Anda di halaman 1dari 51

EFEK EKSTRAK DAUN YAKON “Smallanthus sonchifolius”

TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH, BERAT BADAN


DAN BERAT ORGAN PANKREAS, GINJAL, DAN JANTUNG
PADA TIKUS JANTAN STRAIN Sprague dawley YANG
DIINDUKSI ALOKSAN
Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA
KEDOKTERAN

Disusun oleh:

Anisatul Muqorrobin

NIM: 1111103000096

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1435 H/ 2014 M
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan

untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata 1 di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya guna(an telah saya cantumkan sesuai ketentuan

yang berlaku di UIN Syarif Hidyatullah Jakarta

-)- Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

menrpakan plagiat dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 09 September 2014

Q,
\ LLl
YJ

Anisatul Muqorrobin
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
EFEK EKSTRAK DAUN YAKON "Smallqnthus sonchifolius" TERHADAP
KADAR GLUKOSA DARAH, BERAT BADAN DAN BERAT ORGAN
PANKREAS, GINJAL, DAN JANTUNG PADA TIKUS JANTAN stTain
Sprague dawley YANG DIINDUKSI ALOKSAN

Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Sfudi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Saq'ana
Kedokteran (S. Ked)

Oleh
Anisatul Muqorrobin
NIM: 1111103000096

4M
Pembimbing I Pembimbing II

dr. Flori Ratna Sari, Ph.D dr. Hari Hendarto, Sp.PD, Ph.D, FINASIM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEIIATAI\

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


1435 Ht 2014 M
PENGESAIIAN PANITIA UJIAN

Laporan Penelitian berjudul EFEK EKSTRAK DAUN YAKON "smallanthus


BADAN
soichifotius" TERHADAP KADAR GLUK6SA DARAII, BERAT
JANTUNG PADA
DAN BERAT ORGAN PANKREAS, GINJAL, DAN
TIKUS JANTAN strain sprague dawley YANG DIINDUKSI ALOKSAN
yang

diajukan oleh Anisatul Muqonobin (NIM: 1 I 1 1 103000096),.,:t*


dj"jtT.t,
11"*
10 September'2014'
sidang di Fakutas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada
luporL ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.

Jakarta, l0 September 2014

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidane

dr. Flori Ratna Sari, Ph.D

I
Pembimbing I Pembimbing II

dr. Flori Ratna Sari, Ph.D dr. Hari Hendarto, Sp.PD, Ph.D, FINASIM

Penguji I Penguji II
.'(A
Hlr-
\)
Zeti Harniati, M. Biomed

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD

s--)
L-
dr. M.Gizi, Sp.GK
Prof. Dr. (hc) dr. MK. Tadjudin, Sp'And

IV
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena


atas segala rahmat dan ridha-Nya saya dapat menyelesaikan penelitian ini.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda nabi besar
Muhammad SAW, beserta keluarga, keturunan, sahabat, serta umatnya.
Saya merasa tidak akan dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik
tanpa bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Prof. DR. (hc) dr. M.K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta segenap dosen di
prodi ini yang senantiasa membimbing dan menyampaikan ilmu kepada
saya selama menjalani masa pendidikan di Program Studi Pendidikan
Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku dosen pembimbing I penelitian saya,
yang selalu memberikan bimbingan, arahan serta ilmunya kepada saya
guna menyelesaikan penelitian ini dengan sebaik-baiknya.
4. dr. Hari Hendarto, Sp.PD, Ph.D, FINASIM selaku dosen pembimbing II
penelitian saya, atas segala bimbingan dan saran yang diberikan guna
menyempurnakan penelitian saya.
5. Kedua orang tua tercinta saya, H. Machmud dan Hj. Chusnul Khotimah
yang senantiasa memberikan kasih sayang, dukungan, doa, nasihat, serta
semangat kepada saya sepanjang waktu. Juga kepada saudara kandung
saya Laila Intama, Susana Mas’udah, Sonhaji, Muhammad Faishol,
Kholilur Rohman, Nadhirotul Kamilah dan untuk seluruh keluarga besar
saya yang selalu menjadi semangat saya untuk tidak menyerah dan selalu
bersemangat dalam menuntut ilmu.

v
6. Ibu Zeti Harriyati, M. Biomed selaku penanggungjawab (PJ) laboratorium
MBI. Ibu Nurlaely Mida, M. Biomed selaku PJ Animal house. Ibu Endah
Wulandari, M. Biomed selaku PJ laboratorium Biokimia, drg. Laifa
Annisa Hendarmin, Ph. D selaku PJ laboratorium Riset, dr. Nurul
Hiedayati, Ph.D selaku PJ laboratorium Farmakologi yang telah
memberikan izin atas penggunaan lab pada penelitian ini.
7. Untuk teman seperjuangan penelitian saya, Kandang Girls dan Boys. Laras
Respati Ardanareswari, Elza Amelia Firdaus, Norma Maulidatul Fitria,
Candra Ahmad Hanif Rosyidi, dan Hermansyah, yang telah bahu-
membahu menyelesaikan penelitian bersama. Serta seluruh laboran yang
terlibat Bu Ayu Laifah, Amd, Bu Suryani, S.Si , Pak Rachmadi Wibowo,
S.Si, Bu Lilis. Juga pada Mas Iwan, Pak Ruyatman, dan Mas Panji
Pramudiya yang sangat membantu berlangsungnya penelitian ini.
8. Kak Bayu, senior saya Program Studi Kesehatan Masyarakat 2010 yang
telah membantu saya mengolah data, kepada Kak Nuzma dan Kak Deasy
yang telah berbagi pengalamannya dalam penelitian tahunn kemarin, juga
kepada seluruh mahasiswa PSPD 2011 dan seluruh teman, sahabat, serta
pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Saya menyadari dalam laporan penelitian ini masih banyak terdapat


kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangat saya harapkan demi menyempurnakan laporan ini lebih baik lagi.
Demikian laporan penelitian ini saya tulis, semoga dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca pada umumnya. Dan semoga dapat dihitung sebagai
amal jariyah oleh Allah SWT.

Jakarta, 10 September 2014

Anisatul Muqorrobin
vi
ABSTRAK

Anisatul Muqorrobin. Program Studi Pendidikan Dokter. Efek Ekstrak


Daun Yakon “Smallanthus Sonchifolius” terhadap Kadar Glukosa Darah,
Berat Badan dan Berat Organ Pankreas, Ginjal, dan Jantung pada Tikus
Jantan Strain Sprague dawley yang Diinduksi Aloksan. 2014.
DM merupakan penyakit metabolik yang menyebabkan kondisi hiperglikemia.
Hiperglikemia kronik dapat menyebabkan kerusakan banyak organ, terutama
mata, ginjal, jantung, saraf, dan pembuluh darah. Daun yakon (Smallanthus
sonchifolius) sudah digunakan secara tradisional oleh penduduk Amerika Selatan
sebagai obat hipoglikemik. Pada penelitian ini, daun yakon (Smallanthus
sonchifolius) dijadikan ekstrak kering kemudian dicekokkan pada tikus Sprague
dawley yang telah diinduksi aloksan. Kadar gula darah diukur setiap minggu dan
berat badan setiap hari. Berat pankreas, ginjal, dan jantung diukur setelah proses
sacrifice. Setelah itu, data yang didapat dianalisa. Hasil dari pemberian ekstrak
daun yakon (Smallanthus sonchifolius) dengan dosis 300 mg/kgBB selama 14 hari
dapat memperbaiki kadar glukosa darah secara signifikan, berat badan meskipun
tidak signifikan serta dapat menghambat terjadinya kerusakan ginjal dan jantung
secara signifikan. Hal ini bisa disimpulkan bahwa ekstrak ini dapat memperbaiki
kadar glukosa darah, berat badan, dan menghambat kerusakan organ.

