Anda di halaman 1dari 40

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Melakukan pelayanan kontrasepsi dengan metode
sederhana .

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, kami menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah dikemudian hari.

Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun


inpirasi terhadap pembaca.

Bekasi, Maret
2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................

A. Latar Belakang..................................................................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................................
C. Tujuan...............................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................

1. Kontrasepsi Barier......................................................................................................................
2. Kondom Pria ..............................................................................................................................
3. Kondom Wanita..........................................................................................................................
4. Diafragma ..................................................................................................................................
5. Cervical Caps..............................................................................................................................
6. Spermicid ...................................................................................................................................
7. Vaginal Tissue............................................................................................................................
8. Jel dan Spesimid ........................................................................................................................
9. Metode MAL (Metode Amonorea Laktasi)................................................................................
10. Metode Kalender/Metode Ovulasi..............................................................................................
11. Metode Temperatur Basal Tubuh...............................................................................................
12. Metode Symptotermal.................................................................................................................

BAB III PENUTUP..............................................................................................................................

A. Kesimpulan.......................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan
kesehatan preventif yang utama bagi wanita. Keluarga Berencana menurut
WHO (World Health Organization) adalah tindakan yang membantu
pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mengatur jarak kelahiran, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Tujuan program KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan
kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012).
Program keluarga berencana memberikan kesempatan untuk
mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan
menggunakan metode kontrasepsi hormonal atau non hormonal. Upaya ini
dapat bersifat sementara ataupun permanen, meskipun masing-masing
jenis kontrasepsi memiliki tingkat efektifitas yang berbeda dan hampir
sama (Gustikawati, 2014).
Penggunaan kontrasepsi merupakan tanggung jawab bersama
antara pria dan wanita sebagai pasangan, sehingga metode kontrasepsi
yang akan dipilih sesuai dengan kebutuhan serta keinginan bersama.
Dalam hal ini bisa saja pria yang memakai kontrasepsi seperti kondom,
coitus interuptus (senggama terputus) dan vasektomi. Sementara itu
apabila istri yang menggunakan kontrasepsi suami mempunyai peranan 2
penting dalam mendukung istri dan menjamin efektivitas pemakaian
kontrasepsi (Saifuddin, 2010).
Usia produktif perempuan pada umumnya adalah 15-49 tahun.
Maka dari itu perempuan atau pasangan usia subur ini lebih diprioritaskan
untuk menggunakan kontrasepsi atau cara KB. Tingkat pencapaian
pelayanan KB dapat dilihat dari cakupan peserta KB yang sedang atau
pernah menggunakan kontrasepsi, tempat pelayanan KB, dan jenis
kontrasepsi yang digunakan oleh akseptor (Depkes, 2010).
Pemerintah telah menetapkan kebijakan keluarga berencana
melalui penyelenggaraan program keluarga berencana. Peraturan
Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 Tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi
Keluarga menyebutkan bahwa program keluarga berencana (KB) adalah
upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak
reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Pengaturan
kehamilan adalah upaya untuk membantu pasangan suami istri untuk
melahirkan pada usia yang ideal, memiliki jumlah anak, dan mengatur
jarak kelahiran anak yang ideal dengan menggunakan cara, alat, dan obat
kontrasepsi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kontrasepsi barrier?
2. Apa yang dimaksud dengan kondom pria?
3. Apa yang dimaksud dengan kondom wanita?
4. Apa yang dimaksud dengan Diagfragma?
5. Apa yang dimaksud dengan cervical caps?
6. Apa yang dimaksud dengan spermicide?
7. Apa yang dimaksud dengan vaginal tissue?
8. Apa yang dimaksud dengan Jeli dan krim spermisid?
9. Apa yang dimaksud dengan Metode MAL?
10. Apa yang dimaksud dengan metode kalender?
11. Apa yang dimaksud dengan metode temperature basal tubuh?
12. Apa yang dimaksud dengan metode symptotermal?
13. Apa yang dimaksud dengan metode ovulasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengethaui tentang kontrasepsi barrier
2. Untuk mengethaui tentang kondom pria
3. Untuk mengethaui tentang kondom wanita
4. Untuk mengethaui tentang Diagfragma
5. Untuk mengethaui tentang cervical caps
6. Untuk mengethaui tentang spermicide
7. Untuk mengethaui tentang vaginal tissue
8. Untuk mengethaui tentang Jeli dan krim spermisid
9. Untuk mengethaui tentang Metode MAL
10. Untuk mengethaui tentang metode kalender
11. Untuk mengethaui tentang metode temperature basal tubuh
12. Untuk mengethaui tentang metode symptotermal
13. Untuk mengethaui tentang metode ovulasi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi asal kata dari ‘kontra’ yang berarti mencegah/
menghalangi dan ‘konsepsi’ yang berarti pembuahan/pertemuan antara sel
telur dengan sperma. Jadi kontrasepsi diartikan sebagai cara untuk
mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur
dengan sperma. KB merupakan salah satu sarana bagi setiap keluarga baru
untuk merencanakan pembentukan keluarga ideal, keluarga kecil bahagia
dan sejahtera lahir batin. Keluarga Berencana adalah salah satu usaha
untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasihat
perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan kelahiran.
Secara umum kontrasepsi dapat menggunakan berbagai macam
metode yaitu, metode sederhana KB Alamiah (KBA), metode KB
menggunakan alat, metode modern hormonal dan non hormonal, dan
metode prosedur operasi.
Menurut Kamus BKKBN (2011) Kontrasepsi adalah Obat atau alat
untuk mencegah terjadinya konsepsi (kehamilan). Jenis kontrasepsi ada
dua macam, yaitu kontrasepsi yang mengandung hormonal (pil, suntik dan
implant) dan kontrasepsi non-hormonal (IUD, Kondom).
Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada.
Kontrasepsi ideal itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : dapat
dipercaya, tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan, daya
kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan, tidak menimbulkan gangguan
sewaktu melakukan koitus, tidak memerlukan motivasi terus-menerus,
mudah pelaksanaanya, murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat dapat diterima penggunaanya oleh pasangan
yang bersangkutan.
Metode kontrasepsi sederhana adalah suatu cara yang dikerjakan
sendiri oleh peserta KB tanpa pemeriksaan medis terlebih dahulu.Metode
ini terdiri dari dua macam yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat
atau obat dan metode kontrasepsi sederhana dengan alat atau obat.

Metode KB sederhana :

1. Kontrasepsi Barier

Adalah metode kontrasepsi dengan cara menghalangi pertemuan


sperma dengan sel telur yang sifatnya sementara yakni menghalangi
masuknya sperma dari vagina sampai kanalis servikalis.

2. Kondom pria
Kondom adalah selubung tipis dari karet, vinil, atau produk
alamiah dapat berwarna maupun tidak berwarna, biasanya ditambahkan
spermisida untuk perlindungan tambahan, serta digunakan untuk menutupi
penis sesaat sebelum berhubungan. Mekanisme kerja kondom adalah
dengan cara menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus
genitalia interna wanita. Efektivitas kondom sendiri tidak terlalu tinggi,
hanya sekitar 3-4 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama.
Pemakaian kondom memiliki keuntungan dan kerugian seperti :

Keuntungan kondom :

a. Mencegah kehamilan
b. Memberi perlindungan terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS)
c. Dapat diandalkan
d. Sederhana, ringan, disposable, dan mudah digunakan
e. Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi, atau follow-up
f. Reversibel
g. Pria ikut aktif dalam kegiatan KB
h. Efektif segera setelah dipasang
i. Tidak mempengaruhi kegiatan laktasi
j. Dapat digunakan sebagai pendukung metode kontrasepsi lain
k. Tidak mengganggu kesehatan
l. Tidak ada efek samping sistemik
m. Mudah didapatkan dan tidak perlu resep dokter
n. Murah karena digunakan dalam jangka pendek

Kerugian kondom :

a. Efektivitas dipengaruhi kesediaan akseptor mematuhi instruksi yang


diberikan dan motivasi akseptor
b. Efektivitas tidak terlalu tinggi
c. Perlu menghentikan aktivitas dan spontanitas hubungan seks guna
memasang kondom
d. Dapat mengurangi sensitifitas penis sehingga ereksi sukar
dipertahankan

3. Kondom Wanita
Kondom menjadi salah satu metode kontrasepsi (KB) yang bekerja
dengan cara mencegah sperma bertemu dengan sel telur sehingga tidak
terjadi pembuahan. Penggunaan kondom cukup aman dan efektif sebagai
alat pencegah kehamilan selama kondom dipakai secara tepat dan benar.
Umumnya kondom digunakan oleh kaum pria saat ereksi untuk mencegah
terjadinya sperma bertemu sel telur agar tidak terjadi pembuahan. Namun
kini urusan kontrasepsi itu tak hanya melulu dilakukan oleh pria, wanita
pun wajib melindungi dirinya.

Kondom untuk wanita adalah kondom yang dirancang khusus


untuk digunakan oleh perempuan yang berbentuk tabung silinder yang
dimasukkan ke dalam vagina. Kondom wanita memiliki desain yang pas
untuk organ vital perempuan yang konon lebih enak digunakan daripada
kondom pria.

Sama dengan kondom untuk pria, derajat keamanannya di bawah


metode kontrasepsi seks lainnya, yang urutannya terdiri dari hormon,
spiral, kondom, baru hitungan kalendar. Jadi tidak lebih aman dari hormon
dan spiral,bahan kondom terbuat dari polyurethane yang lebih kuat
dibandingkan latex pada kondom pria. Berbentuk silinder tipis dan lembut
dengan panjang 17 centimeter dan diameter 6-7 centimeter, kondom ini
dilengkapi dua buah cincin pada masing-masing ujungnya yang berfungsi
sebagai rangka. Kondom khusus untuk kaum wanita ini tidak menjamin
aman digunakan dan antirobek 100 persen karena bisa saja salah dalam
penggunaan, kesalahan produksi pabrik, kadaluarsa, dan sebagainya.
Karena itu sebaiknya Anda teliti dan pastikan kondisi tangan serta vagina
bersih sebelum menggunakannya.

Ketua Komisi Penanggulangan AIDS Nasional H. Aburizal Bakrie


meluncurkan kondom perempuan (Female Condom) sebagai bagian dari
strategi penanggulangan HIV/AIDS dan mendorong penggunaan kondom
yang lebih luas di setiap hubungan seks yang berisiko, pada hari ini
bersamaan dengan pembukaan Pertemuan Nasional HIV dan AIDS ke-3
hari ini. Sementara, Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional
Dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPH menjelaskan bahwa peluncuran kondom
perempuan ini didasarkan atas kenyataan bahwa angka penggunaan
kondom yang masih relatif rendah dalam hubungan seks yang berisiko dan
diperburuk dengan fakta bahwa banyak pria yang sering melakukan
hubungan seks berganti pasangan enggan untuk menggunakan kondom
sehingga meningkatkan risiko pasangannya tertular HIV.

Peluncuran kondom perempuan ini didasarkan atas kenyataan


bahwa angka penggunaan kondom yang masih relatif rendah dalam
hubungan seks yang berisiko adanya fakta bahwa banyak pria yang sering
melakukan hubungan seks berganti pasangan enggan untuk menggunakan
kondom sehingga meningkatkan risiko pasangannya tertular HIV.

Dengan metode pencegahan yang bisa di kontrol oleh perempuan


(female control method) ini, kita bisa mencegah lebih banyak lagi kasus
HIV baru yang disebabkan oleh hubungan seks yang tidak aman. Dengan
metode ini, perempuan bisa mengambil alih kontrol dan memastikan
hubungan seks berlangsung lebih aman, karena dalam penggunaan
kondom pria, laki-laki yang biasanya menjadi penentu apakah hubungan
seks ini bisa berlangsung aman atau tidak.
Menurut konsultan kondom perempuan Caroline Maposhere dari
Zimbabwe, selain efektif mencegah kehamilan yang tidak diinginkan,
mencegah penularan infeksi menular seksual (IMS). “Selain itu, kondom
perempuan ini bisa digunakan beberapa jam sebelum berhubungan seks,
dan tidak seperti kondom pria yang hanya bisa digunakan sekali, kondom
perempuan bisa digunakan beberapa kali,”

Produk Kondom Perempuan yang diluncurkan adalah produk yang


dipasarkan oleh DKT Indonesia dan akan segera beredar dalam waktu 1
bulan diberbagai apotik-apotik terdekat. Kondom tersebut berbahan dasar
Latex ini diimpor langsung dari India dan mempunyai busa/spons yang
tertutup untuk menyerap sperma. Panjang Kondom ini 17cm dengan
diameter 6,6 – 7 cm dan untuk mencegah bersarangnya penyakit, kondom
ini juga mempunyai daerah segitiga yang elastis dan fleksibel. Sebelumnya
kondom perempuan ini telah di uji coba di Papua dan Jakarta dan
menunjukkan hasil yang menggembirakan. Di Jakarta uji coba dilakukan
terhadap Pekerja Seks Komersil di kawasan Rawa Bebek dan Ibu Rumah
Tangga.

 LANGKAH LANGKAH PEMAKAIAN KONDOM WANITA


a) LANGKAH 1
Kondom wanita bisa dimasukkan hingga 8 Jam sebelum coitus/
berhubungan. Kondom ini terbuat dari Latex Poliuretan jadi aman jika
menggunakan tambahan pelumas berbasis oil / minyak.Ujung yang
terbuka terdapat cincin di bagian dalamnya, yang berguna untuk
memasukan dan menahan kondom di tempat nya.
b) LANGKAH 2
Tahan dan remas ring tsb dg jari sehingga membentuk angka 8

c) LANGKAH 3

Masukan ring kondom ke dalam vagina dengan bantuan jari anda


d) LANGKAH 4
Dengan bantuan jari telunjuk…. dorong sejauh mungkin ke dalam vagina
e) LANGKAH 5

Kondom sudah ada ditempat nya

f) LANGKAH 6
Setelah selesai coitus, Lepaskan kondom sebelum berdiri.
Peras dan putar ring bagian luar, tarik perlahan dan buang pada tempat yg
aman
Kondom menjadi salah satu metode kontrasepsi (KB) yang bekerja dengan
cara mencegah sperma bertemu dengan sel telur sehingga tidak terjadi
pembuahan. Penggunaan kondom cukup aman dan efektif sebagai alat
pencegah kehamilan selama kondom dipakai secara tepat dan benar.
Umumnya kondom digunakan oleh kaum pria saat ereksi untuk mencegah
terjadinya sperma bertemu sel telur agar tidak terjadi.
Resiko menggunakan kondom wanita

Kondom wanita memiliki bentuk berupa kantung karet tipis yang


memanjang dengan dua cincin lentur pada kedua ujungnya. Jika digunakan
dengan tepat, alat ini dapat mencegah masuknya sperma ke dalam rahim
sehingga kehamilan tidak terjadi. Sebaliknya, penggunaan kondom wanita
yang salah atau tidak sesuai dapat menimbulkan beberapa efek samping.
Berikut di antaranya:

1. Efektivitas kondom menurun

Secara umum, kondom wanita tidak seefektif kondom pria dalam


mencegah kehamilan. Efektivitasnya berkisar antara 79-95 persen
sesuai cara pemakaian. Ini berarti dari 100 wanita yang berhubungan
seks memakai kondom wanita, sebanyak 5-21 di antaranya berpeluang
untuk hamil.

Kehamilan bisa terjadi karena beberapa faktor. Misalnya, kondom


robek atau keluar dari vagina, cincin kondom masuk ke dalam vagina,
atau penis masuk ke celah antara vagina dan bagian luar kondom.
Semua kondisi ini memungkinkan sperma untuk memasuki rahim
sehingga terjadi kehamilan.

2. Memicu alergi lateks

Kebanyakan kondom wanita terbuat dari lateks, dan lateks adalah


bahan yang cukup sering memicu efek samping berupa alergi.

Risiko alergi lateks akibat kondom wanita bahkan lebih tinggi,


sebab lapisan lendir pada vagina mempermudah protein dalam lateks
untuk memasuki tubuh. Dilansir dari laman Cleveland Clinic, alergi
lateks ditandai dengan munculnya bercak merah, bentol, dan rasa
gatal pada area organ intim.Reaksi alergi lateks yang parah juga
dapat menyebabkan pembengkakan. Jika Anda mengalami gejala ini,
hentikan pemakaian kondom dan konsultasikan dengan dokter.
3. Menurunkan kepuasan berhubungan seksual

Kondom wanita umumnya tidak sepraktis kondom pria.


Terkadang, kondom wanita mungkin sulit dipasang atau terselip di
dalam vagina sehingga menjadi hambatan ketika berhubungan
seksual bagi beberapa pasangan.

Efek samping lain dari penggunaan kondom wanita adalah


berkurangnya sensasi saat penetrasi serta munculnya suara gesekan
yang mengganggu. Untuk mengatasinya, Anda dan pasangan dapat
menggunakan pelumas agar kondom lebih licin dan fleksibel.

4. Iritasi Pada Vagina


Kondom wanita dapat mengakibatkan iritasi bagi beberapa orang.
Penyebabnya bisa berasal dari bahan lateks pada kondom, gesekan
antara vagina dan kondom, serta kurangnya lubrikasi selama
berhubungan seks. Iritasi pada vagina biasanya ditandai dengan rasa
gatal yang bertambah parah setelah berhubungan seks. Hentikan
penggunaan kondom apabila Anda mengalami gejala ini. Anda
mungkin perlu mencari metode kontrasepsi dengan risiko iritasi yang
lebih kecil.

Kelebihan dan kekurangan kondom wanita.

Kelebihan :

 Satu-satunya bentuk kontrasepsi, selain kondom pria, yang dapat


mencegah penularan penyakit seksual secara efektif
 Tidak membutuhkan resep untuk membeli kondom wanita
 Dibandingkan dengan kondom pria, risiko alergi dari kondom wanita
memang jauh lebih kecil
 Ukuran minimalis serta mudah dibawa dan dipakai

Kekurangan Kondom Pria dan wanita :

 Lebih mahal 4-5 kali lipat dibanding kondom pria


 Cincin luar pada kondom wanita dianggap lebih rumit
 Penggunaan kondom wanita yang kurang tepat dapat menaikkan risiko
kegagalan hingga 21%
 Menimbulkan sedikit suara atau gangguan saat berhubungan intim

Indikasi dan Kontraindikasi


Indikasi penggunaan kondom adalah semua pasangan usia subur yang
ingin berhubungan seksual namun belum menginginkan kehamilan, serta untuk
perlindungan maksimal terhadap IMS.

Kontraindikasi penggunaan kondom adalah apabila secara psikologis


pasangan tidak dapat menerima metode ini, malformasi penis, apabila salah satu
pasangan alergi terhadap karet lateks.

4. Diafragma

Alat kontrasepsi ini berbentuk seperti mangkuk, terbuat dari karet lunak
yang dimasukkan ke dalam vagina sebelum bersenggama, bisa dibubuhi
spermatisida. Difragma mencegah sperma mefeasuk ke dalam uterus. Ada
bermacam-macam ukuran, harus dipilih yang sesuai dengan mulut rahim
pemakai. Diafragma disarankan untuk pasangan yang masih ingin punya anak
dan setuju menggunakan diafragma.

Jenis diafragma:
a. flat spring (flat metal band)
b. coil spring (coiled wire)
c. arching spring (combinasi metal spring)

Cara penggunaan:

Dipasang sesaat sebelum melakukan senggama atau dalam waktu 6


jam sebelum bersenggama. Setelah bersenggama, diafragma tidak boleh
diangkat sesudah 6 jam.
Keuntungan:
Tidak ada efek samping yang berbahaya, dapat dipasang sebelum
bersenggaman, dapat mencegah penularan penyakit kelamin tertentu,
mencegah kanker serviks. Kerugian: kadang-kadang alergi terhadap
spermatisid. Pada beberapa wanita lebih mudah terkena infeksi kandung
kencing. Ada kemungkinan diafragma keluar atau lepas sewaktu
bersenggama. Harus dibersihkan dengan baik dan diperiksa, kalau-kalau
berlubang. Pernah dilaporkan terjadi “ Toxic Shock Syndrome” (Sidi,
1996).

Efektivitasnya:
Secara teori pada pemakaian yang benar adalah sebesar 98%, tetapi
prakteknya sebesar 75–96%. Diafragma tidak disarankan untuk ibu yang
alergi terhadap lateks atau spermatisid dan mengalami infeksi fracus
urinarius berulang-ulang. Diafragma tidak boleh dipakai bila ibu
menderita tonus otot vagina yang lemah, menderita obstruksi vagina,
“sangging uterus”, pernah menderita toxic shock syndrome atau infeksi
vagina oleh Staphylococcus aureus. Harus diperhatikan bahwa diafragma
tidak boleh digunakan ketika sedang haid, dipakai tidak lebih dari 24 jam,
waspada terhadap munculnya gejala-gejala toxic shock syndrome yaitu
demam (39°C), diare, muntah, nyeri otot dan kulit kemerahan (rash)
(Sidi,1996).

5. Cervical Caps

Berbentuk hampir serupa dengan diafragma, Cervical Cap


diletakkan di mulut rahim agar jalur masuk sperma terhalang.

Kelebihan :
 Harga terjangkau
 Bisa digunakan hingga 2 kali
Kekurangan :

 Tingkat kegagalan mencapai 30% pada wanita yang sudah


memiliki anak dan 15% bagi yang belum memiliki anak
 Pemasangan perlu dilakukan oleh dokter
 Harus dilepas saat haid
 Tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit menular
seksual

6. Spermicida
Spermisida adalah metode kontrasepsi yang mengandung nonoxynol-
9. Zat ini dapat membunuh sperma atau menghentikan pergerakan sperma.
Alat ini dimasukkan ke dalam vagina sebelum berhubungan intim guna
mencegah kehamilan. Alat KB ini tersedia dalam bentuk krim, gel, foam, atau
supositori. Spermisida bisa digunakan sendiri, namun lebih efektif jika
digunakan bersamaan dengan alat kontrasepsi lain seperti kondom.

Spermisida (busa kontrasepsi, tablet, jeli, atau krim)


Spermisida dapat dibuat dalam berbagai bentuk, seperti busa, tablet,
dan krim, atau jeli, yang nantinya akan dimasukkan ke dalam vagina sesaat
sebelum melakukan hubungan seksual. Spermisida ini akan membunuh
sperma laki-laki sebelum mencapai rahim.

Jika spermisida ini digunakan secara terpisah/tersendiri, bahan ini


kurang efektif dibandingkan dengan metode kontrasepsi lainnya. Tetapi bahan
ini dapat membantu untuk memberikan perlindungan tambahan bersama
dengan metode kontrasepsi lain, seperti mana atau kondom.

Spermisida dapat dibeli di beberapa apotik dan supermarket. Beberapa


perempuan bisa mengalami rasa gatal atau iritasi akibat penggunaan
spermisida pada vaginanya.

Spermisida tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular


seksual. Karena spermisida ini dapat mengiritasi dinding vagina, maka bahan
ini akan membuat luka kecil yang memudahkan virus HIV masuk ke dalam
aliran darah.

Kapan memasukkan spermisida ke dalam vagina:


Tablet atau supositoria harus dimasukkan ke dalam vagina 10-15
menit sebelum berhubungan seks. Busa, jeli, atau krim akan bekerja baik
jika dimasukkan ke dalam vagina sesaat sebelum berhubungan seks.

Jika lebih dari 1 jam berlalu sebelum berhubungan seks,


tambahkan spermisida lebih banyak. Tambahkan tablet baru, supositoria,
atau aplikator busa, jeli, atau krim setiap kali anda berhubungan seks.
Bentuk spermisida bermacam-macam, antara lain: aerosol (busa),
krim dan jeli, vaginal contraceptive film/tissue, maupun suppositoria.

Contraceptive Technology menyatakan bahwa angka kegagalan


dari alat kontrasepsi spermisida ini 18 persen per tahun apabila digunakan
dengan benar dan konsisten dan 29 persen apabila digunakan tidak sesuai
petunjuk dan kurang berkesinambungan.

Petunjuk Umum :
1. Sebagai alat kontrasepsi, spermisida harus diaplikasikan dengan benar
sebelum melakukan hubungan seksual.
2. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi aplikator
(busa atau krim) dan insersi spermisida.
3. Jarak tunggu 10-15 menit pasca insersi spermisida sebelum melakukan
hubungan seksual. Kecuali bentuk spermisida aerosol (busa), tidak
memerlukan waktu tunggu karena langsung larut dan bekerja aktif.
4. Perhatikan petunjuk pemakaian spermisida, baik cara pemakaian maupun
penyimpanan dari setiap produk (misal: kocok terlebih dahulu sebelum
diisi ke dalam aplikator).
5. Ulangi pemberian spermisida, bila dalam 1-2 jam pasca insersi belum
terjadi senggama atau perlu spermisida tambahan bila senggama
dilanjutkan berulang kali.
6. Menempatkan spermisida jauh ke dalam vagina agar kanalis servikalis
tertutup secara keseluruhan.
Di bawah ini merupakan cara pemakaian alat kontrasepsi spermisida sesuai
dengan bentuknya:
1. Aerosol (Busa)

Cara pemakaian:
Sebelum digunakan, kocok tempat aerosol 20-30 menit. Tempatkan kontainer
dengan posisi ke atas, letakkan aplikator pada mulut kontainer dan tekan untuk
mengisi busa. Masukkan aplikator ke dalam vagina mendekati serviks dengan
posisi berbaring. Dorong sampai busa keluar. Ketika menarik aplikator, pastikan
untuk tidak menarik kembali pendorong karena busa dapat masuk kembali ke
pendorong. Aplikator segera dicuci menggunakan sabun dan air kemudian
keringkan. Aplikator sebaiknya digunakan untuk pribadi. Spermisida aerosol
(busa) dimasukkan dengan segera, tidak lebih dari satu jam sebelum melakukan
hubungan seksual.

2. Krim dan Jeli


Cara pemakaian:
Krim dan jeli dapat dimasukkan ke dalam vagina dengan aplikator dan atau
mengoles di atas penis. Krim atau jeli biasanya digunakan dengan diafragma atau
kap serviks, atau dapat juga digunakan bersama kondom. Masukkan spermisida
10-15 menit sebelum melakukan hubungan seksual. Isi aplikator dengan krim atau
jeli. Masukkan aplikator ke dalam vagina mendekati serviks. Pegang aplikator dan
dorong sampai krim atau jeli keluar. Kemudian tarik aplikator keluar dari vagina.
Aplikator segera dicuci menggunakan sabun dan air kemudian keringkan.

Cara memasukkan spermisida bentuk busa, krim atau jeli dengan inserter.

Gambar cara memasukkan spermisida bentuk busa krim atau jeli dengan inserter

3. Kontrasepsi Vagina Film / Tissue


Cara pemakaian:
Sebelum membuka kemasan, terlebih dahulu cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir. Spermisida bentuk film/ tissue ini berupa kotak-kotak tipis yang larut
dalam serviks. Untuk menggunakannya, lipat film menjadi dua dan kemudian
letakkan di ujung jari. Masukkan jari Anda ke dalam vagina dan dorong film ke
dalam vagina mendekati serviks. Keadaan jari yang kering dan cara memasukkan
film secepat mungkin ke dalam vagina, akan membantu penempelan dan jari tidak
menjadi lengket. Tunggu sekitar 15 menit agar film larut dan bekerja efektif.

4. Suppositoria

Cara pemakaian :
Suppositoria merupakan spermisida berbentuk kapsul yang dapat larut dalam
vagina. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum membuka kemasan.
Lepaskan tablet vagina atau suppositoria dari kemasan. Sambil berbaring,
masukkan suppositoria jauh ke dalam vagina. Tunggu 10-15 menit sebelum
melakukan hubungan seksual. Sediakan selalu tablet vagina atau suppositoria.
Cara memasukkan spermisida bentuk suppositoria.

Kelebihan dan kekurangan spermisida


Tidak ada metode kontrasepsi yang benar-benar sempurna. Sama seperti pil,
spiral, dan alat KB lainnya, spermisida juga memiliki kelebihan maupun
kekurangan.

Kelebihan :

 Tidak memiliki efek jangka panjang terhadap hormon


 Efektif jika digunakan dengan benar dan bersamaan alat kontrasepsi
lainnya, khususnya kondom
 Dapat dibeli tanpa resep dokter di apotek-apotek terdekat
 Bisa sekaligus berperan sebagai lubrikasi saat berhubungan seksual
 Lebih praktis dibawa ke mana-mana karena tersedia kemasan kecil
 Cenderung lebih murah dari alat KB lainnya

Kekurangan :

 Butuh waktu sebelum memulai penetrasi


 Kurang efektif jika digunakan hanya sendiri, sehingga perlu dibarengi
dengan alat kontrasepsi lain (terutama kondom)
 Harus lebih cermat memakainya agar benar-benar efektif untuk
menghalangi sperma
 Tidak melindungi dari infeksi menular seksual
 Bisa memicu alergi atau iritasi pada alat kelamin

Efek samping penggunaan spermisida :

Efek samping yang paling sering terjadi pada pengguna spermisida biasanya
adalah terjadinya beberapa hal berikut.

 Iritasi
 Rasa perih dan terbakar di area genital
 Rasa gatal pada vagina
 Vagina yang menjadi kering
 Vagina mengeluarkan bau
 Vagina mengeluarkan cairan menyerupai keputihan

Bahkan, pada beberapa orang penggunaan spermisida dapat menyebabkan


masalah kesehatan yang lebih serius lagi. Misalnya seperti terjadinya dermatitis
kontak, reaksi alergi, peradangan dan infeksi vagina, infeksi saluran kencing,
hingga terjadinya iritasi pada area rektum.

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan saat hendak memakai spermisida

Spermisida tidak cocok untuk semua orang dan tidak dianjurkan menggunakan
metode kontrasepsi ini apabila:

 Mengidap HIV atau AIDS


 Berisiko tinggi untuk terkena HIV atau AIDS
 Sering mengalami infeksi saluran kemih
 Berisiko tinggi untuk hamil, misalnya berusia di bawah 30 atau
berhubungan intim (tiga kali atau lebih per minggu)

7. Metode amenorhea laktasi (MAL)

Metode Amenorhea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan


pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif , artinya hanya diberikan ASI saja
tanpa pemberian makanan atau minuman tambahan apapun.

Keuntungan MAL :

 Segera efektif
 Tidak mengganggu senggama
 Tidak ada efek samping secara sistemik
 Tidak perlu pengawasan medis
 Tidak perlu obat atau alat
 Tanpa biaya
Kekurangan MAL :

 Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam


30 menit pasca persalinan
 Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi social
 Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/ HBV dan
HIV/AIDS

8. Metode Kalender/Metode Ovulasi

Pengertian Metode Kalender

Metode kalender atau pantang berkala adlah cara atau metode


kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan
tidak melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa subur atau
ovulasi.
Metode kalender ini merupakan metode keluarga berencana alamiah
(KBA) yang paling tua. pencetus KBA system kalender adalah dr.Knaus
(ahli kebidanan dari Vienna) dan dr. Ogino (ahli ginekologi dari Jepang).
Metode kalender ini berdasarkan pada siklus haid/ menstruasi wanita.
Knaus berpendapat bahwa ovulasi terjadi tepat 14 hari sebelum
menstruasi berikutnya. Sedangkan Ogino berpendapat bahwa ovulasi tidak
selalu terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi, tetapi 12 atau 16 hari
sebelum menstruasi berikutnya. Hasil penelitian kedua ahli ini menjadi
dasar dari KBA system kalender.
Metode ini efektif bila dilakukan secara baik dan benar. Dengan
penggunaan system kalender setiap pasangan dimungkinkan dapat
merencanakan setiap kehamilannya. Sebelum menggunakan metode ini,
pasangan suami istri harus mengetahui masa subur. Siklus masa subur pada
setiap wanita tidaklah sama. Untuk itu perlu pengamatan minimal 6 kali
siklus menstruasi.

Cara Penerapan Metode Kalender

Prinsip kerja metode kalender ini berpedoman kepada kenyataan


bahwa wanita dalam siklus haidnya mengalami ovulasi (subur) hanya satu
kali dalam sebulan, dan biasanya terjadi beberapa hari sebelum atau
sesudah hari ke-14 dari haid yang akan datang. Sel telur dapat hidup
selama 6-24 jam, sedangkan sel mani sperma selama 48-72 jam. Hal yang
perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita sehat ada tiga tahapan:
1. Pre Ovulatory Infertility Phase (masa tidak subur sebelum ovulasi)
2. Fertility Phase ( Masa subur)
3. Post Ovulatory infertility Phase ( masa tidak subur setelah ovulasi)

Sebelum menggunakan metode ini, tentunya pasangan suami istri


harus mengetahui masa subur. Siklus masa subur pada tiap wanita tidaklah
sama. Untuk itu perlu pengamatan minimal 6 kali siklus menstruasi.

Berikut ini cara dan menghitung masa subur:

1. Bila Siklus Haid Teratur (28 hari )


 Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1
 Masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke-16 siklus haid.
Contoh:
Seorang istri mendapat haid mulai tanggal 9 januari. Tanggal 9
januari dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20
januari dan hari ke-16 jatuh pada tanggal 24 januari. Jadi masa subur yaitu
tanggal 20 hingga 24 januari. Pada tanggal tersebut suami istri tidak boleh
bersenggama.

2. Bila Siklus Haid Tidak Teratur


a. Catat jumlah hari dalam siklus haid selama 6 bulan (6 siklus
menstruasi). Untuk mengetahui siklus haid terpanjang dan
terpendek.
b. Masukan dalam rumus: jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus
haid dikurang 18. Hitungan ini menentukan hari pertama masa
subur.
Rumus: Hari pertama masa subur = jumlah hari terpendek - 18
c. Masukan dalam rumus: jumlah hari terpanjang dalam 6 kali siklus
haid dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa
subur.
Rumus : Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang – 11
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid dengan siklus terpendek 25 hari
dan siklus terpanjang 30 hari (mulai dari pertama haid sampai haid
berikutnya).
Langkah 1 : 25 – 18 = 7
Langkah 2 : 30 – 11 = 19

Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-7 sampai hari ke-19.
Sehingga masa ini, suami istri tidak boleh melakukan senggama. Apabila
ingin melakukan senggama harus menggunakan kontrasepsi.

Manfaat Metode kalender atau pantang berkala


Dapat bermanfaat sebagai kontrasepsi maupun konsepsi.
a. Manfaat kontrasepsi
Sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan.
b. Manfaat konsepsi
Dapat digunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi dengan
melakukan hubungan seksual saat masa subur/ovulasi untuk
meningkatkan kesempatan bisa hamil.

Keuntungan Metode kalender atau pantang berkala

Mempunyai keuntungan sebagai berikut:


a. Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.
b. Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.
c. Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam
penerapannya.
d. Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.
e. Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat
menghindari resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.
f. Tidak memerlukan biaya. g. Tidak memerlukan tempat pelayanan
kontrasepsi.

Keterbatasan Metode Kalender

Metode kalender atau pantang berkala ini juga memiliki keterbatasan, antara lain:

a. Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri.

b. Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.

c. Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap


saat.

d. Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur.

e. Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus.

f. Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat).


g. Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.

Efektifitas Metode kalender

Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan benar.
Sebelum menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri harus
mengetahui masa subur. Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh
karena itu, diperlukan pengamatan minimal enam kali siklus menstruasi. Selain
itu, metode ini juga akan lebih efektif bila digunakan bersama dengan metode
kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr. Johnson dan kawan-kawan di Sidney,
metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan dengan metode
simptothermal. Angka kegagalan penggunaan metode kalender adalah 14 per 100
wanita per tahun. Faktor Penyebab Metode Kalender Tidak Efektif Hal yang dapat
menyebabkan metode kalender menjadi tidak efektif adalah:

a. Penentuan masa tidak subur didasarkan pada kemampuan hidup sel


sperma dalam saluran reproduksi (sperma mampu bertahan selama 3
hari).
b. Anggapan bahwa perdarahan yang datang bersamaan dengan ovulasi,
diinterpretasikan sebagai menstruasi. Hal ini menyebabkan perhitungan
masa tidak subur sebelum dan setelah ovulasi menjadi tidak tepat.
c. Penentuan masa tidak subur tidak didasarkan pada siklus menstruasi
sendiri.
d. Kurangnya pemahaman tentang hubungan masa subur/ovulasi dengan
perubahan jenis mukus/lendir serviks yang menyertainya
e. Anggapan bahwa hari pertama menstruasi dihitung dari berakhirnya
perdarahan menstruasi. Hal ini menyebabkan penentuan masa tidak
subur menjadi tidak tepat.

9. Metode Suhu Basal

Pengertian Metode suhu basal


Suhu basal adalah suhu tubuh sebelum ada aktifitas apapun,
biasanya diambil pada saat bangun tidur dan belum meninggalkan tempat
tidur. Suhu basal akan meningkat setelah ovulasi terjadi. Pencatatan suhu
basal dilakukan setiap hari.
Prinsip yang digunakan dalam metode suhu basal tubuh adalah
menentukan masa subur, yaitu 4 hari sebelum ovulasi karena sperm dapat
hidup sampai 4 atau 5 hari. Metode ini berdasarkan kenaikan suhu tubuh
setelah ovulasi sampai hari sebelum menstrusasi berikutnya. Untuk
mengetahui suhu tubuh benar-benar naik maka harus dengan thermometer
yang sama dan pada tempat yang sama (dimulut, anus, vagina) setiap pagi
setelah bangun tidur sebelum melakukan aktivitas, serta melakukan
pencatatan.

Kenaikan suhu basal merupakan salah satu tanda bahwa tubuh


sedang mengalami ovulasi (masa subur), sehingga dapat digunakan sebagai
penentu kapan melakukan hubungan seksual agar tidak terjadi pembuahan.

Penentuan masa subur

Siklus mentruasi mempengaruhi oleh hormone seks perempuan yaitu


estrogen dan progesterone. Hormon-hormon ini menyebabkan perubahan
fisiologis pada tubuh perempuan yang dapat dilihat melalui beberapa
indicator klinis seperti:
a. Perubahan suhu basal tubuh
b. Perubahan lendir serviks
c. Perubahan sekresi lendir serviks
d. Panjangnya siklus mentruasi
e. Indikator minor kesuburan seperti perut dan perubahan payudara.

Fase subur dan fase tidak subur dapat dinilai dengan ukuran dan dapat
digunakan untuk merencanakan dan menghindari kehamilan. Siklus
menstruasi dibagi dalam 2 fase yaitu sebelum ovulasi dan fase setelah
ovulasi.

1. Fase sebelum ovulasi


a. Fase sebelum ovulasi dikontrol oleh FSH dan estrogen. Kelenjar
hipotalamus pada dasar otak akan mengeluarkan FSH yang akan
merangsang pematangan folikel di ovarium. Pematangan folikel ini
akan meningkatkan produksi estrogen.
b. Pada saat kenaikan estrogen mendekati ovulasi, terjadi perubahan-
perubahan sebagai berikut:
 Endometrium menebal
 Serviks menjadi panjang dan lunak serta terbuka
 Lendir serviks yang diproduksi oleh kelenjar-kelenjar pada serviks
menjadi lendir yang bersahabat dengan sperma.
 Peningkatan garam, gula, dan asam amino untuk memberikan
makanan pada sperma.
 Peningkatan cairan samapai dengan 10 kali peningkatan volume
lendir.
 Lendir yang subur terdiri dari 96% air yangtransparan, berkilat,
licin, elastisyang disebut efek spinnbarkeit.
c. Ketika estrogen mencapai tingkat tertentu dalam darah, kelenjar
hipotalamus akan menghasilkan LH yang meningkat cepat dan
kemudian akan terjadi ovulasi
(pecahnya folikel yang matang dan mengeluarkan ovum).
2. Fase setelah ovulasi
a. Fase setelah ovulasi dikontrol oleh progesterone.
b. Setelah ovulasi, LH menyebabkan pecahnya folikel yang kemudian
folikel terebut akan berkembang menjadi korpus luteum,yang
memproduksi progesterone.
c. Dibawah pengaruh progesterone terjadi perubahan-perubahan, sebagai
berikut:
 Endometrium melunak guna mempersiapkan diri untuk menerima
implantasi telur yang telah di buahi
 Serviks memendek, keras dan tertutup
 Lendir serviks menjadi tidak bersahabat untuk mencegah penetrasi
sperma
 Stelah ovulasi terdapat perubahan status kesuburan jaringan
filament-filamen menjadi lebih padat membentuk lendir yang tebal
yang mencegah penetrasi sperma. Sperma secara cepat akan
dirusak oleh cairan vagina yang bersifat asam.
 Suhu akan meningkat sekitar 0, 20 0 C atau lebih.
 Korpus luteum akan bertahan sekitar 14 hari, kemudian akan kisut
dan mati. Progesteron akan turun, suhu tubuh turun dan
endometrium akan mengalami disintegrasi sehingga terjadilah
mentruasi dan lengkaplah satu siklus.

Cara Mengukur Perubahan Suhu Basal

Suhu tubuh normal bisanya 35.5-36 derajat celcius. Pada waktu ovulasi
suhu tubuh akan turun dan akan naik kembali mencapai 37-38 derajat celcius dan
tidak akan normal kembali ke suhu normal 36 derajat.
Kenaikan suhu tubuh terjadi apabila sudah terbentukanya progesterone
yang bertugas menyiapkan jaringan dalam rahim untuk menerimasel telur yang
telah dibuahi.
Perlu diketahui bahwa disaat ovulasi, suhu basal badan meningkat 0,2- 0,5 derajat
celcius karena dipengaruhi oleh hormone progesterone. Pengukuran yang
dilakukan teratur beberapa bulan berguna sebagai referensi untuk mempelajari
lebih jauh tentang ovulasi wanita, sehingga hubungan intim dapat dilakukan pada
saat tertentu.

Cara mengukur suhu basal:

1. Alat-alat yang perlu disiapkan : thermometer, alat tulis, grafik SBB


2. Sebelum tidur malam, atur termometr menjadi suhu normal (36 derajat
celcius), dengan cara dikibas-kibas.
3. Ketika bangun pagi sebelum melakukan aktifitas letakan thermometer
di mulut selama 5 menit.
4. Catatlah hasil pengukuran pada grafik.
5. Berikan tanda khusus pada keadaan tertentu misalnya pada saat terjadi
sdemam atau stress karena dapat mempengaruhi keadaan suhu badan.
6. Lakukan secara rutin selama 3 bulan berturut-turut
7. Tandai juga saat melakukan hubungan seksual (intim)

Dengan syarat suhu tubuh tidak boleh dalam kondisi demam, jangan tidur
dibawah lampu yang panas, jangan tidur menggunakan AC dalam suhu yang
sangat tinggi, dan tidur minimal 5-6 jam.

Keuntungan dan Kekurangan Metode Suhu Basal

a. Keuntungan :
1. Memiliki tingat keamanan yang tinggi jika diukur secara rutin dan
benar.
2. Murah (ekonomis)
3. Mengurangi kemungkinan penularan penyakit kelamin
4. Tidak ada efek samping sistemik
b. Kekurangan :
1. Kesalahan dapat terjadi jika sedang mengalami sakit, mengukur
tidak pada waktu biasanya, tidur terlalu larut malam, danti
thermometer, ganti tempat pengukuran suhu.
2. Harus diperhatikan pada kasus-kasus tertentu, seperti ibu
menyusui, karena siklus yang sangat tidak teratur.
3. Kelemahan cara ini adalah bila seseorang lupa untuk
melakukannya.
4. Pengukuran yang tidak teliti
5. Perlu pencatatan tiap hari.

10. Metode Shymptotermal

Pengertian Metode Syhmptothermal


Metode Syhmptothermal merupakan keluarga berencana alamiah
(KBA) yang mengidentifikasi masa subur dari siklus mentruasi wanita.
Metode Syhmptothermal mengkombinasikan metode suhu basal dan
mukosa serviks. Tetapi ada teori lain yang mengatakan bahwa metode ini
mengamati tiga indikator kesuburan yaitu perubahan suhu basal tubuh,
perubahan lendir serviks dan perhitungan masa subur melalui metode
kalender. Metode Syhmptothermal akan lebih akurat memprediksikan hari
aman pada wanita dari pada menggunakan salah satu metode saja.

Manfaat :
Metode Syhmptothermal memiliki manfaat sebagai alat kontrasepsi
maupun konsepsi.
a. Digunakan sebagai alat kontrasepsi atau menghindari kehamilan dengan
tidak melakukan hubungan seksual ketika berpotensi subur.
b. Digunakan sebagai konsepsi atau menginginkan kehamilan dengan
melakukan hubungan seksual ketika berpotensi subur.
Efektifitas :
Angka kegagalan dari pengguanaan metode Syhmptothermal
adalah 10-20 wanita akan hamil dari 100 pasangan setiap tahunnya. Hal ini
disebabkan kesalahan dalam belajar, saran atau tidak adanya kerjasama
pasangan. Namun, metode sim to thermal iniakan mempunyai angka
kegagalan yang lebih rendah jika di bawah pengawasan yang lebih ketat.

Hal yang mempengaruhi metode Syhmptothermal menjadi efektif apabila:


1. Pencatatan dilakukan secara konsisten dan akurat
2. Tidak menggunakan kontrasepsi hormonal, karena dapat
mengubah siklus menstruasi dan pola kesuburan. Kerja sama dengan
pasangan adalah perlu, karena ia harus bersedia untuk membantu untuk
menghindari kehamilan baik dengan tidak melakukan hubungan seksual.

Hal yang mempengaruhi metode Syhmptothermal tidak efektif antara lain:


1. Wanita yang mempunyai bayi, sehingga harus bangun pada malam
hari
2. Wanita yang mempunyai penyakit
3. Pasca perjalanan
4. Konsumsi alkohol
5. Wanita yang memiliki pasangan seksual lebih dari satu
6. Tidak ada komitmen antara pasangan suami istri untuk
menggunakan metode Syhmptothermal
7. Wanita yang tidak dapat mengamati hari suburnya karena sifat
wanita itu sendiri atau alasan lain
8. Wanita yang mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat
mempengaruhi suhu basal tubuh, keteraturan menstruasi maupun
produksi lendir serviks
Keuntungan :
1. Tidak ada efek fisik seperti obat-obatan, alat, bahan kimia atau
operasi yang dibutuhkan
2. Aman
3. Ekonomis
4. Meningkatkan hubungan kerjasama antar pasangan
5. Dapat langsung dihentikan apabila pasangan menginginkan
kehamilan
6. Tidak memerlukan tindak lanjut atau alat kontrasepsilain setelah
belajar metode simptothermal dengan benar

Keterbatasan :
1. Tidak cocok digunakan oleh wanitayang mempunyai bayi,
berpenyakit, pasca perjalanan maupun konsumsi alkohol
2. Metode Syhmptothermal kurang efektif karena pengguna harus
mengamati dan mencatat suhu basal tubuh maupun perubahan lendir
serviks
3. Metode Syhmptothermal memerlukan kerjasama antara pasangan
suami istri
4. Pengguna harus mendapatkan pelatihan atau instruksi yang benar

Petunjuk bagi pengguna metode Syhmptothermal :


Pengguna atau klien harus mendapat instruksi atau petunjuk tentang
metode lendir serviks, metode suhu basal tubuh maupun metode kalender.

Hal ini bertujuan agar pengguna dapat menentukan masa subur dengan
mengamati perubahan suhu basal tubuh maupun lendir serviks.
1. Klien dapat melakukan hubungan seksual hingga dua hari
berikutnya setelah haid berhenti (periode tidak subur sebelum ovulasi)
2. Ovulasi terjadi setelah periode tidak subur awal yang ditandai
dengan mulai keluarnya lendir dan rasa basah pada vagina sama dengan
metode lendir serviks. Lakukan pantang senggama karena ini menandakan
periode subur sedang berlangsung
3. Pantang senggama dilakukan mulai ada kenaikan suhu basal 3 hari
berurutan dan hari puncak lendir subur
4. Apabila dua gejala ini tidak menentukan periode tidak subur awal,
periode subur, periode tak subur akhir maka ikuti perhitungan periode
subur yang terpanjang dimana masa pantang senggama harus dilakukan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa metode KB
sederhana Metode adalah suatu cara yang dikerjakan sendiri oleh peserta
KB tanpa pemeriksaan medis terlebih dahulu.Metode ini terdiri dari dua
macam yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat atau obat dan
metode kontrasepsi sederhana dengan alat atau obat. Metode KB
sederhana meliputi Kontrasepsi Barier yang terdiri dari kondom pria dan
wanita, diafragma, cervical caps, dan spermicid (busa kontrasepsi, vaginal
tissue, jeli dan krim), selain itu yang termasuk metode KB sederhana
metode MAL, metode kalender/metode ovulasi, metode temperature basal
tubuh, dan metode shymptotermal. Metode sederhana tersebut
memerlukan kesepakatan antara suami dan istri. Metode sederhana
tersebut memiliki efektivitas yang berbeda serta kelebihan dan
kekurangannya tersendiri. Kontrasepsi sederhana ini hanya bersifat
sementara.
Peran bidan adalah untuk memberikan informasi selengkap-
lengkapnya mengenai metode KB sederhana kepada akseptor KB yang
ingin menggunakan metode KB Sederhana. Dan diharapkan kepada
akseptor KB agar mendapatkan metode KB sederhana yang tepat dan
mereka inginkan.

DAFTAR PUSTAKA

Wulansari S. Kondom Perempuan, Pemberdayaan Perempuan Dalam Kesehatan


Reproduksi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan
Departemen Kesehatan RI. Majalah Kedokteran Indonesia. Vol 59. Nomor 4.
April 2009. P.165-170

birth-control-comparison.info/spermicide.htm diunduh 8 Maret 2010, 05:56 PM.

emedicinehealth.com/birth_control_spermicides/article_em.htm diunduh 9 Maret


2010, 12:21 PM.

en.wikipedia.org/wiki/Spermicide diunduh 11 Maret 2010, 11:42 AM.

health.alberta.ca/documents/Birth-control-Spermicide.pdf diunduh 10 Maret 2010,


7:32 PM.

hu-berlin.de/sexology/ATLAS_EN/html/methods_of_contraception.html diunduh
10 Maret 2010, 7:24 PM.
Saifuddin, BA. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka. (Bagian Kedua MK 24- MK 27)

Abdullah, Rhina. 2012. Pengertian Kontrasepsi.http://bidanrhyna.blogspot.com/.


Diakses pada tanggal 23 maret 2014.

Priyanta. 2008. Kontrasepsi Metode Sederhana. http://bowiey.blogspot.com.


Diakses pada tanggal 21 maret 2014

Anda mungkin juga menyukai