Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
DISUSUN OLEH:
Luthfiyuni Eka Sasti
NIM 11171030000032
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar strata 1 Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya, maka
saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Laporan Penelitian
Oleh:
NIM: 11171030000032
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. dr. Mukhtar Ikhsan, Sp.P(K). MARS dr. Hadianti Adlani, Sp.PD-KPTI
NIP 195404061981111001
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Dr. dr. Mukhtar Ikhsan, Sp.P(K). MARS dr. Hadianti Adlani, Sp.PD-KPTI
NIP 195404061981111001
Penguji I Penguji II
dr. Hari Hendarto, Sp.PD-KEMD. Ph.D, FINASIM Dr. dr. Achmad Zaki, M. Epid, SpOT
NIP 196511232003121003 NIP 197805072005011005
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam
yang telah memberikan nikmat kesehatan dan kemudahan sehingga penulis
mampu melakukan penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat beserta salam juga tak henti penulis haturkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat beliau yang telah menjadi sebaik-
baik suri tauladan bagi penulis.
v
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
Dukungan dan bimbingan dari mereka membuat penulis bertahan untuk
menyelesaikan penelitian ini.
6. Kepala rekam medik dan seluruh staf RSUD Dr. Pirngadi kota Medan
yang telah memberikan izin dan fasilitas untuk mengerjakan penelitian ini.
7. Kepada Daffa Shiddiq bin Iwan Setiawan yang selalu menemani
kemanapun penulis pergi saat penelitian di RS dan selalu memberikan
semangat serta masukan untuk penelitian ini.
8. Untuk teman sekelompok riset yaitu Siti Rahmah Ulfa, Ririn Eka arianti
dan Intan Kurnia sebagai teman seperjuangan penelitian yang merasakan
suka dan duka serta saling membantu bersama sejak mencari pembimbing,
mencari tempat penelitian, memberi masukan dalam menyelesaikan
penelitian ini.
9. Untuk seluruh teman sejawat CALLOSUM-FK UIN JAKARTA 2017
khususnya Trisna Amerdista, Nadia Ulfa Aflah, Regina Stefani Anwar,
Aisyah Nurpermata Sari, Runi Fauziah, Eka Suniawati, Tia Nisya Azzura
yang selalu memberikan dukungan kepada sesama agar tetap semangat
dalam mengerjakan segala tugas perkuliahan.
10. Untuk sahabat-sahabat, Gadis Ferina, Madina Nur Zahra, Citra Thahirah,
Halimatussa’diyah, Dinda Luthfiah Nabila, Wahyu opipa dan Zaini
Zukhrufat yang selalu menjadi tempat cerita saat penulis merasakan keluh
kesah terkait penelitian ini.
11. Dan semua pihak yang telah membantu dalam terlaksananya penelitian ini.
Penulis menyadari dalam laporan penelitian ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan. Demikian laporan penelitian ini penulis susun, semoga dapat
memberikan banyak manfaat bagi penulis dan para pembaca.
Ciputat, Februari 2021
vi
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
Luthfiyuni Eka Sasti. The Relationship between Parents' Smoking Habits and
the Incidence of Pneumonia in Child Age Under 5 Years at Dr. Pirngadi
Hospital, Medan City 2018-2019. 2021
viii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR v
ABSTRAK vii
ABSTRACT viii
DAFTAR SINGKATAN xv
ix
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 6
x
4.2.1 Analisis Univariat............................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA 44
LAMPIRAN 50
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi jenis kelamin pada balita penderita pneumonia 34
Tabel 4.7 Distribusi frekuensi paparan asap rokok pada balita yang menderita
pneumonia 35
Tabel 4.8 Hubungan kebiasaan merokok orang tua dengan kejadian pneumonia
dengan pada balita 35
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
DAFTAR SINGKATAN
PK = Patologi Klinik
Th = T helper
IL = Interleukin
B2 = Beta 2 Agonis
TBC = Tuberkulosis
xv
CRP = Protein C-reaktif
CO = Kabon Monoksida
xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
(KBBI, 2012) Definisi lain dari perokok adalah mereka yang merokok
setiap hari untuk jangka waktu minimal enam bulan selama hidupnya masih
merokok.3 Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap
isinya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa.4
1
Berdasarkan RISKESDAS (2008) bahwa perokok aktif di Indonesia
melakukan aktivitas merokok di rumah ketika bersama anggota rumah tangga
lain (85.4%). Presentase terbesar yang menjadi perokok pasif adalah balita
(59.1%) dengan perbandingan antara laki-laki dan perempuan yang tidak
begitu signifikan (L:59.2%, P:59%).6 Pada tahun 2010 terjadi sedikit
penurunan perokok pasif pada balita, yaitu sebesar 56.8% (L:56.7%,
P:56.9%). Namun angka tersebut masih terbilang tinggi, karna perokok pasif
pada balita berada pada peringkat ketiga perokok pasif setelah kelompok usia
10-14 tahun (57.5%) dan 5-9 tahun (57.4%).7
2
penyebab kematian utama balita di dunia dengan perkiraan 1,8 juta anak
meninggal.12
3
Dengan melihat kebiasaan merokok dan dampak kesehatan yang
ditimbulkan oleh rokok berupa pneumonia serta tingginya angka penyakit
tersebut di Indonesia, saya memilih untuk melakukan penelitian berupa
Hubungan Kebiasaan Merokok pada Orang Tua Dengan Kejadian Pneumonia
Pada Balita di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi kota Medan Tahun
2018.
1.3 Hipotesis
Terdapat hubungan antara kebaisaan merokok pada orang tua dengan
kejadian pneumonia pada balita di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan pada tahun
2018-2019.
4
1.5.1 Manfaat bagi peneliti
1. Peneliti dapat mengaplikasikan ilmu dalam kehidupan baik secara
medis maupun nonmedis dengan teori-teori yang sudah diperoleh saat
dibangku perkuliahan.
2. Meningkatkan kemampuan penulis dalam memahami langkah-langkah
penelitian pembuatan proposal.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pneumonia
2.1.1.1 Definisi
Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan
jaringan interstitial. Banyak pihak yang berpendapat bahwa pneumonia
merupakan suatu keadaan inflamasi, namum sangat sulit untuk membuat suatu
definisi tunggal yang universal. World Health Organization (WHO)
mendefinisikan pneumonia berdasarkan penemuan klinis yang didapat pada
pemeriksaan inspeksi dan frekuensi pernapasan serta perjalanan
11
penyakitnya.
6
2.1.1.2 Epidemiologi
Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan dan penyumbang
terbesar penyebab kematian anak usia di bawah lima tahun di berbagai negara
terutama di negara berkembang termasuk Indonesia.11 Insidens pneumonia
pada anak <5 tahun di negara maju adalah 2-4 kasus/100 anak/tahun,
sedangkan di negara berkembang 10-20 kasus/100 anak/tahun. Pneumonia
menyebabkan lebih dari 5 juta kematian per tahun pada anak balita di negara
berkembang.11
2.1.1.3 Etiologi
Mikroorganisme yang dapat menyebabkan pneumonia anatara lain virus,
bakteri, dan jamur. Streptococcus pneumoniae merupakan penyebab tersering
pneumonia bakterial pada semua kelompok umur. Virus lebih sering
ditemukan pada anak kurang dari 5 tahun. Respiratory Syncytial Virus (RSV)
merupakan virus penyebab tersering pada anak kurang dari 3 tahun. Virus lain
penyebab pneumonia meliputi, Adenovirus, Parainfluenza virus, dan Influenza
virus juga ditemukan.11
7
Dari kepustakaan pneumonia komuniti yang diderita oleh masyarakat luar
negeri banyak disebabkan bakteri gram positif, pneumonia di rumah sakit
banyak disebabkan bakteri gram negatif sedangkan pneumonia aspirasi
banyak disebabkan oleh bakteri anaerob.11
Pada rawat jalan jenis patogen tidak diketahui pada 40% kasus. Dilaporkan
adanya Streptococus pneumoniae pada (9-20%), Mycobacterium pneumonia
(13-37%), Chlamydia pneumonia (17%). Patogen pada PK rawat inap diluar
ICU. Pada 20-70% tidak diketahui penyebabnya Streptococus pneumoniae,
Haemophilus influenza, Mycobacterium pneumonia, Chlamydia pneumonia,
Legionella, dan virus sebesar 10 %. Sedangkan pada PK rawat inap di ICU
yang menjadi etiologinya adalah Streptococus pneumoniae,
Enterobacteriacae, Pseudomonas Aeuroginosa.10
2.1.1.4 Klasifikasi
Beberapa ilmuan berpendapat mengenai klasifikasi yang berbeda- beda
berdasarkan klinis dan epidemilogi serta letak anatomi 18
8
Pneumonia lobaris melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari
satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai
pneumonia bilateral atau “ganda”.
9
Gambar 2.2 Komparasi bronchopneumonia dan
lobar pneumonia A. Penampilan bronkopneumonia
kontras dengan yang dari lobar pneumonia. B.
Permukaan pleura dari spesimen paru menunjukkan
eksudat serofibrinous. Permukaan yang dipotong
menunjukkan beberapa area konsolidasi yang kecil, kecil,
abu-abu kecokelatan, keras, dan tidak merata di sekitar
bronkiolus (tanda panah)21
3) Pneumonia interstisial
10
2.1.1.5 Patogenesis
Mikroorganisme penyebab masuk ke dalam paru melalui inhalasi udara
dari atmosfer atau dari pasien yang terinfeksi, juga dapat melalui aspirasi dari
nasofaring atau orofaring, tidak jarang secara perkontinuitatum dari daerah di
sekitar paru, ataupun melalui penyebaran secara hematogen. 22
11
menyebabkan kongestif pada alveolar dan menyebabkan gangguan difusi
oksigen dan nutrisi ke parenkim paru.23
b. Pneumonia berat
Batuk dan atau kesulitan bernapas ditambah minimal salah satu hal
berikut: 1) kepala terangguk-angguk, 2) pernapasan cuping hidung, 3) tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam. 4) foto dada yang menunjukkan
gambaran pneumonia (infiltrat luas, konsolidasi, dan lain-lain).
Selain dari yang di atas, bisa didapatkan pula tanda seperti: Napas cepat:
anak umur <2 bulan: >60 kali/menit; anak umur 2-11 bulan: >50 kali/menit;
anak umur 1-5 tahun: >40 kali/menit; anak umur >5 tahun: >30 kali/menit.
A. Faktor Lingkungan
Selain asap bakaran dapur, polusi asap rokok juga berperan sebagai
faktor risiko. Anak dari ibu yang merokok mempunyai kecenderungan
lebih sering sakit ISPA daripada anak yang ibunya tidak merokok (16%
berbanding 11%). Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar
untuk memasak dan untuk pemanasan dengan konsentrasi tinggi dapat
merusak mekanisme pertahanan paru sehingga akan memudahkan balita
terkena infeksi bakteri pneumokokus ataupun Haemophilus influenzae. 26
14
Balita yang tinggal di rumah dengan jenis lantai tidak memenuhi
syarat memiliki risiko terkena pneumonia sebesar 3,9 kali lebih besar
dibandingkan anak balita yang tinggal di rumah dengan jenis lantai
memenuhi syarat. Hal tersebut menunjukkan bahwa risiko balita terkena
pneumonia akan meningkat jika tinggal di rumah yang lantainya tidak
memenuhi syarat.29
Lantai rumah yang tidak memenuhi syarat tidak terbuat dari semen
atau lantai rumah belum berubin. Rumah yang belum berubin juga lebih
lembab dibandingkan rumah yang lantainya sudah berubin. Risiko
terjadinya pneumonia akan lebih tinggi jika balita sering bermain di lantai
yang tidak memenuhi syarat.28
15
1. Berat Badan Lahir
2. Status Gizi
Hal ini secara luas diakui bahwa anak-anak yang mendapatkan ASI
eksklusif mengalami infeksi lebih sedikit dan memiliki penyakit yang lebih
ringan daripada mereka yang tidak mendapat ASI eksklusif. ASI mengandung
nutrisi, antioksidan, hormon dan antibodi yang dibutuhkan oleh anak untuk
bertahan dan berkembang, dan membantu sistem kekebalan tubuh agar
berfungsi dengan baik. Kekebalan tubuh atau daya tahan tubuh yang tidak
berfungsi dengan baik akan menyebabkan anak mudah terkena infeksi. 32
2.1.1.8 Diagnosis
Diagnosis pneumonia dapat dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu:11
Anamnesis
16
Data anamnesis yang didapatkan berupa batuk yang awalnya
kering, kemudian menjadi produktif dengan dahak purulen bahkan bisa
berdarah, sesak napas, demam, kesulitan makan/minum, tampak lemah,
serangan pertama atau berulang, untuk membedakan dengan kondisi
imunokompromais, kelainan anatomi bronkus, atau asma.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
17
pemberian antibiotik. Pemeriksaan kultur dan pewarnaan Gram sputum
dengan kualitas yang baik direkomendasikan dalam tata laksana anak
dengan pneumonia yang berat. Kultur darah tidak direkomendasikan
secara rutin pada pasien rawat jalan, tetapi direkomendasikan pada pasien
rawat inap dengan kondisi berat dan pada setiap anak yang dicurigai
menderita pneumonia bacterial.
Tatalaksana umum
2.1.1.10 Pencegahan
Menurut Kemenkes (2010) pencegahan pneumonia dengan
menghindarkan atau mengurangi faktor risiko dapat dilakukan dengan
beberapa pendekatan, yaitu dengan pendidikan kesehatan di komunitas,
19
perbaikan gizi, pelatihan petugas kesehatan dalam hal memanfaatkan
pedoman diagnosis dan pengobatan pneumonia, penggunaan antibiotika
yang benar dan efektif, dan waktu untuk merujuk yang tepat dan segera
bagi kasus yang pneumonia berat.
2.1.2 Rokok
2.1.2.1 Definisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) rokok ialah
gulungan tembakau yang ukurannya + sebesar kelingking yang bisa
dibungkus dengan daun nipah atau kertas. Merokok merupakan sebuah
20
aktivitas menempatkan rokok di mulut, membakar, kemudian menghisap
asap yang dihasilkannya hingga menuju ke paru. 1Perokok adalah
seseorang yang suka merokok, jenis perokok terbagi dua yaitu perokok
aktif dan perokok pasif. disebut perokok aktif bila orang tersebut
melakukan aktivitas merokok secara aktif, dan disebut perokok pasif bila
orang tersebut hanya menerima asap rokok dari orang lain, bukan
melakukan aktivitas merokok sendiri.2
Tar adalah sejenis cairan kental berwarna cokelat tua atau hitam yang
merupakan subtansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada
paru. Nikotin adalah suatu zat yang memiliki efek adiktif dan psikoaktif
sehingga perokok akan merasakan kenikmatan, kecemasan berkurang
toleransi dan keterikatan.36
21
dikatakan perokok berat. Semakin lama seseorang merokok dan semakin
banyak rokok yang dihisap perhari, maka derajat merokok akan semakin
berat.37
22
itu kegiatan ini dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke, kebutaan,
ketulian, dan gangguan pembuluh darah perifer seperti amputasi, penyakit
yang ditimbulkan juga dapat berupa infertilitas. 1
23
respon radang pada paru perokok. Beberapa penelitian menyatakan bahwa
nikotin merupakan komponen imunosupresif bagi perokoknya. Dampak
rokok terhadap kesehatan berlaku baik untuk perokok aktif & perokok
pasif.39
Variabel independen
Variabel dependen
Paparan asap rokok di
Kejadian pneumonia
rumah
Ya Tidak
: Diteliti
25
2.4 Definisi operasional
Alat Skala
Variabel Definisi Cara Ukur Skala
Ukur Pengukuran
26
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.3.1 Populasi
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah pasien balita
yang dirawat inap dan rawat jalan telah terdiagnosa pneumonia dengan
resiko orang tua yang merokok pada tahun 2018-2019.
3.3.2 Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah pasien balita
yang dirawat inap dan rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan,
tercatat dalam rekam medis dari tahun 2018-2019 dan terpilih sebagai
sampel sesuai dengan kriteria inklusi.
Kriteria sampel :
Kriteria inklusi
Kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini yaitu:
1. Pasien pneumonia balita usia 0-60 bulan rawat jalan dan rawat
inap di RSUD Dr. Pirngadi kota Medan 2018-2019
2. Adanya data riwayat merokok orang tua
27
3. Tercatat dalam rekam medis
Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi sampel dalam penelitian ini yaitu:
1. Pasien pneumonia balita dengan penyakit penyerta lainnya
seperti TBC dan penyakit jantung
2. Data rekam medis yang tidak lengkap
Keterangan:
n = 60,53
28
Dibulatkan menjadi 61 balita. Berdasarkan perhitungan rumus diatas,
didapatkan jumlah sampel minimal penelitian ini sebesar 61 sampel.
Persiapan penelitian
Analisis data
29
3.7 Managemen Data
a. Cleaning
Proses pemisahan data rekam medis pasien yang telah
dikumpulkan, sesuai kriteria inklusi dan eksklusi.
b. Editing data
Dilakukan pemeriksaan/pengecekan kelengkapan data yang
telah terkumpul, bila terdapat kesalahan atau berkurang dalam
pengumpulan data tersebut diperiksa kembali.
c. Coding
Coding dalam penelitian ini dengan cara memberikan kode
numerik (angka) pada setaip variabel yang telah ditentukan
untuk mempermudah pengolahan data saat analisis dilakukan.
d. Entry data/Processing
Proses memasukkan data yang telah dikumpulkan dan diberi
kode ke dalam program software computer untuk diolah dan
didianalisis.
30
Analisis bivariat yaitu analisis yang digunakan untuk melihat
hipotesa dengan menentukan hubungan antara variabel dependen (kejadian
pneumonia balita) dengan variabel independen (kebiasaan orang tua yang
merokok) penelitian ini menggunakan analisa statistik uji Chi-Square.
31
BAB 4
32
tahun yaitu sebanyak 23 balita (24%) dan yang paling sedikit berada pada
kelompok usia 4-5 tahun sebanyak 4 balita (5.85%).
33
4.1.1.2 Karakteristik balita penderita pneumonia
34
Tabel 4.7 Distribusi frekuensi paparan asap rokok pada balita yang
menderita pneumonia.
Paparan Asap Rokok Jumlah Persentase
Terpapar 20 44.4%
Tidak Terpapar 25 55.6%
Total 45 100%
35
Rokok Tidak
Terpapar 25 (55.6) 23 (95.8)
Total 45 (100) 24 (100)
*Hasil merupakan Jumlah (Persentase)
Berdasarkan hasil tabel 4.8 menunjukkan bahwa sebanyak 20 balita
(44.4%) menderita pneumonia yang terpapar oleh asap rokok, dan 1 balita
(4.2%) tidak menderita penumonia yang terpapar asap rokok, kemudian 25
balita (55.6%) yang tidak terpapar asap rokok dengan kejadian penumonia
pada balita dan sebanyak 23 balita (95.8%) yang tidak terpapar asap rokok
dengan kejadian non pneumonia pada balita.
Dari hasil tabel analisis dengan menggunakan uji chi-square
menunjukkan bahwa nilai p value sig. <0,05, artinya terdapat hubungan
anatara kebiasaan merokok dengan kejadian pneumonia pada balita di
RSUD Dr. Pirngadi kota Medan tahun 2018-2019. Pada balita dengan
paparan asap rokok dan tidak terpapar asap rokok memiliki risiko
mengalami pneumonia 18.4 kali dibandingkan dengan balita yang tidak
terpapar asap rokok.
4.2 Pembahasan
4.2.1.1 Usia
Distribusi frekuensi terbanyak berdasarkan kelompok usia
balita tabel 4.1 menunjukkan bahwa balita terbanyak terdapat pada
kelompok usia kurang dari 1 tahun yaitu sebanyak 53 balita
(76.8%), kelompok kedua terbanyak adalah balita yang berusai 2-3
tahun yaitu sebanyak 23 balita (24%) dan yang paling sedikit
berada pada kelompok usia 4-5 tahun sebanyak 4 balita (5.85%).
36
Kemudian di dapatkan hasil dari distribusi frekuensi usia
balita tabel 4.5 menunjukkan bahwa balita yang menderita
pneumonia dengan 45 sampel pada kelompok usia kurang dari 1
tahun terbanyak berjumlah 35 balita (77.8%). Hasil yang didapat
pada penelitian ini serupa juga dikemukan oleh Nurngajiah dkk
pada penelitian mengenai profil pneumonia pada anak di rumah
sakit yang sama tahun 2012. Kasus pneumonia paling banyak
terjadi pada kelompok umur 2-11 bulan yaitu sebanyak 84 (58,3%)
balita.41
Data dari profil kesehatan Indonesia tahun 2017 mengenai
mortalitas pneumonia balita menunjukkan angka kematian akibat
pneumonia pada kelompok umur < 1 tahun lebih tinggi yaitu
sebesar 0,56% dibandingkan pada kelompok anak umur 1– 4 tahun
sebesar yaitu 0,23%.42
Bayi dan balita memiliki mekanisme pertahanan tubuh
yang masih rendah dibanding orang dewasa, sehingga balita masuk
kedalam kelompok yang rawan terhadap infeksi seperti influenza
dan pneumonia. Anak anak berusia 0-24 bulan lebih rentan
terhadap penyakit pneumonia dibanding anak-anak berusia diatas 2
tahun.43
Hal ini menunjukan semakin kecil usia anak-anak semakin
rentan terkena infeksi dikarenakan sistem imun pada anak usia satu
tahun pertama hingga usia lima tahun masih belum matang.
Banyaknya kasus kejadian pneumonia pada usia lebih muda juga
dipengaruhi oleh anatomi saluran nafas yang belum sempurna. 44
37
(34.8%) untuk jenis kelamin perempuan sebanyak 21 balita
(30.4%). Menurut penelitian Nurjannah dkk (2012) yaitu dari 144
anak dengan pneumonia, terdiri dari 86 (59,7%) laki-laki dan 58
(40,3%) perempuan.15 Namun, persentase pneumonia pada anak
laki-laki tetap lebih besar dibandingkan dengan anak perempuan. 43
Penelitian yang dilakukan oleh Zumeliza Rasyid juga
menunjukan hasil yang serupa. Balita dengan jenis kelamin laki-
laki (59%) lebih banyak mengalami pneumonia dibandingkan
balita dengan jenis kelamin perempuan (41%). 44 Hasil penelitian
ini juga sejalan dengan penelitian dari Yulia E dkk (2014) yang
menunjukan pneumonia lebih banyak pada balita laki-laki
sebanyak 34 balita (63%) dibandingkan perempuan yaitu 20 balita
(37%).45
Jenis kelamin laki-laki merupakan salah satu faktor resiko
yang mempengaruhi kejadian pneumonia pada balita. Beberapa
penelitian menemukan sejumlah penyakit saluran pernapasan yang
dipengaruhi oleh adanya perbedaan fisik anatomi saluran
pernapasan pada anak laki-laki dan perempuan. Hal ini
dikarenakan diameter saluran pernapasan anak laki-laki lebih kecil
dibandingkan dengan anak perempuan atau adanya perbedaan
dalam daya tahan tubuh antara anak laki-laki dan perempuan.46
38
(perokok aktif), tetapi juga dapat membahayakan orang
47
disekitarnya (perokok pasif). Berdasarkan penelitian Hartati et al,
(2012) Kebiasaan merokok keluarga didalam rumah berpengaruh
terhadap kejadian pneumonia pada balita dengan Odds Ratio (OR)
sebesar 2,53 (95% CI: 1,27–5,04) dibandingkan balita yang tidak
memiliki keluarga dengan kebiasaan merokok didalam rumah. 48
Hal ini sejalan dengan penelitian Ahn et al (2015) dimana
anak–anak penderita pneumonia yang dirawat di rumah sakit yang
terdapat 2 orang atau lebih perokok dirumahnya, memiliki masa
rawat inap lebih lama dan intensif dibandingkan dengan anak–anak
yang dirumahnya tidak terdapat perokok.49
Asap rokok dari orang tua atau penghuni rumah yang satu
atap dengan balita merupakan bahan pencemaran dalam ruang
tempat tinggal yang serius serta akan menambah resiko kesakitan
dari bahan toksik pada anak-anak. Paparan yang terus-menerus
akan menimbulkan gangguan pernapasan terutama memperberat
timbulnya infeksi saluran pernafasan akut dan gangguan paru pada
saat dewasa. Semakin banyak rokok yang dihisap oleh keluarga
semakin besar memberikan resiko terhadap kejadian ISPA,
khususnya apabila merokok dilakukan oleh ibu bayi.48
39
asap rokok dengan kejadian pneumonia pada balita dan 23 balita
(95.8%) yang tidak terpapar asap rokok dengan kejadian non
pneumonia pada balita.
Pada hasil uji chi-square menunjukkan bahwa nilai p value
sig. yaitu 0,001 yang <0,05 artinya terdapat perbedaan yang
signifikan antara kebiasaan merokok orang tua dengan kejadian
pneumonia pada balita. Pada balita dengan paparan asap rokok dari
orang tua memiliki kemungkinan 18.4 kali dengan nilai OR
(95%CI=2.283-148.269) untuk menderita penyakit pneumonia
dibanding dengan balita yang tidak terpapar asap rokok dari orang
tua.
Penelitian ini didukung oleh penelitian Wijaya (2014) yang
menunjukkan hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok
dengan kejadian penyakit pneumonia pada balita (OR = 1,269 ;
p<0,05).50
Sulistyowati (2010) dalam penelitiannya menyebutkan faktor
yang dapat menyebabkan pneumonia adalah faktor rumah tangga
yang tidak sehat. Rumah tangga yang tidak sehat (kebiasaan
merokok di rumah, luas lantai, dan luas jendela) mempunyai resiko
6,8 kali lebih besar untuk mengalami kejadian pneumonia. 51 Selain
itu penelitian penelitian Dayu (2014) mengemukakan bahwa balita
yang tinggal di rumah yang terdapat paparan asap rokok dalam
rumah mempunyai risiko 4,00 kali lebih besar untuk terkena
pneumonia balita dibandingkan dengan balita yang tinggal di
rumah tanpa paparan asap rokok.52
Umami (2010) menjelaskan ketika perokok membakar
sebatang rokok dan menghisapnya, asap tersebut disebut asap
utama, dan asap yang dihasilkan dari pembakaran ujung rokok
disebut sidestream smoke atau asap samping. Asap samping ini
terbukti mengandung monoksida 5 kali lebih banyak, nikotin 3 kali
lipat, amonia 46 kali lipat, nikel 3 kali lipat, dan nitrosamine 50
kali lebih besar dibandingkan dengan asap utama.53
40
Pada penelitian Layuk (2012) menyebutkan faktor
lingkungan juga dapat menyebabkan pneumonia. Lingkungan yang
dapat menyebabkan pneumonia adalah kualitas udaranya. Kualitas
udara dipengaruhi oleh seberapa besar pencemaran udara.
Pencemaran udara adalah terkontaminasinya udara, baik dalam
ruangan (indoor) maupun luar ruangan (outdoor) dengan agen
kimia, fisik, atau biologi yang telah mengubah karakteristik alami
dari atmosfer.54
41
BAB 5
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan sebelumnya, dapat
diambil kesimpulan bahwa hipotesis yang ditetapkan sesuai yaitu
terdapat hubungan yang signifikan antara kebisaan merokok orang
tua dengan kejadian pneumonia pada balita di RSUD Dr. Pirngadi
kota Medan tahun 2018-2019 dengan P-value (0,001)
2. Distribusi frekuensi balita penderita pneumonia berdasarkan
kelompok usia di RSUD Dr. Pirngadi kota Medan tahun 2018-2019
dari 69 rekam medik didapatkan 35 balita yang berusia kurang dari
satu tahun (77.8%) dan 8 balita yang berusia 2-3 tahun (17.8%)
yang paling sedikit berusia 4-5 tahun berjumlah 2 balita (4.4%).
3. Distribusi frekuensi balita penderita pneumonia berdasarkan jenis
kelamin di RSUD Dr. Pirngadi kota Medan tahun 2018-2019 dari
69 rekam medik, didapatkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 24
balita (34.8%) dan 21 balita dengan jenis kelamin perempuan
(30.4%).
4. Distribusi frekuensi balita penderita pneumonia yang terpapar asap
dari keluarga yang tinggal bersama balita yaitu 20 balita (44.4%)
dan 25 balita (55.5%) memiliki keluarga yang tinggal bersama
tanpa paparan asap rokok.
5.2 Saran
Dari penelitian ini, peniliti menyarankan:
1. Bagi petugas kesehatan rumah sakit
Penulisan rekam medik sebaiknya dilakukan secara lengkap
terutama melihat gejala yang paling sering pada pasien.
2. Bagi orang tua atau keluarga
Orang tua dapat melakukan upaya pencegahan terhadap faktor
risiko pada balita dengan cara keluarga menciptakan lingkungan
42
dalam rumah yang lebih baik dan sehat dengan tidak merokok di
dalam rumah.
3. Bagi peneliti selanjutnya
- Dilakukan peneliti lain dengan menggunakan data primer dan
dapat dinilai jumlah batang rokok dan derajat merokok orang
tua balita untuk mencari hubungan dengan kejadian pneumonia
- Menganalisis faktor risiko lain yang tidak diteliti pada peneliti
ini untuk melihat hubungan kejadian pneumonia pada balita
43
DAFTAR PUSTAKA
44
12. UNICEF/WHO. Pneumonia: the forgotten killer of children. 2006. ISBN:
9789280640489
13. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut. Direktorat Jenderal Pengendalian dan
Penyakit Penyehatan Lingkungan. Jakarta;2011 Available from:
http://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/FINAL-DESIGN-PEDOMAN-
PENGENDALIAN-ISPA.pdf Accessed on 27th August 2020.
14. Hidayat, Aziz Alimul. Pengantar Ilmu Keprawatan Anak. Edisi 1.jakarta;
Salemba medika; 2008
15. Direktorat Jendral P2PL, Rencana kerja jangka menengah nasional
penanggulangan pneumonia balita tahun 2005-2009. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta;2009
16. Rudan I, Boschi-Pinto C, Biloglav Z, Mulholland K, Campbell H.
Epidemiology and etiology of childhood pneumonia. Bull World Health
Organ. 2008;86(5):408–16
17. Depkes. Laporan Nasional Riskesdas 2007. Badan Penelit dan Pengemb
Kesehat Dep Kesehatan, Republik Indones Desember. 2008;1–384.
Available from: http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/Riskesdas
2007 Nasional.pdf. Accessed on 20th November 2020.
18. P.Z. S, Burhan E, Nawas A, Giriputro S, Isbaniah F, Agustin H, et al.
Pneumonia komuniti. Fac Med Univeritas Indonesia. 2014;6–14
19. Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Robbins Basic Pathology 9 th ed.
Canada: Saunders Elsivier; 2013.
20. Andy Samuel. Bronkopneumonia On Pediatric Patient laporan kasus. J
Agromed Unila. 2014;1(2):185-189.
6th
21. Mohan H. Textbook of Pathology ed. New Delhi: Jaypee-
Highlights Medical Publishers; 2010.
22. Djojodibroto R. Respirologi: Respiratory Medicine. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2007. 136–146
23. Jain V, Vashisht R, Yilmaz G, Bhardwaj A. Pnuemonia Pathology
[Internet]. Available from:
45
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK526116/#article-27364.s4
Accessed on 20th November 2020.
24. Mandell LA, Wunderink RG, Anzueto A, et al. Infectious Diseases
Society of America/American Thoracic Society consensus guidelines on
the management of community-acquired pneumonia in adults. Clin Infect
Dis 2007;44: Suppl. 2, S27–S72. Available from:
https://www.thoracic.org/statements/resources/mtpi/idsaats-cap.pdf.
Accessed on 20th November 2020.
25. WHO . Global Action plan for Prevention and Control of Pneumonia
(GAPP). Avenue Appia 20, 2009: 1211 Geneva. Switzerland
26. Kartasasmita, C.B. Pneumonia Pembunuh Balita, Ka divisi respirologi
Departemen Kesehatan Anak. Universitas padjajaran bandung/Rs. Hasan
sadikin, Bandung. 2010
27. Indria Cahya. Skripsi: Kondisi Lingkungan Fisik Rumah terhadap
Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Balita. Unversitas
Indonesia: Fakultas Kedokteran. Depok; 2011
28. Yuwono. Faktor-Faktor Lingkungan Fisik Rumah yang Berhubungan
dengan Kejadian Pneumonia pada Anak Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Kawunganten Kabupaten Cilacap. Program Studi Magister
Kesehatan Lingkungan Pasca Sarjana Universitas Diponegoro .2008.
Available from: eprints.undip.ac.id/18058/1/Tulus_Aji_Yuwono.
Accessed on 15th December 2020.
29. Hartati, S. Skripsi: Analisis Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Pneumonia Pada Anak Balita Di RSUD Pasar Rebo Jakarta.
Universitas Indonesia: Fakultas Kedokteran. Depok. 2011
30. Sugihartono, & Nurjazuli. Analisis Faktor Risiko Kejadian Pneumonia
Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sidorejo Kota Pagar Alam.
Kesehatan Lingkungan Indonesia.2012;11(1):82–86
31. Hartati, S., Nurhaeni, N., & Gayatri, D. Faktor risiko terjadinya
pneumonia pada anak balita. Jurnal Keperawatan Indonesia.
2012;15(1):13–20
46
32. UNICEF. Pneumonia | Health | UNICEF. The United Nations Children’s
Fund [internet]. 2016; Available from https://doi.org/ISBN-13:978-92-
806-4048-9. Accessed on 20th December 2020.
33. Jadavji T, Law B, Lebel MH, Kennedy WA, Gold R, Wang EE. A
practical guide for the diagnosis and treatment of pediatric pneumonia.
CMAJ. 1997 ;156(5):S703-11
34. Matera MG, Rogliani P, Ora J, Cazzola M. Current pharmacotherapeutic
options for pediatric lower respiratory tract infections with a focus on
antimicrobial agents. Expert Opin Pharmacother. 2018.(18):2043- 53
35. UNICEF. Pneumonia claims the lives of the world’s most vulnerable
children. 2017; Available From
https://doi.org/10.1371/journal.pmed.1001421. Accessed on 22th
December 2020
36. Gondodiputro, S. Bahaya Tembakau Dan Bentuk-Bentuk Sediaan
Tembakau. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Pandjajaran:
Fakultas Kedokteran. Bandung; 2015
37. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. PPOK (penyakit paru obstruktif
kronik) diagnosis dan penatalaksanaan. Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia. Jakarta;2011;8-10
38. Kimia K, Tirtosastro S, Murdiyati AS. Kandungan Kimia Tembakau dan
Rokok. Kandung Kim Tembakau dan Rokok. 2017;2(1):33–44.
39. Arcavi L, Benowitz NL. Cigarette smoking and infection. Arch Intern
Med. 2004;164(20):2206–16.
40. Dahlan S. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel, Edisi 3. Jakarta:
Salemba Medika; 2010.
41. Nurnajiah M, Rusdi, Desmawati. Hubungan Status Gizi dengan Derajat
Pneumonia pada Balita di RS. Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas. 2016; 5(1) p. 250-255
42. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman program
pemberantasan penyakit infeksi saluran pernapasan Akut (ISPA) untuk
penanggulangan pneumonia pada balita. Jakarta; 2004.
47
43. Nurjannah, Sovira N, Anwar S. Profil Pneumonia pada Anak di RSUD Dr.
Zainoel Abidin, Studi Retrospektif. Sari Pediatri. 2012;13(5):324-328.
44. Rasyid Z. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Pneumonia
Anak Balita di RSUD Bangkinang Kabupaten Kampar. Jurnal Kesehatan
Komunitas. 2013;2(3):136-140.
45. Efni Y, Machmud R, Pertiwi D. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan
Kejadian Pneumonia pada Balita di Kelurahan Air Tawar Barat Padang.
Jurnal Kesehatan Andalas. 2016; 5(2): 365-370.
46. Sunyataningkamto, Iskandar, Z., Alan, R.T., Budiman, I., Surjono, A.,
Wibowo, T., Lestari, E.D., & Wastoro, D. The role of indoor air pollution
and other factors in the incidence of pneumonia in under-five children.
Paediatrica Indonesiana. 2004; 44 (1-2), 25 - 29.
47. Kusumawati, D., Suhartono & D, N. A. Y. Hubungan Kondisi Lingkungan
Fisik Rumah dan Perilaku Anggota Keluarga dengan Kejadian Pneumonia
pada Balita (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Magelang Selatan
Kota Magelang). Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-journal);2015. 3(3), pp.
675- 687.
48. Hartati, S., Nurhaeni, N. & Gayatri, D. Faktor Risiko Terjadinya
Pneumonia Pada Anak Balita. Jurnal Keperawatan Indonesia;2012. 15(1),
pp. 13-20.
49. Ahn, A. et al. Secondhand Smoke Exposure and Illness Severity Among
Children Hospitalized with Pneumonia. J Pediatri; 2015. pp. 869-874.
50. Wijaya I, Bahar H. Skripsi: Hubungan Kebiasaan Meroko, Imunisasi
Dengan Kejadian Penyakit Pneumonia Pada Balita Di Puskesmas
Pabuaran Tumpeng Kota Tangerang. Forum Ilm [Internet]. 11(3).
Available From:
Https://Ejurnal.Esaunggul.Ac.Id/Index.Php/Formil/Article/View/1086/999
. Accessed on 22th December 2020.
51. Sulistyowati, R. Tesis: Hubungan antara Rumah Tangga Sehat dengan
Kejadian Penyakit Pneumonia pada Balita Kabupaten Trenggalek.
Universitas Sebelas Maret: Program Studi Magister Kedokteran Keluarga;
2010
48
52. Mahalastri NND. Hubungan antara pencemaran udara dalam ruang dengan
kejadian pneumonia balita. J Berk Epidemiol [Internet]. 2014;2(3):392–
403. Available from: https://e-
journal.unair.ac.id/JBE/article/download/1305/1064. Accessed on 27th
December 2020.
53. Umami, R, M. Perancangan dan Pembuatan Alat Pengendali Asap Rokok
Berbasis Mikrokontroler; 2010. ejournal, Dalam
http://ejournal.uinmalang.ac.id/index.php/NEUTRINO/article/view/1636/2
909. Accessed on 27th December 2020.
54. Layuk, R., Nasry N. dan Wahiduddin. Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian ISPA pada Balita di Lembang Batu Sura; 2013. Jurnal,
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4279/RIBKA%2
0RERUNG%20LAYUK%20%28K11109326%29.pdf?sequence=1.
Accessed on 27th December 2020.
49
LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Kaji Etik
50
Lampiran 2
Surat perizinan dari RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan
51
Lampiran 3
Bukti SPSS
Diagnosis
Bukan
Pneumonia Pneumonia Total
Total Count 45 24 69
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 11.993 1 .001
b
Continuity Correction 10.166 1 .001
N of Valid Cases 69
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.30.
b. Computed only for a 2x2 table
52
Risk Estimate
N of Valid Cases 69
53
Lampiran 4
(Riwayat Penulis)
A. Data Pribadi
C. Pengalaman Organisasi
54