Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Disusun oleh
AINUN AULIA JUSMAN
NIM : 11171030000018
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
materai 6000
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Laporan Penelitian
Oleh
Ainun Aulia Jusman
NIM : 11171030000018
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
PIMPINAN FAKULTAS
Kaprodi Kedokteran UIN Jakarta
iii
KATA PENGANTAR
iv
6. Untuk sahabat dekat tersayang penulis yang telah menjadi tempat berjuang
bersama dalam suka dan duka pada masa preklinik ini, Ade Rezky Amalia
Zachniar dan A. Ratna Alfiyah.
7. Seluruh Anggota Kaderisasi USMR FK UIN Jakarta khususnya periode
2019/2020 yang telah mendukung penulis selama penelitian ini.
8. Untuk sahabat SMA terbaik penulis, A. Natasya Salzabilah, Nurul Arya
Ramadhani, dan Nunung Nurfiah, dan Dyaul Mu‟sinat yang selalu saling berbagi
cerita untuk mendukung penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
9. Untuk sahabat SMP penulis, Izzah Rahayu Istiqamah, Irawati Karim, Herlina
Nurta‟ati, Nurfani Hi Kader, Sunarti Nur‟aini, dan Irzha Nofrita yang saling
mendukung meskipun terhalang jarak.
10. Untuk teman curhat terdekat, Tri Mulyono dan Alma Firdausyah, yang selalu
menjadi tempat cerita saat penulis mengalami kesulitan dalam menjalani
penelitian ini ataupun hal lainnya.
11. Untuk Siti Rasdiana, Ns, S.Kep yang telah membantu penulis selayaknya
pembimbing saat penulis mengalami kesulitan dalam melakukan penulisan
penelitian.
12. Untuk seluruh teman seperjuangan penulis, seluruh mahasiswa/i CALLOSUM-
FK UIN JAKARTA 2017.
13. Dan semua pihak yang telah membantu dalam terlaksananya penelitian ini.
Penulis menyadari dalam laporan penelitian ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.
Demikian laporan penelitian ini penulis susun, semoga dapat memberikan banyak
manfaat bagi penulis dan para pembaca.
Bulukumba, 1 Oktober 2020
v
ABSTRAK
vi
ABSTRACT
Ainun Aulia Jusman. Medicine Study Program. Association between Stress Levels
and Learning Motivation in First-year and Second-year Medical Students of UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
Background: The learning process at university can result in impairment students'
mental health as a result of so many stressors such as exam preparation,
assignments, etc. High stress levels can affect their motivation to learn. Research
regarding the association between stress levels and learning motivation in medical
students at UIN Syarif Hidayatullah Jakarta has never been done before. Purpose:
This study aims to determine the relationship between stress levels and learning
motivation on first and second-year students of Faculty of Medicine, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Methods: This study uses cross-sectional observational
analysis design of 222 respondents using the total sampling method. Stress levels
were measured using the DASS-42 questionnaire and study motivation was measured
using the MSLQ questionnaire, then analyzed using SPSS 22.0 with Gamma test.
Statistical analysis is considered significant if the p-value was <0.05. Result: In first-
year students with a total of 98 subjects, it was found that the highest stress level
category was students with normal stress levels with 57 people (58.2%), and the
highest category of learning motivation was students with high learning motivation
with 46 people (46.9%). In second-year students with a total subject of 124 people,
the highest stress level category was students with a normal stress level with 96
people (74.4%), and the highest learning motivation category was students with high
learning motivation with 80 people (64.5%). This shows that there is a significant
relationship between stress levels and learning motivation in first-year and second-
year students with a p-value of = 0.000. Conclusion: Stress levels can affect
students’ motivation.
Keywords: Stress level, Study Motivation, Medical Students
vii
DAFTAR ISI
viii
2.1.4. Jenis stres 7
2.1.5. Tingkat stres 8
2.1.6. Coping stress 9
2.1.7. Penilaian stres 11
2.2. Konsep Belajar 13
2.3. Sistem Pembelajaran FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 13
2.4. Motivasi Belajar 14
2.4.1. Pengertian Motivasi Belajar 14
2.4.2. Bentuk Motivasi Belajar 14
2.4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar 15
2.4.4. Penilaian Motivasi Belajar 17
2.5. Pandangan Islam tentang Stres 17
2.6. Kerangka Teori 18
2.7. Kerangka Konsep 19
2.8. Definisi Operasional 20
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian 21
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 21
3.3. Populasi dan Sampel 21
3.3.1. Populasi 21
3.3.2. Jumlah Sampel 21
3.4. Kriteria Sampel 22
3.4.1. Kriteria Inklusi 22
3.4.2. Kriteria Ekslusi 22
3.5 Variabel Penelitian 22
3.5.1 Variabel Bebas 22
3.5.2 Variabel Terikat 22
3.6 Cara Pengumpulan Data 23
3.6.1 Bahan 23
ix
3.6.2 Alat 23
3.6.3 Jenis Data 23
3.6.4 Cara Kerja 23
3.6.4.1 Pengumpulan Data 23
3.6.4.2 Pengecekan 23
3.6.4.3 Coding 23
3.6.4.4 Analisis data 24
3.7 Alur Penelitian 25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil 26
4.1.1. Analisa Univariat 26
4.1.2. Analisa Bivariat 32
4.2 Pembahasan 32
4.3 Keterbatasan Penelitian 34
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan 35
5.2 Saran 36
DAFTAR PUSTAKA 37
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Sebanyak hampir 350 juta penduduk dunia mengalami stres sehingga WHO
(World Health Organization) menempatkan stres sebagai penyakit pada urutan ke-4
di dunia.2 Seorang individu yang dapat mengalami stress salah satunya adalah
mahasiswa dalam menjalani perkuliahan. Prevalensi mahasiswa di dunia yang
mengalami stres didapatkan sebesar 38-71%. Di Indonesia, kejadian stres semakin
bertambah, dimana terdapat 36,7- 71,6% prevalensi mahasiswa yang mengalami
stres.3
Mahasiswa kedokteran yaitu salah satu mahasiswa yang sering dilaporkan dapat
mengalami stres. Umumnya, proporsi mahasiswa kedokteran yang mengalami stres
psikologis sama dengan populasi umum sebelum memulai pendidikan (kurang dari
3%). Namun, selama menjalani pendidikan, proporsi ini meningkat menjadi 21
hingga 56%, dan meningkat dua kali lipat pada akhir tahun pertama.3 Berdasarkan
penelitian yang dilakukan pada mahasiswa kedokteran sebanyak 329 responden
prevalensi stres adalah 52,4%.4
Keadaan stress negatif (distress) akan mengakibatkan mahasiswa menjadi
malas dan tidak tertarik untuk melakukan kegiatan. Akibatnya, apabila seseorang
mengalami stres akan mempengaruhi proses belajar.5 Salah satu faktor internal yang
berperan penting dalam proses belajar adalah kemauan atau motivasi. Motivasi dapat
1
diartikan sebagai dorongan yang berasal dari dalam diri suatu individu untuk
memenuhi kebutuhannya.6
Motivasi belajar dalam dunia pendidikan kedokteran dianggap berbeda
dengan pendidikan secara umumnya. Mahasiswa kedokteran cenderung menghadapi
kesulitan yang lebih tinggi dan spesifik dalam proses pembelajaran serta lingkungan
pendidikan yang lebih serius. Selain itu, mereka juga dianggap memiliki motivasi
belajar yang tinggi dilihat dari tingkat kesulitan dalam proses pembelajaran
kedokteran.7 Motivasi tersebut akan mendorong mahasiswa untuk mencapai hasil
belajar yang akan menentukan tingkat pencapaian prestasi atas usaha yang telah
dilakukan.8
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu, tingkat stres yang tinggi pada
mahasiswa akan mempengaruhi tingkat motivasi belajarnya9, sehingga peneliti
berinovasi untuk membuat suatu penelitian dengan judul, “Hubungan Tingkat Stres
terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Tahun Pertama dan Tahun Kedua
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”, karena sebelumnya juga
belum pernah dilakukan penelitian mengenai hal tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan antara tingkat stres terhadap motivasi belajar
mahasiswa tahun pertama dan tahun kedua Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta?
