Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


LANJUT USIA DENGAN GOUT ATRITIS DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS DINOYO

Disusun untuk memenuhi tugas laporan individu praktik profesi keperawatan


departemen Keperawatan Gerontik di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo

Oleh
Nama : Maharani Puspita
NIM : P17212215022

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN AKADEMIK 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Genrontik, dengan kasus


Gout Atritis, telah diperiksa dan disetujui pada
Hari :
Tanggal :

Mengetahui,

Pembimbing Lahan
Pembimbing Institusi

( )
( )

Kepala Puskesmas
1. Pengertian

Gout adalah penyakit yang diakibatkan gangguan metabolisme purin yang

ditandai dengan hiperurisemia dan serangan sinovitis akut berulang- ulang.

Penyakit ini paling sering menyerang pria usia pertengahan sampai usia

lanjut dan wanita pasca menopuse. (Nurarif dan kusuma, 2016). Arthritis

pirai (Gout) adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi

kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. Gout terjadi akibat dari

hiperurisemia yang berlangsung lama (asam urat serum meningkat)

disebabkan karena penumpukan purin dan eksresi asam urat kurang dari

ginjal (Sya’diyah, 2018).

2. Etiologi

Gangguan metabolik dengan meningkatnya konsentrasi asam urat ini

ditimbulkan dari penimbunan kristal di sendi oleh monosodium (MSU) dan

kalsium pirofosfat dihidrat (CCPD), dan pada tahap yang lebih lanjut terjadi

degenarasi tulang rawan sendi (Nurarif dan Kusuma, 2016). Gejala arthritis

akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap pembentukan kristal

monosodium urat monohidrat. Kelainan ini berhubungan dengan gangguan

kinetik asam urat yang hiperurisemia (Sya’diyah 2018). Hiperurisemia pada

penyakit ini terjadi karena:

1. Pembentukan asam urat yang berlebih

a. Gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yang berlebih

b. Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat

berlebih karena penyakit lain, seperti leukimia, terutama bila diobati

dengan sitotistika psoarisis, polisetemia vera dan mielofibrosis


2. Kurang asam urat melalui ginjal

a. Gout primer renal terjadi karena ekseresi asam urat ditubuli distal

ginjal yang sehat.

b. Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal,

misalnya glumeronefritis kronik atau gagal ginjal kronis.

3. Manifestasi Klinis

Menurut Price & Wilson tahun 2006, dalam Nurarif dan Kusuma (2016)

terdapat empat stadium perjalanan klinis gout yang tidak di obati:

1. Stadium pertama adalah hiperurisemia asimtomatik. Pada stadium ini

asam urat serum laki-laki meningkat dan tanpa gejala selain dari

peningkatan asam urat serum.

2. Stadium kedua arthritis gout terjadi awitan mendadak pembengkakan dan

nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi

metatarsofalengeal.

3. Stadium ketiga setelah serangan gout akut adalah tahap interkritis. Tidak

terdapat gejala-gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung dari

beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan

gout berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak di diobati

4. Stadium keempat adalah tahap gout kronik dengan timbunan asam urat

yang terus meluas selama beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai

peradangan kronik akibat kristal-kristal asam urat mengakibatkan nyeri,

sakit dan kaku juga pembesaran dan pembesaran dan penonjolan sendi

yang bengkak.
4. Patofisiologi

Menurut Sya’diyah tahun 2018 banyak faktor yang berperan dalamn

mekanisme serangan gout. Salah satunya yang telah diketahui perannya

adalah konsentrasi asam urat didalam darah. Mekanisme serangan gout akut

berlansung beberapa fase secara berurut.

Presipitasi kristal monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila

konsentrasi dalam plasma darah 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan,

sonovium, jaringan paraartikuler misalnya bursa, tendon dan selaputnya.

Kristal urat yang bermuatan negatif akan dibungkus (coat) oleh berbagai

macam protein. Pembungkusan dangan igG akan merangsang netrofi untuk

berespon untuk pembentukan kristal.

1. Respon leukosit polimorfonukuler (PMN)

Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotoksis yang menimbulkan

respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh

leukosit

2. Fagositosis

Kristal difagositosis oleh leukosit membentuk fagolisosom dan akhirnya

membran vakuala disekeliling kristal bersatu dan membran leukositik

lisosom.

3. Kerusakan lisosom

Terjadi kerusakan lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan

hidrogen antara permukaan kristal membran lisosom, peristiwa ini

menyebabkan robekan membran dan pelepasan enzim-enzim dan oksidae

radikal kedalam sitosplasma.


4. Kerusakan sel

Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam

cairan sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan

kerusakan jaringan.

5. Penatalaksanaan

Penanganan gout biasanya dibagi menjadi penanganan serangan akut dan

penanganan hiperurisemia pada pasien arthritis kronik. Ada 3 tahapan dalam

terapi penyakit ini (Nurarif dan Kusuma, 2016):

1. Mengatasi serangan akut


2. Mengurangi kadar asam urat untuk mencegah penimbunan kristal asam

urat pada jaringan, terutama persendian.

3. Terapi pencegahan menggunakan terapi hiperurisemia


ii. Pathway

Makanan Penyakit & obat-


Alkohol
(kepeting, seafood dll) obatan
Kadar laktat
dalam darah + Menghambat eksresi asam
Kadar protein +
urat di tubulus ginjal

Survei asam urat - Produksi asam urat >>

Ggg, Metabolisme purin

Gout

Pelepasan kristal monosodium urat


Diluar cairan tubuh
Penimbunan kristal urat
Didalam dan sekitar sendi
Pengendapan kristal urat Penimbunan pada membran sinivial &
Perangsangan respon tulang rawan artikular
fagositosis oleh leukosit
Erosi tulang rawan, proliferasi
sinovial & pembentukan panas
Leukosit memakan kristal urat

Degenerasi tulang rawan sendi


Mekanisme peradangan
Terbentuk tofus, fibrosis,
Pelepasan Sirkulasi Akumulasi eksudiat pada akilosis pada tulang
mediator kimia darah jar. intertisial
oleh sel mast: daerah
bradikin, Perubahan
radang + Pembentuk bentuk tubuh
histamin, Oedeme jaringan an tukak pada
prostagladin sendi pada tulang &
Vasodilatasi dari kapiler
sendi
Eritema, panas Penekanan pada jar. Tofus-tofus
Hipothalamus sendi mengering Ggg. Konsep diri,
Nyeri citra diri
Menstimulasi
nosiseptor Kekakuan pada
Gangguan perfusi
sendi
jaringan
Mekanisme nyeri

Gambar 2.1 Pathway Gout Arthritis Membatasi Hambatan mobilitas


pergerakan sendi
iii. Komplikasi
Meskipun penyakit asam urat jarang menimbulkan komplikasi, namun

tetap patut di waspadai. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi

diantaranya sebagai berikut:

1. Munculnya benjolan keras (tofi) di sekitar area yang meradang

2. Kerusakan sendi permanen akibat radang yang terus berlangsung serta

tofi di dalam sendi yang merusak tulang rawan dan tulang sendi itu

sendiri. Kerusakan permanen ini biasanya terjadi pada kasus penyakit

asam urat yang diabaikan selama bertahu-tahun.


A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan, kemudian dalam mengkaji

harus memperhatikan data dasar dari klien, untuk

informasi yang diharapakan dari klien (Iqbal dkk, 2011). Fokus pengkajian pada

Lansia dengan Gout Arthritis:

a) Identitas

Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan dan pekerjaan.

b) Keluhan Utama

Keluhan utama yang menonjol pada klien Gout Arthritis adalah nyeri dan terjadi

peradangan sehingga dapat menggangu aktivitas klien.

c) Riwayat Penyakit Sekarang

Didapatkan adanya keluhan nyeri yang terjadi di otot sendi. Sifat dari nyerinya

umumnya seperti pegal/di tusuk-tusuk/panas/di tarik- tarik dan nyeri yang dirasakan

terus menerus atau pada saat bergerak, terdapat kekakuan sendi, keluhan biasanya

dirasakan sejak lama dan sampai menggangu pergerakan dan pada Gout Arthritis

Kronis didapakan benjolan atan Tofi pada sendi atau jaringan sekitar.

d) Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit apa saja yang pernah diderita oleh klien, apakah keluhan penyakit Gout

Arthritis sudah diderita sejak lama dan apakah mendapat pertolongan sebelumnya

dan umumnya klien Gout Arthritis disertai dengan Hipertensi.

e) Riwayat Penyakit Keluarga

Kaji adakah riwayat Gout Arthritis dalam keluarga.


f) Riwayat Psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita dan penyakit klien dalam

lingkungannya. Respon yang didapat meliputi adanya kecemasan individu dengan

rentan variasi tingkat kecemasan yang berbeda dan berhubungan erat dengan adanya

sensasi nyeri, hambatan mobilitas fisik akibat respon nyeri dan kurang pengetahuan

akan program pengobatan dan perjalanan penyakit. Adanya perubahan aktivitas

fisik akibat adanya nyeri dan hambatan mobilitas fisik memberikan respon terhadap

konsep diri yang maladaptif.

g) Riwayat Nutrisi

Kaji riwayat nutisi klien apakah klien sering menkonsumsi makanan

yangmengandung tinggi Purin.

h) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung

rambut hingga ujung kaki (head to toe). Pemeriksaan fisik pada daerah sendi

dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Inspeksi yaitu melihat dan mengamatidaerah

keluhan klien seperti kulit, daerah sendi, bentuknya dan posisi saat bergerak dan

saat diam. Palpasi yaitu meraba daerah nyeri pada kulit apakah terdapat kelainan

seperti benjolan dan merasakan suhu di daerah sendi dan anjurkan klien melakukan

pergerakan yaitu klien melakukan beberapa gerakan bandingkan antara kiri dan

kanan serta lihat apakah gerakan tersebut aktif, pasifatau abnormal.

i) Pemeriksaan Diagnosis
- Asam Urat meningkat dalam darah dan urin.

- Sel darah putih dan laju endap darah meningkat (selama fase akut).

- Pada aspirasi cairan sendi ditemukan krital urat.

- Pemeriksaan Radiologi
2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status

dan masalah kesehatan klien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Dengan

demikian, diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan.

Diagnosis keperawatan akan memberikan gambaran tentang masalah dan status

kesehatan, baik yang nyata (aktual) maupun yang mungkin terjadi (potensial) (Iqbal dkk,

2011). Menurut NANDA (2015) diagnosa yang dapat muncul pada klien Gout Arthritis

yang telah disesuaikan dengan SDKI (2017) adalah :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan pada sendi.

c. Gangguan konsep diri, citra tubuh berhubungan dengan perubahan

bentuk tubuh pada tulang dan sendi.

d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peradangan kronik

adanya kristal asam urat.


2.1.2 Intervensi Keperawatan

Tabel 2.5 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian
berhubungan tindakan keperawatan nyeri secara
dengan cidera selama 1 x 24 jam, komprehensif
biologis pasien btidak mengalami termasuk lokasi,
nyeri, demgan kriteria durasi, frekuensi,
hasil: kualitas dan faktor
1. Mampu mengontrol presipitasi nyeri
nyeri (tahu penyebab 2. Observasi reaksi non
nyeri, mampu verbal dari
menggunakan teknik ketidaknyamanan
nonfarmakologik 3. Bantu pasien dan
untuk mengurangi keluarga untuk
nyeri). mencari dan
2. Melaporkan bahwa menemukan
nyeri berkurang dukungan
dengan manajemen 4. Kontrol lingkungan
nyeri yang dapat
3. Mampu mengenali mempengaruhi nyeri
skala nyeri (intensitas 5. Ajarkan teknik non
frekuensi dan gejala farmakologik: napas
nyeri) dalam, relaksasi dan
4. Menyatakan rasa kompres hangat
nyaman setelah nyeri dingin
berkurang 6. Tingkatkan
5. Tanda vital dalam istirahat/tidur
rentang normal 7. Monitor vital sign
6. Tidak mengalami sebelum dan sesudah
gangguan tidur pemberian analgesik
pertama kali
2. Gangguan Setelah dilakukan Monitoring vital sign
mobilitas fisik tindakan keperawatan sebelum/sesudah latihan
berhubungan selama 1 x 24 jam dan lihat respon pasien
dengan gangguan mobilitas fisik saat latihan
kekakuan pada dengan kriteria hasil: 1. Konsultasikan dengan
sendi 1. Klien meningkat terapi fisik tentang
dalam aktivitas fisik rencana teknik
2. Mengerti tujuan dari ambulasi
peningkatan mobilitas 2. Bantu klien unutuk
fisik menggunakan tongkat
3. Memverbalisasikan saat berjalan dan
perasaan dalam terhadap cedera
meningkatakan 3. Ajarkan pasien atau
kekuatan dan tenaga kesahatan lain
kemampuan tentang teknik
berpindah ambulasi
4. Memperagakan 4. Kaji kemampuan
penggunaan alat bantu pasien dala mobilisasi
untuk mobilisasi 5. Latih Pasien dalam
memenuhi kebutuhan
ADLS pasien.
6. Berikan alat bantu
jika klien memerlukan
3. Gangguan Setelah dilakukan 1. Bina hubungan saling
konsep diri,tindakan keperawatan percaya
citra tubuh selama 1 x 24 jam pasien 2. Berikan kesempatan
berhubungan menunjukkan: mengungkapkan
dengan Gamggun citra tubuh perasaan
perubahan menurun dengan kriteria 3. Dukung upaya klien
bentuk tubuh hasil: untuk memperbaiki
pada tulang dan 1. Gambaran diri citra tubuh
sendi meningkat 4. Dorong klien untuk
2. Gambaran diri sesuai bersosialisassi engan
3. Bisa menyesuaikan orang lain
diri dengan status
kesehatannya
4. Gangguan Setelah dilakukan 1. Anjurkan pasien
perfusi jaringan tindakan keperawatan untuk meggunakan
berhubungan selama 1 x 24 jam pakaian yang longgar
dengan kerusakan integritas 2. Jaga kulit agar tetap
peradangan jaringan pasien teratasi bersih dan kering
kronik adanya dengan kriteria hasil: 3. Mobilasasi pasien
kristal asam 1. Perfusi jaringan (ubah posisi pasien)
urat normal setiap dua jam sekali
2. Tidak ada tanda-tanda 4. Monitor kulit akan
infeksi adanya kemerahan
3. Ketebalan dan tekstur 5. Monitor aktivitas dan
jaringan mobilisasi pasien
4. Menunjukkan 6. Monitor status nutrisi
pemahaman dalam pasien
proses perbaikan kulit 7. Berikan posisi yang
dan mencegah nyamanan untuk
terjadinya proses mengurangi tekanan
penyembuhan luka pada luka.
(Nurarif dan Kusuma, 2016)

2.1.3 Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah suatu perencanaan dimasukkan

kedalam tindakan selama fase implementasi ini merupakan

fase kerja aktual dari proses keperawatan. Rangkaian rencana

yang telah disusun harus diwujudkan dalam pelaksanaan

asuhan keperawatan, pelaksanaan dapat dilakukan oleh

perawat yang bertugas merawat klien tersebut atau perawat

lain dengan cara didelegasikan pada saat pelaksanaan

kegiatan maka perawat harus menyesuaikan rencana yang

telah dibuat sesuai dengan kondisi klien maka validasi

kembali tentang keadaan klien perlu dilakukan sebelumnya.

(Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma 2015).

2.1.4 Evaluasi Keperawatan

Menurut Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma (2015).

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan

untuk mngukur keberhasilan dari rencana perawatan dalam

memenuhi kebutuhan klien, bila masalah tidak dapat

dipecahkan atau timbul masalah baru amak perawat harus

bersama untuk mengurangi atau mengatasi beban masalah

yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Asikin M, dkk. (2016). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Muskuloskeletal.


Jakarta: Penerbit Erlangga.
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: ECG.
Fitriana, Rahmatul. (2015). Cara Cepat Usir Asam Urat. Yogyakarta: Medika.
Iqbal, dkk. (2011). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta:

Salemba Medika.
Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA Nic-Noc. Jilid 2. Yogyakarta:
Mediaction.

Perry, Potter. (2011). Fundamental Keperawatan buku 1 edisi 7. Jakarta:


Salemba Medika.

Sudoyo, Samudra A.W, dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi ke 5.
Jakarta: Interna Publishing.
Susanto, Teguh. (2013). Asam Urat Deteksi, Pencegahan, Pengobatan.
Yogyakarta: Buku Pintar.
Zahara, R. (2013). Artritis Gout Metakarpal dengan Perilaku Makan Tinggi
Purin Diperberat oleh Aktifitas Mekanik Pada Kepala Keluarga dengan
Posisi Menggenggam Statis. Volume 1 nomor 3.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/viewFile/115/11

3. Diakses pada tanggal 12 Mei 2022

Anda mungkin juga menyukai