Anda di halaman 1dari 118

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


ANGKATAN TAHUN 2018 DAN 2019 MENGENAI ASPEK FIKIH DAN
ASPEK MEDIKOLEGAL PENGGUNAAN KADAVER PADA
PRAKTIKUM ANATOMI
Proposal penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN

Disusun oleh :

Qosita

NIM. 11181330000124

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1443 H/2022 M
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA KEDOKTERAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ANGKATAN TAHUN 2018 DAN 2019 MENGENAI ASPEK FIKIH DAN
ASPEK MEDIKOLEGAL PENGGUNAAN KADAVER PADA
PRAKTIKUM ANATOMI

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas


Kedokteran untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Kedokteran (S.Ked)
Oleh

Qosita
NIM. 11181330000124

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. dr. Ahmad Azwar Habibi, M. Biomed dr. Mahesa Paranadipa Maikel, M.H.

NIP. 198005222009121005 NIDN. 2016058005

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2022

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan penelitian ini berjudul TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA


KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA ANGKATAN TAHUN 2018 DAN 2019
MENGENAI ASPEK FIKIH DAN ASPEK MEDIKOLEGAL
PENGGUNAAN KADAVER PADA PRAKTIKUM ANATOMI yang
diajukan oleh Qosita (NIM : 11181330000124), telah diujikan dalam sidang di
Fakultas Kedokteran pada Rabu, 2 Februari 2022. Laporan penelitian ini telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)
pada Program Studi Pendidikan Dokter.

Ciputat, 2 Februari 2022


DEWAN SIDANG
Ketua Sidang

Dr. dr. Ahmad Azwar Habibi, M. Biomed


NIP.198005222009121005
Pembimbing I Pembimbing II

Dr. dr. Ahmad Azwar Habibi, M. Biomed dr. Mahesa Paranadipa Maikel, M.H.
NIP.198005222009121005 NIDN. 2016058005
Penguji I Penguji II

Prof. Dr. dr. H. Sardjana, Sp.OG (K), SH, NSL Alfiah, S.Ag., M.Ag

NIP. 196104161987091001 NIP. 197212172003122001


PIMPINAN FAKULTAS
Dekan Fakultas Kedokteran Kaprodi Kedokteran

dr. H. Hari Hendarto, Ph.D, Sp.PD-KEMD Dr. dr. Achmad Zaki,M.Epid., Sp.OT. FICS
NIP 197805072005011005 NIP 197805072005011005
iv
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Puji syukur penulis panjatkan


kehadirat Allah Subhanahuwata’ala, yang telah melimpahkan rahmat, karunia,
serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan
baik. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
Shallallahu 'alaihi wasallam, yang telah menerangi kita sehingga dapat merasakan
nikmatnya Islam saat ini. Tujuan dari penulisan skripsi ini untuk memenuhi
persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran dari Fakultas
Kedokteran di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam
penyusunan skripsi ini penulis tak lepas dari dukungan dan kontribusi berbagai
pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Hari Hendarto,Ph.D.,Sp.PD-KEMD selaku dekan Fakultas Kedokteran
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang yang membimbing kami dalam
menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
ini.
2. Dr. dr. Ahmad Zaki, Sp.OT M.Epid selaku ketua Program Studi
Kedokteran Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telaj memberikan perhatian, bimbingan serta dukungannya dalam
menempuh studi ini.
3. Pemerintah Kota Palangka Raya yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan
Dokter di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Dr. dr. Ahmad Azwar Habibi, M. Biomed dan dr. Mahesa Paranadipa
Maikel, M.H sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktu,
kesabaran, perhatian, dukungan, nasehat serta motivasi sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini serta tetap semangat dalam
setiap prosesnya.
5. Prof. Dr. dr. H. Sardjana, Sp.OG (K), SH, NSL.dan Ibu Alfiah, S.Ag.,
M.Ag. selaku penguji yang telah memberikan banyak masukan dan arahan
mulai dari saat seminar proposal hingga sidang hasil demi tersusunnya

v
penelitian yang berkualitas.
6. drg. Laifa Annisa Hendramin, DDS, Ph.D selaku penanggung jawab riset
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2018.
7. Kedua orang tua tercinta saya Abi Amanto Surya Langka, Lc dan Ummi
Qanita Tajuddin, M.Pd., the most supportive person, yang memberikan
keteladanan, doa dan dukungannya dalam setiap langkah hidup, serta
membantu menerjemahkan sumber-sumber berbahasa Arab dalam
penelitian ini.
8. Kakak Hamzah dan Qania, serta adik-adik Zahfan, Fauzan, Qodisya,
Qorri’Ainda dan Qodira yang memberikan doa, dukungan dan diskusi
mengenai penelitian ini.
9. Ashim Amin, sepupu dan juga saudara sepersusuan saya yang telah
membantu banyak untuk mencari sumber berbahasa Arab.
10. Staf dosen Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan ilmu pengetahuan dan bekal pengalaman kepada
penulis.
11. Akbar Fatahillah, rekan dalam menyusun penelitian ini yang telah
memberikan semangan dan bantuannya.
12. Teman seperjuangan Tiara Alfiattutthoyyibah, Thaibah Astariyani, Fajria,
Ninda, Syarifah Fauziyah, Nofisah, Lulu Rezma, Nilam atas dukungan dan
semangatnya, yang tak pernah henti mendukung penulis dari awal masa
pendidikan hingga sekarang.
13. Teman-teman sejawat Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta 2018 yang membantu dan mengisi keseharian penulis selama
menempuh pendidikan.
Akhirnya, dengan penuh harapan dan do’a semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita
semua.

Ciputat, Rabu 2 Februari 2022

vi
ABSTRAK

Qosita, Program Studi Pendidikan dokter. Tingkat Pengetahuan Mahasiswa


Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan
Tahun 2018 dan 2019 Mengenai Aspek Fikih dan Aspek Medikolegal
Penggunaan Kadaver pada Praktikum Anatomi. 2022.

Kadaver merupakan instrumen penting yang digunakan sebagai alat pembelajaran


anatomi selama berabad lamanya. Namun, penggunaan kadaver sebagai objek
pembelajaran anatomi masih menjadi suatu pertentangan. Beberapa alasan
pertentangan tersebut adalah adanya peraturan agama, kepercayaan, masalah
moral-etik dan sosial. Menurut ajaran agama Islam sendiri, manusia merupakan
makhluk yang dimuliakan oleh Allah SWT. Berkaitan dengan hukum, terdapat
masalah pada penggunaan mayat manusia sebagai bahan ajar, yaitu kadaver.
Kadaver harus diawetkan, diiris, dibelah, dikeluarkan organnya dan juga dipegang
oleh mahasiswa saat praktikum anatomi berlangsung. Masyarakat saat ini semakin
paham mengenai hukum dan sadar akan pentingnya hak dan kewajiban sebagai
warga negara, profesi kedokteran juga menjadi sasaran kritik dan juga sorotan dari
media massa. Namun, kebanyakan dokter saat ini kurang memahami peranan dan
tanggungjawab dalam interaksi mereka dengan sistem hukum. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah angkatan tahun 2018 dan 2019
mengenai aspek fikih dan aspek medikolegal dalam penggunaan kadaver pada
praktikum anatomi. Penelitian ini menggunakan metode simple random sampling
dan metode cross sectional untuk pengambilan data yang didapatkan dari
pemberian kuesioner yang dikembangkan oleh tim peneliti. Sehingga didapatkan
hasil 94,1% dari responden memiliki pengetahuan kurang pada aspek fikih,
sedangkan untuk aspek medikolegal 68,6% dari responden memiliki pengetahuan
baik. Sehingga diperlukan pemberian materi terkait aspek fikih dan medikolegal
penggunaan kadaver untuk praktikum anatomi pada Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Kata Kunci: Pengetahuan, Kadaver. Anatomi, Fikih, Medikolegal

vii
ABSTRACT

Qosita, (2022). Medical Education Study Program. The Understanding level


on Fiqh and Medico legal Aspects of Cadaver Use in Anatomical Practicum
of Medical Students at Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta
Academic Year 2018/2019.

Cadavers are important instruments used as anatomical learning tools for


centuries. However, the use of cadaver as an object of anatomy learning is still a
matter of fact. Some of these reasons are the existence of religious rules, moral-
ethical and social problems. According to the teachings of Islam, humans are
creatures glorified by God. Regarding the law, there is a problem with the use of
human corpses as teaching materials, namely cadaver. Cadavers must be
preserved, sliced, split, organs removed and also held by students during the
anatomy practicum. Today's society is increasingly aware of the law and aware of
the importance of rights and obligations as citizens. The medical profession is also
the target of criticism and also the spotlight of the mass media. However, most
today’s doctors are lack understanding of their roles and responsibilities in their
interactions with the legal system. This study was to determine the understanding
level on fiqh and medico legal aspects of cadaver use in anatomical practicum of
medical students at Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta academic
year 2018/2019. This study used simple random sampling and cross sectional
methods to collect data obtained from the questionnaire developed by the research
team. The finding revealed that 94.1% of respondents had less knowledge on the
fiqh aspect. Meanwhile, for the medico legal aspect, 68.6% of the respondents had
good knowledge. Therefore, it was necessary to provide material related to the
fiqh and medico legal aspects on the use of cadaver for anatomy practicum at
Medical Faculty of Syarif Hidayatullah State Islamic University.

Keywords : Knowledge, Cadaver. Anatomy, Fiqh, Medico legal.

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.............................................. ii


LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xiii

BAB I
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
1.3.1. Tujuan Umum ................................................................................... 3
1.3.2. Tujuan Khusus .................................................................................. 3
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
1.4.1. Bagi Peneliti ...................................................................................... 4
1.4.2. Bagi Masyarakat................................................................................ 4
1.4.3. Bagi Institusi ..................................................................................... 4
1.4.4. Bagi Peneliti Lain .............................................................................. 4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 6
2.1. Tingkat Pengetahuan ................................................................................ 6
2.1.1. Definisi Pengetahuan ........................................................................ 6
2.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ......................................... 6
2.1.3. Tingkatan Pengetahuan ..................................................................... 7
2.1.4. Kriteria Tingkat Pengetahuan ........................................................... 8
2.1.5. Pengukuran Pengetahuan .................................................................. 8

ix
2.2. Kadaver Sebagai Media Utama Belajar Anatomi Tubuh Manusia .......... 9
2.2.1. Definisi Kadaver ............................................................................... 9
2.2.2. Media Belajar Kadaver Pada Masa Lampau dan Kini ...................... 9
2.2.3. Pengelolaan Kadaver ....................................................................... 13
2.2.4. Anatomi Sebagai Fondasi Utama Pendidikan Kedokteran ............. 16
2.3. Hukum Fikih Penggunaan Kadaver ....................................................... 17
2.3.1. Definisi Fikih .................................................................................. 17
2.3.2. Berdasarkan Al-Quran dan Hadis ................................................... 17
2.3.3. Berdasarkan Kaidah Fikih ............................................................... 21
2.3.4. Berdasarkan Pendapat Ulama ......................................................... 23
2.3.5. Berdasarkan Pendapat Lembaga ..................................................... 26
2.4. Aspek Medikolegal ................................................................................. 29
2.4.1. Definisi Medikolegal ....................................................................... 29
2.4.2. Peraturan Pemerintah RI No. 18 Tahun 1981 ................................. 29
2.4.3. Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 37 Tahun 2014 ...................... 31
2.4.4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 ........................................ 32
2.4.5. Peraturan Menurut IFAA ................................................................ 33
2.5. Kerangka Teori ....................................................................................... 37
2.6. Kerangka Konsep ................................................................................... 38
2.7. Definisi Operasional ............................................................................... 39

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................ 41
3.1. Desain Penelitian .................................................................................... 41
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 41
3.3. Subjek Penelitian .................................................................................... 41
3.3.1. Populasi ........................................................................................... 41
3.3.2. Sampel ............................................................................................. 41
3.3.3. Besar Sampel ................................................................................... 42
3.3.4. Cara Pengambilan Sampel .............................................................. 42
3.4. Kriteria Sampel ....................................................................................... 43
3.4.1. Kriteria Inklusi ................................................................................ 43
3.4.2. Kriteria Eksklusi.............................................................................. 43

x
3.5. Instrumen Penelitian ............................................................................... 43
3.6. Cara Kerja Penelitian .............................................................................. 44
3.7. Tahapan Pembuatan Kuesioner .............................................................. 45
3.8. Manajemen Data ..................................................................................... 45
3.8.1. Pengumpulan Data .......................................................................... 45
3.8.2. Pengolahan Data.............................................................................. 45
3.8.3. Analisis Data ................................................................................... 46

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 47
4.1. Hasil Penelitian....................................................................................... 47
4.2. Analisis Univariat ................................................................................... 47
4.2.1. Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian ......................................... 47
4.2.1.1. Angkatan ..................................................................................... 47
4.2.1.2. Jenis Kelamin .............................................................................. 48
4.2.1.3. Usia .............................................................................................. 49
4.2.2. Gambaran Jawaban Subjek Penelitian terhadap Kuesioner ................ 49
4.2.2.1. Pengetahuan Mengenai Istilah Fikih, Medikolegal
dan Kadaver ................................................................................ 49
4.2.2.2. Sumber Informasi Mengenai Kadaver ......................................... 52
4.2.2.3. Pengetahuan Mengenai Aspek Fikih ............................................ 53
4.2.2.4. Pengetahuan Mengenai Aspek Medikolegal ................................ 57
4.2.3. Gambaran Tingkat Pengetahuan mengenai Aspek Fikih dan
Medikolegal Penggunaan Kadaver Pada Praktikum Anatomi ........... 61
4.2.3.1. Distribusi Berdasarkan Tahun Angkatan ..................................... 61
4.3. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 63
4.4. Kelebihan Penelitian ............................................................................... 63

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 64
5.1. Simpulan ..................................................................................................... 64
5.2. Saran ........................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 66
LAMPIRAN ......................................................................................................... 71

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Gambaran Jawaban Mahasiswa terhadap Kuisioner Mengenai


Istilah Fikih, Medikolegal, dan Kadaver .............................................. 50
Tabel 4.2 Gambaran Jawaban Responden Penelitian Mengenai Kadaver
dan Pembedahan ................................................................................... 51
Tabel 4.3 Sumber Informasi Subjek Penelitian tentang Kadaver ......................... 53
Tabel 4.4 Gambaran Jawaban Mahasiswa terhadap Kuisioner Aspek Fikih ........ 53
Tabel 4.5 Distribusi Subjek Kategori Tingkat Pengetahuan Mengenai
Aspek Fikih .......................................................................................... 56
Tabel 4.6 Gambaran Jawaban Mahasiswa terhadap Kuisioner
Aspek Medikolegal ............................................................................... 57
Tabel 4.7 Distribusi Subjek Kategori Tingkat Pengetahuan Mengenai
Aspek Medikolegal ............................................................................... 59

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sumber Kadaver di Dunia ................................................................. 15


Gambar 4.1 Distribusi Subjek Berdasarkan Tahun Angkatan .............................. 47
Gambar 4.2 Distribusi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin .................................. 48
Gambar 4.3 Distribusi Subjek Berdasarkan Usia .................................................. 49
Gambar 4.4 Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan
Tahun Angkatan ................................................................................... 61

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 ............................................................................................................ 71
Lampiran 2 ............................................................................................................ 73
Lampiran 3 ............................................................................................................ 79
Lampiran 4 ............................................................................................................ 92
Lampiran 5 ........................................................................................................... 95
Lampiran 6 ..........................................................................................................105

xii
DAFTAR SINGKATAN

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia


SM : Sebelum Masehi
IFAA : International Federation of Associations of Anatomists
IARC : The International Agency for Research on Cancer
MUI : Majelis Ulama Indonesia
CT : Computer Tomography
MRI : Magnetic Resonance Imaging
PBL : Problem Based Learning
PBAK : Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan
IMDB : Integrated Moslem Doctor and Bioethic

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kadaver adalah jenazah yang digunakan untuk alasan medis
(penelitian, pelatihan, dan studi) oleh peneliti maupun mahasiswa
kedokteran untuk mendapatkan gambaran mengenai organ serta jaringan
pada tubuh manusia saat hidup.1,2 Kadaver merupakan instrumen penting
yang digunakan sebagai alat pembelajaran dalam anatomi selama berabad
lamanya.3 Diagnosis dan tatalaksana yang akan diberikan pada pasien
membutuhkan pengetahuan anatomi yang baik bagi seorang dokter karena
pemahaman anatomi yang baik merupakan kunci keberhasilan seorang
dokter, sebagaimana yang dikatakan oleh Abu al-Qasim Khalaf ibn al-
‘Abbas al-Zahrawi (Albucasis, 936-1013) dalam makalah ke-30 dari karya
ensiklopedia al-Tasrif, “Dia yang tidak terampil dalam banyak hal anatomi
seperti yang telah kami sebutkan pasti akan jatuh ke dalam kesalahan yang
membunuh manusia.”4
Meskipun saat ini perkembangan teknologi telah maju, namun alat
peraga berupa media bergambar maupun tubuh manusia yang dibuat dari
bahan tiruan tidak dapat memberikan kesan yang sebenarnya.5
Dharmasaroja (2018) berpendapat bahwa diseksi anatomi dapat
meningkatkan ingatan mahasiswa, dimana hal tersebut akan memberikan
dampak positif bagi pasien.6 Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Abass Alhassan di Ghana, mahasiswa berpendapat bahwa diseksi anatomi
membantu mereka untuk mendapatkan ingatan yang kuat mengenai
anatomi, oleh karena itu mereka lebih memilih melakukan diseksi anatomi
daripada bentuk pembelajaran lainnya.7
Namun, penggunaan kadaver sebagai objek pembelajran anatomi
masih amnjadi suatu pertentangan. Kadaver yang saat ini digunakan di
Indonesia diperoleh dari kamar mayat forensik yang merupakan “mayat
yang tidak diklaim” atau “mayat yang tidak dikenal” maupun dari
seseorang yang mendonorkan tubunya.8 Beberapa alasan pertentangan

1
2

adalah adanya peraturan agama, kepercayaan, masalah moral-etik dan


sosial. Berkaitan dengan kepercayaan, dimana mahasiswa Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah merupakan pemeluk agama Islam,
maka penting untuk mengetahui hukum fikih terkait penggunaan kadaver
pada praktikum anatomi. Dalam agama Islam sendiri, manusia merupakan
makhluk yang dimuliakan oleh Allah, baik dalam keadaan hidup maupun
telah meninggal dunia. Pembedahan mayat yang dilakukan dalam praktik
kedokteran merupakan suatu bentuk penghinaan terhadap manusia yang
telah dimuliakan oleh Allah, karena mengharuskan mayat untuk
diawetkan, diiris, dibelah, dikeluarkan organnya dan juga dipegang oleh
mahasiswa saat praktikum anatomi berlangsung.9 Kemuliaan manusia
disebutkan dalam firmannya pada surat Al-Isra’ ayat 70 :
…‫َولَقَدْ ك ََّرمنَا بَنِي آدَ َْم‬
“Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam...”
[QS. Al-Isra’ : 70]10
Larangan untuk menghancurkan tulang mayat, disebutkan dalam
hadis berikut :
"Memecahkan tulang mayat seperti halnya memecahkan tulang
orang yang hidup.” (HR. Abu Daud, dan Ibnu Majah).
Semakin berkembangnya media sosial membuat informasi semakin
mudah didapat. Saat ini, profesi kedokteran menjadi sasaran kritik dan
juga sorotan dari media massa. Masyarakat saat ini semakin paham
mengenai hukum dan sadar akan pentingnya hak dan kewajiban sebagai
warga negara.11
Pada praktikum anatomi yang dilakukan oleh mahasiswa
kedokteran, terdapat masalah yang berkaitan dengan hukum, yaitu
penggunaan mayat manusia sebagai bahan ajar. Pembedahan mayat yang
dilakukan sebenarnya telah diperbolehkan sesuai dengan pasal 120 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan yang berbunyi
“Untuk kepentingan pendidikan di bidang ilmu kedokteran dan biomedik
dapat dilakukan bedah mayat anatomis di rumah sakit pendidikan atau di
institusi pendidikan kedokteran.”12 Namun, kebanyakan dokter saat ini
3

kurang memahami peranan dan tanggungjawab dalam interaksi mereka


dengan sistem hukum.13
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti ingin
mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa terkait aspek fikih dan aspek
medikolegal dalam penggunaan kadaver pada praktikum anatomi yang
dilakukan oleh mahasiswa angkatan tahun 2018 dan 2019.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana tingkat pengetahuan mahasiswa kedokteran Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan tahun 2018 dan
2019 mengenai aspek fikih dan aspek medikolegal dalam penggunaan
kadaver pada praktikum anatomi?

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah :
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah angkatan
tahun 2018 dan 2019 mengenai aspek fikih dan aspek medikolegal
dalam penggunaan kadaver pada praktikum anatomi.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
angkatan tahun 2018 mengenai aspek fikih penggunaan
kadaver pada praktikum anatomi.
2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
angkatan tahun 2018 mengenai aspek medikolegal penggunaan
kadaver pada praktikum anatomi.
3. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
4

angkatan tahun 2019 mengenai aspek fikih penggunaan


kadaver pada praktikum anatomi.
4. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
angkatan tahun 2019 mengenai aspek medikolegal penggunaan
kadaver pada praktikum anatomi.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Peneliti
1. Memperoleh ilmu baru mengenai aspek fikih dan aspek
medikolegal terhadap penggunaan kadaver.
2. Dapat memberikan wawasan yang luas kepada pihak terkait
mengenai aspek fikih dan medikolegal terhadap penggunaan
kadaver.
3. Memenuhi tugas akhir dalam rangka menyelesaikan pendidikan
selama berkuliah di Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah guna mendapatkan gelas Sarjana Kedokteran.
1.4.2. Bagi Masyarakat
Dapat menjadi bahan edukasi mengenai aspek fikih dan
medikolegal terkait penggunaan kadaver dalam praktik pendidikan
kedokteran bagi masyarakat di Indonesia yang selama ini masih
mengganggap kadaver adalah hal yang negatif.
1.4.3. Bagi Institusi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi
institusi dalam meningkatkan pemahaman mahasiswa, serta
menjadi sumbangan dasar mengenai pengetahuan mahasiswa di
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai
aspek fikih dan aspek medikolegal penggunaan kadaver pada
praktikum anatomi.
1.4.4. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
sumber pengetahuan bagi peneliti lain mengenai aspek fikih dan
5

hukum medikolegal penggunaan kadaver dalam praktik pendidikan


dokter
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tingkat Pengetahuan


2.1.1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil
tahu seseorang terhadap suatu objek melalui pancaindra yang
dimilikinya, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
perabaan.14 Pengetahuan dan pemikiran seorang individu berisikan
arti atau makna yang diberikan individu tersebut terhadap
pengalaman-pengalaman dalam kehidupannya sehari-hari.15
2.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah :
1. Pendidikan
Pendidikan merupakan upaya pengajaran dan
pelatihan dalam mengubah sikap dan tata laku seseorang
dan juga usaha mendewasakan manusia. Dengan
pendidikan tinggi, maka seseorang cenderung untuk
mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari
media massa sehingga semakin banyak pengetahuan yang
didapat. Pengetahuan juga dapat diperoleh melalui
pendidikan nonformal.
2. Informasi
Informasi merupakan sebuah bentuk transfer
pengetahuan. Informasi yang diperoleh dapat memberikan
pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan
peningkatan pengetahuan, dan memberikan landasan
kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap suatu
hal.
3. Sosial, Budaya dan Ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan tanpa melalui
penalaran sehingga pengetahuan seseorang dapat bertambah

6
7

walaupun tidak melakukan. Status ekonomi akan


menentukan fasilitas yang dapat diperoleh untuk melakukan
kegiatan tertentu.
4. Lingkungan
Segala sesuatu yang terdapat di sekitar individu.
Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya
pengetahun ke dalam individu di lingkungan tersebut,
dikarenakan adanya interaksi yang akan direspons sebagai
pengetahuan.
5. Pengalaman
Mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh
untuk memperoleh kebenaran. Pengalaman dapat
memberkan pengetahuan dan keterampilan professional,
serta dapat mengembangkan kemampuan untuk mengambil
keputusan.
6. Usia
Usia memengaruhi daya tangkap dan pola pikir
seseorang, makin bertambah usia makan daya tangkap dan
pola pikir juga makin berkembang.16
2.1.3. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, pengetahuan memiliki 6 tingkatan,
yaitu :
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai memanggil kembali memori
yang telah didapatkan sebelumnya setelah mengamati sesuatu
yang telah dipelajari ataupun rangsangan yang diterima. Tahu
merupakan tingkatan paling rendah dalam pengetahuan.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk
menjelaskan tentang suatu objek yang diketahuinya. Individu
yang memahami objek telah dapat menjelaskan, memberikan
8

suatu contoh serta menarik kesimpulan mengenai suatu objek


yang telah dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari dalam kondisi atau
kondisi yang lain. Aplikasi juga diartikan sebagai penggunaan
hukum, metode, rumus, prinsip dalam rencana yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam
menjabarkan, kemudian mencari hubungan antar komponen
dalam suatu objek atau masalah yang diketahui. Indikasi bahwa
pengetahuan seseorang telah mencapai tahap ini adalah jika
individu tersebut dapat membedakan, memisahkan,
mengelompokkan pengetahuan dari suatu objek.
5. Sintesis (Syntesis)
Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi yang sudah ada sebelumnya.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untuk
melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian
dapat dilakukan berdasarkan suatu kriteria yang telah ada
sebelumnya ataupun menggunakan kriteria sendiri.14
2.1.4. Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Nursalam, pengetahuan seseorang dapat
diinterpretasikan dengan skala :
1. Pengetahuan baik : 76%-100%
2. Pengetahuan cukup : 56%-75%
3. Pengetahuan kurang : <56%15
2.1.5. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menyatakan tentang materi yang
ingin diukur. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui dapat
9

disesuaikan dengan tingkatan domain.17 Wawancara dapat


dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat
dilakukan melalui tatap muka (face-to-face) atau metode lain
(telepon, dan lain-lain).18

2.2. Kadaver Sebagai Media Utama Belajar Anatomi Tubuh Manusia


2.2.1. Definisi Kadaver
Kadaver dalam KBBI diartikan sebagai mayat manusia
yang diawetkan. Hal ini serupa dengan definisi kadaver menurut
Syahnaz Adila yang mengatakan bahwa kadaver adalah mayat
manusia yang digunakan untuk mengidentifikasi bagian-bagian
tubuh, mengetahui lokasi penyakit, mengetahui penyebab kematian
oleh mahasiswa fakultas kedokteran, dokter, dan ahli anatomi.19
Kadaver sebagai media bagi mahasiswa kedokteran digunakan
untuk mempelajari anatomi manusia secara nyata dan dalam
bentuk tiga dimensi. Mahasiswa dapat mempelajari bagian tubuh
manusia dari bagian luar hingga dalam, dari kulit di bagian terluar
hingga ke pembuluh darah, saraf, otot, dan organ dalamnya.
Pemahaman anatomi menggunakan kadaver membuat anatomi
manusia menjadi lebih nyata.20
2.2.2. Media Belajar Kadaver Pada Masa Lampau dan Kini
Pembedahan manusia untuk praktik kedokteran telah
dimulai sejak abad ke-3 sebelum Masehi oleh Yunani Kuno.
Meskipun studi mengenai anatomi telah berlangsung jauh
sebelumnya, yakni pada permulaan tahun 1600 SM, saat
dikeluarkannya papirus ilmu anatomi oleh ilmuwan peradaban
Mesir kuno. Pada saat itu telah dapat dikenali beberapa organ dan
pengetahuan dasar akan pembuluh darah. Pembedahan pertama
kali dilakukan oleh dua dokter legendaris Yunani, yaitu Herophilus
dari Kalsedon dan Erasistratus dari Ceos. Lingkungan Alexandria
banyak dihuni oleh kaum intelektual yang berkomitmen pada
keilmiahan dan juga ambisi penguasa Yunani saat itu untuk
10

membangun Alexandria menjadi pusat pembelajaran sastra dan


ilmiah mendorong Herophilus dan Erasistrus untuk mengatasi
keyakinan dan kebiasaan budaya yang menganggap membedah
mayat adalah suatu hal yang tabu. Adanya pemikiran baru oleh
para penentang Herophilus yang menganggap bahwa pembedahan
mayat tidak memiliki kegunaan secara ilmiah membuat praktik
pembedahan mayat dilupakan setelah kematian kedua ilmuwan
tersebut. Praktik pembedahan benar-benar padam saat pembakaran
Alexandria yang terjadi pada tahun 389 Masehi.21
Pada abad ke-2 Masehi, Galen telah melakukan
pembedahan pada hewan dan pada abad sebelumnya dilakukan
oleh Aristoteles (dan oleh orang Yunani lainnya pada abad
sebelumnya), ia banyak mengumpulkan ilmu-ilmunya dari
ilmuwan terdahulu dan banyak memahami fungsi organ dengan
melakukan pembedahan hidup-hidup pada hewan, terutama
monyet. Galen menjelaskan ilmu mengenai sumsum tulang
belakang, motorik dan sensorik, serta aliran darah, meskipun ia
tidak mengetahui mengenai konsep sirkulasi jantung-paru.
Pertentangan dalam hal agama, sosial, budaya, serta konsekuensi
secara psikologis membuat ahli anatomi Romawi kuno pada saat
itu terhambat untuk melakukan pembedahan mayat untuk tujuan
anatomi.21, 22
Ilmu kedokteran tumbuh subur di Semenanjung Arabia
pada abad pertengahan, terutama di Baghdad yang dikembangkan
para ilmuwan Muslim8, salah satunya adalah Ibn Sarabiyun atau
Serapion pada abad ke-9 dan Ibn Sina atau Avicenna pada abad ke-
10, mereka merupakan orang-orang di barisan terdepan dalam
bidang kedokteran abad itu. Karya mereka masih dijadikan rujukan
dalam Ilmu kedokteran hingga abad modern baik di Timur maupun
di Barat.4 Pada abad ke-7 hingga abad ke-13 Masehi, banyak
kontribusi cendekiawan Muslim dalam bidang anatomi, seperti
yang disebutkan oleh Malak A. Alghamdi, dkk dalam jurnal nya
11

“An Untold Story : The Important Contributions of Muslim


Scholars for the Understanding of Human Anatomy”.23
Selain Ibn Sina dan Ibn Sarabiyyun, terdapat cendekiawan
bernama Abu al-Qasim az-Zahrawi (936-1013 M) atau dikenal
sebagai Albucasis yang merupakan seorang tabib dari Andalusia.24
Kontribusi terbesar beliau adalah kitab yang berjudul “kitab Al-
Tasrif li-man ‘ajiza ‘an al-ta’lif” kumpulan praktik medis yang
berjumlah 30 jilid.25 Beliau merupakan ahli bedah terhebat pada
masanya, di sebuah artikel disebut sebagai “Bapak Bedah
Modern”.26 Beliau merupakan pengguna pertama jarum suntik
untuk kandung kemih, meskipun menurut catatan, Christopher
Wren (1632-1723) dikenal sebagai pengguna jarum suntik pertama.
Albucasis juga melakukan intervensi bedah pada pasien dibawah
pengaruh zat opium (Papaver somniferum) yang dibuat dari bunga
tanaman ganja betina (Cannabis sativa), dimana anestesi
sebenarnya tidak tersedia hingga tahun 1846, yang dilakukan oleh
dokter gigi.23
Studi anatomi dianggap sebagai cara untuk meningkatkan
kepercayaan terhadap Tuhan dan menghargai kebijaksanannya bagi
sebagian cendekiawan Muslim saat itu. Meskipun sebagian besar
literatur melaporkan bahwa pembedahan manusia dilarang oleh
hukum Islam, dan tidak mudah untuk menjawab dengan tegas
apakah pembedahan anatomi manusia sering dipraktikkan di
masyarakat Islam abad pertengahan atau tidak.23
Paus Alexander III mengeluarkan fatwa “Ecclesia abhorret
a sanguine” yang berarti "Gereja membenci darah" pada tahun
1163 Masehi. Fatwa tersebut disalahartikan sebagai larangan untuk
mempelajari anatomi atau praktik operasi. Selanjutnya, pada tahun
1231, Kaisar Romawi Suci Frederick II mengeluarkan keputusan
bahwa pembedahan pada tubuh manusia harus dilakukan minimal
sekali dalam kurun waktu 5 tahun dan diwajibkan kehadiran bagi
12

semua individu yang akan melakukan praktik kedokteran ataupun


pembedahan.21
Pada abad ke-13, dilakukan pembedahan terhadap penjahat
yang dieksekusi oleh Universitas Bologna. Pada tahun 1315
Mondino de Liuzzi (1275-1326) melakukan diseksi yang
disaksikan oleh khalayak terbatas selama 4 hari. Pada awal abad
ke-14, aktivitas pembedahan dan otopsi dilonggarkan secara
signifikan, meskipun untuk praktek mengenai pembedahan tetap
terbatas dikarenakan adanya kecaman publik. Namun, gereja dapat
memediasi hal tersebut sehingga dapat menenangkan hati nurani
sosial dan agama pada masyarakat dengan adanya izin dan batas-
batas yang jelas oleh otoritas agama, sehingga kecemasan publik
mengenai praktik pembedahan dapat mereda. Praktik pembedahan
manusia pada abad ini menjadi suatu hal yang umum terjadi, dan
dengan cepat menyebar ke kota-kota lain di Italia Utara.21
Tahsrihi-I-badan-I-insani-Mansuri atau Mansur’s Anatomy
merupakan buku teks anatomi paling awal yang dilengkapi ilustrasi
karya Mansur ibn Ilyas (1380-1422). Buku teks anatomi dengan
ilustrasi semakin berkembang akibat tingginya minat masyarakat
dan para seniman lukis terbaik pada era Renaissance terhadap
diseksi manusia.8 Pada abad ke-16, praktik pembedahan mayat
manusia semakin populer, kepopuleran tersebut mengakibatkan
permintaan mayat untuk dibedah meningkat dengan cepat dan
melebihi ketersediaan yang sedikit namun teratur yang dipasok
oleh tiang gantungan. Malpraktik seperti perampokan mayat di
kuburan menjadi hal yang umum pada abad ke-16 akibat dari
ketergantungan para ahli anatomi pada sumber pasokan yang tidak
resmi. Bahkan Andreas Vesalius (1514-1564) dalam risalah
anatominya “De humani corporis fabrica”, mengakui telah
melakukan malpraktik untuk pembedahan yang dilakukannya.21
Andreas Vesalius digelari sebagai Bapak anatomi modern
menekankan bahwa diseksi harus dikerjakan secara mandiri oleh
13

seseorang yang ingin belajar anatomi. Vesalius juga dikenal kritis


terhadap karya Galen, sebagaimana telah dikritisi juga sebelumnya
oleh Muhammad al-Razi (865/862-925/930) dalam karya nya al-
Shukuk ‘ala Jalinus atau Doubts on Galen.8
Kadaver sebagai salah satu media pembelajaran dalam
praktikum anatomi memberikan berbagai manfaat, antara lain : 1)
Membantu menumbuhkan rasa identitas profesionalitas; 2)
Meningkatkan kompetensi di berbagai bidang seperti kerja tim,
komunikasi dan kesadaran etika; 3) Memperkuat penghormatan
terhadap tubuh manusia; 4) Memperdalam pemahaman anatomi
dan patologi; 5) Memberikan landasan untuk menunjang
keterampilan klinis terkait pembedahan; 6) Melatih pengendalian
emosi dan mengatasi stres.8
Menurut Muhammad Mansyur Romi dalam penelitiannya
yang berjudul “Is Cadaver Still Needed in Medical Education?”
pendidikan kedokteran saat ini masih memerlukan kadaver yang
memberikan banyak manfaat. Namun dalam pemanfaatan kadaver
perlu dipetakan berdasarkan jenjang pendidikan kedokteran,
tingkat sarjana, pascasarjana, klinis ataupun spesialis. Diperlukan
inovasi kurikulum guna mengupayakan pemanfaatan kadaver yang
efektif dan efisien. Perlu dikembangkan juga sumber pembelajaran
pengganti sebagai pelengkap guna menjamin mutu pendidikan
kedokteran.8
2.2.3. Pengelolaan Kadaver
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 18 tahun 1981,
perolehan kadaver untuk praktikum anatomi, memerlukan mayat
yang dapat diperoleh dari rumah sakit dengan memperhatikan
syarat-syarat sebagai berikut :
a. Dengan persetujuan tertulis penderita dan atau keluarganya
yang terdekat setelah penderita meninggal dunia, apabila sebab
kematiannya belum dapat ditentukan dengan pasti;
14

b. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya yang terdekat,


apabila dalam jangka waktu 2 x 24 (dua kali duapuluh empat)
jam tidak ada keluarga terdekat dari yang meninggal dunia
datang ke rumah sakit.
Pada tahun 2011, Fakultas Kedokteran Universitas Gajah
Mada memperoleh jenazah dari seorang akademisi yang bernama
Dr. Ir. Fitri Mardjono, M.Sc. melalui wasiat yang dilakukannya
pada tahun 2008.
Selain mendapatkan kadaver melalui wasiat, umumnya
Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta
mendapatkan kadaver dari pihak yang berwenang (kepolisian dan
rumah sakit), mayoritas kadaver yang didapatkan adalah “mayat
tanpa identitas”, namun saat ini sangat sulit untuk mendapatkan
“mayat tanpa identitas” dikarenakan kesadaran masyarakat yang
tinggi akan kepemilikan KTP.27
Pada tahun 2012, International Federation of Associations
of Anatomists merekomendasikan untuk menggunakan kadaver
hanya dari tubuh yang disumbangkan dan mengakhiri praktik lain
yang kontroversial seperti penggunaan tubuh orang yang
dieksekusi dan tubuh yang tidak diklaim. Penggunaan tubuh orang
yang dieksekusi dan tubuh yang tidak diklaim mendapatkan
kritikan karena menggunakan jenazah tanpa persetujuan almarhum
dan mendiskriminasi kelompok minoritas tertentu, termasuk
individu dengan penyakit mental atau orang miskin, yang
seringkali jenazahnya digunakan untuk keperluan anatomi.
Meskipun IFAA telah mengeluarkan rekomendasi dengan harapan
hal tersebut dapat dipraktekkan di seluruh dunia, namun ahli
anatomi di banyak negara di dunia masih bergantung pada jenazah
yang “tidak diklaim”.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Juli L. Habicht,
dkk dalam jurnalnya yang berjudul “Bodies for Anatomy Education
in Medical Schools : An Overview of the Sources of Kadavers
15

Worldwide”, dari 68 negara yang menggunakan kadaver sebagai


sumber pembelajaran pendidikan kedokteran, 22 negara
menggunakan “badan yang disumbangkan”, 21 negara
menggunakan “badan yang tidak diklaim”, 18 negara sebagian
besar menggunakan menggunakan “badan yang tidak diklaim
(jarang menggunakan badan yang disumbangkan)”, 6 negara
sebagian besar menggunakan “badan yang disumbangkan (jarang
menggunakan badan yang tidak diklaim)”, dan 1 negara dari
sumber lain (misal, impor mayat dari negara lain).28

