Anda di halaman 1dari 67

TINGKAT KECEMASAN PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN X

BOGOR: PERAN FAKTOR JENIS KELAMIN, USIA DAN KELAS

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:

Shallyna Nurfadiyah Sakinah


NIM : 11141030000091

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2017

i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

l. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN

S yarif Hidayatull ah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

1
J. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerirna sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

J akarta, 23 Oktober 2017

Shallyna Nurfadiyah S akinah


TINGKAT KECEMASAN PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN X,
BOGOR: PERAN FAKTOR JENIS KELAMIN, USIA DAN KELAS

Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh
Shallvna Nurfadivah S akinah
NIM: 11141030000091

Pembimbing Pembimbing 2

drg. Laifa Annisa Hcndarmin, ph.D


@
DR. Yunita Faela Nisa, M. Psi
19780402 200901 2 003 19770608 200501 2 003

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF IIIDAYATULLAII
JAKARTA
1438IJt2017
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Penelitian berjudul TINGKAT KECEMASAN PADA SANTRI DI


PONDOK PESANTREN X, BOGOR: PERAN FAI(TOR JENIS KELAMIN,
usIA DAN KELAS yang diajukan oleh Shallyna Nurfadiyah Sakinah INIM :
11141030000091), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan pada tanggal 23 Oktob er 2017. Laporan ini telah diterima sebagai salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada program Sfudi
Kedokteran dan Profesi Dokter.

Jakarta, 23 Oktober 2017


DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang

drg- Laifa Annisa Hendarmin, PhD

NIP. 19780402 200901 2 0a3


Pembimbing I Pembimbing II
\(iA^r-
drg.Laifa Annisa Hendarmin, phD DR. Yunita Faela Nisa, M. Psi
NIP. 19780402 200901 2003 NIP. 19770608 200s01 2003

Penguji I Penguji II

aini, MPH dr. Sayid Ridho, Sp. PD, FINASIM


NrP. 19821211 200912 2 0A1 NIP. 19660629 1998071 003

PIMPINAN FAKULTAS
Dekan FKIK UIN i PSPD FKIK UIN

Prof. Drl
.
I*,,anf
I '..':
Suniantri, S.KM, M.Kes dr. Nouval S hab, SpU, PhD, FICS, FACS
NtP.196s0808 198803 1 002 NIP t9721103 20u604 1 001
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.


Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT berkat nikmatNya penulis
dapat belajar dan menyelesaikan penelitian di FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Sholawat serta salam tak lupa penulis curahkan kepada Baginda Rasulullah
SAW yang telah membawa umat Muslim dari zaman kegelapan ke zaman yang
penuh dengan perkembangan ilmu dan teknologi sehingga penulis dapat belajar
kala ini. Banyak dukungan yang telah membantu penulis menyelesaikan penelitian.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih pada:

1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes, Prof. Dr. dr. Sardjana, Sp.OG(K),
SH, Maftuhah M.Kep, Ph.D, Fase Badriah S.KM, M.Kes, Ph.D selaku
Dekan dan Pembantu Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Nouval Shahab, Sp.U, Ph.D, FICS, FACS selaku Ketua Program Studi
Kedokteran dan Profesi Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD selaku pembimbing 1 yang telah
memberikan waktu, ilmu serta nasihat dan motivasi sehingga penulis
menyelesaikan penelitian.
4. Dr. Yunita Faela Nisa, M.Psi selaku pembimbing 2 yang telah meluangkan
waktu dan ilmunya dalam membimbing pengolahan data sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitiannya.
5. dr. Cut Warnaini, MPH selaku penguji 1 yang bersedia meluangkan waktunya
untuk menguji pada ujian skripsi penulis.
6. dr. Sayid Ridho, Sp. PD, FINASIM selaku penguji 2 yang bersedia meluangkan
waktunya untuk menguji pada ujian skripsi penulis
7. Bapak Chris Adhiyanto, M. Biomed, Ph.D selaku penanggung jawab modul riset
angkatan 2014 yang telah membantu kelancaran menyelesaikan penelitian.
8. Dr. Muchtar Ikhsan, Sp.P(K), MARS selaku pembimbing akademik yang telah
membimbing dan memberi nasihat kepada penulis sejak tahun pertama hingga
sekarang.
8. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmunya selama kurang lebih 3,5 tahun
masa studi di PSPD FKIK UIN Jakarta sehingga penulis memiliki bekal dan dapat
menyelesaikan penelitian ini.
9. Pihak Pesantren Modern Ummul Quro Al-Islami, Bogor yang sudah meluangkan
waktu dan tenaganya untuk membantu kelancaran pengambilan data kelompok
riset kami
10. Kepada santri Pondok Pesantren X, yang bersedia meluangkan waktunya
untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
11. Kepada kedua orang tua penulis, Cayitno, S.H dan Dra. Nulihartina, yang
memberikan waktu, tenaga dan kasih sayangnya kepada penulis sejak lahir sampai
sekarang ini sehingga penulis dapat belajar di PSPD FKIK UIN Jakarta dan
menyelesaikan penelitian ini dan belajar banyak hal.

v
12. Kepada saudara kandung dan sepupu penulis, Savira Ramadhanty, Rio Alfarez
dan Rima Astriani yang senantiasa menghibur penulis selama masa penulisan dan
senantiasa mendengarkan keluh kesah penulis.
13. Kepada teman-teman penulis pada masa Madrasah Aliyah (MA) di MAN 4
Jakarta, Fitri Muthi’ah Hanum, Shabrina Nadhira, Amira Pasidena, Siti Sakina,
Saffanah Nuriyah, Athiana Nurul, dan Sumayyah yang senantiasa mendengarkan
keluh kesah penulis dan tetap mendukung satu sama lain meski terpisah untuk
menuntut ilmu di tempat yang berbeda-beda.
14. Kepada teman-teman kelompok riset saya, Ade Aurora, Alya Masinta, Andi
Nizar Nazaruddin, Azifa Anisatul Umma, dan Nabil Shahab yang saling
mengingatkan dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Terima
kasih atas kerjasama kita dan segala bantuan selama ini.
15. Kepada sahabat-sahabat saya di PSKPD FKIK UIN Jakarta, Gebry Nadira
Rambe, Ning Indah Permatasari Herman dan Nadira yang telah memotivasi,
membantu penulis selama masa studi di PSKPD FKIK UIN Jakarta, menghibur dan
segala susah senang yang dilewati bersama.
16. Kepada teman-teman sejawat CAROTIS PSKPD 2014, kakak-kakak dan
adik-adik yang saling memberikan semangat satu sama lain untuk melewati masa
studi di PSKPD FKIK UIN Jakarta dan sampai nanti sumpah dokter.
17. Teman-teman CIMSA, Official BBQ dan SCOPE yang menjadi teman, rekan
kerja dan keluarga saya selama 2 tahun di organisasi yang mengajarkan saya
banyak hal dan menjadi wadah pengembangan diri di bidang non akademik.
18. Semua pihak yang membantu dalam kelancaran penulis menyelesaikan
penelitian.

Kesempurnaan hanya milik Allah, maka itu penulis terbuka dalam menerima
kritik dan saran terhadap penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat
bagi adik-adik yang sedang menggapai cita-citanya. Aamiin. Wassalamualaikum
Wr. Wb

Jakarta, 23 Oktober 2017


Penulis

vi
ABSTRAK
Shallyna Nurfadiyah Sakinah. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Tingkat
Kecemasan Pada Santri di Pondok Pesantren Ummul Quro Al-Islami, Bogor: Peran Faktor
Jenis Kelamin, Usia dan Kelas. 2017.
Latar belakang: Kecemasan adalah gangguan mental yang paling umum terjadi. Kecemasan
juga dapat timbul pada remaja usia sekolah, salah satunya pada santri. Santri tinggal di pesantren
terpisah dengan keluarganya. Kecemasan pada santri dapat mengakibatkan penurunan kualitas
hidup dan sulit berkonsentrasi saat belajar di pesantren.
Tujuan: Mengetahui tingkat kecemasan dan peran faktor jenis kelamin, usia dan kelas terhadap
kecemasan pada santri di Pondok Pesantren Modern Ummul Quro Al-Islami, Bogor.
Metode: Studi ini merupakan penelitian potong lintang. Populasi adalah santri di Pondok
Pesantren Modern Ummul Quro. Pemilihan sampel dengan metode purposive sampling sebanyak
465 responden. Alat ukur kecemasan digunakan kuesioner DASS 42.
Hasil: Sebagian besar santri di Pondok Pesantren Ummul Quro Al-Islami Bogor mengalami
kecemasan (70 %). Kecemasan sangat parah terjadi pada 11,6% santri, sedangkan kecemasan
parah terjadi pada 20% santri, kecemasan sedang terjadi pada 29% santri, dan kecemasan ringan
menimpa 13,1% santri. Sedangkan 26,2% normal. Analisa multivariate menunjukkan bahwa jenis
kelamin, usia dan kelas secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat
kecemasan (p=0,000). Lebih lanjut uji regresi menunjukkan usia dan jenis kelamin memiliki peran
signifikan dalam mempengaruhi tingkat kecemasan.
Kesimpulan: Sebagian besar santri mengalami kecemasan dengan tingkat yang berbeda-beda.
Jenis kelamin, usia dan kelas secara bersamaan berpengaruh terhadap tingkat kecemasan.

Kata kunci: tingkat kecemasan, jenis kelamin, usia, kelas, santri, pesantren.

ABSTRACT
Shallyna Nurfadiyah Sakinah. Medical Study Program and Doctor Profession. The Anxiety
Level of Santri in Pondok Pesantren Ummul Quro Al-Islami, Bogor: The Role of Gender, Age
and Class. 2017.
Background: Anxiety is the most common mental health disorder. Anxiety can be found in school
age teenagers such as santri. Santri lives in pesantren separately from family members. The effect
of anxiety can decrease the quality of life of santri and the concentrating level when studying.
Objective: to know the level of anxiety and the role of gender, age and class towards anxiety.
Methods: The study was conducted with cross-sectional observation. Populations are santri in
Pesantren Ummul Quro. The sample were chosen by purposive sampling method as many as 465
respondents. Questionnaire DASS 42 was used to measure anxiety levels.
Results: Most santri in Pesantren Ummul Quro suffered from anxiety. Very severe anxiety
happens in 11,6% santri, severe anxiety happens in 20% santri, moderate anxiety happens in 29%,
while 13,1% suffered mild anxiey and the other 26,2% aren’t suffered from anxiety at all.
Multivariate analysis shows that gender, age and class simultaneously affect anxiety significantly
(p=0,000). Furthermore, regression analysis shows that gender and age are the significant role in
affecting anxiety.
Conclusion: Most students suffer from anxiety in different levels. Age and gender affect anxiety
significantly, while class does not affect anxiety significantly.

Keywords: anxiety, gender, age, class, santri, 'aliyah, pesantren.

