Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KONTRASEPSI DAN

KELUARGA BERENCANA
KONTRASEPSI NON HORMONAL

Dosen Pengampu :

dr.Desmiwarti,SpOG(K)

Oleh Kelompok 3:

Febry Muthiariami Dahlan


Rosmeri Rosha
Timmy Larasati
Wiwit Fetrisia

PROGRAM PASCA SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2015/2016
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas


limpahan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Kontrasepsi Non Hormonal“.Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Kontrasepsi dan Keluarga Berencana yang diampu oleh ibuk
dr.Desmiwarti,SpOG (K) program pasca sarjana ilmu kebidanan Universitas
Andalas Padang.

Dalam makalah ini dibahas tentang kontrasepsi non hormonal. Kami


berharap makalah ini dapat menambah informasi lebih lanjut oleh tenaga
kesehatan khususnya untuk dosen bidan.

Penulis menyakini di dalam penulisan makalah ini masih banyak


kekurangan sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan isi
dan kualitas makalah ini.

Padang, Maret 2016

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................1
B.Tujuan Penulisan...........................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian kontrasepsi................................................................................3

B. Metode kontrasepsi non hormonal.............................................................4

1.Tanpa alat.....................................................................................................4

a. KB Alamiah................................................................................4

1) Metode Kelender (Ogino-Knaus).............................................4


2) Metode Suhu Badan Basal (Termal).........................................4
3) Metode Lendir Serviks (Billings).............................................5
4) Metode Amenorea Laktasi (Lactational Amenorrea Method).6
b.Coitus Interruptus (Metode Withdrawal/Senggama Terputus).....12
2. Dengan Alat..............................................................................................12

a. Mekanis (barier)...................................................................................12
1) Kondom Pria.................................................................................12

2)Barier Intra-vaginal.......................................................................15

3) Spons.............................................................................................18

4) Kondom .........................................................................................18

b. Kimiawi..............................................................................................19

BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan
preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu
demikian. Untuk optimalisasi manfaat kesehatan KB, pelayanan tersebut
harus disediakan bagi wanita dengan cara menggabungkan dan memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi utama dan yang lain. Juga
responsive terhadap berbagai tahap kehidupan reproduksi wanita.
Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah
satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang
sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita.
Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam kontrasepsi. Metode
dalam kontrasepsi tidak ada satupun yang efektif secara menyeluruh.
Efektivitas metode kontrasepsi yang digunakan bergantung pada kesesuaian
pengguna dengan instruksi. Perbedaan keberhasilan metode juga tergantung
pada tipikal penggunaan (yang terkadang tidak konsisten) dan penggunaan
sempurna (mengikuti semua instruksi dengan benar dan tepat). Perbedaan
efektivitas antara penggunaan tipikal dan penggunaan sempurna menjadi
sangat bervariasi antara suatu metode kontrasepsi dengan metode kontrasepsi
yang lain.
Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Namun
demikian, meskipun telah mempertimbangkan untung rugi semua kontrasepsi
yang tersedia, tetap saja terdapat kesulitan untuk mengontrol fertilitas secara
aman, efektif, dengan metode yang dapat diterima, baik secara perseorangan
maupun budaya pada berbagai tingkat reproduksi. Tidaklah mengejutkan
apabila banyak wanita merasa bahwa penggunaan kontrasepsi terkadang
problematis dan mungkin terpaksa memilih metode yang tidak cocok dengan
konsekuensi yang merugikan atau tidak menggunakan metode KB sama
sekali.
Berbagai cara kontrasepsi untuk mecegah suatu kehamilan karena
bertemunya sel telur dengan sperma. Ada dua cara pembagian kontrasepsi
yaitu cara kontrasepsi sederhana dan kontrasepsi efektif. Cara kontrasepsi
sederhana dibagi menjadi dua menggunakan alat dan tanpa alat. Kontrasepsi
sederhana dengan menggunakan alat misalnya, kondom, difragma atau cup,
jelly atau tablet berbusa. Cara kontrasepsi sederhana tanpa menggunakan alat
misalnya senggama terputus, pantang berkala (system kalender). Kontrasepsi
modern atau efektif juga dibagi menjadi dua kontrasepsi tidak permanen dan
kontrasepsi permanen. Kontrasepsi tidak pemanen dapat dilakukan dengan
pil, AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), suntikan dan norplant.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian dari alat kontrasepsi metode alamiah dan modern
2. Mengetahui jenis- jenis dari metode kontrasepsi metode alamiah dan
modern
3. Mengetahui keuntungan dan kerugian kontrasepsi metode alamiah dan
modern
4. Mengetahui mekanisme kerja kontrasepsi metode alamiah dan modern
5. Mengetahui efek samping kontrasepsi metode alamiah dan modern
6. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi kontrasepsi metode alamiah dan
modern
7. Mengetahui efektifitas kontrasepsi metode alamiah dan modern
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi asal kata dari ‘kontra’ yang berarti mencegah/ menghalangi