2
Untuk mengetahui hubungan tingkat stres terhadap motivasi belajar
mahasiswa tahun pertama dan tahun kedua Fakultas Kedokteran UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui tingkat stres mahasiswa dan tingkat motivasi belajar
tahun pertama Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Mengetahui tingkat stress dan tingkat motivasi belajar mahasiswa
tahun kedua Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Menyimpulkan hasil analisis hubungan stres terhadap motivasi
belajar mahasiswa tahun pertama dan tahun kedua Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Peneliti
1. Memperoleh ilmu dari penelitian ini dan bisa mengaplikasikannya
dalam kehidupan baik secara medis maupun non medis.
2. Sebagai persyaratan untuk kelulusan Strata 1 pada Program Studi
Kedokteran dan Profesi Dokter.
1.5.2 Bagi Institusi
1. Menambah referensi bacaan.
2. Menjadi bahan bacaan bagi penelitian selanjutnya.
1.5.3 Bagi Masyarakat
Menjadi bukti bahwa terdapat hubungan tingkat stres terhadap
motivasi belajar mahasiswa tahun pertama dan tahun kedua Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stres
2.1.1 Pengertian Stres
Stres adalah respon seseorang yang terpapar oleh tuntutan pekerjaan dan
tekanan yang tidak selaras dengan pengetahuan dan kemampuannya, sehingga orang
tersebut merasa tertantang untuk mengatasi tuntutan dan tekanan tersebut. Seseorang
yang terkena stress umumnya sering merasa sakit, kurang termotivasi dan kurang
produktif dalam melakukan kegiatan.10 Stress juga dianggap sebagai persepsi takut
atau marah akibat ketidakmampuan baik mental, emosional dan fisik manusia yang
suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan.11
Pada sistem perkuliahan kedokteran mahasiswa dituntut untuk mengikuti
kurikulum yang komprehensif dan penilaian yang bersifat kompetitif, hal itu akan
menyebabkan tekanan mental serta rasa takut berlebih terhadap kemungkinan untuk
gagal dalam proses perkuliahan. Beberapa sumber menyatakan bahwa tekanan mental
didunia perkuliahan tersebut akan menimbulkan suatu keadaan yang disebut stres
akademik. Stres akademik adalah suatu istilah yang biasa digunakan untuk
mendeskripsikan suatu tekanan mental akibat dunia perkuliahan dan menimbulkan
efek negatif, seperti rasa takut berlebih terhadap kegagalan atau dengan kata lain,
stres akademik adalah suatu istilah yang digunakan untuk mengambarkan keadaan
stres pada dunia perkuliahan.1,5,12
4
sosial, pekerjaan, hubungan interpersonal maupun proses pembelajaran.
Keadaan finansial juga dapat memicu terjadinya stres.
b. Penyebab internal
Penyebab internal adalah penyebab yang berasal dari dalam diri
seseorang seperti gangguan kesehatan, misal: demam, penyakit infeksi,
trauma fisik, malnutrisi dan kelelahan. Penyebab internal juga dapat berasal
dari adanya perasaan rendah diri (self devaluation) akibat konflik maupun
frustasi dalam kehidupan sosial karena tidak mendapatkan yang mereka
harapkan. Kondisi gangguan fisik seperti cacat, perasaan tidak menarik, jenis
kelamin, usia dan intelegensi juga merupakan hal yang dapat menyebabkan
timbulnya stres pada seseorang.3
5
2.1.3 Fisiologis Stres
Terdapat dua jenis respon fisiologis tubuh terhadap stres yaitu Local
Adaptation Syndrome (LAS) dan General Adaptation Syndrome (GAS).
a. Local Adaptation Syndrome (LAS)
Respon stres ini hanya terjadi setempat dan dibutuhkan stressor agar
terstimulasi. LAS terjadi dalam jangka waktu yang singkat, berfungsi untuk
memulihkan homeostatis regional. Contoh respon stres ini berupa respon
inflamasi dalam tubuh.
b. General Adaptation Syndrome (GAS)
Respon stres ini melibatkan sistem tubuh seperti sistem saraf otonom
dan sistem endokrin sehingga GAS dikenal sebagai sistem neuroendokrin.
GAS terdiri dari tiga tahap spesifik, yaitu:
1. Reaksi peringatan (alarm)
Pada tahap ini, tubuh dihadapkan pada stressor. Seseorang
yang berada pada tahap ini akan merasa kehilangan arah dan bingung.
Ketika tubuh telah menghadapi respon tersebut, sistem tubuh akan
segera mengirimkan hormon-hormon yang berpengaruh pada respon
stres ke dalam darah. Kemudian karena pengaruh hormon-hormon
tersebut, detak jantung akan meningkat, pernafasan lebih cepat, otot-
otot tubuh akan menegang dan menyiapkan aksi energi lebih banyak,
apabila respon tersebut terjadi secara terus menerus maka orang
tersebut akan berada pada fase pertahanan (resisten).
2. Tahap pertahanan (resisten)
Hormon yang mempengaruhi stres di dalam darah mulai
kembali normal. Curah jantung dan kecepatan pernapasan mulai
normal. Tubuh selanjutnya melakukan penyesuaian terhadap stres.
Penyesuaian tersebut melibatkan organ itu sendiri bahkan dapat
melibatkan satu sistem organ secara menyeluruh. Bila hal ini terjadi
dalam jangka waktu yang lama dan tubuh tidak mampu beradaptasi
maka tubuh akan merasa sakit yang akibatnya seseorang akan merasa
6
gugup, mudah lelah dan mudah marah sehingga akan terjadi
kehilangan energi dalam jumlah banyak bahkan bisa sampai pada
tahap kehabisan energi.
3. Tahap kehabisan energi (distress)
Pada tahap ini stres tetap berlangsung akibat tubuh tidak
mampu melawan. Bila terus berlanjut dalam jangka panjang dapat
menimbulkan penyakit kronis bahkan kematian. Seseorang hanya
memiliki energi yang terbatas untuk menghadapi stress sehingga bila
energi tersebut habis maka tubuh akan mencoba menemukan cara
untuk mengisi energi tersebut. Namun, jika proses pengisian energi
tidak berhasil maka dapat menyebabkan kelelahan bahkan kematian.13
2.1.4 Jenis Stres
Stres dibagi dalam dua jenis yaitu eustress dan distress. Eustress atau stres
positif merupakan stres yang sifatnya membangun seperti mendapat promosi jabatan
atau mendapat penghargaan. Eustress dapat meningkatkan konsentrasi seseorang
apabila akan menghadapi ujian. Stres jenis ini akan meningkatkan hormon adrenalin
sehingga seseorang akan lebih bersemangat. Distress atau stres negatif adalah suatu
keadaan stres yang merugikan tubuh. Distress dapat disebabkan oleh hal-hal buruk
yang menganggu seorang individu, seperti tekanan yang berlebih namun tubuh tidak
mampu untuk mengkompensasi tekanan tersebut. Distress dapat menyebabkan mual,
tekanan darah tinggi, gugup, minat belajar menurun, bahkan dapat menganggu secara
fisik.14
Stres negatif atau distress dapat menyebabkan kemalasan pada diri seseorang.
Kemalasan tersebut dapat berupa malas untuk bangun pagi, malas melangkah karena
terasa lunglai, sampai merasa malas bertemu dengan orang. Apabila hal tersebut terus
berlanjut dapat menyebabkan kelelahan fisik bahkan dapat menyebabkan kelelahan
mental juga.15
Berdasarkan jenis stressor, stres dapat digolongkan menjadi16 :
a. Personality stress (stres kepribadian)
7
Stres ini berasal dari dalam diri orang itu sendiri, bergantung dari pola
pikir orang tersebut. Orang yang berpikiran positif cenderung untuk tidak
mengalami stres kepribadian.
b. Psychosocial stress (stres psikososial)
Stres psikososial terjadi karena hubungan seseorang dengan
lingkungan sekitar maupun keadaan sosialnya. Misal stres yang terjadi pada
saat menghadapi lingkungan baru, stres saat terjadi masalah keluarga dan lain-
lain.
c. Bio-ecological stress (stres bioekologikal)
Stres yang dipicu karena keadaan lingkungan (ecological) dan keadaan
biologis. Keadaan lingkungan dapat berupa cuaca, iklim, maupun polusi,
sedangkan keadaan biologis seperti jerawat, demam, asma, menstruasi dan
lain-lain.
d. Job stress (stres pekerjaan)
Stres yang terjadi akibat tekanan yang terjadi tempat bekerja, target
pekerjaan yang tinggi, persaingan bisnis, gagal dalam target pekerjaan dan
lain-lain.
e. College stress (stres perkuliahan)
Stres yang dipicu karena permasalahan di perkuliahan. Sewaktu
perkuliahan terdapat tiga kelompok stressor yaitu stressor dari segi personal
dan sosial, gaya hidup dan budaya serta stressor yang dicetuskan oleh faktor
akademis kuliah itu sendiri.
8
a. Stres normal
Stres yang terjadi secara alamiah dalam diri seseorang. Stres ini terjadi
dalam situasi kelelahan setelah mengerjakan tugas, takut tidak lulus ujian,
jantung berdetak lebih kencang dan lain-lain.
b. Stres ringan
Stres jenis ini berlangsung dalam beberapa menit atau jam.
Penyebabnya seperti kemacetan, dimarahi oleh dosen, dikritik, lupa dan lain-
lain. Pada stres ringan mulai timbul gejala.
c. Stres sedang
Stres terjadi dalam jangka jam hingga beberapa hari. Stressor pada
tingkat stres ini dapat berupa perselisihan dengan teman maupun pasangan.
Pada orang yang mengalami stres sedang akan mudah tersinggung, mudah
marah, tidak sabaran, sulit beristirahat, mudah lelah dan cemas.
d. Stres berat
Stres yang berlangsung dalam jangka beberapa minggu, penyebab
dapat berupa perselisihan yang berlanjut, kesulitan finansial dan merasa
kekurangan dalam hal fisik. Seseorang yang merasa stress berat akan merasa
tertekan, tidak dapat merasakan hal positif, merasa mudah putus asa, merasa
hidup ini tidak berharga dan merasa hidup itu tidak bermanfaat. Apabila stres
terus berlanjut maka seseorang akan mulai kehilangan energi.
e. Stres sangat berat
Merupakan stres kronis yang terjadi dalam waktu beberapa bulan
hingga waktu yang tak dapat ditentukan. Apabila berada pada tingkat stres
sangat berat seseorang akan merasa tidak ada guna untuk hidup dan orang
tersebut akan berada pada fase depresi berat.
9
a. Problem focused coping
Pada strategi ini lebih membahas bagaimana upaya untuk
memecahkan masalah yang terkait dengan stres. Contoh upaya pemecahan
masalah dapat berupa usaha seorang siswa yang memiliki permasalahan
dalam proses belajar, maka siswa tersebut berusaha untuk mengikuti kegiatan
bimbingan belajar di luar kelasnya agar dia dapat belajar secara efektif.
Umumnya strategi problem focused coping merupakan upaya coping yang
bersifat positif.
b. Emotion focused coping
Strategi pemecahan masalah dengan melakukan pendekatan secara
emosional terhadap stres yang dialami dengan menggunakan mekanisme
pertahanan. Cara yang dapat dilakukan dalam emotion focused coping dapat
dengan menghindari masalah yang ada, melakukan rasionalisasi atas
permasalahan yang terjadi, menyangkal peristiwa yang terjadi, menertawakan
permasalahan yang ada atau mencari pandangan religius atas masalah yang
dialami untuk mendapatkan dukungan. Seperti contoh siswa yang merasa sulit
pada salah satu mata kuliah, maka siswa tersebut akan melakukan
penghindaran dengan cara tidak menghadiri kelas tersebut. Contoh lain yaitu
seseorang akan berusaha menghindari masalah yang ada dengan tertawa riang
bersama teman-temannya, namun cara-cara tersebut tidak selalu baik untuk
menghadapi suatu masalah. Strategi problem focused coping bekerja lebih
baik dibandingkan emotion focused coping.
c. Berpikir positif
Menghindari berpikiran negatif merupakan salah satu strategi coping
stress yang dapat dilakukan seseorang, dengan berpikiran positif seseorang
dapat lebih efisien dalam mengolah informasi dan lebih optimis.
d. Dukungan
Seorang remaja dapat meredam stresnya dengan berada dekat dengan
kerabat akrabnya. Seorang remaja yang memiliki hubungan yang dekat
dengan ibu dapat lebih efektif dalam mengatasi stres. Dukungan besar yang
10
lain, berupa dukungan teman-teman sebaya. Orang-orang yang memberikan
dukungan dan keyakinan kepada remaja untuk dapat menyelesaikan masalah
secara efektif, kemudian remaja yang mendapat dukungan akan merasa
dicintai dan berharga karena mengetahui orang di sekitarnya begitu peduli
padanya.
11
menjumlahkan skor jawaban masing-masing. Soal dalam Perceived Stress
Scale ini akan menanyakan tentang perasaan dan pikiran responden dalam
satu bulan terakhir ini.21
d. Kessler Psychological Distress Scale
Kessler Psychological Distress Scale terdiri dari 10 pertanyaan yang
diajukan kepada responden dengan skor 1 untuk jawaban dimana responden
tidak pernah mengalami stres, 2 untuk jawaban dimana responden jarang
mengalami stres, 3 untuk jawaban dimana responden Universitas Sumatera
Utara kadang-kadang mengalami stres, 4 untuk jawaban dimana responden
sering mengalami stres, dan 5 untuk jawaban dimana responden selalu
mengalami stres dalam 30 hari terakhir. Skala pengukuran yang digunakan
adalah skala ordinal.22
e. Depression Anxiety Stress Scale 42 dan 21 (DASS 42 dan 21)
Pengukuran tingkatan stres dapat menggunakan Depression Anxiety
Stress Scale (DASS) yang dibuat oleh Lovibond (1995). DASS terdiri dari
dua jenis yaitu DASS 42 dan DASS 21. DASS 42 memiliki 42 item
pertanyaan sedangkan DASS 21 memiliki 21 item pertanyaan. Penggunaan
dari DASS merupakan suatu skala untuk mengukur status emosional negatif
dari depresi, stres dan kecemasan. Pada DASS 42, masing-masing dirincikan
sebagai berikut23:
- Skala Depresi: 3, 5, 10, 13, 16, 17, 21, 24, 26, 31, 34, 37, 38, 42
- Skala Kecemasan: 2, 4, 7, 9, 15, 19, 20, 23, 25, 28, 31, 36, 40, 41
-Skala Stres: 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, 39
Jumlah skor stres diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Normal = Jumlah Skor 0 - 14
b. Stres ringan = Jumlah Skor 15 - 18
c. Stres sedang = Jumlah Skor 19 - 25
d. Stres berat = Jumlah Skor 26 - 33
e. Stres sangat berat = Jumlah Skor ≥34
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah DASS 42.
12
2.2 Konsep Belajar
Belajar adalah sebuah perilaku yang berdasar pengalaman dan berdampak
relatif permanen. Konsep belajar sendiri memiliki empat aspek utama, yaitu
perubahan, perilaku atau potensi perilaku, pengalaman dan permanen.23 Pelaksanaan
pembelajaran tidak selalu lancar karena terdapat dua faktor yang menyebabkan
kesulitan dalam proses pembelajaran seperti :
a. Faktor internal
Faktor yang muncul dari dalam diri mahasiswa itu sendiri. Misalnya
intelegensi, emosi dan indera mahasiswa.
b. Faktor eksternal
Faktor yang berasal dari luar mahasiswa. Misalnya lingkungan
sekitar baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat.24
13
belajar mahasiswa akan disatukan menjadi nilai akhir modul, yang menentukan
tingkat kelulusan mahasiswa.25
Untuk dapat mencapai nilai yang baik, tentunya mahasiswa harus lebih
bertanggung jawab dan mandiri terhadap tuntutan belajar tersebut. Sehingga dalam
menjalani proses pembelajan, mahasiswa harus mempunyai motivasi belajar yang
cukup untuk dapat mencapai tingkat kelulusan yang telah di tetapkan dalam modul.
14
menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam pelajaran, bukan karena untuk
mendapat pujian, nilai yang baik, hadiah dan sebagainya. Seseorang yang
memiliki motivasi intrinsic akan lebih mudah dalam melakukan proses
pembelajaran secara mandiri, karena orang tersebut merasa belajar sebagai
suatu keasadaran.
b. Motivasi ekstrinsik
Motivasi yang terbentuk karena adanya dorongan dari luar baik dari
orang lain maupun lingkungannya dan tujuan dari belajar tersebut terletak di
luar hal yang dipelajarinya. Misalnya seseorang akan belajar karena didorong
oleh orangtuanya untuk belajar atau seseorang belajar karena untuk
mendapatkan nilai yang baik.
15
belajar berkaitan dengan kondisi fisik dan kondisi psikologis. Akan
tetapi dalam kehidupan sehari-hari biasanya tenaga pengajar lebih
cepat melihat kondisi fisik, hal itu terjadi karena kondisi fisik lebih
jelas menunjukkan gejala dibandingkan kondisi psikologis. Misalnya,
mahasiswa yang kelihatan lesu dan mengantuk kemungkinan besar
karena mahasiswa begadang pada malam harinya atau juga sakit.
d. Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datangnya
dari luar diri mahasiswa. Lingkungan mahasiswa sebagaimana juga
lingkungan individu pada umumnya terdiri dari tiga jenis yaitu
lingkungan keluarga, kampus dan masyarakat. Apabila ketiga jenis
lingkungan tersebut tertib, aman, tentram dan menyenangkan maka
dapat membantu mahasiswa untuk semangat dan termotivasi belajar.
e. Unsur-unsur dinamis belajar
Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang
keberadaannya dalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat,
kadang-kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali khususnya
kondisi-kondisi yang sifatnya kondisional. Misalnya, keadaan emosi
mahasiswa, gairah belajar, situasi dalam belajar, dan lain-lain.
f. Upaya tenaga pengajar membelajarkan mahasiswa
Upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga pengajar dapat berupa
penguasaan materi, cara penyampaian materi yang menarik perhatian
mahasiswa dan mengevaluasi hasil belajar mahasiswa. Bila seorang
tenaga pengajar hanya sekedar mengajar saja, maka mahasiwa akan
merasa tidak tertarik dan pada akhirnya motivasi mahasiswa akan
menurun.
g. Adanya stressor di perkuliahan
Adanya stressor pada perkuliahan seperti mata perkuliahan
yang sulit, persaingan dengan teman, nilai yang buruk dalam ujian dan
lain-lain akan menyebabkan tekanan bagi mahasiswa. Tekanan
16
tersebut akan menimbulkan stres. Peningkatan stres yang terjadi pada
mahasiswa akan menyebabkan penurunan motivasi belajar.
17
2.6 Kerangka Teori
Penyebab stres (stressor): Penyebab stres di dunia perkuliahan :
1. Penyebab eksternal
o Pendaftaran dan penerimaan kuliah
o Perubahan lingkungan o Mata perkuliahan dan persiapan ujian
o Perubahan peran social o Masalah dengan dosen, metode pengajaran
o Pekerjaan dosen
o Hubungan interpersonal o Persaingan dengan teman
o Keadaan financial
o Jadwal perkuliahan dan organisasi
o Dunia perkuliahan
o Lingkungan kelas yang kurang mendukung
2. Penyebab internal o Keadaan keuangan yang kurang mendukung
o Kekhawatiran masa depan, harapan orangtua,
o Gangguan kesehatan dan harapan mahasiswa itu sendiri
o Kondisi fisik
o Intelegensi
Mekanisme Respon
coping stres stres
Stres
- HASS/Col
DASS 42 Stres negatif /
- MSSQ distress
- PSS-10 Gangguan
fungsi
- Kessler Psychological Distress
belajar
MSLQ Penurunan
motivasi belajar
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
motivasi belajar :
Motivasi ekstrinsik & intrinsik
o Cita-cita mahasiswa
o Kemampuan belajar
o Kondisi mahasiswa Hasil belajar
o Kondisi lingkungan
o Unsur-unsur dinamis belajar
o Upaya tenaga pelajar
o Adanya tekanan di perkuliahan
18
2.7 Kerangka Konsep
Stressor
Variabel Bebas Diukur
Respon (Independent): dengan:
stres DASS 42
Tingkat stress
Gangguan
fungsi belajar
Variabel Perancu:
Cita-cita atau aspirasi
mahasiswa
Kemampuan belajar
Kondisi mahasiswa
(psikologi dan fisik)
Kondisi lingkungan
(keluarga, teman)
Unsur-unsur dinamis
belajar
Upaya tenaga pengajar
membelajarkan
mahasiswa
Adanya stressor di
perkuliahan9
19
2.8 Definisi Operasional
Tabel 2.1 Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Stres Tekanan mental DASS 42 Menilai 0-14 = Kategorik
akibat rasa takut (Depression, hasil Normal ordinal
berlebih Anxiety, and kuesioner
terhadap Stress Scale dari 15-18 =
kemungkinan 42) responden Ringan
untuk gagal
dalam proses 19-25 =
perkuliahan.1 Sedang
26-33 =
Berat
≥34 =
Sangat
berat
20
BAB III
METODE PENELITIAN
𝑍𝑍 + Zβ
n = [ 0,5 ln (1+𝑍 )]2 + 3
1−𝑍
Keterangan :
n : Jumlah subjek
Alpha (α) : Kesalahan tipe 1 ditetapkan 5% hipotesis satu arah
Zα : Nilai standar alpha = 1,64
Beta (β) : kesalahan tipe dua ditetapkan 10%
Zβ : Nilai standar beta = 1,28
r : Koefisien korelasi minimal yang dianggap bermakna
ditetapkan 0,4
21
Dengan hasil perhitungan sebagai berikut :
𝑍𝑍 + Zβ
n = [ 0,5 ln (1+𝑍 ) ]2 + 3
1−𝑍
1,64+ 1,28 2
=[ 1+0,4 ] + 3
0,5 ln( )
1−0,4
= 51
22
Variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah motivasi belajar.
3.6 Cara Pengumpulan Data
3.6.1 Bahan
Bahan penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh dari subjek
yang mengisi kuesioner DASS 42 dan kuesioner MSLQ yang diberikan
beserta data subjek dari lembar persetujuan tertulis.
3.6.2 Alat
Alat yang digunakan untuk mengukur tingkat stress dan motivasi belajar
ialah kuesioner DASS 42 yang dibuat berdasarkan buku yang ditulis oleh
Lovibond, yang sudah pernah divalidasi dan diterjemahkan oleh Damanik,
serta kuesioner MSLQ yang ditulis oleh Teresa Duncan, Paul Pintrich, David
Smith, dan Wilberd Mckeachie pada tahun 1991 yang telah di modifikasi oleh
Lisiswanti, et al tahun 2015.
3.6.3 Jenis Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer kategorik ordinal-ordinal
dari DASS 42 untuk menilai tingkat stress dan MSLQ untuk menilai tingkat
motivasi belajar dengan menggunakan tabel BxK.
3.6.4 Cara Kerja
3.6.4.1 Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan cara membagikan link google form
yang berisi kuesioner kepada subjek pada hari-hari yang telah
ditentukan. Kuesioner akan diisi pada waktu bersamaan oleh semua
subjek dalam waktu satu kelas sesuai dengan petunjuk yang ada dan
panduan dari peneliti.
3.6.4.2 Pengecekan
Setelah subjek mengisi kuesioner, hasil kuesioner akan dicek
kembali kelengkapannya.
3.6.4.3 Coding
23
Penomoran kode numerik pada data yang terdiri dari beberapa
kategori.
3.6.4.4 Analisis data
Menganalisis dan mengolah data penelitian menggunakan
SPSS versi 22.0.
a. Analisis Univariat
Penelitian dengan metode analisis univariat bertujuan
untuk mengetahui distribusi, frekuensi dan persentase tingkat
stres dan motivasi mahasiswa tahun pertama dan tahun kedua
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Analisis Bivariat
Penelitian ini menggunakan analisa bivariat untuk melihat
hubungan antara variabel dependen yaitu tingkat stres dan
variable independen yaitu motivasi belajar mahasiswa. Data
yang diambil berupa data kategorik ordinal-ordinal dengan
menggunakan tabel BxK sehingga penulis menggunakan uji
statistik berupa uji korelasi Gamma dengan batas kemaknaan
p = 0,05. Dengan ketentuan, jika nilai p<0,05 maka terdapat
hubungan yang bermakna antar variable
24
3.7 Alur Penelitian
Memilih kuesioner DASS-42 dan MSLQ yang akan digunakan dalam penelitian
Informed consent
Pengecekan data
Hasil penelitian
25
BAB IV
4.1 Hasil
Penelitian ini dilakukan secara online dengan menggunakan google form.
Total subjek penelitian berjumlah 222 orang yang terdiri dari Mahasiswa Preklinik
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun pertama yang berjumlah
98 orang dan tahun kedua yang berjumlah 124 orang. Pengisian kuesioner dilakukan
sebanyak satu kali dengan cara mengirim link kuesioner yang disebarkan secara
bersamaan pada seluruh subjek penelitian. Data yang telah diambil lalu
dikelompokkan berdasar angkatan dan jenis kuesioner.
98
orang
(44,1%) 124
orang
(55,9%)
26
Pada gambar 4.1 didapatkan subjek penelitian pada tahun pertama lebih
sedikit dibandingkan dengan subjek pada tahun kedua. Pada penelitian lain,
hanya diteliti pada mahasiswa tahun pertama, sehingga tidak dapat ditemukan
jumlah mahasiswa tahun kedua.29
b. Jenis Kelamin
Tahun Pertama
Perempuan Laki-laki
27 orang
(27,6%)
71 orang
(72,4%)
Tahun Kedua
Perempuan Laki-laki
34 orang
(27,4%)
90 orang
(72,6%)
27
Pada gambar 4.3, subjek didominasi oleh perempuan karena
jumlah mahasiswa tahun pertama dan tahun kedua FK UIN Jakarta yang
perempuan lebih banyak dibanding laki-laki sehingga ketika dilakukan total
sampling didominasi oleh populasi perempuan. Pada penelitian lain,
menunjukkan bahwa jenis kelamin berpengaruh pada tingkat stres, yaitu
tingkat stres yang lebih tinggi sering dijumpai pada individu yang berjenis
kelamin perempuan.29
2. Tingkat Stres
Distribusi frekuensi tingkat stres subjek penelitian yang diperoleh
disajikan pada gambar 4.4 dan gambar 4.5, sebagai berikut:
a. Tahun Pertama
13 orang
(13,3%)
57 orang
17 orang
(58,2%)
(17,3%)
28
b. Tahun Kedua
10 orang
(8,1%)
96 orang
(77,4%)
29
3. Motivasi Belajar
Distribusi frekuensi motivasi belajar subjek penelitian yang diperoleh
disajikan pada gambar 4.6 dan 4.7, sebagai berikut:
a. Tahun Pertama
15 orang
(15,3%)
46 orang
(46,9%)
37 orang
(37,8%)
Pada gambar 4.6, subjek penelitian yang memiliki tingkat motivasi belajar pada
mahasiswa tahun pertama terbanyak adalah kategori tinggi sebanyak 46 orang
(46,9%).
30
b. Tahun Kedua
7 orang
(5,6%)
37 orang
(29,8%)
80 orang
(64,5%)
Pada gambar 4.7, subjek penelitian yang memiliki tingkat motivasi belajar pada
mahasiswa tahun kedua terbanyak adalah kategori tinggi sebanyak 80 orang (64,5%).
31
4.1.2. Analisa Bivariat
Hasil hubungan stress terhadap motivasi belajar pada mahasiwa tahun
pertama dan tahun kedua Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta disajikan pada tabel 4.1 dan 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.1
Hubungan Stres Terhadap Motivasi Belajar pada Mahasiwa Tahun Pertama dan
Tahun Kedua
Motivasi Belajar
Koefisien
Total korelasi Nilai
Tinggi Sedang Rendah
(r) p
n % n % n % n %
Normal 103 46,6 47 21,2 3 1,4 153 68,9
Ringan 14 6,3 9 4,1 0 0,0 23 10,4
Stres Sedang 8 3,6 14 6,3 3 1,4 25 11,3
0,665 0,000
Berat 1 0,5 2 0,9 7 3,2 10 4,5
Sangat
0 0,0 2 0,9 9 4,1 11 5,0
Berat
Total 126 58,8 74 33,3 22 9,9 222 100,0
4.2 Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa tahun pertama dan
tahun kedua yang mengalami stres normal lebih tinggi motivasi belajarnya
dibandingkan dengan mahasiswa yang mengalami stres ringan, sedang, berat,
hingga sangat berat. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat stres yang dialami
oleh mahasiswa maka semakin rendah motivasi belajarnya.
32
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Pasaribu, yang menunjukkan
bahwa stres dapat mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa, akan tetapi jika
mahasiswa mengalami stres yang lebih ringan maka mahasiswa masih dapat
berpikir positif sehingga mahasiswa menjadi lebih termotivasi dalam proses
pembelajaran.9 Menurut Limbert, berpikir positif mempunyai peran yang
dapat membuat individu menerima situasi yang tengah dihadapi secara lebih
positif.29
Menurut Psychology Foundation of Australia, pada kondisi stress
akademik berat mahasiswa cenderung menjadi mudah marah dan tidak fokus,
sehingga dapat mempengaruhi kemampuan dan orientasi terhadap kegiatan
proses pembelajaran yang diikuti oleh mahasiswa.17
Selain itu, hasil peneletian menunjukkan terdapat 1 mahasiswa (0,5%)
yang memiliki tingkat stres berat namun memiliki tingkat motivasi belajar
yang tinggi. Beberapa orang yang memiliki tekanan atau tuntutan (stressor)
yang semakin berat akan menjadikan stressor tersebut sebagai suatu
dorongan/trigger untuk meningkatkan kinerjanya dalam beraktivitas salah
satunya adalah mahasiswa yang memiliki stressor yang semakin berat di
dunia perkuliahan akan meningkatkan motivasinya dalam belajar. Menurut
Feist & Feist, mereka yang merasa mampu dan yakin terhadap kesuksesan
dalam mengatasi rintangan dan menganggapnya sebagai suatu tantangan yang
tidak perlu dihindari, lebih memiliki motivasi yang tinggi.30 Hal ini
dikarenakan stress pada mahasiswa dapat berasal dari dalam dirinya sendiri
maupun lingkungan sekitarnya. Sumber stress pada mahasiswa dapat berasal
dari tuntutan prestasi dari orangtua, frekuensi ujian, kurikulum akademik, sulit
tidur, khawatir akan masa depan, merasa kesepian, kualitas makanan, kelas
yang tidak nyaman dan tidak tersedia sarana belajar.24
Proporsi mahasiswa kedokteran yang telah menjalani pendidikan
meningkat dua kali lipat pada akhir tahun pertama.3 Namun, hasil penelitian
menunjukkan bahwa mahasiwa tahun kedua memiliki tingkat stres yang lebih
ringan dibandingkan dengan mahasiswa tahun pertama. Hal ini dikarenakan
33
mahasiswa yang telah menjalani pendidikan lebih lama telah mengalami
adaptasi (penyesuaian diri) terhadap stressor-stressor yang dihadapi ketika
proses perkuliahan sehingga tingkat stres yang di alami mahasiswa tahun
kedua sedikit lebih ringan dibandingkan dengan mahasiswa tahun pertama
yang masih dalam proses menyesuaikan diri dalam dunia perkuliahan.
Namun, selain itu dapat juga dikaitkan dengan faktor-faktor lain yang dapat
menyebabkan mahasiswa memiliki tingkat stres yang lebih berat maupun
yang lebih ringan, seperti kegiatan beribadah, masalah finansial, dan lain-lain.
Penelitian yang dilakukan pada mahasiswa tahun pertama dan tahun
kedua Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2020, hasil
yang diperoleh terdapat hubungan signifikan antara hubungan stres terhadap
motivasi belajar pada tahun pertama dan tahun kedua dengan nilai p = 0,000.
Hasil tersebut membuktikan bahwa hipotesa peneliti diterima atau dapat
dinyatakan bahwa tingkat stress memiliki hubungan yang bermakna terhadap
motivasi belajar mahasiswa tahun pertama dan tahun kedua Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
34
BAB V
5.1 Simpulan
Dari hasil analisa dan pengolahan data pada penelitian yang berjudul
“Hubungan Tingkat Stres dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Tahun Pertama dan
Tahun Kedua Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
35
sebanyak 80 orang (64,5%), kemudian motivasi belajar sedang sebanyak 37
orang (29,8%), dan motivasi belajar rendah sebanyak 7 orang (5,6%).
5. Terdapat hubungan bermakna antara tingkat stress dengan motivasi belajar
mahasiswa tahun pertama dan tahun kedua (nilai p=0,000) dengan korelasi
sebesar 0,665 menunjukkan kekuatan korelasi yang kuat.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan oleh peneliti berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti lain, agar melakukan penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi hubungan tingkat stres terhadap motivasi belajar;
melakukan penelitian lanjutan mengenai penyebab (stressor) yang dapat
menyebabkan stress pada mahasiswa yang dapat mempengaruhi motivasi
belajar; melakukan penelitian lebih lanjut untuk membandingkan tingkat
stress mahasiswa tahun pertama dan tahun kedua; dan melakukan
pemeriksaan psikiatrik sebelum dilakukan penelitian agar dapat menyaring
mahasiswa yang telah memiliki gangguan kejiwaan; melakukan penelitian
terkait hubungan aktivitas beribadah terhadap tingkat stress.
2. Bagi pembaca, mempelajari dan memahami teknik manajemen stres yang baik
dalam menghadapi stres sehingga mampu menurunkan kemungkinan
meningkatnya stres yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi tubuh.
3. Bagi institusi terkait, dapat melakukan pengecekan tingkat stres dan motivasi
belajar secara berkala bagi mahasiswa fakultas kedokteran serta memberikan
informasi kepada mahasiwa mengenai teknik manajemen stres yang baik.
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Ali, M. Does academic assessment system type affect levels of academic stress in
medical students. A cross-sectional study from Pakistan. Medical education
online; 2015; 20:1–10
4. Ross SE, Niebling BC, Heckert TM. Sources of stress among college students.
Social Psychology. 1999; 61(5):841-6
5. Hamid S, Hons B, Singaram VS. Motivated strategies for learning and their
association with academic performance of a diverse group of 1st-year medical
students. 2016;8(1):104-7
7. Kusurkar RA, Cate TJ Ten, Asperen M Van, Croiset G, Cate TJ Ten, Asperen M
Van, et al. Motivation as an independent and a dependent variable in medical
education : A review of the literature. 2011;33(5):142-59
10. Leka, S., Griffiths, A. & Cox, T. Work organisation and stress, Geneva: World
Health Organization; 2003
37
12. Calaguas, G.M. College academic stress: Differences along gender lines. Journal
of social and development sciences; 2011; 1(5):191–201
13. Sherwood, L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Jakarta: EGC; 2011
14. Halan, Y.C. Managing stress. Berkshire: New Dawn Press; 2005
15. Mumpuni, Y. & Wulandari, A. Cara jitu mengatasi stres. Edisi ke-1, Yogyakarta;
2010; 65-68.
19. Augesti, G. Perbedaan tingkat stres antara mahasiswa tingkat awal dan tingkat
akhir Fakultas Kedokteran Universitas Lampung [skripsi]. Bandar Lampung:
Universitas Lampung; 2015
20. Yusoff MSB, Rahim AFA.The Medical Student Stressor Questionnaire (MSSQ)
Manual. Kota Bharu: KKMED Publication; 2010
21. Cohen, S. Perceived Stress Scale. USA : Mind Garden, Inc; 1994
23. Sary, Y.N.E. Buku ajar psikologi pendidikan. Yogyakarta: Parama Publishing;
2015
25. Buku Panduan Modul Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. FK
UIN Jakarta; 2019
26. Saam, P.D.Z. & Wahyuni, S. Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada; 2012
38
27. Anwar, A.I. Prabandari, Y.S. & Emilia, O. Motivasi dan strategi belajar siswa
dalam pendidikan pembelajaran berbasis masalah dan collaborative learning di
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. Jurnal Pendidikan Kedokteran
Indonesia; 2013; 2(3):233–9
28. Lisiswanti, R., Sanusi, R. & Prihatiningsih, T.S. Hubungan motivasi dan hasil
belajar mahasiswa kedokteran. Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia; 2015;
4(1):1–6
30. Feist, J., & Feist, G.J. Theories of personality. Seventh Edition. Baston: McGraw
Hill; 2009
39
Lampiran 1
(Lembar Kuesioner)
1. Kuesioner DASS-42
No PERNYATAAN 0 1 2 3
Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah karena hal-hal
1
sepele.
2 Saya merasa bibir saya sering kering.
3 Saya sama sekali tidak dapat merasakan perasaan positif.
Saya mengalami kesulitan bernafas (misalnya: seringkali
4 terengah-engah atau tidak dapat bernafas padahal tidak
melakukan aktivitas fisik sebelumnya).
Saya sepertinya tidak kuat lagi untuk melakukan suatu
5
kegiatan.
6 Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi.
7 Saya merasa goyah (misalnya, kaki terasa mau ‟copot‟).
8 Saya merasa sulit untuk bersantai.
Saya menemukan diri saya berada dalam situasi yang
9 membuat saya merasa sangat cemas dan saya akan merasa
sangat lega jika semua ini berakhir.
10 Saya merasa tidak ada hal yang dapat diharapkan di masa
depan.
11 Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal.
12 Saya merasa telah menghabiskan banyak energi untuk merasa
cemas.
13 Saya merasa sedih dan tertekan.
Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar ketika
14 mengalami penundaan (misalnya: kemacetan lalu lintas,
menunggu sesuatu).
15 Saya merasa lemas seperti mau pingsan.
16 Saya merasa saya kehilangan minat akan segala hal.
17 Saya merasa bahwa saya tidak berharga sebagai seorang
manusia.
18 Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung.
Saya berkeringat secara berlebihan (misalnya: tangan
40
19 berkeringat), padahal temperatur tidak panas atau tidak
melakukan aktivitas fisik sebelumnya.
20 Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas.
21 Saya merasa bahwa hidup tidak bermanfaat.
22 Saya merasa sulit untuk beristirahat.
23 Saya mengalami kesulitan dalam menelan.
24 Saya tidak dapat merasakan kenikmatan dari berbagai hal
yang saya lakukan.
Saya menyadari kegiatan jantung, walaupun saya tidak
25 sehabis melakukan aktivitas fisik (misalnya: merasa detak
jantung meningkat atau melemah).
26 Saya merasa putus asa dan sedih.
27 Saya merasa bahwa saya sangat mudah marah.
28 Saya merasa saya hampir panik.
29 Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu membuat saya
kesal.
30 Saya takut bahwa saya akan „terhambat‟ oleh tugas-tugas
sepele yang tidak biasa saya lakukan.
31 Saya tidak merasa antusias dalam hal apapun.
32 Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan terhadap
hal yang sedang saya lakukan.
33 Saya sedang merasa gelisah.
34 Saya merasa bahwa saya tidak berharga.
35 Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi
saya untuk menyelesaikan hal yang sedang saya lakukan.
36 Saya merasa sangat ketakutan.
37 Saya melihat tidak ada harapan untuk masa depan.
38 Saya merasa bahwa hidup tidak berarti.
39 Saya menemukan diri saya mudah gelisah.
40 Saya merasa khawatir dengan situasi dimana saya mungkin
menjadi panik dan mempermalukan diri sendiri.
41 Saya merasa gemetar (misalnya: pada tangan).
42 Saya merasa sulit untuk meningkatkan inisiatif
dalam melakukan sesuatu.
41
2. Kuesioner MSLQ (motivasi belajar)
No Pertanyaan Skala
Jawaban
Dalam menghadapi ujian,
saya menyukai materi ujian yang
1. sangat menantang sehingga saya STS TS ATS N AS S SS
dapat belajar sesuatu yang baru
Jika saya belajar dengan cara
yang tepat, maka saya akan
2. STS TS ATS N AS S SS
dapat mempelajari materi dalam
ujian
Ketika saya mengikuti suatu
ujian saya berpikir tentang
3. betapa buruknya jawaban saya STS TS ATS N AS S SS
dibandingkan dengan mahasiswa
yang lain
Saya pikir saya akan dapat
menggunakan apa yang saya
4. STS TS ATS N AS S SS
pelajari dalam ujian
42
dalam ujian adalah
11. mendapatkan kelulusan ujian STS TS ATS N AS S SS
Saya percaya diri bahwa saya
12. dapat mengerti tentang konsep STS TS ATS N AS S SS
dasar dalam ujian
Jika saya bisa, saya ingin
mendapatkan nilai yang lebih
13. STS TS ATS N AS S SS
baik daripada peserta ujian yang
lain
Ketika saya mengikuti suatu
14. ujian saya berpikir tentang STS TS ATS N AS S SS
konsekuensi bila saya gagal
Saya percaya diri bahwa saya
dapat memahami materi yang
15. paling kompleks yang diberikan STS TS ATS N AS S SS
penguji dalam ujian
Dalam menghadapi ujian,
saya lebih memilih materi yang
16. menimbulkan keingintahuan STS TS ATS N AS S SS
saya, walaupun sulit untuk
dipelajari
Saya sangat tertarik dengan
17. STS TS ATS N AS S SS
materi dari ujian ini
Jika saya berusaha cukup keras,
18. maka saya akan memahami STS TS ATS N AS S SS
materi ujian
Saya merasa gelisah dan kecewa
19. STS TS ATS N AS S SS
saat saya mengikuti suatu ujian
Saya percaya diri bahwa saya
20. dapat mengerjakan ujian STS TS ATS N AS S SS
dengan sangat baik
Saya mengharapkan dapat
21. STS TS ATS N AS S SS
melakukan ujian ini dengan baik
Hal yang paling memuaskan
bagi saya dalam ujian adalah
22. mencoba untuk memahami STS TS ATS N AS S SS
materi sepenuhnya
Saya pikir materi dalam ujian
23. STS TS ATS N AS S SS
bermanfaat untuk saya pelajari
Ketika saya memiliki
kesempatan untuk memilih
metode belajar dalam
24. menghadapi ujian, saya STS TS ATS N AS S SS
memilih metode yang membuat
43
saya belajar walaupun tidak
menjamin nilai yang baik
Jika saya tidak memahami
25. materi ujian, itu karena saya STS TS ATS N AS S SS
tidak berusaha cukup keras
Saya menyukai materi dalam
26. dalam setiap ujian STS TS ATS N AS S SS
44
Lampiran 2
(Hasil pengolahan data dengan SPSS)
A. Karakteristik Responden
1) Jumlah Angkatan
Jumlah Angkatan
2) Jenis Kelamin
45
(lanjutan)
B. Analisis Univariat
1) Tingkat Stres
Stres Tahun Pertama (2019)
2) Motivasi Belajar
Motivasi Belajar Tahun Pertama (2019)
46
Total 124 100.0 100.0
C. Analisis Bivariat
Hubungan tingkat stress terhadap motivasi belajar tahun pertama dan tahun
kedua, menggunakan uji Gamma :
Motivasi Belajar
Ringan Count 14 9 0 23
Sedang Count 8 14 3 25
Berat Count 1 2 7 10
47
(lanjutan)
Symmetric Measures
48
Lampiran 3
(Lembar Persetujuan Kaji Etik)
49
Lampiran 4
(Riwayat Penulis)
A. Data Pribadi
Nama : Ainun Aulia Jusman
Tempat dan tanggal lahir : Makassar, 29 Juli 1999
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat asal : BTN Tiara Permai V Blok A10, Bulukumba
Nomor telepon 085 156 442 901
Email : nunuuj29@gmail.com
B. Riwayat Pendidikan Formal
2005 - 2011 : SD Negeri Maba
2011 - 2014 : SMP Negeri 3 Maba
2014 - 2015 : SMA Negeri 5 Halmahera Timur
2015 - 2017 : SMA Negeri 1 Bukukumba
2017 - sekarang : Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
C. Pengalaman Organisasi
Anggota Divisi Kaderisasi UIN Syahid Medical Rescue (USMR) FK UIN
Jakarta
50