Gambar 2.1 Sumber Kadaver di Dunia


Sumber : Habicht JL, Kiessling C, Winkelmann A. Bodies for anatomy
education in medical schools: An overview of the sources of cadavers
worldwide. Acad Med. 2018;93(9):1293–300.
Syarat terpenting penggunaan tubuh manusia untuk
praktikum anatomi adalah pengawetan, pelestarian atau preservasi.
Preservasi menurut KBBI adalah pengawetan; pemeliharaan;
penjagaan; perlindungan. Penggunaan senyawa kimia untuk
preservasi merupakan suatu hal yang lazim. Senyawa yang sering
dipergunakan adalah : alkohol, arsenic, garam alumina, fenol,
gliserin, oksiquinoline, formaldehid/formalin, eosin, cetrimide,
eucalyptus.1 Formaldehid merupakan senyawa yang paling banyak
digunakan untuk pengawetan di seluruh dunia saat ini.
Formaldehid dipilih karena : 1) Kemampuan formaldehid sebagai
agen fiksasi yang kuat; 2) Harga yang terjangkau; 3) Mampu
merepresentasikan bentuk fisik manusia hidup dengan baik;2 4)
Kemampuan membunuh mikroorganisme seperti bakteri, tungau,
belatung, jamur dan sejenisnya.1 Menghirup uap formaldehid
16

dalam jangka waktu yang pendek dapat menyebabkan iritasi pada


mata, hidung dan tenggorokan yang bersifat reversibel.
Formaldehid masuk dalam kategori agen karsinogenik untuk
manusia (grup 1) menurut The International Agency for Research
on Cancer (IARC) berdasarkan bukti epidemiologis dan
toksikologis. Jika seseorang terpapar formaldehid secara terus
menerus dan dalam jumlah besar dapat terkena kanker nasofaring
dan cavum nasal.2,29
2.2.4. Anatomi Sebagai Fondasi Utama Pendidikan Kedokteran
Anatomi merupakan salah satu ilmu dasar penting yang
harus dikuasai oleh mahasiswa kedokteran, dengan anatomi
mahasiswa dapat mengetahui fisiologi tubuh dan patologi serta
hubungannya terhadap penyakit. Tanpa pemahaman anatomi yang
baik, mahasiswa tidak dapat melakukan diagnosis yang benar
karena tidak dapat melakukan pemeriksaan fisik yang merupakan
prosedur utama dalam melakukan diagnosis penyakit. Pemeriksaan
fisik seperti palpasi, perkusi dan auskultasi sangat membutuhkan
pengetahuan anatomi yang baik.8
Pendapat serupa dikemukakan oleh Amgad Sbayeh, dkk
dalam jurnalnya “Relevance of anatomy to medical education and
clinical practice: perspectives of medical students, clinicians, and
educators”, bahwa dokter muda menggunakan pengetahuan
anatomi dalam semua fase konsultasi, terutama dalam hal
pemeriksaan fisik. Semua kelompok dalam penelitian yang
dilakukan juga menilai bahwa relevansi klinis merupakan elemen
penting dalam kurikulum anatomi. Pendidikan anatomi juga
berkontribusi banyak terhadap interpretasi scan pencitraan
diagnostik,30 dan juga untuk memahami jalan yang ditempuh untuk
mencapai target terapi pada tempat yang spesifik.31 Gambaran
klinis dapat membantu mahasiswa untuk memahami pentingnya
mempelajari informasi anatomi dan memungkinkan mahasiswa
untuk menerapkan pengetahuan anatomi yang baru dipelajari ke
17

dalam situasi kehidupan nyata. Pendidikan anatomi yang dilakukan


berkontribusi dalam pengembangan profesionalisme, etika, dan
meningkatkan keterampilan kerjasama tim serta mengembangkan
komunikasi yang baik.30
Pendidikan anatomi untuk mahasiswa kedokteran memiliki
beberapa manfaat, yaitu : 1) mahasiswa mengenal kematian secara
nyata; 2) mengembangkan keterampilan psikomotor; 3)
menegaskan konsep variabilitas biologis dan memperlihatkan
perubahan perubahan patologis yang umum; 4) membantu interaksi
sosial dan komunikasi; 5) sarana untuk mempelajari bahasa medis
– diperkirakan mahasiswa mendapatkan kurang dari 10.000 istilah
hingga menjadi dokter.31

2.3. Hukum Fikih Penggunaan Kadaver

2.3.1. Definisi Fikih


Secara Bahasa, fikih adalah Al Fahm (pemahaman). Seperti
firman Allah subhanahu wata’ala
ْ‫اْم َّماْتَقُو ُل‬
ِ ‫ير‬ً ِ‫شعَيبُ ْ َماْنَفقَهُْ َكث‬ ۟ ُ‫قَال‬
ُ َ‫واْ َٰي‬
Artinya : Mereka berkata : “Hai Syuaib, kami tidak
mengerti (faham) tentang apa yang kamu katakan itu.”
Secara definisi yang populer dikalangan Ulama, fikih
adalah mengenal hukum-hukum Syariah yang bersifat amaliah
(perbuatan) yang diambil dari dalil-dalinya secara rinci (alquran,
sunnah, ijma’ dan qiyas).32

2.3.2. Berdasarkan Al-Quran dan Hadis


Kematian didefinisikan oleh ulama sebagai ketiadaan hidup
atau lawan dari kehidupan. Kematian dialami dua kali oleh
manusia, yaitu pertama disaat sebelum kelahirannya atau sebelum
ruh ditiupkan kepadanya. Adapun kematian kedua adalah ketika
manusia menghembuskan nafas terakhir untuk meninggalkan
dunia. Kematian dialami sebanyak dua kali, begitu juga dengan
18

kehidupan. Kehidupan pertama manusia adalah ketika pertama kali


menarik nafas di dunia sampai dengan menghembuskan nafas
terakhirnya, sedangkan kehidupan kedua adalah ketika telah
dibangkitkan di alam barzakh yaitu setelah kematiannya di dunia,
sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 28 :

َْ‫اّلل َو ُكنتُمْ أَم َواتًا فَأَحيَا ُكمْ ث ُ َّْم ي ُِميت ُ ُكمْ ث ُ َّْم يُحيِي ُكمْ ث ُ َّْم إِلَي ِْه تُر َجعُون‬
َِّْ ِ‫ف ت َكفُ ُرونَْ ب‬
َْ ‫كَي‬
“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya
mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan
dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan?” [Q.S. al-Baqarah: 28]
Surat Al-Baqarah ayat 28 serupa dengan surat Ghafir ayat 11 :

َ ْ‫ن فَاعت ََرفنَا بِذُنُوبِنَا فَ َهلْ ا َِٰلى ُخ ُروجْ ِمن‬


ْ‫سبِيل‬ ِْ ‫قَالُوا َربَّنَاْ ا َ َمتَّنَا اثنَت َي‬
ِْ ‫ن َواَحيَيتَنَا اثنَتَي‬
“Mereka menjawab, "Ya Tuhan kami, Engkau telah
mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali
(pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah jalan
(bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?" [Q.S. Ghafir : 11]
Imam Sufyan Ats-Tsauri dari sahabat Ibnu Mas’ud RA
mengatakan bahwa kandungan surat Ghafir ayat 11 terdapat dalam
surat Al-Baqarah ayat 28. Ibnu Juraij dari sahabat Ibnu Abbas RA
mengatakan, “Kalian awalnya belum hidup di sulbi bapak kalian.
Kalian bukan apa-apa sampai Allah menciptakan kalian. Kemudian
Dia mematikan kamu dalam arti meninggal dunia. Lalu Dia
menghidupkan kalian kembali saat kalian dibangkitkan. Surat Al-
Baqarah ayat 28 mengandung amanah serupa surat Ghafir ayat 11,
‘Rabbanā, amattanats nataini, wa ahyaitanats nataini’ ” Dari Ad-
Dhahhak, Ibnu Abbas menafsirkan surat Ghafir ayat 11, “Kalian
dulunya tanah sebelum diciptakan oleh Allah. Itu artinya kematian.
Kemudian Allah menghidupkan kalian, yaitu menciptakan kalian.
Itu artinya kehidupan. Lalu Allah matikan kalian. Kalian
dikembalikan ke alam kubur. Ini berarti kematian berbeda.
19

Selanjutnya Allah membangkitkan kalian pada hari kiamat. Ini


berarti kehidupan yang berbeda lagi. Ini yang dimaksud dengan
dua kematian dan dua kehidupan sebagaimana firman Allah dalam
surat Al-Baqarah ayat 28.”33
Kematian seorang manusia adalah berpisahnya ruh dari
jasadnya, saat seseorang telah ditinggalkan oleh ruhnya, maka
habis sudah masa hidupnya didunia ini. Manusia merupakan
makhluk yang dimuliakan oleh Allah SWT, melebihi makhluk
Allah yang lainnya. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat
Al-Isra’ ayat 70 :
ْ‫ت َوفَضَّل َٰن ُهمْ َع َٰلى َكثِير‬ َّ ‫َولَقَدْ ك ََّرمنَا َبنِيْ َٰادَ َْم َو َح َمل َٰن ُهمْ فِى ال َب ِْر َوال َبح ِْر َو َرزَ ق َٰن ُهمْ ِمنَْ ال‬
ِْ ‫ط ِيَْٰب‬
ْ‫ضي ًل‬
ِ ‫ِم َّمنْ َخلَقنَا تَف‬
“Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam,
kami angkut mereka di daratan dan dilautan, kami beri mereka
rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan mahkluk yang telah
kami ciptakan.” [QS. Al-Isra’ : 70]
Dalam tafsir Ibnu Katsir, dijelaskan bahwa dalam ayat ini
Allah memberitahu tentang pemuliaan dan penghormatan Nya
terhadap anak cucu Adam, yakni penciptaan mereka dalam bentuk
yang sebaik-baiknya dan paling sempurna. Sama seperti firman-
Nya dalam surat At-Tin ayat 4 :
ْ‫ن ت َق ِويم‬ َ ‫سانَْ فِيْ اَح‬
ِْ ‫س‬ ِ ‫لَقَدْ َخلَقنَا‬
َ ‫اْلن‬
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya.” [QS. At-Tin : 4]
Allah memberi manusia kemuliaan dengan memberikan
pendengaran, penglihatan, dan hati yang dapat memahami,
mengambil manfaat, dan membedakan banyak hal, mengetahui
manfaat dan keistimewaan serta bahayanya dalam urusan agama
dan juga duniawi. Ayat ini juga menjelaskan keutamaan manusia
atas malaikat.34
20

Berdasarkan ayat dan tafsir surat diatas, manusia


merupakan makhluk yang mulia dan paling sempurna yang
dianugerahkan kepada anak cucu Adam. Atas dasar kemuliaan
tersebut maka agama Islam memerintahkan agar sesama manusia
menghormati mayat dan melarang untuk menyakitinya, baik dalam
keadaan hidup maupun telah mati, sebagaimana dijelaskan dalam
sabda Nabi Muhammad :
َ ‫يزْ بنُْ ُم َح َّمدْ الد ََّر َاوردِيْ قَا َلْ َحدَّثَنَا‬
ُْ‫سع ْد ُ بن‬ ِ ‫ل َحدَّثَنَا َعب ْد ُ العَ ِز‬َْ ‫َحدَّثَنَا ِهشَا ُْم بنُْ َع َّمارْ قَا‬
ِْ ِ‫سلَّ َْم كَس ُْر َعظ ِْم ال َمي‬
‫ت‬ َّْ ‫صلَّى‬
َ ‫ّللاُ َع َلي ِْه َو‬ ُْ ‫سو‬
َّْ ‫ل‬
َ ِ‫ّللا‬ ُ ‫ل َر‬ َْ ‫ش ْةَ قَالَتْ قَا‬
َ ِ‫س ِعيدْ َعنْ َعم َر ْة َ َعنْ َعائ‬ َ
‫َككَس ِر ِْه َحيًّا‬
“Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar
berkata; telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin
Muhammad Ad Dawardi berkata; telah menceritakan kepada kami
Sa'd bin Sa'id dari Amrah dari 'Aisyah ia berkata, "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Memecahkan tulang
mayat seperti memecahkannya ketika masih hidup“.
Kewajiban seorang muslim terhadap muslim yang
meninggal adalah merawat dan mengurusnya dengan benar serta
menyegerakan penguburannya, kecuali ada hal yang memaksa
untuk menunda untuk diadakan pemakamannya. Hukum mengurus
jenazah adalah fardu kifayah bagi semua umat muslim.35
“Diwajibkan atas Umatku untuk memandikan, mensalatkan
dan menguburkan jenazah.” [Kitab al-Hawi al-Kabir, Juz 3 Hal 6]
“Mandikanlah jenazah dengan air dan daun bidara (sejanis
daun yang dapat berbusa seperti sabun), dan kafanilah ia dalam
dua pakaiannya.” [HR. Muttafaq ‘alaih]
Meskipun telah tiada, mayat memiliki beberapa hak yang
harus dipenuhi, yaitu dimandikan, dikafani, disalatkan dan
dikuburkan.36 Penggunaan mayat dalam praktek kedokteran
sebagai alat peraga pada praktikum anatomi dikhawatirkan
membuat mayat tidak dapat menerima beberapa haknya.
21

2.3.3. Berdasarkan Kaidah Fikih


Hukum asal segala sesuatu yang bermanfaat adalah
diperbolehkan ْ)‫(اْلصولْفيْالمنافعْاإلباحة‬. 37
Pada dasarnya semua itu
halal dan boleh, sesuatu tetap pada asalnya sampai terdapat dalil
yang melarang untuk memanfaatkan sesuatu. Segala sesuatu yang
ada di muka bumi diciptakan untuk manusia, artinya halal dan
boleh dimanfaatkan. Apabila tidak terdapat dalil yang menolaknya
secara khusus, maka dasarnya hala dan boleh, sebagaimana firman
Allah dalam al-Qur’an :
Pertama surat al-Jatsiyah ayat 13 :
ْ‫ِن فِيْ َٰذ ِلكَْ َ َْٰل َٰيتْ ِلقَوم‬ ِْ ‫س َّخ َْر لَ ُكمْ َّما فِى السَّمَٰ َٰو‬
ْ ِ ‫ت َو َما فِى اْلَر‬
َّْ ‫ض َج ِمي ًعا ِمن ْهُ ۗا‬ َ ‫َو‬
“Dan Dia menundukkan apa yang ada di langit dana pa yang ada
di bumi untukmu semuanya (sebgai rahmat) dari-Nya.” [Q.S> al-
Jatsiyah : 13]
Pada ayat ini dijelaskan bahwa Allah telah menundukkan
segala sesuatu yang ada di bumi, makna dari menundukkan adalah
kita boleh memanfaatkan segala sesuatu yang bias bermanfaat
untuk kita. Dalam kata “sakkhara lakum”, lam disini menyatakan
kepemilikan dan pengkhususan.
Kedua surat Al-Baqarah ayat 29 :
ِ ‫ه َُوْالَّذِيْ َخلَْقَ ْلَ ُكمْ َّماْفِىْاْلَر‬
‫ضْ َج ِميعًا‬
“Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di
bumi untukmu” [Q.S. al-Baqarah ; 29]
Allah menciptakan segala sesuatu yang di bumi untuk
manusia, artinya halal dan boleh untuk dimanfaatkan. Karena jika
yang terdapat di bumi ini adalah haram, maka tidak diciptakan
untuk manusia.
Kaidah selanjutnya adalah “Hukum asal segala sesuatu yang
membahayakan adalah haram”,37 sebagaimana firman Allah dalam
surat al-A’raf ayat 157 :
َ ‫ت َويُ َح ِر ُْم َعلَي ِه ُْم الخ ََٰٰۤب ِٕى‬
ْ‫ث‬ َّ ‫َوي ُِحلْ لَ ُه ُْم‬
ِْ ‫الطيِ َٰب‬
22

“Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan


mengharamkan bagi mereka segala yang buruk” [Q.S. al-A’raf :
157]
Hukum asal membedah mayat adalah haram, sebagaimana
sabda Rasulullah :
َ ُ‫واْو َْلْت َقتُل‬
‫واْو ِليدًا‬ َ ُ‫واْو َْلْتَمثُل‬
َ ‫واْو َْلْتَغد ُِر‬
َ ‫واْو َْلْتَغُل‬
َ ‫اغ ُز‬
”Berperanglah, jangan kalian melakukan ghulul (mencuri
rampasan perang), jangan berkhianat, jangan mencincang mayat,
dan jangan pula membunuh anak-anak”
ْ‫ْخرجناْفيْجنازةْمع‬:‫روىْابنْمنيعْبإسنادهْعنْجابرْبنْعبدْهللاْرضيْهللاْعنهماْقال‬
ْ‫ْفجلسْالنبيْصلى‬،‫رسولْهللاْصلىْهللاْعليهْوسلمْحتىْإذاْجئناْالقبرْفإذاْهوْلمْيفرغ‬
ْ-ْ‫ ْساقاْأوْعضدا‬-ْ‫ْفأخرجْالحفارْعظما‬،‫هللاْعليهْوسلمْعلىْشفيرْالقبرْوجلسناْمعه‬
ْ‫ ْفإن ْكسرك ْإياه ْميتا‬،‫ْل ْتكسرها‬: (‫ ْفقال ْالنبي ْصلى ْهللا ْعليه ْوسلم‬،‫فذهب ْليكسرها‬
ْ‫ ْوكذا ْرواه ْاإلمامْالسيوطيْفي‬،)‫ ْولكن ْدسه ْفي ْجانب ْالقبر‬،‫ككسرك ْإياه ْحيا‬
.‫حاشيةْأبيْداود‬

Ibnu Mani’ meriwayatkan dari jalur Jabir bin Abdullah


radhiyallahu’anhuma berkata: Kami keluar menuju pemakaman
bersama Rasulullah sholollahu ‘alaihi wa sallam, hingga kita
datang, kuburan itu belum diselesaikan. Maka Rasulullah
sholollahu ‘alaihi wa sallam duduk di tepi kuburan dan kami pun
juga duduk bersamanya. Lalu tukang gali mengeluarkan tulang
(betis atau lengan), dia pun pergi untuk menghancurkannya, maka
Rasulullah sholollahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Janganlah
kamu hancurkan itu, apabila kamu menghancurkannya dalam
keadaan mati, itu sama seperti kamu menghancurkannya dalam
keadaan hidup, akan tetapi kuburkanlah di sisi kuburan”, dan
itulah yang diriwayatkan oleh Imam Suyuthi pada catatan Abu
Dawud.
Hadis diatas merupakan kisah dari hadis “Memecahkan tulang
mayat seperti halnya memecahkan tulang orang yang hidup” (HR.
Abu Daud, dan Ibnu Majah).
Kaidah ketiga adalah “mencegah kerusakan lebih
diprioritaskan daripada mendatangkan kemaslahatan.”
23

