Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN MIOMA

UTERI PADA Ny. Z

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Maternitas

Oleh :

Novi Setia Prasiska

1914314901015

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG


PROGRAM PROFESI NERS 2019-2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN MIOMA


UTERI PADA Ny. Z

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners

Telah Disahkan Dan Disetujui Pada

Hari :

Tanggal :

Mahasiswa

Novi Setia Prasiska

1914314901015

Pembimbing Institusi
LAPORAN PENDAHULUAN MIOMA UTERI

A. Pengertian

Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang
berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma
uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma
jinak yang sering ditemukan pada traktus genitalia wanita, terutama wanita
sesudah produktif (menopouse). Mioma uteri jarang ditemukan pada wanita usia
produktif tetapi kerusakan reproduksi dapat berdampak karena mioma uteri pada
usia produktif berupa infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur dan
malpresentasi (Aspiani, 2017).

B. Etiologi

Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor
predisposisi terjadinya mioma uteri.

1. Umur Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan
sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang
ditemukan sebelum menarche (sebelum mendapatkan haid).
2. Hormon Endogen (endogenous hormonal) Konsentrasi estrogen pada jaringan
mioma uteri lebih tinggi dari pada jaringan miometrium normal.
3. Riwayat keluarga

Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan penderita


mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma
dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.

4. Makanan

Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah matang (red


meat), dan daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran
hijau menurunkan insiden menurunkan mioma uteri.
5. Kehamilan

Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar estrogen


dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini
mempercepat pembesaran mioma uteri. Efek estrogen pada pertumbuhan
mioma mungkin berhubungan dengan respon dan faktor pertumbuhan lain.
Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, dan faktor
pertumbuhan epidermal.

6. Paritas

Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan dengan
wanita yang mempunyai riwayat melahirkan 1 (satu) kali atau 2 (2) kali

Faktor terbentuknya tomor:

1. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang terjadinya reflikasi pada saat sel - sel
yang mati diganti oleh sel yang baru merupakan kesalahan genetika yang
diturunkan dari orang tua. Kesalahan ini biasanya mengakibatkan kanker
pada usia dini. Jika seorang ibu mengidap kanker payudara, tidak serta
merta semua anak gandisnya akan mengalami hal yang sama, karena sel
yang mengalami kesalahan genetik harus mengalami kerusakan terlebih
dahulu sebelum berubah menjadi sel kanker. Secara internal, tidak dapat
dicegah namun faktor eksternal dapat dicegah. Menurut WHO, 10% –
15% kanker, disebabkan oleh faktor internal dan 85%, disebabkan oleh
faktor eksternal (Apiani, 2017).
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi udara,
makanan, radiasi dan berasala dari bahan kimia, baik bahan kimia yang
ditambahkan pada makanan, ataupun bahan makanan yang bersal dari
polusi. Bahan kimia yang ditambahkan dalam makanan seperti pengawet
dan pewarna makanan cara memasak juga dapat mengubah makanan
menjadi senyawa kimia yang berbahaya.
Kuman yang hidup dalam makanan juga dapat menyebarkan racun,
misalnya aflatoksin pada kacang-kacangan, sangat erat hubungannya
dengan kanker hati. Makin sering tubuh terserang virus makin besar
kemungkinan sel normal menjadi sel kanker. Proses detoksifikasi yang
dilakukan oleh tubuh, dalam prosesnya sering menghasilkan senyawa
yang lebih berbahaya bagi tubuh,yaitu senyawa yang bersifat radikal atau
korsinogenik. Zat korsinogenik dapat menyebabkan kerusakan pada sel.
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor pada
mioma, disamping faktor predisposisi genetik.
a. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Sering kali, pertumbuhan
tumor yang cepat selama kehamilan terjadi dan dilakukan terapi
estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopouse
dan oleh pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak ditemukan
bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas.
Enzim hidrxydesidrogenase mengungbah estradiol (sebuah estrogen
kuat) menjadi estrogen (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini
berkurang pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah
reseptor estrogen yang lebih banyak dari pada miometrium normal.
b. Progesteron
Progesteron merupakan antogonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara, yaitu mengaktifkan
hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada
tumor.
c. Hormon pertumbuhan (growth hormone)
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi
hormon yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa, yaitu
HPL, terlihat pada periode ini dan memberi kesan bahwa pertumbuhan
yang cepat dari leimioma selama kehamilan mungkin merupakan hasil
dari aksi sinergistik antara HPL dan estrogen.

C. Gejala Mioma Uteri


Keluhan yang diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung dari lokasi,
arah pertumbuhan, jenis, besar dan jumlah mioma. Hanya dijumpai pada 20-
50% saja mioma uteri menimbulkan keluhan, sedangkan sisanya tidak
mengeluh apapun. Hipermenore, menometroragia adalah merupakan gejala
klasik dari mioma uteri.
Infertilitas terjadi sebagai akibat obstruksi mekanis tuba falopii. Abortus
spontan dapat terjadi bila mioma uteri menghalangi pembesaran uterus,
dimana menyebabkan kontraksi uterus yang abnormal, dan mencegah terlepas
atau tertahannya uterus di dalam panggul (Goodwin, 2009).
1. Massa di Perut Bawah
Penderita mengeluhkan merasakan adanya massa atau benjolan di perut
bagian bawah.
2. Perdarahan Abnormal
Diperkirakan 30% wanita dengan mioma uteri mengalami kelainan
menstruasi, menoragia atau menstruasi yang lebih sering. Tidak
ditemukan bukti yang menyatakan perdarahan ini berhubungan dengan
peningkatan luas permukaan endometrium atau kerana meningkatnya
insidens disfungsi ovulasi. Teori yang menjelaskan perdarahan yang
disebabkan mioma uteri menyatakan terjadi perubahan struktur vena pada
endometrium dan miometrium yang menyebabkan terjadinya venule
ectasia. Miometrium merupakan wadah bagi faktor endokrin dan parakrin
dalam mengatur fungsi endometrium. Aposisi kedua jaringan ini dan
aliran darah langsung dari miometrium ke endometrium memfasilitasi
interaksi ini. Growth factor yang merangsang stimulasi angiogenesis atau
relaksasi tonus vaskuler dan yang memiliki reseptor pada mioma uteri
dapat menyebabkan perdarahan uterus abnormal dan menjadi target terapi
potensial. Sebagai pilihan, berkurangnya angiogenik inhibitory factor atau
vasoconstricting factor dan reseptornya pada mioma uteri dapat juga
menyebabkan perdarahan uterus yang abnormal.
3. Nyeri Perut
Gejala nyeri tidak khas untuk mioma, walaupun sering terjadi. Hal ini
timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai
dengan nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma
submukosa yang akan dilahirkan, pada pertumbuhannya yang
menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan dismenorrhoe.
Dapat juga rasa nyeri disebabkan karena torsi mioma uteri yang
bertangkai. Dalam hal ini sifatnya akut, disertai dengan rasa nek dan
muntah-muntah. Pada mioma yang sangat besar, rasa nyeri dapat
disebabkan karena tekanan pada urat syaraf yaitu pleksus uterovaginalis,
menjalar ke pinggang dan tungkai bawah (Pradhan, 2006).
4. Pressure Effects ( Efek Tekenan )
Pembesaran mioma dapat menyebabkan adanya efek tekanan pada organ-
organ di sekitar uterus. Gejala ini merupakan gejala yang tak biasa dan
sulit untuk dihubungkan langsung dengan mioma. Penekanan pada
kandung kencing, pollakisuria dan dysuria. Bila uretra tertekan bisa
menimbulkan retensio urinae. Bila berlarut-larut dapat menyebabkan
hydroureteronephrosis. Tekanan pada rectum tidak begitu besar, kadang-
kadang menyebabkan konstipasi atau nyeri saat defekasi.
5. Penurunan Kesuburan dan Abortus
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab penurunan kesuburan
masih belum jelas. Dilaporkan sebesar 27-40%wanita dengan mioma uteri
mengalami infertilitas. Penurunan kesuburan dapat terjadi apabila sarang
mioma menutup atau menekan pars interstisialis tuba, sedangkan mioma
submukosa dapat memudahkan terjadinya abortus karena distorsi rongga
uterus. Perubahan bentuk kavum uteri karena adanya mioma dapat
menyebabkan disfungsi reproduksi. Gangguan implasntasi embrio dapat
terjadi pada keberadaan mioma akibat perubahan histologi endometrium
dimana terjadi atrofi karena kompresi massa tumor (Stoval, 2001).
Apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan dan mioma
merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi
untuk dilakukan miomektomi (Strewart, 2001).

D. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium dan
lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium mendesak
menyusun semacam pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumor
didalam uterus mungkin terdapat satu mioma akan tetapi mioma biasanya
banyak. Bila ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri
maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada
dinding depan uterus mioma dapat menonjol kedepan sehingga menekan dan
mendorong kandung kemih keatas sehingga sering menimbulkan keluhan
miksi (Aspiani, 2017).
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih, padat,
berbatas tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan
gambarankumparan yang khas. Tumor mungkin hanya satu, tetapi umumnya
jamak dan tersebar di dalam uterus, dengan ukuran berkisar dari benih kecil
hingga neoplasma masif yang jauh lebih besar dari pada ukuran uterusnya.
Sebagian terbenam didalam miometrium, sementara yang lain terletak tepat di
bawah endometrium (submukosa) atau tepat dibawah serosa (subserosa).
Terakhir membentuk tangkai, bahkan kemudian melekat ke organ
disekitarnya, dari mana tumor tersebut mendapat pasokan darah dan kemudian
membebaskan diri dari uterus untuk menjadi leimioma “parasitik”.
Neoplasma yang berukuran besar memperlihatkan fokus nekrosis iskemik
disertai daerah perdarahan dan perlunakan kistik, dan setelah menopause
tumor menjadi padat kolagenosa, bahkan mengalami kalsifikasi (Robbins,
2007).
E. Komplikasi
1. Perdarahan sampai terjadi anemia.
2. Torsi tangkai mioma dari :
a. Mioma uteri subserosa.
b. Mioma uteri submukosa.
3. Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi.
4. Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan.
Pengaruh mioma terhadap kehamilan
a. Infertilitas.
b. Abortus.
c. Persalinan prematuritas dan kelainan letak.
d. Inersia uteri.
e. Gangguan jalan persalinan.
f. Perdarahan post partum.
g. Retensi plasenta.
Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri
a. Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen.
b. Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. USG untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan
endometriium dan keadaan adnexa dalam rongga pelvis. Mioma juga dapat
dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi kedua pemeriksaan itu lebih
mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik USG. Untungnya,
leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak dapat membedakannya
dengan mioma dan konfirmasinya membutuhkan diagnosa jaringan.
2. Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola gemanya
pada beberapa bidang tidak hanya menyerupai tetapi juga bergabung
dengan uterus; lebih lanjut uterus membesar dan berbentuk tak teratur.
3. Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga
pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
4. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa
disertai dengan infertilitas.
5. Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
6. Laboratorium : darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi hati,
ureum, kreatinin darah.
7. Tes kehamilan.
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN MYOMA UTERI

A. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat.
2) Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin, hubungan
dengan keluarga, pekerjaan, alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma uteri, misalnya
timbul benjolan diperut bagian bawah yang relatif lama. Kadang-kadang
disertai gangguan haid
b. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita mioma saat dilakukan
pengkajian, seperti rasa nyeri karena terjadi tarikan, manipulasi jaringan
organ. Rasa nyeri setelah bedah dan adapun yang yang perlu dikaji pada
rasa nyeri adalah lokasih nyeri, intensitas nyeri, waktu dan durasi serta
kualitas nyeri.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan jenis
pengobatan yang dilakukan oleh pasien mioma uteri, tanyakan
penggunaan obat-obatan, tanyakan tentang riwayat alergi, tanyakan
riwayat kehamilan dan riwayat persalinan dahulu, penggunaan alat
kontrasepsi, pernah dirawat/dioperasi sebelumnya.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga mempunyai
penyakit keturunan seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung, penyakit
kelainan darah dan riwayat kelahiran kembar dan riwayat penyakit mental.
e. Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri yang perlu
diketahui adalah
1) Keadaan haid
Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid terakhir, sebab mioma
uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarhe dan mengalami atrofi
pada masa menopause.
2) Riwayat kehamilan dan persalinan
Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri, dimana mioma
uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon
estrogen, pada masa ini dihasilkan dalam jumlah yang besar.
f. Faktor Psikososial
1) Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya, faktor-
faktor budaya yang mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang dimiliki
pasien mioma uteri, dan tanyakan mengenai seksualitas dan perawatan
yang pernah dilakukan oleh pasien mioma uteri.
2) Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga diri,
peran diri, personal identity, keadaan emosi, perhatian dan hubungan
terhadap orang lain atau tetangga, kegemaran atau jenis kegiatan yang
di sukai pasien mioma uteri, mekanisme pertahanan diri, dan interaksi
sosial pasien mioma uteri dengan orang lain.
g. Pola Kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami mioma uteri yang harus
dikaji adalah frekuensi, jumlah, tanyakan perubahan nafsu makan yang
terjadi.
h. Pola eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir.
Sedangkan pada BAK yang harus di kaji adalah frekuensi, warna, dan bau.
i. Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain
Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan
frekwensinya, tanyakan kegiatan perawatan seperti mandi, berpakaian,
eliminasi, makan minum, mobilisasi
j. Pola Istirahat dan Tidur
Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien mioma uteri saat siang dan
malam hari, masalah yang ada waktu tidur.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri
b. Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu, pernapasan.
c. Pemeriksaan Fisik Head to toe
1) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan rambut.
2) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris
3) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya
pembengkakan konka nasal/tidak
4) Telinga : lihat kebersihan telinga.
5) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat kebersihan
rongga mulut, lidah dan gigi, lihat adanya penbesaran tonsil.
6) Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya pembengkakan
kelenjar getah bening/tidak.
7) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler dan
sirkulasi, ketiak dan abdomen.
8) Abdomen
Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol,
Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen
Perkusi: timpani, pekak
Auskultasi: bagaimana bising usus
9) Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi pembengkakan pada ekstremitas
atas dan bawah pasien mioma uteri
10) Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya lesi, perdarahan
diluar siklus menstruasi.
B. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan dan refleks
spasme otot sekunder akibat tumor.
2. Resiko syok berhubungan dengan perdarahan.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun tubuh sekunder
akibat gangguan hematologis (perdarahan)
4. Retensi urine berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan
neoplasma pada organ sekitarnya, gangguan sensorik motorik.
5. Resiko Konstipasi berhubungan dengan penekanan pada rectum (prolaps
rectum)
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, ancaman
pada status kesehatan, konsep diri (kurangnya sumber informasi terkait
penyakit)
C. Intervensi

NO Diagnosa Intervensi
NOC NIC
. Keperawatan
1. Nyeri akut NOC: Setelah Manajemen Nyeri
berhubungan dilakukan tindakan 1) Lakukan
dengan nekrosis keperawatan selama 1 pengkajian nyeri
atau trauma x 24 jam, pasien komprehensip yang
jaringan dan mioma uteri mampu meliputi lokasi,
refleks spasme mengontrol nyeri karakteristik,
otot sekunder dibuktikan dengan onset/durasi, frekuensi,
akibat tumor kriteria hasil: kualitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan
Definisi: Mengontrol Nyeri faktor pencetus
Pengalaman sensori 1) Mengenali kapan 2) Observasi adanya
dan emosional tidak nyeri terjadi pentunjuk nonverbal
menyenangkan 2) Menggambarkan mengenai ketidak
yang muncul akibat faktor penyebab nyamanan terutama
kerusakan jaringan nyeri pada mereka yang tidak
aktual atau 3) Menggunakan dapat berkomunikasi
potensial atau yang tindakan secara efektif
digambarkan pencegahan 3) Pastikan perawatan
sebagai kerusakan nyeri analgesik bagi pasien
(International dilakukan dengan
Association for 4) Menggunakan pemantauan yang ketat
the Study of tindakan 4) Gunakan strategi
pain) awitan yang pengurangan komunikasi terapeutik
tiba-tiba atau nyeri (nyeri) untuk mengetahui
lambat dari tanpa analgesik pengalaman nyeri
intensitas ringan dan sampaikan
hingga berat 5) Menggunakan penerimaan pasien
dengan akhir yang analgesik terhadap nyeri
dapat diantisipasi yang 5) Gali pengetahuan dan
atau diprediksi. direkomendasika kepercayaan pasien
n mengenai nyeri
Batasan 6) Pertimbangkan
karakteristik: 6) Melaporkan pengaruh budaya
a)Bukti nyeri perubahan terhadap respon nyeri
dengan terhadap gejala 7) Tentukan akibat dari
menggunakan nyeri pada pengalaman nyeri
standar daftar profesional terhadap kualitas hidup
periksa nyeri kesehatan pasien (misalnya, tidur,
untuk pasien nafsu makan,
yang tidak dapat 7) Melaporkan pengertian, perasaan,
mengungkapanny gejalah yang performa kerja dan
a tidak terkontrol tanggung jawab peran)
b)Ekspresi wajah pada profesional 8) Gali bersama pasien
nyeri (misal: kesehatan faktor-faktor yang dapat
mata kurang menurunkan atau
bercahaya, 8) Menggunakan memperberat nyeri
tampak kacau, sumber daya 9) Evaluasi pengalaman
gerakan mata yang tersedia nyeri dimasa lalu yang
berpencar atau untuk menangani meliputi riwayat nyeri
tetap pada satu nyeri kronik individu atau
fokus, meringis) keluarga atau nyeri yang
c)Fokus 9) Mengenali apa menyebabkan
menyempit yang terkait disability/ ketidak
misal: dengan gejala mampuan/kecatatan,
Persepsi waktu, nyeri dengan tepat
proses berpikir, 10) Evaluasi bersama
interaksi 10) Melaporkan pasien dan tim
dengan orang dan nyeri yang kesehatan lainnya,
lingkungan) terkontrol mengenai efektifitas,
d)Fokus pada diri pengontrolan nyeri yang
sendiri pernah digunakan
e)Keluhan tentang sebelumnya
intensitas 11) Bantu keluarga dalam
menggunakan mencari dan
standars kala menyediakan dukungan
nyeri 12) Gunakan metode
f) Keluhan penelitian yang sesuai
tentang dengan tahapan
karakteristik perkembangan yang
nyeri dengan memungkinkan untuk
menggunakan memonitor perubahan
standar instrumen nyeri dan akan dapat
nyeri membantu
g)Laporan tentang mengidentifikasi faktor
perilaku nyeri/ pencetus aktual dan
perubahan potensial (misalnya,
aktivitas catatan perkembangan,
h)Perubahan catatan harian)
posisi untuk 13) Tentukan kebutuhan
menghindari frekuensi untuk
nyeri melakukan pengkajian
i) Putus asa ketidak nyamanan
j) Sikap melindungi pasien dan
area nyeri mengimplementasikan
rencana monitor
Faktor yang 14) Berikan informasi
berhubungan: mengenai nyeri,
seperti penyebab nyeri,
a) Agens cidera berapa nyeri yang
biologis dirasakan, dan antisipasi
b) Agens cidera dari ketidak nyamanan
fisik akibat prosedur
Agens cidera 15) Kendalikan faktor
kimiawi lingkungan yang
dapat mempengaruhi
respon pasien dari
ketidaknyamanan
(misalnya, suhu
ruangan, pencahayaan,
suara bising)
16) Ajarkan prinsip
manajemen nyeri
17) Pertimbangkan tipe
dan sumber nyeri
ketika memilih
strategi penurunan
nyeri
18) Kolaborasi dengan
pasien, orang terdekat
dan tim kesehatan
lainnya untuk
memilih
dan
mengimplementasikan
tindakan penurunan
nyeri nonfarmakologi,
sesuai kebutuhan
19) Gunakan tindakan
pengontrolan nyeri
sebelum nyeri
bertambah berat
20) Pastikan pemberian
analgesik dan atau
strategi nonfarmakologi
sebelum prosedur yang
menimbulkan nyeri
21) Periksa tingkat
ketidaknyamananbersa
ma pasien, catat
perubahan dalam
cacatan medis pasien,
informasikan petugas
kesehatan lain yang
merawat pasien
22) Mulai dan
modifikasi tindakan
pengontrolan nyeri
berdasarkan respon
pasien
23) Dukung istirahat/tidur
yang adekuat untuk
membantu penurunan
nyeri
24) Dorong pasien untuk
mendiskusikan
pengalaman nyerinya,
sesuai kebutuhan
25) Beritahu dokter jika
tindakan tidak berhasil
atau keluhan pasien
saat ini berubah
signifikan dari
pengalaman nyeri
sebelumnya
26) Gunakan pendekatan
multi disiplin untuk
menajemen nyeri, jika
sesuai

Pemberian analgesik

1) Tentukan lokasi,
karakteris, kualitas dan
keparahan nyeri
sebelum mengobati
pasien
2) Cek perintah
pengobatan meliputi
obat, dosis, dan frekuesi
obat analgesik yang
diresepkan
3) Cek adanya riwayat
alergi obat
4) Pilih analgesik atau
kombinasi analgesik
sesuai lebih dari satu
kali pemberian
5) Monitor tanda vital
sebelum dan setelah
memberikan analgesik
pada pemberian dosis
pertama kali atau jika
ditemukan tanda-tanda
yang tidak biasanya
6) Berikan kebutuhan
kenyamanan dan
aktivitas lain yang dapat
membantu relaksasi
untuk memfasilitasi
penuruna nyeri
7) Berikan analgesik
sesuai waktu
paruhnya, terutama pada
nyeri yang berat
8) Dokumentasikan
respon terhadap
analgesik dan adanya
efek samping
9) Lakukan tindakan-
tindakan yang
menurunkan efek
samping analgesik
(misalnya, konstipasi
dan iritasi lambung)
10) Kolaborasikan dengan
dokter apakah obat,
dosis, rute, pemberian,
atau perubahan interval
dibutuhkan, buat
rekomendasi khusus
bedasarkan prinsip
analgesik
2. Resiko syok NOC: Setelah Pencegahan Syok
dilakukan perawatan 1)Monitor adanya respon
berhubungan selama 1x24 jam konpensasi terhadap syok
dengan diharapkan tidak (misalnya, tekanan darah
terjadi syok normal, tekanan nadi
perdarahan hipovolemik dengan melemah, perlambatan
Definisi: beresiko kriteria: pengisian kapiler, pucat/
1)Tanda vital dalam dingin pada kulit atau kulit
terhadap batas normal. kemerahan, takipnea
ketidakcukupan 2)Tugor kulit baik. ringan, mual dan munta,
3)Tidak ada sianosis. peningkatan rasa haus, dan
aliran darah 4)Suhu kulit hangat. kelemahan)
kejaringan tubuh, 5)Tidak ada 2)Monitor adanya tanda-
diaporesis. tanda respon sindroma
yang dapat 6)Membran mukosa inflamasi sistemik
mengakibatkan kemerahan. (misalnya, peningkatan
suhu, takikardi, takipnea,
disfungsi seluler hipokarbia, leukositosis,
yang mengancam leukopenia)
3)Monitor terhadap adanya
jiwa. tanda awal reaksi alergi
Faktor resiko (misalnya, rinitis, mengi,
stridor, dipnea, gatal-
1) Hipotensi. gatal disertai kemerahan,
2) Hipovolemi gangguan saluran
pencernaan, nyeri
3) Hipoksemia abdomen, cemas dan
4) Hipoksia gelisa)
4)Monitor terhadap adanya
5) Infeksi tanda ketidak adekuatan
6) Sepsis perfusi oksigen kejaringan
(misalnya, peningkatan
7) Sindrom stimulus, peningkatan
respon kecemasan, perubahan
status mental, egitasi,
inflamasi oliguria dan akral teraba
sestemik dingin dan warna kulit
tidak merata)
5)Monitor suhu dan status
respirasi
6)Periksa urin terhadap
adanya darah dan protein
sesuai kebutuhan
7)Monitor terhadap
tanda/gejalah asites dan
nyeri abdomen atau
punggung.
8)Lakukan skin-test untuk
mengetahui agen yang
menyebabkan
anaphiylaxis atau reaksi
alergi sesuai kebutuhan
9)Berikan saran kepada
pasien yang beresiko
untuk memakai atau
membawa tanda
informasi kondisi medis.
10) Anjurkan pasien
dan keluarga mengenai
tanda dan gejala syok yang
mengancam jiwa
11) Anjurkan pasien
dan keluarga mengenai
langkah-langkah timbulnya
gejala syok
3. Resiko Infeksi NOC: Setelah Manajemen Alat
berhubungan dengan dilakukan tindakan terapi per vaginam
penurunan imun tubuh keperawatan selama 1) Kaji ulang riwayat
sekunder akibat 1 x 24 jam, pasien kontraindikasih
gangguan hematologis mioma uteri pemasangan alat
(perdarahan) menunjukkan pervaginam pada
pasien mampu pasien (misalnya,
Definisi: melakukan infeksi pelvis,
Mengalami peningkatan pencegahan infeksi laserasi, atau adanya
resiko terserang organisme secara mandiri, massa sekitar
patogenik ditandai dengan vagina)
kriteria hasil: 2) Diskusikan
Faktor yang 1) Kemerahan mengenai
berhubungan: tidak ditemukan aktivitas- aktivitas
a. Penyakit kronis pada tubuh seksual yang sesuai
1) Diabetes melitus b. 2) Vesikel yang sebelum memilih
Obesitas tidak mengeras alat yang dimasukan
b. Pengetahuan yang permukaannya 3) Lakukan
tidak cukup untuk 3) Cairan tidak pemeriksaan pelvis
menghindari berbauk busuk 4) Intruksikan pasien
pemanjanan patogen untuk melaporkan
c. Pertahanan tubuh 4) ketidaknyamanan,
primer yang tidak Piuria/nanah disuria, perubahan
adekuat tidak ada warna, konsistensi,
dalam urin
1) Gangguan dan frekuensi
5) Demam
peritalsis cairan vagina
berkurang
2) Kerusakan 5) Berikan obat-obat
integritas kulit berdasarkan resep
(pemasangankatete 6) Nyeri dokter untuk
r intravena, berkurang mengurangi iritasi
prosedur invasif) 6) Kaji kemampuan
3) Perubahan sekresi 7) Nafsu makan pasien untuk
PH meningkat melakukan
4) Penurunan kerja perawatan secara
siliaris mandiri
5) Pecah ketuban dini 7) Observasi ada
6) Pecah ketuban tidaknya cairan
lama vagina yang tidak
7) Merokok normal dan berbau
8) Stasis cairan tubuh 8) Infeksi adanya
9) Trauma lubang, laserasi,
jaringan (misalnya, ulserasi pada vagina
trauma destruksi Kontrol Infeksi
jaringan) 1) Bersihkan
d. Ketidak adekuatan lingkungan dengan
jaringan sekunder baik setelah
1) Penurunan digunakan untuk
hemoglobin setiap pasien
2) Supresi respon 2) Isolasi orang yang
inflamasi terkena penyakit
e. Vaksinasi tidak menular
adekuat 3) Batasi jumlah
f. pemajanan terhadap pengunjung
patogen lingkungan 4) Anjurkan pasien
meningkat untuk mencuci
g. prosedur invasif tangan yang benar
h. malnutrisi 5) Anjurkan
pengunjung untuk
mencuci tangan
pada saat memasuki
dan meninggalkan
ruangan pasien
6) Gunakan sabun
antimikroba untuk
cuci tangan yang
sesuai
7) Cuci tangan
sebelum dan
sesudah kegiatan
perawatan pasien
8) Pakai sarung
tangan
sebagaimana
dianjurkan oleh
kebijakan
pencegahan
universal
9) Pakai sarung tangan
steril dengan tepat
10) Cukur dan
siapkan untuk
daerah persiapan
prosedur invasif atau
opersai sesuai
indikasi
11) Pastikan teknik
perawatan luka
yang tepat
12) Tingkatkan inteke
nutrisi yang tepat
13) Dorong intake
cairan yang sesuai
14) Dorong untuk
beristirahat
15) Berikan terapi anti
biotik yang sesuai
16) Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
tanda dan gejalah
infeksi dan kapan
harus
melaporkannya
kepada penyedia
perawatan kesehatan
17) Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
bagaimana
menghindari infeksi
4. Retensi urine NOC: setelah Manajemen eliminasi
berhubungan dengan dilakukan tindakan urin:
penekanan oleh massa keperawatan 1x 24 1)Monitor eliminasi
jaringan neoplasma jam diharapkan urin termasuk
pada organ sekitarnya, eliminasi urin frekuensi, konsistensi,
gangguan sensorik kembali normal bau, volume dan
motorik. dengan kriteria hasil: warna urin sesuai
1)Pola eliminasi kebutuhan.
Definisi: pengosongan kembali normal 2)Monitor tanda dan
kantung kemih tidak 2)Bau urin tidak ada gejala retensio urin.
komplit 3)Jumlah urin dalam 3)Ajarkan pasien tanda
Batasan karakteristik: batas normal dan gejala infeksi
1)Tidak ada keluaran urin 4)Warna urin normal saluran kemih.
2)Distensi kandung kemih 5)Intake cairan 4)Anjurkan pasien atau
3)Menetes dalam batas keluarga untuk
4)Disuria normal melaporkan urin
5)Sering berkemih 6)Nyeri saat kencing uotput sesuai
6)Inkontinensia aliran tidak ditemukan kebutuhan.
berlebih 5)Anjurkan pasien
7)Residu urin untuk banyak minum
8)Sensasi kandung saat makan dan waktu
kemih penuh pagi hari.
9)Berkemih sedikit 6)Bantu pasien dalam
mengembangkan
Faktor yang rutinitas toileting
berhubungan sesuai kebutuhan.
7)Anjurkan pasien
1) Sumbatan untuk memonitor
2) Tekanan ureter tinggi tanda dan gejalah
3) Inhibishi arkus reflex infeksi saluran
kemih.

Kateterisasi Urin
1)Jelaskan prosedur dan
alasan dilakukan
kateterisasi urin.
2)Pasang kateter sesuai
kebutuhan.
3)Pertahankan teknik
aseptik yang ketat.
4)Posisikan pasien
dengan tepat
(misalnya,
perempuan terlentang
dengan kedua kaki
diregangkan atau
fleksi pada bagian
panggul dan lutut).
5)Pastikan bahwa
kateter yang
dimasukan cukup
jauh kedalam
6)Anjurkan pasien
untuk banyak minum
saat makan dan waktu
pagi hari.
7)Bantu pasien dalam
mengembangkan
rutinitas toileting
sesuai kebutuhan.
8)Anjurkan pasien
untuk memonitor
tanda dan gejalah
infeksi saluran
kemih.
Kateterisasi Urin
1)Jelaskan prosedur dan
alasan dilakukan
kateterisasi urin.
2)Pasang kateter sesuai
kebutuhan.
3)Pertahankan teknik
aseptik yang ketat.
4)Posisikan pasien
dengan tepat
(misalnya, perempuan
terlentang dengan
kedua kaki
diregangkan atau
fleksi pada bagian
panggul dan lutut).
5)Pastikan bahwa
kateter yang
dimasukan cukup
jauh kedalam
kandung kemih
untuk mencegah
trauma pada
jaringan uretra
dengan inflasi balon
6)Isi balon kateter
untuk menetapkan
kateter, berdasarkan
usia dan ukuran tubuh
sesuai
rekomendasi pabrik
(misalnya, dewasa 10
cc, anak 5 cc)
7)Amankan kateter pada
kulit dengan plester
yang sesuai.
8)Monitor intake dan
output.
9)Dokumentasikan
perawatan termasuk
ukuran kateter, jenis,
dan pengisian bola
kateter
5. Konstipasi berhubungan NOC: setelah Manajemen saluran
dilakukan cerna
dengan penekanan pada
perawatan selama 1 1) Monitor bising usus
rectum (prolaps rectum) x 24 2) Lapor peningkatan
frekuensi dan bising
Definisi: penurunan pada
jam pasien usus bernada tinggi
frekuensi normal defekasi 3) Lapor berkurangnya
diharapkan
bising usus
yang disertai oleh
kesulitan atau konstipasi tidak 4) Monitor adanya
tanda dan gejalah
pengeluaran tidak lengkap ada dengan kriteria
diare, konstipasi
feses atau pengeluaran hasil: dan impaksi
5) Catat masalah BAB
feses yang kering, keras, 1) Tidak ada irita
yang sudah ada
bilitas
dan banyak. sebelumnya, BAB
rutin, dan
Batasan karakteristik
2) Mual tidak ada penggunaan laksatif
1)Nyeri abdomen 6) Masukan
3) Tekanan darah supositorial rektal,
2)Nyeri tekan abdomen
dalam batas normal sesuai dengan
dengan teraba resistensi 4) Berkeringat kebutuhan
7) Intruksikan pasien
otot
mengenai makanan
3)Nyeri tekan abdomen tinggi serat, dengan
Keparahan cara yang tepat
tanpa teraba resistensi Gejalah 8) Evaluasi profil
otot medikasi terkait
1) Intensitas dengan efek
4)Anoraksia gejalah samping
5)Penampilan tidak khas gastrointestinal
2) Frekuensi
pada lansia gejalah Manajemen
6)Darah merah pada feses konstipasi/inpaksi
3) Terkait ketidak
7)Perubahan pola defekasi
nyamanan 1) Monitor tanda dan
8)Penurunan frekuensi gejala konstipasi
4) Gangguan 2) Monitor tanda dan
9)Penurunan volume feses
mobilitas fisik gejala impaksi
10) Distensia abdomen 3) Monitor bising
5) Tidur yang usus
11) Rasa rektal penuh
kurang cukup 4) Jelaskan penyebab
12) Rasa tekanan rektal dari masalah dan
6) Kehilangan rasionalisasi
13) Keletihan umum
nafsu makan tindakan pada
14) Feses keras dan pasien
5) Dukung
berbentuk
peningkatan
15) Sakit kepala asupan cairan,
jika tidak ada
16) Bising usus
kontraindikasi
hiperaktif 6) Evaluasi
pengobatan yang
17) Bising usus
hipoaktif memiliki efek
samping pada
18) Peningkatan
gastrointestinal
tekanan abdomen 7) Intruksikan pada
pasien dan atau
19) Tidak dapat
keluarga untuk
makan, mual mencatat warna,
volume, frekuensi
20) Rembesan feses
dan konsistensi
cair dari feses
8) Intruksikan
21) Nyeri pada saat
pasien atau
defekasi keluarga mengenai
hubungan antara
22) Massa abdomen
diet latihan dan
yang dapat diraba asupan cairan
terhadap kejadian
konstipasi atau
Faktor yang impaksi
9) Evaluasi catatan
berhubungan
asupan untuk apa
1) Funfsional saja nutrisi yang
a) Kelemahan otot telah dikonsumsi
abdomen 10) Berikan petunjuk
b) Ketidak kepada pasien
adekuatan toileting untuk dapat
c) Kurang aktifitas berkonsultasi
fisik dengan dokter jika
d) Kebiasaan defekasi konstipasi atau
tidak teratur impaksi masih
2) Psikologis tetap terjadi
a) Defresi, stres, 11) Informasukan
emosi kepada pasien
b) Konfusi mental mengenai prosedur
3) Farmakologi untuk
4) Mekanis mengeluarkan
5) fiologis feses secara
manual jika di
perlukan
12) ajarkan pasien
atau keluarga
mengenai proses
pencernaan normal
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Y, R. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: TIM

Bararah, T., Mohammad Jauhar. 2013. Asuhan Keperawatan; panduan Lengkap


menjadi Perawat Profesional. Jilid 2. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Manuaba. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

Manuaba. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta: EGC

NANDA. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 edisi


(Budi Anna Keliat dkk, penerjemah). Jakarta: EGC

Nugroho, T. (2012). Obstetri dan Ginekologi. Yokyakarta: Nuha Medika

Setiati, Eni. (2009). Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Yokyakarta: Andi

Prawirohardjo, Sarwono. (2010).Ilmu Kebidanan.Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai