Anda di halaman 1dari 6

A.

MENGENAL HAKIKAT INTELIGENSI

Individu memperoleh kecakapan tertentu bukan hanya berasal dari faktor

bawaan, tetapi juga berasal dari perkembangan dan pengalaman hidupnya.

Meskipun sesungguhnya tiap individu dianugerahi oleh Tuhan berupa potensi

dasar dan kapasitas yang berbeda-beda untuk berperilaku inteligen. Berdasar-

kan pernyataan tersebut, jelas bahwa kecakapan yang dimiliki oleh individu

dapat dibedakan menjadi dua yaitu kecakapan nyata dan kecakapan potensial.

Kecakapan nyata merupakan kecakapan yang didapat dari kenyataan

hidup, baik dari pengalaman hidup sendiri maupun dari mempelajari

pengalaman hidup orang lain. Jadi, kecakapan ini dapat diperoleh individu

melalui belajar dan belajar. Hal ini dapat segera didemonstrasikan dan diujikan

berdasarkan sesuatu, cara, bahan, dan hal tertentu yang pernah dijalani oleh

individu. Sementara itu, kecakapan potensial merupakan suatu kecakapan

yang didapatkan individu dari bawaan atau keturunan. Kecakapan tersebut

dapat berupa abilitas dasar umum (general intelligence) dan abilitas dasar

khusus dalam bidang tertentu (aptitudes atau bakat).

B. PENGERTIAN INTELIGENSI

Inteligensi menurut bahasa diartikan sebagai kemampuan umum dalam me-

mahami hal-hal yang abstrak. Sementara itu, menurut istilah inteligensi di-

definsikan sebagai kesanggupan seseorang untuk beradaptasi dengan berbagai

situasi dan dapat diabstaksikan pada suatu kualitas yang sama.

Inteligensi berasal dari bahasa Inggris intelligence dan berasal dari baha-

sa Latin intellectus dan intelligentis yang berarti "memahami". Teori tentang

inteligensi pertama kali dikemukakan pada tahun 1951 oleh Spearman dan

Wynn Jones. Spearman dan Jones mengemukakan bahwa adanya konsep lama

mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manu-

sia tunggal pengetahuan sejati. Kekuatan tersebut dalam bahasa Yunani di-

sebut dengan nous, sedangkan penggunaan kekuatan disebut dengan noeseis.

Jadi, inteligensi diartikan sebagai aktivitas atau perilaku yang merupakan

perwujudan dari daya atau potensi untuk memahami sesuatu.

Winkel (1991) mengemukakan pendapat beberapa ahli mengenai penger-


tian inteligensi sebagai berikut.

1. Terman: inteligensi adalah kemampuan untuk berpikir abstrak.

2. Thorndike : inteligensi adalah kemampuan untuk menghubungkan reaksi

tertentu dengan perangsang tertentu pula. Contohnya, orang mengatakan

"meja" bila melihat sebuah benda berkaki empat dan memiliki permukaan

datar.

3. Thurstone: inteligensi merupakan kombinasi dari beberapa kemampuan

Dasar (primary abilities). Kemampuan-kemampuan dasar ini disebut se-

Bagai “faktor-faktor utama” dan berjumlah tujuh, yaitu faktor bilangan,

Ingatan, penggunaan bahasa, kelancaran kata-kata, pemecahan masalah,

Kecepatan dan ketepatan dalam mengamati, serta pengamatan ruang.

Adanya variasi dan corak inteligensi diakibatkan oleh adanya variasi dari

Perpaduan antara faktor-faktor tersebut.

4. Wechsler inteligensi adalah kemampuan berpikir secara rasional dan

Berhubungan dengan lingkungan secara efektif.

5. Binet: inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan, mempertahan-

Kan, dan mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai suatu tujuan

Dan kemampuan bersikap kritis terhadap diri sendiri.

Selanjutnya, Heidenrich (Soemanto, 1990) mengemukakan bahwa

Inteligensi berhubungan dengan kemampuan untuk belajar dan menggunakan

Apa yang telah dipelajari dalam usaha penyesuaian terhadap situasi yang

Kurang dikenal atau dalam pemecahan masalah. Manusia yang belajar sering

Menghadapi situasi baru dan permasalahan. Hal tersebut memerlukan

Kemampuan individu yang belajar untuk menyesuaikan diri dan memecahkan

Setiap masalah yang dihadapinya.