Kaidah keempat adalah “kondisi darurat membolehkan hal-


hal yang sebelumnya dilarang.”
Kaidah kelima adalah “(kebolehan melakukan) darurat
dihitung seperlunya.”
Kaidah keenam adalah “apabila terdapat dua kerusakan atau
bahaya yang saling bertentangan, maka kerusakan atau bahaya
yang lebih besar dihindari dengan jalan melakukan perbuatan yang
resiko bahayanya lebih kecil.”
Kaidah ketujuh adalah “kehormatan seseorang yang hidup
lebih agung daripada kehormatan seseorang yang mati.”37
2.3.4. Berdasarkan Pendapat Ulama
1. Menurut Yusuf Qardhawi
Yusuf Qardhawi dalam bukunya yang berjudul “Fatwa
Fatwa Kontemporer Jilid 2” menjelaskan mengenai hukum
penggunaan organ tubuh manusia. Manusia diperkenankan
untuk mendonorkan bagian tubuhnya untuk orang lain ketika
masih hidup, namun tidak diperkenankan untuk mendonorkan
seluruh anggota badannya meskipun dalam rangka untuk
menyelamatkan orang sakit dari kematiannya. Tidak
diperkenankan juga untuk mendonorkan organ tubuh yang
hanya satu-satunya dalam tubuhnya, misal jantungnya,
dikarenakan tidak mungkin seseorang dapat hidup tanpa adanya
organ tersebut; dan tidak diperkenankan untuk menghilangkan
bahaya dari orang lain dengan menimbulkan bahaya untuk
dirinya sendiri. Mendonorkan organ tubuh hanya diperbolehkan
oleh orang dewasa dan berakal sehat, sebab anak kecil belum
tahu secara persis kepentingan dirinya, hal ini berlaku juga
untuk orang dengan gangguan mental.38
Mendonorkan organ diperbolehkan untuk muslim
maupun non muslim, namun tidak diperbolehkan untuk orang
murtad yang keluar Islam secara terang-terangan. Menurut
pandangan agama Islam, orang murtad telah mengkhianati
agama dan umatnya sehingga ia berhak untuk dibunuh. Jika
24

terdapat dua orang yang membutuhkan donor dalam waktu


yang bersamaan, maka yang harus didahulukan adalah yang
muslim, sesuai dengan firman Allah dalam surat at-Taubah : 71
ُ ‫بَعضْ اَو ِليَ ٰۤا ُْء بَع‬
َْ‫ض ُهمْ َوال ُمؤ ِم َٰنتُْ َوال ُمؤ ِمنُون‬
“dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,
sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian
yang lain …” [Q.S. At-Taubah : 71]
Diperbolehkan bagi seorang muslim untuk
mendonorkan organ tubuhnya kepada orang tertentu, seperti
yayasan atau bank organ; yang dapat merawat dan memelihara
organ tersebut sehingga dapat dipergunakan apabila diperlukan.
Diperbolehkannya mendonorkan organ tidak berlaku untuk
memperjualbelikannya. Karena hakikat jual beli adalah tukar
menukar harta secara sukarela, sedangkan tubuh manusia
bukanlah sebuah harta yang dapat diperjualbelikan. Tetapi,
apabila orang yang mendapatkan manfaat dari organ tersebut
memberikan hadiah (tanpa persyaratan sebelumnya, hanya
hadiah dan pertolongan), maka hal tersebut diperbolehkan
bahkan termasuk hal terpuji dan termasuk akhlak yang mulia.38
Seorang muslim juga diperbolehkan untuk mewasiatkan
organnya setelah meninggal dunia. Berwasiat untuk
mendonorkan organnya setelah meninggal dunia akan
memberikan manfaat yang utuh kepada orang lain tanpa
menimbulkan bahaya sedikit pun pada dirinya. Jika ia
mewasiatkan dirinya untuk mendonorkan organ tubuhnya
dengan niat mendekatkan diri dan mencari ridha Allah, maka ia
akan mendapatkan amal dan pahala sesuai dengan apa yang
diniatkannya. Dalam hal ini tidak ada dalil syara’ yang
mengharamkannya, sedangkan hukum asal segala sesuatu
adalah mubah, kecuali terdapat dalil shahih dan jelas yang
melarangnya. Dalam kasus ini, hal tersebut tidak dijumpai.
Terdapat pendapat yang berkata bahwa mendonorkan organ
25

menghilangkan kehormatan mayat yang sangat dipelihara oleh


syariat Islam, “mematahkan tulang mayat itu seperti
mematahkan tulang orang yang hidup”. Menurut Yusuf
Qardhawi, menghormati tubuh adalah menjaganya dan tidak
merusaknya, sedangkan mengambil organ yang dibutuhkan
ialah seperti mengoperasi orang yang hidup dengan penuh
perhatian dan penghormatan, serta tidak merusak kehormatan
tubuhnya. Yang dimaksud dalam hadis tersebut adalah larangan
untuk memotong-motong tubuh mayat, merusaknya dan
mengabaikannya. Hal yang perlu diperhatikan adalah tidak
boleh mendonorkan seluruh tubuh atau sebagian banyak
anggota tubuh, sehingga dapat meniadakan hak bagi mayat
yang bersangkutan, yaitu memandikan, mengafani, mensalati
dan menguburkannya.38
2. Menurut Syekh bin Baz:
Dalam kitab “Kumpulan Fatwa Bin Baz” jilid 13 pada
poin “Hukum Kadaver Mayat Untuk Pembelajaran”. Syekh bin
Baz menjawab pertanyaan tentang hukum kadaver untuk
pembelajaran. Pendapat beliau, “Apabila mayat termasuk yang
maksum (dilindungi oleh islam) saat hidup, muslim ataupun
kafir, pria ataupun wanita, maka tidak boleh melakukan
pembedahan pada mayat tersebut, karena itu termasuk
menyakiti dan melanggar larangan. Dan telah ditetapkan oleh
Rasulullah sholallahu alaihi wa sallam berkata:
“Menghancurkan tulang mayat sama saperti
menghancurkannya ketika dia hidup”. Adapun selain yang
maksum seperti orang yang murtad dan kafir harbi, maka saya
menganggap tidak masalah selama itu untuk kepentingan
medis. Dan Allah yang Maha Suci dan Maha Tinggi yang
mengetahui.”39
26

2.3.5. Berdasarkan Pendapat Lembaga


1. Fatwa Majelis Ulama Mesir
Berdasarkan keputusan dalam pertemuan ini yaitu
membolehkan, apabila jasad dari mayat tersebut diketahui,
maka terdapat beberapa syarat, yaitu : 1) Telah diberi izin
sebelum kematian pendonor; 2) Diizinkan oleh ahli waris
setelah kematian pendonor; 3) Tidak diperbolehkan
menggunakan mayat yang dilindungi oleh Islam, kecuali jika
dalam kondisi darurat; 4) Wajib untuk membatasi diseksi
terhadap mayat dengan batasan darurat dan tidak
mempermainkan mayat; 5) Jasad wanita ditangani oleh sesama
wanita, kecuali dalam kondisi darurat; 6) Menguburkan jasad
mayat setelah tidak digunakan.40
2. Fatwa Dewan Ulama Senior Saudi Arabia
Dewan Ulama Senior Arab Saudi adalah sebuah
lembaga negara yang bertugas dibidang agama islam di Arab
Saudi. Dalam keputusan nomor 47 pada 30 Sya’ban 1396
Hijriah di Thaif. Tertulis didalamnya, “Dan sesungguhnya pada
pembedahan mayat terdapat kebaikan yang besar untuk
kemajuan ilmu dalam bidang kedokteran yang bermacam-
macam: maka majelis memutuskan: diperbolehkannya
melakukan pembedahan terhadap mayat kecuali jika terdapat
kepedulian syariat Islam pada kemuliaan mayat muslim seperti
kemuliaan saat hidup, sebagaimana yang diriwayatkan oleh
Imam Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah, dari Aisyah
Rodhiyallahu’anha, sesungguhnya rosulullah sholallahu alaihi
wa sallam berkata: “Menghancurkan tulang mayat sama
saperti menghancurkannya ketika dia hidup”.
Pada pembedahan mayat yang didalamnya terdapat
ketidakhormatan atas kemuliaan mayat, sedangkan pada
kondisi darurat yang tidak mudah untuk mendapatkan mayat
selain yang maksum, maka hukum membedah mayat
diperbolehkan karena darurat dan pertimbangan kemaslahatan
27

medis disebabkan mayat yang berstatus tidak maksum


jumlahnya tidak banyak dan terbatas.
Maka dapat disimpulkan bahwa pembedahan terhadap
mayat diperbolehkan jika mayat yang digunakan adalah mayat
orang yang tidak maksum, atau jika dalam keadaan darurat dan
tidak adanya mayat selain yang maksum maka tidak mengapa
menggunakan mayat maksum.41
3. Fatwa Majelis Ulama Indonesia
Majelis Ulama Indonesia (MUI) adalah lembaga
swadaya masyarakat yang mewadahi ulama, zu’ama, dan
cendikiawan Islam di Indonesia untuk membimbing, membina
dan mengayomi kaum muslimin di seluruh Indonesia. MUI
mewujudkan pelaksanaan hukum Islam dalam kehidupan umat
Islam dan masyarakat sesuai konstitusi telah mengkaji dan
memutuskan fatwa tentang penggunaan jenazah untuk
kepentingan penelitian. Sebagaimana dijelaskan dalam Fatwa
MUI Nomor 12 Tahun 2007 :
1. Pada dasarnya setiap jenazah harus dipenuhi hak-haknya,
dihormati keberadaannya dan tidak boleh dirusak.
2. Penggunaan jenazah untuk kepentingan penelitian seperti
dengan cara membedah, dibolehkan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Penelitian dimaksud bermanfaat untuk pengembangan
keilmuan, mendatangkan kemashalahatan yang lebih
besar, yaitu memberikan perlindungan jiwa (hifdz al-
nafs), bukan hanya untuk kepentingan praktek semata,
sementara media penelitian hanya bisa dilakukan
dengan media manusia;
b. Sebelum digunakan untuk obyek penelitian tersebut di
atas, hak-hak jenazah harus dipenuhi, seperti
dimandikan, dikafani, dan disalatkan;
28

c. Jenazah yang digunakan untuk penelitian harus


dilakukan seperlunya, selanjutnya jika penelitiannya
sudah selesai harus segera dikuburkan sesuai dengan
ketentuan syari’at;
d. Jenazah yang akan dijadikan obyek penelitian harus
memperoleh izin dari dirinya sewaktu hidup melalui
wasiat, izin ahli waris, dan/atau izin Pemerintah.
Selain itu, MUI juga merekomendasikan Negara
untuk membuat ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur mekanisme dan ketentuan lebih lanjut mengenai
penggunaan jenazah untuk tujuan penelitian guna mencegah
penyalahgunaan dan dampak negatif lainnya.42
4. Fatwa Akademi Fiqh Islam Internasional
Akademi Fiqh Islam Internasional adalah sebuah
lembaga independen yang mempunyai badan hukum sendiri
dibawah Liga Muslim Dunia, yang beranggotakan sekumpulan
ulama’ dan perwakilan negara-negara yang berpenduduk
muslim. Pada pertemuan ke- 10 yang diadakan pada hari Sabtu,
24 Safar sampai hari Rabu, 28 Safar 1408 H (17-21 Oktober
1987) tentang Pembedahan Terhadap Mayat.
Pertama: Diperbolehkan pembedahan terhadap mayat
dengan tujuan-tujuan berikut:
1. Investigasi terhadap kasus kriminalitas untuk mengetahui
sebab kematian atau kejahatan terdakwah. Hal itu dilakukan
atas perintah hakim untuk mengetahui penyebab kematian
dan memastikan bahwa pembedahan yang dilakukan adalah
jalan untuk mengetahui penyebab kematian.
2. Pemeriksaan terhadap penyakit yang mengharuskan
melakukan pembedahan. Dilakukan agar dapat mengambil
tindakan pencegahan dan pengobatan yang tepat untuk
penyakit tersebut.
29

3. Belajar mengajar seorang dokter sebagaimana yang


dilakukan di kuliah kedokteran
Kedua: Pembedahan untuk tujuan pembelajaran dengan
mematuhi syarat-syarat berikut:
1. Apabila jasad diketahui identitasnya, disyaratkan telah
mendapatkan izin pembedahan sebelum kematian atau telah
mendapat izin dari ahli warisnya setelah kematian.
2. Diwajibkan membatasi pembedahan dengan batasan
darurat, agar tidak main-main dengan jasad.
3. Jasad wanita tidak boleh ditangani pembedahannya selain
oleh dokter wanita, kecuali tidak ada.
Ketiga: Diwajibkan untuk mengubur semua bagian
jasad yang telah dibedah dalam segala kondisi.43
2.4. Aspek Medikolegal
2.4.1. Definisi Medikolegal
Medikolegal adalah ilmu terapan yang melibatkan dua
bidang ilmu, yaitu ilmu kedokteran/kesehatan dengan ilmu hukum.
Medikolegal adalah bentuk pelayanan kesehatan yang dilakukan
oleh tenaga medis dengan menggunakan ilmu dan teknologi
kedokteran atas dasar kewenangan yang dimiliki untuk kepentingan
hukum dan untuk melaksanakan peraturan yang berlaku. Terdapat
prosedur dalam medikolegal, yaitu tatacara penatalaksanaan dan
berbagai aspek yang berkaitan dengan pelayanan kedokteran untuk
kepentingan hukum. Prosedur medikolegal mengacu pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, sumpah
dokter dan etik kedokteran.13

2.4.2. Peraturan Pemerintah RI No. 18 Tahun 1981


Peraturan mengenai bedah mayat klinis dan bedah mayat
anatomis diatur dalam Peraturan Pemerintah RI no.18 tahun 1981.
Bab II Bedah Mayat Klinis
Pasal 2
30

Bedah mayat klinis hanya boleh dilakukan dalam keadaan


sebagai berikut :
a. Dengan persetujuan tertulis penderita dan atau keluarganya
yang terdekat setelah penderita meninggal dunia, apabila sebab
kematiannya belum dapat ditentukan dengan pasti;
b. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya yang terdekat,
apabila diduga penderita menderita penyakit yang dapat
membahayakan orang atau masyarakat sekitarnya;
c. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya yang terdekat,
apabila dalam jangka waktu 2 x 24 (dua kali duapuluh empat)
jam tidak ada keluarga terdekat dari yang meninggal dunia
datang ke rumah sakit.
Pasal 3
Bedah mayat klinis hanya dilakukan di ruangan data rumah
sakit yang disediakan untuk keperluan itu.
Pasal 4
Perawatan mayat sebelum, selama, dan sesudah bedah
mayat klinis dilaksanakan sesuai dengan masing-masing agama
dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan diatur oleh
Menteri Kesehatan.

Bab III Bedah Mayat Anatomis


Pasal 5
Untuk bedah mayat anatomis diperlukan mayat yang
diperoleh dari rumah sakit dengan memperhatikan syarat-syarat
sebagaimana dimaksud data Pasal 2 huruf a dan c.
Pasal 6
Bedah mayat anatomis hanya dapat dilakukan data bangsal
anatomi suatu fakultas kedokteran.
Pasal 7
31

Bedah mayat anatomis dilakukan oleh mahasiswa fakultas


kedokteran dan sarjana kedokteran di bawah pimpinan dan
tanggung jawab langsung seorang ahli urai.
Pasal 8
Perawatan mayat sebelum, selama, dan sesudah bedah
mayat anatomis dilaksanakan sesuai dengan masing-masing agama
dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan diatur oleh
Menteri Kesehatan.

Bab IV Museum Anatomis Dan Patologi


Pasal 9
Untuk kepentingan pendidikan, penyelidikan penyakit,dan
pengembangan ilmu kedokteran diadakan museum anatomis dan
patologi yang diatur oleh Menteri Kesehatan.44

2.4.3. Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 37 Tahun 2014


Peraturan mengenai pemanfaatan organ donor diatur dalam
Peraturan Pemerintah Kesehatan RI no. 37 Tahun 2014
Bab IV Pemanfaatan Organ Donor
Pasal 16
1) Penyelenggaraan pemanfaatan organ donor dilakukan dengan
penerapan dan penapisan teknologi kesehatan.
2) Penerapan dan penapisan teknologi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan sesuai norma agama, moral, dan
etika.
3) Pemanfaatan organ donor sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan setelah donor dinyatakan mati batang otak.
4) Selain organ sebagaimana dimaksud ayat (1) pemanfaatan
dapat dilakukan dalam bentuk jaringan dan/atau sel.
Pasal 17
1) Organ yang berasal dari mayat dapat diperoleh atas persetujuan
calon donor sewaktu masih hidup.
32

2) Tata cara pelaksanaan donor organ dilakukan sesuai ketentuan


peraturan perundang-undangan.
Pasal 18
1) Mayat yang tidak dikenal atau tidak diurus keluarganya dapat
langsung dimanfaatkan untuk donor organ, jaringan dan sel.
2) Pemanfaatan organ, jaringan, dan/atau sel dari mayat yang
tidak dikenal atau tidak diurus keluarganya harus atas
persetujuan tertulis orang tersebut semasa hidupnya,
persetujuan tertulis keluarganya dan/atau persetujuan dari
penyidik Kepolisian setempat.
3) Persetujuan dari penyidik Kepolisian setempat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diberikan dalam hal tidak diketahui
adanya persetujuan tertulis orang tersebut semasa
hidupnya/persetujuan tertulis keluarganya tidak dimungkinkan.
4) Dalam hal mayat tersebut berhubungan dengan perkara pidana,
pemanfaatan organ dari mayat hanya dapat dilakukan setelah
proses pemeriksaan mayat yang berkaitan dengan perkara
selesai.
5) Pemanfaatan organ dari mayat harus dilakukan pencatatan dan
pelaporan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 19
1) Pengambilan organ dari donor kadaver hanya dilakukan segera
setelah calon donor kadaver dinyatakan mati batang otak.
2) Sebelum pengambilan organ dari donor kadaver sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), wajib memperoleh persetujuan dari
keluarga terdekat donor lebih dahulu.45
2.4.4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
Peraturan mengenai bedah mayat diatur dalam Undang-
undang nomor 36 tahun 2009.
Bagian Kedelapan Belas Bedah Mayat
Pasal 120
33

1) Untuk kepentingan pendidikan di bidang ilmu kedokteran dan


biomedik dapat dilakukan bedah mayat anatomis di rumah
sakit pendidikan atau di institusi pendidikan kedokteran.
2) Bedah mayat anatomis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
hanya dapat dilakukan terhadap mayat yang tidak dikenal atau
mayat yang tidak diurus oleh keluarganya, atas persetujuan
tertulis orang tersebut semasa hidupnya atau persetujuan
tertulis keluarganya.
3) Mayat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus telah
diawetkan, dipublikasikan untuk dicarikan keluarganya, dan
disimpan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sejak
kematiannya.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai bedah mayat anatomis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 121
1) Bedah mayat klinis dan bedah mayat anatomis hanya dapat
dilakukan oleh dokter sesuai dengan keahlian dan
kewenangannya.
2) Dalam hal pada saat melakukan bedah mayat klinis dan bedah
mayat anatomis ditemukan adanya dugaan tindak pidana,
tenaga kesehatan wajib melaporkan kepada penyidik sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.12
2.4.5. Peraturan Menurut IFAA
Rekomendasi praktik yang baik untuk donasi dan studi
tubuh dan jaringan manusia untuk anatomi pemeriksaan
berdasarkan peraturan dari IFAA (International Federation of
Associations of Anatomists). Kepercayaan publik dan juga simpati
akan meningkat jika terdapat transparansi mengenai prosedur
penggunaan kadaver. Adapun untuk peraturan yang telah
ditentukan oleh IFAA adalah :
34

1. Adanya persetujuan dari pendonor secara tertulis. Formulir


persetujuan mempertimbangkan hal-hal berikut :
a. Pendonor bebas menentukan pilihan hidupnya untuk
menyumbangkan tubuhnya, anak di bawah umur dan
narapidana yang dihukum mati tidak termasuk.
b. Keluarga ikut menandatangani formulir
c. Pendonor setuju jika catatan medis diakses
2. Tidak mengambil keuntungan komersial. Biaya hanya
diperlukan untuk pemeliharaan, persiapan dan transportasi.
3. Perlu dibentuk suatu pedoman mengenai penggunaan kadaver
di dalam maupun antar negara.
4. Memperlakukan kadaver dengan hormat.
5. Merahasiakan pendonor. Jika selain itu, maka harus dengan
persetujuan keluarga atau ahli waris.
6. Menghormati privasi pendonor dengan mengatur regulasi
mengenai foto ataupun artefak terkait pendonor.
7. Penetapan hukum yang jelas di suatu negara. Hukum tersebut
harus membahas mengenai :
a. Prosedur penerimaan donor hingga pengurusan setelah
tidak digunakan kedepannya, termasuk penanggung jawab
dalam hal tersebut
b. Adanya pengakuan formal dari institusi yang dapat
menerima pendonor
c. Penyimpanan jenazah dengan aman dan terjamin di dalam
institusi
d. Jangka waktu jenazah akan digunakan oleh institusi
e. Prosedur mengenai pengurusan jenazah setelah selesai dan
tidak lagi diperlukan untuk pendidikan maupun penelitian
anatomi
8. Terdapat prosedur dari institusi yang ditetapkan dan dapat
meninjau program donor tubuh secara berkelanjutan. Prosedur
tersebut harus mencakup :
35

a. Surat ahli waris harus disimpan dengan baik oleh pendonor


(keluarga) dan lembaga yang menjadi institusi tujuan
b. Catatan harus disimpan minimal selama 20 tahun setelah
jenazah tidak digunakan untuk memastikan bahwa bagian
tubuh dari jenazah dapat diidentifikasi
c. Prosedur penyimpanan yang baik
d. Prosedur pelacakan yang efisien sehingga dapat
diidentikasi identitas dan lokasi dari semua bagian tubuh
seorang pendonor dalam waktu yang cukup
e. Fasilitas penyimpanan jenazah harus sesuai dan aman
9. Terdapat transparansi antara institusi dengan ahli waris
pendonor pada setiap tahap pelaksanaan, mulai dari penerimaan
hingga pembuangan jenazah setelah tidak digunakan.
Mencakup hal-hal berikut :
a. Prosedur mengenai pendaftaran warisan, kriteria
penerimaan, prosedur yang harus diikuti setelah kematian
(termasuk jika keadaan pendonor mungkin ditolak), dan
pembuangan jenazah. Alasan penolakan :
- Kondisi fisik tubuh
- Status virologis atau mikrobiologis pendonor
- Terdapat penyakit lain yang mungkin menyebabkan
berbagai resiko di kemudian hari
- Berat badan yang tidak sesuai
- Adanya kemungkinan kelebihan pasokan pendonor di
institusi tersebut pada waktu yang sama
- Tempat kematian yang di luar area yang ditentukan
(terlalu jauh)
b. Rencana penggunaan badan pendonor di institusi tersebut
c. Biaya yang mungkin ditanggung oleh ahli waris maupun
institusi
d. Kerahasiaan pendonor dan akses terkait catatan medis
36

e. Kemungkinan mengenai pemakaian tubuh atau bagian


tubuh jenazah oleh institusi ataupun individu lain
f. Jangka waktu maksimal tubuh jenzah akan dipertahankan.
Ahli waris pendonor harus mendapat informasi mengenai
waktu pembuangan jenazah
g. Pendonor mendiskusikan rencana donor tubuh setalah
kematiannya kepada pihak keluarga sehingga keluarga
memahami keinginan dari pendonor
10. Memberikan pemahaman yang baik kepada mahasiswa yang
akan mempelajari anatomi sehingga mahasiwa dapat
menghormati jenazah yang akan mereka gunakan untuk
kepentingan pendidikan anatomi
11.
Mendorong institusi untuk mengadakan upacara sebagai bentuk
terimakasih ataupun peringatan bagi mereka yang telah
mendonorkan tubuhnya untuk kepentingan pendidikan dan
penelitian. Dapat mengundang kerabat almarhum bersama
dangan mahasiswa dan juga staf institusi.46
37

2.5. Kerangka Teori


38

2.6. Kerangka Konsep


Faktor yang mempengaruhi
pengetahuan :
Tingkat pengetahuan
mahasiswa kedokteran - Umur
- Pendidikan
- Pekerjaan
Penggunaan kadaver - Informasi
pada praktikum - Faktor lingkungan
anatomi - Sosial, budaya dan
ekonomi

Aspek fikih Aspek medikolegal

Keterangan :

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak


diteliti
39

2.7. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Pengetahuan Pengetahuan dalam Menghitung skor Kuesioner Tingkat Ordinal
terkait aspek penelitian ini mengharapkan pada pernyataan pengetahuan diukur
fikih penggunaan responden dapat yang dijawab oleh menggunakan skala
kadaver mengerti hal responden ordinal, yaitu :
yang berkaitan dengan aspek menggunakan - Pengetahuan baik
fikih penggunaan kadaver, skala guttman. : 76%-100%
berdasarkan : Pernyataan positif - Pengetahuan
- Al’qur’an dan hadis : cukup : 56%-75%
- Kaidah fikih Benar = 2 - Pengetahuan
- Pendapat ulama Salah = 1 kurang : <56%
- Pendapat lembaga Tidak tahu = 0
Pengetahuan Pengetahuan dalam Pernyataan negatif
terkait aspek penelitian ini mengharapkan :
medikolegal responden dapat Tidak tahu = 0
penggunaan mengerti hal Benar = 1
kadaver yang berkaitan dengan aspek Salah = 2
40

medikolegal penggunaan
kadaver berdasarkan :
- Peraturan Pemerintah RI
no. 18 tahun 1981
- Undang-Undang no.36
tahun 2009
- Peraturan Menteri
Kesehatan RI no. 37
tahun 2014
- Peraturan menurut IFAA
(International
Federation of
Associations of
Anatomists)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan
metode potong lintang (cross sectional) untuk mengetahui tingkat
pengetahuan mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2018 dan 2019 mengenai
aspek fikih dan aspek medikolegal penggunaan kadaver pada praktikum
anatomi. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mengetahui gambaran dari
suatu fenomena sehingga dapat terjadi dan mengetahui berbagai variabel
yang berhubungan dengan masalah tersebut.47 Penelitian potong-lintang
atau “cross sectional” adalah penelitian noneksperimental dalam rangka
mempelajari dinamika korelasi antara faktor risiko dan efek berupa
penyakit atau status kesehatan tertentu dengan model pendekatan ‘point
time’. Variabel-variabel yang termasuk faktor risiko dan faktor efek
diamati sekaligus pada saat yang sama. Pengertian saat yang sama adalah
pengamatan tiap subjek hanya diukur sekali saja.48
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan via daring, yaitu melalui google
form. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Januari 2022.
3.3. Subjek Penelitian
3.3.1. Populasi
Populasi target pada penelitian ini adalah mahasiswa yang
terdaftar pada Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan tahun 2018 dan 2019.
3.3.2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta angkatan tahun 2018 dan 2019 yang pernah melakukan
praktikum anatomi.

41
42

3.3.3. Besar Sampel


Rumus penelitian deskriptif yang digunakan untuk
menentukan besar sampel pada penelitian ini adalah :

Zα2 . P. Q
n =
d2
Keterangan :
n : Jumlah sampel
Z𝛼 2 : Deviat baku alfa (1,96)
P : Proporsi kategori variabel yang diteliti (0,5)
Q : 1-P (1-0,5 = 0,5)
d : Presisi/derajat kesalahan yang dapat diterima, dalam penelitian
ini digunakan (0,05 s.d. 0,10)
Untuk nilai P, tidak didapatkan data dari penelitian
sebelumnya. Maka digunakan nilai P = 0,5 untuk memperoleh
besar sampel yang maksimal. Maka untuk besar didapatkan hasil Q
= 1 – 0,5 = 0,5.
Zα2 PQ
n=
d2
(1,96)2 . 0,5.0,5
𝑛=
0,102
0,9604
𝑛 =
0,01
𝑛 = 96,4
Jadi, besar sampel minimal untuk penelitian ini adalah 97
responden.

3.3.4. Cara Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan
metode probability sample dengan teknik simple random sampling.
43

3.4. Kriteria Sampel


3.4.1. Kriteria Inklusi
1. Mahasiswa jurusan pendidikan dokter angkatan 2018 dan 2019
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang pernah melakukan praktikum
anatomi secara luring.
2. Menyetujui untuk terlibat dalam penelitian setelah dilakukan
informed consent.
3.4.2. Kriteria Eksklusi
1. Mahasiswa jurusan pendidikan dokter angkatan 2018 dan 2019
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang sedang cuti atau tidak aktif.
2. Mahasiswa jurusan pendidikan dokter angkatan 2018 dan 2019
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang tidak pernah melakukan praktikum
anatomi secara luring
3. Subjek yang menolak menjadi responden penelitian.
4. Subjek tidak mampu mengisi kuesioner melalui google form
karena keterbatasan sumber daya.
3.5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian berupa kuesioner yang dibuat dan
dikembangkan oleh tim penelitian yang dibimbing oleh Dr. dr. Ahmad
Azwar Habibi, M.Biomed dan dr. Mahesa Paranadipa Maikel, M.H.
dengan anggota Qosita. Kuesioner ini berisi pernyataan seputar
pengetahuan mengenai aspek fikih dan aspek medikolegal dalam
praktikum anatomi.
44

3.6. Cara Kerja Penelitian

Menentukan tema dan judul penelitian

Menentukan desain penelitian

Pembuatan kuesioner lalu dilakukan uji validitas dan realibilitas

Pendataan jumlah mahasiswa

Melakukan teknik simple random sampling

Permohonan izin etik penelitian

Pelaksanaan penelitian

Pengolahan dan analisis data

Penyusunan laporan hasil penelitian

Penarikan Kesimpulan
45

3.7. Tahapan Pembuatan Kuesioner

Mencari dan membaca sumber


terkait penelitian

Menentukan alat pengumpulan data

Menentukan jenis ukuran data

Menentukan skala pengukuran

Menyusun kuesioner

Uji validitas menggunakan expert


judgement

Revisi kuesioner

Kuesioner final

3.8. Manajemen Data


3.8.1. Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan izin dari
pihak Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta
mendapatkan persetujuan informed consent dari responden. Data
dikumpulkan dengan cara membagikan link google form yang
berisi kuesioner kepada subjek penelitian.

3.8.2. Pengolahan Data


Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini
menggunakan program IBM SPSS Statistic 25 dengan beberap
atahap pengolahan sebagai berikut :
46

1. Editing
Editing dilakukan untuk memeriksa kelengkapan data
yang telah didapat dari hasil kuesioner.
2. Coding
Proses penyusunan secara sistematis data mentah
kedalam bentuk yang mudah dibaca oleh mesin pengolahan
data. Hasil kuesioner yang diperoleh diklasifikasikan menurut
jenisnya kedalam bentuk yang lebih ringkas setelah diberi skor
atau pemberian kode tertentu sebelum diolah komputer melalui
aplikasi perangkat lunak.48
3. Entry
Memindahkan data yang telah diubah menjadi kode ke
dalam mesin pengolah data.
4. Cleaning
Memastikan bahwa seluruh data yang telah dimasukkan
kedalam mesin pengolah data sudah sesuai dengan data yang
sebenarnya.
5. Output
Hasil pengolahan data, dapat disajikan dalam bentuk
tabel, grafik ataupun gambar.
3.8.3. Analisis Data
Proses lanjutan dari proses pengolahan data untuk
menginterpretasikan dan menganalisis data dari hasil yang sudah
ada pada tahap hasik pengolahan data. Analisis data terdiri atas
analisis univariat dan bivariat. Penelitian ini menggunakan analisis
univariat untuk mengolah data yang ada. Analisis univariat adalah
analisis terhadap satu variabel untuk melihat distribusi frekuensi
dari tiap karakteristik responden.49,50
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan dengan menyebarkan e-kuesioner
selama 3 hari kepada mahasiswa angkatan 2018 dan 2019 melalui
whatsapp maupun line. Pengambilan data dilakukan sejak tanggal 15
Januari hingga 17 Januari. Saat pengambilan data didapatkan 118
mahasiswa angkatan tahun 2018 dan 2019 yang mengisi e-kuesioner. 118
mahasiswa tersebut bersedia menjadi subjek penelitian, sehingga subjek
yang memenuhi kriteria inklusi dan mengisi e-kuesioner secara lengkap
berjumlah 118 mahasiswa.

4.2. Analisis Univariat


4.2.1. Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian
4.2.1.1. Angkatan
Subjek pada penelitian ini dapat diklasifikasikan berdasarkan
tahun angkatan mahasiswa Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sebaran subjek penelitian berdasarkan tahun angkatan dapat dilihat
pada diagram dibawah.
Distribusi Subjek Berdasarkan Tahun Angkatan

2018 2019

35%
65%

Gambar 4.1 Distribusi Subjek Berdasarkan Tahun Angkatan

47
48

Gambar 4.1. menjelaskan bahwa subjek penelitian tersebar


dalam 2 angkatan, yaitu angkatan 2018 dan 2019. Mayoritas subjek
penelitian berasal dari angkatan 2018 dengan proporsi sebanyak 77
mahasiswa (65%) dan angkatan 2019 dengan proporsi sebanyak 41
mahasiswa (35%). Subjek penelitian yang berasal dari angkatan 2018
lebih banyak jika dibandingkan dengan subjek penelitian yang berasal
dari angkatan 2019.

4.2.1.2. Jenis Kelamin


Sebaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin dapat
dilihat dalam diagram dibawah.

Distribusi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin


Laki-laki Perempuan

26%

74%

Gambar 4.2 Distribusi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 4.2. menjelaskan sebaran subjek penelitian


berdasarkan jenis kelamin. Mayoritas subjek dalam penelitian ini
berjenis kelamin perempuan sebanyak 87 mahasiswa (74%),
sedangkan responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 31
mahasiswa (26%). Proporsi jenis kelamin pada penelitian ini tidak
tersebar secara rata. Responden penelitian ini didominasi oleh jenis
kelamin perempuan, hal tersebut sejalan dengan populasi mahasiswa
tahun angkatan 2018 dan 2019 Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
mayoritas berjenis kelamin perempuan.
49

4.2.1.3. Usia
Subjek penelitian tersebardalam berbagai usia, yakni rentang
usia 19 hingga 23 tahun. Sebaran subjek penelitian berdasarkan usia
dapat dilihat pada diagram dibawah.
Distribusi Subjek Berdasarkan Usia

19 20 21 22 23

13% 5% 5%
27%

50%

Gambar 4.3 Distribusi Subjek Berdasarkan Usia

Gambar 4.3. menjelaskan sebaran subjek penelitian bedasarkan


usia. Mayoritas subjek dalam penelitian ini berusia 21 tahun sebanyak
59 mahasiswa (50%) atau setengah dari keseluruhan jumlah subjek
penelitian. Sedangkan sebanyak 32 mahasiswa berusia 20 tahun
(27%), diikuti oleh mahasiswa dengan usia 22 tahun sebanyak 15
mahasiswa (13%), dan untuk mahasiswa berusia 19 serta 23 tahun
masing-masing sebanyak 6 mahasiswa (5%).

4.2.2. Gambaran Jawaban Subjek Penelitian terhadap Kuesioner


4.2.2.1. Pengetahuan Mengenai Istilah Fikih, Medikolegal dan Kadaver
Tabel 4.1. menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa telah
mengetahui istilah fikih, medikolegal dan kadaver. Pertanyaan ketiga
mengenai istilah kadaver merupakan jawaban sempurna, yakni
keseluruhan mahasiswa (100%) mengaku mengetahui istilah kadaver.
Pada petanyaan pertama mengenai istilah fikih, 110 subjek penelitian
(93,22%) mengaku mengetahui istilah fikih, sedangkan 6 mahasiswa
(5,08%) mengaku tidak mengetahui dan 2 mahasiswa (1,69%)
mengaku mungkin mengetahui istilah fikih.
50

Tabel 4.1 Gambaran Jawaban Mahasiswa terhadap Kuisioner


Mengenai Istilah Fikih, Medikolegal, dan Kadaver
Ya Tidak Mungkin
No Pernyataan
f % f % f %
Apakah Anda mengetahui istilah
1
fikih? 110 93.22 6 5.08 2 1.69
Apakah Anda mengetahui istilah
2
medikolegal? 98 83.05 10 8.47 10 8.47
Apakah Anda pernah mendengar
3
istilah kadaver? 118 100

Berdasarkan hasil survei peneliti, didapatkan bahwa responden


yang mengaku telah mengetahui istilah fikih dapat menjabarkan
secara benar. Mayoritas responden menjawab bahwa fikih adalah
“hukum”, “ilmu pengetahuan mengenai hukum Islam”, “hukum
berdasarkan dalil syar’i”. Pengertian tersebut sesuai menurut pendapat
yang populer dikalangan Ulama, yakni mengenal hukum-hukum
Syariah yang bersifat amaliah (perbuatan) yang diambil dari dalil-
dalinya secara rinci (alquran, sunnah, ijma’ dan qiyas).32 Sesuai
dengan pendapat Nurhayati (2018) bahwa fikih adalah ilmu yang
berusaha memahami hukum-hukum yang terdapat di dalam al-Quran
untuk diterapkan pada perbuatan manusia yang telah dewasa yang
sehat akalnya yang berkewajiban melaksanakan hukum Islam.51
Sedangkan pada item pernyataan kedua mengenai istilah
medikolegal, sebanyak 98 mahasiswa (83,05%) mengaku mengetahui
istilah medikolegal, 10 mahasiswa (8,47%) tidak mengetahui, dan 10
mahasiswa lainnya (8,47) mungkin mengetahui mengenai istilah
medikolegal. Berdasarkan jawaban responden penelitian, didapatkan
bahwa responden yang mnegaku mengetahui istilah medikolegal dapat
menjelaskan dengan benar. Mayoritas responden menjawan bahwa
medikolegal adalah “hukum kedokteran, “hukum medis”, dan “aspek
hukum dan kedokteran”. Pengertian tersebut sesuai menurut KBBI,
yaitu berkaitan baik dengan kesehatan maupun hukum. Sesuai juga
dengan pendapat Koeswadji (1992) bahwa Medikolegal adalah suatu
51

ilmu terapan yang melibatkan dua aspek ilmu yaitu medico yang
berarti ilmu kedokteran dan legal yang berarti ilmu hukum.52
Tabel 4.2 Gambaran Jawaban Responden Penelitian Mengenai
Kadaver dan Pembedahan
Ya Tidak
No. Pernyataan
n % n %
Apakah Anda mengetahui
1 bahwa praktik pembedahan 76 64.4 42 35.6
mayat telah dimulai sejak
sebelum Masehi?
Apakah Anda mengetahui
2 bahwa ilmuwan Muslim 112 94.9 6 5.1
berkontribusi dalam
perkembangan kedokteran,
terutama di bidang anatomi?
Apakah pengetahuan anatomi
3 yang baik dibutuhkan oleh 118 100
seorang dokter?
Apakah media pembelajaran
4 menggunakan kadaver masih 116 98.3 2 1.7
relevan hingga saat ini?
Apakah terdapat metode lain
5 yang dapat menggantikan 49 41.5 69 58.5
media kadaver?

