Anda di halaman 1dari 18

TUGAS GENTLE BIRTH 2

MAKALAH LOTUS BIRTH

NAMA : NI LUH PUTU CITRAWATI


NIM : 202215302048
ABSEN : 38

POLITEKNIK KESEHATAN KARTINI BALI


PROGRAM RPL SARJANA TERAPAN DAN PROFESI BIDAN
TAHUN AJARAN 2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Plasenta merupakan sumber darah bagi bayi yang banyak mengandung sel-sel

induk, besi, oksigen, hormon dan enzim-enzim. Sepertiga dari total suplai darah pada

bayi berasal dari plasenta yang dialirkan melalui tali pusat. Ketika bayi baru lahir,

sesaat kemudian tali pusat akan segera diklem pada dua tempat dan kemudian akan

dipotong diantara keduanya. Dan dalam hitungan menit kemudian, plasenta ikut

lahir. Itulah prosedur persalinan yang sesuai dengan standar asuhan persalinan

normal yang selalu kita aplikasikan hingga pada saat ini.

Pemotongan tali pusat biasanya dilakukan setelah bayi lahir, dan pada saat

plasenta masih ada di dalam tubuh ibu. Pada lotus birth, tali pusat bayi tidak

dipotong sehingga tetap menempel pada plasenta atau ari-ari. Proses pemisahan

antara tali pusat dan plasenta ditunggu secara alami setelah beberapa hari

kemudian (Khan, De Wall, Craven, 2012).

Metode lotus birth adalah metode persalinan yang tali pusat dibiarkan tetap

terhubung dengan bayi dan plasenta setelah kelahiran, tanpa menjepit ataupun

memotongnya, sehingga kuman tidak memiliki peluang untuk masuk ke dalam

tubuh bayi melalui tali pusat. Metode lotus birth ini diyakini dapat menambah

kekebalan tubuh bayi yang baru lahir. Dengan metode ini, bayi diharapkan

mendapatkan lebih banyak asupan darah yang mengandung oksigen, makanandan

anti bodi sehingga memberikan waktu bagi tali pusat untuk terpisah dari bayi

secara alamiah. Dengan metode ini pula, tali pusat dan plasenta diperlakukan

sebagai suatu kesatuan sampai saat pemutusan secara alami yang biasanya terjadi

3-10 hari setelah proses persalinan (Herlyssa, Mulyati, & Martini, 2015).
Lotus birth hingga kini belum memiliki bukti ilmiah yang diakui secara

medis. Walaupun dalam beberapa penelitian menemukan bahwa terdapat manfaat

menunda pemotongan tali pusat selama beberapa saat. Yang perlu ditekankan, hal

ini berbeda dengan praktik lotus birth yang membiarkan tali pusat berhari-hari

hingga putus secara alami. Berdasarkan beberapa pengujian pada bayi lahir tepat

waktu dan bayi prematur, terdapat beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari

penundaan pemotongan tali pusat. Bayi baru lahir akan menerima pasokan darah

dari plasenta yang masih terhubung. Pasokan darah tambahan terhitung sekitar

30% lebih banyak, jika dibandingkan dengan bayi yang tali pusatnya langsung

dipotong (Alodokter, 2018).

Secara medis, penundaan pemotongan tali pusat selama 3 jam saja dapat

dipercaya memberikan asupan darah sebanyak 30 mililiter dari plasenta, yang

nutrisinya sebanding dengan 60 mililiter darah orang dewasa. Selain itu sistem

imun bayi mengalami tantangan saat baru dilahirkan. Membiarkan tali pusat lepas

secara alamiah akan menjaga volume darah bayi dan membantu si bayi terhindar dari

beberapa penyakit dimasa yang akan datang. Secara kepercayaan holistik diyakini

bahwa bayi memiliki ikatan erat dengan plasenta yang telah menemaninya

selama sembilan bulan didalam rahim (Roesma dan Mulya, 2014).

