Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KONTRASEPSI

Disusun oleh :

Detian Ayuni Rati

201914003

AKADEMI KEBIDANAN WIJAYA HUSADA BOGOR


TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Jl. Letjen Ibrahim Adjie No.181, RT.03/RW.08, Sindang Barang,


Kec.Bogor Barat., Kota Bogor, Jawa Barat 16117

wijayahusada@gmail.com
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Kontrasepsi
ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Ibu Yuliana, S.Tr.Keb.M.K.M selaku dosen mata kuliah Kespro dan KB. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang kontrasepsi
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yuliana, S.Tr.Keb.M.K.M selaku


dosen mata kuliah Kespro dan KB yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Penulis

Detian Ayuni Rati

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................3

C. Tujuan Pembahasan......................................................................................3

BAB II......................................................................................................................4

PEMBAHASAN......................................................................................................4

A. Pengertian Kontrasepsi.................................................................................4

B. Cara Kontrasepsi...........................................................................................5

C. Macam-Macam Alat Kontrasepsi.................................................................5

BAB III..................................................................................................................14

PENUTUP..............................................................................................................14

A. Kesimpulan.................................................................................................14

B. Saran............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah
penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia
setelah berturut-turut China, India dan Amerika Serikat. Dari hasil sensus
2010 jumlah penduduk Indonesia mencapai angka 237.641.326 jiwa,
dengan kenaikan jumlah penduduk Indonesia sebesar 1,49 % per tahun
(Badan Pusat Statistik, 2010). Untuk menekan laju pertumbuhan
penduduk di Indonesia, pemerintah mengupayakan dengan program
Keluarga Berencana (KB) bagi pasangan usia subur (PUS) seperti yang
terdapat dalam Millenium Development Goals (MDG’S) 2015 indikator
5b.
Strategi dari pelaksanaan program KB sendiri seperti tercantum
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2010-
2014 tentang terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan penduduk.
Salah satu arah kebijakan dari RPJM adalah meningkatkan penggunaan
alat dan obat kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Semakin banyak
penduduk yang mengikuti program KB, maka angka kenaikan laju
pertumbuhan penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya akan bisa
ditekan (BKKBN, 2014). Target RPJMN 2010-2014 antara lain tentang
pencapaian PA MKJP sebesar 25,9% PB MKJP sebesar 12,9%
(Puspitasari, 2011).

Secara nasional tahun 2014, peserta program KB mencapai 38


juta akseptor dengan 30 juta akseptor aktif dan 8 juta akseptor baru. Pada
presentase KB aktif diketahui 27,5% menggunakan MKJP dan 72,5%
menggunakan Non MKJP, sedangkan pada presentase KB baru diketahui
34% menggunakan MKJP dan 66% menggunakan Non MKJP (BKKBN,
2014).

1
Jumlah penduduk Indonesia yang sudah mengetahui tentang
program KB mencapai 95%, tetapi yang memiliki kesadaran mengikuti
program KB hanya 61%, dari sekian banyak warga yang tidak mengikuti
program KB, ada 9% diantaranya memiliki keinginan mengikuti program
KB, tetapi tidak jadi mengikuti program KB karena berbagai
pertimbangan (BKKBN, 2012).
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan,
upaya tersebut dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen.
Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang
mempengaruhi fertilitas (Prawirohardjo, 2007). Ada dua metode dalam
program KB yaitu Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non
Metode Kontrsepsi Jangka Panjang, kategori MKJP antara lain IUD,
MOP (Metode Operasi Pria), MOW (Metode Operasi Wanita) dan jenis
susuk/implant, sedangkan kategori Non MKJP antara lain kondom, suntik
dan pil (Departemen Kesehatan RI, 2008).
Dalam penggunaan alat kontrasepsi, ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi dalam pemilihan alat kontrasepsi yaitu berupa
faktor dari dalam (internal) dan dari luar (eksternal). Faktor internal
berupa pengetahuan, pendidikan, umur, pekerjaan, jumlah anak (paritas)
dan sikap, sedangkan faktor eksternal berupa dukungan suami, dukungan
keluarga, tenaga kesehatan ekonomi dan sosial budaya (Pendit, 2006).
Suami adalah pasangan hidup istri (ayah dari anak-anak), suami
mempunyai suatu tanggung jawab yang penuh dalam suatu keluarga
tersebut dan suami mempunyai peranan yang penting, dimana suami
sangat dituntut bukan hanya sebagai pencari nafkah akan tetapi suami
sebagai motivator dalam berbagai kebijakan yang akan di putuskan
termasuk merencanakan keluarga (Maryani, 2008). Peran dan tanggung
jawab pria dalam kesehatan reproduksi khususnya pada Keluarga
Berencana (KB) sangat berpengaruh terhadap kesehatan (BKKBN,
2007).
Menurut (Kusumaningrum, 2009), partisipasi pria dalam

2
kesehatan reproduksi adalah tanggung jawab pria dalam kesehatan
reproduksi terutama dalam pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan
hidup ibu dan anak, serta berperilaku seksual yang sehat dan aman bagi
dirinya, istri dan keluarganya. Penggunaan kontrasepsi merupakan
kebutuhan dan tanggung jawab bersama pria dan wanita sebagai
pasangan, sehingga dalam pemilihan kontrasepsi suami dan istri harus
saling mendukung karena keluarga berencana bukan hanya urusan pria
atau wanita saja. Bila istri sebagai pengguna kontrasepsi, maka suami
dapat berperan penting dalam mendukung istri dan menjamin efektifitas
pemakaian kontrasepsi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari kontrasepsi
2. Bagaimana cara kontrasepsi
3. Apa saja macam-macam alat kontrasepsi

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui apa itu definisi dari kontrasepsi
2. Untuk mengetahui bagaimana cara kontrasepsi
3. Untuk mengetahui macam-macam alat kontrasepsi

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kontrasepsi
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra
berarti “melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah
pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya
pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk itu, berdasarkan
maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi
adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua-duanya
memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan
(Suratun, 2008).
Menurut Wikjosastro (2002) mengungkapkan bahwa kontrasepsi
berasal dari kata kontra yang berarti mencegah dengan konsepsi yang
berarti pertemuan antara sel telur dan sel sperma yang mengakibatkan
kehamilan dengan cara mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi,
melumpuhkan sperma atau menghalangi pertemuan sel telur dengan sel
sperma. Hartanto (2004) mengungkapkan bahwa pelayanan kontrasepsi
diupayakan untuk menurunkan angka kelahiran yang bermakna.
Dalem (2012) dalam penelitianya menyatakan bahwa bias gender
penggunaan kontrasepsi pada pasangan usia subur (PUS) dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain,
faktor budaya patriarki, faktor tradisi masyarakat, faktor
kekhawatiranistri jika suami menggunakan kontrasepsi, faktor ideologi
gender dan faktor sikap egoistik suami yang sulit diubah.

4
B. Cara Kontrasepsi
Ada dua pembagian cara kontrasepsi, yaitu cara kontrasepsi
sederhana dan cara kontrasepsi modern.
1. Kontrasepsi sederhana
Kontrasepsi sederhana terbagi atas kontrasepsi tanpa alat dan
kontrasepsi dengan alat/obat. Kontrasepsi sederhana tanpa alat dapat
dilakukan dengan senggama terputus, pantang berkala, metode suhu
badan basal, dan metode kalender. Sedangkan kontrasepsi sederhana
dengan alat/obat dapat dilakukan dengan kondom, diafragma, kap
serviks, dan spermisid.
2. Kontrasepsi Modern
Kontrasepsi modern dibedakan atas 3 yaitu: 1) kontrasepsi
hormonal, yang terdiri dari pil, suntik, implant/AKBK (Alat
Kontrasepsi Bawah Kulit). 2) IUD/AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim). 3) Kontrasepsi mantap yaitu dengan operasi tubektomi
(sterilisasi pada wanita) dan vasektomi (sterilisasi pada pria)
(Hartanto, 2004).

C. Macam-Macam Alat Kontrasepsi


Berdasarkan lama Efektivitasnya kontrasepsi dapat dibagi
menjadi 2 yaitu (BKKBN, 2011) :
1. MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam
kategori ini adalah jenis susuk/implan, MOW, IUD, dan MOP.
2. Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang
termasuk dalam kategori ini adalah kondom, pil, suntik dan metode-
metode lain selain dari metode MKJP.
1) Kontrasepsi Suntik
Everett (2007) menyatakan bahwa kontrasepsi suntik
menyebabkan lendir servik mengental sehingga menghentikan
daya tembus sperma, mengubah endometium menjadi tidak cocok

5
untuk implantasi dan mengurangi fungsi tuba falopii. Namun
fungsi utama kontrasepsi suntik dalam mencegah kehamilan
adalah menekan ovulasi.
Terdapat beberapa indikasi dari pemakaian kontrasepsi
suntik, yakni : usia reproduksi, telah memiliki anak ataupun
belum memiliki anak, ingin mendapatkan kontrasepsi dengan
efektifitas tinggi, menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang
sesuai, setelah melahirkan dan tidak menyusui, setelah abortus
atau keguguran, telah banyak anak, tetapi belum menghendaki
tubektomi, perokok, tekanan darah <180/110 mmHg, dengan
masalah gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit,
menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau
obat tuberkulosis (rifampisin), tidak dapat memakai kontrasepsi
yang mengandung estrogen, sering lupa mengunakan pil
kontrasepsi, anemia defisiensi besi dan mendeteksi menopause
yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi
kombinasi (Prawirohardjo, 2003).

Kontraindikasi dari penggunaan alat kontrasepsi suntik


anatara lain : hamil atau diduga hamil, perdarahan pervaginam
yang belum jelas penyebabnya, tidak dapat menerima terjadinya
gangguan haid terutama amenorea, diabetes mellitus disertai
komplikasi dan menderita kanker payudara atau riwayat kanker
payudara (Prawirohardjo, 2003).
Mekanisme KB suntik secara umum dapat dibagi menjadi
2 (dua), yaitu :
a) Primer : mencegah ovulasi

Kadar Folikel Stimulating Hormon (FSH) dan


Lutheinizing Hormon (LH) menurun dan tidak terjadi
sentakan LH (LH surge). Respons kelenjar hypophyse
terhadap gonadotropin –releasing hormone eksogenus tidak

6
berubah, sehingga memberi kesan proses terjadi di
hipotalamus dari pada di kelenjar hypophyse. Ini berbeda
dengan POK yang tampaknya menghambat ovulasi melalui
efek langsung pada kelenjar hypophyse. Penggunaan
kontrasepsi suntikan tidak menyebabkan keadaan hipo-
estrogenik.
Pada pemakaian DMPA, endometrium menjadi
dangkal dan artofis dengan kelenjar-kelenjar yang tidak katif.
Sering stroma menjadi oedematous. Dengan pemakaian
jangka lama, endometrium dapat sedemikian sedikitnya,
sehingga tidak didapatkan atau hanya didapat sedikit sekali
jaringan bila dilakukan biopsy. Tetapi perubahan-perubahan
tersebut akan kembali menjadi normal dalam waktu 90 hari
setelah suntikan DMPA yang terakhir.
b) Sekunder
- Lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit,
sehingga merupakan barier terhadap spermatozoa
- Membuat endometrium menjadi kurang baik/layak
untuk implantasi dari ovum yang telah dibuahi
- Mungkin mempengaruhi kecepatan transport ovum di
dalam tuba fallopii (Hartanto, 2004).
Keuntungan yang di dapat pengguna dari pemakaian alat
kontrasepsi suntik adalah : sangat efektif, pencegahan kehamilan
jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan suami istri,
tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah, tidak
memiliki pengaruh terhadap ASI, sedikit efek samping, klien
tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat digunakan oleh
perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause, membantu
mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik,
menurunkan kejadian penyakit jinak payudara, mencegah

7
beberapa penyebab penyakit radang panggul dan menurunkan
krisis anemia bulan sabit (sickle cell) (Prawirohardjo, 2003).
Kerugian dari penggunaan alat kontrasepsi ini adalah :
terjadinya perubahan pada pola haid, klien sangat bergantung
pada tempat sarana pelayanan kesehatan, tidak dapat dihentikan
sewaktu- waktu sebelum suntikan berikutnya, permasalahan berat
badan merupakan efek samping tersering, tidak menjamin
perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,
hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV, terlambatnya kembali
kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan atau kelainan pada
organ genetalia, melainkan belum habisnya pelepasan obat
suntikan dari deponya (tempat suntikan), terjadi perubahan pada
lipid serum pada penggunaan jangka panjang, pada penggunaan
jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang
(densitas), pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan
kekeringan vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang),
sakit kepala, nervosas, jerawat (Prawirohardjo, 2003).

2) Kontrasepsi Kondom
Menurut Hartono (2004) menyatakan bahwa macam-
macam kondom yaitu : 1) kondom kulit, cirinya : terbuat dari
membran usus biri-biri, tidak meregang atau mengkerut,
menjalankan panas tubuh sehingga dianggap tidak mengurangi
sensitivitas selama senggama. Harga lebih mahal dari jenis lain
dan hanya sedikit beredar dipasaran, kondom lateks, paling
banyak dipakai, murah dan elastis, dan 3) Kondom plastik, paling
tipis, juga mengantarkan panas tubuh, lebih mahal dari kondom
lateks. Kegagalan alat kontrasepsi kondom biasanya disebabakan
oleh kondom yang bocor atau robek karena pemakaian yang
kurang teliti dan tidak mematuhi petunjuk pemakaian. Angka
kegagalan adalah berkisar antara 15% - 36%. Sedangkan

8
keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan alat
kontrasepsi kondom adalah melindungi pengguna dari penularan
penyakit AIDS dan penyakit kelamin menular lainnya yang
ditularkan melalui hubungan seksual, selain itu kondom dapat
dibeli bebas di apotik dan toko obat serta mudah penggunaannya
(Prawirohardjo, 2003).
Efek samping yang dapat pengguna alat kontrasepsi
kondom adalah dapat tertinggalnya kondom di dalam vagina,
terjadinya infeksi ringan dan sejumlah kecil pengguna mengaku
alergi terhadap karet (Prawirohardjo, 2003).

3) Kontrasepsi Pil
Jenis pil kontrasepsi yang beredar di Indonesia sebagian
besar adalah jenis pil kombinasi. Secara teoritis dari penggunaan alat
kontrasepsi pil pada 100 orang ditermukan angka resiko kegagalan
sebesar 0,1 sampai dengan 1,7. Menurut Everett (2007) keuntungan
yang didapat dari penggunaan pil kontrasepsi adalah :
a) Efektivitasnya tinggi, dapat dipercaya jika dikonsumsi sesuai
aturannya.
b) Pemakaian pil dapat hamil lagi, bilamana dikehendaki kesuburan
dapat kembali dengan cepat.
c) Tidak mengganggu kegiatan seksualitas suami istri.
d) Siklus haid teratur.
e) Dapat menghilangkan keluhan nyeri haid.
f) Untuk pengobatan kemandulan, kadang-kadang dapat dipakai
untuk memancing kesuburan.
g) Untuk mengobati wanita dengan perdarahan yang tidak teratur.
h) Untuk mengobati perdarahan haid pada wanita usia muda.
Kontra indikasi penggunaan pil kontrasepsi adalah tidak
dianjurkan bagi wanita hamil, menyusui eksklusif, hepatitis,
perdarahan, jantung, stroke, kencing manis, kanker payudara dan

9
wanita yang tidak menggunakan pil setiap hari (Saefudin, 2000).
Efek samping ringan yang kemungkinan bisa di derita oleh pengguna
adalah berupa mual muntah, pertambahan berat badan, perdarahan
tidak teratur, retensi cairan, edema, mastalgia, sakit kepala, timbulnya
jerawat, alopesia, dan keluhan ringan lainnya. Keluhan ini
berlangsung pada bulan-bulan pertama pemakaian pil. Efek samping
berat bagi pengguna pil kontrasepsi adalah dapat terjadi trombo
embolisme mungkin karena terjadinya peningkatan aktivitas faktor-
faktor pembekuan atau karena pengaruh vaskuler secara langsung.
Memungkinkan timbulnya karsinoma servik uteri.

4) Implan
Menurut Saefudin (2000) penggunaan alat kontrasepsi
implan memiliki resiko kehamilan antara 0,2 – 1 pada pemakaian
100 pengguna. Keuntungan yang di dapat dari penggunaan
implan adalah dapat dipasang dalam jangka waktu 5 (lima) tahun,
kontrol medis ringan, dapat dilayani di daerah pedesaan dan biaya
murah, sedangkan efek samping yang kemungkinan akan diderita
pengguna adalah terjadinya gangguan menstruasi terutama
selama 3 – 6 bulan pertama dari pemakaian, pengguna akan
mengalami masa haid yang lebih panjang, lebih sering atau
amenorea (Prawirohardjo, 2003).

5) Kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device) atau Spiral


Berdasarkan bentuknya IUD dapat dibedakan menjadi
bentuk terbuka (open device, misalnya : lippes loop, CU-T, Cu-T,
marguies, spring cooil, multiload, nova-T, dll) dan bentuk
tertutup (closed device, misalnya : ota ring, antigon, grafenberg
ring, hall stone, dll). Pada bentuk tertutup bila terjadi dislokasi
kedalam rongga perut maka harus dikeluarkan, karena dapat
menyebabkan masuknya usus ke dalam lubang atau cincin dan

10
kemudian terjadilah ileus (Prawirohardjo, 2003).
Tingkat efektivitas IUD sangat tinggi untuk mencegah
dalam jangka waktu yang lama. Angka kehamilan pengguna IUD
berkisar antara 1,5-3 per 100 wanita pengguna pada tahun-tahun
pertama dan angka ini menjadi lebih rendah lagi untuk tahun-
tahun berikutnya (Everett, 2007). Keuntungan yang di dapat
pengguna alat kontrasepsi IUD adalah dapat meningkatnkan
kenyamanan hubungan suami istri karena rasa aman terhadap
resiko kehamilan, dapat dipasang segera setelah melahirkan atau
keguguran, kesuburan cepat kembali setelah IUD dicabut/dibuka,
cocok untuk mencegah kehamilan atu menjarangkan kehamilan
dalam jangka panjang, tidak mengganggu hubungan pasutri, tidak
terpengaruh dengan “faktor lupa” dari pemakai, tidak ada efek
samping hormonal, tidak mengganggu laktasi dan tidak
berinteraksi dengan obat-obatan.
Efek samping yang kemungkinan dapat diderita oleh
pengguna IUD adalah terjadinya infeksi panggul apabila
pemasangan tidak tepat dan dapat terjadi rasa sakit berupa kram
perut setelah pemasangan (Hartanto, 2004).

6) Kontrasepsi Medis Operatif Wanita (MOW)


Tingkat keefektifan alat kontrasepsi MOW sangat tinggi
dan dapat segera efektif post operatif (Hartanto, 2004), dengan
keuntungan yang bisa di dapat antara lain vasektomi tuba akan
menghadapi dan mencapai klimakterium dalam suasana alami
(Manuaba, 1998).
Kontra indikasi vasektomi antara lain adalah :
a) Peradangan dalam rongga panggul
b) Peradangan liang senggama akut (vaginatis sevisitis akut)
c) Penyakit kardiovaskuler berat, penyakit paru berat atau
penyakit paru lain yang tidak memungkinkan akseptor berada

11
dalam posisi genupektorial.
d) Obesitas berlebihan
e) Bekas laparotomi
Efek samping yang kemungkinan di derita oleh pengguna
vasektomi adalah terjadinya resiko internal sedikit lebih
tinggi, kemungkinan infeksi serius sedikit lebih tinggi dan
sedikit sekali kematian yang berhubungan dengan anestesi
(Hartanto, 2004)

7) Kontrasepsi Medis Operatis Pria (MOP) / Vasektomi


Alat kontrasepsi MOP memiliki tingkat efektivitas yang
tinggi dengan masa efektif 6-10 minggu setelah operasi,
sedangkan keuntungan yang bisa didapat oleh pengguna adalah:
teknik operasi kecil yang sederhana dapat dikerjakan kapan saja
dan dimana saja, komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan,
hasil yang diperoleh (efektivitas) hampir 100%, biaya murah dan
terjangkau oleh masyarakat, dan bila pasangan suami, istri karena
suatu sebab ingin mendapatkan keturunan lagi kedua ujung vas
deferens dapat disambung kembali (operasi rekanalisasi)
(Prawirohardjo, 2003).
Menurut Manuaba (1998) menjelaskan bahwa operasi pria
yang dikenal dengan nama vasektomi merupakan operasi ringan,
murah, aman, dan mempunyai arti demografis yang tinggi,
artinya dengan operasi ini banyak kelahiran yang dapat dihindari.
Vasektomi adalah suatu prosedur klinik yang dilakukan
untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan
melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi
sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum)
tidak terjadi (Syaefudin, 2003).
Vasektomi merupakan tindakan penutup (pemotongan,
pengikatan, penyumbatan) kedua saluran mani pria/suami sebelah

12
kanan dan kiri; sehingga pada waktu bersanggama, sel mani tidak
dapat keluar membuahi sel telur yang mengakibatkan tidak terjadi
kehamilan. Tindakan yang dilakukan adalah lebih ringan dari
pada sunat atau khinatan pada pria, dan pada umumnya dilakukan
sekitar 15-45 menit, dengan cara mengikat dan memotong saluran
mani yang terdapat di dalam kantong buah zakar (Ekarini, 2008).
Adapun indikasi pemakaian kontrasepsi vasektomi antara
lain :
a) Pasangan yang sudah tidak ingin menambah jumlah anak.
b) Istri yang tergolong sebagai kelompok yang beresiko tinggi
untuk hamil atau untuk suami yang istrinya tidak dapat
dilakukan minilaparotomi atau laparoskopi.
c) Akibat usia atau kesehatan, pihak istri termasuk resiko untuk
hamil
d) Pasangan yang telah gagal dengan kontrasepsi lain
(Saifuddin, 1996).
Menurut Hartanto (2004) ada beberapa kontra indikasi
dari kontrasepsi mantap pria/vasektomi yaitu :
a) Infeksi kulit lokal, misalnya Scabies.
b) Infeksi traktus genitalia.
c) Kelainan skrotum dan sekitarnya seperti varicocele, hydrocele
besar, filariasis, hernia inguinalis, luka parut bekas operasi
hernia, skrotum yang sangat tebal.
d) Penyakit sistemik seperti penyakit-penyakit perdarahan,
diabetes mellitus, dan penyakit jantung koroner yang baru.
e) Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak
stabil.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah
penduduk terbesar. Untuk menekan laju pertumbuhan penduduk di
Indonesia, pemerintah mengupayakan dengan program Keluarga
Berencana (KB) bagi pasangan usia subur (PUS) seperti yang terdapat
dalam Millenium Development Goals (MDG’S) 2015 indikator 5b.
Program KB salah satunya yaitu dengan menggunakan alat kontrasepsi.
Kontrasepsi yaitu menghindari/mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma yang
membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan
hubungan seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun
tidak menghendaki kehamilan.
Ada dua pembagian cara kontrasepsi, yaitu cara kontrasepsi
sederhana dan kontrasepsi modern. Berdasarkan lama Efektivitasnya
kontrasepsi dapat dibagi menjadi 2 yaitu (BKKBN, 2011) :
1. MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam
kategori ini adalah jenis susuk/implan, MOW, IUD, dan MOP.
2. Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang
termasuk dalam kategori ini adalah kondom, pil, suntik dan metode-
metode lain selain dari metode MKJP.

B. Saran
Melihat banyaknya penduduk warga Indonesia untuk menekan
laju pertumbuhan penduduk di Indonesia, pemerintah mengupayakan
dengan program Keluarga Berencana (KB) bagi pasangan usia subur
(PUS) seperti yang terdapat dalam Millenium Development Goals
(MDG’S) 2015 indikator 5b. Program KB salah satunya yaitu dengan
menggunakan alat kontrasepsi sesuai dengan rencana kehamilan.

14
15
DAFTAR PUSTAKA

Handayani. (2010). Buku ajar pelayanan keluarga berencana. Yogyakarta: Pustaka


Rihama.

Hartanto, H. (2004). Keluarga berencana dan kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar


Harapan.

http://repository.ump.ac.id/AgustinaSetyaningsih

16

Anda mungkin juga menyukai