Anda di halaman 1dari 68

HUBUNGAN STRES DENGAN STATUS GIZI PADA

SANTRIWATI PONDOK PESANTREN NURUL


HAKIM PPKH-KMMI LOMBOK BARAT

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh
Intan Muzdalifah
NIM 11181330000036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1443 H/2021 M
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Intan Muzdalifah

NIM : 11181330000036

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang

diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan gelar strata 1 di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya

atau menggunakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 19 November 2021

Yang Menyatakan,

(Intan Muzdalifah)
11181330000036

ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

HUBUNGAN STRES DENGAN STATUS GIZI PADA SANTRIWATI


PONDOK PESANTREN NURUL HAKIM PPKH-KMMI LOMBOK
BARAT

Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter,
Fakultas Kedokteran (S.Ked)

Oleh
Intan Muzdalifah
NIM : 11181330000036

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Ayat Rahayu, S.Rad, M.Kes dr. Amanah Eva Fidusia


NIP 1964090919960310001 NIDN 0314127306

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1443 H/2021 M

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal penelitian berjudul “Hubungan Stres dengan Status Gizi pada


Santriwati Pondok Pesantren Nurul Hakim PPKH-KMMI Lombok Barat”
yang diajukan oleh Intan Muzdalifah (NIM 11181330000036) telah diujikan dalam
sidang skripsi di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah pada November
2021. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Kedokteran.
Jakarta, Desember 2021
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang
dr. Ayat Rahayu, S.Rad, M.Kes
NIP 1964090919960310001
Pembimbing I Pembimbing II

dr. Ayat Rahayu, S.Rad, M.Kes dr. Amanah Eva Fidusia


NIP 1964090919960310001 NIDN 0314127306

Penguji I Penguji II

dr. Femmy Nurul Akbar, Sp.PD., KGEH Alfiah, S.Ag., M.Ag.


NIP 197310052006042001 NIP 197212172003122001

PIMPINAN FAKULTAS
Dekan Fakultas Kedokteran Kaprodi Kedokteran

dr. H. Hari Hendarto, Ph.D, SpPD-KEMD Dr. dr. Achmad Zaki, Sp.OT., M. Epid
NIP 196511232003121003 NIP 197805072005011005

iv
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Tuhan
semesta alam yang telah memberikan rahmat, berkah, dan karunia yang senantiasa
tercurahkan kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian ini
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Kedokteran Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat beserta salam juga tak henti
penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat
beliau yang telah menjadi sebaik-baik suri tauladan bagi penulis.
Dalam proses pengerjaan laporan penelitian ini, penulis menyadari bahwa
sangat banyak bantuan, dukungan, doa, semangat, dan bimbingan yang diberikan
kepada penulis dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1. dr. Hari Hendarto, Ph.D., Sp. PD-KEMD, FINASIM selaku Dekan FK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, dr. Flori Ratna SARI, Ph.D, dr. Fika Ekayanti,
Dpl.FM, M.Med.Ed, dan Dr. Endah Wulandari, S.Si, M.Biomed selaku
Wakil Dekan FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. dr. Achmad Zaki. Sp.OT., M.Epid, selaku Ketua Program Studi
Kedokteran Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Ayat Rahayu, Sp.Rad., M.Kes dan dr. Amanah Eva Fidusia, M. Gizi
selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah memberikan arahan dan
bimbingan dalam mengerjakan penelitian ini. Terimakasih banyak atas
waktu yang telah diluangkan disela kesibukannya untuk membimbing
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
4. dr. Femmy Nurul Akbar, Sp.PD., KGEH dan Alfiah, S.Ag., M.Ag. selaku
penguji I dan penguji II yang memberikan bimbingan, saran, dan kritik
untuk penelitian ini
5. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggung jawab modul riset
angkatan 2017 yang telah membantu dan memantau perkembangan penulis
dalam mengerjakan penelitian ini.

v
6. Staf dosen FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu
pengetahuan serta pengalaman hidup yang dimiliki kepada penulis dan
teman-teman sejawat penulis.
7. TGH. Muzakkar Idris. Lc. M.Si selaku direktur Pondok Pesantren Nurul
Hakim PPKH-KMMI Lombok, dan Ust. Ismail, SE selaku ketua Tata Usaha
PPKH-KMMI yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mendapatkan ilmu, dan memfasilitasi penelitian di Pondok Pesantren Nurul
Hakim PPKH-KMMI Lombok.
8. Kedua orang tua penulis yaitu Haerudin dan Nurhasanah beserta keluarga
besar penulis yang telah mendoakan dan memberikan dukungan baik moril
maupun materil.
9. Ust. Zia Ulhak, SPdI sebagai guru pondok yang selalu memberikan doa,
dukungan, semangat, dan motivasi untuk penulis.
10. Teman-teman penelitian Farah Dita Anggraini, Iin Widya Sari Siregar,
Winda Hazmi Rodhiyah, dan Amril Nur Ismail yang selalu memberikan
dukungan, motivasi dan arahan yang tak pernah henti dari awal penelitian.
11. Sahabat pondok tersayang (Ana Febrianti, Asri Dwi Lestari, Raodatul Izzah,
dan Sulistia Ningrum), yang selalu memberikan doa, dukungan, dan
bantuan untuk penulis.
12. Sahabat seperjuangan Heaven Potato (Farah, Winda, IIn, Rifka, dan Indah)
yang telah memberikan dukungan dari awal hingga akhir penelitian.
13. Teman sejawat angkatan 2018 yang selalu memberi dukungan kepada
sesama dan selalu hadir mengisi kehidupan penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna,
maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi
penelitian ini. Semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Jakarta, November 2021

Intan Muzdalifah
vi
ABSTRAK

Intan Muzdalifah, Pendidikan Dokter, Hubungan stress dengan Status Gizi


pada Santriwati Pondok Pesantren Nurul Hakim PPKH-KMMI Lombok
Barat.
Latar Belakang: WHO (World Health Organization) menempatkan stres sebagai
penyakit pada urutan ke-4 di dunia. Individu yang mengalami stres membutuhkan
mekanisme koping yang akan mempermudah terjadinya proses adaptasi dan agar
tidak terjadi stres yang berkepanjangan. Salah satu metode koping stres adalah
dengan makan sehingga dapat memengaruhi status gizi. Tujuan: Mengetahui
hubungan stres dengan status gizi pada santriwati Tingkat MA Pondok Pesantren
Nurul Hakim PPKH-KMMI Lombok Barat. Metode: analitik observasional dengan
desain cross sectional. Total responden sebanyak 144 orang dipilih dengan teknik
stratified random sampling. Responden diukur tingkat stres dengan menggunakan
Kessler Psychological Distress Scale (K10) dan status gizi diukur menggunakan
nilai Indeks Massa Tubuh (IMT). Hasil: Pada penelitian ini, dari 144 responden
yang terpilih didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa sebanyak 9 orang
santriwati tidak mengalami stres dengan status gizi normal, 1 orang santriwati yang
tidak stres dengan status gizi tidak normal, 101 orang santriwati mengalami stres
dengan status gizi normal, dan 33 orang santriwati mengalami stres dengan status
gizi tidak normal. Analisa bivariat terhadap kedua variabel dengan uji Fisher
didapatkan nilai p = 0,452 > alpha (0,05) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan antara stres dengan status gizi. Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara
stres dengan status gizi.

Kata kunci: Stres, status gizi, santriwati kelas 4 dan 5 pondok pesantren Nurul
Hakim PPKH-KMMI Lombok Barat.

vii
ABSTRACT

Intan Muzdalifah, Medical study Program, Correlation between Stress and


Nutritional status of Santriwati at Special Education Program Kulliyatul
Muallimin Wal Muallimat Al Islamiyah Nurul Hakim Islamic Boarding School
in West Lombok.
Introduction: WHO (World Health Organization) puts stress as the 4th disease in
the world. Someone who experiences stress needs a coping mechanism that will
facilitate the adaptation process and so that prolonged stress does not occur. One
method of coping with stress is to eat so that it can affect nutritional status.
Objective: Find out the correlation between stress and nutritional status of
Santriwati at special education program Nurul Hakim Boarding School West
Lombok. Method: Analytical Observatonal with cross sectional design. A total of
144 respondents were selected using stratified random sampling techniques.
Respondents will be measured for stress using the Kessler Psychological Distress
Scale (K10) and nutritional status will be measured using body mass index. Results:
In this study, from 144 selected respondents, the results showed that as many as 9
female students were not stressed with normal nutritional status, 1 female student
who is not stressed with abnormal nutritional status, 101 female students were
stressed with normal nutritional status, and 33 female students stress with
abnormal nutritional status. Bivariate analysis of the two variables using Fisher's
exact test obtained p value = 0.452 > alpha (0.05) which indicates that there is no
relationship between stress and nutritional status. Conclusion: There is no
correlationship between stress and nutritional status.

Keywords: Stress, nutritional status, santriwati at special education program


kulliyatul muallimin wal muallimat al islamiyah Nurul Hakim islamic boarding
school in West Lombok.

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... I

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA............................................ II

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... III

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ IV

KATA PENGANTAR ......................................................................................... IV

ABSTRAK ......................................................................................................... VII

DAFTAR ISI ........................................................................................................ IX

DAFTAR TABEL ............................................................................................. XII

DAFTAR BAGAN ............................................................................................ XIII

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. XIV

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... XV

BAB I (PENDAHULUAN) ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 2

1.3 Hipotesis ........................................................................................................... 2

1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 2


1.4.1 Tujuan Umum............................................................................................. 2
1.4.2 Tujuan Khusus ............................................................................................ 2

1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 3


1.5.1 Bagi Pondok Pesantren ............................................................................... 3
1.5.2 Bagi Santriwati ........................................................................................... 3
1.5.3 Bagi Peneliti ............................................................................................... 3

ix
1.5.4 Bagi Peneliti Selanjutnya ........................................................................... 3

1.6 Kajian Pustaka ................................................................................................ 4

BAB II (TINJAUAN PUSTAKA) ........................................................................ 6

2.1 Konsep Stres .................................................................................................... 6


2.1.1 Definisi ....................................................................................................... 6
2.1.2 Penyebab Stres ........................................................................................... 7
2.1.3 Jenis-Jenis Stres .......................................................................................... 7
2.1.4 Sumber Stres Psikologis ........................................................................... 8
2.1.5 Tahapan Stres ........................................................................................... 8
2.1.6 Tingkatan Stres ........................................................................................... 9
2.1.7 Gejala dan Tanda-Tanda Stres ................................................................... 9
2.1.8 Pengukuran Stres ...................................................................................... 10
2.1.9 Stres dalam Perspektif Islam .................................................................... 11

2.2 Status Gizi ...................................................................................................... 14


2.2.1 Definisi Status Gizi .................................................................................. 14
2.2.2 Faktor-Faktor yang Menimbulkan Masalah Gizi ..................................... 14
2.2.3 Penilaian Status Gizi ................................................................................ 18

2.3 Hubungan Stres dengan Status Gizi............................................................ 20

2.4 Pondok Pesantren ......................................................................................... 22


2.4.1 Pondok Pesantren Nurul Hakim ............................................................... 23

2.5 Kerangka Teori ............................................................................................. 25

2.6 Kerangka Konsep .......................................................................................... 26

2.7 Definisi Operasional ................................................................................. 27

BAB III (METODOLOGI PENELITIAN)....................................................... 28

3.1 Desain Penelitian ........................................................................................... 28

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 28

3.3 Populasi dan Sampel ..................................................................................... 28


3.3.1 Populasi .................................................................................................... 28
3.3.2 Sampel ...................................................................................................... 28
3.3.2.1 Besar Sampel ..................................................................................... 29
3.3.2.2 Cara Pengambilan Sampel .............................................................. 30
x
3.4 Alur Penelitian.............................................................................................. 30