Lotus Birth jarang dilakukan di rumah sakit tetapi umumnya dilakukan di

klinik dan rumah bersalin. Di Indonesia metode persalinan lotus birth sampai saat

ini sudah banyak dilakukan di Bali. Lotus birth memungkinkan terjadinya proses

bonding attachment antara ibu dan bayi, hal ini tentunya bermanfaat bagi ibu dan

bayi yang baru lahir. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan

pentingnya penyatuan atau penggabungan pendekatan untuk asuhan ibu dan bayi,

dan menyatakan dengan jelas bahwa menunda pengkleman (atau tidak sama

sekali diklem) adalah cara fisiologis dalam perawatan tali pusat, dan
pengkleman tali pusat secara dini merupakan intervensi yang masih memerlukan

pembuktian lebih lanjut (Aprilia, 2019).

Lepas dari kelebihan dan kelemahan asuhan lotus birth yang telah dikemukakan

seperti diatas, apalagi masalah pro dan kontra penerapannya secara global sampai

saat sekarang ini, kita sebagai bidan dan pendidik tetap harus mengetahui

perkembangan ilmu kebidanan, khususnya pada lotus birth ini, apakah yang

dimaksud dengan lotus birth dan bagaimana asuhan nya, sebagai perbincangan yang

tengah hangat dan merupakan evidence based dalam dunia kebidanan, kita patut

membicarakan nya.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Gentle Birth II

2. Tujuan Khusus

Dapat mengetahui dan memahami tentang :

a. Pengertian Lotus Birth dalam asuhan kebidanan

b. Mengetahui sejarah Lotus Birth

c. Penghormatan terhadap plasenta di berbagai budaya Negara.

d. Langkah- langkah dalam melakukan proses Lotus Birth

e. Manfaat atau keuntungan dilakukannya Lotus Birth

f. Kerugian dilakukannya Lotus Birth

g. Kelemahan lotus birth

h. Alasan memilih Lotus Birth

i. Mitos dan fakta lotus birth.


BAB II

TUNJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Lotus Birth

Gerakan back to nature juga terjadi dalam proses persalinan. Saat ini sedang

populer Lotus Birth, yakni proses persalinan alami tanpa memotong tali pusat bayi.

Tali pusat akan dibiarkan terlepas secara alamiah.

Lotus Birth adalah suatu metode asuhan pada bayi baru lahir dimana tali

pusat bayi tidak dipotong. Setelah bayi lahir, tali pusat yang melekat pada bayi dan

plasenta dibiarkan saja, tanpa dijepit atau dipotong. Tali pusat kemudian akan kering

sendiri dan akhirnya lepas secara alami dari umbilicus. Pelepasan tersebut umumnya

terjadi 3-10 hari setelah bayi lahir. Tali pusat dan plasenta merupakan satu unit dan

satu kesatuan.

Lotus Birth adalah proses persalinan pada kala III yang tidak langsung

dilakukan pemotongan tali pusat, tetapi dibiarkan tetap terhubung antara bayi dan

placenta hingga puput dengan sendirinya. Rata-rata tali pusat lepas dari perut bayi

sekitar 3-10 hari pasca persalinan.

B. Sejarah Lotus Birth

Negara perintis Lotus birth untuk pertama kalinya adalah Amerika. Lotus birth

dilakukan sebagai langkah pencegahan untuk melindungi bayi dari infeksi luka yang

terbuka. Meskipun Lotus birth ini merupakan suatu fenomena yang baru, tapi

penundaan pemotongan tali pusat sudah ada dalam budaya Bali dan budaya suku

Aborigin Australia. Dan keputusan Lotus birth serta dampak fisiologis yang dapat

terjadi merupakan tanggung jawab dari klien yang telah memilih dan membuat

keputusan untuk asuhan lotus birth ini (informed choncen).


Primatolog Jane Goodall, adalah orang yang pertama kali melakukan studi

jangka panjang dengan objek penelitian simpanse di alam bebas.

Pada hewan Simpanse, yang merupakan mamalia dengan 99% bahan genetik

hampir sama dengan manusia, juga pada prakteknya membiarkan plasenta nya utuh,

tidak merusaknya bahkan memotong. Hal itu dikenal dengan fakta primatologist, dan

bayi-bayi simpanse tersebut mampu hidup dan berkembang dengan sehat, demikian

juga dengan induknya tidak ada masalah. Beberapa praktisi kelahiran teratai simpanse

merujuk kepada praktek sebagai latihan alami bagi manusia juga.

