Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Oleh :
Wafa Sofia Fitri
NIM :
. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan
. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
Hidayatullah Jakarta.
. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
Ciputat , September
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran untuk
Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)
Oleh
Wafa Sofia Fitri
NIM :
iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Jakarta, Oktober
iv
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Puji
dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
berkah dan ridho-Nya selama proses hingga laporan penelitian berjudul “Uji
Diagnostik Otoendoskop Dibandingkan dengan Pemeriksaan Otoskop Langsung pada
Anak Sekolah Dasar Kelas di SDN Cirendeu” ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Tak lupa shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang menjadi suri tauladan dalam kehidupan.
Penulis menyadari laporan penelitian ini tidak dapat tersusun tanpa adanya
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak,oleh karena itu penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada :
. Dr. Hari Hendarto, Sp.PD, PhD, FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
. Dr. Achmad Zaki, Sp.OT, M.Epid selaku ketua Program Studi Kedokteran
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membimbing
saya selama menjalani pendidikan kedokteran di FK UIN Jakarta.
. Drg. Laifa Annisa Hendarmin, DDS, Ph.D selaku penanggung jawab riset untuk
Program Studi Kedokteran angkatan .
. Dr .Erfira, Sp.M , selaku pembimbing akademik yang terus memberikan semangat
dan membantu penulis selama menjalani masa studi di preklinik.
. Dr. Fikri Mirza Putranto, Sp.THT-KL dan Dr. Cut Warnaini, M.P.H selaku dosen
pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, pemikiran serta memberi
pengarahan dan bantuan dalam bentuk apapun untuk membimbing penulis hingga
laporan penulisan ini dapat terselesaikan dengan baik.
. Dr. Diana Rosalina, Sp.THT-KL, selaku pembaca hasil penelitian sekaligus dosen
pembimbing yang telah memberikan kesediaan, meluangkan waktu, tenaga, dan
pemikiran dalam membantu penulis menjalani penelitian ini.
. Kedua Orang tua tercinta , Drs. Armedi ,MM dan Dra. Susnetti serta kedua kakak
kandung Septian Intizom, S.E dan dr. Muthia Fadhilah yang selalu mencurahkan
kasih sayang, motivasi,dorongan, doa, bantuan dan dukungan kepada penulis.
. Andi Noldy Yusuf, Niswatur Rosyidah, Harum Dzati F, sebagai teman – teman
seperjuangan dalam penelitian ini yang terus berjalan bersama, saling membantu,
v
saling mendukung, menghabiskan waktu, tenaga, pikiran, dan saling
menyemangati dalam menyelesaikan penelitian ini.
. Robby Franata Sitepu yang telah membantu, mengingatkan, menemani,
memberikan semangat, teman diskusi dan berjuang bersama dalam melewati
masa preklinik di FK UIN Jakarta.
. Kenyo Sembodro Pramesti yang selalu menemani penulis selama masa
pendidikan, sebagai tempat untuk saling berbagi kisah, berdiskusi tentang banyak
hal dan selalu mendukung penulis.
. Widda Mayyala, Sarah Azizah, Muhammad As’ad, Aqilla Puterikami,Mega
Latenriole, Qotrun Nada, Aji Dwi S, Afifah Raisa, Vina Izzatul yang selalu
mengingatkan, menemani, dan memberikan semangat kepada penulis.
. Sahabat Penulis Alya Salsabila, Naura Nazhifah Bakri, Suci Ramadhani Putri,
Uray Cassandra dan Safira Khairunisa yang selalu mengingatkan, memberi
semangat dan mendorong penulis untuk menyelesaikan laporan penelitian ini.
. Sahabat penulis Fitria Tahta Alfina, Rahayu Muhsi Amaliya, Abidah Farhani,
Auliya Yasmin Uzair, Naura Andini Fadhila dan teman – teman sejawat
AMIGDALA yang telah berjuang bersama dan selalu memberikan semangat
serta selalu ada untuk penulis selama masa pendidikan di FK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
. Teman – teman Kos Puteri Aisyah, Febri Nugraheni dan Meyasi Nurandani yang
telah membantu, mengingatkan, dan berjuang bersama penulis selama masa studi
di FK UIN Jakarta.
. Kabinet Integritas dan HMPSKPD yang telah memberikan banyak
kenangan, semangat baru, pelajaran serta pengalaman berharga kepada penulis.
. Adik-adik angkatan dan yang selalu memberi semangat dan
mendoakan penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan baik langsung
maupun tak langsung dalam proses pengerjaan laporan penelitian ini yang tidak
bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari segi pembahasan maupun penyusunan. Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak dalam
mewujudkan laporan penelitian yang jauh lebih baik dan sempurna. Penulis
berharap hasil laporan penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk penulis dan
seluruh pihak serta dapat menjadi ilmu pengetahuan baru atau sumber ide untuk
vi
penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang untuk bidang kedokteran.
Semoga penelitian yang telah dilakukan ini mendapatkan berkah dan ridho Allah
SWT. Aamiin.
vii
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
Wafa Sofia Fitri. Medical Study Program. Otoendoscope Diagostic Test
Compared to Direct Otoscope Examination in Diagnosing Ear Disorders in
Grade Students of SDN Cirendeu.
Introduction: The incidence of ear disorders in children is one of the diseases
that interfere with the development of children, especially in the learning process.
