Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH:
JAKARTA
1438 H/2017
i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
l. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
Hidayatullah Jakarta.
1
J. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Kedokteran (S.Ked)
Oleh
Shallvna Nurfadivah S akinah
NIM: 11141030000091
Pembimbing Pembimbing 2
Penguji I Penguji II
PIMPINAN FAKULTAS
Dekan FKIK UIN i PSPD FKIK UIN
Prof. Drl
.
I*,,anf
I '..':
Suniantri, S.KM, M.Kes dr. Nouval S hab, SpU, PhD, FICS, FACS
NtP.196s0808 198803 1 002 NIP t9721103 20u604 1 001
KATA PENGANTAR
1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes, Prof. Dr. dr. Sardjana, Sp.OG(K),
SH, Maftuhah M.Kep, Ph.D, Fase Badriah S.KM, M.Kes, Ph.D selaku
Dekan dan Pembantu Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Nouval Shahab, Sp.U, Ph.D, FICS, FACS selaku Ketua Program Studi
Kedokteran dan Profesi Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD selaku pembimbing 1 yang telah
memberikan waktu, ilmu serta nasihat dan motivasi sehingga penulis
menyelesaikan penelitian.
4. Dr. Yunita Faela Nisa, M.Psi selaku pembimbing 2 yang telah meluangkan
waktu dan ilmunya dalam membimbing pengolahan data sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitiannya.
5. dr. Cut Warnaini, MPH selaku penguji 1 yang bersedia meluangkan waktunya
untuk menguji pada ujian skripsi penulis.
6. dr. Sayid Ridho, Sp. PD, FINASIM selaku penguji 2 yang bersedia meluangkan
waktunya untuk menguji pada ujian skripsi penulis
7. Bapak Chris Adhiyanto, M. Biomed, Ph.D selaku penanggung jawab modul riset
angkatan 2014 yang telah membantu kelancaran menyelesaikan penelitian.
8. Dr. Muchtar Ikhsan, Sp.P(K), MARS selaku pembimbing akademik yang telah
membimbing dan memberi nasihat kepada penulis sejak tahun pertama hingga
sekarang.
8. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmunya selama kurang lebih 3,5 tahun
masa studi di PSPD FKIK UIN Jakarta sehingga penulis memiliki bekal dan dapat
menyelesaikan penelitian ini.
9. Pihak Pesantren Modern Ummul Quro Al-Islami, Bogor yang sudah meluangkan
waktu dan tenaganya untuk membantu kelancaran pengambilan data kelompok
riset kami
10. Kepada santri Pondok Pesantren X, yang bersedia meluangkan waktunya
untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
11. Kepada kedua orang tua penulis, Cayitno, S.H dan Dra. Nulihartina, yang
memberikan waktu, tenaga dan kasih sayangnya kepada penulis sejak lahir sampai
sekarang ini sehingga penulis dapat belajar di PSPD FKIK UIN Jakarta dan
menyelesaikan penelitian ini dan belajar banyak hal.
v
12. Kepada saudara kandung dan sepupu penulis, Savira Ramadhanty, Rio Alfarez
dan Rima Astriani yang senantiasa menghibur penulis selama masa penulisan dan
senantiasa mendengarkan keluh kesah penulis.
13. Kepada teman-teman penulis pada masa Madrasah Aliyah (MA) di MAN 4
Jakarta, Fitri Muthi’ah Hanum, Shabrina Nadhira, Amira Pasidena, Siti Sakina,
Saffanah Nuriyah, Athiana Nurul, dan Sumayyah yang senantiasa mendengarkan
keluh kesah penulis dan tetap mendukung satu sama lain meski terpisah untuk
menuntut ilmu di tempat yang berbeda-beda.
14. Kepada teman-teman kelompok riset saya, Ade Aurora, Alya Masinta, Andi
Nizar Nazaruddin, Azifa Anisatul Umma, dan Nabil Shahab yang saling
mengingatkan dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Terima
kasih atas kerjasama kita dan segala bantuan selama ini.
15. Kepada sahabat-sahabat saya di PSKPD FKIK UIN Jakarta, Gebry Nadira
Rambe, Ning Indah Permatasari Herman dan Nadira yang telah memotivasi,
membantu penulis selama masa studi di PSKPD FKIK UIN Jakarta, menghibur dan
segala susah senang yang dilewati bersama.
16. Kepada teman-teman sejawat CAROTIS PSKPD 2014, kakak-kakak dan
adik-adik yang saling memberikan semangat satu sama lain untuk melewati masa
studi di PSKPD FKIK UIN Jakarta dan sampai nanti sumpah dokter.
