TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
2.2 ETIOLOGI
Sumber patogen yang paling umum adalah bakteri gram negatif, terutama
Escherichia coli. Escherichia coli (E. Coli) bertanggung jawab 90% dari episode
ISK. Bakteri gram positif (terutama Enterococci dan Staphylococci) mewakili 5-
7% kasus. Hospital-acquired infection menunjukkan pola yang lebih luas dari
bakteri yang agresif, seperti Klebsiella, Serratia dan Pseudomonas sp.
Streptokokus grup A dan B relatif umum pada bayi baru lahir (European
Association of Urology, 2013).
2.3 EPIDEMIOLOGI
ISK merupakan penyakit yang relatif sering pada anak. Kejadian ISK
tergantung pada umur dan jenis kelamin. Prevalensi ISK pada neonatus berkisar
antara 0,1% hingga 1%, dan meningkat menjadi 14% pada neonatus dengan
demam, dan 5,3% pada bayi. Pada bayi asimtomatik, bakteriuria didapatkan pada
2.4 PATOGENESIS
Terjadinya ISK pada anak dapat melalui beberapa cara. Pada bayi, terutama
neonatus biasanya bersifat hematogen sebagai akibat terjadinya sepsis. Pada anak
besar infeksi biasanya berasal dari daerah perineum yang kemudian menjalar
secara ascendens sampai ke kandung kemih, ureter atau ke parenkim ginjal.
Adanya kelainan kongenital traktus urinarius terutama yang bersifat obstruktif dan
refluks merupakan faktor predisposisi timbulnya ISK. Faktor predisposisi lainnya
yaitu batu saluran kemih, pemasangan kateter kandung kemih, tumor, dan lain-
lain (Ilmu Kesehatan Anak FK UI, 1985)
Gambar 2-1. Masuknya kuman secara ascending ke dalam saluran kemih, (1)
Kolonisasi kuman di sekitar uretra, (2) masuknya kuman melalui uretra ke buli-
buli, (3) penempelan kuman pada dinding buli-buli, (4) masuknya kuman melalui
ureter ke ginjal ( Purnomo, 2003 )
Gejala klinis ISK pada anak sangat bervariasi, ditentukan oleh intensitas
reaksi peradangan, letak infeksi (ISK atas dan ISK bawah), dan umur pasien.
Sebagian ISK pada anak merupakan ISK asimtomatik, umumnya ditemukan pada
anak umur sekolah, terutama pada anak perempuan . ISK asimtomatik umumnya
tidak berlanjut menjadi pielonefritis dan prognosis jangka panjang baik (UKK
Nefrologi IDAI, 2011).
Pada neonatus gejala klinis tidak spesifik, berupa demam, hipotermi,
ikterus, iritabel, muntah, gagal tumbuh dan lain sebagainya. Pada bayi dan balita
gejala klinis nya berupa demam, gejala saluran cerna (misalnya, muntah, diare,
sakit perut), atau urin yang berbau busuk (Hay et al., 2007)
Pada anak usia sekolah umumnya memiliki tanda klasik sistitis (frekuensi,
disuria, dan urgensi) atau pielonefritis (demam, muntah , dan nyeri pinggang).
Pada pemeriksaan fisik kelainan yang berhubungan dengan saluran kemih
meliputi massa abdomen, perbesaran ginjal, dan kelainan meatus urethra (lubang
uretra). Kekuatan aliran urin yang berkurang merupakan petunjuk untuk obstruksi
atau kandung kemih neurogenik (Weinberg, G. A, 2010)
2.6 DIAGNOSIS
Diagnosis ISK ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium yang dipastikan dengan kultur urin. Pemeriksaan
urinalisis dan kulur urin adalah prosedur yang terpenting. Oleh sebab itu kualitas
pemeriksaan urin memegang peran utama untuk menegakkan diagnosis.
a. Urinalisis
Urinalisis saja tidak cukup untuk mendiagnosa ISK. Anak-anak dengan
demam yang tidak jelas dan gejala berkemih mungkin memiliki kultur urin positif
bahkan ketika dijumpai hasil yang abnormal pada tes dipstik dan urin lengkap.
Fungsi CRP
CRP (C-reactive protein) berperan dalam pertahanan tubuh manusia
melalui respon inflamasi alamiah yang merupakan pertahanan tubuh pertama.
CRP bekerja secara bersamaan dengan sistem imunitas didapat untuk melawan
patogen dan mikroba. CRP akan mengikat antigen melalui mekanisme yang
melibatkan kalsium yang berperan menambah aktivitas proses fagositosis.
Konsentrasi serum CRP mencapai kadar patologis jika diatas 6 mg/l. CRP dapat
digunakan untuk memonitor inflamasi akibat dari infeksi maupun tidak infeksi
dan untuk menilai kemajuan terapi. (Prestegard, E., 2006)
2.7 TATALAKSANA
Tatalaksana ISK didasarkan pada beberapa faktor seperti umur pasien,
lokasi infeksi, gejala klinis, dan ada tidaknya kelainan yang menyertai ISK.
Sistitis dan pielonefritis memerlukan pengobatan yang berbeda. Keterlambatan
pemberian antibiotik merupakan faktor resiko penting terhadap terjadinya jaringan
parut pada pielonefritis. Sebelum pemberian antibiotik, terlebih dahulu diambil
sampel urin untuk kultur urin dan resistensi antimikroba. Penanganan ISK yang
2.8 KOMPLIKASI
ISK dapat menyebabkan gagal ginjal akut, bakterimia, sepsis, dan
meningitis. Komplikasi ISK jangka panjang adalah parut ginjal, gagal ginjal, dan
lain-lain. Faktor resiko terjadinya parut ginjal antara lain karena keterlambatan
pemberian antibiotik, infeksi berulang, VUR, dan obstruksi saluran kemih. (UKK
Nefrologi IDAI, 2011)
2.9 PROGNOSIS
Pada anak yang ditatalaksana dengan baik, jarang berlanjut ke gagal ginjal
kecuali mereka memiliki kelainan pada saluran kemihnya. Dan pada anak dengan
infeksi yang berulang, terutama dengan adanya VUR diperkirakan (tapi tidak
terbukti) menyebabkan jaringan parut ginjal, yang dapat menyebabkan hipertensi
dan stadium akhir penyakit ginjal. (Weinberg, G.A., 2010)