Anda di halaman 1dari 73

HUBUNGAN STATUS GIZI ANTROPOMETRI DAN USIA

MENARCHE PADA SISWI MTS N TANGERANG II


PAMULANG TAHUN 2013

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA
KEDOKTERAN

OLEH:

Septia Wahyuni

NIM: 1110103000047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H/2013 M
HUBI]NGAI\I STATUS GIZI AI\TROPOMETRI DAh[ USIA MENARCHEPADA
SISWI DI MTS N TAIYGERANG II PAMUII\NG TAHI]N 2013

LPoTS Penelitian Diajukm kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokterm
dan Ilnu Kesehatan untuk Mesrenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar'Sa6ana feOotaeran
(S.Ked)

Oleh

Sentia Wahvrmi

NIM: 11101CI3000047

Pmbimbing I Pembimbing

j4-
dr Taufik zain, Sp6C (K) dr Fika Ekayanti, M.Md.Bl.

PROGRAM STUDI PENDIDIIAN DOKTER


F'AKT]LTAS KEDOKTERAN DAI{ ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF ItrDAYATULI"AH

JAI(ARTA
1434H/2013M

iii

::,,:--;-.
LEMBAR PENGESATIAN
Laporan penelitian bedudul Hubungan Status Gizi Antropometri Dan Usia Mmarche
Pada Siswi Di MTS N Tangerang II Pamulang Tahun 2013 yang diajukan oleh Septia
Wahyuni (NIM : 1110103000047), telah diujikan dalam gidang di Fakulras Kedokteran dan
ILnu Kesehatan pada Juli 2013. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Pendidikan Dolder.

Ciputat, 10 September 2A13

P+'
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang Penbimbing I Pembimbing2

dr Taufik\zain, SpoG (K) dr FikI Ekayanti,


M.Med.Ed

Penguji 1 ji 2

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK UIN SH Jakarta Kaprodi PSPD FKIK UIN SH

Prof Dr ( dr. , M.Gizi, SpGK

tv
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya serta nikmat yang tiada terkira kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Hubungan Status Gizi Antropometri
Dan Usia Menarche Pada Siswi Di MTS N Tangerang II Pamulang Tahun 2013”.
Shalawat beserta salam senantiasa tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW, semoga
kita mendapatkan syafaatnya di akhirat nanti. Amin.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih
kepada:

1. Prof. DR. (hc). dr. M.K Tadjudin, SpAnd, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku ketua Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr Taufik Zain, SpOG (K) dan dr Fika Ekayanti, M.Med.Ed, selaku dosen
pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing
penulis selama penelitian dan penyusunan laporan ini.
4. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK dan dr. Francisca A. Tjakradidjaja, M.S, SpGK
selaku penguji sidang yang telah banyak memberikan saran kepada penulis.
5. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggung jawab riset PSPD 2010 yang
selalu mengingatkan kami untuk menyelesaikan riset.
6. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh civitas akademika Program Studi Pendidikan
Dokter yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis.
7. Pihak Kementrian Agama Republik Indonesia yang telah memberikan kesempatan
menerima beasiswa kuliah sampai penulis menyelesaikan riset ini.
8. Pihak guru dan petugas UKS MTS N Tangerang II Pamulang yang telah memberikan
izin serta membantu penulis dalam melakukan pengambilan data di lokasi penelitian.

v
9. Ayah H. Hotman Sayuti Harahap, ibu Hj. Elvi Sarianna, serta adik-adik yang tidak
hentinya memberikan kasih sayang, nasihat, serta doa yang senantiasa dipanjatkan
demi kesuksesan penulis.
10. Teman-teman kelompok 17 riset, Maulida Nur Soraya, Novita Vidi Yanty, Syrojudin
Hadi, yang telah memberikan motivasi dan mengingatkan agar menyelesaikan riset
tepat waktu.
11. Sahabat-sahabat di Program Studi Pendidikan Dokter 2010 yang telah banyak
memberikan ilmu dan motivasi dalam kebersamaan selama 3 tahun ini.
12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan riset ini, yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih untuk semuanya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan riset ini masih kurang dari sempurna,
sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi kemajuan di masa yang akan
datang.
Demikian laporan penelitian ini penulis buat, semoga bermanfaat bagi para pembacanya.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan ridho-Nya kepada kita semua. Amin.

Ciputat, Agustus 2013

Penulis

vi
ABSTRAK

Septia Wahyuni. Program Studi Pendidikan Dokter. Hubungan Status Gizi Antropometri dan
Usia Menarche pada Siswi di MTs N Tangerang II Pamulang Pada Tahun 2013.

Latar belakang: Berbagai penelitian menunjukkan bahwa usia menarche semakin menurun
pada 20 tahun terakhir, baik di negara-negara Amerika, Eropa, maupun Asia dan hal ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara status gizi dan
usia menarche pada siswi di MTs N Tangerang II Pamulang pada tahun 2013. Metode: Studi
analitik cross-sectional. Subjek penelitian berjumlah 121 orang yang diambil dengan teknik
random sampling dan diuji menggunakan uji Chi-square. Hasil: Rata-rata usia menarche
pada siswi MTs N Tangerang II Pamulang adalah 11,68 tahun dengan simpang baku 0,71. Uji
statistik didapatkan p-value 0,033(p<0,05). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara status gizi
dengan usia menarche.

Kata Kunci: Status Gizi, Menarche

Septia Wahyuni. Medical Education Study Program. Relationship Between Anthropometric


Nutritional Status and Age at Menarche in Students at MTs N Tangerang II Pamulang in
2013.

Background: Various studies have shown that the age of menarche had been declined in the
last 20 years, in the countries of America, Europe, and Asia, and it was influenced by various
factors. Objective: To determine the relationship between nutritional status and age at
menarche in female adolescents at MTsN Pamulang Tangerang II in 2013. Method: cross-
sectional analytic study. Random sampling technique was used to take 121 subjects and
processed with chi-quare statictical test. Results: The average age of menarche in girls at
MTsN Tangerang II Pamulang is 11.68 years with standard deviations of 0.71. Statistic test
obtained p-value 0.033(p<0,05). Conclusion: There is a relationship between nutritional
status with age of menarche.

Keywords: nutritional status, menarche

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................................ii


LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................................iv
KATA PENGANTAR..............................................................................................................v
ABSTRAK..............................................................................................................................vii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................viii
DAFTAR TABEL....................................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................xii
DAFTAR BAGAN................................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................5
2.1 Landasan Teori.....................................................................................................................5
2.1.1 Menstruasi.............................................................................................................5
2.1.2 Menarche...............................................................................................................7
2.1.2.1 Faktor-Faktor Yang Berperan Terhadap Usia Menarche.......................8
2.1.3 Remaja...................................................................................................................9
2.1.4 Neuroendokrinologi Pubertas..............................................................................10
2.1.5 Pertumbuhan Organ Reproduksi Remaja Perempuan.........................................11
2.1.6 Antropometri Gizi...............................................................................................12
2.1.6.1 Definisi.................................................................................................12
2.1.6.2 Jenis Parameter.....................................................................................12
2.1.6.3 Indeks Antropometri............................................................................13
2.2 Kerangka Konsep...............................................................................................................19
2.3 Definisi Operasional...........................................................................................................20

viii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian................................................................................................................21
3.2 Waktu Penelitian................................................................................................................21
3.2.1 Tempat Penelitian...............................................................................................21
3.2.2 Waktu Penelitian.................................................................................................21
3.3 Populasi dan Besar Sampel................................................................................................21
3.3.1 Populasi...............................................................................................................21
3.3.2 Sampel.................................................................................................................21
3.3.3 Cara Pengambilan Sampel..................................................................................22
3.3.4 Kriteria Sampel...................................................................................................23

3.4 Cara Kerja Penelitian..........................................................................................................23


3.5 Managemen Data................................................................................................................24
3.5.1 Pengumpulan Data..............................................................................................24
3.5.2 Pengolahan Data..................................................................................................24
3.5.3 Analisis Data.......................................................................................................24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian..................................................................................26
4.2 Hasil Penelitian..................................................................................................................26
4.2.1 Analisis Univariat................................................................................................26
4.2.1.1 Gambaran Usia Responden..................................................................26
4.2.1.2 Gambaran Berat Badan Responden......................................................27
4.2.1.3 Gambaran Tinggi Badan Responden....................................................28
4.2.1.4 Gambaran IMT responden....................................................................29
4.2.1.5 Gambaran Status Gizi Responden........................................................29
4.2.1.6 Gambaran Usia Menarche Responden.................................................30
2.2.1.4 Distribusi Frekuensi Responden Mengkonsumsi Fast food.................31
4.2.2 Analisis Bivariat..................................................................................................32
4.3 Pembahasan........................................................................................................................33
4.3.1 Status Gizi Responden........................................................................................33
4.3.2 Usia Menarche Responden..................................................................................33
4.3.3 Frekuensi Konsumsi Fast food............................................................................34
4.3.4 Hubungan Status Gizi Dengan Usia Menarche...................................................35
4.4 Keterbatasan Penelitian......................................................................................................35

ix
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................37
5.1 Kesimpulan.........................................................................................................................37
5.2 Saran...................................................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................38
LAMPIRAN............................................................................................................................41

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Tingkat Kematangan Seksual Pada Anak Perempuan ..........................10
Tabel 2.2 Penggolongan Keadaan Gizi Menurut Indeks Antropometri...................................13
Tabel 2.3 Status Gizi Berdasarkan Grafik IMT/U...................................................................16
Tabel 2.4 Status Gizi Berdasarkan z-score Anak Perempuan Usia 5-18 Tahun......................19
Tabel 4.1 Distribusi Usia siswi di MTS N Tangerang II Pamulang Tahun 2013....................26
Tabel 4.2 Distribusi Berat Badan siswi di MTS N Tangerang II Pamulang Tahun 2013........27
Tabel 4.3 Distribusi Status Gizi Berdasarkan Umur siswi di MTS N Tangerang II Pamulang
Tahun 2013...............................................................................................................................27
Tabel 4.4 Distribusi Tinggi Badan siswi di MTS N Tangerang II Pamulang Tahun 2013......28
Tabel 4.5 Distribusi Klasifikasi Tinggi Badan siswi di MTS N Tangerang II Pamulang Tahun
2013..........................................................................................................................................28
Tabel 4.6 Distribusi IMT siswi di MTS N Tangerang II Pamulang Tahun 2013....................29
Tabel 4.2 Distribusi Status Gizi Remaja Putri di MTS N Tangerang II Pamulang Tahun
2013..........................................................................................................................................29
Tabel 4.3 Distribusi Usia Menarche Remaja Putri di MTS N Tangerang II Pamulang Tahun
2013..........................................................................................................................................30
Tabel 4.4 Distribusi Pengelompokan Usia Menarche Remaja Putri di MTS N Tangerang II
Pamulang Tahun 2013..............................................................................................................30
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Mengkonsumsi Fast food pada Remaja Putri di MTS N
Tangerang II Pamulang Tahun 2013........................................................................................31
Tabel 4.5 Hubungan Status Gizi Dengan Usia Menarche........................................................32

xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Faktor-Faktor Yang Dapat Menstimulasi dan menghambat Stimulasi GnRH.......9
Gambar 2.2 Status Gizi Berdasarkan BB/U dan TB/U............................................................15
Gambar 2.2 Status Gizi Berdasarkan IMT/U...........................................................................17
Gambar 2.4 Status Gizi Berdasarkan IMT/U (z-score)............................................................18

xii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.2 Kerangka Konsep....................................................................................................19
Bagan 3.4 Cara Kerja Penelitian..............................................................................................23

xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Uji Statistik........................................................................................................37
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian.........................................................................................45
Lampiran 3 Daftar Riwayat Hidup......................................................................................48

xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Menarche merupakan episode pertama menstruasi dan merupakan indikator pubertas


yang terjadi pada saat masa remaja pada perempuan. 1 Masa remaja merupakan masa transisi
dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa remaja akan terjadi penambahan kecepatan
pertumbuhan/growth spurt, mulai munculnya tanda-tanda seks sekunder, terjadi menarche
dan perubahan-perubahan psikososial. Perubahan ini terjadi karena adanya perubahan dalam
regulasi neuroendokrin pada remaja.2

Pubertas pada perempuan ditandai dengan pelepasan gonadotropin yang teratur, yang
akan meningkatkan konsentrasi estradiol serum hingga 15-35 pg/ml (55-128 pnmol/L).
Peningkatan sintesis dan sekresi estrogen dari ovarium ini akan menyebabkan maturasi tulang
yang progresif. Onset pubertas menyebabkan peningkatan massa tulang yang berkorelasi
dengan usia tulang. Tahap awal pubertas pada perempuan meliputi perkembangan payudara,
diikuti dengan pertumbuhan folikel di ovarium. Hal diikuti dengan pertumbuhan rambut
aksila dan pubik serta menarche, menandakan produksi estrogen yang cukup untuk
menstimulasi proliferasi endometrium. Pada perempuan, konsentrasi leptin serum meningkat
seiring proses perkembangan pubertas, dan peningkatan kadar leptin ini sesuai dengan
peningkatan massa lemak tubuh.3

Menarche terjadi pada rata-rata umur 13 tahun. Umur saat menarche maju rata-rata 3-
4 bulan tiap 10 tahun (berdasarkan penelitian yang diadakan pada tahun 1830-1990 di
Norwegia, Prancis, Inggris, Islandia, Jepang, Amerika, dan China). Usia menarche juga
ditemukan menurun pada negara industri. Sebelum tahun 1990, rata-rata usia menarche di
Amerika Serikat adalah di atas 14 tahun. Sedangkan rata-rata usia menarche di Inggris tidak
berubah dalam kurun waktu 20 hingga 30 tahun terakhir dan sekarang berkisar pada usia 12,9
tahun.1

Di Indonesia, hasil Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa dari laporan responden yang
sudah mengalami haid, rata-rata usia menarche adalah 13 tahun (20%) dengan kejadian lebih
awal pada usia kurang dari 9 tahun. Secara nasional, pada 37,5 persen anak Indonesia

1
2

didapatkan rata-rata usia menarche 13-14 tahun. Rata-rata usia menarche 11-12 tahun terjadi
pada 30,3 persen anak-anak di DKI Jakarta, dan 12,1 persen di Nusa Tenggara Barat. Rata-
rata usia menarche 17-18 tahun terjadi pada 8,9 persen anak-anak di Nusa Tenggara Timur,
dan 2 persen di Bengkulu. 2,6 persen anak-anak di DKI Jakarta sudah mendapat haid pertama
pada usia 9-10 tahun, dan terdapat 1,3 persen anak-anak di Maluku dan Papua Barat yang
baru mendapat haid pertama pada usia 19-20 tahun.4

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi usia saat menarche yaitu cuaca, lokasi
geografis, pajanan terhadap cahaya, penyakit kronis, faktor diet, stress fisik maupun
5
emosiaonal, faktor psikologis, dan faktor sosioekonomi.

Menarche dini (sebelum 12 tahun) dapat menyebabkan berbagai efek negatif.


Menarche dini merupakan faktor resiko terjadinya kanker payudara dan berhubungan dengan
resiko obesitas pada wanita post menopause dengan kanker payudara. Juga terdapat
hubungan menarche lebih awal dengan peningkatan keparahan dismenore, dan kehamilan di
usia muda.3 Berbagai penelitian menunjukkan bahwa status gizi dapat mempengaruhi usia
menarche. Secara khusus umur menarche didapatkan lebih awal pada anak obesitas. Pada
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nora Al-Awadhi dkk di Kuwait , rerata usia saat
menarche adalah 12.41 tahun.6 Ada hubungan yang signifikan antara usia saat menarche
dengan obesitas atau overweight. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Akbar
Pejhan dkk di Iran (2011), usia menarche terbanyak di Iran adalah 11-13 tahun dengan rerata
usia menarche adalah 12.5 tahun. Didapatkan bahwa terdapat hubungan antara usia saat
menarche dengan BMI(p=0,02)7, sedangkan tertundanya menarche sering disebabkan oleh
malnutrisi berat. Hal ini diperkirakan merupakan peranan leptin yang terhadap di jaringan
adiposa. Adapun pemilihan tempat penelitian di tingkat SMP adalah karena usia rata-rata
menarche di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas 2010 adalah 13-14 tahun. Pada usia ini
umumnya remaja sedang berada di jenjang SMP/MTs.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian


mengenai “Hubungan Status Gizi Antropometri dan Usia Menarche pada Siswi di MTs N
Tangerang II Pamulang Pada Tahun 2013”.
3

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian di atas dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:

Bagaimana hubungan status gizi antropometri dan usia menarche pada siswi di MTs N
Tangerang II Pamulang pada tahun 2013?

1.3 Hipotesis

Terdapat hubungan antara status gizi antropometri dan usia menarche pada siswi di MTs N
Tangerang II Pamulang pada tahun 2013.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara status gizi dengan usia menarche pada remaja putri di MTs N
Tangerang II Pamulang pada tahun 2013.

1.4.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui gambaran usia pada siswi di MTs N Tangerang II Pamulang pada tahun 2013.

2. Mengetahui gambaran usia menarche pada remaja putri di di MTs N Tangerang II


Pamulang pada tahun 2013.

3. Mengetahui gambaran tinggi badan pada siswi di MTs N Tangerang II Pamulang pada
tahun 2013.

4. Mengetahui gambaran berat badan pada siswi di MTs N Tangerang II Pamulang pada
tahun 2013.

5. Mengetahui gambaran indeks massa tubuh pada siswi di MTs N Tangerang II Pamulang
pada tahun 2013.

6. Mengetahui gambaran status gizi pada siswi di MTs N Tangerang II Pamulang pada tahun
2013.
4

7. Mengetahui gambaran frekuensi konsumsi fast food pada siswi di MTs N Tangerang II
Pamulang pada tahun 2013.

1.5 Manfaat Penelitian

Bagi peneliti, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan pembelajaran untuk
mengetahui berbagai hal tentang menarche dan hubungan status gizi dengan usia menarche.

Bagi tempat penelitian, penelitian ini dapat berguna sebagai informasi untuk
penyuluhan tentang kesehatan reproduksi pada remaja.

Bagi subyek penelitian, penelitian ini dapat berguna sebagai informasi tentang status
gizi dan menarche.

Bagi institusi pendidikan, penelitian ini dapat berguna sebagai referensi maupun
sumber informasi tentang menarche pada remaja.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Menstruasi

Menstruasi adalah pengeluaran darah dan sisa endometrium dari vagina. Hari pertama
menstruasi dianggap sebagai permulaan siklus baru. Saat ini bersamaan dengan akhir fase
luteal ovarium dan dimulainya fase folikular. Sewaktu korpus luteum berdegenerasi akibat
tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum yang dibebaskan selama siklus sebelumnya,
kadar progesteron dan estrogen darah turun tajam. Karena efek akhir progesteron dan
estrogen adalah mempersiapkan endometrium untuk implantasi ovum yang dibuahi maka
terhentinya sekresi kedua hormon ini menyebabkan lapisan dalam uterus yang kaya vaskular
dan nutrien kehilangan hormon-hormon penunjangnya.8

Sistem reproduksi wanita menunjukkan perubahan siklik reguler yang dapat dianggap
sebagai persiapan pembuahan dan kehamilan. Pada manusia dan primata lain, siklus ini
adalah daur haid (siklus menstruasi), dan gambaran yang paling nyata adalah perdarahan
vagina periodik yang terjadi dengan terlepasnya mukosa rahim (haid,menstruasi). Lama daur
ini dapat bervariasi, tetapi angka rerata adalah 28 hari dari permulaan satu periode haid
sampai permulaan periode berikutnya.8

Setelah pubertas dimulai, ovarium secara terus menerus mengalami dua fase secara
bergantian: fase folikular,yang didominasi keberadaan folikel matang; dan fase luteal, yang
ditandai dengan adanya korpus luteum. 9

Setiap saat selama siklus, sebagian dari folikel-folikel primer mulai berkembang.
Namun hanya folikel yang berkembang selama fase folikular yang berlanjut melewati tahap-
tahap awal perkembangan. Folikel yang lain mengalami atresia karena tidak mendapat
bantuan hormon. Selama pembentukan folikel, seiring dengan pembentukan dan
penyimpanan bahan oleh oosit primer yang digunakan jika dibuahi, terdapat perubahan-
perubahan penting di sel-sel yang mengelilingi oosit dalam persiapan-persiapan penting di
sel-sel yang mengelilingi oosit dalam persiapan untuk pembebasan sel telur dari ovarium. 9

5
6

Pertama, satu lapis sel granulosa pada folikel primer berproliferasi untuk membentuk
beberapa lapisan yang mengelilingi oosit. Sel-sel granulosa ini mengeluarkan zona pelusida
yang membungkus oosit dan memisahkannya dari sel granulosa sekitar. pada saat yang sama
ketika oosit sedang membesar dan sel-sel granulosa berproliferasi, sel-sel jaringan ikat
ovarium khusus yang berkontak dengan sel granulosa berproliferasi dan berdiferensiasi
membentuk suatu lapisan luar sel teka. Sel teka dan sel granulosa, yang secara kolektif
disebut sel folikel, berfungsi sebagai satu kesatuan untuk mengeluarkan estrogen. 9

Lingkungan hormon pada fase folikular mendorong terjadinya pembesaran dan


pengembangan kemampuan sekresi sel-sel folikel, mengubah folikel primer menjadi folikel
sekunder, atau folikel antrum, yang dapat mengeluarkan estrogen. Sewaktu sel folikel mulai
mengeluarkan estrogen, sebagian dari hormon ini disekresikan ke dalam darah untuk
disebarkan ke seluruh tubuh. Namun, sebagian dari estrogen ini terkumpul di cairan antrum
yang kaya hormon.9

Oosit telah mencapai ukuran penuh saat antrum mulai terbentuk. Perubahan ke folikel
antrum ini memicu suatu periode pertumbuhan folikel yang cepat.

Salah satu folikel biasanya tumbuh lebih cepat daripada yang lain, berkembang
menjadi folikel matang (praovulasi, tersier, atau Graaf) dalam waktu sekitar 14 hari setelah
dimulainya pembentukan folikel. Pada folikel matang, antrum menempati sebagian besar
ruang. Oosit, yang dikelilingi oleh zona pelusida dan satu lapisan sel granulosa, tergeser
asimetris ke salah satu sisi folikel, dalam suatu gundukan kecil yang menonjol ke dalam
antrum.9

Folikel matang yang telah sangat membesar ini menonjol dari permukaan ovarium,
menciptakan suatu daerah tipis yang kemudian pecah untuk membebaskan oosit saat ovulasi.
Pecahnya folikel ditandai dengan pelepasan enzim-enzim dari sel folikel untuk mencerna
jaringan ikat di dinding folikel. Karena itu dinding yang menonjol tersebut melemah sehingga
semakin menonjol hingga ke tahap dimana dinding tersebut tidak lagi mampu menahan isi
folikel yang semakin membesar.9

Tepat sebelum ovulasi, oosit menyelesaikan pembelahan meiotik pertamanya. Ovum


masih dikelilingi oleh zona pelusida dan sel-sel granulosa (korona radiata), tersapu keluar
folikel yang pecah ke dalam rongga abdomen oleh cairan antrum yang bocor. Ovum yang
dibebaskan ini cepat tertarik ke dalam tuba uterina. 9
7

Folikel-folikel lain yang sedang berkembang namun gagal mencapai kematangan dan
berovulasi kemudian mengalami degenerasi dan tidak pernah menjadi aktif kembali. Folikel
yang pecah yang tertinggal di ovarium setelah mengeluarkan ovum segera mengalami
perubahan. Sel-sel granulosa dan sel teka yang tertinggal di sisi folikel mula-mula kolaps ke
dalam ruang antrum yang kosong dan telah terisi sebagian oleh darah. Sel-sel folikel lama ini
akan mengalami transformasi struktural drastis untuk membentuk korpus luteum, suatu
proses yang disebut luteinisasi. Sel-sel folikel yang berubah menjadi sel luteal ini membesar
dan berubah menjadi jaringan yang sangat aktif menghasilkan hormon steroid. 9

Korpus luteum mengalami vaskularisasi hebat seiring dengan masuknya pembuluh-


pembuluh darah dari daerah teka ke daerah granulosa yang mengalami luteinisasi. Sekresi
estrogen pada fase folikular diikuti oleh sekresi progesteron pada fase luteal penting untuk
mempersiapkan uterus untuk implantasi ovum yang akan dibuahi.

Jika ovum yang dibebaskan tidak dibuahi dan tidak terjadi implantasi maka korpus
luteum akan berdegenerasi dalam waktu sekitar 14 hari setelah pembentukannya. Sel-sel
luteal berdegenerasi dan difagositosis, vaskularisasi berkurang, dan jaringan ikat segera
masuk untuk mebentuk massa fibrosa yang dikenal sebagai korpus albikans. Fase luteal usai,
dan satu siklus ovarium telah selesai. Suatu gelombang baru pembentukan folikel, yang
dimulai ketika degenerasi korpus luteum selesai, menandai dimulainya fase folikular baru. 9

2.1.2 Menarche

Menarche merupakan pembentukan atau permulaan fungsi menstruasi. 10 Menarche


terjadi pada rata-rata umur 13 tahun, sedangkan perimenarche 11-15 tahun.11 Umur saat
menarche maju rata-rata 3-4 bulan tiap 10 tahun (berdasarkan penelitian yang diadakan pada
tahun 1830-1990 di Norwegia, Perancis, Inggris, Islandia, Jepang, Amerika, dan Cina). Usia
menarche yang lebih awal dapat menyebabkan meningkatkan resiko berbagai penyakit
seperti obesitas, sindrom metabolik, penyakit kardiovaskular dan kanker payudara. Usia
menarche yang lebih awal dapat menyebabkan penutupan lempeng epifisis yang lebih cepat,
sehingga perempuan yang mengalami menarche lebih awal akan memiliki tinggi badan saat
dewasa yang lebih pendek daripada perempuan yang lain. 12 Sebuah penelitian menemukan
bahwa beberapa alel untuk penambah tinggi badan juga berhubungan dengan usia saat
menarche, tapi pada lokus yang berbeda alel ini berhubungan dengan menarche cepat atau
lambat. Hubungan paradoks ini menunjukkan bahwa ada hubungan saling mempengaruhi
antara pertumbuhan dengan waktu pubertas. 13 Umur saat menarche terutama dipengaruhi
8

oleh faktor genetik juga faktor eksternal seperti cuaca, penyakit kronis, sinar
matahari;sedangkan faktor diet yang tidak sehat, stres atau faktor psikologis turut berperan. 7

2.1.2.1 Faktor-Faktor yang Berperan Terhadap Usia Menarche

 Genetik
Usia menarche dipengaruhi oleh herediter tetapi penentu genetik spesifik yang
berperan masih belum diketahui. Bukti adanya pengaruh genetik terhadap usia menarche
adalah studi yang menunjukkan bahwa usia ibu saat menarche dapat digunakan untuk
memprediksi usia anak saat menarche.13
Studi genome wide association (GWA) yang terbaru dilakukan untuk
mengidentifikasi varian yang umum yang berhubungan dengan waktu terjadinya pubertas.
Untuk usia saat menarche hanya satu polimorfisme nukleotida yang berarti dalam statistik,
rs314276 di intron 2 dari LIN28B pada kromosom 6. Tiap alel berhubungan dengan usia
menarche yang lebih awal sebanyak 0,12 tahun.13
 Perbedaan Etnis/Ras
Beberapa studi terutama yang dilakukan di Amerika menunjukkan perbedaan
etnik/ras dalam maturasi pubertas dan menarche. Remaja perempuan berkulit hitam berusia
lebih muda jika dibandingkan dengan remaja perempuan berkulit putih pada tahap
perkembangan payudara, rambut pubik, dan menarche yang sama.14
Remaja perempuan di Eropa Selatan mengalami menarche lebih cepat jika
dibandingkan dengan remaja perempuan di Eropa Utara, yang menunjukkan perbedaan
geografis yang menunjukkan faktor genetik, etnik, dan faktor lingkungan. Perbedaan
geografis dapat berupa ketinggian, suhu, kelembaban dan cahaya.14
 Lemak Tubuh, Nutrisi, dan Aktivitas Fisik
Selama ini banyak diperdebatkan bahwa dalam keadaan normal terdapat suatu berat
badan kritis yang harus dicapai agar pubertas dapat terjadi. Saat ini diketahui bahwa leptin,
yaitu hormon yang berperan dalam menimbulkan rasa kenyang dan dihasilkan oleh sel lemak
mungkin merupakan faktor yang berperan dalam hubungan berat badan dan pubertas. Pada
percobaan pada mencit betina yang mengalami kegemukan dan steril, retriksi diet tidak
mengembalikan fertilitas, tetapi injeksi leptin dapat membuat mencit yang diteliti mengalami
ovulasi dan hamil.15
Berhubungan dengan nutrisi, peningkatan asupan kalori berhubungan dengan
menarche lebih awal. Kualitas makanan yang dikonsumsi juga mempengaruhi pubertas.
9

Berkey dkk menemukan bahwa rasio protein hewani dan protein nabati yang tinggi pada usia
3-5 tahun berhubungan dengan menarche lebih awal, setelah mengontrol IMT. 15
Berbagai studi menunjukkan bahwa menarche biasanya terlambat pada atlet jika
dibandingkan dengan populasi pada umumnya, yang menunjukkan bahwa aktivitas berat
dapat memperlambat menarche.15
 Lingkungan
Faktor sosial ekonomi seperti tempat tinggal di kota/pedesaan, pendapatan keluarga,
tingkat pendidikan orangtua, juga dapat mempengaruhi perkembangan pubertas. Remaja
perempuan dari status sosial ekonomi tinggi mengalami menarche lebih cepat jika
dibandingkan dengan remaja yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah.
Stres lain seperti penyakit akut/kronik dapat menekan aksis hipotalamus-hipofisis-gonad
sehingga memperlambat onset pubertas.15

2.1.3 Remaja

Remaja adalah bila seorang anak mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan
dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki.1 Pada pembahasan mengenai remaja seringkali
digunakan istilah pubertas dan adolesen. Istilah pubertas digunakan untuk menyatakan
perubahan biologis yang meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari masa
anak ke masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi. Sedangkan adolesen dinyatakan sebagai
perubahan psikososial yang menyertai pubertas.

Pada masa remaja terjadi pacu tumbuh berat badan dan tinggi badan, terjadi
pertumbuhan yang pesat dari alat-alat kelamin dan timbulnya tanda-tanda seks sekunder. Ada
beberapa ciri pertumbuhan somatik pada remaja1:

1. Perubahan adalah ciri utama dari proses biologis pubertas. Sistem regulasi di
hipotalamus, pituitari, kelamin (gonad), dan kelenjar adrenal akan menyebabkan
perubahan kualitatif dan kuantitatif pada masa prapubertas sampai dewasa.
Keadaan ini mengakibatkan pertumbuhan yang cepat dari tinggi badan dan berat
badan;perubahan komposisi tubuh dan jaringan;timbulnya tanda-tanda seks primer
dan sekunder.
2. Perubahan somatik sangat bervariasi dalam umur saat mulai dan berakhirnya,
kecepatan dan sifatnya, tergantung masing-masing individu.
3. Walaupun terdapat variasi dalam umur saat terjadinya pubertas, tetapi setiap
remaja mengikuti sekuen/urutan yang sama dalam pertumbuhan somatiknya.
10

4. Timbulnya ciri-ciri seks sekunder merupakan manifestasi somatik dari aktivitas


gonad dan dibagi dalam berbagai tahap yang berurutan, yang oleh Tanner disebut
sebagai Sexual Maturity Rating (SMR) atau Tingkat Kematangan Seksual (TKS).
5. Pertumbuhan somatik pada remaja, megalami perubahan pada abad terakhir dalam
ukuran dan umur mulainya pada remaja, hal ini disebabkan adanya perbaikan gizi
dan lingkungan.

2.1.4 Neuroendokrinologi Pubertas

Onset pubertas terjadi setelah reaktivasi sistem sekretorik Gonadotropin Releasing


Hormone (GnRH) dari hipotalamus. Sekresi pulsatil GnRH dan sekresi gonadotropin dari
hipotalamus dipicu oleh aktivasi generator GnRH yang terdiri atas neuron yang menyebar di
nukleus arkuatus dari bagian medial basal hipotalamus. Sekresi GnRH pulsatil bergantung
pada aksi dari neuron-neuron tersebut. Kontrol neuron-neuron tersebut dikontrol oleh input
trans sinaptik, sinhibitor dan stimulator, dan input glia ke neuron. Beberapa neuropeptida dan
neurotransmiter diketahui memiliki efek stimulator (cth. Glutamat,noradrenalin) atau
inhibitorik (cth GABA,opiat endogen,NPY). 15 Hal ini dapat terlihat dalam gambar dibawah:

Gambar 2.1 faktor-faktor yang dapat menstimulasi dan menghambat stimulasi GnRH15
11

2.1.5 Pertumbuhan Organ Reproduksi Remaja Perempuan

Pada keadaan prapubertas kadar steroid seks dalam sirkulasi tertekan oleh umpan
balik negatif pada hipotalamus. Pubertas dimulai dengan pengurangan hambatan hipotalamus
dalam responsnya terhadap faktor-faktor yang belum sepenuhnya dapat dimengerti.
Hipotalamus merangsang pelepasannya selama tidak bekerjanya pulsa gonadotropin dan
hormon pertumbuhan dari hipofisis anterior. Rangkaian akibat perubahan somatik dan
fisiologis meningkatkan kecepatan maturitas seksual (sexual maturity rate/SMR) atau stadium
Tanner.1

Tanda pubertas pertama yang dilihat pada anak perempuan adalah perkembangan
tunas-tunas payudara (telarche), yang diikuti dengan rambut pubis (pubarche), dan
menarche.8,9

Tanner membuat klasifikasi Tingkat Kematangan Seksual remaja dalam 5 stadium,


yaitu dari TKS 1 sampai TKS 5. Pembagian ini berdasarkan pertumbuhan rambut pubis dan
payudara pada remaja perempuan. Gambaran pertumbuhan remaja memperlihatkan hubungan
yang erat dengan tingkat kematangan seksual. Dimana TKS 1 dan 2 merupakan masa remaja
awal, TKS 3 dan 4 masa remaja menengah, dan TKS 5 adalah masa remaja lanjut dan
maturitas seksual penuh.1 Tingkat Kematangan Seksual Pada Anak Perempuan Menurut
Tanner dapat dilihat dalam tabel di bawah:

Tabel 2.1 Klasifikasi Tingkat Kematangan Seksual Pada Anak Perempuan (menurut
Tanner JM)1

Stadium TKS Rambut Pubis Payudara


1 Pra pubertas Pra pubertas
2 Jarang, berpigmen sedikit, lurus, Payudara dan papila menonjol,
sekitar labia diameter areola bertambah
3 Lebih hitam, mulai ikal, jumlah Payudara dan areola membesar,
bertambah batas tidak jelas
4 Keriting, kasar, lebat, lebih sedikit Areola dan papila membentuk bukit
dari orang dewasa kedua
5 Bentuk segitiga, melebar ke bagian Bentuk dewasa, papila menonjol,
medial paha areola merupakan bagian dari
bentuk payudara
12

Faktor yang paling mempengaruhi waktu mulai terjadinya pubertas adalah genetik,
tetapi ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi usia onset pubertas dan perkembagan
pubertas. Yaitu status nutrisi, lokasi geografis, kesehatan tubuh secara umum, pajanan
terhadap matahari, dan keadaan psikologis. 10

2.1.6 Antropometri Gizi

2.1.6.1 Definisi

Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan
metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh. Antropometri sangat
umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbagan antara asupan
protein dan energi. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi
jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. 16

2.1.6.2 Jenis Parameter

Antropometri dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter, antara lain:,


berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal lemak
di bawah kulit.16

 Tinggi Badan

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur tinggi badan, baik
langsung maupun tidak langsung. Metode langsung dapat berupa statiometer, dan individu
yang diperiksa harus berdiri tegak. Metode tidak langsung, termasuk dengan jengkal, panjang
ketika berbaring(dengan pita pengukur), dan pengukuran panjang lutut dapat digunakan bagi
individu yang tidak bisa berdiri maupun berdiri tegak seperti skoliosis, kifosis, cerebral
palsy, distrofi muskular, ataupun paralisis.17

 Berat Badan

Berat badan merupakan pengukuran yang mudah dilakukan namun sangat bermafaat.
Pada anak pengukuran berat badan lebih sensitif jika dibandingkan dengan tinggi badan, dan
menggambarkan asupan nutrisi yang terbaru. Berat badan juga memperlihatkan evaluasi
kasar dari simpanan lemak keseluruhan.17
13


Lingkar Lengan Atas

Lingkar lengan atas merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena
mudah dilakukan. Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, terutama
jika digunakan sebagai pilihan tunggal untuk indeks status gizi; (1) baku lingkar lengan
atas yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian yang memadai untuk dilakukan
di Indonesia, (2) kesalahan pengukuran pada LLA relatif lebih besar jika dibandingkan
dengan pengukuran tinggi badan, mengingat batas antara baku dengan gizi kurang, lebih
sempit pada LLA daripada tinggi badan, (3) Lingkar lengan atas sensitif pada golongan
tertentu (prasekolah) tetapi kurang sensitif pada golongan lain terutama dewasa. 16

Cara mengukur:

o Yang diukur adalah pertengahan lengan atas sebelah kiri. Pertengahan ini dihitung
jarak dari siku sampai batas lengan kemudian dibagi dua.
o Lengan dalam keadaan tergantung bebas, tidak tertutup kain atau pakaian.
o Pita dilingkarkan pada pertengahan lengan tersebut sampai cukup terukur keliling
lingkar lengan, tetapi pita jangan terlalu kuat ditarik atau terlalu longgar.

 Jaringan Lemak Subkutan

Penelitian komposisi tubuh, termasuk mengenai informasi mengenai jumlah dan


distribusi lemak subkutan, dapat dilakukan dengan berbagai macam metode:

1. Analisis kimia dan fisik (melalui analisis seluruh tubuh pada autopsi)
2. Ultrasonik
3. Radiological Anthropometry (dengan menggunakan jaringan yang lunak)
4. Physical anthropometry (menggunakan skin-fold calipers)

Dari metode tersebut di atas, hanya antropometri fisik yang sering digunakan di
lapangan dan praktis untuk dilakukan. Jenis alat yang sering digunakan adalah Harpenden
Calipers.16

2.1.6.3 Indeks Antropometri

Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara
beberapa parameter disebut indeks antropometri. Di Indonesia ukuran baku hasil pengukuran
dalam negeri belum ada, maka untuk berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) digunakan
14

baku Harvard yang disesuaikan untuk Indonesia dan untuk lingkar lengan atas (LLA)
digunakan baku Wolanski.16

Berdasarkan ukuran baku tersebut, penggolongan status gizi menurut indeks


antropometri adalah seperti tercantum dalam tabel

Tabel 2.2 Penggolongan Keadaan Gizi menurut Indeks Antropometri1

Status gizi Ambang batas baku untuk keadaan gizi berdasarkan indeks
BB/U TB/U BB/TB LLA/U LLA/TB
Gizi baik >80% >85% >90% >85% >85%
Gizi kurang 61-80% 71-85% 81-90% 71-85% 76-85%
Gizi buruk ≤60% ≤70% ≤80% ≤70% ≤75%

2.1.6.3 Berat Badan Menurut Umur(BB/U)

Berat badan merupakan salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh.
Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena
infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi.

Dalam keadaan normal, dimana kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan
kebutuhan gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur.
Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat
badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan
karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah
satu pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U
lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutritional status).16

Kelebihan indeks BB/U:

1. Lebih mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat umum


2. Baik untuk mengukur status gizi akut maupun kronis
3. Sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil
15

Kelemahan indeks BB/U:

1. Dapat menyebabkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema maupun
asites.
2. Di daerah yang masih terpencil dan tradisional, umur sering sulit ditaksir karena
pencatatan yang masih belum baik.
3. Memerlukan data yang akurat, terutama untuk anak di bawah 5 tahun.

2.1.6.4 Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)


Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan
skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur.
Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah
kekurangan gizi dalam jangka waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi gizi terhadap tinggi
16
badan akan tampak pada waktu yang relatif lama. Grafik status gizi berdasarkan BB/U dan
TB/U dapat dilihat pada gambar:
Persentil BB/U dan TB/U untuk anak perempuan usia 2-20 16
tahun

Usia (tahun)

Gambar 2.2 Grafik Status Gizi Berdasarkan BB/U dan TB/U18

2.1.6.5 Lingkar Lengan Atas Menurut Umur

Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan
lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas berkorelasi dengan indeks BB/U maupun BB/TB.
Lingkar lengan atas sebagaimana berat badan merupakan parameter yang labil, dapat berubah-
ubah dengan cepat. Oleh karena itu, lingkar lengan atas merupakan indeks status gizi masa kini.

Perkembangan lingkar lengan atas yang besarnya hanya terlihat pada tahun pertama
kehidupan (5,4 cm), sedangkan pada umur 2 tahun sampai 5 tahun sangat kecil yaitu kurang
lebih 1,5 cm per tahun dan kurang sensitif untuk usia selanjutnya. Indeks lingkar lengan atas sulit
digunakan untuk melihat pertumbuhan anak. Pada usia 2 sampai 5 tahun perubahannya tidak
tampak secara nyata.16
17

2.1.6.6 Indeks Massa Tubuh

Indeks massa tubuh adalah rasio antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat, yaitu
sebagai berikut:

Penggunaan IMT pada remaja untuk penilaian status gizi menggunakan grafik IMT/U
untuk umur 2-20 tahun dan dibedakan berdasarkan jenis kelamin karena pertumbuhan keduanya
berbeda. Grafik Status Gizi Berdasarkan IMT/U pada anak perempuan usia 2-20 tahun dapat
dilihat pada gambar:

Indeks Massa Tubuh/Umur pada Anak


Perempuan 2-20 Tahun

Gambar 2.3 Grafik Status Gizi Berdasarkan IMT/U18


18

Berdasarkan grafik status gizi tersebut, status gizi dapat diklasifikasikan seperti
terkihat pada tabel:

Tabel 2.3 Status Gizi Berdasarkan Grafik IMT/U18

Persentil Status gizi


≥95 Obesitas
≥85-95 Overweight
≥5-85 Normal
≤5 Underweight

Gambar 2.4 Status Gizi Berdasarkan IMT/U (z-score)

Adapun kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak 20
adalah dengan menggunakan kurva z-score berdasarkan IMT/U dari WHO dengan kategori
sebagai berikut:
19

Tabel 2.4 Status Gizi Berdasarkan z-score Anak Perempuan Usia 5-18 Tahun20

Kategori Status Gizi Ambang Batas (z-score)


Sangat kurus < -3 SD
Kurus -3 SD sampai dengan < -2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 1 SD
Gemuk >1 SD sampai dengan 2 SD
Obesitas >2 SD

2.2 Kerangka Konsep

1.Tingkat sosial
1. Penyakit kronis ekonomi
2.olahraga
2.Genetik 3.psikologis

Konsumsi fast Status gizi Umur saat


food menarche
20

2.3 Definisi Operasional

No. Variabel Pengukur Alat Ukur Cara Skala Pengukuran


Pengukuran
1. Umur saat Peneliti Kuesioner Angket Ordinal21:
menarche 1.cepat: <12 tahun
2.normal:12-15 tahun
3.lambat: >15 tahun
2. Status gizi Peneliti Timbangan Observasi Ordinal20:
BB, meteran Berdasarkan ambang
TB, tabel batas(z-score)
BMI/U 1.Sangat kurus: < -3 SD
2.Kurus: -3 SD sampai
dengan < -2 SD
3.Normal: -2 SD sampai
dengan 1 SD
4.Gemuk: >1 SD sampai
dengan 2 SD
5.Obesitas: >2 SD

3. Frekuensi Peneliti Kuesioner Angket Ordinal:


Konsumsi 1.Sering: 4-7 kali
Fast food seminggu
2.jarang: <3 kali
seminggu
4. Umur Peneliti Kuesioner Angket Numerik
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik kategorik tidak berpasangan dengan


rancangan penelitian menggunakan desain studi potong lintang (cross-sectional).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di MTs N Tangerang II Pamulang

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada April tahun 2013-Juni tahun 2013

3.3 Populasi dan Besar Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi terjangkau adalah seluruh siswi kelas VII dan VIII MTs N Tangerang II
Pamulang tahun ajaran 2012/2013 yang sudah mengalami menarche.