Kata kunci: glukosa darah, berat badan, berat pankreas, berat ginjal, berat jantung,
ekstrak daun Smallanthus sonchifolius, dan diabetes melitus

vii
ABSTRACT

Anisatul Muqorrobin. Medical Education Study Program. Effect of Yacon


Leaves Extract “Smallanthus Sonchifolius” on Plasma Blood Glucose, Body
Weight, and Organ weight, i.e Pancreas, Kidneys, and Heart of Alloxan
Induced-Sprague dawley. 2014.
Diabetes mellitus is a metabolic disorder that causes hyperglycemic state. Chronic
hyperglycemic state can causes multiple organ damage, especially eyes, kidneys,
heart, nerves, and vascular. Yacon leaves (Smallanthus sonchifolius) has been
used traditionally in South America as hypoglycemic agent. In this study, yacon
leaves (Smallanthus sonchifolius) were extracted as dry extract then were
decocted to Alloxan induced-Sprague dawley. Plasma glucose level was measured
weekly, body weight was measured daily, and organ and body weight ratio e.g.
pancreas, kidneys, and heart were measured after sacificed. This study proves that
dry extract of yacon leaves (Smallant hus sonchifolius) with dossage 300
mg/kgBW during 14 days improved blood glucose significantly, body weight
although it is not significant. This extract can inhibits kidneys and heart damage
significantly. It can concluded that this extract can improves blood glucose, body
weight, and inhibits organ da rmage.

Keywords: blood glucose, body weight, pancreas weight, kidneys weight, heart
weight, Smallanthus sonchifolius leaves extract, and diabetes mellitus

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL......................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
ABSTRAK .................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR GRAFIK ...................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah .......................................................................... 3
1.3 Tujuan penelitian ........................................................................... 3
1.3.1 Tujuan umum ....................................................................... 3
1.3.2 Tujuan khusus ...................................................................... 3
1.4 Manfaat penelitian ......................................................................... 4
1.4.1 Bagi peneliti.......................................................................... 4
1.4.2 Bagi institusi ........................................................................ 4
1.4.3 Bagi masyarakat ................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tinjauan Diabetes Mellitus............................................................ 5
2.1.1 Definisi Diabetes Mellitus (DM).......................................... 5
2.1.2 Fisiologi Pankreas dan Insulin............................................. 5
2.1.3 Patofisiologi dan Komplikasi DM........................................ 7
2.1.4 Manifestasi Klinis................................................................. 9
2.1.5 Kriteria Diagnosis DM.......................................................... 9
2.2 Aloksan........................................................................................... 10
2.3 Tanaman Smallanthus sonchifolius................................................ 11
2.4 Kerangka Konsep………………………………………………... 13
2.5 Definisi Operasional …………………………………………….. 14

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Desain penelitian............................................................................. 15
3.2 Waktu dan tempat penelitian........................................................... 15
3.2.1 Waktu penelitian............................................................... 15
3.2.3 Tempat penelitian.............................................................. 15
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian....................................................... 15
1.3.1 Kriteria Inklusi ….……………………………………... 16
1.4 Cara Kerja Penelitian...................................................................... 16
1.4.1 Alat penelitian ................................................................. 16
1.4.2 Bahan penelitian .............................................................. 16
1.4.3 Proses Ekstraksi............................................................... 17
1.4.4 Adaptasi Hewan Sampel.................................................. 17

ix
1.4.5 Induksi Aloksan............................................................... 17
1.4.6 Pemberian Ekstrak Daun Yakon terhadap Tikus............. 18
1.4.7 Pengukuran sampel.......................................................... 18
3.4.7.1 Glukosa darah........................................................... 18
3.4.7.2 Berat badan............................................................... 18
3.4.7.3 Berat organ................................................................ 18
1.5 Alur Penelitian................................................................................ 19
1.6 Pengolahan dan Analisis Data........................................................ 20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Glukosa darah................................................................................. 21
4.2 Berat badan..................................................................................... 23
4.3 Berat Organ.................................................................................... 24
4.3.1 Pankreas...................................................................... 24
4.3.2 Ginjal........................................................................... 25
4.3.3 Jantung........................................................................ 26
4.4 Hambatan penelitian ..................................................................... 27

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan ......................................................................................... 28
5.2 Saran................................................................................................ 28
BAB VI KERJASAMA RISET 29

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 30


LAMPIRAN................................................................................................... 33
..

x
DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Rerata Glukosa Darah Tikus pada Hari Ke-1, 7, dan 14
pada Semua Kelompok Penelitian......................................... 21
Grafik 4.2 Rerata Berat Badan pada Hari Ke-1, 7, dan 14 pada Semua
Kelompok.............................................................................. 23
Grafik 4.3 Rasio Berat Pankreas pada Semua
Kelompok.............................................................................. 24
Grafik 4.4 Rerata Rasio Berat Ginjal pada Semua
Kelompok.............................................................................. 25
Grafik 4.5 Rerata Rasio Berat Jantung pada Semua Kelompok............. 26

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kadar Insulin dalam Plasma.................................................. 5


Gambar 2.2 Pengaruh Insulin terhadap Translokasi GLUT-4....….......... 6
Gambar 2.3 Proses Sekresi Insulin …....................................................... 7
Gambar 2.4 Alur Diagnosis DM …………….......................................... 9
Gambar 2.5 Struktur Alloxan Monohydrate.............................................. 10
Gambar 2.6 Daun Yakon (Smallanthus sonchifolius)............................... 11
Gambar 7.1 Hasil Determinasi Smallanthus sonchifolius......................... 32
Gambar 7.2 Surat Keterangan Sehat Tikus Sprague dawley..................... 33
Gambar 7.3 Proses Penghancuran Daun Yakon........................................ 34
Gambar 7.4 Proses Ekstraksi Daun Yakon............................................... 34
Gambar 7.5 Ekstrak Kering Daun Yakon................................................. 34
Gambar 7.6 Proses Induksi Aloksan......................................................... 34
Gambar 7.7 Hewan Coba.........…………................................................. 34
Gambar 7.8 Proses Anestesi dengan Dyethyl Ether …............................. 34
Gambar 7.9 Proses Sarificed...........................….…................................. 35
Gambar 7.10 Alloxan Monohydrate............................................................ 35
Gambar 7.11 Proses Pengukuran Kadar Glukosa Darah............................. 35
Gambar 7.12 Pengukuran Berat Badan Tikus............................................. 35
Gambar 7.13 Proses Pembuatan Larutan Dekstros 40%............................. 35
Gambar 7.14 Penimbangan Organ.............................................................. 35

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Determinasi Tanaman................................................... 33


Lampiran 2 Surat Keterangan Tikus Sehat................................................ 34
Lampiran 3 Gambar Proses Penelitan....................................................... 35
Lampiran 4 Cara Perhitungan.................................................................... 37
Lampiran 5 Riwayat Penulis...................................................................... 38

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG
Diabetes Melitus (DM) sangat erat hubungannya dengan terjadinya
kemiskinan, nutrisi buruk, penyakit infeksius, dan aspek lainnya. Apabila
semakin banyak yang mengalami DM, maka target Millenium Development
Goal’s (MDG’s) akan semakin jauh mengingat banyak sekali yang bisa
dipengaruhi oleh kejadian penyakit ini. Beberapa negara masih tertinggal jauh
dari target MDG’s 2015.1
Pada tahun 2013, Lebih dari 382 juta orang di dunia menderita penyakit
DM. Menurut perkiraan, akan terjadi peningkatan sebanyak 592 juta pada
tahun 2035. Kejadian terbanyak pada orang dengan usia antara 40-59 tahun.
Dari keseluruhan penderita, 46% tidak terdiagnosis sehingga banyak yang
tidak mengalami penanganan. DM menyebabkan 5,1 juta kematian pada tahun
2013.2
Diperkirakan akan terjadi peningkatan prevalensi DM di Asia Tenggara
sebanyak 71% pada tahun 2035 dari 72,1 menjadi 123 juta penduduk. Pada
tahun 2013, terjadi peningkatan prevalensi DM di Indonesia. Indonesia masuk
ke dalam 7 besar penduduk terbanyak yang menderita DM. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan prevalensi DM di Indonesia dari 1,1% pada tahun 2006 menjadi
2,4% pada tahun 2013. 2,3
DM adalah kondisi defisiensi insulin dan atau resistensi insulin yang akan
mengganggu metabolisme glukosa sehingga terjadi hiperglikemia,
meningkatkan proteolisis sehingga terjadi penurunan berat badan. Kondisi
hiperglikemia juga meningkatkan pembentukan radikal bebas melalui oksidasi
glukosa dan glikosilasi protein sehingga akan menyebabkan abnormalitas
vaskular yang bisa mengganggu ke berbagai organ. Di organ jantung dan
ginjal bisa terbentuk growth factor yang bisa memicu terbentuknya jaringan
ikat sehingga terjadi hipertrofi pada keduanya sehingga bisa meningkatkan
rasio berat jantung dan ginjal.4,5
1
2

Selama ini, belum ada terapi yang efektif untuk menangani DM. Beberapa
agen hipoglikemik, seperti biguanid dan sulfonilurea, telah digunakan secara
tunggal ataupun bersama-sama insulin untuk menangani penyakit ini. Namun,
pengobatan ini bisa menyebabkan efek samping yang serius sehingga banyak
yang melakukan penelitian yang bertujuan untuk mencari agen lain yang lebih
berefek untuk mengontrol diabetes dengan efek samping seminimal mungkin.6
Akhir-akhir ini, para peneliti di bidang pengobatan mulai memiliki
ketertarikan untuk menggunakan bahan herbal untuk tujuan farmakologi.
Terutama dalam kasus DM ini, banyak literatur bahwa beberapa spesies dari
obat herbal memiliki efektivitas yang cukup tinggi dalam menurunkan kadar
gula darah, dengan sedikit efek samping, dengan harga obat yang lebih murah
daripada biasanya. 6
Yakon (Smallanthus sonchifolius) adalah tanaman asli dari Pegunungan
Andes, family Asteraceae digunakan sebagai obat tradisional di Peru.
Tanaman ini memiliki akar, daun, dan batang yang mengandung bahan aktif
yang memiliki beberapa efek farmakologis.7 Di Indonesia mulai banyak yang
membudidaya yakon karena efek hipoglikemiknya yang mirip insulin
sehingga di Indonesia dinamakan daun insulin. Saya akan memfokuskan untuk
meneliti daunnya.
Aybar dkk (2001) melaporkan bahwa setelah 30 hari penggunaan ekstrak
daun ini, terjadi kenaikan kadar insulin plasma, berat badan serta penurunan
kadar glukosa darah jika dibandingkan dengan kontrol.8,9 Oleh karena itu,
kami akan melakukan penelitian pada ekstrak daun yakon.
Penelitian kali ini akan dilakukan pengujian efek ekstrak daun yakon
dengan dosis 300 mg/kgBB/hari yang diberikan dalam waktu 14 hari terhadap
kadar glukosa darah, berat badan tikus, berat organ pankreas, ginjal, jantung
pada tikus DM yang diinduksi aloksan. Kami melakukan penelitian ini karena
penelitian sebelumnya menggunakan ekstrak daun yakon dengan dosis 400
mg/kgBB selama 14 hari menunjukkan efek hipoglikemik yang signifikan.7
Kami ingin mengetahui apakah dengan dosis yang lebih rendah bisa
mendapatkan hasil yang signifikan atau tidak.
3

1.2.RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini


adalah

 Apakah ekstrak daun yakon (Smallanthus sonchifolius) dengan dosis 300


mg/kbBB/hari yang diberikan selama 14 hari dapat menurunkan kadar
glukosa darah tikus Sprague dawley yang diinduksi aloksan?
 Bagaimana gambaran rasio berat badan tikus Sprague dawley yang
diinduksi aloksan setelah pemberian ekstrak daun yakon (Smallanthus
sonchifolius) dengan dosis 300 mg/kbBB/hari yang diberikan selama 14
hari?
 Bagaimana gambaran rasio berat organ tikus Sprague dawley yang
diinduksi aloksan setelah pemberian ekstrak daun yakon (Smallanthus
sonchifolius) dengan dosis 300 mg/kbBB/hari yang diberikan selama 14
hari?

1.3. TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak daun


yakon (Smallanthus sonchifolius) dengan dosis 300 mg/kgBB/hari selama 14 hari
terhadap kadar glukosa darah, berat badan, dan komplikasi diabetes, yaitu rasio
berat pankreas, ginjal, dan jantung pada tikus Sprague dawley yang induksi
aloksan.

1.3.2 Khusus
a. Mengetahui efek pemberian ekstrak Smallanthus sonchifolius dengan
dosis 300 mg/kgBB/hari selama 14 hari terhadap kadar glukosa darah pada
tikus Sprague dawley yang induksi aloksan.
b. Mengetahui efek pemberian ekstrak Smallanthus sonchifolius dengan
dosis 300 mg/kgBB/hari selama 14 hari terhadap gambaran rasio berat
badan tikus Sprague dawley yang induksi aloksan.
4

c. Mengetahui efek pemberian ekstrak Smallanthus sonchifolius dengan


dosis 300 mg/kgBB/hari selama 14 hari terhadap gambaran rasio berat
organ pankreas, ginjal, dan jantung tikus Sprague dawley yang diinduksi
aloksan.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Bagi Peneliti

a. Mendapatkan pengalaman melakukan penelitian dengan desain


eksperimental
b. Mendapat pengetahuan mengenai tanaman herbal yang memiliki efek
hipoglikemik
c. Sebagai salah satu syarat mendapat gelar Sarjana Kedokteran Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah
1.4.2 Bagi Institusi
Dapat menambah referensi penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
1.4.3 Bagi Masyarakat
Sebagai informasi bagi masyarakat sekitar dalam terapi alternatif untuk
mengatasi kadar glukosa darah yang tinggi karena DM.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diabetes Melitus
litus
2.1.1. Definisi dan Klasifikasi
Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) tahun
2010 adalah kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.10
DM diklasifikasikan menjadi 2 tipe utama, yaitu DM tipe I dan DM tipe II.
kan kelainan pankreas karena terjadi destruksi dari sel β
DM tipe 1 merupakan
pankreas sehingga tidak dapat menyekresikan insulin secara absolut. Sedangkan
pada DM tipe II, terjadi resistensi insulin atau defisiensi insulin relatif atau malah
lainnya masih banyak seperti DM gestasional, DM
keduanya. Sedangkan tipe DM lainnya
akibat infeksi, dll. 10
2.1.2. Fisiologi Pankreas dan Insulin
Pankreas merupakan kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin. Di dalam
Pankreas terdapat bermacam
bermacam-macam
macam sel, yaitu: sel α yang berfungsi sekresi
glukagon,, sel β mengeluarkan insulin, sel δ mengeluarkan somatostatin, dan sel F
mengeluarkan polipeptida pankreas. Sekresi oleh Sel β pankreas meningkat
setelah makan apalagi ketika yang dimakan adalah karbohidrat. Berikut adalah
peningkatann kadar insulin plasma dalam menit.11, 12
tabel yang menunjukkan peningkata

Gambar 2.1 Kadar Insulin dalam Plasma


Sumber: Guyton and Hall edisi 12 (2011)

Saat konsentrasi kadar glukosa darah meningkat, terjadi peningkatan


sekresi insulin dalam 2 tahap. Tahap awal terjadi peningkatan sekresi insulin

5
6

hampir 10 kali lipat pada menit ke-3 sampai ke-5 setelah peningkatan cepat dari
glukosa darah. Hal ini terjadi akibat pengeluaran insulin dari sel β pankreas secara
cepat. Namun, tahap awal ini hanya terjadi sampai menit ke-5 saja. Pada menit
selanjutnya sampai menit ke-10, terjadi penurunan hampir setengah menuju
normal.12
Peningkatan sekresi insulin tahap kedua dimulai pada menit ke-15 dan
mencapai puncaknya dalam waktu 2-3 jam. Laju sekresi insulin pada tahap ini
lebih besar daripada tahap awal karena selain terjadi pengeluaran insulin dari sel β
pankreas terjadi juga aktivasi sistem enzim yang menyintesis dan melepaskan
insulin baru. 12
Insulin sendiri memiliki efek terhadap hepar, jaringan adiposa, dan
jaringan otot. Pada hepar, insulin mengaktivasi glukokinase dan glukosa 6 fosfat
sehingga terjadi peningkatan uptake glukosa oleh hepar dan aktivasi glikogen
sintase sehingga memicu terbentuknya glikogen hepar serta efek lainnya. Pada
jaringan adiposa, insulin meningkatkan uptake glukosa oleh jaringan adiposa,
sintesis asam lemak, gliserol fosfat sehingga pada saat setelah makan tidak terjadi
akumulasi glukosa berlebihan di dalam darah (hiperglikemia).12

Gambar 2.2 Pengaruh Insulin terhadap Translokasi GLUT-4


Sumber: Guyton and Hall edisi 12 (2011)
Gambar di atas menunjukkan bahwa insulin memengaruhi sel yang
mengandung reseptor glucose transporter (GLUT) 4, yaitu pada otot skelet, otot
jantung, dan jaringan adiposa. Insulin akan mengaktivasi reseptor insulin sehingga
akan secara spontan mengaktivasi fosfatidil inositol 3 kinase yang akan berefek
7

terhadap terjadinya translokasi GLUT-4 ke membran sel. Akhirnya, GLUT-4 akan


memediasi masuknya glukosa ke dalam sel.13

Gambar 2.3 Proses Sekresi Insulin


Sumber: Fauci, Anthony. S, et. al. Edisi 17
Sekresi insulin terjadi saat glukosa dalam serum masuk ke dalam sel β
pankreas dimediasi oleh GLUT-2. Glukosa tersebut akan diubah oleh enzim
glukokinase menjadi glukosa 6 fosfat yang akan mengalami metabolisme
oksidatif menjadi piruvat untuk menghasilkan ATP di dalam sel β. ATP tersebut
menginhibisi reseptor kanal K+ sehingga menyebabkan penumpukan K+ intrasel
yang memicu terjadinya depolarisasi membran. Depolarisasi membran akan
menyebabkan influks Ca2+ ke dalam sel yang akan mendorong pelepasan granul-
granul insulin ke luar menuju serum.4
2.1.3. Patofisiologi dan Komplikasi
DM tipe I terjadi karena tidak dihasilkannya insulin oleh sel β pankreas.
Hal ini bisa terjadi karena adanya lesi pada sel β pankreas yang dipicu oleh
terjadinya infeksi virus. DM tipe I ini kekurangan insulin secara absolut sehingga
membutuhkan terapi insulin. Sedangkan untuk DM tipe 2, terjadi penurunan
sensitivitas insulin pada organ target (resistensi insulin) dan atau terjadinya
defisiensi insulin relatif. Defisiensi dan atau resistensi insulin ini menyebabkan sel
yang bergantung insulin kekurangan glukosa. Sehingga terjadilah proteolisis dan
lipolisis yang terjadi pada sel otot dan jaringan adiposa sehingga menyebabkan
8

penurunan berat badan, kelemahan otot, serta peningkatan asam amino dalam
darah. Bahan asam amino ini akan diubah menjadi glukosa yang menyebabkan
kondisi semakin hiperglikemia. Metabolisme lain yang terjadi adalah metabolisme
asam lemak yang cenderung menjadi keton sehingga dapat menyebabkan
Ketoasidosis Diabetikum (KAD). KAD ini banyak terjadi pada DM tipe 1.14
DM dapat menyebabkan makroangiopati dan mikroangiopati. Makroangiopati
(kelainan pada pembuluh darah besar) yaitu Penyakit Jantung Koroner, penyakit
arteri perifer, dan penyakit serebrovaskular. Sedangkan mikroangiopati adalah
kelainan pada pembuluh darah kecil, yaitu nefropati, retinopati, dan neuropati
diabetikum.4 Hiperglikemia menyebabkan kondisi di bawah ini:
1) aktivasi jalur poliol sehingga terjadi akumulasi senyawa poliol dalam
jaringan termasuk di lensa mata dan saraf optik. Poliol yang sifatnya tidak
bisa menembus membran basalis sehingga tertimbun di dalam sel. Hal ini
akan meningkatkan tekanan osmotik intrasel sehingga terjadi gangguan
pada struktur dan fungsi saraf optik dan lensa mata.15
2) Glukosa akan bereaksi dengan protein dan DNA menyebabkan inhibisi
aktivitas enzim dan kebutuhan DNA sehingga membentuk radikal bebas
yang dapat menyebabkan perubahan fungsi sel. 15
3) Peningkatan sintesis Di Asil Gliserol (DAG) menyebabkan peningkatan
aktivitas Protein kinase C (PKC) sehingga meningkatkan permeabilitas
vaskuler, kontraktilitas, sintesis membran basalis dan proliferasi sel
vaskuler. PKC juga menyebabkan hiperplasia dan penurunan apoptosis
hepatosit sehingga bisa terjadi hepatomegali. 15
4) Peningkatan growth factor, angiotensin II, endothelin, AGEs, gangguan
hemodinanik di mikrosirkulasi ginjal yaitu hipertrofi glomerulus,
peningkatan tekanan kapiler glomerulus, dan perubahan struktural di
glomerulus (peningkatan matriks ekstrasel, penebalan membran basal,
ekspansi mesangial, fibrosis). Hiperperfusi dan hipertrofi renal ini terjadi
pada tahun pertama setelah onset terjadinya DM.5
5) Viskositas darah meningkat sehingga menyebabkan peningkatan tekanan
darah (hipertensi) sehingga jika terus menerus akan berefek pada hipertrofi
otot jantung.5
9

2.1.4.
1.4. Manifestasi Klinis
Terdapat 2 macam keluhan DM, yaitu keluhan klasik dan keluhan lain.
Keluhan klasik dari DM yaitu: Poliuria, Polidipsia, polifagia, dan penurunan berat
badan tanpa sebab yang jelas. Sedangkan keluhan lainn
lainnya
ya antara lain: badan
lemah, kesemutan, gatal, mata kabur serta disfungsi ereksi pada pria dan pruritus
vulva pada wanita.10
2.1.5.
1.5. Kriteria Diagnosis
Seseorang dikatakan menderita DM melalui 4 cara,10 yaitu:
a. Ada keluhan klasik dengan Gula Darah Sewaktu ≥200 mg/dl
b. Keluhan klasik disertai Gula Darah Puasa ≥126 mg/dl
c. Tes toleransi glukosa oral menunjukkan nilai >200 mg/dl
d. Nilai HbA1c >6,5%
Berikut adalah alur diagnosis untuk DM

Gambar 2.4 Alur Diagnosis DM


Sumber: Perkeni (2011)
10

2.2. Aloksan

Gambar 2.5 Struktur Alloxan Monohydrate


Sumber: Hashemi, M, et. al (2009)
Aloksan merupakan bahan kimia yang hidrofilik dan tidak stabil yang
bentuknya mirip dengan glukosa, sehingga diuptake secara selektif oleh sel β
pankreas. Kemiripannya menyebabkan aloksan bisa masuk ke sitosol sel β
pankreas melalui GLUT-2 di membran plasma sel β pankreas. Efek biologis
lainnya adalah aloksan bisa menyebabkan reaktivitas grup thiol sehingga terjadi
inhibisi glukokinase. Hal ini bisa berefek terhadap penurunan oksidasi glukosa
dan penghasilan ATP sehingga terjadi penekanan pada sekresi insulin yang
diinduksi glukosa.16
Aloksan bisa menginduksi diabetes melalui 4 tahapan16, yaitu:
1. Fase pertama terjadi dalam beberapa menit pertama injeksi aloksan,
maksimal pada 30 menit, terjadi hipoglikemik transien. Hal ini terjadi
karena terjadi peningkatan sekresi insulin secara transien yang
menyebabkan peningkatan uptake glukosa oleh sel β pankreas sehingga
terjadi hipoglikemia
2. Fase kedua terjadi pada jam pertama injeksi, yaitu fase pertama kali terjadi
hiperglikemia. Hal ini terjadi karena aloksan menyebabkan supresi sekresi
insulin
3. Fase ketiga adalah fase hipoglikemik kembali pada 4-8 jam injeksi. Pada
fase ini terjasi sekresi insulin besar-besaran yang diinduksi oleh aloksan.
Selain itu, terjadi ruptur membran sel dan mitokondria sel β pankreas
sehingga menyebabkan nekrosis sel β pankreas.
11

4. Fase keempat terjadi degranulasi dan hilangnya integritas sel β pankreas


secara komplit sehingga terjadi diabetes. Fase ini terjadi pada 24-48 jam
setelah injeksi.
2.3. Yakon (Smallanthus sonchifolius)
Yakon (Smallanthus sonchifolius) bersama dengan 21 spesies Smallanthus
lain termasuk dalam kelas Asteraceae. Spesies ini tumbuh subur di lereng
Pegunungan Andean, Amerika Latin. Suhu optimum untuk pertumbuhan yakon
ini adalah 18-25 °C, tetapi juga masih bisa menolerir sampai suhu 40 °C tanpa
mengurangi hasil panen, jika disiram dengan jumlah air yang adekuat. Umumnya,
penanaman optimum untuk yakon ini sedalam 800 mm. Yakon cocok untuk hidup
di berbagai macam tanah, tetapi lebih bagus tumbuh di tanah yang teraliri air
dengan baik, dengan struktur tanah yang bagus. Pertumbuhan buruk jika ditanam
di tanah yang keras. Yakon juga bisa hidup di pH mulai dari yang asam sampai
basa (lemah).17

Gambar 2.6 Daun Yakon (Smallanthus sonchifolius)