17. Teman-teman CIMSA, Official BBQ dan SCOPE yang menjadi teman, rekan
kerja dan keluarga saya selama 2 tahun di organisasi yang mengajarkan saya
banyak hal dan menjadi wadah pengembangan diri di bidang non akademik.
18. Semua pihak yang membantu dalam kelancaran penulis menyelesaikan
penelitian.
Kesempurnaan hanya milik Allah, maka itu penulis terbuka dalam menerima
kritik dan saran terhadap penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat
bagi adik-adik yang sedang menggapai cita-citanya. Aamiin. Wassalamualaikum
Wr. Wb
vi
ABSTRAK
Shallyna Nurfadiyah Sakinah. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Tingkat
Kecemasan Pada Santri di Pondok Pesantren Ummul Quro Al-Islami, Bogor: Peran Faktor
Jenis Kelamin, Usia dan Kelas. 2017.
Latar belakang: Kecemasan adalah gangguan mental yang paling umum terjadi. Kecemasan
juga dapat timbul pada remaja usia sekolah, salah satunya pada santri. Santri tinggal di pesantren
terpisah dengan keluarganya. Kecemasan pada santri dapat mengakibatkan penurunan kualitas
hidup dan sulit berkonsentrasi saat belajar di pesantren.
Tujuan: Mengetahui tingkat kecemasan dan peran faktor jenis kelamin, usia dan kelas terhadap
kecemasan pada santri di Pondok Pesantren Modern Ummul Quro Al-Islami, Bogor.
Metode: Studi ini merupakan penelitian potong lintang. Populasi adalah santri di Pondok
Pesantren Modern Ummul Quro. Pemilihan sampel dengan metode purposive sampling sebanyak
465 responden. Alat ukur kecemasan digunakan kuesioner DASS 42.
Hasil: Sebagian besar santri di Pondok Pesantren Ummul Quro Al-Islami Bogor mengalami
kecemasan (70 %). Kecemasan sangat parah terjadi pada 11,6% santri, sedangkan kecemasan
parah terjadi pada 20% santri, kecemasan sedang terjadi pada 29% santri, dan kecemasan ringan
menimpa 13,1% santri. Sedangkan 26,2% normal. Analisa multivariate menunjukkan bahwa jenis
kelamin, usia dan kelas secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat
kecemasan (p=0,000). Lebih lanjut uji regresi menunjukkan usia dan jenis kelamin memiliki peran
signifikan dalam mempengaruhi tingkat kecemasan.
Kesimpulan: Sebagian besar santri mengalami kecemasan dengan tingkat yang berbeda-beda.
Jenis kelamin, usia dan kelas secara bersamaan berpengaruh terhadap tingkat kecemasan.
Kata kunci: tingkat kecemasan, jenis kelamin, usia, kelas, santri, pesantren.
ABSTRACT
Shallyna Nurfadiyah Sakinah. Medical Study Program and Doctor Profession. The Anxiety
Level of Santri in Pondok Pesantren Ummul Quro Al-Islami, Bogor: The Role of Gender, Age
and Class. 2017.
Background: Anxiety is the most common mental health disorder. Anxiety can be found in school
age teenagers such as santri. Santri lives in pesantren separately from family members. The effect
of anxiety can decrease the quality of life of santri and the concentrating level when studying.
Objective: to know the level of anxiety and the role of gender, age and class towards anxiety.
Methods: The study was conducted with cross-sectional observation. Populations are santri in
Pesantren Ummul Quro. The sample were chosen by purposive sampling method as many as 465
respondents. Questionnaire DASS 42 was used to measure anxiety levels.
Results: Most santri in Pesantren Ummul Quro suffered from anxiety. Very severe anxiety
happens in 11,6% santri, severe anxiety happens in 20% santri, moderate anxiety happens in 29%,
while 13,1% suffered mild anxiey and the other 26,2% aren’t suffered from anxiety at all.
Multivariate analysis shows that gender, age and class simultaneously affect anxiety significantly
(p=0,000). Furthermore, regression analysis shows that gender and age are the significant role in
affecting anxiety.
Conclusion: Most students suffer from anxiety in different levels. Age and gender affect anxiety
significantly, while class does not affect anxiety significantly.
