292,47 270,947 ,456 ,719
p18 292,30 273,183 ,352 ,721
p19 292,03 276,585 ,364 ,724
p20 292,30 269,734 ,580 ,717
p21 294,07 278,133 -,027 ,733
p22 293,50 261,293 ,471 ,711
p23 292,53 273,430 ,306 ,722
p24 292,43 271,978 ,397 ,720
p25 293,13 269,154 ,381 ,718
p26 292,23 272,047 ,465 ,720
p27 292,97 264,102 ,535 ,712
p28 292,43 271,013 ,360 ,719
p29 292,83 259,937 ,643 ,708
p30 292,27 272,754 ,337 ,721
p31 292,20 272,786 ,437 ,721
p32 292,27 273,926 ,316 ,722
p33 292,23 268,737 ,702 ,716
total 148,50 69,707 1,000 ,844
Reabilitas dan validitas (n=151)
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
Reliability Statistics
N %
Cronbach's
Cases Valid 151 100,0 Alpha N of Items
Excludeda 0 ,0 ,728 34
Total 151 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in


the procedure.

Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance Corrected Item- Cronbach's Alpha
Deleted if Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
p1 284,06 379,723 ,337 ,725
p2 283,94 383,363 ,166 ,728
p3 284,11 378,002 ,258 ,725
p4 284,30 366,211 ,633 ,715
p5 284,70 375,344 ,315 ,723
p6 284,77 367,402 ,560 ,716
p7 284,14 383,734 ,020 ,729
p8 284,38 374,878 ,365 ,722
p9 284,09 377,231 ,326 ,724
p10 284,07 377,196 ,483 ,723
p11 284,88 360,812 ,708 ,711
p12 284,59 369,577 ,556 ,718
p13 284,87 366,756 ,626 ,716
p14 284,44 375,901 ,288 ,723
p15 284,66 379,294 ,159 ,726
p16 284,30 380,171 ,135 ,727
p17 284,69 379,949 ,246 ,726
p18 284,06 377,336 ,481 ,723
p19 284,05 375,871 ,490 ,722
p20 284,20 375,000 ,486 ,722
p21 286,93 396,148 -,270 ,741
p22 285,55 368,116 ,328 ,719
p23 284,28 377,485 ,356 ,724
p24 284,58 368,018 ,678 ,716
p25 284,71 362,675 ,624 ,713
p26 284,34 364,041 ,697 ,713
p27 284,66 361,345 ,703 ,711
p28 284,09 377,866 ,420 ,724
p29 284,76 365,796 ,497 ,716
p30 284,38 364,558 ,677 ,714
p31 284,86 360,187 ,624 ,711
p32 284,46 376,903 ,350 ,723
p33 284,38 379,397 ,244 ,725
total 144,45 96,169 1,000 ,853

Anda mungkin juga menyukai