Inteligensi menurut Sabri (1996) merupakan kata benda yang menerangkan

Kata kerja atau keterangan. Seseorang menunjukkan inteligensinya ketika ia

Bertindak atau berbuat dalam suatu situasi secara cerdas atau bodoh. Dengan

Kata lain, inteligensi seseorang dapat dilihat dari cara orang tersebut berbuat

Atau bertindak. Selanjutnya, Munandir (2001) menyatakan bahwa inteligensi

Merupakan istilah umum untuk menggambarkan kepintaran atau kepandaian


Seseorang.

Tidak jauh berbeda dengan kedua pendapat tersebut, Chaplin (1975)

Memberikan pengertian inteligensi sebagai kemampuan menghadapi dan

Menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif. Pada

Awalnya, teori inteligensi masih bersifat unidimensional (kecerdasan tunggal).

Yakni hanya berhubungan dengan aspek intelektual. Hal tersebut sebagaimana

Teori inteligensi yang dikemukakan oleh Charles Spearman melalui teori Two Factors miliknya.
Menurut Spearman, inteligensi terdiri dari kemampuan

umum yang diberi kode "g" (genaral factor) dan kemampuan khusus yang

diberi kode "s" (specific factor).

Berdasarkan uraian tersebut, inteligensi dapat diartikan sebagai suatu

kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mencapai suatu tujuan.

Kemampuan tersebut meliputi kecakapan berpikir dan bertindak dengan

memanfaatkan semua potensi yang ada pada diri manusia. Akal merupakan

potensi yang dominan digunakan dalam hal kecakapan berpikir. Dalam hal

kecakapan bertindak, selain akal, masih banyak potensi lain yang cukup

berperan antara lain penginderaan, perasaan, keinginan, dan kemauan.

Kecakapan berpikir seseorang akan mengacu pada kecerdasan kognitifnya,

sedangkan kecakapan bertindak, terutama dalam berinteraksi dengan

lingkungannya, akan mengacu pada kecerdasan emosionalnya.

Banyak para ahli yang memandang hakikat inteligensi. Apakah inteligen-

si merupakan bawaan dari lahir ataukah ada pengaruh lingkungan? Dalam

hal ini, para tokoh yang berpendapat bahwa inteligensi merupakan bawaan

dari lahir antara lain Arthut R. Jensen, Sir Cyril Burt, Woodrow, dan David

Wechsler, sedangkan tokoh yang beranggapan bahwa inteligensi ditentukan

oleh lingkungan adalah Jerome S. Kegan. Sementara itu, adapula tokoh-tokoh

yang beranggapan bahwa inteligensi merupakan hasil dari keturunan, ling-

kungan, dan interaksi antara keduanya antara lain Crow, Hilgard, dan Clark.

Dalam hal ini, Yusuf (2003: 106) menyatakan bahwa kecerdasan bukanlah

suatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendes-

kripsikan perilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual.


Pendapat lain juga dinyatakan oleh David Wechsler dalam Parkay dan Stanford

(2008: 385) bahwa Inteligensi secara operasional didefinisikan sebagai agregat

atau kapasitas umum untuk bertindak sesuai tujuan, berpikir secara rasional,

dan berurusan dengan lingkungan secara afektif.

Berdasarkan pemaparan tentang pengertian inteligensi di atas, pada haki-

katnya inteligensi merupakan suatu kemampuan dasar yang bersifat umum

untuk memperoleh suatu kecakapan yang mengandung berbagai komponen

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI

INTELIGENSI

Setiap individu memiliki tingkat inelegensi yang berbeda. Dalam hal ini,

Romlah (2004: 189) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang

memengaruhi inteligensi sebagai berikut.

1. Pembawaan

Pembawaan ditentukan oleh sifat dan ciri yang dibawa sejak lahir. Batas ke-

unggulan individu dilihat dari caranya memecahkan suatu permasalah, yang

pertama-tama ditentukan oleh pembawaan. Sebagai contoh, meskipun mene-

rima latihan dan pelajaran yang sama, perbedaan tiap individu masih tetap

ada.

2. Kematangan

Tiap manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan organ-organ

dalam tubuhnya. Tiap organ dalam tubuh manusia dikatakan telah matang

jika telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.

Dalam hal ini, kematangan dapat berhubungan erat dengan umur.

3. Pembentukan

Pembentukan merupakan keadaan di luar diri individu yang memengaruhi

perkembangan inteligensi. Pembentukan ini terdiri dari (a) pembentukan

sengaja (sebagaimana yang dilakukan di sekolah); dan (b) pembentukan tidak

sengaja (pengaruh alam sekitar).

E. INDIKATOR-INDIKATOR INTELIGENSI

Inteligensi dan bakat (kecakapan potensial) hanya dapat dideteksi dengan

mengidentifikasi indikator yang dimanifestasikan dalam kualifikasi perilaku.


Adapun indikator-indikator perilaku inteligensi menurut Witherington antara

lain:

1. kemudahan dalam menggunakan bilangan (facility in the use the numbers);

2. efisiensi dalam berbahasa (language efficiency);

3. kecepatan dalam pengamatan (speed of perception);

4. kemudahan dalam mengingat (facility in memorizing);

5. kemudahan dalam memahami hubungan (facility in comprehending

relationships); dan

6. imajinasi (imagination).

Dengan mengetahui indikator-indikator perilaku inteligensi di atas, para

ahli telah mengembangkan alat ukur yang dibakukan (standardized test), baik

untuk kecakapan dasar umum (general inteligence test) maupun kecakapan

dasar khusus (aptitude tests). Berdasarkan informasi hasil pengukuran melalui data yang diperoleh,
para ahli telah mengadakan pengelompokan yang

diperlukan bagi proses seleksi atau penempatan orang menurut inteligensia

perilaku sebagai berikut.

1. Hal yang berkaitan dengan kecakapan dasar umum (general intelligence),

orang yang berasal dari atau berada lama dalam populasi produk dapat

dibagi menjadi tiga kategori berikut.

a. Superior atau genius adalah orang-orang yang dapat bertindak jauh

lebih cepat dan lebih mudah dibandingkan dengan anggota kelompok

lain.

b. Normal adalah orang-orang yang pada umumnya dapat bertindak

biasa dengan kecepatan, ketepatan, dan kemudahannya sebagaimana

tampak pada sebagian besar anggota kelompoknya menurut batasan

waktu dan tingkat kesukaran yang telah ditetapkan.

C. Subnormal (mentally defective atau mentally retarded) adalah orang-

orang yang bertindak lebih lambat kecepatannya, serta lebih banyak

ketidaktepatannya dan kesulitannya dibandingkan dengan anggota

kelompok lain, yang lebih lanjut dibedakan ke dalam kategori:


1) debil (moron): masih mendekati orang normal berusia 9-10

tahun;

2) imbecil: mendekati orang normal berusia 5-6 tahun;

3) idiot: mendekati orang normal berusia di bawah 4 tahun.

2. Hal yang berkaitan dengan kecakapan dasar khusus (aptitudes, group

factors), orang-orang dapat dikelompokkan ke dalam kategori yang

memiliki kemampuan dasar khusus dalam bidang:

a. bilangan (numerical abilities),

b. bahasa (verbal abilities),

C. tilikan ruang (spatial ability),

d. tilikan hubungan sosial (social abilities), dan

e. gerak motoris (motorical abilities).

F. INTELIGENSI DAN INTELLIGENCE QUOTIENT (IQ)

Sering kali orang menyamakan arti inteligensi dan Intelligence Quotient (IQ),

Padahal kedua istilah ini memiliki perbedaan arti yang sangat mendasar.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa inteligensi adalah kemam-

Puan seseorang dalam berpikir dan belajar, memecahkan masalah, mem-

Proses sesuatu, serta kemampuan untuk menyesuaikan diri pada lingkungan.

Sementara itu, Intelligence Quotient (IQ) adalah skor yang diperoleh dari

Sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit

Indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan ke-

Cerdasan seseorang secara keseluruhan.

Tidak jauh berbeda dengan pendapat tersebut, Stein dan Book (2002: 29)

Menyatakan bahwa IQ adalah ukuran kemampuan intelektual, analisis, logika,

Dan rasio seseorang. Dalam hal ini, terdapat tiga batasan untuk kecerdasan

Yang terdiri atas tiga komponen, yaitu mengarahkan pikiran dan/atau tindak-

An, kemampuan mengubah arah tindakan jika tindakan tersebut telah dilaku-

Kan, serta kemampuan mengkritik diri sendiri.

Anda mungkin juga menyukai