Anda di halaman 1dari 176

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI KALSIUM

PADA SISWI DI SMPN 1 MANDE KABUPATEN CIANJUR, TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH :

RENI AGUSTIANI

NIM 106101003719

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DA ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/ 2011 M
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 6 Desember 2010

Reni Agustiani

i
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, November 2010

Reni Agustiani, NIM 106101003719

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN


1 Mande Cianjur Tahun 2010

xxi + 109 halaman, 19 tabel, 5 bagan, 3 lampiran

ABSTRAK

Pada masa remaja dibutuhkan asupan gizi terutama kalsium lebih tinggi
daripada fase kehidupan lainnya karena pada masa ini terjadi puncak pertumbuhan
massa tulang. Perempuan usia 10-12 mengalami percepatan pertumbuhan lebih awal
daripada laki-laki, karena tubuh perempuan memerlukan persiapan menjelang usia
reproduksi. Namun umumnya perempuan kurang dalam asupan kalsiumnya daripada
laki-laki. Padahal perempuan memiliki puncak massa tulang yang lebih rendah
dibandingkan dengan laki-laki, karena itu perempuan lebih besar resikonya untuk
terkena osteoporosis. Hasil studi pendahuluan terhadap siswi SMPN 1 Mande Cianjur
didapatkan bahwa rata-rata asupan kalsiumnya hanya sebesar 353 mg/hari atau hanya
35,3% AKG.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan konsumsi kalsium siswi di SMPN 1 Mande Cianjur tahun 2010. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross-sectional.
Sampel penelitian ini berjumlah 122 orang siswi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi kalsium siswi masih
kurang dari AKG yaitu sebesar 769,61 mg/hari atau hanya 76,96% AKG. Dan 77%
siswi konsumsi kalsiumnya kurang. Berdasarkan analisis bivariat diketahui bahwa
keterpaparan informasi mengenai kalsium dan ketersediaan pangan sumber kaslium
memiliki hubungan yang bermakna dengan konsumsi kalsium siswi di SMPN 1
Mande Cianjur tahun 2010.
Berdasarkan hasil penelitian saran yang dapat diberikan adalah menyampaikan
informasi kepada siswi melalui poster dan menambahkan materi tentang gizi
khususnya kalsium ke dalam pembelajaran, khususnya mata pelajaran biologi dan
pendidikan jasmani dan kesehatan (penjaskes). Penyampaian informasi juga dapat
diberikan kepada orang tua siswi atau ibu sebagai penyelenggara makanan di rumah
dalam bentuk penyuluhan atau membagikan leaflet dan pamflet pada saat pembagian
raport.

Daftar bacaan: 53 (1982-2010)

ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
Undergraduated Thesis, November 2010

Reni Agustiani, NIM 106101003719

FACTORS THAT ARE RELATED WITH CALCIUM CONSUMPTION ON


FEMALE STUDENTS AT STATE JUNIOR HIGH SCHOOL 1 OF MANDE
CIANJUR, IN 2010.

xxi + 109 pages, 19 tables, 5 charts, 3 attachments

ABSTRACT

In adolescence needed nutrients especially calcium intake is higher than any


other phase of life because it occurs during peak bone mass growth. Women ages 10-
12 experience the acceleration of growth earlier than men, because women's bodies
require preparation ahead of reproductive age. But generally women are less calcium
intake than men. Though women have peak bone mass is lower than men, because
women had greater risk for osteoporosis. Preliminary study results on female students
at State Junior High School 1 of Mande Cianjur found that average calcium intake
only 353 mg / day or only 35.3% RDA.
This research is to identify factors relating with calcium consumption on female
students at State Junior High school 1 of Mande Cianjur in 2010. This research is
quantitative research using cross-sectional study design. The sample totaled 122
students.
Results of analys showed that the average calcium intake of female students is
still less than the RDA that is equal to 769.61 mg/day or only 76.96% RDA. And
77% of girls consume less calcium. Results of bivariate analysis found that exposure
to information about calcium and calcium food availability have a meaningful
relating with calcium consumption on female students at State Junior High School 1
of Mande Cianjur in 2010.
Based on the research, suggestions that can be given is to deliver information
for students via posters and adding material about nutrition especially about calcium
into learning such as biology and penjaskes. Information about Nutritions, especially
about calcium can also be given to mother as a organizer of food at home in the form
of counseling or distributing leaflets and pamphlet that distribution at the time of the
divisions report cards.

Reading list: 53 (1982-2010)

iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan Judul

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI

KALSIUM PADA SISWI DI SMPN 1 MANDE CIANJUR TAHUN 2010

Telah diperiksa, disetujui dan dipertahankan di hadapan penguji skripsi program studi

kesehatan masyarakat fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 22 Desember 2010

Mengetahui

iv
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

Jakarta, 22 Desember 2010

Mengetahui,

Penguji I

Raihana Nadra Al Kaff, MMA

Penguji II

Catur Rosidati, MKM

Penguji III

Meilani Anwar, M. Epid

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

PERSONAL DATA
Nama : Reni Agustiani
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Cianjur, 1 Agustus 1988
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Jalan Arif Rahman Hakim No 20 C RT 02/17
Cianjur, Jawa Barat 43215
Nomor Telepon/HP : 085724211497
Email : raguzty@yahoo.co.id

RIWAYAT PENDIDIKAN
1993-1999 : SDN IPPOR Selakopi 1 Cianjur
1999-2002 : SMPN 1 Cianjur
2002-2003 : Diniyah Wustho Pesantren Persatuan Islam 67 Benda Tasikmalaya
2003-2006 : SMA Islamic Centre Muhammadiyah Cipanas
2006-2010 : Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI
2007-2008 : Sekertaris Departemen Kajian Strategis Community of Santri
Scholars of Ministry of Religious Affairs (CSS MoRA) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2007-2008 : Sekretaris Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Jurusan Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2007-2008 : Anggota Forum Mahasiswa Indonesia Tanggap Flu Burung
Wilayah Jawa Bagian Barat

vi
2008-2010 : Sekretaris Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

vii
LEMBAR PERSEMBAHAN

Dan Bahwasanya setiap manusia itu tidak akan memperoleh hasil selain apa
yang telah diusahakannya. (QS An-Najm: 39)

Kepuasan terletak pada usaha, bukan padahasil. Berusaha dengan keras


adalah kemenangan yang hakiki. MahatmaGandhi-

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Ibunda tersayang dan Almarhum


Ayahanda tercinta..
Terimakasih telah sabar mendidik dan
membesarkan ananda..

viii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

berkat taufik dan hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan judul Faktor-

faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Kalsium pada Siswi di SMPN 1

Mande Cianjur Tahun 2010.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat, pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak

kekurangannya. Namun berkat bimbingan Ibu Raihana Nadra Al Kaff,MMA dan Ibu

Catur Rosidati, MKM serta dorongan dari berbagai pihak maka hambatan itu sedikit

banyak dapat diatasi.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan

umumnya bagi siapa saja yang memerlukannya.

Akhir kata pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan yang

setinggi-tingginya dan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tajudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Yuli Prapanca Satar, MARS, selaku ketua program studi Kesehatan

Masyarakat.

ix
3. Ayahanda (Alm) dan Ibunda yang telah memberikan kasih sayang yang tak

terhingga kepada penulis sehingga penulis bisa tegak berdiri sampai sekarang dan

dapat menyelesaikan skripsi ini. Juga untuk Kakakku tersayang Iwan Gustiawan

Fadwi,S.H, Teti Rahmayanti, Ahmad Komarudin, Neni Suryati, Eka Shantika, dan

Isni Winarsih yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil.

4. Bapak Kepala Sekolah SMPN 1 Mande Cianjur, Bapak Havid, staff pengajar,

karyawan dan pengurus OSIS SMPN 1 Mande Cianjur yang telah memberikan

kesempatan dan membantu saya dalam penelitiaan ini. Tak Lupa untuk adik Ayu

Martiani yang telah membantu pengambilan data.

5. Kemenag RI yang telah memberikan beasiswa sehingga penulis diberikan

kesempatan untuk menyelesaikan studi di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Ibu Zulkifli dan Bapak Zulkifli, serta anak-anak kosan Bu Zul yang telah

memberikan motivasi dan sama-sama berjuang untuk menyelesaikan skripsi.

Alhamdulillah akhirnya kita bisa bersama-sama wisuda.

7. Sahabatku Yanti Kartika Larasati, DBlz (Nadya, Afni, Indah, Winda, Nur, Iyum,

Iik, Syaukat Aly, Lutfi, Yunus), 3G, dan teman-teman CSS MoRA UIN atas

persahabatan dan persaudaraan kalian.

8. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

Ciputat, 22 Desember 2010

Penulis

x
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN i

ABSTRAK .. ii

ABSTRACT iii

LEMBAR PERSETUJUAN .. iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .. vi

LEMBAR PERSEMBAHAN vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL .. xvii

DAFTAR BAGAN . xx

DAFTAR LAMPIRAN . xxi

BAB I PENDAHULUAN .. 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah .. 5

1.3 Pertanyaan Penelitian . 6

1.4 Tujuan Penelitian .. 8

1.4.1 Tujuan Umum .. 8

xi
Halaman

1.4.2 Tujuan Khusus . 8

1.5 Manfaat Penelitian . 9

1.5.1 Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta .. 9

1.5.2 Bagi SMPN 1 Mande Cianjur .. 10

1.5.3 Bagi Siswa SMPN 1 Mande Cianjur 10

1.5.4 Bagi Peneliti . 10

1.6 Ruang Lingkup Penelitian .. 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12

2.1 Konsumsi Kalsium Remaja 12

2.2 Angka Kecukupan Kalsium Remaja .. 13

2.3 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi

Kalsium Remaja . 14

2.4 Fungsi Kalsium .. 36

2.5 Pangan Sumber KalsiumTinggi . 41

2.6 Akibat dari Kekurangan Kalsium .. 42

2.7 Akibat Kelebihan Kalsium . 44

2.8 Metode Food Frequency Questionare ... 44

2.9 Kerangka Teori .. 45

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN

HIPOTESIS . 48

xii
Halaman

3.1 Kerangka Konsep . 48

3.2 Definisi Operasional 50

3.2 Hipotesis .. 52

BAB IV METODE PENELITIAN ... 53

4.1 Desain Penelitian . 53

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 53

4.2.1 Lokasi Penelitian 53

4.2.2 Waktu Penelitian 53

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 54

4.3.1 Populasi Penelitian 54

4.3.2 Sampel penelitian .. 54

4.4 Instrumen Penelitian 56

4.5 Pengumpulan Data .. 56

4.6 Pengolahan Data Penelitian . 58

4.7 Teknik dan Analisa Data Penelitian 61

4.7.1 Analisa Data Univariat .. 61

4.7.2 Analisa Data Bivariat 61

BAB V HASIL ............................................................................................ 63

5.1 Gambaran Umum SMPN 1 Mande Cianjur . 63

5.2 Gambaran Hasil Analisis Univariat .. 64

xiii
Halaman

5.2.1 Gambaran Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1

Mande Cianjur Tahun 2010 . 64

5.2.2 Gambaran Kebiasaan Jajan Pada Siswi SMPN 1 Mande

Cianjur Tahun 2010 . 65

5.2.3 Gambaran Pengetahuan Gizi Pada Siswi SMPN 1

Mande Cianjur Tahun 2010 . 66

5.2.4 Gambaran Keterpaparan Informasi Kalsium Pada Siswi

SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 .. 68

5.2.5 Gambaran Pengaruh Teman Pada Siswi SMPN 1 Mande

Cianjur Tahun 2010 . 69

5.2.6 Gambaran Kesukaan Siswi SMPN 1 Mande Cianjur

terhadap Makanan Sumber Kalsium Tahun 2010 ... 70

5.2.7 Gambaran Ketersediaan Pangan Sumber KalsiumPada

Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 71

5.3 Gambaran Hasil Analisis Bivariat 72

5.3.1 Gambaran antara Kebiasaan Jajan dengan Konsumsi

Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun

2010.. 73

xiv
Halaman

5.3.2 Gambaran antara Pengetahuan Gizi dengan Konsumsi

Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun

2010 74

5.3.3 Gambaran antara Keterpaparan Informasi Kalsium

dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande

Cianjur Tahun 2010 75

5.3.4 Gambaran antara Pengaruh Teman dengan Konsumsi

Kalsium Pada Siswi SMPN 1Mande Cianjur Tahun

2010 . 76

5.3.5 Gambaran antara Kesukaan terhadap Makanan Sumber

Kalsium dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN

1 Mande Cianjur Tahun 2010 .. 77

5.3.6 Gambaran antara Ketersediaan Pangan Sumber Kalsium

dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande

Cianjur Tahun 2010 78

BAB VI PEMBAHASAN . 79

6.1 Keterbatasan Penelitian .. 79

6.2 Gambaran Konsumsi Kalsium Siswi SMPN 1 Mande

Cianjur Tahun 2010 80

xv
Halaman

6.3 Kebiasaan Jajan Siswi dengan Konsumsi Kalsium pada

Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 86

6.4 Pengetahuan Gizi Siswi dengan Konsumsi Kalsium di

SMPN 1Mande Cianjur Tahun 2010 .. 88

6.5 Keterpaparan Informasi Kalsium dengan Konsumsi Kalsium

Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010. 91

6.6 Pengaruh Teman dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi

SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 . 93

6.7 Preferensi/ Kesukaan Siswi terhadap Makanan Sumber

Kalsium dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1

Mande Cianjur Tahun 2010. 95

6.8 Ketersediaan Pangan Sumber Kalsium dengan Konsumsi

Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 97

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. 101

7.1 Simpulan . 101

7.2 Saran 103

DAFTAR PUSTAKA . 107

LAMPIRAN

xvi
DAFTAR TABEL

Nama Tabel Halaman

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi Kalsium Rata-rata yang

dianjurkan untuk pria dan wanita (per orang per hari)

Tahun 2004 .. 13

Tabel 2.2 Kebutuhan Kalsium Pada Setiap Fase 19

Tabel 2.3 Nilai Kalsium Berbagai Jenis Pangan (mg/100 g) .. 42

Tabel 3.1 Definisi Operasional .... 50

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa SMPN 1Mande

Cianjur Tahun 2010 Berdasarkan Jenis Kelamin. 63

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Kecukupan Konsumsi Kalsium

Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010. 64

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Jajan Pada Siswi

SMPN1 Mande Cianjur Tahun 2010 ... 65

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Gizi PadaSiswi

SMPN 1Mande Cianjur Tahun 2010 ... 67

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Keterpaparan Informasi Kalsium

Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010. 68

xvii
Nama Tabel Halaman

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Kalsium Pada

Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010. 69

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Pengaruh Teman Pada Siswi

SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 .. 69

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Kesukaan Terhadap Pangan

Sumber Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur

Tahun 2010 .. 70

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Ketersediaan Pangan Sumber

Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun

2010... 71

Tabel 5.10 Gambaran Kebiasaan Jajan dengan Konsumsi Kalsium

Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 73

Tabel 5.11 Gambaran antara Pengetahuan Gizi Siswi dengan

Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur

Tahun 2010 .. 74

Tabel 5.12 Gambaran Keterpaparan Informasi Kalsium dengan

Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur

Tahun 2010 .. 75

Tabel5.13 Gambaran Pengaruh Teman dengan Konsumsi Kalsium

Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 76

xviii
Nama Tabel Halaman

Tabel 5.14 Gambaran Kesukaan Terhadap Makanan Sumber

Kalsium dengan Konsumsi Kalsium Siswi SMPN 1

Mande Cianjur Tahun 2010.. 77

Tabel 5.15 Gambaran Ketersediaan Pangan Sumber Kalsium

dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande

Cianjur Tahun 2010.. 78

xix
DAFTAR BAGAN

Nama Bagan Halaman

Bagan 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Makan

Remaja . 15

Bagan 2.2 Faktor-faktor yang Berperan dalam Menentukan Status

Gizi Seseorang . 16

Bagan 2.3 Proses Pembentukan Fibrin . 39

Bagan 2.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat

Konsumsi Kalsium Remaja . 46

Bagan 3.1 Kerangka Konsep 49

xx
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat izin penelitian

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

Lampiran 3 Hasil Analisis Univariat dan Bivariat

xxi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kalsium adalah mineral yang sangat penting bagi manusia, antara lain bagi

metabolisme tubuh, penghubung antar syaraf, kerja jantung, dan pergerakan otot.

Kecukupan asupan kalsium sangat penting untuk mencapai massa tulang puncak

optimal (Optimal Peak Bone Mass) dan mengurangi laju kehilangan tulang karena

bertambahnya usia (National Institute of Health, 1994 dan Kwalkarf, et.al, 2003).

Puncak massa tulang optimal terjadi sekitar umur 8-15 tahun, oleh karena itu

kebutuhan gizi pada fase ini lebih tinggi dari fase kehidupan lainnya (Almatsier,

2004). Septrisya (2006) menyebutkan bahwa Peak Bone Mass dapat diibaratkan

sebagai tabungan tulang yang mempunyai batas dalam pencapaiannya, yaitu

dekade ketiga.

Asupan kalsium biasanya diperoleh dari susu, keju, ikan, daging, telur,

kacang-kacangan, dan sayuran. National Institute of Health dalam Worthington

et.al (2000) menyebutkan bahwa di negara-negara maju seperti Amerika dan

Australia angka kecukupan kalsium yang dianjurkan bagi remaja adalah sebesar

1.200 sampai 1.500 mg/hari. Sedangkan standar Indonesia berdasarkan hasil

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII (WKNPG VIII) tahun 2004

1
2

menetapkan kebutuhan kalsium bagi remaja Indonesia usia 13 sampai 19 tahun

adalah sebesar 1.000 mg per hari.

Menurut data dari beberapa penelitian asupan kalsium remaja saat ini

masih kurang dari angka kecukupan yang dianjurkan, yaitu baru mencapai 254

mg per hari. Sebagaimana yang dikatakan oleh Syafiq dan Fikawati dalam

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia (2010), remaja putri di beberapa negara dan di Indonesia

mempunyai resiko paling besar terhadap asupan kalsium yang tidak adekuat, dan

asupan tersebut semakin menurun pada usia 10 sampai 17 tahun.

Penelitian Montomoli et.al dalam Puspasari (2004), menyebutkan bahwa

rata-rata konsumsi kalsium pada remaja di Itali hanya 829 mg/hari dan di Inggris

sekitar 750-900 mg/hari dari 800-1000 mg/hari yang dianjurkan. Survey

NHANES di Amerika Serikat (2001-2002) menyebutkan bahwa jumlah asupan

kalsium remaja putra usia 9-13 tahun sebesar 1139 mg/hari dan usia 14-18 tahun

sebesar 1142 mg/hari. Jumlah asupan remaja putri lebih rendah dari pada jumlah

asupan remaja putra. Jumlah asupan remaja putri usia 9-13 tahun sebesar 865

mg/hari dan usia 14-18 tahun sebesar 804 mg/hari. Greenfield et al., dalam

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI (2010) menyebutkan studi

yang dilakukan pada 649 remaja putri usia 12-14 tahun di Cina menunjukkan

bahwa asupan kalsium rata-rata hanya sebesar 356 mg/hari dan hanya 21%

didapat dari susu dan produknya.


3

Berdasarkan hasil survey SEAMIC dalam Aprianda (2007), asupan

kalsium masyarakat Indonesia hanya 254 mg/hari. Penelitian yang dilakukan

oleh Syafiq dan Fikawati (2004) terhadap murid Sekolah Menengah Umum

(SMUN) di Bogor menunjukkan bahwa asupan kalsium yang berasal dari susu

dan hasil olahannya ditambah suplemen kalsium pada remaja masih kurang dari

angka kecukupan yang dianjurkan, yaitu hanya sebesar 526,9 mg/hari atau 52,7%

dari Angka Kecukupan Gizi.

Sementara itu studi konsumsi kalsium lainnya yang dilakukan oleh

Puspasari tahun 2004 di Kota Bandung menunjukkan hasil yang tidak jauh

berbeda, yaitu rata-rata asupan kalsium remaja (dengan telah memperhitungkan

asupan suplemen kalsium) masih kurang dari angka kecukupan gizi yang

dianjurkan, yaitu hanya 55,9% AKG (pada laki-laki sebesar 593,52 mg/hari dan

perempuan sebesar 524,58 mg/hari). Bila tidak memperhitungkan suplemen

kalsium rata-rata asupannya lebih rendah lagi, yaitu hanya 51,7% atau 517,23

mg/hari (pada laki-laki sebesar 545,81 mg/hari dan pada perempuan 488,65

mg/hari).

Almatsier (2004) menyebutkan beberapa dampak dari kekurangan kalsium,

antara lain menyebabkan tulang kurang kuat, mudah bengkok, mudah rapuh,

osteomalasia atau riketsia, dan kejang otot. Witjaksono (2003) menyebutkan

dampak lain dari kekurangan kalsium yaitu dapat menyebabkan sulit tidur,

mudah tegang, emosi dan hiperaktif sebagai akibat dari terhambatnya pelepasan

neurotransmiter dan rusaknya mekanisme pengaktifan dan pengistirahatan saraf


4

pesan ke otak. Selain itu bila tubuh kekurangan kalsium sistem imunitas pun

akan menurun karena ion kalsium berperan sebagai sirene ketika tubuh diserang

bakteri, virus atau racun. Kurangnya kalsium juga akan mengurangi daya

kontraksi otot jantung dan menimbulkan asam lambung yang berlebihan.

Sedangkan dampak jangka panjang dari kekurangan kalsium adalah

menyebabkan terjadinya osteoporosis atau pengeroposan tulang di usia lanjut.

Mengacu pada pendapat Worthington (2000) dan Apriadji (1986) tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi remaja, terdapat beberapa faktor

yang diduga berhubungan dengan konsumsi kalsium pada remaja diantaranya

yaitu karakteristik fisiologis yang terdiri dari umur dan jenis kelamin, tingkat

pengetahuan gizi remaja, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua dan pola

makan orang tua. Sedangkan menurut beberapa penelitian faktor-faktor yang

berhubungan dengan konsumsi kalsium diantaranya adalah pengetahuan gizi dan

kalsium, pengaruh teman, pekerjaan ibu, pendapatan orang tua, dan pengetahuan

gizi orang tua (Mulyani, 2009; Puspasari, 2004; Miller et al, 2001).

Kabupaten Cianjur merupakan kabupaten penghasil sayur-sayuran yang

sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Letak

geografisnya pun sangat strategis, yaitu berada diantara kota Jakarta dan

Bandung sehingga akses terhadap berbagai bahan makanan serta ketersediaan

bahan makanan khususnya sumber kalsium sangat mudah didapat.

Kecamatan Mande terletak di Cianjur bagian utara yang kaya dengan hasil

ikan, sayur-sayuran dan akses terhadap pangan sumber kalsiumnya pun sangat
5

mudah didapat. Sampai saat ini belum ada survei yang dilakukan di Kabupaten

Cianjur mengenai konsumsi kalsium masyarakatnya. Oleh karena itu peneliti

tertarik untuk meneliti konsumsi kalsium di Kabupaten Cianjur khusunya pada

remaja/siswi SMP di kecamatan Mande.

Selanjutnya dilakukan studi pendahuluan pada bulan Mei 2010 terhadap

siswi SMPN 1 Mande Kabupaten Cianjur. Berdasarkan studi pendahuluan

tersebut didapatkan bahwa rata-rata asupan kalsium 14 orang siswi SMPN 1

Mande Cianjur sebesar 353 mg/hari. Hal tersebut menunjukkan bahwa asupan

kalsium siswi masih kurang dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan

untuk remaja Indonesia yaitu sebesar 1.000 mg/hari. Berdasarkan fakta tersebut

maka penulis bermaksud untuk meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang

berhubungan dengan konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande, Kabupaten

Cianjur tahun 2010.

1.2 Rumusan Masalah

Pada periode remaja terjadi puncak pertumbuhan massa tulang/ Peak Bone

Mass yang menyebabkan kebutuhan gizi pada masa ini lebih tinggi daripada fase

kehidupan lainnya. Apabila pada masa ini kalsium yang dikonsumsi kurang maka

puncak pertumbuhan massa tulang tidak akan terbentuk secara optimal. Tulang

mudah patah dan rapuh, terjadi penurunan kekebalan tubuh, peningkatan asam

lambung, terjadinya penurunan daya kontraksi otot jantung, riketsia, kejang otot

dan dampak jangka panjangnya adalah osteoporosis/ pengeroposan tulang.


6

Di Indonesia hasil Widya Karya Pangan dan Gizi tahun 2004 menetapkan

Angka Kecukupan Gizi untuk kebutuhan Kalsium bagi remaja usia 13 sampai 19

tahun sebesar 1.000 mg/hari. Namun pada kenyataanya baik di negara-negara

maju maupun di Indonesia asupan kalsium pada remaja masih kurang dari angka

kecukupan yang dianjurkan.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Mei 2010

terhadap 14 orang siswi SMPN 1 Mande Cianjur didapatkan bahwa rata-rata

asupan kalsium siswi hanya sebesar 353 mg/hari. Hal tersebut menunjukkan

bahwa asupan kalsium siswi masih kurang dari Angka Kecukupan Gizi (AKG)

yang dianjurkan untuk remaja Indonesia yaitu sebesar 1.000 mg/hari.

Banyak faktor yang diduga berhubungan dengan konsumsi kalsium pada

remaja. Oleh karena itu penulis ingin meneliti lebih jauh lagi tentang faktor-

faktor yang berhubungan dengan konsumsi kalsium pada siswi SMPN 1 Mande,

Kabupaten Cianjur tahun 2010.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran konsumsi kalsium pada siswi SMPN 1 Mande Cianjur

tahun 2010?

2. Bagaimana gambaran kebiasaan jajan siswi di SMPN 1 Mande Cianjur tahun

2010?

3. Bagaimana gambaran pengetahuan gizi siswi di SMPN 1 Mande Cianjur

Tahun 2010?
7

4. Bagaimana gambaran keterpaparan informasi mengenai kalsium pada siswi

di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010?