Some ear abnormalities found by general practitioners in primary services require
consultation, diagnosis, and management by ENT specialists who are currently
limited in Indonesia, so there is a need for visual communication media between
general practitioners and specialists regarding these disorders. One of them is an
otoendoscope. Otoendoscope is a tool that is one of the diagnostic tools used by
doctor in establishing a diagnosis of ear disorders. Objective: To find out the
results of the diagnostic test in the form of sensitivity, specificity, positive
predictive value, negative predictive value and kappa coefficient of otoendoscope
examination compared to direct otoscope examination.
Method: This study uses a diagnostic test design with a cross sectional approach
and calculating the Kappa coefficient as a reliability calculation, with a sample of
third grade elementary school students. Results: This study showed the results of
diagnostic tests on the physicians participating in the examination found the
oendoscope sensitivity value of , specificity of , positive predictive
value of , and negative predictive value of . Diagnostic test results
for doctors not participating in the examination showed that the sensitivity of
otoendoscope sensitivity was , specificity was , positive predictive
value was , and negative predictive value was . The Kappa
coefficient (suitability value) in this study is (low) with a p value of , .
Conclusion: The results of the otoendoscope diagnostic test show good value so
that the otoendoscope can be used as a diagnostic tool for ear abnormalities, but
cannot be used for the age of grade elementary school because the size is not in
accordance with the size of the ear canal of the respondent. The low suitability
value is due to the ability of researchers who have not reached the standard of
competence in the use of otoendoscopes.
Keywords: diagnostic test, Kappa coefficient, otoendoscope, otoscope, ear
abnormalities, grade elementary school children.
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA......................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN .............................................................. iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................................... viii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... x
DAFTAR BAGAN .......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xvi
BAB .................................................................................................................................
. Latar Belakang Penelitian ................................................................................
. Rumusan Masalah ............................................................................................
. Hipotesis .............................................................................................................
. Tujuan Penelitian ..............................................................................................
. Tujuan Umum ...........................................................................................
. Tujuan Khusus ..........................................................................................
. Manfaat Penelitian ............................................................................................
. Bagi Peneliti ...............................................................................................
. Bagi Siswa ..................................................................................................
. Bagi Masyarakat Luas ..............................................................................
BAB .................................................................................................................................
Kajian Pustaka ..................................................................................................
Uji Diagnostik ............................................................................................
Uji Konsistensi Cohen’s Kappa ................................................................
Otoskop ......................................................................................................
Definisi .......................................................................................................
Jenis Otoskop Lainnya .............................................................................
Otoskopi ...................................................................................................
Anatomi dan Fisiologi Telinga ...............................................................
Penyakit Telinga pada Anak ..................................................................
Kelainan Liang Telinga ..........................................................................
Kelainan Telinga Tengah .......................................................................
Kerangka Teori ...............................................................................................
x
Kerangka Konsep............................................................................................
Definisi Operasional........................................................................................
BAB ...............................................................................................................................
. Desain Penelitian .............................................................................................
. Tempat dan Waktu Pelaksanaan...................................................................
. Populasi dan Sampel Penelitian .....................................................................
. Besar Sampel ...................................................................................................
. Cara Pengambilan Sampel .............................................................................
. Kriteria Sampel ...............................................................................................
. Kriteria Inklusi........................................................................................
. Kriteria Eksklusi .....................................................................................
. Alur Penelitian ................................................................................................
. Manajemen Data .............................................................................................
. Tehnik Pengumpulan..............................................................................
. Pengolahan Data .....................................................................................
. Analisis Data Univariat ..........................................................................
. Analisis Uji Diagnostik ...........................................................................
. Analisis Koefisien Kappa........................................................................
. Rencana Penyajian Data ........................................................................
. Etika Penelitian .......................................................................................
BAB ...............................................................................................................................
. Hasil Data ........................................................................................................
. Karakteristik Subjek Penelitian ............................................................
. Hasil Uji Diagnostik ................................................................................
. Hasil Uji Komparatif Kesesuaian Kategorik ( Kappa)........................
. Pembahasan .....................................................................................................
. Keterbatasan Penelitian .................................................................................
BAB ...............................................................................................................................
. Simpulan ..........................................................................................................
. Saran ................................................................................................................
BAB ...............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................
LAMPIRAN.....................................................................................................................
xi
DAFTAR BAGAN
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR SINGKATAN
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB
PENDAHULUAN
.Latar Belakang Penelitian
Telinga merupakan salah satu alat indera yang penting dan mempunyai
peran yang besar dalam kehidupan sehari-hari. Adanya indera pendengaran,
informasi yang diserap sebesar akan sampai dibandingkan dengan
membaca yang hanya dapat menyerap informasi sebesar %. Apabila
terdapat gangguan pendengaran maka tentunya kondisi tersebut akan
mengurangi fungsi dari telinga dalam menyerap informasi dan sebagai
hendaya bagi manusia dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari.
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan pada
- di provinsi di Indonesia didapatkan hasil bahwa jumlah penderita
gangguan pendengaran di Indonesia ada sebanyak , juta atau , dari
seluruh penduduk. Menurut hasil survey tersebut gangguan pendengaran dan
prevalensi ketulian paling tinggi pada kelompok usia - tahun. Penyebabnya
diantaranya adalah infeksi telinga tengah ( , ), presbikusis ( , ), tuli
akibat obat ototoksik ( , ), tuli sejak lahir/kongenital ( , ) dan tuli akibat
pemaparan bising. Hasil survey ini menunjukkan bahwa tingginya prevalensi
gangguan pendengaran pada anak perlu didiagnosa segera agar tidak
,
mengganggu proses perkembangannya.
Dalam Riskesdas diperoleh prevalensi gangguan pendengaran
tertinggi pada kelompok umur tahun ke atas ( , %), disusul oleh
kelompok umur - tahun ( , %). Prevalensi tertinggi ketulian terdapat
pada kelompok umur yang sama dengan gangguan pandengaran, yaitu umur
≥ tahun ( , %), sedangkan prevalensi terkecil terdapat pada kelompok
,
umur - tahun dan - tahun (masing-masing , %).
Indonesia sendiri merupakan Negara kepulauan di Asia Tenggara, yang
hampir wilayahnya terdiri dari lautan. Kondisi geografis yang seperti
itu membuat persebaran dokter terutama dokter spesialis tidak merata karena
sulitnya akses menuju lokasi serta sulitnya penggunaan teknologi meski masih
ada beberapa dokter umum yang menjadi tenaga medis di daerah tersebut. Jika
kasus tersebut tidak bisa ditangani oleh dokter umum maka harus dilakukan
proses rujukan kepada dokter spesialis di fasilitas kesehatan terdekat. Dokter
THT di Indonesia saat ini terbatas jumlahnya dan sebarannya belum merata.
Ketersediaan tenaga kesehatan pada umumnya terkonsentrasi di pulau Jawa,
sedangkan luar Jawa atau sekitar daerah Bali sebagian besar mengalami
kekurangan. Hampir seluruh wilayah Indonesia Timur memiliki tingkat
distribusi tenaga kesehatan yang rendah, berada di bawah .
Selama ini proses rujukan hanya berupa deskripsi tertulis, pada
kenyataannya dirasa perlu adanya gambaran visual yang diberikan oleh dokter
umum kepada dokter spesialis THT sebagai media komunikasi yang lebih
jelas mengenai kelainan telinga pasien. Salah satu alat yang digunakan untuk
membantu diagnosis kelainan telinga adalah otoendoskop.
Otoendoskop dapat membantu dokter umum dalam mendiagnosa
gangguan pendengaran pada masyarakat. Otoendoskop ini bersifat handy
(mudah dibawa), user friendly ( mudah digunakan ), usefullness ( penuh
kebermanfaatan), dan tentunya mudah merekam gambar dengan baik dan
jelas.
Harapan dengan adanya perangkat tersebut adalah dapat membantu dokter
umum untuk mendeteksi lebih dini mengenai gangguan pendengaran.
Otoendoskop ini diciptakan guna mempermudah kesulitan dokter terutama
dokter umum dalam menegakkan diagnosis kelainan telinga pasien serta
berbagi hasil observasinya dengan sejawatnya sehingga didapatkan diagnosis
yang akurat untuk pasien tersebut.
Penulis memilih anak sebagai sampel karena berdasarkan data hasil survey
nasional tahun - bahwa anak merupakan populasi yang sering
mengalami gangguan telinga terutama disebabkan oleh infeksi.
.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, peneliti dapat merumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
. Apakah pemeriksaan telinga menggunakan otoendoskop dapat
digunakan untuk mendeteksi gangguan telinga pada anak kelas di
SDN Cirendeu jika dibandingkan dengan otoskop langsung ?
. Bagaimana hasil Uji Diagnostik dan Koefisien Kappa otoendoskop?
.Hipotesis
Peneliti mengambil hipotesis bahwa :
Otoendoskop dapat digunakan sebagai alat alternatif dari pemeriksaan
otoskop langsung untuk pemeriksaan telinga dan mendeteksi gangguan telinga
pada anak kelas di SDN Cirendeu.
.Tujuan Penelitian
. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai hasil uji diagnostik berupa
sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif, nilai duga negatif, dan koefisien
Kappa dari pemeriksaan otoendoskop dibandingkan dengan pemeriksaan
otoskop langsung serta untuk mengetahui gangguan telinga yang terjadi pada
anak kelas SDN Cirendeu.
. Tujuan Khusus
. Menegakkan diagnosis gangguan telinga pada anak SD menggunakan
otoendoskop
. Mengetahui karakteristik responden dalam penelitian.
. Mengetahui nilai sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif, nilai duga
negatif, dan koefisien Kappa dari pemeriksaan otoendoskop.
. Mengetahui sebaran diagnosis tidak normal pada anak.
. Manfaat Penelitian
. Bagi Peneliti
. Mengasah kemampuan mahasiswa preklinik dalam mendiagnosa
gangguan pendengaran
. Penelitian ini dapat mengasah kemampuan mahasiswa dalam
penggunaan otoendoskop
. Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana kedokteran.
. Bagi Institusi
Menambah pengetahuan tentang manfaat dan kelebihan otoendoskop
sebagai perangkat pemeriksaan telinga.
. Bagi Masyarakat Luas
. Memberikan masukan kepada instansi pemerintahan, pendidikan,
kesehatan, media informasi dan komunikasi serta pihak-pihak yang
terlibat mengenai validitas dari otoendoskop yang digunakan sebagai
perangkat untuk mendiagnosa dini gangguan pendengaran serta dapat
memudahkan pelayananan kesehatan telinga kepada masyarakat tanpa
harus bertatap muka dengan dokter spesialis THT.
. Memberikan kemudahan kepada masyarakat dan dokter umum untuk
dapat berkomunikasi dengan dokter spesialis THT mengenai kelainan
yang didapatkan dari hasil foto otoendoskop tanpa harus bertatap
muka.
BAB
TINJAUAN PUSTAKA
Kajian Pustaka
Uji Diagnostik
Uji diagnostik adalah suatu analisis untuk membantu para klinisi dalam
mengambil keputusan berdasarkan bukti dan pendekatan probabilistik dalam
menilai suatu akurasi penilaian. Uji diagnostik termasuk penelitian dengan
pendekatan cross sectional. Dalam uji diagnostik terdapat baku emas atau
reference standard, yaitu pemeriksaan yang dijadikan sebagai rujukan untuk
menentukan apakah pasien sakit atau tidak. Pengukuran sebaiknya dilakukan
secara blinding, untuk menghindari bias pengukuran. Blinding dilakukan dengan
cara orang yang melakukan masing-masing tahap pemeriksaan tidak mengetahui
hasil pemeriksaan lainnya.
Suatu uji diagnostik didasarkan atas perbandingan hasil suatu pemeriksaan
terhadap ada atau tidaknya suatu penyakit yang dianalisis dalam tabel x .
Semua sel dalam tabel tersebut harus terisi. Suatu uji diagnostik mempunyai
variabel, yaitu: variabel prediktor ( hasil dari pemeriksaan yang hendak kita uji) ,
serta variabel outcoilre (hasil dari baku emas) yang merupakan suatu pemeriksaan
terpercaya untuk mengetahui secara tepat ada atau tidaknyu suatu penyakit.
Dalam menganalisis hasil suatu uji diagnostik, kita harus menentukan
sensitivitas, spesifisitas, nilai prediktif positif, nilai prediktif negatif, dan rasio
kemungkinan. Sensitivitas didefinisikan sebagai proporsi orang dengan penyakit
yang menunjukkan hasil tes positif, sedangkan spesifisitas adalah proporsi orang
tanpa penyakit yang menunjukkan hasil tes negatif. Probabilitas adanya penyakit
pada orang-orang yang menunjukkan hasil tes positif disebut nilai prediktif
positif.
Nilai prediktif negatif adalah probabilitas atau prediksi tidak adanya
penyakit pada orang-orang yang menunjukkan hasil tes negatif. Nilai ini berkaitan
dengan seberapa besar hasil negatif benar-benar negatif ketika hasil pemeriksaan
negatif. Nilai prediktif positif merupakan karakteristik yang paling relevan jika
sesorang klinisi hendak menginterpretasikan suatu hasil tes. Nilai ini berkaitan
dengan seberapa besar hasil positif benar-benar positif ketika hasil pemeriksaan
positif. Nilai ini bukan hanya ditentukan oleh sensitivitas dan spesifisitas tetapi
dipengaruhi juga oleh prevalensi suatu penyakit (prior probability), yang dapat
berubah dari suatu situasi ke situasi yang lain. Rasio kemungkinan merupakan
cara lain untuk menunjukkan akurasi dari suatu pemeriksaan. Merubah titik
potong (cut off point) dari angka normal dan abnormal pada suatu hasil
pemeriksaan akan rnengubah sensitivitas dan spesifisitas. Jika perubahan ini
digambarkan pada suatu grafik, maka grafik ini disebut sebagai receiver operator
characteristic (ROC) curve.
statistik kuat yang berguna untuk menguji reliabilitas interrater atau intrarater.
Mirip dengan koefisien korelasi dapat berkisar dari - hingga + , dimana
mewakili jumlah kesepakatan yang dapat diharapkan dari peluang acak, dan
mewakili kesepakatan sempurna antara penilai. Cohen’s Kappa digunakan untuk
memperkirakan reliabilitas antar penilai. Uji ini dirancang untuk mengukur
tingkat konsensus atau kesepakatan hasil pengukuran antara dua penilai yang
mempunyai level setara dalam mengklasifikasikan suatu obyek ke dalam
kelompok. Nilai Kappa adalah bentuk koefisien korelasi. Koefisien korelasi
tidak dapat secara langsung ditafsirkan, tetapi harus dalam bentuk koefisien
korelasi kuadrat, yang disebut koefisien determinasi/ coefficient of determination
( COD ) yang dapat ditafsirkan secara langsung.
Cohen mengemukakan hasil Kappa ditafsirkan sebagai berikut :
Tabel . Interpretasi koefisien Kappa
Nilai Interpretasi
≤ Tidak ada kesepakatan antar dua rater
, - , Rendah ( Poor )
, - , Lumayan ( Fair )
, - , Cukup ( Moderate )
, - , Substansial/ Kuat ( Good )
, - , Kesepakatan hampir sempurna
Sumber : telah diolah kembali
Gambar . Interpretasi koefisien Kappa
Otoskop
Definisi
Otoskop adalah alat yang digunakan pada pemeriksaan telinga, biasanya
alat ini digunakan untuk melihat telinga bagian tengah. Alat ini digunakan saat
melakukan tindakan otoskopi dalam membantu klinisi mendiagnosis adanya
abnormalitas pada telinga. Otoskop sederhana memiliki sensitivitas dan
spesifisitas sebesar dan untuk mendiagnosis pasien OME. Injeksi
membran timpani memiliki nilai positif prediktif , dan nilai ini akan meningkat
jika membran timpani mengalami perubahan warna dan adanya penurunan
pergerakan membran timpani. Menurut hasil penelitian Kaleida PH dan Stool
SE pada tahun , didapatkan sensitivitas sebesar dan spesifisitas
pada penelitian validasi otoskop mengenai OME dan dokter maupun perawat turut
serta dalam rangkaian penelitian ini.
Saat dilakukan otoskopi pada pasien yang memiliki telinga gangguan akan
terlihat gambaran :
. Membran timpani hiperemi ( meski pada anak yang berteriak
atau sedang demam juga akan membuat membran timpani
hiperemi ), menonjol ( merupakan satu tanda penting dalam
mendiagnosis otitis media akut), mobilitasnya berkurang.
. Posisi membran timpani tertarik ke medial dengan tanda
tampak lebih cekung, brevis lebih menonjol,manubrium malei
lebih horizontal dan lebih pendek, plika anterior tidak tidak
tampak lagi, dan refleks cahaya hilang atau berubah.
. Kadang tampak adanya air fluid level ( gambaran cairan yang
berbatas jelas dengan udara di kavum timpani ) dan air bubbles
( gelembung udara bercampur dengan cairan di dalam kavum
timpani ).
Diameter lensa : mm
Bahan: plastik dan logam
Pixel : MP
Panjang pen : mm
LED: buah dengan tombol dimmer
Best observation distance : , cm
Gambar . LESHP Earpick Otoscope Endoskopi Borescope Kamera Mini
Android PC
Alat ini dibuat dengan ukuran pen yang minimalis, ukuran lensa
yang kecil dan kamera elektronik mikro agar mempermudah pengguna
untuk mengakses saluran liang telinga.
Digital Video-Otoscope
Menurut penelitian yang sudah dilakukan di Swedia mengenai uji
diagnostik Digital Video Otoscope Low Cost Custom Made Video
Otoscope dalam mendiagnosa penyakit telinga pada anak terutama Otitis
Media Akut didapatkan hasil dengan nilai akurasi , %.
Hasil gambar yang diambil akan diinput ke dalam sistem image
analyzing untuk mengklasifikasikan gambar yang diperoleh dari
videootoscopes komersial ke salah satu kelompok diagnostik.
Gambar . Digital Video Otoscope
Otoskopi
Otoskopi merupakan salah satu pemeriksaan yang lazim dilakukan untuk
pemeriksaan telinga, sehingga dapat membantu dokter dalam menegakkan
diagnosis pasien. Otoskopi dilakukan dengan meminta pasien duduk dengan
posisi badan condong sedikit ke depan dan kepala lebih tinggi sedikit dan fleksi
ke sisi kontralateral dari kepala pemeriksa untuk memudahkah melihat liang
telinga dan membran timpani. Mula-mula dilihat keadaan dan bentuk daun
telinga, daerah belakang daun telinga ( retro-aurikuler) apakah terdapat tanda
peradangan atau sikatriks bekas operasi. Dengan menarik daun telinga ke atas dan
ke belakang, liang telinga menjadi lebih lurus dan akan mempermudah untuk
,
melihat keadaan liang telinga dan membran timpani.
Bila terdapat serumen dalam liang telinga yang menyumbat maka serumen
ini harus dikeluarkan. Jika konsistensinya cair dapat dengan kapas yang dililitkan,
bila konsistensinya lunak atau liat dapat dikeluarkan dengan pengait dan bila
berbentuk lempengan dapat dipegang dan dikeluarkan dengan pinset. Jika
serumen sangat keras dan menyumbat seluruh liang telinga maka lebih baik
dilunakkan dulu dengan minyak atau karbogliserin. Bila sudah lunak atau cair
dapat dilakukan irigasi dengan air supaya liang telinga bersih.
Anatomi dan Fisiologi Telinga
Telinga terdiri atas tiga bagian besar yaitu telinga luar yang berfungsi
untuk mengumpulkan gelombang bunyi dan meneruskannya ke dalam telinga,
telinga tengah yang berfungsi mengirimkan getaran bunyi ke tingkap oval dan
telinga dalam yang merupakan lokasi dari reseptor pendengaran dan
,
keseimbangan.
Telinga luar terdiri atas aurikula, kanal auditori eksterna dan gendang
telinga. Aurikula merupakan bagian penutup dari tulang rawan kartilago yang
elastis, berbentuk seperti ujung terompet dan diselimuti oleh kulit. Bagian ini
dibagi lagi menjadi helix (bagian yang melingkar) dan lobule (bagian bawah).
Ligamen dan otot mengikatkan aurikula ke kepala. Kanal auditori eksterna adalah
sebuah tuba melengkung sepanjang cm yang terletak di tulang temporal,
,
mengarah dan berakhir ke gendang telinga.