Sumber: Factsheet Botanical Data Yakon (2008)
Berikut ini adalah taksonomi tumbuhan yakon18:
Kingdom : Viridiplantae
Phylum : Streptophyta
Class :-
Order : Asterales
Family : Asteraceae
Genus : Smallanthus
Species : Smallanthus sonchifolius
12

Tumbuhan yakon terdiri dari akar, batang, dan daun. Di daerah Andean,
akar yakon dianggap sebagai buah dan dijual bersama buah lainnya seperti apel,
alpukat, dan nanas. Akarnya lezat, gurih, dan manis rasanya dan penduduk asli
daerah tersebut sering menjemurnya di bawah panas matahari agar rasanya
menjadi lebih manis. Mereka mengonsumsi, mengupas, dan menyampurkannya
dengan buah lain sebagai salad serta bentuk lainnya. Akar yakon telah digunakan
sebagai obat tradisional penduduk Peru untuk mengobati hiperglikemia, masalah
ginjal, dan peremajaan kulit. Di Brazil, daun yakon yang digunakan sebagai obat
dalam bentuk teh. Di Jepang, daun dan buahnya dicampur dengan daun teh.17
Daun yakon mengandung protein, lipid, serat, dan sakarida, catechol,
terpenes, dan flavonoid. Daun tersebut memiliki efek seperti insulin, yaitu
menurunkan produksi glukosa di hepatosit.19
13

2.4. Kerangka Konsep

Tikus diinduksi aloksan

Glucose mimetic (GLUT-2)

Terjadi reaksi redoks antara


aloksan dan dialuric acid

Terbentuk ROS

Perubahan permeabilitas
mitokondria

Induksi apoptosis sel β Pengukuran Berat


pankreas Pankreas

Defisiensi insulin
Pengukuran
Glukosa Darah
↑ Lipolisis,
Hiperglikemia Proteolisis,
glukoneogenesis
Pengukuran Berat
Diabetes Melitus Badan Tikus

Produksi growth Cardiac mass ↑ Pengukuran Berat Jantung


factor berlebihan
Nefropati dibetikum Pengukuran Berat Ginjal
14

2.5. Definisi Operasional

No Variabel Cara ukur Alat ukur Skala


ukur
1. Kadar glukosa darah Darah diambil dari ekor tikus Glukometer Numerik
secukupnya
2. Berat badan Diukur sebelum pemberian Timbangan Numerik
ekstrak dan selama 14 hari berat badan
pemberian ekstrak
3. Berat organ: Diukur setelah sampel Neraca Numerik
pankreas, ginjal, disacrifice analitik
jantung.
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian


Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain eksperimental.
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember sampai Maret 2013.
3.2.2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Animal House, Laboratorium Biologi,
Biokimia, Riset, Pharmacy Drug Research (PDR), dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Jl. Kertamukti no. 05 Pisangan, Ciputat 15419,
Tangerang Selatan.
3.3. Sampel Penelitian
Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus jantan Sprague dawley
usia 2-3 bulan, dengan berat badan rata-rata 200-240 gram yang diperoleh dari
iRatco Inc, Bogor.
Penelitian ini dilakukan dengan membagi tikus menjadi 3 kelompok.
Kelompok pertama merupakan kelompok normal (N, n = 4). Kelompok kedua
merupakan kelompok tikus yang diinduksi aloksan 150 mg/kgBB atau disebut
juga kelompok DM (D, n = 4). Sedangkan kelompok ketiga merupakan tikus yang
diinduksi aloksan dan diberikan terapi ekstrak daun yakon (Smallanthus
sonchifolius) dengan dosis 300 mg/kgBB/hari (D + SS, n = 4).
Penentuan jumlah sampel pada setiap kelompok penelitian menggunakan
rumus Federer yaitu:

RUMUS FEDERER: 𝑛 − 1 𝑡 − 1 > 15

Keterangan:
t = jumlah kelompok, n = jumlah sampel
𝑛 − 1 3 − 1 > 15
𝑛 − 1 2 > 15
15
16

2𝑛 − 2 > 15
2𝑛 > 15 + 2
2𝑛 > 17
𝑛 > 8,5
Dibulatkan menjadi 9
Menurut hasil perhitungan menggunakan rumus federer didapatkan jumlah
sampel minimum yang harus ada dalam setiap kelompok percobaan adalah 9 ekor.
3.3.1. Kriteria Inklusi
 Kontrol Negatif atau kelompok Normal : tikus jantan strain
Sprague dawley dengan kadar glukosa darah <200 mg/dL
 Kontrol Positif atau kelompok DM : tikus jantan strain
Sprague dawley dengan kadar glukosa darah >200 mg/dL
3.4. Cara Kerja Penelitian
3.4.1 Alat Penelitian
Alat-alat yang harus disiapkan untuk penelitian ini antara lain:
kandang tikus, glukometer, glucotest strip, neraca hewan, syringe, oral
sonde, neraca analitik, timbangan milligram, minor set, tissue, kulkas -
80oC, dan 4o C.
3.4.2 Bahan Penelitian
Bahan utama untuk penelitian ini adalah daun yakon (Smallanthus
sonchifolius) sebanyak 1 kg yang diperoleh dari Pusat Penjualan
Tanaman “Bursa Bibit” Yogyakarta. Daun yakon yang telah didapatkan
dideterminasi dahulu di Pusat Konservasi Kebun Raya Bogor untuk
memastikan apakah sampel sudah benar. Setelah proses determinasi,
bahan diekstraksi di Laboratorium Riset Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kemudian ekstrak tersebut dijadikan ke bentuk sediaan bubuk yang
dilakukan di Institut Pertanian Bogor. Dan didapatkan hasil kira-kira
sebanyak 250 gram ekstrak kering daun yakon.
Bahan-bahan kimia yang diperlukan untuk penelitian ini antara
lain:
a) Induksi kondisi DM pada tikus: Aloksan Monohidrat 5%,
17

b) Proses Ekstraksi: Ethanol 70%,


c) Pembersihan Organ: larutan Natrium Hidroklorida 0,9%,
d) Proses anestesi tikus: dyethil ether, dan
e) Pencegahan hipoglikemi pada tikus: dextrose
3.4.3 Proses Ekstraksi
Proses ekstraksi dilakukan di Laboratorium Pharmacy Drug
Research (PDR) dan Laboratorium Riset Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Daun
insulin sebanyak 1 kg dihaluskan menggunakan blender. Bahan yang
sudah halus tersebut ditimbang dan didapatkan hasil 750 mg. Kemudian
dilarutkan dalam pelarut ethanol 70% dengan konsentrasi 10%. Setelah
itu, larutan tersebut diaduk selama 5 jam agar bahan aktifnya terlarut
dalam ethanol. Kemudian dilakukan penyaringan pada larutan tersebut.
Lalu, dibawa ke IPB untuk dijadikan ke bentuk bubuk dan disimpan di
suhu 4oC. Untuk pengujian terhadap tikus, ekstrak daun insulin
dilarutkan dalam air segera sebelum digunakan.
3.4.4 Adaptasi Hewan Sampel
Sampel diadaptasikan di Animal house pada hari ke-1 sampai ke-
21. Sampel diadaptasikan terhadap segala sesuatu baik terhadap tempat
tinggal barunya, pemberian makanan maupun pemberian minuman
yang disamakan pada semua tikus.
3.4.5 Induksi Aloksan
Tikus diinduksi dengan aloksan monohidrat 150 mg/kgbb secara
intraperitoneal. Induksi dilakukan pada hari ke-22. Setelah hewan
diinduksi, diberi akses makanan secara bebas (ad libitum) dan dalam
waktu 24 jam pertama dilakukan penambahan 40% larutan D-glukosa
monohidrat untuk mencegah terjadinya hipoglikemi yang fatal.
Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan 7 hari setelah induksi, yaitu
pada hari ke-29. Tikus dengan glukosa >200 mg/dl dikatakan sebagai
tikus DM.
3.4.6 Pemberian Ekstrak Daun Yakon terhadap Tikus
18