3.5 Managemen Data .......................................................................................... 31


3.5.1 Pengumpulan Data ................................................................................... 31
3.5.2 Pengolahan Data ....................................................................................... 31
3.5.3 Analisis Data ............................................................................................ 32
3.5.4. Penyajian Data ......................................................................................... 32

BAB IV (HASIL DAN PEMBAHASAN) .......................................................... 33

4.1 Hasil ................................................................................................................ 33


4.1.1 Analisis Univariat ..................................................................................... 33
4.1.1.1 Tingkat Stres ...................................................................................... 33
4.1.1.2 Status Gizi .......................................................................................... 34
4.1.2 Analisis Bivariat ....................................................................................... 34
4.1.2.1 Hubungan Stres dengan Status Gizi................................................... 34

4.2 Pembahasan ................................................................................................... 35

4.3 Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 36

BAB V (SIMPULAN DAN SARAN) ................................................................. 38

5.1 Simpulan ........................................................................................................ 38

5.2 Sar an ............................................................................................................. 38

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 39

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kajian Pustaka………………………………………………………..4


Tabel 2.1 Kriteria IMT/U untuk Anak usia 15-18 Tahun Menurut
Kemenkes RI………………………………………………………..19
Tabel 2.2 Definisi Operasional……………………………………………… 27
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Stres……… 33
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi………….34
Tabel 4.3 Hubungan Stres dengan Status Gizi…………………………………34

xii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori……………………………………………………...25


Bagan 2.2 Kerangka Konsep…………………………………………… ..….…26
Bagan 3.1 Alur Penelitian……………………………………………………....31

xiii
DAFTAR SINGKATAN

PPKH : Program Pendidikan Khusus


KMMI : Kulliyatul Muallimin Wal Muallimat Al Islamiyah
MA : Madrasah Aliyah
WHO : World Health Organization
K10 : Kessler Psychological Distress Scale
ALCES : Adolescent Life Change Event Scale
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
IMT : Indeks Massa Tubuh
Litbang : Penelitian dan Pengembangan
Diklat : Pendidikan dan Pelatihan
MIPA : Matematika dan IPA
IPS : Ilmu Pengetahuan Sosial
Diknas : Pendidikan Nasional
Depag : Departemen Agama
CRH : Corticotropin releasing hormone
NPY : Neuropeptide Y

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 (Lembar Inform Concent)……………………………………..….44

Lampiran 2 (Lembar Identitas Responden)…………………………………....45

Lampiran 3 (Lembar Kuesioner)……………………………………………....46

Lampiran 4 (Surat Izin Penelitian)……………………………...…………..…49


Lampiran 5 (Lembar Persetujuan Kaji Etik Penelitian)…………...............…..50
Lampiran 6 (Hasil Pengolahan Data dengan SPSS)……………………….….51
Lampiran 7 (Riwayat Penulis)……………………..……………………...…..53

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stres adalah reaksi atau respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan
mental atau beban kehidupan).1Stres adalah keadaan yang bersifat internal, yang
bisa disebabkan oleh tuntutan fisik atau lingkungan, dan situasi sosial, yang
berpotensi merusak dan tidak terkontrol. Stres juga dapat didefinisikan sebagai
tanggapan atau proses internal atau eksternal yang mencapai tingkat ketegangan
fisik dan psikologis sampai pada batas atau melebihi batas kemampuan subjek.2
Sebanyak hampir 350 juta penduduk dunia mengalami stres sehingga WHO
(World Health Organization) menempatkan stres sebagai penyakit pada urutan ke-
4 di dunia. Sedangkan, data yang diperoleh dari Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil DKI Jakarta menunjukkan total penduduk yang mengalami stres sebanyak
1,33 juta (14%) dari 9,5 juta penduduk, sementara stres berat mencapai 95.000-
285.000 orang (1-3%) persen dari 9,5 juta. Data tersebut menunjukkan bahwa
kejadian stres di skala nasional maupun internasional masih cukup tinggi.3
Stres dapat dialami oleh siapa saja dan memiliki implikasi negatif jika
berakumulasi dalam kehidupan individu tanpa solusi yang tepat. Santri dalam
kegiatannya juga tidak terlepas dari stress. Stresor atau penyebab stress pada santri
dapat bersumber dari akademik, relasi sosial, dan peraturan.4 Berdasarkan
penelitian yang dilakukan pada 350 siswa yang dipilih dari berbagai sekolah asrama
atau boarding school (Malaysia, China, India, dan lainnya) menunjukkan bahwa
44,9 % siswa mengalami stres, dimana yang menjadi stressor tertinggi adalah
terkait akademik. Begitu pula dalam penelitian yang dilakukan di Al-Furqon
Boarding School, hal yang membuat siswa stres ialah terkait tuntutan akademik,
relasi sosial, dan peraturan.5
Individu yang mengalami stres membutuhkan mekanisme koping yang akan
mempermudah terjadinya proses adaptasi dan agar tidak terjadi stres yang
berkepanjangan. Namun, setiap individu memiliki mekanisme koping yang
berbeda-beda ketika mengalami stres.6 Salah satu metode koping stres adalah
dengan makan. Makan sebagai metode koping stres memiliki arti mengonsumsi

1
makanan bukan karena merasa lapar, namun untuk memuaskan hasrat karena
merasa tidak sanggup menahan beban yang terjadi atau disebut dengan emotional
eating. Emotional eating temasuk contoh perilaku makan tidak sehat yang dapat
mempengaruhi kecukupan asupan zat gizi seseorang.7
Menurut penelitian Tienne et al di SMU Methodist-18 Medan pada 77 siswa
sebagai sampel didapatkan bahwa ada hubungan antara stres dengan status gizi.8
Adapun menurut penelitian yang dilakukan Basar GP yang dilakukan di Pesantren
Darul Aman tahun 2020 didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara stres
dengan status gizi.9
Melihat tingginya angka prevalensi stres dimana dapat dialami oleh siapa
saja termasuk santri serta melihat adanya kemungkinan pengaruh stres terhadap
status gizi, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan Stres dengan
Status Gizi pada santriwati Tingkat MA di Pondok Pesantren Nurul Hakim PPKH-
KMMI Lombok Barat”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah penelitian
yaitu “apakah terdapat hubungan antara stres dengan status gizi pada santriwati
tingkat MA Pondok Pesantren Nurul Hakim PPKH-KMMI Lombok Barat?”.

1.3 Hipotesis
Terdapat hubungan antara stres dengan status gizi pada santriwati Tingkat
MA Pondok Pesantren Nurul Hakim PPKH-KMMI Lombok Barat.

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan stres dengan status gizi pada santriwati Tingkat MA
Pondok Pesantren Nurul Hakim PPKH-KMMI Lombok Barat.

1.4.2 Tujuan Khusus


a. Mengetahui tingkat stress pada santriwati kelas 4 dan 5 Pondok Pesantren
Nurul Hakim PPKH-KMMI Lombok Barat.

2
b. Mengetahui status gizi pada santriwati kelas 4 dan 5 Pondok Pesantren
Nurul Hakim PPKH-KMMI Lombok Barat.
c. Mengetahui hubungan stres dengan status gizi pada santriwati kelas 4 dan 5
Pondok Pesantren Nurul Hakim PPKH-KMMI Lombok Barat.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Bagi Pondok Pesantren
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi salah satu pengelolaan
Pos Kesehatan Pesantren dalam upaya promotif dan preventif kesehatan bagi
santriwati.

1.5.2 Bagi Santriwati


Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran santriwati untuk
dapat melakukan manajemen stres yang baik sehingga dapat mengurangi terjadinya
status gizi yang tidak normal.

1.5.3 Bagi Peneliti


Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk meningkatkan
wawasan bagi peneliti dan dapat menjadi sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang
telah dimiliki.

1.5.4 Bagi Peneliti Selanjutnya


Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan acuan untuk penelitian
lebih lanjut.

3
1.6 Kajian Pustaka
Tabel 1.1 Kajian Pustaka
No Nama Judul Tujuan Metode Persamaan Perbedaan
Peneliti
1 Gita Pratiwi Hubungan Mengetahui Metode Menggunakan Besar sampel
Basar Tingkat hubungan penelitian metode sebanyak 96
Stres dan tingkat stres observasional penelitian orang,
Body Image dan body analitik observasional pengambilan
dengan image dengan analitik dengan sampel
Status Gizi dengan desain cross desain cross menggunakan
Remaja status gizi sectional sectional, metode total
Putri di remaja putri dilakukan sampling,
Pesantren di pesantren pengukuran tingkat stress
Darul Aman Darul Aman tinggi badan dan body
Gombara Gombara dan berat image diukur
Makassar Makassar badan untuk dengan metode
menilai status wawancara
gizi dan hasil menggunakan
uji didapatkan kuesioner, dan
nilai p = 0,737 uji statistic
(>0,05) menggunakan
uji chi-square
2 Ricky Hubungan Mengetahui Metode Metode Besar sampel
Fhonna, Cut antara hubungan penelitian penelitian sebanyak 91
Ana Tingkat antara observasional observasional orang,
Martafari, Stres tingkat stres analitik analitik dengan menggunakan
Rizky dengan dengan dengan desain cross kuesioner
Kurniawan Indeks indeks desain cross sectional, DASS 42
Massa massa tubuh sectional dilakukan untuk menilai
Tubuh pada pada pengukuran tingkat stres,
Santriwan santriwan tinggi badan uji statistik
dan dan dan berat menggunakan

4
Santriwati santriwati di badan untuk uji Pearson
di Pesantren pesantren menilai status Product
MTsN MTsN gizi dan hasil Momen, dan
Darul Ulum Darul Ulum uji korelasi hasil uji
Banda Aceh Banda Aceh didapatkan korelasi
Tahun 2019 nilai p = 0,812 didapatkan
(>0,05) pada nilai p = 0,01
jenis kelamin (<0,05) pada
perempuan jenis kelamin
laki-laki
3 Tienne A. U Hubungan Mengetahui Metode Metode Besar sampel
Nadeak Status Stres hubungan penelitian penelitian sebanyak 77
Psikososial status stres observasional observasional orang,
dengan psikososial analitik analitik dengan menggunakan
Konsumsi dengan dengan desain cross kuesioner
Makanan konsumsi desain cross sectional, ALCES untuk
dan Status makanan sectional pengambilan menilai tingkat
Gizi Siswa dan status sampel stres, uji
SMU gizi siswa menggunakan statistik
Methodist-8 SMU teknik menggunakan
Medan Methodist - stratified uji chi-square,
Tahun 2013 8 Medan. random dan hasil uji
sampling, korelasi
dilakukan didapatkan
pengukuran nilai p=0,045
tinggi badan (<0,05)
dan berat
badan untuk
menilai status
gizi

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Stres


2.1.1 Definisi
Stres adalah reaksi atau respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan
mental atau beban kehidupan).1
Menurut Han Selye, stres merupakan respon tubuh yang bersifat tidak
spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya.10
Stres adalah tekanan yang terjadi akibat ketidaksesuaian antara situasi yang
diinginkan dengan harapan, di mana terdapat kesenjangan antara tuntutan
lingkungan dengan kemampuan individu untuk memenuhinya yang dinilai
potensial membahayakan, mengancam, mengganggu, dan tidak terkendali atau
dengan bahasa lain stres adalah melebihi kemampuan individu untuk melakukan
coping.11
Stres juga didefinisikan sebagai tanggapan atau proses internal atau
eksternal yang mencapai tingkat ketegangan fisik dan psikologis sampai pada batas
atau melebihi batas kemampuan subyek. Stres juga bersifat individual dan pada
dasarnya bersifat merusak bila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental
individu dengan beban yang dirasakannya. Namun, berhadapan dengan stresor
(sumber stres) tidak selalu mengakibatkan gangguan secara psikologis maupun
fisiologis. Terganggu atau tidaknya individu, tergantung pada persepsinya terhadap
peristiwa yang dialaminya. Faktor kunci dari stres adalah persepsi seseorang dan
penilaian terhadap situasi dan kemampuannya untuk menghadapi atau mengambil
manfaat dari situasi yang dihadapi. Dengan kata lain, bahwa reaksi terhadap stres
dipengaruhi oleh bagaimana pikiran dan tubuh individu mempersepsikan suatu
peristiwa.12
Dapat disimpulkan bahwa stres dapat didefinisikan sebagai sebuah keadaan
yang kita alami ketika ada sebuah ketidaksesuaian antara tuntutan yang diterima
dan kemampuan untuk mengatasinya. Sesuatu yang menyebabkan timbulnya stres
disebut stressor.13

6
2.1.2 Penyebab Stres
Menurut Grand (2000) dalam Sunaryo (2004), penyebab stres dibedakan
menjadi dua macam, yaitu:
a. Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan,
seperti kematian, luka batin, perceraian, pensiun, dan kebangkrutan.
b. Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti
pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan
dimakan, dan antrian.5

Menurut Yosep (2007), sumber stres yang lain pada umumnya meliputi
beberapa hal, diantaranya:
a. Hubungan interpersonal, seperti mengalami konflik dengan teman dekat,
kekasih, anatara atasan dengan bawahan, dan lain sebagainya.
b. Lingkungan hidup, misalnya pindah tempat tinggal, penggusuran, dan lain-
lain.
c. Keuangan, misalnya pendapatan jauh lebih rendah dari pengeluaran, terlibat
utang, dan lain-lain.
d. Perkembangan, misalnya perubahan fisik saat masa remaja
e. Lain-lain (faktor keluarga, bencana alam, kebakaran, dan lain-lain).5

2.1.3 Jenis-Jenis Stres


Stres dibedakan menjadi dua jenis, yaitu stres yang merugikan atau merusak
disebut distress dan stres yang menguntungkan atau membangun disebut eustress.
a. Eustress, stres yang menghasilkan respon individu bersifat sehat, positif,
dan membangun. Respon positif tersebut dirasakan oleh diri sendiri dan
lingkungan sekitar, seperti dengan adanya pertumbuhan, fleksibilitas,
kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi. Contohnya jika
seseorang mengalami eustress maka tidak ada perubahan yang menurun
pada fisik dan psikologisnya dan semangat untuk mendapatkan yang
diharapkannya meningkat.14
b. Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat,
negatif, dan destruktif (bersifat merusak).3

7
2.1.4 Sumber Stres Psikologis
Menurut Maramis (1999), ada empat sumber atau penyebab stres psikologis,
yaitu:

a. Frustasi, dapat timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada
aral melintang. Frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat badan dan
kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang
yang dicintai, kegoncangan ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan
lain-lain).
b. Konflik, dapat timbul karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih
macam keinginan, kebutuhan, atau tujuan.
c. Tekanan, dapat timbul akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat
berasal dari dalam individu maupun luar individu.
d. Krisis, yaitu keadaan mendadak yang menimbulkan stres pada individu,
misalnya kematian orang yang disayangi, kecelakaan, dan penyakit yang
harus segera dioperasi.1

2.1.5 Tahapan Stres


a. Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasaan nafsu
bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa
memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam.
b. Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan seperti bangun pagi tidak
segar atau letih, mudah lelah saat menjelang sore, mudah lelah sesudah
makan, tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman, jantung
berdebar, otot tengkuk, dan punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan
tenaga tidak memadai.
c. Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan seperti defekasi tidak
teratur (kadang-kadang diare), otot semakin tegang, emosional, insomnia,
mudah terjaga dan sulit tidur kembali, bangun terlalu pagi dan sulit tidur
kembali, koordinasi tubuh terganggu, dan mudah jatuh pingsan.
d. Stres tahap keempat, yaitu tahapan stres dengan keluhan seperti tidak
mampu bekerja sepanjang hari (lemas), merasa sulit dan jenuh dalam
bekerja, respon tidak adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola
tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta
timbul ketakutan dan kecemasan.

8
e. Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik
dan mental, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sedang dan
ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas,
bingung, dan panik.
f. Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres dengan tandatanda
seperti jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin, banyak
keluar keringat, mudah lelah, pingsan atau kolaps.12

2.1.6 Tingkatan Stres


Stres dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan yaitu :
a. Stres ringan, stres yang tidak merusak aspek fisiologis dari seseorang. Stres
ringan umumnya dirasakan dan dihadapi oleh setiap orang secara teratur
seperti lupa, kebanyakan tidur, kemacetan, dikritik. Situasi seperti ini
biasanya berakhir dalam beberapa menit atau beberapa jam dan biasanya
tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi terus menerus.
b. Stres sedang, stres yang terjadi lebih lama dari beberapa jam sampai
beberapa hari seperti pada waktu perselisihan, kesepakatan yang belum
selesai, sebab kerja yang berlebih, mengharapkan pekerjaan baru, dan
permasalahan keluarga. Situasi seperti ini dapat berpengaruh pada kondisi
kesehatan seseorang.
c. Stres berat, stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa
tahun yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti hubungan suami istri
yang tidak harmonis, kesulitan finansial, dan penyakit fisik yang lama.15

2.1.7 Gejala dan Tanda-Tanda Stres


Menurut Terry Beehr dan newman (1987), gejala dan tanda stres dibagi
menjadi tiga gejala yaitu:
a. Gejala fisik, seperti meningkatnya detak jantung dan tekanan darah,
meningkatnya sekresi adrenalin dan non adrenalin, gangguan lambung,
mudah terluka, mudah lelah secara fisik, gangguan pernafasan, sering
berkeringat, gangguan kulit, kepala pusing, migrain, kanker, ketegangan
otot dan sulit tidur.

9
b. Gejala psikologi, seperti kecemasan, ketegangan, bingung, marah, sensitif,
memendam perasaan, komunikasi tidak efektif, menurunya fungsin
intelektual, mengurung diri, ketidak puasan kerja, depresi, kebosanan, lelah
mental, mengasingkan diri, kehilangan konsentrasi, kehilangan spontanitas
dan kreativitas, kehilangan semangat hidup, menurunya harga diri dan rasa
percaya diri.
c. Gejala perilaku, seperti menunda atau menghindari aktifitas, penurunan
prestasi dan prokduktifitas, minum minuman keras, perilaku sabotase,
makan yang tidak normal, kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan,
ngebut dijalan, meningkatnya agretifitas dan kriminalitas, penurunan
hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman serta kecendrungan
bunuh diri.16

Rice (dalam Sarafia dan Saputra, 2009) memaparkan ada lima gejala stres,
yaitu:
a. Gejala fisik, berupa keluhan seperti sakit kepala, sakit pinggang, susah tidur,
sakit perut, hilang selera makan, dan kehilangan semangat.
b. Gejala emosi, berupa keluhan seperti gelisah, cemas, mudah marah, sedih,
gugup, dan takut.
c. Gejala kognitif, berupa keluhan seperti susah berkonsentrasi, sulit membuat
keputusan, mudah lupa, dan pikiran kacau.
d. Gejala interpersonal, berupa sikap acuh tak acuh pada lingkungan, minder,
kehilangan kepercayaan pada orang lain, dan mudah menyalahkan orang
lain.
e. Gejala organisasional, berupa meningkatnya keabsenan dalam kuliah,
menurunnya produktivitas, ketegangan dengan teman, dan menurunnya
dorongan untuk berprestasi.17

2.1.8 Pengukuran Stres


a. Kessler Psychological Distress Scale (K10)
Kessler Psychological Distress Scale terdiri dari 10 pertanyaan yang
diajukan kepada responden dengan skor 1 untuk jawaban dimana responden

10
tidak pernah mengalami stres, 2 untuk jawaban dimana responden jarang
mengalami stres, 3 untuk jawaban dimana responden kadang-kadang
mengalami stres, 4 untuk jawaban dimana responden sering mengalami
stres, dan 5 untuk jawaban dimana responden selalu mengalami stres dalam
30 hari terakhir. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal.
Tingkat stres dikategorikan sebagai berikut:
1) Skor di bawah 20: Tidak mengalami stres;
2) Skor 20-24: Stres ringan;
3) Skor 25-29: Stres sedang;
4) Skor 30 dan di atas 30: Stres berat.18
b. Adolescent Life Change Event Scale (ALCES).
Adolescent Life Change Event Scale (ALCES) adalah instrumen
psikologis yang digunakan khusus untuk mengukur stres pada remaja.
Adolescent Life Change Event Scale (ALCES) diadopsi dari Metal Health
America of Northern Kentucky Southwest Ohio (2002) yang sudah diakui
oleh Department of Psychology, University of Pensylvania. Philadelphia,
PA, USA sebagai alat ukur dalam melakukan research life stress of
adolscence.13 Skala ini berisi 31 peristiwa yang dialami remaja dalam
setahun yang kemudian di kategorikan dalam beberapa tingkatan, yaitu:
1) Stres Berat : > 300 point.
2) Stres sedang: 150-299 point.
3) Tidak stres : < 150 point.8

2.1.9 Stres dalam Perspektif Islam


Stres tidak mungkin selamanya dihindari, karena ujian dan cobaan dari
Allah SWT tidak dapat diatur oleh manusia. Langkah terbaik adalah menyiapkan
sikap dan perilaku mengelola stres sehingga mampu menangkal akibat stres.
Anjuran Allah SWT tentang mengelola stres sangat jelas, sebagaimana yang
telah digariskan dalam surat Ali ‘Imron ayat 139 yang artinya:
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman”.

