Di susun Oleh
MIRIAM BAERSADY
2007.14901.309
Di Susun Oleh
MIRIAM BAERSADY
2007.14901.309
Disetujui Oleh
B. Etiologi
Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor
predisposesi terjadinya mioma uteri.
1. Umur mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan
sekitar 40% - 50% pada wanita usia di atas 40 tahun. mioma uteri jarang
ditemukan sebelum menarche (sebelum mendapatkan haid).
2. Hormon Endogen (endogenous hormonal) Konsentrasi estrogen pada jaringan
mioma uteri lebih tinggi dari pada jaringan miometrium normal.
3. Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan penderita
mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma
dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
4. Makanan
Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah matang(red meat),
dan daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau
menurunkan insiden menurunkan mioma uteri.
5. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar estrogen
dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini
mempercepat pembesaran mioma uteri. Efek estrogen pada pertumbuhan
mioma mungkin berhubungan dengan respon dan faktor pertumbuhan lain.
Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, dan faktor
pertumbuhan epidermal.
6. Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan dengan
wanita yang mempunyai riwayat melahirkan 1 (satu) kali atau 2 (2) kali.
Faktor terbentuknya tumor :
1. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang terjadinya reflikasi pada saat sel - sel yang
mati diganti oleh sel yang baru merupakan kesalahan genetika yang diturunkan
dari orang tua. Kesalahan ini biasanya mengakibatkan kanker pada usia dini.
Jika seorang ibu mengidap kanker payudara, tidak serta merta semua anak
gandisnya akan mengalami hal yang sama, karena sel yang mengalami
kesalahan genetik harus mengalami kerusakan terlebih dahulu sebelum
berubah menjadi sel kanker. Secara internal, tidak dapat dicegah namun faktor
eksternal dapat dicegah. Menurut WHO, 10% – 15% kanker, disebabkan oleh
faktor internal dan 85%, disebabkan oleh faktor eksternal (Apiani, 2017).
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi udara,
makanan, radiasi dan berasala dari bahan kimia, baik bahan kimia yang
ditambahkan pada makanan, ataupun bahan makanan yang bersal dari polusi.
Bahan kimia yang ditambahkan dalam makanan seperti pengawet dan pewarna
makanan cara memasak juga dapat mengubah makanan menjadi senyawa
kimia yang berbahaya.
Kuman yang hidup dalam makanan juga dapat menyebarkan racun,
misalnya aflatoksin pada kacang-kacangan, sangat erat hubungannya dengan
kanker hati. Makin sering tubuh terserang virus makin besar kemungkinan sel
normal menjadi sel kanker. Proses detoksifikasi yang dilakukan oleh tubuh,
dalam prosesnya sering menghasilkan senyawa yang lebih berbahaya bagi
tubuh,yaitu senyawa yang bersifat radikal atau korsinogenik. Zat korsinogenik
dapat menyebabkan kerusakan pada sel.
C. Tanda dan Gejala
Keluhan yang diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung dari lokasi, arah
pertumbuhan, jenis, besar dan jumlah mioma. Hanya dijumpai pada 20-50% saja
mioma uteri menimbulkan keluhan, sedangkan sisanya tidak mengeluh apapun.
Hipermenore, menometroragia adalah merupakan gejala klasik dari mioma uteri.
Dar ipenelitian multisenter yang dilakukan pada 114 penderita ditemukan 44%
gejala perdarahan, yang paling sering adalah jenis mioma submukosa, sekitar 65%
wanita dengan mioma mengeluh dismenore, nyeri perut bagian bawah, serta nyeri
pinggang.
Tergantung dari lokasi dan arah pertumbuhan mioma, maka kandung kemih,
ureter, dan usus dapat terganggu, dimana peneliti melaporkan keluhan disuri
(14%), keluhan obstipasi (13%). Mioma uteri sebagai penyebab infertilitas hanya
dijumpai pada 2-10% kasus. Infertilitas terjadi sebagai akibat obstruksi mekanis
tuba falopii. Abortus spontan dapat terjadi bila mioma uteri menghalangi
pembesaran uterus, dimana menyebabkan kontraksi uterus yang abnormal, dan
mencegah terlepas atau tertahannya uterus di dalam panggul (Goodwin, 2012).
1. Massa di perut bawah
Penderita mengeluhkan merasakan adanya massa atau benjolan di perut
bagian bawah
2. Perdarahan abnormal
Diperkirakan 30% wanita dengan mioma uteri mengalami kelainan menstruasi,
menoragia atau menstruasi yang lebih sering. Tidak ditemukan bukti yang
menyatakan perdarahan ini berhubungan dengan peningkatan luas permukaan
endometrium atau kerana meningkatnya insidens disfungsi ovulasi. Teori yang
menjelaskan perdarahan yang disebabkan mioma uteri menyatakan terjadi
perubahan struktur vena pada endometrium dan miometrium yang
menyebabkan terjadinya venule ectasia. Miometrium merupakan wadah bagi
faktor endokrin dan parakrin dalam mengatur fungsi endometrium. Aposisi
kedua jaringan ini dan aliran darah langsung dari miometrium ke endometrium
memfasilitasi interaksi ini. Growth factor yang merangsang stimulasi
angiogenesis atau relaksasi tonus vaskuler dan yang memiliki reseptor pada
mioma uteri dapat menyebabkan perdarahan uterus abnormal dan menjadi
target terapi potensial. Sebagai pilihan, berkurangnya angiogenik inhibitory
factor atau vasoconstricting factor dan reseptornya pada mioma uteri dapat
juga menyebabkan perdarahan uterus yang abnormal.
3. Nyeri perut
Gejala nyeri tidak khas untuk mioma, walaupun sering terjadi. Hal ini timbul
karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai dengan
nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosa
yang akan dilahirkan, pada pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis
servikalis dapat menyebabkan dismenorrhoe. Dapat juga rasa nyeri
disebabkan karena torsi mioma uteri yang bertangkai. Dalam hal ini sifatnya
akut, disertai dengan rasa nek dan muntah-muntah. Pada mioma yang sangat
besar, rasa nyeri dapat disebabkan karena tekanan pada urat syaraf yaitu
pleksus uterovaginalis, menjalar ke pinggang dan tungkai bawah (Pradhan,
2014).
4. Pressure Effects (Efek Tekanan)
Pembesaran mioma dapat menyebabkan adanya efek tekanan pada organ-
organ di sekitar uterus. Gejala ini merupakan gejala yang takbiasa dan sulit
untuk dihubungkan langsung dengan mioma. Penekanan pada kandung
kencing, pollakisuria dan dysuria. Bila uretra tertekan bisa menimbulkan
retensio urinae. Bila berlarut-larut dapatmenyebabkan hydroureteronephrosis.
Tekanan pada rectum tidak begitu besar, kadang-kadang menyebabkan
konstipasi atau nyeri saat defekasi.
5. Penurunan kesuburan dan abortus
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab penurunan kesuburan masih
belum jelas. Dilaporkan sebesar 27-40%wanita dengan mioma uteri mengalami
infertilitas. Penurunan kesuburan dapat terjadi apabila sarang mioma menutup
atau menekan pars interstisialis tuba, sedangkan mioma submukosa dapat
memudahkan terjadinya abortus karena distorsi rongga uterus. Perubahan
bentuk kavum uteri karena adanya mioma dapat menyebabkan disfungsi
reproduksi. Gangguan implasntasi embrio dapat terjadi pada keberadaan
mioma akibat perubahan histologi endometrium dimana terjadi atrofi karena
kompresi massa tumor (Stoval, 2001). Apabila penyebab lain infertilitas sudah
disingkirkan dan mioma merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka
merupakan suatu indikasi untuk dilakukan miomektomi (Strewart, 2015).
D. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium dan
lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium mendesak menyusun
semacam pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumor didalam uterus
mungkin terdapat satu mioma akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada satu
mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar
dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus mioma dapat
menonjol kedepan sehingga menekan dan mendorong kandung kemih keatas
sehingga sering menimbulkan keluhan miksi (Aspiani, 2017).
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih, padat,
berbatas tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan gambarankumparan
yang khas. Tumor mungkin hanya satu, tetapi umumnya jamak dan tersebar di
dalam uterus, dengan ukuran berkisar dari benih kecil hingga neoplasma masif
yang jauh lebih besar dari pada ukuran uterusnya. Sebagian terbenam didalam
miometrium, sementara yang lain terletak tepat di bawah endometrium
(submukosa) atau tepat dibawah serosa (subserosa). Terakhir membentuk tangkai,
bahkan kemudian melekat ke organ disekitarnya, dari mana tumor tersebut
mendapat pasokan darah dan kemudian membebaskan diri dari uterus untuk
menjadi leimioma “parasitik”. Neoplasma yang berukuran besar memperlihatkan
fokus nekrosis iskemik disertai daerah perdarahan dan perlunakan kistik, dan
setelah menopause tumor menjadi padat kolagenosa, bahkan mengalami
kalsifikasi (Robbins, 2015).
E. Pathway
Tanda / gejala
Penekanan
Gangguan
Gangguan
eliminasi
Eliminasi Urin
F. Komplikasi
1. Perdarahan sampai terjadi anemia
2. Torsi tangkai mioma dari
a) Mioma uteri subserosa
b) Mioma uteri submukosa
3. Nekrosisi dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi
4. Pengaruh timbale balik mioma dan kehamilan
Pengaruh mioma terhadap kehamilan
a) Infertilitas
b) Abortus
c) Persalinan prematuritas dan kelainan letak
d) Inersia uteri
e) Gangguan jalan persalinan
f) Perdarahan post partum
g) Retensi plasenta
Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri
a) Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen
b) Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai
G. Pemeriksaan Penunjang
1. USG untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometriium
dan keadaan adnexa dalam rongga pelvis. Mioma juga dapat dideteksi
dengan CT scan ataupun MRI, tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal dan
tidak memvisualisasi uterus sebaik USG. Untungnya, leiomiosarkoma sangat
jarang karena USG tidak dapat membedakannya dengan mioma dan
konfirmasinya membutuhkan diagnosa jaringan.
2. Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola gemanya
pada beberapa bidang tidak hanya menyerupai tetapi juga bergabung
dengan uterus; lebih lanjut uterus membesar dan berbentuk tak teratur.
3. Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis
serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
4. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa
disertai dengan infertilitas.
5. Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis
6. Laboratorium : darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fugsi hati,
ureum, kreatinin darah.
7. Tes kehamilan
RSUP. Dr. M. Djamil.(2016). Laporan Catatan Rekam Medik (RM): Mioma Uteri
S O A P I
Pasien mengatakan TTV : Reiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan SIKI: Edukasi pecegahan infeksi
keputihan kadang TD :186/121mmHg b.d keputihan selama 1x 24 jam infeksi ibu teratasi Observasi :
o
keluar darahnya, gatal S : 36,3 C (SDKI : Kriteria hasil: Tingkat infeksi ( SLKI :14137) Periksa kesiapan dan kemampuan menerima informasi
dan bau N : 101x/M D.0111) Indikator 1 2 3 4 5 Terapeutik :
RR : 20x//M 1.Kebersihan Siapkan materi, media tentang faktor2 penyebab cara
Pemeriksaan vagina tangan dan badan identifikasi dan pencegahan infeksi dirumah
Pemeriksaan area 2. Kemerahan Edukasi :
servik dan tindakan 3. Cairan berbau Anjurkan mengikuti tindakan pencegahan sesuai kondisi
biopsy Ajarkan cara merawat kulit pada area edema jelaskan
tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Anjurkan untuk personal hygine diarea vagina
RESUME KEPERAWATAN 4
S O A P I
Data Subjektif : Data Objektif : Nyeri akut b.d SKLI: L08066 SIKI: Manajemen nyeri
Pasien mengatakan Hasil pemeriksaan Keadaan umum agen Setelah dilakukann tindakan keperawatan Observasi :
baik Kesadaran compos mentis, Ibu
masih keluar darah pencedera fisik 1 x 24 jam diharapakn nyeri pasien dapat Identifikasi skala nyeri
gelisah meringis,
dari vagina dan nyeri SDKI (0079) berkurang Identifikasi respon nyeri non verbal
TD : 129/80 mmHg,
di atas sympisis Kriterian hasil; Idetifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
N : 101x/menit, Indikator 1 2 3 4 5 nyeri
RR : 20/menit, 1. Keluhan nyeri identifikasi faktor yang yang memperberat dan
2. Meringis memperingan nyeri
S : 36,5°C
3. Gelisah
Terapeutik :
Dengan tingkat skala nyeri
berikan teknik nonfarmokologi untuk
P : nyeri saat bergerak
mengurangi rasa nyeri (Relaksasi napas
Q: seperti ditekan dalam)
R : di atas sympisis Edukasi :
jelaskan penyebab priode dan penicu nyeri
S : 5 dari ( 0-10)
Kolaborasi :
T : titak menentu
Kolaborasi dokter
Pemeriksaan USG menunjukan Terapi dari dokter obat asam mefenamat
terdapat kista dengan massa 6,5 cm