Oleh :
Maria Tul Qiptiyah
NIM. 40220017
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kemampuan menggerakkan
persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan masa otot dan
tonus otot. Mobilisasi persendian dengan latihan ROM merupakan salah satu
bentuk rehabilitasi yang dinilai masih cukup efektif untuk mencegah
terjadinya kecacatan pada pasien (Icsaner, 2015).
Range Of Motion (ROM), merupakan istilah baku untuk menyatakan
batas/besarnya gerakan sendi baik normal. ROM juga di gunakan sebagai
dasar untuk menetapkan adanya kelainan batas gerakan sendi abnormal
(HELMI, 2012).
ROM adalah gerakan yang dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh
sendi yang bersangkutan. Range Of Motion dibagi menjadi dua jenis yaitu
ROM aktif dan ROM pasif (Suratun,Heryati,Manurung, & Raenah, 2014).
B. ANATOMI
Struktur tulang jaringan ikat menyusun kurang lebih 25 BB dan otot
menyusun kurang lebih 50. Kesehatan dan baiknya sistem muskulo skeletal
sangat tergantung pada sistem tubuh. Struktur tulang memberikan
perlindungan terhadap oragan vital termasuk otak, jantung dan paru. Kerangka
tulang merupakan kerangka yang kuat untuk menjaga struktur tubuh otot yang
melekat ketulang memungkinkan tubuh bergerak. Sistem muskulo skeletal
merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot (muskulo) dan tulang-tulang
yang membentuk rangka (skeletal). Otot adalah fungsi tubuh yang mempunyai
kemampuan mengubah energi kimia menjadi mekanik.
C. KLASIFIKASI
Menurut Suratun, Heryati, Manurung, & Raenah (2014) klasifikasi ROM
sebagai berikut :
1. Range Of Motion (ROM) aktif yaitu gerakan yang dilakukan oleh
seseorang (pasien) dengan menggunakan energi sendiri. Perawat
memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan
pergerakan sendiri secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi
normal (klien aktif). Kekuatan otot 75 %. Hal ini untuk melatih kelenturan
dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya
secara aktif. Sendi yang digerakkan pada ROM aktif adalah sendi di
seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendri secara
aktif.
2. Range Of Motion (ROM) pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan
berasal dari orang lain (perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan
gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal
(klienpasif). Kekuatan otot 50%. Indikasi latihan pasif adalah pasien
semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak
mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan
mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas
total. Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot
dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya
perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.
D. PATOFISIOLOGI
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.
Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya
pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang
disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat
berubah (makin lmbat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli,
perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (hipoksia
karena gangguan paru dan jantung). Atherosklerotik sering/ cenderung
sebagai faktor penting terhadap otak, thrombus dapat berasal dari flak
arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran
darah akan lambat atau terjadi turbulensi.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai
emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan; iskemia jaringan otak
yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan
kongesti disekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih
besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa
jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema
pasien mulai menunjukan perbaikan. Oleh karena thrombosis biasanya tidak
fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral
oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika
terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembukluh darah maka akan
terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh
darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal
ini akan menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan
hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan
menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro
vaskuler, karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak,
peningkatan tekanan intracranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan
herniasi otak.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak,
dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak.
Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan
otak di nukleus kaudatus, talamus dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral.
Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka
waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit.
Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah
satunya henti jantung. Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume
perdarahan yang relatif banyak akan mengakibatkan peningian tekanan
intrakranial dan mentebabkan menurunnya tekanan perfusi otak serta
terganggunya drainase otak. Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta
kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-
neuron di daerah yang terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi. Jumlah
darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila volume darah lebih dari 60
cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada perdarahan dalam dan 71 % pada
perdarahan lobar. Sedangkan bila terjadi perdarahan serebelar dengan volume
antara 30-60 cc diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75 % tetapi
volume darah 5 cc dan terdapat di pons sudah berakibat fatal (Muttaqin,
2010).
E. PHATWAY
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik misalnya
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler.
2. CT scan
Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
3. Lumbal pungsi
Tekanan yang menngkat dan di sertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukan adanya hemoragi pada subaraknoid atau perdarahan pada
intrakranial.
4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil
pemeriksaan biasanya di dapatkan area yang mengalami lesi dan infark
akibat dari hemoragik.
5. USG Doppler
Mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem arteri
karotis).
6. EEG (Elektroensefalogram)
Melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark
sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
7. Sinar tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang
berlawanan dari masa yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada
trombosis serebral, kalsifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan
subaraknoid (Batticaca, 2013).
G. TUJUAN
Adapun tujuan dari range of mation menurut Potter dan Perry (2010) yaitu :
1. Mempertahankan atau memelihara fleksibilitas dan kekutan otot
2. Memelihara mobilitas persendian
3. Merangsang sirkulasi darah
4. Mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur
5. Mempertahankan fungsi jantung dan pernafasan
6. Mencegah komplikasi vaskular akibat iobilitas
H. MANFAAT
1. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan
pergerakan
2. Mengkaji tulang, sendi, dan otot
3. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
4. Memperlancar sirkulasi darah
5. Memperbaiki tonus otot
6. Meningkatkan mobilisasi sendi
7. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan (Muttaqin, 2010).
I. PRINSIP DASAR LATIHAN ROM
Menurut Muttaqin (2010) prinsip dasar untuk melakukan latihan ROM ada
beberapa macam antara lain :
a. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari.
b. ROM dilakukan perlahan dan hati-hati agar tidak melelahkan pasien.
c. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien,
diagnosis, tanda vital, dan lamanya tirah baring.
d. ROM sering diprogramkan oleh dokter dan dikerjakan oleh fisioterapi atau
perawat.
e. Bagian-bagian tubuh yang dapat dilakukan ROM adalah leher, jari, lengan,
siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.
f. ROM dapat dilakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-
bagian yang dicurigai mengalami proses penyakit.
g. Melakukan ROM harus sesuai dengan waktunya, misalnya setelah mandi
atau perawatan rutin telah dilakukan.
J. INDIKASI
a. ROM Aktif
a. Pada saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara aktif dan
menggerakkan ruas sendinya baik dengan bantuan atau tidak.
b. Pada saat pasien memiliki kelemahan otot dan tidak dapat
menggerakkan persendian sepenuhnya, digunakan A-AROM (Active-
Assistive ROM, adalah jenis ROM Aktif yang mana bantuan diberikan
melalui gaya dari luar apakah secara manual atau mekanik, karena otot
penggerak primer memerlukan bantuan untuk menyelesaikan gerakan).
c. ROM Aktif dapat digunakan untuk program latihan aerobik.
d. ROM Aktif digunakan untuk memelihara mobilisasi ruas diatas dan
dibawah daerah yang tidak dapat bergerak.
b. ROM Pasif
a. Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang apabila
dilakukan pergerakan aktif akan menghambat proses penyembuhan.
b. Ketika pasien tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk bergerak
aktif pada ruas atau seluruh tubuh, misalnya keadaan koma,
kelumpuhan atau bed rest total (Potter dan Perry, 2010).
K. KONTRAINDIKASI
Kontraindikasi dan hal-hal yang harus diwaspadai pada latihan ROM menurut
Kusyati Eni (2012) yaitu :
a. Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat mengganggu
proses penyembuhan cedera.
b. Gerakan yang terkontrol dengan seksama dalam batas-batas gerakan yang
bebas nyeri selama fase awal penyembuhan akan memperlihatkan
manfaat terhadap penyembuhan dan pemulihan.
c. Terdapatnya tanda-tanda terlalu banyak atau terdapat gerakan yang salah,
termasuk meningkatnya rasa nyeri dan peradangan.
d. ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau kondisinya
membahayakan (life threatening).
e. PROM dilakukan secara hati-hati pada sendi-sendi besar, sedangkan
AROM pada sendi ankle dan kaki untuk meminimalisasi venous stasis
dan pembentukan trombus.
f. Pada keadaan setelah infark miokard, operasi arteri koronaria, dan lain-
lain, ROM pada ekstremitas atas masih dapat diberikan dalam
pengawasan yang ketat.
L. GERAKAN ROM AKTIF DAN PASIF
1. Leher, Spina, Serfikal
a. Fleksi : Menggerakan dagu menempel ke dada, rentang 45°
b. Ekstensi : Mengembalikan kepala ke posisi tegak, rentang 45°
c. Hiperektensi : Menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin, rentang
40-45°
d. Fleksi lateral : Memiringkan kepala sejauh mungkin sejauh mungkin
kearah setiap bahu, rentang 40-45°
e. Rotasi : Memutar kepala sejauh mungkin dalam gerakan sirkuler,
rentang 180° (Ulangi gerakan tersebut berturut-turut sebanyak 4 kali).
2. Bahu
a. Fleksi : Menaikan lengan dari posisi di samping tubuh ke depan ke
posisi di atas kepala, rentang 180°
b. Ekstensi : Mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh, rentang
180°
c. Hiperektensi : Mengerkan lengan kebelakang tubuh, siku tetap lurus,
rentang 45-60°
d. Abduksi : Menaikan lengan ke posisi samping di atas kepala dengan
telapak tangan jauh dari kepala, rentang 180°
e. Adduksi : Menurunkan lengan ke samping dan menyilang tubuh sejauh
mungkin, rentang 320°
f. Rotasi dalam : Dengan siku pleksi, memutar bahu dengan menggerakan
lengan sampai ibu jari menghadap ke dalam dan ke belakang, rentang
90°
g. Rotasi luar : Dengan siku fleksi, menggerakan lengan sampai ibu jari ke
atas dan samping kepala, rentang 90°
h. Sirkumduksi : Menggerakan lengan dengan lingkaran penuh, rentang
360°
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
3. Siku
a. Fleksi : Menggerakkan siku sehingga lengan bahu bergerak ke depan
sendi bahu dan tangan sejajar bahu, rentang 150°
b. Ektensi : Meluruskan siku dengan menurunkan tangan, rentang 150°
4. Lengan bawah
a. Supinasi : Memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan
menghadap ke atas, rentang 70-90°
b. Pronasi : Memutar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap
ke bawah, rentang 70-90°
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
5. Pergelangan tangan
a. Fleksi : Menggerakan telapak tangan ke sisi bagian dalam lengan
bawah, rentang 80-90°
b. Ekstensi : Mengerakan jari-jari tangan sehingga jari-jari, tangan, lengan
bawah berada dalam arah yang sama, rentang 80-90°
c. Hiperekstensi : Membawa permukaan tangan dorsal ke belakang sejauh
mungkin, rentang 89-90°
d. Abduksi : Menekuk pergelangan tangan miring ke ibu jari, rentang 30°
e. Adduksi : Menekuk pergelangan tangan miring ke arah lima jari, rentang
30-50°
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
6. Jari- jari tangan
a. Fleksi : Membuat genggaman, rentang 90°
b. Ekstensi : Meluruskan jari-jari tangan, rentang 90°
c. Hiperekstensi : Menggerakan jari-jari tangan ke belakang sejauh
mungkin, rentang 30-60°
d. Abduksi : Mereggangkan jari-jari tangan yang satu dengan yang lain,
rentang 30°
e. Adduksi : Merapatkan kembali jari-jari tangan, rentang 30°
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
7. Ibu jari
a. Fleksi : Mengerakan ibu jari menyilang permukaan telapak tangan,
rentang 90°
b. Ekstensi : menggerakan ibu jari lurus menjauh dari tangan, rentang 90°
c. Abduksi : Menjauhkan ibu jari ke samping, rentang 30°
d. Adduksi : Mengerakan ibu jari ke depan tangan, rentang 30°
e. Oposisi : Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada tangan
yang sama
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
8. Pinggul
a. Fleksi : Mengerakan tungkai ke depan dan atas, rentang 90-120°
b. Ekstensi : Menggerakan kembali ke samping tungkai yang lain, rentang
90-120°
c. Hiperekstensi : Mengerakan tungkai ke belakang tubuh, rentang 30-50°
d. Abduksi : Menggerakan tungkai ke samping menjauhi tubuh, rentang
30-50°
e. Adduksi : Mengerakan tungkai kembali ke posisi media dan melebihi
jika mungkin, rentang 30-50°
f. Rotasi dalam : Memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai lain, rentang
90°
g. Rotasi luar : Memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai lain, rentang
90°
h. Sirkumduksi : Menggerakan tungkai melingkar
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
9. Lutut
a. Fleksi : Mengerakan tumit ke arah belakang paha, rentang 120-130°
b. Ekstensi : Mengembalikan tungkai kelantai, rentang 120-130°
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
10. Mata kaki
a. Dorsifleksi : Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke
atas, rentang 20-30°
b. Flantarfleksi : Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke
bawah, rentang 45-50°
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
11. Kaki
a. Inversi : Memutar telapak kaki ke samping dalam, rentang 10°
b. Eversi : Memutar telapak kaki ke samping luar, rentang 10°
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
DAFTAR PUSTAKA
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Tn. H
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/ Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Paglima Sudirman, Kepuh, Kec. Kertosono, Kab. Nganjuk
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. S
Umur : 55 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Jenis Kelamin : Wanita
Agama : Islam
Alamat : Jl. Paglima Sudirman, Kepuh, Kec. Kertosono
Hubungan dengan pasien : Istri
3. HEAD TO TOE
KEPALA
Bentuk kepala simetris tidak
Ketombe ada tidak
Kotoran pada kulit kepala ada tidak
Pertumbuhan rambut merata tidak
Lesi ada tidak
Nyeri tekan ya tidak
KULIT
Kulit ikterik sianos kemerahan hiperpigmentasi
Turgor kulit baik kurang jelek
Lesi ada tidak
Oedema ya tidak
Peradangan ya tidak
PENGLIHATAN
Bola mata simetris tidak
Pergerakan bola mata normal tidak
Refleks pupil terhadap cahaya normal tidak
Kornea bening tidak
Konjungtiva anemis tidak
Sclera ikterik tidak
Pupil isokor anisokor
ketajaman pengelihatan normal tidak
PENCIUMAN/PENGHIDUNG
Bentuk simetris tidak
Fungsi penciuman baik tidak
Peradangan ada tidak
Polip ada tidak
Perdarahan ya tidak
PENDENGARAN/TELINGA
Bentuk daun telinga simetris tidak
Letak simetris tidak
Peradangan ada tidak
Fungsi pendengaran baik tidak
Serumen ada tidak
Cairan ada tidak
Perdarahan ya tidak
MULUT
Mulut bersih kotor berbau
Bibir pucat cyanosis merah
Mukosa bibir lembab kering stomatitis
Gigi bersih tidak
Gusi berdarah ya tidak
Tonsil radang tidak
Lidah tremor ya tidak
Fungsi pengecapan baik tidak
LEHER
Benjolan/massa ada tidak
Kekakuan ya tidak
Nyeri tekan ya tidak
Kedudukan trachea normal tidak
Gangguan bicara ada tidak
DADA/PERNAFASAN
PARU
Inspeksi
Keluhan : sesak nyeri waktu nafas
Batuk produktif Kering Darah
Sekret :- Konsistensi :......................
Warna :- Bau :..................................
Irama nafas : teratur tidak teratur
Pola Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes
Bentuk dada Simetris Asimetris
Bentuk thorax Normal chest Pigeon chest
Funnel chest Barrel chest
Retraksi Intercosta ya tidak
Retraksi Suprasternal ya tidak
Pernafasan cuping hidung ya tidak
Alat bantu napas ya tidak
Jenis................... Flow..............lpm
Palpasi
Pemeriksaan taktil / vokal fremitus : Getaran antara kanan dan kiri teraba (sama /
tidak sama), lebih bergetar pada sisi........................
Perkusi
Area paru : ( sonor / hipersonor / dulness )
Auskultasi
Suara nafas :
Area Vesikuler Bersih Halus Kasar
Area Brochial Bersih Halus Kasar
Area Bronkovesikuler Bersih Halus Kasar
Suara tambahan :
Crakles Rochi Wheezing Pleural Friction rub
JANTUNG
Inspeksi
Ictus Cordis ( + / - ), pelebaran................. cm
Palpasi
Pulsasi pada dinding thorax teraba ( Lemah / Kuat / Tidak teraba )
Perkusi
Batas – batas jantung normal adalah :
Batas atas : ICS II ( N = ICS II )
Batas bawah : ICS V ( N = ICS V )
Batas Kiri : ICS V ( N = ICS V Mid clavikula Sinistra )
Batas Kanan : ICS IV ( N = ICS IV Mid sternalis Dextra )
Auskultasi
BJ I terdengar (tunggal/ganda), (Keras/lemah), (reguler/irreguler)
BJ II terdengar (tunggal/ganda), Keras/lemah), (reguler/irreguler)
Bunyi jantung tambahan :
BJ III (+ / -), Gallop Rhythm (+ / -), Murmur (+ / -)
Keluhan lain terkait dengan jantung :
a. Keluhan nyeri dada ya tidak
b. Irama jantung reguler ireguler
S1/S2 tunggal ya tidak
c. CRT : 3 detik
d. Akral hangat panas dingin
kering basah
e. JVP normal meningkat menurun
f. Clubbing Finger ya tidak
ABDOMEN
Bentuk simetris tidak
Abdomen tegang kembung ascites
Nyeri tekan ya tidak
Peristaltik usus : 30 x/menit
Oedem ya tidak
REPRODUKSI
Radang pada genitalia eksterna ya tidak
Lesi ya tidak
Siklus menstruasi teratur tidak
Pengeluaran cairan ya tidak
EKSTREMITAS ATAS/BAWAH
Pembatasan gerak ya tidak
Varises ada tidak
Tromboplebitis ada tidak
Nyeri ya tidak
Kemerahan ya tidak
Kelemahan tungkai/tidak ya tidak
Kekuatan otot
5 1
5 1
Oedem
- -
- -
b. Pola Eliminasi
Pemenuhan
No Eliminasi Sebelum Sakit Setelah Sakit
BAB / BAK
1 Jumlah / Waktu Pagi : 1x Pagi : 150 cc
Siang : 1x Siang : 200 cc
Malam : 2x Malam : 1000 cc
2 Warna Kuning jernih Kuning keruh
3 Bau Khas urine dan feses Khas urine dan feses
4 Konsistensi Keras Lunak
5 Masalah Tidak ada Ada
eliminasi
6 Cara mengatasi Tidak ada Tidak ada
masalah
C. Analisa aelektrolit
Natrium :..........................( N : 136 – 145 mmol / l )
Kalium :..........................( N : 3,5 – 5,0 mml / l )
Clorida :..........................( N : 98 – 106 mmol / l )
Calsium :..........................( N : 7,6 – 11,0 mg / dl )
Phospor :..........................( N : 2,5 – 7,07 mg / dl )
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. H No.RM : 22032011
Umur : 55 tahun Alamat : Kertosono
Hari Rawat Ke : 1 Dx.Medis : CVA
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN