Anda di halaman 1dari 80

DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP KESEHATAN MENTAL

PADA MAHASISWA SECARA GLOBAL: LITERATURE REVIEW

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:
Syfa Silvia
NIM: 11181330000013

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1443 H/2022 M
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Syfa Silvia
NIM : 11181330000013
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana
kedokteran di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ciputat, 23 Januari 2021

Syfa Silvia

i
LEMBARAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP KESEHATAN MENTAL


PADA MAHASISWA SECARA GLOBAL: LITERATURE REVIEW

Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Kedokteran,
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh:
Syfa Silvia
NIM: 11181330000013

Pembimbing I, Pembimbing II,

drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D. dr. Erike Anggraini Suwarsono, Sp.M.K.
NIP. 197804022009012003 NIP. 198109262011012007

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1443 H/2022 M

ii
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan penelitian berjudul “Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap
Kesehatan Mental Pada Mahasiswa Secara Global: Literature Review”
yang diajukan oleh Syfa Silvia (NIM 11181330000013) telah diujikan dalam
sidang skripsi di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah pada 21 Januari
2022. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi
Kedokteran.
Ciputat, 21 Januari 2022
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang
dr. Erike Anggraini Suwarsono, Sp.M.K.
NIP 198109262011012007
Pembimbing I, Pembimbing II,

drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D. dr. Erike Anggraini Suwarsono, Sp.M.K.
NIP. 197804022009012003 NIP. 198109262011012007
Penguji I, Penguji II,

Chris Adhiyanto, M.Biomed, Ph. D. dr. H. Isa Multazam Noor, M.SSc. Sp.KJ (K).
NIP. 196905112003121001 NIP. 1975122009121002
PIMPINAN FAKULTAS
Dekan Fakultas Kedokteran, Kaprodi Kedokteran,

dr. H. Hari Hendarto, SpPD-KEMD Dr. dr. Achmad Zaki, Sp.OT., M. Epid
NIP. 196511232003121003 NIP. 197805072005011005

iii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua, sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan. Dan tidak lupa sholawat beserta salam semoga terlimpah
curahkan kepada sang revolusi sang pembawa kebenaran islam nabi
Muhammad SAW, serta kepada keluarganya, sahabatnya dan mudah-mudahan
kepada kita selaku umatnya nanti diyaumal akhir mendapatkan syfaatnya.
Aamiin

Berkat restu dan izin dari Allah, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
yang berjudul DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP
KESEHATAN MENTAL PADA MAHASISWA SECARA GLOBAL:
LITERATURE REVIEW.

Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini banyak


mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini, dengan
segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan ucapan
terima kasih kepada:

1. dr. H. Hari Hendarto, SpPD-KEMD Ph.D, FINASIM selaku dekan FK


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dr. Achmad Zaki, M.Epid, SpOT selaku
Ketua Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, serta seluruh dosen dan staf Program Studi
Kedokteran yang selalu membimbing serta memberikan ilmu kepada saya
selama menjalani masa Pendidikan di Program Studi Kedokteran Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D. selaku dosen pembimbing I yang
telah membimbing dan memberi pengarahan kepada penulis selama
menyusun skripsi.

iv
3. dr. Erike Anggraini Suwarsono, Sp.M.K. selaku dosen pembimbing II
yang telah membimbing dan memberi pengarahan kepada penulis selama
menyusun skripsi.
4. Chris Adhiyanto, M.Biomed, Ph. D. selaku dosen penguji I yang telah
memberikan pengarahan kepada penulis.
5. dr. H. Isa Multazam Noor, M.SSc. Sp.KJ (K). selaku dosen penguji II yang
telah memberikan pengarahan kepada penulis.
6. Kedua orang tua saya yang tercinta H. Hasan Sanusi M.Si dan Hj. Lilis
Mariyani S.Ag serta kedua saudara saya Lutfi Abdul Rozal S.Pd dan
Wulan Aulia yang selalu memberikan memotivasi, memberikan dukungan
moril maupun materil, dan selalu memberikan do’a.
7. Sahabat yang selalu hadir untuk penulis, Afif Fadhiil Dzaki, Alfani
Naqiya, Amril Nur Ismail, Azizul Hakim, Dira Nidaussafa, Fadhil
Mochtar, Farah Dita, Fathul Jannah, Merisa Yuana Pratiwi, Shafa
Salsabilla Y, Syarifah Miftahul Jannah, dan Vina Sulistiawati
8. Rifki Maulana Romdani yang selalu memberikan memotivasi,
memberikan dukungan moril maupun materil, dan selalu memberikan
do’a.
9. Teman-teman kelompok riset penulis, yaitu Fajria Shofa Rahma Uswah,
Alim, Iqra, Nawal, dan Niken yang selalu bersama-sama berjuang dan
memberi dukungan serta semangat selama proses penyelesaian laporan
proposal penelitian ini.
10. Teman-teman Serpentes 2018 yang berjuang Bersama meraih mimpi untuk
menjadi dokter muslim di masa depan.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala
bantuannya baik secara material maupun spiritual yang diberikan secara
langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,
karena masih banyak kekurangan. Maka penulis memohon maaf atas berbagai
kekhilafan dan kekurangan. Peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran
yang dapat membangun dan bermanfaat demi menyempurnakan hasil
penelitian ini. Semoga karya penelitian ini dapat menjadi penelitian yang

v
memicu orang lain untuk meneliti lebih baik lagi dan bermanfaat bagi banyak
orang.
Wasalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ciputat, 21 Januari 2021

Syfa Silvia

vi
DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP KESEHATAN MENTAL
PADA MAHASISWA SECARA GLOBAL: LITERATURE REVIEW
Syfa Silvia1
1
FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRAK
Pandemi Covid-19 menyebabkan pemerintah mengeluarkan kebijakan berupa
karantina dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan metode daring
atau online sehingga memberikan multiple stres yang dapat menimbulkan
masalah kesehatan mental. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan adanya
dampak pandemi Covid-19 terhadap kesehatan mental pada mahasiswa.
Metode yang digunakan adalah literature review dari jurnal nasional dan
internasional yang meneliti tentang dampak pandemi Covid-19 terhadap
kesehatan mental pada mahasiswa. Penelusuran jurnal ini menggunakan
database PMC, PubMed, googleCendekia dan SpringerLink. Hasil dari
keseluruhan 55 jurnal menunjukkan pandemi Covid-19 pada mahasiswa di
seluruh dunia secara global mengalami dampak berupa gangguan Kesehatan
mental, berupa depresi dan ansietas dengan kategori ringan, sedang serta
beberapa mahasiswa mengalami hingga kategori berat. Sebagai saran, beberapa
upaya dapat dilakukan seperti meningkatkan rasa syukur, meningkatkan
spiritual, menstabilkan emosi, olahraga atau aktivitas fisik, istirahat cukup,
melakukan hobi, dan tetap bersosialisasi meskipun secara virtual untuk
mengurangi terjadinya permasalahan kesehatan mental.

Kata Kunci: Pandemi Covid-19, Kesehatan Mental, Mahasiswa.

vii
IMPACT OF COVID-19 PANDEMIC ON MENTAL HEALTH OF
STUDENTS UNDERGRADUATE: A LITERATURE REVIEW

Syfa Silvia1
1
FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRACT
The Covid-19 pandemic has caused the government to issue a policy in the
form of quarantine and the implementation of online teaching and learning
activities, thereby providing multiple stressors that can cause mental health
problems. This study aims to show the impact of the Covid-19 pandemic on
mental health in undergraduate. The method used is literature reviews from
national and international journals that examine the impact of the Covid-19
pandemic on mental health in undergraduate. This journal search uses PMC,
PubMed, googleScholar and SpringerLink databases. Based on 55 journals, it
appears that the Covid-19 pandemic had an impact in the form of mental
health disorders, such as depression and anxiety. The severity of the mental
health disorders varied from mild to severe. As a suggestion, some efforts can
be made such as increasing gratitude, increasing spirituality, stabilizing
emotions, exercising or physical activity, getting enough rest, doing hobbies,
and staying social even though virtually to reduce the occurrence of mental
health problems.
Keywords: Covid-19 Pandemic, Mental Health, Undergraduate

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................i


LEMBARAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...............................................ii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................... iii
KATA PENGANTAR........................................................................................iv
ABSTRAK ........................................................................................................vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................ix
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ...............................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH ..........................................................................2
1.3 TUJUAN PENELITIAN ......................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum .....................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus...............................................................................2
1.4 MANFAAT PENELITIAN ..................................................................2
1.4.1 Bagi Peneliti ........................................................................................2
1.4.2 Bagi Institusi .................................................................................2
1.4.3 Bagi Keilmuan...............................................................................2
BAB II ................................................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 3
2.1 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................3
2.1.1 KESEHATAN MENTAL .............................................................3
2.1.2 DEPRESI .......................................................................................5
2.1.3 ANSIETAS..................................................................................12
2.1.4 MAHASISWA ............................................................................20
2.2 KERANGKA TEORI ..............................................................................22
2.3 KERANGKA KONSEP ..........................................................................23
BAB III .............................................................................................................. 24
METODE PENELITIAN .................................................................................. 24
3.1 STRATEGI PENCARIAN LITERATURE ..............................................24
3.2 KRITERIA INKLUSI DAN EKSLUSI ..................................................24
3.3 SELEKSI STUDI DAN PENILAIAN KUALITAS ...............................25

ix
3.4 ANALISIS DAN MEMBACA HASIL STUDI ......................................27
BAB IV ............................................................................................................. 28
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 28
4.1 HASIL .....................................................................................................28
4.2 PEMBAHASAN ...................................................................................... 44
BAB V ............................................................................................................... 49
PENUTUP ......................................................................................................... 49
5.1 KESIMPULAN ..................................................................................49
5.2 SARAN ...............................................................................................49

x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 PICO(S) dalam perumusan kriteria inklusi dan ekslusi 24
Tabel 4.1 Tabulasi studi yang digunakan dalam literature review 29
Tabel 4.2 Jumlah jurnal terkait gender 42
Tabel 4.3 Jumlah jurnal terkait fakultas 42

xi
DAFTAR SINGKATAN

WHO = World Health Organization


COVID-19 = Coronavirus Disease-2019
HAM = Hak Asasi Manusia
PDSKJI = Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa
Indonesia
HIAA = 5-Hidroksi Indol Asetic Acid
HVA = Homovanilic acid
MPGH = 5 methoxy-0-hydroksi phenil glikol
HPA = Hypothalamic-Pituitary-Adrenal
CRH = Cortisol Releasing Hormone
PVN = Paraventriculer nucleus
Riskesdas = Riset Kesehatan Dasar
DALY = Disability Adjusted Life Years
SSRI = Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor
MAOI = Mono Amine Oxidasi Inhibitor
SSRE = Selective Serotonin Re-uptake Enhancer
SAD = Seasonal Affective Disorder
DSM-IV-TR = Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, Fourth Edition, Text Revision
GAD = Generalize Anxiety Disorders
PTSD = Post Traumatic Stress Disorders
LC = Locus Ceruleus
GABAA = GABA tipe A
SSRIs = Selective Serotonin Reuptake Inhibitor Selektif
NE = Nor Epinefrin
GABA = γ-Aminobutyric Acid
5-HT = Serotonin
ASD = Acute Stress Disorder
PTSD = Post Traumatic Stress Disorder
DASS-42 = Depression Anxiety Stress Scale-42 Item

xii
DASS-21 = Depression Anxiety Stress Scale-21 Item
IES-R = Impact of Event Scale Revised
SRQ-20 = Self Reporting Questionnaire
MSSQ = Medical Student Stressor Questionnaire
BDI II = Beck Deperession Inventory II
BSI-18 = Brief Symptom Inventory
WCQ = Ways of Coping Questionnaire
SHAI = Short Health Anxiety Inventory
AUDIT = Alcohol Use Disorders Identification Test
K10 = Kessler Psychological Distress Scale-10 Item
PHQ-8 = Patient Health Questionnaire Depression Scale-8 Item
HARS = Hamilton Anxiety Rating Scale
PHQ-9 = Patient Health Questionnaire Depression Scale-9 Item
HBS = Health Behaviors Scale
STAI = State–Trait Anxiety Inventory
GAD-7 = Generalised Anxiety Disorder Scale-7 Item
PHQ-4 = Patient Health Questionnaire-4
PSQI = Pittsburgh Sleep Quality Index
CES-D = Center for Epidemiologic Studies-Depression Scale
PSS-4 = Perceived Stress Scale-4 Item
SWEMWBS = Short Warwick Edinburgh Mental Well-Being Scale
SAS = Self-rating Anxiety Scale
PSS-10 = Perceived Stress Scale-10 Item
SRSS = Self-Rating Scale of Sleep
GSRH = General Self-Rated Health
SWLS = Satisfaction With Life Scale
CISS = Coping Inventory for Stressful Situations
CES-D = Center for Epidemiological Studies Depression
CI = Impact on Student Well-Being
PA = Physical Activity Scale
SRA scale = Self-Report Altruism Scale
PANAS = Positive and Negative Affect Schedule

xiii
OCI-R = Obsessive-Compulsive Inventory-Revised Scale
GHQ-28 = General Health Questionnaire
CSI = Coping Strategy Indicator
FCV-19S = Fear of COVID-19 scale
MAAS = Mindfulness Attention and Awareness Scale and the
anxiety and depression subscale.
SCL-90-R = Symptom Checklist-90-Revised

xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah menetapkan penularan infeksi
Coronavirus-2019 (Covid-19) antar manusia pada 31 Desember 2019 di Wuhan,
China. Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO menetapkan Covid-19 sebagai
kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia sehingga dilakukannya
karantina diberbagai negara untuk mengurangi penularan. 1 Pemberlakuan
karantina serta membatasi mobilitas masyarakat, berpotensi menimbulkan dampak
jangka panjang pada kesehatan mental masyarakat.2
Miliaran orang di seluruh dunia telah terpengaruh oleh pandemi Covid-19,
yang berdampak pada buruknya kondisi kesehatan mental masyarakat. Prevalensi
Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada populasi umum berkisar antara 4% -
41% dan prevalensi depresi berat meningkat 7% setelah wabah. Perhimpunan
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) menyatakan bahwa
sebanyak 63% responden mengalami cemas dan 66% responden mengalami
depresi akibat pandemi Covid-19.2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
(Kemendikbud) mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang
pelaksanaan pendidikan dalam rangka pencegahan terhadap perkembangan dan
penyebaran corona virus seluruh kegiatan belajar mengajar baik di sekolah
maupun kampus perguruan tinggi menggunakan metode ng atau online.3 Pandemi
Covid-19 memberikan multiple stres pada kehidupan terutama pada mahasiswa.
Hal ini, yang dapat menimbulkan masalah kesehatan mental seperti depresi dan
ansietas yang berdampak jangka panjang pada mahasiwa.4
Masalah kesehatan mental mempengaruhi hasil belajar mahasiswa yang
dapat mengganggu belajar dengan menurunkan kemampuan memusatkan
perhatian, menurunkan daya ingat, mengganggu kemampuan menghubungkan
satu hal dengan yang lain.5 Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui dampak pandemi Covid-19 terhadap kesehatan mental pada
mahasiswa secara global : literature review.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada penelitian ini
adalah bagaimana dampak pandemi Covid-19 terhadap kesehatan mental pada
mahasiswa secara global?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengkaji
jurnal yang berkaitan dengan dampak pandemi Covid-19 terhadap kesehatan
mental pada mahasiswa secara global.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dampak pandemi Covid-19 terhadap kejadian depresi pada
mahasiswa secara global dengan melakukan telaah jurnal (literature review).
2. Untuk mengetahui dampak pandemi Covid-19 terhadap kejadian ansietas
pada mahasiswa secara global dengan melakukan telaah jurnal (literature
review).
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1.4.1 Bagi Peneliti
1. Menerapkan dan memanfaatkan ilmu kedokteran yang telah didapat selama
pendidikan.
2. Menambah pengetahuan tentang dampak pandemi Covid-19 terhadap
kesehatan mental.
1.4.2 Bagi Institusi
1. Memajukan UIN dan FK UIN dengan publikasi tentang penelitian ini.
2. Memberikan informasi mengenai dampak pandemi Covid-19 terhadap
kesehatan mental.
1.4.3 Bagi Keilmuan
1. Dapat memberikan informasi mengenai dampak pandemi Covid-19 terhadap
kesehatan mental.
2. Dapat digunakan bahan referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai
dampak pandemi Covid-19 terhadap kesehatan mental.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 KESEHATAN MENTAL
2.1.1.1 Definisi
Kesehatan mental lebih dari sekedar kurangnya gangguan mental. Dimensi
positif dari kesehatan mental ditekankan dalam definisi WHO tentang kesehatan
sebagaimana tercantum dalam konstitusinya: “Kesehatan adalah keadaan
kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya ketiadaan
penyakit atau kelemahan.” Konsep kesehatan mental meliputi kesejahteraan
subjektif, self-efficacy, otonomi, kompetensi, ketergantungan antargenerasi, dan
pengenalan kemampuan untuk mewujudkan potensi intelektual dan emosional
seseorang. Ini juga telah didefinisikan sebagai keadaan kesejahteraan di mana
individu mengenali kemampuan mereka, mampu mengatasi tekanan hidup
normal, bekerja secara produktif dan bermanfaat, dan memberikan kontribusi
kepada komunitas mereka.6
Kesehatan mental adalah tentang meningkatkan kompetensi individu dan
komunitas dan memungkinkan mereka mencapai tujuan yang ditentukan sendiri.
Kesehatan mental harus menjadi perhatian kita semua, bukan hanya bagi mereka
yang menderita gangguan jiwa. Masalah kesehatan mental mempengaruhi
masyarakat secara keseluruhan, dan bukan hanya segmen kecil yang terisolasi.
Oleh karena itu, mereka merupakan tantangan utama bagi pembangunan global.
Tidak ada kelompok yang kebal terhadap gangguan jiwa, tetapi risikonya lebih
tinggi di antara orang miskin, tunawisma, pengangguran, orang dengan
pendidikan rendah, korban kekerasan, migran dan pengungsi, penduduk asli,
anak-anak dan remaja, perempuan yang dilecehkan, dan lansia terlantar. Untuk
semua individu, kesehatan mental, fisik, dan sosial terjalin erat, untaian kehidupan
yang vital. Ketika pemahaman kita tentang hubungan yang saling bergantung ini
tumbuh, menjadi semakin jelas bahwa kesehatan mental sangat penting untuk
kesejahteraan individu, masyarakat, dan negara secara keseluruhan. Sayangnya, di
sebagian besar dunia, kesehatan mental dan gangguan mental tidak dianggap sama

3
pentingnya dengan kesehatan fisik. Sebaliknya, sebagian besar dari mereka telah
diabaikan atau diabaikan.6
Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam
keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati
kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar. Seseorang yang
bermental sehat dapat menggunakan kemampuan atau potensi dirinya secara
maksimal dalam menghadapi tantangan hidup, serta menjalin hubungan positif
dengan orang lain. Sebaliknya, orang yang kesehatan mentalnya terganggu akan
mengalami gangguan suasana hati, kemampuan berpikir, serta kendali emosi yang
pada akhirnya bisa mengarah pada perilaku buruk.
Penyakit mental dapat menyebabkan masalah dalam kehidupan sehari-hari,
tidak hanya dapat merusak interaksi atau hubungan dengan orang lain, namun
juga dapat menurunkan prestasi di sekolah dan produktivitas kerja. oleh sebab itu,
sudah saatnya kita menjalankan pola hidup sehat. Terdapat beberapa jenis masalah
kesehatan mental tiga jenis kondisi yang paling umum terjadi adalah gangguan
kecemasan, stres, dan depresi.7
2.1.1.2 Epidemiologi
Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak pengakuan atas peran
penting kesehatan mental dalam mencapai tujuan pembangunan global, seperti
yang diilustrasikan dengan dimasukkannya kesehatan mental dalam tujuan
pembangunan berkelanjutan. Depresi adalah salah satu penyebab utama
kecacatan. Bunuh diri adalah penyebab kematian kedua di antara anak usia 15-29
tahun. Orang dengan kondisi kesehatan mental yang parah meninggal sebelum
waktunya - sebanyak dua dekade lebih awal - karena kondisi fisik yang dapat
dicegah.
Meskipun ada kemajuan di beberapa negara, orang dengan kondisi
kesehatan mental sering mengalami pelanggaran HAM berat, diskriminasi, dan
stigma.
Kondisi kesehatan mental meningkat di seluruh dunia. Terutama karena
perubahan demografis, ada peningkatan 13% dalam kondisi kesehatan mental dan
gangguan penggunaan narkoba dalam dekade terakhir (hingga 2017). Kondisi
kesehatan jiwa saat ini menyebabkan 1 dari 5 tahun hidup dengan kecacatan.

4
Sekitar 20% dari anak-anak dan remaja di dunia memiliki kondisi kesehatan
mental, dengan bunuh diri menjadi penyebab kematian kedua di antara anak usia
15-29 tahun. Kira-kira satu dari lima orang di lingkungan pasca-konflik memiliki
kondisi kesehatan mental.
Kondisi kesehatan mental dapat berdampak besar pada semua bidang
kehidupan, seperti sekolah atau prestasi kerja, hubungan dengan keluarga dan
teman, serta kemampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Dua dari kondisi
kesehatan mental yang paling umum, depresi dan kecemasan, merugikan ekonomi
global US $ 1 triliun setiap tahun.
Terlepas dari angka-angka ini, median global pengeluaran kesehatan
pemerintah untuk kesehatan mental kurang dari 2%.8
2.1.2 DEPRESI
2.1.2.1 Definisi
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang ditandai dengan rasa sedih yang berkepanjangan dan
kehilangan minat terhadap kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan dengan
senang hati. Tanda berikutnya adalah berhenti menjalankan kegiatan yang
biasanya dilakukan sehari-hari setidaknya selama 2 minggu, termasuk perubahan
pada pola tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa
putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri.9,5
2.1.2.2 Etiologi
Etiologi dari depresi dapat dibagi menjadi beberapa faktor yang
mempengaruhi penelitian terkini menunjukkan bahwa depresi disebabkan oleh
kombinasi faktor genetik, biologis, lingkungan, dan psikologis. faktor –faktor
tersebut adalah sebagai berikut:7
A. Faktor biologi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat kelainan pada amin
biogenik, seperti 5 HIAA (5-Hidroksi indol asetic acid), HVA (Homovanilic
acid), MPGH (5 methoxy-0-hydroksi phenil glikol), di dalam darah, urin, dan
cairan serebrospinal pada pasien gangguan mood. Neurotransmiter yang terkait
dengan patologi depresi adalah serotonin dan epineprin. Penurunan serotonin
dapat mencetuskan depresi. Selain itu, aktivitas dopamin pada depresi adalah

5
menurun. Hal tersebut tampak pada pengobatan yang menurunkan konsentrasi
dopamin seperti respirin dan penyakit dengan konsentrasi dopamin menurun
seperti parkinson. Kedua penyakit tersebut disertai gejala depresi. Obat yang
meningkatkan konsentrasi dopamin, seperti tyrosin, amphetamine, dan
bupropion, menurunkan gejala depresi. Adanya disregulasi neuroendokrin.
Hipotalamus merupakan pusat pengaturan aksis neuroendokrin, menerima
input neuron yang mengandung neurotransmiter amin biogenik. Pada pasien
depresi ditemukan adanya disregulasi neuroendokrin. Disregulasi ini terjadi
akibat kelainan fungsi neuron yang mengandung amin biogenik. Sebaliknya,
stres kronik yang mengaktivasi aksis Hypothalamic-Pituitary-Adrenal (HPA)
dapat menimbulkan perubahan pada amin 4 biogenik sentral. Aksis
neuroendokrin yang paling sering terganggu yaitu adrenal, tiroid, dan aksis
hormon pertumbuhan. Aksis HPA merupakan aksis yang paling banyak diteliti.
Hipersekresi Cortisol Releasing Hormone (CRH) merupakan gangguan aksis
HPA yang sangat fundamental pada pasien depresi. Hipersekresi yang terjadi
diduga akibat adanya defek pada sistem umpan balik kortisol di sistem limbik
atau adanya kelainan pada sistem monoaminogenik dan neuromodulator yang
mengatur CRH. Sekresi CRH dipengaruhi oleh emosi. Emosi seperti perasaan
takut dan marah berhubungan dengan Paraventriculer nucleus (PVN), yang
merupakan organ utama pada sistem endokrin dan fungsinya diatur oleh sistem
limbik. Emosi mempengaruhi CRH di PVN, yang menyebabkan peningkatan
sekresi CRH.5
B. Faktor genetik
Penelitian genetik dan keluarga menunjukkan bahwa angka resiko di
antara anggota keluarga tingkat pertama dari individu yang menderita depresi
berat (unipolar) diperkirakan 2 sampai 3 kali dibandingkan dengan populasi
umum. Angka keselarasan sekitar 11% pada kembar dizigot dan 40% pada
kembar monozigot.5
C. Faktor psikososial
Faktor psikososial yang mempengaruhi depresi meliputi peristiwa
kehidupan dan stresor lingkungan, kepribadian, psikodinamika, kegagalan yang
berulang, teori kognitif, dan dukungan sosial. Peristiwa kehidupan yang

6
menyebabkan stres, lebih sering mendahului episode pertama gangguan mood
dari episode selanjutnya. Para klinisi mempercayai bahwa peristiwa kehidupan
memegang peranan utama dalam depresi. Klinisi lain menyatakan bahwa
peristiwa kehidupan hanya memiliki peranan terbatas dalam onset depresi.
Stresor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu episode
depresi adalah kehilangan pasangan. Stresor psikososial yang bersifat akut,
seperti kehilangan orang yang dicintai, atau stresor kronis misalnya kekurangan
finansial yang berlangsung lama, kesulitan hubungan interpersonal, ancaman
keamanan dapat menimbulkan depresi faktor kepribadian, beberapa ciri
kepribadian tertentu yang terdapat pada individu, seperti kepribadian dependen,
anankastik, histrionik, diduga mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya
depresi, sedangkan kepribadian antisosial dan paranoid mempunyai resiko
yang rendah.5
2.1.2.3 Epidemiologi
Depresi dapat terjadi dengan bebagai macam latar belakang atau pencetus.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, menemukan 14 persen keluarga
yang melakukan kurungan, dengan 31,5 persen melakukannya dalam 3 bulan
terakhir. Disability Adjusted Life Years (DALY) mencapai 2.463,29 per 100.000
populasi dan tingkat kematian bunuh diri 3,4 tanpa strategi terkait pencegahan
bunuh diri ditemukan. Prevalensi nasional depresi di antara orang-orang ≥ 15
tahun mencapai 6,1 persen dengan hanya 9 persen dari mereka yang menerima
perawatan dari para profesional (Kementerian Kesehatan RI, 2019). 2 Insiden dan
prevelensi penderita perempuan dapat mencapai 25 %, sekitar 10% di perawatam
primer dan 15 % perawatan rumah sakit. Pada anak sekolah didapatkan prevalensi
2%, dan usia remaja 5%. WHO memperkirakan bahwa depresi akan menjadi
penyakit dengan beban global kedua terbesar di dunia setelah penyakit jantung
iskemik pada tahun 2020.11
Berdasarkan jenis kelamin perempuan dua kali lipat lebih besar dibanding
laki-laki. Diduga adanya perbedaan hormon, pengaruh melahirkan, perbedaan
stresor psikososial antara laki-laki dan perempuan, dan model perilaku yang
dipelajari tentang ketidak berdayaan. Berdasarkan usia rata-rata usia sekitar 40
tahun. Hampir 50% awitan diantara usia 20-50 tahun. Gangguan depresi berat

7
dapat timbul pada masa anak atau lanjut usia. Data terkini menunjukan, gangguan
depresi berat diusia kurang dari 20 tahun mungkin berhubungan dengan
penyalahgunaan zat dalam kelompok usia tersebut. Prevelensi kejadian depresi
berdasarkan status perkawinan paling sering terjadi pada orang yang tidak
mempunyai hubungan interpersonal yang erat atau pada mereka yang bercerai
atau berpisah, perempuan yang tidak menikah memiliki kecenderungan lebih
rendah untuk menderita depresi dibandingkan dengan yang menikah namun hal
ini berbanding terbaik untuk laki-laki. Faktor sosioekonomi dan budaya tidak
ditemukan korelasi antara status sosioekonomi dan gangguan depresi berat.
Depresi lebih sering terjadi di daerah perdesaan dibanding daerah perkotaan. 11
2.1.2.4 Patofisiologi
Depresi dihubungkan dengan peran beberapa neurotransmiter aminergik.
Neurotransmiter yang paling banyak diteliti ialah serotonin. Konduksi impuls
dapat terganggu apabila terjadi kelebihan atau kekurangan neurotransmiter di
celah sinaps atau adanya gangguan sensitivitas pada reseptor neurotransmiter
tersebut di post sinaps sistem saraf pusat. Pada depresi telah di identifikasi 2 sub
tipe reseptor utama serotonin yaitu reseptor 5HTIA dan 5HT2A. Kedua reseptor
inilah yang terlibat dalam mekanisme biokimiawi depresi dan memberikan respon
pada semua golongan anti depresan. Beberapa peneliti menemukan bahwa selain
serotonin terdapat pula sejumlah neurotransmiter lain yang berperan pada
timbulnya depresi yaitu norepinefrin, asetilkolin dan dopamine sehingga depresi
terjadi jika terdapat defisiensi relatif satu atau beberapa neurotransmiter aminergic
pada sinaps neuron di otak, terutama pada sistem limbik. Oleh karena itu, teori
biokimia depresi dapat diterangkan sebagai berikut:12
Menurunnya pelepasan dan transport serotonin atau menurunnya kemampuan
neurotransmisi serotogenik, menurunnya pelepasan atau produksi epinefrin,
terganggunya regulasi aktivitas norepinefrin dan meningkatnya aktivitas alfa 2
adrenoreseptor presinaptik, menurunnya aktivitas dopamine, meningkatnya
aktivitas asetilkolin.
Teori yang klasik tentang patofisiologi depresi ialah menurunnya
neurotransmisi akibat kekurangan neurotransmitter di celah sinaps. Ini didukung
oleh bukti-bukti klinis yang menunjukkan adanya perbaikan depresi pada

8
pemberian obat-obat golongan SSRI (Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor) dan
trisiklik yang menghambat re-uptake dari neurotransmiter atau pemberian obat
MAOI (Mono Amine Oxidasi Inhibitor) yang menghambat katabolisme
neurotransmiter oleh enzim monoamin oksidase.12
Belakangan ini dikemukakan juga hipotesis lain mengenai depresi yang
menyebutkan bahwa terjadinya depresi disebabkan karena adanya aktivitas
neurotransmisi serotogenik yang berlebihan dan bukan hanya kekurangan atau
kelebihan serotonin semata. Neurotransmisi yang berlebih ini mengakibatkan
gangguan pada sistem serotonergik, jadi depresi timbul karena dijumpai gangguan
pada sistem serotogenik yang tidak stabil. Hipotesis yang belakangan ini
dibuktikan dengan pemberian anti depresan golongan SSRE (Selective Serotonin
Re-uptake Enhancer) yang justru mempercepat re-uptake serotonin dan bukan
menghambat. Turn over dari serotonin menjadi lebih cepat dan sistem
neurotransmisi menjadi lebih stabil yang pada gilirannya memperbaiki gejala-
gejala depresi. Mekanisme biokimiawi yang sudah diketahui tersebut menjadi
dasar penggunaan dan pengembangan obat-obat anti depresan.12
2.1.2.5 Teori Patofisiologi Depresi
1. Hipotesis Aminaa.
Teori Amina Biogenik menyatakan bahwa depresi disebabkan karena
kekurangan (defisiensi) senyawa monoamina, terutama: nor adrenalin dan
serotonin.
Karena itu, menurut teori ini depresi dapat dikurangi oleh obat yang dapat
meningkatkan ketersediaan serotonin dan noradrenalin misalnya MAO
inhibitor atau antidepresan trisiklik. Namun, teori ini tidak dapat menjelaskan
fakta mengapa onset obat-obat antidepresan umumnya lama (6-8 minggu),
padahal obat-obat tadi bisa meningkatkan ketersediaan neurotransmitter
secara cepat.
Munculah hipotesis sensitivitas reseptor. Hipotesis Sensitivitas Reseptore.
Teori: depresi merupakan hasil perubahan patologis pada reseptor yang
diakibatkan karena terlalu kecilnya stimulasi oleh monoamin. Saraf post-
sinaptik akan ber-respon sebagai kompensasi terhadap besar kecilnya
stimulasi oleh neurotransmiter. Jika stimulasi terlalu kecil, saraf akan menjadi

9
lebih sensitif (supersensitivity) atau jumlah reseptor meningkat (up-regulasi),
Jika stimulasi berlebihan saraf akan mengalami desensitasi atau down regulasi.
Obat antidepresan umumnya bekerja meningkatkan neurotransmitter
meningkatkan stimulasi saraf menormalkan kembali saraf yang super sensitif.
Proses ini membutuhkan waktu menjelaskan mengapa aksi obat antidepresan
tidak terjadi secara segera. 12
2. Hipotesis permisif
Menurut teori ini, kontrol emosi diperoleh dari keseimbangan antara
serotonin dan noradrenalin. Serotonin memiliki fungsi regulasi terhadap
noradrenalin menentukan kondisi emosi depresi atau manik, Kadar serotonin
yang rendah dapat menyebabkan (permit) kadar noradrenalin menjadi tidak
normal yang dapat menyebabkan gangguan mood. Jika kadar noradrenalin
rendah depresi. Jika kadar noradrenalin tinggi manik. Menurut postulat ini,
meningkatnya kadar 5-HT akan memperbaiki kondisi sehingga tidak muncul
“bakat” gangguan mood. 12
3. Atrofi sel saraf di hipokampus
Berdasarkan MRI 3 dimensi terhadap volume otak, terjadi atrofi sel saraf
pengurangan volume hipokampus. Selain itu, berkurangnya reseptor 5 HT di
hipokampus. Hipokampus yaitu bagian otak dimana terdapat progenitor sel
saraf yang terus membelah dan membentuk sel saraf yang baru.12
2.1.2.6 Klasifikasi dan Diagnosis Gangguan Depresi
Gejala utama depresi meliputi sebagai berikut; afek depresif, hilangnya
minat dan kegembiraan, pengurangan energi yang membuat pasien mudah lelah
dan menurunnya aktivitas.17
Gejala lainnya meliputi sebagai berikut: konsentrasi dan perhatian menurun,
harga diri dan kepercayaan diri menurun, merasa bersalah dan tidak berguna,
pandangan masa depan suram dan pesimistis, ide atau perbuatan yang
membahayakan atau membunuh diri, gangguan tidur,Penurunan nafsu makan.17
A. Episode depresif ringan memenuhi 2 gejala utama dan 2 gejala lainnya,
Seluruhnya berlangsung minimal 2 minggu, Hanya sedikit kesulitan dalam
pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukan.

10
B. Episode depresif sedang memenuhi 2 gejala utama dan 3 gejala lainnya,
Seluruhnya berlangsung minimal 2 minggu, Menghadapi Kesulitan nyata
untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga.
C. Episode depresif berat tanpa gejala psikotik memenuhi 3 gejala utama dan
4 gejala lainnya, seluruhnya berlangsung, Minimal 2 minggu atau kurang
dari 2 minggu jika gejala amat berat dan memiliki onset yang sangat cepat,
Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat
terbatas.
D. Episode depresif berat dengan gejala psikotik, Episode depresi berat yang
memenuhi kriteria depresi berat tanpa gejala psikotik, Waham biasanya
melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang
mengancam, dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu, Halusinasi
auditorik atau olfatorik biasanya berupa suara yang menghina atau
menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk, Retardasi psikomotor
yang berat dapat menuju pada stupor.
Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau
tidak serasi dengan afek (mood-congruent). Depresi berat dengan gejala psikotik
yaitu jika disertai waham, halusinasi, atau stupor depresif.18
2.1.2.7 KOMPLIKASI
1. Keinginan untuk bunuh diri. Di Amerika, 30-70% kasus bunuh diri
disebabkan oleh depresi mayor. Keinginan untuk bunuh diri dapat
meningkat pada minggu pertama terapi SSRI.17
2. Penurunan fungsi kognitif.17
2.1.2.8 KRITERIA RUJUKAN
Kriteria rujukan sebagai berikut: Kasus baru perlu dirujuk (bila
memungkinkan) untuk konfirmasi diagnosis pada kecurigaan kasus depresi
berat dan pemberian antidepresan awal, Gejala membahayakan diri sendiri
(misalnya: keinginan bunuh diri) dan/atau orang lain, membutuhkan terapi
spesialistik misalnya ECT, membutuhkan medikasi yang lain (di luar yang
tersedia), resisten terhadap pengobatan.17

11
2.1.2.9 PROGNOSIS
Prognosis pasien depresi untuk mencapai remisi sempurna cukup baik.
Namun, rekurensi terjadi pada 50% kasus.17
2.1.3 ANSIETAS
2.1.3.1 Definisi
Kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang
mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Banyak hal yang
harus dicemaskan, misalnya kesehatan, relasi sosial, ujian, karir, kondisi
lingkungan dan sebagaianya. Adalah normal, bahkan adaptif, untuk sedikit cemas
mengenai aspek-aspek hidup tersebut. Kecemasan bermanfaat bila hal tersebut
mendorong untuk melakukan pemeriksaan medis secara reguler atau memotivasi
untuk belajar menjelang ujian. Kecemasan adalah respon yang tepat terhadap
ancaman, tetapi kecemasan bisa menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai
dengan proporsi ancaman, atau sepertinya datang tanpa ada penyebabnya yaitu
bila bukan merupakan respon terhadap perubahan lingkungan.9 Ansietas
merupakan kondisi gangguan yang ditandai dengan kesemasan dan kekhawatiran
yang berlebihan dan tidak rasional bahkan terkadang tidak realistik terhadap
berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari. Gangguan cemas merupakan gangguan
yang sering dijumpai pada klinik psikiatri. Kondisi ini terjadi sebagai akibat
interaksi faktor-faktor biopsikososial, termasuk kerentanan genetik yang
berinteraksi dengan kondisi tertentu, stres, atau trauma yang menimbulkan
sindroma klinis yang bermakna.11
2.1.3.2 Ciri-ciri Kecemasan
Berikut ini dijelaskan ciri-ciri kecemasan:14
1. Ciri – ciri fisik kecemasan; Kegelisahan, kegugupan, tangan atau anggota
tubuh bergetar, banyak berkeringat, telapak tangan berkeringat, kening mulut atau
kerongkongan terasa kering, sulit berbicara, sulit bernapas, bernapas pendek,
jantung berdebar keras atau berdetak kencang, suara yang bergetar, jari-jari atau
anggota tubuh menjadi dingin, leher atau punggung terasa kaku, sensasi seperti
tercekik atau tertahan, sakit perut atau mual, sering buang air kecil, wajah terasa
memerah, diare

12
2. Ciri – ciri Behavioral (perilaku) kecemasan; perilaku menghindar, perilaku
melekat dan dependen, perilaku terguncang
3. Ciri – ciri Kognitif dari kecemasan; khawatir tentang sesuatu, perasaan
terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu yang terjadi di masa
depan, keyakinan bahwa sesuatu yang buruk atau mengerikan akan segera terjadi,
tanpa ada penjelasan yang jelas, terpaku pada sensasi tubuh, sangat sensitif
terhadap sensasi tubuh, merasa terancam oleh orang atau peristiwa, ketakutan
akan kehilangan kontrol, ketakutan akan ketidakmampuan untuk menyelesaikan
masalah, berpikir bahwa dunia akan runtuh, berpikir bahwa semuanya sudah tidak
bisa dikendalikan, berpikir bahwa semuanya sangat membingungkan tanpa bisa
diatasi, khawatir terhadap hal sepele, berpikir tentang hal yang mengganggu yang
sama secara berulang-ulang, pikiran terasa campur aduk, tidak mampu
menghilangkan pikiran-pikiran negatif, berpikir akan segera mati, khawatir akan
ditinggalkan sendiri, sulit berkonsentrasi atau memusatkan perhatian.
2.1.3.3 Epidemiologi
Gangguan kecemasan adalah sindrom kejiwaan paling umum di AS
populasi. Hampir seperlima (17%) orang dewasa melaporkan riwayat hidup salah
satu gangguan kecemasan utama, dan 1 dari 10 menderita arus gangguan
kecemasan. Gangguan kecemasan berhubungan dengan subjektif yang intens
kesusahan dan gangguan sosial, dan masa anak-anak dan masa remaja mereka
dapat mengganggu pencapaian bidang sosial, pendidikan, dan pekerjaan
berfungsi. Perkiraan terbaru dari Global Burden of Anxiety mengungkapkan
bahwa gangguan kecemasan menjelaskan 10 % dari kecacatan yang disesuaikan
tahun kehidupan untuk semua gangguan mental, neurologis, dan penggunaan zat,
kedua hanya untuk depresi berat. Meski memiliki beban yang tinggi, gangguan
kecemasan memiliki proporsi terendah dari semua kelas gangguan mental.10
Jumlah yang mengalami kecemasan akut dan kronik 5% dari jumlah
penduduk. Wanita dibandingkan dengan pria yaitu 2:1. Diperkirakan antara 2-4%
diantara penduduk disuatu saat dalam kehidupannya pernah mengalami gangguan
kecemasan. Prevelensi gangguan ansietas umum (GAD = Generalize Anxiety
Disorders) 5.1%, gangguan panik (Panic Disorders) 3,5%, gangguan stres post
traumatik (PTSD = post traumatic stres disorders) 7,8%. Yang paling umum yaitu

13
gangguan ansietas sosial (social anxiety disordes) dengan prevalensi 13,3 % dan
kecepatannya 12 bulan 7,9%.14
Data National Epidemiologic Survey on Alcohol and Related Conditions
(NESARC) di Amerika menurjukkan prevalensi gangguan cemas menyeluruh
2,8% untuk laki-laki dan 5.3% untuk perempuan. Prevalensi gangguan cemas
menyeluruh di Eropa mencapai 10%. Sementara itu, prevalensi serangan panik di
Amerika mencapai 2,7-6%. Serangan panik sering kali terjadi bersamaan dengan
agorafobia (80% agorafobia disertai serangan panik). Riskesdas tahun 2018
menunjukkan prevalensi gangguan mental dengan gejala depresi dan cemas pada
usia 15 tahun keatas mencapai 9,8%.
2.1.3.4 Patofisiologi
Ansietas berhubungan dengan multiple struktur otak dan fungsi abnormal
dari sistem beberapa neurotransmiter: Nor Epinefrin/ NE, γ-aminobutyric acid/
GABA, dan serotonin (5-HT).14
Ada beberapa teori neurokimia (neurochemical theories) sebagai berikut:
a. Model Nor Adrenergic
Teori ini menyatakan bahwa sistem saraf autonom penderita ansietas bersifat
hipersensitif dan mempunyai reaksi yang berlebihan terhadap berbagai jenis
stimulus/ rangsangan, sebagai respon terhadap stimulus yang mengancam/
berbahaya/ maka LC (Locus Ceruleus) sebagai pusat alarm, mengaktiftivasi
releasse NE dan menstimulusi sistem saraf simpatik dan parasimpatik. 14
b. Model Reseptor Benzodiazepine
Secara fungsional & struktural, reseptor Benzodiazepine berhubungan dengan
reseptor GABA tipe A (GABAA) dan chanel ion Cl yg dikenal sebagai GABA –
Benzodiazepine receptor kompleks. GABA sebagai neurotransmiter inhibitori
mayor dalam CNS, mempunyai kekuatan sebagai pengatur atau penghambat pada
sistem 5 - HT, NE, dan DA. Pada waktu GABA terikat pada masing-masing
reseptor tsb, maka chanel ion CI membuka & menyebabkan influks ion muatan
negatif CI sehingga menyebabkan hiperpolarisasi membran sel dan menyebabkan
penurunan eksitabilitas sel saraf. 14

c. Model Serotonin

14
Ansietas berhubungan dengan abnormalitas fungsi 5 - HT. 5 - HT sebagai
neurotransmiter inhibitori mempunyai aksi yang diatur oleh minimal 13 sub tipe
reseptor yg berbeda. Aktivitas 5 - HT yang lebih besar akan mengurangi aktivitas
NE dalam LC, menghambat pertahanan / hilangnya respon melalui daerah abu-
abu periaqueductal dan mengurangi release CRF dari hipotalamus. obat-obat
SSRIs (selective serotonin reuptake inhibitor selektif) akan menghambat
manifestasi panik, Aktivitas 5 - HT yang rendah akan menyebabkan disregulasi
neurotransmiter lain. NE mempunyai aksi pada terminal 5 - HT presinaptik shg
menurunkan release 5 - HT, sebaliknya aktivitasnya pada reseptor postsinaptik
akan meningkatkan release 5 – HT. 14
2.1.3.5 Tipe-Tipe Gangguan Kecemasan
1. Gangguan Panik
Gangguan panik mencakup munculnya serangan panik yang berulang dan
tidak terduga. Serangan-serangan panik melibatkan reaksi kecemasan yang intens
disertai dengan simtom-simtom fisik, seperti jantung yang berdebar-debar, nafas
cepat, nafas tersengal atau kesulitan bernafas, banyak mengeluarkan keringat, dan
terdapat rasa lemas dan pusing. Suatu diagnosis gangguan panik didasarkan pada
kriteria sebagai berikut:
1) Mengalami serangan panik secara berulang dan tidak terduga (sedikitnya dua
kali).
2) Sedikitnya satu dari serangan tersebut diikuti oleh setidaknya satu bulan rasa
takut yang persisten dengan adanya serangan berikutnya atau merasa cemas
akan implikasi atau konsekuensi dari serangan (misalnya, takut kehilangan
akal, menjadi gila atau serangan jantung) atau perubahan tingkah laku yang
signifikan. Gangguan panik biasanya dimulai pada akhir masa remaja sampai
pertengahan usia 30-an tahun. Perempuan mempunyai kemungkinan dua kali
lebih besar untuk mengembangkan gangguan panik. 14
2. Gangguan Cemas Menyeluruh
Salah satu tipe spesifik yang diakui oleh PPDGJ III dan DSM-V sebagai salah
satu gangguan kecemasan adalah gangguan kecemasan menyeluruh atau
generalized anxiety disorder. GAD (generalized anxiety disorder) yaitu suatu
gangguan kecemasan yang ditandai dengan perasaan cemas yang umum dan

15
bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi dan keadaan peningkatan keterangsangan
tubuh. GAD ditandai dengan kecemasan yang persisten yang tidak dipicu oleh
suatu objek, situasi atau aktivitas yang spesifik, tetapi lebih merupakan apa yang
disebut Freud dengan “mengambang bebas” (free floating). GAD merupakan
suatu gangguan yang stabil, muncul pada pertengahan remaja sampai pertengahan
umur dua puluhan tahun dan kemudian berlangsung sepanjang hidup.
Gangguan ini muncul dua kali lebih banyak pada perempuan dibandingkan
pada laki-laki. Orang dengan GAD adalah pencemas yang kronis, mungkin
mereka mencemaskan secara berlebihan keadaan hidup mereka, seperti keuangan,
kesejahteraan anak-anak, dan hubungan sosial mereka. Anak-anak dengan
gangguan ini mencemaskan prestasi akademik, atletik, dan aspek sosial lain dari
kehidupan sekolah. Ciri lain yang terkait adalah: merasa tegang, waswas, atau
khawatir; mudah lelah; mempunyai kesulitan berkonsentrasi atau menemukan
bahwa pikirannya menjadi kosong; iritabilitas, ketegangan otot; dan adanya
gangguan tidur, seperti sulit untuk tidur, untuk terus tidur, atau tidur yang gelisah
dan tidak memuaskan. Meskipun GAD secara tipikal kurang intens dalam respon
fisiologisnya dibandingkan dengan gangguan panik, distres emosional yang
diasosiasikan dengan GAD cukup parah untuk menganggu kehidupan orang
sehari-hari. GAD sering ada bersama dengan gangguan lain seperti depresi atau
gangguan kecemasan lainnya seperti agoraphobia dan obsesif-kompulsif. 14
3. Gangguan Obsesif Kompulsif
Obsesif adalah pikiran, ide, atau dorongan yang intrusive dan berulang yang
berada di luar kemampuan seseorang untuk mengendalikannya. Obsesi dapat
menjadi sangat kuat dan persisten sehingga dapat menganggu kehidupan sehari-
hari dan menimbulkan distres serta kecemasan yang signifikan. Misalnya orang
yang selalu bertanya tanpa berkesudahan apakah pintu sudah dikunci atau tidak.
Seseorang mungkin terobsesi dengan impuls untuk menyakiti pasangannya.
Seseorang dapat mempunyai berbagai macam gambaran mental seperti fantasi
berulang dari seseorang ibu muda bahwa anak-anaknya dilindas mobil dalam
perjalanan pulang kerumah. Contoh pola pikiran obsesif yaitu berpikir bahwa
tangannya tetap kotor walaupun dicuci berkali-kali, kesulitan untuk
menghilangkan pikiran bahwa seseorang dicintai telah terbunuh, berpikir

16
berulang-ulang bahwa pintu rumah ditinggalkan terbuka tanpa dikunci dll. Secara
klinis, obsesi yang paling banyak terjadi berkaitan dengan ketakutan akan
kontaminasi, ketakutan mengekspresikan impuls seksual atau agresif, dan
ketakutan hipokondrial akan disfungsi tubuh. Obsesi juga dapat berupa keragu-
raguan ekstrem, prokrastinasi, dan ketidaktegasan.
Kompulsif adalah suatu tingkah laku yang repetitif (seperti mencuci tangan
atau memeriksa kunci) atau tindakan mental ritualistik (seperti berdoa atau
mengulang kata tertentu) yang dirasakan oleh seseorang sebagai suatu keharusan
atau dorongan yang harus dilakukan. Kompulsif terjadi sebagai jawaban terhadap
pikiran obsesif dan muncul dengan cukup sering serta kuat sehingga menganggu
kehidupan sehari-hari atau menyebabkan distres yang signifikan. Contoh pola
perilaku kompulsif yaitu mengecek kembali pekerjaan secara berulang-ulang,
terus menerus mencuci tangan supaya bersih, mengecek kembali berulang-ulang
saluran gas sebelum meninggalkan rumah. Mataix-Cols, do Rosario-Campos dan
Leckman menyebutkan bahwa terdapat empat dimensi utama dari simtom OCD.
Keempat dimensi tersebut adalah sebagai berikut: Obsesi yang diasosiasikan
dengan kompulsi untuk memeriksa sesuatu, kebutuhan akan hal yang simetris dan
meletakkan sesuatu sesuai dengan urutannya, obsesi terhadap kebersihan yang
kemudian diasosiasikan dengan kompulsi untuk membersihkan, Perilaku individu
yang menumpuk barang. 14
4. Gangguan Fobia
Kata fobia berasal dari bahasa Yunani phobos, berarti takut. Takut adalah
perasaan cemas dan agitasi sebagai respon terhadap ancaman. Gangguan phobia
adalah rasa takut yang persisten terhadap objek atau situasi yang tidak sebanding
dengan ancamannya. Orang dengan gangguan phobia tidak kehilangan kontak
dengan realitas, mereka biasanya tahu bahwa ketakutan mereka itu berlebihan dan
tidak pada tempatnya. Orang dengan phobia mengalami ketakutan untuk hal-hal
yang biasa untuk orang lain sudah tidak dipikirkan lagi, seperti naik elevator atau
naik mobil di jalan raya. Fobia terdiri dari tiga tipe, yaitu fobia spesifik, fobia
sosial dan agoraphobia.
Fobia spesifik adalah ketakutan yang beralasan dan disebabkan oleh kehadiran
atau antisipasi suatu objek atau situasi spesifik. DSM-V- membagi fobia

17
berdasarkan sumber ketakutannya, yaitu: Specific Phobia, Animal; Specific
Phobia, Natural Environment; Specific Phobia, Blood; Specific Phobia, Injection
Transfusion; Specific Phobia, Other Medical Care; Specific Phobia, Injury;
Specific Phobia, Situational; Specific Phobia, Other.
Fobia sosial adalah ketakutan menetap dan tidak rasional yang umumnya
berkaitan dengan keberadaan orang lain. Individu yang menderita fobia sosial
biasanya mencoba menghindari situasi yang membuatnya mungkin dinilai dan
menunjukkan tanda-tanda kecemasan atau berperilaku secara memalukan. Fobia
sosial dapat bersifat umum atau khusus, tergantung rentang situasi yang ditakuti
dan dihindari. Orang-orang dengan tipe umum mengalami fobia ini pada usia
yang lebih awal, lebih banyak komorbiditas dengan berbagai gangguan lain,
seperti depresi dan kecanduan alkohol, dan hendaya (gangguan) yang lebih parah.
Gangguan ansietas sosial cenderung menjadi lebih kronis jika penanganannya
tidak berhasil. Fobia sosial umumnya bermula pada masa remaja dan menghambat
pembentukan hubungan persahabatan dengan teman-teman sebaya.
Agoraphobia berasal dari bahasa Yunani yang berarti takut kepada pasar, yang
sugestif untuk ketakutan berada ditempat-tempat terbuka dan ramai. Agoraphobia
melibatkan ketakutan terhadap tempat tempat atau situasi yang memberi kesulitan
atau membuat malu seseorang untuk kabur dari situasi bila terjadi serangan panik
yang parah atau ketakutan kepada situasi dimana bantuan tidak bisa didapatkan
bila masalah terjadi. Agoraphobia dapat terjadi bersamaan atau tidak bersamaan
dengan gangguan panik yang menyertai. Pada gangguan panik dengan
agoraphobia, orang hidup dengan ketakutan terjadinya serangan yang berulang
dan menghindari tempat-tempat umum. Orang-orang dengan agoraphobia yang
tidak punya gangguan panik dapat mengalami sedikit simptom panik seperti
pusing yang menghalangi mereka untuk keluar dari tempat mereka.14
5. Gangguan Stres Akut dan Stres Pasca Trauma
Gangguan stres akut adalah suatu reaksi yang diperkirakan dari seseorang
yang mengalami suatu trauma yang sangat berat, saat ini individu membutuhkan
jumlah dan jenis stres yang berbeda untuk menimbulkan gangguan tersebut.
Gangguan stres akut secara khas akan menghilang setelah 1 hingga 2 minggu

18
(apabila berlanjut), tetapi jika gangguan berlangsung lebih dari sebulan, diagnosis
perlu diubah menjadi gangguan stres pasca trauma.
Gangguan stres akut (acute stress disorder/ASD) adalah suatu reaksi
maladaptif yang terjadi pada bulan pertama sesudah pengalaman traumatis.
Gangguan stres pasca trauma (post traumatic stress disorder/PTSD) adalah reaksi
maladaptive yang berkelanjutan terhadap suatu pengalaman traumatis. ASD
adalah faktor resiko mayor untuk PTSD karena banyak orang dengan ASD yang
kemungkinan mengembangkan PTSD. Berlawanan dengan ASD, PTSD
kemungkinan berlangsung berbulan-bulan, bertahun-tahun, atau sampai beberapa
dekade dan mungkin baru muncul setelah beberapa bulan atau tahun setelah
adanya pemaparan terhadap peristiwa traumatis.
Hampir semua orang yang mengalami trauma mengalami stres, dari tingkat
rendah hingga tingkat yang sangat berat. Hal ini normal, Jika stressor
menyebabkan kerusakan signifikan dalam keberfungsian sosial dan pekerjaan
selama kurang dari satu bulan, diagnosis yang ditegakkan adalah gangguan stres
akut. Walaupun beberapa orang dapat mengatasi gangguan stres akut yang mereka
alami, jumlah yang signifikan kemudian menderita PTSD. Dimasukkannya stres
berat dalam DSM sebagai faktor penyebab signifikan PTSD dimaksudkan untuk
menunjukkan pengakuan resmi bahwa penyebab PTSD yang utama adalah
peristiwa yang terjadi, bukan orang yang bersangkutan.
Pada ASD dan PTSD, peristiwa traumatis tersebut melibatkan kematian atau
ancaman kematian atau cedera fisik yang serius, atau ancaman terhadap
keselamatan diri sendiri atau orang lain. Respons terhadap ancaman tersebut
mencakup perasaan takut yang intens, perasaan tak berdaya, atau rasa ngeri
(horor). Anak-anak dengan PTSD kemungkinan mengalami ancaman ini dengan
cara lain, misalnya dengan menunjukkan kebingungan atau agitasi.
ASD dan PTSD memiliki ciri yang sama yaitu mengalami kembali peristiwa
traumatis; menghidari petunjuk atau stimuli yang diasosiasikan dengan peristiwa
tersebut; mati rasa dalam resposifitas secara umum atau dalam segi emosional;
mudah sekali terangsang; gangguan fungsi atau distress emosional yang penting.
Perbedaan utama antara kedua gangguan tersebut adalah pada ASD penekanannya
ada pada disosiasi – perasaan asing terhadap diri sendiri atau terhadap

19
lingkungannya. Orang-orang dengan gangguan stres akut mungkin merasakan
terbengong-bengong atau dunia ini dirasakan sebagai suatu tempat dalam mimpi
atau suatu tempat yang tidak nyata. Dalam gangguan stres akut, orang mungkin
juga tidak dapat melaksanakan tugas-tugas yang perlu, misalnya mendapatkan
bantuan medis atau bantuan hukum yang diperlukan.
Dalam gangguan stres akut atau pascatrauma, peristiwa traumatis mungkin
seakan dialami kembali dalam berbagai macam cara. Mungkin dalam bentuk
ingatan-ingatan yang intrusive, mimpimimpi mengganggu yang berulang-ulang,
dan perasaan bahwa peristiwa tersebut memang terulang kembali (seperti “kilas
balik” peristiwa tersebut). Pemaparan terhadap peristiwa yang menyerupai
pengalaman traumatis dapat menyebabkan distres psikologis yang intens. Orang-
orang dengan reaksi stres traumatis cenderung untuk menghindari stimuli yang
membangkitkan ingatan terhadap trauma. Misalnya, mungkin mereka tidak
mampu menghadapi tayangan televisi tentang hal tesebut atau keinginan teman
untuk membicarakannya. Mungkin mereka mempunyai perasaan terasing atau
terpisah dari orang lain. mereka mungkin menunjukkan sikap kurang responsive
terhadap dunia luar setelah peristiwa traumatis, kehilangan kemampuan untuk
menikmati aktifitas yang dahulu disukai atau kehilangan perasaan mampu
mengasihi. 14
2.1.4 MAHASISWA
2.1.5.1 Definisi
Mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu
ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang
setingkat dengan perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat
intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan kerencanaan dalam
bertindak. Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat, tepat merupakan sifat yang
cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip yang
saling melengkapi. Seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan
yang usianya 18 sampai 25 tahun. Tahap ini dapat digolongkan pada masa remaja
akhir sampai masa dewasa awal dan dilihat dari segi perkembangan, tugas
perkembangan pada usia mahasiswa ini ialah pemantapan pendirian hidup.15

20
2.1.5.2 Psikologis Mahasiswa Dalam Proses Pembelajaran Selama Pandemi
Covid-19
Surat Edaran Mendikbud Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 menyatakan agar
seluruh kegiatan belajar mengajar baik di sekolah maupun kampus perguruan
tinggi menggunakan metode daring atau online sebagai upaya pencegahan
terhadap perkembangan dan penyebaran Coronavirus disease (Covid-19).
Pembelajaran secara daring diimplementasikan dengan beragam cara oleh
pendidik di tengah penutupan sekolah untuk mengantisipasi virus corona. Namun
implementasi tersebut dinilai tidak maksimal dan menunjukkan masih ada
ketidaksiapan di kalangan pendidik untuk beradaptasi di iklim digital.3
Penelitian yang dilakukan oleh Livana dkk (2020) menunjukkan bahwa
Tugas pembelajaran merupakan faktor utama penyebab stres mahasiswa selama
pandemi Covid-19. Ansietas dapat berupa perasaan khawatir, perasaan tidak enak,
tidak pasti atau merasa sangat takut sebagai akibat dari suatu ancaman atau
perasaan yang mengancam dimana sumber nyata dari kecemasan tersebut tidak
diketahui dengan pasti.15
Mahasiswa menghadapi begitu banyak beban akademik seperti: situasi yang
monoton, kebisingan, tugas yang terlalu banyak, harapan yang mengada-ngada,
ketidakjelasan, kurang adanya kontrol, keadaan bahaya dan kritis, tidak dihargai,
diacuhkan, kehilangan kesempatan, aturan yang membingungkan, tuntutan yang
saling bertentangan, deadline tugas perkuliahan, menjawab pertanyaan di kelas,
pemahaman materi, persaingan dengan teman sekelas, memenuhi harapan guru
dan orang tua yang menyebabkan stres akademik.4
Masalah-masalah yang dialami mahasiswa, jika tidak segera ditangani dapat
menimbulkan masalah psikologis yang lebih serius seperti depresi. Depresi dapat
menyebabkan manifestasi psikomotor berupa keadaan gairah, semangat, aktivitas
serta produktivitas kerja yang bertendensi menurun, konsentrasi dan daya pikir
melambat. Depresi merupakan penyakit mental serius yang biasanya ditandai oleh
perasaan sedih atau cemas. Sebagian besar mahasiswa terkadang merasa sedih
atau cemas, tetapi emosi ini biasanya berlalu dengan cepat dalam beberapa hari.
Depresi yang tidak diobati dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Mahasiswa
mungkin menangis sepanjang waktu, melewatkan kelas, atau mengisolasi diri

21
mereka tanpa menyadari bahwa mereka tertekan. Depresi dapat mempengaruhi
prestasi akademis. Manifestasi psikomotor tersebut bisa membawa pengaruh pada
prestasi belajar jika penderita adalah siswa yang sedang aktif dalam proses belajar
mengajar.4

2.2 KERANGKA TEORI

Pandemi Covid-19

Mahasiswa melakukan
Episode depresif kegiatan belajar dengan Gangguan Panik
ringan metode daring atau online
Gangguan Cemas
Episode depresif Menyeluruh
sedang Multiple stres
Gangguuan
Episode depresif Obsesif Kompulsif
berat tanpa gejala
Masalah Kesehatan Mental
psikotik
Gangguan Fobia
Episode depresif
Depresi Ansietas Gangguan Stres
berat dengan
Akut dan Stres
gejala psikotik
Pasca Trauma

Faktor Faktor Faktor


Genetik Biologi Psikososial

22
2.3 KERANGKA KONSEP
kerangka konsep dalam penelitian ini adalah

Variabel Bebas: Variabel Terikat:

Pandemi Covid-19
Variabel Terikat:
Multiple stres Masalah Kesehatan Mental
pada Mahasiswa
Faktor Psikososial:

Faktor lainnya:Faktor Biologi,


Faktor Genetik

Keterangan
= Variabel yang di teliti
= Variabel yang tidak diteliti

23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 STRATEGI PENCARIAN LITERATURE
Rangkuman keseluruhan dalam bentuk literature review mengenai dampak
pandemi Covid-19 terhadap kesehatan mental pada mahasiswa secara global.
Protokol dan evaluasi literature review menggunakan alur bagan untuk
menentukan penyeleksian studi yang telah ditemukan dan sesuaikan dengan
tujuan dari literature review.
Literature review ini merupakan rangkuman menyeluruh beberapa studi
penelitian yang ditentukan berdasarkan judul mengenai dampak pandemi Covid-
19 terhadap kesehatan mental pada mahasiswa secara global. Pencarian literature
dilakukan pada bulan Juni-Juli 2021. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang tidak diperoleh dari pengamatan langsung, namun
diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti
sebelumnya. Sumber data sekunder yang didapatkan berupa artikel jurnal
bereputasi nasional dan internasional dengan judul mengenai dampak pandemi
Covid-19 terhadap kesehatan mental pada mahasiswa secara global. Pencarian
literature dalam literatire review ini menggunakan empat database yaitu PMC,
PubMed, googleCendekia dan SpringerLink.16
Penelusuran literatur online menggunakan penggunaan boolean operator
dan keyword berikut: pandemic covid-19 AND mental health AND
undergraduates.

3.2 KRITERIA INKLUSI DAN EKSLUSI


Format PICO(S) yang digunakan dalam literature review dengan judul
mengenai dampak pandemi COVID-19 terhadap kesehatan mental pada
mahasiswa adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 PICO(S) dalam perumusan kriteria inklusi dan ekslusi

Kriteria Inklusi Eksklusi


Populasi Mahasiswa Mahasiswa dengan
riwayat gangguan

24
mental sebelum
pandemi Covid-19,
mahasiswa yang
terpapar Covid-19
Intervensi pandemi Covid-19 Tidak ada
Kelompok Tidak ada Tidak ada
Pebanding
Hasil yang Masalah Kesehatan Mental Masalah Kesehatan
diharapkan/ Mental sebelum
Outcome pandemi Covid-19
Desain penelitian, Tipe desain penelitian: Tidak ada
instrumen Cross-sectional, Cohort.
penelitian and Instrument penelitian: DASS-
tipe publikasi 21, DASS-42, PSS-10, PHQ-
4, PHQ-8, PHQ-9, GAD-7.
Tipe publikasi: open access
research article.
Publikasi Setelah tahun 2020 Setelah tahun 2020
dengan desain
penelitian literature
review
Bahasa English, Indonesia Tidak ada

3.3 SELEKSI STUDI DAN PENILAIAN KUALITAS


Berdasarkan hasil pencarian literatur melalui publikasi di empat database
yaitu PMC, PubMed, googleCendekia dan SpringerLink. dengan menggunakan
kata kunci yang sudah disesuaikan, peneliti mendapatkan 4950 jurnal yang sesuai
dengan kata kunci tersebut mendapatkan PMC = 428, PubMed = 80,
GoogleCendekia = 4100, dan SpringerLink = 342. Kemudian peneliti melakukan
skrining berdasarkan judul mendapatkan 114 jurnal yaitu PMC = 35, PubMed =
25, googleCendekia = 32, dan SpringerLink = 22. Terdapat 18 jurnal duplikasi
sehingga setelah dikeluarkan artikel yang digunakan sesuai berdasarkan abstrak

25
mendapatkan 76 jurnal yaitu PMC = 21, PubMed = 19, googleCendekia = 22, dan
SpringerLink = 14. Jumlah artikel full text dan memenuhi kriteria inklusi
mendapatkan 55 jurnal yaitu PMC = 18, PubMed = 17, googleCendekia = 11, dan
SpringerLink = 9 dengan topik dampak pandemi Covid-19 terhadap kesehatan
mental pada mahasiswa hingga diperoleh 55 jurnal dan siap untuk dilakukan
sintesis data, artikel yang digunakan dalam literature review berjumlah 55 buah.

Penelusuran literatur online menggunakan penggunaan boolean operator dan keyword


berikut: pandemic covid-19 AND mental health AND undergraduates. Menggunakan 4
database: PMC = 428, PubMed = 80, GoogleCendekia = 4100, dan SpringerLink = 342

Jumlah artikel yang sesuai bersadarkan judul: PMC = 35,


PubMed = 25, googleCendekia = 32, dan SpringerLink = 22

Jumlah artikel setelah artikel duplikasi yang


dikeluarkan: PMC = 26, PubMed = 23,
Ekslusi ( n = 21)
googleCendekia = 31, dan SpringerLink = 16
Desain penelitian,
instrumen penelitian
dan tipe publikasi yang
tidak sesuai (n = 21) Jumlah artikel yang sesuai bersadarkan
Abstrak: PMC = 21, PubMed = 19, Ekslusi ( n = 21)
googleCendekia = 22, dan SpringerLink = 14 Desain penelitian,
instrumen
penelitian and tipe

Jumlah artikel full text dan memenuhi publikasi yang

kriteria inklusi: PMC = 18, PubMed = tidak sesuai (n=21)

17, googleCendekia = 11, dan


SpringerLink = 9

Jumlah total artikel


yang disintesis
(n = 55)

Gambar 1. Diagram Flow Literature Review


26
3.4 ANALISIS DAN MEMBACA HASIL STUDI
Setelah dilakukan analisis kualitas metodologi dalam setiap dan dilakukan
sintesis data, artikel yang digunakan dalam literature review berjumlah 55 buah.
Kemudian dilakukan analisis dan membaca hasil studi dengan langkah seperti
berikut:16
1. Survei literatur dilakukan untuk mengembangkan argumentasi dalam
membahas dan menjelaskan mengenai dampak pandemi Covid-19 terhadap
kesehatan mental pada mahasiswa secara global, Survey dimulai dengan
mengumpulkan informasi (catatan dan highlight) dari penulusuran literatur.
Kemudian memeriksa informasi yang dikumpulkan untuk membuat pola bukti
temuan. Proses survei diakhiri dengan membangun temuan ke dalam argumen,
yang menjelaskan apa yang diketahui tentang topik dampak pandemi Covid-
19 terhadap kesehatan mental pada mahasiswa.
2. Penyusunan survei literatur dalam tabel, dapat dilakukan dengan menyusun
tabulasi untuk menata dan mengkompulasi hasil pencarian literatur dalam
beberapa kolom yang berisi penulis, tahun, negara, responden, total
responden, remaja akhir dan dewasa awal, rentang usia, usia rata-rata,
instrument penelitian, temuan penting.
3. Kritik literatur menafsirkan pemahaman terkini dari topik mengenai dampak
pandemi Covid-19 terhadap kesehatan mental pada mahasiswa menjawab
pertanyaan penelitian. Secara logis untuk memperoleh jawaban pertanyaan
penelitian dan kemudian simpulan proses analisis dan membaca hasil studi.

27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
Jumlah artikel untuk dilakukan sintesis dalam literature review diperoleh 55
jurnal. Tabulasi studi yang digunakan dalam literature review dengan judul
mengenai dampak pandemi Covid-19 terhadap kesehatan mental pada mahasiswa
dengan detail penulis, tahun, negara, responden, total responden, remaja akhir dan
dewasa awal, rentang usia, usia rata-rata, instrument penelitian, dampak pandemi
Covid-19 terhadap kesehatan mental pada tabel 4.1., jumlah jurnal terkait jenis
kelamin mengenai dampak pandemi Covid-19 terhadap kesehatan mental berupa
depresi dan ansietas pada tabel 4.2., jumlah jurnal terkait fakultas terhadap
masalah kesehatan mental berupa depresi dan ansietas pada tabel 4.3.
Sebagian besar responden berjumlah lebih dari 50 orang dengan status
mahasiswa di berbagai universitas nasional maupun internasional. Instrument
penelitian yang sering digunakan pada penelitian untuk mengetahui adanya
permasalahan pada kesehatan mental dengan menggunakan Depression, Anxiety,
and Stress Scale (DASS) 14 item, 21 item, 42 item, General Anxiety Disorder
(GAD) 7 item, Patient Health Questionnaire (PHQ) 4 Item, 8 Item, 9 Item, dan
Perceived Stress Scale (PSS) 4 Item, 10 Item.
DASS-14 adalah skala yang dimodifikasi untuk mengukur depresi, ansietas,
dan stres lebih singkat dengan reabilitas yang dapat di terima dan tervalidasi,
DASS-21 merupakan gold standar yang telah divalidasi secara klinis terstruktur
DSM-IV, dan DASS-42 memiliki validitas konstruk 90,5%.81 Hasil studi meta-
analisis PHQ-8 sama dengan PHQ-9 yang digunakan untuk mengindentifikasi
depresi memiliki sensitifitas 92% spesitifitas 80% dibandingkan dengan klinis
DSM, sedangkan PHQ-4 adalah sebagai sebagai skrining utra-brief dari ansietas
dan depresi.82 GAD 7 memiliki hasil sensitifitas 89% dan spesitifitasnya 82%.
PSS hasil sensitifitas dan spensitifitas tidak jauh berbeda dengan PHQ, GAD dan
DASS.83,84

28
Tabel 4.1 Tabulasi studi yang digunakan dalam literature review
Remaja Dampak pandemi COVID-19 terhadap kesehatan
Penulis akhir (17-25 Usia mental
Rentang Instrumen
(tahun), Responden Total th) dan rata-
Usia Penelitian Kesehatan
negara Dewasa awal rata Depresi Ansietas
mental lain
(26-35)
99 Orang
Yanti dkk. 14 Orang (6,38%) 60 Orang
Mahasiswa 235 (42,13%)
(2021),19 Remaja akhir 17 – 26 19,77 DASS-21 depresi kategori (25,53%) stres
Orang ansietas kategori
Indonesia ringan kategori ringan
ringan
Adyani
Remaja akhir
dkk. Mahasiswa 61 43 Orang
dan Dewasa TD TD DASS-42
(2021),20 Kedokteran Orang (70,5%) ansietas
awal
Indonesia
Iqbal dkk. 25 Orang
Mahasiswa 164
(2021),21 Remaja akhir 19 - >22 20 DASS-42 (15,2%) stres
Kedokteran Orang
Indonesia kategori ringan
Handayani Mahasiswa 392 Remaja akhir 18-22 20 DASS-21 109 Orang 135 Orang 118 Orang

29
(2020),22 Orang (27,8%) depresi (34,4%) ansietas (30,1%) stres
Indonesia kategori sedang kategori sangat kategori sedang
berat
Savira
Remaja akhir 26 Orang
dkk. Mahasiswa 60
dan Dewasa TD TD DASS-42 (43,3%) stres
(2021),23 Kedokteran Orang
awal kategori sedang
Indonesia
Angelica
28 Orang
dkk. Mahasiswa 157
Remaja akhir 18 - >33 20 DASS-42 (17,8%) stres
(2021),24 Keperawatan Orang
kategori ringan
Indonesia
B.
Mahasiswa
Hamzah 71 Orang
Keperawatan, 204
dkk. Remaja akhir 15 - >25 20 DASS-42 (34,8%) stres
Kesehatan, Orang
(2020),25 kategori sedang
Kebidanan
Indonesia
Subhan Mahasiswa 156 <18 - 13 Orang (8,3%) 20 Orang 20 Orang
Remaja akhir 20 DASS-21
dkk. Kedokteran Orang >21 depresi kategori (12,8%) ansietas (12,8%) stres

30
(2020),26 ringan-sedang kategori ringan kategori ringan
Indonesia
Ilahi dkk. Remaja akhir 137 Orang
530
(2021),27 Mahasiswa dan Dewasa TD TD DASS-21 (26%) stres
Orang
Indonesia awal kategori sedang
Fathoni
35 Orang (11,4%) 33 Orang 26 Orang
dkk. 306
Mahasiswa Remaja akhir 17 – 25 TD DASS-21 depresi kategori (10,8%) ansietas (11,8%) stres
(2021),28 Orang
ringan kategori sedang kategori sedang
Indonesia
Tang dkk.
2485 223 Orang (9%) 67 Orang
(2020),29 Mahasiswa Remaja akhir 16 – 27 21,34 PHQ-9
Orang depresi (2,7%) PTSD
Cina
Loda dkk.
Mahasiswa 372 GAD-7, depresi kategori ansietas kategori
(2020),30 Remaja akhir 14-48 23,92
kedokteran Orang PHQ-9 ringan ringan
Jerman
Lischer Ansietas pada
557
dkk. Mahasiswa Remaja akhir 18 – 54 TD PHQ-4 wanita lebih
Orang
(2021),31 tinggi

31
Swiss dibandingkan
laki-laki
Hamaideh
Remaja akhir 292 Orang 335 Orang 270 Orang
dkk. 1380
Mahasiswa dan Dewasa TD TD DASS-21 (21,2%) depresi (24,3%) ansietas (19,6%) stres
(2021),32 Orang
awal kategori sedang kategori ringan kategori sedang
Yordania
303 Orang
Wang dkk.
Mahasiswa 369 <20 - (82,3%) stres
(2021),33 Remaja akhir TD PSS-10
Kedokteran Orang >20 kategori sedang-
Cina
tinggi
Guse dkk. 184 Orang 184 Orang
Mahasiswa 543
(2020),34 Remaja akhir 20 -26 TD PHQ-4 (33,9%) depresi (33,9%) ansietas
Kedokteran Orang
Jerman kategori ringan kategori ringan
Padron 234 Orang
361 Orang
dkk. 932 GAD-7, (25,2%) depresi
Mahasiswa Remaja akhir 18 – 26 TD (38,8%) ansietas
(2021),35 Orang PHQ-9 kategori cukup
kategori Sedang
Spanyol parah
Saraswathi Mahasiswa 217 Remaja akhir TD 21,6 DASS-21 35 Orang (35,5%) 33 Orang 26 Orang

32
dkk. Kedokteran Orang depresi tinggi (33,2%) ansietas (24,9%) stres
(2020),36 terutama pada tinggi terutama tinggi terutama
India Wanita pada wanita pada Wanita
Ge dkk. 250 Orang
2009
(2020),37 Mahasiswa Remaja akhir TD TD GAD-7 (12,49%)
Orang
Cina ansietas
Septiani Remaja akhir 9 Orang (15%) 12 Orang (19%) 8 Orang (13%)
Mahasiswa 62
(2020),38 dan Dewasa TD TD DASS-42 depresi kategori ansietas kategori stres kategori
P. Olahraga Orang
Indonesia awal ringan sedang ringan-sedang
Hidayah
Remaja akhir 39 Orang
dkk. Mahasiswa 140
dan Dewasa TD TD DASS-21 (27,9%) Stres
(2020),39 keperawatan Orang
awal kategori sedang
Indonesia
Fauziyah
Remaja akhir 26 Orang
dkk. Mahasiswa 81 22 Orang (27,2%) 34 Orang (42%)
dan Dewasa TD TD DASS-42 (32,1%)
(2021),40 Kedokteran Orang depresi stress
awal ansietas
Indonesia
Ghazawy Mahasiswa 1335 Remaja akhir 17 - >25 21-22 DASS-21 484 Orang 330 Orang 262 Orang

33
dkk. Orang (36,3%) depresi (24,7%) (19,6%) stres
(2020),41 kategori sedang ansietas kategori kategori sedang
Mesir sedang
Mack dkk. Terjadi Terjadi
(2021),42 217 peningkatan peningkatan
Mahasiswa Remaja akhir 18-22 TD PHQ-4
Amerika Orang depresi tiap ansitas tiap
Serikat minggunya minggunya
Du dkk.
Remaja akhir 722 Orang (32%) 1425 Orang
(2020),43 2254 PSS-10,
Mahasiswa dan Dewasa TD TD depresi kategori (63,2%) stres
Amerika Orang GAD-7
awal ringan kategori sedang
Serikat
Guo dkk. 298 Orang
Remaja akhir
(2021),44 Mahasiswa 929 PSS-10, (34,98%)
dan Dewasa TD TD
Amerika kedokteran Orang GAD-7 ansietas kategori
awal
Serikat ringan
Kalok dkk. 111 Orang 148 Orang 86 Orang
Mahasiswa 772 <25 -
(2020),45 Remaja akhir 25 DASS-21 (14,4%) depresi (19,2%) (11,1%) stres
Kedokteran Orang >25
Malaysia kategori sedang ansietas kategori kategori ringan

34
sedang
Rogowska 511 Orang
594 Orang (65%)
dkk. 914 GAD-7, (56%) stres
Mahasiswa Remaja akhir 18 – 40 23.04 ansietas kategori
(2020),46 Orang PSS-10 kategori berat –
ringan - sedang
polandia sangat berat
Rogowska 534 Orang
557 Orang
dkk. 1512 GAD-7, (35,32%)
Mahasiswa Remaja akhir 18 – 51 20 (36,84%) depresi
(2020),47 Orang PHQ-9 ansietas kategori
kategori ringan
Polandia ringan
Kecojevic
dkk. Terjadi Terjadi
162
(2020),48 Mahasiswa Remaja akhir 19 – 37 19 PSS-10 peningkatan peningkatan
Orang
Amerika kejadian depresi kejadian ansietas
Serikat
Ren dkk. Remaja akhir 46 Orang (9,6%) 55 Orang
478
(2021),49 Mahasiswa dan Dewasa TD TD PHQ-9 depresi kategori (11,5%) ansietas
Orang
Singapura awal sedang kategori ringan
Feng dkk. Mahasiswa 1346 Remaja akhir TD 19 GAD-7, Terjadi Terjadi

35
(2020),50 Orang PHQ-9 peningkatan peningkatan
Cina kejadian depresi kejadian ansietas
2105 Orang 1363 Orang
Yin dkk.
Mahasiswa 5982 PHQ-9, (35,2%) depresi (22,8%) ansietas
(2021),51 Remaja akhir 18 – 35 22
Kedokteran Orang GAD-7 kategori ringan- kategori ringan-
Cina
sedang sedang
Wang dkk. Terjadi Terjadi
3092 Remaja akhir GAD-7,
(2020),52 Mahasiswa dan Dewasa TD TD peningkatan peningkatan
Orang PSS-10
Cina awal kejadian depresi kejadian ansietas
Memiliki gejala
Al- Memiliki gejala Memiliki gejala
kecemasan
Dwaikat depresi (74,1%), stres (61,2%),
456 (59,6%),
dkk. Mahasiswa Remaja akhir TD 20 DASS-21 Kejadian depresi Kejadian stres
Orang Kejadian ansietas
(2020),53 paling tinggi pada paling tinggi
paling tinggi
Jordan Wanita pada wanita
pada wanita
Garboczy Terjadi
1289
dkk. Mahasiswa Remaja akhir TD 22 PSS-10 peningkatan
Orang
(2021),54 kejadian stres

36
Hongaria terutama para
perantau
Qanash
Depresi kategori Ansietas kategori
dkk.
Mahasiswa 721 sedang-berat sedang-berat
(2020),55 Remaja akhir TD 22 PHQ-4
kesehatan Orang dengan Wanita dengan Wanita
Arab
lebih dominan lebih dominan
Saudi
Liang dkk. Terdapat Terdapat Terdapat
38480
(2020),56 Mahasiswa Remaja akhir 18 – 25 19-22 PHQ-9 peningkatan peningkatan peningkatan
Orang
Cina depresi ansietas Trauma
12,1% kejadian
12,1% kejadian 84,7% Kejadian
Lai dkk. kecemasan
124 PSS-10 depresi dengan stres dengan
(2020),57 Mahasiswa Remaja akhir 18 - >25 TD dengan kategori
Orang PHQ-4 Kategori sedang kategori sedang
Hongkong sedang hingga
hingga berat hingga tinggi
berat
Cam dkk. 294 Orang 222 Orang 163 Orang
1095
(2021),58 Mahasiswa Remaja akhir 18 – 35 21 DASS-21 (26,8%) depresi (20,3%) (14,9%) stres
Orang
Turki kategori sedang ansietas kategori kategori sedang

37
sedang
Jenis kelamin
Kostic
perempuan lebih
dkk. 434 stres kategori
Mahasiswa Remaja akhir 19-25 23 PSS-10 banyak
(2021),59 Orang sedang
mengalami
Serbia
ansietas
Lee dkk. 455 Orang
421 Orang 889 Orang
(2021),60 1412 PSS-10 (32,27%)
Mahasiswa Remaja akhir TD 25 (29,86%) depresi (63,05%) stres
Amerika Orang GAD-7 ansietas kategori
kategori sedang kategori sedang
Serikat ringan
Alam dkk. PHQ-9
509 72,7% Depresi 72,7% Ansietas 72,7% Stres
(2021),61 Mahasiswa Remaja akhir 18 – 28 13-25 GAD-7
Orang kategori sedang kategori sedang kategori sedang
Banglades PSS-10
455 Orang
Faisal dkk. Remaja akhir
874 630 Orang (32,27%)
(2020),62 Mahasiswa dan Dewasa 17 – 30 21 - 23 GAD-7
Orang (72,1%) depresi ansietas kategori
Banglades awal
ringan
Lischer Mahasiswa 557 Remaja akhir 18 – 54 18-24 PHQ-4 Wanita memiliki

38
dkk. Orang kecemasan
(2021),63 terhadap
Swiss pandemi Covid-
19 dibandingan
dengan laki-laki
Sun dkk. 592 Orang 480 Orang 944 Orang
1912 GAD-7,
(2021),64 Mahasiswa Remaja akhir TD 20 (30,96%) Depresi (25,1%) Ansietas (49,37%) Stres
Orang PHQ-9
Cina kategori ringan kategori ringan kategori ringan
Jones dkk.
(2021),65 2282
Mahasiswa Remaja akhir 18 – 36 18-25 PHQ-4 54,5 % mengalami ansietas/depresi
Amerika Orang
Serikat
Xiao dkk. 165 Orang 117 Orang
Mahasiswa 933 GAD-7,
(2020),66 Remaja akhir 17 – 26 17-24 (17,7%) Depresi (12,5%) Ansietas
kedokteran Orang PHQ-9
Cina kategori ringan kategori ringan
Aslan dkk. GAD-7, 27,7% mengalami 35,7%
358
(2020),67 Mahasiswa Remaja akhir 19 – 40 23 PHQ-8, Depresi kategori mengalami
Orang
Turki PSS-10 ringan Ansietas kategori

39
ringan
Awoke
121 Orang
dkk. 337
Mahasiswa Remaja akhir TD 22 PSS-10 (35,5%)
(2021),68 Orang
mengalami stres
Itali
668 Orang
640 (19,38%)
Meng dkk. (20,22%)
3351 GAD-7, mengalami
(2021),69 Mahasiswa Remaja akhir TD 21 mengalami
Orang PHQ-9 Depresi kategori
Cina Ansietas kategori
ringan
ringan
67 Orang
Garvey
(33,8%)
dkk. 198
Mahasiswa Remaja akhir TD 20 GAD-7 mengalami
(2021),70 Orang
Ansietas kategori
swiss
ringan
Hidalgo Wanita lebih
640
dkk. Mahasiswa Remaja akhir 18 – 47 21 DASS-21 banyak
Orang
(2020),71 mengalami rasa

40
Spanyol takut akan
Covid-19
Gavurova
Depresi kategori Ansietas kategori
dkk. Remaja akhir
1523 PSS-10, sedang dengan sedang dengan
(2020),72 Mahasiswa dan Dewasa TD TD
Orang PHQ-9 Wanita lebih Wanita lebih
Republik awal
dominan dominan
Czech
Terjadi
Terjadi
peningkatan
Fruehwirth peningkatan
kejadian ansietas
dkk. kejadian depresi
419 GAD-7, 18,1% sebelum
(2021),73 Mahasiswa Remaja akhir 18-20 TD 21,5% menjadi
Orang PHQ-8 pandemi menjadi
Amerika 31,7% dengan
25,3% dengan
Serikat kategori sedang-
kategori sedang-
berat
berat
Keterangan: TD (Tidak Diidentifikasi), DASS (Depression, Anxiety, and Stress Scale), GAD (General Anxiety Disorder), PHQ (Patient Health
Questionnaire) dan PSS (Perceived Stress Scale).

41
Tabel 4.2 Jumlah jurnal terkait jenis kelamin
JENIS KELAMIN DEPRESI ANSIETAS REFERENSI

Lischer dkk. (2021)31, Saraswathi dkk. (2020)36, Al-Dwaikat dkk. (2020)53, Qanash
PEREMPUAN 4 Jurnal 8 Jurnal dkk. (2020)55, Kostic dkk. (2021)59, Lischer dkk. (2021)63, Hidalgo dkk. (2020)71,
Gavurova dkk. (2020)72.

LAKI-LAKI - - -

Tabel 4.3 Jumlah jurnal terkait fakultas


Fakultas Kejadian Depresi Kejadian Ansietas Referensi
Ringan Sedang Berat Ringan Sedang Berat

Subhan dkk. (2020)26, Loda dkk. (2020)30, Guse


dkk. (2020)34, Saraswathi dkk. (2020)36,
Kesehatan 5 Jurnal 6 Jurnal 1 Jurnal 5 Jurnal 5 Jurnal 1 Jurnal
Fauziyah dkk. (2021)40, Kalok dkk. (2020),45, Guo
dkk. (2021)44, Yin dkk. (2021)51, Qanash dkk.
(2020)55,Xiao dkk. (2020)66, Adyani dkk. (2021)20.

42
Yanti dkk. (2021)19, Handayani (2020)22, Fathoni
dkk. (2021)28, Tang dkk. (2020)29, Lischer dkk.
(2021)31, Hamaideh dkk. (2021)32, Padron dkk.
(2021)35, Ge dkk. (2020)37, Septiani (2020)38,
Non-kesehatan 8 Jurnal 21 Jurnal 4 Jurnal 11 Jurnal 20 Jurnal 4 Jurnal Ghazawy dkk. (2020)41, Mack dkk. (2021)42, Du
dkk. (2020)43, [46-50],Wang dkk. (2020)52, Al-
Dwaikat dkk. (2020)53, [56-65],
Aslan dkk. (2020)67, Meng dkk. (2021)69, Gavurova
dkk. (2020)72, Fruehwirth dkk. (2021)73.

43
4.2 PEMBAHASAN
Tinjauan pustaka terhadap 55 jurnal, yang terdiri dari dua belas jurnal
nasional dan empat puluh tiga jurnal internasional menunjukkan bahwa
terdapat peningkatan masalah kesehatan mental yang dialami mahasiswa
selama pandemi Covid-19.19-73
Permasalahan kesehatan mental pada masa pandemi Covid-19
ditentukan oleh faktor psikososial yang mempengaruhi cara seseorang
beradaptasi seperti kepribadian, gender, usia, pengalaman, proses belajar,
kondisi fisik, dan lingkungan.5 Kemampuan adaptasi seseorang juga berperan
untuk mencegah timbulnya permasalahan kesehatan mental dengan menangani
perasaan-perasaan negatif yang muncul ketika dihadapkan dengan tantangan
atau tekanan.3,40
Selama karantina mahasiswa mengalami permasalahan kesehatan
mental yang disebabkan oleh pengaruh pembelajaran daring, beban kuliah, rasa
kesepian, pemikiran negatif, ketidakpastian, ketidakfleksibelan, informasi
media sosial yang simpang siur, ketidakstabilan keuangan, terbatasnya
interaksi sosial, menurunnya kualitas tidur selama karantina, lebih banyak
menggunakan waktu dengan main ponsel yang dapat menimbulkan
meningkatnya rasa khawatir, menurunnya motivasi belajar, panik, stres, dan
lelah.3,23 Karantina merupakan aturan untuk tetap di rumah saja menyebabkan
seseorang merasa tertekan karena adanya ruang gerak yang dibatasi memiliki
dampak terhadap suasana mood dan emosi individu.76
Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan
sehingga terjadi kegagalan dalam beradaptasi terhadap stresor yang diterima.
Kegagalan dalam beradaptasi akan menimbulkan permasalahan dalam
kesehatan mental berupa rasa ansietas, depresi, dan stres. 23-73
Kementerian Kesehatan mencatat bahwa terjadi peningkatan gangguan
kesehatan jiwa dari tahun 2019 hingga tahun 2020, tepatnya selama pandemi
Covid-19. Pada tahun 2019 tercatat gangguan kesehatan mental dialami oleh
197 ribu kasus. Pada Juni 2020, telah meningkat menjadi 277 ribu kasus. 75
Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan kepada mahasiswa amerika serikat
terjadi peningkatan kejadian depresi 10,2% yaitu 21,5% menjadi 31,7% dengan

44
kategori sedang-berat serta terjadi peningkatan kejadian ansietas sebesar 7,2%
yaitu 18,1% sebelum pandemi menjadi 25,3% dengan kategori sedang-berat.73
Kejadian gangguan kesehatan mental ini banyak dialami oleh remaja
akhir. Usia paling banyak mengalami yaitu usia 20-21 tahun.19-73 World Health
Organization menyatakan prevalensi orang dengan gangguan kesehatan mental
di dunia dalam rentang usia 10-19 tahun kondisi kesehatan mental mencakup
16% dari beban penyakit dan cedera global. 77 Mahasiswa sebagai peserta didik
perguruan tinggi masuk ke dalam kategori remaja akhir, yaitu usia 18-25 tahun
dan dewasa awal 26-35 tahun usia tersebut merupakan fase transisi dari remaja
akhir ke dewasa awal sehingga biasanya seseorang pada usia tersebut akan
rentan mengalami tekanan.78
Pada usia remaja (15-24 tahun) memiliki persentase depresi sebesar
6,2%. Depresi berat akan mengalami kecenderungan untuk menyakiti diri
sendiri (self harm) hingga bunuh diri. Sebesar 80 – 90% kasus bunuh diri
merupakan akibat dari depresi dan kecemasan. Kasus bunuh diri di Indonesia
bisa mencapai 10.000 atau setara dengan setiap satu jam terdapat kasus bunuh
diri. Menurut ahli suciodologist 4.2% siswa di Indonesia pernah berpikir bunuh
diri. Pada kalangan mahasiswa sebesar 6,9% mempunyai niatan untuk bunuh
diri sedangkan 3% lain pernah melakukan percobaan bunuh diri.79 Depresi
pada remaja bisa diakibatkan oleh beberapa hal seperti tekanan dalam bidang
akademik, perundungan (bullying), faktor keluarga, dan permasalahan
ekonomi.79
Fase dewasa awal, biasanya seseorang diharapkan semakin mendiri
dalam banyak hal. Kemudian, mulai merasa memiliki otonomi atas diri sendiri
dan bertanggung jawab terhadap apa yang dipilihnya. Serta ketika diberi
tanggung jawab, maka diharapkan dia bisa memenuhi tanggung jawab
tersebut.78 Mahasiswa sudah mulai belajar untuk masuk ke dalam lingkungan
yang lebih luas lagi untuk mempersiapkan dirinya menjalani peran-peran orang
dewasa. Penyesuaian diri dalam lingkungan kampus atau penyesuaian sosial
merupakan suatu kapasitas atau kemampuan yang dimiliki individu untuk
bereaksi secara efektif dan bermanfaat terhadap tuntutan realitas, situasi dan

45
relasi sosial.77 Tidak semua orang memiliki kesiapan untuk menghadapi
tuntutan tersebut.78
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gangguan mental berupa depresi
dan ansietas yang terjadi lebih banyak pada perempuan dibandingkan laki-laki
(tabel 4.2). Terdapat tiga faktor yang dapat menyebabkan perempuan lebih
banyak mengalami gangguan mental dibandingkan laki-laki.
Pertama, perubahan‐perubahan pada saat pubertas baik fisik maupun
hormonal yang terjadi pada remaja awal, berpengaruh pada meningkatnya
kesadaran remaja perempuan dan laki‐laki atas tubuh dan jenis kelaminnya.
Perubahan tersebut akan dipersepsikan secara berbeda oleh remaja perempuan
dan laki‐laki. Menurut Steinberg remaja perempuan memiliki hormon oxytocin
yang lebih tinggi dibanding laki‐laki. Hal ini menyebabkan remaja perempuan
memiliki ketertarikan yang lebih tinggi terutama pada hubungan interpersonal
membuat remaja perempuan lebih tergantung pada orang lain yang dianggap
dapat memberikan dukungan sosial. Akibatnya, remaja perempuan lebih peka
terhadap penolakan orang lain, mudah merasa tidak puas dengan hubungan
interpersonal, sehingga kondisi ini diyakini sebagai resiko munculnya gejala
depresi.80
Kedua, adanya perbedaan strategi dalam mengatasi masalah diantara
remaja perempuan dan laki‐laki menyebabkan perempuan lebih banyak yang
menderita depresi dari pada laki‐ laki. remaja perempuan lebih banyak
menggunakan strategi mengatasi masalah yang tidak efektif, seperti melalui
cara; internalisasi, intelektualisasi dan rasionalisasi, dibanding remaja laki‐laki.
Strategi mengatasi masalah yang tidak efektif, tidak mampu mengurangi
tekanan dari kejadian negatif yang dialaminya sehingga mereka tidak mampu
mempertahankan keseimbangan emosi. Kondisi ini menyebabkan remaja
perempuan mengalami depresi lebih tinggi daripada laki‐laki. Sebaliknya,
remaja laki‐laki lebih sering menggunakan strategi mengatasi masalah yang
bersifat eksternalisasi, seperti agresif, hiperaktif, memberontak dan melarikan
diri.80
Ketiga, ada perubahan‐perubahan perkembangan baik fisik maupun
hormonal dialami remaja. Remaja perempuan lebih cepat masak dari pada

46
remaja laki‐laki, akibatnya perempuan lebih awal mengalami perubahan
perkembangan. Perubahan hormonal yang mengakibatkan perubahan pada
tubuh, membuat remaja perempuan mudah merasa tertekan, dibanding
laki‐laki. perempuan lebih rentan terhadap pengaruh genetik dari pada
laki‐laki, sehingga remaja perempuan yang orang tuanya mengalami depresi,
cenderung lebih rentan mengalami depresi dibandingkan remaja laki‐laki yang
mempunyai orangtua depresi. Di sisi lain, Dacey dan Kennedy melaporkan
bahwa ada perbedaan kejadian‐kejadian menekan yang dialami oleh remaja
perempuan dan laki‐laki. Remaja perempuan, pada usia 12 tahun sampai 14
tahun lebih banyak mengalami kejadian negatif sehari‐harinya dibanding
remaja laki‐laki, dan remaja perempuan lebih merasa tertekan dengan problem
keluarga, seperti: perceraian, dan kematian orangtua.80
Permasalahan kesehatan mental yang terjadi pada mahasiswa dapat
mempengaruhi proses belajar.4 Hasil penelitian menujukkan bahwa motivasi
belajar terhadap prestasi belajar berhubungan signifikan dengan kecemasan,
depresi dan stres sehingga dapat menimbukan kesulitan dalam berfikir jernih,
lelah sepanjang waktu, dan mengakhiri hidup.4,20
Permasalahan kesehatan mental pada mahasiswa fakultas non-
kesehatan memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan mahasiswa fakultas
kesehatan (tabel 4.3), karena dari hasil beberapa penelitian menjelaskan bahwa
mahasiswa kesehatan telah melakukan coping dalam upaya mengatasi masalah
selama pandemi COVID-19 sehingga masalah kesehatan mental yang banyak
dialami mahasiswa kesehatan selama pandemi COVID-19 berupa depresi dan
ansietas, dengan kategori ringan-sedang (tabel 4.3). Tidak hanya itu, beberapa
mahasiswa non-kesehatan telah menerapkan coping dalam permasalahan
kesehatan mental sehingga mahasiswa mampu mengatasi masalah
kesehatan.47,54,57,68
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mengatasi dan mencegah
timbulnya permasalahan kesehatan mental di antaranya: meningkatkan rasa
syukur, meningkatkan spiritual, menstabilkan emosi, olahraga atau aktivitas
fisik, istirahat cukup, melakukan hobi, tetap bersosialisasi meskipun secara
virtual, dapat menggurangi permasalahan kesehatan mental. Apabila

47
mengalami permasalahan kesehatan mental tetapi ragu tidak bisa untuk
bercerita kepada orang yang dipercaya maka perlu bantuan profesional berupa
konseling psikolog/psikiater untuk mewujudkan upaya penanganan yang
efektif.23-73

48
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan literature review dari 55 jurnal penelitian dapat diambil
kesimpulan bahwa mahasiswa di seluruh dunia secara global mengalami
dampak berupa gangguan Kesehatan mental. Kesehatan mental yang
banyak terjadi berupa depresi dan ansietas terutama pada mahasiswa
fakultas non-kesehatan dengan kategori terbanyak sedang-berat, sedangkan
pada mahasiswa fakultas kesehatan kategori terbanyak yaitu kategori
ringan-sedang dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak mengalami
gangguan kesehatan mental dibandingkan dengan laki-laki.

5.2 SARAN
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa disarankan untuk mengatasi permasalahan kesehatan mental
selama pandemi Covid-19 dengan cara meningkatkan rasa syukur,
meningkatkan spiritual, menstabilkan emosi, olahraga atau aktivitas
fisik, istirahat cukup, melakukan hobi, dan tetap bersosialisasi
meskipun secara virtual.

2. Bagi peneliti selanjutnya


a. Diharapkan dengan adanya literature review ini, bisa dijadikan
pedoman untuk melakukan penelitian lanjutan dengan mengembangkan
metode dan materi yang sesuai serta tepat berdasarkan jurnal yang telah
diulas.
b. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memberikan edukasi dan
intervensi terkait dampak pandemi Covid-19 terhadap kesehatan
mental.

49
3. Bagi Institusi
Bagi pihak Institusi diharapkan mampu berkontribusi menyediakan
layanan konseling seperti psikolog/psikiater dalam memberikan
bantuan terhadap kejadian kesehatan mental.

50
DAFTAR PUSTAKA
1. Apps.Who.Int. 2021 [Cited 27 April 2021]. Available From:
Https://Apps.Who.Int/Iris/Bitstream/Handle/10665/333114/WHO-2019-
Ncov-Sci_Brief-Transmission_Modes-2020.3
Eng.Pdf?Sequence=1&Isallowed=Y
2. Ridlo I. Pandemi COVID-19 Dan Tantangan Kebijakan Kesehatan Mental
Di Indonesia. INSAN Jurnal Psikologi Dan Kesehatan Mental.
2020;5(2):162. Available From: http://e-
journal.unair.ac.id/index.php/JPKM
3. Mendikbud Terbitkan SE Tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa
Darurat Covid-19 [Internet]. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan.
2021 [Cited 17 April 2021]. Available From:
Https://Www.Kemdikbud.Go.Id/Main/Blog/2020/03/Mendikbud-
Terbitkan-Se-Tentang-Pelaksanaan-Pendidikan-Dalam-Masa-Darurat-
Covid19.
4. Uswatun U, PH L. Gambaran Psikologis Mahasiswa Dalam Proses
Pembelajaran Selama Pandemi Covid-19. Jurnal Keperawatan Jiwa.
2020;8(3). Available From: https://123dok.com/document/qmv6o09q-
psychological-description-students-learning-process-pandemic-covid.html
5. Sadock B, Sadock V, Ruiz P. Kaplan & Sadock's Comprehensive Textbook
Of Psychiatry. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2017.
6. Investing In Mental Health. Geneva: World Health Organization; 2003.
Available From:
https://www.who.int/mental_health/media/investing_mnh.pdf
7. Pengertian Kesehatan Mental [Internet]. Direktorat Promosi Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI. 2021 [Cited 28 April 2021]. Available From:
Https://Promkes.Kemkes.Go.Id/Pengertian-Kesehatan-Mental
8. Mental Health [Internet]. Who.Int. 2021 [Cited 28 April 2021]. Available
From: Https://Www.Who.Int/Health-Topics/Mental-Health#Tab=Tab_3
9. Apa Itu Depresi? - Direktorat P2PTM [Internet]. Direktorat P2PTM. 2021
[Cited 10 April 2021]. Available From:
Http://P2ptm.Kemkes.Go.Id/Infographic-P2ptm/Stroke/Apa-Itu-Depresi.

51
10. D. Elvira S, Hadisukanto G. Buku Ajar: Psikiatri. 3rd Ed. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2018.
11. Ayu Emmy Savitri Karin P. Gambaran Tingkat Depresi Pada Mahasiswa
Tingkat Pertama Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana. Udayana. 2017;:9-11. Available From:
https://erepo.unud.ac.id/id/eprint/14661/1/730f53e2b7c197cc23053e183efd
3704.pdf
12. Depression. [Bethesda, Md.]: National Institute Of Mental Health; 2002.
Available From: https://www.nimh.nih.gov/
13. Saleh, U., 2016. Anxiety Disorder (Memahami Gangguan Kecemasan:
Jenis-Jenis, Gejala, Perspektif Teoritis Dan Penanganan). Makasar:
Universitas Hasanuddin. Available From:
http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/NzIw
MmI1YzAwZDUzYWYxZjgyYzRjODE0ZmY0YWNjMzVlM2U5ZGQx
YQ==.pdf
14. Akhsanu Ridlo I. Pandemi COVID-19 Dan Tantangan Kebijakan
Kesehatan Mental Di Indonesia. Jurnal Psikologi Dan Kesehatan Mental.
2020;5(2). Available From: https://e-
journal.unair.ac.id/JPKM/article/view/22778
15. Kalok A, Sharip S, Abdul Hafizz A, Zainuddin Z, Shafiee M. The
Psychological Impact Of Movement Restriction During The COVID-19
Outbreak On Clinical Undergraduates: A Cross-Sectional Study.
International Journal Of Environmental Research And Public Health.
2020;17(22):8522. Available From:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7698578/
16. Panduan Literature Review [Internet]. Google.com. 2020 [cited 1 April
2021]. Available from: http://fkm.unej.ac.id/panduan-literature-review-
2020/
17. Liwang f, W. Yuswar P, Wijaya E, P. Sanjaya N. Kapita Selekta
Kedokteran. 5th ed. Depok: Media Aesculapius; 2020.
18. Muslim R. Buku Saku: Diagnosis Gangguan Jiwa. 2nd ed. Jakarta: Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya; 2013.

52
19. Komang Wijiani Yanti N, Eka Bimmaharyanto S D. Dampak Pandemi
Covid-19 Pada Kesehatan Psikologis Mahasiswa Dalam Proses
Pembelajaran. Health Care Mediia. 2021;5(1):40-46. Available from:
https://stikeswch-malang.e-journal.id/Health/article/view/163
20. Arum Andyani N, Herawati E, Agustina T. Hubungan Kecemasan Dan
Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Fk Ums Masa
Pandemi Covid-19. University Research Colloqium. 2021;. Available from:
http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/view/1319
21. Iqbal M, Suryani D, Sari Nuralita N, Pudiyanti Siregar P. Pengaruh
Kepatuhan Protokol Kesehatan Pandemi Covid - 19 Terhadap Stres Dan
Religiusitas Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara. Jurnal Ilmiah Maksitek. 2021;6(2):160-168. Available
from: http://repository.umsu.ac.id/handle/123456789/17238
22. Handayani M. Gambaran Tingkat Stres, Kecemasan Dan Depresi Pada
Mahasiswa Universitas Andalas Dalam Menghadapi Pandemi Covid-19.
Universitas Andalas. 2020;. Available from:
http://scholar.unand.ac.id/60345/
23. Hubungan Stres Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Disaat Pandemi
Covid-19. Jiksh: Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada. 2021;10(1):183-
188. Available from: https://akper-sandikarsa.e-
journal.id/JIKSH/article/view/577
24. Angelica H, Hemme Tambunan E. Stres Dan Koping Mahasiswa
Keperawatan Selama Pembelajaran Daring Di Masa Pandemik Covid-19.
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda. 2021;7(1):28-34. Available from:
https://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN/article/
view/508
25. B. H, Hamzah R. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Stres
Akademik Pada Mahasiswa Stikes Graha Medika. Indonesian Journal For
Health Sciences. 2021;4(2):59-67. Available from:
http://journal.umpo.ac.id/index.php/IJHS/article/view/2641
26. Subhan D, Setyawati E, Hidayat S. Perbedaan Status Kesehatan Mental
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi Angkatan 2019 Pada

53
Saat Sebelum Dengan Pada Saat Pandemi Covid-19. Yarsi. 2021;.
Available from:
https://conference.upnvj.ac.id/index.php/sensorik/article/view/1019
27. Dinda Wahyu Ilahi A, Rachma V, Janastri W, Karyani U. The Level Of
Anxiety Of Students During The Covid-19 Pandemic: Tingkat Kecemasan
Mahasiswa Di Masa Pandemi Covid-19. Umsida. 2021;1(1):1-6. Available
from: https://press.umsida.ac.id/index.php/iiucp/article/view/599
28. Bima Fahtoni A, Arruum Listiyandini R. Kebersyukuran, Kesepian, Dan
Distres Psikologis Pada Mahasiswa Di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal
Psikologi Sains Dan Profesi (Journal Psychology Of Science And
Profession). 2021;5(1):11-19. Available from:
http://jurnal.unpad.ac.id/jpsp/article/view/29212
29. Tang, W., Hu, T., Hu, B., Jin, C., Wang, G., Xie, C., Chen, S. And Xu, J.,
2020. Prevalence And Correlates Of Ptsd And Depressive Symptoms One
Month After The Outbreak Of The Covid-19 Epidemic In A Sample Of
Home-Quarantined Chinese University Students. Journal Of Affective
Disorders, 274, Pp.1-7. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32405111/
30. Loda, T., Löffler, T., Erschens, R., Zipfel, S. And Herrmann-Werner, A.,
2020. Medical Education In Times Of Covid-19: German Students’
Expectations – A Cross-Sectional Study. Plos One, 15(11), P.E0241660.
Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33206678/
31. Lischer, S., Safi, N. And Dickson, C., 2021. Remote Learning And
Students’ Mental Health During The Covid-19 Pandemic: A Mixed-Method
Enquiry. Prospects,. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33424041/
32. Hamaideh, S., Al‐Modallal, H., Tanash, M. And Hamdan‐Mansour, A.,
2021. Depression, Anxiety And Stress Among Undergraduate Students
During Covid‐19 Outbreak And “Home‐Quarantine”. Nursing Open,.
Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33988913/
33. Wang Z, Yang H, Yang Y, Liu D, Li Z, Zhang X Dkk.. Prevalence Of
Anxiety And Depression Symptom, And The Demands For Psychological

54
Knowledge And Interventions In College Students During Covid-19
Epidemic: A Large Cross-Sectional Study. Journal Of Affective Disorders.
2020;275:188-193. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32734907/
34. Guse, J., Heinen, I., Kurre, J., Mohr, S. And Bergelt, C., 2021. Perception
Of The Study Situation And Mental Burden During The Covid-19 Pandemic
Among Undergraduate Medical Students With And Without
Mentoring. Gms Journal For Medical Education, 37(7), Pp.1-9. Available
from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33364351/
35. Padrón I, Fraga I, Vieitez L, Montes C, Romero E. A Study On The
Psychological Wound Of Covid-19 In University Students. Frontiers In
Psychology. 2021;12. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33574786/
36. Saraswathi I, Saikarthik J, Senthil Kumar K, Madhan Srinivasan K,
Ardhanaari M, Gunapriya R. Impact Of Covid-19 Outbreak On The Mental
Health Status Of Undergraduate Medical Students In A Covid-19 Treating
Medical College: A Prospective Longitudinal Study. Peerj. 2020;8:E10164.
Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33088628/
37. Ge F, Zhang D, Wu L, Mu H. Predicting Psychological State Among
Chinese Undergraduate Students In The Covid-19 Epidemic: A
Longitudinal Study Using A Machine Learning. Neuropsychiatric Disease
And Treatment. 2020;Volume 16:2111-2118. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32982249/
38. Sepriani R. Analisis Psikologis Mahasiswa Baru Jurusan Pendidikan
Olahraga Saat Pembelajaran Daring Di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal
Pendidikan Dan Olahraga. 2020;3(10):9-16. Available from:
http://jpdo.ppj.unp.ac.id/index.php/jpdo/article/view/655
39. Hidayah N, Muhammad Ikram R, Sutria E, A M. Tingkat Stres Dan
Strategi Koping Mahasiswa Keperawatan Di Masa Pandemi Covid19.
Prosiding Seminar Nasional Variansi. 2020;:184-191. Available from:
https://ojs.unm.ac.id/variansistatistika/article/view/19505

55
40. Faradisa Fauziyah N, Nur Aretha K. Hubungan Kecemasan, Depresi Dan
Stres Dengan Kualitas Tidur Mahasiswa Fakultas Kedokteran Selama
Pandemi Covid-19. Herb-Medicine Journal. 2021;4(2):42-50. Available
from:
http://www.jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/HMJ/article/view/10064
41. Ghazawy E, Ewis A, Mahfouz E, Khalil D, Arafa A, Mohammed Z Dkk..
Psychological Impacts Of Covid-19 Pandemic On The University Students
In Egypt. Health Promotion International. 2020;. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33367587/
42. Mack D, Dasilva A, Rogers C, Hedlund E, Murphy E, Vojdanovski V
Dkk.. Mental Health And Behavior Of College Students During The Covid-
19 Pandemic: Longitudinal Mobile Smartphone And Ecological
Momentary Assessment Study, Part Ii. Journal Of Medical Internet
Research. 2021;23(6):E28892. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33900935/
43. Du C, Zan M, Cho M, Fenton J, Hsiao P, Hsiao R Dkk.. Increased
Resilience Weakens The Relationship Between Perceived Stress And
Anxiety On Sleep Quality: A Moderated Mediation Analysis Of Higher
Education Students From 7 Countries. Clocks & Sleep. 2020;2(3):334-353.
Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33089208/
44. Guo A, Crum M, Fowler L. Assessing The Psychological Impacts Of
Covid-19 In Undergraduate Medical Students. International Journal Of
Environmental Research And Public Health. 2021;18(6):2952. Available
from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33805787/
45. Kalok A, Sharip S, Abdul Hafizz A, Zainuddin Z, Shafiee M. The
Psychological Impact Of Movement Restriction During The Covid-19
Outbreak On Clinical Undergraduates: A Cross-Sectional Study.
International Journal Of Environmental Research And Public Health.
2020;17(22):8522. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33212969/
46. Rogowska A, Pavlova I, Kuśnierz C, Ochnik D, Bodnar I, Petrytsa P. Does
Physical Activity Matter For The Mental Health Of University Students

56
During The Covid-19 Pandemic?. Journal Of Clinical Medicine.
2020;9(11):3494. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33138047/
47. Rogowska A, Kuśnierz C, Bokszczanin A. Examining Anxiety, Life
Satisfaction, General Health, Stress And Coping Styles During Covid-19
Pandemic In Polish Sample Of University Students. Psychology Research
And Behavior Management. 2020;Volume 13:797-811. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33061695/
48. Kecojevic A, Basch C, Sullivan M, Davi N. The Impact Of The Covid-19
Epidemic On Mental Health Of Undergraduate Students In New Jersey,
Cross-Sectional Study. Plos One. 2020;15(9):E0239696. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32997683/
49. Ren Z, Xin Y, Ge J, Zhao Z, Liu D, Ho R Dkk.. Psychological Impact Of
Covid-19 On College Students After School Reopening: A Cross-Sectional
Study Based On Machine Learning. Frontiers In Psychology. 2021;12.
Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33995195/
50. Feng Y, Zong M, Yang Z, Gu W, Dong D, Qiao Z. When Altruists Cannot
Help: The Influence Of Altruism On The Mental Health Of University
Students During The Covid-19 Pandemic. Globalization And Health.
2020;16(1). Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32650785/
51. Yin Y, Yang X, Gao L, Zhang S, Qi M, Zhang L Dkk.. The Association
Between Social Support, Covid-19 Exposure, And Medical Students' Mental
Health. Frontiers In Psychiatry. 2021;12. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34108891/
52. Wang X, Chen H, Liu L, Liu Y, Zhang N, Sun Z Dkk.. Anxiety And Sleep
Problems Of College Students During The Outbreak Of Covid-19.
Frontiers In Psychiatry. 2020;11. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33329134/
53. Al-Dwaikat T, Aldalaykeh M, Ta'an W, Rababa M. The Relationship
Between Social Networking Sites Usage And Psychological Distress Among
Undergraduate Students During Covid-19 Lockdown. Heliyon.

57
2020;6(12):E05695. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33329134/
54. Garbóczy S, Szemán-Nagy A, Ahmad M, Harsányi S, Ocsenás D, Rekenyi
V Dkk.. Health Anxiety, Perceived Stress, And Coping Styles In The
Shadow Of The Covid-19. Bmc Psychology. 2021;9(1). Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33823945/
55. Qanash S, Al-Husayni F, Alemam S, Alqublan L, Alwafi E, Mufti H Dkk..
Psychological Effects On Health Science Students After Implementation Of
Covid-19 Quarantine And Distance Learning In Saudi Arabia. Cureus.
2020;. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33409015/
56. Liang S, Chen R, Liu L, Li X, Chen J, Tang S Dkk.. The Psychological
Impact Of The Covid-19 Epidemic On Guangdong College Students: The
Difference Between Seeking And Not Seeking Psychological Help.
Frontiers In Psychology. 2020;11. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33013582/
57. Lai A, Lee L, Wang M, Feng Y, Lai T, Ho L Dkk.. Mental Health Impacts
Of The Covid-19 Pandemic On International University Students, Related
Stressors, And Coping Strategies. Frontiers In Psychiatry. 2020;11.
Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33329126/
58. Cam H, Ustuner Top F, Kuzlu Ayyildiz T. Impact Of The Covid-19
Pandemic On Mental Health And Health-Related Quality Of Life Among
University Students In Turkey. Current Psychology. 2021;. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33814870/
59. Kostić J, Žikić O, Đorđević V, Krivokapić Ž. Perceived Stress Among
University Students In South-East Serbia During The Covid-19 Outbreak.
Annals Of General Psychiatry. 2021;20(1). Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33827625/
60. Lee J, Solomon M, Stead T, Kwon B, Ganti L. Impact Of Covid-19 On
The Mental Health Of Us College Students. Bmc Psychology. 2021;9(1).
Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34103081/
61. Alam M, Ali F, Banik R, Yasmin S, Salma N. Assessing The Mental
Health Condition Of Home-Confined University Level Students Of

58
Bangladesh Due To The Covid-19 Pandemic. Journal Of Public Health.
2021;. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33898164/
62. Faisal R, Jobe M, Ahmed O, Sharker T. Mental Health Status, Anxiety,
And Depression Levels Of Bangladeshi University Students During The
Covid-19 Pandemic. International Journal Of Mental Health And
Addiction. 2021;. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33424514/
63. Lischer S, Safi N, Dickson C. Remote Learning And Students’ Mental
Health During The Covid-19 Pandemic: A Mixed-Method Enquiry.
Prospects. 2021;. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33424041/
64. Sun S, Goldberg S, Lin D, Qiao S, Operario D. Psychiatric Symptoms,
Risk, And Protective Factors Among University Students In Quarantine
During The Covid-19 Pandemic In China. Globalization And Health.
2021;17(1). Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33494769/
65. Jones H, Manze M, Ngo V, Lamberson P, Freudenberg N. The Impact Of
The Covid-19 Pandemic On College Students’ Health And Financial
Stability In New York City: Findings From A Population-Based Sample Of
City University Of New York (Cuny) Students. Journal Of Urban Health.
2021;98(2):187-196. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33570739/
66. Xiao H, Shu W, Li M, Li Z, Tao F, Wu X Dkk.. Social Distancing Among
Medical Students During The 2019 Coronavirus Disease Pandemic In
China: Disease Awareness, Anxiety Disorder, Depression, And Behavioral
Activities. International Journal Of Environmental Research And Public
Health. 2020;17(14):5047. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32674285/
67. Aslan I, Ochnik D, Çınar O. Exploring Perceived Stress Among Students In
Turkey During The Covid-19 Pandemic. International Journal Of
Environmental Research And Public Health. 2020;17(23):8961. Available
from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33276520/

59
68. Awoke M, Mamo G, Abdu S, Terefe B. Perceived Stress And Coping
Strategies Among Undergraduate Health Science Students Of Jimma
University Amid The Covid-19 Outbreak: Online Cross-Sectional Survey.
Frontiers In Psychology. 2021;12. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33859594/
69. Meng N, Liu Z, Wang Y, Feng Y, Liu Q, Huang J Dkk.. Beyond
Sociodemographic And Covid-19-Related Factors: The Association
Between The Need For Psychological And Information Support From
School And Anxiety And Depression. Medical Science Monitor. 2021;27.
Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33824264/
70. Garvey A, Jimeno García I, Otal Franco S, Mir Fernández C. The
Psychological Impact Of Strict And Prolonged Confinement On Business
Students During The Covid-19 Pandemic At A Spanish University.
International Journal Of Environmental Research And Public Health.
2021;18(4):1710. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33578867/
71. Rodríguez-Hidalgo A, Pantaleón Y, Dios I, Falla D. Fear Of Covid-19,
Stress, And Anxiety In University Undergraduate Students: A Predictive
Model For Depression. Frontiers In Psychology. 2020;11. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33224080/
72. Gavurova B, Ivankova V, Rigelsky M. Relationships Between Perceived
Stress, Depression And Alcohol Use Disorders In University Students
During The Covid-19 Pandemic: A Socio-Economic Dimension.
International Journal Of Environmental Research And Public Health.
2020;17(23):8853. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33260778/
73. Fruehwirth J, Biswas S, Perreira K. The Covid-19 Pandemic And Mental
Health Of First-Year College Students: Examining The Effect Of Covid-19
Stressors Using Longitudinal Data. Plos One. 2021;16(3):E0247999.
Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33667243/
74. Menjawab Tantangan Kesehatan Mental Di Era Milenial – FK-KMK UGM
[Internet]. Fkkmk.Ugm.Ac.Id. 2021 [Cited 11 October 2021]. Available

60
From: Https://Fkkmk.Ugm.Ac.Id/Menjawab-Tantangan-Kesehatan-
Mental-Di-Era-Milenial/
75. Developer M. Kasus Gangguan Jiwa Di Indonesia Meningkat Selama Masa
Pandemi [Internet]. Mediaindonesia.Com. 2021 [Cited 11 Oktober 2021].
Available From: Https://Mediaindonesia.Com/Humaniora/352006/Kasus-
Gangguan-Jiwa-Di-Indonesia-Meningkat-Selama-Masa-Pandemi
76. [Internet]. Usd.Ac.Id. 2021 [Cited 12 Oktober 2021]. Available From:
Https://Www.Usd.Ac.Id/Mahasiswa/Bem/F1l3/Salinan%20Kajian%20Bula
n%20April%20-%2023%20April%2C%2002.01.Pdf
77. Eka M, Febtrina R, Herniyati R. Kondisi Mental Emosonal Pada Remaja.
Jurnal Keperawatan Jiwa. 2020;8(3):241-246.
https://scholar.google.co.id/citations?view_op=view_citation&hl=id&user=
BLQacKYAAAAJ&citation_for_view=BLQacKYAAAAJ:mVmsd5A6Bf
QC
78. News U. Menghadapi Berbagai Tekanan di Usia 20-an - Unair News
[Internet]. Unair News. 2021 [cited 12 Oktober 2021]. Available from:
http://news.unair.ac.id/2019/09/18/menghadapi-berbagai-tekanan-di-usia-
20-an/
79. Darurat Kesehatan Mental bagi Remaja – Environmental Geography
Student Association [Internet]. Egsa.geo.ugm.ac.id. 2021 [cited 12 Oktober
2021]. Available from: https://egsa.geo.ugm.ac.id/2020/11/27/darurat-
kesehatan-mental-bagi-remaja/
80. [Internet]. Media.Neliti.Com. 2021 [Cited 12 Oktober 2021]. Available
From: Https://Media.Neliti.Com/Media/Publications/128727-ID-
Metaanalisis-Gender-Dan-Depresi-Pada-Rem.Pdf
81. (PDF) The DASS-14: Improving the Construct Validity and Reliability of
the Depression, Anxiety, and Stress Scale in a Cohort of Health
Professionals [Internet]. ResearchGate. 2021 [cited 19 Oktober 2021].
Available from:
https://www.researchgate.net/publication/322220676_The_DASS-
14_Improving_the_Construct_Validity_and_Reliability_of_the_Depression
_Anxiety_and_Stress_Scale_in_a_Cohort_of_Health_Professionals

61
82. Peters L, Peters A, Andreopoulos E, Pollock N, Pande R, Mochari-
Greenberger H. Comparison of DASS-21, PHQ-8, and GAD-7 in a virtual
behavioral health care setting. Heliyon. 2021;7(3):e06473. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33817367/
83. Andreou E, Alexopoulos E, Lionis C, Varvogli L, Gnardellis C, Chrousos
G dkk.. Perceived Stress Scale: Reliability and Validity Study in Greece.
International Journal of Environmental Research and Public Health.
2011;8(8):3287-3298. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/21909307/
84. Baik S, Fox R, Mills S, Roesch S, Sadler G, Klonoff E dkk.. Reliability and
validity of the Perceived Stress Scale-10 in Hispanic Americans with
English or Spanish language preference. Journal of Health Psychology.
2017;24(5):628-639. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28810432/

62
Lampiran
Lampiran 1.

Lampiran 2

63
Lampiran 3

Lampiran 4

64

Anda mungkin juga menyukai