3.3.2 Sampel

Untuk menentukan besarnya sampel dalam penelitian ini digunakan rumus sebagai
berikut:

Keterangan :

N = Jumlah sampel yang dibutuhkan

Zα = kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5%, sehingga Zα = 1,64

Zβ = kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 20%, sehingga Zβ = 0,84

P = proporsi rata-rata (P1 + P2)/2=0,4

21
22

P1 = P2 + 0,2 =0,5

P2 (dari kepustakaan)21= c/(c+d)= 0,3

Q = 1-P= 0,6

Q1= 1-P1= 0,5

Q2= 1-P2= 0,7

P1 – P2 = selisih minimal proporsi yang dianggap bermakna. Peneliti menetapkan nilai


P1 – P2 sebesar 0,2

Dengan demikian didapatkan bahwa:

P1= 0,3+0,2= 0,5

P= 0,5+0,3/2= 0,4

Q1= 1-0,5= 0,5

Q2= 1-0,3= 0,7

Q= 1-0,4= 0,6

Dengan memasukkan nilai-nilai tersebut ke dalam rumus besar sampel maka

Dari hasil perhitungan di atas didapatkan bahwa jumlah sampel minimal adalah orang
73 orang. Menurut Nursalam22 (2010), semakin banyak jumlah sampel maka hasil penelitian
akan lebih representatif sehingga dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel sebanyak
121 orang.

3.3.3 Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan simple random sampling. Data


siswi kelas VII dan VIII yang sudah mengalami menarche diambil dari UKS dan 121 orang
sampel ditentukan secara acak
23

3.3.4 Kriteria Sampel

3.3.4.1 Kriteria Inklusi

 Siswi MTs N Tangerang II Pamulang yang bersedia untuk menjadi responden.


 Siswi MTs N Tangerang II Pamulang yang telah mengalami menarche.

3.3.4.2 Kriteria Eksklusi

 Siswi MTs N Tangerang II Pamulang yang hanya mendapat 1 kali menstruasi.


 Siswi MTs N Tangerang II Pamulang yang menderita penyakit kronis.
 Siswi MTs N Tangerang II Pamulang dengan ibu yang mengalami menarche cepat
atau menarche terlambat.

3.4 Cara Kerja Penelitian

Menetapkan siswi MTS N Tangerang


II Pamulang yang akan menjadi
sampel

Informed consent

Ya Tidak

Pengisian kuesioner dan


Pengambilan data BMI

Pengumpulan dan pengolahan data


dengan menggunakan SPSS

Analisis hubungan status gizi


dengan umur saat menarche
24

3.5 Managemen Data

3.5.1 Pengumpulan Data

 Data primer
Data primer diperoleh dari hasil kuesioner yang dibagikan pada siswi MTs N
Tangerang II Pamulang yang telah ditetapkan sebagai sampel.
 Alat pengumpulan data
Alat yang digunakan adalah kuesioner, timbangan berat badan, meteran tinggi badan,
dan tabel BMI/U.

3.5.2 Pengolahan Data

Pada penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan tahap-tahap yang diawali
dengan menyunting data (data editing), yaitu dengan memeriksa hasil kuesioner yang telah
dikumpulkan oleh responden. Selanjutnya dilakukan pengkodean data (data coding), yaitu
pemberian kode ke tiap variabel yang telah dikumpulkan dan tahap selanjutnya adalah
memasukkan data (data entry), yaitu dengan memasukkan data yang telah diberikan kode ke
dalam program SPSS pada komputer. Setelah proses entry selesai, tahap selanjutnya adalah
membersihkan data (data cleaning), yaitu pengecekan kembali untuk memastikan tidak ada
data yang salah agar data siap diolah dan dianalisis.

3.5.3 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan dua tahapan, yaitu analisis univariat dan analisis
bivariat.

3.5.3.1 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik responden


berdasarkan usia saat menarche, klasifikasi usia saat menarche, IMT, status gizi, dan
frekuensi menkonsumsi fast food. Data pada kuesioner diolah dan disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi.

3.5.3.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen dengan menggunakan analisis uji chi square. Pada penelitian ini uji chi
square digunakan untuk menganalisis hubungan variabel independen (status gizi) dengan
25

variabel dependen (umur saat menarche). Melalui uji statistik chi square akan diperoleh nilai
p, dimana dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Jika nilai p≤0,05
maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara
status gizi dengan umur saat menarche. Sedangkan jika nilai p≥0,05 maka Ho diterima dan
Ha ditolak, yang berarti tidak terdapat hubungan antara dua variabel yang diuji.

3.5.3.3 Rencana Penyajian Data

Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk teks dan tabel.


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

MTs N Tangerang II Pamulang berdiri pada tahun 1981.MTS N Tangerang II


Pamulang terletak di Jl. Pajajaran No. 31 Kecamatan Pamulang Barat, Kota Tangerang
Selatan, Provinsi Banten dengan luas tanah 6.852 m2 dan luas bangunan 3.864 m2. Di sebelah
timur, MTs N Tangerang II bersebelahan langsung dengan SDN Pamulang 1,2, dan 3. Pada
tahun ajaran 2012/2013 jumlah siswa di MTs N Tangerang II Pamulang adalah 1007 orang
dengan jumlah guru 66 orang dan karyawan 20 orang.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Univariat

4.2.1.1 Gambaran Usia Responden

Usia responden diukur dengan menggunakan kuesioner pada responden. Adapun


gambaran usia responden adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Usia Siswi di MTs N Tangerang II Pamulang Tahun 2013

Variabel Rerata Median Modus Simpang Min. Max.


baku
Usia 13,02 13 13 0,570 12 15
responden

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata usia pada responden adalah 13,02
dengan simpang baku 0,570. Usia termuda responden adalah 12 tahun dan usia tertua
reponden adalah 15 tahun.

Setelah dilakukan uji normalitas data dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov


didapatkan bahwa p=0,000. Karena nilai p<0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa
distribusi usia tidak normal, sehingga median dan minimum-maksimum digunakan sebagai
pasangan ukuran pemusatan data.

26
27

4.2.1.2 Gambaran Berat Badan Responden

Gambaran berat badan responden adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Berat Badan Siswi di MTs N Tangerang II Pamulang Tahun 2013

Variabel Rerata Median Modus Simpang Min. Max.


baku
BB 46,79 45 37 10,623 25 79
responden

Dari tabel di atas didapatkan bahwa rerata berat badan responden adalah 46,79 dengan
simpang baku 10,623. Berat badan terendah pada responden adalah 25 kg dan berat badan
tertinggi adalah 79 kg.

Setelah dilakukan uji normalitas data dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov


didapatkan bahwa p=0,000. Karena nilai p<0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa
distribusi berat badan tidak normal, sehingga median dan minimum-maksimum digunakan
sebagai pasangan ukuran pemusatan data.

BB/U memperlihatkan BB anak yang relatif terhadap usia pada masa sekarang.
Indikator ini digunakan untuk menilai apakah seorang anak memiliki status gizi buruk
maupun kurang, dan tidak dapat digunakan untuk mengklasifikasikan seorang anak sebagai
gemuk atau obesitas.

Tabel 4.3 Distribusi Status Gizi Berdasarkan Berat Badan Siswi di MTs N Tangerang II
Pamulang Tahun 2013

No. Status Gizi Jumlah Persentase


1. Gizi baik 103 85,1
2. Gizi kurang 18 14,9
3. Gizi buruk 0 0

Dari tabel 4.3 didapatkan bahwa sebanyak 103 orang (85,1%) responden memiliki
status gizi baik, 18 orang (14,9 %) memiliki status gizi kurang dan tidak ada responden
dengan status gizi buruk.
28

4.2.1.3 Gambaran Tinggi Badan Responden

Gambaran tinggi badan pada siswi MTs N Tangerang II Pamulang adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4 Distribusi Tinggi Badan Siswi di MTs N Tangerang II Pamulang Tahun
2013

Variabel Rerata Median Modus Simpang Min. Max.


baku
TB 152,54 153 153 5,282 135 165
responden

Dari tabel 4.4 didapatkan bahwa rerata tinggi badan pada responden adalah 152,54 cm
dengan simpang baku 5,282. Nilai median tinggi badan responden adalah 153 cm dan nilai
modus yang berarti tinggi badan terbanyak pada responden adalah 153 cm. Tinggi badan
terendah adalah 135 cm dan yang tertinggi adalah 165 cm.

Setelah dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji normalitas


Kolmogorov-Smirnov didapatkan p 0,015. Karena nilai p<0,05 maka dapat diambil
kesimpulan bahwa distribusi tinggi badan tidak normal, sehingga median dan minimum-
maksimum digunakan sebagai pasangan ukuran pemusatan data.

TB/U menunjukkan pertumbuhan pada tinggi yang dicapai oleh anak pada usia
tertentu. Indikator ini dapat digunakan untuk mengetahui anak yang mengalami stunted
(pendek) akibat keadaan gizi buruk berkepanjangan maupun penyakit yang berulang. Anak
yang tinggi untuk usianya juga dapat diidentifikasi, tetapi badan yang tinggi jarang menjadi
masalah kecuali berlebihan dan dapat menunjukkan gangguan endokrin.

Tabel 4.5 Distribusi Klasifikasi Tinggi Badan Siswi di MTs N Tangerang II Pamulang
Tahun 2013

No. Klasifikasi TB Jumlah Persentase


1. Sangat tinggi 0 0
2. Normal 117 96,7
3. Pendek 4 3,3
4. Sangat pendek 0 0
29

Dari tabel 4.5 didapatkan bahwa kebanyakan responden, yaitu sebanyak 117 orang
(96,7%) memiliki tinggi badan yang normal dan sebanyak 4 orang (3,3%) pendek.

4.2.1.4 Gambaran Indeks Massa Tubuh Responden

Indeks massa tubuh responden didapatkan dengan mengukur berat badan dan tinggi
badan responden, lalu dihitung dengan menggunakan rumus berat badan dibagi dengan tinggi
badan kuadrat dalam meter. Adapun gambaran IMT responden adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6 Distribusi Indeks Massa Tubuh Remaja Putri di MTs N Tangerang II
Pamulang Tahun 2013

Variabel Rerata Median Modus Simpang Min. Max.


baku
IMT 20,05 19 18 4,232 13 32
responden

Berdasarkan hasil pengumpulan data, didapatkan bahwa rata-rata indeks massa tubuh
responden adalah 20,05 dengan simpang baku 4,232. IMT terendah pada responden adalah
13, sedangkan IMT tertinggi adalah 32.

Setelah dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji normalitas


Kolmogorov-Smirnov didapatkan p 0,000. Karena nilai p<0,05 maka dapat diambil
kesimpulan bahwa distribusi indeks massa tubuh tidak normal, sehingga median dan
minimum-maksimum digunakan sebagai pasangan ukuran pemusatan data.

4.2.1.5 Gambaran Status Gizi Responden Berdasarkan IMT

Status gizi responden didapatkan dengan cara mengukur tinggi badan dan berat badan
responden dan menentukan IMT. Kemudian hasil IMT responden dimasukkan ke dalam
grafik z-score berdasarkan IMT/U dari World Health Organization (WHO). Adapun
gambaran status gizi responden adalah sebagai berikut:
30

Tabel 4.7 Distribusi Status Gizi Remaja Putri di MTs N Tangerang II Pamulang
Tahun 2013

No. Status Gizi Jumlah Persentase


1. Obesitas 14 11,6
2. Gemuk 13 10,7
3. Normal 92 76
4. Kurus 2 1,7

Dari tabel 4.7 diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 92 orang
(76%) memiliki status gizi normal. Sebanyak 13 orang (10,7%) responden gemuk, 14 orang
(11,6%) obesitas, dan 2 orang (1,7%) kurus.

4.2.1.6 Gambaran Usia Menarche Responden

Gambaran usia menarche responden adalah berdasarkan usia saat responden


mengalami menstruasi untuk pertama kalinya. Adapun gambaran usia menarche responden
adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8 Distribusi Usia Menarche Remaja Putri di MTs N Tangerang II Pamulang Tahun
2013

Variabel Rerata Median Modus Simpang Min Max


baku
Usia 11,68 12 12 0,710 9 13
menarche
responden

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa usia rata-rata responden mengalami
menarche adalah 11,68 tahun dengan simpang baku 0,710. Usia menarche termuda
responden adalah 9 tahun, sedangkan usia menarche tertua responden adalah 13 tahun.

Setelah dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji normalitas


Kolmogorov-Smirnov didapatkan p 0,000. Karena nilai p<0,05 maka dapat diambil
31

kesimpulan bahwa distribusi tinggi badan tidak normal, sehingga median dan minimum-
maksimum digunakan sebagai pasangan ukuran pemusatan data.

Tabel 4.9 Distribusi Pengelompokan Usia Menarche Remaja Putri di MTs N Tangerang II
Pamulang Tahun 2013

No. Usia menarche Jumlah Persentase


1. Cepat (<12 tahun) 38 31,4
2. Normal (12-15 tahun) 83 68,6
3. Lambat (>15 tahun) 0 0

Dari tabel 4.9 diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 83 orang
(68,6%) memiliki usia menarche yang normal. Menarche yang cepat ditemukan pada 38
orang responden (31,4%).

4.2.1.7 Distribusi Frekuensi Responden Mengkonsumsi Fast food

Data frekuensi konsumsi fast food responden adalah berdasarkan konsumsi


perminggu dengan kategori sering apabila dalam seminggu responden mengkonsumsi fast
food 4-7 kali, dan jarang apabila dalam konsumsi fast food dalam seminggu <3 kali. Adapun
gambaran frekuensi responden mengkonsumsi fast food dalam seminggu adalah sebagai
berikut:

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Mengkonsumsi Fast food Pada Remaja Putri di MTs N
Tangerang II Pamulang Tahun 2013

No. Frekuensi Konsumsi Fast food Jumlah Persentase


1 Sering (4-7 kali seminggu) 26 21,5
2 Jarang (<3 kali seminggu) 95 78,5

Dari tabel 4.10 didapatkan bahwa responden dengan frekuensi mengkonsumsi fast
food sering adalah sebanyak 26 orang (21,5%) dan yang jarang sebanyak 95 orang (78,5%).
32

4.2.2 Analisis Bivariat

Berdasarkan grafik pertumbuhan z-score menurut IMT/U dari WHO, terdapat lima
kategori status gizi yaitu obesitas, gemuk, normal, kurus, dan sangat kurus. Dari hasil
penelitian didapatkan bahwa pada responden tidak ditemukan status gizi sangat kurus
sehingga ada empat kategori status gizi pada responden. Namun setelah dilakukan pengujian,
hasilnya tidak memenuhi syarat untuk dilakukan uji Chi-square. Oleh karena itu peneliti
melakukan penggabungan sel sehingga didapatkan dua kategori.27 Peneliti menggabungkan
kategori obesitas dan gemuk menjadi satu kategori. Kategori normal dan kurus juga digabung
menjadi satu kategori. Pada penelitian tidak ditemukan adanya responden yang sangat kurus.
Setelah dilakukan penggabungan sel, maka hasilnya diuji dengan menggunakan Chi-square
dan hasilnya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.11 Hubungan Status Gizi Berdasarkan IMT Dengan Usia Menarche

No. Status Gizi Usia Menarche Responden p-value


Cepat Normal
N % N %
1. Obesitas & Gemuk 13 10,7 14 11,6
2. Normal & Kurus 25 20,7 69 57 0,033

Hasil penelitian pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa jumlah responden yang
memiliki usia menarche cepat dengan obesitas atau gemuk adalah 13 orang (10,7%) dan
jumlah responden yang memiliki usia menarche cepat dengan status gizi normal atau kurus
adalah 25 orang (20,7%). Jumlah responden yang memiliki usia menarche normal dengan
obesitas dan gemuk adalah 14 orang (11,6%) dan jumlah responden yang memiliki usia
menarche normal dengan status gizi normal dan kurus adalah 69 orang (57%),

Dari hasil uji statistik Chi-square didapatkan nilai p 0,033(p<0,05) yang berarti secara
statistik terdapat hubungan antara status gizi dan menarche.

Selain dengan IMT, status gizi juga dapat ditentukan dengan berat badan. Terdapat 3
kategori status gizi berdasarkan berat badan, yaitu gizi baik, gizi kurang, dan gizi buruk. Pada
penelitian ini tidak didapatkan adanya responden dengan status gizi buruk. Setelah diuji
dengan uji statistik Chi-square maka didapatkan hasil sebagai berikut:
33

Tabel 4.12 Hubungan Status Gizi Berdasarkan Berat Badan Dengan Usia Menarche

No. Status Gizi Usia Menarche Responden p-value


Cepat Normal
N % N %
1. Gizi baik 37 30,6 66 54,5
2. Gizi kurang 1 0,8 17 14 0,010

Dari tabel 4.12 diketahui bahwa jumlah responden dengan gizi baik yang mengalami
menarche cepat adalah 37 orang (30,6%) dan menarche normal sebanyak 66 orang (54,5%)
sedangkan responden dengan gizi kurang yang mengalami menarche cepat adalah 1 orang
(0,8%) dan menarche normal sebanyak 17 orang(14%).

4.3 Pembahasan

4.3.1 Status Gizi Responden

Pada status gizi berdasarkan BB didapatkan bahwa sebanyak 103 orang (85,1%)
responden memiliki status gizi baik, 18 orang (14,9 %) memiliki status gizi kurang dan tidak
ada responden dengan status gizi buruk.

Pada status gizi berdasarkan IMT didapatkan bahwa sebagian besar responden yaitu
sebanyak 92 orang (76%) memiliki status gizi normal. Sebanyak 13 orang (10,7%) responden
gemuk, 14 orang (11,6%) obesitas, dan 2 orang (1,7%) dengan status gizi kurus.

Remaja putri secara umum mengalami peningkatan berat badan dan tinggi badan yang
besar setahun sebelum mengalami menarche dan kecepatannya akan menurun secara
dramatis setelah menarche.23

Obesitas adalah gangguan nutrisi yang prevalensinya meningkat di seluruh dunia dan
meningkat seiring bertambahnya usia. Remaja dihadapkan pada berbagai gangguan nutrisi,
salah satu yang terpenting adalah obesitas. Obesitas dapat bermula pada masa kanak-kanak
dan 80% anak yang mengalami obesitas akan mengalami obesita di masa dewasanya. anak
dengan obesitas mempunyai resiko untuk mengalami arteriosklerosis, DM Tipe 2,
peningkatan tekanan darah, stroke, osteoartritis, dan beberapa jenis kanker. Fatality rate pada
wanita dengan obesitas meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan wanita normal. 24
34

4.3.2 Usia Menarche Responden

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa usia rata-rata responden mengalami menarche
adalah 11,68 tahun dengan simpang baku 0,710. Usia menarche termuda responden adalah 9
tahun, sedangkan usia menarche tertua responden adalah 13 tahun. Sedangkan berdasarkan
pengelompokan usia menarche diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 83
orang (68,6%) memiliki usia menarche yang normal dan 38 orang (31,4%) mengalami
menarche yang cepat.

Usia rerata responden mengalami menarche kurang lebih sama dengan penelitian
yang sebelumnya telah dilakukan oleh Asmika dkk 25 yang menunjukkan rerata usia menarche
adalah 11,23 tahun. Sedangkan penelitian yang telah dilakukan oleh Ida 26 menunjukkan
rerata usia menarche 11,8 tahun.

Dari usia menarche responden didapatkan adanya percepatan usia menarche.


Berdasarkan penelitian yang diadakan pada tahun 1830-1990 di Norwegia, Perancis, Inggris,
Islandia, Jepang, Amerika, dan Cina, usia menarche maju 3-4 bulan setiap 10 tahun.5 Usia
menarche dini dapat menyebabkan dampak stres emosional pada remaja putri. Beberapa
penelitian juga menunjukkan bahwa usia menarche dini dapat menyebabkan peningkatan
resiko terkena kanker payudara, obesitas abdominal, diabetes melitus tipe 2, resiko penyakit
kadiovaskular dan hipertensi.16,25,26,27

4.3.3 Frekuensi Konsumsi Fast Food

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa bahwa responden dengan frekuensi


mengkonsumsi fast food sering adalah sebanyak 26 orang (21,5%) dan yang jarang sebanyak
95 orang (78,5%).

Bukti menunjukkan bahwa fast food adalah salah satu penyebab utama obesitas,
dengan jumlah yang meningkat dalam 30 tahun terakhir. Analisis nutrisi menunjukkan bahwa
fast food kaya akan lemak, lemak jenuh, kalori, fruktosa, dan indeks glikemik, tetapi rendah
serat, vitamin A, vitamin C, dan kalsium. Fast food juga sering dipasangkan dengan soft
drink yang berkontribusi terhadap asupan kalori yang berlebih. Sebagai contoh, anak yang
memakan fast food mengkonsumsi total energi yang lebih besar (187 kkal) dibandingkan
dengan mereka yang tidak. Banyak studi cross-sectional yang mendapat hubungan antara fast
food dengan obesitas dan resistensi insulin. Pada sebuah studi tentang kebiasaan makan fast
food, ditemukan bahwa peningkatan asupan fast food berhubungan dengan peningkatan IMT
35

dan resistensi insulin, bahkan setelah pengontrolan faktor demografik dan komposisi
makronutrien. 31

4.3.4 Hubungan Status Gizi Dengan Usia Menarche

Hasil penelitian dengan menggunakan status gizi berdasarkan IMT menunjukkan


bahwa jumlah responden yang memiliki usia menarche cepat dengan obesitas atau gemuk
adalah 13 orang (10,7%) dan jumlah responden yang memiliki usia menarche cepat dengan
status gizi normal atau kurus adalah 25 orang (20,7%). Jumlah responden yang memiliki usia
menarche normal dengan obesitas dan gemuk adalah 14 orang (11,6%) dan jumlah responden
yang memiliki usia menarche normal dengan status gizi normal dan kurus adalah 69 orang
(57%).

Setelah status gizi berdasarkan IMT dan usia menarche responden diuji dengan uji
statistik Chi-square didapatkan nilai p 0,033(p<0,05) yang berarti secara statistik terdapat
hubungan antara status gizi dan menarche.

Hasil penelitian dengan menggunakan status gizi berdasarkan BB menunjukkan


bahwa jumlah responden dengan gizi baik yang mengalami menarche cepat adalah 37 orang
(30,6%) dan menarche normal sebanyak 66 orang (54,5%) sedangkan responden dengan gizi
kurang yang mengalami menarche cepat adalah 1 orang (0,8%) dan menarche normal
sebanyak 17 orang(14%).

Setelah status gizi berdasarkan BB dan usia menarche responden diuji dengan uji
statistik Chi-square didapatkan nilai p 0,010(p<0,05) yang berarti secara statistik terdapat
hubungan antara status gizi dan menarche.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Lilik 32 yang mengatakan bahwa
terdapat hubungan antara status gizi dengan usia menarche. Status gizi dapat mempengaruhi
usia menarche karena penumpukan lemak dalam jaringan adiposa akan menyebabkan
peningkatan leptin. Leptin akan memicu pengeluaran GnRh yang mempengaruhi FSH dan
LH dalam merangsang pematangan folikel dan pembentukan estrogen. 7
36

4.4 Keterbatasan Penelitian


Desain penelitian berupa cross-sectional, sehingga pada penelitian ini peneliti hanya
memperhitungkan BB dan TB sekarang dan tidak memantau BB dan TB sebelum dan saat
responden mengalami menarche. Hal ini dapat mempengaruhi penelitian karena ada
kemungkinan bahwa status gizi sekarang sudah berubah jika dibandingkan dengan status gizi
saat menarche.
BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

1.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
a. Rata-rata usia menarche pada remaja putri di MTSN Tangeran II Pamulang pada Tahun
2013 adalah 11,68 ±0,710 tahun dengan usia termuda menarche adalah 9 tahun dan usia
tertua menarche adalah 13 tahun.
b. Status gizi pada remaja putri di MTs N Tangerang II Pamulang adalah sebanyak 92
orang (76%) memiliki status gizi normal, 13 orang (10,7%) responden gemuk, 14 orang
(11,6%) obesitas, dan 2 orang (1,7%) dengan status gizi kurus.
c. Berdasarkan pengelompokan usia menarche, sebanyak 83 orang (68,6%) memiliki usia
menarche yang normal dan 38 orang (31,4%) memiliki menarche yang cepat.
d. Berdasarkan uji statistik chi-square terdapat hubungan antara status gizi dengan usai
menarche dengan nilai p=0,033(p<0,05).

1.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan:
a. Pihak sekolah sebaiknya memberi edukasi tentang pentingnya menjaga pola makan
dan masalah seputar reproduksi, terutama menarche cepat.
b. Untuk instansi kesehatan sebaiknya program kesehatan reproduksi remaja juga
diarahkan pada remaja yang lebih muda mengenai menstruasi dan kesehatan reproduksi.

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:CV Sagung


Seto.2010.
2. Molina, Patricia E. Endocrine Physiology. 2nd Ed. McGraw Hill.2007
3. Delavar MA, KO Hajian-Tilaki. Age at Menarche in Girls Born From 1985 to 1989 in
Mazandaran, Islamic Republic of Iran. Eastern Mediteranian Health Journal,vol 14,
no 1, 2008
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar 2010.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.2010.
5. Anwar, Mochammad, Baziad, Ali, Prabowo, Prajitno, editors. Ilmu Kandungan.
Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2011.
6. Al Awadhi, Nora et al. Age at Menarche and Its Relationship to Body Mass Index
Among Adolescent Girls In Kuwait. BMC Public Health. 2013.
7. Akbar Pejhan, Hamideh Yazdi, Ladan Najjr. The Relationship Between Menarche
Age and Anhtropometric Indexes of Girls in Sabzevar, Iran. Worls Appl Sci J.
Diunduh pada Minggu, 21 Juli 2013] pada website
http://www.idosi.org/wasj/wasj14(11)11/20.pdf
8. Behrman, Kliegman, dan Arvin. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. ed-15. Jakarta: EGC
9. Sherwood, Lauralee.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta:EGC;2012
10. Ganong, W.F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:EGC.2008
11. Berek, Jonathan S. Berek & Novak's Gynecology. 14th Ed. Lippincott William &
Wilkins.2007
12. Oh, Cang-Mo, In-Hwan Oh, Kyung-Shik Choi, Bong-Keun Choe, Tai-Yong Yoon,
Joong-Myung Choi. Relationship Between Body Mass Index and Early Menarche of
Adolescent Girls in Seoul. J Prev Med Public Health.2012.[diunduh pada Rabu, 6
Maret 2013]. Pada website http://dx.doi.org/10.3961/jpmph.2012.45.4.227
13. Elks, Cathy E. et al. Thirty New Loci For Age at Menarche Identified by Meta-
Analysis of Genome-Wide Association Studies. National Institute of Health.2010.
[diunduh pada Rabu, 06 Maret 2013]. Pada website
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3140055/pdf/nihms306020.pdf
14. Speroff L, Fritz MA. Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. 7th Ed.
Lippincott William & Wilkins.2005

38
39

15. Karapanou, Olga and Anastasios Papadimitriou. Determinant of Menarche.


Reproductive Biology and Endocrinology.2010. [diunduh pada Rabu, 06 Maret 2013].
pada website:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2958977/pdf/1477-7827-8-115.pdf
16. Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.2002
17. Mahan, L Kathleen. Krause’s Food & Nutrition Therapy. Canada: Elsevier.2008
18. http://www.cdc.gov/healthyweight/assessing/bmi/childrens_bmi/about_childrens_bmi
.html
19. Kaplowitz, Paul B. Link Between Body Fat and The Timing of Puberty. Pediatrics
Official Journal of the Academy of Pediatrics.2008.[diunduh pada Sabtu, 09 Maret
2013] pada website:
http://www.pediatricsdigest.mobi/content/121/Supplement_3/S208.full.pdf1477-
7827-8-115
20. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1995/Menkes/SK/XII/2010
tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.2010.[diunduh pada
Minggu, 25 Agustus 2013]. Pada website http://gizi.depkes.go.id/wp-
content/uploads/2013/02/BUKU-ANTROPOMETRI.pdf
21. Derina, Karis Amalia. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Usia Menarche
Pada Remaja Putri di SMPN 155 Jakarta Tahun 2011.[skripsi]. Universitas UIN
Syarif Hidayatullah:2011.
22. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.2010.
23. Brownlau. Underweight, short stature, and in adolescents and young women in
LAC.2011. [diunduh pada Rabu, 1 Januari 2013]. Pada website www.paho.org
24. Berenjy, Shila and Parichehr Hanachi. Relation of Obesity and Menarche Age Among
Adolescent Studies. Journal of Family and Reproductive Health. [diunduh pada Jumat,
19 April 2013]. Pada website http://kournals.tums.ac.ir
25. Asmika, Amalia Ruhana, Anggita Brilian. Hubungan Aktivitas Fisik dan Persentase
Lemak Tubuh dengan Usia Menarche pada Siswi SMPN 3 Candi Sidoarjo.
[skripsi].FKUB
26. Rahmawati, Ida Ayu. Hubungan Rasio Lingkar Pinggang dan Lingkar pinggul
dengan Usia Menstruasi Pertama (Menarche) pada Remaja Putri (Studi di SMP
Negeri 8 Semarang).[skripsi]. Universitas Diponegoro:2010
40

27. Madina KD, Anette EB, Anntje S, Anja K. Birth and Early Life Influences on the
Timing of Puberty Onset. The American Journal of Clinical Nutrition.2009.[diunduh
pada Jumat, 02 Agustus 2013]. Available from Am J Clin Nutr.
28. Cheng G, Steffi G, Lars L, Sibylle K, Anke LB, Gunther. Diet Quality in Childhood is
Prospectively Associated with The Timing of Puberty but Not With Body Composition
at Puberty Onset. The Journal of Nutrition.2009. [diunduh pada Rabu, 09 Januari
2013]. Available from:jn nutrition
29. M.B Pierce, D Kuh, R Hardy. The Role of BMI Across the Life Course in The
Relationship Between Age at Menarche and Diabetes in British Birth Cohort.2011
30. Dahlan, Muhammad Sopiyudin. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika;2009.
31. Isganaitis, Elvira and Robert H Lustig. Fast Food, Central Nervous System Insulin
Resistance, and Obesity. Journal of The American Heart Association.2005. [diunduh
pada Sabtu,31 Agustus 2013] pada website
http://atvb.ahajournals.org/content/25/12/2451.full.pdf
32. Hidayanti, Lilik. Studi Komparasi Status Menarche Berdasarkan Indeks Massa Tubuh
(IMT) Siswi SMP. Journal.unsil.ac.id.[diunduh pada Jumat, 02 Agustus 2013] pada
website
http://journal.unsil.ac.id/jurnal/dosen/smy004/smy004jurnal_menarkhe(sdh%20di%2
0publish).pdf
LAMPIRAN 1

Uji Statistik

1. Usia Responden

Statistics

umur responden

N Valid 121

Missing 0

Mean 13.02

Median 13.00

Mode 13

Std. Deviation .570

Skewness .280

Std. Error of Skewness .220

Kurtosis 1.107

Std. Error of Kurtosis .437

Minimum 12

Maximum 15

Sum 1576

umur responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 12 17 14.0 14.0 14.0

13 85 70.2 70.2 84.3

14 18 14.9 14.9 99.2

15 1 .8 .8 100.0

Total 121 100.0 100.0

41
42

LAMPIRAN 1

Uji Statistik
(lanjutan)

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

umur responden .360 121 .000 .736 121 .000

a. Lilliefors Significance Correction

2. Berat Badan Responden

Statistics

berat badan reponden

N Valid 121

Missing 0

Mean 46.79

Median 45.00

Mode 37

Std. Deviation 10.623

Skewness .691

Std. Error of Skewness .220

Kurtosis .204

Std. Error of Kurtosis .437

Minimum 25

Maximum 79

Sum 5661
43

LAMPIRAN 1

Uji Statistik
(lanjutan)

berat badan reponden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
V
25 1 .8 .8 .8
a
28 1 .8 .8 1.7 l

29 1 .8 .8 2.5 i
d
30 1 .8 .8 3.3

32 1 .8 .8 4.1
L
33 2 1.7 1.7 5.8
A
34 2 1.7 1.7 7.4
M
35 8 6.6 6.6 14.0
P
37 10 8.3 8.3 22.3
I
38 2 1.7 1.7 24.0
R
39 3 2.5 2.5 26.4
A
40 3 2.5 2.5 28.9
N
41 7 5.8 5.8 34.7

42 3 2.5 2.5 37.2


1
43 5 4.1 4.1 41.3

44 7 5.8 5.8 47.1 U


45 4 3.3 3.3 50.4 j
46 6 5.0 5.0 55.4 i

47 4 3.3 3.3 58.7

48 6 5.0 5.0 63.6 S

49 6 5.0 5.0 68.6 t

50 4 3.3 3.3 71.9 a

51 3 2.5 2.5 74.4


t

52 1 .8 .8 75.2
i

53 3 2.5 2.5 77.7


44

55 5 4.1 4.1 81.8 s


57 2 1.7 1.7 83.5 t

58 1 .8 .8 84.3 i

59 2 1.7 1.7 86.0 k

61 2 1.7 1.7 87.6

62 2 1.7 1.7 89.3 (

63 2 1.7 1.7 90.9


l

64 2 1.7 1.7 92.6


a

65 1 .8 .8 93.4
n

67 4 3.3 3.3 96.7


j
u
70 1 .8 .8 97.5
t
73 1 .8 .8 98.3
a
74 1 .8 .8 99.2
n
79 1 .8 .8 100.0
)
Total
121 100.0 100.0
45

LAMPIRAN 1

Uji Statistik
(lanjutan)

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Berat badan
.360 121 .000 .736 121 .000
responden

a. Lilliefors Significance Correction

3. Tinggi badan responden

Statistics

tinggi badan responden

N Valid 121

Missing 0

Mean 152.54

Median 153.00

Mode 153

Std. Deviation 5.282

Skewness -.579

Std. Error of Skewness .220

Kurtosis 1.045

Std. Error of Kurtosis .437

Minimum 135

Maximum 165

Sum 18457
46

LAMPIRAN 1

Uji Statistik

tinggi badan responden (lanjutan)

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 135 1 .8 .8 .8

136 1 .8 .8 1.7

140 1 .8 .8 2.5

142 2 1.7 1.7 4.1

143 3 2.5 2.5 6.6

144 2 1.7 1.7 8.3

145 2 1.7 1.7 9.9

146 3 2.5 2.5 12.4

147 2 1.7 1.7 14.0

148 3 2.5 2.5 16.5

149 7 5.8 5.8 22.3

150 10 8.3 8.3 30.6

151 9 7.4 7.4 38.0

152 9 7.4 7.4 45.5

153 12 9.9 9.9 55.4

154 11 9.1 9.1 64.5

155 9 7.4 7.4 71.9

156 9 7.4 7.4 79.3

157 7 5.8 5.8 85.1

158 7 5.8 5.8 90.9

159 1 .8 .8 91.7

160 4 3.3 3.3 95.0

161 1 .8 .8 95.9

162 3 2.5 2.5 98.3

164 1 .8 .8 99.2

165 1 .8 .8 100.0

Total 121 100.0 100.0


47

LAMPIRAN 1

Uji Statistik
(lanjutan)

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

tinggi badan responden .092 121 .013 .973 121 .016

a. Lilliefors Significance Correction

4. Status gizi berdasarkan BB

Statistics

bb_1

N Valid 121

Missing 0

bb_1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 103 85.1 85.1 85.1

kurang 18 14.9 14.9 100.0

Total 121 100.0 100.0


48

LAMPIRAN 1

Uji Statistik
(lanjutan)

5. Klasifikasi TB responden

Statistics

tb_1

N Valid 121

Missing 0

tb_1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid normal 117 96.7 96.7 96.7

pendek 4 3.3 3.3 100.0

Total 121 100.0 100.0


6. Usia Menarche Responden

Statistics

usia saat menarche

N Valid 121

Missing 0

Mean 11.68

Median 12.00

Mode 12

Std. Deviation .710

Variance .504

Skewness -1.150

Std. Error of Skewness .220

Kurtosis 2.571

Std. Error of Kurtosis .437

Minimum 9

Maximum 13
49

LAMPIRAN 1

Uji Statistik
(lanjutan)

usia saat menarche

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 9 2 1.7 1.7 1.7

10 4 3.3 3.3 5.0

11 32 26.4 26.4 31.4

12 76 62.8 62.8 94.2

13 7 5.8 5.8 100.0

Total 121 100.0 100.0


50

LAMPIRAN 1

Uji Statistik
(lanjutan)

7. Klasifikasi Usia Menarche

menarche_1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid cepat 38 31.4 31.4 31.4

normal 83 68.6 68.6 100.0

Total 121 100.0 100.0

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

usia saat menarche .361 121 .000 .757 121 .000

a. Lilliefors Significance Correction

8. Indeks Massa Tubuh Responden

Statistics

indeks massa tubuh responden

N Valid 121

Missing 0

Mean 20.05

Median 19.00
a
Mode 18

Std. Deviation 4.232

Variance 17.909

Skewness .905

Std. Error of Skewness .220

Kurtosis .312

Std. Error of Kurtosis .437

Minimum 13

Maximum 32
51

Statistics

indeks massa tubuh responden

N Valid 121

Missing 0

Mean 20.05

Median 19.00

Mode 18a

Std. Deviation 4.232

Variance 17.909

Skewness .905

Std. Error of Skewness .220

Kurtosis .312

Std. Error of Kurtosis .437

Minimum 13

Maximum 32

a. Multiple modes exist. The smallest value is


shown

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

indeks massa tubuh


.155 121 .000 .924 121 .000
responden

a. Lilliefors Significance Correction


52

LAMPIRAN 1

Uji Statistik
(lanjutan)

indeks massa tubuh responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 13 1 .8 .8 .8

14 2 1.7 1.7 2.5

15 13 10.7 10.7 13.2

16 8 6.6 6.6 19.8

17 11 9.1 9.1 28.9

17.1 1 .8 .8 29.8

18 14 11.6 11.6 41.3

19 14 11.6 11.6 52.9

20 12 9.9 9.9 62.8

21 14 11.6 11.6 74.4

22 6 5.0 5.0 79.3

23 2 1.7 1.7 81.0

24 1 .8 .8 81.8

25 5 4.1 4.1 86.0

26 3 2.5 2.5 88.4

27 6 5.0 5.0 93.4

28 2 1.7 1.7 95.0

29 2 1.7 1.7 96.7

30 1 .8 .8 97.5

31 1 .8 .8 98.3

32 2 1.7 1.7 100.0

Total 121 100.0 100.0


53

LAMPIRAN 1

Uji Statistik
(lanjutan)

9. Status Gizi Responden

status gizi responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid obesitas 14 11.6 11.6 11.6

gemuk 13 10.7 10.7 22.3

normal 92 76.0 76.0 98.3

kurus 2 1.7 1.7 100.0

Total 121 100.0 100.0

10. Frekuensi Responden Mengkonsumsi Fast food

frekuensi responden mengkonsumsi fast food

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sering 26 21.5 21.5 21.5

jarang 95 78.5 78.5 100.0

Total 121 100.0 100.0

11. Hasil Uji Statistik

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

status_2 * menarche_1 121 100.0% 0 .0% 121 100.0%


54

LAMPIRAN 1

Uji Statistik
(lanjutan)

status_2 * menarche_1 Crosstabulation

menarche_1

cepat normal Total

status_2 obesitas+gemuk Count 13 14 27

Expected Count 8.5 18.5 27.0

% of Total 10.7% 11.6% 22.3%

normal+kurus Count 25 69 94

Expected Count 29.5 64.5 94.0

% of Total 20.7% 57.0% 77.7%

Total Count 38 83 121

Expected Count 38.0 83.0 121.0

% of Total 31.4% 68.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 4.523 1 .033

Continuity Correctionb 3.578 1 .059

Likelihood Ratio 4.315 1 .038

Fisher's Exact Test .058 .031

Linear-by-Linear Association 4.485 1 .034

N of Valid Casesb 121

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,48.

b. Computed only for a 2x2 table

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

bb_1 * menarche_1 121 100.0% 0 .0% 121 100.0%


55

LAMPIRAN 1

Uji Statistik
(lanjutan)

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 6.559a 1 .010


b
Continuity Correction 5.225 1 .022

Likelihood Ratio 8.361 1 .004

Fisher's Exact Test .012 .007

Linear-by-Linear Association 6.505 1 .011

N of Valid Casesb 121

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,65.

b. Computed only for a 2x2 table

bb_1 * menarche_1 Crosstabulation

menarche_1

cepat normal Total

bb_1 baik Count 37 66 103

Expected Count 32.3 70.7 103.0

% within bb_1 35.9% 64.1% 100.0%

% within menarche_1 97.4% 79.5% 85.1%

% of Total 30.6% 54.5% 85.1%

kurang Count 1 17 18

Expected Count 5.7 12.3 18.0

% within bb_1 5.6% 94.4% 100.0%

% within menarche_1 2.6% 20.5% 14.9%

% of Total .8% 14.0% 14.9%

Total Count 38 83 121

Expected Count 38.0 83.0 121.0

% within bb_1 31.4% 68.6% 100.0%

% within menarche_1 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 31.4% 68.6% 100.0%


56

LAMPIRAN 2

Kuesioner Penelitian

Assalamualaikum Wr. Wb.

Saya Septia Wahyuni mahasiswi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah ingin meneliti tentang “Hubungan Status Gizi dengan
Usia Menarche pada Remaja Putri di MTs Negeri Pamulang”. Untuk itu, Saya memohon
kesediaan Saudara untuk menjadi responden dalam penelitian Saya.

Pengumpulan data yang saya lakukan ini murni untuk tujuan pendidikan dalam
menyelesaikan pendidikan S1 Program Studi Pendidikan Dokter di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Adapun data yang terkumpul dari penelitian ini tidak akan disalahgunakan dan akan
tetap dijaga kerahasiaannya. Maka dari itu, saya memohon kesediaan saudari untuk mengisi
angket yang saya berikan.

Demikian informasi yang saya sampaikan, apabila saudari bersedia untuk menjadi
responden dalam penelitian ini, saya mohon untuk menandatangani lembar persetujuan
menjadi responden yang telah tersedia. Atas perhatian dan kesediaan saudari saya ucapkan
terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Ciputat, 23 Mei 2013

Peneliti

(Septia Wahyuni)
57

LAMPIRAN 2

Kuesioner Penelitian (lanjutan)

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN


(INFORMED CONCENT)

Setelah mendapat penjelasan tentang tujuan dari penelitian ini, maka saya yang
bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Bersedia dan mau berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian mengenai


“Hubungan Status Gizi dengan Usia Menarche pada Remaja Putri di MTs Negeri Pamulang”
dengan catatan bahwa bila saya merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak
mengundurkan diri dari penelitian ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya tanpa ada paksaan dari
pihak manapun.

Pamulang , Mei 2013

Responden

(..........................................)
58

LAMPIRAN 2

Kuesioner Penelitian (lanjutan)

KUESIONER PENELITIAN “HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN USIA


MENARCHE PADA REMAJA PUTRI DI MTS NEGERI TANGERANG II
PAMULANG”

Nomor Formulir:

Identitas Responden
Nama
Kelas
Tanggal lahir
Status Gizi
BB (diisi petugas)
TB (diisi petugas)
Menstruasi
Kapan Anda mengalami menstruasi pertama
kalinya?(usia saat menstruasi pertama)
Anda sudah mengalami menstruasi sebanyak a. 1 kali
berapa kali? b. >1 kali, tidak teratur
c. >1 kali, teratur
Apakah Anda sedang menderita suatu
penyakit dalam jangka waktu lama? Jika ya,
penyakit apa?
Kapan ibu Anda mengalami menstruasi
untuk pertama kalinya? (usia saat menstruasi)
Pola makan
Seberapa sering Anda makan dalam sehari?
Seberapa sering Anda makan snack dalam 1 a. Sering (4-7 kali/minggu)
minggu? b. Jarang (≤3 kali/minggu)
Seberapa sering Anda mengkonsumsi a. Sering (4-7 kali/minggu)
makanan cepat saji/fastfood? b. Jarang (≤3 kali/minggu)
59

LAMPIRAN 3

Daftar Riwayat Hidup

Nama :Septia Wahyuni

Tempat Tanggal Lahir : Sibuhuan, 06 September 1992

Alamat : Perumahan Asri Bukit Tambusai Permai Blok 12 No 6 Kel.


Balai Makam Kec. Mandau Kab. Bengkalis, Duri-Riau

Email : sharahap9@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

 SD N 045 Balai Makam (1998-2004)


 MTs S Darul Mursyid (2004-2007)
 MA S Darul Mursyid (2007-2010)
 Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah (2010-sekarang)

Anda mungkin juga menyukai