Membran timpani atau gendang telinga adalah sekat tipis dan semi
transparan diantara kanal auditori eksterna dan telinga tengah. Membran timpani
ini dilapisi oleh epidermis dan epitel kubus selapis. Antara lapisan epitelial
tersebut terdapat jaringan ikat yang tersusun atas kolagen, serat elastis dan
fibroblas. Getaran suara di kanal auditorius akan menyebabkan membran timpani
,
bergetar kemudia meneruskan getarannya ke tulang-tulang kecil telinga.
Telinga tengah adalah ruangan berisi udara yang berukuran kecil di bagian
tulang temporal dan dilapisi oleh epitelium. Bagian ini dipisahkan dari telinga luar
oleh membran timpani dan telinga dalam dengan tingkap oval dan tingkap bulat
yang berbentuk membran. Terdapat osikel berupa tiga tulang kecil yang
dihubungkan oleh sendi sinovial. Tulang tulang ini dinamakan berdasarkan bentuk
nya, yaitu maleus, inkus dan stapes. Gagang dari maleus menempel pada
permukaan internal membran timpani. Bagian kepala maleus bersambung dengan
bagian badan inkus. Inkus bersambung dengan bagian stapes. Bagian dasar stapes
sesuai dengan tingkap oval. Tepat dibawah tingkap oval terdapat tingkap bulat
,
yang diselubungi oleh membran yang disebut membran timpani sekunder.
Selain ligamen, dua otot rangka kecil juga melekat pada osikel. Otot
tensor timpani yang berasal dari mandibular membatasi perpindahan dan
,
peningkatan tekanan gendang telinga saat adanya suara keras.
Gambar Serumen
B. Otitis Eksterna
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, dan virus. Faktor yang mempermudah
radang telinga luar ialah perubahan pH di liang telinga, yang biasanya normal
atau asam. Bila menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menurun.
Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah
tumbuh. Predisposisi otitis eksterna yang lain adalah trauma ringan ketika
mengorek telinga. Terdapat kemungkinan otitis eksterna akut yaitu otitis
eksterna sirkumskripta dan otitis eksterna difus.
Otitis Eksterna Sirkumskripta
Kelainan ini biasanya terjadi di sepertiga luar liang telinga yang
banyak mengandung adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea,
dan kelenjar serumen sehingga di tempat tersebut dapat terjadi infeksi pada
pilosebaseus, sehingga membentuk furunkel.
Kuman penyebab biasanya Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus albus. Gejalanya berupa rasa nyeri yang hebat tidak sesuai
dengan besar bisul. Hal ini disebabkan karena kulit liang telinga tidak
mengandung jaringan longgar dibawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada
penekanan perikondrium. Rasa nyeri dapat juga timbul spontan pada waktu
membuka mulut ( temporomandibular joint ). Selain itu bila furunkel besar
dan menyumbat liang telinga maka juga akan terdapat gangguan
pendengaran.
Terapi tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah menjadi abses,
diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Jika furunkel lokal,
maka diberikan antibiotik dalam bentuk salep, seperti Polymixin B atau
Basitrasin, atau antiseptik ( asam asetat - dalam alkohol ). Bila dinding
furunkel tebal maka dapat dilakukan insisi, kemudian dipasang salir ( drain )
untuk mengalirkan nanahnya. Biasanya tidak dibutuhkan antibiotik sistemik,
hanya diberikan obat simptomatik seperti analgetik dan obat penenang.
Otitis Eksterna Difus
Kelainan ini biasanya terjadi di duapertiga dalam kulit liang telinga.
Tampak kulit liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya.
Kuman penyebab biasanya golongan Pseudomonas. Kuman lain yang dapat
menjadi penyebab adalah Staphylococcus albus , Escherichia coli. Otitis
eksterna difus dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis.
Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit,
kadang kelenjar getah bening regional membesar dan nyeri tekan, terdapat
sekret yang berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir ( musin) seperti sekret
yang keluar dari kavum timpani pada otitis media.
Pengobatannya dengan membersihkan liang telinga, memasukkan
tampon yang mengandung antibiotik ke liang telinga supaya terdapat kontak
yang baik antara obat dengan kulit yang meradang. Kadang diperlukan obat
antibiotik sistemik.
Gambar Otitis eksterna
Panjang liang
telinga
Isthmus ( narrowest
site) liang telinga
Jenis
Variasi anatomi Diagnosis penyakit
telinga anak telinga pada anak
Isthmus ( narrowest
site) liang telinga
METODOLOGI PENELITIAN
.Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain uji diagnostik dengan
pendekatan cross sectional serta penghitungan koefisien Kappa sebagai
penghitungan realibility ( keandalan ) endoskop.
.Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini dilakukan di SDN Cirendeu, Ciputat pada Agustus
– September .
.Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah siswa sekolah dasar kelas di
SDN Cirendeu di Ciputat pada tahun .
. Besar Sampel
Besar jumlah sampel minimal yang dibutuhkan untuk uji
sensitivitas dan spesifisitas tanpa melakukan koreksi prevalensi kasus yang
dihitung dengan rumus :
Pengolahan data berupa hasil uji diagnostik Hasil diagnosis diberikan kepada
dan nilai kesesuaian orangtua sebagai laporan hasil
pemeriksaan
. Pengolahan Data
Seluruh gambar yang telah terkumpul dengan otoendoskop akan
diberikan kode berupa angka yang telah disesuaikan dengan data pasien.
Hasil gambar yang telah diambil akan dibaca hasilnya oleh dua dokter
spesialis THT. Pengiriman gambar kepada dokter spesialis THT melalui
media sosial Whatsapp.
. Hasil Data
. Karakteristik Subjek Penelitian
Sampel yang diambil merupakan siswa kelas di SDN
Cirendeu. Jumlah keseluruhan siswa kelas SDN Cirendeu berjumlah
orang. Sampel yang diambil merupakan sampel yang bersedia dan telah
mengisi lembar persetujuan. Jumlah anak yang bersedia dilakukan
pemeriksaan sejumlah orang , tetapi anak tidak hadir saat
pemeriksaan, maka total sampel yang diperiksa adalah anak sehingga
didapatkan distribusi frekuensi dari karakteristik subjek sebagai berikut :
Tabel Karakteristik Jenis Kelamin dan Usia
Karakteristik Jumlah ( %)
. Jenis Kelamin
Laki-laki ( , %)
Perempuan ( , %)
. Usia
tahun ( , %)
tahun ( , %)
tahun ( , %)
. Sebaran Diagnosis Otoskop Langsung
Normal ( , )
Serumen ( , )
Serumen prop ( , )
Otitis Media Perforasi
( , )
Otitis Media non Perforasi ( OME)
( , )
OM Perforasi
Serumen
Tidak dapat
dinilai
. Pembahasan
A. Sebaran Diagnosis Pemeriksaan Otoskop Langsung
Berdasarkan tabel didapatkan bahwa kejadian tidak normal
pada telinga responden berupa serumen prop, serumen, otitis media
perforasi, dan OME (otitis media non perforasi). Kejadian tidak normal
yang terbanyak ditemukan adalah serumen.
Kejadian otitis media perforasi dan non perforasi juga ditemukan
pada telinga responden, meski hanya kejadian tetapi kejadian otitis
media merupakan kejadian paling sering yang ditemukan pada anak. Usia
anak sering mengalami infeksi saluran pernapasan atas dan dengan mudah
menyebar ke saluran telinga karena saluran eustachius anak lebih pendek
dan lebih horizontal posisinya dibanding dewasa.
B. Foto Tidak Dapat Dinilai
Jumlah foto yang tidak dapat dinilai oleh dokter yang ikut
pemeriksaan sebanyak foto ( , ), sedangkan foto yang tidak dapat
dinilai oleh dokter yang tidak ikut saat pemeriksaan sebanyak foto
( , ).
Nilai tersebut dipengaruhi oleh faktor saat dilakukan
pemeriksaan yaitu :
a. Learning Process Pemeriksa
Peneliti atau pemeriksa belum cukup kompeten untuk
melakukan pemeriksaan. Peneliti dalam penelitian ini hanya
berlatih menggunakan alat selama kurang lebih bulan dengan
target gambar terbaik, sehingga dirasa kurang waktu untuk
berlatih serta jam terbang dalam penggunaan otoendoskop. Hal ini
menyebabkan beberapa gambar yang diambil oleh peneliti pada
penelitian ini tidak dapat dinilai.
Penelitian learning curve endoscopic tympanoplasty yang telah
dilakukan oleh Chih-Chieh Tseng dkk di Taiwan pada tahun
menyatakan bahwa seorang ahli bedah yang akan melakukan
endoscopic tympanoplasty paling tidak sebelumnya telah
melakukan microscopy tympanoplasty. Tujuan penelitian yang
dilakukan bertujuan untuk melihat learning curve endoscopic
tympanoplasty serta mengevaluasi berapa banyak prosedur yang
diperlukan seorang ahli otologi untuk mencapai kecakapan dalam
tehnik tersebut. Berdasarkan hasil penelitiannya, didapatkan
bahwa pada pasien ke waktu untuk operasi dengan
menggunakan metode endoscopic tympanoplasty menjadi lebih
pendek dibandingkan saat belum mencapai pasien ke .
Jika penelitian tersebut dianalogikan dengan hasil penelitian
ini, maka target learning curve yang harus dicapai oleh seorang
pemeriksa untuk menggunakan endoskop adalah dengan
menyelesaikan minimal pasien dan maksimal pasien
sehingga dicapai kemahiran yang baik dalam penggunaan
endoskop.
Salah satu hasil penelitian menjelaskan bahwa dengan adanya
sesi pembelajaran berupa pengenalan,demonstrasi, dan latihan oleh
seorang dokter spesialis THT kepada mahasiswa pre klinik
mengenai otoskop memberikan efek positif terhadap proses
pembelajaran dan rasa percaya diri mahasiswa dalam penggunaan
otoskop. Hingga saat ini belum ada penelitian yang menjelaskan
mengenai learning curve penggunaan otoskop.
KERJASAMA PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kerjasama dengan dr. Fikri Mirza
Putranto, Sp.THT-KL dan dr. Cut Warnaini M.P.H. Penelitian ini didanai oleh dr.
Fikri Mirza Putranto, Sp.THT-KL dan melibatkan dr. Diana Rosalina, Sp. THT-
KL dari RSUP Fatmawati sebagai pembaca hasil foto pemeriksaan.
DAFTAR PUSTAKA
. Sri Herawati JPB, Sri Rukmini. Buku ajar Ilmu Penyakit THT untuk
mahasiswa FKG. EGC. .
. Myburgh HC, van Zijl WH, Swanepoel DW, Hellström S, Laurent C. Otitis
Media Diagnosis for Developing Countries Using Tympanic Membrane
Image-Analysis. EBioMedicine [Internet]. The Authors; ; – .
Available from: http://dx.doi.org/ /j.ebiom.
. Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Head and Neck dalam Gray’s Anatomy
for Students. Elsevier Inc. ; - .
. Alfian F. Hafil, Sosialisman, Helmi. Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar
Ilmu Kesehatan THT-KL. Ed . . FK UI. Jakarta. - .
. Ilechukwu GC, Ilechukwu CGA, Ubesie AC, Ojinnaka CN, Emechebe GO,
Iloh KK. Otitis Media in Children: Review Article. Open J Pediatr [Internet].
; ( ): – . Available from:
http://www.scirp.org/journal/PaperInformation.aspx?PaperID=
. Siswosudarmo R. Tes diagnostik .Obstetrika dan Ginekologi FK Yogyakarta
UGM. .
. Tseng CC, Lai MT, Wu CC, Yuan SP, Ding YF. Learning curve for
endoscopic tympanoplasty: Initial experience of procedures. J Chinese
Med Assoc [Internet]. ; ( ): – . Available from:
http://dx.doi.org/ /j.jcma.
. Sun WH, Kuo CL, Huang TC. The anatomic applicability of transcanal
endoscopic ear surgery in children. Int J Pediatr Otorhinolaryngol [Internet].
; (December ): – . Available from:
https://doi.org/ /j.ijporl.
Lampiran
Surat izin pengantar dari fakultas
Saya telah mendapatkan penjelasan dan mengerti tujuan serta manfaat penelitian
mengenai Uji Diagnostik Otoscope Smartphone dan Otoendoskop dibandingkan
dengan pemeriksaan otoskop langsung pada anak sekolah dasar negeri
Cirendeu oleh Wafa Sofia Fitri dan Andi Noldy Yusuf, Mahasiswa Fakultas
Kedokteran angkatan FK UIN Syarif Hidayatullah. Saya mengerti bahwa
partisipasi saya dilakukan secara sukarela.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama Bapak/Ibu :
Alamat :____________________________
No. Telepon : ___________________________
sebagai Orangtua dari
Nama : ___________________________
Tempat tanggal lahir :____________________________
menyatakan BERSEDIA bahwa anak saya masuk sebagai
subjek penelitian yang dilakukan oleh Wafa Sofia Fitri dan Andi Noldy Yusuf,
Mahasiswa Pendidikan Dokter angkatan FK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Tangerang, ________
(_____________________)
Lampiran
Lembar anamnesis responden
Lembar Pertanyaan
Bagi Bapak/Ibu yang bersedia untuk dilakukan pemeriksaan, kami memohon
kesediaan dari Bapak/Ibu untuk mengisi lembar pertanyaan dibawah ini :
Nama anak :
Tempat, tanggal lahir :
Usia :
Alamat :
Pertanyaan :
. Apakah terdapat riwayat keluar cairan dari telinga anak? Jika iya, dari
telinga sebelah manadan kapan?
. Apakah anak pernah mengalami keluhan nyeri telinga? Jika iya, kapan?
NORMAL NORMAL
SERUMEN SERUMEN
LAIN-LAIN LAIN-LAIN
d d
Negatif
Total
Sensitivitas = :( + )= : = , = , %
Spesifisitas = :( + )= : = , = ,
Nilai prediktif positif = :( + )= : = , = , %
Nilai prediktif negatif= : ( + )= : = , = ,
Negatif
Total
Sensitivitas = :( + )= : = , = ,
Spesifisitas = :( + )= : = =
Nilai prediktif positif = : ( + ) = : = =
Nilai prediktif negatif= : ( + )= : = , = ,
Lampiran
Analisa data
Statistics
usia jeniskelamin
N Valid
Missing
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tahun
tahun
tahun
Total
N
ilai Mean dari usia
Cases
umur
Report
umur
,
(lanjutan)
Jeniskelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki
Perempuan
Total
Cases
Ikut * Langsung
tidakikut * Langsung
Langsung
Negatif
Total
Langsung
tidakikut Positif
Negatif
Total
(lanjutan)
Cases
dktrTDKIKUT * dktrIKUT
dktrIKUT
OM tidak dapat
normal perforasi OME serumen dinilai Total
dktrTDKIKU normal
T OM perforasi
serumen
tidak dapat
dinilai
Total
Symmetric Measures
Asymp. Std.
a b
Value Error Approx. T Approx. Sig.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Normal
OM perforasi sentral
OME
Serumen
Serumen prop
Total
Lampiran
Dokumentasi proses pengambilan data penelitian dan hasil foto otoendoskop
Gambar Surat pengantar kerjasama dari fakultas dengan KSM THT RSUP
Fatmawati
Lampiran
Riwayat penulis
Identitas Diri
Nama : Wafa Sofia Fitri
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat , Tanggal Lahir : Bekasi, September
Agama : Islam
Alamat : Jalan Kelapa Sawit no. RT / RW ,
Kel. Kota Baru, Kec. Bekasi Barat, Harapan Baru ,
Kota Bekasi, Prov. Jawa Barat ( )
Email : wafasofiafitri@gmail.com
Riwayat Pendidikan