Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL EMERGENCY


PADA Tn. C DENGAN GAGAL GINJAL DI IGD
RSUD X

Oleh :
MARIA TUL QIPTIYAH
40220017

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL EMERGENCY
PADA Tn. C DENGAN GAGAL GINJAL DI IGD
RSUD X

Nama Mahasiswa : Maria Tul Qiptiyah


NIM : 40220017
Nama Intitusi : Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Kediri, April 2021


Mengetahui,

Pembimbing Intitusi Pembimbing Lahan

Yuan Guruh P, S.Kep.,Ns,M.Kes Siti Rahayu, S.Kep.,Ns


NIK. 20130562 NIP.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-NYA
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas dari stase profesional emergency profesi
dengan judul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan
Gagal Ginjal di IGD RSUD X “ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Penyusunan laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini sebagai salah
satu syarat menyelesaikan pendidikan profesi ners di Institut Ilmu Kesehatan Bhakti
Wiyata Kediri. Dalam penyusunan laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini
penulis banyak mendapat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, oleh karena itu
penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Pembimbing Intitusi, Pembimbing
lahan dan Kaprodi dari Profesi Ners di Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan pendahuluan dan asuhan
keperawatan ini masih jauh dari sempurna, maka dengan segala kerendahan hati
penulis mengharap saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan laporan
pendahuluan dan asuhan keperawatan ini.
Akhirnya, mudah-mudahan laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin

Kediri, 18 April 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ginjal mempunyai peran dan fungsi untuk mengatur keseimbangan cairan
dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, keseimbangan asam
basa dalam darah dan ekresi bahan buangan seperti urea dan sampah nitrogen
lain didalam darah. Bila ginjal tidak mampu bekerja sebagaimana mestinya
maka akan timbul masalah kesehatan yang berkaitan dengan penyakit gagal
ginjal akut (Keperawatan Medical Bedah, 2015).
Gangguan ginjal dapat diartikan sebagai penurunan cepat dan tiba-tiba
atau parah pada fungsi filtrasi ginjal. Kondisi ini biasanya ditandai oleh
peningkatan konsentrasi kreatinin serum atau azotemia (peningkatan
konsentrasi BUN). Akan tetapi biasanya segera setelah cedera ginjal terjadi,
tingkat konsentrasi BUN kembali normal, sehingga yang menjadi patokan
adanya kerusakan ginjal adalah penurunan produksi urin (Wilson, 2013).
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia atau World Health
Organization (WHO) tahun 2016 memperlihatkan yang menderita gagal ginjal
baik akut maupun kronik mencapai 50% dari 3.000.000 orang sedangkan yang
diketahui dan mendapatkan pengobatan hanya 25% dan 12,5% yang terobati
dengan baik. Menurut Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) pada
tahun 2016, penyakit ginjal kronis merupakan penyakit dengan pembiyaan
terbesar kedua setelah penyakit jantung (Kemenkes RI, 2017). Menurut hasil
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2015, populasi penduduk
Indonesia pada umur ≥ 15 tahun yang telah terdiagnosis penyakit ginjal
mencapai 0,2 % dan prevalensi penyakit ginjal di Jawa Timur sebesar 0,3 %
(Kemenkes RI, 2015).
Gagal ginjal di bedakan menjadi gagal ginjal akut dan gagal ginjak
kronis. Penyebab gagal ginjal akut dapat dibedakan menjadi pre-renal, gagal
ginjal renal, dan gagal ginjal post renal, gagal ginjal pre-renal merupakan
hipoperfusi ginjal, hipoperfusi dapat menyebabkan oleh hipovolemia atau
menurunya volume sirkulasi yang efektif. Pada gagal ginjal pre renal
intregritas jaringan ginjal masih terpelihara sehingga prognosis dapat lebih
baik apabila factor penyebab dapat di koreksi. Apabila upaya perbaikan
hipoperfusi ginjal tidak berhasil maka akan timbul gagal ginjal akut renal
berupa nekrosis tubular akut karena iskemia. Gagal ginjal renal yang di
sebabkan oleh kelainan vascular seperti vaskulitis, hipertensi maligna,
glomerulus nefritis akut, nefritis internal akut akan di bicarakan tersendiri
pada bab lain. Nekrosis tubular akut dapat di sebabkan oleh berbagai sebab
seperti penyakit tropik, gigitan ular, trauma (crushing injury/bencana alam,
peperangan ), toksin lingkungan, dan zat-zat nefrotoksik. Gagal Ginjal Post-
renal merupakan bagian dari keseluruhan dari gagal ginjal akut.Gagal ginjal
akut post renal di sebabkan oleh obtruksi intra renal dan extra renal
(Keperawatan Medikal Bedah, 2015). Obtruksi Intra Renal terjadi karena
deposisi Kristal (urat, oxalat, sulfonamid,) dan protin (mioglobin,
hemoglobin). Obtruksi externa renal dapat terjadi pada pelvis-ureter oleh
obtruksi intrinsic (tumor, batu, nekrosis papilla) dan exstensik (keganasan
pada pelvis dan hipertrofi/keganasan prostat) serta pada kandung kemih (batu,
tumor, hipertrofi/keganasan prostat) dan uretra (stritura). Gagal ginjal akut
post renal terjadi bila obtruksi akut terjadi pada uretra, buli-buli dan ureter
bilateral, atau obtruksi pada ureter unilateral di mana ginjal satunya tidak
berfungsi (Keperawatan Medikal Bedah, 2015). Gagal ginjal kronik adalah
masalah kesehatan yang sangat serius mengingat pengobatan pengganti ginjal
yang harus di jalani oleh penderita gagal ginjal merupakan pengobatan yang
sangat mahal. Dialisa adalah suatu tindakan terapi pada perawatan penderita
gagal ginjal terminal. Tindakan ini sering juga di sebut sebagai terapi
pengganti karena berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi
pengganti yang sering di lakukan adalah hemodialisis dan peritonealialisa.
Diantara kedua jenis tersebut, yang menjadi pilihan utama dan metode
perawatan yang umum untuk penderita gagal ginjal adalah hemodialisis
(Arliza dalam Nita Permanasari,2018)
Upaya untuk mengurangi penyakit gagal ginjal dalam penanganan
masalah tergantung pada kerja sama yang baik anatara perawat, pasien, dan
keluarga. Maka perawatan pada penderita yang dapat di berikan secara
komorehensif yaitu membatasi aktifitas selain itu tindakan yang lain dapat
pengatruan pola makan, mempertahankan cairan tubuh,dengan menerapkan
pola kehidupan yang sehat, teratur dan seimbang mulai dari asuhan pola
makan, gaya hidup, kebiasaan keseharaian yang dilakukan, olahraga dsb
sebagai penunjang pemeliharaan kesehatan (Markum, 2014).
Munculnya masalah yang sangat berfariasi, peran perawat sangat
dibutuhkan guna membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi klien
seperti contoh dengan penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit gagal
ginjal seperti bagaimana pentingnya mempertahankan cairan tubuh. Sehingga
penting sekali untuk dilakukan pencegahan dan pertahanan fungsi ginjal
supaya tidak terjadi penurunan atau gangguan (Setyohadi,Sally & Putu, 2016).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, penulis merumuskan masalah “ Bagaimana
pelaksanaan Asuhan Keperawatan dengan kasus “Asuhan Keperawatan
Profesional Emergency Pada Pasien Gagal Ginjal” yang meliputi pengkajian,
diagnosa, intervensi, implementasi, evaluasi.”
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnosa medis Gagal Ginjal.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan diagnosa
medis Gagal Ginjal
b. Menegakan diagnosa keperawatan pada pasien dengan diagnosa
medis Gagal Ginjal
c. Menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis
Gagal Ginjal
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan diagnosa
medis Gagal Ginjal
e. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnosa medis Gagal Ginjal

