Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

ALAT KONTRASEPSI (KB HORMONAL)

Dosen Pembimbing:
Ritna Udiyani, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh:
Kelompok 1

Mariatul Kiptiah NIM 1114190637


Nur Syarifah NIM 1114190641
Rovita Usnul Ado NIM 1114190642
Siska Rahmawati NIM 1114190644

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES DARUL AZHAR BATULICIN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Dialah satu-satunya Dzat yang memberikan perlindungan dunia dan akhirat kelak. Dialah
sesungguhnya Maha pemberi petunjuk yang tiada dapat menyesatkan. Pertama-tama marilah
kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Laporan ini dapat tersusun dengan baik berkat bantuan, bimbingan, masukan, dan
motivasi dari banyak pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasihkepada:
1. Ritna Udiyani, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan
masukan, dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat
waktu.
2. Orang tua serta saudara-saudara tercinta atas do’a, motivasi, dan harapannya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan lancar.
3. Teman-teman yang telah memberikan motivasi dan masukan yang baik kepada penulis
sehingga bisa menyelesaikan laporan ini dengan lancar.
Mudah-mudahan amal baik mereka senantiasa mendapat pahala dan balasan yang
setimpal dari Allah Swt. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya.Aamin.

Simpang Empat, Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan dan
merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas. Upaya ini dapat bersifat
sementara, dapat pula bersifat permanen. Pelayanan kontrasepsi merupakan salah satu
jenis pelayanan program Keluarga Berencana (KB) yang tersedia selain dalam bentuk
komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE); konseling; pelayanan infertilitas; pendidikan
sex; konsultasi pra perkawinan dan perkawinan; konsultasi genetik; tes keganasan; serta
adopsi. Program Keluarga Berencana (KB) yang diwujudkan pada penggunaan
kontrasepsi juga memiliki manfaat yang bersifat langsung atau tidak langsung bagi
kesehatan ibu, bayi dan anak, kesehatan dan kehidupan reproduksi beserta seksual
keluarga, serta mewujudkan kesejahteraan dan ketahanan keluarga. Pelaksanaan program
Keluarga Berencana (KB) membutuhkan perencanaan keluarga sehat yang rasional,
untuk itu perlu ketepatan dalam pemilihan jenis kontrasepsi yang sesuai dengan
kebutuhan dan mempertimbangkan daya guna kontrasepsi yang akan memberikan
dampak peningkatan mutu pemakaian [CITATION Nov15 \l 1033 ].
Kontrasepsi hormonal ini menggunakan hormon dari progesteron. Penggunaan
kontrasepsi ini dilakulan dalam bentuk pil, suntikan atau implan. Pada dasarnya,
mekanisme kerja hormon progesteron adalah mencegah pengeluaran sel telur dari indung
telur, mengentalkan cairan di leher rahim, sehingga sulit ditembus sperma membuat
lapisan dalam rahim menjadi tipis dan tidak layak untuk tumbuhnya hasil konsepsi,
saluran telur jalannya jadi lambat sehingga mengganggu saat bertemunya sperma dan sel
telur. Kontrasepsi non hormonal adalah kontrasepsi yang tidak mengandung hormone
baik estrogen maupun progesteron. Jenis – jenis kontrasepsi non hormonal meliputi
metode sederhana (metode kalender, metode suhu badan basal, metode lendir serviks,
metode simpo termal, senggama terputus atau coitus interuptus, kondom, diafragma), dan
metode modern (IUD tanpa hormon, MOW, MOP). Pada dasarnya cara kerja kontrasepsi
non hormonal dengan metode sederhana adalah menghindari senggama selama kurang
lebih 718 hari, termasuk masa subur dari tiap siklus. Sedangkan kondom menghalangi
spermatozoa ke dalam traktus genitalia interna wanita [CITATION Her17 \l 1033 ].
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia WHO dan Perseikatan bangsabangsa
untuk mengembangkan model baru yang secara rinci memperkirakan jumlah kematian
ibu di 172 negara, serta jumlah kematian yang mungkin dapat dihindari dengan
penggunaan kontrasepsi. Perkiraan menunjukkan bahwa Yunani memiliki angka
kematian maternal terendah di Dunia, dengan hanya tiga ibu meninggal per 100.000
kelahiran hidup. Sebaliknya, Chad di Afrika Tengah memiliki tingkat kematian ibu
tertinggi di Dunia menurut hitungan dengan 1.465 kematian per 100.000 kelahiran
hidup. Afganistan memiliki tingkat kematian tertinggi kedua, dengan 1.365 kematian
ibu per 100.000 kelahiran hidup. Tanpa penggunaan kontrasepsi, jumlah kematian ibu
akan menjadi 1,8 kali lebih tinggi secara global. Kebutuhan tertinggi kontrasepsi yang
belum terpenuhi adalah SubSahara Afrika, dimana hanya 22% wanita yang sudah
menikah atau aktif secara seksual menggunakan alat kontrasepsi, dibandingkan dengan
75% di negara maju [CITATION Muh14 \l 1033 ].
Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan jumlah peningkatan
penduduk yang tinggi. Hasil sensus menurut publikasi BPS pada bulan Agustus 2016
antara lain jumlah penduduk Indonesia adalah 237.556.363 orang, terdiri atas
119.507.600 laki-laki dan 118.048.783 perempuan dengan laju pertumbuhan penduduk
sebesar 1,49 persen per tahun. Pertumbuhan jumlah penduduk ini tentu saja akan
berimplikasi secara signifikan terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan
negara [CITATION Isf19 \l 1033 ].
Pada makalah ini penulis akan menjelaskan tentang bagaimana melakukan
Pendidikan kesehatan terkait KB Hormonal pada pasangan usia subur dan pasca
melakhirkan.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana melakukan pendidikan kesehatan tentang KB Hormonal pada pasangan usia
subur dan pasca melahirkan.

1.3 Tujuan
1.3.1. Umum
Untuk mengetahui cara mengimplementasikan pendidikan kesehatan tentang
KB Hormonal pada pasangan usia subur dan pasca melahirkan.
1.3.2. Khusus

1. Untuk mengetahui definisi KB Hormonal.


2. Untuk mengetahui tujuan KB Hormonal.
3. Untuk mengetahui macam-macam KB Hormonal.
4. Untuk mengetahui Fungsi KB Hormonal
5. Untuk mengetahui keterbatasan KB Hormonal
6. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan KB Hormonal
7. Untuk mengetahui mekanisme kerja kontrasepsi hormonal.
8. Untuk mengetahui efektivitas KB Hormonal.
1.4 Manfaat
a. Penulis
Semoga dengan pembuatan makalah ini penulis dapat menambah wawasan dan
pengalaman tentang materi Alat Kontrasepsi (KB Hormonal).
b. Institusi
Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun program pembelajaran serta
menentukan metode dan media pembelajaran yang tepat.
c. Masyarakat
Semoga dengan ada nya penyusunan makalah ini masyarakat dapat memahami
tentang KB Hormonal pada usia subur dan juga sebagai penambah wawasan serta
pengetahuan untuk masyarakat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
2.1.1 Keluarga Berencana (KB)
Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif
dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi. Kontrasepsi hormonal merupakan
kontrasepsi dimana estrogen dan progesteron memberikan umpan balik terhadap
kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap folikel dan
proses ovulasi [CITATION Pra14 \l 1033 ].

2.1.2 Klasifikasi Kontrasepsi

Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-


usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen. Kontrasepsi yaitu pencegahan
terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel
telur yang telah dibuahi ke dinding Rahim [ CITATION Nov15 \l 1033 ].
1. Pil KB
Jenis alat kontrasepsi pertama disini adalah pil KB. Pil KB bersifat temporer
dan dibagi ke dalam 2 golongan, yaitu jenis yang mengandung hormon
progesteron dan kombinasi progesteron-estrogen. Tingkat keberhasilan dalam
penggunaan alat kontrasepsi ini terbilang cukup baik, tingkat kegagalan hanya 8%
jika penggunanya menggunakan secara teratur.
2. Suntik KB
Suntik KB dibagi menjadi 2 tipe, ada yang menunda kehamilan selama 1
bulan ada pula untuk 3 bulan. Jenis kontrasepsi ini hampir mirip dengan pil KB,
namun jika pil KB harus rutin dikonsumsi setiap hari, sedangkan suntik rutin
setiap satu bulan atau 3 bulan sekali. Kontrasepsi ini juga termasuk dalam kategori
temporer dan masih tergolong murah, dengan tingkat kegagalan 3persen dalam
pencegahan kehamilan.
3. Implan/Norplant
Kontrasepsi jenis ini merupakan penanaman sebuah benda kecil seukuran
batang korek api yang dimasukkan ke bagian bawah kulit, umumnya pada lengan
bagian atas. Implan termasuk dalam kategori KB temporer, dengan jangka waktu
pencegahan kehamilan selama 3 tahun.
Meski harganya relatif lebih mahal dibandingkan menggunakan pil atau suntik
KB, tingkat kegagalan sangat baik yaitu hanya 1persen. Dan bagi Mama yang
masih menyusui, dapat menggunakan jenis KB ini karena tidak mengganggu
produksi ASI.
4. IUD/Spiral
IUD (Intra Uterine Device) atau yang sering dikenal dengan kontrasepsi spiral
ini, merupakan salah satu alat kontrasepsi yang cukup diminati oleh banyak
pasangan di Indonesia. Selain karena jangka waktu pencegahan kehamilan yang
cukup lama, tidak memerlukan perawatan rumit, juga tingkat kegagalannya
rendah.
IUD biasa diletakkan di dalam rahim untuk menghadang sel sperma
menembus sel telur. Terdapat 2 jenis IUD yaitu yang terbuat dari tembaga dan
dapat bertahan selama 10 tahun, atau yang mengandung hormon dan bertahan
selama 5 tahun.
5. Vasektomi
Vasektomi adalah tindakan KB yang dilakukan untuk menghentikan aliran
sperma dengan cara menutup saluran vas deferens pada pria. Hal ini memerlukan
tindakan medis atau operasi dan bersifat permanen. Bagi pasangan yang tidak
ingin memiliki keturunan lagi biasanya akan menggunakan cara ini sebagai salah
satu option mencegah kehamilan.
Namun, karena hal ini bersifat permanen, akan lebih baik pria yang akan
melakukan sterilisasi ini benar-benar mantap dan yakin sebelum menjalani
tindakan. Dan pria yang melakukan tindakan ini tidak perlu takut karena tidak
menyebabkan ejakulasi, tidak menurunkan gairah seks, atau kemampuan ereksi.
6. Tubektomi
Tubektomi merupakan tindakan KB permanent atau sterilisasi pada
perempuan, yang dilakukan dengan cara memotong atau menutup tuba falopi
sehingga sel telur tidak masuk ke dalam rahim, sekaligus menghalangi sperma
untuk masuk ke dalam tuba falopi. Sama seperti vasektomi, tindakan ini juga
memerlukan operasi, tidak mempengaruhi gairah seks ataupun menopause.
2.1.3. Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif
dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi. Kontrasepsi hormonal merupakan
kontrasepsi dimana estrogen dan progesteron memberikan umpan balik terhadap
kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap folikel dan
proses ovulasi [ CITATION Isf19 \l 1033 ].

2.2 Tujuan
Alat kontrasepsi digunakan untuk menjarangkan kehamilan atau menjaga jarak
kelahiran. Dengan demikian, penggunaan alat kontrasepsi juga dapat mengurangi risiko
kematian ibu dan bayi karena jarak kelahiran yang terlalu dekat atau terlalu sering
(Pratiwi, 2014).

2.3 Macam-macam kontrasepsi hormonal


Menurut [ CITATION Liw18 \l 1033 ] macam-macam kontrasepsi yaitu:
A. Kontrasepsi Pil

1. Pengertian
Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan progesteron oleh
ovarium. Pil oral akan menekan hormon ovarium selama siklus haid yang normal,
sehingga juga menekan releasingfactors di otak dan akhirnya mencegah ovulasi.
Pemberian Pil Oral bukan hanya untuk mencegah ovulasi, tetapi juga menimbulkan
gejala-gejala pseudo pregnancy (kehamilan palsu) seperti mual, muntah, payudara
membesar, dan terasa nyeri. Pil KB pertama diminum saat hari Minggu pertama
setelah menstruasi.
Penggunaan pil KB sebagai alat kontrasepsi merupakan salah satu metode
yang cukup efektif, dengan tingkat keberhasilan 99%. Selain itu, metode
kontrasepsi dengan pil KB merupakan metode yang reversibel. Artinya jika
pasangan menginginkan kehamilan, cukup menghentikan konsumsi pil KB agar
dapat hamil kembali
2. Jenis KB Pil yaitu:
a. Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengamdung
b. hormon aktif estrogen atau progestin, dalam dosisi yang sama, dengan 7 tablet
tanpa hormon aktif, jumlah dan porsi hormonnya konstan setiap hari.
c. Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen, progestin, dengan dua dosis berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif,
dosis hormon bervariasi.
d. Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen atau progestin, dengan tiga dosis yang berbeda 7 tablet tanpa hormon
aktif, dosis hormon bervariasi setiap hari.
3. Cara kerja KB Pil yaitu:
a. Menekan ovulasi
b. Mencegah implantasi
c. Mengentalkan lendir serviks
d. Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum akan terganggu.
4. Keuntungan KB Pil yaitu:
a. Tidak mengganggu hubungan seksual
b. Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia)
c. Dapat digunakam sebagai metode jangka panjang
d. Dapat digunakan pada masa remaja hingga menopouse
e. Mudah dihentikan setiap saat
f. Kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil dihentikan
g. Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker
endometrium, kista ovarium, acne, disminorhea.
5. Keterbatasan KB Pil yaitu:
a. Amenorhea
b. Perdarahan haid yang berat
c. Perdarahan diantara siklus haid
d. Depresi
e. Kenaikan berat badan
f. Mual dan muntah
g. Perubahan libido
h. Hipertensi
i. Jerawat
j. Nyeri tekan payudara
k. Pusing
l. Sakit kepala
m. Kesemutan dan baal bilateral ringan
n. Mencetuskan moniliasis
o. Cloasma
p. Hirsutisme
q. leukorhea
r. Pelumasan yang tidak mencukupi
s. Perubahan lemak
t. Disminorea
u. Kerusakan toleransi glukosa
v. Hipertrofi atau ekropi serviks
w. Perubahan visual
x. Infeksi pernafasan
y. Peningkatan episode sistitis
z. Perubahan fibroid uterus.

B. Kontrasepsi Suntik

1. Efektivitas kontrasepsi Suntik.


Kedua jenis kontrasepsi suntik mempunyai efektivitas yang tinggi, dengan
30% kehamilan per 100 perempuan per tahun, jika penyuntikannya dilakukan
secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. DMPA maupun NET EN
sangat efektif sebagai metode kontrasepsi. Kurang dari 1 per 100 wanita akan
mengalami kehamilan dalam 1 tahun pemakaian DMPA dan 2 per 100 wanita per
tahun pemakain NET EN.
2. Jenis kontrasepsi Suntik
Terdapat dua jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin,
yaitu:
a. Depo Mendroksi Progesteron (DMPA), mengandung 150 mg DMPA yang
diberikan setiap tiga bulan dengan cara di suntik intramuscular (di daerah
pantat).
b. Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), mengandung 200 mg
Noretindron Enantat, diberikan setiap dua bulan dengan cara di suntik
intramuscular (di daerah pantat atau bokong).
3. Cara kerja kontrasepsi Suntik yaitu:
a. Mencegah ovulasi
b. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
sperma
c. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
d. Menghambat transportasi gamet oleh tuba falloppii.
4. Keuntungan kontrasepsi Suntik
Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat efektif, pencegah kehamilan
jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan seksual, tidak mengandung
estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan
gangguan pembekuan darah, tidak mempengaruhi ASI, efek samping sangat
kecil, klien tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat digunakan oleh perempuan
usia lebih 35 tahun sampai perimenopause, membantu mencegah kanker
endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian tumor jinak payudara,
dan mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.
5. Keterbatasan
Adapun keterbatasan dari kontrasepsi Suntik yaitu:
a. Gangguan haid
b. Leukorhea atau Keputihan
c. Galaktorea
d. Jerawat
e. Rambut Rontok
f. Perubahan Berat Badan
g. Perubahan libido

C. Kontrasepsi Implant

1. Profil kontrasepsi Implant yaitu:


a. Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jedena, Indoplant, atau
Implanon
b. Nyaman
c. Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
d. Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
e. Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut
f. Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak,
dan amenorea
g. Aman dipakai pada masa laktasi.
2. Jenis kontrasepsi Implant yaitu:
a. Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang
3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 3,6 mg
levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
b. Implanon: terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira
40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3- Keto-
desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
c. Jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg.
Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
3. Cara kerja kontrasepsi Implant yaitu:
a. Lendir serviks menjadi kental
b. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi
c. Mengurangi transportasi sperma
d. Menekan ovulasi.

4. Keuntungan kontrasepsi Implant yaitu:


a. Daya guna tinggi
b. Perlindungan jangka panjang
c. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
d. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
e. Tidak mengganggu dari kegiatan senggama
f. Tidak mengganggu ASI
g. Klien hanya kembali jika ada keluhan
h. Dapat dicabut sesuai dengan kebutuhan
i. Mengurangi nyeri haid
j. Mengurangi jumlah darah haid
k. Mengurangi dan memperbaiki anemia
l. Melindungi terjadinya kanker endometrium
m. Melindungi angka kejadian kelainan jinak payudara
n. Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul
o. Menurunkan kejadian endometriosis.
5. Keterbatasan kontrasepsi Implant yaitu:
Pada kebanyakan pasien dapat menyebabkan perubahan pola haid
berupa perdarahan bercak (spooting), hipermenorea atau meningkatnya
jumlah darah haid, serta amenorhea.
D. IUD Hormonal

1. Pengertian
Pengertian IUD adalah salah satu alat kontrasepsi modern yang telah
dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan, dan masa
aktiffungsi kontrasepsinya), diletakkan dalam kavum uteri sebagai usaha
kontrasepsi, menghalangi fertilisasi, dan menyulitkan telur berimplementasi
dalam uterus.
2. Jenis - jenis IUD
Pemasangan IUD biasanya hanya membutuhkan waktu beberapa menit,
dan bisa dilakukan dengan dua jenis IUD berikut:
a. IUD lapis tembaga (IUD nonhormonal)
IUD lapis tembaga dapat mencegah kehamilan dengan cara membunuh
sperma, sehingga sperma tidak dapat membuahi sel telur.
b. IUD hormonal
IUD hormonal akan melepaskan hormon progestin yang menyerupai
progesteron, yakni hormon alami dalam tubuh. Progestin dapat mencegah
terjadinya ovulasi dan membuat cairan leher rahim menjadi lebih kental,
sehingga akan mencegah pembuahan.Selain mencegah kehamilan, IUD
hormonal dapat pula membantu mengurangi gejala premenstruasi.
Misalnya, pendarahan atau kram perut.
3. Kontraindikasi
Pemasangan IUD dapat dilakukan pada semua wanita dewasa yang ingin
mencegah kehamilan. Namun metode kontrasepsi ini tidak boleh dilakukan pada
wanita yang sedang hamil maupun mengalami penyakit radang panggul.IUD
hormonal dapat mencegah kehamilan selama 3-5 tahun. Sedangkan IUD lapis
tembaga dapat mencegah kehamilan hingga 10 tahun.
E. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Hormonal
Hormon estrogen dan progesterone menurut [ CITATION Suj15 \l 1033 ] memberikan
umpan balik, terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan
terhadap perkembangan folikel dan proses ovulasi. Melalui hipotalamus dan hipofisis,
estrogen dapat menghambat pengeluaran Folicle Stimulating Hormone (FSH) sehingga
perkembanagan dan kematangan Folicle De Graaf tidak terjadi. Di samping itu
progesteron dapat menghambat pengeluaran Hormone Luteinizing (LH). Estrogen
mempercepat peristaltik tuba sehingga hasil konsepsi mencapai uterus endometrium
yang belum siap untuk menerima implantasi. Selama siklus tanpa kehamilan, kadar
estrogen dan progesterone bervariasi dari hari ke hari. Bila salah satu hormon mencapai
puncaknya, suatu mekanisme umpan balik (feedback) menyebabkan mula-mula
hipotalamus kemudian kelenjar hypophyse mengirimkan isyarat-isyarat kepada ovarium
untuk mengurangi sekresi dari hormon tersebut dan menambah sekresi dari hormon
lainnya.
Bila terjadi kehamilan, maka estrogen dan progesteron akan tetap dibuat bahkan
dalam jumlah lebih banyak tetapi tanpa adanya puncak-puncak siklus, sehingga akan
mencegah ovulasi selanjutnya. Estrogen bekerja secara primer untuk membantu
pengaturan hormon realising factors of hipotalamus, membantu pertumbuhan dan
pematangan dari ovum di dalam ovarium dan merangsang perkembangan endometrium.
Progesteron bekerja secara primer menekan atau depresi dan melawan isyarat-isyarat dari
hipotalamus dan mencegah pelepasan ovum yang terlalu dini atau prematur dari ovarium,
serta juga merangsang perkembangan dari endometrium. Adapun efek samping akibat
kelebihan hormon estrogen, efek samping yang sering terjadi yaitu rasa mual, retensi
cairan, sakit kepala, nyeri pada payudara, dan fluor albus atau keputihan. Rasa mual
kadang-kadang disertai muntah, diare, dan rasa perut kembung. Retensi cairan
disebabkan oleh kurangnya pengeluaran air dan natrium, dan dapat meningkatkan berat
badan [ CITATION Pra14 \l 1033 ].
Sakit kepala disebabkan oleh retensi cairan. Kepada penderita pemberian garam
perlu dikurangi dan dapat diberikan diuretik. Kadang-kadang efek samping demikian
mengganggu akseptor, sehingga hendak menghentikan kontrasepsi hormonal tersebut.
Dalam kondisi tersebut, akseptor dianjurkan untuk melanjutkan kontrasepsi hormonal
dengan kandungan hormon estrogen yang lebih rendah. Selain efek samping kelebihan
hormon estrogen, hormon progesteron juga memiliki efek samping jika dalam dosis yang
berlebihan dapat menyebabkan perdarahan tidak teratur, bertambahnya nafsu makan
disertai bertambahnya berat badan, acne (jerawat), alopsia, kadang-kadang payudara
mengecil, fluor albus (keputihan), hipomenorea. Fluor albus yang kadang-kadang
ditemukan pada kontrasepsi hormonal dengan progesteron dalam dosis tinggi,
disebabkan oleh meningkatnya infeksi dengan candida albicans [ CITATION Muh14 \l
1033 ].
BAB III

SATUAN ACARA PENYULUHAN

YAYASAN DARUL AZHAR BERSUJUD


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
DARUL AZHAR BATULICIN
SK. MENDIKNAS NO. 135/D/0/2008
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan: Terakreditasi No. 0966/Lam-Ptkes/Akr/Sar/Xi/2016
Program Studi D-III Kebidanan: Terakreditasi No. 0727/Lam-PTkes/Akr/Dip/VII/2016
Program Studi Profesi Ners : Terakredirasi No. 0967/Lam-PTkes/Akr/Pro/XI/2016
Program Studi D-III Farmasi : S.K Menristek DIKTI No. 445/KPT/I/2016
Kampus : Komplek YPI Darul Azhar Bersujud Jl. Batu Benawa, Simpang Empat, Tanah Bumbu, Kal-Sel. Telp& Fax. (0518) 75217
www.stikesdarulazharbatulicin.ac.id – Email : stikes_DA@yahoo.com

Hari/ Tanggal :
Waktu : 09:00 - Selesai
Sasaran : Pasien di Puskesmas STIKes Darul Azhar Tanah Bumbu Kec.
Simpang Empat
Pelaksanaan : Mahasiswa/i Stikes Darul Azhar Batulicin
Topik : “KB Hormonal Pada Pasangan Usia Subur”
Sub Topik :

I. Latar Belakang
Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan dan
merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas. Upaya ini dapat
bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Pelayanan kontrasepsi merupakan
salah satu jenis pelayanan program Keluarga Berencana (KB) yang tersedia selain
dalam bentuk komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE); konseling; pelayanan
infertilitas; pendidikan sex; konsultasi pra perkawinan dan perkawinan; konsultasi
genetik; tes keganasan; serta adopsi. Program Keluarga Berencana (KB) yang
diwujudkan pada penggunaan kontrasepsi juga memiliki manfaat yang bersifat
langsung atau tidak langsung bagi kesehatan ibu, bayi dan anak, kesehatan dan
kehidupan reproduksi beserta seksual keluarga, serta mewujudkan kesejahteraan dan
ketahanan keluarga. Pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) membutuhkan
perencanaan keluarga sehat yang rasional, untuk itu perlu ketepatan dalam pemilihan
jenis kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan dan mempertimbangkan daya guna
kontrasepsi yang akan memberikan dampak peningkatan mutu pemakaian (Novalia,
S, 2015).
Kontrasepsi hormonal ini menggunakan hormon dari progesteron. Penggunaan
kontrasepsi ini dilakulan dalam bentuk pil, suntikan atau implan. Pada dasarnya,
mekanisme kerja hormon progesteron adalah mencegah pengeluaran sel telur dari
indung telur, mengentalkan cairan di leher rahim, sehingga sulit ditembus sperma
membuat lapisan dalam rahim menjadi tipis dan tidak layak untuk tumbuhnya hasil
konsepsi, saluran telur jalannya jadi lambat sehingga mengganggu saat bertemunya
sperma dan sel telur. Kontrasepsi non hormonal adalah kontrasepsi yang tidak
mengandung hormone baik estrogen maupun progesteron. Jenis – jenis kontrasepsi
non hormonal meliputi metode sederhana (metode kalender, metode suhu badan
basal, metode lendir serviks, metode simpo termal, senggama terputus atau coitus
interuptus, kondom, diafragma), dan metode modern (IUD tanpa hormon, MOW,
MOP). Pada dasarnya cara kerja kontrasepsi non hormonal dengan metode
sederhana adalah menghindari senggama selama kurang lebih 718 hari, termasuk
masa subur dari tiap siklus. Sedangkan kondom menghalangi spermatozoa ke dalam
traktus genitalia interna wanita (Herowati, 2017).
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia WHO dan Perseikatan
bangsabangsa untuk mengembangkan model baru yang secara rinci memperkirakan
jumlah kematian ibu di 172 negara, serta jumlah kematian yang mungkin dapat
dihindari dengan penggunaan kontrasepsi. Perkiraan menunjukkan bahwa Yunani
memiliki angka kematian maternal terendah di Dunia, dengan hanya tiga ibu
meninggal per 100.000 kelahiran hidup. Sebaliknya, Chad di Afrika Tengah
memiliki tingkat kematian ibu tertinggi di Dunia menurut hitungan dengan 1.465
kematian per 100.000 kelahiran hidup. Afganistan memiliki tingkat kematian
tertinggi kedua, dengan 1.365 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Tanpa
penggunaan kontrasepsi, jumlah kematian ibu akan menjadi 1,8 kali lebih tinggi
secara global. Kebutuhan tertinggi kontrasepsi yang belum terpenuhi adalah
SubSahara Afrika, dimana hanya 22% wanita yang sudah menikah atau aktif secara
seksual menggunakan alat kontrasepsi, dibandingkan dengan 75% di negara maju
(Muhammad, 2014).
Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan jumlah peningkatan
penduduk yang tinggi. Hasil sensus menurut publikasi BPS pada bulan Agustus 2016
antara lain jumlah penduduk Indonesia adalah 237.556.363 orang, terdiri atas
119.507.600 laki-laki dan 118.048.783 perempuan dengan laju pertumbuhan
penduduk sebesar 1,49 persen per tahun. Pertumbuhan jumlah penduduk ini tentu
saja akan berimplikasi secara signifikan terhadap perkembangan ekonomi dan
kesejahteraan negara (Isfaizah, 2019).
Pada makalah ini penulis akan menjelaskan tentang bagaimana melakukan
Pendidikan kesehatan terkait KB Hormonal pada pasangan usia subur dan pasca
melakhirkan.
II. Tujuan InstruksiUmum (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan selama 1 x 60 menit Mahasiswa Stikes Darul
Azhar dapat memahami dan mengerti tentang KB Hormonal pada pasangan usia
subur dan pasca melahirkan
III. Tujuan Instruksi Khusus (TIK)
Setelah diberi penjelasan selama 1 x 60 menit diharapkan Mahasiswa/i Stikes
Darul Azhar dapat memahami tentang :
1. Definisi KB Hormonal
2. Tujuan KB Hormonal
3. Macam – macam KB Hormonal
4. Prosedur pelaksanaan KB Hormonal
5. Keterbatasan KB Hormonal
6. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Hormonal
7. Efektifitas KB Hormonal
IV. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi

V. Media
a. Lefleat

VI. Materi (Terlampir)

VII. Anggaran (Terlampir)

VIII. Setting
Keterangan :

Penyaji : Nur Syarifah

Moderator : Mariatul Kiptiah

Penjawab : Anggota Kelompok

Fasilitator : Siska Rahmawati dan Rovita Usnul Ado

Audien : Pasangan usia subur dan Pasien pasca melahirkan

IX. Perorganisasian dan uraian tugas


1. Penyaji : Nur Syarifah
2. Moderator : Mariatul Kiptiah
3. Penjawab : Anggota Kelompok
4. Fasilitator : Siska Rahmawati dan Rovita Usnul Ado
5. Audien : Pasangan Usia Subur dan Pasien pasca melahirkan
X. Kegiatan pembelajaran/ penyuluhan

KEGIATAN HARI RABU, 18 November 2020


Tahapan dan Kegiatan penyuluhan
No keterangan
waktu Pelaksanaan Sasaran
Pembukaan - Salam pembuka - Menjawab salam MC
(Hari, Tgl) - Penyampaian tujuan - Menyimak
1.

(10.00-10.10)
- Ketua Pelaksana - Menyimak MC
Penyampaian (Ritna Udiyani.,
Sambutan S.Kep.,Ns.,M.Kep)
2. (Hari, Tgl)

(10.10-10.40)
Penyampaian Menyampaikan garis - Mendengarkan Moderator
materi Dan besar materi materi
Sesi Tanya - - Menanyakan hal-
Jawab hal yang belum
dimengerti
2.
(Hari, Tgl) - Mendengarkan dan
mampu memahami
jawaban yang
(10.40-11.50) diberikan oleh
pemateri
Penutup - Menutup kegiatan - Mengucapkan
3. (Pembacaan Doa) salam
(11.50-12.00 ) - Mengucapkan salam

KEGIATAN HARI PERTAMA (TANGGAL)

Lampiran Materi
LAMPIRAN ANGGARAN PENGELUARAN
JUMLAH
NO BARANG JUMLAH BARANG HARGA
HARGA
1. Konsumsi - - -

2. Air Mineral - - -

3. Kertas Hvs - - -

4. Spanduk 2 X 1 - - -

TOTAL Rp. 0-

Keterangan

1. Pemasukan Dana : Rp. -


2. Pengeluaran Dana : Rp. -
3. Dana yang tersisa : Rp. -
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari topik diatas dapat kami simpulkan bahwa Kontrasepsi hormonal adalah alat
atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana
bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesteron, hormon-hormon ini
bekerja sebagai penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing
hormon sehingga proses konsepsi terhambat.
4.2 Saran
Dalam melakukan pendidikan terkait KB Hormonal pada pasangan usia subur
atau pasca melahirkan, seorang perawat harus mengetahui apa saja yang termasuk dalam
KB Hormonal, kemudian keterbatasan, keuntungan dari KB Hormonal itu sendiri, maka
dari itu dalam profesi keperawatan diharapkan lebih menguasai semua dan memahami
tentang bagaimana cara mengimplementasikan dalam KB Hormonal.
DAFTAR PUSTAKA

Etriyanti. (2017). Jurnal Abdimas Saintika. BERAT BADAN AKSEPTOR KB HORMONAL


DENGANAKSEPTOR KB NON HORMONAL, Volume 2 Nomor 1(STIKES Syedza
Saintika Padang), 54-63. Retrieved from
https://jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/abdimas/article/download/518/pdf.

Herowati, D. (2017). Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. HUBUNGAN ANTARA


KEMAMPUAN REPRODUKSI, KEPEMILIKANANAK, TEMPAT TINGGAL,
PENDIDIKAN DAN STATUS BEKERJA PADAWANITA SUDAH MENIKAH
DENGAN PEMAKAIAN KONTRASEPSIHORMONAL DI INDONESIA, Vol. 22 No.
2(Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari), 91-98. Retrieved
from
https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/hsr/article/download/1553/1123.

Isfaizah. (2019). Indonesian Journal of Midwifery (IJM). Hubungan Penggunaan


Kontrasepsi Hormonal Dengan Disfungsi SeksualDi Wilayah Kerja Puskesmas
Lerep, Vol-2, Nomor 2(Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung), 64-71. Retrieved
from http://jurnal.unw.ac.id:1254/index.php/ijm/article/download/270/246

Liwang, F. (2018). Intisari Sains Medis . Gambaran penggunaan kontrasepsi hormonal


dannon hormonal di wilayah kerja UPT PuskesmasTampak Siring 1, Volume 9,
Number 3:(Fakultas Kedokteran, UniversitasSam Ratulangi, Manado-Indonesia), 41-
46. doi:| doi: 10.15562/ism.v9i3.301

Muhammad, L. (2014). Jurnal Kesehatan. JENIS PEMAKAIAN KONTRASEPSI


HORMONALDAN GANGGUAN MENSTRUASIDI WILAYAH KERJA PUSKESMAS,
Volume V, Nomor 1(Prodi Kebidanan Program Sarjana, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Ngudi Waluyo), 60-66. Retrieved from https://ejurnal.poltekkes-
tjk.ac.id/index.php/JK/article/viewFile/67/60.

Novalia, S, R. (2015). Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Kontrasepsi Hormonal Suntik


Depo Medroxprogesterone Acetate (DMPA) sebagai salah satu penyebab kenaikan
berat badan, Vol 7 nomor 2( Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan
Manajemen Kesehatan2), 91-98. Retrieved from
https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/hsr/article/download/1553/1123.
Pratiwi, D. (2014). Jurnal Kesehatan Andalas. Hubungan Antara Penggunaan Kontrasepsi
Hormonal Suntik DMPA dengan Peningkatan Berat Badan di Puskesmas Lapai Kota
Padang, Vol 3, No 3. doi:https://doi.org/10.25077/jka.v3i3.130

Sujono. (2015). Jurnal Farmasi Klinik Indonesia. Pengaruh Pemakaian Kontrasepsi terhadap
PeningkatanTekanan Darah Wanita di Puskesmas Wonogiri, Volume 2, Nomor
2(Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Indonesia), 61-70.
Retrieved from http://jurnal.unpad.ac.id/ijcp/article/download/12702/pdf

Anda mungkin juga menyukai