11
Secara rinci, beberapa cara mengelola stres yang telah diajarkan oleh Islam
adalah sebagai berikut.
1. Niat Ikhlas
Islam sudah mengajarkan agar senantiasa berniat ikhlas dalam
berusaha, dengan tujuan agar nilai usaha tinggi di mata Allah SWT dan dia
mendapat ketenangan apabila usaha tidak berhasil sesuai harapan.
Ketenangan ini bersumber dari motif hanya karena Allah, bukan karena
yang lain, sehingga kegagalan juga akan selalu dikembalikan kepada Allah
SWT. Sebagaimana dalam surat At Taubah ayat 91 berikut:
“Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah,
orang-orang yang sakit dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa
yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah
dan Rasul-Nya. Tidak ada jalan sedikitpun untuk menyalahkan orang-orang
yang berbuat baik. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”
2. Sabar dan Shalat
Sabar dalam Islam adalah mampu berpegang teguh dan mengikuti
ajaran agama untuk menghadapi atau menentang dorongan hawa nafsu.
Orang yang sabar akan mampu mengambil keputusan dalam menghadapi
stressor yang ada.
Melalui shalat maka individu akan mampu merasakan betul
kehadiran Allah SWT. Segala kepenatan fisik, masalah, beban pikiran, dan
emosi yang tinggi kita tanggalkan ketika shalat secara khusyuk. Dengan
demikian, shalat itu sendiri sudah menjadi obat bagi ketakutan yang muncul
dari stressor yang dihadapi.
Dalam surat Al-Baqarah ayat 153 Allah SWT berfirman, “Hai
orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
3. Bersyukur dan Berserah diri (Tawakkal).
Salah satu kunci dalam menghadapi stressor adalah dengan selalu
bersyukur dan menerima segala pemberian Allah SWT. Allah SWT
berfirman di dalam Al Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 156: “(yaitu) orang-
orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi

12
wa innaa ilaihi raaji'uun" (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-
Nyalah kami kembali”. Ucapan tersebut sangat familier dilidah kita, dan
apabila kita pahami maknanya setiap kali mengucapkannya saat
menghadapi cobaan maka niscaya akan muncul kekuatan psikologis yang
besar untuk mampu menghadapi musibah itu.
Mensyukuri apa yang sudah diberikan dan selalu berserah diri akan
menghindarkan kita dari perasaan serakah dan beban pikiran lainnya.
4. Doa dan Dzikir
Sebagai insan beriman, doa dan dzikir menjadi sumber kekuatan
bagi kita dalam berusaha. Adanya harapan yang tinggi disandarkan
kepada Allah SWT, demikianpun apabila ada kekhawatiran terhadap suatu
ancaman, maka sandaran kepada Allah SWT senantiasa melalui doa dan
dzikir. Dalam surat Ar-Ra'd Ayat 28 Allah SWT berfirman,” (yaitu) orang-
orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.”19

Datangnya cobaan kepada diri kita inilah yang akan dirasakan sebagai suatu
stres (tekanan) dalam diri, atau disebut juga sebagai beban. Banyak contoh dalam
keseharian kita bentuk-bentuk cobaan ini, misalnya kematian, sakit, dan
kehilangan. Bukan hanya kondisi yang buruk menjadi cobaan, namun kekayaan,
anak, kepandaian dan jabatan juga menjadi cobaan bagi manusia.
Pada dasarnya kehidupan manusia telah ditentukan oleh Allah Swt.
berdasarkan qodo dan qodarnya. Qodo dan qodar manusia merupakan salah satu
perwujudan dari manajemen Tuhan berupa musibah, rejeki, dan hidup matinya
manusia. Sebagai makhluk ciptaaan Allah manusia wajib menjalani semua itu
dengan ikhlas. diinginkannya yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan
kondisi seseorang.
Al-Qur’an telah menggunakan permisalan yang memakai prinsip mekanika
beban untuk menggambarkan masalah yang dihadapi manusia. Prinsip mekanika
beban merupakan konstruk awal yang melahirkan penelitian mendalam tentang
stres. Menurut Aliah. B. Purwkania Hasan Secara keseluruhan surat Al-Qur’an

13
yang membahas konsep beban dalam masalah manusia ini. Hal ini senada dengan
yang tercantum dalam Alquran surat Al-Insyirah ayat 1-8 yang artinya: “Bukankah
Kami telah melapangkan untukmu dadamu? dan Kami telah menghilangkan
daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu. dan Kami tinggikan
bagimu sebutan (nama) mu, karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila
kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”.20

2.2 Status Gizi


2.2.1 Definisi Status Gizi
Supariasa et al (2002) menyatakan status gizi adalah keadaan seseorang
yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi dari makanan
dalam jangka waktu yang lama.8
Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan gizi.21
Menurut Supariasa, et al (2016), status gizi didefinisikan sebagai suatu
bentuk dari gambaran kondisi proporsional seseorang atau individu dalam wujud
variabel tertentu. Status gizi merupakan suatu kondisi tubuh seseorang yang
disebabkan oleh asupan makanan dan zat-zat gizi.22

2.2.2 Faktor-Faktor yang Menimbulkan Masalah Gizi


Ada beberapa teori yang membahas tentang faktor-faktor yang dapat
menimbulkan masalah gizi, antara lain:
1. Teori Unicef
Terdapat banyak faktor yang menimbulkan masalah gizi, konsep yang
dikembangkan oleh United Nation Children’s Fund (Unicef) tahun 1990, bahwa
masalah gizi disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu langsung dan tidak langsung.
Faktor langsung yang menimbulkan masalah gizi yaitu kurangnya asupan makanan
dan penyakit yang diderita. Seseorang yang asupan gizinya kurang akan
mengakibatkan rendahnya daya tahan tubuh yang dapat menyebabkan mudah sakit.
Sebaliknya pada orang sakit akan kehilangan gairah untuk makan, akibatnya status

14
gizi menjadi kurang. Jadi asupan gizi dan penyakit mempunyai hubungan yang
saling ketergantungan.
Kekurangan asupan makanan disebabkan oleh tidak tersedianya pangan
pada tingkat rumah tangga, sehingga tidak ada makanan yang dapat dikonsumsi.
Kekurangan asupan makanan juga disebabkan oleh perilaku atau pola asuh orang
tua pada anak yang kurang baik.
Penyakit infeksi disebabkan oleh kurangnya layanan kesehatan pada
masyarakat dan keadaan lingkungan yang tidak sehat. Tingginya penyakit juga
disebabkan oleh pola asuh yang kurang baik, misalnya anak dibiarkan bermain pada
tempat kotor.
2. Teori Segi Tiga Penyebab Masalah
Di samping teori dari Unicef seperti tersebut di atas, juga ada teori lain
tentang penyebab timbulnya masalah gizi. Teori tersebut adalah teori tentang
hubungan timbal antara faktor pejamu, agen dan lingkungan, yaitu:
a. Pejamu (host)
Pejamu (host) adalah faktor-faktor yang terdapat pada diri manusia yang
dapat mempengaruhi keadaan gizi. Faktor-faktor yang termasuk dalam
kelompok ini di antaranya:
1) Genetik (keturunan), individu yang mempunyai orang tua menderita
kegemukan maka ada kecenderungan untuk menjadi gemuk.
2) Umur, kebutuhan asupan gizi berbeda pada setiap kelompok umur,
misal kelompok umur balita memerlukan lebih banyak protein dari
pada kelompok dewasa, dewasa lebih banyak memerlukan vitamin
dan mineral.
3) Jenis kelamin akan menentukan kebutuhan gizi yang berbeda,
misalnya wanita dewasa memerlukan lebih banyak zat besi daripada
pria.
4) Kelompok etnik, masyarakat pada golongan etnik tertentu
cenderung mempunyai pola dan kebiasaan yang sama, oleh karena
itu masalah gizi yang timbul umumnya tidak jauh berbeda antar
penduduk.

15
5) Fisiologik, kebutuhan gizi pada ibu hamil lebih banyak
dibandingkan dengan ibu yang tidak hamil. Ibu hamil yang sedang
terjadi pertumbuhan janin memerlukan asupan gizi yang lebih
banyak.
6) Imunologik, orang yang mudah terkena penyakit adalah orang yang
daya tahan tubuhnya lemah. Daya tahan tubuh ini akan terbentuk
apabila tubuh mempunyai zat gizi cukup.
7) Kebiasaan menentukan kebutuhan gizi yang berbeda pada setiap
orang, misal kebiasaan berolah raga akan memerlukan gizi yang
lebih dibandingkan individu yang kurang suka olah raga.
b. Agen
Agen adalah agregat yang keberadaannya atau ketidak beradaannya
memengaruhi timbulnya masalah gizi pada diri manusia. Agregat yang
disebabkan oleh ketidakberadaannya menimbulkan masalah gizi, misal zat
gizi, akibat kekurangan zat gizi tertentu dapat menimbulkan masalah gizi
misal kekurangan vitamin C mengakibatkan sariyawan. Agregat yang lain
misal Kimia dalam tubuh (hormon dan lemak), tubuh memerlukan hormon
untuk proses metabolisme tubuh, demikian juga lemak. Apabila tubuh
kekurangan hormon akan menimbulkan berbagai masalah. Agregat yang
karena keberadaannya menimbulkan masalah gizi, di antaranya kimia dari
luar tubuh termasuk obat-obatan, zat kimia yang masuk dalam tubuh dapat
menimbulkan keracunan, atau dalam jumlah kecil tetapi dikonsumsi dalam
kurun waktu yang lama dapat bersifat karsinogenik. Demikian juga
penggunaan obat, misal obat jenis antibiotik tertentu dapat mengganggu
absorpsi susu. Faktor psikis, keadaan kejiwaan akan berpengaruh terhadap
asupan gizi. Pada orang-orang tertentu apabila sedang mengalami suasana
tegang, maka akan dikonvensasikan dalam bentuk makanan. Keadaan
biologis seseorang yang menderita penyakit infeksi, kebutuhan gizinya akan
meningkat karena zat gizi diperlukan untuk penyembuhan luka akibat
infeksi.
c. Lingkungan

16
Lingkungan (environment) dapat mempengaruhi keadaan gizi
seseorang. Keadaan lingkungan dapat dibedakan dalam tiga keadaan, yaitu:
1) Lingkungan fisik, meliputi cuaca/iklim, tanah, dan air. Faktor-faktor
ini dapat mempengaruhi kesuburan tanaman yang merupakan
sumber makanan. Tumbuhan tidak dapat tumbuh subur apabila
ditanam pada lingkungan yang gersang, akibatnya produksi
makanan berkurang. Demikian juga hewan tidak dapat tumbuh
subur pada lingkungan yang gersang.
2) Lingkungan biologis, lingkungan biologis akan mempengaruhi
ketersediaan zat gizi pada masyarakat. Kepadatan penduduk dapat
mengakibatkan ketersediaan pangan yang terbatas, karena
terbatasnya produksi pangan ini dapat menyebabkan
ketidakseimbangan dengan jumlah penduduk. Tanaman dan hewan
yang subur dapat memberikan persediaan pangan bagi kebutuhan
gizi pada masyarakat.
3) Lingkungan sosial ekonomi, yang tergolong lingkungan sosial
ekonomi yang dapat mempengaruhi status gizi di antaranya adalah
pekerjaan, tingkat urbanisasi, perkembangan ekonomi, dan bencana
alam. Seseorang yang mempunyai pekerjaan akan memperoleh
penghasilan yang bisa digunakan untuk membeli makanan bagi
dirinya dan keluarganya. Semakin baik perkembangan ekonomi
suatu wilayah akan mempengaruhi pada tingkat ketersediaan pangan
masyarakat, yang akan meningkatkan status gizi. Sebaliknya
bencana alam akan mengakibatkan kekurangan persediaan pangan
yang dapat menurunkan status gizi masyarakat.
Keadaan yang tidak seimbang dari ketiga faktor tersebut di atas akan
menyebabkan gangguan gizi.23
Kelompok yang dapat mengalami kejadian rentan gizi adalah remaja.
Dalam beberapa hal masalah gizi remaja serupa atau kelanjutan dari masalah gizi
pada usia anak, yaitu kelebihan atau kekurangan berat badan. Data Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan bahwa 25,7% remaja usia 13-15 tahun dan
26,9% remaja usia 16-18 tahun dengan status gizi pendek dan sangat pendek. Selain

17
itu terdapat 8,7% remaja usia 13-15 tahun dan 8,1% remaja usia 16-18 tahun dengan
kondisi kurus dan sangat kurus. Sedangkan prevalensi berat badan lebih dan
obesitas sebesar 16,0% pada remaja usia 13-15 tahun dan 13,5% pada remaja usia
16-18 tahun.24
Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses kematangan
manusia. Perubahan fisik pertumbuhan akan mempengaruhi status kesehatan dan
gizi remaja. Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan akan
menimbulkan masalah gizi, baik masalah gizi lebih maupun gizi kurang.25

2.2.3 Penilaian Status Gizi


Metode penilaian status gizi ada dua, yaitu metode penilaian status gizi
secara langsung dan metode penilaian status gizi secara tidak langsung. Penilaian
status gizi secara langsung dibagi menjadi 4 penilaian, yaitu penilaian antropometri,
klinis, biokimia, dan biofisik. Sedangkan untuk penilaian status gizi secara tidak
langsung dapat dibagi menjadi 3, yaitu survei konsumsi makanan, statistik vital,
dan faktor ekologi.26
1. Penilaian Status Gizi Secara Langsung
Metode penilaian status gizi secara langsung ada 4, yaitu:
a. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau
dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk
pengukuran berbagai variasi ukuran fisik dan komposisi dari tubuh manusia
untuk berbagai tingkat umur dan status gizi.27
Antropometri adalah suatu metode yang digunakan untuk menilai
ukuran, proporsi, dan komposisi tubuh manusia.28
Antropometri merupakan cara penentuan status gizi yang paling
mudah berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Tinggi badan per umur,
berat badan per umur, dan berat badan per tinggi badan direkomendasikan
sebagai indikator yang baik untuk menentukan status gizi.

18
IMT adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat badan
dan tinggi badan seseorang. Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung
dengan menggunakan rumus berikut:

Berat badan (kg)


IMT =
Tinggi badan (m)x Tinggi badan (m)

Pada masa remaja indeks masa tubuhnya akan meningkat selama


masa pubertas, oleh karena itu harus hati-hati dalam menggunakan IMT
sehingga harus dilihat berdasarkan umur dan jenis kelamin. Meskipun
dengan beberapa kelemahan tersebut IMT merupakan indikator terbaik
untuk mengetahui lemak tubuh anak.8

Tabel 2.1 Kriteria IMT/ U anak usia 5-18 tahun menurut kemenkes RI
Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)
Gizi buruk <-3 SD
Gizi kurang -3 SD sd<-2 SD
Gizi baik -2 SD sd +1 SD
Gizi lebih >+1 SD sd +2 SD
Obesitas > +2 SD
(Kemenkes RI, 2020)
b. Klinis
Pemeriksaan klinis merupakan metode yang didasarkan atas
perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan
ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat dari jaringan epitel
(supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut, mukosa oral atau
pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar
tiroid.
c. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen
yang diujisecara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan
tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja, dan
juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.

19
d. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status
gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat
perubahan struktur dari jaringan.
2. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung
Metode penilaian status gizi secara tidak langsung ada 3, yaitu:
a. Survey Konsumsi Makanan
Survey konsumsi makanan adalah metode penentuanstatus gizi
secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang
dikonsumsi.
b. Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan
menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian
berasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu
dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
c. Faktor Ekologi
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah
ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan
lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari
keadaan ekologi seperti, iklim, tanah, irigasi dan lain-lain. Pengukuran
faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab
malnutrisi disuatu masyarakat sebagai dasar melakukan program
intervensi.27

2.3 Hubungan Stres dengan Status Gizi


Stres merupakan respon tubuh terhadap stresor psikososial, seperti tekanan
mental atau beban kehidupan. Suatu sistem yang didalamnya terdapat stimulus
dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai baik berupa respon fisiologis,
psikologis, maupun perilaku dapat menimbulkan stress. Beberapa faktor yang
diketahui dapat menyebabkan stres, antara lain adalah keluarga, sosial, emosional,
akademik, dan keuangan.7

20
Saat dalam keadaan stres beberapa siswa mengalami perubahan nafsu
makan, siswa dengan status gizi gemuk dan obesitas lebih banyak melakukan
pelarian pada makanan, konsumsi energi lebih banyak yaitu makan makanan tinggi
kalori dan lemak. Sedangkan pada siswa dengan status gizi kurus mereka lebih
banyak mengurangi konsumsi energi. Saat mengalami stres, otak akan merangsang
sekresi adrenalin. Bahan kimia ini akan menuju ginjal dan memicu proses
perubahan glikogen menjadi glukosa sehingga mempercepat peredaran darah.
Tekanan darah akan meningkat, pernafasan semakin cepat (untuk meningkatkan
asupan oksigen) dan pencernaan terkena dampaknya.29
Saat mengalami stres, tubuh akan mengeluarkan corticotrophin releasing
hormone (CRH) yang bekerja dalam menekan rasa lapar. Mekanisme tersebut
disebut acute appetite regulation. Tubuh membutuhkan energi pengganti agar
fungsi fisiologis tetap berjalan normal. Setelah beberapa waktu, kadar
glucocorticoid di dalam pembuluh darah akan meningkat. Glucocorticoid berperan
dalam aktivitas lipoprotein lipase di jaringan adiposa, sehingga meningkatkan
simpanan lemak dalam tubuh, terutama lemak viseral.30
Timbulnya stres pada diri seseorang akan diikuti dengan timbulnya
perubahan kognitif maupun perilaku pada diri orang tersebut, reaksi ini disebut
coping stres. Coping stres pada setiap individu berbeda-beda, dipengaruhi oleh jenis
kelamin, kecerdasan, umur, kepribadian, hingga faktor genetik.30
Menurut teori Lazarus dan Folkman tahun 1984, coping stress dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu problem-focused coping dan emotional-focused
coping. Problem-focused coping adalah strategi coping ketika individu percaya
bahwa sumber-sumber stres dapat dikurangi atau dihilangkan, contohnya keluar
dari pekerjaan atau mencari bantuan tenaga profesional. Emotional-focused coping
adalahcoping stress yang berfokus pada respon emosional, ketika individu merasa
tidak dapat mengubah atau menghilangkan sumber stres, seperti menonton televisi,
makan, atau minum-minuman beralkohol.30
Ada beberapa cara yang biasanya dilakukan sebagai metode koping stres,
seperti beribadah, meditasi, mendengarkan musik, menonton televisi, tidur,
melakukan hobi, bercerita dengan orang tua atau teman dekat, olahraga, yoga,
merokok, mengkonsumsi alkohol atau narkoba, menghabiskan waktu dengan

21
melihat-lihat media sosial dalam waktu yang lama. Salah satu metode koping stres
lainnya adalah dengan makan. Makan sebagai metode koping stres memiliki arti
mengonsumsi makanan bukan karena merasa lapar, namun untuk memuaskan
hasrat karena merasa tidak sanggup menahan beban yang terjadi atau disebut
dengan emotional eating. Emotional eating temasuk contoh perilaku makan tidak
sehat yang dapat mempengaruhi kecukupan asupan zat gizi seseorang.7
Saat tubuh kita mengalami stres yang merupakan suatu ancaman dalam diri
kita, akan memicu kelenjar adrenal melepaskan kortisol lebih banyak sebagai
respon alami tubuh terhadap stres. Tingginya kadar hormon kortisol akan
merangsang tubuh untuk mengeluarkan hormon insulin, leptin, dan sistem
neuropeptide Y (NPY) yang akan membuat otak membangkitkan rasa lapar
sehingga timbul keinginan makan, pemilihan jenis makanan tinggi gula dan lemak,
serta menimbulkan motivasi untuk mencari makanan berkalori tinggi yang
menenangkan dan menyimpan kalori ekstra sebagai lemak di bagian perut.31
Stres berkepanjangan merusak jalur hipotalamus di otak dan kelenjar
adrenal. Banyak hormon kortisol yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal.
Peningkatan kortisol akan meningkatkan penumpukan lemak tubuh bagian atas,
penurunan hormon leptin dan peningkatan ghrelin yang meningkatkan sinyal lapar
serta meningkatkan produksi insulin dan neuropeptide Y yang menyebabkan
peningkatan asupan makanan terutama makanan tinggi gula dan lemak untuk
menyenangkan diri.12
Menurut penelitian Tienne et al di SMU Methodist-18 Medan pada 77 siswa
sebagai sampel didapatkan bahwa ada hubungan antara stres dengan status gizi.8
Adapun menurut penelitian yang dilakukan Basar GP yang dilakukan di Pesantren
Darul Aman tahun 2020 didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara stres
dengan status gizi.

2.4 Pondok Pesantren


Pondok Pesantren adalah cikal bakal institusi pendidikan Islam di
Indonesia.32 Pesantren secara teknis merupakan tempat tinggal para santri, sebagai
laboratorium kehidupan, berada dalam suatu kondisi totalitas, belajar hidup dan
bermasyarakat dalam berbagai segi dan aspek. Selain itu, menurut KH. Imam

22
Zarkasyi, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam dengan sistem
asrama (boarding school), kyai sebagai sentral figurnya, dan masjid sebagai titik
pusat yang menjiwai.5
Tokoh atau orang pertama yang membangun pondok pesantren sebagai
tempat mendidik dan menggembleng para santri di tanah Jawa adalah Maulana
Malik Ibrahim atau dikenal dengan Sunan Gresik. Hasil penelusuran sejarah
menemukan bukti kuat yang menunjukkan cikal bakal pendirian pesantren pada
periode awal terdapat di daerah sepanjang pantai utara Jawa, seperti Giri (Gresik),
Ampel Denta (Surabaya), Bonang (Tuban), Kudus, Lasem, Cirebon, dan
sebagainya.32
Pesantren sebagai lembaga pendidikan memiliki lima elemen dasar tradisi
pesantren, yaitu pondok, masjid, santri, pengajaran kitab Islam klasik, dan kiai.32
Tercatat di Badan Penelitian dan pegembangan (Litbang) dan Pendidikan
dan Pelatihan (Diklat) Kementrian Agama bahwa jumlah santri pondok pesantren
di 34 provinsi di seluruh Indonesia, mencapai 3,65 juta yang tersebar di 25.000
pondok pesantren. Besarnya jumlah pondok pesantren yang tersebar di seluruh
provinsi Indonesia dan angka santri yang begitu besar menunjukkan bahwa semakin
meningkatnya kepercayaan orang tua atau masyarakat Indonesia pada pondok
pesantren untuk menunjang pendidikan di Indonesia dan mencetak anak-anak
mereka menjadi generasi yang baik dan tangguh untuk bangsa dan Negara.3

2.4.1 Pondok Pesantren Nurul Hakim


Pondok pesantren Nurul Hakim berlokasi di Jalan Taruna No. 05 Kediri,
Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Indonesia.34 Pondok pesantren ini didirikan
oleh TGH. Abdul Karim pada tahun 1984 M/1387H dengan luas podok pesantren
9,2 Ha.34
Pondok pesantren ini memiliki beberapa program pendidikan, salah satunya
adalah Program Pendidikan Khusus Kulliyatul Mu’allimin Wal Mu’allimat Al
Islamiyah (PPKH-KMMI). PPKH-KMMI merupakan salah satu terobosan usaha
pendidikan pesantren untuk mencapai hasil yang lebih mendekati kesempurnaan
di bidang ilmu pengetahuan dan ilmu-ilmu agama Islam. Kurikulum pendidikan
merupakan perpaduan antara kurikulum yang berlaku di sekolah-sekolah di bawah

23
naungan DIKNAS, DEPAG, Pesantren Nurul Hakim dan KMI Pondok Modern
Gontor dan sekolah-sekolah menengah yang ada di Timur Tengah. Dengan alokasi
waktu belajar yang lebih banyak dengan sistem Full Days School. MIPA, Bahasa
Arab, Bahasa Inggris, dan Ilmu-ilmu agama Islam merupakan program inti yang
sangat diutamakan disamping kegiatan ekstra lainnya.35
Para santri dan santriwati memulai kegiatan sejak pukul 04.30 untuk
persiapan salat Subuh sampai pukul 22.00 untuk waktu tidur. Selain belajar ilmu-
ilmu agama, para santri dan santriwati juga belajar ilmu-ilmu umum, seperti MIPA,
bahasa Indonesia, bahasa Inggris, IPS, dan lain-lain. Kegiatatan Belajar Mengajar,
baik formal maupun non-formal dimulai setelah Salat Subuh sampai dengan pukul
22.00 sesuai dengan jadwal.36
Selain kegiatan yang banyak, program pendidikan ini juga memiliki
peraturan-peraturan untuk menumbuhkan sikap disiplin pada para santri dan
santriwati. Dalam sehari-hari, para santri dan santriwati juga memiliki jadwal
makan yang teratur yaitu 3 kali sehari (pagi, siang, dan malam), tetapi ada beberapa
santri atau santriwati yang tidak makan secara teratur karena alasan pribadi. 36

24
2.5 Kerangka Teori
Penyebab stres:

-makro

-mikro

Hipotalamus kelenjar adrenal


mengeluarkan Stres melepaskan kortisol lebih
corticotrophin releasing banyak
hormone (CRH)
Koping stres
Kadar hormone kortisol
tinggi
Perilaku makan yang
Menekan rasa lapar
tidak normal Neuropeptide Y

Konsumsi makanan Konsumsi makanan


lebih sedikit lebih banyak

Sstatus gizi abnormal

Bagan 2.1 Kerangka Teori

25
2.6 Kerangka Konsep

Faktor-faktor yang menimbulkan masalah gizi

Teori segitiga penyebab masalah

Pejamu (host) Agen Lingkungan

Genetik Kekurangan vit. C Lingkungan fisik

Umur Penyakit infeksi Lingkungan biologis

Jenis kelamin Stres Lingkungan sosial


ekonomi
Kelompok etnik

Fisiologik

Imunologik

Kebiasaan

Status gizi

= Diteliti

= Tidak diteliti

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

26
2.7 Definisi Operasional
Tabel 2.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala


. ukur
1. Dependen: Status gizi yang di Timbangan Mengukur berat 1. Normal jika nilai Z- Ordinal
Status gizi maksud peneliti digital untuk badan dan tinggi Score IMT/U: -2 SD sd
adalah keadaan mengukur badan lalu +1 SD.
gizi santriwati berat badan memasukkannya 2. Tidak normal jika
berdasarkan dan microtoise ke dalam rumus nilai Z-Score
indeks massa untuk IMT yaitu berat IMT/U:<-3 SD sd <-
tubuh yang diukur mengukur badan (kg) ÷
dengan cara berat tinggi badan. tinggi badan (m) 2 SD dan >+1 SD sd
badan dalam × tinggi bada >+2 SD
satuan kilogram (m). Selanjutnya
(kg) dibagi hasil IMT
dengan tinggi dibandingkan
badan dalam dengan umur.
satuan meter
kuadrat (m2) lalu
dibandingkan
dengan umur.
2. Independen: Stres yang di Kuesioner Memberikan a. Tidak stres: skor Ordinal
Stres maksud peneliti Kessler kuesioner <20.
adalah tekanan Psychological Kessler b. Stres: skor ≥20.
psikologis yang Distress Scale Psychological
bersifat negatif. (K10) Distress Scale
(K10) kepada
santriwati
kemudian
menghitung
skor.

27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah observasional
analitik dan menggunakan desain penelitian cross sectional. Desain ini digunakan
untuk mengetahui hubungan stres dengan status gizi pada santriwati tingkat MA
Pondok Pesantren Nurul Hakim PPKH-KMMI Lombok Barat.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Nurul Hakim PPKH-KMMI
Lombok Barat dan waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan September
2021.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah santriwati kelas 4 dan 5
Pondok Pesantren Nurul Hakim PPKH-KMMI Lombok Barat tahun 2021.

3.3.2 Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah santriwati Pondok
Pesantren Nurul Hakim PPKH-KMMI Lombok Barat kelas 4 dan 5 MA pada tahun
ajaran 2020-2021 dan terpilih sebagai sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi.
Kriteria sampel :
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel. Kriteria inklusi
sampel dalam penelitian ini yaitu:
1) Bersedia untuk dijadikan sampel penelitian.
2) Santriwati Kelas 4 dan 5 Pondok Pesantren Nurul Hakim PPKH-
KMMI Lombok Barat pada tahun 2021.

28
b. Kriteria eksklusi
Kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil
sebagai sampel. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu:
1) Santriwati kelas 4 dan 5 yang tidak hadir pada saat pengambilan
data.
2) Santriwati kelas 4 dan 5 yang memiliki penyakit kronis, seperti
kanker dan penyakit infeksi, seperti tifus.

3.3.2.1 Besar Sampel


Dalam menghitung besaran sampel yang akan diteliti, maka akan digunakan
rumus sebagai berikut:
Kesalahan tipe I ditetapkan 5%, hipotesis dua arah, Zα = 1,96.
Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 20%, maka Zβ = 0,84
P2 = Proporsi pajanan yang ditetapkan adalah 0,5
𝑄2 = 1-0,5 = 0,5
OR = Odds rasio minimal yang dianggap bermakna ditetapkan 2, karena
diasosiasikan korelasi positif.
𝑃1 (1−𝑃2)
OR =
𝑃2 (1−𝑃1)
P1 (1−0,5)
2=
0,5 (1−P1)
𝑃1−0,5𝑃1
2=
0,5−0,5𝑃1
(0,5 − 0,5𝑃1) = 0,5𝑃1
1 − 1𝑃1 = 0,5𝑃1
1
𝑃1 = 1,5

𝑃1 = 0,66
𝑄1 = 1 − 𝑃1 = 1 − 0,66 = 0,34
𝑃1 − 𝑃2 = 0,66 − 0,5 = 0,16
𝑃1 + 𝑃2
𝑃= = 0,58
2
𝑄 = 1 − 𝑃 = 1 − 0,58 = 0,42

29
Dengan memasukkan nilai-nilai di atas pada rumus, diperoleh :
2
𝑍𝛼 √2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽 √𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2
𝑛1 = 𝑛2 = [ ]
𝑃1 − 𝑃2
2
1,96√2 × 0,58 × 0,42 + 0,84√0,66 × 0,34 + 0,5 × 0,5
𝑛1 = 𝑛2 = [ ]
0,66 − 0,5

= 144
Maka, dalam penelitian ini sedikitnya dibutuhkan sampel sebanyak 144 orang.

3.3.2.2 Cara Pengambilan Sampel


Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Stratified
random sampling, yaitu suatu teknik pengambilan sampel dengan membuat strata
(tingkatan / kelas) di dalam populasi, memilih sampel acak sederhana dari setiap
stratum, dan menggabungkannya ke dalam sebuah sampel untuk menaksir
parameter populasinya.

3.4 Alur Penelitian

Persiapan Penelitian

Perizinan Fakultas

Perizinan Pembina
Ponpes Nurul Hakim
PPKH KMMI

Perizinan Direktur
Ponpes Nurul Hakim
PPKH KMMI

Identifikasi sampel
penelitian sesuai kriteria
inklusi

30
Pembagian Kuesioner
Penelitian

Pengukuran IMT

Analisis data

Hasil dan kesimpulan

Penyusunan laporan
penelitian

Bagan 3.1 Alur Penelitian

3.5 Managemen Data


3.5.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperoleh dari data primer dan sekunder. Data primer
didapatkan langsung dari pengisian kuesioner dan pengukuran IMT santriwati kelas
4 dan 5 Pondok Pesantren Nurul Hakim PPKH-KMMI yang terpilih menjadi
sampel, sedangkan data sekunder diperoleh dari Pondok Pesantren Nurul Hakim
PPKH-KMMI Lombok Barat, berupa jumlah santriwati, pembagian tingkat
pendidikan dan informasi lainnya terkait pondok pesantren.

3.5.2 Pengolahan Data


Tahap pengolahan data yang dilalui adalah sebagai berikut :
a. Cleaning
Cleaning merupakan pengecekan data yang telah dikumpulkan
untuk diidentifikasi apakah terdapat kesalahan atau terdapat data yang
belum terisi saat dilakukan pengisian oleh subjek.
b. Editing

31
Editing merupakan tahapan dalam penelitian yang melakukan
pemeriksaan kembali jawaban setiap kuesioner yang diisi responden dari
segi kelengkapan dan konsistensi.
c. Coding
Coding dalam penelitian ini dilakukan peniliti dengan memberikan
kode pada setiap variabel yang telah ditentukan untuk mempermudah saat
analisis dilakukan.
d. Data Entry
Data entry yaitu dimasukkan ke aplikasi statistical product and
service solution (SPSS).

3.5.3 Analisis Data


Analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
a. Analisi Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan
presentasi dari masing-masing variabel yang diteliti baik variabel bebas
maupun variabel terikat.
b. Analisis Bivariat
Analisa bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisi
hubungan variabel bebas (stres) dengan variabel terikat (status gizi).
Penelitian ini menggunakan analisa statistik uji Chi-Square.

3.5.4. Penyajian Data


Penyajian data dilakukan dalam bentuk narasi, teks, dan tabel. Hasil
penelitian dibuat dalam bentuk makalah laporan penelitian yang dipresentasikan di
hadapan staf pengajar Program Studi Pendidikan Dokter FK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

32
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data primer dan sekunder. Data
primer didapatkan langsung dari pengisian kuesioner dan pengukuran IMT
santriwati kelas 4 dan 5 Pondok Pesantren Nurul Hakim PPKH-KMMI yang terpilih
menjadi sampel, sedangkan data sekunder diperoleh dari Pondok Pesantren Nurul
Hakim PPKH-KMMI Lombok Barat, berupa jumlah santriwati, pembagian tingkat
pendidikan dan informasi lainnya terkait pondok pesantren.

4.1.1 Analisis Univariat

4.1.1.1 Tingkat Stres


Distribusi frekuensi tingkat stres responden yang diperoleh disajikan pada
tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Stres


No Tingkat Stres Frekuensi Persentase (%)
1 Tidak stres 10 6,9
2 Stres Ringan 36 25,0
3 Stres Sedang 49 34,0
4 Stres Berat 49 34,0
Total 144 100,0

Tabel 4.1 di atas menunjukkan hasil bahwa dari keseluruhan responden,


sebanyak 10 orang (6,9%) tidak mengalami stres, 36 orang (25%) mengalami stres
ringan, 49 orang (34%) mengalami stres sedang, dan 49 orang (34%) mengalami
stres berat.

33
4.1.1.2 Status Gizi
Distribusi frekuensi status gizi responden yang diperoleh disajikan pada
tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi
No Status Gizi Frekuensi Persentase (%)
1 Normal 110 76,4
2 Tidak Normal 34 23,6
Total 144 100,0

Tabel 4.2 di atas menunjukkan hasil bahwa dari keseluruhan responden,


sebanyak 110 orang (76,4%) memiliki status gizi normal, dan sebanyak 34 orang
(23,6%) memiliki status gizi tidak normal.

4.1.2 Analisis Bivariat

4.1.2.1 Hubungan Stres dengan Status Gizi


Tabel 4.3 Hubungan Stres dengan Status Gizi
Status Gizi
Normal Tidak Total p-value
No Tingkat Stres
Normal
n % n % n %
1 Tidak Stres 9 90,0 1 10,0 10 100,0
0,452
2 Stres 101 75,4 33 24,6 134 100,0
Total 110 76,4 34 23,6 144 100,0
Berdasarkan hasil data yang telah dianalisis menggunakan uji Fisher pada
table 4.3 untuk mengetahui apakah terdapat hubungan pada dua variable penelitian,
didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa sebanyak 9 orang santriwati (90%) tidak
stres dengan status gizi normal, 1 orang santriwati (10%) tidak stres dengan status
gizi tidak normal, 101 orang santriwati (75,4%) mengalami stres dengan status gizi
normal, dan 33 orang santriwati (24,6%) mengalami stres dengan status gizi tidak
normal. Analisa bivariat terhadap kedua variabel dengan uji Fisher didapatkan nilai
p = 0,452 > alpha (0,05) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
stres dengan status gizi.

34
4.2 Pembahasan
Stres diduga merupakan salah satu risiko terjadinya status gizi abnormal.
Berbagai bentuk stresor dapat memicu terjadinya stres, antara lain dapat berupa
stresor yang berasal dari keluarga maupun lingkungan sekolah, berupa kegiatan
akademik, guru, dan teman-teman sekolah, dan lain-lain. Berdasarkan survei yang
dilakukan oleh American Psychology Association tahun 2013, sebesar 37% dari
remaja yang stres makan berlebihan atau makan makanan yang tidak sehat. Selain
itu, sebesar 33% remaja menyatakan bahwa mereka melakukan hal tersebut untuk
mengalihkan perhatian mereka dari hal yang membuat mereka stres dan hampir
seperempat dari remaja melaporkan bahwa mereka mengelola stres dengan cara
makan. Saat mengalami stres, tubuh akan mengeluarkan corticotrophin releasing
hormone (CRH) yang bekerja untuk menekan rasa lapar. Mekanisme tersebut
disebut acute appetite regulation. Agar fungsi fisiologis tetap berjalan normal,
tubuh membutuhkan energi pengganti. Setelah beberapa waktu, kadar
glucocorticoid di dalam pembuluh darah akan meningkat. Glucocorticoid berperan
dalam aktivitas lipoprotein lipase di jaringan adiposa, sehingga meningkatkan
simpanan lemak dalam tubuh, terutama lemak viseral.30 Selain itu, saat stres,
kelenjar adrenal melepaskan kortisol lebih banyak. Tingginya kadar hormon
kortisol akan merangsang tubuh untuk mengeluarkan hormon insulin, leptin, dan
sistem neuropeptide Y (NPY) yang akan membuat otak membangkitkan rasa lapar
sehingga timbul keinginan makan.31
Dalam penelitian ini ditemukan sebanyak 10 (6,9%) santriwati tidak
mengalami stres, 36 (25%) santriwati mengalami stres ringan, 49 (34%) santriwati
mengalami stres sedang, dan 49 (34%) santriwati mengalami stres berat. Responden
dalam penelitian ini rata-rata berusia 16-17 tahun dimana masuk ke dalam usia
remaja. Stres pada remaja dapat terjadi di seluruh dunia baik di negara maju maupun
di negara berkembang. Prevalensi stres dan kegelisahan pada remaja di dunia
memiliki rentang mulai dari 5%-70%.37 Dalam penelitian ini juga ditemukan
sebanyak 34 (23,6%) santriwati memiliki status gizi yang tidak normal dan 110
(76,4%) santriwati memiliki status gizi normal.
Pada penelitian ini, dari 144 responden yang terpilih didapatkan hasil yang
menunjukkan bahwa sebanyak 9 orang santriwati tidak mengalami stres dengan
status gizi normal, 1 orang santriwati yang tidak stres dengan status gizi tidak

35
normal, 101 orang santriwati mengalami stres dengan status gizi normal, dan 33
orang santriwati mengalami stres dengan status gizi tidak normal. Analisa bivariat
terhadap kedua variabel dengan uji Fisher didapatkan nilai p = 0,452 > alpha (0,05)
yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara stres dengan status gizi.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa stres
memiliki hubungan dengan status gizi seseorang. Namun, perlu disadari bahwa
penyebab terjadinya status gizi abnormal tidak hanya karena faktor stres. Jumlah
asupan zat gizi dan aktivitas fisik juga merupakan faktor risiko yang berkontribusi
besar terhadap kejadian status gizi abnormal.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Basar GP
(2020) pada remaja putri di Pesantren Darul Aman Gombara Makassar yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan tingkat stres dengan status gizi. Hasil
analisis hubungan tingkat stres dengan status gizi menggunakan uji chi-square
menunjukkan nilai p = 0,737. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa nilai
p ≥ 0,05 yang berarti tidak ada hubungan antara tingkat stres dan status gizi.9
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Fhonna R, Martafari CA,
dan Kurniawan R (2019) pada santriwan dan santriwati di Pesantren MTsN Darul
Ulum Banda Aceh yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan stres dengan
status gizi. Berdasarkan hasil uji statistik Pearson Product Moment pada santriwati,
diperoleh nilai p = 0,812 (p > 0,05) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
antara stres dengan status gizi.38
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Tienne et al (2013) di
SMU Methodist-18 Medan pada 77 siswa sebagai sampel yang menyatakan bahwa
semakin tinggi skor stres seseorang, semakin tinggi tingkat indikator status gizinya.
Dari hasil uji hubungan pada penelitian Tienne et al (2013) di SMU Methodist-18
Medan, didapatkan nilai p = 0,045 (p < 0,05) yang menunjukkan adanya hubungan
yang signifikan antara variabel status stres psikososial dengan status gizi.8

4.3 Keterbatasan Penelitian


1. Penelitian ini hanya melihat hubungan stres dengan status gizi, sehingga
peneliti tidak meneliti mengenai faktor risiko lain yang menyebabkan status
gizi abnormal.

36
2. Penilaian stres pada santriwati menggunakan kuesioner sehingga
memungkinkan jawaban santriwati tidak tepat dikarenakan pemahaman
yang masih kurang dengan pertanyaan pada kuesioner.

37
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada santriwati kelas 4 dan 5
Pondok Pesantren Nurul Hakim PPKH-KMMI Lombok Barat mengenai
stres, didapatkan hasil bahwa sebanyak 10 (6,9%) santriwati tidak
mengalami stres, 36 (25%) santriwati mengalami stres ringan, 49 (34%)
santriwati mengalami stres sedang, dan 49 (34%) santriwati mengalami
stres berat.
2. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada santriwati kelas 4 dan 5
Pondok Pesantren Nurul Hakim PPKH-KMMI Lombok Barat mengenai
status gizi, didapatkan hasil bahwa sebanyak 34 (23,6%) santriwati
memiliki status gizi yang tidak normal dan 110 (76,4%) santriwati memiliki
status gizi normal.
3. Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan stres dengan status gizi
dengan menggunakan uji Fisher didapatkan nilai p = 0,452 > alpha (0,05)
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara stres dengan status gizi
pada santriwati Tingkat MA Pondok Pesantren Nurul Hakim PPKH-KMMI
Lombok Barat.

5.2 Saran
1. Bagi peneliti lain, sebaiknya dilakukan penelitian pada variable lain yang
berhubungan juga dengan stres dan status gizi pada santriwati Pondok
Pesantren Nurul Hakim PPKH-KMMI Lombok Barat.
2. Bagi santriwati, sebaiknya perlu mengenali gejala dan tanda stres sehingga
dapat menghindari faktor-faktor pencetus dari stres itu sendiri dan dapat
melakukan manajemen stres dengan baik. Santriwati juga hendaknya
menjaga agar berat badan ideal dengan makan teratur dan makan makanan
bergizi dan seimbang.
3. Bagi Pondok Pesantren, perlu melakukan upaya pencegahan dan
manajemen gangguan kesehatan mental yang baik bagi santriwati.

38
DAFTAR PUSTAKA

1. Sunaryo. Psikologi Untuk Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: EGC; 2004. Hal.


215-218.

2. Manginte AB. Hubungan Antara Stres Dengan Status Gizi Mahasiswa


Program S1 Keperawatan Semester VIII STIKES Tona Toraja Tahun 2015.
Jurnal AgroSainT. 2015;6(3):182.

3. Saputri AR. Hubungan Tingkat Stres, Kecemasan, Dan Depresi Dengan


Tingkat Prestasi Akademik Pada Santri Aliyah Di Pondok Pesantren Darul
Ihsan TGK. H. Hasan Krueng Kalee, Darussalam, Aceh Besar, Aceh
[skripsi]. Jakarta: Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta; 2017.

4. Augesti G. Perbedaan Tingkat Stres antara Mahasiswa Tingkat Awal dan


Tingkat Akhir Fakultas Kedokteran Universitas Lampung [skripsi]. Bandar
Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung; 2015.

5. Nikmah M. Hubungan Tingkat Stres Dengan Gejala Gangguan Pencernaan


Pada Santriwati Pondok Pesantren Sirajul Mukhlasin II Payaman Magelang
Tahun 2015 [skripsi]. Jakarta: Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta; 2015.

6. Khamida, Zulfa SR. Gambaran Mekanisme Koping Dalam Menghadapi


Stres Pada Santri Penghafal Al-Quran Di Pondok Pesantren. Jurnal
Kesehatan Al-Irsyad. 2019;12(2):35-36.

7. Wijayanti A, Margawati A, Wijayanti HS. Hubungan Stres, Perilaku


Makan, Dan Asupan Zat Gizi Dengan Status Gizi Pada Mahasiswa Tingkat
Akhir. Journal of Nutrition College. 2019;8(1):6p.

39
8. Nadeak TAU. Hubungan Status Stres Psikososial Dengan Konsumsi
Makanan Dan Status Gizi Siswa SMU Methodist-8 Medan Tahun 2013
[skripsi]. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara Medan; 2013.

9. Basar GP. Hubungan Tingkat Stres dan Body Image dengan Status Gizi
Remaja Putri di Pesantren Darul Aman Gombara Makassar [skripsi].
Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
Makassar; 2020

10. Kaplan HI, Saddock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri Jilid I. Edisi 7.
Terjemahan Widjaja Kusuma. Jakarta: Bina Rup Aksara; 1997. Hal. 86-108.

11. Barseli M, Ifdil, Nikmarijal. Konsep Stres Akademik Siswa. Jurnal


Konseling Dan Pendidikan. 2017;5(3):144.

12. Cahyani IR. Hubungan Antara Stres Psikososial Dengan Konsumsi


Makanan Dan Status Gizi Remaja di SMAN 2 Jember [skripsi]. Jember:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember; 2016.

13. Maramis WF, Maramis AA. Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Jakarta:
Airlangga University Press; 2009. Hal. 307.

14. Permatasari AN. Hubungan Tingkat Stres Terhadap Kualitas Tidur Pada
Mahasiswa Tahun Pertama Dan Tahun Kedua Fakultas Kedokteran UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta [skripsi]. Jakarta: Fakultas Kedokteran UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta; 2020.

15. Fitrianingtyas E, Redjeki ES, Kurniawan A. Usia Menarche, Status Gizi,


Dan Siklus Menstruasi Santri Putri. Jurnal Preventia. 2018;2(2):1p.

16. Fadliansyah A. Faktor - FaktorYang Mempengaruhi Timbulnya Stres Pada


Santriwati Baru Di PondokPesantren Darul Aitami Kecamatan Meureubo

40
Kabupaten Aceh Barat [skripsi]. Aceh Barat: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat; 2013.

17. Broto HDFC. Stres Pada Mahasiswa Penulis Skripsi [skripsi]. Yogyakarta:
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta; 2016.

18. Yanti SF. Hubungan Status Gizi Dengan Tingkat Stres Mahasiswa
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Syiah [skripsi]. Banda
Aceh: Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda
Aceh; 2015.

19. Yuwono S. Mengelola Stres dalam Perspektif Islam dan Psikologi. Jurnal
Psycho Idea. 2010;8(2):20-23.

20. Zaharuddin. Stres menghadapi Musibah Perspektif Islam ditinjau dari


Adversity Quotient di Panti Asuhan di Kecamatan Plaju Palembang. Jurnal
Intizar. 2014;20(2):286-289.

21. Sitoayu L, Pertiwi DA, Mulyani EY. Kecukupan Zat Gizi Makro, Status
Gizi, Stres, Dan Siklus Menstruasi Pada Remaja. Jurnal Gizi Klinik
Indonesia. 2017;13(3):122.

22. Nugroho RF. Hubungan Stres Psikososial, Persepsi Bentuk Tubuh, Eating
Disorder Dan Pola Makan Dengan Status Gizi Pada Remaja [tesis].
Surakarta: Program Studi Ilmu Gizi Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret; 2018.

23. Thamaria N. Penilaian Status Gizi. 1st ed. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI; 2017. 1-10 p.

41
24. Gizi saat Remaja Tentukan Kualitas Keturunan [internet]. Kemkes. 2020
[cited 22 April 2021]. Available from:
https://www.kemkes.go.id/article/view/20012600004/gizi-saat-remaja-
tentukan-kualitas-
keturunan.html#:~:text=Data%20Riskesdas%202018%20menunjukkan%2
0bahwa,kondisi%20kurus%20dan%20sangat%20kurus

25. Tirta M, Wirastoo, RT, Huryati E. Status Stres Psikososial dan


Hubungannya dengan Status Gizi Siswa SMP Stella Duce 1 Yogyakarta.
Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 2010;6(3):1p.

26. Cahyaputra E. Hubungan Antara Pola Makan, Status Gizi Dan Tingkat
Kebugaran Jasmani Siswa Kelas Atas SD Rejosari 3 Semin Gunungkidul
[skripsi]. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Yogyakarta; 2016.

27. Syarfaini. Berbagai Cara Menilai Status Gizi Masyarakat. 1st ed. Makasar:
Alaudin University Press; 2014. 4-7 p.

28. Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Standar Antropometri Anak. Jakarta:
Kemenkes RI; 2020. 2-3 p.

29. Bitty F, Asrifuddin A, Nelwan JE. Stres Dengan Status Gizi Remaja Di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Manado. Jurnal KESMAS.
2018;7(5):2p.

30. Sukianto RE, Marjan AQ, Fauziyah A. Hubungan tingkat stres, emotional
eating, aktivitas fisik, dan persen lemak tubuh dengan status gizi pegawai
Universitas Pembangunan Nasional Jakarta. Jurnal Ilmu Gizi Indonesia.
2020;3(2):117.

42
31. Masdar H, Saputri PA, Rosdiana D, Chandra F, Darmawi. Depresi,
Ansietas, Dan Stres Serta Hubungannya Dengan Obesitas Pada Remaja.
Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 2016;12(4):142.

32. Syafe’i I. Pondok Pesantren: Lembaga Pendidikan Pembentukan Karakter.


Jurnal Pendidikan Islam. 2017;8(1):62

33. Alwi BM. Pondok Pesantren: Ciri Khas, Perkembangan, dan Sistem
Pendidikannya. Jurnal LenteraPendidikan. 2013;16(2):207-211.

34. Pondok Pesantren Nurul Hakim [internet]. Nurul Hakim. 2021 [cited 20
April 2021]. Available from: https://nurulhakim.or.id/

35. Pondok Pesantren Nurul Hakim [internet]. Nurul Hakim. 2021 [cited 18
April 2021]. Available from: https://nurulhakim.or.id/pendidikan/kmmi-
program-pendidikan-khusus/

36. Najwa S. 2021. “Pondok Pesantren Nurul Hakim PPKH-KMMI Lombok


Barat”. Hasil Wawancara Pribadi: 20 April 2021, Lombok.

37. Sahoo S, Khess CRJ. Prevalence of depression, anxiety, and stress among
young male adults in India: a dimensional and categorical diagnoses-based
study. J Nerv Ment Dis [Internet]. Desember 2010 [dikutip 18 November
2021];198(12):901–4. Tersedia pada:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21135643

38. Fhonna R, Martafari CA, Kurniawan R. Hubungan Antara Tingkat Stres


dengan Indeks Massa Tubuh Pada Santriwan dan Santriwati di Pesantren
MTsN Darul Ulum Banda Aceh Tahun 2019. Jurnal Aceh Medika.
2020;4(1):25p.

43
Lampiran 1

(Lembar Inform Concent)

Lembar Permohonan Menjadi Responden


Kepada
Yth. Calon Responden
Di Tempat

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Perkenalkan saya Intan Muzdalifah, mahasiswi semester 7 Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang saat ini sedang
mengerjakan penelitian sebagai salah satu kewajiban untuk menyelesaikan
pendidikan di Fakultas Kedokteran. Adapun judul penelitian saya adalah
“Hubungan Stres dengan Status Gizi pada Santriwati Pondok Pesantren Nurul
Hakim PPKH-KMMI Lombok Barat”. Untuk menyelesaikan penelitian ini, saya
memohon kesediaan anda untuk meluangkan waktu dalam mengisi kuesioner ini
serta melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan. Kuesioner yang akan
diberikan adalah kuesioner Kessler Psychological Distress Scale (K10). Saya
memohon kejujuran anda dalam mengisi kuesioner ini sesuai dengan kondisi yang
anda alami dan rasakan dalam 30 hari terakhir. Dimohon untuk mengisi semua
jawaban dan jangan sampai ada jawaban yang terlewat. Hasil kuesioner ini bersifat
rahasia, dan hanya akan digunakan dalam penelitian saya. Demikian permohonan
saya, atas perhatian dan kesediaan saudara saya ucapkan terimakasih

Hormat saya,

Peneliti

44
Lampiran 2

(Lembar Identitas Responden)

Lembar Identitas Responden


Nama Lengkap :
Kelas :
Umur :
Jenis Kelamin :
No. HP :
Alamat :

Isilah pertanyaan dibawah ini dengan jujur.


1. Apakah saat ini anda dinyatakan oleh dokter memiliki penyakit kronis,
seperti kanker dan penyakit infeksi, seperti tifus?

Dengan ini saya bersedia untuk mengisi kuesioner ini dengan jujur dan tanpa ada
paksaan dari pihak manapun

Lombok, September 2021


Responden

(__________________)

45
Lampiran 3

(Lembar Kuesioner)

Lembar Kuesioner Kessler Psychological Distress Scale (K10)

Judul Penelitian: Hubungan Stres dengan Status Gizi pada Santriwati


Pondok Pesantren Nurul Hakim PPKH-KMMI Lombok
Barat
Peneliti : Intan Muzdalifah
Petunjuk Pengisian:
1. Bacalah pertanyaan berikut dengan baik.
2. Anda sebagai responden diperbolehkan bertanya kepada peneliti, jika ada
pertanyaan yang tidak dimengerti
3. Lengkapilah identitas terlebih dahulu
4. Berikan tanda centang (X) pada jawaban yang anda pilih.
5. Selamat mengisi dan terima kasih atas kerjasamanya
Keterangan :
Kode 1: Skor di bawah 20: Tidak mengalami stress;
Kode 2: Skor 20-24: Stres ringan;
Kode 3: Skor 25-29: Stres sedang;
Kode 4: Skor 30 dan di atas 30: Stres berat.

46
(Lanjutan)

KUESIONER KESSLER PSYCHOLOGICAL DISTRESS SCALE (K10)


NO ABSEN : KELAS :
KODE : JENIS KELAMIN :P / L

1. Selama 30 hari terakhir, seberapa sering anda merasa sangat lelah padahal
anda tidak sedang mengerjakan hal-hal yang melelahkan (feel tiredout for
no good reason)?
a. Tidak Pernah b. Jarang c. Kadang-kadang d. Sering e. Selalu

2. Selama 30 hari terakhir, seberapa sering anda merasa gugup (nervous)?


a. Tidak Pernah b. Jarang c. Kadang-kadang d. Sering e. Selalu

3. Selama 30 hari terakhir, seberapa sering anda merasa gugup dan tidak ada
seseorang/ kegiatan apa pun yang dapat menenangkan anda (feel so
nervous that nothing could calm you down)?
a. Tidak Pernah b. Jarang c. Kadang-kadang d. Sering e. Selalu

4. Selama 30 hari terakhir, seberapa sering anda merasa putus asa(hopeless)?


a. Tidak Pernah b. Jarang c. Kadang-kadang d. Sering e. Selalu

5. Selama 30 hari terakhir, seberapa sering anda merasa gelisah(fidgety)?


a. Tidak Pernah b. Jarang c. Kadang-kadang d. Sering e. Selalu

6. Selama 30 hari terakhir, seberapa sering anda merasa tidak dapat


beristirahat dengan tenang (feel so restless that you could not sit still)?
a. Tidak Pernah b. Jarang c. Kadang-kadang d. Sering e. Selalu

7. Selama 30 hari terakhir, seberapa sering anda merasa banyak menanggung


beban (depressed)?
a. Tidak Pernah b. Jarang c. Kadang-kadang d. Sering e. Selalu

47
8. Selama 30 hari terakhir, seberapa sering anda merasa terpaksa dalam
melakukan segala hal (feel that everything was an effort)?
a. Tidak Pernah b. Jarang c. Kadang-kadang d. Sering e. Selalu

9. Selama 30 hari terakhir, seberapa sering anda merasa sangat sedih dan
tidak ada seseorang/ kegiatan apa pun yang dapat menghibur anda (feel so
sad that nothing could cheer you up )?
a. Tidak Pernah b. Jarang c. Kadang-kadang d. Sering e. Selalu

10. Selama 30 hari terakhir, seberapa sering anda merasa tidak dihargai
(worthless)?
a. Tidak Pernah b. Jarang c. Kadang-kadang d. Sering e. Selalu

48
Lampiran 4
(Surat Izin Penelitian)

49
Lampiran 5
(Lembar Persetujuan Kaji Etik Penelitian)

50
Lampiran 6
(Hasil Pengolahan Data dengan SPSS)
A. Analisis Univariat
1. Stres

2. Status Gizi

B. Analisis Bivariat
1. Hubungan Stres dengan Status Gizi, menggunakan uji Fisher:

51
(Lanjutan)

52
Lampiran 7
(Riwayat Penulis)
A. Data Pribadi
Nama : Intan Muzdalifah
Tempat dan Tanggal Lahir : Kemiri, 18 Maret 2000

Jenis Kelamin : Perempuan


Alamat Asal : Kemiri, Loang Maka, Janapria,
Lombok Tengah, Nusa Temggara Barat
Nomor Telepon : 081236568805/087864541051
Email : intan.muzdalifah18@mhs.uinjkt.ac.id

B. Riwayat Pendidikan Formal


2006 - 2012 : SDN Kemiri
2012 - 2015 : MTs. DI Putri (PPKH-KMMI) Kediri
2015 - 2018 : MA. DI Putri (PPKH-KMMI) Kediri
2018 - sekarang : FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

53

Anda mungkin juga menyukai