5. Bagaimana gambaran pengaruh teman pada siswi di SMPN 1 Mande Cianjur

Tahun 2010?

6. Bagaimana gambaran kesukaan terhadap makanan sumber kalsium pada

siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010?

7. Bagaimana gambaran ketersediaan pangan sumber kalsium pada siswi di

SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010?

8. Apakah ada hubungan antara kebiasaan jajan siswi dengan konsumsi

kalsium siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010?

9. Apakah ada hubungan antara pengetahuan gizi siswi dengan konsumsi

kalsium siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010?

10. Apakah ada hubungan antara keterpaparan informasi mengenai kalsium

terhadap konsumsi kalsium siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010?

11. Apakah ada hubungan antara pengaruh teman terhadap konsumsi kalsium

siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010?

12. Apakah ada hubungan antara kesukaan terhadap makanan sumber kalsium

terhadap konsumsi kalsium siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010?

13. Apakah ada hubungan antara ketersediaan pangan sumber kalsium terhadap

konsumsi kalsium siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010?


8

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi

kalsium siswi di SMPN 1 Mande Cianjur tahun 2010.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran konsumsi kalsium pada siswi SMPN 1

Mande Cianjur tahun 2010.

2. Diketahuinya gambaran kebiasaan jajan siswi SMPN 1 Mande

Cianjur tahun 2010.

3. Diketahuinya gambaran pengetahuan gizi siswi SMPN 1 Mande

Cianjur Tahun 2010?

4. Diketahuinya gambaran keterpaparan informasi mengenai kalsium

pada siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.

5. Diketahuinya gambaran pengaruh teman pada siswi SMPN 1 Mande

Cianjur Tahun 2010.

6. Diketahuinya gambaran kesukaan terhadap makanan sumber kalsium

pada siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.

7. Diketahuinya gambaran ketersediaan pangan sumber kalsium pada

siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.

8. Diketahuinya hubungan antara kebiasaan jajan siswi dengan

konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.


9

9. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan gizi siswi dengan

konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.

10. Diketahuinya hubungan antara keterpaparan informasi mengenai

kalsium terhadap konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur

Tahun 2010.

11. Diketahuinya hubungan antara pengaruh teman terhadap konsumsi

kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.

12. Diketahuinya hubungan antara kesukaan terhadap makanan sumber

kalsium terhadap konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur

Tahun 2010.

13. Diketahuinya hubungan antara ketersediaan pangan sumber kalsium

terhadap konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun

2010.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan untuk penelitian

berikutnya dengan mengembangkan metode yang lebih luas ruang

lingkupnya.
10

1.5.2 Bagi SMPN 1 Mande Cianjur

Diperolehnya informasi mengenai gambaran konsumsi kalsium siswi

serta dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan agar guru-guru

memberikan informasi mengenai zat gizi secara umum serta kalsium dan

manfaatnya kepada seluruh siswa SMPN 1 Mande setiap kali masuk kelas

khususnya pada mata pelajaran biologi dan pendidikan jasmani kesehatan.

1.5.3 Bagi siswa SMPN 1 Mande Cianjur

Diperolehnya informasi mengenai gambaran dan faktor-faktor yang

berhubungan dengan konsumsi kalsium mereka pada tahun 2010. Selain

itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran siswa

untuk memenuhi kebutuhan kalsium harian sesuai anjuran sebagai salah

satu pencegahan terhadap terjadinya osteoporosis di masa mendatang.

1.5.4 Bagi Puskesmas Mande

Hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam membuat

program-program di lingkungan wilayah kerja. Sehingga tidak hanya

individu atau lingkungan rumah, tetapi juga melibatkan lingkungan sekolah

dan tidak hanya tingkat SD saja yang diintervensi tetapi juga tingkat SLTP.
11

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian mengenai faktor-faktor yang

berhubungan dengan konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Kabupaten

Cianjur. Mahasiswi peminatan gizi Program Studi Kesehatan Masyarakat

merupakan peneliti. Alasan dilakukan penelitian ini karena berdasarkan studi

pendahuluan asupan kalsium rata-rata siswi SMPN 1 Mande Cianjur sebesar 353

mg/hari, padahal asupan kalsium yang dianjurkan bagi remaja berdasarkan

Angka Kecukupan Gizi (AKG) orang Indonesia yaitu sebesar 1.000 mg/hari.

Penelitian akan dilakukan pada bulan Juli tahun 2010 di SMPN 1 Mande Cianjur

dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif dan desain studi cross

sectional.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsumsi Kalsium Remaja

Brown (2005) mengatakan konsumsi kalsium pada remaja sangatlah

penting untuk menambah kepadatan massa tulang dan mengurangi resiko patah

tulang/ fraktur dan pengeroposan tulang/osteoporosis. Kurang lebih 45% massa

tulang dewasa dibentuk dan 20% tinggi badan dewasa dicapai pada saat remaja.

Brown (2005) juga mengatakan bahwa remaja mampu menyimpan kalsium

empat kali lebih banyak daripada orang dewasa. Penambahan kalsium pada

tulang hampir tidak ada pada usia 26 tahun pada laki-laki dan 24 tahun pada

perempuan. Sehingga jelas asupan kalsium terpenting yaitu pada masa remaja.

Selain itu Almatsier (2004) menyatakan bahwa pada masa remaja terjadi

puncak pertumbuhan massa tulang/ Peak Bone Mass (PBM) yang menyebabkan

kebutuhan gizi pada masa ini lebih tinggi daripada fase kehidupan lainnya.

Septrisya (2006) menyatakan bahwa PBM dapat diibaratkan sebagai tabungan

tulang yang mempunyai batas dalam pencapaiannya, yaitu sekitar dekade ketiga,

karenanya orang berusia dibawah 30 tahun harus memperhatikan asupan

kalsiumnya. Setelah dekade ketiga, densitas atau massa tulang akan semakin

berkurang.

12
13

2.2 Angka Kecukupan Kalsium Remaja

Asupan kalsium yang memadai adalah penting untuk mencapai massa

tulang yang optimal (optimal peak bone mass). Kartono dan Soekatri (2004)

menyebutkan bahwa Hasil Widya Karya Pangan dan Gizi tahun 2004

menetapkan Angka Kecukupan Gizi untuk kebutuhan Kalsium bagi remaja usia

13 sampai 19 tahun adalah sebesar 1.000 mg/hari. Pada teori lain yaitu teori

Piliang, dkk (2006) menyebutkan bahwa kebutuhan kalsium sebesar 800 mg/hari.

Berikut ini disajikan tabel angka kecukupan gizi kalsium rata-rata yang

dianjurkan (per orang per hari) dalam Departemen Gizi Masyarakat Fakultas

Ekologi Manusia (FEMA) IPB (2009):

Tabel 2.1

Angka Kecukupan Gizi Kalsium Rata-rata yang Dianjurkan

Untuk Pria dan Wanita (per orang per hari) Tahun 2004

Umur Kalsium (mg)


10-12 tahun 1000
13-15 tahun 1000
16-18 tahun 1000
19-29 tahun 800
30-49 tahun 800
50-64 tahun 800
65 tahun 800

Sumber : Departemen Gizi Masyarakat FEMA Institut Pertanian Bogor,


Ilmu Gizi Dasar (2009).
14

2.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Kalsium

Remaja

Worthington-Robert (2000) menyebutkan banyak faktor yang

mempengaruhi kebiasaan makan. Pertumbuhan remaja meningkatkan partisipasi

dalam kehidupan sosial, dan aktivitas remaja dapat menimbulkan dampak

terhadap apa yang dimakan remaja. Remaja mulai dapat membeli dan

mempersiapkan makanan untuk mereka sendiri, dan biasanya remaja lebih suka

makanan serba instan yang berasal dari luar rumah. Faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku konsumsi remaja digambarkan dalam bagan dibawah ini:


15

Bagan 2.1

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Makan Remaja

Sosial- ekonomi-politik, ketersediaan


makanan, produksi, sistem distribusi

Faktor eksternal : Faktor internal :

- Jumlah dan - Kebutuhan fisiologis


karakteristik keluarga tubuh
- Peran orang tua - Body image
- Teman sebaya - Self concept
- Sosial budaya - Keyakinan dan
- Nilai dan norma individu
- Media massa - Pemilihan dan arti
- Fast food makanan
- Pengetahuan gizi - Perkembangan
- Pengalaman individu psikososial
- kesehatan

Gaya hidup

Perilaku makan individu

Sumber : Worthington,2000.

Apriadji (1986) juga menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi

konsumsi makan seseorang dikaitkan dengan status gizi diantaranya adalah

pendapatan keluarga, harga bahan makanan, tingkat pengelolaan sumberdaya

lahan dan pekarangan, daya beli keluarga, latar belakang sosial budaya, tingkat

pendidikan dan pengetahuan gizi, dan jumlah anggota keluarga. Faktor-faktor

tersebut digambarkan dalam bagan berikut:


16

Bagan 2.2

Faktor-Faktor yang Berperan dalam Menentukan Status Gizi Seseorang

Pendapatan Keluarga

Harga Bahan
Makanan

Tingkat Pengelolaan
Sumberdaya
Pekarangan

Daya Beli Latar Belakang Tingkat Pendidikan Gizi Jumlah Anggota


Keluarga Sosial Budaya dan Pengetahuan Gizi Keluarga

Konsumsi Makanan Kebersihan Lingkungan

Jumlah Makanan Mutu Makanan

Infeksi Internal:
STATUS GIZI SESEORANG - Cacingan
- Diare

Sumber: Apriadji (1986), Gizi Keluarga

Berdasarkan teori Apriadji (1986) dan Worthington (2000) faktor-faktor

yang diduga berhubungan dengan konsumsi kalsium remaja, diantaranya adalah:

1. Umur

Worthington (2000) mengatakan bahwa umur mempunyai peranan

penting dalam menentukan pemilihan makanan. Saat bayi tidak mempunyai


17

pilihan terhadap yang akan dimakan, akan tetapi setelah dewasa orang

mempunyai kontrol terhadap yang akan dimakan. Proses ini sudah mulai

pada masa anak-anak, karena pada masa ini mereka mulai memiliki kesukaan

terhadap makanan tertentu. Saat seseorang tumbuh menjadi remaja dan

dewasa, pengaruh kebiasaan makan mereka sangat kompleks.

Dalam penelitian Rita (2002) ditemukan bahwa umur berpengaruh

terhadap kecepatan seseorang untuk menerima dan merespon informasi yang

diterima dan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan

preferensi/kesukaan terhadap konsumsi pangan.

Berdasarkan Penelitian Novianty (2007) ditemukan bahwa tidak ada

hubungan antara umur dengan kecukupan kalsium pada anak sekolah dasar di

Depok.

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin menentukkan besar kecilnya kebutuhan gizi bagi

seseorang. Pertumbuhan dan perkembangan individu sangat berbeda antara

laki-laki dan perempuan (Worthington, 2000).

Whiting et al (2004) menyatakan anak laki-laki dan perempuan berbeda

dalam penyimpanan kalsium dalam tubuh. Perbedaan ini terletak dalam hal

keefektifan penyerapan kalsium dan kehilangan kalsium dalam tubuh. Pada

rentang usia yang sama, laki-laki lebih banyak asupan kalsiumnya

dibandingkan dengan perempuan.


18

Hasil penelitian Puspasari (2004) terhadap siswa-siswi SMUN di kota

Bandung menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara asupan

kalsium pada anak perempuan dan anak laki-laki. Asupan kalsium yang

kurang lebih banyak ditemukan pada anak perempuan (79,4%) dibandingkan

pada anak laki-laki (72,9%) dengan nilai odds rasio sebesar 1,44. Artinya

remaja putri mempunyai peluang memiliki asupan kalsium yang kurang

sebesar 1,44 kali dibanding remaja laki-laki.

3. Kebutuhan Fisiologis Tubuh

Setiap individu memiliki kebutuhan fisiologis tubuh yang berbeda. Hal

tersebut menyebabkan tingkat kebutuhan gizi setiap individu berbeda.

Sebagai contoh, kebutuhan fisiologis ibu hamil, dan ibu menyusui akan

berbeda dengan kebutuhan fisiologis anak balita, atau kebutuhan gizi orang

yang sedang sakit akan berbeda dengan kebutuhan gizi orang yang sehat.

Oleh karena itu, kebutuhan fisiologis tubuh berperan dalam menentukan

perilaku konsumsi individu dan pemilihan makanan apa saja yang

dikonsumsi (Suhardjo, 2006).

Kebutuhan kalsium setiap individu pun berbeda. Kebutuhan kalsium

pada masa remaja lebih tinggi daripada kebutuhan kalsium pada masa

lainnya, karena pada masa remaja terjadi puncak pertumbuhan massa tulang

(Almatsier, 2004).

Berikut ini disajikan tabel kebutuhan kalsium pada setiap fase:


19

Tabel 2.2

Kebutuhan Kalsium Pada Setiap Fase

Fase Kebutuhan
Kalsium (mg/hari)
Anak-Anak
0-6 bulan 200
7-12 bulan 400
1-3 tahun 500
4-6 tahun 500
7-9 tahun 600
Remaja (Usia 10-18 tahun)
Laki-laki 1000
Perempuan 1000
Dewasa (Usia 19-49 tahun)
Laki-laki 800
Perempuan 800
Lansia ( 50 tahun)
Laki-laki 800
Perempuan 800
Ibu Hamil +150
Ibu Menyusui +150

Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004)

4. Body Image/Citra Tubuh

Rice (2001) dalam Meliana (2006) mendefinisikan citra tubuh sebagai

pandangan seseorang tentang tubuhnya, suatu gambaran mental seseorang

mencakup pikiran, persepsi, perasaan, emosi, imajinasi, penilaian, sensasi

fisik, keadaan dan perilaku mengenai bentuk tubuhnya yang dipengaruhi oleh

idealisasi pencitraan tubuh di masyarakat dan interaksi sosial seseorang

dalam lingkungannyandaan dapat mengalami perubahan.


20

Purwaningrum (2008), remaja yang mempunyai perilaku makan negatif

dikaitkan dengan citra raga yang dimiliki. Individu merasa tidak puas dengan

penampilannya sendiri. Remaja cenderung menginginkan penampilan yang

ideal seperti bintang film, penyanyi dan model. Suatu studi di AS mengenai

body image pada remaja putri menunjukkan bahwa 70 % subjek

mengungkapkan keinginan untuk mengurangi berat badannya karena merasa

kurang langsing. Padahal hanya 15 % di antara mereka yang menderita

overweight.

5. Konsep Diri

Yayasan Peduli Proriasis Indonesia (2006) dalam Handayani (2009)

menyatakan bahwa konsep diri akan mempengaruhi penilaian terhadap diri

sendiri. Bila seseorang menilai diri sendiri positif, maka seseorang akan

memasuki dunia dengan harga diri yang positif dan penuh percaya diri. Bila

terjadi distorsi atau perubahan dalam citra tubuh seseorang, maka konsep

dirinya akan berubah dan akan mempengaruhi perilaku konsumsi individu

tersebut.

Penelitian Handayani (2009) ditemukan bahwa konsep diri berpengaruh

secara signifikan terhadap perilaku konsumsi individu, yaitu dengan semakin

baik konsep diri seseorang, maka akan semakin baik perilaku konsumsi orang

tersebut.
21

6. Keyakinan, Nilai dan Norma

Suhardjo (2006) menyatakan bahwa pada masyarakat tertentu, terdapat

satu pameo yaitu semakin tinggi tingkat keprihatinan seseorang maka akan

semakin bahagia dan bertambah tinggi taraf sosial yang dicapainya.

Keprihatinan ini dapat dicapai dengan tirakat yaitu suatu kepercayaan

melakukan kegiatan fisik dan mengurangi tidur, makan dan minum atau

berpantang melakukan sesuatu.

Sediaoetama (1996) menyatakan bahwa kepercayaan atau keyakinan

masyarakat tentang konsepsi kesehatan dan gizi sangat berpengaruh terhadap

pemilihan bahan makanan. Suhardjo (1996) juga menyatakan bahwa pola

konsumsi makanan merupakan hasil kepercayaan masyarakat yang

bersangkutan, dan mengalami perubahan terus menerus menyesuaikan

dengan kondisi lingkungan dan tingkat kemajuan budaya masyarakat

tersebut. Dalam penelitian Suhardjo (1996) ditemukan bahwa keyakinan dan

norma yang berlaku di masyarakat dapat mempengaruhi perilaku konsumsi

masyarakat.

7. Pemilihan dan Arti Makanan (Preference)

Preferensi pangan diasumsikan bahwa sikap seseorang terhadap

makanan, suka atau tidak suka akan berpengaruh terhadap konsumsi pangan.

Pangan yang dikenal dan dipelajari untuk disenangi pada masa kanak-kanak
22

pada umumnya dilanjutkan menjadi preferensinya sampai tumbuh dewasa

(Suhardjo, 1996).

Fisiologi, perasaan, dan sikap terintegrasi membentuk preferensi

terhadap pangan dan akhirnya membentuk perilaku konsumsi pangan.

Interaksi dengan keluarga dan teman-teman akan mempengaruhi preferensi

terhadap pangan. Preferensi yang bersifat positif berarti penerimaan terhadap

pangan tersebut. Preferensi terhadap pangan bersifat plastis, terutama pada

orang-orang muda dan akan permanen bila seseorang telah memiliki gaya

hidup yang kuat (Sanjur, 1982). Selain pengaruh reaksi indera terhadap

pemilihan pangan, kesukaan pangan pribadi makin terpengaruh oleh

pendekatan melalui media radio, televisi, pamflet, iklan, dan bentuk media

massa lain (Suhardjo, 1996).

Kesukaan terhadap makanan dianggap sebagai faktor penentu dalam

mengonsumsi makanan termasuk kalsium. Suhardjo (2006) mengatakan suka

atau tidak sukanya seseorang terhadap makanan tergantung dari rasa karena

rasa merupakan suatu faktor penting dalam pemilihan pangan yang meliputi

bau, tekstur dan suhu. Anak-anak dapat menilai rasa tersebut berdasarkan

pengalamannya dan cenderung akan mempengaruhi pemilihan makan saat

dewasa. Namun pada penelitian lain kesukaan dapat dipengaruhi oleh teman

sebaya. Kesukaan terhadap makanan mempunyai pengaruh terhadap

pemilihan makanan.
23

Dalam melakukan pengukuran terhadap preferensi makanan dapat

digunakan skala, dimana contoh ditanya untuk dapat mengindikasikan

seberapa besar dia menyukai makanan berdasarkan kriteria. Skala

pengukuran dapat dibedakan menjadi sangat tidak suka, tidak suka, netral,

suka, dan sangat suka. Skala hedonik adalah salah satu cara untuk mengukur

derajat suka atau tidak suka seseorang. Derajat kesukaan seseorang diperoleh

dari pengalamannya terhadap makanan yang akan memberikan pengaruh

yang kuat pada angka preferensinya (Sanjur, 1982).

8. Perkembangan Psikososial

Menurut Chaplin (2004) perkembangan psikososial merupakan berbagai

kejadian yang berkaitan dengan relasi sosial atau hubungan kemasyarakatan

dan mencakup faktor-faktor psikologis dari seseorang. Keadaan psikososial

individu akan berpengaruh terhadap perilaku individu tersebut, salah satunya

adalah perilaku konsumsi. Seseorang dengan kondisi psikososial yang baik

akan cenderung lebih teratur dalam mengkonsumsi dan memilih makanan.

9. Kesehatan

Definisi sehat menurut WHO 1990 dalam Alamtsier (2004) yaitu

keadaan sejahtera secara fisik, mental dan sosial, tidak hanya terbebas dari

penyakit atau kecacatan. Sedangkan berdasarkan Undang-Undang Kesehatan

no. 23 tahun 1992, kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial
24

yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial dan

ekonomi.

Penelitian yang dilakukan oleh Puspitarani (2006) ditemukan tidak

adanya hubungan yang signifikan antara kesehatan individu dengan perilaku

konsumsi, yaitu walaupun seseorang sedang sakit, terkadang tidak terlalu

memperhatikan pola konsumsinya.

10. Jumlah dan Karakteristik Keluarga

Sediaoetama (2006) menyebutkan keluarga dengan banyak anak dan

jarak kelahiran antar anak amat dekat akan menimbulkan masalah. Dalam hal

ini, jumlah keluarga akan mempengaruhi pola pengalokasian pangan pada

rumah tangga. Suhardjo (1996) menyebutkan semakin besar jumlah anggota

keluarga, maka alokasi pangan untuk individu akan semakin berkurang.

Hasil penelitian Pratiwi (2006) diketahui bahwa tidak ada hubungan

yang signifikan antara keluarga kecil dan keluarga besar terhadap perilaku

konsumsi individu. Namun penelitian Srimaryani (2010), diketahui bahwa

ada hubungan antara jumlah keluarga dengan perilaku konsumsi individu.

Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga

maka akan semakin banyak pangan yang dikonsumsi dan pembagian

makanan dalam keluarga tersebut akan lebih sedikit dibandingkan dengan

keluarga yang jumlahnya sedikit.


25

Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah karakteristik keluarga yang

terdiri dari pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Suhardjo (1986)

menyatakan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah belum tentu

kurang mampu dalam pemilihan makanan yang baik, jika orang tersebut

rajin mendengarkan penyuluhan atau informasi mengenai gizi. Menurut Berg

(1986) latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur

penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizinya karena dengan tingkat

pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan atau informasi tentang

gizi yang dimiliki menjadi lebih baik. Sering masalah gizi timbul karena

ketidaktahuan atau kurang informasi tentang gizi yang memadai.

Selanjutnya Apriadji (1986) menyatakan faktor pendidikan turut pula

menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami

pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Dalam kepentingan gizi keluarga,

pendidikan amat diperlukan agar seseorang lebih tanggap terhadap adanya

masalah gizi di dalam keluarga dan bisa mengambil tindakan secepatnya.

Akan tetapi, seseorang dengan pendidikan rendah belum tentu kurang

mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan

dengan orang lain yang pendidikannya lebih tinggi. Karena sekalipun

berpendidikan rendah, kalau orang tersebut rajin mendengarkan atau melihat

informasi mengenai gizi, bukan mustahil pengetahuan gizinya akan lebih

baik.
26

Pada penelitian ini salah satu variabel yang diambil adalah pendidikan

ibu. Nizar dalam Ikhsan (2004) menyebutkan tingkat pendidikan ibu sangat

berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi

keluarga karena ibu memegang peranan penting dalam pengelolaan rumah

tangga. Ibu yang berpendidikan tinggi mempunyai sikap yang positif

terhadap gizi sehingga pada akhirnya akan semakin baik kuantitas dan

kualitas gizi yang dikonsumsi keluarga.

Penelitian Puspasari (2004) menyebutkan bahwa pendidikan orang tua

yang rendah, asupan kalsium yang kurang sebesar 77,9% sedangkan pada

pendidikan orang tua yang tinggi, asupan kalsium yang kurang sebesar

75,7%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan orang tua yang

rendah asupan kalsium yang kurang lebih tinggi 2,2% dibandingkan dengan

pendidikan orang tua yang tinggi.

Pekerjaan orang tua pun turut menentukan kecukupan gizi dalam

sebuah keluarga. Berg (1986) berpendapat bahwa pekerjaan berhubungan

dengan jumlah gaji atau pendapatan yang diterima. Semakin tinggi

pendapatan seseorang maka akan berpengaruh terhadap kualitas dan

kuantitas makanan yang dibeli (Apriadji, 1986). Menurut penelitian Puone

dalam Guthrie (1995) diketahui bahwa ada hubungan antara penghasilan

keluarga dengan tingkat konsumsi masyarakat. Terutama pada makanan

sumber kalsium utama yaitu susu dan hasil olahannya yang masih merupakan

makanan mahal di negara berkembang, termasuk Indonesia.


27

Selanjutnya Sukarbi dalam Gabriel (2008) menyebutkan pekerjaan

memiliki peranan penting dalam kehidupan sosial ekonomi dan memiliki

keterkaitan dengan faktor lain seperti kesehatan.

Salah satu variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah pekerjaan

ibu. Hasil penelitian Mulyani (2009) tentang konsumsi konsumsi kalsium

pada remaja di SMPN 201 Jakarta Barat menunjukkan bahwa konsumsi

kalsium yang kurang lebih besar didapatkan pada ibu yang bekerja (sebesar

58,3%) dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja (sebesar 45,9%).

Sedangkan konsumsi kalsium yang baik lebih besar didapatkan pada ibu

yang tidak bekerja (sebesar 54,1%) dibandingkan dengan ibu yang bekerja

(sebesar 47,1%).

Berdasarkan hasil penelitian Ikhsan (2004) mengenai faktor-faktor

yang berhubungan dengan asupan kalsium pada remaja di SMUN 28 Jakarta

menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu

dengan asupan kalsium. Proporsi responden dengan asupan kalsium <600

mg/hari terjadi pada ibu yang tidak bekerja sebesar 54,3% lebih besar

dibandingkan pada ibu bekerja.

11. Peran Orang Tua

Pola kebiasaan makan anak berawal dari keluarga. Khomsan (2007)

menyatakan selama masa anak-anak, orang tua memiliki pengaruh yang

sangat besar dalam sikap tentang makanan, pemilihan makanan dan pola
28

makan. Tetapi jika sudah menganjak remaja mereka menunjukkan

kemandiriannya dan dapat memilih makanan sekehendak mereka. Oleh

karena itu pengaruh keluarga terhadap perilaku makan mulai berkurang.

Khomsan pun menyatakan pada zaman modern seperti sekarang ini,

orang tua memang telah menjadi manusia sibuk karena urusan di luar rumah

tangga. Oleh karena itu, peran orang tua saat ini sangat penting dalam

mendorong kebiasaan makan sehat bagi anak-anaknya.

