PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian intelegensi?
2. Apa faktor yang mempengaruhi intelegensi?
3. Bagaimana cara pengukuran tes intelegensi dan tingkatan intelegensi?\
4. Apa pengertian dari down syndrome?
5. Bagaimana karakteristik dari down syndrome?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian intelegensi
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi intelegensi
3. Mengetahui cara dalam pengukuran tes intelegensi dan tingkatan
intelegensi
4. Mengetahui pengertian down syndrome
5. Mengetahui karakteristik down syndrome
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
f. Edward Lee Thorndike (1913)
Mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan dalam memberikan
respon yang baik dari pandangan kebenaran atau fakta.
g. Walters dan Gardber (1986)
Inteligensi sebagai suatu kemampuan atau serangkaian kemampuan-
kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah, atau
produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu
4
mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Oleh
karena itu, tidak mengherankan bila anak-anak belum mampu
mengerjakan atau memecahkan soal-soal matematika di kelas empat SD,
karena soal-soal itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ tubuhnya
dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal
tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan umur.
5. Faktor kebebasan
Faktor kebebasan artinya manusia dapat memilih metode tertentu
dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan
memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan
kebutuhannya.
5
Tes intelegensi yang digunakan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :
1. General Ability Test
Tes ini disajikan soal-soal berpikir dengan menggunakan bahasa,
bilangan-bilangan dan pengamatan ruang, berdasarkan hasilnya ditarik
kesimpulan tentang kemampuan intelektual anak pada umumnya (secara
menyeluruh).
2. Specific Ability/Apitude Test
Tes ini menyajikan soal-soal yang khusus terarah untuk menyelidiki
apakah anak mempunyai kemampuan dalam bidang tertentu (bakat
khusus), misalnya ; penggunaan-penggunaan bilangan, ketelitian dalam
pekerjaan administrasi dan lain-lain.
Woodworth dan Marquis (1995) mengklasifikasikan taraf intelegensi
sebagai berikut :
Tabel Penggolongan tingkat intelegensi seseorang
No. Nilai IQ Keterangan
1 ‘>140 Genius
2 120 – 139 Very Superior
3 110 – 119 Superior
4 90 – 109 Normal
5 80 – 89 Dull
6 70 – 79 Border line
7 50 – 69 Morrons
8 30 – 49 Embicile
9 <30 Idiot
Sumber: Yayasan Tunas Harapan.
6
2.4 Pengertian Down Syndrome
7
2.5 Karakteristik Down Syndrome
Menurut kamus psikologi, Down Syndrom merupakan satu kerusakan atau
cacat fisik bawaan yang disertai keterbelakangan mental, lidahnya tebal dan retak-
retak atau terbelah, wajahnya datar ceper, dan matanya miring.
Sedangkan menurut penelitian, down syndrome menimpa satu di antara 700
kelahiran hidup atau 1 diantara 800-1000 kelahiran bayi. Diperkirakan saat ini
terdapat empat juta penderita down syndrome di seluruh dunia, dan 300 ribu
kasusnya terjadi di Indonesia.
Down Syndrom terjadi hampir merata pada laki-laki dan wanita. Penderita
Down Syndrom memiliki ciri yang khas, diantaranya yaitu:
8
BAB III
KASUS
3.1. Kasus
Stephani Handojo (24) merupakan seorang perempuan yang terlahir sebagai
penyandang down syndrome itu adalah pemilik setumpuk prestasi. Prestasi
perempuan kelahiran Surabaya, Jawa Timur, ini, bahkan bukan sekadar raihan di
tingkat nasional, melainkan Stephanie sudah mencatatkan namanya di kancah
internasional. Pada 2011, Stephanie menjadi peraih medali emas cabang olahraga
renang di ajang Special Olympics World Summer Games di Athena, Yunani,
untuk nomor 50 meter gaya dada. Ajang ini adalah sebuah pesta olahraga bagi
anak-anak berkebutuhan khusus dari seluruh dunia. Capaian Fani, panggilan akrab
Stephanie, di Yunani menjadi istimewa karena saat itu menjadi kali pertama atlet
Indonesia meraih emas di ajang internasional itu. Dan bersaing dengan atlet-atlet
dari Perancis, AS, dan Taiwan. Prestasi internasional Stephanie tak terhenti di
Yunani. Dia juga menyabet emas cabang renang di ajang Special Olympics Asia-
Pacific 2013 di Newcastle, Australia. Di Australia, dia juga menyabet perak untuk
nomor 100 meter gaya dada, sementara di ajang berikutnya di Los Angeles, AS
pada 2014, Stephanie menyabet perak untuk kategori gaya dada 50 meter dan
gaya bebas 100 meter.
Prestasi internasional Stephanie semakin lengkap ketika dia menjadi wakil
Indonesia sebagai pembawa obor Olimpiade London 2012. Stephani terpilih lewat
program British Council dan Unicef yang sebelumnya menyaring belasan ribu
anak dari seluruh dunia. Hal yang lebih istimewa adalah Stephanie menjadi satu-
satunya anak berkebutuhan khusus yang dipercaya menjadi pembawa obor
Olimpiade. Dia juga menjadi anak penyandang tunagrahita pertama yang menjadi
pembawa obor pesta olahraga terbesar di dunia itu. Tak hanya di bidang olahraga
saja Stephanie meraih prestasi. Pada 2009, dia mencatat rekor MURI sebagai
penyandang down syndrome pertama yang bisa memainkan 22 lagu tanpa henti
dengan menggunakan piano. Deretan prestasi ini membuat Stephanie
mendapatkan berbagai penghargaan dan bertemu dengan berbagai tokoh penting
negeri.
9
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Dari uraian kasus diatas, membuktikan bahwa keterbatasan tidak menjadi
penghambat untuk tetap berprestasi. Kemampuan Stephani dipengaruhi oleh
beberapa faktor
1. Faktor Pembentukan
Mengetahui Stephani lahir dengan keadaan down syndrome, ibu
Stephani berkomitmen untuk tidak bekerja pada orang lain, ia memilih
untuk fokus pada Stephanie. Yustin ibu Stepahani berjanji untuk membuat
Stephani menjadi sosok yang mandiri meski tidak mudah memberi
pengarahan dan penanganan pada anak down syndrome, semangat
kembali muncul ketika keinginannya untuk membuat anaknya mandiri. Ia
melatih motoriknya, salah satu hal yang dibutuhkan oleh anak-anak down
syndrome adalah stimulasi agar ia bisa melayani dirinya seperti anak
normal lainnya.
Hingga akhirnya ia memasukan Stepahanie ke sekolah umum. Bahkan
sejak SD hingga Sekolah Kejuruan Industri Pariwisata Perhotelan ia di
sekolah umum. Tidak hanya persiapkan akademiknya tapi juga
mentalnya. Keinginan untuk sekolah ini pun diungkapkan sendiri oleh
Stephanie tanpa pernah ada sedikit paksaan dari ayah maupun ibunya.
Yustin mengaku tidak mudah memasukkan anak ke sekolah umum. Ia
harus banyak masuk keluar sekolah dan menerangkan kondisi Stephani.
Ditolak dan diejek itu dialaminya beberapa kali. Tapi harus dilakukan
sebagai bentuk dukungan kepada anak. Dukungan dari kedua adik
Stephanie pun diberikan. Mereka selalu akur dalam berbagai suasana.
Orang tua Stephani membesarkan anak-anak mereka tanpa membedakan
kondisi.
10
2. Faktor Minat
Prestasi yang diperoleh Stephani berawal karena belajar berenang yang
merupakan olahraga yang bagus untuk melatih motoriknya. Ternyata
Stephanie menunjukkan kemampuannya dengan mendapatkan medali
emas diberbagai ajang perlombaan.
3. Faktor Kebebasan
Stephani mendapatkan kebebasan dari orang tua untuk mengikuti sekolah
secara normal seperti lainnya, hal ini menumbuhkan semangat dan
percaya diri pada Stephani. Sang ibu mengajarkan untuk mendidik dan
mengajari anak dengan baik dan benar agar bisa mandiri.
4. Faktor dukungan
Dukungan-dukungan informatif yang diberikan kepada orang tua anak
down syndrome tentunya dapat menciptakan sutu edukasi yang mana
dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada orang tua anak
down syndrome bagaimna cara merawat anak down syndrome dengan
baik, terapi-terapi apa saja yang harus dilalui demi meningkatkan
perkembangan anak down syndrome serta tempat kursus apa saja yang
dapat menjadi sumber informasi bagi orang tua anak down syndrome
yang ingin mengembangkan bakat anak spesialnya
5. Tingkat kecerdasan
Putri dari pasangan Santoso Handojo dan Maria Yustina Tjandrasari ini,
telah mengalami down syndrome (yang memilikit tingkat IQ di bawah
70) atau lebih dikenal juga dengan Tunagrahita, namun di bawah asuhan
ibunda tercinta Stephanie telah berhasil mengharumkan nama bangsa dan
Negara Indonesia di dunia internasional lewat olahraga khusus
Tunagrahita atau Special Olympic.
11
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Yang kedua adalah faktor minat, sebagai orang tua harus menggali skillnya
agar mengetahui dimana keahlian anak down syndrome dan setelahnya orang tua
dapat mengasah kemampuan anak down syndrome dengan bimbingan belajar
khusus. Dan masih ada faktor-faktor yang lain.
5.2 Saran
Semoga para pembaca lebih memahami down syndrome dan tidak
memandang rendah anak down syndrome. Kritik dan saran sangat membantu
kami dalam pembuatan makalah.
12
DAFTAR RUJUKAN
13