Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GOUT ARTHRITIS PADA LANSIA

Dosen Pembimbing
Ahmad Guntur., S.Kep.,Ners.,M.Kep
Disusun Oleh

Miriam Baersady (200714901309)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2020
1. Definisi
Gout Arthritis merupakan salah satu penyakit inflamasi sendi yang
paling sering ditemukan yang ditandai dengan penumpukan Kristal
Monosodium Urat di dalam ataupun di sekitar persendian (Zahara,
2013).
Gout Arthritis adalah penyakit sendi yang diakibatkan oleh tingginya
kadar Asam Urat dalam darah. Kadar Asam Urat yang tinggi dalam
darah melebihi batas normal yang menyebabkan penumpukan Asam
Urat di dalam persendian dan organ lainnya (Susanto, 2013).

2. Faktor resiko
Menurut Fitriana (2015) terdapat faktor resiko yang mempengaruhi
Gout Arthritis adalah :
a) Usia
Pada umumnya serangan Gout Arthritis yang terjadi pada laki-laki
mulai dari usia pubertas hingga usia 40-69 tahun, sedangkan
pada wanita serangan Gout Arthritis terjadi pada usia lebih tua
dari pada laki-laki, biasanya terjadi pada saat Menopause. Karena
wanita memiliki hormon estrogen, hormon inilah yang dapat
membantu proses pengeluaran Asam Urat melalui urin sehingga
Asam Urat didalam darah dapat terkontrol.
b) Jenis kelamin
Laki-laki memiliki kadar Asam Urat yang lebih tinggi dari pada
wanita, sebab wanita memiliki hormon ektrogen.
c) Konsumsi Purin yang berlebih
Konsumsi Purin yang berlebih dapat meningkatkan kadar Asam
Urat di dalam darah, serta mengkonsumsi makanan yang
mengandung tinggi Purin.
d) Konsumsi alkohol
e) Obat-obatan
Serum Asam Urat dapat meningkat pula akibat Salisitas dosis
rendah (kurang dari 2-3 g/hari) dan sejumlah obat Diuretik, serta
Antihipertensi.
3. Etiologi
Secara garis besar penyebab terjadinya Gout Arthritis disebabkan
oleh faktor primer dan faktor sekunder, faktor primer 99% nya belum
diketahui (Idiopatik). Namun, diduga berkaitan dengan kombinasi
faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan
metabolisme yang dapat mengakibatkan peningkatan produksi Asam
Urat atau bisa juga disebabkan oleh kurangnya pengeluaran Asam
Urat dari tubuh. Faktor sekunder, meliputi peningkatan produksi Asam
Urat, terganggunya proses pembuangan Asam Urat dan kombinasi
kedua penyebab tersebut. Umumnya yang terserang Gout Artritis
adalah pria, sedangkan perempuan persentasenya kecil dan baru
muncul setelah Menopause. Gout Artritis lebih umum terjadi pada laki-
laki, terutama yang berusia 40-50 tahun (Susanto, 2013).

4. Tanda dan gejala


Terdapat empat stadium perjalanan klinis Gout Arthritis yang tidak
diobati (Nurarif, 2015) diantaranya :
a) Stadium pertama adalah Hiperurisemia Asimtomatik. Pada
stadium ini Asam Urat serum meningkat dan tanpa gejala selain
dari peningkatan Asam Urat serum.
b) Stadium kedua Gout Arthritis Akut terjadi awitan mendadak
pembengkakan dan nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi
ibu jari kaki dan sendi Metatarsofalangeal.
c) Stadium ketiga setelah serangan Gout Arthritis Akut adalah tahap
Interkritikal. Tidak terdapat gejala-gejala pada tahap ini, yang
dapat berlangsung dari beberapa bulan sampai tahun.
Kebanyakan orang mengalami serangan Gout Arthritis berulang
dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.
d) Stadium keempat adalah tahap Gout Arthritis Kronis, dengan
timbunan Asam Urat yang terus meluas selama beberapa tahun
jika pengobatan tidak dimulai. Peradangan Kronis akibat Kristal-
kristal Asam Urat mengakibatkan nyeri, sakit, dan kaku juga
pembesaran dan penonjolan sendi.
5. Klasifikasi
a) Gout arthritis akut
Gout Arthritis banyak ditemukan pada laki-laki setelah usia 30
tahun, sedangkan pada perempuan terjadi setelah Menopaus. Hal
ini disebabkan kadar Usam Urat laki-laki akan meningkat setelah
pubertas, sedangkan pada perempuan terdapat hormon estrogen
yang berkurang setelah Menopaus (Asikin, 2016).
Gout Arthritis Akut biasanya bersifat Monoartikular dan ditemukan
pada sendi MTP ibu jari kaki, pergelangan kaki dan jari tangan.
Nyeri sendi hebat yang terjadi mendadak merupakan ciri khas
yang ditemukan pada Gout Arthritis Akut. Biasanya, sendi yang
terkena tampak merah, licin, dan bengkak. Klien juga menderita
demam dan jumlah sel darah putih meningkat. Serangan Akut
dapat diakibatkan oleh tindakan pembedahan, trauma lokal, obat,
alkohol dan stres emosional serangan Gout Arthritis Akut biasanya
dapat sembuh sendiri. Sebagian besar gejala serangan Akut akan
berulang setelah 10-14 hari walaupun tanpa pengobatan (Asikin,
2016).

b) Gout arthritis kronis


Serangan Gout Arthritis Akut yang berulang dapat menyebabkan
Gout Arthritis Kronis yang bersifat Poliartikular. Erosi sendi akibat
Gout Arthitis Kronis menyebabkan nyeri kronis, kaku dan
Deformitas. Akibat adanya Kristal Urat, maka terjadi peradangan
Kronis. Sendi yang membengkak akibat Gout Arthritis Kronis
seringkali membesar dan membentuk Nodular. Serangan Gout
Arthritis Akut dapat terjadi secara simultan disertai dengan gejala
Gout Arthritis Kronis. Pada Gout Arthritis Kronis sering kali
ditemukan Tofi. Tofi merupakan kumpulan Kristal Urat pada
jaringan lunak. Tofi dapat ditemukan di bursa olecranon, tendon
achilles, permukaan ekstensor dari lengan bawah, bursa
infrapatella dan helix telinga (Asikin, 2016).
6. Pathofisiologi
Adanya gangguan metabolisme Purin dalam tubuh, intake bahan
yang mengandung Asam Urat tinggi dan sistem ekskresi Asam Urat
yang tidak adekuat akan mengasilkan akumulasi Asam Urat yang
berlebihan di dalam plasma darah (Hiperurisemia), sehingga
mengakibatkan Kristal Asam Urat menumpuk dalam tubuh.
Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon
Inflamasi.
Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan Gout
Arthritis. Salah satunya yang telah diketahui peranannya adalah
kosentrasi Asam Urat dalam darah. Mekanisme serangan Gout
Arthritis Akut berlangsung melalui beberapa fase secara berurutan
yaitu, terjadinya Presipitasi Kristal Monosodium Urat dapat terjadi di
jaringan bila kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini
terjadi di rawan, sonovium, jaringan para-artikuler misalnya bursa,
tendon, dan selaputnya. Kristal Urat yang bermuatan negatif akan
dibungkus oleh berbagai macam protein. Pembungkusan dengan IgG
akan merangsang netrofil untuk berespon terhadap pembentukan
kristal. Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang
menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi
Fagositosis Kristal oleh leukosit (Nurarif, 2015).
Kristal difagositosis olah leukosit membentuk Fagolisosom dan
akhirnya membran vakuala disekeliling oleh kristal dan membram
leukositik lisosom yang dapat menyebabkan kerusakan lisosom,
sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan hidrogen antara
permukaan Kristal membram lisosom. Peristiwa ini menyebabkan
robekan membran dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal
kedalam sitoplasma yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan
kedalam cairan sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas
inflamasi dan kerusakan jaringan (Nurarif, 2015).
7. Web Of Caution

Diet tinggi purin Peningkatan pemecahan sel Asam urat dalam serum

Katabolisme purin Asam urat dalam sel keluar Tidak diekresi melalui
urin

Asam urat dalam serum Kemampuan ekskresi asam Penyakit ginjal


meningkat urat terganggu / menurun (Gromerulonefritis dan
(hiperurismeia) gagal ginjal )

Peningkatan asam laktat


Hipersaturasi dalam sebagai produksi Konsumsi alkohol
plasma dan gram urat di samping metabolisme
cairan tubuh

Terbentuk Kristal Di bungkus oleh berbagai


Merangsang neutrofil
monosodium urat (MSU) protein (termasuk igG)
(luekosit PMN)

Dijaringan lunak dan Terjadi fagositosis Kristal


persendian oleh leukosit

Terbentuk fagolisosom
Penumpukan dan
pengedapan MSU
Merusak selaput protein
kristal
Pembentukan tophus Respon inflamasi
meningkat
Terjadi ikatan hydrogen
antara permukaan
Kristal dengan membran
Hipertermia Pembesaran dan lisosom
penonjolan sendi
Membran lisosom robek
terjadi pelepasan enzim
Nyeri Akut Deformitas sendi dan oksida radikal
kesitoplasma

Terjadi saat malam hari


Kontraktur Kekakuan seni Peningkatan kerusakan
sendi jaringan
Gangguan Pola Tidur
Gangguan
Fibrosis atau ankilosis Mobilitas fisik
tulang

Gangguan Rasa Nyaman Gangguan Integritas


Jaringan
8. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium : ditemukan kadar asam urat meningkat
dalam darah (> 6 mg %)
b) Pemeriksaan kadar asam urat yang enzimatik
c) Didapatkan leukositosis ringan
d) LED meninggi sedikit
e) Pemeriksaan urin : ditemukan kadar asam urat tinggi (500 mg% /
liter per 24 jam)
f) Pemeriksaan cairan tofi
g) Melihat respon dari gejala – gejala pada sendi terhadap
pemberian Cholasin. Cholasin adalah obat yang menghambat
aktifitas fagositik dari leukosit sehingga memberikan perubahan
sehingga memberikan perubahan sehingga memberikan
perubahan yang dramatis dan cepat meredakan gejala – gejala.
9. Penatalaksanaan
Menurut Nurarif (2015) Penanganan Gout Arthritis biasanya dibagi
menjadi penanganan serangan Akut dan penanganan serangan
Kronis. Ada 3 tahapan dalam terapi penyakit ini :
a) Mengatasi serangan Gout Arthtitis Akut.
b) Mengurangi kadar Asam Urat untuk mencegah penimbunan
Kristal Urat pada jaringan, terutama persendian.
c) Terapi mencegah menggunakan terapi Hipourisemik.
DAFTAR PUSTAKA

Asikin M, dkk. 2016. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Muskuloskeletal.


Jakarta : Penerbit Erlangga.

Azizah, Lilik M. (2011). Kerawatan Lanjut Usia. Surabaya : Graha Ilmu.

Dewi S. Rhosma. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 1.Yogyakarta :

Deepublish

Fitriana, Rahmatul. 2015. Cara Cepat Usir Asam Urat. Yogyakarta : Medika.

Nurarif, Amin Huda, Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA Nic-Noc. Jilid 2. Yogyakarta : Medika.

Sunaryo. 2016. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Andi

Susanto, Teguh. 2013. Asam Urat Deteksi, Pencegahan, Pengobatan.


Yogyakarta : Buku Pintar.

Zahara, R. 2013. Artritis Gout Metakarpal dengan Perilaku Makan Tinggi Purin
Diperbuat oleh Aktivitas Mekanik Pada Kepala Keluarga dengan Posisi
Menggenggam Statis. Volume 1 Nomor 3.
ASUHAN KEPERAWATAN GOUT ARTHRITIS PADA LANSIA

Dosen Pembimbing
Ahmad Guntur., S.Kep.,Ners.,M.Kep
Disusun Oleh

Miriam Baersady (200714901309)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2020
A. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan, kemudian
dalam mengkaji harus memperhatikan data dasar dari klien, untuk
informasi yang diharapakan dari klien (Iqbal dkk, 2011). Fokus
pengkajian pada Lansia dengan Gout Arthritis :
a) Identitas : meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan
dan pekerjaan.
b) Keluhan Utama
Keluhan utama yang menonjol pada klien Gout Arthritis adalah
nyeri dan terjadi peradangan sehingga dapat menggangu aktivitas
klien.
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan nyeri yang terjadi di otot sendi. Sifat
dari nyerinya umumnya seperti pegal/di tusuk-tusuk/panas/di
tarik-tarik dan nyeri yang dirasakan terus menerus atau pada saat
bergerak, terdapat kekakuan sendi, keluhan biasanya dirasakan
sejak lama dan sampai menggangu pergerakan dan pada Gout
Arthritis Kronis didapakan benjolan atan Tofi pada sendi atau
jaringan sekitar.
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita oleh klien, apakah
keluhan penyakit Gout Arthritis sudah diderita sejak lama dan
apakah mendapat pertolongan sebelumnya dan umumnya klien
Gout Arthritis disertai dengan Hipertensi.
e) Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji adakah riwayat Gout Arthritis dalam keluarga.
f) Riwayat Psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita dan
penyakit klien dalam lingkungannya. Respon yang didapat
meliputi adanya kecemasan individu dengan rentan variasi tingkat
kecemasan yang berbeda dan berhubungan erat dengan adanya
sensasi nyeri, hambatan mobilitas fisik akibat respon nyeri dan
kurang pengetahuan akan program pengobatan dan perjalanan
penyakit. Adanya perubahan aktivitas fisik akibat adanya nyeri
dan hambatan mobilitas fisik memberikan respon terhadap
konsep diri yang maladaptif.
g) Riwayat Nutrisi
Kaji riwayat nutisi klien apakah klien sering menkonsumsi
makanan yang mengandung tinggi Purin.
h) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi dari ujung rambut hingga ujung kaki (head to toe).
Pemeriksaan fisik pada daerah sendi dilakukan dengan inspeksi
dan palpasi. Inspeksi yaitu melihat dan mengamati daerah
keluhan klien seperti kulit, daerah sendi, bentuknya dan posisi
saat bergerak dan saat diam. Palpasi yaitu meraba daerah nyeri
pada kulit apakah terdapat kelainan seperti benjolan dan
merasakan suhu di daerah sendi dan anjurkan klien melakukan
pergerakan yaitu klien melakukan beberapa gerakan bandingkan
antara kiri dan kanan serta lihat apakah gerakan tersebut aktif,
pasif atau abnormal.
i) Pemeriksaan Diagnosis
• Asam Urat meningkat dalam darah dan urin.
• Sel darah putih dan laju endap darah meningkat (selama
fase akut).
• Pada aspirasi cairan sendi ditemukan krital urat.
• Pemeriksaan Radiologi.

2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat
dan pasti tentang status dan masalah kesehatan klien yang dapat
diatasi dengan tindakan keperawatan. Dengan demikian, diagnosis
keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan.
Diagnosis keperawatan akan memberikan gambaran tentang masalah
dan status kesehatan, baik yang nyata (aktual) maupun yang mungkin
terjadi (potensial) (Iqbal dkk, 2011).
Menurut NANDA (2015) diagnosa yang dapat muncul pada klien
Gout Arthritis yang telah disesuaikan dengan SDKI (2017) adalah :
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (D.0077).
b) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian
(D.0054).
c) Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130).
d) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait
penyakit (D.0074).
e) Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan kelebihan
cairan (peradangan kronik akibat adanya kristal urat) (D.0129).
f) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada persendian
(D. 0055).