12. Teman Sebaya (Peer Group)

Gifft, et al dan Hurlock dalam Mulyani (2009) menyebutkan pengaruh

peer group adalah yang terpenting selama masa remaja di sekolah. Pada

situasi tertentu pengaruh peer group lebih besar daripada pengaruh keluarga .

Ketika anak mulai sekolah tekanan teman sebaya mulai mempengaruhi

pemilihan makanan yang menyebabkan pengabaian terhadap kebutuhan gizi.

Remaja mulai peduli terhadap penampilan fisik dan perilaku sosial, serta

berusaha untuk mendapatkan penerimaan dari teman sebayanya. Pemilihan

makanan menjadi penting supaya mereka diterima oleh teman sebayanya.

Menurut Nimpoeno dalam Mulyani (2009), terdapat rasa kekamian

yang menyebabkan anggota-anggota peer group bertindak sama satu dengan

yang lainnya. Selanjutnya Hurlock dalam Mulyani (2009) mengemukakan

bahwa pengaruh peer group semakin kuat pada remaja untuk dapat diterima
29

sebagai anggota peer group, untuk itu ia akan menyesuaikan tingkah lakunya

dengan aturan-aturan dalam peer group tersebut.

Mulyani (2009) mengatakan pengaruh peer group terhadap konsumsi

terjadi terutama karena kepatuhan anggota untuk melakukan tindakan yang

sama dengan anggota lainnya serta upaya yang kuat untuk tidak melanggar

aturan dalam peer group tersebut. Disamping itu peer group juga dapat

berpengaruh terhadap konsumsi jajanan.

Mc Williams (1993) menyatakan bahwa remaja SMP cenderung

memiliki perilaku makan yang labil, karena selain masih dipengaruhi

keluarga, pengaruh teman juga semakin kuat. Kedua pengaruh ini akan

menentukan perilaku makan remaja selanjutnya.

Miller et al (2001) menyatakan teman juga berpengaruh terhadap

konsumsi kalsium, karena remaja pada umumnya semakin mandiri dalam

memilih makanan namun pengaruh teman sebaya semakin berpengaruh

terhadap pemilihan makanan yang hendak dimakan. Biasanya remaja lebih

memilih makanan populer yang rendah kalsium daripada makanan yang

sehat kaya kalsium.

Dalam penelitian Savitri (2009), ditemukan bahwa teman sebaya

berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku konsumsi individu, yaitu

dalam memilih jenis makanan.


30

13. Informasi/Media Massa

Informasi dapat diakses oleh siapapun melalui media massa atau

lainnya. Menurut Fisher dan Diane (2003) dalam Bahria (2009) media massa

berpengaruh positif mempromosikan informasi kesehatan dan peningkatan

kesadaran atau pemilihan makanan yang tepat. Berg (1986) berpendapat

bahwa media massa terutama iklan-iklan perdagangan dan promosi penjualan

sangat mempengaruhi pada pemilihan susunan makanan. Keunggulan

pemakaian media massa adalah dapat menjangkau setiap orang dalam bentuk

yang sama dan dapat menimbulkan pengalaman yang sama.

Suhardjo (1986) juga mengatakan bahwa media massa sebagai salah

satu sarana komunikasi berpengaruh besar membentuk opini dan

kepercayaan seseorang. Ewles dalam Afianti (2008) menyebutkan televisi,

radio, majalah, koran dan buku dapat dijadikan saluran komunikasi bagi

sejumlah orang. Lastariwati dan Ratnaningsih (2006) dalam Yunaeni (2009)

menyebutkan remaja yang masih dalam proses mencari jati diri, sering kali

menjadi sasaran empuk bagi produsen yang menawarkan produknya. Hal ini

dikarenakan remaja paling cepat dan efektif dalam penyerapan gaya hidup

konsumtif, baik dalam kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder.

Khomsan (2003) dalam Bahria (2009) menyebutkan rata-rata remaja

menghabiskan waktunya selama 2,5 jam per hari di depan pesawat TV. Pada

kesempatan ini mereka dijejali berbagai iklan tentang makanan atau

minuman. Iklan makanan atau minuman yang menggunakan seorang bintang


31

sebagai model akan lebih mudah memikat mereka. Mereka langsung menjadi

penggemar berat, terlepas apakah minuman itu bergizi atau tidak. Survei di

AS menunjukkan 65% makanan yang diiklankan melalui TV berwujud

minuman atau makanan manis (berkalori tinggi). Iklan di TV sering

menampilkan makanan snack ringan yang rendah gizinya, makanan instant

yang bisa disajikan secara cepat dan aspek lain yang tidak mendukung

makanan gizi seimbang.

Menurut Schlenker (2007) dalam Bahria (2009) perkembangan

teknologi dan media massa juga mempunyai peran dalam pemilihan

makanan. Akan tetapi hasil penelitian Srimaryani (2010), menunjukkan

bahwa iklan atau media massa tidak berpengaruh terhadap perilaku konsumsi

individu.

14. Fast Food

Worthington (2000) menyebutkan bahwa pertumbuhan remaja

meningkatkan partisipasi dalam kehidupan sosial, dan aktivitas remaja dapat

menimbulkan dampak terhadap apa yang dimakan remaja. Remaja mulai

dapat membeli dan mempersiapkan makanan untuk mereka sendiri, dan

biasanya remaja lebih suka makanan serba instan yang berasal dari luar

rumah seperti fast food. Fast food mengandung zat gizi yang terbatas atau

rendah, diantaranya adalah kalsium, ribovlafin, vitamin A, magnesium,


32

vitamin C, folat, dan serat. Selain itu, kandungan lemak dan natrium cukup

tinggi pada berbagai fast food.

Menurut Sekarindah (2008) alasan seseorang memilih makanan cepat

saji/fast food yaitu karena praktis, rasanya enak, mudah didapat dan tingkat

kesibukan yang tinggi sehingga tidak sempat menyiapkan makanan yang

sehat dan alami.

15. Pengetahuan Gizi

Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang. Perilaku yang dilakukan dengan berdasarkan pada

pengetahuan akan bertahan lebih lama dan kemungkinan menjadi perilaku

yang melekat pada seseorang dibandingkan jika tidak berdasarkan

pengetahuan.

Khomsan (2007) menyebutkan bahwa pengetahuan gizi menjadi

landasan dalam menentukan konsumsi pangan individu. Jika seseorang

memiliki pengetahuan gizi yang baik maka cenderung untuk memilih

makanan yang bernilai gizi tinggi. Selain itu, pengetahuan gizi dapat

meingkatkan seseorang dalam menerapkan pengetahuan gizinya dalam

memilih maupun mengolah bahan makanan sehingga kebutuhan gizi

tercukupi. Sedangkan Suhardjo (1986) berpendapat bahwa penyebab penting


33

gangguan gizi karena kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan

untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil penelitian Mulyani (2009) tentang konsumsi kalsium pada remaja

di SMPN 201 Jakarta Barat menunjukkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara pengetahuan dengan konsumsi kalsium pada remaja (nilai P

= 0,035) dengan nilai odds rasio sebesar 2,597 yang artinya remaja yang

pengetahuan tentang kalsiumnya kurang mempunyai peluang 2,6 kali

mengkonsumsi kalsium yang tidak adekuat. Remaja yang memiliki tingkat

pengetahuan kurang dan konsumsi kalsiumnya juga kurang sebesar 58,6%,

sedangkan remaja yang tingkat pengetahuannya kurang dan konsumsi

kalsiumnya baik sebesar 41,4%. Remaja yang tingkat pengetahuannya cukup

dan konsumsi kalsiumnya baik sebesar 64,7%, sedangkan remaja yang

tingkat pengetahuannya cukup dan konsumsi kalsiumnya kurang sebesar

35,3%.

Puspasari (2004) menyatakan bahwa pengetahuan kalsium terutama

yang berasal dari makanan dan sumber-sumbernya merupakan langkah awal

untuk meningkatkan asupan kalsium, karena remaja yang asupan kalsiumnya

kurang masih memerlukan informasi yang spesifik mengenai sumber-sumber

kalsium.
34

16. Pengalaman Individu

Dalam perjalanan hidup manusia, terjadi berbagai macam pengalaman.

Salah satunya adalah pengalaman dalam mengkonsumsi makanan. Seseorang

tentu memiliki penilaian tersendiri terhadap jenis makanan tertentu. Ada yang

tiak mau mengkonsumsi makanan tertentu karena berdasarkan pengalaman

pribadi bahwa makanan tersebut menimbulkan alergi atau memiliki rasa yang

kurang enak, penampilan kurang menarik dan lain-lain (Suhardjo, 2006).

17. Sosial, Ekonomi, Politik

Sistem sosial, ekonomi, potitik dalam suatu Negara merupakan salah

satu penyebab mendasar yang mempengaruhi perilaku konsumsi di

masyarakat. Negara dengan sistem sosial, ekonomi dan politik, maka

ketersediaan pangana bagi masyarakat akan mengalami gangguan bahkan

kekurangan pangan yang dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan

(Suhardjo, 2006).

18. Ketersediaan Makanan

Ulrich (1996) dalam Anastasia (2008), menyebutkan bahwa

ketersediaan bahan makanan sumber kalsium di rumah dapat meningkatkan

asupan kalsium remaja. Sebuah studi menemukan bahwa ibu yang

menyediakan susu dan biasa minum susu, memiliki anak yang juga

cenderung gemar mengkonsumsi susu.


35

Suhardjo (1986), menyebutkan bahwa peranan ibu dalam menyediakan

makanan banyak berpengaruh terhadap pembentukan kebiasaan makan anak-

anak didalam rumah, karena ibu yang mempersiapkan makanan, mulai dari

mengatur menu, berbelanja, memasak, menyiapkan/menghidangkan

makanan, mendistribusikan makanan serta megajarkan tata cara makan

terhadap anaknya.

19. Produksi

Produksi pangan di Negara berkembang masih tergolong rendah,

rendahnya produksi pangan dapat disebabkan oleh produktivitas lahan yang

kurang dan harus ditanggulangi dengan intensifikasi pertanian. Sebab lain

yaitu karena petani beralih ke tanaman non pangan atau mengubah lahan

pertanian yang ada menjadi lahan untuk industry atau pemukiman.

Rendahnya produksi dapat berakibat pada rendahnya ketersediaan pangan

bagi penduduk dan mempengaruhi perilaku konsumsi masyarakat (Suhardjo,

2006).

20. Sistem Distribusi

Barker (2002) dalam Rahmawati (2000) menyatakan bahwa faktor lain

yang mempengaruhi perilaku konsumsi individu adalah adanya sistem

distribusi pangan ke masyarakat. Salah satu contoh kasus yaitu tidak

tersedianya makanan terjadi karena persediaan di gudang habis dan tidak ada
36

transportasi disekitarnya atau sistem distribusi mengalami gangguan. Hal

inilah yang menyebabkan mal nutrisi, karena penduduk kekurangan bahan

pangan untuk dikonsumsi.

21. Gaya Hidup

Suhardjo (2006), menebutkan bahwa gaya hidup merupaka suatu

konsep cara hidup dalam masyarakat yang berasal dari berbagai maca

interaksi sosial, budaya dan keadaan lingkungan. Gaya hidup dipengaruhi

oleh beragam hal yang terjadi didalam keluarga atau rumah tangga. Dapat

dikatakan bahwa keluarga atau rumah tangga merupakan faktor utama dalam

pembentukan gaya hidup terkait pola perilaku makan dan juga dalam

pembinaan kesehatan keluarga.

Suhardjo juga menyatakan bahwa orang dengan gaya hidup modern

akan terbiasa mengkonsumsi makanan dengan harga yang mahal, sedangkan

orang kelas menengah kebawah atau orang miskin di desa tidak sanggup

membeli makanan jadi, daging, buah dan sayuran yang mahal, karena

dipengaruhi oleh gaya hidup sederhana, termasuk untuk membeli susu.

2.4 Fungsi Kalsium

Kalsium mempunyai peranan penting di dalam tubuh. Beberapa fungsi

kalsium diantaranya adalah :


37

1. Pembentukan Tulang

Kalsium memberikan kekuatan mekanis pada tulang dan gigi. Almatsier

(2004) menyebutkan bahwa kalsium dalam tulang mempunyai dua fungsi

yaitu sebagai bagian integral dari struktur tulang dan sebagai tempat

menyimpan kalsium.

Guthrie dan Picciano (1995) menyatakan proses pembentukan tulang

dimulai pada awal perkembangan janin, dengan membentuk matriks yang

kuat, tetapi masih lunak dan lentur yang merupakan cikal bakal tulang tubuh.

Matriks yang merupakan sepertiga bagian dari tulang terdiri atas serabut yang

terbuat dari kolagen yang diselubungi oleh bahan gelatin. Segera setelah

matriks mulai menjadi kuat dan mengeras melalui proses kalsifikasi, yaitu

terbentuknya kristal mineral yang mengandung senyawa kalsium. Kristal ini

terdiri dari kalsium fosfat atau kombinasi kalsium fosfat dan kalsium

hidroksida yang dinamakan hidroksipatit [(3Ca(PO4)2.Ca(OH)2)]. Kalsium

merupakan mineral yang utama dalam ikatan ini, keduanya harus berada

dalam jumlah yang cukup didalam cairan yang mengelilingi matriks tulang.

Batang tulang yang merupakan bagian keras matriks, mengandung kalsium,

fosfat, magnesium, seng, natrium karbonat dan fluor disamping hidroksiapatit.

2. Membantu Pertumbuhan

Guthrie dan Picciano (1995) menyatakan bahwa kalsium secara nyata

diperlukan untuk pertumbuhan karena merupakan bagian penting dalam

pembentukan tulang dan gigi, juga dibutuhkan dalam jumlah yang lebih kecil
38

untuk mendukung fungsi sel dalam tubuh. Penelitian di Jepang menunjukkan

bahwa orang yang diet rendah kalsium lebih pendek dibandingkan dengan diet

kalsium yang adekuat. Diet rendah kalsium berarti rendah protein, sedangkan

protein dibutuhkan untuk pertumbuhan, termasuk pertumbuhan tulang.

Namun, secara jelas belum dapat dibuktikan bahwa kekurangan kalsium

menyebabkan gagal pertumbuhan karena banyak faktor yang

mempengaruhinya.

Garrow dan James (1993) dalam Puspasari (2004) menyebutkan dalam

masa pertumbuhan ukuran tulang, kandungan kalsium dan kebutuhan kalsium

meningkat. Setelah pertumbuhan berhenti, kemungkinan fase dimana

penambahan jumlah tulang dan kalsium bersama akan tetap bertambah sampai

usia sekitar 30 tahun. Setelah peak bone mass tercapai, jumlah tulang akan

menurun, yang akan menyebabkan ketidakseimbangan antara resorpsi dan

pembentukan tulang.

3. Pembentukan gigi

Almatsier (2004) menyatakan mineral yang membentuk dentin (bagian

tengah gigi) dan email (bagian luar gigi) adalah mineral yang sama dengan

membentuk tulang. Akan tetapi, kristal dalam gigi lebih padat dan kadar

airnya lebih rendah. Protein dalam email gigi adalah keratin, sedangkan dalam

dentin adalah kolagen. Berbeda dengan tulang, gigi sedikit sekali mengalami

perubahan setelah muncul dalam rongga mulut. Pertukaran antara kalsium

gigi dan kalsium tubuh berlangsung lambat dan terbatas pada kalsium yang
39

terdapat dalam lapisan dentin. Sedikit pertukaran mungkin juga terjadi antara

saliva (ludah) dan email gigi. Kerusakan kalsium pada massa pembentukan

gigi dapat menyebabkan meningkatnya kerentanan terhadap kerusakan gigi.

4. Mengatur Pembekuan Darah

Menurut Almatsier (2004) pada saat terjadi luka, ion kalsium di dalam

darah merangsang pembebasan fosfolipida tromboplastin dari platelet darah

yang terluka. Tromboplastin ini mengkatalis perubahan prothombin (bagian

darah normal), menjadi thrombin. Thrombin kemudian membantu peerubahan

fibrinogen menjadi fibrin yang merupakan gumpalan darah. Proses

pembentukan fibrin dapat dilihat dalam bagan berikut :

Bagan 2.3 Proses Pembentukan fibrin

Luka pada sel Protombin Fibrinogen


trombin

tromboplastin Fibrin
Platelet darah
kalsium (gumpalan darah)
Thrombin
darah

Tromboplastin

Sumber : Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi (2004).

5. Katalisator reaksi-reaksi biologik

Almatsier (2004) mengatakan bahwa kalsium berfungsi sebagai

katalisator reaksi-reaksi biologik, seperti absorpsi vitamin B12, tindakan enzim

pemecah lemak, lipase pancreas, ekskresi insulin oleh pankreas,


40

pembentukan dan pemecahan asetilkolin. Asetilkolin yaitu bahan yang

diperlukan dalam transmisi suatu rangsangan dari suatu serabut saraf ke

serabut saraf yang lain. Kalsium diperlukan untuk mengkatalis reaksi-reaksi

ini yang diambil dari persediaan kalsium di dalam tubuh.

6. Kontraksi otot

Menurut Almatsier (2004) kalsium berperan dalam interaksi protein

dalam otot yaitu aktin dan miotin, pada saat otot berkontraksi. Bila darah

kalsium kurang dari normal, otot tidak bisa mengendur setelah berkontraksi.

Akibatnya tubuh akan kaku dan akan menimbulkan kejang.

Winarno (1997) menyatakan dalam proses kontraksi otot, rangsangan

yang menghasilkan kontraksi otot merupakan impuls listrik yang diangkut

oleh serabut urat saraf. Diperkirakan stimulasi kimia dari ujung saraf ke

tenunan otot yang menyebabkan terjadinya kontraksi adalah lepasnya ion-ion

kalsium dari tempat penyimpanannya dalam sel. Keluarnya ion kalsium

menstimulasi enzim ATP-ase dalam myosin, yang mengakibatkan pecahnya

ATP yang menghasilkan energi dan terbentuknya ikatan silang antara myosin

dan actin yang disebut actomiosin dan terjadilah kontraksi. Setelah terjadi

pengenduran otot, ion kalsium dipompa kembali ke tempat penyimpanannya

dalam sel.

Surono (1999) mengatakan, selain fungsi-fungsi di atas peran kalsium

terutama pada perempuan adalah dapat meringankan gejala sindrom

premenstruasi (PMS). Hal ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh
41

Susan Thys Jacobs, pakar kelenjar endokrin bersama rekan-rekannya terhadap

500 wanita penderita PMS. Secara acak, sebagian dari 500 wanita tersebut

diberi 1.200 mg kalsium per hari. Ternyata pada siklus haid ketiga, gejala

PMS dapat dikurangi 48% pada wanita yang diberikan suplemen kalsium.

2.5 Pangan Sumber Kalsium Tinggi

Almatsier (2004) menyebutkan pangan sumber kalsium yang baik

diantaranya adalah ikan dimakan dengan tulang, termasuk ikan kering, serealia,

kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tahu dan tempe. Sayuran hijau

merupakan sumber kalsium yang baik juga, tetapi bahan makanan ini

mengandung banyak zat yang menghambat penyerapan kalsium seperti serat,

fitat, dan oksalat. Kebutuhan kalsium akan terpenuhi apabila mengonsumsi

makanan yang seimbang setiap hari.

Holman (1997) dalam Lutfiah (2007) menyebutkan sumber kalsium utama

yang lain adalah sarden, salmon, dan biji wijen. Khomsan (2003) dalam Lutfiah

(2007) menyatakan bahwa sarden, sayuran hijau tua, kedelai, dan produk

olahannya serta biji bunga matahari merupakan pangan yang banyak mengandung

kalsium. Jus wortel mengandung kalsium sama banyak dengan segelas susu.

Bender (1993) dalam Almatsier (2004) menyatakan bahwa sumber kalsium

utama adalah susu dan keju. Sumber terbaik kalsium adalah susu non fat karena

memilki ketersediaan biologik yang tinggi. Berikut ini disajikan tabel kandungan
42

kalsium berbagai jenis pangan menurut Hardinsyah dan Briawan (1994) dalam

Lutfiah (2007).

Tabel 2.3

Nilai kalsium berbagai jenis pangan (mg/100g)

Jenis Pangan Mg Jenis Pangan Mg


Tepung susu Skim 1300 Udang Kering 1209
Susu Skim 123 Udang Segar 136
Tepung Susu 904 Teri Kering tawar 2381
Keju 777 Bayam 267
Susu Sapi segar 143 Kacang Ijo 125
Yogurt 120 Kacang Panjang 163
Susu Kental Manis 275 Mujair Goreng 346
Susu Kental tak manis 243 Mujair Segar 96
Susu Kerbau 206 Telur Ayam 54
Es krim 123 Telur Asin 120
Mentega 15 Empal Goreng 151
Jenis Pangan Mg Jenis Pangan Mg
Susu Kambing 98 Sawi 220
Sarden Kaleng 354 Daun Singkong 165
Tempe Kedelai 129 Kangkung 73
Tahu 124 Kacang Merah 80
Oncom 96 Kacang Tanah 58

Sumber : Hardinsyah dan Briawan (1994) dalam Skripsi Lutfiah (2007)

2.6 Akibat dari Kekurangan Kalsium

Beberapa akibat yang timbul apabila seseorang kekurangan kalsium

menurut Almatsier (2004) dan Witjaksono (2003), diantaranya adalah:

1. Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan

pertumbuhan. Tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh.


43

2. Kadar kalsium darah yang sangat rendah dapat menyebabkan tetani atau

kejang. Kepekaan serabut saraf dan pusat saraf terhadap rangsangan

meningkat, sehingga terjadi kejang otot misalnya pada kaki. Tetani dapat

terjadi pada ibu hamil yang makannya terlalu sedikit mengandung kalsium

atau terlalu tinggi mengandung fosfor. Tetani kadang terjadi pada bayi baru

lahir yang diberi minuman susu sapi yang tidak diencerkan yang mempunyai

rasio kalsium : fosfor rendah.

3. Kurangnya kalsium dan paparan sinar matahari pagi dan sore akan

menyebabkan elemen tulang tidak dapat mengendap secara normal, sehingga

timbul penyakit rachitis. Ciri-ciri utamanya adalah kelainan pada tulang rusuk

(dada ayam), kaki tipe O atau X.

4. Kekurangan kalsium menyebabkan sistem imunitas akan menurun dan kacau,

akibatnya muncul penyakit lupus, jerawat dan penyakit kulit lainnya. Ketika

tubuh diserang bakteri, virus, dan racun, ion kalsium berperan sebagai sirene

tanda bahaya di dalam tubuh.

5. Kekurangan kalsium menyebabkan dengdosignal saraf mengalami hambatan.

Akibatnya mekanisme rangsangan dalam tubuh akan terganggu. Kondisi

tersebut pada anak akan menimbulkan gejala mudah kaget, resah, sulit tidur,

menangis di malam hari, dan hiperaktif. Gejala pada orang tua yakni mudah

tegang, emosi dan merosotnya daya koordinasi saraf.

6. Kurangnya kadar kalsium akan mengurangi daya kontraksi otot jantung. Hal

tersebut dapat menimbulkan berbagai macam penyakit jantung.


44

7. Kehilangan kalsium dari tulang sesudah usia 50 tahun akan menyebabkan

osteoporosis.

2.7 Akibat kelebihan kalsium

Menurut Almatsier (2004) konsumsi kalsium hendaknya tidak melebihi

2500 mg/hari. Kelebihan kalsium dapat menimbulkan batu ginjal atau gangguan

ginjal. Disamping itu dapat menyebabkan konstipasi atau susah buang air besar.

Kelebihan kalsium bisa terjadi jika menggunakan suplemen kalsium.

2.8 Metode Food Frequency Questionare (FFQ)

Supariasa (2002) menyebutkan Food Frequency Questionare (FFQ) atai

kuesioner frekuensi makanan adalah salah satu metode survey konsumsi makanan

yang bersifat kualitatif karena dapat menggambarkan tentang frekuensi responden

dalam mengkonsumsi beberapa jenis makanan dan minuman, dapat menggali

informasi tentang kebiasaan makan (food habits) FFQ dapat dilihat dalam satu

hari atau minggu, bulan, tahun. Kuesioner terdiri dari daftar bahan makanan.

Menurut Supariasa (2002) ada beberapa jenis FFQ yaitu sebagai berikut:

a. Simple or nonquantitative FFQ, tidak memberikan pilihan tentang porsi yang

biasa dikonsumsi sehingga menggunakan standar porsi.

b. Semiquantitative FFQ, memberikan porsi yang dikonsumsi, misalnya sepotong

nasi, secangkir kopi.


45

c. Quantitative FFQ, memberikan pilihan porsi yang biasa dikonsumsi respnden

seperti kecil, sedang, atau besar.

Gibson (1993) dalam Mulyani (2009) menyebutkan kebanyakan FFQ sering

dilengkapi dengan ukuran khas setiap porsi dan jenis makanan. Oleh karena itu

FFQ tidak jarang ditulis sebagai riwayat pangan semi kuantitatif (semiquantitative

food history). Selanjutnya Willet (1998) dalam Mulyani (2009) menyatakan

ukuran porsi ini dapat memberikan informasi tentang jumlah asupan makanan

tertentu. Namun metode ini memerlukan adanya persamaan persepsi dalam

menggunakan ukuran porsi pada FFQ semi kuantitatif antara peneliti dan

responden.

Menurut Supariasa (2002) kelebihan FFQ adalah dapat diisi sendiri oleh

responden, relatif murah untuk populasi besar, dapat digunakan untuk melihat

hubungan diet dengan penyakit dan data usual intake lebih representatif

dibandingkan dengan record beberapa hari. Sedangkan keterbatasan FFQ adalah

kemungkinan tidak menggambarkan usual food atau porsi yang dipilih oleh

responden dan tergantung responden untuk mendeskripsikan dirinya.