Tabel 4.2. menunjukkan bahwa pada item nomor 3, 100%


responden penelitian berpendapat bahwa pengetahuan anatomi yang
baik dibutuhkan oleh seorang dokter. Hal ini sesuai dengan penelitian
Nugraha (2019) bahwa pengetahuan mengenai anatomi membantu
untuk praktik kedokteran, yakni pada saat melakukan palpasi, perkusi,
auskultasi, serta pada penggunaan teknik pencitraan anatomi seperti
computer tomography (CT) dan magnetic resonance imaging (MRI),
serta pengembangan terbaru lainnya terkait visualisasi tiga dimensi.
Pendidikan anatomi pada mahasiswa kedokteran juga membantu
mengenalkan realitas kematian, pengembangan keterampilan
psikomot, meningkatkan kemampuan komunikasi dan interaksi sosial,
dan lainnya.31 Nyemb (2017) juga berpendapat bahwa anatomi selalu
diakui sebagai salah satu dasar penting dari ilmu klinis. Namun pada
saat ini, keefektifan pembelajaran anatomi dapat dilakukan dengan
memasukkan masalah klini ke dalam ilmu dasar. Pada penelitian ini,
52

mahasiswa kedokteran mengklaim bahwa pengetahuan dasar yang


mereka dapatkan pada awal pendidikan kedokteran akan memudar
ketika mereka mencapai tingkat klinis (mahasiswa tingkat akhir).
Kurikulum Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum yang
baik untuk memahami pengetahuan dasar dan klinis.53
Sedangkan pada item nomor 5 mengenai metode lain yang
dapat menggantikan kadaver, sebanyak 69 responden penelitian
(58,5%) berpendapat bahwa tidak terdapat metode lain yang dapat
menggantikan kadaver. 49 responden lainnya (41,5%) berpendapat
bahwa terdapat metode lain yang dapat menggantikan kadaver. Hal ini
masih menjadi perdebatan di kalangan akademisi, Davies (2019)
berpendapat bahwa kadaver masih dibutuhkan untuk pembelajaran
kadaver hingga kini. Kadaver memungkinkan mahasiswa untuk
memvisualisasikan fisiologi manusia, dimana pada masyarakat
modern saat ini terbiasa untuk melakukan aktivitas melalui layar.
Dharmasaroja (2018) berpendapat bahwa pembedahan pda kadaver
dapat meningkatkan ingatan mahasiswa mengenai anatomi yang
tentunya akan berdampak positif bagi pasien dalam pemeriksaan yang
akan dilakukan.6 Sejalan dengan pendapat Dharmasaroja, hasil
peenlitian yang didapatkan oleh Alhassan (2018), mahasiswa berpikir
bahwa pembedahan pada kadaver membantu mereka untuk mengingat
kembali materi yang telah mereka pelajari dan memberi ingatan dalam
jangka waktu yang lama.7 Meskipun pembelajaran anatomi
menggunakan kadaver masih diperlukan, namun terdapat
pembelajaran berbasi teknologi lainnya yang dapat digunakan sebagai
pengganti.6

4.2.2.2. Sumber Informasi Mengenai Kadaver


Tabel 4.3. menunjukkan bahwa 117 subjek penelitian
(99,15%) mendapatkan informasi mengenai kadaver dari perkuliahan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Nugraha dkk (2019) bahwa
pembelajaran anatomi didapatkan pada fase pertama pendidikan
dokter (tahun pertama).31 Subjek pada penelitian ini merupakan
53

mahasiswa tingkat ketiga (2019) dan keempat (2018), dimana


mahasiswa pada tingkat tersebut telah terpapar pembelajaran anatomi.
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah juga telah
dikenalkan kadaver sejak masa Pengenalan Budaya Akademik dan
Kemahasiswaan (PBAK) yang dilakukan di tahun pertama. Sebanyak
2 subjek penelitian (1,69%) mengaku mendapatkan informasi
mengenai kadaver dari media sosial dan 1 subjek penelitian (0,84%)
mendapatkan informasi dari buku/artikel.
Tabel 4.3 Sumber Informasi Subjek Penelitian tentang Kadaver

Sumber Informasi n %

Media sosial 2 1.69


Seminar
Kuliah 117 99.15
Buku/artikel 1 0.84
Sumber informasi lain

4.2.2.3. Pengetahuan Mengenai Aspek Fikih


Tabel 4.4. menunjukkan bahwa mayoritas subjek penelitian
menjawab secara salah pada item pernyataan yang diberikan.
Pernyataan item nomor 1, 4 dan 6 merupakan penyataan dengan
frekuensi jawaban salah paling banyak.
Tabel 4.4 Gambaran Jawaban Mahasiswa terhadap Kuisioner
Aspek Fikih
Tidak
Benar Salah
No. Pernyataan Jawaban Tahu
f % f % f %
Boleh menggunakan mayat dewasa
1 Salah 59 50 16 13.55 43 36.44
maupun anak-anak
Mayat yang telah mewasiatkan dirinya
2 dapat digunakan dalam praktikum Benar 108 91.52 3 2.54 7 5.93
anatomi
Mayat yang digunakan dalam praktikum
anatomi adalah mayat yang haknya telah
3 Benar 58 49.15 6 5.08 54 45.76
dipenuhi (dimandikan, dikafani dan
dishalatkan)
Dalam keadaan dimana jumlah mayat
4 Salah 42 35.59 6 5.08 70 59.32
yang berstatus maksum (dilindungi oleh
54

Islam) jumlahnya terbatas, maka


penggunaan mayat maksum tetap tidak
diperbolehkan
Telah diberi izin sebelum kematian
pendonor atau diizinkan oleh pewaris
5 setelah kematian pendonor adalah hal Benar 101 85.59 3 2.54 14 11.86
yang wajib dipenuhi jika ingin digunakan
dalam praktikum anatomi
Diperbolehkan menggunakan mayat yang
berbeda jenis kelamin (contoh :
6 Salah 111 94.06 2 1.69 5 4.23
Mahasiswa perempuan menggunakan
kadaver laki)
Menghormati tubuh mayat dengan tidak
memotong, merusak dan
7 mempermainkan saat praktikum Benar 111 94.06 3 2.54 4 3.38
merupakan salah satu hal yang wajib
diperhatikan oleh mahasiswa
Pendonor tidak diperbolehkan untuk
8 mendonorkan organnya kepada orang Salah 16 13.56 60 50.85 42 35.59
atau yayasan tertentu
Pada praktikum anatomi diperbolehkan
9 untuk menggunakan mayat dari hasil jual Salah 28 23.72 39 33.05 51 43.22
beli
Pembedahan mayat yang dilakukan oleh
mahasiswa kedokteran diperbolehkan
10 Benar 112 94.91 3 2.54 3 2.54
untuk tujuan keilmuan dan mendatangkan
kemaslahatan yang lebih besar
Mayat yang sudah tidak dapat digunakan
11 dalam praktikum anatomi wajib untuk Benar 94 79.66 6 5.08 18 15.25
dikuburkan

Pernyataan nomor 6 tentang penggunaan mayat yang berbeda


jenis kelamin (contoh : Mahasiswa perempuan menggunakan
kadaver laki) adalah pernyataan yang paling banyak dijawab secara
salah. Sebanyak 111 subjek penelitian (94,06%) menjawab bahwa
penggunaan mayat yang berbeda jenis kelamin diperbolehkan dalam
praktikum anatomi, dan 5 subjek penelitian (4,23%) tidak
mengetahui hukum penggunaan mayat yang berbeda jenis kelamin.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas subjek penelitian
belum mengetahui ataupun memiliki pemahaman yang salah
mengenai hukum tersebut. Menurut Fatwa Majelis Ulama Mesir
dalam Majalah Al-Azhar (20/742) Tahun (1368 H) Dewan Fatwa Al-
Azhar, Fatwa no. 491, jasad wanita ditangani oleh sesama wanita,
kecuali dalam kondisi darurat.40 Hal ini sejalan dengan Fatwa
55

Akademi Fiqh Internasional bahwa jasad wanita tidak boleh


ditangani pembedahannya selain oleh dokter wanita, kecuali tidak
ada.43 Berdasarkan 2 fatwa tersebut, penggunaan kadaver yang
berbeda jenis kelamin tidak diperbolehkan. Namun, terdapat
pengecualian, yakni jika dalam kondisi darurat dan tidak ada dokter
yang selain jenis kelamin yang sama.
Sedangkan pada item nomor 4 tentang penggunaan mayat yang
berstatus maksum, hanya 6 subjek penelitian (5,08%) yang menjawab
pernyataan secara benar. Sebanyak 42 subjek penelitian (35,59%)
menjawab secara salah dan 70 subjek penelitian (59,32%) mengaku
tidak mengetahui mengenai hukum tersebut. Menurut Fatwa Dewan
Ulama Senior Saudi Arabia pada pembedahan mayat yang dilakukan
terdapat ketidakhormatan atas kemuliaan mayat, sedangkan dalam
kondisi darurat yang tidak mudah untuk mendapatkan mayat selain
yang maksum, maka hukum membedah mayat diperbolehkan karena
darurat dan pertimbangan kemaslahatan medis disebabkan mayat yang
berstatus tidak maksum jumlahnya tidak banyak dan terbatas. Maka
dapat disimpulkan bahwa pembedahan terhadap mayat diperbolehkan
jika mayat yang digunakan adalah mayat orang yang tidak maksum,
atau jika dalam keadaan darurat dan tidak adanya mayat selain yang
maksum maka diperbolehkan menggunakan mayat maksum.41
Maksum yang dimaksud disini ialah mayat tersebut terjaga dan
terpelihara oleh hukum Islam dikarenakan semasa hidupnya ia adalah
seorang muslim atau kafir mu’aahad yaitu non muslim yang berada
dalam lindungan negara Islam karena ikatan perjanjian damai. Adapun
mayat yang tidak maksum adalah mayat yang saat hidupnya Muslim
tapi murtad (keluar dari agama Islam) ataupun mayat kafir harbi
(mayat non Muslim yang memerangi umat Islam dan Negara Islam
ataupun tidak terikat perjanjian damai dengannya).54
Pada item nomor 1 tentang penggunaan mayat dewasa maupun
anak-anak, hanya 16 responden penelitian (13,55%) yang menjawab
sesuai. 50% responden menjawab tidak sesuai pada pertanyaan yang
56

diberikan, 36,44% sisanya mengaku tidak mengetahui mengenai


hukum penggunaan mayat tersebut. Mneurut Fatwa Yusuf Qardhawi,
anak kecil belum mengetahui kepentingan bagi dirinya, sehingga ia
tidak diperbolehkan untuk mendonorkan tubuhnya. Hal tersebut
berlaku juga bagi individu dengan gangguan mental.38
Maka dapat disimpulkan bahwa pembedahan terhadap mayat
diperbolehkan jika mayat yang digunakan adalah mayat orang yang
tidak maksum, atau jika dalam keadaan darurat dan tidak ada mayat
selain yang maksum, maka diperbolehkan menggunakan mayat
maksum.41
Tabel 4.5 Distribusi Subjek Kategori Tingkat Pengetahuan
Mengenai Aspek Fikih

Variabel Kategori f %

Tingkat Pengetahuan Kurang (<56) 111 94.1


Mengenai Aspek Fikih
Cukup (56-75) 7 5.9
Total 118 100

Pada tabel 4.5. menunjukkan bahwa sebanyak 111 subjek


penelitian (94,1%) memiliki tingkat pengetahuan yang kurang.
Sedangkan sebanyak 7 responden penenlitian (5,9%) memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai aspek fikih penggunaan kadaver
pada praktikum anatomi. Pengetahuan mahasiswa kedokteran terkait
aspek fikih penggunaan kadaver merupakan hal penting yang
harusnya diketahui oleh mahasiswa, namun mayoritas mahasiswa
masih memiliki pengetahuan yang kurang terkait hal tersebut. Belajar
fikih adalah belajar mengenai Islam, terutama dalam hal hukum
syari’ah yang akan membimbing mahasiswa untuk memiliki
keyakinan dan supaya mengetahui hukum Islam dengan benar. Tujuan
dari belajar fikih selain untuk mengetahui hukum (aspek kognitif),
namun untuk cakap melaksanakan suatu hukum serta mematuhi
hukum.53 Pengetahuan manusia tentang sesuatu yang dilihat,
57

dipelajari, dipikirkan dan pengaruh lingkungan di sekitarnya akan


membentuk perilaku.55 Demikian juga dengan perilaku mahasiswa,
diharapkan dengan pengetahuan yang dimilki akan membentuk
perilaku yang baik pada mahasiswa saat praktikum anatomi. Dimana
saat praktikum tersebut, mahasiswa menggunakan media kadaver
yang harus dimuliakan dan dihormati.

4.2.2.4. Pengetahuan Mengenai Aspek Medikolegal

Tabel 4.6. menunjukkan bahwa mayoritas subjek penelitian


menjawab secara benar pada item pernyataan yang diberikan.
Pernyataan item nomor 16 merupakan penyataan dengan frekuensi
jawaban paling banyak dijawab secara benar oleh responden
penelitian. Sebanyak 117 responden penelitian (99,15%) menjawab
benar, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden penelitian
mendapatkan pemahaman yang baik oleh dosen terkait pembelajaran
anatomi sehingga mahasiswa dapat menghormati jenazah yang akan
mereka gunakan.
Tabel 4.6 Gambaran Jawaban Mahasiswa terhadap Kuisioner
Aspek Medikolegal
Benar Salah Tidak Tahu
No. Pernyataan Jawaban
f % f % f %
Boleh menggunakan mayat yang
telah mendapatkan persetujuan
tertulis oleh mayat dan atau
1 keluarganya yang terdekat setelah Benar 91 77.11 13 11.02 14 11.86
mayat meninggal dunia, apabila sebab
kematiannya belum diketahui dengan
pasti
Tidak diperbolehkan untuk
menggunakan mayat tanpa adanya
2 persetujuan keluarga jika dalam 2x24 Benar 78 66.1 12 10.17 28 23.73
jam tidak ada keluarga yang datang
ke RS
Dapat memanfaatkan organ donor
3 sebelum donor dinyatakan mati Salah 18 15.25 68 57.63 32 27.12
batang otak
Mayat yang tidak dikenal atau tidak
diurus keluarganya tidak
4 diperbolehkan untuk langsung Salah 57 48.3 34 28.81 27 22.88
dimanfaatkan (donor organ, jaringan
dan sel)
58

Boleh menggunakan mayat yang


berhubungan dengan perkara pidana,
5 Salah 23 19.49 47 39.83 48 40.68
pemanfaatan dapat dilakukan saat
proses pemeriksaan perkara dilakukan
Perawatan mayat sebelum, selama
dan sesudah praktikum anatomi
6 Benar 105 88.98 2 1.695 11 9.322
dilakukan sesuai dengan agama dan
kepercayaan kepada Tuhan YME
Bedah mayat anatomi hanya boleh
7 dilakukan di bangsal anatomi Benar 89 75.42 9 7.627 20 16.95
Fakultas Kedokteran
Diperbolehkan untuk melakukan
bedah mayat anatomis dibawah
8 Benar 84 71.18 5 4.237 29 24.58
pimpinan dan tanggung jawab
seorang ahli urai
Bedah mayat anatomis hanya dapat
dilakukan pada mayat yang tidak
9 dikenal/tidak diurus keluarganya Benar 85 72.03 9 7.627 24 20.34
dengan persetujuan tertulis orang
tersebut/keluarganya
Mayat yang digunakan untuk bedah
mayat anatomis adalah mayat yang
10 telah dipublikasikan untuk dicarikan Salah 76 64.4 8 6.78 34 28.81
keluarganya sekurang-kurangnya 3
bulan sejak kematiannya
Organ yang dimanfaatkan harus
dilakukan pencatatan dan pelaporan
11 Benar 111 94.06 1 0.847 6 5.085
sesuai dengan peraturan perundang-
undangan
Mengambil keuntungan komersial,
kecuali untuk pemeliharaan,
12 Benar 103 87.28 3 2.542 12 10.17
persiapan serta transportasi adalah hal
yang dilarang
Diperbolehkan menyebarluaskan
hasil pemotretan kadaver pada media
13 Salah 17 14.4 86 72.88 15 12.71
sosial yang saya miliki sebagai bahan
edukasi
Saya tidak diperbolehkan untuk
mengetahui identitas dari kadaver
14 yang gunakan dalam praktikum Benar 83 70.34 10 8.475 25 21.19
anatomi karena hal tersebut
merupakan privasi pendonor
Upacara dapat dilakukan sebagai
15 bentuk terimakasih bagi mereka yang Benar 63 53.39 14 11.86 41 34.75
telah mendonorkan tubuhnya
Dosen memberikan pemahaman yang
baik terkait pembelajaran antomi
sehingga mahasiswa dapat
16 Benar 117 99.15 0 1 0.847
menghormati jenazah yang akan
mereka gunakan untuk kepentingan
pendidikan anatomi
59

Diantara item pernyataan yang diberikan oleh peneliti pada


tabel 4.8., item nomor 10 adalah item dengan frekuensi jawaban
tidak sesuai paling banyak dijawab oleh subjek penelitian. Pada item
nomor 10 disebutkan bahwa “Mayat yang digunakan untuk bedah
mayat anatomis adalah mayat yang telah dipublikasikan untuk
dicarikan keluarganya sekurang-kurangnya 3 bulan sejak
kematiannya”. Dari pernyataan ini, hanya 8 responden penelitian
(4,23%) yang menjawab salah, sedangkan dalam Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 Bagian Keselapan Belas Bedah Mayat Pasal
120 disebutkan bahwa mayat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
harus telah diawetkan, dipublikasikan untuk dicarikan keluarganya,
dan disimpan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sejak
kematiannya.12 Sebanyak 76 responden penelitian menjawab benar
(64,4%) dan 34 responden penelitian (28,81%) mengaku tidak
mengetahui item pernyataan tersebut.
Tabel 4.7 Distribusi Subjek Kategori Tingkat Pengetahuan
Mengenai Aspek Medikolegal

Variabel Kategori f %

Tingkat Pengetahui Mengenai


Kurang (<56) 2 1.7
Aspek Medikolegal
Cukup (56-75) 35 29.7
Baik (>75) 81 68.6
Total 118 100

Pada tabel 4.7. menunjukkan bahwa sebanyak 81 subjek


penelitian (68,8%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik.
Sedangkan sebanyak 35 responden penenlitian (29,7%) memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai aspek medikolegal penggunaan
kadaver pada praktikum anatomi.
Berdasarkan hasil distribusi pengetahuan beserta kategori
tingkat pengetahuan tentang aspek medikolegal penggunaan kadaver
pada praktikum anatomi, mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun angkatan 2018 dan 2019 mayoritas
60

memiliki pengetahuan yang cukup hingga baik terkait aspek


medikolegal penggunaan kadaver pada praktikum anatomi yang
dibuktikan dengan jawaban benar pada item pernyataan yang
diberikan. Hal tersebut membuktikan bahwa mayoritas mahasiswa
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun angkatan
2018 dan 2019 mengetahui apa yang boleh dilakukan maupun yang
tidak boleh dilakukan saat praktikum anatomi dalam hal berkaitan
dengan aspek medikolegal.
Menurut pidato Afandi (2019), dokter yang beradab adalah
dokter yang memahami dan menerapkan aspek medikolegal dalam
menjalankan praktik kedokterannya.56 Mahasiswa yang telah
memahami aspek medikolegal terkait penggunaan kadaver pada
praktikum anatomi diharapkan dapat menerapkan aspek medikolegal
tersebut, sehingga kelak dapat menjalankan praktik kedokterannya
sebagai dokter yang beradab.
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah
memiliki kurikulum mengenai keislaman dan medikolegal dalam
kuliah IMDB (Integrated Moslem Doctor and Bioethic). Namun,
dalam kurikulum tersebut belum terdapat materi khusus mengenai
aspek fikih dan medikolegal terhadap penggunaan kadaver dalam
praktikum anatomi.
61

4.2.3. Gambaran Tingkat Pengetahuan mengenai Aspek Fikih dan


Medikolegal Penggunaan Kadaver Pada Praktikum Anatomi

4.2.3.1. Distribusi Berdasarkan Tahun Angkatan

Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Tahun


Angkatan
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Fikih 2018 Fikih 2019 Medikolegal 2018 Medikoelgal 2019

Kurang Cukup Baik

Gambar 4.4 Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan


Tahun Angkatan
Gambar 4.4. menunjukkan bahwa mayoritas subjek penelitian
merupakan mahasiswa angkatan tahun 2018. Subjek penelitian yang
berasal dari angkatan 2018 maupun 2019 memiliki pengetahuan yang
kurang hingga cukup dalam hal aspek fikih. Pada angkatan 2018,
sebanyak 72 mahasiswa (93,5%) masih memiliki pengetahuan yang
kurang, sedangkan 5 mahasiswa lainnya (6,5%) memiliki pengetahuan
yang cukup. Tidak berbeda signifikan dengan mahasiswa angkatan
tahun 2018, mahasiswa 2019 juga memiliki pengetahuan yang kurang
hingga cukup. Sebanyak 39 mahasiswa (95,1%) memiliki
pengetahuan yang kurang dan 2 mahasiswa (4,9%) memiliki
pengetahuan yang cukup. Dari kedua angkatan tersebut, tidak ada
mahasiswa yang memiliki pemahaman yang baik terkait aspek fikih
penggunaan kadaver. Hal tersebut dapat dimaklumi karena dalam
perkuliahan di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
mahasiswa tersebut belum terpapar informasi perkuliahan mengenai
aspek fikih penggunaan kadaver. Dapat disimpulkan bahwa
62

mahasiswa pada kedua angkatan tersebut belum mendapatkan


informasi terkait hal tersebut. Sedangkan salah satu faktor yang
mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah sumber informasi, yakni
pemindahan ilmu yang dapat memberikan pengaruh sehingga
menimbulkan peningkatan pengetahuan terhadap suatu hal.16 Oleh
karena itu, menurut penulis penting untuk memasukkan materi
mengenai aspek fikih penggunaan kadaver pada praktikum anatomi
pada perkuliahan IMDB (Integrated Moslem Doctor and Bioethic).
Sedangkan pada aspek medikolegal, mayoritas subjek
penelitian telah memiliki pengetahuan yang baik. Pada angkatan tahun
2018, sebanyak 56 mahasiswa (72,7%) memiliki pengetahuan yang
baik, 20 mahasiswa (26%) memiliki pengetahuan yang cukup, dan 1
mahasiswa lainnya (1,3%) memiliki pengetahuan yang kurang terkait
aspek medikolegal penggunaan kadaver pada praktikum anatomi.
Tidak berbeda jauh, pada angkatan tahun 2019 sebanyak 25
mahasiswa (61%) memiliki pengetahuan yang baik, 15 mahasiswa
(36,6%) memiliki pengetahuan yang cukup dan 1 lainnya (2,4%)
memiliki pengetahuan yang kurang. Dengan demikian, perbedaan
tahun angkatan pada subjek penelitian tidak memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap pengetahuan dari masing-masing subjek
penelitian.
Meskipun mahasiswa belum medapatkan perkuliahan secara
khusus mengenai aspek medikolegal penggunaan kadaver pada
praktikum anatomi, namun pada tahun pertama saat Pengenalan
Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) mahasiswa telah
terpapar sedikit informasi yang didapatkan oleh mahasiswa satu
tingkat diatas mereka. Selain itu, mahasiswa juga terpapar sedikit
informasi saat praktikum anatomi yang disampaikan oleh dosen.
Dalam perkuliahan IMDB (Integrated Moslem Doctor and Bioethic)
terdapat materi mengenai transplantasi organ dan juga mengenai
aborsi. Meskipun tidak membahas secara rinci mengenai aspek
medikolegal penggunaan kadaver, namun pada perkuliahn tersebut
63

terdapat pembahasan mengenai UU no. 36 tahun 2009 yang juga


peneliti masukkan dalam kuesioner yang dibagikan kepada subjek
penelitian.
Meskipun mahasiswa telah terpapar mengenai aspek
medikolegal penggunaan kadaver, penulis menyarankan untuk
memasukkan perkuliahan mengenai materi tersebut dalam kuliah
IMDB (Integrated Moslem Doctor and Bioethic).
Pembelajaran di Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta menggunakan kurikulum Problem Based
Learning (PBL), sehingga mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta terbiasa untuk mengerjakan soal berupa
skenario ataupun kasus, maka dari itu penulis menyarankan kepada
peneliti lain untuk membuat kuesioner berikutnya berupa skenario
ataupun kasus. Bukan hanya karena mereka terbiasa dengan model
soal tersebut, namun supaya mereka langsung mengerti mengenai
hukum tersebut jika diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari mereka
di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4.3. Keterbatasan Penelitian

Kurangnya kepustakaan mengenai aspek fikih terkait penggunaan


kadaver pada praktikuma anatomi yang berbahasa Indonesia maupun
Inggris.

4.4. Kelebihan Penelitian

1. Menyaikan data tingkat pengetahuan mahasiswa angkatan tahun 2018


dan 2019 mengenai aspek fikih dan aspek medikolegal penggunaan
kadaver pada praktikum anatomi.
2. Menjadi referensi penelitian di Indonesia, khususnya di FK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta terkait aspek fikih dan aspek medikolegal
penggunaan kadaver pada praktikum anatomi.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan
1. Mahasiswa FK UIN Syarif Hidayatullah angkatan tahun 2018
mayoritas memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 72
mahasiswa (93,5%) dan frekuensi tingkat pengetahuan yang cukup
sebanyak 5 mahasiswa (6,5%) mengenai aspek fikih penggunaan
kadaver pada praktikum anatomi.
2. Mahasiswa FK UIN Syarif Hidayatullah angkatan tahun 2019
mayoritas memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 39
mahasiswa (95,1%) dan frekuensi tingkat pengetahuan yang cukup
sebanyak 2 mahasiswa (4,9%) mengenai aspek fikih penggunaan
kadaver pada praktikum anatomi.
3. Mahasiswa FK UIN Syarif Hidayatullah angkatan tahun 2018
mayoritas memiliki tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 56
mahasiswa (72,7%), dan frekuensi tingkat pengetahuan yang cukup
dan kurang berturut-turut yaitu 20 mahasiswa (26%) dan 1 mahasiswa
(1,3%) mengenai aspek medikolegal penggunaan kadaver pada
praktikum anatomi.
4. Mahasiswa FK UIN Syarif Hidayatullah angkatan tahun 2019
mayoritas memiliki tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 25
mahasiswa (61%), frekuensi tingkat pengetahuan yang cukup dan
kurang berturut-turut yaitu 15 mahasiswa (36,6%) dan 1 mahasiswa
(2,4%) mengenai aspek medikolegal penggunaan kadaver pada
praktikum anatomi.
5. Tingkat pengetahuan mahasiswa angkatan tahun 2019 dan 2018
mengenai aspek fikih dan aspek medikolegal tidak berbeda jauh, pada
aspek fikih terdapat perbedaan 1,6% pada tingkat pengetahuan kurang
dan pada aspek medikolegal terdapat perbedaan 11,7% pada tingkat
pengetahuan baik.

64
65

5.2. Saran
1. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
memberikan materi khusus pada modul IMDB (Integrated Moslem
Doctor and Bioethic) terkait aspek fikih dan medikolegal penggunaan
kadaver pada praktikum anatomi.
2. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan penelitian terkait
aspek fikih dan medikolegal penggunaan kadaver pada praktikum
dengan skala yang lebih luas dan variabel yang lebih bervariasi,
sehingga faktor lain dapat diketahui.
3. Peneliti selanjutnya dapat membuat kuesioner sesuai dengan indikator
pada penelitian ini, namun untuk pernyataan dapat menggunakan
narasi berupa skenario, sehingga mahasiswa lebih mudah memahami
terkait pernyataan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

1. Wicaksono A, Iqbal N. Komparasi Preservasi Cadaver. J Kesehat


Khatulistiwa Vol 4 Nomor 2 Juli 2018. 2018;4:609–16.
2. Azwar Habibi A, Briliantina L NN. Berbagai upaya mereduksi efek
formalin saat praktikum anatomi. J Med Islam. 2016;1:21–31.
3. Fahmi MAR. Hubungan Pengetahuan Mahasiswa tentang Perawatan
Jenzah secara Islam dengan Adab Mahasiswa terhadap Kadaver di FKIK
UMY. 2019;
4. Halim RA. Introduction to the History of Medieval Islamic Medicine;
Human Anatomy and Physiology in the Medieval Islamic Era. Muslim
Heritage. 1700.
5. Syayuthi A. Penggunaan Jenazah Untuk Kepentingan Penelitian Ilmiah
Perspektif Fazlur Rahman. Anal Islam. 2020;22(1):69–88.
6. Dharmasaroja P. Do we not really need cadavers anymore to learn anatomy
in undergraduate medicine? Med Teach. 2019;41(8):965–6.
7. Alhassan A, Majeed S. Perception of Ghanaian Medical Students of
Cadaveric Dissection in a Problem-Based Learning Curriculum. Anat Res
Int. 2018;2018:1–7.
8. Romi MM, Arfian N, Sari DCR. Is Cadaver Still Needed in Medical
Education? J Pendidik Kedokt Indones Indones J Med Educ.
2019;8(3):105.
9. Wibawati M. Bedah Mayat Perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam
(Studi Kasus di RS Bhayangkara Kediri). 2018;
10. Al Quran Terjemahan. Bandung: Sygma Examedia Arkanleema; 2012.
11. Idris Ma. Tanggung Jawab dan Etika Profesi Dokter dalam Bidang Hukum.
Neliti. 2017. p. 87–109.
12. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN
2009 TENTANG KESEHATAN. 2009;
13. Maramis M. Tinjauan Yuridis Terhadap Otopsi Medikolegal Dalam
Pemeriksaan Mengenai Sebab-Sebab Kematian. J Huk Unsrat.
2016;21(5):85–96.

66
14. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta; 2014.
15. Nursalam. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.
4th ed. Jakarta Selatan: Penerbit Salemba Medika; 2015. 454 p.
16. Budiman, Riyanto A. Kapita Selekta Kuesioner : Pengetahuan dan Sikap
dalan Penelitian Kesehatan. Suslia A, editor. Jakarta Selatan: Penerbit
Salemba Medika; 2014.
17. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta; 2007.
18. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed
Methods). 2nd ed. Sutopo, editor. Bandung: Penerbit Alfabeta; 2020. 782 p.
19. Adila S. Tingkat Keefektifan Penggunaan Cadaver Sebagai Media
Pembelajaran Anatomi di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Skripsi FK UNS. 2019;
20. Herdiman MH, Winata T, Pramesti T, Alam IG. Fungi Identification in
Preservative Liquids of Cadaver at Anatomy Laboratory of Faculty of
Medicine Maranatha Christian University Bandung. J Med Heal.
2018;2(1):672–9.
21. Ghosh SK. Human cadaveric dissection: A historical account from ancient
Greece to the modern era. Anat Cell Biol. 2015;48(3):153–69.
22. Habbal O. The science of anatomy: A historical timeline. Sultan Qaboos
Univ Med J. 2017;17(1):e18–22.
23. Alghamdi MA, Ziermann JM, Diogo R. An untold story: The important
contributions of Muslim scholars for the understanding of human anatomy.
Anat Rec. 2017;300(6):986–1008.
24. Shaikh I. Abu al-Qasim az-Zahrawi the Great Surgeon. Muslim Herit.
2001;(Desember).
25. Maria Arvide Cambra P. Abulcasis Al-Zahrawi, The Surgeon Of Al-
Andalus. 2016;7881(May):1857–7881.
26. Elgohary M. Al Zahrawi: The Father of Modern Surgery. Ann Pediatr Surg.
2006;2(2):82–7.
27. Waziri I. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Wasiat Jenazah di

67
Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta. Skripsi
Fak Syariah Dan Huk Perdata Islam Progr Stud Akhwalus Syasiah UIN
Sunan Ampel. 2015;
28. Habicht JL, Kiessling C, Winkelmann A. Bodies for anatomy education in
medical schools: An overview of the sources of cadavers worldwide. Acad
Med. 2018;93(9):1293–300.
29. Shahzad A, Azeem M, Nazir MS, Vo XV, Linh NTM, Pastor NMZ, et al.
Bedah Mayat dalam Perspektif Hukum Islam. E-Jurnal Manaj Univ
Udayana. 2019;4(3):1–21.
30. Sbayeh A, Qaedi Choo MA, Quane KA, Finucane P, McGrath D, O’Flynn
S, et al. Relevance of anatomy to medical education and clinical practice:
perspectives of medical students, clinicians, and educators. Perspect Med
Educ. 2016;5(6):338–46.
31. Nugraha ZS, Khadafianto F, Fidianingsih I. Refleksi Pembelajaran
Anatomi pada Mahasiswa Kedokteran Fase Ketiga melalui Applied and
Clinical Question. Refleks Pembelajaran Inov. 2019;1(1):21–7.
32. Az-Zuhaili W. Fikih Islami wa Adillatuhu. 3rd ed. Damaskus: Darul Fikri;
1996. 15–16 p.
33. Ishaq Alu Syaikh A bin M bin A. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1. 13th ed. Harun
MY, Wahid HN, Okbah FA, Jawas YAQ, Bamu’allim M, Dloifur F, et al.,
editors. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i; 2019. 135 p.
34. Ishaq Alu Syaikh A bin M bin A. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5. 13th ed. Harun
MY, Okbah FA, Jawas YAQ, Alkatsiri TS, Anuz FG, Amri A, et al.,
editors. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i; 2019. 368 p.
35. Setiawan T. Penyuluh Agama Pujananting Latih Warga Mandikan Jenazah.
Kementerian Agama RI Provinsi Sulawesi Selatan. 2021.
36. Nurul. Komisi Fatwa: Pengurusan Jenazah Covid-19 Sesuai Syar’i adalah
Hak. Komisi Informasi dan Komunikasi MUI. 2020.
37. As-sa’idan W bin R. Fikih Kedokteran. 1st ed. Jufri A, editor. Yogyakarta:
Pustaka Fahima; 2007.
38. Qardhawi Y. Fatwa Fatwa Kontemporer Jilid 2. Jakarta: Gema Insani
Press; 2002. 1007 p.

68
39. Bin Baz AA bin A bin AR. Majmu’ Fatwa bin Baz Jilid 13. 1st ed. Sa’ad
AS bin, editor. Riyadh: Darul Qoshim; 1420.
40. Dewan Fatwa Al-Azhar. Majalah Al-Azhar. Dar Al-Ifta Mesir. 1368;93.
41. Arabia MUS. Hayah Kibarul Ulama bil Mamlakah Al Arobiyah As
Suudiyah Jilid 2. 5th ed. Riyadh: Perpustakaan Nasional Malik Fahd Saudi
Arabia; 2013.
42. Sayadi W. Ijtihad Kontemporer Antara Teks dan Realitas Ikhtiar Menjawab
Masalah Kontemporer. 1st ed. -, editor. Pontianak: Publishing TOP
Indonesia; 2015. 64–69 p.
43. Keputusan-Keputusan Akademih Fiqh Islam Internasional di Mekkah Al-
Mukarromah. 2004;
44. Departemen Kesehatan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
18 Tahun 1981 Tentang Bedah Mayat Klinis Dan Bedah Mayat Anatomis
Serta Transplantasi Alat Atau Jaringan Tubuh Manusia. 1981;(1):1–5.
45. Menteri Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 37 Tahun 2014 Tentang Penentuan Kematian dan Pemanfaatan
Organ Donor. 2014;(1):1–15.
46. IFAA. IFAA Guidelines. 2011;
47. Gulo W. Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia;
2002. 262 p.
48. Surahman. Metodologi Penelitian. Jakarta Selatan: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia; 2016. 232 p.
49. Dahlan S. Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika; 2014. p. 0–49.
50. Priyono. Metode Penelitian Kuantitatif. Chandra T, editor. Surabaya:
Zifatama Publishing; 2016. 195 p.
51. Nurhayati N. Memahami Konsep Syariah, Fikih, Hukum Dan Ushul Fikih.
J Huk Ekon Syariah. 2018;2(2):124–34.
52. Koeswadji HH. Beberapa Permasalahan Hukum dan Medik. Bandung: PT
Chitra Aditya Bakti; 1992. 139 p.
53. Mansir. F & Karim. A. Urgensi pembelajaran fiqih dalam meningkatkan
religiusitas siswa madrasah. J Islam Educ Stud. 2020;5(2):168–79.

69
54. ‫عشر الحادي المطلب‬:
َْ ‫ل ُحك ُْم‬
ِْ ‫األعضاء نَق‬
ِْ َْ‫ ِمن‬،ِ‫[ ُجث َّ ِته وتشريحِْ ال َميِت‬Internet]. ‫الموسوعة‬
‫الفقهية‬. [cited 2022 Jan 27]. p. 2021. Available from:
https://www.dorar.net/feqhia/1920/‫المطلب‬-‫الحادي‬-‫عشر‬:-‫حكم‬-‫نقل‬-‫األعضاء‬-‫من‬-
،‫الميت‬-‫وتشريح‬-‫جثته‬
55. Juwariyah T, Priyanto A. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku
Pencegahan Kekambuhan Luka Diabetik. J Ners dan Kebidanan (Journal
Ners Midwifery). 2018;5(3):233–40.
56. Afandi D. Peran Etik Medikolegal dalam Mewujudkan Dokter Paripurna.
Pekanbaru: Fakultas Kedokteran Universitas Riau; 2019.

70
LAMPIRAN

Lampiran 1
Surat Permohonan Validasi

SURAT PERMOHONAN VALIDASI

Kepada Yth.
Bapak/Ibu
Di tempat

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Perkenalkan saya Qosita, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas


Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan tahun 2018. Saat ini saya
sedang melakukan penelitian bersama dengan Dr. dr. Ahmad Azwar Habibi, M.
Biomed. dan dr. Mahesa Paranadipa Maikel, M.H.

Saya memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk melakukan validasi instrumen


yang akan saya gunakan untuk penelitian skripsi saya yang berjudul “Tingkat
Pengetahuan Mahasiswa Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Angkatan Tahun 2018 dan 2019 Mengenai Aspek Fikih dan
Aspek Medikolegal Penggunaan Kadaver Pada Praktikum Anatomi”.

Berikut saya lampirkan kuesioner dan indikator kuesioner serta link


kuesioner yang akan saya gunakan untuk penelitian :
https://forms.gle/SGGwwBAWdPkkQCVE8 .

Demikian surat permohonan ini saya sampaikan, atas perhatian dan


kesediaan Bapak/Ibu menjadi validator instrumen penelitian saya tersebut, saya
ucapkan terimakasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

71
Ciputat, 6
Januari
Mengetahui, Hormat kami,
2022
Dosen Pembimbing Pemohon

dr. Ahmad Azwar Habibi, M. Biomed. Qosita

NIK. 198005222009121005 NIM. 11181330000124

72
Lampiran 2
Kuesioner Penelitian

Lembar Pertama Kuesioner Penelitian

Pernyataan Persetujuan (Informed Consent)

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Perkenalkan saya Qosita, mahasiswa angkatan tahun 2018. Saat ini saya sedang
melakukan penelitian bersama dengan dr. Ahmad Azwar Habibi, M. Biomed. dan
dr. Mahesa Paranadipa Maikel, M.H. dengan judul penelitian “Tingkat
Pengetahuan Mahasiswa Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Angkatan Tahun 2018 dan 2019 Mengenai Aspek Fikih dan
Aspek Medikolegal Penggunaan Kadaver Pada Praktikum Anatomi”.
Penelitian ini akan dikerjakan dengan mengisi kuesioner yang berisi berbagai
pertanyaan berdasarkan pengetahuan yang Anda miliki. Dalam bagian A pada
kuesioner ini Anda dapat menjawab dengan jawaban “ya” atau “tidak” sesuai
dengan pemahamana yang Anda miliki, selanjutnya Anda dapat menjawab
pertanyaan terbuka dengan beberapa kata maupun kalimat. Pada bagian B dan C
kuesioner ini Anda dapat menjawab pertanyaan dengan jawaban “benar” atau
“salah” atau “tidak tahu”, sesuai dengan pemahaman yang Anda miliki.
Kesediaan Anda dalam penelitian ini tidak mendapatkan ancaman maupun
paksaan dari pihak manapun, serta tidak memengaruhi kegiatan yang berada di
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta .
Informasi yang Anda berikan pada kuesioner ini akan terjamin kerahasiaannya
sehingga kami berharap Anda dapat mengisi kuesioner ini dengan jujur, lengkap
dan sungguh-sungguh.
Jika Anda bersedia menjadi responden pada penelitian ini, Anda dapat mengisi
identitas pada formulir dibawah. Terimakasih atas ketersediaannya dalam
penelitian ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Hormat, Qosita.

73
Lembar Kedua Kuesioner Penelitian

IDENTITAS

Nama :

Angkatan :

Usia :

No. HP/ ID line :

BAGIAN A

1. Apakah Anda mengetahui istilah fikih? Ya/Tidak


2. Apa yang Anda ketahui mengenai istilah fikih?
Responden dianggap mengetahui jika dalam narasi nya terdapat minimal
kata kunci berikut ini : pemahaman; hukum; hukum Syariah; hukum
berdasarakan dalil Syariah (alquran, sunnah, ijma’, qiyas); pengetahuan
tentang hukum Syariah yang furu’ (bercabang-cabang).
3. Apakah Anda mengetahui istilah medikolegal? Ya/Tidak
4. Apa yang Anda ketahui mengenai istilah medikolegal?
Responden dianggap mengetahui jika dalam narasi nya terdapat minimal
kata kunci berikut ini : Ilmu terapan; ilmu yang melibatkan dua bidang
ilmu; ilmu tentang kedokteran/kesehatan dengan ilmu hukum; bentuk
pelayanan kesehatan oleh tenaga medis menggunakan ilmu dan teknologi
kedokteran berdasarkan kepentingan hukum untuk melaksanakan
peraturan yang berlaku.
5. Apakah Anda pernah mendengar istilah kadaver? Ya/Tidak
6. Apa yang Anda ketahui mengenai kadaver?
Responden dianggap mengetahui jika dalam narasi nya terdapat minimal
kata kunci berikut ini : mayat; mayat manusia; mayat manusia yang
diawetkan; mayat yang digunakan untuk mengidentifikasi bagian-bagian

74
tubuh; mayat yang digunakan oleh mahasiswa kedokteran untuk
mengidentifikasi bagian tubuh.
7. Darimana Anda mendengar istilah kadaver? Media sosial/Seminar/Kuliah
8. Apakah Anda mengetahui bahwa praktik pembedahan mayat telah dimulai
sejak sebelum Masehi? Ya/Tidak
9. Apakah Anda mengetahui bahwa ilmuwan Muslim berkontribusi dalam
perkembangan kedokteran, terutama di bidang anatomi? Ya/Tidak
10. Apakah pengetahuan anatomi yang baik dibutuhkan oleh seorang dokter?
Ya/Tidak
11. Apakah media pembelajaran menggunakan kadaver masih relevan hingga
saat ini? Ya/Tidak
12. Apakah terdapat metode lain yang dapat menggantikan media kadaver?
Ya/ Tidak.
Jika iya, sebutkan!

Lembar Ketiga Kuesioner Penelitian


BAGIAN B - Pengetahuan Mengenai Aspek Fikih

No. Butir pernyataan Jawaban


Benar Salah Tidak
Tahu
1. Boleh menggunakan mayat dewasa maupun v
anak-anak
2. Mayat yang telah mewasiatkan dirinya dapat v
digunakan dalam praktikum anatomi
3. Mayat yang digunakan dalam praktikum anatomi v
adalah mayat yang haknya telah dipenuhi
(dimandikan, dikafani dan dishalatkan)
4. Dalam keadaan dimana jumlah mayat yang v
berstatus maksum (dilindungi oleh Islam)
jumlahnya terbatas, maka penggunaan mayat
maksum tetap tidak diperbolehkan
5. Telah diberi izin sebelum kematian pendonor v
atau diizinkan oleh pewaris setelah kematian
pendonor adalah hal yang wajib dipenuhi jika

75
ingin digunakan dalam praktikum anatomi
6. Diperbolehkan menggunakan mayat yang v
berbeda jenis kelamin (contoh : Mahasiswa
perempuan menggunakan kadaver laki)
7. Menghormati tubuh mayat dengan tidak v
memotong, merusak dan mempermainkan saat
praktikum merupakan salah satu hal yang wajib
diperhatikan oleh mahasiswa
8. Pendonor tidak diperbolehkan untuk v
mendonorkan organnya kepada orang atau
yayasan tertentu
9. Pada praktikum anatomi diperbolehkan untuk v
menggunakan mayat dari hasil jual beli
10. Pembedahan mayat yang dilakukan oleh v
mahasiswa kedokteran diperbolehkan untuk
tujuan keilmuan dan mendatangkan
kemaslahatan yang lebih besar
11. Mayat yang sudah tidak dapat digunakan dalam v
praktikum anatomi wajib untuk dikuburkan

Lembar Keempat Kuesioner Penelitian

BAGIAN C - Pengetahuan Mengenai Aspek Medikolegal

No. Butir pernyataan Jawaban


Benar Salah Tidak
Tahu
1. Boleh menggunakan mayat yang telah v
mendapatkan persetujuan tertulis oleh
mayat dan atau keluarganya yang
terdekat setelah mayat meninggal dunia,
apabila sebab kematiannya belum
diketahui dengan pasti
2. Tidak diperbolehkan untuk v
menggunakan mayat tanpa adanya
persetujuan keluarga jika dalam 2x24
jam tidak ada keluarga yang datang ke
RS

76
3. Dapat memanfaatkan organ donor v
sebelum donor dinyatakan mati batang
otak
4. Mayat yang tidak dikenal atau tidak v
diurus keluarganya tidak diperbolehkan
untuk langsung dimanfaatkan (donor
organ, jaringan dan sel)
5. Boleh menggunakan mayat yang v
berhubungan dengan perkara pidana,
pemanfaatan dapat dilakukan saat proses
pemeriksaan perkara dilakukan

6. Perawatan mayat sebelum, selama dan v


sesudah praktikum anatomi dilakukan
sesuai dengan agama dan kepercayaan
kepada Tuhan YME
7. Bedah mayat anatomi hanya boleh v
dilakukan di bangsal anatomi Fakultas
Kedokteran
8. Diperbolehkan untuk melakukan bedah v
mayat anatomis dibawah pimpinan dan
tanggung jawab seorang ahli urai
9. Bedah mayat anatomis hanya dapat v
dilakukan pada mayat yang tidak
dikenal/tidak diurus keluarganya dengan
persetujuan tertulis orang
tersebut/keluarganya
10. Mayat yang digunakan untuk bedah v
mayat anatomis adalah mayat yang telah
dipublikasikan untuk dicarikan
keluarganya sekurang-kurangnya 3
bulan sejak kematiannya
11. Organ yang dimanfaatkan harus v
dilakukan pencatatan dan pelaporan
sesuai dengan peraturan perundang-
undangan
12. Mengambil keuntungan komersial, v
kecuali untuk pemeliharaan, persiapan
serta transportasi adalah hal yang
dilarang

77
13. Diperbolehkan menyebarluaskan hasil v
pemotretan kadaver pada media sosial
yang saya miliki sebagai bahan edukasi
14. Saya tidak diperbolehkan untuk v
mengetahui identitas dari kadaver yang
gunakan dalam praktikum anatomi
karena hal tersebut merupakan privasi
pendonor
15. Upacara dapat dilakukan sebagai bentuk v
terimakasih bagi mereka yang telah
mendonorkan tubuhnya
16. Dosen memberikan pemahaman yang v
baik terkait pembelajaran antomi
sehingga mahasiswa dapat menghormati
jenazah yang akan mereka gunakan
untuk kepentingan pendidikan anatomi

78
Lampiran 3
Penjelasan Mengenai Indikator Pernyataan
Aspek Fikih

No. Variabel Indikator Pernyataan Butir Referensi


Pernyataan

Fav Unfav

1. ASPEK Pendonor Boleh 1 - Yusuf Qardhawi dalam buku Fatwa-


FIKIH adalah orang menggunakan Fatwa Kontemporer Jilid 2
dewasa dan mayat dewasa
berakal sehat maupun anak-
anak

2. Mendonorkan Pendonor tidak 8


organnya diperbolehkan
kepada orang untuk
atau yayasan mendonorkan

79
tertentu yang organnya kepada
dapat orang atau yayasan
merawat dan tertentu
memelihara
organ tersebut

3. Tidak Pada praktikum 9


memperjualbe anatomi
likan organ diperbolehkan
untuk
menggunakan
mayat dari hasil
jual beli

4. Pendonor Mayat yang telah 2


berwasiat mewasiatkan
untuk dirinya dapat
mendonorkan digunakan dalam
tubuhnya praktikum anatomi

80
5. Sebelum Mayat yang 3
digunakan, digunakan dalam
hak jenazah praktikum anatomi
untuk adalah mayat yang
dimandikan, haknya telah
dikafani dan dipenuhi
dishalatkan (dimandikan,
harus dikafani dan
dipenuhi dishalatkan)
terlebih
dahulu

6. Memenuhi Menghormati 7 - Yusuf Qardhawi dalam buku Fatwa-


hak mayat tubuh mayat Fatwa Kontemporer Jilid 2
(pendonor) dengan tidak - Fatwa Majelis Ulama Mesir dalam
dengan tidak memotong, Majalah Al-Azhar (20/742) Tahun
memotong, merusak dan (1368 H) Dewan Fatwa Al-Azhar,
merusak, dan mempermainkan Fatwa no. 491
mempermain saat praktikum Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam

81
kan merupakan salah Fatwa MUI nomor 12 tahun 2007
kehormatan satu hal yang wajib
tubuh mayat diperhatikan oleh
mahasiswa

7. Bukan mayat Dalam keadaan 4 - Syekh bin Baz dalam buku Majmu’
maksum dimana jumlah Fatwa bin Baz jilid 13
(dilindungi mayat yang - Fatwa Majelis Ulama Mesir dalam
oleh Islam), berstatus maksum Majalah Al-Azhar (20/742) Tahun
kecuali dalam (dilindungi oleh (1368 H) Dewan Fatwa Al-Azhar,
kondisi Islam) jumlahnya Fatwa no. 491
darurat terbatas, maka - Fatwa Dewan Ulama Senior Saudi
(mayat yang penggunaan mayat Arabia dalam Hayah Kibarul Ulama
berstatus maksum tetap bil Mamlakah al-Arobiyah As
tidak maksum tidak Suudiyah jilid 2
jumlahnya diperbolehkan
tidak banyak
dan terbatas)

82
8. Pembedahan Pembedahan 10 Fatwa Dewan Ulama Senior Saudi
mayat mayat yang Arabia dalam Hayah Kibarul Ulama bil
diperbolehkan dilakukan oleh Mamlakah al-Arobiyah As Suudiyah
untuk tujuan mahasiswa jilid 2
keilmuan, dan kedokteran tidak
mendatangka diperbolehkan
n meskipun untuk
kemaslahatan tujuan keilmuan
yang lebih dan mendatangkan
besar, bukan kemaslahatan yang
hanya untuk lebih besar
kepentingan
praktek
semata

9. Telah diberi Telah diberi izin 5 - Fatwa Majelis Ulama Mesir dalam
izin sebelum sebelum kematian Majalah Al-Azhar (20/742) Tahun
kematian pendonor adalah (1368 H) Dewan Fatwa Al-Azhar,
pendonor hal yang wajib Fatwa no. 491

83
dipenuhi jika ingin - Fatwa Majelis Ulama Indonesia
menggunakan Fatwa Akademi Fiqh Internasional
kadaver dalam dalam Keputusan-Keputusan Akademi
praktikum anatomi FiqhIslam Internasional di Mekah Al-
Mukarromah

10. Diizinkan Tidak memerlukan 12 - Fatwa Majelis Ulama Mesir dalam


oleh pewaris izin pewaris Majalah Al-Azhar (20/742) Tahun
setelah setelah kematian (1368 H) Dewan Fatwa Al-Azhar,
kematian pendonor jika Fatwa no. 491
pendonor ingin - Fatwa Majelis Ulama Indonesia
menggunakan dalam Fatwa MUI nomor 12 tahun
kadaver dalam 2007
praktikum anatomi - Fatwa Akademi Fiqh Internasional

11. Mayat Diperbolehkan 6 - Fatwa Majelis Ulama Mesir dalam


ditangani oleh menggunakan Majalah Al-Azhar (20/742) Tahun
sesama jenis mayat yang (1368 H) Dewan Fatwa Al-Azhar,
berbeda jenis Fatwa no. 491
kelamin (contoh : - Fatwa Akademi Fiqh Internasional

84
Mahasiswa
perempuan
menggunakan
kadaver laki)

12. Menguburkan Mayat yang sudah 11 - Fatwa Majelis Ulama Mesir dalam
jasad setelah tidak dapat Majalah Al-Azhar (20/742) Tahun
tidak digunakan dalam (1368 H) Dewan Fatwa Al-Azhar,
digunakan praktikum anatomi Fatwa no. 491
wajib untuk - Fatwa Majelis Ulama Indonesia
dikuburkan - Fatwa Akademi Fiqh Internasional

85
Aspek Medikolegal

No Variabel Indikator Pernyataan Butir Referensi


pernyataan
Fav Unfav
1. ASPEK Persetujuan tertulis Boleh menggunakan mayat yang 1 Peraturan Pemerintah RI
MEDIKOL penderita dan atau telah mendapatkan persetujuan No. 18 Tahun 1981 Bab III
EGAL keluarganya yang tertulis oleh mayat dan atau Bedah Mayat Anatomis
terdekat setelah penderita keluarganya yang terdekat setelah Pasal 5
meninggal dunia, apabila mayat meninggal dunia, apabila
sebab kematiannya sebab kematiannya belum
belum dapat ditentukan diketahui dengan pasti
dengan pasti
Peraturan Pemerintah RI
2. Tanpa persetujuan Tidak diperbolehkan untuk 2 No. 18 Tahun 1981 Bab III
penderita atau menggunakan mayat tanpa adanya Bedah Mayat Klinis Pasal
keluarganya yang persetujuan keluarga jika dalam 2
terdekat, apabila dalam 2x24 jam tidak ada keluarga yang
jangka waktu 2 x 24 (dua datang ke RS
kali duapuluh empat) jam
tidak ada keluarga
terdekat dari yang
meninggal dunia datang
ke rumah sakit

86
3. Perawatan mayat Perawatan mayat sebelum, selama 6 Peraturan Pemerintah RI
sebelum, selama, dan dan sesudah praktikum anatomi No. 18 Tahun 1981 Bab III
sesudah bedah mayat dilakukan sesuai dengan agama Bedah Mayat Anatomis
anatomis dilaksanakan dan kepercayaan kepada Tuhan Pasal 8
sesuai dengan masing- YME
masing agama dan
kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa,
dan diatur oleh Menteri
Kesehatan.
4. Bedah mayat anatomis Bedah mayat anatomi hanya boleh 7 Peraturan Pemerintah RI
hanya dapat dilakukan dilakukan di bangsal anatomi No. 18 Tahun 1981 Bab III
data bangsal anatomi Fakultas Kedokteran Bedah Mayat Anatomis
suatu fakultas Pasal 6
kedokteran.
5. Bedah mayat anatomis Diperbolehkan untuk melakukan 8 Peraturan Pemerintah RI
dilakukan oleh bedah mayat anatomis dibawah No. 18 Tahun 1981 Bab III
mahasiswa fakultas pimpinan dan tanggung jawab Bedah Mayat Anatomis
kedokteran dan sarjana seorang ahli urai Pasal 7
kedokteran di bawah
pimpinan dan tanggung
jawab langsung seorang
ahli urai
6. Pemanfaatan organ donor Dapat memanfaatkan organ donor 3 Peraturan Menteri

87
dilakukan setelah donor sebelum donor dinyatakan mati Kesehatan RI no. 37
dinyatakan mati batang batang otak Tahun 2014 Bab IV
otak Pemanfaatan Organ Donor
Pasal 16
7. Mayat yang tidak dikenal Mayat yang tidak dikenal atau 4 Peraturan Menteri
atau tidak diurus tidak diurus keluarganya tidak Kesehatan RI no. 37
keluarganya dapat diperbolehkan untuk langsung Tahun 2014 Bab IV
langsung dimanfaatkan dimanfaatkan (donor organ, Pemanfaatan Organ Donor
untuk donor organ, jaringan dan sel) Pasal 18
jaringan dan sel.
8. Dalam hal mayat tersebut Boleh menggunakan mayat yang 5 Peraturan Menteri
berhubungan dengan berhubungan dengan perkara Kesehatan RI no. 37
perkara pidana, pidana, pemanfaatan dapat Tahun 2014 Bab IV
pemanfaatan organ dari dilakukan saat proses pemeriksaan Pemanfaatan Organ Donor
mayat hanya dapat perkara berlangsung Pasal 18
dilakukan setelah proses
pemeriksaan mayat yang
berkaitan dengan perkara
selesai.
9. Bedah mayat anatomis Bedah mayat anatomis hanya 9 Undang-Undang Nomor
sebagaimana dimaksud dapat dilakukan pada mayat yang 36 Tahun 2009 Bagian
pada ayat (1) hanya dapat tidak dikenal/tidak diurus Keselapan Belas Bedah
dilakukan terhadap keluarganya dengan persetujuan Mayat Pasal 120
mayat yang tidak dikenal tertulis orang

88
atau mayat yang tidak tersebut/keluarganya
diurus oleh keluarganya,
atas persetujuan tertulis
orang tersebut semasa
hidupnya atau
persetujuan tertulis
keluarganya
10. Mayat sebagaimana Mayat yang digunakan untuk 10 Undang-Undang Nomor
dimaksud pada ayat (2) bedah mayat anatomis adalah 36 Tahun 2009 Bagian
harus telah diawetkan, mayat yang telah dipublikasikan Keselapan Belas Bedah
dipublikasikan untuk untuk dicarikan keluarganya Mayat Pasal 120
dicarikan keluarganya, sekurang-kurangnya 3 bulan sejak
dan disimpan sekurang- kematiannya
kurangnya 1 (satu) bulan
sejak kematiannya.

11. Pemanfaatan organ dari Organ yang dimanfaatkan harus 11 Peraturan Menteri
mayat harus dilakukan dilakukan pencatatan dan Kesehatan RI no. 37
pencatatan dan pelaporan pelaporan sesuai dengan peraturan Tahun 2014 Bab IV
sesuai ketentuan perundang-undangan Pemanfaatan Organ Donor
peraturan perundang- Pasal 18
undangan
12. Tidak mengambil Mengambil keuntungan 12 Peraturan Menurut IFAA
keuntungan komersial. komersial, kecuali untuk (International Federation

89
Biaya hanya diperlukan pemeliharaan, persiapan serta of Associations of
untuk pemeliharaan, transportasi adalah hal yang Anatomists)
persiapan dan dilarang
transportasi
13. Merahasiakan pendonor. Saya tidak diperbolehkan untuk 14
Jika selain itu, maka mengetahui identitas dari kadaver
harus dengan persetujuan yang digunakan dalam praktikum
keluarga atau ahli waris. anatomi karena hal tersebut
merupakan privasi pendonor
15. Menghormati privasi Diperbolehkan menyebarluaskan 13
pendonor dengan hasil pemotretan kadaver pada
mengatur regulasi media sosial yang saya miliki
mengenai foto ataupun sebagai bahan edukasi
artefak terkait pendonor
16. Memberikan pemahaman Dosen memberikan pemahaman 16
yang baik kepada yang baik terkait pembelajaran
mahasiswa yang akan antomi sehingga mahasiswa dapat
mempelajari anatomi menghormati jenazah yang akan
sehingga mahasiwa dapat mereka gunakan untuk
menghormati jenazah kepentingan pendidikan anatomi
yang akan mereka
gunakan untuk
kepentingan pendidikan
anatomi

90
17. Mengadakan upacara Upacara dapat dilakukan sebagai 15
sebagai bentuk bentuk terimakasih bagi mereka
terimakasih ataupun yang telah mendonorkan tubuhnya
peringatan bagi mereka
yang telah mendonorkan
tubuhnya

91
Lampiran 4
Lembar Validasi Penelitian

92
93
94
Lampiran 5
Analisa SPSS

Jenis_Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Perempuan 87 73,7 73,7 73,7
Laki 31 26,3 26,3 100,0
Total 118 100,0 100,0

Angkatan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2018 77 65,3 65,3 65,3
2019 41 34,7 34,7 100,0
Total 118 100,0 100,0

Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 19 6 5,1 5,1 5,1
20 32 27,1 27,1 32,2
21 59 50,0 50,0 82,2
22 15 12,7 12,7 94,9
23 6 5,1 5,1 100,0
Total 118 100,0 100,0

95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
Lampiran 6
Riwayat Penulis
A. Data Pribadi
1. Nama : Qosita
2. Jenis kelamin : Perempuan
3. Tempat dan tanggal lahir : Pasuruan, 8 Oktober 1998
4. Alamat asal : Jl. MH. Thamrin no. 16 Palangka Raya
5. Nomor telepon : 082155654475
6. Email : qosita.surya18@mhs.uinjkt.ac.id

B. Riwayat Pendidikan Formal


2006 - 2008 : SDIT AL-Uswah Bangil
2009 - 2011 : MIN Langkai Palangka Raya
2012 : SMPIT As-Syifa Subang
2013 - 2014 : SMPIT Al-Uswah Bangil
2015 - 2017 : MA Hidayatul Insan Palangka Raya
2018 - sekarang : Fakultas Kedoktean Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta

C. Pengalaman Organisasi

Tahun Organisasi/Acara Posisi


2019 Dewan Eksekutif Anggota Departemen
Mahasiswa Fakultas Keislaman
(DEMA-F)
2020-2021 Dewan Eksekutif Kepala Departemen
Mahasiswa Fakultas Keislaman
(DEMA-F)
2021 FULDFK (Forum Anggota Departemen
Ukhuwah Lembaga Kemuslimahan
Dakwah Fakultas
Kedokteran) Dewan
Eksekutif Wilayah 3

105

Anda mungkin juga menyukai