3. Intervensi
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah
sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan
tujuan terpenuhinya kebutuhan klien. (Iqbal dkk, 2011).
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Intervensi
Kriteria Hasil
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan a. Lakukan pengkajian nyeri
dengan agen cedera asuhan secara komprehensif
biologis keperawatan termasuk lokasi,
diharapkan nyeri karakteristik, durasi,
hilang atau frekuensi dan kualitas nyeri
terkontrol dengan b. Pantau kadar asam urat
kriteria hasil : c. Observasi reaksi nonverbal
a. Melaporkan dari ketidaknyamanan
bahwa nyeri d. Ajarkan teknik non
berkurang farmakologi relaksasi napas
dengan dalam
menggunakan e. Posisikan klien agar merasa
manajemen nyaman, misalnya sendi
nyeri yang nyeri diistirahatkan dan
b. Mampu diberikan bantalan
mengenali f. Kolaborasi dengan dokter
nyeri (Skala, jika ada keluahan dan
Intensitas, tindakan nyeri yang tidak
Frekuensi dan berhasil
Tanda nyeri)
c. Menyatakan
rasa nyaman
setelah nyeri
berkurang
2 Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan a. Monitor vital sign sebelum
berhubungan dengan asuhan dan sesudah latihan.
nyeri persendian keperawatan b. Kaji tingkat mobilisasi klien.
diharapkan klien c. Bantu klien untuk melakukan
mampu, rentan gerak aktif maupun
melakukan entan rentan pasif pada sendi.
gerak aktif dan d. Lakukan ambulasi dengan
ambulasi secara alat bantu (misalnya tongkat,
perlahan dengan kursi roda, walker, kruk).
kriteria hasil : e. Latih klien dalam
a. Klien pemenuhan kebutuhan ADL
meningkat secara mandiri sesuai
dalam aktifitas kemampuan.
fisik f. Motivasi klien untuk
b. Mengerti meningkatkan kembali
tujuan dari aktifitas yang normal, jika
peningkatan bengkak dan nyeri telah
mobilisasi berkurang.
c. Memperagaan
penggunaan
alat bantu
3 Hipertermia Setelah dilakukan a. Monitor suhu sesering
berhubungan dengan asuhan mungkin
proses penyakit keperawatan b. Monitor warna dan suhu kulit
diharapkan suhu c. Monitor tekanan darah, nadi
tubuh klien dalam dan pernapasan
batas normal d. Monitor intake dan output
dengan kriteria e. Tingkatkan intake cairan dan
hasil : nutrisi
a. Suhu tubuh f. Selimuti klien
dalam rentan g. Tingkatkan sirkulasi darah
normal h. Kompres klien pada lipatan
b. Nadi dan paha dan aksila
pernapasan i. Berikan antipiretik
dalam rentan j. Kolaborasi pemberian cairan
normal intravena
c. Tidak ada
perubahan
warna kulit
dan tidak ada
pusing.
4 Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan e. Identifikasi tingkat
berhubungan dengan asuhan kecemasan
gejala terkait penyakit keperawatan f. Gunakan pendekatan yang
diharapkan status menenangkan
kenyamanan g. Temani klien untuk
meningkat memberikan keamanan dan
dengan kriteria mengurangi takut
hasil : h. Dengarkan dengan penuh
a. Mampu perhatian
mengontrol i. Dorong klien untuk
kecemasan mengungkapkan perasaan,
b. Status ketakutan, persepsi
lingkungan j. Intruksikan klien
yang nyaman menggunakan teknik
c. Dapat relaksasi
mengontrol k. Kolaborasi pemberian obat
nyeri untuk mengurangi
d. Kualitas tidur kecemasan
dan istirahat
adekuat
5 Gangguan integritas Setelah dilakukan a. Anjurkan klien untuk
jaringan berhubungan asuhan menggunakan alas kaki yang
dengan kelebihan cairan keperawatan longgar
(peradangan kronik diharapkan b. Jaga kebersihan kulit agar
akibat adanya Kristal ketebalan dan tetap bersih dan kering
urat) tekstur jaringan c. Monitor aktivitas dan
normal dengan mobilisasi klien
kriteria hasil : d. Monitor kulit akan adanya
a. Tidak ada kemerahan
tanda – tanda e. Monitor status nutrisi klien
infeksi f. Berikan posisi yang
b. Menunjukan mengurangi tekanan pada
pemahaman luka
dalam proses g. Ajarkan klien tentang luka
perbaikan kulit dan perawatan luka
dan
mencegah
terjadinya
cedera
berulang
6 Gangguan pola tidur Setelah dilakukan a. Monitor dan catat kebutuhan
berhubungan dengan asuhan tidur klien setiap hari dan jam
nyeri pada persendian keperawatan b. Determinasi efek – efek
diharapkan medikasi terhadap pola tidur
jumlah jam tidur c. Jelaskan pentingnya tidur
klien dalam batas yang adekuat
normal dengan d. Fasilitasi untuk
kriteria hasil : mempertahankan aktifitas
a. Jumlah jam sebelum tidur
tidur dalam e. Ciptakan lingkungan yang
batas normal nyaman
6 – 8 jam/hari f. Diskusikan dengan klien
b. Pola tidur dan tentang tidur klien
kualitas tidur
dalam batas
normal
c. Perasaan
segar setelah
tidur dan
istirahat
d. Mampu
mengidentifika
si hal – hal
yang
meningkatkan
tidur

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam
Potter & Perry, 2011).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil
akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA

Iqbal, dkk. (2011). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika.

Nurarif, Amin Huda, Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA Nic-Noc. Jilid 2. Yogyakarta : Medika.

Sunaryo. 2016. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Andi


ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS

GOUT ARTHRRITIS PADA LANSIA

Dosen Pembimbing
Ahmad Guntur., S.Kep.,Ners.,M.Kep
Disusun Oleh

Miriam Baersady (200714901309)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2020
Kasus

Pada hari senin 7 desember 2020. Di lakukan pengkajian pada Tn. A, di


dapatkan data dari Keluarga bahwa klien mengeluh kaki terasa nyeri
seperti di tusuk – tusuk, dan tidak bisa untuk berjalan secara normal, klien
juga tidak beraktivitas secara mandiri dan selalu di bantu oleh keluarga,
saat di lakukan pemeriksaan kaki klien tidak bisa di angkat terasa kaku,
nyerinya saat berjalan dengan skala 5, nyerinya tidak menyebab dan
sering muncul nyeri, saat di lakukan pemeriksaan asam urat di dapatkan
nilai asam urat klien diatas 760.
FORMAT PENGKAJIAN LANSIA
ADAPTASI TEORI MODEL CAROL A MILLER

Nama wisma : Panti Werdha Pangesti Lawang


Tanggal Pengkajian : 07 Desember 2020

1. IDENTITAS :
KLIEN
Nama : Tn. A
Umur : 60 Tahun
Agama : Kristen Protestan
Alamat asal : Malang
Tanggal datang : 3 September 2019 Lama Tinggal di Panti : 1
Tahun
2. DATA :
KELUARGA
Nama : Ny. R
Hubungan : Istri
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jalan Cendrawasih No 13 Telp : 08xxxxxxxxxxx
3. STATUS KESEHATAN SEKARANG :
Keluhan utama: klien mengatakan kaki sakit dan terasa nyeri pada lutut, dan tidak
bisa melakukan aktivitas

Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan : klien mengatakan


hanya dengan minum obat

Obat-obatan : Meloxicam

4. AGE RELATED CHANGES (PERUBAHAN TERKAIT PROSES MENUA) :

FUNGSI FISIOLOGIS
1. Kondisi Umum
Ya Tidak
Kelelahan : Ya
Perubahan BB : Tidak
Perubahan nafsu makan : Tidak
Masalah tidur : Ya
Kemampuan ADL : Ya
KETERANGAN : Tidak bisa berjalan normal
2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka : Tidak
Pruritus : Tidak
Perubahan pigmen : Tidak
Memar : Tidak
Pola penyembuhan lesi : Tidak
KETERANGAN : Tidak ada masalah pada integument

3. Hematopoetic
Ya Tidak
Perdarahan abnormal : Tidak
Pembengkakan kel. Limfe : Tidak
Anemia : Tidak
KETERANGAN : Tidak ada masalah pada hematopoetik

4. Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala : Tidak
Pusing : Tidak
Gatal pada kulit kepala : Tidak
KETERANGAN : Tidak ada masalah pada kepala

5. Mata
Ya Tidak
Perubahan penglihatan : Tidak
Pakai kacamata : Tidak
Kekeringan mata : Tidak
Nyeri : Tidak
Gatal : Tidak
Photobobia : Tidak
Diplopia : Tidak
Riwayat infeksi : Tidak
KETERANGAN : Tidak ada masalah pada mata
6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan pendengaran : Tidak
Discharge : Tidak
Tinitus : Tidak
Vertigo : Tidak
Alat bantu dengar : Tidak
Riwayat infeksi : Tidak
Kebiasaan : Tidak
membersihkan telinga
Dampak pada ADL :
KETERANGAN : Tidak ada masalah pada telingah

7. Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea : Tidak
Discharge : Tidak
Epistaksis : Tidak
Obstruksi : Tidak
Snoring : Tidak
Alergi : Tidak
Riwayat infeksi : Tidak
KETERANGAN : Tidak ada masalah pada hidung

8. Mulut, tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan : Tidak
Kesulitan menelan : Tidak
Lesi : Tidak
Perdarahan gusi : Tidak
Caries : Ya
Perubahan rasa : Ya
Gigi palsu : Tidak
Riwayat Infeksi : Tidak
Pola sikat gigi : 3x sehari
KETERANGAN :
9. Leher
Ya Tidak
Kekakuan : Tidak
Nyeri tekan : Tidak
Massa : Tidak
KETERANGAN : Tidak ada masalah pada leher

10. Pernafasan
Ya Tidak
Batuk : Ya
Nafas pendek : Tidak
Hemoptisis : Tidak
Wheezing : Tidak
Asma : Tidak
KETERANGAN :

11. Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain : Tidak
Palpitasi : Tidak
Dipsnoe : Tidak
Paroximal nocturnal : Tidak
Orthopnea : Tidak
Murmur : Tidak
Edema : Tidak
KETERANGAN : .........................................................................................
......................
.........................................................................................
......................

12. Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia : Tidak
Nausea / vomiting : Tidak
Hemateemesis : Tidak
Perubahan nafsu : Tidak
makan
Massa : Tidak
Jaundice : Tidak
Perubahan pola BAB : Tidak terkaji
Melena : Tidak
Hemorrhoid : Tidak
Pola BAB : .........................................................................................
..................
KETERANGAN : .........................................................................................
..................
.........................................................................................
..................

13. Perkemihan
Ya Tidak
Dysuria : Tidak
Frekuensi : Tidak terkaji
Hesitancy : Tidak terkaji
Urgency : Tidak terkaji
Hematuria : Tidak terkaji
Poliuria : Tidak terkaji
Oliguria : Tidak terkaji
Nocturia : Tidak terkaji
Inkontinensia : Tidak terkaji
Nyeri berkemih : Tidak
Pola BAK : .........................................................................................
..................
KETERANGAN : .........................................................................................
..................
.........................................................................................
..................

14. Reproduksi (laki-laki)


Ya Tidak
Lesi : Tidak terkaji
Disharge : Tidak terkaji
Testiculer pain : Tidak terkaji
Testiculer massa : Tidak terkaji
Perubahan gairah sex : Tidak terkaji
Impotensi : Tidak terkaji

Reproduksi
(perempuan)
Lesi :
Discharge :
Postcoital bleeding :
Nyeri pelvis :
Prolap :
Riwayat menstruasi : .........................................................................................
.....
Aktifitas seksual :
Pap smear :
KETERANGAN : .........................................................................................
..................
.........................................................................................
..................

15. Muskuloskeletal
Ya Tidak
Nyeri Sendi : Ya
Bengkak : Ya
Kaku sendi : Ya
Deformitas : Ya
Spasme : Ya
Kram : Ya
Kelemahan otot : Ya
Masalah gaya berjalan : Ya
Nyeri punggung : Tidak
Pola latihan : Berjalan dengan alat bantu
Dampak ADL : Tidak bisa melakukan aktivitas
KETERANGAN : Terdapat masalah pada musculoskeletal

16. Persyarafan
Ya Tidak
Headache : Tidak
Seizures : Tidak
Syncope : Tidak
Tic/tremor : Tidak
Paralysis : Tidak
Paresis : Tidak
Masalah memori : Ya
KETERANGAN : .........................................................................................
..................
.......................................................................................
5. POTENSI PERTUMBUHAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL :
Psikososial YA Tidak
Cemas : Tidak
Depresi : Ya
Ketakutan : Tidak
Insomnia : Ya
Kesulitan dalam mengambil : Ya
keputusan
Kesulitan konsentrasi : Ya
Mekanisme koping : Tidak bisa mengambil keputusan
dalam keluarga
Persepsi tentang kematian : klien pernah berkata tentang kematiannya
Dampak pada ADL : tidak bisa melakukan aktifitasnya
Spiritual
• Aktivitas ibadah : 1 minggu sekali
• Hambatan : tidak bisa berjalan jauh karena kaki terasa
sakit
KETERANGAN :

6. LINGKUNGAN :

• Kamar : kondisi kamar baik

• Kamar mandi : kondisi kamar mandi baik

• Dalam rumah.wisma :.....................................................................

• Luar rumah :...................................................................................


7. NEGATIVE FUNCTIONAL CONSEQUENCES

1. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)

No Fungsi Skor Keterangan Nilai


Skor
1 Mengendalikan 0 Tak terkendali/tak teratur (perlu pencahar) 2
rangsang pembuangan 1 Kadang-kadang tak terkendali (1x
tinja seminggu)
2 Terkendali teratur

2 Mengendalikan 0 Tak terkendali atau pakai kateter 2


rangsang berkemih 1 Kadang-kadang tak terkendali (hanya 1x/
24 jam)
2 Mandiri

3 Membersihkan diri 0 Butuh pertolongan orang lain 1


(seka muka, sisir 1 Mandiri
rambut, sikat gigi)

4 Penggunaan jamban, 0 Tergantung pertolongan orang lain 2


masuk dan keluar 1 Perlu pertolongan pada beberapa kegiatan
(melepaskan, memakai tetapi dapat mengerjakan sendiri beberapa
celana, membersihkan, kegiatan yang lain
menyiram) 2 Mandiri

5 Makan 0 Tidak mampu 1


1 Perlu ditolong memotong makanan
2 Mandiri
6 Berubah sikap dari 0 Tidak mampu 3
berbaring ke duduk 1 Perlu banyak bantuan untuk bisa duduk (2
orang)
2 Bantuan minimal 1 orang
3 Mandiri
7 Berpindah / berjalan 0 Tidak mampu 2
1 Bisa (pindah) dengan kursi roda
2 Berjalan dengan bantuan 1 orang
3 Mandiri

8 Memakai baju 0 Tergantung orang lain 2


1 Sebagian di bantu (misalnya mengancing
baju)
2 Mandiri
9 Naik turun tangga 0 Tidak mampu 0
1 Butuh pertolongan
2 Mandiri

10 Mandi 0 Tergantung orang lain 1


1 Mandiri

TOTAL SKOR 16

Keterangan 20 : Mandiri
12-19: Ketergantungan
ringan
9-11: Ketergantungan
sedang
5-8 : Ketergantungan
berat
0-4 : Ketergantungan
total
2. Aspek Kognitif

MMSE (Mini Mental Status Exam)

No Aspek Nilai Nilai Kriteria


Kognitif maksimal Klien
1 Orientasi 5 3 Menyebutkan dengan benar :
Tahun : ....... Hari :.......Bulan :
.......Musin : .............
Tanggal :
2 Orientasi 5 5 Dimana sekarang kita berada ?
Negara: ……. Panti : …….
Propinsi: …….
Wisma : ………Kota :
…………….
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal
: kursi, meja, kertas), kemudian
ditanyakan kepada klien,
menjawab :
1) Kursi 2). Meja
3). Kertas
4 Perhatiandankalkulasi 5 3 Meminta klien berhitung mulai
dari 100 kemudia kurangi 7
sampai 5 tingkat.
Jawaban :
1). 2). 3). 4).
5).
5 Mengingat 3 2 Minta klien untuk mengulangi
ketiga obyek pada poin ke- 2
(tiap poin nilai 1)
6 Bahasa 9 5 Menanyakan pada klien
tentang benda (sambil
menunjukan benda tersebut).
1). ...................................
2). ...................................
3). Minta klien untuk
mengulangi kata berikut :
“ tidak ada, dan, jika, atau
tetapi )
Klien menjawab :

Minta klien untuk mengikuti


perintah berikut yang terdiri 3
langkah.
4). Ambil kertas ditangan anda
5). Lipat dua
6). Taruh dilantai.
Perintahkan pada klien untuk
hal berikut (bila aktifitas sesuai
perintah nilai satu poin.
7). “Tutup mata anda”
8). Perintahkan kepada klien
untuk menulis kalimat dan
9). Menyalin gambar 2 segi
lima yang saling bertumpuk

Total nilai 30 21
Interpretasi hasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan
:…………………………………………………………………………………..

3. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test
No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)
1

Rata-rata Waktu TUG

Interpretasi hasil

Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:
>13,5 detik Resiko tinggi jatuh
>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun
waktu 6 bulan
>30 detik Diperkirakan membutuhkan
bantuan dalam mobilisasi dan
melakukan ADL
(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen,
Foss & Kehlet: 2007: Podsiadlo & Richardson:1991)

4. Kecemasan, GDS
Pengkajian Depresi
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 1
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan 1 0 1
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 1
4. Anda sering merasa bosan 1 0 1
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1 1
8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 0
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 1
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 0
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar melakukan 1 0 1
sesuatu hal
10 Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda 1 0 1
.
11 Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 0
.
12 Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 0
.
13 Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1 0
.
14 Anda merasa tidak punya harapan 1 0 1
.
15 Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0 1
.
Jumlah 10
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam
Gerontological Nursing, 2006)
Interpretasi :
Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi

5. Status Nutrisi

Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:

No Indikators score Pemeriksaan


1. Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan perubahan 2 0
jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi
2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3 0
3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu 2 0
4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan minum minuman 2 0
beralkohol setiap harinya
5. Mempunyai masalah dengan mulut atau giginya sehingga tidak 2 0
dapat makan makanan yang keras
6. Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk membeli makanan / 4 0
selalu kehabisan jatah makanan
7. Lebih sering makan sendirian 1 0
8. Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum obat 3 kali 1 0
atau lebih setiap harinya
9. Mengalami penurunan berat badan 5 Kg dalam enam bulan 2 0
terakhir
10 Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang cukup untuk 2 2
. belanja, memasak/mengambil makanan atau makan sendiri
Total score 2
(American Dietetic Association and National Council on the Aging, dalam
Introductory Gerontological Nursing, 2001)

Interpretasi:

0 – 2 : Good

3 – 5 : Moderate nutritional risk

6≥ : High nutritional risk

(Yang di centang aja yang dijumlah)

6. Hasil pemeriksaan Diagnostik


No Jenis pemeriksaan Tanggal Hasil
Diagnostik Pemeriksaan

7. Fungsi sosial lansia

APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA

Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia

NO URAIAN FUNGSI SKORE


1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga ADAPTATION 2
(teman-teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)saya PARTNERSHI 2
membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan P
masalah dengan saya
3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya GROWTH 2
menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan
aktivitas / arah baru
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya AFFECTION 0
mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosi-emosi
saya seperti marah, sedih/mencintai
5. Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya RESOLVE 2
meneyediakan waktu bersama-sama
Kategori Skor: TOTAL 8
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:
1). Selalu : skore 2 2). Kadang-kadang : 1
3). Hampir tidak pernah : skore 0
Intepretasi:
< 3 = Disfungsi berat
4 - 6 = Disfungsi sedang
> 6 = Fungsi baik
Smilkstein, 1978 dalam Gerontologic Nursing and health aging 2005
LAMPIRAN 5. ANALISA DATA
ANALISA DATA
No. DATA INTERPRESTASI MASALAH
SUBYEKTIF/OBYEKTIF (Etiologi) (Problem)
(Sign/Symptom)
1 2 3 4
Ds : klien mengatakan Asam urat dalam Nyeri Akut
tidak bisa berjalan sel meningkat
dengan baik karena kaki
terasa nyeri dan sering
bengkak Hipersaturasi
P : saat berjalan dalam plasma
Q : nyeri seperti di tusuk meningkat
tusuk
R : menyebar
S:5 Terbentuk Kristal
T : sering
monosodium urat

DO : klien tidak bisa


berjalan dengan baik
Di jaringan lunak
dan persendian

Penumpukan dan
pengedapan
MSU

Respon inflamasi
meningkat

Deformitas sendi

Nyeri akut
Diagnosa : Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai
dengan deformitas sendi (SDKI,D 0077)

Intervensi :

1. Dx Nyeri Akut (SIKI, 1.08238)


Intervensi
Kriteria hasil
Kontrol nyeri (SLKI, L 08063)
✓ Melaporkan nyeri terkontrol
✓ Kemampuan mengenali onset nyeri
✓ Kemampuan mengenali penyebab nyeri
a. Observasi
✓ Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
✓ Identifikasi skala nyeri
✓ Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
b. Terapeutik
✓ Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
✓ Fasilitasi istirahat dan tidur
c. Edukasi
✓ Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
✓ Jelaskan strategi meredakan nyeri
d. Kolaborasi
✓ Kolaborasi pemberian analgetik
STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE (SOP)

STRECHING
STIKES
WIDYAGAMA
HUSADA MALANG

NO. DOKUMEN: NO. REVISI: HALAMAN:

TGL TERBIT: DITETAPKAN OLEH:

PROSEDURE
TETAP

PENGERTIAN Streching atau peregangan adalah penghubung penting


antara kehidupan statis dan kehidupan aktif, yang
membuat otot tetap lentur, membuat siap bergerak dan
membantu tubuh beralih dari kehidupan kurang gerak ke
aktivitas banyak gerak tanpa menimbulkan ketegangan.

Streching pada lansia dilakukan untuk meningkatkan


elastisitas otot, karena lansia selalu dihubungkan dengan
perubahan elastisitas otot (Suwardana, W. 2012).

TUJUAN Tujuan streching adalah :

1) Meningkatkan kelenturan (Fleksibilitas)


2) Meningkatkan sirkulasi darah
3) Meningkatkan keseimbangan dan koordinasi
4) Mengurangi nyeri punggung bagian bawah
5) Mengurangi stress
6) Meningkatkan kemampuan fisik
7) Mempercepat pemulihan setelah berolahraga
8) Mempercepat produksi cairan synovial persendian
9) Meningkatkan postur
10) Meningkatkan kebugaran
INDIKASI 1) Klien yang mengalami nyeri
2) Kelemahan dan penurunan ketahanan otot
3) Pengurangan jangkauan gerak yang dapat
dikarenakan oleh kekakuan kapsul sendi maupun
pengurangan panjang otot
4) Mobilitas sendi yang berlebihan
5) Postur tubuh yang abnormal
KONTRAINDIKASI 1) Fraktur tidak stabil
2) Adanya hematoma dan infeksi jaringan
3) Pasca operasi seperti cangkok kulit dan perbaikan
tendo
PERSIAPAN 1) Memberikan salam, memperkenalkan nama
2) Menjelasan pada klien tentang tindakan yang akan di
lakukan
3) Memposisikan klien senyaman mungkin
4) Kontrak waktu dan tempat
PERSIAPAN ALAT Tempat tidur

PERSIAPAN 1. Menjaga lingkungan agar tetap nyaman dan aman.


LINGKUNGAN 2. Menjaga privasi klien.

PROSEDUR Gerakan stretching untuk sendi lutut dilakukan dengan


langkah-langkah berikut, dimana setiap gerakan
dilakukan selama 10 detik dengan 5 kali pengulangan.

1) Ankle Joint, dilakukan gerakan sebagai berikut :


a) Gerakan plantar fleksi yaitu : lansia tidur
terlentang, tangan terapi berada pada telapak kaki
lansia dan pergelangan kaki, selanjutnya
dilakukan gerakan menekuk ke bawah dari telapak
kaki pada pergelangan kaki.
b) Gerakan dorsi flkesi yaitu : Lansia tidur terlentang,
tangan terapi berada pada lutut lansia dan kaki,
serta tangan terapi juga menahan telapak kaki
lansia, selanjutnya dilakukan gerakan menekuk ke
telapak kaki ke atas.

2) Knee joint, dilakukan gerakan fleksi lutut dan HIP


yaitu dengan melakukan gerakan fleksi lutut dan
sendi HIP, lansia dalam posisi terlentang, tangan
terapi pada lutut dan telapak kaki, selanjutnya lutut
ditekuk, sedangkan untuk fleksi HIP dilakukan dengan
cara tangan terapi menopang paha lansia hingga
dalam posisi lurus dan tekuk pada sendi pinggul.

3) HIP joint, dilakukan gerakan sebagai berikut :


a) Abduksi dan aduksi yaitu Lansia tidur terlentang,
tangan terapis berada pada pergelangan kaki dan
pergelangan pinggul, selanjutnya dilakukan
gerakan adduksi dan abduksi yaitu gerakan
mendekati dan menjauhi tubuh.

b) Internal dan eksternal rotasi yaitu Lansia tidur


terlentang, dilakukan gerakan rotasi kedalam
maupun keluar pada sendi pinggul
4) Posisi duduk, lansia diminta untuk duduk dengan
kedua kaki lurus kemudian disuruh menjulurkan
kedua tangannya menyentuh kaki.
EVALUASI Keadaan pasien, apakah sudah merasa nyaman dan
nyeri berkurang atau tidak

HASIL Setelah dilakukan tindakan selama 1x dalam sehari atau


saat klien mengalami nyeri sendi maka klien diharapkan
dapat

merasakan nyaman dan nyeri dapat berkurang

HAL-HAL YANG 1) Dibutuhkan waktu sekitar 40-60 detik


HARUS 2) Perhatikan posisi tubuh, lebih nyaman
DIPERHATIKAN 3) Memeriksa apakah klien benar-benar rileks
4) Terus menerus memberikan instruksi
5) Memberikan instruksi tidak terlalu cepat dan tidak
terlalu lambat

Anda mungkin juga menyukai