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL................................................................................ i
LEMBAR PERNYATAAN................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................. iv
KATA PENGANTAR.......................................................................... v
ABSTRAK............................................................................................ vii
DAFTAR ISI....................................................................................... viii
DAFTAR TABEL................................................................................ xi
DAFTAR SINGKATAN...................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................ xiii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................... 5
1.3 Hipotesis................................................................................... 5
1.4 Tujuan Umum.......................................................................... 6
1.4.1 Tujuan Khusus........................................................... 6
1.5 Manfaat Penelitian.................................................................... 6
1.5.1 Manfaat Penelitian Bagi Peneliti............................... 6
1.5.2 Manfaat Penelitian Bagi Perguruan Tinggi.............. 6
1.5.3 Manfaat Penelitian Bagi Pesantren X........................ 7
1.5.3 Manfaat Penelitian Bagi Masyarakat........................ 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kecemasan................................................................................. 8
2.1.1 Epidemiologi................................................................. 8
2.1.2 Etiologi.......................................................................... 8

viii
2.1.3 Pengertian Kecemasan................................................... 9
2.1.4 Gejala-Gejala Kecemasan.............................................. 11
2.1.5 Faktor-faktor Penyebab Kecemasan.......................... 12
2.1.6 Gambaran Klinis…...................................................... 14
2.1.7 Jenis-Jenis Kecemasan................................................ 14
2.2 Kecemasan Menurut Islam........................................................ 18
2.3 Pesantren...................................... .............................................. 19
2.3.1 Definisi Pesantren........................................................... 19
2.3.2 Jenis-Jenis Pesantren...................................................... 19
2.4 Remaja.......................................................................................... 20
2.4.1 Pengertian Remaja.......................................................... 20
2.4.2 Definisi Belajar................................................................ 21
2.5 Kerangka Teori............................................................................ 21
2.6 Kerangka Konsep......................................................................... 22
2.7 Variabel Penelitian...................................................................... 22
2.7.1 Variabel Bebas....................................................................22
2.7.2 Variabel Terikat.................................................................22
2.8 Definisi Operasional.................................................................... 22

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN


3.1 Ruang Lingkup Penelitian..........................................................26
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian....................................................26
3.2.1 Tempat Penelitian...............................................................26
3.2.2 Waktu Penelitian................................................................26
3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian..................................................26
3.4 Populasi dan Sampel....................................................................26
3.4.1 Populasi................................................................................26
3.4.2 Besar Sampel.......................................................................27
3.4.3 Sampel..................................................................................27

ix
3.4.4 Kriteria Sampel..................................................................27
3.5 Cara Pengumpulan Data............................................................28
3.5.1 Bahan..................................................................................28
3.5.2 Alat......................................................................................28
3.5.3 Jenis Data............................................................................29
3.5.4 Cara Kerja .........................................................................29
3.6 Alur Penelitian............................................................................31
3.7 Analisis Data.................................................................................32

BAB 4 HASIL PENELITIAN


4.1 Karakteristik Responden...........................................................33
4.2 Tingkat Kecemasan Santri........................................................35
4.3 Analisa Multivariat.....................................................................36
4.3.1 Uji Koefisien Determinasi.................................................36
4.3.2 Uji ANOVA (F Test) .........................................................37
4.3.3 Uji Koefisien Regresi (Uji T) ............................................38
4.4 Pembahasan…..............................................................................39
4.5 Keterbatasan Penelitian...............................................................41

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan..................................................................................42
5.2 Saran.............................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................43

LAMPIRAN........................................................................................46
Lampiran 1.................................................................................. 46
Lampiran 2...................................................................................48
Lampiran 3...................................................................................51

x
Lampiran 4...................................................................................52

DAFTAR RIWAYAT HIDUP..........................................................53

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Uji Validitas


Tabel 4.1 Distribusi Jenis Kelamin dan Tingkat Kelas
Tabel 4.2 Tingkat Kecemasan Santri
Tabel 4.3 Koefisien Determinasi
Tabel 4.4 Uji ANNOVA (F test)
Tabel 4.5 Uji Koefisien Regresi

xii
DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization


DASS : Depression, Anxiety, Stress Scale
MA : Madrasah Aliyah
MTs : Madrasah Tsanawiyah
GAD : Generalized Anxiety Disorder
PET : Positron Emission Tomography
GABA : Gamma-aminobutyric acid
UIN : Universitas Islam Negeri
FKIK : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
PSKPD : Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Informed Consent dan Data Karakteristik Respond


Lampiran 2 : Kuesioner DASS-42 Berbahasa Indonesia
Lampiran 3 : Kaji Etik Penelitian
Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian

xiv
1

BAB 1

LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang Masalah


Penyakit neuropsikiatri umum terjadi di dunia. Totalnya adalah 14% dari
seluruh penyakit dan menimpa lebih dari 450 juta penduduk bumi (Chou et al.,
2012). Penyakit neuropsikiatri, termasuk didalamnya gangguan mood dan
kecemasan. Pada remaja, kecemasan dapat berdampak dan mempengaruhi
perkembangan selama masa transisi (Costello et al., 2011).10 Jika tidak
ditindaklanjuti kecemasan dapat berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan
remaja.11
Sekolah bisa menjadi salah satu penyebab timbulnya kecemasan, karena
sekolah menghabiskan waktu terbanyak dalam kegiatan sehari-hari pada anak dan
remaja. Individu yang memiliki potensi untuk menjadi cemas dapat mengalami
kecemasan yang berat selama masa sekolah dikarenakan tingginya tekanan yang
berasal dari akademik dan lingkungan pertemanan di sekolah.11,15
Pada masalah kecemasan pada siswa, peran guru dan orang tua diperlukan
dalam membantu siswa melewati masa-masa sulitnya. Sehingga jika kecemasan
berkurang, siswa bisa belajar lebih efektif dan dengan begitu, kualitas lulusan
sekolah akan meningkat. Penanggulangan dan kesadaran akan masalah kecemasan
ini masih perlu ditingkatkan.
Kecemasan sendiri adalah gangguan yang sering dijumpai pada klinik
psikiatri. Kondisi ini terjadi sebagai akibat interaksi faktor-faktor biopsikososial,
termasuk kerentanan genetik yang berinteraksi dengan kondisi tertentu, stress,
atau trauma yang menimbulkan sindroma klinis yang bermakna.
Gangguan cemas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD)
merupakan kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran
yang berlebihan dan tidak rasional bahkan terkadang tidak realistik terhadap
berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari. Kondisi ini dialami hampir sepanjang
hari, berlangsung sekurangnya selama 6 bulan. Kecemasan yang dirasakan sulit
untuk dikendalikan dan berhubungan dengan gejala-gejala somatik seperti
2

ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur, dan kegelisahan sehingga


menyebabkan penderitaan yang jelas dan gangguan yang bermakna dalam fungsi
sosial dan pekerjaan.
Gangguan cemas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD)
merupakan kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran
yang berlebihan dan tidak rasional bahkan terkadang tidak realistik terhadap
berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari. Kondisi ini dialami hampir sepanjang
hari, berlangsung sekurangnya selama 6 bulan . Kecemasan yang dirasakan sulit
untuk dikendalikan dan berhubungan dengan gejala-gejala somatik seperti
ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur dan kegelisahan sehingga
menyebabkan penderitaan yang jelas dan gangguan yang bermakna dalam fungsi
sosial dan pekerjaan.14
Sedangkan menurut tinjauan teori kognitif-perilaku penderita GAD berespons
secara salah dan tidak tepat terhadap ancaman, disebabkan oleh perhatian yang
selektif terhadap hal-hal negatif pada lingkungan, adanya distorsi pada
pemrosesan informasi dan pandangan yang sangat negatif terhadap kemampuan
diri untuk menghadapi ancaman.
Menurut DSM IV-TR, seseorang bisa dikatakan memiliki gangguan
kecemasan menyeluruh jika terdapat tanda-tanda dibawah ini; kecemasan atau
kekhawatiran yang sudah berlangsung selama setidaknya 6 bulan dan terjadi
setiap hari, penderita sulit mengendalikan kekhawatirannya, kecemasan dan
kekhawatiran disertai tiga atau lebih dari enam gejala berikut ini (dengan
sekurang-kurangnya beberapa gejala lebih banyak terjadi dibandingkan tidak
terjadi selama 6 bulan terakhir). Gejala-gejala yang dimaksud yaitu kegelisahan,
merasa mudah lelah, sulit berkonsentrasi ataau pikiran menjadi kosong, iritabilitas,
ketegangan otot dan gangguan tidur. Fokus kecemasan dan kekhawatiran tidak
terbatas pada gangguan aksis I, misalnya, kecemasan atau ketakutan adalah bukan
tentang menderita suatu serangan panik (seperti pada gangguan panik), merasa
malu pada situasi umum (seperti pada fobia sosial), terkontaminasi (seperti pada
gangguan obsesif kompulsif), merasa jauh dari rumah atau sanak saudara dekat
(seperti gangguan cemas perpisahan), penambahan berat badan (seperti pada
anoreksia nervosa), menderita keluhan fisik berganda (seperti pada gangguan
3

somatisasi), atau menderita penyakit serius (seperti pada hipokondriasis) serta


kecemasan dan kekhawatiran tidak terjadi semata-mata selama gangguan stress
pasca trauma. Kecemasan, kekhawatiran atau gejala fisik menyebabkan
penderitaan yang bermakna secara klinis, atau gangguan pada fungsi sosisal,
pekerjaan, atau fungsi penting lain. Gangguan yang terjadi adalah bukan karena
efek fisiologis langsung dari suatu zat dan tidak terjadi semata-mata selama suatu
gangguan mood, gangguan psikotik atau gangguan perkembangan pervasif.20
Kecemasan sering kali timbul pada pelajar SMP dan SMA, sehingga
seringkali mempengaruhi prestasi akademik. Kecemasan bisa timbul karena
berbagai faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal tersebut contohnya adalah
tekanan dari orang-orang sekitar, jam belajar yang terlalu banyak, tingkat
kesulitan pelajaran, dan lingkungan sekolah itu sendiri. Selain itu, perbedaan usia
dan jenis kelamin juga mempengaruhi tingkat kecemasan dan cara menghadapi
kecemasan pada anak. Maka pada penelitian ini, akan diteliti perbedaan
kecemasan terhadap jenis kelamin dan usia serta kelas.
Sekolah memakan banyak waktu dalam kehidupan remaja dan anak-anak,
waktu yang digunakan untuk sekolah pada hidup anak dan remaja sangat
signifikan. Sekolah sangat berpengaruh terhadap tingkat kecemasan anak. Karena
saat di sekolah anak mengalami kecemasan yang dapat disebabkan oleh tekanan
akademik dan sosial dari lingkungan sekitar di sekolah (Grills-Taquechel et al.,
2010; Henry, Jamner & Whalen, 2012; Moksnes & Espnes, 2011).
Masalah psikologis yang termasuk kecemasan terbagi menjadi beberapa
masalah lagi, yaitu serangan panik, serangan kecemasan, kecemasan sosial dan
kecemasan berpisah. Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan oleh State
University of New York, masalah psikoogis yang paling sering dialami oleh
remaja adalah gangguan kecemasan umum, serangan panik dan kecemasan sosial.
Penelitian ini menandakan bahwa siswa yang memenuhi kriteria gangguan
kecemasan biasanya juga memiliki salah satu kriteria gangguan umum, serangan
panik dan kecemasan sosial. Kecemasan sosial jika dibandingkan angkanya
berdasarkan usia lebih stabil, yang berarti cukup banyak terjadi pada anak yang
sudah beranjak dewasa dibanding remaja yang lebih muda usianya. Sedangkan
4

serangan panik dan gangguan kecemasan menyeluruh lebih sering terjadi pada
anak yang usianya lebih muda.
Sedangkan bila dibandingkan berdasarkan jenis kelamin, hasil dari dua studi
yang dilakukan oleh State University of New York dan Queensland University of
Technology diperoleh bahwa remaja wanita lebih rentan mengalami masalah
psikologis dibanding remaja pria karena lebih rendahnya rasa percaya diri yang
dimiliki oleh remaja wanita dibandingkan remaja pria (Moksnes & Espnes,
2012).2,23
Di Indonesia, jenis sekolah bukan hanya Sekolah Menengah Umum (SMU)
dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Namun terdapat juga Madrasah Aliyah
(MA) dan Pondok Pesantren. Perbedaan Madrasah Aliyah dan Pesantren dengan
sekolah biasa adalah pembelajaran agama yang intensitasnya lebih tinggi di
Madrasah Aliyah dan Pesantren. Pondok pesantren memberlakukan sistem asrama,
sehingga siswa (santri) tinggal di asrama selama santri menuntut ilmu di pondok
pesantren tempat santri belajar dan terdapat waktu tertentu yang disediakan untuk
bertemu dengan keluarga.
Perbedaan pesantren dengan sekolah umum adalah, pendidikan agama di
pesantren lebih banyak daripada di sekolah umum yang mungkin hanya beberapa
kali seminggu, di pesantren diberikan setiap hari sampai siswa-siswa di pesantren
sudah akrab dengan segala hal yang berbau pelajaran agama. Selain itu, santri
yang belajar di pesantren tinggal jauh dari keluarga di pesantren.
Di Indonesia, jenis sekolah bukan hanya Sekolah Menengah Umum (SMU)
dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Namun terdapat juga Madrasah Aliyah
(MA) dan Pondok Pesantren. Perbedaan Madrasah Aliyah dan Pesantren dengan
sekolah biasa adalah pembelajaran agama yang intensitasnya lebih tinggi di
Madrasah Aliyah dan Pesantren. Pondok pesantren memberlakukan sistem asrama,
sehingga siswa (santri) tinggal di asrama selama santri menuntut ilmu di pondok
pesantren tempat santri belajar dan terdapat waktu tertentu yang disediakan untuk
bertemu dengan keluarga.
Pesantren merupakan tempat pembelajaran yang identik dengan kyai dan juga
asrama. Dengan sistem pembelajaran hampir 24 jam, pesantren dapat menjadi
5

incaran orang tua untuk mendapatkan pendidikan yang lebih ekstra, dari sudut
pandang inilah orang tua lebih percaya dengan pesantren.
Tinggal di pesantren adalah sebuah kebijakan atau peraturan dari yayasan
tersebut yang harus dipatuhi oleh setiap santri. Pada Pondok Pesantren X, setiap
santri yang memulai masa studi diharuskan untuk tinggal di asrama yang
disediakan oleh pesantren. Kehidupan santri yang tinggal di pesantren tidak lepas
dari kesulitan. Mulai dari kesulitan akademik, kesulitan finansial, kesulitan
sosiokultural, kesulitan lingkungan, dan sebagainya. Kesulitan-kesulitan tersebut
akan lebih terasa karena santri dan santriwati berada jauh dari keluarga atau
berasal dari luar kota. Oleh karena itu, santri dan santriwati harus mempunyai
“keuletan” dan kesemamptaan jasmani dan rohani, mental maupun fisiknya.
Siregar (2013) dalam penelitiannya menunjukkan hasil bahwa sebanyak 11
santri (14,1%) di pondok pesantren mengalami kecemasan tingkat tinggi, 52 santri
(66,7%) mengalami kecemasan tingkat sedang, sedangkan 19 santri (19,2%)
mengalami kecemasan tingkat rendah.
Kecemasan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya
adalah lokasi pesantren yang berada jauh dari kota sehingga frekuensi bertemu
orang tua yang lebih rendah dibanding siswa non pesantren. Selain faktor tersebut,
ekcemasan juga dapat dipengaruhi oleh faktor biologis dan psikososial lain,
seperti jenis kelamin, usia dan kelas.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui peran faktor
jenis kelamin, usia dan kelas terhadap kecemasan di Pondok Pesantren X,
Kabupaten Bogor dan hubungannya dengan jenis kelamin, usia dan kelas.

1.2 Rumusan Masalah


Penelitian ini ingin mengetahui peran faktor jenis kelamin, usia dan kelas
dalam mempengaruhi kecemasan santri di Pondok Pesantren X, Kabupaten Bogor.

1.3 Hipotesis
Jenis kelamin, usia dan kelas berperan signifikan dalam mempengaruhi
kecemasan secara bersama-sama, dengan jumlah besar sumbangan tertentu.
6

1.4 Tujuan Umum


Mengetahui peran faktor jenis kelamin, usia dan kelas terhadap
kecemasan.
1.4.1 Tujuan Khusus
• Mengetahui signifikansi faktor jenis kelamin, usia dan kelas
terhadap kecemasan secara bersama-sama.
• Mengetahui besar sumbangan faktor jenis kelamin, usia dan kelas
secara bersama-sama terhadap kecemasan.
• Mengetahui signifikansi masing-masing faktor jenis kelamin, usia
dan kelas terhadap kecemasan.
• Mengetahui tingkat kecemasan santri di Pondok Pesantren X,
Bogor

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1.5.1 Manfaat Penelitian Bagi Peneliti
• Menambah ilmu dan wawasan mengenai kecemasan pada remaja
khususnya di Pondok Pesantren X, Kabupaten Bogor.
• Memberikan pengalaman dan pengetahuan tentang pembuatan
karya tulis ilmiah.
• Menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama menempuh studi di
institusi pendidikan kedokteran.
• Merupakan tugas akhir peneliti untuk menyelesaikan Studi Strata 1
(S1) di Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
1.5.2 Manfaat Penelitian Bagi Perguruan Tinggi
• Sarana bagi perguruan tinggi dalam menjalankan fungsinya
sebagai wadah penelitian.
• Sarana pengembangan ilmu pengetahuan bagi institusi.
• Sarana untuk menjalin tali silaturahim antara Universitas Islam
7

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Pondok Pesantren


X, Kabupaten Bogor.
1.5.3 Manfaat Penelitian Bagi Pondok Pesantren X, Kabupaten Bogor
• Mengetahui hasil data dan variabel yang mempengaruhi tingkat
kecemasan yang ada di Pondok Pesantren X, Kabupaten Bogor.
• Sebagai bahan evaluasi untuk membenahi kekurangan yang ada di
Pondok Pesantren X, Kabupaten Bogor
• Jika hasilnya telah disimpulkan, dapat menjadi masukan bagi
pesantren dalam mengembangkan sistem pendidikan yang lebih
baik untuk santri-santrinya.
1.5.4 Manfaat Penelitian Bagi Masyarakat
• Meningkatkan kesadaran terhadap masyarakat akan gangguan
kecemasan yang mungkin terjadi pada anak
• Menyadarakan masyarakat pentingnya perkembangan psikologis
dan emosional anak.
8

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Kecemasan
2.1.1 Epidemiologi
Gangguan cemas merupakan gangguan yang sering dijumpai pada klinik
psikiatri. Kondisi ini terjadi sebagai akibat interaksi faktor-faktor
biopsikososial, termasuk kerentanan genetik yang berinteraksi dengan kondisi
tertentu, stress atau trauma yang menimbulkan sindroma klinis yang
bermakna.
Angka prevalensi untuk gangguan cemas menyeluruh 3-8% dan rasio
antara perempuan dan laki-laki sekitar 2:1. Pasien gangguan cemas
menyeluruh sering memiliki komorbiditas dengan gangguan mental lainnya
seperti Gangguan Panik, Gangguan Obsesif Kompulsif, Gangguan Stres
Pasca Trauma, dan Gangguan Depresi Berat.

2.1.2 Etiologi
a. Teori Biologi
Area otak yang diduga terlibat pada timbulnya GAD adalah lobus
oksipitalis yang mempunyai reseptor benzodiazepin tertinggi di otak.
Basal ganglia, sistem limbik dan korteks frontal juga dihipotesiskan
terlibat pada etiologi timbulnya GAD. Pada pasien GAD juga ditemukan
sistem serotonergik yang abnormal. Neurotransmitter yang berkaitan
dengan GAD, adalah GABA, serotonin, norepinefirn, glutamat, dan
kolesistokinin.
Pemerikasaan PET (Positron Emission Tomography) pada pasien
GAD ditemukan penurunan laju metabolisme di ganglia basal dan
substansia alba pasien GAD dibandingkan kelompok kontrol.1
b. Teori Genetik
9

Pada sebuah studi didapatkan bahwa hubungan genetik pasien GAD


dan gangguan Depresi Mayor pada pasien wanita. Sekitar 25% dari
keluarga tingkat pertama penderita GAD juga menderita gangguan yang
sama. Sedangkan penelitian pada pasangan kembar didapatkan angka
50% pada kembar monozigotik dan 15% pada kembaar dizigotik.
c. Teori Psikososial
Pada teori psikososial ini, terdapat dua pendapat mengenai faktor
psikososial yang menyebabkan timbulnya gangguan ansietas menyeluruh,
yaitu kelompok perilaku-kognitif dan kelompok psikoanalitik. Menurut
kelompok perilaku-kognitif, pasien dengan gangguan ansietas
menyeluruh memberikan respons pada hal-hal yang secara tidak benar
dan tidak akurat dianggap sebagai bahaya. Ketidakakuratan ini
ditimbulkan oleh perhatian selektif pada hal kecil negatif di lingkungan
dengan distorsi pemprosesan informasi dan pandangan yang sangat
negatif terhadap kemampuan beradaptasi diri sendiri. Kelompok
psikoanalitik mendalilkan bahwa ansietas adalah gejala konflik yang
tidak disadari dan tidak terselesaikan.
Teori psikososial mengatakan bahwa anxietas adalah gejala dari
konflik bawah sadar yang tidak terselesaikan. Pada tingkat yang paling
primitif anxietas dihubungkan dengan perpisahan dengan objek cinta.
Pada tingkat yang lebih matang lagi anxietas dihubungkan dengan
kehilangan cinta dari objek yang penting. Anxietas kastrasi berhubungan
dengan fase oedipal sedangkan anxietas superego merupakan ketakutan
seseorang untuk mengecewakan nilai dan pandangannya sendiri
(merupakan anxietas yang paling matang).3

2.1.3 Pengertian Kecemasan


Pada dasarnya, kecemasan merupakan hal wajar yang pernah dialami
oleh setiap manusia. Kecemasan sudah dianggap sebagai bagian dari
kehidupan sehari-hari. Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya
umum, dimana seseorang merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan
diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya (Sutardjo Wiramihardja,
10

2005:66). Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang


pada waktu tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan reaksi
normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang.
Kecemasan bisa muncul sendiri atau bergabung dengan gejala-gejala lain
dari berbagai gangguan emosi (Savitri Ramaiah, 2003:10). Menurut
Kaplan, Sadock, dan Grebb (Fitri Fauziah & Julianti Widuri, 2007:73)
kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan
merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan,
pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam
menemukan identitas diri dan arti hidup.1 Kecemasan adalah reaksi yang
dapat dialami siapapun. Namun cemas yang berlebihan, apalagi yang
sudah menjadi gangguan akan menghambat fungsi seseorang dalam
kehidupannya. Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai
ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari
ketidakmampuan 11 mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa
aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak
menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai perubahan
fisiologis dan psikologis (Kholil Lur Rochman, 2010:104). Namora
Lumongga Lubis (2009:14) menjelaskan bahwa kecemasan adalah
tanggapan dari sebuah ancaman nyata ataupun khayal. Individu
mengalami kecemasan karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang.
Kecemasan dialami ketika berfikir tentang sesuatu tidak menyenangkan
yang akan terjadi. Sedangkan Siti Sundari (2004:62) memahami
kecemasan sebagai suatu keadaan yang menggoncangkan karena adanya
ancaman terhadap kesehatan. Nevid Jeffrey S, Rathus Spencer A, &
Greene Beverly (2005:163) memberikan pengertian tentang kecemasan
sebagai suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan
fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan kekhawatiran
bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Kecemasan adalah rasa khawatir ,
takut yang tidak jelas sebabnya. Kecemasan juga merupakan kekuatan
yang besar dalam menggerakkan tingkah laku, baik tingkah laku yang
menyimpang ataupun yang terganggu. Keduaduanya merupakan
11

pernyataan, penampilan, penjelmaan dari pertahanan terhadap kecemasan


tersebut (Singgih D. Gunarsa, 2008:27). Kesimpulan yang dapat diambil
dari beberapa pendapat diatas bahwa kecemasan adalah rasa takut atau
khawatir pada situasi tertentu yang sangat mengancam yang dapat
menyebabkan kegelisahan karena adanya 12 ketidakpastian dimasa
mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.

2.1.4 Gejala-Gejala Kecemasan


Kecemasan adalah suatu keadaan yang menggoncangkan karena
adanya ancaman terhadap kesehatan. Individu-individu yang tergolong
normal kadang kala mengalami kecemasan yang menampak, sehingga
dapat disaksikan pada penampilan yang berupa gejala-gejala fisik
maupun mental. Gejala tersebut lebih jelas pada individu yang
mengalami gangguan mental. Lebih jelas lagi bagi individu yang
mengidap penyakit mental yang parah. Gejala-gejala yang bersifat fisik
diantaranya adalah : jari tangan dingin, detak jantung makin cepat,
berkeringat dingin, kepala pusing, nafsu makan berkurang, tidur tidak
nyenyak, dada sesak. Gejala yang bersifat mental adalah : ketakutan
merasa akan ditimpa bahaya, tidak dapat memusatkan perhatian, tidak
tenteram, ingin lari dari kenyataan (Siti Sundari, 2004:62). Kecemasan
juga memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan takut dan kehati-
hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak menyenangkan.
Gejala-gejala kecemasan yang muncul dapat berbeda pada masing-
masing orang. Kaplan, Sadock, & Grebb (Fitri Fauziah & Julianti Widury,
2007:74) menyebutkan bahwa takut dan cemas merupakan dua emosi
yang berfungsi sebagai tanda akan adanya suatu bahaya. Rasa takut
muncul jika terdapat ancaman yang jelas atau nyata, berasal dari
lingkungan, dan tidak menimbulkan konflik bagi individu. Sedangkan
kecemasan muncul jika bahaya berasal dari dalam diri, tidak jelas, atau
menyebabkan konflik bagi individu. Kecemasan berasal dari perasaan
tidak sadar yang berada didalam kepribadian sendiri, dan tidak
berhubungan dengan objek yang nyata atau keadaan yang benar-benar
12

ada. Kholil Lur Rochman, (2010:103) mengemukakan beberapa gejala-


gejala dari kecemasan antara lain :
a. Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap
kejadian menimbulkan rasa takut dan cemas. Kecemasan tersebut
merupakan bentuk ketidakberanian terhadap hal-hal yang tidak jelas.
b. Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka
marah dan sering dalam keadaan exited (heboh) yang memuncak, sangat
irritable, akan tetapi sering juga dihinggapi depresi.
c. Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion
of persecution (delusi yang dikejar-kejar).
d. Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah,
banyak berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare.
e. Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan
tekanan jantung menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi. Nevid
Jeffrey S, Spencer A, & Greene Beverly (2005:164) mengklasifikasikan
gejala-gejala kecemasan dalam tiga jenis gejala, diantaranya yaitu:
a. Gejala fisik dari kecemasan yaitu: kegelisahan, anggota tubuh
bergetar, banyak berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak kencang,
merasa lemas, panas dingin, mudah marah atau tersinggung.
b. Gejala behavioral dari kecemasan yaitu: berperilaku menghindar,
terguncang, melekat dan dependen
c. Gejala kognitif dari kecemasan yaitu: khawatir tentang sesuatu,
perasaan terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi dimasa
depan, keyakinan bahwa sesuatu masalah, pikiran terasa bercampur
aduk atau kebingungan, sulit berkonsentrasi.

2.1.5 Faktor-faktor Penyebab Kecemasan


Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan
sebagian besar tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang.
Peristiwa-peristiwa atau situasi khusus dapat mempercepat munculnya
serangan kecemasan. Menurut Savitri Ramaiah (2003:11) ada beberapa
faktor yang menunujukkan reaksi kecemasan, diantaranya yaitu :
13

a. Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara


berfikir individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini
disebabkan karena adanya pengalaman yang tidak
menyenangkan pada individu dengan keluarga, sahabat, ataupun
dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak
aman terhadap lingkungannya.
b. Emosi yang ditekan kecemasan bisa terjadi jika individu tidak
mampu menemukan jalan keluar untuk perasaannya sendiri
dalam hubungan personal ini, terutama 15 jika dirinya menekan
rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama.
c. Sebab-sebab fisik pikiran dan tubuh senantiasa saling
berinteraksi dan dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Hal
ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya kehamilan, semasa
remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama ditimpa
kondisi-kondisi ini, perubahan-perubahan perasaan lazim muncul,
dan ini dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Zakiah
Daradjat (Kholil Lur Rochman, 2010:167) mengemukakan
beberapa penyebab dari kecemasan yaitu :
a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang
mengancam dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut,
karena sumbernya terlihat jelas didalam pikiran
b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan
hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani.
Kecemasan ini sering pula menyertai gejala-gejala gangguan
mental, yang kadang-kadang terlihat dalam bentuk yang umum.
c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa
bentuk. Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan
tidak berhubungan dengan apapun yang terkadang disertai
dengan perasaan takut yang mempengaruhi keseluruhan
kepribadian penderitanya. Kecemasan hadir karena adanya suatu
emosi yang berlebihan. Selain itu, keduanya mampu hadir karena
14

lingkungan yang menyertainya, baik lingkungan keluarga,


sekolah, maupun penyebabnya.

2.1.6 Gambaran Klinis


Gejala utama GAD adalah ansietas, ketegangan motorik, hiperaktivitas
autonom dan kewaspadaan secara kognitif. Kecemasan bersifat berlebihan
dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan pasien. Ketegangan motorik
bermanifestasi sebagai bergetar, kelelahan, dan sakit kepala. Hiperaktivitas
autonom timbul dalam bentuk pernafasan yang pendek, berkeringat, palpitasi,
dan disertai gejala saluran pencernaan. Terdapat juga kewaspadaan kognitif
dalam bentuk iritabilitas.
Pasien GAD biasanya datang ke dokter umum karena keluhan somatik,
atau datang ke dokter spesialis karena gejala spesifik seperti diare kronik.
Pasien biasanya memperlihatkan perilaku cari perhatian (seeking behaviour).
berapa pasien menerima diagnosis GAD dan terapi yang adekuat, dan
beberapa lainnya meminta konsultasi medik tambahan untuk masalah-
masalah mereka.

2.1.7 Jenis-Jenis Kecemasan


Kecemasan terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu
1. Generalized Anxiety Disorder (GAD)
Generalized Anxiety Disorder, atau Gangguan Kecemasan Umum
pada anak usia sekolah umumnya disebabkan oleh masalah keluarga,
hubungan dengan teman sebaya, bencana alam, kesehatan, performa
akademik dan olahraga. Sedangkan gangguan fisik yang dialami
adalah rasa lelah, sulit tidur, sulit konsentrasi dan iritabilitas.
Anak-anak dengan gangguan kecemasan menyeluruh cenderung
keras terhadap diri mereka sendiri. Mereka mencari kesempurnaan
dan sering merasa cemas, walaupun mereka tidak terlihat cemas.11
2. Gangguan Obsesif Kompulsif
15

Obsesi ditandai dengan adanya pikiran tidak diinginkan yang muncul


berulang. Sedangkan kompulsif adalah keinginan untuk melakukan
suatu hal berulang-ulang.
Hal-hal yang dapat ditemui pada orang yang memiliki obsesi adalah
khawatir berlebihan terhadap kuman-kuman di sekitar lingkungan,
kekhawatiran terhadap simetri dan susunan, ketakutan terhadap
bahaya yang dapat menimpa diri sendiri atau orang lain yang dicintai,
aturan atau ritual keagamaan dan ketakutan akan kehilangan sesuatu
yang berharga.
Sedangkan perilaku yang terdapat pada orang yang mengalami
kompulsif adalah mencuci tangan berulang-ulang, mengecek keadaan
terus-menerus, menyusun benda-benda dengan cara spesifik,
mengulang-ulang suatu doa atau ritual dan mencari pembenaran atas
hal yang mereka lakukan berulang-ulang.
Gangguan obsesif kompulsif umumnya dapat didiagnosa pada usia
10 tahun. Sedangkan pada anak laki-laki, gangguan ini biasanya
berekembang sebelum pubertas, sedangkan pada anak perempuan
gangguan ini timbul saat beranjak remaja.
Umumnya pada remaja yang menderita anoreksia nervosa, gangguan
obsesif kompulsif adalah penyakit mental yang paling sering
menyertai.
3. Gangguan Panik
Diagnosa gangguan panik dapat ditegakkan bila dalam satu bulan
sekurang-kurangnya mengalami serangan panik sebanyak dua kali.
Dapat disebut gangguan panik jika terdapat empat dari gejala-gejala
yang timbul pada gangguan panik, yaitu dada berdebar kencang,
berkeringat, merasa ketakutan dan merasa harus kabur, nyeri dada,
mual dan muntah, rasa dicekik, pusing, dan kehilangan kontrol.
4. Gangguan Stress Paska Trauma
Gangguan ini muncul pada anak yang menyaksikan secara langsung
kejadian yang mengancam jiwa. Anak-anak yang mengalami
16

kekerasan di rumah dan memiliki gangguan mental lain juga lebih


rentan mengalami gangguan stress paska trauma.
Kejadian yang dapat menimbulkan gangguan ini adalah bencana
alam, kekerasan fisik, dan kecelakaan. Anak-anak yang mengalami
kejadian traumatik dan memiliki gangguan ini akan menghindari
tempat, dan orang yang berhubungan dengan pengalaman traumatik
tersebut.
Anak-anak yang mengalami gangguan stress paska trauma akan sulit
tidur dan berkonsentrasi.
5. Kecemasan Berpisah
Anak-anak usia tujuh sampai sembilan tahun biasanya paling sering
mengalami gangguan ini, ketika orang tua atau orang yang biasa
menemani mereka tidak bersama mereka. Kecemasan berpisah
umumny terjadi pada saat mereka pergi ke sekolah tanpa ditemani.
6. Kecemasan Sosial
Kecemasan sosial biasanya ditandai oleh ketakutan dengan interaksi
dan ketakutan terhadap aktivitas yang mengharuskan untuk tampil.
Gejala dari gangguan ini adalah anak menjadi pasif, peragu, bicara
sangat pelan, menghindari kontak mata ketika berpapasan, tidak mau
memulai pembicaraan, tidak nyaman menjadi pusat perhatian,
terisolasi dalam sebuah grup, lebih memilih duduk sendirian di
kafetaria atau perpustakan, dan menghindari dipanggil di dalam kelas.
7. Mutisme Selektif
Mutisme terjadi ketika anak menolak untuk berbicara saat bicara
diperlukan sampai pada tahap yang mengganggu interaksi sosial
mereka dengan teman sebaya. Mutisme selektif diperkirakan adalah
bentuk dari kecemasan sosial yang parah.
Pada anak yang menderita mutisme selektif, hal ini hanya terjadi saat
mereka tidak nyaman ketika berada di lingkungan tertentu. Saat di
rumah atau di tempat yang membuat mereka merasa nyaman, mereka
bersikap normal dan berbicara sewajarnya. Diagnosa mutisme selektif
17

ini umumnya dijumpai pada anak usia empat sampai delapan tahun,
atau ketika mereka mulai masuk sekolah.
8. Fobia Spesifik
Anak yang mengalami fobia spesifik akan merasa takut terhadap
suatu hal. Seperti takut terhadap anjing, terbang atau hal lain.
Biasanya rasa takut akan menghilang dengan sendirinya. Tetapi jika
rasa takut tetap muncul selama enam bulan, maka ini adalah fobia.
Biasanya anak akan merasa cemas, gelisah dan menangis ketika
berhadapan dengan sesuatu yang ia takuti.

2.2 Kecemasan Menurut Islam


Kecemasan ini pada awalnya hanyalah bisikan akan kekhawatiran. Kemudian
seseorang terlalu mendengar dan fokus pada bisikan-bisikan ini tanpa diiringi
dengan tawakal kepada Allah Swt. Sehingga makin lama kecemasan makin
melingkupi jiwa seseorang sampai bersifat mengganggu dan patologis.
Kecemasan ini dapat bermanifestasi dalam bentuk fisik dan mental. Yaitu dengan
munculnya kekhawatiran atau ketakutan berlebihan terhadap sesuatu yang tidak
jelas. Serta berbagai gejala fisik yang timbul. Kita mengenal GAD atau General
Anxiety Disorder dimana penderita terus menerus mengkhawatirkan segala
macam hal yang belum tentu terjadi dan belum tentu ada. Kecemasan juga tidak
sesuai dengan ketenangan yang digambarkan Allah dalam firman-Nya dalam
surah al-Fajr ayat 27-30, “Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu
dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah
hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.”
Apabila perasaan cemas mulai timbul, hendaknya kita mengingat Allah dan
bertawaqal kepadaNya agar hati kita tidak dilandasi perasaan cemas. Apabila
semua kegiatan yang baik dimulai karena niat yang ikhlas karena Allah,
dilaksanakan dengan benar, tekun, disertai perasaan hati yang senang serta
tawakal menerima nasib takdir ketentuan Allah, maka insya Allah keseimbangan
psikis tidak terganggu kesehatan jiwa pun akan terpelihara.
Pada surah Al-Baqarah ayat 112 disebutkan pula perihal bertawakal dalam
menghadapi kecemasan “(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang
18

menyerahkan wajahnya kepada Allah, sedang ia muhsin, maka baginya pahala


pada sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut menimpa mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati.” (Al-Baqarah: 112)
Ulama Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah menjelaskan makna ayat
tersebut. Melihat kalimat awal “siapa yang menyerahkan wajahnya..” Wajah
adalah bagian termulia dari jasmani manusia. Pada wajah terdapat mata, hidung,
dan mulut atau lidah. Juga terlihat jelas kegembiraan, kesedihan, amarah, rasa
takut, dan sedih, bahkan semua emosi manusia tampak pada wajah. Wajah adalah
gambaran identitas manusia. Unsur kejiwaan pada ayat ini adalah mengenai
bagaimana manusia menyerahkan seluruh “emosinya” kepada Allah SWT.27
Dalam Islam, dianjurkan untuk melakukan hal-hal ini untuk mendekatkan diri
kepada Allah agar tidak lagi merasa cemas yaitu: sholat malam, berdzikir malam,
berkumpul dengan orang sholeh dalam artian orang sholeh disini adalah orang
yang berpikiran positif, karena energi akan menular maka itu Allah
memerintahkan kita untuk senantiasa berdekatan dengan orang yang berpikiran
positif (sholeh) dan senantiasa berprasangka baik terhadap Allah. Selain itu,
memperbanyak membaca al-Quran juga dapat mendekatkan diri kita kepada Allah.
Bukan hanya membaca saja, tetapi juga merenungi makna dan mengamalkan
ajarannya. Selain itu, memperbanyak berpuasa juga dapat mendekatkan diri
kepada Allah dan terhindar dari hal-hal buruk.
Berbagai pendekatan kejiwaan dalam Islam pun dapat kita temukan berbagai
cara untuk menyembuhkan gangguan-gangguan jiwa diantaranya adalah: Berpikir
positif atau dalam Islam dikenal dengan Husnu Dzan agar terhindar dari ketakutan
dan kecemasan. Kemudian penerimaan positif terhadap diri atau dalam Islam yang
dinamakan Qona’ah. Ada pula istilah melepas semua beban yang ada dan dalam
Islam dikenal dengan istilah pasha (Ikhlas) dengan segala ketentuanNya. Semua
konsep tersebut baik dalam Islam maupun kejiwaan adalah agar manusia dapat
mengobati berbagai kecemasan dan ketakutan.28
19

2.3 Pesantren
2.3.1 Definisi Pesantren
Pesantren adalah sebuah asrama pendidikan tradisional, dimana para
siswanya semua tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang
lebih dikenal dengan sebutan Kyai dan mempunyai asrama untuk tempat
menginap santri. Kata pesantren terdiri dari kata “santri” yang ditambahkan
imbuhan “pe” dan akhiran “an”. Kata “santri” menurut A.H Johns berasal dari
Bahasa Tamil yang berarti guru mengaji. Sedangkan istilah santri digunakan
untuk menyebut siswa di pesantren. Pondok pesantren adalah lembaga
pendidikan Islam tertua yang merupakan produk budaya Indonesia.
Keberadaan pesantren di Indonesia dimulai sejak Islam masuk negeri ini
dengan mengadopsi sistem pendidikan keagamaan yang sebenarnya telah
lama berkembang sebelum kedatangan Islam. Pondok pesantren sebagai
lembaga pendidikan yang telah lama berkembang di negeri ini diakui
memiliki andil yang sangat besar terhadap perjalanan sejarah bangsa.12

2.3.2 Jenis-jenis Pesantren


a. Pesantren Salaf
Pesantren yang hanya mengajarkan ilmu agama Islam saja
umumnya disebut pesantren salaf. Pola tradisional yang diterapkan
dalam pesantren salafi adalah para santri bekerja untuk kyai mereka,
bisa dengan mencangkul sawah, mengurusi kolam ikan, kebun dan
wirausaha lainnya. Sebagian besar pesantren salafi menyediakan
asrama sebagai tempat tinggal para santrinya dengan membebankan
biaya yang rendah atau bahkan tanpa biaya sama sekali. Para santri,
pada umunya menghabiskan hingga 20 jam waktu sehari dengan
penuh kegiatan, dimulai dari shalat subuh di waktu pagi hingga
mereka tidur kembali di waktu malam.12 Ilmu yang dipelajari
sebagian besar adalah ilmu agama.

b. Pesantren Modern
Pada pesantren modern, pola yang diterapkan berbeda dari
pesantren salaf. Di pesantren modern, santri belajar ilmu umum dan
juga ilmu agama, serta ditekankan untuk menguasai dua bahasa asing
20

sekaligus, yaitu bahasa Arab dan bahasa Inggris pada beberapa


pesantren modern. Pada pondok pesantren modern, santri diwajibkan
untuk membayar biaya pendidikan maupun asrama.

2.4 Remaja
2.4.1 Pengertian Remaja
Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia,
menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, 2003). Masa
remaja disebut pula sebagai masa penghubung atau masa peralihan antara
masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada periode ini terjadi perubahan-
perubahan besar dan esensial mengenai kematangan fungsi-fungsi rohaniah
dan jasmaniah, terutama fungsi seksual (Kartono, 1995). Remaja, yang dalam
bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa Latin adolescare yang
artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Menurut Rice
(dalam Gunarsa, 2004), masa remaja adalah masa peralihan, ketika individu
tumbuh dari masa anak-anak menjadi individu yang memiliki kematangan.
Pada masa tersebut, ada dua hal penting menyebabkan remaja melakukan
pengendalian diri. Dua hal tersebut adalah, pertama, hal yang bersifat
eksternal, yaitu adanya perubahan lingkungan, dan kedua adalah hal yang
bersifat internal, yaitu karakteristik di dalam diri remaja yang membuat
remaja relatif 10 11 lebih bergejolak dibandingkan dengan masa
perkembangan lainnya (storm and stress period). Masa remaja adalah masa
transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa
remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan
organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja
adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa (Widyastuti,
Rahmawati, Purnamaningrum; 2009). Pubertas ialah suatu periode di mana
kematangan kerangka dan seksual terjadi secara pesat terutama pada awal
masa remaja.
21

2.4.2 Batasan Usia Remaja


Berdasarkan tahapan perkembangan individu dari masa bayi hingga masa
tua akhir menurut Erickson, masa remaja dibagi menjadi tiga tahapan yakni
masa 13 remaja awal, masa remaja pertengahan, dan masa remaja akhir.
Adapun kriteria usia masa remaja awal pada perempuan yaitu 13-15 tahun
dan pada laki-laki yaitu 15-17 tahun. Kriteria usia masa remaja pertengahan
pada perempuan yaitu 15-18 tahun dan pada laki-laki yaitu 17-19 tahun.
Sedangkan kriteria masa remaja akhir pada perempuan yaitu 18-21 tahun dan
pada laki-laki 19-21 tahun (Thalib, 2010). Menurut Papalia & Olds (dalam
Jahja, 2012), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa
kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13
tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan
tahun.25

2.5 Kerangka Teori


Beban akademik

KECEMASAN
Fisiologis kecemasan: PADA SANTRI Tinggal terpisah jauh
Hiperaktivitas dari orang tua
4
Amygdala

Faktor biologis: Usia dan Faktor biopsikososial:


jenis kelamin kelas
22

2.6 Kerangka Konsep

Jenis kelamin Usia Kelas

Kecemasan pada
santri

2.7 Variabel Penelitian


2.7.1 Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah: .Jenis kelamin,
usia dan kelas.
2.7.2 Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan.

2.8 Definisi Operasional


No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Skala
Operasional
Variabel terikat
1. Tingkat Kecemasan Kuesioner 1. Normal Ordinal
Kecemasan adalah respon DASS 42 (skor total DASS
perasaan takut 42 sebesar 0-7,
terhadap situasi tidak termasuk
tertentu yang dalam kategori
dirasa kecemasan)
mengancam, 2. Kecemas
dan merupakan an:
23

respon terhadap a. Ringan: skor


hal yang 8-9
merupakan b. Sedang:
ancaman.26 skor 10-14
c. Parah: skor
15-19
d. Sangat
Parah: >20
Variabel bebas
1. Jenis Kelamin Secara Mengisi 1: Laki-laki Nominal
harafiah, jenis kuesioner 2: Perempuan
kelamin berarti DASS 42
adalah hal
biologis yang
membedakan
antara laki-laki
dan perempuan
secara anatomis
dan fisiologis
sejak lahir.
Sedangkan
laki-laki dan
perempuan
memiliki
perannya
masing-masing
yang di
konstruksi oleh
lingkungan
sosial yang
akan tumbuh
seiring dengan
24

pertumbuhan
usia (WHO,
2002).6
2. Usia Masa hidup Mengisi 11-18 tahun Nominal
responden dari kuesioner
lahir sampai
mengikuti
penelitian ini.
1. balita = 0 - 5
tahun,
2. kanak-kanak
= 5 - 11 tahun.
3. remaja Awal
= 12 - 1 6
tahun.
4. remaja Akhir
= 17 - 25
tahun.
5. dewasa Awal
= 26- 35 tahun.
6. dewasa
Akhir = 36- 45
tahun.
7. Lansia Awal
= 46- 55 tahun.
8. Lansia Akhir
= 56 - 65
tahun.
9. Manula = 65
- sampai atas
(Depkes RI,
2009)
25

3. Kelas Menurut Mengisi 1: Kelas 7 Nominal


Kamus Besar kuesioner 2: Kelas 8
Bahasa 3: Kelas 9
Indonesia, 4: Kelas 10
Kelas adalah 5: Kelas 11
kelompok
masyarakat
berdasarkan
pendidikan
(Alwi, 2007).
26

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini mencakup bidang ilmu kedokteran jiwa.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan di lingkungan Pondok Pesantren X,
Kabupaten Bogor
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu pengumpulan data dilakukan dalam kurun waktu bulan November
2016 sampai dengan April 2017.

3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan
rancangan cross-sectional atau potong lintang.

3.4 Populasi dan Sampel


3.4.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah santri Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah
kelas 7-11, Pondok Pesantren X, Kabupaten Bogor.
27

3.4.2 Besar Sampel


Rumus yang digunakan untuk menentukan besar sampel minimal pada
penelitian ini menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:

3795
=
1 + (3795) × (0,05) 2

3795
=
1 + 3795 × 0,0025
3795
=
1 + 9,487
3795
=
10,487
=361.87 + 10 (drop out)
Keterangan:
n (jumlah sampel):
N (jumlah populasi): 3795
e (error tolerance): 0,05
Berdasarkan jumlah sampel minimal yang didapatkan dengan
menggunakan rumus Slovin, jumlah sampel minimal adalah 361.87 yang
dibulatkan menjadi 362 ditambah drop out 10%, sehingga jumlah minimal
sampel adalah 400.
3.4.3 Sampel
Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling.
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 465 orang yang meliputi,
santri dan santriwati dari kelas 7-11.
3.4.4 Kriteria Sampel
Kriteria inklusi:
• Santri Pondok Pesantren Ummul Quro al-Islami kelas 7, 8, 9,10,
11
• Santri yang bersedia menjadi responden
Kriteria eksklusi:
28

• Santri yang tidak hadir pada saat pengambilan data

3.5 Cara Pengumpulan Data


3.5.1 Bahan
Bahan penelitian berupa data primer yang diperoleh dari responden
yang mengisi kuesioner DASS 42 yang diberikan beserta data responden
dan lembar persetujuan tertulis.

3.5.2 Alat
Kuesioner DASS 42 mengukur 3 skala emosi negatif, yaitu depresi,
kecemasan dan stress. Pada skor yang tinggi pada masing-masing dari
ketiga skala tersebut, terdapat ciri-ciri khusus. Pada skor kecemasan yang
tinggi, ciri pada sample dengan skor kecemasan yang tinggi memiliki
ciri-ciri sebagai berikut: mudah panik, tubuh bergetar karena panik,
gejala somatik seperti mulut kering, jantung berdebar, telapak tangan
berkeringat, sulit bernapas dan khawatir tentang performanya yang
terdapat pada pertanyaan nomor 2, 7, 4, 9, 15, 19, 20, 23, 25, 28, 30, 36,
40, dan 41.5,8
Responden akan diminta untuk mengisi kuesioner dengan jujur,
dengan pilihan jawaban berupa interval yang akan menjadi tolak ukur
kecemasan, dengan 0 tidak sesuai dengan keadaan responden atau tidak
pernah sama sekali, 1 sesuai sampai tingkat tertentu atau kadang-kadang,
2 sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan atau
lumayan sering dan 3 sangat sesuai dengan saya atau sering sekali.
Jawaban tersebut dipertimbangkan responden sesuai dengan keadaan
selama satu minggu belakangan.
Kuesioner DASS 42 ini umumnya digunakan untung
mengidentifikasi gejala awal dari depresi, kecemasan atau stress sebelum
ditegakkan diagnosis dan mulai terapi. Gejala dari ketiga emosi negatif
tersebut dapat bermanifestasi sebagai gangguan tidur pada pasien,
perubahan nafsu makan dan nafsu seksual.19
Pada sebuah penelitian, diuji validitas terhadap kuesioner DASS 42
29

ini. Hasil yang didapatkan untuk Cronbach’s Alpha untuk masing-masing


item adalah sebagai berikut, 0.91 untuk item depresi, 0.84 untuk
kecemasan dan 0.90 untuk stress. Untuk kategori depresi, reliabilitasnya
sempurna (>0.91), sedangkan pada kategori kecemasan dan stress
reliabilitasnya tinggi (0.70-0.90). 21
Sebelum pengambilan data, dilakukan uji validitas terhadap
kuesioner DASS 42 dengan SPSS yang hasilnya dilampirkan dibawah ini.

Tabel 3.1 Uji reliabilias


Cronbach’s Alpha N of Items
,744 14

Hasil yang didapatkan adalah 0,744. Hasil tersebut berada dalam


range 0,70-0,90. Hal tersebut menandakan bahwa 14 item kecemasan
pada kuesioner DASS 42 reliabilitasnya tinggi.

. 3.5.3 Jenis Data


Data yang dikumpulkan berupa data primer dari DASS 42
untuk menilai tingkat kecemasan.

. 3.5.4 Cara Kerja


. 3.5.4.1 Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan cara membagikan kuesioner
kepada responden. Kuesioner tersebut akan diisi sendiri oleh responden
berdasarkan petunjuk yang ada dan panduan dari peneliti.
3.5.4.2 Pengecekan
Setelah pengumpulan data, data yang sudah diambil dicek
kembali kelengkapannya.
3.5.4.3 Coding
Penomoran kode numerik atas data yang terdiri atas
beberapa kategori.
30

3.5.4.4 Entry data


Memasukkan data yang sudah di coding ke excel, lalu ke
SPSS.
3.5.4.5 Analisis data
31

3.6 Alur Penelitian

Menentukan judul dan tema penelitian

Menentukan metode dan desain penelitian

Memilih kuesioner DASS-42 sebagai alat untuk penelitian

Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia

Mencari pesantren untuk dijadikan tempat penelitian

Memohon izin kepada pimpinan pesantren untuk dijadikan tempat penelitian

Memilih santri kelas 7 Madrasah Tsanawiyah – 11 Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Ummul Quro Al-Islami, Kabupten
Bogor yang akan dijadikan sampel

Inform Consent

Sampel mengisi kuesioner DASS-42

Pengecekan data

Analisis data dengan SPSS

Hasil
32

3.7 Analisis Data


Setelah data terkumpul, maka akan dilakukan:
1. Pengecekan terhadap data-data yang terdapat pada kuesioner.
2. Melakukan seleksi terhadap data-data yang terkumpul. Pada tahap ini
menilai apakah sampel tersebut masuk ke dalam kriteria inklusi atau tidak.
3. Selanjutnya dilakukan analisis data menggunakan program SPSS.
4. Menggunakan uji koefisien regresi yang terdiri atas uji koefisien
determinasi untuk melihat besar sumbangan ketiga variabel bebas terhadap
variabel terikat secara bersamaan, uji ANOVA untuk melihat signifikansi
ketiga variabel bebas terhadap variabel terikat dan uji koefisien regresi
untuk melihat mana yang paling signifikan diantara ketiga variabel bebas
yang ada dalam mempengaruhi variabel terikat.
33

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Responden

Tabel 4.1 Karakteristik Responden


Karakteristik Jumlah Persentase
Jenis kelamin
Laki-laki 238 51,2%
Perempuan 227 48,8%
Total 465 100
Umur
11 1 0,2%
12 34 7,3%
13 76 16,3%
14 97 20,9%
15 70 15,1%
16 70 15,1%
17 99 21,3%
18 18 3,9%
Total 465 100
Kelas
7 76 16,3%
8 72 15,4%
9 136 29,1%
10 44 9,4%
11 137 29,29%
Total 465 100

Dari keseluruhan sampel yang digunakan untuk penelitian ini mencakup 10%
populasi dari Pondok Pesantren X, Bogor. Dengan jumlah responden laki-laki 238
yaitu mencakup 51,2% dari keseluruhan sampel. Responden perempuan
berjumlah 227 siswi, yaitu mencakup 48.8% dari keseluruhan.
Sedangkan berdasarkan umur, responden termuda dalam penelitian ini
berumur 11 tahun dengan jumlah 1 orang (0,2%). Responden tertua dalam
penelitian ini berusia 18 tahun dengan jumlah 18 orang (3,9%). Usia terbanyak
34

pada penelitian ini adalah 17 tahun dengan jumlah 99 orang (21,3%), disusul usia
14 tahun dengan jumlah 97 orang (20,9%).
Berdasarkan jumlah responden, kelas 11 adalah kelompok jumlah responden
terbanyak, sebanyak 137 orang (29,29%) dari total 465 responden.
35

4.2 Tingkat Kecemasan Santri

Tabel 4.2 Tingkat Kecemasan Santri


Tingkat kecemasan Frekuensi Persentase
Normal 122 26,2
Ringan 61 13,1
Sedang 135 29,0
Parah 93 20,0
Sangat Parah 54 11,6
Total 465 100,0

Berdasarkan uji statistik deskriptif yang dilakukan untuk mengetahui tingkat


kecemasan pada santri di Pondok Pesantren X, Bogor adalah sebagai berikut; dari
465 santri secara keseluruhan yang diminta untuk mengisi kuesioner, sebanyak
122 responden (26,2%) dinyatakan normal, tidak mengalami kecemasan. Dari
keseluruhan sampel, 343 responden (73,8%) dari 465 responden mengalami
kecemasan dengan tingkat yang berbeda-beda, dengan kecemasan sedang menjadi
tingkat kecemasan terbanyak yang dialami oleh para responden (135 orang, 29%)
dan tingkat kecemasan sangat parah paling sedikit dialami oleh responden.
36

4.3 Analisa Multivariat


4.3.1 Uji Koefisien Determinasi
Uji Koefisien determinasi pada regresi berfungsi untuk mengukur
seberapa besar sumbangan variabel independen terhadap variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0-1. Hasil uji Koefisien
Determinasi adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Uji Koefisien Determinasi


R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
,312 ,098 ,092 ,95300869

Pada tabel ini dapat dilihat berapa besar kontribusi variabel bebas
terhadap variabel terikat yang berupa kecemasan secara bersamaan,
pengaruhnya sebesar 9,8% yang dapat dilihat pada R-Square, yang berjumlah
cukup besar dalam pengaruhnya terhadap variabel terikat. Sedangkan 90,2%
faktor lain mempengaruhi kecemasan. Ketiga variabel bebas dalam penelitian
ini, yaitu kelas, jenis kelamin dan umur ternyata hasilnya tidak begitu besar
dalam mempengaruhi variabel terikat kecemasan.
37

4.3.2 Uji ANOVA (F Test)


F Test digunakan untuk menguji apakah ketiga variabel bebas secara
bersamaan berpengaruh terhadap variabel terikat.

Tabel 4.4 Uji ANOVA


Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Regression 45,308 3 15,103 16,629 ,000
residual 418,692 461 ,908
Total 464,000 464

Sedangkan pada tabel ini, untuk melihat pengaruh ketiga variabel bebas
terhadap variabel terikat secara bersamaan apakah signifikan atau tidak. Hasilnya
dapat dilihat di Sig, yaitu 0,000 (signifikan: p value <0,05) yang berarti pengaruh
ketiga variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersamaan signifikan.
38

4.3.3 Uji Koefisien Regresi (Uji t)


Uji ini digunakan untuk melihat dari ketiga variabel bebas, yang mana yang
mempengaruhi variabel terikat secara signifikan.

Tabel 4.5 Uji Koefisien Regresi

Unstandardized Coefficients
Model B Std. Error t
(Constant) 1,419 ,776 1,828
Jenis Kelamin* ,429 ,089 4,827
Umur* -,134 ,067 -2,008
Kelas -,016 ,080 -,201

Pada tabel ini, dipaparkan pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap


variabel terikat secara sendiri-sendiri. Pada variabel bebas jenis kelamin
pengaruhnya terhadap kecemasan siginifikan (p value <0,05), dengan nilai 0,000.
sedangkan pada variabel bebas umur, pengaruhnya juga signifikan (p value <0,05),
dengan nilai 0,045.
Sedangkan pada B coefficient pada tabel ini, nilai yang diperoleh
menunjukkan perbandingan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Pada jenis kelamin, dengan nilai positif (0,429) menunjukkan perbandingan lurus
pengaruh jenis kelamin terhadap kecemasan. Untuk nilai usia dan kelas yang
negatif (-0,134 dan -0,016) menunjukkan perbandingan terbalik antara usia dan
kelas terhadap kecemasan.
Perbandingan lurus pada B coefficient ini adalah pada perempuan kecemasan
lebih signifikan dibanding laki-laki. Sedangkan pada usia dan kelas, semakin
muda atau semakin kecil tingkatannya, semakin cemas.
39

4.4 Pembahasan

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Khalid S. Al-Gelban di


sebuah sekolah menengah di kota Abha, Saudi Arabia yang juga menggunakan
kuesioner DASS 42, ditemukan 66,2% dari 545 total responden mengalami
kecemasan. Hal ini menandakan, bahwa kecemasan pada siswa-siswi adalah hal
yang lumrah, baik yang terdaftar di sebagai pelajar sekolah reguler maupun santri,
umumnya para pelajar mengalami cemas. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor,
seperti tekanan dalam bidang akademis, tekanan dalam pergaulan dengan teman
sebaya, serta masa-masa pencarian jati diri yang membuat labilnya emosi, dan
juga pada beberapa kasus kecemasan juga dapat disebabkan oleh rendahnya rasa
percaya diri.

Pada sebuah penelitian lain yang sebelumnya dilakukan di Dezful City, Iran
pada siswa-siswi usia 9-12 tahun, ditemukan bahwa dari total 623 responden, 232
siswa (37,2%) mengalami kecemasan ringan, 304 siswa (48,8%) mengalami
kecemasan sedang, dan 87 siswa (14%) mengalami kecemasan parah.9 Hal ini
serupa pada penelitian di Pondok Pesantren Ummul Quro, bahwa santri dan
santriwati paling banyak mengalami jenis kecemasan sedang, lalu disusul dengan
kecemasan ringan, dan paling sedikit kecemasan parah dan sangat parah.
Pada santri dan santriwati pesantren, kecemasan dapat disebabkan oleh faktor
lain selain faktor akademik dan faktor pergaulan dengan teman sebaya, seperti
lokasi pesantren yang jauh dari keluarga, dan beban pelajaran yang lebih berat
dari sekolah reguler karena adanya tambahan pelajaran agama dan tuntutan untuk
hafalan pada santri dan santriwati. Pada penelitian yang dilakukan terhadap siswa-
siswi usia 9-12 tahun di Dezful, Iran disebutkan bahwa anak-anak yang tinggal
bersama keluarga tingkat kecemasannya lebih rendah, dengan pengaruh
kecemasan terhadap anak yang tidak tinggal bersama kedua orang tua yang
siginifikan.9 Pada penelitian lain yang dilakukan oleh M. Afif Aminullah di
Malang juga menunjukkan hal yang serupa, yaitu kecemasan pada santri lebih
tinggi dibandingkan siswa yang tinggal dengan keluarganya. Kecemasan pada
santri lebih tinggi (51,2%) dibanding pada siswa (48,8%).16
Sedangkan pada uji regresi koefisien determinasi yang menguji besarnya efek
ketiga variabel bebas terhadap variabel terikat secara sekaligus, hasil ketiga
40

variabel bebas terhadap ketiga variabel terikat hanya sebesar 9,8%. Dikarenakan
adanya faktor lain selain jenis kelamin, usia dan kelas yang mempengaruhi
kecemasan. KhoshKholgh dan Pasha Sharifi, Mohammadi Far et al, dan Amiri
ketiganya telah melakukan penelitian terhadap kecemasan pada pelajar. Hasil dari
ketiga penelitian ini untuk menjabarkan faktor apa yang menjadi penyebab
kecemasan pada siswa. Keadaan keluarga yang kurang kondusif untuk
perkembangan anak, masalah finansial, penyakit dan perhatian berlebihan
terhadap anak adalah faktor yang menyebabkan kecemasan pada pelajar.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Olivia Remes
(Cambridge Institute of Public Health) yang menyatakan bahwa perempuan dua
kali lebih rentan terhadap kecemasan dibanding laki-laki, dikarenakan fluktuasi
hormon pada perempuan dan kimiawi otak laki-laki dan perempuan yang berbeda.
Sedangkan pada uji koefisien regresi (uji t), variabel bebas yang signifikan
pengaruhnya terhadap variabel bebas adalah jenis kelamin dan usia, kelas tidak
signifikan. Pada penelitian ini, hasil yang didapat adalah kecemasan lebih
signifikan terhadap siswi perempuan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
sebelumnya dilakukan oleh Mark Lewinsohn dkk, dengan hasil kecemasan secara
nyata lebih signifikan (p< .001) mempengaruhi remaja perempuan dibanding laki-
laki.18
Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Moksnes dan Espnes pada tahun
2012 mengatakan bahwa kecemasan dan rasa percaya diri remaja berkaitan erat.2
Semakin tinggi rasa percaya dirinya, semakin rendah kecemasannya, dan begitu
pula sebaliknya. Pada kelompok usia yang di teliti pada siswa laki-laki dan
perempuan pada penelitian ini, ada tiga kelompok umur, yaitu 13-14, 15-16, dan
17-18. Pada siswa laki-laki, kepercayaan diri meningkat di setiap kelompok umur,
dan pada siswi perempuan, kepercayaan diri pada kelompok usia 13-14 dan 15-16
rendah, dan meningkat di usia 17-18. Hal ini menandakan bahwa perempuan lebih
cemas daripada laki-laki. Pada penelitian ini, hasilnya semakin muda usia,
semakin cemas. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Moksnes
dan Espnes tahun 2012 bahwa semakin muda usia maka semakin cemas.10 Namun,
hasil penelitian yang menunjukkan bahwa semakin muda semakin cemas itu
hanya berlaku pada siswa perempuan pada hasil penelitian Moksnes dan Espnes.
41

4.5 Keterbatasan Penelitian

1. Kurang keterwakilan dari kelas 10 dan kelas 12.


2. Pengambilan sampel dengan metode purposive sampling. Jika dilakukan
dengan metode random sampling, hasil yang didapat akan lebih baik.
42

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Analisa multivariat menunjukkan jenis kelamin, usia dan kelas secara
bersamaan pengaruhnya signifikan terhadap kecemasan. Pada penelitian ini,
didapatkan bahwa sebagian besar 73,8% santri pesantren X mengalami kecemasan
dengan berbagai tingkatan.

5.2 Saran
1. Keterwakilan sampel sebaiknya lengkap, agar hasilnya lebih baik.
2. Sebaiknya digunakan metode random sampling agar hasilnya tidak bias.
43

DAFTAR PUSTAKA22

1. Sadock, Benjamin J., Sadock, Virginia A. Buku Ajar Psikiatri Klinis edisi
2. Jakarta: EGC. 2010. Hal: 259-261.
2. Moksnes, Unni K., Geir A. Espnes, and Monica Lillefjell. Sense of
Coherence and Emotional Health in Adolescents. 2011; 1-9.
3. LS, Petrin Redayani. Buku Ajar Psikiatri. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2014. Hal: 253-7.
4. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Edisi 6.
Jakarta: EGC; 2011. Hal: 170-1.
5. Antony, Martin M., Peter J. Bieling, Bryan J. Cox and Murray W. Enns,
Swinson, Richard P. Psychometric Properties of the 42-Item and 21-Item
Versions of the Depression Anxiety Stress Scales in Clinical Groups and a
Community Sample. Toronto, Canada. 1998.
6. Gender definition.WHO Europe. 2002. http://www.euro.who.int/en/health-
topics/health-determinants/gender/gender-definitions. Diakses pada 30
September 2017.
7. http://eprints.uny.ac.id/9709/2/BAB%202%20-07104244004.pdf. Diakses
pada 12 Oktober 2017.
8. Lovibond, P.F. Manual for the Depression, Anxiety, Stress Scales. 1995;1-
3.
9. Banaeipour, Zainab, Shahnaz Rostami, Kouroush Zarea, Bahman
Cheraqian. The Prevalence of Anxiety and It’s related Factors Among
School-age Children in South West of Iran. 2016; 1-7.
10. Hess, Jessica. Anxiety Prevalence Among High School Students. 2014; 1-
30.
11. Anxiety Disorders in Children. Anxiety Disorders Association of America.
12. Pesantren.https://belajar.kemdikbud.go.id/PetaBudaya/Repositorys/pesantr
en/. diakses pada 17 Oktober 2017.
13. Hosseini, Leili Homayoun, Khazani. Comparing The Level Of Anxiety In
Male & Female School Students. 2013; 1-5.
14. Common Mental Health Disorder. London: The British Psychological
Society and The Royal Coolege of Psychiatrist;2011. Hal:13-30.
44

15. Children and Young People with Anxiety. Anxiety UK.


16. Aminullah, M. Afif. Kecemasan Antara Siswa SMP dan Santri Pondok
Pesantren.. 2013; 205-213.
17. Walasary, Sammy A., Anita E, Dundu., Theresia, Kaunang. Tingkat
Kecemasan Pada Siswa SMA Negerei 5 Ambon Dalam Menghadapi Ujian
Nasional. 2015.
18. Lewinsohn, Peter M., Gotlib, Ian H., Seeley, John R and Allen, Nicholas
B., Lewinsohn, Mark B. Gender Differences in Anxiety Disorders and
Anxiety Symptoms in Adolescents. 1998; 111.
19. Pengujian reliabilitas, validitas, analisis item dan pembuatan norma
Depression Anxiety Stress Scale (DASS): Berdasarkan penelitian pada
kelompok sampel Yogyakarta dan Bantul yang mengalami gempa bumi
dan kelompok sampel Jakarta dan sekitarnya yang tidak mengalami gempa
bumi. http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-94859.pdf. Diakses pada 12
Oktober 2017.
20. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa (Rujukan Ringkas dari PPDGJ-
III dan DSM-5). Edisi 1. Jakarta: Nuh Jaya. 2013. Hal: 141-142.
21. Gabbard, G.O. Anxiety Disorders (chapter 9), Psychodinamic Psychiatry
in Clinical Practice. American Psychiatric Press; 2004.
22. Syahdrajat, Tantur. Panduan Penelitian Untuk Skripsi Kedokteran &
Kesehatan. 2017. Hal: 15-16, 25-28.
23. Deb, Sibnath. Pooja Chatterjee, Kerryann Walsh. Anxiety Amongst High
School Students in India: Comparison across gender, school type, social
strata and perceptions of quality time with parents. 2010; 24-27.
24. http://thetwigcentre.co.nz/wp-content/uploads/2011/05/dass42-
questionnaire.pdf. Diakses pada 30 Maret 2017.
25. Pengertian remaja. http://digilib.uinsby.ac.id/1883/5/Bab%202.pdf.
diakses pada 20 Oktober 2017.
26. An Introduction to Anxiety. https://www.anxiety.org/what-is-anxiety.
Diakses pada 25 November 2017.
27. Shihab, M.Quraisy. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Qur’an. Jakarta: Lentera Hati. 2002.
45

28. Abdullah, Adil Fathi. Membangun Positive Thinking Secara Islam.


Jakarta: Gema Insani Press. 2004.
46

Lampiran 1
Lembar Informed Consent dan Karakteristik Data Responden
Lembar Persetujuan (Informed Consent) Responden Validasi Kuesioner
Berbahasa Indonesia “DASS 42 pada Santri dan Santriwati Pondok
Pesantren Ummul Quro al-Islami, Bogor ”

Assalamualaikum wr. wb.


Saya, Shallyna Nurfadiyah Sakinah (11141030000091) mahasiswi S1
Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah, bermaksud untuk melakukan penelitian
mengenai “Tingkat kecemasan terhadap santri dan santriwati di Pondok
Pesantren Modern Ummul Quro al-Islami, Bogor”. Penelitian ini bertujuan
untuk menyelesaikan studi saya di Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter,
FKIK UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Kuesioner ini berisi pertanyaan tentang kecemasan dan apa yang Anda
rasakan. Tidak ada “benar” atau “salah” untuk jawaban yang diberikan. Penting
mengenai jawaban/tanggapan Anda dalam mengisi apa yang Anda rasakan dengan
sejujur-jujurnya. Semua informasi dari hasil kuesioner ini akan kami jamin
kerahasiaannya. Oleh karena itu, kami harap Saudara/i dapat mengisi kuisioner
ini dengan lengkap.
Jika Saudara/i bersedia untuk mengisi kuesioner ini, silahkan mengisi
identitas dan tanda tangan di bawah ini. Terima kasih atas waktu yang telah
Saudara/i berikan untuk mengisi kuesioner ini.
Wassalamualaikum wr. wb.
Yang
menyetujui,
Peneliti
Responden

________________
Shallyna Nurfadiyah S
47

KETERANGAN RESPONDEN PENELITIAN

Nama : ____________________________________________
NIM : ____________________________________________
Sekolah : Pondok Pesantren Modern Ummul Quro al-Islami, Bogor
Kelas : ____________________________________________
Jenis Kelamin : L/P
TTL : ____________________________________________
Nomor HP : ____________________________________________
Alamat : ____________________________________________
48

Lampiran 2
Kuesioner DASS-42

KUISIONER DASS-4224
Kuisioner ini terdiri dari beberapa pertanyaan yang mungkin sesuai
dengan pengalaman Saudara/Saudari dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari.
Terdapat empat pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pertanyaan yaitu:

0 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah.


1 : Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang-kadang.
2 : Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan/sering.
3 : Sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali.

Selanjutnya, Saudara/Saudari diminta untuk menjawab kuisioner dengan


cara member tanda silang (X) pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan
pengalaman Saudara/Saudari Selama 6 bulan terakhir ini. Tidak ada jawaban yang
benar atau salah, karena itu isilah sesuai dengan keadaan diri Saudara/Saudari
yang sesungguhnya, yaitu berdasarkan jawaban pertama yang terlintas dalam
pikiran Saudara/Saudari.
NO PERTANYAAN 0 1 2 3

1 Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah karena


hal-hal sepele.

2 Saya merasa bibir saya kering.

3 Saya sama sekali tidak merasakan perasaan positif.

4 Saya mengalami kesulitan bernafas (misalnya:


seringkali terengah-engah atau tidak dapat bernafas
padahal tidak melakukan aktivitas fisik sebelumnya).

5 Saya sepertinya tidak kuat lagi untuk melakukan suatu


kegiatan.

6 Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu


situasi.

7 Saya meras goyah (misalnya: kaki terasa mau


‘copot’).

8 Saya merasa sulit untuk bersantai.

9 Saya menemukan diri saya berada dalam situasi yang


membuat saya merasa sangat cemas dan saya akan
49

merasa lega jika semua ini berakhir.

10 Saya merasa tidak ada hal yang dapat diharapkan di


maa depan.

11 Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal.

12 Saya merasa telah menghabiskan banyak energi untuk


merasa cemas.

13 Saya merasa sedih dan tertekan.

14 Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar ketika


mengalami penundaan (misalnya: kemacetan lalu
lintas, menunggu sesuatu).

15 Saya merasa lemas seperti mau pingsan.

16 Saya merasa saya kehilangan minat akan segala hal.

17 Saya merasa bahwa diri saya tidak berharga sebagai


seorang manusia.

18 Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung.

19 Saya berkeringat secara berlebihan (misalnya: tangan


berkeringat), padahal temperature tidak panas atau
tidak melakukan aktivitas fisik sebelumnya.

20 Saya merasa takut tanpa alas an yang jelas.

21 Saya merasa bahwa hidup tidak bermanfaat.

22 Saya merasa sulit untuk beristirahat.

23 Saya mengalami kesulitan dalam menelan.

24 Saya tidak dapat meraskan kenikmatan dari berbagai


hal yang saya lakukan.

25 Saya menyadari kegiatan jantung, walaupun saya tidak


sehabis melakukan aktivitas fisik (misalnya: merasa
detak jantung meningkat atau melemah).

26 Saya meras putus asa dan sedih.

27 Saya merasa bahwa saya sangat mudah marah.

28 Saya merasa saya hamper panik.


50

29 Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu


membuat saya kesal.

30 Saya takut bahwa saya akan ‘terhambat’ oleh tugas-


tugas sepele yang tidak biasa saya lakukan.

31 Saya tidak merasa antusias dalam hal apapun.

32 Saya sulit untuk bersabar dalam menghadapi


gangguan terhadap hal yang sedang saya lakukan.

33 Saya sedang merasa gelisah.

34 Saya merasa bahwa sala tidak berharga.

35 Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang


menghalangi saya untuk menyelesaikan hal yang
sedang saya lakukan.

36 Saya merasa sangat ketakutan.

37 Saya melihat tidak ada harapan untuk masa depan.

38 Saya merasa bahwa hidup tidak berarti.

39 Saya menemukan diri saya mudah gelisah.

40 Saya merasa mudah khawatir dengan situasi dimana


saya mungkin menjadi panic dan mempermalukan diri
sendiri.

41 Saya merasa gemetar (misalnya: pada tangan)

42 Saya merasa sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam


melakukan sesuatu.

Harap diperiksa kembali, jangan sampai ada yang terlewatkan. Terima kasih
51

LAMPIRAN 3
52

LAMPIRAN 4
53

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Shallyna Nurfadiyah Sakinah


Tempat/tanggal lahir : Palembang, 11 Maret 1996
Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : De Latinos, cluster Patagonia Village blok G10/2, BSD,


Serpong, Tangerang Selatan
No. Hp : 082110702657
Email : shallynurf@gmail.com

PENDIDIKAN
1999-2000 : TK Puspa Indah Pamulang
2000-2002 : TK Islam Al-Azhar 19 Pamulang
2002-2008 : SD Islam Al-Azhar 15 Pamulang
2008-2009 : SMP Islam Al-Syukro, Ciputat
2009-2011 : SMP Anderson School, BSD
2011-2014 : MAN 4 Jakarta
2014-sekarang : PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Anda mungkin juga menyukai