2.9 Kerangka Teori

Berdasarkan Kerangka Teori yang diambil dari teori Worthington (2000),

dan Apriadji (1986), faktor-faktor yang diduga berhungan dengan tingkat

konsumsi kalsium remaja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

interal meliputi pengetahuan gizi remaja, umur, jenis kelamin, status kesehatan,
46

serta pemilihan dan arti makanan. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari jumlah

keluarga, pola makan keluarga, pengetahuan gizi orang tua, pendidikan orang tua,

pendapatan keluarga, teman sebaya, makanan jajanan, pengaruh informasi/media

kesehatan, dan ketersediaan makanan. Faktor-faktor tersebut digambarkan dalam

bagan berikut:

Bagan 2.4

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Konsumsi Kalsium

Remaja

Faktor Internal Faktor Eksternal

Pengetahuan Gizi Remaja Jumlah Keluarga

Pola Makan Keluarga


Umur
Pengetahuan Gizi Orang
Tua
Pendidikan Orang Tua
Jenis Kelamin
Pendapatan Orang Tua

Teman Sebaya
Status Kesehatan
Makanan Jajanan

Pengaruh Informasi/Media
Kesukaan terhadap
Makanan Ketersedian Makanan

Tingkat Konsumsi
Kalsium Remaja

Sumber: Modifikasi Teori Apriadji (1986), Mc. Williams (1993) dan Wortingthon
(2000).
47

Ada beberapa variabel yang tidak diikutsertakan atau tidak diteliti yaitu

umur, jenis kelamin, status kesehatan, jumlah keluarga, pola makan keluarga,

pengetahuan gizi orang tua, pendidikan orang tua, pendapatan orang tua.

Variabel jenis kelamin dan umur tidak diikutsertakan dalam penelitian ini karena

bersifat homogen. Seluruh sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah

perempuan, karena berdasarkan beberapa teori perempuan lebih beresiko untuk

mengkonsumsi kalsium yang tidak adekuat dibandingkan dengan laki-laki.

Sedangkan untuk variabel umur, seluruh sampel yang diambil pada penelitian ini

umurnya berkisar antara 13-15 tahun dan masuk kedalam kategori remaja.

Variabel status kesehatan tidak diikutsertakan karena belum pernah dilakukan

pada penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan konsumsi kalsium

sisiwi.

Selanjutnya variabel pengetahuan orang tua tidak diikutsertakan dalam

penelitian ini karena penelitian ini dilakukan terhadap siswi sehingga jika

kuesioner pengetahuan orang tua dibawa ke rumah untuk diisi oleh orang tuanya,

kemungkinan akan terjadi bias yang tinggi. Begitupula dengan variabel

pendapatan orang tua tidak diikutsertakan dalam penelitian ini karena akan

menimbulkan bias yang tinggi jika ditanyakan kepada siswi. Variabel pendidikan

orang tua tidak diikutsertakan dengan pertimbangan variabel ini tidak terlalu

berhubungan dengan tingkat konsumsi kalsium siswi.


BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Banyak faktor yang berhubungan dengan asupan kalsium seseorang.

Berdasarkan kerangka teori yang diambil dari Apriadji (1986), Worthington

(2000) dan Mc.Williams (1993) ada beberapa kerangka konsep yang dapat

digunakan dalam penelitian ini. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

konsumsi kalsium siswi, sedangkan variabel independennya adalah kebiasaan

jajan siswi, pengetahuan gizi siswi, keterpaparan informasi mengenai kalsium,

pengaruh teman, kesukaan terhadap makanan sumber kalsium dan ketersediaan

makanan sumber kalsium.

48
49

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Pengetahuan gizi siswi

Keterpaparan
informasi/media massa
mengenai kalsium

Pengaruh Teman
Konsumsi Kalsium Siswi

Kesukaan terhadap
makanan sumber kalsium

Kebiasaan Jajan

Ketersediaan makanan
sumber kalsium
3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Nama Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1. Tingkat Jumlah asupan kalsium yang Wawancara FFQ semi 1. Kurang: < 100% AKG Ordinal
Konsumsi dikonsumsi siswi dalam kuantitatif 2. Cukup: 100% AKG
Kalsium siswi sehari. (WKNPG VIII, 2004)
2. Kebiasaan jajan Frekuensi makanan atau Wawancara Kuesioner 1. Jarang: Skor < mean (<25) Ordinal
minuman jajanan yang dibeli 2. Sering: Skor mean (25)
dan dimakan oleh siswi di
sekolah maupun di luar
sekolah.
3. Pengetahuan Kemampuan siswi dalam Wawancara Kuesioner 1. Kurang : < median (<8) Ordinal
Gizi siswi menjawab pertanyaan tentang 2. Baik : median (8).
gizi dan kalsium.

4. Keterpaparan Pernyataan siswi mengenai Wawancara Kuesioner 1. Jarang: jika < 3 Ordinal
media/informasi sering atau jarang kali/minggu
mengenai mendapatkan informasi 2. Sering: jika 3
kalsium mengenai kalsium baik kali/minggu
melalui media komunikasi
massa (TV, koran,
radio,poster) maupun media
komunikasi personal
(guru,orang tua,petugas
kesehatan, tokoh masyarakat)
dalam satu minggu.
No Nama Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

48
49

5. Pengaruh teman Pengakuan siswi mengenai Wawancara Kuesioner 1. Tidak ada pengaruh : Jika Ordinal
ada atau tidaknya pengaruh skor < median (<9)
teman siswi terhadap 2. Ada pengaruh: Jika Skor
pemilihan makanan jajanan median (9)
sumber kalsium, baik di
lingkungan sekolah maupun
di rumah dalam satu bulan
terakhir.
6. Kesukaan Penilaian siswi terhadap Wawancara Kuesioner 1. Tidak suka: Jika skor < mean Nominal
terhadap kesukaan dalam (<70)
makanan mengkonsumsi pangan 2. Suka: Jika skor mean
sumber kalsium sumber kalsium. (70)

7. Ketersediaan Frekuensi tersedianya bahan Wawancara Kuesioner 1. Jarang: Jika skor < mean Ordinal
Pangan sumber makanan sumber kalsium di (<41)
kalsium rumah untuk konsumsi 2. Sering: Jika skor mean
anggota keluarga siswi. (41)
3.3 Hipotesis

1. Adanya hubungan antara kebiasaan jajan dengan konsumsi kalsium siswi SMPN

1 Mande Cianjur Tahun 2010.

2. Adanya hubungan antara pengetahuan gizi siswi dengan konsumsi kalsium siswi

SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.

3. Adanya hubungan antara keterpaparan informasi kesehatan mengenai kalsium

dengan konsumsi kalsium sisiwi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.

4. Adanya hubungan antara pengaruh teman terhadap konsumsi kalsium siswi

SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.

5. Adanya hubungan antara kesukaan makanan sumber kalsium terhadap konsumsi

kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.

6. Adanya hubungan antara ketersediaan makanan sumber kalsium dengan

konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.

48
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, yaitu data yang

menyangkut variabel dependen dan variabel independen dikumpulkan dan

diamati dalam waktu yang bersamaan. Variabel dependen yang diteliti adalah

konsumsi kalsium, sedangkan variabel independen yang diteliti adalah

pengetahuan gizi siswi, keterpaparan informasi kesehatan mengenai kalsium,

pengaruh teman, kesukaan terhadap makanan sumber kalsium, kebiasaan jajan,

dan ketersediaan makanan sumber kalsium. Desain cross sectional digunakan

berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan konsumsi kalsium pada siswi di SMPN 1 Mande Cianjur,

Tahun 2010.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMPN 1 Mande Cianjur, Jawa Barat.

4.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai dengan November

2010.

53
54

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan dari unit didalam pengamatan yang akan

dilakukan (Sabri, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi

yang terdaftar sebagai siswa SMPN 1 Mande Cianjur. Jumlah populasi

dalam penelitian ini sebanya 505 orang siswi.

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari populasi yang nilai/karakteristiknya

diukur dan yang nantinya dipakai untuk menduga karakteristik dari

populasi (Sabri, 2008). Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan

menggunakan rumus uji hipotesis beda dua proporsi (Ariawan, 1998),

yaitu:

2
Z 2 P1 P Z 1 P 1 1 P1 P2 1 P2
1 / 2
n
P1 P2 2

Keterangan:

n = Besar sampel

Z1- /2 = Nilai Z pada derajat kepercayaan 1-/2 atau derajat kepercayaan

pada uji dua sisi (two tail), yaitu sebesar 5% = 1.96.

Z1- = Nilai Z pada kekuatan uji 1- , yaitu sebesar 80% = 0.84.

P = Proporsi rata-rata = (P1-P2)/2.

P1 = Proporsi anak yang kecukupan asupan kalsiumnya kurang dan


55

frekuensi konsumsi susunya kurang sebesar 77,3% (Novianty,

2007).

P2 = Proporsi anak yang kecukupan asupan kalsiumnya kurang dan

frekuensi konsumsi susunya baik sebesar 53,2% (Novianty,

2007).

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut, diperoleh

bahwa besar sampel minimal yang harus diambil sebanyak 122 orang.

Pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling,

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menyusun frame sampling yang berisi daftar nama seluruh siswi

SMPN 1 Mande Cianjur.

2. Melakukan pengambilan secara acak/pengundian terhadap beberapa

siswi sebagaimana terdaftar dalam kerangka sampel sampai terambil

122 orang siswi. Nama-nama siswi yang terambil merupakan sampel

dalam penelitian ini.

4.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2005). Instrumen Penelitian yang akan

digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kuesioner

Kuesioner digunakan untuk mengisi pertanyaan mengenai pengetahuan

gizi siswi, keterpaparan informasi kesehatan mengenai kalsium, pengaruh

teman, kesukaan terhadap makanan sumber kalsium, dan kebiasaan jajan.


56

2. Formulir FFQ semi kuantitatif

Formulir FFQ semi kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat

konsumsi kalsium siswi dan ketersediaan makanan sumber kalsium dengan

menggunakan bantuan food model dan alat saji rumah tangga untuk

mempermudah dalam menjawab ukuran rumah tangga (URT) atau ukuran

makanan yang dikonsumsi.

4.5 Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer. Data

primer diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuesioner langsung oleh

siswi. Pengumpulan data dilakukan secara bertahap, yaitu:

1. Responden yang terpilih diminta kesediaannya untuk mengisi kuesioner yang

meliputi variabel kebiasaan jajan, pengetahuan, keterpaparan informasi

kalsium, pengaruh teman dan kesukaan. Penyebaran kuesioner dilakukan

oleh peneliti dengan dibantu oleh beberapa orang mahasiswa non gizi untuk

menjaga agar siswi tidak saling melihat jawaban temannya.

a. Variabel kebiasaan jajan didapatkan dari kemampuan siswi menjawab

kuesioner bagian F.

b. Variabel pengetahuan gizi didapatkan dari hasil kemampuan siswi

menjawab 15 pertanyaan berkaitan dengan gizi dan kalsium. semua

pertanyaan bersifat tertutup.

c. Variabel keterpaparan informasi kalsium didapatkan dari kemampuan

siswi menjawab pertanyaan bagian C.


57

d. Variabel pengaruh teman didapatkan dari kemampuan siswi dalam

menjawab pertanyaan bagian D.

e. Variabel kesukaan didapatkan dari kemampuan siswi dalam menjawab

pertanyaan bagian E.

2. Setelah mengisi kuesioner, responden diwawancara oleh peneliti. Pertanyaan

yang diajukan adalah untuk mengisi variabel ketersediaan sumber kalsium di

rumah dan konsumsi kalsium siswi.

Sebelum dilakukan pengumpulan data primer, peneliti melakukan uji coba

kuesioner terlebih dahulu. Uji coba kuesioner dilakukan terhadap siswi dari SMP

lain yang bukan sampel. Uji coba ini dilakukan untuk mendapat kejelasan dari

setiap pertanyaan.

4.6 Pengolahan Data Penelitian

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

program komputer. Gambaran konsumsi kalsium responden diperoleh dari

formulir food frequency questionare (FFQ) yang dikonversikan ke dalam

kalsium per 100 gram dan dibandingkan dengan tingkat kecukupan kalsium yang

dianjurkan untuk orang Indonesia, selanjutnya dikategorikan sesuai kategori yang

telah ditentukan. Sebagai contoh, si A biasa mengkonsumsi susu bubuk empat

kali dalam seminggu dan satu kali minum susu diperlukan 42 g susu bubuk.

Perhitungan susu bubuk yang dikonsumsi per hari adalah sebagai berikut:

42 g x 4 = 168 g, lalu 168 g / 7 hari = 24 g.


58

Sehingga didapat hasil bahwa siswi mengkonsumsi susu bubuk sebanyak 24 g

per hari. Selanjutnya diketahui bahwa kandungan kalsium dalam susu bubuk

sebesar 1300 mg/100 g. Sehingga dapat diketahui kalsium yang siswi peroleh

dari susu bubuk dalam sehari adalah:

(24/100) x 1300 = 312 mg.

Pengolahan data untuk variabel kebiasaan jajan, pengetahuan gizi siswi,

keterpaparan informasi kalsium, pengaruh teman, kesukaan terhadap makanan,

dan ketersediaan makanan sumber kalsium dilakukan dengan menggunakan

program soft ware komputer.

Adapun untuk tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data

primer dari variabel dependen dan variabel independen adalah sebagai berikut:

1. Menyunting data (data editing), yaitu kuesioner yang telah diisi dilihat

kelengkapan jawabannya.

2. Mengkode data (data coding), yaitu membuat klasifikasi data dan memberi

kode pada jawaban dari setiap pertanyaan dalam kuesioner sebelum dilakukan

proses pemasukan data ke dalam komputer.

a. Konsumsi kalsium, diberikan kode 1 untuk siswi yang mengkonsumsi

kalsium kurang dari 100% AKG, dan diberi kode 2 untuk siswi yang

mengkonsumsi kalsium cukup ( 100% AKG).

b. Variabel kebiasaan jajan, diberikan kode 1 jika siswi jajan 1 kali per

minggu, kode 2 jika siswi jajan 2 kali per minggu, kode 3 jika siswi

jajan 3 kali per minggu, kode 4 jika siswi jajan 4 kali per minggu,

kode 5 jika siswi jajan 5 kali per minggu, kode 6 jika siswi jajan 6 kali
59

per minggu, kode 7 jika siswi jajan 7 kali per minggu dan kode 8 jika

siswi jajan > 7 kali per minggu. Nilai total kebiasaan jajan responden

diperoleh dengan cara menjumlahkan skor jawaban responden.

c. Variabel pengetahuan, diberikan kode 0 jika siswi menjawab salah dan

kode 1 jika siswi menjawab benar. Nilai total pengetahuan responden

diperoleh dengan cara menjumlahkan skor jawaban.

d. Variabel keterpaparan informasi kalsium, diberikan kode 1 jika siswi

terpapar informasi < 3 kali dalam satu minggu terakhir dan kode 2 jika

siswi terpapar informasi 3 kali dalam satu minggu terakhir.

e. Variabel pengaruh teman, diberikan kode 0 jika memilih jawaban a

pada pertanyaan D1 dan D2, memilih jawaban b pada pertanyaan D3,

memilih jawaban c pada pertanyaan D4, dan memilih jawaban a pada

pertanyaan D5. Diberi kode 1 jika memilih jawaban b pada pertanyaan

D1, D2, D4 dan D5, serta memilih jawaban a pada pertanyaan D3.

Diberi kode 2 jika memilih jawaban c pada pertanyaan D2, memilih a

pada pertanyaan D4 dan memilih c pada pertanyaan D5.

f. Variabel kesukaan, diberikan kode 1 jika pernyataan siswi sangat

tidak suka, kode 2 jika pernyataan siswi tidak suka, kode 3 jika

pernyataan siwi netral, kode 4 jika pernyataan siswi suka dan kode

5 jika pernyataan siswi sangat suka.

g. Variabel ketersediaan makanan sumber kalsium, diberikan kode 0 jika

tidak pernah tersedia makanan sumber kalsium, kode 1 jika tersedia

makanan sumber kalsium 1-3 kali per bulan, kode 2 jika tersedia
60

makanan sumber kalsium 1-3 kali per minggu, kode 3 jika tersedia

makanan sumber kalsium 4-6 kali per minggu, kode 4 jika tersedia

makanan sumber kalsium 1 kali sehari dan kode 5 jika tersedia

makanan sumber kalsium >2 kali sehari.

3. Membuat struktur data (data structure) dan file data (data file), yaitu

membuat tamplate sesuai dengan format kuisioner yang digunakan

4. Memasukan data (entry data), yaitu dilakukan pemasukan data ke dalam

tamplate yang telah dibuat. Daftar pertanyaan yang telah diberi kode

dimasukkan ke dalam software komputer.

5. Membersihkan data (data cleaning), yaitu data yang telah di entry dicek

kembali untuk memastikan bahwa data tersebut bersih dari kesalahan, baik

kesalahan pengkodean maupun kesalahan dalam membaca kode. Dengan

demikian diharapkan data tersebut benar-benar siap untuk dianalisis.

4.7 Teknik dan Analisa Data Penelitian

Analisa data dalam penelitian ini berupa analisis univariat dan analisis

bivariat.

4.7.1 Analisa Data Univariat

Analisa data univariat dilakukan pada setiap variabel, baik variabel

dependen yaitu tingkat konsumsi kalsium maupun variabel independen

(kebiasaan jajan, pengetahuan gizi siswi, keterpaparan informasi kesehatan

mengenai kalsium, pengaruh teman, kesukaan terhadap makanan sumber

kalsium dan ketersediaan makanan sumber kalsium). Analisis ini


61

digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi masing-

masing variabel yang diteliti.

4.7.2 Analisa Data Bivariat

Analisa data bivariat dilakukan untuk menguji hubungan antara

variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji

Chi-square (X2). Uji Chi-square adalah membandingkan frekuensi yang

terjadi (observasi) dengan frekuensi harapan (ekspektasi). Bila nilai

frekuensi observasi dengan frekuensi harapan sama, maka dikatakan ada

perbedaan yang bermakna (signifikan). Pembuktian dengan uji kai kuadrat

dapat menggunakan rumus: (Hastono, 2007).

(O - E)2
X2 =
E

DF = (k-1)(b-1)

Keterangan:

X2 = Chi square

O = Nilai observasi

E = Nilai Ekspektasi

k = Jumlah kolom

b = Jumlah baris

Melalui uji statistik chi square akan diperoleh nilai p, dimana dalam

penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0.05. Penelitian antara

dua variabel dikatakan berhubungan jika mempunyai nilai p 0.05 dan

dikatakan tidak berhubungan jika mempunyai nilai p 0.05.


BAB V

HASIL

5.1 Gambaran Umum SMPN 1 Mande Cianjur

SMPN 1 Mande Cianjur terletak di Kecamatan Mande yang jaraknya

14 km dari pusat kota Cianjur ke arah timur. Jumlah seluruh siswa di SMPN 1

Mande tahun 2010 adalah 982 orang. Jumlah siswa laki-laki sebesar 477 orang

dan siswa perempuan sebesar 505 orang. Dibawah ini dapat dilihat distribusi

frekuensi siswa SMPN 1 Mande Cianjur tahun 2010 berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin N %
Laki-laki 477 48,57
Perempuan 505 51,43
Total 982 100,00
Sumber: Data SMPN 1 Mande Tahun 2010

Pada penelitian ini yang menjadi responden adalah siswi kelas VII

sampai dengan kelas IX. Kegiatan belajar mengajar berlangsung selama 6 hari

(Senin sampai Sabtu) yang dimulai pada pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul

14.00.

63
64

5.2 Gambaran Hasil Analisis Univariat

Analisis univariat adalah distribusi frekuensi untuk mendapatkan

gambaran dari variabel dependen dan variabel independen.

5.2.1 Gambaran Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur

Tahun 2010

Konsumsi kalsium didapatkan dengan cara wawancara

menggunakan metode Food Frequency Questionare Semi Quantitative.

Hasil wawancara tersebut dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi

(AKG) untuk orang Indonesia tahun 2004. Rata-rata asupan kalsium siswi

masih kurang dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan, yaitu hanya

769,61 mg/hari (76,96% AKG), dengan standar deviasi 297,31 mg. Selain

itu diketahui pula konsumsi kalsium terendah yaitu 226,06 mg dan

konsumsi kalsium tertinggi yaitu 1450,22 mg.

Adapun gambaran kecukupan konsumsi kalsium siswi SMPN 1

Mande Cianjur dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Kecukupan Konsumsi Kalsium Pada Siswi
SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Kecukupan Konsumsi Kalsium Jumlah Persentase
berdasarkan 80% AKG
Kurang (<100% AKG) 94 77
Cukup (100% AKG) 28 23
Total 122 100
Sumber : Data Primer
65

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa proporsi siswi yang

konsumsi kalsiumnya kurang (77%) lebih banyak dibandingkan dengan

dengan proporsi siswi yang konsumsi kalsiumnya cukup (23%).

Selain itu berdasarkan hasil analisis diketahui pula terdapat 32%

siswi mengkonsumsi susu kental manis lebih dari satu kali sehari.

Sedangkan yang dikonsumsi oleh 59,8% siswi setiap hari adalah tahu dan

54,9% siswi mengkonsumsi tempe. Sebagaimana diketahui bahwa tahu

merupakan pangan tinggi kalsium yang murah dan mudah didapat.

Selanjutnya terdapat 86 % siswi tidak menkonsumsi rebon segar. Padahal

rebon segar merupakan makanan sumber tinggi kalsium yang memiliki

kandungan kalsium sebesar 757 mg/100 g.

5.2.2 Gambaran Kebiasaan Jajan Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur

Tahun 2010

Gambaran distribusi kebiasaan jajan pada siswi SMPN 1 Mande

Cianjur tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Kebiasaan Jajan Pada Siswi SMPN 1 Mande
Cianjur Tahun 2010
Kebiasaan Jajan Jumlah Persentase
Jarang 53 43,4
Sering 69 56,6
Total 122 100
Sumber : Data Primer
66

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa siswi yang memiliki

kebiasaan jajan sering (56,6%) lebih banyak dibandingkan dengan siswi

yang memiliki kebiasaan jajan jarang (43,4%).

Berdasarkan hasil analisis diketahui juga makanan jajanan bukan

sumber tinggi kalsium yang setiap hari dibeli oleh 17,8% siswi adalah

cilok/bakso tusuk. Cilok/ bakso tusuk merupakan makanan yang dibuat

dari tepung kanji. Kandungan gizi yang terdapat pada tepung kanji adalah

pati atau karbohidrat. Sedangkan minuman jajanan bukan sumber kalsium

yang dibeli oleh 10,1% siswi adalah es teh. Di dalam es teh diketahui

terdapat zat yang dapat menghambat penyerapan kalsium.

Selain itu diketahui pula jajanan sumber kalsium yang setiap hari

dibeli oleh 17,8% siswi adalah yogurt. Diketahui yogurt memiliki

kandungan kalsium sebesar 120 mg/100 g (Depkes RI, 1996). Sedangkan

yang jarang dibeli oleh 45% siswi adalah ice cream. Padahal ice cream

memiliki kandungan kalsium sebanyak 123 mg/100 g (Depkes RI, 1996).

5.2.3 Gambaran Pengetahuan Gizi Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur

Tahun 2010

Gambaran distribusi frekuensi pengetahuan gizi pada siswi SMPN

1 Mande Cianjur dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


67

Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Gizi Pada Siswi SMPN 1 Mande
Cianjur Tahun 2010
Pengetahuan Gizi Jumlah Persentase
Kurang 48 39,3
Baik 74 60,7
Total 122 100,0
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa sebanyak 74 siswi (60,7%)

memiliki pengetahuan gizi yang baik. Hasil tersebut menunjukkan proporsi

siswi yang pengetahuan gizinya baik lebih banyak daripada proporsi siswi

yang pengetahuan gizinya kurang.

Selanjutnya hasil analisis menunjukkan terdapat 80,3% siswi salah

dalam menjawab pertanyaan mengenai kalsium termasuk kedalam

golongan mineral, 96,7% siswi salah dalam menjawab pertanyaan

mengenai bahan makanan yang paling banyak mengandung kalsium,

54,9% siswi salah dalam menjawab pertanyaan mengenai pembantu

penyerapan kalsium, 74,6% siswi salah dalam menjawab pertanyaan

mengenai sinar matahari merupakan sumber vitamin D yang mudah

ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, 95,1% siswi salah dalam

menjawab pertanyaan mengenai masa atau periode yang paling banyak

membutuhkan kalsium, 60,7% siswi salah dalam menjawab pertanyaan

mengenai makanan atau minuman penghambat penyerapan kalsium, 89,3%

siswi salah dalam menjawab pertanyaan mengenai akibat kelebihan

kalsium.
68

5.2.4 Gambaran Keterpaparan Informasi Kalsium Pada Siswi SMPN 1

Mande Cianjur Tahun 2010

Gambaran distribusi keterpaparan informasi kalsium pada siswi

SMPN 1 Mande Cianjur tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Keterpaparan Informasi Kalsium Pada Siswi
SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Keterpaparan Jumlah Persentase
Informasi Kalsium
Jarang 19 15,6
Sering 103 84,4
Total 122 100,0
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa sebanyak 103 siswi

(84,4%) jarang terpapar informasi kalsium dalam seminggu terakhir. Hal

tersebut menunjukkan bahwa responden yang sering terpapar informasi

kalsium lebih besar dari pada responden yang jarang terpapar informasi

kalsium.

Selanjutnya dalam penelitian ini juga ditanyakan mengenai

sumber yang digunakan oleh siswi dalam memperoleh informasi mengenai

kalsium. Gambaran distribusi frekuensi sumber informasi kalsium

responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


69

Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Kalsium Pada Siswi SMPN 1
Mande Cianjur Tahun 2010
Sumber Informasi Jumlah Persentase
Televisi 113 92,6
Radio 9 7,4
Total 122 100
Sumber : Data primer

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa sebagian besar siswi yang

mendapatkan informasi kalsium dari televisi (92,6%). Hal tersebut

menunjukkan bahwa televisi merupakan sumber informasi yang paling

sering digunakan oleh sebagian besar siswi.

5.2.5 Gambaran Pengaruh Teman Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur

Tahun 2010

Gambaran distribusi frekuensi pengaruh teman dapat dilihat pada

tabel 5.7 di bawah ini:

Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Pengaruh Teman Pada Siswi SMPN 1 Mande
Cianjur Tahun 2010
Pengaruh Teman Jumlah Persentase
Tidak ada pengaruh 46 37,7
Ada pengaruh 76 62,3
Total 122 100,0
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa sebanyak 76 siswi (62,3%)

mendapatkan pengaruh dari temannya dalam pemilihan makanan jajanan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa proporsi siswi yang mendapatkan


70

pengaruh dari teman lebih besar daripada proporsi siswi yang tidak

mendapatkan pengaruh dari teman.

Selanjutnya terdapat 46 siswi (37,7%) selalu jajan bersama teman,

38 siswi (31,1%) memilih makanan jajanan yang sama seperti teman, 43

siswi (35,2%) membeli makanan atas usul teman. Selanjutnya 44 orang

(36,1%) teman siswi tidak mengusulkan membeli makanan sumber kalsium

dan hanya 10 orang saja (8,2%) teman siswi yang mengusulkan membeli

makanan sumber kalsium. Sebanyak 33 orang (27%) teman siswi

mengusulkan membeli minuman bersoda, teh atau kopi dan sebanyak 45

orang (36,9%) teman siswi tidak mengusulkan membeli minuman bersoda,

teh atau kopi.

5.2.6 Gambaran Kesukaan Siswi SMPN 1 Mande Cianjur terhadap

Makanan Sumber Kalsium Tahun 2010

Dibawah terdapat tabel 5.8 tentang distribusi frekuensi kesukaan

terhadap makanan.

Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Kesukaan terhadap Pangan Sumber Kalsium
Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Kesukaan terhadap Pangan Jumlah Persentase
Sumber Kalsium
Tidak Suka 59 48,4
Suka 63 51,6
Total 122 100,0
Sumber: Data Primer
71

Berdasarkan tabel 5.8 di atas diketahui bahwa siswi yang suka

terhadap makanan sumber kalsium sebanyak 63 orang (51,6%).

Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa proporsi siswi yang suka

terhadap makanan sumber kalsium lebih banyak dibandingkan dengan

proporsi siswi yang tidak suka terhadap makanan sumber kalsium.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa 99,2% siswi menyukai

sarden sebagai makanan sumber tinggi kalsium, 93,4% siswi menyukai

susu kental manis, 91% siswi menyukai kacang merah, 89,3% siswi

menyukai tempe dan 84,4% siswi menyukai es krim. Sedangkan makanan

tinggi kalsium yang disukai siswi dan proporsinya paling kecil adalah keju.

Keju hanya disukai oleh oleh 3,3% siswi saja.

5.2.7 Gambaran Ketersediaan Pangan Sumber Kalsium Pada Siswi SMPN 1

Mande Cianjur Tahun 2010

Gambaran distribusi frekuensi ketersediaan pangan sumber

kalsium responden dapat dilihat pada tabel 5.11.

Tabel 5.9
Distribusi Frekuensi Ketersediaan Pangan Sumber Kalsium
Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Ketersediaan Pangan Jumlah Persentase
Sumber Kalsium
Jarang 63 51,6
Sering 59 48,4
Total 122 100,0
Sumber: Data Primer
72

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa siswi yang pangan

sumber kalsiumnya sering tersedia di rumah sebanyak 59 orang (48,4%).

Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswi yang pangan sumber kalsiumnya

sering tersedia di rumah lebih banyak daripada siswi yang pangan sumber

kalsiumnya jarang tersedia di rumah, meskipun proporsinya tidak terlalu

berbeda jauh.

Selanjutnya, dari hasil analisis juga diketahui pangan sumber

kalsium dari golongan susu dan olahannya yang setiap hari tersedia pada

31,8% siswi adalah susu kental manis. Pangan sumber kalsium tinggi dari

golongan ikan dan telur yang tersedia setiap hari pada 42,6% siswi adalah

telur ayam, sedangkan pangan sumber kalsium tinggi golongan kacang-

kacangan yang tersedia setiap hari pada 60,5% siswi adalah tahu. Selain itu

terdapat pula 89% siswi yang dirumahnya tidak tersedia rebon segar,

padahal rebon segar merupakan salah satu pangan sumber kalsium tinggi

yang mempunyai kandungan kalsium 757 mg/ 100 g.

5.3 Gambaran Hasil Analisis Bivariat

Pada analisis bivariat ini akan disajikan hubungan antara masing-

masing variabel independen dengan variabel independen.


73

5.3.1 Gambaran antara Kebiasaan Jajan dengan Konsumsi Kalsium Pada

Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010

Gambaran antara kebiasaan jajan siswi dengan konsumsi kalsium

dianalisis dengan menggunakan uji chi square. Hasil analisis tersebut

disajikan pada tabel 5.10 di bawah ini:

Tabel 5.10
Gambaran Kebiasaan Jajan dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi
SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Konsumsi Kalsium
Total
Kebiasaan Kurang Cukup P-value
Jajan N % N % N %
Jarang 42 79,2 11 20,8 53 100
Sering 52 75,4 17 24,6 59 100 0,773
Total 94 77,0 28 23,0 122 100
Sumber: Data Primer

Hasil analisis antara kebiasaan jajan dengan konsumsi kalsium

siswi diperoleh bahwa diantara 53 responden yang kebiasaan jajannya

jarang, terdapat 42 responden (79,2%) yang konsumsi kalsiumnya kurang.

Sedangkan diantara 59 responden yang kebiasaan jajannya sering, terdapat

52 responden (75,4%) yang konsumsi kalsiumnya kurang. Berdasarkan

hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,773. Hal ini menunjukkan

nilai Pvalue > dari 0,05, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara

kebiasaan jajan dengan konsumsi kalsium siswi.


74

5.3.2 Gambaran antara Pengetahuan Gizi dengan Konsumsi Kalsium Pada

Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010

Gambaran antara pengetahuan gizi dengan konsumsi kalsium

disajikan pada tabel 5.11 di bawah ini:

Tabel 5.11
Gambaran Pengetahuan Gizi dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi
SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Konsumsi Kalsium
Total P-
Pengetahuan Kurang Cukup
value
Gizi N % N % N %
Kurang 34 70,8 14 29,2 48 100
Baik 60 81,1 14 18,9 74 100 0,274
Total 94 77,0 28 23,0 122 100
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel di atas hasil analisis antara pengetahuan gizi

dengan konsumsi kalsium siswi diperoleh bahwa diantara 48 responden

yang pengetahuan gizinya kurang, terdapat 34 responden (70,8%) yang

konsumsi kalsiumnya kurang. Sedangkan diantara 74 responden yang

pengetahuan gizinya baik, terdapat 60 responden (81,1%) yang konsumsi

kalsiumnya kurang. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue

sebesar 0,274. Hal ini menunjukkan nilai Pvalue > dari 0,05, artinya tidak

ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan konsumsi

kalsium siswi.
75

5.3.3 Gambaran antara Keterpaparan Informasi Kalsium dengan Konsumsi

Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010

Gambaran antara keterpaparan informasi mengenai kalisum

dengan konsumsi kalsium siswi disajikan pada tabel 5.12 di bawah ini:

Tabel 5.12
Gambaran Keterpaparan Informasi Kalsium dengan Konsumsi
Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Keterpaparan Konsumsi Kalsium
Total
Informasi Kurang Cukup P-value
Kalsium N % N % N %
Jarang 19 95,0 1 5,0 20 100
Sering 75 73,5 27 26,5 102 100 0,042
Total 94 77,0 28 23,0 122 100
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel di atas hasil analisis hubungan antara

keterpaparan informasi mengenai kalsium dengan konsumsi kalsium siswi

diperoleh bahwa diantara 9 responden yang tidak pernah terpapar informasi

kalsium dalam satu minggu terakhir, terdapat 8 responden (88,9%) yang

konsumsi kalsiumnya kurang. Selanjutnya, diantara 89 responden yang

jarang terpapar informasi mengenai kalsium, terdapat 69 responden

(77,5%) yang konsumsi kalsiumnya kurang. Sedangkan diantara 24

responden yang sering terpapart informasi mengani kalsium dalam satu

minggu terakhir, terdapat 17 responden (70,8%) yang konsumsi

kalsiumnya kurang. Hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,042.

Hal ini menunjukkan nilai Pvalue < dari 0.05, artinya ada hubungan yang
76

bermakna antara keterpaparan informasi menganai kalsium dengan

konsumsi kalsium siswi.

5.3.4 Gambaran antara Pengaruh Teman dengan Konsumsi Kalsium Pada

Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010

Gambaran antara pengaruh teman dengan konsumsi kalsium siswi

disajikan pada tabel 5.13 di bawah ini:

Tabel 5.13
Gambaran Pengaruh Teman dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi
SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Konsumsi Kalsium
Total
Pengaruh Kurang Cukup P-value
Teman N % N % N %
Ada
63 82,9 13 17,1 76 100
pengaruh
Tidak ada 0,080
31 67,4 15 32,6 46 100
Pengaruh
Total 94 77,0 28 23,0 122 100
Sumber: Data Primer

Hasil analisis antara pengaruh teman dengan konsumsi kalsium

siswi diperoleh bahwa diantara 76 responden yang ada pengaruh teman,

terdapat 63 responden (82,9%) yang konsumsi kalsiumnya kurang.

Sedangkan diantara 46 responden yang tidak ada pengaruh dari teman,

terdapat 31 responden (67,4%) yang konsumsi kalsiumnya kurang.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,080. Hal ini

menunjukkan nilai Pvalue > dari 0,05, artinya tidak ada hubungan yang

bermakna antara pengaruh teman dengan konsumsi kalsium siswi.


77

5.3.5 Gambaran antara Kesukaan terhadap Makanan Sumber Kalsium

dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun

2010

Gambaran antara kesukaan terhadap makanan sumber kalsium

dengan konsumsi kalsium siswi disajikan pada tabel 5.14 di bawah ini:

Tabel 5.14
Gambaran Kesukaan terhadap Makanan Sumber Kalsium dengan
Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Konsumsi Kalsium
Total
Kesukaan Kurang Cukup P-value
N % N % N %
Tidak Suka 47 79,7 12 20,3 59 100
Suka 47 74,6 16 25,4 63 100 0,654
Total 94 77,0 28 23,0 122 100
Sumber: Data Primer

Hasil analisis antara kesukaan terhadap makanan sumber kalsium

dengan konsumsi kalsium siswi diperoleh bahwa diantara 59 responden

yang tidak suka terhadap makanan sumber kalsium, terdapat 47 responden

(79,7%) yang konsumsi kalsiumnya kurang. Sedangkan diantara 63

responden yang suka terhadap makanan sumber kalsium, terdapat 47

responden (54,5%) yang konsumsi kalsiumnya kurang. Berdasarkan hasil

uji statistik diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,654. Hal ini menunjukkan nilai

Pvalue > dari 0,05, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara

kesukaan terhadap makanan sumber kalsium dengan konsumsi kalsium

siswi.
78

5.3.6 Gambaran antara Ketersediaan Pangan Sumber Kalsium dengan

Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010

Gambaran antara kesukaan terhadap makanan sumber kalsium

dengan konsumsi kalsium siswi disajikan pada tabel 5.15 di bawah ini:

Tabel 5.15
Gambaran Ketersediaan Pangan Sumber Kalsium dengan
Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Konsumsi Kalsium
Ketersediaan Total
Kurang Cukup P-value
Pangan
N % N % N %
Jarang 57 90,5 6 9,5 63 100
Sering 37 62,7 22 37,3 59 100 0,001
Total 94 77,0 28 23,0 122 100
Sumber: Data Primer

Hasil analisis antara ketersediaan pangan sumber kalsium dengan

konsumsi kalsium siswi diperoleh bahwa diantara 63 responden yang

ketersediaan pangan sumber kalsiumnya jarang, terdapat 57 responden

(90,5%) yang konsumsi kalsiumnya kurang. Sedangkan diantara 59

responden yang ketersediaan pangan sumber kalsiumnya sering, terdapat

37 responden (62,7%) yang konsumsi kalsiumnya kurang. Berdasarkan

hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,001. Hal ini menunjukkan

nilai Pvalue < dari 0,05, artinya ada hubungan yang bermakna antara

ketersediaan pangan sumber kalsium dengan konsumsi kalsium siswi.


BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi

hasil penelitian, diantaranya adalah:

1. Penelitian ini hanya sebatas mengetahui ada atau tidak adanya hubungan,

sehingga tidak dapat menjelaskan kekuatan hubungan.

2. Penggunaan Food Frequency Questionare Semi Quantitative dalam

pengumpulan data untuk konsumsi kalsium yang memerlukan daya ingat

siswi dalam mengkonsumsi sumber makanan berkalsium dalam sebulan yang

lalu, sehingga siswi bisa saja lupa dengan makanan yang dikonsumsinya dan

mengira-ngira dalam menjawab kuesioner tersebut.

3. Adanya kemungkinan flat syndrome yaitu siswi yang sebetulnya kurang

dalam mengkonsumsi kalsium cenderung untuk melaporkan berlebih,

sebaliknya siswi yang sebetulnya lebih dalam mengkonsumsi kalsium

cenderung utuk melaporkan konsumsi kalsium yang kurang.

Untuk mengatasi kelemahan pada nomor 2 (dua) di atas dilakukanlah

langkah-langkah sebagai berukut:

1. Wawancara langsung kepada siswi mengenai konsumsi kalsium.

2. Probbing, untuk membantu siswi mengingat apa saja makanan yang dimakan.

79
80

3. Menggunakan Food Model sebagai alat bantu untuk mengingat seberapa

banyak makanan yang siswi konsumsi.

6.2 Gambaran Konsumsi Kalsium Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010

Remaja berada pada tahap pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

pada masa itu terjadi puncak pertumbuhan massa tulang yang menyebabkan

kebutuhan gizi lebih tinggi daripada fase kehidupan lainnya (Almatsier, 2004).

Sementara pertumbuhan anak perempuan di usia 10 sampai 12 tahun mengalami

percepatan pertumbuhan lebih dahulu daripada anak laki-laki, karena tubuh anak

perempuan memerlukan persiapan menjelang usia reproduksi (Arisman, 2002).

Begitu pula dalam penyimpanan kalsium, Whiting et al dalam Departemen

Gizi dan Kesehatan Masyarakat (2010) menyebutkan anak laki-laki dan

perempuan berbeda dalam penyimpanan kalsium dalam tubuh. Perbedaan ini

terletak dalam hal keefektifan penyerapan kalsium dan kehilangan kalsium dalam

tubuh. Oleh karena itu konsumsi pangan menjadi faktor yang sangat penting

dalam menentukan status kepadatan tulang. Worthington et.,al (2000) juga

menyatakan bahwa remaja perempuan memiliki resiko terbesar terhadap

ketidakcukupan intake kalsium.

Penelitian Mulyani (2009) menyebutkan bahwa remaja laki-laki lebih besar

asupan kalsiumnya dibandingkan dengan perempuan. Padahal perempuan lebih

beresiko mengalami osteoporosis karena perempuan memiliki puncak massa


81

tulang yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki (Smolin et al, 2000

dalam Mulyani, 2009).

Standar yang direkomendasikan oleh Widyakarya Nasional Pangan dan

Gizi VIII (WKNPG) tahun 2004, bahwa Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk

kebutuhan kalsium bagi remaja usia 13 sampai 19 tahun adalah sebesar 1.000

mg/hari. Tingkat kebutuhan kalsium yang lebih tinggi dari fase lainnya ini

dibutuhkan untuk mencapai massa tulang yang optimal (optimal peak bone

mass). Septrisya (2006) menyatakan bahwa puncak massa tulang dapat

diibaratkan sebagai tabungan tulang yang mempunyai batas dalam

pencapaiannya, yaitu sekitar dekade ketiga, karenanya orang berusia dibawah 30

tahun harus memperhatikan asupan kalsiumnya. Setelah dekade ketiga, densitas

atau massa tulang akan semakin berkurang.

Pada penelitian ini, konsumsi kalsium dikelompokkan ke dalam dua

kategori yaitu cukup, apabila konsumsi kalsium siswi 100% AKG dan kurang,

apabila <100% AKG.

Hasil penelitian di SMPN 1 Mande didapatkan nilai rata-rata siswi dalam

mengkonsumsi kalsium sebesar 769,61 mg/hari (76,9% AKG). Kemudian

berdasar penelitian tersebut diketahui bahwa proporsi siswi yang kurang dalam

mengkonsumsi kalsium, jumlahnya lebih banyak daripada siswi yang cukup

dalam mengkonsumsi kalsium. Padahal jika pada masa pertumbuhan terjadi

kekurangan kalsium akan berakibat pada gangguan pertumbuhan, tulang kurang

kuat, dan mudah rapuh (Almatsier, 2004). Selain itu kurangnya konsumsi
82

kalsium pada saat remaja dapat meningkatkan resiko osteoporosis, terutama pada

perempuan karena perempuan memiliki puncak massa tulang yang lebih rendah

daripada laki-laki.

Hasil penelitian ini asupan kalsium pada siswi SMPN 1 Mande Cianjur

lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian Syafiq dan Fikawati (2004)

pada remaja di Kota Bogor, yang rata-rata asupan kalsium pada perempuan

hanya sebesar 501,7 mg/ hari. Pun demikian dibandingkan dengan Mulyani

(2009), di SMPN 201 Jakarta Barat rata-rata asupan kalsium pada remaja hanya

75,9% AKG. Survei Departemen Pertanian Amerika Serikat (1995) juga

menyebutkan bahwa remaja putri yang berusia 12-19 tahun hanya mengkonsumsi

777 mg kalsium sehari atau 77,7% AKG (Arisman, 2007).

Pada kondisi tersebut di atas, jika kekurangan kalsium terjadi dalam waktu

yang cukup lama dan terjadi pada seseorang yang sedang dalam masa

pertumbuhan maka akan menimbulkan beberapa resiko. Almatsier (2004),

Witjaksono (2003) dan Hardinsyah (2004) memaparkan resiko yang akan terjadi

jika seseorang kekurangan kalsium. Resiko tersebut diantaranya adalah :

a. Gangguan pertumbuhan yang menyebabkan tulang kurang kuat, mudah

bengkok dan rapuh.

b. Tetani atau kejang, karena kepekaan serabut saraf dan pusat saraf terhadap

rangsangan meningkat.

c. Sistem imunitas menurun, akibatnya muncul penyakit lupus, jerawat dan

penyakit kulit lainnya, karena dalam hal ini kalsium berperan sebagai sirene
83

atau tanda bahaya dalam sistem imunitas ketika tubuh diserang oleh virus,

bakteri dan racun.

d. Dengdosignal saraf mengalami hambatan, akibatnya mekanisme rangsangan

saraf akan terganggu.

e. Daya kontraksi otot jantung akan berkurang, yang akan menimbulkan

berbagai macam penyakit jantung.

f. Osteoporosis atau keropos tulang. Resiko osteoporosis pada wanita lebih

tinggi daripada pada laki-laki, karena perempuan memiliki puncak massa

tulang yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki.

g. Keluhan-keluhan yang terjadi pada saat sebelum maupun saat terjadinya

menstruasi, seperti keram di bawah perut, sakit pinggang, sakit pada

payudara, lemah, lesu, lebih emosional, jerawat, pusing, mual, sulit tidur dan

stress.

Pada umumnya siswi di SMPN 1 Mande Cianjur mengkonsumsi sumber

makanan yang berkalsium, mulai dari kandungan kalsiumnya paling tinggi

sampai dengan kandungan kalsiumnya paling rendah. Sumber kalsium yang

paling banyak dikonsumsi oleh 32% siswi setiap harinya dengan frekuensi lebih

dari satu kali adalah susu kental manis (32% siswi). Pada faktanya susu kental

manis lebih mudah didapat dan harganya terjangkau, sehingga lebih disukai oleh

siswi. Selain itu dapat diasumsikan bahwa rasa susu kental manis lebih enak dan

lebih manis dari pada susu lainnya. Sehingga susu kental manis lebih banyak

disukai oleh siswi.


84

Akan tetapi pada penelitian ini masih banyak ditemukan siswi yang

konsumsi kalsiumnya kurang dari AKG. Hal tersebut dapat disebabkan oleh

kandungan kalsium yang terdapat dalam susu kental manis lebih rendah daripada

kandungan kalsium yang terdapat dalam susu bubuk atau susu lainnya.

Sebagaimana diketahui bahwa kandungan kalsium susu kental manis sebesar 275

mg/ 100 g, sedangkan kandungan kalsium yang terdapat dalam susu bubuk

sebesar 1300 mg/100 g (Hardinsyah, 2004). Sehingga untuk memenuhi

kebutuhan kalsium harian, sebaiknya siswi menambah jumlah susu kental manis

yang dikonsumsi atau bisa juga ditambahkan dengan makanan sumber kalsium

tinggi lainnya.

Selanjutnya diketahui pula makanan yang dikonsumsi oleh sebagian besar

siswi setiap hari adalah tahu (59,8% siswi) dan tempe (54,9% siswi). Dan

makanan tinggi kalsium yang jarang dikonsumsi oleh siswi adalah rebon segar

(86,7% siswi).

Tahu dan tempe merupakan pangan sumber tinggi kalsium yang murah dan

mudah dijangkau. Selain itu jika dilihat dari ketersediaannya di rumah, tempe

dan tahu hampir setiap hari tersedia di rumah siswi. Kandungan kalsium dari tahu

dan tempe adalah 124 mg/100 g dan 129 mg/100 g (Hardinsyah dan Briawan,

1994).

Dalam penelitian ini diketahui bahwa frekuensi siswi mengkonsumsi tempe

dan tahu adalah setiap hari, akan tetapi sebagian besar siswi masih kurang asupan

kalsiumnya. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah yang


85

dikonsumsi. Diketahui bahwa berat dari satu potong tahu dan tempe ukuran

sedang yang banyak dijual di pasar adalah kurang lebih 25 g. Sehingga untuk

memenuhi kebutuhan kalsium siswi dalam sehari, mengkonsumsi tempe dan tahu

harus ditambah serta dikombinasikan dengan makanan sumber kalsium yang

lainnya.

Sementara rebon segar yang memiliki kandungan kalsium yang sangat

tinggi malah tidak dikonsumsi oleh 86 % siswi. Padahal dalam Hardinsyah dan

Briawan (1994) diketahui kandungan kalsium dalam 100 g rebon segar adalah

757 mg. Rendahnya konsumsi rebon segar pada siswi dapat disebabkan oleh

ketersediaan rebon segar di wilayah penelitian yang masih sangat jarang dan

harganya pun masih sangat mahal. Sehingga makanan tersebut tidak menjadi

makanan yang biasa disajikan di rumah-rumah siswi.

Beberapa teori dan hasil penelitian telah mengemukakan beberapa faktor

yang mempengaruhi konsumsi kalsium pada remaja, khususnya remaja putri.

Diantaranya yaitu kebiasaan jajan, pengetahuan gizi remaja, keterpaparan

informasi gizi, pengaruh teman sebaya, kesukaan terhadap makanan (preference),

dan ketersediaan makanan di rumah tangga. Hasil analisis data pada penelitian

ini menunjukkan terdapat faktor yang disebutkan di atas yang berhubungan

dengan konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010.

Hubungan antara faktor dependen dan faktor independen tersebut akan dijelaskan

pada sub bab berikutnya.


86

6.3 Kebiasaan Jajan Siswi dengan Konsumsi Kalsium pada Siswi SMPN 1

Mande Cianjur tahun 2010

Berikut ini teori yang berkaitan dengan kebiasaan jajan remaja:

1. Guthrie, dkk (1995) menyebutkan bahwa kebiasaan jajan pada remaja

merupakan salah satu masalah kebiasaan makan terkait dengan kesehatan.

2. Mc Williams (1993) berpendapat, remaja ketika bersama teman-teman,

biasanya makan makanan jajanan dan mengurangi asupan makanan utama

mereka. Akibatnya mungkin mereka memenuhi kalori setiap harinya, akan

tetapi kurang dalam asupan vitamin dan mineral. Remaja yang kurang

kalsium banyak ditemukan pada remaja yang sering jajan.

3. Brown dalam Anastasya (2008) menyebutkan bahwa jajanan remaja dapat

memenuhi 25-33% energi per hari. Tapi sayang remaja umumnya memilih

makanan yang tinggi gula, sodium, lemak serta rendah vitamin dan mineral.

Dari hasil penelitian yang dilakukan di SMPN 1 Mande Cianjur ini,

menunjukkan bahwa sebagain besar siswi memiliki kebiasaan sering jajan, dan

jenis jajanan yang sering dikonsumsi oleh siswi adalah cilok, cireng, gorengan

tempe, gorengan tahu dan yogurt. Diketahui, cilok dan cireng terbuat dari tepung

kanji yang mengandung tinggi karbohidrat akan tetapi rendah kandungan

kalsiumnya. Sedangkan tahu dan tempe sebagaimana yang telah dijelaskan di

atas merupakan makanan sumber kalsium yang memiliki kandungan kalsium 124

mg dan 129 mg per 100 g.


87

Selain cilok dan gorengan, siswi juga sering membeli es teh. Diketahui

bahwa teh mengandung kafein yang dapat melemahkan ketersediaan kalsium

tubuh (Khomsan, 1998). Konsumsi teh akan menyebabkan tubuh mengeluarkan

kalsium dengan terpaksa (Khomsan, 2010). Selain itu dalam es teh juga

mengandung gula. Teori gizi menyebutkan, gula akan menyebabkan penurunan

kadar fospor (P) dalam darah sehingga rasionya tidak sebanding dengan kalsium

(Ca). Rasio Ca:P sebesar 2:1 dapat dimanfaatkan secara optimal di dalam tubuh

(Khomsan, 2010).

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang

bermakna antara kebiasaan jajan dengan konsumsi kalsium pada siswi SMPN 1

Mande Cianjur. Pada penelitian ini juga terlihat bahwa siswi yang sering jajan

cenderung mengkonsumsi kalsium yang cukup.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Anastasya (2008) bahwa remaja

yang sering jajan cenderung memiliki frekuensi sering mengkonsumsi bahan

makanan sumber kalsium. Dengan kata lain, hasil penelitian ini menunjukkan

hubungan yang berlawanan dengan teori-teori yang dikemukakan di atas. Hal

tersebut disebabkan oleh jajanan yang dikonsumsi siswi merupakan jajanan

sumber kalsium. Seperti diketahui dari hasil penelitian ini, jenis jajanan yang

hampir setiap hari dibeli siswi adalah yogurt, gorengan tempe dan gorengan tahu.

Casman (2009) menyebutkan bahwa yogurt mengandung kalsium yang

jumlahnya setara dengan kalsium dalam produk-produk olahan susu sapi.

Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1996) bahwa dalam 100 gram yogurt
88

mengandung 120 mg kalsium. Dengan demikian remaja yang mengkonsumsi

tujuh gelas yogurt dalam sehari dapat memenuhi kebutuhan kalsium dalam

sehari. Hardinsyah dan Briawan (1994) menyebutkan bahwa tahu dan tempe

merupakan makanan sumber tinggi kalsium yang masing-masing memiliki

kandungan kalsium 124 mg dan 129 mg per 100 g.

6.4 Pengetahuan Gizi Siswi dengan Konsumsi Kalsium di SMPN 1 Mande

Cianjur Tahun 2010

Pengetahuan gizi merupakan prasyarat penting untuk terjadinya

perubahan sikap dan perilaku gizi (Khomsan et al, 2007). Dengan dibekali

pengetahuan gizi yang cukup diharapkan seseorang mampu menerapkan

informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo, 1986). Pengetahuan

tentang kalsium merupakan langkah awal untuk meningkatkan konsumsi

kalsium. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Miller et al. (2001) bahwa remaja

yang mengetahui bahwa kalsium penting bagi kesehatan tulang akan

mengkonsumsi kalsium lebih banyak daripada mereka yang tidak

mengetahuinya.

Hasil beberapa studi menyatakan bahwa ternyata perilaku yang didasari

oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Tingkat pengetahuan akan berpengaruh

terhadap sikap dan perilaku seseorang karena berhubungan dengan daya nalar,

pengalaman dan kejelasan konsep mengenai objek tertentu (Winkel, 1984 dalam
89

Khomsan, et al, 2007). Sebagaimana penelitian yang dilakukan pada remaja di

Rhode Island bahwa remaja yang mengetahui tentang kecukupan kalsium,

manfaat kalsium bagi tulang dan masa remaja merupakan masa yang penting

untuk meningkatkan massa tulang, mengkonsumsi kalsium lebih banyak daripada

mereka yang tidak mengetahui informasi ini (Harel et al., 1998).

Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa sebagian besar siswi

memiliki pengetahuan gizi yang baik yaitu sebesar 60,7%. Akan tetapi banyak

siswi yang asupan kalsiumnya masih kurang dari Angka Kecukupan Gizi. Hal

tersebut dimungkinkan karena pengetahuan yang siswi miliki belum dipahami

secara menyeluruh dan belum diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain

itu dari beberapa pertanyaan mengenai pengatahuan gizi dan kalsium yang

diajukan kepada siswi, terdapat beberapa pertanyaan penting yang dijawab salah

oleh siswi. Diantaranya adalah mengenai kalsium termasuk ke dalam golongan

mineral, bahan makanan yang paling banyak mengandung kaslium, zat yang

membantu penyerapan kalsium, sumber vitamin D yang dapat ditemui dalam

kehidupan sehari-hari, periode yang paling banyak membutuhkan kalsium,

makanan dan minuman penghambat kalsium, dan akibat dari kelebihan kalsium.

Berdasarkan hasil analisis bivariat diketahui bahwa tidak ada hubungan

yang bermakna antara pengetahuan dengan konsumsi kalsium. Hasil penelitian

ini sejalan dengan penelitian Puspasari (2004), Sulistyorini (2004) dan Anastasia

(2008) yang memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan asupan kalsium yang

bermakna berdasarkan tingkat pengetahuan kalsium remaja.


90

Hal tersebut dapat diasumsikan bahwa pengetahuan yang dimiliki siswi

hanya pada tingkatan pengetahuan yang paling rendah yaitu siswi hanya tahu saja

tetapi belum dipahami secara mendalam dan belum diaplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari. Sebagaimana menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan

seseorang memiliki lima tingkatan dan tingkatan terendah adalah tahu (know)

yang diartikan sekedar dapat menyebutkan, tetapi belum sampai pada tingkatan

yang lebih tinggi yaitu memahami dan mengaplikasikan prinsip yang diketahui

tersebut. Miller (2001) juga mengatakan bahwa pengetahuan tentang kalsium

memang dapat memberikan informasi kepada remaja untuk

mengimplementasikan perubahan perilaku, sehingga status kalsium akan

meningkat. Akan tetapi perilaku dan kepercayaan remajalah yang menentukan

remaja tersebut melakukan perubahan perilaku.

Selanjutnya dari hasil penelitian diketahui bahwa siswi yang

pengetahuan gizinya baik mempunyai kecenderungan kurang dalam konsumsi

kalsium. Hal tersebut dapat disebabkan oleh faktor kebiasaan makan di rumah

yang terkait dengan kebiasaan ibu dalam menyediakan makanan sumber kalsium

di rumah. Sebagaimana hasil tabulasi silang diketahui bahwa dari 39 siswi yang

pengetahuannya cukup dan ketersediaan makanan sumber kalsiumnya jarang,

terdapat 37 siswi yang konsumsi kalsiumnya kurang.

Berdasarkan hasil tersebut diatas, meskipun siswi memiliki pengetahuan

gizi baik akan tetapi jika kebiasaan makan dan ketersediaan pangan sumber

kalsium di rumahnya jarang, maka akan ada kemungkinan konsumsi kalsium


91

siswi tidak mencukupi atau kurang. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Sanjur

(1982) bahwa kebiasaan makan seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh

pendidikan dan pengetahuan, akan tetapi dapat disebabkan pula oleh kebiasaan

yang diturunkan oleh orang tua dan nenek moyang.

6.5 Hubungan antara Keterpaparan Informasi dengan Konsumsi Kalsium Siswi

SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010

Menurut Notoatmodjo (2005), paparan informasi dapat menimbulkan

kesadaran seseorang untuk berperilaku sehat. Kesadaran tersebut akan muncul

dalam waktu yang lama. Namun setelah kesadaran itu muncul dalam diri

seseorang maka akan menimbulkan perilaku yang berlangsung lama (long

lasting) dan menetap (langgeng).

Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa siswi yang sering terpapar

informasi mengenai kalsium lebih banyak daripada siswi yang jarang terpapar

informasi mengenai kalsium. Selanjutnya, berdasarkan hasil analsis bivariat

diketahui bahwa 73,5% siswi yang sering terpapar informasi kalsium mempunyai

kecenderungan untuk kurang dalam mengkonsumsi kalsium. Hasil tabulasi silang

antara keterpaparan informasi mengenai kalsium dengan ketersediaan makanan

sumber kalsium diperoleh bahwa dari 56 siswi yang sering terpapar informasi

mengenai kalsium dan jarang tersedia makanan sumber kalsium di rumahnya,

terdapat 50 siswi yang konsumsi kalsiumnya kurang.


92

Dalam penelitian ini juga diketahui bahwa sebanyak 92,6% siswi

memperoleh informasi mengenai kalsium dari televisi. Pada faktanya informasi

mengenai kalsium yang sering ditayangkan di televisi adalah melalui iklan susu

atau suplemen kalsium. Informasi mengenai kalsium yang ditayangkan melalui

iklan di televisi kurang lengkap, bahkan yang menjadi model dalam iklan

tersebut adalah manula. Sehingga masyarakat menilai bahwa usia lanjutlah yang

paling banyak membutuhkan kalsium. Dalam penelitian ini, hal tersebut

diperkuat dengan hasil jawaban dari pertanyaan pengetahuan gizi siswi

mengenai masa atau periode yang paling banyak membutuhkan kalsium.

Sebanyak 61,5% siswi menjawab bahwa usia lanjutlah yang paling banyak

membutuhkan kalsium. Padahal menurut Almatsier (2004) kebutuhan kalsium

pada periode remaja lebih tinggi daripada kebutuhan kalsium periode lain.

Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa ada hubungan yang

bermakna antara keterpaparan informasi dengan konsumsi kalsium siswi.

Penelitian ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2005) bahwa

paparan informasi dapat menimbulkan kesadaran seseorang untuk berperilaku

sehat. Pusat Teknologi dan Komunikasi Universitas Indonesia (Pustekkom UI,

2002) dalam Nurhayati (2002) menyebutkan bahwa dari beberapa penelitian,

perubahan perilaku seseorang cenderung terjadi setelah seseorang memperoleh

informasi sebanyak tiga kali, karena suatu informasi yang sama, senada dan

berulang di dalam diri seseorang akan memberikan pengaruh kuat terhadap

perubahan perilaku dibandingkan apabila informasi tersebut hanya sekali


93

diterima. Miller et al (2001) juga berpendapat bahwa paparan informasi dapat

menambah pengetahuan seseorang. Sehingga, dengan dibekali pengetahuan dapat

menjadi langkah awal untuk mengkonsumsi kalsium yang cukup.

Oleh sebab itu untuk menambah informasi dan pengetahuan siswi

mengenai kalsium penulis menyarankan agar para pengajar menambahkan materi

tentang gizi yang lebih detail khususnya mengenai kalsium ke dalam mata

pelajaran biologi dan pendidikan jasmani dan kesehatan (penjaskes) dengan

frekuensi yang sering. Hal tersebut bermanfaat untuk menambah informasi dan

pengetahuan siswa mengenai gizi. Perlu juga dilakukan penyampaian informasi

melalui majalah dan poster dalam rangka peningkatan informasi dan pengetahuan

remaja mengenai gizi khususnya kalsium.

6.6 Pengaruh Teman dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande

Cianjur Tahun 2010

Pengaruh teman sebaya didefinisikan sebagai penerimaan secara sosial

dan membentuk patokan dan harapan perilaku. Seiring dengan bertambahnya

umur, teman akan memberikan pengaruh lebih besar terhadap pilihan makan

remaja dibandingkan dengan pengaruh orang tua (Miller et al, 2001). Remaja

akan sering menghabiskan waktu bersama teman-teman dan makan akan menjadi

suatu bentuk sosialisasi dan rekreasi. Remaja juga sangat ingin diterima oleh

teman-temannya, sehingga pengaruh teman dan keseragaman kelompok

cenderung dapat merubah pemilihan makanan remaja (Krummel et.al, 1996).


94

Pada penelitian ini diketahui bahwa siswi yang mendapatkan pengaruh

dari teman jumlahnya lebih banyak daripada siswi yang tidak mendapatkan

pengaruh teman. Pada penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa siswi yang

mendapatkan pengaruh dari temannya memiliki kecenderungan untuk kurang

dalam mengkonsumsi kalsium dibandingkan dengan siswi yang tidak

mendapatkan pengaruh dari teman. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Miller

et al (2001) bahwa perilaku makan pada remaja masih sangat labil, sehingga

teman akan mempengaruhi terhadap pemilihan makanan yang hendak dimakan.

Selain itu, Miller juga berpendapat bahwa remaja lebih memilih makanan

populer yang rendah kalsium daripada makanan yang kaya akan kalsium.

Selanjutnya hasil uji statistik diperoleh hubungan yang tidak bermakna

antara pengaruh teman dengan konsumsi kalsium siswi. Dalam hal ini teman

tidak mempengaruhi dalam pemilihan makanan sumber kaslium. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa meskipun siswi mempunyai teman dekat

akan tetapi teman tidak berpengaruh terhadap pemilihan makanan atau minuman

yang siswi konsumsi. Hal tersebut mungkin dapat disebabkan karena siswi

memiliki pengetahuan gizi yang baik, sehingga pengetahuan yang dimilikinya

berpengaruh terhadap pemilihan makanan sumber kalsium. Sebagaimana

pendapat Miller et al. (2001) bahwa remaja yang mengetahui bahwa kalsium

penting bagi kesehatan tulang akan mengkonsumsi kalsium lebih banyak

daripada mereka yang tidak mengetahuinya.


95

6.7 Preferensi/ Kesukaan Siswi terhadap Makanan Sumber Kalsium dengan

Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010

Preferensi pangan diasumsikan sebagai sikap seseorang terhadap

makanan, suka atau tidak suka akan berpengaruh terhadap konsumsi pangan.

Pangan yang dikenal dan dipelajari untuk disenangi pada massa kanak-kanak

pada umumnya dilanjutkan menjadi preferensinya sampai tumbuh dewasa

(Suhardjo 1989). Fisiologi, perasaan, dan sikap terintegrasi membentuk

preferensi terhadap pangan dan akhirnya membentuk perilaku konsumsi pangan

(Sanjur, 1982).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswi yang suka terhadap makanan

sumber kalsium lebih banyak dibandingkan dengan siswi yang tidak suka

terhadap makanan sumber kalsium. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa

99,2% siswi menyukai sarden sebagai makanan sumber tinggi kalsium, 93,4%

siswi menyukai susu kental manis, 91% siswi menyukai kacang merah, 89,3%

siswi menyukai tempe dan 84,4% siswi menyukai es krim. Sedangkan makanan

tinggi kalsium yang disukai siswi dan proporsinya paling kecil adalah keju. Keju

hanya disukai oleh oleh 3,3% siswi saja.

Dari hasil tersebut terlihat bahwa proporsi paling besar dari makanan

sumber kalsium yang disukai siswi adalah sarden. Akan tetapi jika dilihat dari

ketersediaan makanan di rumah sarden merupakan makanan sumber kalsium

yang jarang tersedia di rumah siswi. Sehingga dapat disimpulkan meskipun

siswi suka terhadap makanan sumber kalsium tetapi jika makanan tersebut jarang
96

tersedia di rumah maka akan mempengaruhi kurangnya konsumsi kalsium pada

siswi.

Hal lain yang menyebabkan jarang tersedianya sarden di rumah adalah

karena orang tua siswi dalam hal ini ibu sebagai penyedia makanan tidak terbiasa

menyediakan makanan olahan. Pada faktanya sebagian besar ibu siswi adalah ibu

rumah tangga, sehingga ibu memiliki waktu yang lebih untuk menyiapkan

makanan dan lebih memilih menyiapkan makanan segar dibandingkan dengan

makanan olahan.

Jika dilihat dari jenis makanan yang tidak disukai oleh siswi, sebesar

93% siswi tidak suka keju. Padahal keju merupakan salah satu sumber tinggi

kalsium dari olahan susu yang memiliki kandungan kalsium sebesar 777 mg/ 100

g. Akibatnya banyak siswi yang masih tergolong kurang dalam mengkonsumsi

kalsium. Kurangnya konsumsi keju dimungkinkan karena faktor kebiasaan, rasa,

serta harga yang mahal.

Berdasarkan penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa siswi yang tidak

suka terhadap makanan sumber kalsium memiliki kecenderungan untuk kurang

dalam mengkonsumsi kalsium. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada

hubungan antara preferensi/ kesukaan dengan konsumsi kalsium siswi. Hal

tersebut dapat disebabkan oleh kebiasaan dan ketersediaan makanan sumber

kalsium di rumah. Meskipun banyak siswi yang suka terhadap makanan sumber

kalsium akan tetapi jika dirumahnya tidak tersedia makanan sumber kalsium,

maka akan berpengaruh terhadap kurangnya konsumsi kalsium siswi.


97

Sebagaimana hasil studi pada remaja di Hawaii bahwa tersedianya makanan kaya

kalsium di rumah dapat membantu meningkatkan asupan kalsium remaja (Miller

et al, 2001).

6.8 Ketersediaan Makanan Sumber Kalsium dengan Konsumsi Kalsium Pada

Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010

Pondang (2010) menyatakan bahwa ketersediaan pangan di rumah

dipengaruhi oleh faktor pengetahuan orang tua dan pendapatan orang tua

sehingga mempengaruhi peranan ibu dalam mengolah pangan dan mengasuh

anak-anaknya. Khomsan (2009) dan Hardinsyah (2007) menyatakan bahwa

orang tua memiliki pengaruh yang sangat besar dalam sikap tentang makanan,

pemilihan makanan dan pola makan. Orang tua dalam hal ini ibu sangat berperan

dalam memilih dan mempersiapkan pangan untuk konsumsi keluarganya.

Sejalan dengan pendapat Sztainer et.al (1999) dalam penelitiannya

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan makanan pada remaja

mengemukakan bahwa orang tua mempengaruhi pilihan makan mereka dari

makanan yang mereka makan, masak, dan beli, peraturan terkait makanan,

hubungan orang tua dengan anak, budaya dalam keluarga dan nilai keagamaan

(Miller et al, 2001).

Penelitian MacFarlane dalam Bahria (2009) menyebutkan bahwa

ketersediaan makanan dapat dipengaruhi oleh level status ekonomi keluarga dan

pendidikan ibu. Bagi keluarga yang tidak bekerja atau berpenghasilan rendah,
98

kenaikan harga pangan dapat mengancam ketahanan dan ketersediaan pangan

rumah tangganya. Pada penelitian lain disebutkan bahwa rendahnya ketersediaan

makanan di rumah bisa berpengaruh terhadap buruknya diet remaja yang berasal

dari keluarga dengan status ekonomi rendah.

Hasil penelitian didapatkan bahwa ketersediaan pangan yang jarang

menunjukkan proporsi lebih besar dari pada siswi yang ketersediaan pangannya

sering. Artinya di sebagian besar rumah siswi jarang tersedia makanan sumber

kalsium. Dalam penelitian ini juga didapatkan hasil bahwa semakin jarang

tersedia bahan makanan sumber kalsium di rumah, maka siswi cenderung untuk

kurang mengkonsumsi kalsium. Sebaliknya semakin sering tersedia bahan

makanan sumber kalsium di rumah, maka siswi cenderung cukup dalam

mengkonsumsi sumber kalsium.

Selanjutnya, berdasarkan hasil uji statistik diperoleh hasil bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara ketersediaan pangan sumber kalsium

dengan konsumsi kalsium siswi. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian

Anastasia (2008) yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara ketersediaan bahan makanan sumber kalsium di rumah dengan frekuensi

konsumsi bahan makanan sumber kalsium.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan pendapat Ulrich dalam

Anastasia (2008), menyebutkan bahwa ketersediaan bahan makanan sumber

kalsium di rumah dapat meningkatkan asupan kalsium remaja. Dalam sebuah

studi ditemukan bahwa ibu yang menyediakan susu dan biasa minum susu,
99

memiliki anak yang juga cenderung gemar mengkonsumsi susu. Hasil penelitian

ini juga sejalan dengan studi pada remaja di Hawaii yang menemukan bahwa

dengan meningkatkan konsumsi susu dan menyiapkan makanan kaya kalsium,

dapat membantu meningkatkan asupan kalsium remaja (Miller, 2001).

Hasil tabulasi silang antara variabel pengetahuan dengan ketersediaan

makanan sumber kalsium diperoleh bahwa dari 39 orang yang pengetahuannya

cukup dan dirumahnya jarang tersedia makanan sumber kalsium, terdapat 37

orang yang kurang dalam mengkonsumsi kalsium. Selanjutnya hasil tabulasi

silang antara variabel kesukaan dengan ketersediaan makanan sumber kalsium

diperoleh bahwa dari 23 siswi yang suka terhadap makanan sumber kalsium dan

jarang tersedia makanan sumber kalsium di rumahnya, maka semua siswi kurang

dalam mengkonsumsi kalsium. Dari hasil tersebut terlihat bahwa meskipun

sebagian besar siswi pengetahuannya cukup dan sebagian besar menyukai

makanan sumber kalsium namun di rumahnya jarang tersedia makanan sumber

kalsium, maka akan berpengaruh terhadap kecukupan konsumsi kalsium. Dengan

demikian jelas bahwa peran orang tua dalam menyediakan makanan sumber

kalsium sangatlah penting bagi kecukupan konsumsi kalsium anggota

keluarganya.

Sebaliknya dari 24 orang yang pengetahuannya kurang dan dirumahnya

sering tersedia makanan sumber kalsium, terdapat 14 orang yang kurang dalam

mengkonsumsi kaslium. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Khomsan (2007)

yang menyebutkan bahwa pengetahuan gizi dapat menjadi landasan dalam


100

menentukan konsumsi pangan individu. Jika seseorang memiliki pengetahuan

gizi yang baik maka cenderung untuk memilih makanan yang bernilai gizi tinggi.

Dengan demikian jika seseorang memiliki pengetahuan kurang, maka akan

cenderung untuk memilih makanan yang nilai gizinya lebih rendah.

Selanjutnya dari 19 siswi yang tidak suka terhadap makanan sumber

kalsium dan di rumahnya sering tersedia makanan sumber kaslium, terdapat 13

orang yang kurang dalam mengkonsumsi sumber kalsium. Dalam hal ini jelas

terlihat bahwa kesukaan seseorang terhadap makanan sumber kalsium akan

mempengaruhi terhadap kecukupan konsumsinya. Sebagaimana yang dikatakan

Suhardjo (2006) bahwa kesukaan terhadap makanan mempunyai pengaruh

terhadap pemilihan makanan. Sehingga jika seseorang tidak suka terhadap

makanan sumber kalsium, maka akan cenderung tidak memilih makanan tersebut

untuk dikonsumsi oleh dirinya.


BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB sebelumnya dapat

ditarik beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Siswi SMPN 1 Mande Cianjur yang konsumsi kalsiumnya kurang lebih

banyak dibandingkan dengan siswi yang konsumsi kalsiumnya cukup. Rata-

rata asupan konsumsi kalsium siswi masih kurang dari Angka Kecukupan

Gizi (AKG) yang dianjurkan yaitu sebesar 76,96% AKG. Makanan sumber

kalsium yang setiap hari dikonsumsi adalah susu kental manis, tahu, dan

tempe dengan proporsi yang cukup besar. Makanan lain yang setiap hari

dikonsumsi siswi akan tetapi dengan proporsi yang tidak terlalu banyak

adalah susu bubuk, yogurt dan telur ayam. Sedangkan makanan sumber

kalsium yang tidak pernah dikonsumsi oleh sebagian besar siswi adalah

rebon segar.

2. Siswi SMPN 1 Mande Cianjur yang memiliki kebiasaan jajan dengan

frekuensi sering jumlahnya lebih banyak daripada siswi yang kebiasaan

jajannya jarang.

3. Proporsi siswi SMPN 1 Mande Cianjur yang memiliki pengetahuan gizi baik

jumlahnya lebih banyak daripada siswi yang memiliki pengetahuan gizi

kurang.

101
102

4. Siswi SMPN 1 Mande Cianjur yang jarang terpapar informasi kalsium

jumlahnya lebih banyak daripada siswi yang sering terpapar informasi

kaslium, dan sumber informasi yang banyak digunakan untuk mengetahui

informasi kalsium adalah televisi.

5. Siswi SMPN 1 Mande Cianjur yang tidak mendapatkan pengaruh dari teman

dalam pemilihan makanan jajanan sumber kaslium jumlahnya lebih sedikit

dibandingkan dengan siswi yang mendapatkan pengaruh dari temannya.

6. Siswi SMPN 1 Mande Cianjur yang suka terhadap makanan sumber kalsium

jumlahnya lebih banyak daripada siswi yang tidak suka terhadap makanan

sumber kalsium. Dalam hal ini makanan yang paling banyak disukai oleh

siswi adalah sarden, susu kental manis, kacang merah, tempe dan es krim.

Sedangkan yang tidak disukai oleh sebagian besar siswi adalah keju.

7. Siswi SMPN 1 Mande Cianjur yang dirumahnya sering tersedia makanan

sumber kalsium jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan siswi yang

dirumahnya jarang tersedia makanan sumber kalsium. Makanan yang setiap

hari tersedia adalah tahu dan yang paling banyak tidak tersedia adalah rebon

segar.

8. Tidak ada hubungan antara kebiasaan jajan dengan konsumsi kalsium siswi

SMPN 1 Mande Cianjur tahun 2010.

9. Tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi siswi dengan konsumsi kalsium

siswi SMPN 1 Mande Cianjur tahun 2010. Siswi yang konsumsi kalsiumnya

kurang jumlahnya lebih banyak pada siswi yang pengetahuan gizinya baik.
103

10. Terdapat hubungan yang bermakna antara keterpaparan informasi kaslium

dengan konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur tahun 2010. Siswi

yang konsumsi kalsiumnya kurang jumlahnya lebih banyak pada siswi yang

sering terpapar informasi kalsium.

11. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pengaruh teman dengan

konsumsi kalsium siswi. Siswi yang kurang dalam mengkonsumsi kalsium

jumlahnya lebih banyak pada siswi yang mendapatkan pengaruh dari

temannya.

12. Tidak ada hubungan yang bermakna antara preferensi/kesukaan dengan

konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur tahun 2010. Siswi yang

konsumsi kalsiumnya kurang jumlahnya lebih banyak pada siswi yang tidak

suka terhadap makanan sumber kalsium.

13. Terdapat hubungan yang bermakna antara ketersediaan bahan makanan

sumber kalsium di rumah dengan konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande

Cianjur tahun 2010.

7.2 Saran

1.Bagi Puskesmas Mande

Petugas kesehatan khusunya petugas gizi hendaknya aktif

menyelenggarakan penyuluhan kepada siswi dengan melibatkan atau

memberdayakan anggota osis, anggota pramuka atau anggota PMR. Sehingga

dalam penyampaiannya dapat dibantu oleh teman sebaya siswi. Akan tetapi
104

penyuluhan yang diselenggarakan harus rutin dan berkesinambungan,

sehingga frekuensi siswi untuk terpapar informasi gizi semakin sering.

Selanjutnya penyampaian informasi juga dapat dilakukan melalui poster

yang berisi materi tentang gizi, khususnya tentang kalsium, manfaat kalsium

bagi remaja, akibat-akibat yang dapat timbul jika kekurangan atau kelebihan

kalsium, makanan dan minuman yang tinggi kalsium, dan jajanan sehat yang

mengandung kalsium.

2. Bagi SMPN 1 Mande Cianjur

Para guru hendaknya menambahkan materi mengenai gizi khususnya

kalsium dengan lebih rinci ke dalam pembelajaran, khususnya mata pelajaran

biologi dan penjaskes dengan frekuensi yang sering. Materi yang disampaikan

berupa materi tentang gizi secara umum dan khususnya tentang kalsium

seperti manfaat kalsium bagi masa pertumbuhan atau masa remaja, kebutuhan

kalsium untuk remaja, akibat yang dapat terjadi jika kekurangan atau

kelebihan kalsium, makanan dan minuman tinggi kalsium serta hal lain yang

mengenai kalsium. Sehingga diharapkan dengan disampaikannya materi

tentang gizi khususnya kalsium pada saat pelajaran biologi atau penjaskes,

dapat menambah informasi dan pengetahuan siswi mengenai gizi, dan siswi

dapat mengaplikasikan informasi dan pengetahuannya tersebut kedalam

kehidupan sehari-hari. Dengan demikian konsumsi kalsium pada siswi dapat

meningkat.
105

Selain materi mengenai kalsium yang disampaikan dalam pelajaran

biologi dan penjaskes, pesan-pesan mengenai pentingnya mengkonsumsi

makanan sumber kalsium dapat disampaikan pula dalam upacara bendera,

peringatan hari-hari besar agama, ataupun pada acara kenaikan kelas.

Penyampaian informasi dapat dilakukan pula terhadap orang tua siswi

khususnya ibu sebagai penyelenggara makanan di rumah. Informasi tersebut

dapat disampaikan dalam bentuk penyuluhan atau dalam bentuk leaflet atau

famplet yang dibagikan ketika pembagian raport, yang berisi kampanye

gerakan makan makanan murah, mudah dijangkau, bergizi serta tinggi

kandungan kalsiumnya seperti ikan teri, rebon kering, tahu, tempe, wortel

serta sayuran hijau.

Pihak sekolah juga hendaknya dapat mengadakan kantin sehat, dengan

menyediakan makanan dan minuman yang sehat dan bergizi atau kantin

menjual makanan yang biasa dikonsumsi oleh siswi tetapi dimodifikasi

dengan bahan yang kaya akan nutrisi.

Selain itu pihak sekolah hendaknya menerapkan kebijakan untuk

menutup gerbang sekolah selama jam istirahat sehingga akses siswa ke

pedagang kaki lima terbatas dan diharapkan siswa tidak jajan di luar sekolah.

3. Bagi Peneliti Lain

a. Peneliti selanjutnya diharapkan mengikutsertakan variabel-variabel lain

yang diduga berhubungan dengan konsumsi kalsium siswi, yang tidak

dapat diteliti pada penelitian ini.


106

b. Peneliti selanjutnya diharapkan melaksanakan penelitian dengan populasi

dan wilayah yang lebih besar misalnya satu kecamatan atau kabupaten

sehingga dapat memberikan gambaran konsumsi kalsium remaja pada

wilayah yang lebih luas dengan sampel yang lebih besar.

c. Peneliti selanjutnya diharapkan meneliti konsumsi kalsium anak-anak usia

Sekolah Dasar sebagai bentuk pencegahan lebih dini terhadap osteoporosis

dan persiapan menjelang usia reproduksi/ remaja, karena periode remaja

merupakan periode yang banyak membutuhkan kalsium.


DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Anastasia, Devi Lusiana. 2008. Frekuensi Konsumsi Bahan Makanan Sumber Kalsium
pada Remaja di Tiga Sekolah Menengah Pertama di Depok Tahun 2008. Skripsi.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat universitas Indonesia.
Apriadji, WH. 1986. Gizi Keluarga. Seri Kesejahteraan Keluarga-xiii/93/86. Penerbit :
PT Penebar Swadaya. Jakarta.
Aprianda, Ratri. 2007. Faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan kalsium harian
siswi kelas IV dan V SDN Grogol Selatan 05 dan 07 Pagi Kebayoran Lama
Jakarta tahun 2007. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.
Ariawan, Iwan. 1998. Besar Dan Metode Sampel Pada Penelitian Kesehatan. Depok:
Jurusan Biostatistik dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.
Bahria. 2009. Hubungan Pengetahuan Gizi, Kesukaan dan Faktor Lain dengan
Konsumsi Buah dan Sayur pada Remaja di 4 SMA di Jakarta Barat Tahun 2009.
Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Berg, Alan. 1986. Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: CV Rajawali.
Brown, Judith E. 2005. Nutrition Through the Life Cycle. California: Thomson
Wadsworth.
Chaplin, JP. 2004. Kamus lengkap Psikologi cetakan ke-9. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI. 2010. Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Rajawali Press.
Departemen Gizi Masyarakat. 2009. Ilmu Gizi Dasar. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor.
Gabriel, Angelica. 2008. Perilaku Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Serta Hidup Bersih
dan Sehat Ibu Kaitannya dengan Status Gizi dan Kesehatan Balita di Desa
Cikarawang Bogor. Skripsi. Bogor: Program Studi Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB.

107
108

Gibney, Michael J et.al, alih bahasa dr.Andry Hartono. 2009. Gizi Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Guthrie, Helen Andrews and Picciano. 1995. Human Nutrition. St. Louis, Missouri:
Mosby-Year Book. Inc.
Handayani, Miratna. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Distorsi Citra Tubuh
Siswa SMAN 1 Pamulang Tahun 2009. Skripsi: Jakarta: Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ikhsan, Muhammad. 2004. Faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan kalsium
pada remaja di SMUN 28 Jakarta Tahun 2004. Skripsi. Depok: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Kalkwarf HJ, Khoury JC, Lanphear BP. 2003. Milk Intake During Childhood and
Adolescence, Adult Bone Density and Osteoporotic Fractures in US Women.
American Journal of Clinical Nutrition, http://www.ajcn.org/cgi/reprint/77/1/257,
diakses tanggal 14 Mei 2010, pkl 15.29 WIB.
Kartono D, dan Soekatri M. 2004. AKG Mineral Makro dan Mikro. Widya Karya
Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta : LIPI.
Khomsan, Ali. 1998. Vitamin Mineral Pelindung di Saat Stress.
http://www.indomedia.com/intisari/1998/april/obat. [05 Juli 2010].
________________. 2010. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: Rajawali sport.
________________. 2007. Studi Peningkatan Pengetahuan Gizi Ibu dan Kader
Posyandu serta Perbaikan Gizi Keluarga. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat
IPB.
Lutfiah, Vivi. 2007. Hubungan Konsumsi Pangan Sumber Kalsium Dengan Keluhan
Menstruasi Pada Remaja. Skripsi. Bogor: Program Studi Gizi Masyarakat dan
Sumber Daya Keluarga Fakultas Pertanian IPB.
Mc Williams, Margaret. 1993. Nutrition For The Growing Years. Edisi ke 5. California:
Pylon Press.
Melliana, Anastasia. 2006. Menjelajah Tubuh Perempuan dan Mitos Kecantikan.
Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara.
Miller, et al. 2001. The Importance of Meeting Calcium Needs With Foods. Journal of
the American College of Nutritions, vol 20, pp. 168S-185S. www.jacn.org.
Mulyani, Endang. 2009. Konsumsi Kalsium pada Remaja di SMPN 201 Jakarta Barat
Tahun 2009. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.
109

National Institute of Health. 1994. Hubungan Kalsium dan Kepadatan Tulang.


www.smallcrab.com. Diakses tanggal 13 mei 2010, pukul 15.04 WIB.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT Rineka Cipta.
__________________. 2005. Metode Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
__________________. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Novianty, Ella Nurmila. 2007. Konsumsi Susu Dan Faktor-faktor Lainnya yang
Berhubungan Dengan Kecukupan Asupan Kalsium Pada Anak Sekolah Di SD
Islam Terpadu Nurul Fikri Kota Depok Tahun 2007. Skripsi. Depok: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Nurhayati. 2002. Hubungan Keterpaparan Media Massa, Orang Tua, dan Teman
Sebaya dengan Perilaku Seksual Remaja Siswa Kelas 3 di SLTP X Depok Tahun
2002. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.

Pratiwi, Wulan. 2006. Analisis Hubungan Pengetahuan Gizi, Sikap, dan Preferensi
dengan Kebiasaan Makan Sayuran Ibu Rumah Tangga di Perkotaan dan
Pedesaan Bogor. Skripsi. Bogor: IPB.
Purwaningrum, Nur Fadjria. 2008. Hubungan Antara Cita Raga dengan Perilaku Makan
Pada Remaja Putri. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Puspasari, Puri. 2004. Gambaran Asupan Kalsium dan Beberapa faktor yang
Berhubungan Pada Remaja SMAN Kota Bandung Tahun 2004.Skripsi. Depok:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Puspitarani, Dinar. 2006. Gambaran Perilaku Konsumsi Serat dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pada Remaja di SLTP Labschool Rawamangun Jakarta Timur
Tahun 2006.Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.
Rahmawati. 2000. Perilaku Makan Sayur Berdasarkan Faktor Sosio Demografi, Self
Effifacy, Sikap, Nilai, Preferensi, dan Ketersediaan Sayur Pada Murid Kelas VI
SD Muhammadiyah Pamulang Barat, Pamulang, Tangerang Tahun 2000. Skripsi.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Rita, E. 2002. Preferensi Konsumen terhadap Pangan Sumber Karbohidrat Non-Beras.
Skripsi: Institut Pertanian Bogor Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi
Manusia.
Sabri, Luknis, dkk. 2008. Statistik Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
110

Savitri, Rahma. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi


Makanan Jajanan yang Mengandung Pewarna Sintetik pada Siswi Kelas VIII dan
IX SMP PGRI 1 dan SMP YMJ Ciputat Tahun 2009. Skripsi. Jakarta: Program
Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah.
Sediaoetama, Achmad Jaeni. 2006. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Jilid 1.
Jakarta: Dian Rakyat.
Septrisya, Shiera. 2006. Remodelling Tulang dan Osteoporosis. www.elitha-eri.net.
diakses tanggal 27 Juni 2010, pukul 15.48 WIB.
Siswono, 2005. Susu Perbaiki Perkembangan Fisik Bangsa. http://www.gizi.net/cgi-
bin/berita/fullnews.cgi?newsid1115009292,63471. Diakses tanggal 28 Oktober
2010, pukul 03.18 WIB.
Soehardjo. 1996. Sosio Budaya Gizi. Bogor: Institut Pertanian Bogor PAU Pangan dan
Gizi.
________. 2006. Pangan Gizi dan Pertanian. Jakarta: UI Press.
Srimaryani, Diah Imas. 2010. Pola Konsumsi Pangan dan Status Gizi pada Rumah
Tangga Peserta Program Pemberdayaan Masyarakat di Kota dan Kabupaten
Bogor.Skripsi. Bogor: IPB.
Supariasa, I Dewa Nyoman. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Surono, A. 1999. Penuhi Kalsium dari Berbagai Sumber. www.indomedia.com/intisari.
Whiting, S J, Hassanali et al. 2004. Factors That Affect Bone Mineral Accrual in The
Adolescent Growth Spurt. Journal Nutrition. 134: 696 S-700 S. Maret 2004. The
American Society for Nutritional Sciences.
Winarno, FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Witjaksono, Fiastuti. 2003. Akibat Kekurangan Kalsium. http://cyberwoman.cbn.net.id.
Diakses tanggal 27 Juni 2010 pukul 15.43 WIB.
Worthington, Bonnie S et.al. 2000. Nutrition Througthout The Life Cycle. Edisi ke-4.
United States: McGraw-Hill Book Companies, Inc.
Yunaeni. 2009. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Konsumsi Suplemen Vitamin
dan Mineral Pada Siswa-siswi SMA Negeri Ragunan Jakarta Selatan Tahun 2009.
Skripsi. Jakarta: Program Studi Kesehatan Masyarakat. FKIK UIN Syarif
Hidayatullah.
Kelas No. Resp
[ ] [ ]

Program Studi Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ASUPAN KALSIUM


SISWI KELAS VII DAN VIII SMPN 1 MANDE
KABUPATEN CIANJUR TAHUN 2010

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh


Saya Reni Agustiani, mahasiswi Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Saya bermaksud untuk mengadakan penelitian mengenai faktor-faktor yang
berhubungan dengan asupan kalsium siswi SMPN 1 Mande Kabupaten Cianjur
Tahun 2010. Oleh karena itu saya memohon kesediaan adik untuk mengisi kuesioner
ini. Kejujuran adik dalam menjawab pertanyaan sangat saya harapkan. Identitas dan
jawaban adik akan saya rahasiakan.

Apakah adik bersedia?


a. Ya
b. Tidak
Jika adik bersedia mohon adik menandatangani pernyataan di bawah ini:

Dengan ini saya bersedia mengikuti penelitian ini dan bersedia mengisi lembar kuesioner
yang telah disediakan dibawah ini.
Tertanda,

(.....................................)

Setelah menandatangani pernyataan tersebut, saya mohon kesediaan adik untuk


menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jujur, tanpa bantuan orang lain
dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Terimakasih atas perhatian dan kerjasamanya.

Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.


Kelas No. Resp
[ ] [ ]

A. Identitas Responden
A1 Nama : .........................................................................
A2 Kelas : ......................................................................... [ ]
A3 TTL : .........................................................................
A4 Umur : ......................................................................... [ ][ ]
A5 No Telp/HP :

B. Pengetahuan Gizi Siswi


B1 Zat gizi adalah .... [ ]
a. Makanan yang mahal harganya
b. Zat yang terdapat dalam makanan yang diperlukan oleh tubuh
untuk melakukan fungsinya.
c. Zat yang terdapat dalam makanan dapat mengenyangkan perut.
d. Zat yang terdapat dalam makanan dan diperlukan oleh orang sakit
saja.
B2 Zat gizi diperlukan oleh .... [ ]
a. Semua orang
b. Orang tua saja
c. Anak kecil saja
d. Orang sakit saja

B3 Zat gizi diperoleh dari .... [ ]


a. Dalam tubuh manusia
b. Makanan sehari-hari
c. Tumbuhan saja
d. Hewani saja

B4 Kalsium merupakan zat gizi yang termasuk dalam golongan .... [ ]


a. Vitamin
b. Mineral
c. Zat tenaga
d. Semuanya benar
Kelas No. Resp
[ ] [ ]

B5 Kalsium dalam tubuh manusia banyak tersimpan di .... [ ]


a. Saraf
b. Kulit
c. Tulang dan gigi
d. Rambut
B6 Bahan makanan yang paling banyak mengandung kalsium adalah .... [ ]
a. Telur
b. Daging Sapi
c. Susu
d. Ikan Teri
B7 Bahan makanan yang bukan sumber kalsium adalah .... [ ]
a. Susu
b. Ayam
c. Soft drink
d. Sarden
B8 Fungsi utama kalsium adalah .... [ ]
a. Untuk pembentukan tulang dan gigi
b. Untuk pembentukan tulang saja
c. Untuk mencegah anemia/kurang darah
d. Untuk mencegah dehidrasi/ kekurangan cairan
B9 Kekurangan kalsium dalam waktu yang lama akan menyebabkan ..... [ ]
a. Anemia
b. Penyakit jantung
c. Osteoporosis/pengeroposan tulang
d. Dehidrasi/ kurang cairan
B10 Pembantu penyerapan kalsium adalah .... [ ]
a. Iodium
b. Vitamin A
c. Teh
d. Vitamin D
B11 Dalam kehidupan sehari-hari vitamin D diperoleh dari .... [ ]
a. Mentega
b. Susu
Kelas No. Resp
[ ] [ ]

c. Sinar matahari
d. Semua jawaban benar
B12 Kalsium lebih banyak dibutuhkan pada masa apa? [ ]
a. Lanjut Usia
b. Remaja
c. Bayi
d. Semua benar
B13 Dibawah ini merupakan makanan/ minuman penghambat penyerapan [ ]
kalsium yang paling benar adalah....
a. Susu, teh, minuman bersoda/soft drink
b. Kopi, teh, minuman bersoda
c. Kopi, yogurt, teh, susu
d. Ice Creame, kopi, yogurt, susu
B14 Vitamin yang berfungsi untuk kesehatan tulang dan gigi yaitu.... [ ]
a. Lemak
b. Vitamin D
c. Vitamin A
d. Protein
B15 Akibat kelebihan kalsium adalah....
a. Menyebabkan osteoporosis/keropos tulang
b. Menyebabkan kegemukan/obesitas
c. Menyebabkan susah buang air besar
d. Semuanya salah
Kelas No. Resp
[ ] [ ]

C. Keterpaparan media/Informasi Kalsium


C1 Apakah adik pernah mendengar informasi mengenai kalsium? [ ]
a. Ya pernah (lanjutkan ke pertanyaan D2)
b. Tidak pernah (lanjutkan ke pertanyaan bagian E)
C2 Berapa kali adik mendengar informasi tersebut dalam satu minggu
terakhir?
a. Tidak pernah
b. 1-2x
c. Lebih dari 3x
C3 Dari mana adik mendapatkan informasi mengenai kalsium? [ ]
a. Televisi
b. Radio
c. Koran
d. Majalah
e. Internet
f. Orang tua
g. Guru
h. Teman
i. Lainnya, sebutkan.............................................................................

D. Pengaruh Teman
D1. Apakah setiap kali jajan adik selalu bersama teman?
a. Ya
b. Tidak
D2. Apakah makanan yang adik beli sama seperti yang dibeli oleh teman adik?
a. Ya selalu sama
b. Kadang-kadang
c. Tidak sama
D3. Siapakah yang mengusulkan jenis jajanan ketika adik dan teman adik jajan?
a. Saya
b. Teman
Kelas No. Resp
[ ] [ ]

D4. Apakah teman adik pernah mengusulkan untuk membeli makanan sumber
kalsium seperti susu, es krim, yogurt, biskuit?
a. Ya pernah
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
D5. Apakah teman adik pernah mengusulkan untuk membeli minuman bersoda (soft
drink), teh atau kopi?
a. Ya pernah
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah

E. KESUKAAN TERHADAP MAKANAN


**Isi pilihan makanan dibawah ini menurut tingkat kesukaan adik
Keterangan : STS = Sangat Tidak Suka
TS = Tidak Suka
N = Netral
S = Suka
SS = Sangat Suka

No JENIS MAKANAN STS TS N S SS Kode (diisi


oleh peneliti)
1. Susu Bubuk
2. Susu Sapi (murni)
3. Keju
4. Yogurt
5. Susu Kental Manis
6. Es Krim
7. Sarden
8. Tahu
9. Tempe
10. Oncom
11. Udang Segar
Kelas No. Resp
[ ] [ ]

No JENIS MAKANAN STS TS AS S SS Kode (diisi


oleh peneliti)
12. Teri
13. Ikan Mujair
14. Telur Ayam
15. Telur Asin
16. Bayam
17. Sawi/Cesin
18. Daun Singkong
19. Daun Katuk
20. Kangkung
21. Kacang Merah
22. Kacang Tanah

F. KEBIASAAN JAJANAN
No Makanan Jajanan ....... kali Tidak Skor
per pernah
minggu
1. Batagor
2. Gorengan
3. Mie Bakso
4. Mie Ayam
5. Empek-empek
6. Bakso Tusuk
7. Es Cendol
8. Yogurt
9. Petis/Asinan
10. Soft Drink
(Coca cola,fanta, sprite)
11. Biskuit,
merk....................
12. Ice Cream
13. Susu
14. Teh
15. Pop Ice
16. Lainnya,.........................
17.
18.

*keterangan: isi kolom dengan frekuensi jajan perminggu


Kelas No. Resp
[ ] [ ]
Kelas No. Resp
[ ] [ ]

FORMULIR FOOD FREKUENSI MAKANAN

....... per ....... per ........ per Tidak Jumlah yang dikonsumsi
No Jenis Makanan Hari minggu bulan Pernah Ukuran Rumah Berat (gram)
Tangga (URT)
1. Susu Bubuk,
2. Susu Cair,
3. Susu Kental Manis,
4. Susu Sapi Segar
5. Keju,
6. Susu Kedelai
7. Ikan Teri Kering
8. Ikan Teri Segar
9. Sarden
10. Rebon segar
11. Rebon Kering
12. Udang Segar
13. Udang Kering
14. Ikan Mujair goreng
15. Telur Ayam
16. Telur Asin
17. Tahu
18. Tempe
19. Oncom
20. Bayam
21. Sawi/Cesin
22. Katuk
23. Selada Air
24. Daun singkong
25. Kangkung
26. Kacang Merah
27. Kacang Tanah
Kelas No. Resp
[ ] [ ]

KETERSEDIAAN MAKANAN SUMBER KALSIUM

>2x/ 1x/ hari 4-6x/ 1-3x/ 1-3x/ Tidak


No Jenis Makanan
Hari minggu minggu bulan Pernah
1. Susu Bubuk, merk ...............................
2. Susu Cair, merk ...................................
3. Susu Kental Manis, merk ...................
4. Susu Sapi Segar
5. Keju, merk ...........................................
6. Yogurt
7. Es Krim
8. Susu Kedelai
9. Ikan Teri Kering
10. Ikan Teri Segar
11. Sarden
12. Rebon segar
13. Rebon Kering
14. Udang Segar
15. Udang Kering
16. Ikan Mujair goreng
17. Telur Ayam
18. Telur Asin
19. Tahu
20. Tempe
21. Oncom
22. Bayam
23. Sawi/Cesin
24. Katuk
25. Selada Air
26. Daun singkong
27. Kangkung
28. Kacang Merah
29. Kacang Tanah
LAMPIRAN

Selanjutnya, pada tabel 5.4 dapat dilihat distribusi responden menurut

frekuensi konsumsi pangan sumber kalsium.

Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Sumber Kalsium
pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010

>1x per 1x per 3-6 x per 1-2 x per 1-3 x per Tidak
Jenis Makanan hari hari minggu minggu bulan Pernah
N % n % n % n % n % n %
Teri Kering - - - - 38 29,5 65 50,4 13 10,1 13 10,1
Rebon Kering - - 1 0,8 9 7,0 19 14,7 17 3,2 83 64,3
Susu Bubuk 5 3,9 4 3,1 - - 41 31,8 32 24,8 47 36,4
Udang Kering - - - - - - 9 7,0 22 17,1 98 76,0
Keju - - 2 1,6 6 4,7 42 32,6 47 36,4 32 24,8
Rebon Segar - - - - 1 0,8 11 8,5 6 4,7 111 86,0
Mujair Goreng - - - - 16 12,4 39 30,2 39 30,2 35 27,1
Sarden - - - - - - 57 44,2 36 27,9 36 27,9
Susu Kental 19 14,7 21 16,3 14 10,9 46 35,7 21 16,3 8 6,2
Manis
Bayam - - 3 2,3 9 7,0 75 58,1 16 12,4 26 20,2
Susu UHT - - 12 9,3 3 2,3 57 44,2 35 27,1 22 17,1
Sawi - - 1 0,8 10 7,8 59 45,7 9 7,0 50 38,8
Daun Katuk - - - - 7 5,4 41 31,8 5 3,9 76 58,9
Daun Singkong - - - - 10 7,8 57 44,2 17 13,2 45 34,9
Susu Sapi - - - - - - 7 5,4 44 34,1 78 60,5
Udang Segar - - - - - - 11 18,5 18 14 100 77,5
Tempe - - 63 48,8 28 21,7 28 21,7 1 0,8 8 6,2
Tahu - - 77 59,7 16 12,4 27 20,9 1 0,8 8 6,2
Es krim - - - - - - 71 55 52 40,3 6 4,7
Telur Asin - - - - - - 51 39,5 45 34,9 33 25,6
Yogurt 4 3,1 16 12,4 29 22,5 50 38,8 10 7,8 20 15,5
Oncom - - 7 5,4 8 6,2 62 48,1 18 14 34 26,4
Kacang Merah - - - - 2 1,6 62 48,1 37 28,7 28 21,7
Kangkung - - - - 13 10,1 98 76 7 5,4 11 8,5
Kacang Tanah - - - - 9 7 68 52,7 36 27,9 16 12,4
Telur Ayam 1 0,8 43 33,3 31 24 41 31,8 2 1,6 11 8,5
Susu Kedele - - - - - - 11 8,5 16 12,4 102 79,1
Sumber: Data Primer
Adapun distribusi kebiasaan jajan menurut jenis makanan jajanan dapat

dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6
Distribusi Kebiasaan Jajan Menurut Jenis Makanan Jajanan
Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Setiap 3-5x per- 1-2x per- Tidak
Jenis Jajanan Hari minggu minggu Pernah
N % n % n % n %
Batagor - - 29 22,5 100 77,6 - -
Gorengan - - 99 76,8 20 15,5 - -
Bakso - - 29 22,5 100 77,6 - -
Mie Ayam - - - - 50 38,8 79 61,2
Empek-empek - - 31 24,8 91 70,6 6 4,7
Cilok 23 17,8 78 60,6 21 16,3 7 5,4
Asinan - - 7 5,4 93 72,1 29 22,5
Pop Ice 1 0,8 27 20,9 80 62,0 21 16,3
Es Cendol - - - - 87 67,4 42 32,6
Jenis Jajanan Sumber Kalsium
Biskuit - - 5 3,9 78 60,4 46 35,7
Ice Cream - - - - 71 55,1 58 45,0
Susu - - - - 85 65,9 44 34,1
Yogurt 23 17,8 78 60,6 21 16,3 7 5,4
Jenis Jajanan Penghambat Penyerapan Kalsium
Es Teh 13 10,1 75 58,1 35 27,2 6 4,7
Soft Drink 1 0,8 27 20,9 80 62,0 21 16,3
Sumber : Data Primer

Tingkat pengetahuan gizi ini dinilai dari hasil pertanyaan yang diajukan

kepada responden. Responden yang tidak mengetahui bahwa kalsium termasuk ke

dalam zat gizi golongan mineral adalah sebanyak 104 orang (80,6%). Sebanyak

125 responden (96,9%) tidak mengetahui bahwa ikan teri merupakan pangan yang

banyak mengandung kalsium. Selanjutnya, responden yang tidak mengetahui

bahwa vitamin D membantu penyerapan kalsium adalah sebanyak 72 orang

(55,8%). Responden yang tidak mengetahui bahwa sinar matahari merupakan

sumber vitamin D dalam kehidupan sehari-hari adalah sebanyak 98 orang (76,0%)

dan sebanyak 68 responden (52,7%) tidak mengetahui bahwa vitamin D

merupakan vitamin untuk kesehatan tulang dan gigi. Responden yang tidak
mengetahui bahwa masa remaja merupakan masa yang membutuhkan kalsium

lebih banyak adalah sebanyak 122 orang (94,6%).

Selanjutnya, sebanyak 80 responden (62%) tidak mengetahui makanan/

minuman penghambat penyerapan kalsium (kopi, teh, soft drink). Sedangkan

responden yang tidak mengetahui akibat dari kelebihan kalsium sebanyak 116

orang (89,9%). Adapun jenis pertanyaan yang jawabannya paling banyak salah

dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Gizi Siswi Berdasarkan
Jawaban Salah di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010

Jenis Pertanyaan Frekuensi Persentase


Kalsium termasuk ke dalam golongan mineral 104 80,6
Ikan teri merupakan pangan yang banyak mengandung 125 96,9
kalsium
Vitamin D membantu penyerapan kalsium 72 55,8
Sinar matahari adalah sumber vitamin D dalam 98 76,0
kehidupan sehari-hari
Vitamin D adalah vitain untuk kesehatan tulang dan 68 52,7
gigi
Masa remaja merupakan masa yang membutuhkan 122 94,6
kalsium lebih banyak
Kopi, teh, soft drink merupakan penghambat 80 62,0
penyerapan kalsium
Akibat kelebihan kalsium 116 89,9
Sumber: Data Primer

Selanjutnya di bawah ini terdapat pula tabel mengenai distribusi jenis

makanan sumber kalsium yang disukai oleh responden yang dikelompokkan

berdasarkan makanan dengan kandungan kalsium tinggi (500 mg), makanan

dengan kandungan kalsium antara 100-499 mg dan makanan dengan kandungan

kalsium rendah (< 99 mg).

Tabel 5.13
Distribusi Responden Menurut Kesukaan Terhadap Makanan Sumber
Kalsium pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur tahun 2010
Jenis Makanan Jumlah (n) Persentase
Makanan dengan Kandungan Kalsium Tinggi (500 mg)
Teri Kering 85 65,9
Rebon Kering 114 88,4
Susu Bubuk 96 74,4
Keju 9 7,0
Makanan dengan kandungan kalsium 100-499 mg
Mujair Goreng 95 73,7
Sarden 128 99,2
Susu Kental Manis 117 90,7
Bayam 85 65,9
Sawi 110 85,3
Daun Katuk 74 57,4
Daun Singkong 70 54,3
Susu Sapi Murni 88 68,2
Udang Segar 57 44,2
Tempe 119 92,2
Jenis Makanan Jumlah (n) Persentase
Tahu 94 72,9
Es Krim 119 92,2
Telur Asin 124 96,1
Yogurt 102 79,1
Makanan dengan kandungan kalsium < 99 mg
Oncom 115 89,1
Kacang Merah 116 89,9
Kangkung 52 40,3
Kacang Tanah 84 65,1
Telur Ayam 78 60,5
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa makanan dengan kandungan

kalsium tinggi (500 mg) yang banyak disukai responden adalah rebon kering

sebanyak 114 orang (88,4%). Makanan dengan kandungan kalsium 100-499 mg

yang paling banyak disukai responden adalah sarden sebanyak 128 orang (99,2%),

sedangkan makanan dengan kandungan kalsium < 99 mg yang paling banyak

disukai oleh responden adalah kacang merah sebanyak 116 (89,9%).

Distribusi ketersediaan pangan sumber kalsium yang dikelompokkan

menjadi golongan susu dan hasil olahannya, golongan ikan dan telur, golongan

kacang-kacangan dan golongan sayur mayur dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.16
Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Ketersediaan Pangan Sumber
Kalsium Golongan Susu dan Hasil Olahannya pada Siswi SMPN 1 Mande
Cianjur Tahun 2010
Setiap 1x per- 1-3x per- Tidak
Jenis Pangan Hari minggu bulan tersedia
N % n % n % n %
Susu Bubuk 8 6,2 24 18,6 30 23,3 45 34,9
Susu UHT 3 2,3 57 44,2 38 29,5 24 18,6
Susu Kental Manis 41 31,8 27 20,9 18 13,9 10 7,8
Susu sapi segar - - 5 3,9 38 29,5 83 64,3
Keju - - 20 15,5 59 45,8 41 31,8
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.16 diketahui bahwa pangan golongan susu dan hasil

olahannya yang paling banyak tersedia setiap harinya di rumah adalah susu kental

manis (41 orang atau 31,8%), dan yang paling banyak tidak tersedia di rumah

adalah susu sapi segar (83 orang atau 64,3%).

Tabel 5.17
Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Ketersediaan Pangan Sumber
Kalsium Golongan Ikan dan Telur pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur
Tahun 2010
Setiap 1x per- 1-3x per- Tidak
Jenis Pangan Hari minggu bulan tersedia
N % n % n % n %
Teri Kering 23 17,8 30 23,3 15 11,6 13 10,1
Teri Segar - - 17 13,2 23 17,9 80 62,0
Sarden - - 37 28,7 38 29,5 36 27,9
Rebon Segar - - 8 6,2 5 3,9 109 84,5
Rebon Kering 2 1,6 16 12,4 33 25,6 82 63,6
Udang Segar - - 8 6,2 16 12,4 101 78,3
Udang Kering - - 9 7,0 19 14,7 99 76,7
Mujair - - 32 24,8 42 32,6 38 29,5
Telur Ayam 55 42,6 18 14,0 4 3,2 9 7,0
Telur Asin 2 1,6 41 31,8 38 29,5 33 25,6
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.17 pangan golongan ikan dan telur yang paling

banyak tersedia setiap harinya di rumah adalah telur ayam (55 orang atau 42,6%),
sedangkan ikan teri yang kandungan kalsiumnya paling tinggi tersedia setiap hari

hanya pada 23 responden (17,8%). Selanjutnya pangan golongan ikan dan telur

yang paling banyak tidak tersedia adalah rebon segar (109 orang atau 84,5%).

Tabel 5.18
Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Jenis Pangan Sumber Kalsium
Golongan Kacang-kacangan pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Setiap 1x per- 1-3x per- Tidak
Jenis Pangan Hari minggu bulan tersedia
N % n % n % n %
Susu Kacang Kedelai - - 8 6,2 14 10,9 102 79,1
Tahu 78 60,5 20 15,5 2 1,6 7 5,4
Tempe 72 55,8 18 14,0 3 2,4 5 3,9
Oncom 4 3,1 51 39,5 28 14,0 36 27,9
Kacang Merah - - 35 27,1 37 28,7 28 21,7
Kacang Tanah - - 35 27,1 34 26,4 15 11,6
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.18 pangan sumber kalsium jenis kacang-kacangan

yang paling banyak tersedia setiap harinya di rumah adalah tahu (78 orang atau

60,5%). Sedangkan yang paling banyak tidak tersedia di rumah adalah susu kacang

kedelai (102 orang atau 79,1%).

Tabel 5.19
Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Ketersediaan Pangan Sumber
Kalsium Golongan Sayur-sayuran pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur
Tahun 2010
Setiap 1x per- 1-3x per- Tidak
Jenis Pangan Hari minggu bulan tersedia
N % n % n % n %
Bayam - - 55 42,6 18 13,9 25 19,4
Sawi - - 41 31,8 6 4,7 51 39,5
Katuk - - 32 24,8 6 4,6 76 58,9
Selada Air - - 8 6,2 6 4,6 104 80,6
Daun Singkong - - 34 26,4 19 14,8 46 35,7
Kangkung - - 62 48,1 7 5,4 13 10,1
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.19 pangan sumber kalsium golongan sayur-sayuran

yang paling banyak tersedia setiap minggu di rumah adalah kangkung (66 orang
atau 48,1%). Sedangkan yang paling banyak tidak tersedia adalah selada air (104

orang atau 80,6%).


LAMPIRAN HASIL ANALISIS SPSS

1. KONSUMSI KALSIUM
Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

asupan_ca 122 226.06 1450.22 769.6054 297.31086

Valid N (listwise) 122

kons_Ca

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid kurang 94 77.0 77.0 77.0

cukup 28 23.0 23.0 100.0

Total 122 100.0 100.0

2. KEBIASAAN JAJAN

Descriptives

Statistic Std. Error

Skor_jjn Mean 25.11 .375

95% Confidence Interval for Lower Bound 24.37


Mean
Upper Bound 25.86

5% Trimmed Mean 25.13

Median 25.00

Variance 17.127

Std. Deviation 4.139

Minimum 16

Maximum 34
Range 18

Interquartile Range 6

Skewness .038 .219

Kurtosis -.680 .435

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


*
Skor_jjn .071 122 .200 .982 122 .104

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

kat_biasaJJN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid jarang 53 43.4 43.4 43.4

sering 69 56.6 56.6 100.0

Total 122 100.0 100.0

kat_biasaJJN * kons_Ca Crosstabulation

kons_Ca

kurang cukup Total

kat_biasaJJN Jarang Count 42 11 53

% within kat_biasaJJN 79.2% 20.8% 100.0%

Sering Count 52 17 69

% within kat_biasaJJN 75.4% 24.6% 100.0%

Total Count 94 28 122

% within kat_biasaJJN 77.0% 23.0% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .256 1 .613
b
Continuity Correction .083 1 .773

Likelihood Ratio .257 1 .612

Fisher's Exact Test .669 .389

Linear-by-Linear Association .253 1 .615


b
N of Valid Cases 122

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,16.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for kat_biasaJJN


1.248 .528 2.951
(jarang / sering)

For cohort kons_Ca = kurang 1.052 .867 1.275

For cohort kons_Ca = cukup .842 .432 1.644

N of Valid Cases 122


3. PENGETAHUAN GIZI

Descriptives

Statistic Std. Error

skor_tahu Mean 7.89 .190

95% Confidence Interval for Lower Bound 7.52


Mean
Upper Bound 8.27

5% Trimmed Mean 7.89

Median 8.00

Variance 4.394

Std. Deviation 2.096

Minimum 3

Maximum 12

Range 9

Interquartile Range 4

Skewness -.065 .219

Kurtosis -.728 .435

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

skor_tahu .127 122 .000 .964 122 .002

a. Lilliefors Significance Correction

Kat_tahu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid kurang 48 39.3 39.3 39.3

cukup 74 60.7 60.7 100.0

Total 122 100.0 100.0


kat_tahu * kons_Ca Crosstabulation

kons_Ca

kurang cukup Total

kat_tahu kurang Count 34 14 48

% within kat_tahu 70.8% 29.2% 100.0%

cukup Count 60 14 74

% within kat_tahu 81.1% 18.9% 100.0%

Total Count 94 28 122

% within kat_tahu 77.0% 23.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 1.729 1 .189
b
Continuity Correction 1.198 1 .274

Likelihood Ratio 1.702 1 .192

Fisher's Exact Test .196 .137

Linear-by-Linear Association 1.715 1 .190


b
N of Valid Cases 122

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,02.

b. Computed only for a 2x2 table


Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for kat_tahu


.567 .242 1.328
(kurang / cukup)

For cohort kons_Ca = kurang .874 .707 1.080

For cohort kons_Ca = cukup 1.542 .808 2.940

N of Valid Cases 122

zat gizi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid salah 4 3.3 3.3 3.3

benar 118 96.7 96.7 100.0

Total 122 100.0 100.0

zat gizi diperlukan oleh

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid salah 1 .8 .8 .8

benar 121 99.2 99.2 100.0

Total 122 100.0 100.0

zat gizi diperoleh dari

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid salah 8 6.6 6.6 6.6

benar 114 93.4 93.4 100.0

Total 122 100.0 100.0


Ca termasuk golongan apa

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid salah 98 80.3 80.3 80.3

benar 24 19.7 19.7 100.0

Total 122 100.0 100.0

dalam tubuh manusia Ca banyak tersimpan di

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid salah 20 15.6 15.6 15.6

benar 102 83.6 83.6 99.2

100.0

Total 122 100.0 100.0

bahan makanan paling banyak mengandung Ca

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid salah 118 96.7 96.7 96.7

benar 4 3.3 3.3 100.0

Total 122 100.0 100.0

bahan makanan bukan sumber Ca

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid salah 25 20.5 20.5 20.5

benar 97 79.5 79.5 100.0

Total 122 100.0 100.0


fungsi Ca

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid salah 38 31.1 31.1 31.1

benar 84 68.9 68.9 100.0

Total 122 100.0 100.0

Akibat kekurangan Ca dlm wktu lama

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid salah 39 32.0 32.0 32.0

benar 83 68.0 68.0 100.0

Total 122 100.0 100.0

Pembantu penyerapan Ca

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid salah 67 54.9 54.9 54.9

benar 55 45.1 45.1 100.0

Total 122 100.0 100.0

Sumber vit D dlm khdupan sehari-hari

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid salah 91 74.6 74.6 74.6

benar 31 25.4 25.4 100.0

Total 122 100.0 100.0


Pd masa apa Ca lbh bnyk dibutuhkan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid salah 116 95.1 95.1 95.1

benar 6 4.9 4.9 100.0

Total 122 100.0 100.0

makanan/minuman penghambat penyerapan Ca

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid salah 74 60.7 60.7 60.7

benar 48 39.3 39.3 100.0

Total 122 100.0 100.0

vit utk kesehatan tulang dan gigi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid salah 61 50.0 50.0 50.0

benar 61 50.0 50.0 100.0

Total 122 100.0 100.0

akibat kelebihan ca

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid salah 109 89.3 89.3 89.3

benar 13 10.7 10.7 100.0

Total 122 100.0 100.0


4. KETERPAPARAN INFORMASI
Kat_terpaparInfo

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid jarang 19 15.6 15.6 15.6

sering 103 84.4 84.4 100.0

Total 122 100.0 100.0

Sumber media

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid televisi 113 92.6 92.6 92.6

radio 9 7.4 7.4 100.0

Total 122 100.0 100.0

terpaparInfo * kons_Ca Crosstabulation

kons_Ca

kurang cukup Total

trpprinfo jarang Count 19 1 20

% within c2 95.0% 5.0% 100.0%

sering Count 75 27 102

% within c2 73.5% 26.5% 100.0%

Total Count 94 28 122

% within c2 77.0% 23.0% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 4.359 1 .037
b
Continuity Correction 3.229 1 .072

Likelihood Ratio 5.602 1 .018

Fisher's Exact Test .042 .027

Linear-by-Linear Association 4.323 1 .038


b
N of Valid Cases 122

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,59.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for c2 (jarang /


6.840 .873 53.582
sering)

For cohort kons_Ca = kurang 1.292 1.108 1.507

For cohort kons_Ca = cukup .189 .027 1.311

N of Valid Cases 122

5. PENGARUH TEMAN
Descriptives

Statistic Std. Error

skor_pngruhTMN Mean 9.2213 .14655

95% Confidence Interval for Lower Bound 8.9312


Mean
Upper Bound 9.5114

5% Trimmed Mean 9.2368

Median 9.0000

Variance 2.620
Std. Deviation 1.61865

Minimum 6.00

Maximum 13.00

Range 7.00

Interquartile Range 2.25

Skewness .002 .219

Kurtosis -.616 .435

kat_pngruhTMN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ada pengaruh 76 62.3 62.3 62.3

tidak ada pengaruh 46 37.7 37.7 100.0

Total 122 100.0 100.0

kat_pngruhTMN * kons_Ca Crosstabulation

kons_Ca

kurang cukup Total

kat_pngruhTMN ada pengaruh Count 63 13 76

% within kat_pngruhTMN 82.9% 17.1% 100.0%

tidak ada pengaruh Count 31 15 46

% within kat_pngruhTMN 67.4% 32.6% 100.0%

Total Count 94 28 122

% within kat_pngruhTMN 77.0% 23.0% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 3.895 1 .048
b
Continuity Correction 3.068 1 .080

Likelihood Ratio 3.804 1 .051

Fisher's Exact Test .074 .041

Linear-by-Linear Association 3.863 1 .049


b
N of Valid Cases 122

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,56.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for


kat_pngruhTMN (ada
2.345 .994 5.531
pengaruh / tidak ada
pengaruh)

For cohort kons_Ca = kurang 1.230 .982 1.541

For cohort kons_Ca = cukup .525 .275 1.001

N of Valid Cases 122


6. KESUKAAN/ PREFERENSI
Descriptives

Statistic Std. Error

skor_suka Mean 69.5574 .57861

95% Confidence Interval for Lower Bound 68.4119


Mean
Upper Bound 70.7029

5% Trimmed Mean 69.7195

Median 70.0000

Variance 40.844

Std. Deviation 6.39091

Minimum 51.00

Maximum 84.00

Range 33.00

Interquartile Range 9.00

Skewness -.350 .219

Kurtosis .465 .435

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


*
skor_suka .066 122 .200 .985 122 .178

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

kat_suka

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak suka 59 48.4 48.4 48.4

suka 63 51.6 51.6 100.0

Total 122 100.0 100.0

kat_suka * kons_Ca Crosstabulation

kons_Ca

kurang cukup Total

kat_suka tidak suka Count 47 12 59

% within kat_suka 79.7% 20.3% 100.0%

Suka Count 47 16 63

% within kat_suka 74.6% 25.4% 100.0%

Total Count 94 28 122

% within kat_suka 77.0% 23.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .441 1 .507
b
Continuity Correction .201 1 .654

Likelihood Ratio .442 1 .506

Fisher's Exact Test .527 .328

Linear-by-Linear Association .437 1 .509


b
N of Valid Cases 122

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,54.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for kat_suka


1.333 .569 3.122
(tidak suka / suka)

For cohort kons_Ca = kurang 1.068 .880 1.296

For cohort kons_Ca = cukup .801 .414 1.548

N of Valid Cases 122

Susu_bubuk

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid STS 4 3.3 3.3 3.3

TS 25 20.5 20.5 23.8

AS 37 30.3 30.3 54.1

S 56 45.9 45.9 100.0

Total 122 100.0 100.0

Sususapi_murni

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TS 38 31.1 31.1 31.1

AS 64 52.5 52.5 83.6

S 20 16.4 16.4 100.0

Total 122 100.0 100.0


keju

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TS 114 93.4 93.4 93.4

AS 4 3.3 3.3 96.7

S 4 3.3 3.3 100.0

Total 122 100.0 100.0

yogurt

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TS 27 22.1 22.1 22.1

S 95 77.9 77.9 100.0

Total 122 100.0 100.0

SKM

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TS 7 5.7 5.7 5.7

AS 1 .8 .8 6.6

S 114 93.4 93.4 100.0

Total 122 100.0 100.0


Es_krim

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TS 9 7.4 7.4 7.4

AS 10 8.2 8.2 15.6

S 103 84.4 84.4 100.0

Total 122 100.0 100.0

sarden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TS 1 .8 .8 .8

S 121 99.2 99.2 100.0

Total 122 100.0 100.0

tahu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 20 16.4 16.4 16.4

STS 65 53.3 53.3 69.7

TS 13 10.7 10.7 80.3

AS 4 3.3 3.3 83.6

S 20 16.4 16.4 100.0

Total 122 100.0 100.0


tempe

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 3 2.5 2.5 2.5

STS 83 68.0 68.0 70.5

TS 6 4.9 4.9 75.4

AS 4 3.3 3.3 78.7

S 26 21.3 21.3 100.0

Total 122 100.0 100.0

oncom

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TS 16 13.1 13.1 13.1

AS 31 25.4 25.4 38.5

S 75 61.5 61.5 100.0

Total 122 100.0 100.0

Udang_segar

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TS 65 53.3 53.3 53.3

AS 9 7.4 7.4 60.7

S 48 39.3 39.3 100.0

Total 122 100.0 100.0


teri

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TS 40 32.8 32.8 32.8

S 82 67.2 67.2 100.0

Total 122 100.0 100.0

mujair

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TS 30 24.6 24.6 24.6

S 92 75.4 75.4 100.0

Total 122 100.0 100.0

Telur_ayam

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TS 45 36.9 36.9 36.9

S 77 63.1 63.1 100.0

Total 122 100.0 100.0

Telur_asin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TS 6 4.9 4.9 4.9

AS 32 26.2 26.2 31.1

S 84 68.9 68.9 100.0

Total 122 100.0 100.0


bayam

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TS 41 33.6 33.6 33.6

AS 7 5.7 5.7 39.3

S 74 60.7 60.7 100.0

Total 122 100.0 100.0

Sawi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TS 18 14.8 14.8 14.8

AS 11 9.0 9.0 23.8

S 93 76.2 76.2 100.0

Total 122 100.0 100.0

Daun_singkong

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TS 56 45.9 45.9 45.9

AS 2 1.6 1.6 47.5

S 64 52.5 52.5 100.0

Total 122 100.0 100.0


Daun_katuk

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TS 51 41.8 41.8 41.8

AS 16 13.1 13.1 54.9

S 55 45.1 45.1 100.0

Total 122 100.0 100.0

katuk

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TS 72 59.0 59.0 59.0

AS 2 1.6 1.6 60.7

S 48 39.3 39.3 100.0

Total 122 100.0 100.0

kangkung

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TS 11 9.0 9.0 9.0

S 111 91.0 91.0 100.0

Total 122 100.0 100.0


Kacang merah

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid
TS 4421 34.4 33.6 34.4

S 80 65.6 65.6 100.0

Total 122 100.0 100.0

7. KETERSEDIAAN MAKANAN SUMBER KALSIUM

Descriptives

Statistic Std. Error

skor_ktrsediaan Mean 41.13 .849

95% Confidence Interval for Lower Bound 39.45


Mean
Upper Bound 42.81

5% Trimmed Mean 40.93

Median 40.00

Variance 87.900

Std. Deviation 9.376

Minimum 17

Maximum 64

Range 47

Interquartile Range 11

Skewness .308 .219

Kurtosis -.046 .435


Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


*
skor_ktrsediaan .069 122 .200 .984 122 .168

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

ktrsediaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid jarang 63 51.6 51.6 51.6

sering 59 48.4 48.4 100.0

Total 122 100.0 100.0

ktrsediaan * kons_Ca Crosstabulation

kons_Ca

kurang cukup Total

ktrsediaan jarang Count 57 6 63

% within ktrsediaan 90.5% 9.5% 100.0%

sering Count 37 22 59

% within ktrsediaan 62.7% 37.3% 100.0%

Total Count 94 28 122

% within ktrsediaan 77.0% 23.0% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 13.281 1 .000
b
Continuity Correction 11.758 1 .001

Likelihood Ratio 13.877 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 13.172 1 .000


b
N of Valid Cases 122

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,54.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for ktrsediaan


5.649 2.093 15.248
(jarang / sering)

For cohort kons_Ca = kurang 1.443 1.167 1.784

For cohort kons_Ca = cukup .255 .111 .586

N of Valid Cases 122


Distribusi jawaban variabel pengetahuan mengenai periode yang paling banyak
membutuhkan kalsium.

Pd masa apa Ca lbh bnyk dibutuhkan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid semua benar 18 14.8 14.8 14.8

bayi 22 18.0 18.0 32.8

lansia 75 61.5 61.5 94.3

remaja 7 5.7 5.7 100.0

Total 122 100.0 100.0

Hasil tabulasi silang antara variabel pengetahuan dengan ketersediaan


makanan sumber kalsium di rumah

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kat_tahu = 2 & ktrsediaan =


39 100.0% 0 .0% 39 100.0%
1 (FILTER) * kons_Ca

kat_tahu = 2 & ktrsediaan = 1 (FILTER) * kons_Ca Crosstabulation

Count

kons_Ca

kurang cukup Total

kat_tahu = 2 & ktrsediaan = Selected


37 2 39
1 (FILTER)

Total 37 2 39
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kat_tahu = 2 & ktrsediaan =


39 100.0% 0 .0% 39 100.0%
1 (FILTER) * kons_Ca

kat_tahu = 2 & ktrsediaan = 1 (FILTER) * kons_Ca Crosstabulation

Count

kons_Ca

kurang cukup Total

kat_tahu = 2 & ktrsediaan = Selected


37 2 39
1 (FILTER)

Total 37 2 39

Hasil tabulasi silang antara variabel pengetahuan dengan ketersediaan


makanan sumber kalsium di rumah

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kat_suka = 2 & ktrsediaan =


23 100.0% 0 .0% 23 100.0%
1 (FILTER) * kons_Ca
kat_suka = 2 & ktrsediaan = 1 (FILTER) * kons_Ca
Crosstabulation

Count

kons_Ca

kurang Total

kat_suka = 2 & ktrsediaan = Selected


23 23
1 (FILTER)

Total 23 23

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kat_suka = 1 & ktrsediaan =


19 100.0% 0 .0% 19 100.0%
2 (FILTER) * kons_Ca

kat_suka = 1 & ktrsediaan = 2 (FILTER) * kons_Ca Crosstabulation

Count

kons_Ca

kurang cukup Total

kat_suka = 1 & ktrsediaan = Selected


13 6 19
2 (FILTER)

Total 13 6 19

Anda mungkin juga menyukai