Informasi mengenai lotus birth ini juga terdapat dalam ajaran Budha, Hindu,

Kristen serta Yahudi. Di Tibet dan Zen Buddhisme, istilah "kelahiran teratai"

digunakan untuk menggambarkan para guru spiritual seperti Buddha Gautama dan

Padmasambhava (Lien Sen-hua), menekankan mereka masuk ke dunia sebagai utuh,

anak-anak kudus. Kelahiran referensi teratai juga ditemukan dalam Hinduisme,

misalnya dalam kisah kelahiran Wisnu.

C. Penghormatan terhadap plasenta di berbagai budaya Negara

Beda bangsa, daerah dan suku beda pula penanganannya terhadap keberadaan

ari-ari atau plasenta yang hadir ketika persalinan terjadi. Dalam dunia pengobatan

barat, plasenta dianggap tidak lebih dari sekedar buangan rumah sakit, tetapi mereka

mengakui adanya penanganan khusus yang diberlakukan di berbagai belahan dunia

terhadap plasenta ini.

Diantara suku Navajo Indian barat daya, menjadi suatu kebiasaan untuk

menguburkan plasenta bayi di keempat sudut kuburan keluarga yang dianggap

mulia, sebagai suatu pengikat tanah leluhur dan masyarakat. Sementara suku Maori

di Selandia Baru memiliki tradisi yang sama yaitu menguburkan plasenta di tanah

yang masih belum tercemar. Dalam bahasa asli Maori kata untuk tanah dan plasenta
tersebut adalah : whenua (baca: venua).

Suku pedalaman Bolivian Aymara dan Queche meyakini bahwa plasenta

memiliki spirit tersendiri. Karenanya seorang suami atau ayah dari bayi harus

memperlakukan plasenta tersebut dengan mencuci dan menguburkannya pada

tempat yang terlindung dan tersembunyi. Jika ritual tersebut tidak dilakukan secara

benar, keyakinan mereka adalah ibu atau bayi akan menjadi sakit atau bahkan bisa

mati.

Suku Ibo di Negiria dan Ghana memperlakukan plasenta sebagai kembaran

dari bayi yang hidup, sementara plasenta tersebut adalah kembaran yang mati.

Sehingga harus dikuburkan dengan ritual tertentu. Lain lagi di Filipina, plasenta

dikuburkan dengan berbagai macam buku oleh ibunya. Ini suatu pengharapan bahwa

kelak bayinya akan tumbuh menjadi anak yang pintar. Kondisi Filipina ternyata

tidak berbeda jauh dengan beberapa masyarakat yang ada di Indonesia, dimana

mereka menguburkan plasenta dilengkapi dengan buku, pensil dengan maksud agar

kelak anak yang dilahirkan tersebut menjadi anak yang pintar.

Ironis lagi di Vietnam dan China plasenta disiapkan untuk dikonsumsi oleh

ibu yang habis melahirkan. Masyarakat china dan Vietnam mempercayai, bahwa ibu

yang baru melahirkan seharusnya merebus sendiri plasenta bayinya, kemudian

dijadikan kaldu dan meminumnya untuk memperbaiki kualitas ASI nya.

Sementara di nusantara Indonesia, Ari-ari atau plasenta sering dianggap

sebagai saudara bayi yang memeliharanya selama kehamilan berlangsung, bahkan

tidak jarang plasenta mendapat perhatian khusus sesuai dengan adat kebiasaaan

masyarakat yang berlaku. Sebagian masyarakat memperlakukan plasenta (ari-ari)

dengan tata laksana khusus, sebagai ungkapan terimakasih karena telah memelihara

bayi sampai cukup bulan serta lahir ke dunia.Keyakinan yang mendasari

penghormatan terhadap placenta adalah:


1. Hawai : Plasenta adalah bagian dari bayi yang harus ditanam di dekat pohon yang

bertumbuh seiring dengan pertumbuhan bayi.

2. Suku Navajo Indian Barat Daya menguburkan plasenta bayi di keempat sudut

kuburan keluarga yang dianggap mulia, sebagai suatu pengikat tanah leluhur dan

masyarakat.

3. Suku Maori di Selandia Baru menguburkan plasenta di tanah yang masih belum

tercemar.

4. Suku pedalaman Bolivian Aymara dan Queche meyakini bahwa plasenta

memiliki spirit tersendiri. Karenanya seorang suami atau ayah dari bayi harus

memperlakukan plasenta tersebut dengan mencuci dan menguburkannya pada

tempat yang terlindung dan tersembunyi. Jika ritual tersebut tidak dilakukan

secara benar, keyakinan mereka adalah ibu atau bayi akan menjadi sakit atau

bahkan bisa mati.

5. Suku Ibo di Negiria dan Ghana memperlakukan placenta sebagai kembaran dari

bayi yang hidup, sementara placenta tersebut adalah kembaran sudah meninggal

terlebih dahulu.

6. Nepal : Plasenta adalah teman bayi sehingga harus selalu dekat dengan bayi

sampai terlepas dengan sendirinya, tandanya bayi sudah siap.

7. Malaysia : Plasenta sebagai saudara tua/sibling bayi sehingga perlu dihormati

8. Di Filipina placenta dikuburkan dengan berbagai macam buku oleh ibunya. Ini

suatu pengharapan bahwa kelak bayinya akan tumbuh menjadi anak yang pintar.

9. Di Vietnam dan China placenta disiapkan untuk dikonsumsi oleh ibu yang habis

melahirkan. Masyarakat China dan Vietnam meyakini bahwa ibu yang baru

melahirkan seharusnya merebus sendiri placenta bayinya, kemudian dijadikan

kaldu dan meminumnya untuk memperbaiki kualitas ASI nya.

10. Perlakuan masyarakat Bali (beragama Hindu) terhadap plasenta:


a. Setelah dibersihkan dimasukkan ke dalam kelapa yang telah di belah, sebagai

lambang dunia dan isinya.

b. Di isi dengan duri-duri, sehingga terhindar dari gangguan, ditambahkan

rempah-rempah, dan diberi wewangian agar harum dan tidak berbau.

c. Di bungkus kain putih dan di tanam di depan rumah, dengan ketentuan

sebelah kanan untuk laki-laki, sedangkan sebelah kiri untuk perempuan.

d. Selama 42 hari selalu di pasang lilin (malam hari), setiap hari plasenta

tersebut diberikan susu juga.

11. Perlakuan masyarakat Jawa terhadap ari-ari:

a. Setelah ari-ari dibersihkan dimasukkan ke dalam kendi.

b. Di dalam kendi disertakan tulisan jawa / Abjad agar diharapkan kelak

bayi tersebut pintar.

c. Diberikan anget-anget dan duri sehingga pandangannya tajam.

d. Selanjutnya di tanam di depan rumah untuk bayi laki-laki selama 42

hari, dan di belakang rumah selama 36 hari untuk bayi perempuan.

e. Sebagian ada yang membuangnya ke sungai, sehingga bayi ini kelak

akan dianggap suka merantau.

12. Perlakuan masyarakat Nusa Tenggara Timur terhadap plasenta:

a. Ditaruh sekitar 3 bulan di atas perapian sampai kering.

b. Selanjutnya di tanam di sertai doa dan alat-tulis.

D. Langkah- langkah dalam melakukan proses Lotus Birth

Beberapa hal yang dilakukan dalam Lotus Birth diantaranya :

1. Bila bayi lahir, biarkan tali pusat utuh. Jika tali pusat berada di sekitar leher bayi

(lilitan tali pusat) cukup di longgarkan dan angkat tali pusat tersebut melewati
kepala bayi.

2. Tunggu lahirnya plasenta secara alami.

3. Ketika plasenta lahir, tempatkan plasenta pada mangkuk khusus di dekat ibu.

4. Tunggu transfusi penuh darah secara alami dari pusat ke bayi sebelum menangani

plasenta.

5. Hati-hati dalam mencuci plasenta yaitu dengan cara menggunakan air hangat dan

tepuk-tepuk sampai kering.

6. Tempatkan plasenta di tempat yang kering.

7. Letakkan plasenta pada  bahan yang menyerap seperti sebuah popok atau kain

kemudian letakkan dalam tas plasenta.

8. Permukaan plasenta akan berubah setiap hari bahkan lebih cepat  jika sering terjadi

rembesan. Alternatif lain untuk mempercepat pengeringan plasenta yaitu dengan

menaburkan garam pada bagian plasenta

9.  Dalam keseharian tetap lakukan asuhan normal pada bayi baru lahir, Gendong

bayi dan beri makan sesuai kebutuhannya.

10.  Pakaikan bayi menggunakan pakaian yang longgar.

11. Bayi dapat dimandikan seperti biasa, biarkan plasenta bersamanya.

12. Meminimalisir pergerakan bayi, khususnya pada bagian daerah didekat tali pusat.

E. Manfaat atau keuntungan dilakukannya Lotus Birth

1. Tali pusat dibiarkan terus berdenyut sehingga memungkinkan terjadinya

perpanjangan aliran darah ibu ke janin.

2. Oksigen vital yang melalui tali pusat dapat sampai ke bayi sebelum bayi benar-

benar dapat mulai bernafas sendiri.

3. Lotus Birth juga memungkinkan bayi cepat untuk menangis segera setelah lahir.
4. Bayi tetap berada dekat ibu setelah kelahiran sehingga memungkinkan terjadinya

waktu yang lebih lama untuk bounding attachment.

5.  Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk terlepasnya tali pusat bila tali pusat

dipotong segera ketika lahir adalah 8-9 hari, ketika berhenti berdenyut 6-7 hari,

dan jika dibiarkan secara alamai 3-4 hari.

6. Dr Sarah Buckley mengatakan : bayi akan menerima tambahan 50-100 ml darah

yang dikenal sebagai transfusi placenta. Darah transfuse ini mengandung zat besi,

sel darah merah, keping darah dan bahan gizi lain, yang akan bermanfaat bagi bayi

sampai tahun pertama kehidupannya. Hilangnya 30 ml darah ke bayi baru lahir

adalah setara dengan hilangnya 600 ml darah untuk orang dewasa. Asuhan

persalinan umum dengan pemotongan tali pusat sebelum berhenti berdenyut

memungkinkan bayi baru lahir kehilangan  60 ml darah, yang setara dengan 

1200ml darah orang dewasa.

F. Kerugian dilakukannya Lotus Birth

1. Tidak bisa diterapkan pada seluruh kebudayaan.

2. Membutuhkan fasilitas kesehatan yang memadai.

3. Membutuhkan tenaga kesehatan yang berpengalaman.

4. Membutuhkan banyak petugas kesehatan, misalnya bayi di mandikan harus ada

petugas yang lain memegangi dan menjaga tali pusat.

5. Memerlukan perawatan ekstra pada plasenta agar tidak membusuk dan berbau

tidak sedap.

G. Kelemahan Lotus Birth

Metode ini rentan terjadi infeksi karena port de entry antara tali placenta, tali

pusat dan bayi masih ada. Akibatnya metode ini belum dapat sepenuhnya diadopsi

dalam praktis medis. Kontroversi ini terjadi di berbagai belahan dunia, namun pilihan
untuk menggunakan metode ini adalah hak ibu dan keluarga sehingga efek samping

jika terjadi komplikasi seperti infeksi merupakan tanggung jawab ibu dan keluarga.

Selain dapat terjadi infeksi, kekurangan lain dari metode Lotus birth adalah:

1. Tidak bisa diterapkan pada semua seting pelayanan karena terbatas oleh

keyakinan, budaya dan kebijakan serta bukti ilmiah.

2. Membutuhkan fasilitas kesehatan yang memadai dan SDM yang kompeten.

3. Perlu hati-hati dalam merawat bayi, tali pusat dan plasenta sebelum puput agar

tidak infeksi, tidak berbau dan tidak putus karena tindakan yang tidak disengaja

karena terburu-buru atau tidak hati-hati.

H. Alasan memilih Lotus Birth

Hanya karena tali pusat telah berhenti berdenyut tidak berarti tali pusat menjadi

tidak berguna lagi. Ada yang masih mengalir ke dalam darah bayi. Setelah mencapai

volume darah optimal pada bayi, sisa dari jaringan akan menutup secara aktif.

Penutupan semua jaringan tidak terjadi ketika tali pusat tampak berhenti

berdenyut. Tali pusat dapat terus berdenyut sekitar 2 hingga 3 jam. Setiap ibu

memiliki alasan dan pendapat sendiri. Berikut ini adalah beberapa alasan ibu untuk

memilih Lotus Birth:

1. Ibu dan keluarga tidak ingin memisahkan plasenta dari bayi dengan cara

memotong tali pusat.

2. Supaya proses transisi bayi terjadi secara lembut dan damai, yang memungkinkan

penolong persalinan untuk memotong tali pusat pada waktu yang tepat.

3. Penghormatan terhadap bayi dan plasenta pada sebagian kebudayaan.

4. Asumsi ibu bahwa dapat menjamin bayi mendapatkan volume darah optimal dan

spesifik yang diperlukan bagi bayi.


5. Mendorong ibu untuk menenangkan diri pada minggu pertama postpartum sebagai

masa pemulihan sehingga bayi mendapat perhatian dan kasih sayang penuh.

6. Mengurangi angka kesakitan bayi akibat infeksi nosokomial dari pengunjung yang

ingin bertemu bayi. Sebagian besar pengunjung akan lebih memilih untuk

menunggu hingga plasenta telah lepas.

7. Alasan rohani atau emosional.

8. Tradisi budaya yang harus dilakukan.

9. Tidak khawatir tentang bagaimana mengklem, memotong atau mengikat tali pusat.

10. Kemungkinan menurunkan risiko infeksi (Lotus Birth memastikan system tertutup

antara plasenta, tali pusat, dan bayi sehingga tidak ada luka terbuka)

11. Kemungkinan menurunkan waktu penyembuhan luka pada perut bayi (adanya luka

membutuhkan waktu untuk penyembuhan. sedangkan jika tidak ada luka, waktu

penyembuhan akan minimal.

I.Mitos dan fakta Lotus Birth

Lotus Birth, Mitos yang Berkembang Lotus Birth, menurut buku karangan

Javier A. Galvan adalah sebuah kepercayaan yang lama berkembang dan menjadi

tradisi menyambut kelahiran bayi di kalangan suku aborigin dari Australia. Prkatek

lotus birth juga disinyalir dilakukan oleh sebuah suku dari Indonesia, namun tidak

jelas apakah lotus birth masih umum dilakukan di suku tersebut. Para penganut lotus

birth percaya bahwa metode ini akan memberikan bayi masa depan yang lebih sehat,

secara fisik dan spiritual, di masa depan. Lotus birth mulai populer di dunia sejak

beberapa orang mempopulerkannya melalui gerakan sosial Back to Nature.

Seorang bidan asal Amerika Serikat, Jeannine Parvati, dan seorang dokter

bernama Sarah Buckley banyakmempromosikan praktek lotus birth baik di dunia

maya maupun melalui gerakan nyata. Semakin hari penganut metode lotus birth
semakin banyak di dunia, juga di Indonesia. Para penganut lotus birth banyak

mengutip artikel ilmiah yang diterbitkan oleh The Journal of Cellular and Molecular

Medicine, tentang manfaat yang didapatkan dari delayed clamping yaitu penundaan

pemotongan tali pusat. Dalam artikel itu memang disebutkan bahwa beberapa manfaat

delayed clamping adalah bayi akan mendapatkan lebih banyak darah, oksigen dan

stem cell dari plasenta dibandingkan bila pemotongan tali pusat dilakukan segera

setelah persalinan (early clamping). Namun, delayed clamping tidak menunggu hingga

tali pusat putus sendiri ("puput") yang butuh waktu 3- 10 hari. Delayed clamping yang

ditulis dalam artikel ilmiah tersebut merujuk pada metode penundaan pemotongan tali

pusat antara 1-3 menit saja.

Lotus Birth, Fakta yang Otentik Beberapa blog mainstream ternyata juga

bereaksi untuk menyanggah tulisan dari web Ayah Bunda tersebut. Salah satunya yang

banyak dibagikan di sosial media adalah artikel dari blog Dokter Post. Artikel pendek

berjudul, "Lotus Birth, Kenapa Tidak Layak Dilakukan?" ini dengan keras mengkritik

artikel Ayah Bunda seperti metode nenek moyang yang masih menggunakan benda

tajam tidak steril untuk memutus tali pusat bayi. Sebuah tindakan yang sangat rentan

infeksi dan mengancam nyawa bayi.

Memang menurut kaidah kedokteran berbasis bukti (Evidence Based Medicine),

lotus birth adalah metode persalinan yang belum dapat dipertanggungjawabkan

manfaatnya secara medis. Sampai saat ini belum ada satu penelitian pun yang berhasil

membuktikan bahwa metode persalian lotus birth memiliki manfaat yang lebih baik

bila dibandingkan metode persalinan konvensional yang sudah kita aplikasikan sehari-

hari. Lotus birth bahkan memiliki implikasi serius, karena plasenta yang tidak segera

dipotong akan potensial mengalami infeksi yang sangat mungkin menular ke bayi.

Plasenta mengandung darah yang merupakan makanan favorit kuman penyebab

infeksi. Infeksi yang terjadi di plasenta pada akhirnya sangat mungkin menular ke
bayi, bila tali pusat tidak segera di potong. Infeksi pada bayi setidaknya menyebabkan

41% kematian pada bayi.

J. Dokumentasi Lotus Birth


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Lotus Birth adalah suatu metode asuhan pada bayi baru lahir dimana tali pusat

bayi tidak dipotong. Setelah bayi lahir, tali pusat yang melekat pada bayi dan
plasenta dibiarkan saja, tanpa dijepit atau dipotong. Tali pusat dan plasenta

merupakan satu unit dan satu kesatuan. Tali pusat kemudian akan kering sendiri

dan akhirnya lepas secara alami dari umbilicus. Pelepasan tersebut umumnya

terjadi 3-10 hari setelah bayi lahir.

Negara perintis Lotus birth untuk pertama kalinya adalah Amerika. Lotus birth

dilakukan sebagai langkah pencegahan untuk melindungi bayi dari infeksi luka

yang terbuka. Meskipun Lotus birth ini merupakan suatu fenomena yang baru, tapi

penundaan pemotongan tali pusat sudah ada dalam budaya Bali dan budaya suku

Aborigin Australia. Dan keputusan Lotus birth serta dampak fisiologis yang dapat

terjadi merupakan tanggung jawab dari klien yang telah memilih dan membuat

keputusan untuk asuhan lotus birth ini (informed choncen).

Sedangkan di Negara Indonesia sendiri asuhan bayi dengan lotus birth belum

dapat di aplikasikan, selain terkait dengan pro dan kontra penerapannya juga

terkendala dengan kelemahan-kelemahan pelaksanaan lotus birth sendiri.

B. Saran

Karena lotus birth adalah suatu ilmu yang baru di harapkan kita sebagai seorang

bidan dapat mengetahui dan selalu mengikuti perkembangan ilmu

kebidanan.  Diharapkan nanti penerapan dengan metode lotus birth ini dapat

dilakukan di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

https://bidanchild.blogspot.com/2014/02/makalah-lotus-birth.html

https://www.researchgate.net/publication/

338123411_EFEKTIFITAS_METODE_LOTUS_BIRTH_TERHADAP_KEJADIAN_

ANEMIA_DEFISIENSI_ZAT_BESI_PADA_BAYI
https://idoc.pub/documents/makalah-lotus-birth-6ngew2k7o0lv

https://nurulqamariyah20.blogspot.com/2017/12/makalah-lotus-birth-dan-gantle-

birth.html

Anda mungkin juga menyukai