Setelah tikus dinyatakan DM, dilakukan pemberian ekstrak daun


yakon (Smallanthus sonchifolius) selama 14 hari (hari ke-29 sampai
hari ke-43) dengan dosis 300 mg/kgBB/hari pemberian secara oral
dengan menggunakan alat sonde.
3.4.7 Pengukuran Sampel
3.4.7.1 Glukosa Darah Tikus
Kadar glukosa darah diukur sebanyak 3 kali, yaitu pada hari
ke-1 sebelum diberikan ekstrak serta hari ke-7 dan 14 setelah
pemberian ekstrak. Yang diukur adalah glukosa darah sewaktu
tikus. Pertama, kita harus membius tikus terlebih dahulu
menggunakan larutan dyethil ether sampai terjadi penurunan
kesadaran. Hal ini dilakukan agar mengurangi rasa sakit yang
dialami tikus. Kemudian, dilakukan pemotongan pada ekornya.
Setelah dilakukan pemotongan, darah akan keluar dari vena dan
diteteskan pada strip pengukur glukosa darah dan dilihat hasilnya
di glukometer.
3.4.7.2 Berat Badan
Berat badan tikus diukur sebelum tikus diinduksi aloksan,
setelah tikus dinyatakan DM, dan selama 14 hari pemberian
ekstrak, yaitu hari ke-29 sampai 43. Data yang diolah dalam SPSS
merupakan rasio berat badan tikus dengan rumus:
𝐵𝐵 𝐻𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 −14
= 𝐵𝐵 𝐻𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 −1
×100%

3.4.7.3 Berat Organ (Pankreas, Ginjal, dan Jantung)


Setelah berat badan dan kadar glukosa darah tikus DM
diukur selama 14 hari pemberian ekstrak daun yakon, maka pada
hari ke-43, tikus disacrifice. Setelah itu, organ pankreas, ginjal, dan
jantung dipisahkan dari masing-masing tikus. Kemudian organ
tersebut dimasukkan dalam cairan NaCl terlebih dahulu dan
dikeringkan dengan tissue. Selanjutnya organ tersebut dimasukkan
dalam tabung organ. Kemudian dimasukkan dalam kulkas dengan
suhu -80oC. Organ yang akan ditimbang harus dipisahkan dari
19

komponen lain agar tidak menimbulkan kesalahan penimbangan.


Organ kemudian ditimbang dengan neraca analitik. Berikut ini
merupakan rumus penghitungan rasio berat organ:
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛 (𝑝𝑎𝑛𝑘𝑟𝑒𝑎𝑠, 𝑔𝑖𝑛𝑗𝑎𝑙, 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑗𝑎𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔
= × 1000
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 − 14

3.5 Alur Penelitian

Persiapan Alat dan Bahan Penelitian

Pemilihan Subjek

Adaptasi hari ke-1 sampai hari ke-21

Pengukuran BB dan GDS awal serta Induksi aloksan pada hari ke-22

Menunggu Reaksi Aloksan pada hari ke-29

Pengambilan Darah  Cek Kadar GDS

Kadar GDS >200 mg/dL  DM

Dibagi ke dalam kelompok D dan DD+ SS

Pengukuran BB untuk kelompok N, D, D + SS dan Pemberian ekstrak pada D + SS

Pengukuran Glukosa Darah pada hari ke-36 serta sebelum sacrificed (hari ke-43)

Sacrifice dan Pengambilan Organ (pankreas, ginjal, dan jantung)

Penimbangan Organ Pengolahan Data

3.6 Pengolahan dan Analisa Data


Dalam pengambilan data untuk penelitian ini, dilakukan eksperimen
langsung terhadap tikus jantan jenis ”Sprague dawley” dengan berat badan
200-240 gram, yang telah diberi perlakuan sebelumnya berupa pemberian
aloksan dan ekstrak daun yakon (Smallanthus sonchifolius). Ditambah dengan
pencarian literatur dan melakukan peninjauan pustaka untuk mendapatkan
20

informasi mengenai pengaruh daun yakon (Smallanthus sonchifolius) terhadap


kadar glukosa darah, berat badan, berat organ pankreas, ginjal dan jantung.
Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan data secara komputerisasi yaitu
dengan SPSS versi 16. 0.
Uji yang dilakukan adalah uji Oneway Anova karena penelitian ini
termasuk analitik kategorik numerik tidak berpasangan. Uji Oneway Anova
bisa dilakukan jika data normal dan homogen. Jika tidak memenuhi salah satu
syarat tersebut, maka yang dilakukan adalah uji Kruskal Wallis.
Bab IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Glukosa Darah


Berikut ini merupakan grafik dari hasil pengukuran glukosa darah sewaktu yang
dilakukan pada hari pertama (H1), ketujuh (H7), dan keempat belas (H14).

**
** *
700
600
GDS (mg/dL)

N
500
400 D
300
D+Ss
200
100
0
1 7 14
Waktu Pengukuran (Hari)

Grafik 4.1 Rerata glukosa darah tikus pada hari ke-1,


1, 7, dan 14 pada semua
kelompok penelitian

Keterangan: N: kelompok Normal, D: Kelompok DM, D + SS: kelompok DM yang diterapi


sochifolius,H1: hari ke-11 sebelum pemberian ekstrak, H7: Hari
dengan ekstrak kering Smallanthus sochifolius,
ke-77 setelah pemberian ekstrak, H14: Hari ke-14
ke setelah pemberian ekstrak, *: p value<0,05, **: p
value <0,01, Non significant

Berdasarkan grafik 4.1 di atas, terlihat kenaikan glukosa darah pada


kelompok N namun tidak mencapai kondisi DM. Penurunan kadar glukosa darah
pada D + SS lebih tinggi daripada pada D. Selanjutnya dilakukan analisis data
menggunakan uji One
One-Way Anova. Distribusi data kadar glukosa darah normal,
namun karena varians data heterogen, maka dilakukan transformasi data. Namun
karena setelah transformasi datanya
atanya menjadi homogen namun tidak normal
normal, maka
dilakukan uji Kruskal Wallis.
Wallis

Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa p value 0,012 yang berarti
terdapat perbedaan rerata kadar glukosa darah yang signifikan antara kelompok N
N,
D, maupun D + SS. Rerata kadar
k glukosa darah pada D + SS lebih mendekati nilai

21
22

kadar glukosa darah pada N. Dapat disimpulkan bahwa Smallanthus sonchifolius


dapat menurunkan kadar glukosa darah secara signifikan.

Hal ini sesuai dengan penelitian Silmara Baroni dkk (2008) yang
menggunakan ekstrak daun Smallanthus sonchifolius dengan dosis 400 mg/kgbb
selama 14 hari terbukti dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus yang
mengalami diabetes sebanyak 59% mendekati kadar glukosa normal.7Penurunan
dalam penelitian kita hanya 29% kemungkinan karena dosis ekstrak yang kita
turunkan menjadi 300 mg/kgBB.

Pada penelitian ini, penurunan glukosa yang terjadi pada D + SS


diperkirakan karena adanya bahan aktif berupa komponen fenol yang terdapat
pada daun insulin (Smallanthus sonchifolius), antara lain chlorogenic,
dycaffeoylquinic, caffeic acid. Menurut penelitian Vitrac dan Ong KW (2013),
kandungan chlorogenic acids yang ada dalam daun insulin dapat menghambat
enzim Glukusa 6 Fosfatase sehingga glukoneogenesis dan glikogenolisis
terhambat sehingga kadar glukosa darah dapat turun. 20
23

4.2. Berat Badan


Berikut ini merupakan tabel dan gambar dari hasil pengukuran Berat
Badan
n yang dilakukan pada hari ke-1,
ke 7, dan 14 pada semua kelompok.

**

ns N NS
400
Rasio Berat Badan (%)

350
300
250
200
150
100
50
0
H1 H7 H14
Waktu Pengukuran (Hari)
N D D + SS

Grafik 4.2 Rerata berat badan pada hari ke-1,


1, 7, dan 14 pada semua kelompok

Keterangan: N: kelompok Normal, D: Kelompok DM, D + SS: kelompok DM yang diterapi


sochifolius,H1: hari ke-11 sebelum pemberian ekstrak, H7: Hari
dengan ekstrak kering Smallanthus sochifolius,
ke-77 setelah pemberian ekstrak, H14: Hari ke-14
ke setelah pemberian ekstrak, *: p value<0,05, **: p
value <0,01, Non significant

Berdasarkan grafik
ik 4.2, terlihat D mengalami penurunan berat badan.
Sedangkan D + SS mengalami kenaikan berat badan. Hal ini bisa terjadi karena
menurut penelitian Vitrac dan Ong KW (2013) menunjukkan bahwa dalam
kandungan chlorogenic acids dalam Smallanthus sonchifolius dapat
meningkatkan uptake glukosa ke dalam otot skelet melalui aktivasi jalur AMPK.20

Langkah selanjutnya adalah pengolahan data menggunakan uji One-Way


Anova karena data normal dan homogen. Hasil uji didapatkan p value 0,499 yang
menunjukkan tidak terdapat perbedaan berat badan yang bermakna antara ketiga
kelompok. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Silmara Baroni, dkk (2008)
dengan menggunakan ekstrak daun insulin dengan dosis 400 mg/kgBB yang
menunjukkan kenaikan berat badan namun signifkan.(7) Hal ini mungkin
24

dikarenakan dosis ekstrak pada penelitian tersebut lebih besar sehingga lebih bisa
berefek menaikkan berat badan.

Menurut penelitian Vitrac dan Ong KW (2013),, komponen fenol pada


daun insulin dapat menghambat enzim glukosa 6 fosfatase sehingga terjadi
inhibisi glukoneogenesis yang akhirnya akan memperbaiki
memperbaiki metabolisme glukosa,
lipid, maupun protein sehingga tidak terjadi lagi proses pemecahan komponen lain
untuk mendapatkan energi termasuk otot dan jaringan adiposa sehingga berat
badan akan lebih naik dengan pemberian ekstrak.20

4.3 Berat Organ


Penelitiann ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak Smallanthus
sonchifolius dapat menghambat kerusakan yang terjadi pada organ tikus yang
diinduksi aloksan, melalui pengukuran rasio berat organ terhadap berat badan
yang dilakukan pada hari ke-14.
ke
4.3.1 Pankreas
Berikut ini adalah rerata rasio berat pankreas dengan berat badan pada
semua kelompok, yaitu N 1,99±0,20,, sedangkan pada D dan D + SS masing
masing-
masing adalah 3,65±0,54 dan 3,14±0,67

*
NS
**
4,5
Rasio Berat Pankreas

4
3,5 N
3 D
2,5
2 D + SS
1,5
1
0,5
0
Kelompok

Grafik 4.3
4. Rasio berat pankreas pada semua kelompok

Keterangan: N: kelompok Normal, D: Kelompok DM, D + SS: kelompok DM yang diterapi


dengan ekstrak kering Smallanthus sochifolius,
sochifolius,H1: hari ke-11 sebelum pemberian ekstrak, H7: Hari
ke-77 setelah pemberian ekstrak, H14: Hari ke-14
ke setelah pemberian ekstrak, *: p value<0,05, **: p
value <0,01, Non significant
25

erdasarkan hasil statistik uji One-Way Anova didapatkan p value 0,004,


Berdasarkan
menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna pada rasio berat pankreas pada
semua
mua kelompok. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya Armanath
(2011) yang menggunakan ekstrak Indigofera tinctoria pada tikus DM selama 16
hari menunjukkan bahwa rasio berat pankreas berbeda pada setiap kelompoknya
namun menurut uji statistik belum signifikan ((p value >0,05).21

4.3.2 Ginjal
Rerata rasio berat ginjal didapatkan paling
paling tinggi pada kelompok D (5,30
(5,30),
lanjutnya kelompok D + SS (3,62)
kemudian selanjutnya (3,62) dan yang terak
terakhir adalah
kelompok N (2,81).
). Berdasarkan hasil rerata tersebut didapatkan bahwa rasio
ompok D + SS lebih mendekati kelompok normal.
berat ginjal pada kelompok
Karena data normal namun varians datanya tidak sama, maka dilakukan
transformasi. Setelah transformasi dilakukan, data menjadi normal dan homogen.
Sehingga bisa diuji dengan cara One-Way Anova.

** *
7
6
Rasio Berat Ginjal

5 N
4 D
3 D + SS
2
1
0
Kelompok

Grafik 4.4
4. Rerata rasio berat ginjal pada semua kelompok

Keterangan: N: kelompok Normal, D: Kelompok DM, D + SS: kelompok DM yang diterapi


dengan ekstrak kering Smallanthus sochifolius,
sochifolius,H1: hari ke-11 sebelum pemberian ekstrak, H7: Hari
ke-7 setelah pemberian ke-14 setelah pemberian ekstrak, *: p value<0,05, **: p
an ekstrak, H14: Hari ke
value <0,01, Non significant

Berdasarkan uji One-Way Anova, didapatkan p value 0,001 menunjukkan


bahwa terdapatt perbedaan rasio berat ginjal yang signifikan antara tiga kelompok
26

tersebut. Rerata rasio berat ginjal pada D + SS menunjukkan lebih kecil rasionya
dibanding D. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aybar dkk
(2001) yang menggunakan teh daun Smallanthus sonchifolius selama 30 hari
menunjukkan perbedaan sign
signifikan
ifikan pada rasio berat ginjal antara kelompok terapi
dan kelompok DM.9 Menurut penelitian yang dilakukan Zafar dkk (2010) hhal ini
bisa terjadi karena pada DM tipe 1 terjadi ekscpresi TGF β-1, Epidermal Growth
Factor yang berlebihan pada sel mesangial ginjal dan tubulus kontortus
prioksimal sehingga memicu terjadinya hipertrofi ginjal yang bisa menaikkan
berat ginjal. 22
4.3.3. Jantung
Hasil rerata rasio berat
ber jantung terhadap berat badan,, yaitu paling tinggi
pada kelompok N yaitu sebesar 10,5. Sedangkan Rasio berat
at jantung pada D + SS
banding dengan D (2,50 vs 6,50).
lebih kecil jika dibanding

**
** **
12
Rasio Berat Jantung

10 N
8 D
6 D + SS
4
2
0
Kelompok

Grafik 4.5 Rerata rasio berat jantung pada setiap kelompok


Keterangan: N: kelompok Normal, D: Kelompok DM, D + SS: kelompok DM yang diterapi
dengan ekstrak kering Smallanthus sochifolius,
sochifolius,H1: hari ke-11 sebelum pemberian ekstrak, H7: Hari
ke-77 setelah pemberian ekstrak, H14: Hari ke-14
ke setelah pemberian ekstrak, *: p value<0,05, **: p
value <0,01, Non significant

Selanjutnya dilakukan uji One-Way Anova. Karena data normal namun


tidak homogen, maka harus dilakukan transformasi data. Setelah transformasi data
menjadi normal dan homogen sehingga dilakukan uji One
One-Way Anova.
27

Berdasarkan uji One-Way Anova didapatkan p value 0,007 menunjukkan terdapat


perbedaan yang signifikan pada ketiga kelompok. Data ini menunjukkan bahwa
pemberian ekstrak Smallanthus sonchifolius dapat menghambat terjadinya
disfungsi jantung sehingga didapatkan rasio berat jantung yang lebih kecil jika
dibandingkan dengan kelompok DM. Hal ini sesuai dengan penelitian Poornima
et al (2006) yang menemukan terjadinya disfungsi diastolik setelah 7 hari DM
akibat induksi streptozotocin, dan pada status hiperglikemia terjadi peningkatan
protein kinase C sehingga bisa menyebabkan hipertrofi jantung.23

4.4 Hambatan Penelitian


Beberapa hambatan dalam penelitian, antara lain:
1. Aloksan menyebabkan banyak kematian tikus
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
 Pemberian ekstrak daun yakon (Smallanthus sonchifolius) dengan dosis
300 mg/kgBB/hari selama 14 hari dapat menurunkan kadar glukosa darah
tikus Sprague dawley yang diinduksi aloksan secara signifikan (p value
0,012). Didapatkan penurunan glukosa darah sebesar 29% pada kelompok
terapi, meski belum bisa mencapai kadar normal.
 Terdapat perbedaan gambaran rasio berat antara kelompok meskipun tidak
signifikan denga p value 0,499 setelah pemberian ekstrak daun yakon
(Smallanthus sonchifolius) dengan dosis 300 mg/kgBB/hari selama 14
hari.
 Terdapat perbedaan gambaran rasio berat organ yang signifikan antara
kelompok, yaitu rasio berat pankreas dengan p value 0,004, ginjal dengan
p value 0,001, dan jantung dengan p value 0,007.

5.2 Saran

Bagi peneliti selanjutnya,

1. Diaharapkan sebelum dilakukan penimbangan berat badan, dilakukan


anestesi terlebih dahulu.
2. Diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemberian
ekstrak daun yakon (Smallanthus sonchifolius) menggunakan dosis yang
beragam, jumlah sampel yang lebih besar, dan waktu penelitian yang lebih
lama.
3. Diharapkan untuk memeriksa sampai ke histopatologi jaringan yang
terkena komplikasi DM.

28
BAB 6
KERJASAMA RISET

6.1 Kerjasama Riset


Riset ini merupakan bagian dari kerjasama kelompok riset diabetes dan
regenerasi pankreas PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah di bawah bimbingan dr.
Flori Ratna Sari, Ph.D dan dr. Hari Hendarto, Sp.PD, Ph.D, FINASIM.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. International Diabetes Federation 2011. Diabetes and Millenium Development Goal’s.


Diunduh dari http://www.idf.org/diabetesatlas/5e/diabetes-and-millenium-development-
goals. pada tanggal 13/09/2013 pukul 14:20

2. International Diabetes Federation 2013. IDF Diabetes Atlas 6th Edition. Diunduh dari
http://www.idf.org/sites/default/files/EN_6E_Atlas_Full_0.pdf. pada tanggal 6
September 2014 pukul 08.43

3. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI 2013. Riset


Kesehatan Dasar (Riskesdas). Diunduh dari
http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan_Riskesdas2013.PDF.
pada tanggal 6 September 2014. Pada pukul 09.35

4. Fauci, Braunwald, Kasper, Hauser, Longo, Jameson, Loscalzo, et al. Harrison’s


Principles of Internal Medicine 17th Edition. McGraw Hill; 2008

5. Hofmann, Susanna and Michael Brownlee. Diabetes Mellitus: A Fundamental and


Clinical Text 3rd Edition. Lippincott Williams & Wilkins; 2004.

6. Rao, M.Upendra, et al. Herbal Medicines for Diabetes Mellitus: A Review. USA:
International Journal of PharmTech Research. 2010

7. Baroni, Silmara, et al. Effect of crude extracts of leaves of Smallanthus sonchifolius


(Yakon) on glycemia in diabetic rats: Revista Brasileira de Ciências Farmacêuticas.
2008

8. Lachman. J, et. al. Yakon [Smallanthus sonchifolia (Poepp. et Endl.) H. Robinson]


chemical composition and use – a review. Prague: Czech University of Agriculture. 2003

9. Aybar, Manuel J., Alicia N. Sa´nchez Riera, Alfredo Grau, Sara S. Sa´nchez.
Hypoglycemic Effect of The Water Extract of Smallantus Sonchifolius (Yacon) Leaves in
Normal and Diabetic Rats. Argentina: Elsevier. 2001.

30
31

10. Perkeni. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM Tipe 2 di Indonesia. 2011

11. Gerard, Tortora, and Bryan Derrickson. Principles of Anatomy and Physiology 12th
Edition. USA: John Willey & Sons. 2009

12. Guyton and Hall. Textbook of Medical Physiology 12th ed. USA: Mc Graw Hill. 2011

13. Ganong. Review of medical Physiology 22nd edition. USA: Mc Graw Hill. 2005

14. Siebernagle, Stefan and Florian Lang. Color Atlas of Pathophysiology. New York:
Thieme. 2000

15. Sudoyo, Aru. W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing. 2009

16. Rohilla, Ankur and Shahjad, Ali. Alloxan Induced Diabetes: Mechanisms and Effects. .
Int. J. R. in Pharmaceutical and Biomedical Sciences Vol. 3 (2): 2012

17. Polreich Severin. Establishment of a classification scheme to structure the post-harvest


diversity of yakon storage roots (Smallanthus sonchifolius (poepp. & endl.) H.
Robinson). Lima, Peru: University of Kassel; 2003

18. Smallanthus sonchifolius (Poepp.) H. Rob Unranked synonym in NCBI Taxonomy.


http://www.gbif.org/species/106690636. Diunduh pada tanggal 05/09/2014 pada pukul
15.39

19. Valentová, Kateřina and Jitka Ulrichová. Smallanthus Sonchifolius and Lepidium
Meyenii–Prospective Andean Crops for The Prevention Of Chronic Diseases. Czech
Republic: Faculty of Medicine, Palacký University. 2003

20. Vitrac dan Ong KW. Anti-Diabetic And Anti-Lipidemic Effects Of Chlorogenic Acid Are
Mediated By Ampk Activation. Elsevier. 2013

21. Bangar, Amarnath. V. and MG Saralaya. 2011. Anti-hyperglycaemic activity of ethanol


extract and chloroform extract of Indigofera tinctoria leaves in streptozotocin induced
32

diabetic mice (Family Papilionaceae). Maharastra: Research Journal of Pharmaceutical,


Biological and Chemical Sciences

22. Zafar Muhammad and Syed Naeem-ul-Hassan Naqvi. 2010. Effects of STZ-Induced
Diabetes on the Relative Weights of Kidney, Liver and Pancreas in Albino Rats: A
Comparative Study. Int. J. Morphol., 28(1):135-142

23. Poornima, Indu G, et al. Diabetic Cardiomyopathy: The Search for a Unifying
Hypothesis. Journal of the American Heart Association. 2006.

Hashemi M., et. al. Influence of Aloxanes on the Apoptosis of Pancreas B-Cells of Rat. World
Journal of Medical Sciences 4 (2): 70-73. IDOSI Publication. 2009
LAMPIRAN

Lampiran 1

Hasil Determinasi Tanaman

.1 Hasil Determinasi Smallanthus sonchifolius


Gambar 7.1

33
34

Lampiran 2

Surat Keterangan Tikus Sehat

.2 Surat Keterangan Sehat Tikus Sprague dawley


Gambar 7.2
35

Lampiran 3

Gambar Proses Penelitian

7.3 Proses Penghancuran Daun Yakon 7.4 Proses Ekstraksi Daun Yakon

7.5 Ekstrak Kering Daun Yakon 7.6 Proses Induksi Aloksan

7.8 Proses Anestesi Dengan Dyethyl


7.7 Hewan Coba Ether
36

(lanjutan)

7.9 Proses Sarifice 7.10 Alloxan Monohydrat

7.11 Proses Pengukuran Kadar GDS 7.12 Pengukuran Berat Badan Tikus

7.13 Proses Pembuatan Larutan 7.14 Penimbangan Organ


Dekstros 40%
37

Lampiran 5
Cara Perhitungan
Induksi Alloxan
 Dosis yang dipakai adalah 150 mg/kgBB tikus
 = =
 Rata-rata BB tikus adalah 300 gram dan jumlah tikus adalah 20
ekor
 20 x 300 g x 15 mg/100 g = 900 mg
 Konsentrasi obat = 15/0,1
 15/0,1 = 900/α
 α = 0,1 x 900/15
 α= 6 ml
 Jadi, untuk 900 g aloksan membutuhkan 6 ml
 900 g/ 6 ml = 15/0,1
 15/100 x 300 = 45 mg
 900 g/6 ml = 45 mg/ β
 β= 45 x 6 / 900
 β= 0,3 ml
 Jadi, untuk tiap tikus dengan berat 300 g diinjeksi sebanyak 0,3 ml

1. Pemberian Ekstrak Smallanthus sonchifolius


 Dosis ekstrak: 300 mg/kgBB = 300 mg/ 1000 g = 30 mg/ 100 g
 Butuh untuk 10 ekor x 300 g (bb tikus) x 30 mg/ 100 g = 900 mg
 Konsentrasi obat: 30 mg / 0,1 ml
 30 mg/ 0,1 = 900 mg/ α
 α = 900 x 0,1 / 30 = 3 ml
 Jadi untuk melarutkan 900 mg dibutuhkan larutan akuades
sebanyak 3 ml
38

Lampiran 6

Daftar Riwayat Penulis

Nama Lengkap : Anisatul Muqorrobin

Tempat, Tanggal Lahir : Malang, 31 Oktober 1992

Alamat Asal : Jl. Bauksit 33, RT/RW: 02/09, Kel.


Purwantoro, Kec. Blimbing, Kota Malang

Domisili : Jl. Pisangan Barat I no. 26, RT/RW:


03/09, Kel. Cirendeu, Kec. Ciputat Timur,
Kota Tangerang Selatan

Jenis Kelamin : Perempuan

Telepon : 085755069713

Email : anismuqorrobin@yahoo.com

Riwayat Pendidikan

1. TK Muslimat NU 22 1997-1999
2. MI NU Maudlu’ul Ulum Tahun 1999 - 2005
3. MTs Almaarif 01 Singosari Tahun 2005 – 2008 (Pondok Pesantren
Al-Ishlahiyah Singosari Malang)
4. MA Almaarif Singosari Tahun 2008 - 2011 (Pondok Pesantren Al
Ishlahiyah Singosari Malang)

Anda mungkin juga menyukai