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL................................................................................ i
LEMBAR PERNYATAAN................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................. iv
KATA PENGANTAR.......................................................................... v
ABSTRAK............................................................................................ vii
DAFTAR ISI....................................................................................... viii
DAFTAR TABEL................................................................................ xi
DAFTAR SINGKATAN...................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................ xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................... 5
1.3 Hipotesis................................................................................... 5
1.4 Tujuan Umum.......................................................................... 6
1.4.1 Tujuan Khusus........................................................... 6
1.5 Manfaat Penelitian.................................................................... 6
1.5.1 Manfaat Penelitian Bagi Peneliti............................... 6
1.5.2 Manfaat Penelitian Bagi Perguruan Tinggi.............. 6
1.5.3 Manfaat Penelitian Bagi Pesantren X........................ 7
1.5.3 Manfaat Penelitian Bagi Masyarakat........................ 7
viii
2.1.3 Pengertian Kecemasan................................................... 9
2.1.4 Gejala-Gejala Kecemasan.............................................. 11
2.1.5 Faktor-faktor Penyebab Kecemasan.......................... 12
2.1.6 Gambaran Klinis…...................................................... 14
2.1.7 Jenis-Jenis Kecemasan................................................ 14
2.2 Kecemasan Menurut Islam........................................................ 18
2.3 Pesantren...................................... .............................................. 19
2.3.1 Definisi Pesantren........................................................... 19
2.3.2 Jenis-Jenis Pesantren...................................................... 19
2.4 Remaja.......................................................................................... 20
2.4.1 Pengertian Remaja.......................................................... 20
2.4.2 Definisi Belajar................................................................ 21
2.5 Kerangka Teori............................................................................ 21
2.6 Kerangka Konsep......................................................................... 22
2.7 Variabel Penelitian...................................................................... 22
2.7.1 Variabel Bebas....................................................................22
2.7.2 Variabel Terikat.................................................................22
2.8 Definisi Operasional.................................................................... 22
ix
3.4.4 Kriteria Sampel..................................................................27
3.5 Cara Pengumpulan Data............................................................28
3.5.1 Bahan..................................................................................28
3.5.2 Alat......................................................................................28
3.5.3 Jenis Data............................................................................29
3.5.4 Cara Kerja .........................................................................29
3.6 Alur Penelitian............................................................................31
3.7 Analisis Data.................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................43
LAMPIRAN........................................................................................46
Lampiran 1.................................................................................. 46
Lampiran 2...................................................................................48
Lampiran 3...................................................................................51
x
Lampiran 4...................................................................................52
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR SINGKATAN
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
1
BAB 1
LATAR BELAKANG
serangan panik dan gangguan kecemasan menyeluruh lebih sering terjadi pada
anak yang usianya lebih muda.
Sedangkan bila dibandingkan berdasarkan jenis kelamin, hasil dari dua studi
yang dilakukan oleh State University of New York dan Queensland University of
Technology diperoleh bahwa remaja wanita lebih rentan mengalami masalah
psikologis dibanding remaja pria karena lebih rendahnya rasa percaya diri yang
dimiliki oleh remaja wanita dibandingkan remaja pria (Moksnes & Espnes,
2012).2,23
Di Indonesia, jenis sekolah bukan hanya Sekolah Menengah Umum (SMU)
dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Namun terdapat juga Madrasah Aliyah
(MA) dan Pondok Pesantren. Perbedaan Madrasah Aliyah dan Pesantren dengan
sekolah biasa adalah pembelajaran agama yang intensitasnya lebih tinggi di
Madrasah Aliyah dan Pesantren. Pondok pesantren memberlakukan sistem asrama,
sehingga siswa (santri) tinggal di asrama selama santri menuntut ilmu di pondok
pesantren tempat santri belajar dan terdapat waktu tertentu yang disediakan untuk
bertemu dengan keluarga.
Perbedaan pesantren dengan sekolah umum adalah, pendidikan agama di
pesantren lebih banyak daripada di sekolah umum yang mungkin hanya beberapa
kali seminggu, di pesantren diberikan setiap hari sampai siswa-siswa di pesantren
sudah akrab dengan segala hal yang berbau pelajaran agama. Selain itu, santri
yang belajar di pesantren tinggal jauh dari keluarga di pesantren.
Di Indonesia, jenis sekolah bukan hanya Sekolah Menengah Umum (SMU)
dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Namun terdapat juga Madrasah Aliyah
(MA) dan Pondok Pesantren. Perbedaan Madrasah Aliyah dan Pesantren dengan
sekolah biasa adalah pembelajaran agama yang intensitasnya lebih tinggi di
Madrasah Aliyah dan Pesantren. Pondok pesantren memberlakukan sistem asrama,
sehingga siswa (santri) tinggal di asrama selama santri menuntut ilmu di pondok
pesantren tempat santri belajar dan terdapat waktu tertentu yang disediakan untuk
bertemu dengan keluarga.