1.4 Manfaat Penulisan


1. Manfaat Bagi Penulis
Diharapkan sebagai bahan tambahan pengetahuan dan membandingkan
antara teori yang didapat selama perkuliahan dengan praktik ketrampilan
dan pengalaman untuk pengembangan ilmu keperawatan gawat darurat
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa
medis Gagal Ginjal.
2. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Diharapakan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam kegiatan
proses belajar tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa
medis Gagal Ginjal yang dapat digunakan sebagai acuan praktek bagi
mahasiswa keperawatan.
3. Manfaat Bagi Rumah Sakit
Sebagai masukan bagi institusi rumah sakit agar memberikan motivasi
perawat gawat darurat dalam melakukan perawatan yaitu dengan tindakan
pertolongan pertama bagi pasien yang mengalami kondisi kritis atau gawat
dengan tujuan untuk mempertahankan keselamatan pasien dan peningkatan
pelayanan kesehatan pada pasien diagnosa medis Gagal Ginjal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Ginjal adalah salah satu organ sistem kemih atau uriner (tractus
urinarius)  yang bertugas menyaring dan membuang cairan, sampah
metabolisme dari dalam tubuh. seperti diketahui setelah  sel-sel tubuh
mengubah makanan menjadi energi, maka akan dihasilkan  pula sampah
sebagai hasil sampingan dari proses metabolisme tersebut yang harus dibuang
segera agar tidak meracuni tubuh . Sebagian dibuang melalui usus sebagai
tinja, sebagian lagi melalui ginjal bersama urin, dan sisanya melalului kulit
dibawa keringat (Wilson, 2013).
Gagal ginjal adalah ginjal kehilangan kemampuan untuk mempertahankan
volume dan komposisi cairan tubuh dlam keadaan asupan makanan normal.
Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu kronik dan akut
(Nurarif &Kusuma, 2013).
Gagal ginjal adalah Kondisi ketika ginjal mengalami kerusakan dan tidak
dapat berfungsi dengan baik. Gagal ginjal biasanya merupakan tahap akhir
dari penyakit ginjal, di mana kerusakan pada ginjal sudah cukup berat atau
berlangsung lama, sehingga muncul gangguan fungsi yang permanen (WHO,
2016).
2.2 Klasifikasi
Menurut Ayu (2011) gagal ginjal dibagi menjadi 2:
1. Gagal ginjal akut
Gagal ginjal akut (acute renal failure) adalah sekumpulan gejala yang
mengakibatkan disfungsi ginjal secara mendadak. Gagal Ginjal Akut
(GGA) adalah suatu sindrom akibat kerusakan metabolik atau patologik
pada ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang mendadak
dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu dengan atau tanpa
oliguria sehingga mengakibatkan hilangnya kemampuan ginjal untuk
mempertahankan homeotasis tubuh.
2. Gagal ginjal kronis
Gagal ginjal kronik merupakan suatu kondisi dimana organ ginjal sudah
tidak mampu mengangkut sampah sisa metabolik tubuh berupa bahan yang
biasanya dieliminasi melalui urin dan menumpuk dalam cairan tubuh
akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi
endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta asam basa.
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
a. Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin
serum normal dan penderita asimptomatik.
b. Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebih dari 75 % jaringan telah
rusak, Blood Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum
meningkat.
c. Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.
2.3 Etiologi
Menurut Robert Sinto, Ginova Nainggolan (2014) etiologi gagal ginjal dapat
dibagi menjadi :
1. Penyakit yang menyebabkan hipoperfusi ginjal tanpa menyebabkan
prerenal
a. Dehidrasi
b. Muntah dan diare
c. Diabetes militus
d. Luka bakar
e. Pemakaian deuretik yang tidak sesuai
f. Asidosis
g. Syok
h. Infeksi
2. Penyakit yang secara langsung menyebabkan gangguan pada parenkim
ginjal
a. Hipertensi
b. Nefrotaksin(antibiotik : gentamicin,kanamisin)
c. Gangguan pembuluh darah : berbagai jenis lesi vaskuler dapat
menyebabkan iskemik ginjal dan kematian jaringan ginajl.
d. Gangguan imunologis : seperti glomerulonephritis
e. Gangguan tubulus primer : terjadinya nefrotoksis akibat analgesik atau
logam berat.
3. Penyakit yang terkait dengan obstruksi saluran kemih
a. Hiperplasia prostat
b. Kontstriksi uretra
c. Nefropati obstruktif misalnya traktus urinarius bagian atas : batu,
neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Traktus urinarius bagian bawah :
hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital leher vesika
urinaria dan uretra.
2.4 Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinis dari penyakit gagal ginjal yaitu sebagai
berikut :
1. Penderita tampak sangat menderita dan letargi disertai mual, muntah, diare,
pucat (anemia), dan hipertensi.
2. Pembengkakan tungkai kaki atau pergelangan kaki, pembengkakan yang
menyeluruh (karena terjadi penimbunan cairan).
3. Nafsu makan menurun
4. Berkurangnya rasa, terutama di tangan atau kaki
5. Tremor tangan
6. Warna kulit hitam keabu-abuan
7. Kulit dari membran mukosa kering akibat dehidrasi
8. Nafas mungkin berbau urin (foto uremik), dan kadang-kadang dapat,
dijumpai adanya pneumonia uremik
9. Manisfestasi sistem saraf (lemah, sakit kepala, kedutan otot, dan kejang)
10. Perubahan pengeluaran produksi urine (sedikit, dapat mengandung darah,
berat jenis sedikit rendah, yaitu 1.010 gr/ml).
11. Peningkatan konsentrasi serum urea (tetap), kadar kreatinin, dan laju endap
darah (LED) tergantung katabolisme (pemecahan protein), perfusi renal,
serta asupan protein, serum kreatinin meningkat pada kerusakan
glomerulus.
12. Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR dapat
menurunn hingga 25% dari normal.
13. Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami polyuria dan
nokturia, GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar kreatinin serum dan
BUN sedikit meningkat diatas normal.
14. Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom uremik (lemah, letargi,
anoreksia, mual muntah, nokturia, kelebihan volume cairan, neuropati
perifer, pruritus, uremic frost, pericarditis, kejang-kejang sampai koma),
yang ditandai dengan GFR kurang dari 5-10 ml/menit, kadar serum
kreatinin dan BUN meningkat tajam, dan terjadi perubahan biokimia dan
gejala yang komplek (Benze, 2014).
2.5 Patofisiologi
Ginjal berperan penting dalam regulasi tekanan darah berkat efeknya pada
keseimbangan natrium, suatu penentu utama tekanan darah. Konsentrasi
natrium didalam tubuh dalam menilai tekanan darah. Melalui kerja dua
sensor, baik kadar natrium yang rendah atau tekanan perfusi yang rendah
berfungsi sebagai stimulasi untuk pelepasan renin. Renin yaitu suatu protease
yang meningkatkan tekanan darah dengan memicu vasokonstriksi secara
langsung dan dengan merangsang sekresi aldosteron sehingga terjadi retensi
natrium dan air. Semua efek ini menambah cairan ekstrasel utuh kehilangan
fungsi ginjal normal akibat dari penurunan jumlah nefroen yang berfungsi
dengan tepat. Bila jumlah nefron berkurang sampai jumlah yang tidak adekuat
untuk mempertahankan keseimbangan homeostatis,terjadi akibat gangguan
fisiologis. Gagal ginjal melakukan fungsi metaboliknya dan untuk
membersihkan toksin dari darah selain itu gagal ginjal akut disebabkan
dengan berbagai macam keadaan seperti gangguan pada pulmoner yaitu nafas
dangkal, kussmaul, dan batuk dengan sputum.
Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa. Gangguan
pada kardiovaskuler seperti hipertensi, nyeri dada, gangguan irama jantung
dan edema. Edema merupakan tanda dan gejala yang umum pada kelebihan
volume cairan.Edema merujuk kepada penimbunan cairan di jaringan subkutis
dan menandakan ketidak seimbangan gaya-gaya starling (kenaikan tekanan
intravaskuler atau penurunan tekanan intravaskuler) yang menyebabkan cairan
merembes ke dalam ruang interstisial. Edema akan terjadi pada keadaan
hipoproteinemia dan gagal ginjal yang parah (Tambanyong Jan, 2013).
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
1. Kreatinin dan BUN serum keduanya tinggi karena beratnya gagal ginjal
2. Klirens kreatinin menunjukkan penyakti ginjal tahap akhir bila berkurang
s/d 90%.
3. Elektrolik serum menunjukkan peningkatan kalium, fasfor, kalsium,
magnesium dan produk fasfor- kalsium dengan natrium serum rendah.
4. Gas darah arter (GDA) menunjukkan asidosis metabolic (nilai PH, kadar
bikarbonat dan kelebihan basa dibawah rentang normal).
5. HB dan hematokrit dibawah rentang normal
6. Jumlah sel darah merah dibawah rentang normal
7. Kadar alkalin fosfat mungkin tinggi bila metabolism tulang
8. Ultrasonografi ginjal: untuk melihat ginjal polikistik dan hidronefrosis,
yang tidak terlihat pada awal obstruksi. Ukuran ginjal biasanya normal
pada nefropati diabetik (Tambanyong Jan, 201 3).
2.7 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. Cairan yang diperbolehkan adalah 500 samapai 600 ml untuk 24 jam
atau dengan menjumlahkan urine yang keluar dalam 24 jam ditamnbah
dengan IWL 500ml, maka air yang masuk harus sesuai dengan
penjumlahan tersebut.
b. Pemberian vitamin untuk klien penting karena diet rendah protein
tidak  cukup memberikan komplemen vitamin yang diperlukan.
c. Hiperfosfatemia dan hipokalemia ditangani dengan antasida
mengandung alumunium atau kalsium karbonat, keduanya harus
diberikan dengan makanan.
d. Hipertensi ditangani dengan berbagai medikasi antihipertensif dan
control volume intravaskuler.
e. Asidosis metabolik pada gagal ginjal kronik biasanya tampa gejala dan
tidak memerlukan penanganan, namun demikian suplemen makanan
karbonat atau dialisis mungkin diperlukan untuk mengoreksi asidosis
metabolic jika kondisi ini memerlukan gejala.
f. Hiperkalemia biasanya dicegah dengan penanganan dialisis yang
adekuat disertai pengambilan kalium dan pemantauan yang cermat
terhadap kandungan kalium pada seluruh medikasi oral maupun
intravena. Pasien harus diet rendah kalium kadang – kadang kayexelate
sesuai kebutuhan.
g. Anemia pada gagal ginjal kronis ditangani dengan epogen (eritropoetin
manusia rekombinan). Epogen diberikan secara intravena atau
subkutan tiga kali seminggu.
h. Transplantasi ginjal (Ayu, 2011).
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Tindakan konservatif : Tujuan pengobatan ini untuk meredakan atau
memperlambat gangguan fungsi ginjal progresif. Hal yang dapat
dilakukan yaitu pengaturan diet protein, kalium, natrium dan cairan.
b. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya, memperlambat perburukan
(progression) fungsi ginjal, pencegahan dan terapi terhadap penyakit
kardiovaskular, pencegahan dan terapi terhadap komplikasi.
c. Obat-obatan : antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat,
suplemen kalsium, furosemid untuk membantu berkemih (Kusuma dan
Nurarif, 2012 : 194).
d. Dialisis atau dikenal dengan nama cuci darah adalah suatu metode
terapi yang bertujuan untuk menggantikan fungsi/kerja ginjal yaitu
membuang zat-zat sisa dan kelebihan cairan dari tubuh. Terapi ini
dilakukan apabila fungsi kerja ginjal sudah sangat menurun (lebih dari
90%) sehingga tidak lagi mampu untuk menjaga kelangsungan hidup
individu, maka perlu dilakukan terapi. Selama ini dikenal ada 2 jenis
dialisis :
1) Hemodialisis (cuci darah dengan mesin dialiser)
Hemodialisis atau HD adalah jenis dialisis dengan menggunakan
mesin dialiser yang berfungsi sebagai ginjal buatan. Pada proses ini,
darah dipompa keluar dari tubuh, masuk kedalam mesin dialiser.
Didalam mesin dialiser, darah dibersihkan dari zat-zat racun melalui
proses difusi dan ultrafiltrasi oleh dialisat (suatu cairan khusus
untuk dialisis), lalu setelah darah selesai di bersihkan, darah
dialirkan kembali kedalam tubuh. Proses ini dilakukan 1-3 kali
seminggu di rumah salit dan setiap kalinya membutuhkan waktu
sekitar 2-4 jam.
2) Dialisis peritonial (cuci darah melalui perut)
Terapi kedua adalah dialisis peritoneal untuk metode cuci darah
dengan bantuan membrane peritoneum (selaput rongga perut). Jadi,
darah tidak perlu dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihkan dan
disaring oleh mesin dialisis (Amelia, 2013).
2.8 Komplikasi
1. Edema paru-paru
Edema paru-paru berlangsung akibat berlangsungnya penimbunan cairan
Serosa atau serosanguinosa yang terlalu berlebih didalam area interstisial
Serta alveolus paru-paru. perihal ini timbul dikarenakan ginjal tidak bisa
Mensekresi urine serta garam didalam jumlah cukup. Kerap kali edema
paru-paru mengakibatkan kematian.
2. Hiperkalemia
Komplikasi ke-2 yaitu hiperkalemia (kandungan kalium darah yang tinggi)
yakni satu situasi di mana konsentrasi kalium darah kian lebih 5 meq/l
darah. Konsentrasi kalium yang tinggi justru beresiko dari pada situasi
sebaliknya (konsentrasi kalium rendah ). konsentrasi kalium darah yang
lebih tinggi dari 5, 5 meq/l bisa merubah system konduksi listrik jantung.
jika perihal ini terus berlanjut, irama jantung jadi tidak normal serta
jantungpun berhenti berdenyut (Ayu, 2010).
2.9 Phatway

Kerusakan langsung pada ginjal,


kurangnya pasokan darah
keginjal,penyumbatan pada ginjal

Penurunan fungsi ginjal

Gangguan Gangguan asam Aliran darah ke Mual dan


fungsi ginjal basa ginjal turun muntah

Ginjal tidak mampu Asidosis metabolik GRF turun Anoreksia


mengeliminasi ureum
dalam tubuh
Penumpukan cairan Retensi urine MK : DEFISIT
diparu NUTRISI
Penumpukan
ureum dalam darah Odema
MK :
GANGGUAN
Masuk kedalam PERTUKARAN
jaringan otak GAS MK :
HIPERVOLEMIA

Penurunan
kesadaran

Warna kulit hitam Masuk kekulit


MK : GANGGUAN ke abu-abuan (gatal-gatal) Oliguria
PERSEPSI RSENSORI

MK : GANGGUAN
MK : GANGGUAN ELIMINASI URINE
INTEGRITAS KULIT
2.10 Askep Teori
A. Pengkajian
1. Anamnesis
Pada pengakajian anamnesis data yang diperoleh yakni identitas klien
dan identitas penanggung jawab, identitas klien yang meliputi nama,
usia, jenis kelamin, pekerjaan, serta diagnosa medis. Penyakit Gagal
Ginjal dapat menyerang pria maupun wanita dari rentang usia
manapun, khususnya bagi orang yang sedang menderita penyakit
serius, terluka serta usia dewasa dan pada umumnya lanjut usia. Untuk
pengkajian identitas penanggung jawab data yang didapatkan yakni
meliputi nama, umur, pekerjaan, hubungan dengan si penderita.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Keluhan utama yang sering adalah miksi terasa
sesak dan sedikit-sedikit.
b. Riwayat Penyakit Sekarang : Pengkajian ditujukan sesuai dengan
predisposisi etiologi penyakit terutama pada prerenal dan renal.
Secara ringkas perawat menanyakan berapa lama keluhan
penurunan jumlah urine output dan apakah penurunan jumlah urine
output tersebut ada hubungannya dengan predisposisi penyebab,
seperti pasca perdarahan setelah melahirkan, diare, muntah berat,
luka bakar luas, cedera luka bakar, setelah mengalami episode
serangan infark, adanya riwayat minum obat NSAID atau
pemakaian antibiotik, adanya riwayatpemasangan tranfusi darah,
serta adanya riwayat trauma langsung pada ginjal.
c. Riwayat Penyakit Dahulu : Kaji adanya riwayat penyakit batu
saluran kemih, infeksi sistem perkemihan yang berulang, penyakit
diabetes melitus dan penyakit hipertensi pada masa sebelumnya
yang menjadi predisposisi penyebab pasca renal. Penting untuk
dikaji tentang riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya
riwayat alergi terhadap jenis obat dan dokumentasikan.
d. Riwayat Penyakit Keluarga : Tanyakan adanya riwayat penyakit
ginjal dalam keluarga.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum dan TTV : Keadaan umum klien lemah, terlihat
sakit berat, dan letargi. Pada TTV sering didapatkan adanya
perubahan, yaitu pada fase oliguri sering didapatkan suhu tubuh
meningkat, frekuensi denyut nadi mengalami peningkatan dimana
frekuensi meningkat sesuai dengan peningkatan suhu tubuh dan
denyut nadi. tekanan darah terjadi perubahan dari hipetensi rinagan
sampai berat.
b. Pemeriksaan Pola Fungsi
1) B1 (Breathing)
Pada periode oliguri sering didapatkan adanya gangguan pola
napas dan jalan napas yang merupakan respons terhadap
azotemia dan sindrom akut uremia. Klien bernapas dengan bau
urine (fetor uremik) sering didapatkanpada fase ini. Pada
beberapa keadaan respons uremia akan menjadikan asidosis
metabolik sehingga didapatkan pernapasan kussmaul.
2) B2 (Blood)
Pada kondisi azotemia berat, saat perawat melakukan auskultasi
akan menemukan adanya friction rub yang merupakan tanda
khas efusi perikardial sekunder dari sindrom uremik. Pada sistem
hematologi sering didapatkan adanya anemia. Anemia yang
menyertai gagal ginjal akut merupakan kondisi yang tidak dapat
dielakkan sebagai akibat dari penurunan produksi eritropoetin,
lesi gastrointestinal uremik, penurunan usia sel darah merah, dan
kehilangan darah, biasanya dari saluran G1. Adanya penurunan
curah jantung sekunder dari gangguan fungsi jantung akan
memberat kondisi gagal ginjal. Pada pemeriksaan tekanan darah
sering didapatkan adanya peningkatan.
3) B3 (Brain)
Gangguan status mental, penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau,
penurunan tingkat kesadaran (azotemia, ketidakseimbangan
elektrolit/asam/basa). Klien berisiko kejang, efek sekunder
akibat gangguan elektrolit, sakit kepala, penglihatan kabur, kram
otot/kejang biasanya akan didapatkan terutama pada fase oliguri
yang berlanjut pada sindrom uremia.
4) B4 (Bladder)
Perubahan pola kemih pad aperiode oliguri akan terjadi
penurunan frekuensi dan penurunan urine output <400 ml/hari,
sedangkan pada periode diuresis terjadi peningkatan yang
menunjukkan peningkatanjumlah urine secara bertahap, disertai
tanda perbaikan filtrasi glomerulus. Pada pemeriksaan
didapatkan perubahan warna urine menjadi lebih pekat/gelap.
5) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya mual dan muntah, serta anoreksia sehingga
sering didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.
6) B6 (Bone)
Didapatkan adnaya kelemahan fisik secara umum efek sekunder
dari anemia dan penurunan perfusi perifer dari hipetensi.
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium : Urinalisis didapatkan warna kotor, sedimen
kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb, dan myoglobin. Berat
jenis <1.020 menunjukkan penyakit ginjal, pH urine >7.00
menunjukkan ISK, NTA, dan GGK. Osmolalitas kurang dari 350
mOsm/kg menunjukkan kerusakan ginjal dan rasio urine : serum
sering 1 : 1.
b. Pemeriksaan BUN dan kadar kreatinin : Terdapat peningkatan yang
tetap dalam BUN dan laju peningkatannya bergantung pada tingkat
katabolisme (pemecahan protein), perfusi renal dan masukan
protein. Serum kratinin meningkat pada kerusakan glomerulus.
Kadar kreatinin serum bermanfaat dalam pemantauan fungsi ginjal
dan perkembangan penyakit.
c. Pemeriksaan elektrolit : Pasien yang mengalami penurunan lajut
filtrasi glomerulus tidak mampu mengeksresikan kalium.
Katabolisme protein mengahasilkan pelepasan kalium seluler ke
dalam cairan tubuh, menyebabkan hiperkalemia berat.
Hiperkalemia menyebabkan disritmia dan henti jantung.
d. Pemeriksan pH : Pasien oliguri akut tidak dapat emngeliminasi
muatan metabolik seperti substansi jenis asam yang dibentuk oleh
proses metabolik normal. Selain itu, mekanisme bufer ginjal normal
turun. Hal ini ditunjukkan dengan adanya penurunan kandungan
karbon dioksida darah dan pH darah sehingga asidosis metabolik
progresif menyertai gagal ginjal.
5. Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan dan mencegah
komplikasi, yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Dialisis : Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi
gagal ginjal akut yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan
kejang. Dialisis memperbaiki abnormalitas biokimia, menyebabkan
cairan, protein, dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas;
menghilangkan kecenderungan perdarahan dan membantu
penyembuhan luka.
b. Koreksi hiperkalemi : Peningkatan kadar kalium dapat dikurangi
dengan pemberian ion pengganti resin (natrium polistriren
sulfonat), secara oral atau melalui retensi enema. Natrium
polistriren sulfonat bekerja dengan mengubah ion kalium menjadi
natrium di saluran intenstinal.
c. Terapi cairan :
1) Diet rendah protein, tinggi karbohidrat
2) Koreksi asidosis dengan natrium bikarbonat dan dialisis
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membaran
alveolus kapiler
2. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makanan
4. Gangguan eliminasi urine berhbungan dengan penurunan kapasitas
kandung kemih
5. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan
pigmentasi
C. Intervensi Keperawatan
No. Dx. Kep Tujuan dan Intervensi
Keriteria hasil
1. Gangguan Setelah di lakukan Terapi Oksigen
pertukaran tindakan Observasi :
gas keperawatan selama 1. Monitor kecepatan dan
berhubungan 1x 24 jam aliran oksigen secara
dengan diharapkan ketidak periodik
perubahan seimbangan ventilasi 2. Monitro efektifitas terapi
membaran perfusi dalam batas oksigen
alveolus normal dengan 3. Monitor tanda-tanda
kapiler keriteria hasil : hipovolemia
1. Dispnea menurun Terapeutik :
(5) 1. Bersihkan sekret pada
2. Pernafasan hidung,mulut dan trakea,
cuping hidung jika perlu
menurun (5) 2. Pertahankan kepatenan
3. Pola nafas jalan napas
membaik (5) Edukasi :
4. Warna kulit Ajarkan pasien dan keluarga
membaik (5) cara menggunakan oksigen
dirumah, jika perlu.
Kolaborasi :
Kolaborasi penentuan dosis
dan penggunaan oksigen

Pemantauan respirasi
Observasi :
1. Monitor
frekuensi,irama,kedalaman
dan upaya napas
2. Monitor pola napas
3. Monitor adanya sumbatan
jalan napas
4. Monitor saturasi oksigen
5. Monitor nilai AGD
Terapeutik :
1. Atur intervesi pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
2. Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi :
Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan serta informasikan
hasil pemantauan.
2. Hipervolemia Setelah dilakukan Manajemen Hipervolemia
berhubungan tindakan Observasi :
dengan keperawatan selama 1. Periksa tanda dan gejala
gangguan 1x 24 jam hipervolemia
mekanisme diharapkan volume 2. Identifikasi penyebab
regulasi cairan seimbang hipervolemia
dengan keriteria 3. Monitor status
hasil : hemodinamik
1. Asupan carian 4. Monitor intake dan output
meningkat (5) cairan
2. Haluan unin 5. Monitor tanda
meningkat (5) hemokonsentrasi
3. Kelembaban 6. Monitor kecepatan infus
membarn mukosa secara ketat
meningkat (5) 7. Monitor efek sambing
4. Edema menurun deuretik
(5) Terapeutik :
5. Dehidrasi 1. Timbang berat badan setiap
menurun (5) hari pada waktu yang sama
6. Tukor kulit 2. Batasi asupan cairan dan
membaik (5) garam
3. Tinggikan kepala tempat
tidur 30-40
Edukasi :
1. Ajarkan melapor jika
haluan urine 0,5
ml/kg/jam dalam 6 jam
2. Anjurkan monitor jika BB
1 kg dalam sehari
3. Ajarkan cara mengukur dan
mencatat asupan dan haluan
cairan
4. Ajarkan cara membatasi
cairan
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian deuretik
3. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
berhubungan tindakan Observasi :
dengan keperawatan selama 1. Identifikasi status nutrisi
ketidakmamp 1x 24 jam 2. Identifikasi alergi dan
uan menelan diharapkan intoleransi makanan
makanan keadekuatan asupan 3. Identifikasi makanan yang
nutrisi membaik disukai
dengan keriteria 4. Identifikasi kebutuhan
hasil : kalori dan jenis nutrien
1. Pola makan 5. Monitor asupan makanan
meningkat (5) 6. Monitor berat badan
2. Indek masa tubuh 7. Monitor hasil pemeriksaan
membaik (5) labolaturium
3. Fekuensi makan Terapeutik :
membaik (5) 1. Lakukan oral hygiene
4. Nafsu makan sebelum makan, jika perlu
membaik (5) 2. Fasilitasi menentukan
pedoman diet
3. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
4. Berikan makanan rendah
natrium tinggi protein
Edukasi :
1. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan, jika perlu
4. Gangguan Setelah dilakukan Manajemen Eliminasi Urine
eliminasi tindakan Observasi :
urine keperawatan selama 1. Identifikasin tanda dan
berhbungan 1x 24 jam gejala retensi atau
dengan diharapkan inkontenesia urine
penurunan pengosongan 2. Identifikasi faktor yang
kapasitas kendung kemih menyebabkan retensi atau
kandung membaik dengan inkontenesia urine
kemih keriteri hasil : 3. Monitor eliminasi urine
1. Sensai berkemih Terapeutik :
meningkat (5) 1. Catat waktu-waktu dan
2. Berkemih tidak haluaran berkemih
tuntas menurun 2. Batasi asupan cairan, jika
(5) perlu
3. Urine menetes 3. Ambil sampel urine tengah
menurun (5) atau kultur
Edukasi :
1. Ajarkan tanda dan gejala
infeksi saluran kemih
2. Ajarkan mengukur asupan
cairan dan haluaran urine
3. Ajarkan mengambil
spesiemen urine midstream
4. Ajarkan mengenai tanda-
tanda berkemih dan waktu
yang tepat untuk berkemih
5. Anjurkan mengurangi
minum
Kolaborasi :
Kolaborasi pemeberian obat
supositorial uretra, jika perlu.
5. Gangguan Setelah dilakukan Perawatan integritas kulit :
integritas tindakan Observasi :
kulit/jaringan keperawatan selama Identifikasi penyebab
berhubungan 1x 24 jam gangguan integritas kulit
dengan diharapkan (misalnya. Perubahan sirkulasi
perubahan Keutuhan kulit atau perubahan status nutrisi,
pigmentasi jaringan meningkat penurunan kelembaban, suhu
dengan keriteria lingkungan ekstrim).
hasil : Terapeutik :
1. Kerusakan 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika
jaringan menurun tirah baring
(5) 2. Lakukan pemijatan pada
2. Kerusakan area penonjolan tulang, jika
lapisan kulit perlu
menurun (5) 3. Gunakan produk berbahan
3. Pigmentasi ringan atau alami dan
abnormal hipoalergenik pada kulit
menurun (5) sensitif
4. Tekstur membaik 4. Hindari produk berbahan
(5) dasar alkohol pada kulit
kering
Edukasi :
1. Anjurkan menggunakan
pelembab
2. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
3. Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
4. Anjurkan menghindari
tempat suhu ekstrim
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI

PENGKAJIAN KEPERAWATAN EMERGENCY

Ilustrasi Kasus
Seorang laki-laki usia 37 tahun, TB : 163 cm dan BB 70 kg masuk RSNU dengan
keluhan bengkak pada tangan dan tungkai kaki. Keluarga mengatakan bengkak dialami
sejak 2 bulan yang lalu. Selain di tangan dan tungkai kaki bengkak juga ditemukan di
kelopak mata. Keluhan ini menetap dan dirasakan semakin bertambah parah. Pada
pemeriksaan fisik di UGD di dapatkan pasien mampu diajak bicara tetapi keadaan lemah.
Pasien mengatakan menjalani hemodialisis 1x dalam seminggu, pasien mengatakan mual
dan nafsu makan berkurang semenjak terjadi bengkak, BAK berkurang yang awalnya (4
- 5 x/hari) menjadi (2 – 3x/hari ) dengan jumlah ( ± 200 ml/hari) dan berwarna kuning
keruh, BAB : normal. Riwayat penyakit sebelumnya pernah menderita penyakit serupa.
Pada pemeriksaan didapatkan TTV TD : 125/80 mmHg, N : 85 x/menit, RR : 16 x/menit,
S : 37° C. Pada pemeriksaan kepala, pasien merasakan pusing dan terdapat edema
palpebra. Kulit pasien berwarna hitam keabu-abuan. Pada pemeriksaan laboratorium,
yaitu pemeriksaan darah rutin ditemukan : WBC (white blood cell) : 11.000/mm 3 ( 4500-
10.000 mm3), Hb : 10 gr/dl. Pemeriksaan kimia darah yaitu : ureum : 79 mg/dl (10-50).
Trigleserida : 206 mg/dl (N : 200), Kreatinin : 12,69 mg/dl, BUN : 25 mg/dl. Pada
pemeriksaan urine ditemukan hasil warna : kuning keruh. Beberapa menit kemudian
klien mengeluh sesak serta mengalami penurunan tensi.
Data umum
Nama : Tn. C
Umur : 37 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Kediri Bandar Lor
No. Registrasi : 22032011
Diagnosa medis : CKD
Tanggal MRS : 19-04-2021 Pukul : 20.00 WIB
Tanggal pengkajian : 19-04-2021 Pukul : 20.15 WIB
Bila pasien di IGD
Triage pada pukul : 20.15 WIB
Kategori triage :  P1 P2  P3

Data khusus
1. Subyektif
Keluhan utama (chief complaint): pasien mengeluh sesak, bengkak pada tangan
dan tungkai kaki serta pada kelopak mata.
Riwayat penyakit Sekarang :
(Merupakan kronologis dari penyakit yang diderita saat ini mulai awal hingga di
bawa ke RS secara lengkap) : Pada tanggal 19 April 2021Tn.C masuk RSNU
dengan keluhan bengkak pada tangan dan tungkai kaki. bengkak dialami sejak 2
bulan yang lalu. Selain di tangan dan kaki bengkak juga ditemukan di kelopak mata.
Keluhan ini menetap dan dirasakan semakin bertambah parah. Pada pemeriksaan
fisik di UGD di dapatkan pasien mampu diajak bicara tetapi keadaan lemah. Pasien
mengatakan menjalani hemodialisis 1x dalam seminggu, pasien mengatakan mual
dan nafsu makan berkurang Semenjak terjadi bengkak, BAK berkurang yang
awalnya (4 - 5 x/hari) menjadi (2 – 3x/hari ) dengan jumlah ( ± 200 ml/hari) dan
berwarna kuning keruh, BAB : normal. Riwayat penyakit sebelumnya pernah
menderita penyakit serupa. Pada pemeriksaan didapatkan TTV TD : 125/80 mmHg,
N : 85 x/menit, RR : 16 x/menit, S : 37° C. Pada pemeriksaan kepala, pasien
merasakan pusing dan terdapat edema palpebra. Kulit pasien berwarna hitam keabu-
abuan Pada pemeriksaan laboratorium, yaitu pemeriksaan darah rutin ditemukan :
WBC ( white blood cell ) : 11.000/mm3 ( 4500-10.000 mm3), Hb : 10 gr/dl.
Pemeriksaan kimia darah yaitu : ureum : 79 mg/dl (10-50). Trigleserida : 206 mg/dl
(N : 200).
Keluhan nyeri (PQRST) :
P : Provoking atau Paliatif
Penumpukan cairan
Q : Qualitas
Terasa cenut-cenut
R : Regio
Pada kepala
S : Severity
3
T : Time
Saat beraktifitas
Menurut Skala Intensitas Numerik (Data Subyektif)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Menurut Ahency for Health Care Polcy and Research (Data Obyektif)
No Intensitas Nyeri Diskripsi
1 Tidak Nyeri  Pasien mengatakan tidak nyeri

 Pasien mengatakan sedikit nyeri atau ringan


2  Nyeri Ringan
 Pasien nampak gelisah
 Pasien mengatakan nyeri masih bisa ditahan /
sedang
3  Nyeri Sedang  Pasien nampak gelisah
 Pasien mampu sedikit berpartisipasi dlm
keperawatan
 Pasien mengatakan nyeri tidak dapat ditahan /
berat
4  Nyeri Berat  Pasien sangat gelisah
 Fungsi mobilitas dan perilaku pasien
 Berubah
 Pasien mengatakan nyeri tidak tertahankan /
 Nyeri Sangat sangat berat
5
Berat  Perubahan ADL yang mencolok (
Ketergantungan ), putus asa
Menurut Wong Baker (Data Obyektif)

Kasus Trauma (SAMPLE) :


S : Signs and symptom
.............................................................................................................................
A : Allergies
.............................................................................................................................
M : Medication
.............................................................................................................................

P : Pertinent medical hystory


.............................................................................................................................
L : Last meal (or medication or menstrual period)
.............................................................................................................................
E : Events surrounding this incident
.............................................................................................................................
Riwayat Penyakit yang pernah diderita :
Pasien memiliki riwayat penyakit CKD.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Dikeluarga tidak ada yang menderita penyakit, hipertensi,diabetes dan penyakit
ginjal.
Riwayat alergi :
 ya  tidak Jelaskan : -
2. Obyektif
Keadaan umum :  Baik  Sedang  Lemah

A. AIRWAY
Snoring  Ya  Tidak
Gurgling  Ya  Tidak
Stridor  Ya  Tidak
Wheezing  Ya  Tidak
Perdarahan  Ya 
Tidak
Benda asing  Ya  Tidak Sebutkan : -

B. BREATHING
Gerakan dada  Simetris  Asimetris
Gerakan paradoksal  Ya  Tidak
Retraksi intercosta  Ya  Tidak
Retraksi suprasternal  Ya  Tidak
Retraksi substernal  Ya  Tidak
Retraksi supraklavikular  Ya  Tidak Retraksi
Intraklavikula  Ya  Tidak
Gerakan diafragma  Normal  Tidak

C. CIRCULATION
Akral tangan dan kaki  Hangat  Dingin
Kualitas nadi  Kuat  Lemah
CRT  < 2 dt  > 2 dt
Perdarahan  Ya  Tidak

D. DISABILITY/STATUS NEUROLOGI
Tingkat kesadaran :
 Alert : Sadar dan orientasi baik
 Verbal : respon terhadap suara (sadar tapi bingung atau tidak sadar
tapi berespon terhadap suara)
 Pain : tidak sadar tapi berespon terhadap nyeri
 Unresponsive : tidak sadar, tidak ada reflek batuk/reflek
gag GCS Eye: 2 Verbal: 3 Motorik: 4 Total: 9
Pupil :  Isokor  Anisokor
Reaksi terhadap cahaya :  Ya  tidak

E. EXPOSURE/ENVIRONMENT (focus pada area injury)


Tidak ada yang cidera

F. FULL OF VITAL SIGN & FIVE INTERVENTIONS


TD 125/80 mmHg
RR 16 x/menit
Nadi 80 x/menit
Suhu : 37˚C  Rektal  Oral  Aksiler
SO2 : 95
MAP 95 mmHg
Infus : 16 tpm
Kateter urine :  Terpasang  tidak
Produksi urine: ± 200 ml/hari
Warna urine :  Kuning jernih  Keruh  Ada darah
NGT :  Terpasang  tidak
Monitor jantung  Terpasang  tidak
Pulse Oxymetri  Terpasang  tidak

Hasil pemeriksaan laboratorium :


A. Darah Lengkap
Leukosit : 11.000/mm3 ( N : 3.500 - 10.000 dL )
Eritrosit :..........................( N : 1,2 juta - 1,5 juta )
Trombosit :..........................( N : 150.000 – 350.000 / L )
Hemoglobin : 10 ( N : 11,0 – 16,3 gr / dl )
Hematokrit :..........................( N : 35,0 – 50 gr / dl )
PCV :..........................( N : 35 -50 )

B. Kimia Darah
Ureum : 79 ( N : 10 – 50 mg / dl )
Creatinin :. 12,89 ( N : 07 – 1,5 mg / dl )
SGOT :..........................( N : 2 – 17 )
SGPT :..........................( N : 3 – 19 )
BUN : 25 ( N : 20 – 40 / 10 – 20 mg / dl )
Bilirubin :..........................( N : 1,0 mg / dl )
Total Protein :........................( N : 6,7 – 8,7 mg / dl )
GD Puasa :..........................( N : 100 mg / dl )
GD 2 JPP :..........................( N : 140 – 180 mg / dl )
Trigleserida : 206 (N : 200 mg/dl)

C. Analisa elektrolit
Natrium :..........................( N : 136 – 145 mmol / l )
Kalium :..........................( N : 3,5 – 5,0 mml / l )
Clorida :..........................( N : 98 – 106 mmol / l )
Calsium :..........................( N : 7,6 – 11,0 mg / dl )
Phospor :..........................( N : 2,5 – 7,07 mg / dl )
D. Analisa Gas Darah
PH : 7,25 ( N : 7,35 – 7,45 )
pCO2 : 30 ( N : 35 – 45 mmHg )
pO2 : 70 ( N : 80 – 100 mmHg )
HCO3 :.........................( N : 21 -28 )
SaO2 :.........................( N : >85 )
Base Excess : ........................( N : -3 - +3 )

PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG LAIN :


Jenis
Hasil
pemeriksaan
Foto Rontgent
USG
EKG
EEG
CT- Scan
MRI
Endoscopy
Lain – lain Pada pemeriksaan urine ditemukan hasil warna : kuning keruh,
pada pemeriksaan kepala pasien merasakan pusing dan terdapat
edema palpebra.

G. GIVE COMFORT
Pasien mengatakan nyaman ketika berbaring

H. HISTORY (MIVT)
M : Mechanism : -
I : Injuries Suspected : tidak ada tanda cidera
V : Vital sign on scene : 125/80 mmHg
T : Treatment received : furosemide, ranitidine, RL
I. HEAD TO TOE ASSESSMENT
Kepala
Bentuk  Normal  Tidak
Contusio/memar  Ya  Tidak
Abrasi/luka babras  Ya  Tidak
Penetrasi/luka tusuk  Ya  Tidak
Burns/luka bakar  Ya  Tidak
Laserasi/jejas  Ya  Tidak
Swelling/bengkak  Ya  Tidak
Rambut dan kulit kepala  Bersih  Kotor
Grimace  Ya 
Tidak
Battle’s sign  Ya  Tidak

Mata
Palpebra oedema  Ya  Tidak
Sklera  Ikterik  Kemerahan  Normal
Konjungtiva  Anemis  Kemerahan 
Normal
Pupil  Isokor  Anisokor
 Midriasis Ø: - mm
 Miosis Ø: -
mm.
Reaksi terhadap cahaya: /
Racoon eyes  Ya  Tidak

Hidung
Bentuk  Normal  Tidak
Laserasi/jejas  Ya  Tidak
Epistaksis  Ya  Tidak
Nyeri tekan  Ya  Tidak
Pernafasan cuping hidung Ya  Tidak
Terpasang oksigen: 4 lpm
Gangguan penciuman  Ya  Tidak

Telinga
Bentuk  Normal  Tidak
Othorhea  Ya  Tidak
Cairan  Ya  Tidak
Gangguan pendengaran  Ya  Tidak
Luka  Ya 
Tidak

Mulut
Mukosa  Lembab  Kering  Stomatitis
Luka  Ya  Tidak
Perdarahan  Ya  Tidak
Muntahan  Ya  Tidak

Leher
Deviasi trakhea  Ya  Tidak
JVD  Normal  Meningkat  Menurun
Pembesaran kelenjar tiroid Ya  Tidak
Deformitas leher  Ya  Tidak
Contusio/memar  Ya  Tidak
Abrasi/luka babras  Ya  Tidak
Penetrasi/luka tusuk  Ya  Tidak
Burns/luka bakar  Ya  Tidak
Tenderness/kekakuan  Ya  Tidak
Laserasi  Ya  Tidak
Swelling/bengkak  Ya  Tidak
Pain/nyeri  Ya  Tidak
Instability  Ya  Tidak
Crepitasi  Ya  Tidak

Thoraks :
Deformitas  Ya  Tidak
Contusio/memar  Ya  Tidak
Abrasi/luka babras  Ya  Tidak
Penetrasi/luka tusuk  Ya  Tidak
Burns/luka bakar  Ya  Tidak
Laserasi  Ya  Tidak
Swelling/bengkak  Ya  Tidak
Instability  Ya  Tidak
Crepitasi  Ya  Tidak
Gerakan paradoksal  Simetris  Tidak

Paru – paru :
Pola nafas, irama :  Teratur Tidak teratur
Jenis  Dispnoe  Kusmaul Cheyne Stokes
 Lain-lain: -
Suara nafas  Vesikuler  Bronkial  Bronkovesikuler
Suara nafas tambahan :
 Ronkhi  Wheezing  Stridor  Crackles
 Lain-lain: -
Batuk Ya Tidak Produktif Ya Tidak
Sputum: Warna : - Jumlah : - Bau:- Konsistensi: -

Jantung
Iktus cordis teraba pada ICS : V
Irama jantung  Reguler  Ireguler
S1/S2 tunggal  Ya  Tidak
Bunyi jantung tambahan  Murmur  Gallops Rhitme
lain-lain: -
Nyeri dada  Ya  Tidak
Pulsasi  Sangat kuat  Kuat, teraba  Lemah

 Teraba  hilang timbul  tidak teraba


CVP:  Ada  Tidak ada
Tempat CVP  Subklavia  Brachialis 
Femoralis Pacu jantung  Ada  Tidak ada
Jenis:  Permanen  Sementara

Abdomen
Jejas  Ya  Tidak
Nyeri tekan  Ya  Tidak
Distensi  Ya  Tidak
Massa  Ya  Tidak
Peristaltik usus 15 x/menit
Mual  Ya  Tidak
Muntah  Ya  Tidak
Frekuensi -, Jumlah - cc, warna -
Pembesarah hepar  Ya  Tidak
Pembesaran lien  Ya  Tidak

Ekstremitas
Deformitas  Ya  Tidak
Contusio/memar  Ya  Tidak
Abrasi/luka babras  Ya  Tidak
Penetrasi/luka tusuk  Ya  Tidak
Burns/luka bakar  Ya  Tidak
Tenderness/kekakuan  Ya  Tidak
Laserasi/jejas  Ya  Tidak
Swelling/bengkak  Ya  Tidak
Restaint  Ya 
Tidak
Kontraktur  Ya  Tidak
Parese  Ya  Tidak
Plegi  Ya  Tidak
Nyeri tekan  Ya  Tidak
Pulsasi  Sangat kuat  Kuat, teraba  Lemah
Teraba  hilang timbul  tidak teraba
Fraktur  Ya  Tidak
Crepitasi  Ya, di......... Tidak

Kekuatan otot 5 5
5 5

Oedema
 
 
Kulit
Turgor  Baik  Sedang  Jelek
Decubitus  Ada  Tidak Lokasi : -
Pelvis/Genetalia
Deformitas  Ya  Tidak
Swelling/bengkak  Ya  Tidak
Perdarahan  Ya  Tidak
Instability  Ya  Tidak
Crepitasi  Ya, di.........  Tidak
Kebersihan area genital  Bersih  Kotor
Priapismus  Ya  Tidak
Incontinensia urine  Ya  Tidak
Retensi Urine  Ya  Tidak

POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN


a. Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Pemenuhan
No Makan dan Sebelum Sakit Setelah Sakit
Minum
1 Jumlah / Waktu Pagi : 1 porsi Pagi : Tidak ada
Siang : 1 porsi Siang : Tidak ada
Malam : 1 porsi Malam : Tidak ada
2 Jenis Nasi : Iya Nasi : Tidak ada
Lauk : Lauk : Tidak ada
Ikan,tahu,tempe,ayam,telur Sayur : Tidak ada
Sayur : Sayur sop, soto dll Minum/Infus : RL 16 tpm
Minum : Air putih,kopi, teh
3 Pantangan / Tidak ada Tidak ada
Alergi
4 Kesulitan Tidak ada Tidak ada
makan dan
Minum
5 Usaha untuk Tidak ada Tidak ada
mengatasi
masalah

b. Pola Eliminasi
Pemenuhan
No Eliminasi BAB Sebelum Sakit Setelah Sakit
/ BAK
1 Jumlah / Waktu BAK BAK
Pagi : 1 x/hri Pagi : Tidak ada
Siang : 2 x/hri Siang : Tidak ada
Malam : 2 x/hri Malam : Tidak ada
BAB : BAB : Tidak ada
1 x/hri
2 Warna BAB : Khas feses BAB : Khas feses
BAK : Kuning jernih BAK : Kuning keruh
3 Bau BAB : Khas feses BAB : Khas feses
BAK : Khas urine BAK : Khas urine dan
berbau obat
4 Konsistensi BAB : Padat BAB : Lembek

5 Masalah Tidak ada Sulit berkemih


eliminasi
6 Cara mengatasi Tidak ada Tidak ada
masalah

c. Pola Istirahat Tidur


Pemenuhan
No Sebelum Sakit Setelah Sakit
Istirahat Tidur
1 Jumlah / Waktu Pagi : - Pagi : Tidak ada
Siang : 1,5 jam Siang : Tidak ada
Malam : 7 jam Malam : Tidak ada
2 Gangguan tidur Tidak ada Tidak ada
3 Upaya Tidak ada Tidak ada
mengatasi
masalah
gangguan tidur
4 Hal yang Tidak ada Tidak ada
mempermudah
tidur
5 Hal yang Tidak ada Tidak ada
mempermudah
bangun

d. Pola Kebersihan diri / Personal Hygiene


Pemenuhan
No Personal Sebelum Sakit Setelah Sakit
Hygiene
1 Frekuensi 3 x/minggu Belum pernah
mencuci
rambut
2 Frekuensi 2 x.hari Belum pernah
Mandi
3 Frek. Gosok 3 x/ hri Belum pernah
gigi
4 Memotong kuku 1 x/minggu Belum pernah
5 Ganti pakaian 2 x/hari Belum pernah

J. INSPECT OF BACK POSTERIOR


Deformitas leher  Ya  Tidak
Contusio/memar  Ya  Tidak
Abrasi/luka babras  Ya  Tidak
Penetrasi/luka tusuk  Ya  Tidak
Burns/luka bakar  Ya  Tidak
Tenderness/kekakuan  Ya  Tidak
Laserasi  Ya  Tidak
Swelling/bengkak  Ya  Tidak

K. TERAPI YANG TELAH DIBERIKAN


Nama Obat Dosis Nama Obat Dosis
Inf. RL 16 tpm
Injeksi Furosemide 1 Amp
Injeksi Ranitidine 1 Amp

L. DATA TAMBAHAN LAIN :


Tidak ada data tambahan

DAFTAR PRIORITAS MASALAH


1. Hipervolemia
2. Gangguan pertukaran gas
3. Defisit nutrisi
4. Gangguan eliminasi urine
5. Gangguan integritas kulit
Kediri, 19 April 2021

(Maria Tul Qiptiyah)


ANALISA DATA

NO ANALISA DATA ETIOLOGI MASALAH


.
1. Ds : Penurunan fungsi ginjal Hipervolemia
- Pasien mengatakan
merasa lemas Aliran darah menuju
- Pasien mengatakan ginjal turun
semenjak terjadi
bengkak BAK GRF turun
berkurang yang
awalnya (4 - 5 x/hari) Retensi urine
menjadi (2 – 3x/hari )
- Pasien mengatakan Edema
melakukan
hemodialisis 1x
seminggu
Do :
- K/u : lemah
- Bengkak tangan dan
kedua tungkai kaki
- Bengkak pada kelopak
mata
- Warna kulit hitam
keabu-abuan
- Ureum : 79 mg/ dl
- BUN : 25 mg/ dl
- Urine berwarna kuning
keruh
- Jumlah urine : ± 200
ml/hari
- Odem : + +
+ +
- TD : 125/80 mmHg
- N : 80 x/mnt
- RR : 16 x/mnt
- S : 37C
2. Ds : Gangguan asam dan Gangguan
- Pasien mengeluh sesak basa pertukaran gas
nafas
- Pasien mengatakan Asidosis metabolik
kepalanya terasa pusing
Do : Penumpukan cairan
- K/u : lemah diparu
- Pola nafas abnormal
(lambat) Dispnea
- Ronchi (+)
- pH :7,25 mmHg
- PO2 : 70 mmhg
- PCO2 : 28 mmHg
- So2 : 95
- RR : 16 x/menit
- N : 80 x/menit
DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRORITAS)

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
.
1. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
dibuktikan dengan k/u : lemah, bengkak pada tangan dan tungkai kaki,
bengkak pada kelopak mata, ureum : 79 mg/ dl, urine berwarna kuning
keruh, jumlah urine ± 200 ml/hari.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus
kapiler dibuktikan dengan dispnea (), ronchi () pasien mengeluh pusing,
pola nafas lambat, pH :7,25 mmHg, PO2 : 70 mmhg, PCO2 : 28 mmHg, So2
: 95, RR : 16 x/menit.
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama pasien : Tn. C No. RM : 22032011


Umur : 37 tahun Alamat : Kediri Bandar Lor
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KERITERIA INTERVENSI
. KEPERAWATAN HASIL
1. Hipervolemia berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipervolemia
dengan gangguan keperawatan selama 1x 24 jam Observasi :
mekanisme regulasi diharapkan volume cairan seimbang 1. Periksa tanda dan gejala hipervolemia
dibuktikan dengan k/u : dengan keriteria hasil : 2. Identifikasi penyebab hipervolemia
lemah, bengkak pada 1. Asupan carian meningkat (5) 3. Monitor status hemodinamik
abdomen dan kedua 2. Haluan unin meningkat (5) 4. Monitor intake dan output cairan
tungkai kaki, bengkak pada 3. Kelembaban membarn mukosa 5. Monitor tanda hemokonsentrasi
kedua kelopak mata, ureum meningkat (5) 6. Monitor kecepatan infus secara ketat
: 66 mg/ dl, urine berwarna 4. Edema menurun (5) 7. Monitor efek sambing deuretik
kuning keruh. 5. Dehidrasi menurun (5) Terapeutik :
6. Turgor kulit membaik (5) 1. Timbang berat badan setiap hari pada
waktu yang sama
2. Batasi asupan cairan dan garam
3. Tinggikan kepala tempat tidur 30-40
Edukasi :
1. Ajarkan melapor jika haluan urine 0,5
ml/kg/jam dalam 6 jam
2. Anjurkan monitor jika BB 1 kg dalam
sehari
3. Ajarkan cara mengukur dan mencatat
asupan dan haluan cairan
4. Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian deuretik
2. Gangguan pertukaran gas Setelah di lakukan tindakan Terapi Oksigen
berhubungan dengan keperawatan selama 1x 24 jam Observasi :
perubahan membran diharapkan ketidak seimbangan 1. Monitor kecepatan dan aliran oksigen
alveolus kapiler dibuktikan ventilasi perfusi dalam batas normal secara periodik
dengan dispnea (), ronchi dengan keriteria hasil : 2. Monitro efektifitas terapi oksigen
(), pasien mengeluh 1. Dispnea menurun (5) 3. Monitor tanda-tanda hipovolemia
pusing, pola nafas lambat, 2. Pernafasan cuping hidung Terapeutik :
pH :7,25 mmHg, PO2 : 70 menurun (5) 1. Bersihkan sekret pada hidung,mulut dan
mmhg, PCO2 : 28 mmHg, 3. Pola nafas membaik (5) trakea, jika perlu
So2 : 95, RR : 16 4. Warna kulit membaik (5) 2. Pertahankan kepatenan jalan napas
x/menit. Edukasi :
Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen dirumah, jika perlu.
Kolaborasi :
Kolaborasi penentuan dosis dan penggunaan
oksigen
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. C No.RM : 22032011


Umur : 37 tahun Alamat : Kediri Bandar Lor
NO HARI/TANGGAL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
. (SOAP)
DX
1. Senin, 19 April 20.15 Manajemen hipervolemia : S:
2021 Observasi : - Pasien mengatakan merasa
1. Memeriksa tanda dan gejala lemas
hipervolemia - Pasien mengatakan semenjak
2. Mengidentifikasi penyebab terjadi bengkak BAK
hipervolemia berkurang yang awalnya (4 -
3. Memonitor intake dan output 5 x/hari) menjadi (2 –
cairan 3x/hari)
4. Memonitor kecepatan infus secara - Pasien mengatakan
ketat melakukan hemodialisis 1x
Terapeutik : seminggu
5. Membatasi asupan cairan dan O :
garam - K/u : lemah
6. Meninggikan kepala tempat tidur - Bengkak tangan dan kedua
30-40 tungkai kaki
Edukasi : - Bengkak pada kelopak mata
7. Menganjarkan cara mengukur dan - Warna kulit hitam keabu-
mencatat asupan dan haluan cairan abuan
8. Menganjarkan cara membatasi - Ureum : 79 mg/ dl
cairan - BUN : 25 mg/ dl
Kolaborasi : - Urine berwarna kuning keruh
9. Mengkolaborasi pemberian - Jumlah urine : ± 200 ml/hari
furosemide 1 Amp, ranitidine 1 - Odem : + +
Amp. + +
- TD : 125/80 mmHg
- N : 80 x/mnt
- RR : 16 x/mnt
- S : 37C
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 123456789
2. Senin, 19 April 20.25 Terapi Oksigen S:
2021 Observasi : - Pasien mengeluh sesak nafas
1. Memonitor kecepatan dan aliran - Pasien mengatakan
oksigen secara periodik kepalanya terasa pusing
2. Memonitro efektifitas terapi O :
oksigen - K/u : lemah
3. Memonitor tanda-tanda - Pola nafas abnormal (lambat)
hipervolemia dan hipovolemia - Ronchi ()
Terapeutik : - pH :7,25 mmHg
4. Membersihkan sekret pada - PO2 : 70 mmhg
hidung,mulut dan trakea, jika perlu - PCO2 : 28 mmHg
5. Mempertahankan kepatenan jalan - So2 : 95
napas - RR : 16 x/menit
Edukasi : - N : 80 x/menit
6. Mengajarkan pasien dan keluarga A : Masalah berlum teratasi
cara menggunakan oksigen P : Lanjutkan intervensi 1234567
dirumah, jika perlu.
Kolaborasi :
7. Mengkolaborasi penentuan dosis
dan penggunaan oksigen (Nasal
cannula : 4 lpm)
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisi tentang analisa teori dengan kasus Asuhan Keperawatan
Profesional Emergency Pada Pasien Gagal Ginjal Akut kemudian dianalisa. Penulis
melakukan perawatan selama klien berada di IGD dengan menggunakan proses
keperawatan.
A. PENGKAJIAN
Pada tahap ini data yang diperoleh dari wawancara yang bersumber dari pasien
dan keluarga. Kemudian dilakukan analisa antara sumber dengan data yang
diperoleh oleh penulis.
1. Masalah keperawatan Hipervolemia
a. Data Subjektif
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan didapatkan hasil yaitu
adanya penurunan jumlah urine dan pembengkakan yang terjadi pada
kelopak mata, tangan dan tungkai kaki yang dialami oleh pasien sejak 2
bulan yang lalu.
Berdasarkan konsep teori kelebihan volume cairan ditunjukkan dengan
adanya data meliputi penurunan volume BAK (2-3kali/hari) dengan jumlah
urine sedikit , data observasi berupa adanya edema pada abdomen dan kedua
tungkai bawah klien serta kedua kelopak mata pasien, jumlah urine dalam 24
jam (200cc) tekanan darah 130/90 mmHg (Wilson, 2012).
Menurut penulis pada pengkajian studi kasus ini ditemukan penyebab
pasien mengalami penurunan jumlah urine karena retensi urine yang
menyebabkan hipervolemia.
b. Data Objektif
Data objektif pada saat observasi tanda-tanda vital pada pasien
didapatkan hasil terjadi pembengkakan pada kelopak mata, ekstremitas
mengalami edema, penurunan jumlah urine. Pada pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan kimia darah yaitu : ureum : 79 mg/dl (10-50). Trigleserida : 206
mg/dl (N : 200) dan urine berwarna kuning keruh.
Berdasarkan teori dari Tambanyong Jan (2013) melalui kerja dua
sensor, baik kadar natrium yang rendah atau tekanan perfusi yang rendah
berfungsi sebagai stimulasi untuk pelepasan renin. Renin yaitu suatu
protease yang meningkatkan tekanan darah dengan memicu vasokonstriksi
secara langsung dan dengan merangsang sekresi aldosteron sehingga terjadi
retensi natrium dan air yang menyebabkan penderita gagal ginjal mengalami
edema dan kenaikan berat badan yang tidak stabil.
Menurut penulis pada saat pengkajian ditemukan bahwa terjadi edema
pada tangan dan tungkai kaki ataupun kelopak mata pasien juga mengalami
penurunan berat badan yang tidak stabil.
2. Masalah keperawatan Gangguan pertukaran gas
a. Subjektif
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan didapatkan keluhan pasien
merasa pusing dan disertai dengan sesak nafas. Keluhan sesak nafas dan
pusing dirasakan pasien akhir-akhir ini.
Menurut Suyono (2015) salah satu gejala gagal ginjal dengan gangguan
pulmonal yaitu sesak. Pada pengkajian studi kasus ini ditemukan penyebab
klien sesak dikarenakan adanya cairan didalam paru ditandai dengan
terdapat suara nafas tambahan ronchi sehingga terjadi perubahan membran
kapiler paru, hal ini juga yang menyebabkan sesak pada pasien.
Menurut penulis, pada pengkajian Tn. C sesak yang dialami pasien bisa
disebabkan oleh penumpukan cairan didalam paru ditandai dengan
ditemukannya suara nafas tambahan ronchi pada pasein, sesak nafas juga
dapat disebabkan karena kadar hemoglobin pada pasien yang rendah. Sesak
yang dialami oleh pasien tersebut merupakan tanda dan gejala subyektif.
b. Objektif
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada Tn. C didapatkan pasien
mengelami sesak nafas dengan keadaan lemah. Pasien mengalami sesak
nafas ditandai dengan RR : 16 x/ menit, pola nafas abnormal (lambat),
adanya suara ronchi adanya edema pada tangan, tungkai kaki dan kelopak
mata, turgor kulit menurun serta CRT  2 detik.
Menurut Rendy & Margareth (2012) pemeriksaan fisik pada gagal ginjal
ditemukan kondisi umum dan tanda-tanda vital yaitu : keadaan umum
lemah, tingkat kesadaran bergantung pada tingkat toksisitas, pada
pemeriksaan tanda-tanda vital sering didapatkan Respirasi Rate (RR)
menurun (bradipnea), hipertensi atau hipotensi sesuai dengan kondisi
fluktuatif.
Menurut penulis pada pemeriksaan fisik suara nafas pasien didapatkan
yaitu suara nafas ronchi pada paru kiri. Sesak yang terjadi akibat adanya
penumpukan cairan pada paru sehingga menimbulkan suara ronchi.
B. DIAGNOSA
Pengumpulan diagnosa dengan penyataan yang menggambarkan respons manusia
(keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual atau potensial) dari individu
atau kelompok tempat perawat secara legal mengidentifikasi dan perawat dapat
memberikan intervensi secara pasti.
Diangnosa keperawatan pada Tn. C :
1. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi dibuktikan
dengan k/u : lemah, bengkak pada tangan dan tungkai kaki, bengkak pada
kelopak mata, ureum : 79 mg/ dl, urine berwarna kuning keruh, jumlah urine ±
200 ml/hari.
Menurut teori Tambayong Jan (2015) Hipervolemia terjadi karena
konsentrasi natrium didalam tubuh dalam menilai tekanan darah. Melalui
kerja dua sensor, baik kadar natrium yang rendah atau tekanan perfusi yang
rendah berfungsi sebagai stimulasi untuk pelepasan renin. Renin adalah suatu
protase yang meningkatkan tekanan darah dengan memicu vasokonstriksi
secara langsung dan dengan merangsang sekresi aldosteron sehingga terjadi
retensi natrium dan air.
Menurut penulis pada pengkajian ditemukan bahwa pasien mengalami
kesulitan dalam BAK yaitu penurunan pola BAK yang sedikit dan jarang dari
tanda gejala pasien tersebut mengalami hipervolemia.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus
kapiler dibuktikan dengan dispnea (), pasien mengeluh pusing, pola nafas
lambat, pH :7,25 mmHg, PO2 : 70 mmhg, PCO2 : 28 mmHg, So2 : 95 , RR :
16 x/menit.
Diagnosa keperawatan pada pasien menunjukkan gangguan pertukaran gas.
Mengambil diagnosa keperawatan ditandai adanya penumpukan cairan pada
paru sehingga terjadi edema, dan hasil laborat analisa gas darah yang
menunjukkan ketidakseimbangan ventilasi perifer paru.
Berdasarkan konsep teori, gangguan pertukaran gas adalah Kelebihan atau
kekurangan oksigenasi dan atau eliminasi karbondioksida pada membran
alveolus- kapiler (SDKI, 2017). Adapaun tanda gejalanya adalah : dispnea
(sesak nafas), PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun, takikardia, Ph arteri
meningkat/menurun, bunyi napas tambahan, pusing (sakit kepala saat bangun),
penglihatan kabur, sianosis, diaforesis, gelisah, pola napas cuping hidung, pola
napas abnormal, cepat/lambat, reguler/irreguler, dalam/dangkal, warna kulit
abnormal (misal pucat atau kehitaman), kesadaran menurun, hiperkapnia,
gelisah, hipoksia.
Peneliti memprioritaskan diagnosa gangguan pertukaran gas karena
merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi, hal ini jika tidak
segera dilakukan akan terjadi hipoksia dan mempengaruhi suplai oksigen ke
seluruh jaringan tubuh. Menurut peneliti penetapan diagnosa keperawatan
tersebut sudah sesuai dengan beberapa kriteria yang disyaratkan pada diagnosa
tersebut. Dengan demikian pada hasil laporan ini sesuai dengan teori atau tidak
ada kesenjangan antara laporan kasus dengan teori.
C. INTERVENSI
Intervensi yang dilakukan berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditemukan
penulis selama mengasuh kasus kelolaan pada Tn.C adalah :
1. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi dibuktikan
dengan k/u : lemah, bengkak pada tangan dan tungkai kaki, bengkak pada
kelopak mata, ureum : 79 mg/ dl, urine berwarna kuning keruh, jumlah urine ±
200 ml/hari.
Manajemen Hipervolemia
Observasi :
1. Periksa tanda dan gejala hipervolemia
2. Identifikasi penyebab hipervolemia
3. Monitor intake dan output cairan
4. Monitor kecepatan infus secara ketat
Terapeutik :
1. Batasi asupan cairan dan garam
2. Tinggikan kepala tempat tidur 30-40
Edukasi :
1. Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluan cairan
2. Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian deuretik : Furosemide 1 Amp
Intervensi keperawatan yang diberikan kepada Tn. C adalah manajemen
hipervolemia. Adapun kriteria hasil pada pasien yaitu : Haluan unin meningkat,
kelembaban membarn mukosa meningkat, edema menurun, dehidrasi menurun,
turgor kulit membaik.
Menurut Setyohadi, Sally & Putu (2017) Munculnya masalah yang sangat
berfariasi, peran perawat sangat dibutuhkan guna membantu menyelesaikan
masalah yang dihadapi klien seperti contoh dengan penyuluhan kepada
masyarakat tentang penyakit gagal ginjal seperti bagaimana pentingnya
mempertahankan cairan tubuh. Sehingga penting sekali untuk dilakukan
pencegahan dan pertahanan fungsi ginjal supaya tidak terjadi penurunan atau
gangguan.
Menurut penulis pada saat pengkajian dilakukan ditemukan bahwa
pemberian intervensi manajemen hipervolemia yang meiputi : Monitor berat
badan, monitor tekanan darah dan status, periksa turgor kulit, tentukan jumlah
dan jenis intake/asupan cairan serta kebiasaan eliminasi, monitor asupan dan
pengeluaran, catat dengan akurat asupan dan pengeluaran monitor membran
mukosa , turgor kulit dan respon haus. Intervensi yang dilakukan pada pasein
untuk menjaga supaya pernafasan pasien tetap stabil dan tanda-tanda vital
dalam rentang normal.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus
kapiler dibuktikan dengan dispnea (), pasien mengeluh pusing, pola nafas
lambat, pH :7,25 mmHg, PO2 : 70 mmhg, PCO2 : 28 mmHg, So2 : 95 , RR :
16 x/menit.
Terapi Oksigen
Observasi :
1. Monitor kecepatan dan aliran oksigen secara periodik
2. Monitro efektifitas terapi oksigen
3. Monitor tanda-tanda hipervolemia
Terapeutik :
1. Bersihkan sekret pada hidung,mulut dan trakea, jika perlu
2. Pertahankan kepatenan jalan napas
Edukasi :
1. Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen dirumah, jika perlu.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi penentuan dosis dan penggunaan oksigen
Intervensi keperawatan yang dibeikan pada Tn. C adalah terapi oksigen.
Adapun keriteria hasil pada pasien yaitu : dispnea menurun, pola nafas
membaik, warna kulit membaik dan pernafasan cuping hidung menurun.
Menurut Pradesya (2015) pemberian terapi oksigen berfokus untuk
memastikan kepatenan jalan napas supaya dapat mengatasi kondisi
kekurangan oksigen pada jaringan. Perencanaan keperawatannya antara lain
monitor frekuensi, irama, dan kedalaman dari upaya napas, monitor pola
napas, monitor kemampuan batuk efektif, monitor adanya produksi sputum,
auskultasi bunyi napas, monitor hasil x-ray toraks, dan berikan oksigen
tambahan jika perlu.
Menurut penulis pemberian intervensi tersebut sudah sesuai dengan
kondisi pasien. Intervensi intervensi tersebut supaya dapat mengaja
pernafasan pasien tetap stabil dan tanda-tanda vital dalam rentang normal.
D. IMPLEMENTASI
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu pasien dalam mencapai tujuan yang
ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan
pemulihan kesehatan. Dalam pelaksanaan penulis melakukan tidakan keperawatan
sesuai dengan rencana yang telah disusun.
Diagnosa :
1. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi dibuktikan
dengan k/u : lemah, bengkak pada tangan dan tungkai kaki, bengkak pada
kelopak mata, ureum : 79 mg/ dl, urine berwarna kuning keruh, jumlah urine ±
200 ml/hari.
Menurut Nursalam (2014) Implementasi merupakan pelaksanaan dari
rencana tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan atau hasil yang
ditentukan. Kegiatan dalam implementasi berupa tindakan langsung kepada
klien dan mengobservasi respon klien setelah dilakukan tindakan.
Menurut penulis implementasi keperawatan yang dilakukan sudah sesuai
dengan intervensi yang ada yaitu seperti monitor intake output,
mengidentifikasi penyebab hipervolemia serta monitor tekanan darah serta
status pernafasan.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus
kapiler dibuktikan dengan dispnea (), pasien mengeluh pusing, pola nafas
lambat, pH :7,25 mmHg, PO2 : 70 mmhg, PCO2 : 28 mmHg, So2 : 95, RR :
16 x/menit.
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien telah sesuai dengan
yang ada di intervensi keperawatan yakni pemberian terapi oksigen.
Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan keperawatan
untuk mencapai tujuan atau hasil yang ditentukan. Kegiatan dalam
implementasi berupa tindakan langsung kepada klien dan mengobservasi respon
klien setelah dilakukan tindakan (Nursalam, 2014).
Menurut penulis implementasi keperawatan yang telah dilakukan seudah
sesuai dengan intervensi yang ada yaitu seperti memonitor efektifitas terapi
oksigen, memonitor tanda-tanda hipervolemia, mempertahankan kepatenan
jalan nafas serta mengkolaborasi penggunaan oksigen.
E. EVALUASI
1. Diagnosa pertama
Evaluasi keperawatan pada pasien didapatkan data Subjektif : pasien
mengatakan merasa lemas pasien mengatakan semenjak terjadi bengkak bak
berkurang yang awalnya (4 - 5 x/hari) menjadi (2 – 3x/hari ), pasien
mengatakan melakukan hemodialisis 1x seminggu. Dan data Objektif : k/u :
lemah, bengkak tangan dan kedua tungkai kaki, bengkak pada kelopak mata,
warna kulit hitam keabu-abuan, ureum : 79 mg/ dl, bun : 25 mg/ dl, urine
berwarna kuning keruh, jumlah urine : ± 200 ml/hari, odem : pada tangan dan
tungkai kaki serta pada kelopak mata, TD : 125/80 mmHg, N : 80 x/mnt, RR :
16 x/mnt, S : 37C.
Menurut Nursalam (2014) evaluasi merupakan sesuatu yang direncanakan
dan perbandingan sistematik pada status kesehatan klien. Perawat dapat
menetukan efektifitas asuhan keperawatan dalam mencapai suatu tujuan dengan
melihat dan mengukur perkembangan klien.
Menurut penulis Evaluasi pada pasien bisa terjadi perubahan yang
dipengaruhi oleh kondisi pasien tersebut, selain itu perubahan kondisi pasien
juga karena intervensi yang diberikan sesuai dengan kondisi pasien.
2. Diagnosa kedua
Evaluasi keperawatan pada pasien didapatkan data Subjektif : Pasien
mengeluh sesak nafas, Pasien mengatakan kepalanya terasa pusing. Data
Objektif : k/u : lemah, rola nafas abnormal (lambat), ronchi (+), pH :7,25
mmHg, PO2 : 70 mmhg, PCO2 : 28 mmHg, So2 : 95 , RR : 16 x/menit, N : 80
x/menit.
Evaluasi merupakan sesuatu yang direncanakan dan perbandingan
sistematik pada status kesehatan klien. Perawat dapat menetukan efektifitas
asuhan keperawatan dalam mencapai suatu tujuan dengan melihat dan
mengukur perkembangan klien (Nursalam, 2014)
Menurut penulis Evaluasi pada pasien bisa terjadi perubahan yang
dipengaruhi oleh kondisi pasien tersebut, selain itu perubahan kondisi pasien
juga karena intervensi yang diberikan sesuai dengan kondisi pasien.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah melaksanakan Asuhan Keperawatan Profesional Emergency kepada
Tn. C dengan Gagal Ginjal, selama klien berada di IGD dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari :Pengkajian,
diagnosa, perencanaan keperawatan, catatan perkembangan (pelaksanaan
dan evaluasi) dan dokumentasi, maka penulis menarik kesimpulan bahwa
kasus gagal ginjal dalam memberikan asuhan keperawatan perlu adanya
intervensi.
1. Pengkajian
Dari perkembangan pada pasien selama di IGD, menunjukkkan bahwa
pasien belum sembuh dari masalah hipervolemia dan gangguan
pertukaran gas yang ditandai dengan masih mengalami mengalami edema
pada tangan dan tungkai kaki seta masih adanya keluhan sesak nafas dan
pusing yang dirasakan pasien.
2. Diagnosa
a. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
dibuktikan dengan k/u : lemah, bengkak pada tangan dan tungkai kaki,
bengkak pada kelopak mata, ureum : 79 mg/ dl, urine berwarna kuning
keruh, jumlah urine ± 200 ml/hari.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolus kapiler dibuktikan dengan dispnea (), pasien mengeluh
pusing, pola nafas lambat, pH :7,25 mmHg, PO2 : 70 mmhg, PCO2 :
28 mmHg, So2 : 95, RR : 16 x/menit.
3. Intervensi
Didalam intervensi klien gagal ginjal dengan masalah hipervolemia
dilakukan sesuai dengan yang telah dicantumkan seperti : monitor intake
output, monitor berat badan, monitor tekanan darah dalam batas
normal,dan monitor pola eliminasi. Sedangkan pada masalah gangguan
pertukaran gas juga sesuai dnegan yang direncanakan seperti : monitor
efektifitas terapi oksigen, monitor tanda-tanda hipervolemia, pertahankan
kepatenan jalan nafas serta kolaborasi penggunaan oksigen.
4. Implementasi
Implementasi pada klien gagal ginjal dengan masalah hipervolemia
dilakukan sesuai tindakan yang telah direncanakan dan dilakukan secara
menyeluruh. Begitu juga dengan masalah gangguan pertukaran gas juga
sudah sesuai dengan rencana yang telah dilekukan.
5. Evaluasi
Evaluasi pada pasien gagal ginjal dengan masalah hipervolemia
menunjukkkan bahwa klien belum sembuh dari masalah hipervolemia
ditandai dengan masih mengalami kesulitan atau gangguan pola
eliminasi, ekstremitas masih mengalami edema. Sama halnya dengan
masalah gangguan pertukaran gas pasien juga belum menunjukkan
perkembangan yang signifikan ditandai dengan pasien mengeluh sesak
nafas, pasien mengatakan pusing, pola nafas abnormal (lambat) serta RR :
16 x/ menit.
B. SARAN
1. Bagi pasien
Penulis berharap agar masyarakat atau pasien dapat memahami penyakit
dan melakukan hidup sehat disekitar lingkungan.
2. Bagi intitusi keperawatan
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menambah keluarasan ilmu terapan
bidang keperawatan dalam memberi dan menjelaskan tentang gagal
ginjal.
DAFTAR PUSTAKA

Ayu. (2011). Acute Kidney Injury: Pendekatan Klinis dan Tata Laksana. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Bonez,Hery .(2014). Gagal Ginjal Dan Penanganan Gagal Ginjal Edisi 1.
Jogyakarta : EGC.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Edisi Revisi Jilid 2.
Yogyakarta : Mediaction.
Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika. Robet Setyohadi, Sally & Putu. (2014). Gagal Ginjal. Jakarta: Rineka
Cipta.
Tambayong, Jan. (2013). Patofisiologi Untuk Keperawatan, Buku Kedokteran.
Jogyakarta : EGC.
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Keriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart, R. Medical – surgical nursing. Alih bahasa :
Setyono, Setyohadi, Sally & Putu. (2017). Gagal Ginjal. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai