Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Memiliki Keluarga ideal adalah dambaan setiap orang ddan dengan Keluarga
Berencana (KB) Merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang palg dasar dan
utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Keluarga Berencana
(KB) merupakan suatu program pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan
antara kebutuhan dan jumlah penduduk. Program keluarga berencana olehpemerintah
adalah agar keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima Norma
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi padapertumbuhan
yang seimbang.
Gerakan Keluarga Berencana Nasional Indonesia telah berumur sangat lama yaitu
pada tahun 70-an dan masyarakat dunia menganggap berhasil menurunkan angka
kelahiran yang bermakna.  Perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang bisa
dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran
seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya.
Berbagai metode kontrasepsi dikenal dan dikembangkan dalam usaha
mengendalikan ledakan penduduk baik secara oral dengan memanfaatkan hormon dalam
berbagai bentuk pil, IUD, implant, kontrasepsi jangka panjang, tubektomi maupun
metode tradisional. Pada dasarnya tidak ada alat kontrasepsi yang 100 persen aman dan
efektif, yang penting memaksimalkan manfaat dan minimal efek samping. Saat memilih
salah satu metode kontrasepsi, sesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi kesehatan diri.
Dua hal tersebut terkait dengan jenis kontrasepsi yang cocok atau diterima tubuh. Alat
kontrasepsi ada dua jenis yaitu hormonal dan non hormonal. Kontrasepsi hormonal
merupakan kontrasepsi yang sering digunakan. Hampir 380 juta pasangan yang
melakukan KB 65- 75 juta terdapat di negara berkembang. Penduduk di Negara
berkembang diantaranya menggunakan kontrasepsi hormonal seperti pil, implant, dan
suntik.
Dalam menggunakan kontrasepsi hormonal terdapat pengaruh negatif dan positif
bagi perempuan. Menurut Hasil Riskesdas pada tahun 2013 angka nasional pemakaian
kontrasepsi di Indonesia mencapai 59,7%, yakni meningkat dari tahun 2010 sebesar
55,8%. Kelompok KB terbagi menjadi 2 yang terdiri dari alat KB modern (59,3%) dan
KB tradisional (0,4%). Kelompok KB hormonal terdiri dari KB modern jenis suntik, pil
1
dan implant sedangkan kelompok non hormonal adalah vasektomi, tubektomi, IUD,
diafragma dan kondom (Balitbangkes RI, 2013). Walaupun kontrasepsi memiliki banyak
manfaat dan keberhasilan dalam mengendalikan jumlah kelahiran, berbagai penelitian
menunjukkan pemakaian kontrasepsi memberikan efek samping terhadap kesehatan.
Pilihan jenis alat kontrasepsi di Indonesia umumnya masih terarah pada kontrasepsi
hormonal seperti suntik, pil, dan implant. Sementara kebijakan program KB pemerintah
lebih mengarah pada penggunaan kontrasepsi non hormonal seperti IUD, tubektomi dan
vasektomi. Anjuran yang disampaikan program didasarkan pada pertimbangan ekonomi
penggunaan alat kontrasepsi non hormonal yang dinilai lebih efisien. Efisiensi yang di
maksud berkaitan dengan ketersediaan anggaran penyediaan kontrasepsi dengan
efektivitas, biaya, tingkat kegagalan, efek samping dan komplikasi. Sementara dari sisi
medis, alat kontrasepsi non hormonal dinilai lebih aman bagi kesehatan tubuh.
Sebaliknya alat kontrasepsi hormonal selain tidak ekonomis juga sangat berpengaruh
terhadap kesehatan dalam jangka waktu panjang. Banyak akseptor yang memilih alat
kontrasepsi hormonal diduga merupakan dampak dari pendidikan rendah dan
ketidakadaan informasi yang luas tentang kelebihan dan kekurangan alat kontrasepsi oleh
petugas lapangan atau provider. Tingkat pengetahuan dapat dipengaruhi oleh
ketersediaan informasi bagi masyarakat pengguna. Di Sidoarjo, jumlah akseptor aktif
hingga Desember 2014 sebesar 293.860. Sebagian besar masyarakat Sidoarjo 53,8%
menggunakan kontrasepsi jenis suntik, 19,2% jenis pil, 13,44% jenis IUD, 7,1% jenis
tubektomi, dan 5,1% jenis implant (BKKBN, 2014). Berdasarkan tempat pelayanan,
sebagian besar akseptor mendapatkan pelayanan dari Praktek bidan swasta yaitu sebesar
54,6% (Balitbangkes, 2013). Nabella Kusuma, Hubungan antara Metode dan Lama
Pemakaian.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Konsep  Dasar  Kontrasepsi ?
2. Apa saja yang macam-macam Kontrasepsi Non Hormonal?
3. Apa yang dimaksud dengan senggama terputus?
4. Apa yang dimaksud dengan kondom?
5. Apa yang dimaksud dengan diafragma ?
6. Apa yang dimaksud dengan kap serviks ?
7. Apa yang dimaksud dengan sponge ?
8. Bagaimanakah Metode Kalender ?
9. Apa yang dimaksud dengan Alat Kandungan Dalam Rahim ?
10. Apa yang dimaksud dengan Tubektomi?
2
11. Apa yang dimaksud dengan Vasektomi ?
1.3 Tujuan
1. Agar Dapat Mengetahui Konsep  Dasar  Kontrasepsi
2. Agar Dapat Mengetahui apa saja yang termasuk KB Non Hormonal
3. Agar Dapat Mengetahui apa yang dimaksud dengan senggama terputus
4. Agar Dapat Mengetahui apa yang dimaksud dengan kondom
5. Agar Dapat Mengetahui apa yang dimaksud dengan diafragma
6. Agar Dapat Mengetahui apa yang dimaksud dengan kap serviks
7. Agar Dapat Mengetahui apa yang dimaksud dengan sponge
8. Agar Dapat Mengetahui Bagaimanakah Metode Kalender
9. Agar Dapat Mengetahui apa yang dimaksud dengan Alat Kandungan Dalam Rahim
10. Agar Dapat Mengetahui apa yang dimaksud dengan Tubektomi
11. Agar Dapat Mengetahui apa yang dimaksud dengan Vasektomi
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi pembaca

Manfaat penyusunan makalah askep ini adalah agar pembaca dapat

mengetahui segala sesuatu tentang KB Non Hormonal, bagaimana mekanisme

kerja KB Non Hormonal, apa saja jenis KB Non Hormonal, dan apa kelebihan

serta kekurangannya.

1.4.2 Bagi penulis

1. Penulis dapat mengetahui tentang KB Non Hormonal secara lebih

mendalam.

2. Penulis dapat mengungkapkan pemikirannya dalam bentuk ilmiah.

3. Penulis dapat menghargai karya orang lain (dalam bentuk kutipan dan

daftar pustaka).

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep  Dasar  Kontrasepsi


2.1.1 Pengertian  Kontrasepsi 
Kontrasepsi berasal dari kata ”kontra” berarti mencegah atau melawan,
sedangkan kontrasepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang
matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari
kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan, sebagai
akibat adanya peertemuan antara sel telur dan sel sperma tersebut Sedangkan
kontrasepsi non hormonal adalah suatu cara atau metode yang bertujuan untuk
mencegah pembuahan sehingga tidak terjadi kehamilan yang tidak
mengandung hormon (estrogen dan progesteron). (Maryani, 2008).
KB non hormonal adalah metode KB sederhana yang digunakan tanpa
bantuan orang lain. Diantara KB sederhana adalah kondom metode ini akan
lebih efektif jika penggunaannya diperhitungkan dengan masa subur (Ida Ayu
Chanranika.2010).
Jenis kontrasepsi non hormonal yaitu MAL, kondom, AKDR dan
kontrasepsi mantap (tubektomi dan vasektomi) sedangkan jenis kontrasepsi
hormonal terbagi dua yaitu progestin (pil, injeksi dan implan) dan kombinasi
(pildan injeksi). Menurut BKKBN dan Kemenkes R.I. (2012). Sedangkan
Akseptor merupakan orang yang sedang  menggunakan  suatu  alat 
kontrasepsi  atau  dengan  kata  lain  pengguna  KB.
2.1.2 Tujuan Kontrasepsi
1. Untuk menunda kehamilan atau kesuburan
2. Untuk menjarang kehamilan
3. Untuk mencegah kehamilan atau kesuburan
2.1.3 Cara  Kerja  Kontrasepsi
Cara  kerja  dari  kontrasepsi  bermacam-macam  tetapi  pada  umumnya :
1. Mengusahakan  agar  tidak  terjadi  ovulasi.
2. Melumpuhkan  sperma.
3. Menghalangi  pertemuan  sel  telur  dan  sperma.

4
2.1.4 Ruang Lingkup Program KB.
1. Ibu
Dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran.
2. Suami
Dengan memberikan kesempatan suami agar dapat melakukan
memperbaiki kesehatan fisik, dan mengurangi beban ekonomi keluarga
yang ditanggungnya.
3. Seluruh Keluarga
Dilaksanakannya program KB dapat meningkatkan kesehatan fisik,
mental, dan social setiap anggota keluarga, dan bagi anak dapat
memperoleh kesempatan yang lebih besar dalam hal pendidikan serta
kasih sayang orang tuanya (Sulistyawati, 2011).
2.2 Macam-Macam Kontrasepsi Non Hormonal.
2.2.1 Metode Aminorea Laktasi
Metode Amenorea Laktasi adalah kontrasepsi yang mengendalikan
pemberian Air Susu. Kontrasepsi MAL mengandalkan pemberian Air Susu Ibu
(ASI) ekslusif untuk menekan ovulasi. Metode ini memiliki tiga syarat yang
harus dipernuhi:
1. Ibu belum mengalami haid.

2. Bayi disususi secara ekslusif dan sering, sepanjang siang dan malam.

3. Bayi berusia kurang dari 6 bulan.


2.2.2 Efektivitas
Efektifitas MAL sangat tinggi sekitar 98 persen apabila digunakan secara
benar dan memenuhi persyaratan sebagai berikut: digunakan selama enam
bulan pertama setelah melahirkan belum mendapat haid pasca melahirkan dan
menyusui secara eksklusif (tanpa memberikan makanan atau minuman
tambahan).
Efektifitas dari metode ini juga sangat tergantung pada frekuensi dan
intensitas menyusui. Risiko kehamilan tinggi bila ibu tidak menyusui bayinya
secara benar. Bila dilakukan secara benar, risiko kehamilan kurang dari 1 di
antara 100 ibu dalam 6 bulan setelah persalinan.
2.2.3 Cara Kerja
Cara kerja dari Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah menunda atau
menekan terjadinya ovulasi Pada saat laktasi atau menyusui, hormon yang

5
berperan adalah prolaktin dan oksitosin. Semakin sering menyusui, maka kadar
prolaktin meningkat dan hormon gonadotrophin melepaskan hormon
penghambat (inhibitor). Hormon penghambat akan mengurangi kadar estrogen
sehingga tidak terjadi ovulasi.
2.2.4 Keuntungan Dan Keterbatasan MAL
1. Keuntungan Kontrasepsi MAL:
a Efektifitas Tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pasca
persalinan).
b Segera efektif.
c Tidak mengganggu senggama.
d Tidak ada efek samping secara sistemik.
e Tidak perlu pengawasan medis.
f Tidak perlu obat atau biaya.
g Tanpa biaya
2. Keuntungan Untuk Bayi
a Mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibodi perlindungan
lewat ASI).
b Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh
kembang bayi yang optimal.
c Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu
lain atau formula, atau alat minum yang dipakai.
3. Untuk Ibu
a Mengurangi perdarahan pasca persalinan.
b Mengurangi risiko anemia.
c Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi.
2.2.5 Keterbatasan
1. Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam
30 menit pascapersalinan.
2. Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial. (Pada Ibu Bekerja ).
3. Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6
bulan..
4. Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan
HIV/AIDS.
2.2.6 Yang Dapat Menggunakan MAL dan yang tidak bisa menggunakan
1. Yang dapat menggunakan
6
Ibu yang menyusui secara eksklusif, bayinya berumur kurang dari 6
bulan dan belum mendapatkan haid setelah melahirkan.

Keadaan Perhatian
Ketika mulai memberikan makanan Membantu klien memilih metode lain.
pendamping secara teratur Walaupun metode kontrasepsi lain
(menggantikan satu kali menyusui) dibutuhkan, klien harus dodorong untuk
tetap melanjutkan pemberian ASI.
Ketika haid sudah kembali Membantu klien memilih metode lain.
Walaupun metode kontrasepsi lain
dibutuhkan, klien harus didorong untuk tetap
melanjutkan pemberian ASI.
Bayi menghisap susu tidak sering (on Membantu klien memilih metode lain.
demand) Walaupun metode kontrasepsi lain
dibutuhkan, klien harus dodorong untuk
tetap melanjutkan pemberian ASI.
Bayi berumur 6 bulan atau lebih Membantu klien memilih metode lain.
Walaupun metode kontrasepsi lain
dibutuhkan, klien harus dodorong untuk
tetap melanjutkan pemberian ASI.

2. Yang Seharusnya Tidak Pakai MAL 


a sudah mendapat haid setelah bersalin.
b tidak menyusui secara eksklusif.
c bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan.
d bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam.
2.2.7 Syarat yang Harus Dilakukan Untuk mencapai keefektifan 98%

1. Ibu harus menyusui secara penuh atau hampir penuh (hanya sesekali
diberi 1-2 teguk air/minuman pada upacara adat/agama.
2. Perdarahan sebelum 56 hari pascapersalinan dapat diabaikan (belum
dianggap haid).
3. Bayi menghisap secara langsung.
4. Menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah bayi lahir.
5. Kolostrum diberikan kepada bayi.
6. Pola menyusui on demang dan dari kedua payudara.
7. Sering menyusui selama 24 jam termasuk malam hari.

Setelah bayi berumur 6 bulan, kembalinya kesuburan mungkin didahului


haid, tetapi dapat juga tanpa didahului haid. efek ketidak suburan karena
menyusui sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek:

7
1. Cara Menyusui.
2. Seringnya menyusui.
3. Lamanya setiap kali menyusui.
4. Jarak antara menyusui.
5. Kesungguhan menyusui.
2.3 Senggama Terputus

Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, di mana pria


mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi.
2.3.1 Cara Kerja
Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak
masuk ke dalam vagina dan kehamilan dapat dicegah..
2.3.2 Manfaat dan Kekurangan Kontrasepsi Senggama Putus
1. Manfaat kontrasepsi Senggama Putus
a Efektif bila digunakan dengan benar.
b Tidak mengganggu produksi ASI.
c Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya.
d Tidak ada efek samping.
e Dapat digunakan setiap waktu.
f Tidak membutuhkan biaya.
2. Kekurangan Kontrasepsi Senggama Putus
a Efektivitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan
senggama terputus setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4 -
18 kehamilan per 100 perempuan per tahun)
b Efektivitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak
ejakulasi masih melekat pada penis.
c Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual.
2.3.3. Indikasi dan Kontraindikasi Senggama Putus.
1. Indikasi
a Suami yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana.
b Pasangan yang taat beragama atau mempunyai alasan filosofi untuk
tidak memakai metode-metode lain.
c Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera.
d Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil menunggu
metode yang lain.

8
e Pasangan yang membutuhkan metode pendukung.
f Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur.
2. Kontra Indikasi
a Suami dengan pengalaman ejakulasi dini.
b Suami yang sulit melakukan senggama terputus.
c Suami yang memiliki kelainan fisik atau psikologis.
2.4 Kondom
2.4.1 Definisi
Kondom adalah selubung atau sarung karet yang terbuat dari berbagai
bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vynil) atau bahan alami (produksi
hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan. Kondom terbuat dari
karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal,
yang digulung berbentuk rata. Standar kondom dilihat dari ketebalannya, yaitu
0,02 mm (Lusa, 2010).
2.4.2 Jenis-jenis
Ramadhan (2012) menjelaskan bahwa terdapat dua jenis kondom yaitu
kondom laki-laki dan kondom wanita
1. Kondom laki-laki
Kondom laki-laki merupakan sarung dari latex yang tipis, digunakan
pada penis ketika melakukan hubungan seksual. Kondom berguna untuk
mengumpulkan semen sebelum, selama, dan sesudah masa ejakulasi dan
menghalangi sperma masuk ke vagina. Penggunaan kondom yang benar
dapat mengurangi risiko penularan penyakit seksual dan dapat juga
digunakan sebagai alat kontrasepsi.

2. Kondom wanita
Terdiri dari bahan polyurethane berbentuk seperti sarung atau
kantong dengan panjang 17 cm (6,5 inci). Bahan ini kurang menyebabkan
9
alergi dibandingkan dengan latex. Bahan tersebut juga kuat dan jarang
robek (40% lebih kuat dari latex) tetapi tipis sehingga sensasi yang
dirasakan bisa tetap dipertahankan. Kondom wanita ini dapat mencegah
kehamilan dan penularan penyakit seksual termasuk HIV apabila
digunakan dengan benar.

2.4.3 Indikasi
BKKBN (2003) menjelaskan bahwa terdapat indikasi khusus dan indikasi
umum dalam pemakaian kontrasepsi kondom.
1. Indikasi khusus penggunaan kondom yaitu:
a. Pasangan yang benar-benar sepakat menggunakan cara barier.
b. Proteksi terhadap PMS dan HIV.
2. Indikasi umum penggunaan kondom yaitu:
a. Terdapat kontraindikasi medis untuk cara KB lain, sementara klien
belum menginginkan sterilisasi.
b. Klien tidak sering melakukan hubungan seksual.
c. Sebagai kontrasepsi sementara pada keadaan-keadaan khusus yaitu
selama amenore laktasional, beberapa waktu setelah vasektomi,
ketika benang IUD tidak terlihat atau teraba, ketika wanita meminum
obat yang mempengaruhi khasiat kontrasepsi oral (pil), selama
menunggu cara lain (misalnya pada prosedur sterilisasi atau IUD),
selama mengamati gejala ginekologis, sebagai alternatif sementara
atau “back up” cara lain, bagi pengguna cara pemantauan kesuburan,
untuk digunakan selama masa subur.
d. Untuk perlindungan terhadap PMS dan penyakit HIV.
2.4.4 Kontraindikasi
Menurut Simbolon (2011) menjelaskan bahwa kontraindikasi pemakaian
kontrasepsi kondom yaitu :
10
1. Pada pria dengan ereksi yang tidak baik atau gangguan ereksi.
2. Pada pasangan yang alergi terhadap karet atau lubrikan dari kondom.
2.4.5 Waktu penggunaan
Lubis (2008) menjelaskan waktu penggunaan kondom laki-laki yaitu
sebelum melakukan hubungan seksual setelah penis ereksi, sedangkan pada
kondom wanita yaitu sebelum melakukan hubungan seksual saat lubrikasi
vagina dirasa telah cukup.
2.4.6 Mekanisme kerja
Mekanisme kerja kondom menurut BKKBN & Kemenkes RI (2012)
yaitu:
1. Menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara
mengemas sperma diujung selubung karet yang dipasang pada penis
sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi
perempuan.
2. Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan
HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain (khusus
kondom yang terbuat dari lateks dan vinil).
2.4.7 Cara penggunaan
Cara penggunaan kondom menurut Lubis (2008) adalah sebagai berikut :
1. Kondom laki-laki
a. Selalu menggunakan kondom latex yang baru dan gunakan
sebelum tanggal kadaluarsa.
b. Buka kemasan kondom dengan hati-hati dan jangan
menggunakan gigi.
c. Pasang kondom setelah penis ereksi.
d. Pegang ujung kondom diantara dua jari (menjepit ujungnya)
agar ada tempat untuk mengumpulkan sperma dan hilangkan
udara dari ujung kondom untuk menghindari kondom robek
ketika digunakan.
e. Pasang kondom dari ujung penis, kemudian ditarik hingga ke
pangkal penis dan ujungnya tetap dijepit.
f. Setelah ejakulasi dan sebelum penis menjadi lembek, tarik
keluar penis dengan hati-hati dan pegang bibir kondom agar
sperma tidak tumpah.
g. Setelah pemakaian, kondom dibungkus dan tidak boleh dibuang
11
ke dalam toilet.

2. Kondom wanita
a. Buka bungkusan kondom dengan hati-hati.
b. Pastikan lubrikasinya cukup.
c. Cincin yang tertutup berada di sebelah bawah dan ujung yang
terbuka dipegang menggantung.
d. Pegang cincin bagian dalam dengan ibu jari dan jari tengah dan
kemudian masukkan cincin bagian dalam beserta kantongnya ke
dalam vagina.
e. Cincin bagian luar tetap berada diluar vagina
f. Untuk mengeluarkan kondom, putar cincin bagian luar dengan
hati-hati dan kemudian tarik kondom keluar dan sperma tetap
berada didalam.
g. Setelah pemakaian, dianjurkan kondom tersebut tidak digunakan
lagi dan tidak dibuang kedalam toilet.

2.4.8 Efek samping


Menurut BKKBN (2003) menjelaskan bahwa efek samping penggunaan
kondom jarang terjadi. Namun efek samping biasanya yang terjadi berupa
12
alergi terhadap lateks atau lubrikan atau spermisida yang dipakai atau yang ada
pada kondom.
2.4.9 Keuntungan
Keuntungan menggunakan kontrasepsi kondom menurut BKKBN &
Kemenkes RI (2012) yaitu sebagai berikut :
1. Efektif mencegah kehamilan bila digunakan dengan benar.
2. Tidak mengganggu produksi ASI.
3. Tidak mengganggu kesehatan klien.
4. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
5. Murah dan dapat dibeli secara umum.
6. Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus.
7. Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus
ditunda.
2.4.10 Kekurangan
Kekurangan menggunakan kontrasepsi kondom menurut BKKBN &
Kemenkes RI (2012) yaitu sebagai berikut :
1. Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi.
2. Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung).
3. Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.
4. Malu membeli kondom di tempat umum.
2.5 Diafragma
Diafragma merupakan plastik berbentuk kubah dengan sabuk yang lentur, dipasang
pada serviks dan menjaga agar sperma tidak masuk ke dalam rahim. Ukurannya
bervariasi dan harus dicocokkan oleh dokter atau perawat. Pemakaiannya harus selalu
bersamaan dengan krim atau jeli. Diafragma dipasang sebelum melakukan hubungan
seksual dan tetap terpasang sampai minimal 8 jam tetapi tidak boleh lebih dari 24 jam.

2.5.1 Jenis – jenis


Jenis diafragma antara lain:
1. Flat spring (Diafragma pegas datar)
13
Jenis ini cocok untuk vagina normal dan disarankan untuk
pemakaian pertama kali.Memiliki pegas jam yang kuat
dan mudah dipasang.
2. Coil spring (Diafragma pegas kumparan)
Jenis ini cocok untuk wanita yang vaginanya kencang dan peka
terhadap tekanan. Jenis ini memiliki pegas kumparan spiral dan
jauh lebih lunak dari pegas datar.
3. Arching spring
Jenis ini bermanfaat pada dinding vagina yang tampak kendur
atau panjang dan posisi  serviks menyebabkan pemasangan sulit.
Tipe ini merupakan kombinasi dari flat spring dan coil spring, dan
menimbulkan tekanan kuat pada dinding vagina.
2.5.2 Cara Kerja
Alat kontrasepsi metode barier yang berupa diafragma ini mempunyai
cara kerja sebagai berikut:
1. Mencegah masuknya sperma melalui kanalis servikalis ke uterus dan
saluran telur (tuba falopi).
2. Sebagai alat untuk menempatkan spermisida.
2.5.3 Manfaat
1. Efektif bila digunakan dengan benar.
2. Tidak mengganggu produksi ASI.
3. Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah dipersiapkan
sebelumnya.
4. Tidak mengganggu kesehatan klien.
5. Tidak mempunyai pengaruh sistemik
2.5.4 Keterbatasan
Adapun keterbatasan diafragma, antara lain:
1. Efektifitas tidak terlalu tinggi (angka kegagalan 6-16 kehamilan per 100
perempuan per tahun pertama, bila digunakan dengan spermisida).
2. Keberhasilan kontrasepsi ini tergantung pada cara penggunaan yang
benar.
3. Memerlukan motivasi dari pengguna agar selalu berkesinambungan
dalam penggunaan alat kontrasepsi ini.
4. Pemeriksaan pelvik diperlukan untuk memastikan ketepatan pemasangan.
5. Dapat menyebabkan infeksi saluran uretra.
14
6. Harus masih terpasang selama 6 jam pasca senggama.
2.5.5 Cara Pakai Diafragma
Diafragma dirancang aman dan disesuaikan vagina untuk menutupi
serviks. Diafragma  merupakan kap berbentuk bulat, cembung, terbuat dari
lateks (karet) yang dapat dibengkokkan. Alat kontrasepsi metode barier yang
berupa diafragma ini mempunyai cara kerja sebagai berikut:
1. Mencegah masuknya sperma melalui kanalis servikalis ke uterus dan
saluran telur (tubafalopi).
2. Sebagai alat untuk menempatkan spermisida
Dibawah ini merupakan cara pemakaian alat kontrasepsi metode barier
diafragma
Dibawah ini merupakan cara pemakaian alat kontrasepsi metode
barier diafragma:
a Tahap 1

Kosongkan kandung kemih dan cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir. Pastikan diafragma tidak berlubang, oleskan spesimisida pada
kap diafragma secara merata.
b Tahap 2

Cari posisi yang nyaman pada saat pemasangan diafragma. Posisi dapat


dengan mengangkat satu kaki ke atas kursi, duduk di tepi
kursi, berbaring ataupun sambil jongkok. Pisahkan bibir vulva.
Tepi diafragma melipat menjadi dua dengan sisi yang lain. Letakkan
jari telunjuk di tengah kap untuk pegangan yang kuat. Spermisida harus
berada di dalam kap

15
c Tahap 3 

Masukkan diafragma ke dalam vagina jauh ke belakang, dorong bagian


depan pinggiran ke atas di balik tulang pubis. Masukkan jari ke
dalam vagina sampai menyentuh serviks. Sarungkan karetnya dan
pastikan serviks telah terlindungi.
d Perhatian 
Diafragma masih terpasang dalam vagina sampai 6 jam setelah
berakhir hubungan seksual. Jika hubungan seksual berlangsung di atas
6 jam setelah pemasangan, tambahkan spermisida ke dalam vagina.
Jangan meninggalkan diafragma di dalam vagina lebih dari 24 jam.
2.5.6 Pelepasan Diafragma
a Tahap 1 

Sebelum melepas diafragma, cuci tangan dengan sabun dan air


mengalir. Kait bagian ujungdiafragma dengan jari telunjuk dan tengah
untuk memecah penampung.
b Tahap 2

Tarik diafragma turun dan tarik keluar. Cuci dengan sabun dan


air, kemudian keringkan sebelum disimpan kembali di tempatnya.

16
2.6 Kap Serviks
Yaitu suatu alat yang hanya mentupi serviks saja. Dibandingkan diafragma, kap
serviks lebih dalam atau lebih tinggi kubahnya tetapi diameternya lebih kecil, dan
umumnya lebih kaku. Zaman dahulu, kap serviks terbuat dari logam atau plastik,
sekarang yang banyak adalah dari karet.

2.6.1 Cara kerja


Cervical caps akan menutupi pembukaan serviks sehingga menahan
sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian
atas (uterus& tuba falopii) dan sebagai alat tempat spermisida senjata sperma
tambahan untuk membunuh sperma-sperma yang tidak tertahan pada kaps
serviks.
2.6.2 Efektivitas
Efektivitas cervical caps cukup baik, hal ini dibuktikan dengan tingkat
kegagalan pada pemakaian cervical caps secara umum berkisar 8-27 kehamilan
pada setiap 100 wanita atau berkisar 20%. Untuk lebih detailnya, pada wanita
yang belum pernah melahirkan atau mempunyai anak jika menggunakan cervical
caps ini tingkat kegagalannya berkisar 16%, tetapi pada wanita yang sudah
pernah melahirkan atau mempunyai anak tingkat kegagalannya sekitar 32%.
Dari data tersebut, efektivitas cervical caps lebih akurat pada wanita yang belum
pernah melahirkan. Hal ini dikarenakan, serviks pada wanita yang sudah pernah
melahirkan akan menjadi lebih besar dari ukuran semula karena pengaruh proses
melahorkan. Sehingga cervical caps kurang cocok digunakan untuk wanita yang
telah melahirkan.
2.6.3 Macam-macam kap serviks
1. Prentif Cavity-Rim Cap
a Paling sering dipakai
b Tersedia dalam 4 ukuran, dengan diameter dalam 22, 25, 28, dan 31
mm.

17
2. Dumas atau Vault Cap
a Relative dangkal, berbentuk mangkuk dengan pinggir-alas yang
tebal dan bagian tengah yang tipis.
b Tersedia dalam 5 ukuran dari 50-75 mm.
c Cocok untuk wanita yang tidak dapat memakai diafragma oleh
karena tonus otot-otot vagina yang kurang baik atau wanita dengan
serviks yang terlalu pendek.
3. Vimule Cap
a Berbentuk lonceng yang panjang dengan pinggir yang menonjol
untuk memperkuat hubungan dengan sekitarnya.
b Cocok untuk wanita dengan tonus otot yang kurang baik, dan serviks
yang lebih panjang dari rata-rata.
c Tersedia dalam ukuran 42-55 mm
2.6.4 Indikasi
Cervical caps dapat digunakan untuk wanita atau pasangan yang ingin
menunda untuk mempunyai anak.
2.6.5 Kontraindikasi
Cervical caps tidak diboleh digunakan oleh wanita yang mempunyai :
a Bentuk serviks yang abnormal (ukuran, posisi)
b Riwayat PID (pelvic inflammatory disease)
c Pap smear yang abnormal
d Radang serviks (cervicitis) yang kronis
e Otot vagina yang sensitive
f Perdarahan pada vagina, termasuk ketika sedang menstrasi
2.6.6 Keuntungan
1. Efektif, meskipun tanpa spermisid, tetapi bila dibiarkan di serviks untuk
waktu >24 jam pemberian spermisid sebelum bersenggama akan
menambah efektifitasnya.
2. Kap Serviks dapat dibiarkan selama seluruh periode inter-menstrual, dan
hanya perlu dikeluarkan pada saat perkiraan datangnya haid. (tetapi
ini tidakdianjurkan).
3. Tidak terasa oleh suami pada saat bersenggama.
4. Dapat dipakai oleh wanita sekalipun ada kelainan anatomis / fungsional
dari vagina misalnya : sistokel, rektokel, prolapses uteri, tonus otot vagina
yang kurang baik.
18
5.  Kap Serviks hanya menutupi serviks saja, sehingga tidak memerlukan
pengukuran ulang bilamana terjadi perubahan tonus otot vagina.
6.  Jarang terlepas selama senggama.
2.6.7 Kerugian
Pemasangan dan pengeluarannya lebih sulit karena letak serviks yang jauh
di dalam vagina.
2.6.8 Efek samping
1. Hanya ada satu efek samping minor yaitu timbulnya secret yang sangat
berbau bila kap serviks dibiarkan terlalu lama di dalam vagina.
2. Yang selalu harus dipikirkan adalah kemungkinan :
a Sindrom Syok Toksik.
b Infeksi traktus urinarius yang berulang-ulang.
c Bertambahnya abnormalitas serviks sehubungan dengan HPV
(Humam Papilloma Virus).
2.7 Sponge
Sponge berbentuk bantal, satu sisi dari sponge berbentuk cekung yang
dimaksudkan untuk menutupi serviks dan mengurangi kemungkinan perubahan letak
spons selama senggama. Sisi lainnya mempunyai tali untuk mempermudah
pengeluarannya.

2.7.1 Efek samping dan komplikasi


1. Iritasi atau reaksi alergi yang umumnya disebabkan oleh spermisidnya.
2. Kemungkinan infeksi vagina oleh jamur bertambah besar.
3. Kemungkinan timbulnya Syindrom Syok Toksik.
2.7.2 Catatan penting untuk Akseptor
1. Jaga kebersihan tangan sebelum memasang sponge dan saat
mengeluarkannya.
2. Jangan melampaui batas waktu 24 jam untuk membiarkan sponge in situ.

19
3. Jangan menggunakan sponge bila sedang haid, bila ada perdarahan
pervaginal atau apabila ada flour albus.
4. Jangan menggunakan sponge selama 6-12 minggu post partum (pakailah
kondom).
5. Perhatikan tanda-tanda bahaya Syindrom Syok Toksik.
2.8 Metode Kalender
Metode kalender adalah metode alamiah dengan menghindari senggama pada masa
subur.
1. Efektivitas:
Bila dilakukan secara benar, risiko kehamilan berkisar antara 1 hingga 9 di antara
100 ibu dalam 1 tahun.
2. Keuntungan, Efek samping, Risiko bagi kesehatan : Tidak ada.
3. Mengapa beberapa orang menyukainya : Tidak ada efek samping, tidak perlu biaya
dan prosedur khusus, membantu ibu mengerti tubuhnya, dan sesuai bagi pasagan
yang menganut agama atau kepercayaan tertentu.
4. Mengapa beberapa orang tidak menyukainya : Memerlukan perhitungan yang
cermat, kadang sulit diterapkan pada ibu yang siklus haidnya tidak teratur.
2.9 Tubektomi
Sterilisasi bedah perempuan melalui tuba oklusi telah digunakan selama bertahun-
tahun, sangat sukses dan aman,dan memiliki risiko komplikasi yang rendah.
Tuba falopi tersumbat oleh ligasi, menghalangi dengan klip atau cincin, atau kauterisasi.
Bedah oklusi tuba dapat dilakukan sebagai sebuah laparoskopi prosedur atau mini-
laparotomi. Prosedur ini biasanya dipilih untuk sterilisasi setelah melahirkan dan dapat
dilakukan pada pasien rawat jalan bedah rawat jalan. Laparotomi, atau membuka ligasi
tuba, memerlukan tinggal di rumah sakit dan kurang umum dilakukan untuk tujuan
sterilisasi.
Karena lingkungan hormonal tidak terpengaruh oleh operasi ini,perempuan terus
memiliki siklus menstruasi yang normal, dan tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa
waktu menopause dipengaruhi di wanita yang lebih tua.

20
2.10.1 Efektivitas:
1. Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 dalam 1
tahun.
2. Memiliki persentasi kegagalan yang sangat rendah
2.10.2 Keuntungan Dan Kekurangan
1. Keuntungan
a Mengurangi risiko penyakit radang panggul. Dapat mengurangi
risiko kanker endometrium.
b Sangat efektif
c Metode jangka panjang (dianggap permanen)
d Risiko rendah dari efek samping
e Biaya Setelah di muka, tidak ada biaya yang berkelanjutan
untuk menjaga metode
f Tidak ada efek pada lingkungan hormonal
g Segera efektif; tanpa kontrasepsi back-up diperlukan
2. Kekurangan
a Membutuhkan prosedur pembedahan
b Tidak ada perlindungan terhadap IMS
c Harus dipertimbangkan sifat permanen kontrasepsi ini (tidak
dapat dipulihkan kembali, kecuali dengan operasi rekanalisasi)
d Dilakukan oleh dokter yang terlatih .
e Beberapa ketidaknyamanan setelah oprasi.

2.10.3 Risiko
1. Potensi Komplikasi yang berkaitan dengan bedah dan anestesi.
2. Beberapa ketidaknyamanan setelah operasi.
3. Risiko kehamilan yang tidak diinginkan dengan metode ini adalah
kurang dari 1%
2.10.4 Manfaat Tubektomi secara Kontrasepsi dan secara NonKontrasepsi :
1. Kontrasepsi

21
a. Efektivitasnya tinggi 99,5% (0,5 kehamilan per 100 perempuan
selama tahun pertama penggunaan)
b. Tidak mempengaruhi proses menyusui
c. Tidak bergantung pada faktor sanggama
d. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan
yang serius.
e. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
f. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual
2. Non Kontrasepsi
a. Berkurangnya risiko kanker ovarium
2.10.5 Waktu yang tepat :

1. Ideal nya dilakukan dalam48 jam pasca persalinan

2. Dapat dilakukan segera setelah persalinan atau setelah operasi sesar

3. Jika tidak dapat dikerjakan dalam1minggu setelah persalinan,ditunda 4-


6 minggu.
2.11 Vasektomi
Sebuah bentuk permanen pengendalian kelahiran, vasektomi telah digunakan
untuk dekade untuk sterilisasi laki-laki. Prosedur rawat jalan sangat efektif dan
memiliki beberapa efek samping. Vasektomi adalah sangat aman.

Dua teknik yang digunakan untuk melakukan vasektomi: tanpa pisau vasektomi
(NSV) dan tidak ada jarum vasektomi atau tanpa pisau (NNV). NSV dianggap sebagai
standar perawatan. Di NSV, dokter menggunakan jarum kecil untuk menyuntikkan
anestesi ke dalam kulit dan vas deferens. Di NNV, dokter menggunakan alat piston
seperti untuk kekuatan anestesi ke dalam jaringan. Setelah anesthetizing daerah,
penyedia menciptakan lubang kecil (beberapa milimeter) di kulit kantung skrotum dan
menempatkan vas deferens. Vas kemudian diligasi atau dibakar; tidak ada kebutuhan
untuk jahitan.
Aktivitas seksual dapat dilanjutkan sekitar 1 minggu setelah prosedur atau waktu
di mana pasien merasa nyaman. Backup Metode kontrasepsi yang diperlukan sampai
pasien telah memiliki setidaknya satu cek sperma negatif minimal 3 bulan setelah
prosedur dan setidaknya 20 ejaculations. Pemeriksaan ini penting untuk memastikan
tidak adanya sperma sisa dalam vas di luar titik oklusi.

22
2.11.1 Mekanisme
Menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi
vasdeferens sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi
tidak terjadi.
2.11.2 Efektivitas:
Bila pria dapat memeriksakan semennya segera setelah vasektomi,
risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 dalam 1 tahun.
2.11.3 Keuntungan, Kekurangan dan Resiko
1. Keuntungan
a. Efektivitas tinggi 99,6-99,8%
b. Sangat aman, tidak ditemukan efek samping jangka panjang
c. Morbiditas dan mortalitas jarang
d. Hanya sekali aplikasi dan efektif dalam jangka panjang
e. Tinggi tingkat rasio efisiensi biaya dan lamanya penggunaan
kontrasepsi .
2. Kekurangan :
a. Tidak efektif segera, WHO menyarankan kontrasepsi tambahan
selama 3 bulan setelah prosedur (kurang lebih 20 kali ejakulasi)

b. Teknik tanpa pisau merupakan pilihan mengurangi perdarahan


dan nyeri dibandingkan teknik insisi
3. Resiko
a. Reaksi terhadap anestesi lokal mungkin namun jarang terjadi.
b. Beberapa nyeri jangka pendek dan memar bisa terjadi.
c. Secara keseluruhan, vasektomi dikaitkan dengan sedikit rasa sakit
dan rendah risiko infection
2.11.4 Kontraindikasi dan Kewaspadaan

23
Kriteria Kelayakan medis Pria Sterilisasi MEC tidak mencantumkan
setiap kontraindikasi kategoris untuk sterilisasi pria (vasektomi), tetapi
menetapkan bahwa alergi diketahui atau hipersensitivitas untuk setiap bahan
yang digunakan untuk prosedur dan ketidakpastian tentang keinginan untuk
mengakhiri kesuburan akan membatasi seseorang kelayakan untuk
Keengganan procedure. menggunakan kelahiran lain Metode kontrol untuk 3
bulan pertama setelah prosedur juga harus dipertimbangkan kontraindikasi.

2.12 WOC
Keinginan pasangan mencegah
kehamilan atau pencegahan
terhadap PMS
24
Penggunaan alat
kontrasepsi kondom

Tidak tahu kelebihan Melakukan


dan kekurangan aktivitas seksual

Defisit Penurunan tingkat


pengetahuan kepuasan dalam
berhubungan seksual

Pola seksual
tidak efektif

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
25
A. Data Umum
Tanggal Pengkajian : 12 Januari 2017

1. Initial Klien : Ny. A


2. Alamat : Desa Kalidawir,Tulungagung
3. Umur : 45 Tahun
4. Pendidikan : SMP
5. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
6. Agama : Islam
7. Suku Bangsa : Indonesia
8. Nama Penanggung Jawab : Tn. B
9. Alamat Penanggung : Desa Kalidawir,Tulungagung
10. Umur : 50 tahun
11. Pendidikan : SMP
12. Pekerjaan : Petani
13. Agama : Islam
14. Suku Bangsa : Indonesia
B. Keluhan Utama
Ibu mengatakan tidak menginginkan untuk hamil lagi.
C. Riwayat penyakit dahulu
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit apapun.
D. Riwayat penyakit keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular seperti TBC, Hepatitis,
dan penyakit menurun seperti Hipertensi, DM, dll.
E. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun

Lama                : 3-4 hari

Sifat Darah   : encer

Siklus : 28 hari

Banyaknya     : 2-3 softeks/hari

Dismenorea : tidak

Fluor albus           : tidak

26
HPHT                  : 06-01-2017

F. Riwayat KB
Ibu belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun
G.  Riwayat Obsteri
Meliputi beberapa kali hamil, anak yang lahir hidup, persalinan tepat waktu,
persalinan prematur, keguguran, atau kegagalan kehamilan, persalinan dengan
tindakan, riwayat perdarahan pada persalinan, riwayat masa nifas dan juga
kontrasepsi.
H.  Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu tidak pernah menderita penyakit menular, menurun maupun menahun
I. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga ibu tidak ada yang menderita penyakit menular, menurun maupun menahun
J. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum           : Baik
Kesadaran                          : Composmentis (sadar sepenuhnya)
Tanda-tanda Vital
        Tekanan Darah              : 130/90 mmHg
          Nadi                              : 105 x/menit
        Pernapasan                    : 20 x/menit
Suhu : 37,5 C
K. Pemeriksaan Fisik
Wajah                            : Tidak odema, tidak  pucat
Mata                              : Sklera putih, konjungtiva merah muda
Telinga : Bersih, simetris, tidak ada serumen, pendengaran baik
Payudara              : Papila mammae menonjol, konsistensi payudara
lembek, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa.
Leher                             : tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid dan limfe.
Mulut : Tidak ada stomatis, tidak ada carries gigi, warna bibir
tidak pucat dan bibir tidak kering
Abdomen                  : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa.
Genetalia : bersih, tidak odema, tidak ada kondilomata lata
dan akumilata
Anus : tidak berlubang, tidak hemoroid

27
3.1 ANALISA DATA

NO. DATA ETIOLOGI PROBLEM


1. DS : Penggunaan alat Pola seksual tidak
kontrasepsi kondom
- Klien mengatakan aktivitas efektif
seksualnya berubah. Melakukan aktivitas
- Klien mengatakan bahwa seksual
enggan melakukan hubungan
Penurunan tingkat
seksual jika menggunakan
kepuasan dalam
kondom
berhubungan seksual
DO :
- Klien tampak merasa tidak
kurang terpapar
nyaman.
informasi tentang
- Nadi : 105 x/mnt.
seksualitas.
- Suhu 37,5c.
- RR : 20 x/mnt. Pola seksual tidak
- TD : 130/90 mmHg. efektif
2. DS : Penggunaan alat Defisit
kontrasepsi kondom
- Klien mengatakan cemas pengetahuan
dengan hubungannya.
- Klien bertanya tentang Tidak tahu kelebihan
kelebihan dan kekurangan dan kekurangan

menggunakan kondom .
Kurangnya informasi
DO :
- Klien tampak cemas dan
Defisit pengetahuan
gelisah.
- Nadi : 105 x/mnt.
- Suhu 37,5c.
- RR : 20 x/mnt.
- TD : 130/90 mmHg.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

28
1. Pola seksual tidak efektif berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang
seksualitas.
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

3.3 INTERVENSI

NO. DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


HASIL
1. Pola seksual tidak Setelah dilakukan tindakan Sexual counseling :
efektif b.d kurang keperawatan 3x24 jam pasien 1. Sediakan privasi dan
terpapar informasi menunjukkan pola seksual menjamin kerahasiaan.
tentang efektif dengan Kriteria hasil : 2. Berikan informasi
seksualitas. tentang fungsi seksual
1. Menunjukan yang sesuai.
beradapatasi dengan 3. Diskusikan efek dari
ketidakmampuan fisik. situasi penyakit atau
2. Mampu mengontrol kesehatan pada
kecemasan. seksualitas.
3. Pengunaan kontrasepsi 4. Dorong pasien untuk
yang efektif. ferbalisasi ketakutan
4. Meminta informasi yang dan mengajukan
dibutuhkan tentang pertanyaan.
perubahan fungsi 5. Anjurkan pasien
seksual. tentang pengunaan
obat-obatan untuk
menungkatkan
kemampuan melakukan
hubungan seksual.
6. Sertakan dalam
konseling
7. Gunakan humor dan
mendorong pasien
untuk menggunakan
humor agar
meringankan

29
kecemasan atau rasa
malu.
2. Defisit Setelah dilakukan tindakan Teaching : disease process
pengetahuan b.d keperawatan 3x24 jam pasien 1. Berikan penilaian
kurang terpapar menunjukkan peningkatan tentang tigkat
informasi. pengetahuan dengan Kriteria pengetahuan psien
hasil : tentang proses penyakit
yang spesifik.
1. Pasien dan keluarga 2. Identifikasi
menyatakan pemahaman kemungkinan penyebab
tentang penyakit, dengan cara yang tepat.
kondisi, prognosis dan 3. Sediakan informasi
program pengobatan pada pasien tentang
2. Pasien dan keluarga kondisi dengan cara
mampu melaksanakan yang tepat.
prosedur yang dijelaskan 4. Diskusikan pilihan
secara benar. terapi atau penanganan.
3. Pasien dan keluarga 5. Instruksikan pasien
mampu menjelaskan mengenai tanda dan
kembali apa yang gejala untuk
dijelaskan perawat. melaporkan pada
pemberian perwatan
kesehatan,dengan cara
yang tepat.

3.4 IMPLEMENTASI

NO. DX IMPLEMENTASI PARAF


1. 1. Menyediakan privasi dan menjamin kerahasiaan.
2. Memberikan informasi tentang fungsi seksual yang
30
sesuai.
3. Mendiskusikan efek dari situasi penyakit atau kesehatan
pada seksualitas.
4. Mendorong pasien untuk ferbalisasi ketakutan dan
mengajukan pertanyaan.
5. Menganjurkan pasien tentang pengunaan obat-obatan
untuk menungkatkan kemampuan melakukan hubungan
seksual.
6. Menyertakan dalam konseling
7. Menggunakan humor dan mendorong pasien untuk
menggunakan humor agar meringankan kecemasan atau
rasa malu.
2. 1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien
tentang proses penyakit yang spesifik.
2. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab dengan cara
yang tepat.
3. Menyediakan informasi pada pasien tentang kondisi
dengan cara yang tepat.
4. Mendiskusikan pilihan terapi atau penanganan.
5. Menginstruksikan pasien mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada pemberian perawatan
kesehatan, dengan cara yang tepat.

3.5 EVALUASI

NO. DX TANG EVALUASI


GAL/

31
JAM
1. 15 S:
Januari - Klien mengatakan mengerti bagaimana pengunaan
2017 kontrasepsi yang efektif.
O:
- Klien tampak lebih nyaman dan tenang.
- Nadi : 90 x/mnt.
- Suhu 36,5 c.
- RR : 20 x/mnt.
TD : 120/80 mmHg.
A : Masalah teratasi
P : Iintervensi dihentikan

2. 15 S:
Januari - Klien mengatakan sudah tidak cemas dengan keadaannya.
2017 - Klien mengatakan sudah paham akan kelebihan dan
kekurangan penggunaan kondom
O:
- Klien tampak tidak cemas dan gelisah.
- Nadi : 90 x/mnt.
- Suhu 36,5c.
- RR : 20 x/mnt.
TD : 120/80 mmHg.
A : Masalah Teratasi
P : Intervensi dihentikan

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
32
KB non hormonal adalah metode KB sederhana yang digunakan tanpa bantuan
orang lain. Diantara KB sederhana adalah kondom metode ini akan lebih efektif jika
penggunaannya diperhitungkan dengan masa subur (Ida Ayu Chanranika.2010).
Jenis kontrasepsi non hormonal yaitu MAL, kondom, AKDR dan kontrasepsi
mantap (tubektomi dan vasektomi) sedangkan jenis kontrasepsi hormonal terbagi dua
yaitu progestin (pil, injeksi dan implan) dan kombinasi (pildan injeksi). Menurut
BKKBN dan Kemenkes R.I. (2012). Sedangkan Akseptor merupakan orang yang
sedang  menggunakan  suatu  alat  kontrasepsi  atau  dengan  kata  lain  pengguna  KB.
Tujuan Kontrasepsi
1. Untuk menunda kehamilan atau kesuburan
2. Untuk menjarang kehamilan
3. Untuk mencegah kehamilan atau kesuburan
4.2 Saran
Semoga makalah ini dapat dijadikan pembelajaran terhadap para ibu untuk lebih
memperhatikan dalam memilih alat kontrasepsi yang aman. Dan dapat mengenali
penyakit yang sering muncul pada perempuan, serta mampu mendiagnosis penyakit
tersebut dan mampu memberikan terapi sesuai dengan kewenangan Dokter.

33

Anda mungkin juga menyukai