dan ‘konsepsi’ yang berarti pembuahan/pertemuan antara sel telur dengan sperma.
Jadi kontrasepsi diartikan sebagai cara untuk mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma.
Kontrasepsi adalah Obat atau alat untuk mencegah terjadinya konsepsi
(kehamilan). Jenis kontrasepsi ada dua macam, yaitu kontrasepsi yang
mengandung hormonal (pil, suntik dan implant) dan kontrasepsi non-hormonal
(IUD, Kondom). Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada.
Kontrasepsi ideal itu harus memenuhi syarat-syarat dapat dipercaya, tidak
menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan, daya kerjanya dapat diatur
menurut kebutuhan, tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus,
tidak memerlukan motivasi terus-menerus, mudah pelaksanaanya, murah
harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, dapat
diterima penggunaanya oleh pasangan yang bersangkutan (Fraser, 2009).
Tingkat efektivitas dari kontrasepsi tergantung dari usia, frekuensi
melakukan hubungan seksual dan yang terutama apakah menggunakan
kontrasepsi tersebut secara benar. Banyak metode kontrasepsi yang memberikan
tingkat efektivitas hingga 99 % jika digunakan secara tepat.
Penggunaan keluarga berencana menurut umur ibu :
a. Masa reproduksi muda ( 15-19 tahun).
Merupakan tahap menunda kehamilan, kontrasepsi yang dianjurkan yaitu
kontrasepsi hormonal (Pil) disusul dengan IUD Cooper, dengan lama
pemakaian maksimal 4 tahun, yaitu mulai umur 16 tahun ( sesuai dengan
Undang-Undang perkawinan) sampai dengan umur 20 tahun.
b. Masa reproduksi sehat ( 20-35 tahun)
Merupakan tahap menjarangkan anak. Dalam fase ini kontrasepsi yang
dipakai haruslah mempunyai cirri-ciri sebagai berikut : dapat dipakai
minimal 2 tahun, yaitu sesuai dengan jarak anak minimal, tidak
menghambat produksi ASI, efektifitas cukup tinggi. Contoh : AKDR
c. Fase reproduksi tua (36-45 tahun)
Merupakan tahap mengakhiri kehamilan, kontrasepsi yang dianjurkan
adalah kontrasepsi mantap (MOW)

B. Metode Kontrasepsi Non Hormonal

1. Tanpa Alat
a. KB Alamiah
Masa hidup ovum dan spermatozoa yang fertil, diketahui bahwa ovum
manusia mempunyai masa hidup 12-24 jam, sedangkan masa hidup
spermatozoa yang fertile di dalam traktus genitalia wanita adalah 48-72 jam,
kemungkinan bahwa masa hidup dan daya fertilisasi tersebut dapat relatif
lebih lama.
Macam-macam KB alamiah (menentukan saat ovulasi) :
1) Metode Kelender (Ogino-Knaus)
Mekanisme kerjanya: menghitung masa subur dan masa tidak subur. Teknik
metode kelender, seorang wanita menentukan masa subur dengan:
a) Mengurangi 18 hari dari siklus hadi terpendek, untuk menentukan awal
dari masa suburnya
b) Mengurangi 11 hari dari siklus haid terpanjang, untuk menetukan akhir
dari masa suburnya.
Kelemahannya: tidak cocok untuk wanita dengan siklus menstruasi tidak teratur
dan butuh kerjasama suami dan istri
Keunggulannya: tanpa efek samping (kecuali kadang stress)dan tanpa biaya
Angka kegagalan: + 14% (Saefudin, 2008)

2) Metode Suhu Badan Basal (Termal)


Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu badan basal :
a) Influenza atau infeksi traktus respiratorius lain
b) Infeksi/ penyakit-penyakit lain yang meninggikan suhu badan
c) Inflamasi local lidah, mulut atau daerah anus
d) Faktor-faktor situasional seperti mimpi buruk, jet lag, mengganti
popok bayi pukul 6 pagi
e) Jam tidur yang ireguler
f) Pemakaian minuman panas atau dingin sebelum pengambilan suhu
badan basal.
g) Pemakaian selimut elektris
h) Kegagalan mambeca thermometer dengan tepat/baik
Efektifitas metode suhu badan basal, Angka kegagalan: 0.3-6.6
kehamilan pada 100 wanita pertahun. Kerugian utama metode badan basal
ialah bahwa abstinens sudah harus dilakukan pada masa pra-ovulasi.
Keuntungan non kontraseptif dari metode KB alamiah
a) Untuk pasangan suami-isteri yang menginginkan kehamilan, metode SBB,
metode lendir serviks, dapat menentukan hari-hari subur si isteri sehingga
senggama dapat direncanakan pada saat itu (disarankan untuk
bersanggama selang sehari dimulai hari ke-9 sampai SBB mencapai
kenaikan temperaturnya yang khas)
b) Dapat digabungkan dengan metode-metode kontrasepsi lain, misalnya
dengan metode barrier

3) Metode Lendir Serviks (Billings)


Lendir serviks yang diatur oleh hormone estrogen dan progesterone ikut berperan
dalam reproduksi. Pada tiap siklus haid di produksi 2 macam lendir serviks oleh
sel-sel serviks, yaitu.
a) Lendir Type-E (estrogenic) :
(1) Diproduksi pada fase akhir pra-ovulasi dan fase ovulasi
(2) Sifat-sifat:
(a) Banyak, tipis seperti air (jernih) dan viskositas rendah.
(b) Spinnbarkeit (elestisitas) besar. Spinnbarkeit = sampai
seberapa jauh lendir dapat diregangkan sebelum putus.
(c) Bila dikeringkan terjadi bentuk daun pakis (fernlike patterns,
ferning, arborization)
(3) Spermatozoa dapat menembus lender ini.
b) Lendir tipe-G (Gestagenik)
(1) Diproduksi pada fase awal pra-ovulasi dan setelah ovulasi.
(2) Sifat-sifat :
(a) Kental
(b) Viskositas tinggi
(c) Keruh (opaque)
(3) Dibuat karena peninggian kadar progesterone
(4) Spermatozoa tidak dapat menembus lender ini.
Efektifitas metode lendir serviks yaitu angka kegagalan : 0,4-39,7
kehamilan pada 100 wanita pertama

4) Metode Amenorea Laktasi (Lactational Amenorrea Method)


Metode AmenoreaLaktasi (MAL) atau Lactational Amenorrhea
Method (LAM) adalah metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI
saja tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya. Metode
AmenoreaLaktasi (MAL) atau Lactational Amenorrhea Method (LAM) dapat
dikatakan sebagai metode keluarga berencana alamiah (KBA) atau natural
family planning, apabila tidak dikombinasikan dengan metode kontrasepsi
lain.
Meskipun penelitian telah membuktikan bahwa menyusui dapat
menekan kesuburan, namun banyak wanita yang hamil lagi ketika menyusui.
Oleh karena itu, selain menggunakan Metode AmenoreaLaktasi juga harus
menggunakan metode kontrasepsi lain seperti metode barier (diafragma,
kondom, spermisida), kontrasepsi hormonal (suntik, pil menyusui, AKBK)
maupun IUD.
Metode AmenoreaLaktasi (MAL) dapat dipakai sebagai alat
kontrasepsi, apabila:
a) Menyusui secara penuh (full breast feeding), lebih efektif bila
diberikan minimal 8 kali sehari
b) Belum mendapat haid.
c) Umur bayi kurang dari 6 bulan.
Cara kerja :
Cara kerja dari Metode AmenoreaLaktasi (MAL) adalah menunda
atau menekan terjadinya ovulasi. Pada saat laktasi/menyusui, hormon yang
berperan adalah prolaktin dan oksitosin. Semakin sering menyusui, maka
kadar prolaktin meningkat dan hormongonadotrophin melepaskan hormon
penghambat (inhibitor). Hormon penghambat akan mengurangi kadar
estrogen, sehingga tidak terjadi ovulasi.

Efektivitas
Efektifitas MAL sangat tinggi sekitar 98 persen apabila digunakan
secara benar dan memenuhi persyaratan sebagai berikut: digunakan
selama enam bulan pertama setelah melahirkan, belum mendapat haid
pasca melahirkan dan menyusui secara eksklusif (tanpa memberikan
makanan atau minuman tambahan). Efektifitas dari metode ini juga sangat
tergantung pada frekuensi dan intensitas menyusui.

Manfaat
Metode AmenoreaLaktasi (MAL) memberikan manfaatkontrasepsi
maupun non kontrasepsi.
(1) Efektifitas tinggi (98 persen) apabila digunakan selama enam bulan
pertama setelah melahirkan, belum mendapat haid dan menyusui
eksklusif.
(2) Dapat segera dimulai setelah melahirkan.
(3) Tidak memerlukan prosedur khusus, alat maupun obat.
(4) Tidak memerlukan pengawasanmedis.
(5) Tidak mengganggu senggama.
(6) Mudah digunakan.
(7) Tidak perlu biaya.
(8) Tidak menimbulkan efek samping sistemik.
(9) Tidak bertentangan dengan budaya maupun agama.
Manfaat non kontrasepsi untuk bayi :
(1) Mendapatkan kekebalan pasif.
(2) Peningkatan gizi.
(3) Mengurangi resiko penyakit menular.
(4) Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi air, susu formula
atau alat minum yang dipakai.

Untuk ibu :
(1) Mengurangi perdarahan post partum/setelah melahirkan.
(2) Membantu prosesinvolusiuteri (uterus kembali normal).
(3) Mengurangi resiko anemia.
(4) Meningkatkan hubungan psikologi antara ibu dan bayi.

Keterbatasan
Metode AmenoreaLaktasi (MAL) mempunyai keterbatasan antara lain:
(1) Memerlukan persiapan dimulai sejak kehamilan.
(2) Metode ini hanya efektif digunakan selama 6 bulan setelah
melahirkan, belum mendapat haid dan menyusui secara eksklusif.
(3) Tidak melindungi dari penyakit menular seksual termasuk Hepatitis B
ataupun HIV/AIDS.
(4) Tidak menjadi pilihan bagi wanita yang tidak menyusui.
(5) Kesulitan dalam mempertahankan pola menyusui secara eksklusif.

Metode AmenoreaLaktasi (MAL) dapat digunakan oleh wanita yang ingin


menghindari kehamilan dan memenuhi kriteria sebagai berikut:
(1) Wanita yang menyusui secara eksklusif.
(2) Ibu pasca melahirkan dan bayinya berumur kurang dari 6 bulan.
(3) Wanita yang belum mendapatkan haidpasca melahirkan.

Wanita yang menggunakan Metode AmenoreaLaktasi (MAL), harus


menyusui dan memperhatikan hal-hal di bawah ini:
(1) Dilakukan segera setelah melahirkan.
(2) Frekuensi menyusui sering dan tanpa jadwal.
(3) Pemberian ASI tanpa botol atau dot.
(4) Tidak mengkonsumsi suplemen.
(5) Pemberian ASI tetap dilakukan baik ketika ibu dan atau bayi sedang sakit.

Metode AmenoreaLaktasi (MAL) tidak dapat digunakan oleh:


(1) Wanitapasca melahirkan yang sudah mendapat haid.
(2) Wanita yang tidak menyusui secara eksklusif.
(3) Wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam.
(4) Wanita yang harus menggunakan metode kontrasepsi tambahan.
(5) Wanita yang menggunakan obat yang mengubah suasana hati.
(6) Wanita yang menggunakan obat-obatanjenis ergotamine, anti
metabolisme, cyclosporine, bromocriptine, obat radioaktif, lithium atau anti
koagulan.
(7) Bayi sudah berumur lebih dari 6 bulan.
(8) Bayi yang mempunyai gangguanmetabolisme.
Metode AmenoreaLaktasi (MAL) tidak direkomendasikan pada
kondisi ibu yang mempunyai HIV/AIDS positif dan TBC aktif. Namun
demikian, MAL boleh digunakan dengan pertimbangan penilaian klinis
medis, tingkat keparahan kondisi ibu, ketersediaan dan penerimaan metode
kontrasepsi lain.

Keadaan yang Memerlukan Perhatian


Di bawah ini merupakan keadaan yang memerlukan perhatian dalam
penggunaan Metode AmenoreaLaktasi (MAL).
Keadaan Anjuran
Ketika mulai pemberian makanan Membantu klien memilih metode
pendamping secara teratur. kontrasepsi lain dan tetap mendukung
pemberian ASI
Ketika sudah mengalami haid Membantu klien memilih metode
kontrasepsi lain dan tetap mendukung
pemberian ASI.
Bayi menyusu kurang dari 8 kali Membantu klien memilih metode
sehari kontrasepsi lain dan tetap mendukung
pemberian ASI.
Bayi berumur 6 bulan atau lebih. Membantu klien memilih metode
kontrasepsi lain dan tetap mendukung
pemberian ASI.

Hal yang Harus Disampaikan Kepada Klien


Sebelum menggunakan Metode AmenoreaLaktasi (MAL), klien terlebih
dahulu diberikan konseling sebagai berikut:
(1) Bayi menyusu harus sesering mungkin (on demand).
(2) Waktu pengosongan payudara tidak lebih dari 4 jam.
(3) Bayi menyusu sampai sepuasnya (bayi akan melepas sendiri hisapannya).
(4) ASI juga diberikan pada malam hari untuk mempertahankan kecukupan
ASI.
(5) ASI dapat disimpan dalam lemari pendingin.
(6) Waktu pemberian makanan padat sebagai pendamping ASI (diberikan
pada bayi sudah berumur 6 bulan lebih).
(7) Metode MAL tidak akan efektif, apabila ibu sudah memberikan makanan
atau minuman tambahan lain.
(8) Ibu yang sudah mendapatkan haid setelah melahirkan dianjurkan untuk
menggunakan metode kontrasepsi lain.
(9) Apabila ibu tidak menyusui secara eksklusif atau berhenti menyusui maka
perlu disarankan menggunakan metode kontrasepsi lain yang sesuai.

Hal yang perlu diperhatikan oleh ibu dalam pemakaian Metode


AmenoreaLaktasi (MAL) agar aman dan berhasil adalah menyusui secara
eksklusif selama 6 bulan. Untuk mendukung keberhasilan menyusui dan MAL
maka beberapa hal penting yang perlu diketahui yaitu cara menyusui yang
benar meliputi posisi, perlekatan dan menyusui secara efektif.
Di bawah ini merupakan langkah-langkah menentukan dalam menggunakan
kontrasepsi Metode AmenoreaLaktasi (MAL).

Langkah metode amenorealaktasi

Keuntungan dan kerugian dari kontrasepsi KB alamiah


No Keuntungan Kerugian
1 Aman Kurang begitu efektif dibandingkan metode lain
2 Murah/tanpa biaya Pelu instruksi dan konseling memakai metode ini
3 Dapat diterima oleh banyak Memerlukan catatan siklus haid yang cukup
golongan agama
4 Sangat berguna baik untuk Dapat menghambat spontanitas seksuak, stress
merencanakan maupun psikologis dan kesulitan-kesulitan dalam
mengindari terjadinya perkawinan
kehamilan
5 Mengajar wanita, kadang- Bila siklus haid tidak teratur, dapat mempersulit
kadang suaminya, perihal
siklus haid
6 Tanggung jawab berdua Bila terjadi kehamilan ada risiko bahwa
sehingga menambah ovum/spermatozoanya sudah”terlal8u tua”
komunikasi dan kerja sama

b. Coitus Interruptus (Metode Withdrawal/Senggama Terputus)


Adalah suatu metode kontrasepsi dimana senggama diakhiri sebelum
terjadi ejakulasi intra vagina. Ejakulasi terjadi jauh dari genatalia eksternal wanita.
Keuntungan
1) Tidak memerlukan alat/murah
2) Tidak menggunakan zat-zat kimiawi
3) Selalu tersedia setiap saat
4) Tidak mempunyai efek samping

Kerugian
1) Angka kegagalan cukup tinggi 16-23 kehamilan per 100 wanita per tahun
Faktor-faktor yang menyebabkan angka kegagalan yang tinggi ini adalah:
a) Adanya cairan praejakulasi (yang sebelumnya sudah tersimpan dalam
kelenjar prostat, uretra, kelenjar cowper), yang dapat keluar setiap saat,
dan setiap tetes sudah dapat mengandung berjuta-juta spermatozoa.
b) Kurang control diri pria, yang pada metode ini justru sangat penting.
2) Kenikmatan seksual berkurang bagi suami isteri, sehingga dapat
mempengaruhi kehidupan perkawinan.
Kontraindikasi : ejakulasi prematur pada pria.

2. Dengan Alat
a. Mekanis (barier)
1) Kondom Pria
Keuntungan kondom
a) Mencegah kehamilan
b) Memberi perlindungan terhadap penyakit-penyakit akibat hubungan
seks (PMS)
c) Dapat diandalkan
d) Relative murah
e) Sederhana, ringan, disposable
f) Tidak memerlukan pemeriksan medis, supervise atau followup
g) Reversible
h) Pria ikut secara aktif dalam program KB

Kerugian
a) Angka kegagalan relative tinggi
b) Perlu menghentikan sementara aktivitas dan spontanitas hubungan seks
guna memasang kondom
c) Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan terus menerus pada setiap
senggama

Indikasi kondom
a) Pria
(1) Penyakit genitalia
(2) Sensitivitas penis terhadap secret vagina
(3) Ejakulasi prematur
b) Wanita
(1) Vaginitis, termasuk yang dalam pengobatan
(2) Kontraindikasi terhadap kontrasepsi oral dan IUD, sedangkan
pemasangan diafragma atau kap serviks secara anatomis atau
psikologis tidak memungkinkan
(3) Untuk membuktikan bahawa tidak ada semen yang dilepaskan di
dalam vagina.
(4) Metode temporer :
(a) Belum mengadakan senggama secara teratur
(b) Selama haid
(c) Selama mid siklus pada pamakaian IUD
(d) Selama siklus pertama dari kontrasepsi oral dosis-rendah
(e) Gagal memakai kontrasepsi oral secara benar/tepat
(f) Selama periode awal post partum
(g) Keengganan psikologis untuk bersetubuhan dengan semen
(h) Keengganan psikologis atau religious untuk menggunakan
suatu kontrasepsi
c) Pasangan pria dan wanita
(1) Pengendalian dari pihak pria lebih diutamakan
(2) Sanggama yang jarang
(3)Penyakit kelamin (aktif atau tersangka)
(4) Herpes genitalia atau kondiloma akuminata
(5) Urethritis karena sebab apapun, termasuk yang sedang dalam
terapi
(6)Sistitis, dysuria atau pyuria, sampai penyebabnya ditegakkan
(7) Metode sementara sebelum menggunakan kontrasepsi oral atau
IUD
Efektivitas
a) Theoretical effectiveness, yang meliputi “method failure” 2% per 100
pasangan pertahun, sangat erat sekali hubungannya dengan karakteristik
indivu, misalnya:
(1) Umur
(2) Motivasi : menjarangkan atau menghindari kehamilan
(3) Tingkat pendidikan suami istri
(4) Lamanya perkawinan
(5) Penghasilan keluarga
(6) Pengalaman memakai kondom
b) Use effectiveness, yang meliputi “user failure” 13-38%
Efektivitas kondom dapat dipertinggi dengan memakai spermisid
bersamanya. Saat ini, dengan tersedianya kondom dengan kualitas yang
relatif tinggi, maka problem utama dalam hal efektivitas, jelas bukan
terletak pada kondomnya sendiri, melainkan terletak pada pemakaiannya,
Efek non kontraseptif
a) Perlindungan terhadap penyakit-penyakit akibat hubungan seks (PHS),
yang sedang hangat pada dewasa ini :AIDS
b) Perlindungan terhadap PID/infeksi cairan amnion (pada wanita hamil)
c) Kadang-kadang kondom dianjurkan untuk mengobati ejakulasi premature,
karena kondom mungurangi sensitivitas glans penis
d) Penelitian akhir-akhir ini menunjukan bahwa kondom mempunyai efek
mengurangi, dan mungkin juga efek eraupetik, terhadap timbulnya sel-sel
serviks yang normal (mungkin HPV), sehingga kemungkinan timbulnya
cervical dysplasia ataupun karsinoma serviks menjadi lebih kecil
e) Terapi infertilitas, pada wanita-wanita tertentu, ditemukan adanya antibody
terhadao spermatozoa yang penyebabnya sampai sekarang belum diketahui

Kontra Indikasi Kondom :


a)    Absolut
(1) Pria dengan ereksi yang tidak baik
(2)  Riwayat syok septik
(3)  Tidak bertanggung jawab secara sexual
(4)  Interupsi sexual foreplay menghalangi minat sexual
(5)   Alergi terhadap karet atau lubrikan pada partner sexual
b)   Relatif, Interupsi foreplay yang mengganggu ekspresi sexual

2) Barier Intra-vaginal
Dasar :Menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus genitalia interna wanita
dan immobilisasi/mematikan spermatozoa oleh spermisidnya.
Keuntungan Metode Barier Intra-vaginal :
a) Mencegah kehamilan
b) Mengurangi insidens penyakit akibat hubungan seks
Kerugian Metode Barier Intra-vaginal :
a) Angka kegagalan relatif tinggi
b) Aktivitas hubungan seks harus dihentikan sementara untuk memasang
alatnya
c) Perlu dipakai secara konsisten, hati hati dan terus-menerus pada setiap
sanggama.

Untuk mendapatkan efektivitas yang lebih tinggi, metode Barier Intra-vaginal


harus dipakai bersama dengan spermisid. Faktor yang  dapat mempengaruhi
efektifitas  metode ini, antara lain:
a) Paritas
b) Frekuensi sanggama
c) Kemampuan untuk memakainya dengan benar
d) Kebiasaan-kebiasaan akseptor
e) Motivasi akseptor dalam pencegahan kehamilan

Macam-macam Barier Intra-Vaginal :


1. Diafragma (Diaphragma)
Keuntungan diafragma :
a) Sangat efektif (bila dipakai dengan benar)
b) Aman
c) Diawasi sendiri oleh pemakai
d) Hanya dipakai bila diperlukan
e) Dapat dipakai selama haid
f) Tidak mempengaruhi laktasi

Kerugian populernya diafragma :


a) Memerlukan tingkat motivasi yang tinggi dari pemakai
b) Wanita perlu memegang/manipuoasi genitalianya sendiri
c) Untuk pemakaian awal, perlu instruksi dan cara pemasanganoleh tenaga
klinik yang terlatih
d) Menjadi mahal bila sering dipakai, disebabkan oleh biaya untuk
spermisidnya
e) Insersi relative sukar
Efektivitas : teroritis (2-3 kegagalan per 100 wanita pertahun), praktek (6-
25 kegagalan per 100 wanita pertahun).

2.Kap serviks
Suatu alat kontrasepsi yang hanya menutupi serviks saja.
Keuntungan serviks cap
a) Efektif, meskipun tanpa spermisid, tetapi bila dibiarkan di serviks untuk
waktu > 24 jam, pemebrian spermisid sebelum sanggama akan
menambah efektifitasnya.
b)Kap serviks dapat dibiarkan selama seluruh periode inter menstrual, dan
hanya perlu dikeluarkan pada saat perkiraan datangnya haid.
c) Tidak terasa pada suami waktu sanggama
d)Jarang terlepas selama sanggama
e) Dapat dipakai pada wanita dengan kelainan anatomis seperti sistokel,
rektokel, prolapses uteri dan otot vagina yang kurang baik.

Kerugian kap serviks : pemasangan dan pengeluaran lebih sulit karena


letak serviks yang jauh di dalam vagina.

Kontra indikasi
a) Erosi
b) Kelainan bentuk serviks yang sangat panjang atau pendek
c) Riwayat infeksi traktus uninarius yang berulang kali
d) Infeksi dari serviks, adnexa atau neoplasma serviks
e) Alergi terhadap karet atau spermisid
f) Pap smear yang abnormal
g) Post partum <6-12 minggu
h) Riwayat pernah mengalami sindrom syok toksik
i) Ketidakmampuan wanita memasang dan mengeluarkan serviks dengan
benar
Efektifitas : metode failure (2 per 100 wanita pertahun). User failure ( 8-20
per 100 pertahun)
3. Spons
Tahun 1983 FDA di Amerika Serika memberikan izin untuk
penggunaan alat kontrasepsi spons intravaginal. Macamnya seperti sponge
kecil berbentuk bantal, terbuat dari polyurethane yang mengandung
spermisid (1 gram nonxynol-9). Satu sisi dari spons berbentuk cekung
(concaf) yang dimaksudkan untuk menutupi serviks dan mengurangi
kemungkinan perubahan letak spons selama sanggama. Sisi lainnya
mempunyai tali untuk mempermudah pengeluarannya. Spons hanya
tersedia dalam 1 ukuran dan dijual bebas.

Spons mempunyai efek kontraseptif karena :


a) Melepaskan spermisid yang terkandung di dalamnya
b) Merupakan barrier antara spermatozoa dan serviks
c) Menjebak/menangkap spermatozoa ke dalam spons
Efektivitas : teroritis (5-8 kehamilan per 100 wanita pertahun), praktek (9-
27 kehamilan per 100 wanita pertahun).

Kontra indikasi
a) Riwayat sindrom syok toksik
b) Alergi terhadap polyurethane atau spermisidnya
c) Ketidakmampuan wanita untuk melakukan insersi dengan benar
d) Kelainan anatomi dari vagina sperti prolapses uteri, sistokelrektokel,
retroflexi yang ekstrim, septum vagina.

4. Kondom
Dasarnya : kombinasi antara diafragma dan kondom.Alat ini terdiri
2 cincin polyurethane yang lentur berbentuk diafragma yang terdapat pada
masing-masing ujung dari suatu selubung lunak polyurethane yang longgar.
Sebelum dipasang, biasanya ditambahkan spermisid pada alatnya. Cincin
dalam dipasang tinggi di dalam vagina, dan tidak perlu dipasang tepat
menutupi servik karena akan terdorong keatas selama sanggama, cincin luar
menutupi labia dan dasar penis. Ke atas selama sanggama, cincin luar
menutupi labia dan dasar dari penis. Alasan utama dari dikembangkan
kondom wanita adalah karena pada kondom pria dan diafragma biasa,
kedua alat tersebut tidak menutupi daerah perineum sehingga masih ada
kemungkinan penyebarab mokroorganisme penyebaran PHS.

b. Kimiawi
1) Spermisid
Zat-zat kimia yang kerjanya melumpuhkan spermatozoa didalam vagina
Keuntungan spermisid vaginal :
a) Aman
b) Sebagai kontrasepsi pengganti/ cadangan untuk wanita dengan kontra
indikasi pemakaian pil oral, IUD dan lain-lain
c) Efek pelumasan pada wanita yang mendekati menopause disamping
efek proteksi terhadap kemungkinan menjadi hamil
d) Tidak memerlukan supervise medic

Kerugian spermisid vaginal :


a) Angka kegagalan relative tinggi (umumnya kegagalan disebabkan oleh
pemakaian yang tidak konsisten)
b) Harus digunakan segera sebelum senggama, bahkan ada spermisid
vaginal yang perlu waktu 5 – 30 menit agar spermisidnya sudah
bekerja
c) Karena harus diletakkan dalam/ tinggi divagina, ada wanita yang segan
melakukannya
d) Harus diberikan beulang kali untuk senggama yang berturut-turut
e) Dapat menimbulkan iritasi atau rasa panas/ terbakar pada beberapa
wanita

Indikasi spermisid vaginal :


a) Tambahan pada metode barier (kondom, diafragma)
b) Tambahan pada metode rhythm
c) Tambahan pada IUD selama masa subur
d) Tambahan pada kontrasepsi hormonal pada saat awal dari siklus
pertama atau bila lupa minum 2 tablet atau lebih
e) Sebagai metode temporer sebelum menggunakan metode sistimatik
atau sebelum insersi IUD
f) Fertilisasi rendah atau tersangka infertile pada wanita yang telah dapat/
bersedia menggunakan metode barier
g) Senggama yang jarang

Kontra Indikasi :
a) Absolute
(1) Kebutuhan akan suatu metode dengan efektivitas tinggi karena
alasan kesehatan, pribadi atau social
(2) Penghentian seksual foreplay akan menghambat/ menghalangi
minat seksual
(3) Ketidakmampuan penerimaan estetik pada salah satu partner
(4) Alergi terhadap isi spermisid
(5) Alergi local kronis, kontak dermatitis genetalia, eksema genetalia,
dll
b) Relative
(1) Penghentian seksual foreplay akan mengganggu senggama
(2) Fertilitas tinggi
(3) Dispareunia
(4) Vaginismus
c) temporer
(1) vaginitis akut/ sub akut oleh karena sebab apapun, meskipun
sedang dalam pengobatan
(2) penyakit menular aktif/ tersangka
(3) kondiloma akuminanta, dermatitis simpleks, pruritus genetalia,
herpes genetalia
(4) urethritis, sistitis, disuria, pyuria
Efektifitas : angka kegagalan 11-31 %
Efek samping dan komplikasi :
a) Belum pernah dilaporkan terjadinya efek samping yang serius
(spermisid telah dipaki selama ≥ 60 tahun )
b) Yang mungkin terjadi
(1) reaksi alergi, baik pada wanita maupun pria
(2) supositoria tidak meleleh atau tidak membentuk busa dalam
vagina
c) yang masih menjadi kontroversi adalah kemungkinan terjadinya :
(1) kelainan congenital
(2) perubahan air susu ibu
(3) efek sistemik (masuknya spermisid kedalam aliran darah)

Efek non kontraseptif :


a) in vitro spermisid dapat membunuh mikro organism yang bertanggung
jawab atas terjadinya penyakit akibat hubungan seks, termasuk
gonorea, trichomonas, herpes dan juga membunuh HIV/AIDS
b) sekarang dianjurkan untuk menggunakan spermicidal latex kondom,
dalam upaya menambah perlindungan terhadap penularan HIV
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keluarga berencana adalah indakan yang membantu individu atau
pasangan suami istri untuk mengatur kelahiran yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval di antara
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami
dan istri, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Kontrasepsi merupakan suatu cara atau metode yang bertujuan untuk
mencegah pembuahan sehingga tidak terjadi kehamilan.Dalam memilih alat
kontrasepsi yang tepat, sebaiknya calon aksepor diberi penjelasan tentang
keuntungan dan kerugian, Masing- masing alat kontrasepsi, sehingga diharapkan
dapat memperkecil terjadi kehamilan serta mengurangi efek samping dari alat
kontrasepsi tersebut.
Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Namun demikian,
meskipun telah mempertimbangkan untung rugi semua kontrasepsi yang tersedia,
tetap saja terdapat kesulitan untuk mengontrol fertilitas secara aman, efektif,
dengan metode yang dapat diterima, baik secara perseorangan maupun budaya
pada berbagai tingkat reproduksi.
DAFTAR PUSTAKA

Anum Setya Noviati Dyah.2009. Pelayanan Keluarga Berencana Terkini.


Yogyakarta:Mitra Cendikia
Baziad Ali.2002. Kontrasepsi Hormonal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiharjdo
Everett Suzanne.2008.Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual
Reproduksi.Jakarta:EGC
Glasier Anna,Gebbie Ailsa.2006.Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.
Jakarta:EGC
Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka
Sinar Harapan
Manuaba,Surya Saputra.2011.Buku ajar Kesehatan Reproduksi Untuk Mahasiswa
Kebidanan. Jakarta:EGC
Pinem Saroha.2009.Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana.jakarta:Tran
Info Media
Saifuddin Abdul Bari,dkk.2004.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjdo
Sulistyawati Ari.2011.Pelayan Keluarga Berencana. Jakarta:Salemba Medika
Suratun,dkk. 2008.Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta : Trans Infomedia

Anda mungkin juga menyukai