Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA
KEDOKTERAN
OLEH:
Septia Wahyuni
NIM: 1110103000047
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
HUBI]NGAI\I STATUS GIZI AI\TROPOMETRI DAh[ USIA MENARCHEPADA
SISWI DI MTS N TAIYGERANG II PAMUII\NG TAHI]N 2013
LPoTS Penelitian Diajukm kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokterm
dan Ilnu Kesehatan untuk Mesrenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar'Sa6ana feOotaeran
(S.Ked)
Oleh
Sentia Wahvrmi
NIM: 11101CI3000047
Pmbimbing I Pembimbing
j4-
dr Taufik zain, Sp6C (K) dr Fika Ekayanti, M.Md.Bl.
JAI(ARTA
1434H/2013M
iii
::,,:--;-.
LEMBAR PENGESATIAN
Laporan penelitian bedudul Hubungan Status Gizi Antropometri Dan Usia Mmarche
Pada Siswi Di MTS N Tangerang II Pamulang Tahun 2013 yang diajukan oleh Septia
Wahyuni (NIM : 1110103000047), telah diujikan dalam gidang di Fakulras Kedokteran dan
ILnu Kesehatan pada Juli 2013. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Pendidikan Dolder.
P+'
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang Penbimbing I Pembimbing2
Penguji 1 ji 2
PIMPINAN FAKULTAS
tv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya serta nikmat yang tiada terkira kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Hubungan Status Gizi Antropometri
Dan Usia Menarche Pada Siswi Di MTS N Tangerang II Pamulang Tahun 2013”.
Shalawat beserta salam senantiasa tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW, semoga
kita mendapatkan syafaatnya di akhirat nanti. Amin.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih
kepada:
1. Prof. DR. (hc). dr. M.K Tadjudin, SpAnd, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku ketua Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr Taufik Zain, SpOG (K) dan dr Fika Ekayanti, M.Med.Ed, selaku dosen
pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing
penulis selama penelitian dan penyusunan laporan ini.
4. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK dan dr. Francisca A. Tjakradidjaja, M.S, SpGK
selaku penguji sidang yang telah banyak memberikan saran kepada penulis.
5. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggung jawab riset PSPD 2010 yang
selalu mengingatkan kami untuk menyelesaikan riset.
6. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh civitas akademika Program Studi Pendidikan
Dokter yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis.
7. Pihak Kementrian Agama Republik Indonesia yang telah memberikan kesempatan
menerima beasiswa kuliah sampai penulis menyelesaikan riset ini.
8. Pihak guru dan petugas UKS MTS N Tangerang II Pamulang yang telah memberikan
izin serta membantu penulis dalam melakukan pengambilan data di lokasi penelitian.
v
9. Ayah H. Hotman Sayuti Harahap, ibu Hj. Elvi Sarianna, serta adik-adik yang tidak
hentinya memberikan kasih sayang, nasihat, serta doa yang senantiasa dipanjatkan
demi kesuksesan penulis.
10. Teman-teman kelompok 17 riset, Maulida Nur Soraya, Novita Vidi Yanty, Syrojudin
Hadi, yang telah memberikan motivasi dan mengingatkan agar menyelesaikan riset
tepat waktu.
11. Sahabat-sahabat di Program Studi Pendidikan Dokter 2010 yang telah banyak
memberikan ilmu dan motivasi dalam kebersamaan selama 3 tahun ini.
12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan riset ini, yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih untuk semuanya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan riset ini masih kurang dari sempurna,
sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi kemajuan di masa yang akan
datang.
Demikian laporan penelitian ini penulis buat, semoga bermanfaat bagi para pembacanya.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan ridho-Nya kepada kita semua. Amin.
Penulis
vi
ABSTRAK
Septia Wahyuni. Program Studi Pendidikan Dokter. Hubungan Status Gizi Antropometri dan
Usia Menarche pada Siswi di MTs N Tangerang II Pamulang Pada Tahun 2013.
Latar belakang: Berbagai penelitian menunjukkan bahwa usia menarche semakin menurun
pada 20 tahun terakhir, baik di negara-negara Amerika, Eropa, maupun Asia dan hal ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara status gizi dan
usia menarche pada siswi di MTs N Tangerang II Pamulang pada tahun 2013. Metode: Studi
analitik cross-sectional. Subjek penelitian berjumlah 121 orang yang diambil dengan teknik
random sampling dan diuji menggunakan uji Chi-square. Hasil: Rata-rata usia menarche
pada siswi MTs N Tangerang II Pamulang adalah 11,68 tahun dengan simpang baku 0,71. Uji
statistik didapatkan p-value 0,033(p<0,05). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara status gizi
dengan usia menarche.
Background: Various studies have shown that the age of menarche had been declined in the
last 20 years, in the countries of America, Europe, and Asia, and it was influenced by various
factors. Objective: To determine the relationship between nutritional status and age at
menarche in female adolescents at MTsN Pamulang Tangerang II in 2013. Method: cross-
sectional analytic study. Random sampling technique was used to take 121 subjects and
processed with chi-quare statictical test. Results: The average age of menarche in girls at
MTsN Tangerang II Pamulang is 11.68 years with standard deviations of 0.71. Statistic test
obtained p-value 0.033(p<0,05). Conclusion: There is a relationship between nutritional
status with age of menarche.
vii
DAFTAR ISI
viii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian................................................................................................................21
3.2 Waktu Penelitian................................................................................................................21
3.2.1 Tempat Penelitian...............................................................................................21
3.2.2 Waktu Penelitian.................................................................................................21
3.3 Populasi dan Besar Sampel................................................................................................21
3.3.1 Populasi...............................................................................................................21
3.3.2 Sampel.................................................................................................................21
3.3.3 Cara Pengambilan Sampel..................................................................................22
3.3.4 Kriteria Sampel...................................................................................................23
ix
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................37
5.1 Kesimpulan.........................................................................................................................37
5.2 Saran...................................................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................38
LAMPIRAN............................................................................................................................41
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Tingkat Kematangan Seksual Pada Anak Perempuan ..........................10
Tabel 2.2 Penggolongan Keadaan Gizi Menurut Indeks Antropometri...................................13
Tabel 2.3 Status Gizi Berdasarkan Grafik IMT/U...................................................................16
Tabel 2.4 Status Gizi Berdasarkan z-score Anak Perempuan Usia 5-18 Tahun......................19
Tabel 4.1 Distribusi Usia siswi di MTS N Tangerang II Pamulang Tahun 2013....................26
Tabel 4.2 Distribusi Berat Badan siswi di MTS N Tangerang II Pamulang Tahun 2013........27
Tabel 4.3 Distribusi Status Gizi Berdasarkan Umur siswi di MTS N Tangerang II Pamulang
Tahun 2013...............................................................................................................................27
Tabel 4.4 Distribusi Tinggi Badan siswi di MTS N Tangerang II Pamulang Tahun 2013......28
Tabel 4.5 Distribusi Klasifikasi Tinggi Badan siswi di MTS N Tangerang II Pamulang Tahun
2013..........................................................................................................................................28
Tabel 4.6 Distribusi IMT siswi di MTS N Tangerang II Pamulang Tahun 2013....................29
Tabel 4.2 Distribusi Status Gizi Remaja Putri di MTS N Tangerang II Pamulang Tahun
2013..........................................................................................................................................29
Tabel 4.3 Distribusi Usia Menarche Remaja Putri di MTS N Tangerang II Pamulang Tahun
2013..........................................................................................................................................30
Tabel 4.4 Distribusi Pengelompokan Usia Menarche Remaja Putri di MTS N Tangerang II
Pamulang Tahun 2013..............................................................................................................30
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Mengkonsumsi Fast food pada Remaja Putri di MTS N
Tangerang II Pamulang Tahun 2013........................................................................................31
Tabel 4.5 Hubungan Status Gizi Dengan Usia Menarche........................................................32
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Faktor-Faktor Yang Dapat Menstimulasi dan menghambat Stimulasi GnRH.......9
Gambar 2.2 Status Gizi Berdasarkan BB/U dan TB/U............................................................15
Gambar 2.2 Status Gizi Berdasarkan IMT/U...........................................................................17
Gambar 2.4 Status Gizi Berdasarkan IMT/U (z-score)............................................................18
xii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.2 Kerangka Konsep....................................................................................................19
Bagan 3.4 Cara Kerja Penelitian..............................................................................................23
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Uji Statistik........................................................................................................37
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian.........................................................................................45
Lampiran 3 Daftar Riwayat Hidup......................................................................................48
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
Pubertas pada perempuan ditandai dengan pelepasan gonadotropin yang teratur, yang
akan meningkatkan konsentrasi estradiol serum hingga 15-35 pg/ml (55-128 pnmol/L).
Peningkatan sintesis dan sekresi estrogen dari ovarium ini akan menyebabkan maturasi tulang
yang progresif. Onset pubertas menyebabkan peningkatan massa tulang yang berkorelasi
dengan usia tulang. Tahap awal pubertas pada perempuan meliputi perkembangan payudara,
diikuti dengan pertumbuhan folikel di ovarium. Hal diikuti dengan pertumbuhan rambut
aksila dan pubik serta menarche, menandakan produksi estrogen yang cukup untuk
menstimulasi proliferasi endometrium. Pada perempuan, konsentrasi leptin serum meningkat
seiring proses perkembangan pubertas, dan peningkatan kadar leptin ini sesuai dengan
peningkatan massa lemak tubuh.3
Menarche terjadi pada rata-rata umur 13 tahun. Umur saat menarche maju rata-rata 3-
4 bulan tiap 10 tahun (berdasarkan penelitian yang diadakan pada tahun 1830-1990 di
Norwegia, Prancis, Inggris, Islandia, Jepang, Amerika, dan China). Usia menarche juga
ditemukan menurun pada negara industri. Sebelum tahun 1990, rata-rata usia menarche di
Amerika Serikat adalah di atas 14 tahun. Sedangkan rata-rata usia menarche di Inggris tidak
berubah dalam kurun waktu 20 hingga 30 tahun terakhir dan sekarang berkisar pada usia 12,9
tahun.1
Di Indonesia, hasil Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa dari laporan responden yang
sudah mengalami haid, rata-rata usia menarche adalah 13 tahun (20%) dengan kejadian lebih
awal pada usia kurang dari 9 tahun. Secara nasional, pada 37,5 persen anak Indonesia
1
2
didapatkan rata-rata usia menarche 13-14 tahun. Rata-rata usia menarche 11-12 tahun terjadi
pada 30,3 persen anak-anak di DKI Jakarta, dan 12,1 persen di Nusa Tenggara Barat. Rata-
rata usia menarche 17-18 tahun terjadi pada 8,9 persen anak-anak di Nusa Tenggara Timur,
dan 2 persen di Bengkulu. 2,6 persen anak-anak di DKI Jakarta sudah mendapat haid pertama
pada usia 9-10 tahun, dan terdapat 1,3 persen anak-anak di Maluku dan Papua Barat yang
baru mendapat haid pertama pada usia 19-20 tahun.4
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi usia saat menarche yaitu cuaca, lokasi
geografis, pajanan terhadap cahaya, penyakit kronis, faktor diet, stress fisik maupun
5
emosiaonal, faktor psikologis, dan faktor sosioekonomi.
Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian di atas dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
Bagaimana hubungan status gizi antropometri dan usia menarche pada siswi di MTs N
Tangerang II Pamulang pada tahun 2013?
1.3 Hipotesis
Terdapat hubungan antara status gizi antropometri dan usia menarche pada siswi di MTs N
Tangerang II Pamulang pada tahun 2013.
Mengetahui hubungan antara status gizi dengan usia menarche pada remaja putri di MTs N
Tangerang II Pamulang pada tahun 2013.
1. Mengetahui gambaran usia pada siswi di MTs N Tangerang II Pamulang pada tahun 2013.
3. Mengetahui gambaran tinggi badan pada siswi di MTs N Tangerang II Pamulang pada
tahun 2013.
4. Mengetahui gambaran berat badan pada siswi di MTs N Tangerang II Pamulang pada
tahun 2013.
5. Mengetahui gambaran indeks massa tubuh pada siswi di MTs N Tangerang II Pamulang
pada tahun 2013.
6. Mengetahui gambaran status gizi pada siswi di MTs N Tangerang II Pamulang pada tahun
2013.
4
7. Mengetahui gambaran frekuensi konsumsi fast food pada siswi di MTs N Tangerang II
Pamulang pada tahun 2013.
Bagi peneliti, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan pembelajaran untuk
mengetahui berbagai hal tentang menarche dan hubungan status gizi dengan usia menarche.
Bagi tempat penelitian, penelitian ini dapat berguna sebagai informasi untuk
penyuluhan tentang kesehatan reproduksi pada remaja.
Bagi subyek penelitian, penelitian ini dapat berguna sebagai informasi tentang status
gizi dan menarche.
Bagi institusi pendidikan, penelitian ini dapat berguna sebagai referensi maupun
sumber informasi tentang menarche pada remaja.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Menstruasi
Menstruasi adalah pengeluaran darah dan sisa endometrium dari vagina. Hari pertama
menstruasi dianggap sebagai permulaan siklus baru. Saat ini bersamaan dengan akhir fase
luteal ovarium dan dimulainya fase folikular. Sewaktu korpus luteum berdegenerasi akibat
tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum yang dibebaskan selama siklus sebelumnya,
kadar progesteron dan estrogen darah turun tajam. Karena efek akhir progesteron dan
estrogen adalah mempersiapkan endometrium untuk implantasi ovum yang dibuahi maka
terhentinya sekresi kedua hormon ini menyebabkan lapisan dalam uterus yang kaya vaskular
dan nutrien kehilangan hormon-hormon penunjangnya.8
Sistem reproduksi wanita menunjukkan perubahan siklik reguler yang dapat dianggap
sebagai persiapan pembuahan dan kehamilan. Pada manusia dan primata lain, siklus ini
adalah daur haid (siklus menstruasi), dan gambaran yang paling nyata adalah perdarahan
vagina periodik yang terjadi dengan terlepasnya mukosa rahim (haid,menstruasi). Lama daur
ini dapat bervariasi, tetapi angka rerata adalah 28 hari dari permulaan satu periode haid
sampai permulaan periode berikutnya.8
Setelah pubertas dimulai, ovarium secara terus menerus mengalami dua fase secara
bergantian: fase folikular,yang didominasi keberadaan folikel matang; dan fase luteal, yang
ditandai dengan adanya korpus luteum. 9
Setiap saat selama siklus, sebagian dari folikel-folikel primer mulai berkembang.
Namun hanya folikel yang berkembang selama fase folikular yang berlanjut melewati tahap-
tahap awal perkembangan. Folikel yang lain mengalami atresia karena tidak mendapat
bantuan hormon. Selama pembentukan folikel, seiring dengan pembentukan dan
penyimpanan bahan oleh oosit primer yang digunakan jika dibuahi, terdapat perubahan-
perubahan penting di sel-sel yang mengelilingi oosit dalam persiapan-persiapan penting di
sel-sel yang mengelilingi oosit dalam persiapan untuk pembebasan sel telur dari ovarium. 9
5
6
Pertama, satu lapis sel granulosa pada folikel primer berproliferasi untuk membentuk
beberapa lapisan yang mengelilingi oosit. Sel-sel granulosa ini mengeluarkan zona pelusida
yang membungkus oosit dan memisahkannya dari sel granulosa sekitar. pada saat yang sama
ketika oosit sedang membesar dan sel-sel granulosa berproliferasi, sel-sel jaringan ikat
ovarium khusus yang berkontak dengan sel granulosa berproliferasi dan berdiferensiasi
membentuk suatu lapisan luar sel teka. Sel teka dan sel granulosa, yang secara kolektif
disebut sel folikel, berfungsi sebagai satu kesatuan untuk mengeluarkan estrogen. 9
Oosit telah mencapai ukuran penuh saat antrum mulai terbentuk. Perubahan ke folikel
antrum ini memicu suatu periode pertumbuhan folikel yang cepat.
Salah satu folikel biasanya tumbuh lebih cepat daripada yang lain, berkembang
menjadi folikel matang (praovulasi, tersier, atau Graaf) dalam waktu sekitar 14 hari setelah
dimulainya pembentukan folikel. Pada folikel matang, antrum menempati sebagian besar
ruang. Oosit, yang dikelilingi oleh zona pelusida dan satu lapisan sel granulosa, tergeser
asimetris ke salah satu sisi folikel, dalam suatu gundukan kecil yang menonjol ke dalam
antrum.9
Folikel matang yang telah sangat membesar ini menonjol dari permukaan ovarium,
menciptakan suatu daerah tipis yang kemudian pecah untuk membebaskan oosit saat ovulasi.
Pecahnya folikel ditandai dengan pelepasan enzim-enzim dari sel folikel untuk mencerna
jaringan ikat di dinding folikel. Karena itu dinding yang menonjol tersebut melemah sehingga
semakin menonjol hingga ke tahap dimana dinding tersebut tidak lagi mampu menahan isi
folikel yang semakin membesar.9
Folikel-folikel lain yang sedang berkembang namun gagal mencapai kematangan dan
berovulasi kemudian mengalami degenerasi dan tidak pernah menjadi aktif kembali. Folikel
yang pecah yang tertinggal di ovarium setelah mengeluarkan ovum segera mengalami
perubahan. Sel-sel granulosa dan sel teka yang tertinggal di sisi folikel mula-mula kolaps ke
dalam ruang antrum yang kosong dan telah terisi sebagian oleh darah. Sel-sel folikel lama ini
akan mengalami transformasi struktural drastis untuk membentuk korpus luteum, suatu
proses yang disebut luteinisasi. Sel-sel folikel yang berubah menjadi sel luteal ini membesar
dan berubah menjadi jaringan yang sangat aktif menghasilkan hormon steroid. 9
Jika ovum yang dibebaskan tidak dibuahi dan tidak terjadi implantasi maka korpus
luteum akan berdegenerasi dalam waktu sekitar 14 hari setelah pembentukannya. Sel-sel
luteal berdegenerasi dan difagositosis, vaskularisasi berkurang, dan jaringan ikat segera
masuk untuk mebentuk massa fibrosa yang dikenal sebagai korpus albikans. Fase luteal usai,
dan satu siklus ovarium telah selesai. Suatu gelombang baru pembentukan folikel, yang
dimulai ketika degenerasi korpus luteum selesai, menandai dimulainya fase folikular baru. 9
2.1.2 Menarche
oleh faktor genetik juga faktor eksternal seperti cuaca, penyakit kronis, sinar
matahari;sedangkan faktor diet yang tidak sehat, stres atau faktor psikologis turut berperan. 7
Genetik
Usia menarche dipengaruhi oleh herediter tetapi penentu genetik spesifik yang
berperan masih belum diketahui. Bukti adanya pengaruh genetik terhadap usia menarche
adalah studi yang menunjukkan bahwa usia ibu saat menarche dapat digunakan untuk
memprediksi usia anak saat menarche.13
Studi genome wide association (GWA) yang terbaru dilakukan untuk
mengidentifikasi varian yang umum yang berhubungan dengan waktu terjadinya pubertas.
Untuk usia saat menarche hanya satu polimorfisme nukleotida yang berarti dalam statistik,
rs314276 di intron 2 dari LIN28B pada kromosom 6. Tiap alel berhubungan dengan usia
menarche yang lebih awal sebanyak 0,12 tahun.13
Perbedaan Etnis/Ras
Beberapa studi terutama yang dilakukan di Amerika menunjukkan perbedaan
etnik/ras dalam maturasi pubertas dan menarche. Remaja perempuan berkulit hitam berusia
lebih muda jika dibandingkan dengan remaja perempuan berkulit putih pada tahap
perkembangan payudara, rambut pubik, dan menarche yang sama.14
Remaja perempuan di Eropa Selatan mengalami menarche lebih cepat jika
dibandingkan dengan remaja perempuan di Eropa Utara, yang menunjukkan perbedaan
geografis yang menunjukkan faktor genetik, etnik, dan faktor lingkungan. Perbedaan
geografis dapat berupa ketinggian, suhu, kelembaban dan cahaya.14
Lemak Tubuh, Nutrisi, dan Aktivitas Fisik
Selama ini banyak diperdebatkan bahwa dalam keadaan normal terdapat suatu berat
badan kritis yang harus dicapai agar pubertas dapat terjadi. Saat ini diketahui bahwa leptin,
yaitu hormon yang berperan dalam menimbulkan rasa kenyang dan dihasilkan oleh sel lemak
mungkin merupakan faktor yang berperan dalam hubungan berat badan dan pubertas. Pada
percobaan pada mencit betina yang mengalami kegemukan dan steril, retriksi diet tidak
mengembalikan fertilitas, tetapi injeksi leptin dapat membuat mencit yang diteliti mengalami
ovulasi dan hamil.15
Berhubungan dengan nutrisi, peningkatan asupan kalori berhubungan dengan
menarche lebih awal. Kualitas makanan yang dikonsumsi juga mempengaruhi pubertas.
9
Berkey dkk menemukan bahwa rasio protein hewani dan protein nabati yang tinggi pada usia
3-5 tahun berhubungan dengan menarche lebih awal, setelah mengontrol IMT. 15
Berbagai studi menunjukkan bahwa menarche biasanya terlambat pada atlet jika
dibandingkan dengan populasi pada umumnya, yang menunjukkan bahwa aktivitas berat
dapat memperlambat menarche.15
Lingkungan
Faktor sosial ekonomi seperti tempat tinggal di kota/pedesaan, pendapatan keluarga,
tingkat pendidikan orangtua, juga dapat mempengaruhi perkembangan pubertas. Remaja
perempuan dari status sosial ekonomi tinggi mengalami menarche lebih cepat jika
dibandingkan dengan remaja yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah.
Stres lain seperti penyakit akut/kronik dapat menekan aksis hipotalamus-hipofisis-gonad
sehingga memperlambat onset pubertas.15
2.1.3 Remaja
Remaja adalah bila seorang anak mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan
dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki.1 Pada pembahasan mengenai remaja seringkali
digunakan istilah pubertas dan adolesen. Istilah pubertas digunakan untuk menyatakan
perubahan biologis yang meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari masa
anak ke masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi. Sedangkan adolesen dinyatakan sebagai
perubahan psikososial yang menyertai pubertas.
Pada masa remaja terjadi pacu tumbuh berat badan dan tinggi badan, terjadi
pertumbuhan yang pesat dari alat-alat kelamin dan timbulnya tanda-tanda seks sekunder. Ada
beberapa ciri pertumbuhan somatik pada remaja1:
1. Perubahan adalah ciri utama dari proses biologis pubertas. Sistem regulasi di
hipotalamus, pituitari, kelamin (gonad), dan kelenjar adrenal akan menyebabkan
perubahan kualitatif dan kuantitatif pada masa prapubertas sampai dewasa.
Keadaan ini mengakibatkan pertumbuhan yang cepat dari tinggi badan dan berat
badan;perubahan komposisi tubuh dan jaringan;timbulnya tanda-tanda seks primer
dan sekunder.
2. Perubahan somatik sangat bervariasi dalam umur saat mulai dan berakhirnya,
kecepatan dan sifatnya, tergantung masing-masing individu.
3. Walaupun terdapat variasi dalam umur saat terjadinya pubertas, tetapi setiap
remaja mengikuti sekuen/urutan yang sama dalam pertumbuhan somatiknya.
10
Gambar 2.1 faktor-faktor yang dapat menstimulasi dan menghambat stimulasi GnRH15
11
Pada keadaan prapubertas kadar steroid seks dalam sirkulasi tertekan oleh umpan
balik negatif pada hipotalamus. Pubertas dimulai dengan pengurangan hambatan hipotalamus
dalam responsnya terhadap faktor-faktor yang belum sepenuhnya dapat dimengerti.
Hipotalamus merangsang pelepasannya selama tidak bekerjanya pulsa gonadotropin dan
hormon pertumbuhan dari hipofisis anterior. Rangkaian akibat perubahan somatik dan
fisiologis meningkatkan kecepatan maturitas seksual (sexual maturity rate/SMR) atau stadium
Tanner.1
Tanda pubertas pertama yang dilihat pada anak perempuan adalah perkembangan
tunas-tunas payudara (telarche), yang diikuti dengan rambut pubis (pubarche), dan
menarche.8,9
Tabel 2.1 Klasifikasi Tingkat Kematangan Seksual Pada Anak Perempuan (menurut
Tanner JM)1
Faktor yang paling mempengaruhi waktu mulai terjadinya pubertas adalah genetik,
tetapi ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi usia onset pubertas dan perkembagan
pubertas. Yaitu status nutrisi, lokasi geografis, kesehatan tubuh secara umum, pajanan
terhadap matahari, dan keadaan psikologis. 10
2.1.6.1 Definisi
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan
metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh. Antropometri sangat
umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbagan antara asupan
protein dan energi. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi
jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. 16
Tinggi Badan
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur tinggi badan, baik
langsung maupun tidak langsung. Metode langsung dapat berupa statiometer, dan individu
yang diperiksa harus berdiri tegak. Metode tidak langsung, termasuk dengan jengkal, panjang
ketika berbaring(dengan pita pengukur), dan pengukuran panjang lutut dapat digunakan bagi
individu yang tidak bisa berdiri maupun berdiri tegak seperti skoliosis, kifosis, cerebral
palsy, distrofi muskular, ataupun paralisis.17
Berat Badan
Berat badan merupakan pengukuran yang mudah dilakukan namun sangat bermafaat.
Pada anak pengukuran berat badan lebih sensitif jika dibandingkan dengan tinggi badan, dan
menggambarkan asupan nutrisi yang terbaru. Berat badan juga memperlihatkan evaluasi
kasar dari simpanan lemak keseluruhan.17
13
Lingkar Lengan Atas
Lingkar lengan atas merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena
mudah dilakukan. Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, terutama
jika digunakan sebagai pilihan tunggal untuk indeks status gizi; (1) baku lingkar lengan
atas yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian yang memadai untuk dilakukan
di Indonesia, (2) kesalahan pengukuran pada LLA relatif lebih besar jika dibandingkan
dengan pengukuran tinggi badan, mengingat batas antara baku dengan gizi kurang, lebih
sempit pada LLA daripada tinggi badan, (3) Lingkar lengan atas sensitif pada golongan
tertentu (prasekolah) tetapi kurang sensitif pada golongan lain terutama dewasa. 16
Cara mengukur:
o Yang diukur adalah pertengahan lengan atas sebelah kiri. Pertengahan ini dihitung
jarak dari siku sampai batas lengan kemudian dibagi dua.
o Lengan dalam keadaan tergantung bebas, tidak tertutup kain atau pakaian.
o Pita dilingkarkan pada pertengahan lengan tersebut sampai cukup terukur keliling
lingkar lengan, tetapi pita jangan terlalu kuat ditarik atau terlalu longgar.
1. Analisis kimia dan fisik (melalui analisis seluruh tubuh pada autopsi)
2. Ultrasonik
3. Radiological Anthropometry (dengan menggunakan jaringan yang lunak)
4. Physical anthropometry (menggunakan skin-fold calipers)
Dari metode tersebut di atas, hanya antropometri fisik yang sering digunakan di
lapangan dan praktis untuk dilakukan. Jenis alat yang sering digunakan adalah Harpenden
Calipers.16
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara
beberapa parameter disebut indeks antropometri. Di Indonesia ukuran baku hasil pengukuran
dalam negeri belum ada, maka untuk berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) digunakan
14
baku Harvard yang disesuaikan untuk Indonesia dan untuk lingkar lengan atas (LLA)
digunakan baku Wolanski.16
Status gizi Ambang batas baku untuk keadaan gizi berdasarkan indeks
BB/U TB/U BB/TB LLA/U LLA/TB
Gizi baik >80% >85% >90% >85% >85%
Gizi kurang 61-80% 71-85% 81-90% 71-85% 76-85%
Gizi buruk ≤60% ≤70% ≤80% ≤70% ≤75%
Berat badan merupakan salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh.
Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena
infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi.
Dalam keadaan normal, dimana kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan
kebutuhan gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur.
Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat
badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan
karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah
satu pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U
lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutritional status).16
1. Dapat menyebabkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema maupun
asites.
2. Di daerah yang masih terpencil dan tradisional, umur sering sulit ditaksir karena
pencatatan yang masih belum baik.
3. Memerlukan data yang akurat, terutama untuk anak di bawah 5 tahun.
Usia (tahun)
Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan
lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas berkorelasi dengan indeks BB/U maupun BB/TB.
Lingkar lengan atas sebagaimana berat badan merupakan parameter yang labil, dapat berubah-
ubah dengan cepat. Oleh karena itu, lingkar lengan atas merupakan indeks status gizi masa kini.
Perkembangan lingkar lengan atas yang besarnya hanya terlihat pada tahun pertama
kehidupan (5,4 cm), sedangkan pada umur 2 tahun sampai 5 tahun sangat kecil yaitu kurang
lebih 1,5 cm per tahun dan kurang sensitif untuk usia selanjutnya. Indeks lingkar lengan atas sulit
digunakan untuk melihat pertumbuhan anak. Pada usia 2 sampai 5 tahun perubahannya tidak
tampak secara nyata.16
17
Indeks massa tubuh adalah rasio antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat, yaitu
sebagai berikut:
Penggunaan IMT pada remaja untuk penilaian status gizi menggunakan grafik IMT/U
untuk umur 2-20 tahun dan dibedakan berdasarkan jenis kelamin karena pertumbuhan keduanya
berbeda. Grafik Status Gizi Berdasarkan IMT/U pada anak perempuan usia 2-20 tahun dapat
dilihat pada gambar:
Berdasarkan grafik status gizi tersebut, status gizi dapat diklasifikasikan seperti
terkihat pada tabel:
Adapun kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak 20
adalah dengan menggunakan kurva z-score berdasarkan IMT/U dari WHO dengan kategori
sebagai berikut:
19
Tabel 2.4 Status Gizi Berdasarkan z-score Anak Perempuan Usia 5-18 Tahun20
1.Tingkat sosial
1. Penyakit kronis ekonomi
2.olahraga
2.Genetik 3.psikologis
METODE PENELITIAN
3.3.1 Populasi
Populasi terjangkau adalah seluruh siswi kelas VII dan VIII MTs N Tangerang II
Pamulang tahun ajaran 2012/2013 yang sudah mengalami menarche.
3.3.2 Sampel
Untuk menentukan besarnya sampel dalam penelitian ini digunakan rumus sebagai
berikut:
Keterangan :
21
22
P1 = P2 + 0,2 =0,5
Q = 1-P= 0,6
P= 0,5+0,3/2= 0,4
Q= 1-0,4= 0,6
Dari hasil perhitungan di atas didapatkan bahwa jumlah sampel minimal adalah orang
73 orang. Menurut Nursalam22 (2010), semakin banyak jumlah sampel maka hasil penelitian
akan lebih representatif sehingga dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel sebanyak
121 orang.
Informed consent
Ya Tidak
Data primer
Data primer diperoleh dari hasil kuesioner yang dibagikan pada siswi MTs N
Tangerang II Pamulang yang telah ditetapkan sebagai sampel.
Alat pengumpulan data
Alat yang digunakan adalah kuesioner, timbangan berat badan, meteran tinggi badan,
dan tabel BMI/U.
Pada penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan tahap-tahap yang diawali
dengan menyunting data (data editing), yaitu dengan memeriksa hasil kuesioner yang telah
dikumpulkan oleh responden. Selanjutnya dilakukan pengkodean data (data coding), yaitu
pemberian kode ke tiap variabel yang telah dikumpulkan dan tahap selanjutnya adalah
memasukkan data (data entry), yaitu dengan memasukkan data yang telah diberikan kode ke
dalam program SPSS pada komputer. Setelah proses entry selesai, tahap selanjutnya adalah
membersihkan data (data cleaning), yaitu pengecekan kembali untuk memastikan tidak ada
data yang salah agar data siap diolah dan dianalisis.
Analisis data dilakukan dengan dua tahapan, yaitu analisis univariat dan analisis
bivariat.
Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen dengan menggunakan analisis uji chi square. Pada penelitian ini uji chi
square digunakan untuk menganalisis hubungan variabel independen (status gizi) dengan
25
variabel dependen (umur saat menarche). Melalui uji statistik chi square akan diperoleh nilai
p, dimana dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Jika nilai p≤0,05
maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara
status gizi dengan umur saat menarche. Sedangkan jika nilai p≥0,05 maka Ho diterima dan
Ha ditolak, yang berarti tidak terdapat hubungan antara dua variabel yang diuji.
Tabel 4.1 Distribusi Usia Siswi di MTs N Tangerang II Pamulang Tahun 2013
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata usia pada responden adalah 13,02
dengan simpang baku 0,570. Usia termuda responden adalah 12 tahun dan usia tertua
reponden adalah 15 tahun.
26
27
Tabel 4.2 Distribusi Berat Badan Siswi di MTs N Tangerang II Pamulang Tahun 2013
Dari tabel di atas didapatkan bahwa rerata berat badan responden adalah 46,79 dengan
simpang baku 10,623. Berat badan terendah pada responden adalah 25 kg dan berat badan
tertinggi adalah 79 kg.
BB/U memperlihatkan BB anak yang relatif terhadap usia pada masa sekarang.
Indikator ini digunakan untuk menilai apakah seorang anak memiliki status gizi buruk
maupun kurang, dan tidak dapat digunakan untuk mengklasifikasikan seorang anak sebagai
gemuk atau obesitas.
Tabel 4.3 Distribusi Status Gizi Berdasarkan Berat Badan Siswi di MTs N Tangerang II
Pamulang Tahun 2013
Dari tabel 4.3 didapatkan bahwa sebanyak 103 orang (85,1%) responden memiliki
status gizi baik, 18 orang (14,9 %) memiliki status gizi kurang dan tidak ada responden
dengan status gizi buruk.
28
Gambaran tinggi badan pada siswi MTs N Tangerang II Pamulang adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4 Distribusi Tinggi Badan Siswi di MTs N Tangerang II Pamulang Tahun
2013
Dari tabel 4.4 didapatkan bahwa rerata tinggi badan pada responden adalah 152,54 cm
dengan simpang baku 5,282. Nilai median tinggi badan responden adalah 153 cm dan nilai
modus yang berarti tinggi badan terbanyak pada responden adalah 153 cm. Tinggi badan
terendah adalah 135 cm dan yang tertinggi adalah 165 cm.
TB/U menunjukkan pertumbuhan pada tinggi yang dicapai oleh anak pada usia
tertentu. Indikator ini dapat digunakan untuk mengetahui anak yang mengalami stunted
(pendek) akibat keadaan gizi buruk berkepanjangan maupun penyakit yang berulang. Anak
yang tinggi untuk usianya juga dapat diidentifikasi, tetapi badan yang tinggi jarang menjadi
masalah kecuali berlebihan dan dapat menunjukkan gangguan endokrin.
Tabel 4.5 Distribusi Klasifikasi Tinggi Badan Siswi di MTs N Tangerang II Pamulang
Tahun 2013
Dari tabel 4.5 didapatkan bahwa kebanyakan responden, yaitu sebanyak 117 orang
(96,7%) memiliki tinggi badan yang normal dan sebanyak 4 orang (3,3%) pendek.
Indeks massa tubuh responden didapatkan dengan mengukur berat badan dan tinggi
badan responden, lalu dihitung dengan menggunakan rumus berat badan dibagi dengan tinggi
badan kuadrat dalam meter. Adapun gambaran IMT responden adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6 Distribusi Indeks Massa Tubuh Remaja Putri di MTs N Tangerang II
Pamulang Tahun 2013
Berdasarkan hasil pengumpulan data, didapatkan bahwa rata-rata indeks massa tubuh
responden adalah 20,05 dengan simpang baku 4,232. IMT terendah pada responden adalah
13, sedangkan IMT tertinggi adalah 32.
Status gizi responden didapatkan dengan cara mengukur tinggi badan dan berat badan
responden dan menentukan IMT. Kemudian hasil IMT responden dimasukkan ke dalam
grafik z-score berdasarkan IMT/U dari World Health Organization (WHO). Adapun
gambaran status gizi responden adalah sebagai berikut:
30
Tabel 4.7 Distribusi Status Gizi Remaja Putri di MTs N Tangerang II Pamulang
Tahun 2013
Dari tabel 4.7 diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 92 orang
(76%) memiliki status gizi normal. Sebanyak 13 orang (10,7%) responden gemuk, 14 orang
(11,6%) obesitas, dan 2 orang (1,7%) kurus.
Tabel 4.8 Distribusi Usia Menarche Remaja Putri di MTs N Tangerang II Pamulang Tahun
2013
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa usia rata-rata responden mengalami
menarche adalah 11,68 tahun dengan simpang baku 0,710. Usia menarche termuda
responden adalah 9 tahun, sedangkan usia menarche tertua responden adalah 13 tahun.
kesimpulan bahwa distribusi tinggi badan tidak normal, sehingga median dan minimum-
maksimum digunakan sebagai pasangan ukuran pemusatan data.
Tabel 4.9 Distribusi Pengelompokan Usia Menarche Remaja Putri di MTs N Tangerang II
Pamulang Tahun 2013
Dari tabel 4.9 diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 83 orang
(68,6%) memiliki usia menarche yang normal. Menarche yang cepat ditemukan pada 38
orang responden (31,4%).
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Mengkonsumsi Fast food Pada Remaja Putri di MTs N
Tangerang II Pamulang Tahun 2013
Dari tabel 4.10 didapatkan bahwa responden dengan frekuensi mengkonsumsi fast
food sering adalah sebanyak 26 orang (21,5%) dan yang jarang sebanyak 95 orang (78,5%).
32
Berdasarkan grafik pertumbuhan z-score menurut IMT/U dari WHO, terdapat lima
kategori status gizi yaitu obesitas, gemuk, normal, kurus, dan sangat kurus. Dari hasil
penelitian didapatkan bahwa pada responden tidak ditemukan status gizi sangat kurus
sehingga ada empat kategori status gizi pada responden. Namun setelah dilakukan pengujian,
hasilnya tidak memenuhi syarat untuk dilakukan uji Chi-square. Oleh karena itu peneliti
melakukan penggabungan sel sehingga didapatkan dua kategori.27 Peneliti menggabungkan
kategori obesitas dan gemuk menjadi satu kategori. Kategori normal dan kurus juga digabung
menjadi satu kategori. Pada penelitian tidak ditemukan adanya responden yang sangat kurus.
Setelah dilakukan penggabungan sel, maka hasilnya diuji dengan menggunakan Chi-square
dan hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.11 Hubungan Status Gizi Berdasarkan IMT Dengan Usia Menarche
Hasil penelitian pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa jumlah responden yang
memiliki usia menarche cepat dengan obesitas atau gemuk adalah 13 orang (10,7%) dan
jumlah responden yang memiliki usia menarche cepat dengan status gizi normal atau kurus
adalah 25 orang (20,7%). Jumlah responden yang memiliki usia menarche normal dengan
obesitas dan gemuk adalah 14 orang (11,6%) dan jumlah responden yang memiliki usia
menarche normal dengan status gizi normal dan kurus adalah 69 orang (57%),
Dari hasil uji statistik Chi-square didapatkan nilai p 0,033(p<0,05) yang berarti secara
statistik terdapat hubungan antara status gizi dan menarche.
Selain dengan IMT, status gizi juga dapat ditentukan dengan berat badan. Terdapat 3
kategori status gizi berdasarkan berat badan, yaitu gizi baik, gizi kurang, dan gizi buruk. Pada
penelitian ini tidak didapatkan adanya responden dengan status gizi buruk. Setelah diuji
dengan uji statistik Chi-square maka didapatkan hasil sebagai berikut:
33
Tabel 4.12 Hubungan Status Gizi Berdasarkan Berat Badan Dengan Usia Menarche
Dari tabel 4.12 diketahui bahwa jumlah responden dengan gizi baik yang mengalami
menarche cepat adalah 37 orang (30,6%) dan menarche normal sebanyak 66 orang (54,5%)
sedangkan responden dengan gizi kurang yang mengalami menarche cepat adalah 1 orang
(0,8%) dan menarche normal sebanyak 17 orang(14%).
4.3 Pembahasan
Pada status gizi berdasarkan BB didapatkan bahwa sebanyak 103 orang (85,1%)
responden memiliki status gizi baik, 18 orang (14,9 %) memiliki status gizi kurang dan tidak
ada responden dengan status gizi buruk.
Pada status gizi berdasarkan IMT didapatkan bahwa sebagian besar responden yaitu
sebanyak 92 orang (76%) memiliki status gizi normal. Sebanyak 13 orang (10,7%) responden
gemuk, 14 orang (11,6%) obesitas, dan 2 orang (1,7%) dengan status gizi kurus.
Remaja putri secara umum mengalami peningkatan berat badan dan tinggi badan yang
besar setahun sebelum mengalami menarche dan kecepatannya akan menurun secara
dramatis setelah menarche.23
Obesitas adalah gangguan nutrisi yang prevalensinya meningkat di seluruh dunia dan
meningkat seiring bertambahnya usia. Remaja dihadapkan pada berbagai gangguan nutrisi,
salah satu yang terpenting adalah obesitas. Obesitas dapat bermula pada masa kanak-kanak
dan 80% anak yang mengalami obesitas akan mengalami obesita di masa dewasanya. anak
dengan obesitas mempunyai resiko untuk mengalami arteriosklerosis, DM Tipe 2,
peningkatan tekanan darah, stroke, osteoartritis, dan beberapa jenis kanker. Fatality rate pada
wanita dengan obesitas meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan wanita normal. 24
34
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa usia rata-rata responden mengalami menarche
adalah 11,68 tahun dengan simpang baku 0,710. Usia menarche termuda responden adalah 9
tahun, sedangkan usia menarche tertua responden adalah 13 tahun. Sedangkan berdasarkan
pengelompokan usia menarche diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 83
orang (68,6%) memiliki usia menarche yang normal dan 38 orang (31,4%) mengalami
menarche yang cepat.
Usia rerata responden mengalami menarche kurang lebih sama dengan penelitian
yang sebelumnya telah dilakukan oleh Asmika dkk 25 yang menunjukkan rerata usia menarche
adalah 11,23 tahun. Sedangkan penelitian yang telah dilakukan oleh Ida 26 menunjukkan
rerata usia menarche 11,8 tahun.
Bukti menunjukkan bahwa fast food adalah salah satu penyebab utama obesitas,
dengan jumlah yang meningkat dalam 30 tahun terakhir. Analisis nutrisi menunjukkan bahwa
fast food kaya akan lemak, lemak jenuh, kalori, fruktosa, dan indeks glikemik, tetapi rendah
serat, vitamin A, vitamin C, dan kalsium. Fast food juga sering dipasangkan dengan soft
drink yang berkontribusi terhadap asupan kalori yang berlebih. Sebagai contoh, anak yang
memakan fast food mengkonsumsi total energi yang lebih besar (187 kkal) dibandingkan
dengan mereka yang tidak. Banyak studi cross-sectional yang mendapat hubungan antara fast
food dengan obesitas dan resistensi insulin. Pada sebuah studi tentang kebiasaan makan fast
food, ditemukan bahwa peningkatan asupan fast food berhubungan dengan peningkatan IMT
35
dan resistensi insulin, bahkan setelah pengontrolan faktor demografik dan komposisi
makronutrien. 31
Setelah status gizi berdasarkan IMT dan usia menarche responden diuji dengan uji
statistik Chi-square didapatkan nilai p 0,033(p<0,05) yang berarti secara statistik terdapat
hubungan antara status gizi dan menarche.
Setelah status gizi berdasarkan BB dan usia menarche responden diuji dengan uji
statistik Chi-square didapatkan nilai p 0,010(p<0,05) yang berarti secara statistik terdapat
hubungan antara status gizi dan menarche.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Lilik 32 yang mengatakan bahwa
terdapat hubungan antara status gizi dengan usia menarche. Status gizi dapat mempengaruhi
usia menarche karena penumpukan lemak dalam jaringan adiposa akan menyebabkan
peningkatan leptin. Leptin akan memicu pengeluaran GnRh yang mempengaruhi FSH dan
LH dalam merangsang pematangan folikel dan pembentukan estrogen. 7
36
1.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
a. Rata-rata usia menarche pada remaja putri di MTSN Tangeran II Pamulang pada Tahun
2013 adalah 11,68 ±0,710 tahun dengan usia termuda menarche adalah 9 tahun dan usia
tertua menarche adalah 13 tahun.
b. Status gizi pada remaja putri di MTs N Tangerang II Pamulang adalah sebanyak 92
orang (76%) memiliki status gizi normal, 13 orang (10,7%) responden gemuk, 14 orang
(11,6%) obesitas, dan 2 orang (1,7%) dengan status gizi kurus.
c. Berdasarkan pengelompokan usia menarche, sebanyak 83 orang (68,6%) memiliki usia
menarche yang normal dan 38 orang (31,4%) memiliki menarche yang cepat.
d. Berdasarkan uji statistik chi-square terdapat hubungan antara status gizi dengan usai
menarche dengan nilai p=0,033(p<0,05).
1.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan:
a. Pihak sekolah sebaiknya memberi edukasi tentang pentingnya menjaga pola makan
dan masalah seputar reproduksi, terutama menarche cepat.
b. Untuk instansi kesehatan sebaiknya program kesehatan reproduksi remaja juga
diarahkan pada remaja yang lebih muda mengenai menstruasi dan kesehatan reproduksi.
37
DAFTAR PUSTAKA
38
39
27. Madina KD, Anette EB, Anntje S, Anja K. Birth and Early Life Influences on the
Timing of Puberty Onset. The American Journal of Clinical Nutrition.2009.[diunduh
pada Jumat, 02 Agustus 2013]. Available from Am J Clin Nutr.
28. Cheng G, Steffi G, Lars L, Sibylle K, Anke LB, Gunther. Diet Quality in Childhood is
Prospectively Associated with The Timing of Puberty but Not With Body Composition
at Puberty Onset. The Journal of Nutrition.2009. [diunduh pada Rabu, 09 Januari
2013]. Available from:jn nutrition
29. M.B Pierce, D Kuh, R Hardy. The Role of BMI Across the Life Course in The
Relationship Between Age at Menarche and Diabetes in British Birth Cohort.2011
30. Dahlan, Muhammad Sopiyudin. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika;2009.
31. Isganaitis, Elvira and Robert H Lustig. Fast Food, Central Nervous System Insulin
Resistance, and Obesity. Journal of The American Heart Association.2005. [diunduh
pada Sabtu,31 Agustus 2013] pada website
http://atvb.ahajournals.org/content/25/12/2451.full.pdf
32. Hidayanti, Lilik. Studi Komparasi Status Menarche Berdasarkan Indeks Massa Tubuh
(IMT) Siswi SMP. Journal.unsil.ac.id.[diunduh pada Jumat, 02 Agustus 2013] pada
website
http://journal.unsil.ac.id/jurnal/dosen/smy004/smy004jurnal_menarkhe(sdh%20di%2
0publish).pdf
LAMPIRAN 1
Uji Statistik
1. Usia Responden
Statistics
umur responden
N Valid 121
Missing 0
Mean 13.02
Median 13.00
Mode 13
Skewness .280
Kurtosis 1.107
Minimum 12
Maximum 15
Sum 1576
umur responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
15 1 .8 .8 100.0
41
42
LAMPIRAN 1
Uji Statistik
(lanjutan)
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistics
N Valid 121
Missing 0
Mean 46.79
Median 45.00
Mode 37
Skewness .691
Kurtosis .204
Minimum 25
Maximum 79
Sum 5661
43
LAMPIRAN 1
Uji Statistik
(lanjutan)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
V
25 1 .8 .8 .8
a
28 1 .8 .8 1.7 l
29 1 .8 .8 2.5 i
d
30 1 .8 .8 3.3
32 1 .8 .8 4.1
L
33 2 1.7 1.7 5.8
A
34 2 1.7 1.7 7.4
M
35 8 6.6 6.6 14.0
P
37 10 8.3 8.3 22.3
I
38 2 1.7 1.7 24.0
R
39 3 2.5 2.5 26.4
A
40 3 2.5 2.5 28.9
N
41 7 5.8 5.8 34.7
52 1 .8 .8 75.2
i
58 1 .8 .8 84.3 i
65 1 .8 .8 93.4
n
LAMPIRAN 1
Uji Statistik
(lanjutan)
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Berat badan
.360 121 .000 .736 121 .000
responden
Statistics
N Valid 121
Missing 0
Mean 152.54
Median 153.00
Mode 153
Skewness -.579
Kurtosis 1.045
Minimum 135
Maximum 165
Sum 18457
46
LAMPIRAN 1
Uji Statistik
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 135 1 .8 .8 .8
136 1 .8 .8 1.7
140 1 .8 .8 2.5
159 1 .8 .8 91.7
161 1 .8 .8 95.9
164 1 .8 .8 99.2
165 1 .8 .8 100.0
LAMPIRAN 1
Uji Statistik
(lanjutan)
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistics
bb_1
N Valid 121
Missing 0
bb_1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
LAMPIRAN 1
Uji Statistik
(lanjutan)
5. Klasifikasi TB responden
Statistics
tb_1
N Valid 121
Missing 0
tb_1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
N Valid 121
Missing 0
Mean 11.68
Median 12.00
Mode 12
Variance .504
Skewness -1.150
Kurtosis 2.571
Minimum 9
Maximum 13
49
LAMPIRAN 1
Uji Statistik
(lanjutan)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
LAMPIRAN 1
Uji Statistik
(lanjutan)
menarche_1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistics
N Valid 121
Missing 0
Mean 20.05
Median 19.00
a
Mode 18
Variance 17.909
Skewness .905
Kurtosis .312
Minimum 13
Maximum 32
51
Statistics
N Valid 121
Missing 0
Mean 20.05
Median 19.00
Mode 18a
Variance 17.909
Skewness .905
Kurtosis .312
Minimum 13
Maximum 32
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
LAMPIRAN 1
Uji Statistik
(lanjutan)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 13 1 .8 .8 .8
17.1 1 .8 .8 29.8
24 1 .8 .8 81.8
30 1 .8 .8 97.5
31 1 .8 .8 98.3
LAMPIRAN 1
Uji Statistik
(lanjutan)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cases
LAMPIRAN 1
Uji Statistik
(lanjutan)
menarche_1
normal+kurus Count 25 69 94
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,48.
Cases
LAMPIRAN 1
Uji Statistik
(lanjutan)
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,65.
menarche_1
kurang Count 1 17 18
LAMPIRAN 2
Kuesioner Penelitian
Saya Septia Wahyuni mahasiswi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah ingin meneliti tentang “Hubungan Status Gizi dengan
Usia Menarche pada Remaja Putri di MTs Negeri Pamulang”. Untuk itu, Saya memohon
kesediaan Saudara untuk menjadi responden dalam penelitian Saya.
Pengumpulan data yang saya lakukan ini murni untuk tujuan pendidikan dalam
menyelesaikan pendidikan S1 Program Studi Pendidikan Dokter di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Adapun data yang terkumpul dari penelitian ini tidak akan disalahgunakan dan akan
tetap dijaga kerahasiaannya. Maka dari itu, saya memohon kesediaan saudari untuk mengisi
angket yang saya berikan.
Demikian informasi yang saya sampaikan, apabila saudari bersedia untuk menjadi
responden dalam penelitian ini, saya mohon untuk menandatangani lembar persetujuan
menjadi responden yang telah tersedia. Atas perhatian dan kesediaan saudari saya ucapkan
terima kasih.
Peneliti
(Septia Wahyuni)
57
LAMPIRAN 2
Setelah mendapat penjelasan tentang tujuan dari penelitian ini, maka saya yang
bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Umur :
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya tanpa ada paksaan dari
pihak manapun.
Responden
(..........................................)
58
LAMPIRAN 2
Nomor Formulir:
Identitas Responden
Nama
Kelas
Tanggal lahir
Status Gizi
BB (diisi petugas)
TB (diisi petugas)
Menstruasi
Kapan Anda mengalami menstruasi pertama
kalinya?(usia saat menstruasi pertama)
Anda sudah mengalami menstruasi sebanyak a. 1 kali
berapa kali? b. >1 kali, tidak teratur
c. >1 kali, teratur
Apakah Anda sedang menderita suatu
penyakit dalam jangka waktu lama? Jika ya,
penyakit apa?
Kapan ibu Anda mengalami menstruasi
untuk pertama kalinya? (usia saat menstruasi)
Pola makan
Seberapa sering Anda makan dalam sehari?
Seberapa sering Anda makan snack dalam 1 a. Sering (4-7 kali/minggu)
minggu? b. Jarang (≤3 kali/minggu)
Seberapa sering Anda mengkonsumsi a. Sering (4-7 kali/minggu)
makanan cepat saji/fastfood? b. Jarang (≤3 kali/minggu)
59
LAMPIRAN 3
Email : sharahap9@gmail.com
Riwayat Pendidikan :