Abnormalities
Syifa Sukmahayati
Siti Abidah Farhani
Pembimbing :
Dr. Noha, Sp.OT
Definisi
Genetik
Manusia -> 23 pasang kromosom
Defek genetik bisa didapatkan dari salah satu orang tua, ataupun leluhurnya yang
lebih jauh atau muncul pertama kalinya sebagai hasil mutasi genetic baru.
Defek osteogenesis adalah contoh kelainan bawaan yang ditransmisikan oleh gen
dominan autosomal.
Hemofilia adalah salah satu contoh kelianan bawaan yang disebabkan oleh gen
terkait seks (X-linked)
Pengaruh lingkungan
Lingkungan yang berbahaya dapat sel benih dari salah satu induk sebelum
fertilisasi terjadi.
Efek teratogenik pada manusia contohnya virus rubella, dan konsumsi obat
thalidomide saat kehamilan.
Tipe kelainan kongenital
muskuloskeletal
Localized Abnormalities
Semua kelainan bawaan lokal dari tulang, bermanifestasi dari satu atau lebih
gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan.
Misalnya:
• tulang gagal membentuk (aplasia),
• gagal tumbuh (hypoplasia),
• pertumbuhannya abnormal (dysplasia),
• Pertumbuhannya berlebihan (hipertropi atau gigantisme local)
Perkembangan tulang mungkin terhenti saat tahap apapun di intrauterine.
Contohnya:
Gagalnya scapula untuk turun di letak yang normal (Sprengel deformity)
Gagal menutupnya posterior dari kanalis spinalis (Spina Bifida)
Kelainan kongenital sendi mencakup sendi yang tidak stabil ataupun dislokasi,
contohnya:
Dislokasi kongenital sendi panggul
Kongenital clubfoot
Generlized Abnormalities
Pemeriksaan saat bayi lahir harus dilakukan secara cermat dan spesifik.
Pada clubfoot akan mudah terdeteksi karena sudah terlihat saat bayi lahir.
Namun pada kelainan bawaan dilokasi sendi panggul sangat sulit terdeteksi,
karena tidak terlihat secara kasat mata sehingga harus dilakukan pemeriksaan
yang spesifik.
Kelainan Kongenital Lokal Pada Tungkai
Bawah
Deformitas Jari Kaki
Congenital overriding of the fifth toe
Congenital Talipes Equino Varus (CTEV), atau disebut juga sebagai ‘clubfoot’
merupakan suatu deformitas kongenital pada kaki yang ditandai dengan adanya
equinus pada ankle, hindfoot varus, forefoot adductus, dan midfoot cavus.
Etiologi
Kelainan kontraktur jaringan lunak pada kaki yang ditandai dengan eversi dan
dorsofleksi hindfoot.
Peregangan pasif setiap hari yang dilakukan oleh orangtua biasanya menghasilkan
koreksi yang sempurna dan permanen.
Talus Congenital Plantar Flexed
plantarfleksi hindfoot, dorsofleksi forefoot
Kelainan kongenital yang serius dari kaki adalah saat talus kaku pada posisi
equinus yang ekstrem, sedangkan forefoot yang juga kaku mengalami dorsofleksi
dan eversi, yang menyebabkan telapak kaki menjadi cembung.
Diagnosis ditegakan dengan pemeriksaan radiologi lateral kaki.
Biasanya berkaitan dengan spina bifida atau arthrogryposis.
Diindikasikan untuk operasi jaringan lunak.
Tarsal Coalition (Rigid Valgus Foot)
Kelainan ini jarang terjadi. Bisa mengenai tibia, fibula, atau femur.
Hipoplasia fibula disertai dengan membungkuknya bagian anterior fibula dan
deformitas equinovalgus. Operasi jaringan lunak dapat membantu dalam
mengoreksi kelainan bentuk kaki.
Hipoplasia tibia jarang terjadi, tetapi dapat menjadi serius. Operasi rekonstruktif
jarang memuaskan, oleh sebab itu disarankan untuk dilakukan amputasi pada
lutut lalu diberikan tungkai prostetik yang sesuai.
Hipoplasia kongenital femur sangat bervariasi tergantung derajatnya, namun
biasanya berat. Jika pemendekan terjadi secara ekstrem maka diindikasikan
untuk menggunakan prostetik.
Deformitas Lutut
Dislokasi Lutut
Bersifat lateral dan dapat terjadi dengan atau tanpa dislokasi lutut. Diindikasikan
untuk dilakukan operasi rekonstruktif jaringan lunak yang melibatkan otot
quadriceps.
Dislokasi Meniskus Lateral
Keadaan dimana meniskus lateral lebih tebal dari normal, sedikit tidak
berbentuk, dan tidak memiliki perlekatan perifer yang memadai di posterior.
Ketika lutut anak mulai berkembang, meniskus tiba-tiba terdorong kedepan dan
kondilus femoralis berada diatasnya.
Diagnosis dapat ditegakan dengan pemeriksaan arthrography atau MRI.
Kelainan ini akan bermanifestasi nyeri.
Diindikasikan untuk dilakukan pembedahan untuk membuat meniskus berukuran
normal.
Deformitas Panggul
Perkembangan Coxa Vara
Pada kelainan ini, terlokalisasi di daerah osifikasi leher femur, yang menghasilkan
perkembangan bertahap dari deformitas varus yang progresif dibagian ujung
femur selama bertahun-tahun.
Pada pemeriksaan akan didapatkan pemendekan ringan pada ekstremitas bawah
dan terdapat hambatan saat abduksi pinggul yang dilakukan secara pasif.
Test Trendelenburg (+)
Tatalaksana yang paling tepat adalah abduksi (valgus) subtrochanteric osteotomy
dari femur.
Developmental Displacement of the Hip
DDH juga diistilahkan sebagai Developmental displasia of the Hip. Dahulu lebih
populer dengan nama CDH (Congenital Dislocation of the Hip) atau yang dalam
bahasa Indonesia adalah Dislokasi Panggul Kongenital.
Jadi, DDH merupakan kelainan kongenital dimana terjadi dislokasi pada panggul
karena acetabulum dan caput femur tidak berada pada tempat seharusnya.
Bilateral > unilateral
Perempuan > laki-laki = 8 : 1
Kejadian meningkat pada :
Ada riwayat keluarga
Kebiasaan membendung bayi
Sertaan dari kelainan kongenital lain, seperti : Congenital Muscular Torticolis dan
Congenital Metatarsus Adductus
Etiologi => idiopatik (belum diketahui)
Faktor resiko :
Genetik => kelemahan ligamen
Lingkungan
Intrauterin
Desakan : kembar, oligohidramnion
Desakan dapat membuat caput femur janin yang masih belum terfiksasi dengan baik lepar
dari acetabulum.
Hormon relaksin
Relaksin merupakan hormon yang muncul saat partus untuk melemaskan tulang panggul
agar mempermudah proses kelahiran.
Partus
Kesalahan dalam penolongan partus
Bayi dengan interpretasi bokong
Ekstensi pasif pada hip saat partus
Pasca Partus
Kebiasaan membedung
Bedung dengan sangat erat sampai membuat kaki anak yang seharusnya fleksi menjadi
ekstensi dapat membuat kemungkinan timbulnya DDH lebih tinggi.
PF
Tes Barlow => suatu manuver yang bertujuan untuk menguji DDH dengan usaha
mengeluarkan kaput femur dari acetabulum dengan melakukan adduksi kaki bayi
dan ibu jari pemeriksa diletakkan dilipatan paha.
Positif bila saat mengeluarkan kaput femur, teraba kaputnya oleh ibu jari
pemeriksa dan ada bunyi 'klik'.
Tes Ortolani => suatu manuver uji DDH dengan memasukkan kaput femur ke
acetabulum dengan melakukan abduksi pada kaki bayi (gerakan ke lateral).
Positif bila
Ada bunyi klik saat trokanter mayor ditekan ke dalam dan terasa caput yang
tadi keluar saat tes Barlow masuk ke acetabulum.
Sudut abduksi < 60 derajat (suspek DDH). Normalnya, sudut abduksi = 65
sampai 80 derajat.
Bunyi 'klik' pada Barlow dan Ortolani tidak semua orang yang dapat mendengar,
bahkan Orhtopaedis sekalipun.
Tanda Galeazzi => Fleksikan femur, dekatkan antara yang kiri dan kanan, lihat
apakah lututnya sama panjang atau tidak. Bila tidak sama panjang => +
Tes Tradelenberg => anak disuruh berdiri 1 kaki secara bergantian. Saat berdiri
pada kaki yang DDH (+), akan terlihat :
Otot panggul abduktor (menjauhi garis tubuh). Normalnya, otot panggul akan
mempertahankan posisinya tetap lurus
Pemeriksaan Penunjang
USG => digunakan untuk usia < 6 bulan karena penulangan belum sempurna
(tulang masih dalam bentuk tulang rawan), jadi jika diperiksa dengan rontgen
hasilnya akan radiolucent.
Rontgen => untuk usia > 6 bulan. Digunakan untuk mendiagnosis dislokasi dan
selanjutnya untuk pemantauan pengobatan
Tatalaksana
Dibagi berdasar usia. Semakin muda usia anak, semakin mudah tatalaksananya.
0-3 bulan
Penggunaan Frejka pillow splint
Penggunaan Pavlik Harness
Setelah 3-4 bulan, cek radiografi dan PF. Kalau membai, penggunaan popok double dan
Pavlik Harness dapat dihentikan.
3-18 bulan
Dilakukan traksi beberapa minggu
Subcutaneus adductor tenotomy
Setelah itu cek radiografi untuk melihat posisi, bila sudah pas, maka fiksasi dengan
spica (diganti setiap 2 bulan) sampai hasil radiografi baik.
18 bulan - 5 tahun
Dilakukan subcutaneus adductor tenotomy
Open reduksi => fiksasi dengan spica
>5 tahun
Operasi penggantian sendi (merupakan jenis tatalaksana protesis). Tidak dilakukan lagi
perbaikan karena dislokasi sudah terlalu lama dan posisinya sudah jauh dari
seharusnya. Jika dilakukan penarikan paksa ligamen dan otot, ditakutkan akan
merusak pembuluh darah dan saraf.
Amputasi pada Tungkai Bawah
Yaitu ketidakadaan bagian distal anggota tubuh saat lahir, pada dasarnya adalah
amputasi bawaan.
Lebih jarang terjadi pada ekstremitas bawah daripada ekstremitas atas.
Amputasi kongenital dikaitkan dengan congenital annular constricting bands,
yang mungkin terjadi akibat kegagalan pertumbuhan pada masa intrauterin.
Penatalaksanaan pada anak dengan amputasi kongenital adalah dengan
pemasangan dini tungkai buatan (prostetik).
LOCALIZED CONGENITAL ABNORMALITIES
OF THE UPPER LIMB
1. THE HAND
• Merupakan ketidakadaan anggota gerak tubuh bagian atas saat lahir, pada dasarnya adalah
amputasi bawaan.
• Amputasi kongenital dikaitkan dengan congenital annular constricting bands, yang mungkin
terjadi akibat kegagalan pertumbuhan pada masa intrauterin.
• Penatalaksanaan pada anak dengan amputasi kongenital adalah dengan pemasangan dini tungkai
buatan (prostetik).
LOCALIZED CONGENITAL ABNORMALITIES
OF THE SPINE
1. SPINA BIFIDA
• Etiologi
• Tingginya kadar serum-fetoprotein di awal kehamilan
• Asupan asam folat yang rendah
• Patologi
• Kelainan spina bifina bukanlah cacat tulang itu sendiri melainkan defisit neurologis yang sering
terkait yang dihasilkan dari perkembangan abnormal dari sumsum tulang belakang
(myelodysplasia).
• Defisit neurologis dapat bervariasi dari ketidakseimbangan otot ringan dan kehilangan sensoris
pada tungkai bawah hingga paraplegia lengkap.
• Rehabilitasi
• konservatif
2. Skoliosis kongenital