Pesantren merupakan tempat pembelajaran yang identik dengan kyai dan juga
asrama. Dengan sistem pembelajaran hampir 24 jam, pesantren dapat menjadi
5
incaran orang tua untuk mendapatkan pendidikan yang lebih ekstra, dari sudut
pandang inilah orang tua lebih percaya dengan pesantren.
Tinggal di pesantren adalah sebuah kebijakan atau peraturan dari yayasan
tersebut yang harus dipatuhi oleh setiap santri. Pada Pondok Pesantren X, setiap
santri yang memulai masa studi diharuskan untuk tinggal di asrama yang
disediakan oleh pesantren. Kehidupan santri yang tinggal di pesantren tidak lepas
dari kesulitan. Mulai dari kesulitan akademik, kesulitan finansial, kesulitan
sosiokultural, kesulitan lingkungan, dan sebagainya. Kesulitan-kesulitan tersebut
akan lebih terasa karena santri dan santriwati berada jauh dari keluarga atau
berasal dari luar kota. Oleh karena itu, santri dan santriwati harus mempunyai
“keuletan” dan kesemamptaan jasmani dan rohani, mental maupun fisiknya.
Siregar (2013) dalam penelitiannya menunjukkan hasil bahwa sebanyak 11
santri (14,1%) di pondok pesantren mengalami kecemasan tingkat tinggi, 52 santri
(66,7%) mengalami kecemasan tingkat sedang, sedangkan 19 santri (19,2%)
mengalami kecemasan tingkat rendah.
Kecemasan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya
adalah lokasi pesantren yang berada jauh dari kota sehingga frekuensi bertemu
orang tua yang lebih rendah dibanding siswa non pesantren. Selain faktor tersebut,
ekcemasan juga dapat dipengaruhi oleh faktor biologis dan psikososial lain,
seperti jenis kelamin, usia dan kelas.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui peran faktor
jenis kelamin, usia dan kelas terhadap kecemasan di Pondok Pesantren X,
Kabupaten Bogor dan hubungannya dengan jenis kelamin, usia dan kelas.
1.3 Hipotesis
Jenis kelamin, usia dan kelas berperan signifikan dalam mempengaruhi
kecemasan secara bersama-sama, dengan jumlah besar sumbangan tertentu.
6
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Kecemasan
2.1.1 Epidemiologi
Gangguan cemas merupakan gangguan yang sering dijumpai pada klinik
psikiatri. Kondisi ini terjadi sebagai akibat interaksi faktor-faktor
biopsikososial, termasuk kerentanan genetik yang berinteraksi dengan kondisi
tertentu, stress atau trauma yang menimbulkan sindroma klinis yang
bermakna.
Angka prevalensi untuk gangguan cemas menyeluruh 3-8% dan rasio
antara perempuan dan laki-laki sekitar 2:1. Pasien gangguan cemas
menyeluruh sering memiliki komorbiditas dengan gangguan mental lainnya
seperti Gangguan Panik, Gangguan Obsesif Kompulsif, Gangguan Stres
Pasca Trauma, dan Gangguan Depresi Berat.
2.1.2 Etiologi
a. Teori Biologi
Area otak yang diduga terlibat pada timbulnya GAD adalah lobus
oksipitalis yang mempunyai reseptor benzodiazepin tertinggi di otak.
Basal ganglia, sistem limbik dan korteks frontal juga dihipotesiskan
terlibat pada etiologi timbulnya GAD. Pada pasien GAD juga ditemukan
sistem serotonergik yang abnormal. Neurotransmitter yang berkaitan
dengan GAD, adalah GABA, serotonin, norepinefirn, glutamat, dan
kolesistokinin.
Pemerikasaan PET (Positron Emission Tomography) pada pasien
GAD ditemukan penurunan laju metabolisme di ganglia basal dan
substansia alba pasien GAD dibandingkan kelompok kontrol.1
b. Teori Genetik
9
ini umumnya dijumpai pada anak usia empat sampai delapan tahun,
atau ketika mereka mulai masuk sekolah.
8. Fobia Spesifik
Anak yang mengalami fobia spesifik akan merasa takut terhadap
suatu hal. Seperti takut terhadap anjing, terbang atau hal lain.
Biasanya rasa takut akan menghilang dengan sendirinya. Tetapi jika
rasa takut tetap muncul selama enam bulan, maka ini adalah fobia.
Biasanya anak akan merasa cemas, gelisah dan menangis ketika
berhadapan dengan sesuatu yang ia takuti.
2.3 Pesantren
2.3.1 Definisi Pesantren
Pesantren adalah sebuah asrama pendidikan tradisional, dimana para
siswanya semua tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang
lebih dikenal dengan sebutan Kyai dan mempunyai asrama untuk tempat
menginap santri. Kata pesantren terdiri dari kata “santri” yang ditambahkan
imbuhan “pe” dan akhiran “an”. Kata “santri” menurut A.H Johns berasal dari
Bahasa Tamil yang berarti guru mengaji. Sedangkan istilah santri digunakan
untuk menyebut siswa di pesantren. Pondok pesantren adalah lembaga
pendidikan Islam tertua yang merupakan produk budaya Indonesia.
Keberadaan pesantren di Indonesia dimulai sejak Islam masuk negeri ini
dengan mengadopsi sistem pendidikan keagamaan yang sebenarnya telah
lama berkembang sebelum kedatangan Islam. Pondok pesantren sebagai
lembaga pendidikan yang telah lama berkembang di negeri ini diakui
memiliki andil yang sangat besar terhadap perjalanan sejarah bangsa.12
b. Pesantren Modern
Pada pesantren modern, pola yang diterapkan berbeda dari
pesantren salaf. Di pesantren modern, santri belajar ilmu umum dan
juga ilmu agama, serta ditekankan untuk menguasai dua bahasa asing
20
2.4 Remaja
2.4.1 Pengertian Remaja
Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia,
menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, 2003). Masa
remaja disebut pula sebagai masa penghubung atau masa peralihan antara
masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada periode ini terjadi perubahan-
perubahan besar dan esensial mengenai kematangan fungsi-fungsi rohaniah
dan jasmaniah, terutama fungsi seksual (Kartono, 1995). Remaja, yang dalam
bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa Latin adolescare yang
artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Menurut Rice
(dalam Gunarsa, 2004), masa remaja adalah masa peralihan, ketika individu
tumbuh dari masa anak-anak menjadi individu yang memiliki kematangan.
Pada masa tersebut, ada dua hal penting menyebabkan remaja melakukan
pengendalian diri. Dua hal tersebut adalah, pertama, hal yang bersifat
eksternal, yaitu adanya perubahan lingkungan, dan kedua adalah hal yang
bersifat internal, yaitu karakteristik di dalam diri remaja yang membuat
remaja relatif 10 11 lebih bergejolak dibandingkan dengan masa
perkembangan lainnya (storm and stress period). Masa remaja adalah masa
transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa
remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan
organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja
adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa (Widyastuti,
Rahmawati, Purnamaningrum; 2009). Pubertas ialah suatu periode di mana
kematangan kerangka dan seksual terjadi secara pesat terutama pada awal
masa remaja.
21
KECEMASAN
Fisiologis kecemasan: PADA SANTRI Tinggal terpisah jauh
Hiperaktivitas dari orang tua
4
Amygdala
Kecemasan pada
santri
pertumbuhan
usia (WHO,
2002).6
2. Usia Masa hidup Mengisi 11-18 tahun Nominal
responden dari kuesioner
lahir sampai
mengikuti
penelitian ini.
1. balita = 0 - 5
tahun,
2. kanak-kanak
= 5 - 11 tahun.
3. remaja Awal
= 12 - 1 6
tahun.
4. remaja Akhir
= 17 - 25
tahun.
5. dewasa Awal
= 26- 35 tahun.
6. dewasa
Akhir = 36- 45
tahun.
7. Lansia Awal
= 46- 55 tahun.
8. Lansia Akhir
= 56 - 65
tahun.
9. Manula = 65
- sampai atas
(Depkes RI,
2009)
25
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3795
=
1 + (3795) × (0,05) 2
3795
=
1 + 3795 × 0,0025
3795
=
1 + 9,487
3795
=
10,487
=361.87 + 10 (drop out)
Keterangan:
n (jumlah sampel):
N (jumlah populasi): 3795
e (error tolerance): 0,05
Berdasarkan jumlah sampel minimal yang didapatkan dengan
menggunakan rumus Slovin, jumlah sampel minimal adalah 361.87 yang
dibulatkan menjadi 362 ditambah drop out 10%, sehingga jumlah minimal
sampel adalah 400.
3.4.3 Sampel
Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling.
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 465 orang yang meliputi,
santri dan santriwati dari kelas 7-11.
3.4.4 Kriteria Sampel
Kriteria inklusi:
• Santri Pondok Pesantren Ummul Quro al-Islami kelas 7, 8, 9,10,
11
• Santri yang bersedia menjadi responden
Kriteria eksklusi:
28
3.5.2 Alat
Kuesioner DASS 42 mengukur 3 skala emosi negatif, yaitu depresi,
kecemasan dan stress. Pada skor yang tinggi pada masing-masing dari
ketiga skala tersebut, terdapat ciri-ciri khusus. Pada skor kecemasan yang
tinggi, ciri pada sample dengan skor kecemasan yang tinggi memiliki
ciri-ciri sebagai berikut: mudah panik, tubuh bergetar karena panik,
gejala somatik seperti mulut kering, jantung berdebar, telapak tangan
berkeringat, sulit bernapas dan khawatir tentang performanya yang
terdapat pada pertanyaan nomor 2, 7, 4, 9, 15, 19, 20, 23, 25, 28, 30, 36,
40, dan 41.5,8
Responden akan diminta untuk mengisi kuesioner dengan jujur,
dengan pilihan jawaban berupa interval yang akan menjadi tolak ukur
kecemasan, dengan 0 tidak sesuai dengan keadaan responden atau tidak
pernah sama sekali, 1 sesuai sampai tingkat tertentu atau kadang-kadang,
2 sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan atau
lumayan sering dan 3 sangat sesuai dengan saya atau sering sekali.
Jawaban tersebut dipertimbangkan responden sesuai dengan keadaan
selama satu minggu belakangan.
Kuesioner DASS 42 ini umumnya digunakan untung
mengidentifikasi gejala awal dari depresi, kecemasan atau stress sebelum
ditegakkan diagnosis dan mulai terapi. Gejala dari ketiga emosi negatif
tersebut dapat bermanifestasi sebagai gangguan tidur pada pasien,
perubahan nafsu makan dan nafsu seksual.19
Pada sebuah penelitian, diuji validitas terhadap kuesioner DASS 42
29
Memilih santri kelas 7 Madrasah Tsanawiyah – 11 Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Ummul Quro Al-Islami, Kabupten
Bogor yang akan dijadikan sampel
Inform Consent
Pengecekan data
Hasil
32
BAB 4
Dari keseluruhan sampel yang digunakan untuk penelitian ini mencakup 10%
populasi dari Pondok Pesantren X, Bogor. Dengan jumlah responden laki-laki 238
yaitu mencakup 51,2% dari keseluruhan sampel. Responden perempuan
berjumlah 227 siswi, yaitu mencakup 48.8% dari keseluruhan.
Sedangkan berdasarkan umur, responden termuda dalam penelitian ini
berumur 11 tahun dengan jumlah 1 orang (0,2%). Responden tertua dalam
penelitian ini berusia 18 tahun dengan jumlah 18 orang (3,9%). Usia terbanyak
34
pada penelitian ini adalah 17 tahun dengan jumlah 99 orang (21,3%), disusul usia
14 tahun dengan jumlah 97 orang (20,9%).
Berdasarkan jumlah responden, kelas 11 adalah kelompok jumlah responden
terbanyak, sebanyak 137 orang (29,29%) dari total 465 responden.
35
Pada tabel ini dapat dilihat berapa besar kontribusi variabel bebas
terhadap variabel terikat yang berupa kecemasan secara bersamaan,
pengaruhnya sebesar 9,8% yang dapat dilihat pada R-Square, yang berjumlah
cukup besar dalam pengaruhnya terhadap variabel terikat. Sedangkan 90,2%
faktor lain mempengaruhi kecemasan. Ketiga variabel bebas dalam penelitian
ini, yaitu kelas, jenis kelamin dan umur ternyata hasilnya tidak begitu besar
dalam mempengaruhi variabel terikat kecemasan.
37
Sedangkan pada tabel ini, untuk melihat pengaruh ketiga variabel bebas
terhadap variabel terikat secara bersamaan apakah signifikan atau tidak. Hasilnya
dapat dilihat di Sig, yaitu 0,000 (signifikan: p value <0,05) yang berarti pengaruh
ketiga variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersamaan signifikan.
38
Unstandardized Coefficients
Model B Std. Error t
(Constant) 1,419 ,776 1,828
Jenis Kelamin* ,429 ,089 4,827
Umur* -,134 ,067 -2,008
Kelas -,016 ,080 -,201
4.4 Pembahasan
Pada sebuah penelitian lain yang sebelumnya dilakukan di Dezful City, Iran
pada siswa-siswi usia 9-12 tahun, ditemukan bahwa dari total 623 responden, 232
siswa (37,2%) mengalami kecemasan ringan, 304 siswa (48,8%) mengalami
kecemasan sedang, dan 87 siswa (14%) mengalami kecemasan parah.9 Hal ini
serupa pada penelitian di Pondok Pesantren Ummul Quro, bahwa santri dan
santriwati paling banyak mengalami jenis kecemasan sedang, lalu disusul dengan
kecemasan ringan, dan paling sedikit kecemasan parah dan sangat parah.
Pada santri dan santriwati pesantren, kecemasan dapat disebabkan oleh faktor
lain selain faktor akademik dan faktor pergaulan dengan teman sebaya, seperti
lokasi pesantren yang jauh dari keluarga, dan beban pelajaran yang lebih berat
dari sekolah reguler karena adanya tambahan pelajaran agama dan tuntutan untuk
hafalan pada santri dan santriwati. Pada penelitian yang dilakukan terhadap siswa-
siswi usia 9-12 tahun di Dezful, Iran disebutkan bahwa anak-anak yang tinggal
bersama keluarga tingkat kecemasannya lebih rendah, dengan pengaruh
kecemasan terhadap anak yang tidak tinggal bersama kedua orang tua yang
siginifikan.9 Pada penelitian lain yang dilakukan oleh M. Afif Aminullah di
Malang juga menunjukkan hal yang serupa, yaitu kecemasan pada santri lebih
tinggi dibandingkan siswa yang tinggal dengan keluarganya. Kecemasan pada
santri lebih tinggi (51,2%) dibanding pada siswa (48,8%).16
Sedangkan pada uji regresi koefisien determinasi yang menguji besarnya efek
ketiga variabel bebas terhadap variabel terikat secara sekaligus, hasil ketiga
40
variabel bebas terhadap ketiga variabel terikat hanya sebesar 9,8%. Dikarenakan
adanya faktor lain selain jenis kelamin, usia dan kelas yang mempengaruhi
kecemasan. KhoshKholgh dan Pasha Sharifi, Mohammadi Far et al, dan Amiri
ketiganya telah melakukan penelitian terhadap kecemasan pada pelajar. Hasil dari
ketiga penelitian ini untuk menjabarkan faktor apa yang menjadi penyebab
kecemasan pada siswa. Keadaan keluarga yang kurang kondusif untuk
perkembangan anak, masalah finansial, penyakit dan perhatian berlebihan
terhadap anak adalah faktor yang menyebabkan kecemasan pada pelajar.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Olivia Remes
(Cambridge Institute of Public Health) yang menyatakan bahwa perempuan dua
kali lebih rentan terhadap kecemasan dibanding laki-laki, dikarenakan fluktuasi
hormon pada perempuan dan kimiawi otak laki-laki dan perempuan yang berbeda.
Sedangkan pada uji koefisien regresi (uji t), variabel bebas yang signifikan
pengaruhnya terhadap variabel bebas adalah jenis kelamin dan usia, kelas tidak
signifikan. Pada penelitian ini, hasil yang didapat adalah kecemasan lebih
signifikan terhadap siswi perempuan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
sebelumnya dilakukan oleh Mark Lewinsohn dkk, dengan hasil kecemasan secara
nyata lebih signifikan (p< .001) mempengaruhi remaja perempuan dibanding laki-
laki.18
Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Moksnes dan Espnes pada tahun
2012 mengatakan bahwa kecemasan dan rasa percaya diri remaja berkaitan erat.2
Semakin tinggi rasa percaya dirinya, semakin rendah kecemasannya, dan begitu
pula sebaliknya. Pada kelompok usia yang di teliti pada siswa laki-laki dan
perempuan pada penelitian ini, ada tiga kelompok umur, yaitu 13-14, 15-16, dan
17-18. Pada siswa laki-laki, kepercayaan diri meningkat di setiap kelompok umur,
dan pada siswi perempuan, kepercayaan diri pada kelompok usia 13-14 dan 15-16
rendah, dan meningkat di usia 17-18. Hal ini menandakan bahwa perempuan lebih
cemas daripada laki-laki. Pada penelitian ini, hasilnya semakin muda usia,
semakin cemas. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Moksnes
dan Espnes tahun 2012 bahwa semakin muda usia maka semakin cemas.10 Namun,
hasil penelitian yang menunjukkan bahwa semakin muda semakin cemas itu
hanya berlaku pada siswa perempuan pada hasil penelitian Moksnes dan Espnes.
41
BAB V
5.1 Kesimpulan
Analisa multivariat menunjukkan jenis kelamin, usia dan kelas secara
bersamaan pengaruhnya signifikan terhadap kecemasan. Pada penelitian ini,
didapatkan bahwa sebagian besar 73,8% santri pesantren X mengalami kecemasan
dengan berbagai tingkatan.
5.2 Saran
1. Keterwakilan sampel sebaiknya lengkap, agar hasilnya lebih baik.
2. Sebaiknya digunakan metode random sampling agar hasilnya tidak bias.
43
DAFTAR PUSTAKA22
1. Sadock, Benjamin J., Sadock, Virginia A. Buku Ajar Psikiatri Klinis edisi
2. Jakarta: EGC. 2010. Hal: 259-261.
2. Moksnes, Unni K., Geir A. Espnes, and Monica Lillefjell. Sense of
Coherence and Emotional Health in Adolescents. 2011; 1-9.
3. LS, Petrin Redayani. Buku Ajar Psikiatri. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2014. Hal: 253-7.
4. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Edisi 6.
Jakarta: EGC; 2011. Hal: 170-1.
5. Antony, Martin M., Peter J. Bieling, Bryan J. Cox and Murray W. Enns,
Swinson, Richard P. Psychometric Properties of the 42-Item and 21-Item
Versions of the Depression Anxiety Stress Scales in Clinical Groups and a
Community Sample. Toronto, Canada. 1998.
6. Gender definition.WHO Europe. 2002. http://www.euro.who.int/en/health-
topics/health-determinants/gender/gender-definitions. Diakses pada 30
September 2017.
7. http://eprints.uny.ac.id/9709/2/BAB%202%20-07104244004.pdf. Diakses
pada 12 Oktober 2017.
8. Lovibond, P.F. Manual for the Depression, Anxiety, Stress Scales. 1995;1-
3.
9. Banaeipour, Zainab, Shahnaz Rostami, Kouroush Zarea, Bahman
Cheraqian. The Prevalence of Anxiety and It’s related Factors Among
School-age Children in South West of Iran. 2016; 1-7.
10. Hess, Jessica. Anxiety Prevalence Among High School Students. 2014; 1-
30.
11. Anxiety Disorders in Children. Anxiety Disorders Association of America.
12. Pesantren.https://belajar.kemdikbud.go.id/PetaBudaya/Repositorys/pesantr
en/. diakses pada 17 Oktober 2017.
13. Hosseini, Leili Homayoun, Khazani. Comparing The Level Of Anxiety In
Male & Female School Students. 2013; 1-5.
14. Common Mental Health Disorder. London: The British Psychological
Society and The Royal Coolege of Psychiatrist;2011. Hal:13-30.
44
Lampiran 1
Lembar Informed Consent dan Karakteristik Data Responden
Lembar Persetujuan (Informed Consent) Responden Validasi Kuesioner
Berbahasa Indonesia “DASS 42 pada Santri dan Santriwati Pondok
Pesantren Ummul Quro al-Islami, Bogor ”
________________
Shallyna Nurfadiyah S
47
Nama : ____________________________________________
NIM : ____________________________________________
Sekolah : Pondok Pesantren Modern Ummul Quro al-Islami, Bogor
Kelas : ____________________________________________
Jenis Kelamin : L/P
TTL : ____________________________________________
Nomor HP : ____________________________________________
Alamat : ____________________________________________
48
Lampiran 2
Kuesioner DASS-42
KUISIONER DASS-4224
Kuisioner ini terdiri dari beberapa pertanyaan yang mungkin sesuai
dengan pengalaman Saudara/Saudari dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari.
Terdapat empat pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pertanyaan yaitu:
Harap diperiksa kembali, jangan sampai ada yang terlewatkan. Terima kasih
51
LAMPIRAN 3
52
LAMPIRAN 4
53
PENDIDIKAN
1999-2000 : TK Puspa Indah Pamulang
2000-2002 : TK Islam Al-Azhar 19 Pamulang
2002-2008 : SD Islam Al-Azhar 15 Pamulang
2008-2009 : SMP Islam Al-Syukro, Ciputat
2009-2011 : SMP Anderson School, BSD
2011-2014 : MAN 4 Jakarta
2014-sekarang : PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta