Anda di halaman 1dari 6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Keluarga Berencana

2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol
waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri telah menentukan
jumlah anak dalam keluarganya (Manuaba, 2016).

Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia
ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan
bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas. KB merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu
khususnya ibu dengan kondisi 4T yaitu Terlalu muda melahirkan (di bawah usia
20 tahun), Terlalu sering melahirkan, Terlalu dekat jarak melahirkan, dan Terlalu
tua melahirkan (di atas usia 35 tahun). Selain itu, program KB juga bertujuan
untuk meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tentram, dan
harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan
kebahagiaan batin (Profil kesehatan, 2018).

2.1.2 Tujuan Keluarga Berencana

Program KB bertujuan mengendalikan fertilitas yang membutuhan metode


kontrasepsi yang berkualitas agar dapat meningkatkan kesehatan reproduksi dan
kesehatan seksual; Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda
kehamilan anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak
pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.
Kontrasepsi adalah cara mencegah kehamilan dengan menggunakan alat/obat
pencegah kehamilan seperti spiral, kondom, pil anti hamil, dll atau dengan metode
alami (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 2018).

Adapun tujuan Keluarga Berencana secara umum :

a) Mengatur jarak dan mencegah kehamilan agar tidak terlalu rapat (minimal
2 tahun setelah melahirkan)

b) Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan

c) Menjaga dan meningkatkan kesehatan ibu, bayi dan balita.


d) Ibu memiliki waktu dan perhatian yang cukup untuk dirinya sendiri, anak
dan keluarga (Kemenkes RI, 2016).

Menurut Setiyaningrum (2015), pelayanan kontrasepsi mempunyai 2 tujuan, yaitu


tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum yaitu pemberian dukungan dan
pemantapan penerimaan gagasan KB. Tujuan khusus yaitu penurunan angka
kelahiran yang bermakna. Untuk mencapai tujuan tersebut, pelayanan KB
digolongkan ke dalam 3 fase yaitu fase menunda kehamilan, fase menjarangkan
kehamilan, fase menghentikan kehamilan.

2.1.3 Sasaran Program Keluarga Berencana

Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung adalah Pasangan


Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan
cara penggunaan kotrasepsi secara berkelanjutan dan sasaran tidak langsung
pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui
pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai
keluarga yang berkualitas dan keluarga sejahtera (Setiyaningrum, 2015).

2.1.4 Metode Kontrasepsi

Menurut Kemenkes, (2013) Terdapat beberapa pilihan metode

kontrasepsi yang dapat digunakan diantaranya :

A. Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Metode Amenorea Laktasi adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air


Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan
makanan atau minuman apa pun lainnya. MAL akan efektif jika digunakan
dengan benar selama 6 bulan pertama melahirkan dan belum mendapatkan haid
setelah melahirkan serta memberikan ASI secara ekslusif (Pusdiknakes, 2014).
Selain itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar efektivitas MAL
optimal:

1) Ibu harus menyusui secara penuh

2) Perdarahan pasca 56 hari pascasalin dapat diabaikan (belum dianggap


haid)

3) Bayi menghisap payudara secara langsung

4) Menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah bayi lahir

5) Kolostrum diberikan kepada bayi


6) Pola menyusui on demand (menyusui setiap saat bayi membutuhkan) dan
dari kedua payudara

7) Sering menyusui selama 24 jam termasuk malam hari

8) Hindari jarak antar menyusui lebih dari 4 jam (Kemenkes RI, 2013).

B. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

AKDR merupakan pilihan kontrasepsi pacapersalinan yang aman dan efektif


untuk ibu yang ingin menjarangkan atau membatasi kehamilan. AKDR dapat
dipasang segera setelah bersalin maupun dalam jangka waktu tertentu (Kemenkes
RI, 2013).

Meskipun angka ekspulsi pada pemasangan AKDR segera pasca persalinan lebih
tinggi dibandingkan teknik pemasangan masa interval (lebih 4 minggu setelah
persalinan), angka ekspulsi dapat diminimalisasi bila: Pemasangan dilakukan
dalam waktu 10 menit setelah melahirkan plasenta, AKDR ditempatkan cukup
tinggi pada fundus uteri, pemasangan dilakukan oleh tenaga terlatih khusus
(Kemenkes RI, 2013).

Keuntungan pemasangan AKDR segera setelah lahir (pascapersalinan) antara lain:


biaya lebih efektif dan terjangkau, lebih sedikit keluhan perdarahan dibandingkan
dengan pemasangan setelah beberapa hari/minggu, tidak perlu mengkhawatirkan
kemungkinan untuk hamil selama menyusui dan AKDR pun tidak mengganggu
produksi air susu dan ibu yang menyusui, mengurangi angka ketidakpatuhan
pasien (Kemekes RI, 2013).

Namun demikian terdapat beberapa resiko dan hal-hal yang harus diwaspadai saat
pemasangannya yaitu : dapat terjadi robekan dinding rahim, ada kemungkinan
kegagalan pemasangan, kemungkinan terjadi infeksi setelah pemasangan AKDR
(pasien harus kembali jika ada demam, bau amis sesarea cairan vaginan dan sakit
perut terus menerus. AKDR juga dapat dipasang setelah persalinan dengan seksio
sesarea. Angka sekpulsi pada pemasangan setelah seksio sesarea kurang lebih
sama dengan pada pemasangan interval (Kemekes RI, 2013).

C. Implan

Implan berisi progrestin, dan tidak mengganggu produksi ASI Bila menyusui
antara 6 minggu sampai 6 bulan pascapersalinan, pemasangan implan dapat
dilakukan setiap saat tanpa kontrasepsi lain bila menyusui penuh (full
breastfedding). Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid,
pemasangan dapat dilakukan kapan saja tetapi menggunakan kontrasepsi lain atau
jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari. Masa pakai dapat mencapai 3
tahun (3-keto-desogestrel) hingga 5 tahun (levonogestrel) (Kemekes RI, 2013).
D. Suntik

a. Suntik kombinasi

Merupakan kontrasepsi suntik yang berisi hormon sintetis estrogen dan


progesteron. Mekanisme kerja suntikan kombinasi adalah menekan ovulasi,
menghambat transportasi gamet oleh tuba (Handayani, 2017).

b. Suntik progestin

Kontrasepsi suntikan progestin ini sangat efektif dibandingkan dengan mini pil,
karena dosis gestagen yang cukup tinggi dibandingkan dengan mini pil. Akan
tetapi kembalinya kesuburan cukup lambat, yaitu rata-rata 4 bulan setelah berhenti
dari penyuntikan sehingga akan kurang tepat apabila digunakan para wanita yang
menginginkan untuk segera hamil pada waktu yang cukup dekat. Kontrasepsi ini
cocok bagi ibu yang sedang menyusui (Kemenkes RI, 2013).

E. Pil

a. Pil kombinasi

Pil kontrasepsi dapat berupa pil kombinasi (berisi hormon estrogen dan
progesteron) ataupun hanya berisi progesteron saja.Pil kontrasepsi bekerja dengan
cara mencegah terjadinya ovulasi dan mencegah terjadinya penebalan dinding
rahim.Apabila pil kontrasepsi ini digunakan secara

tepat. Cara kerja alat kontrasepsi pil kombinasi adalah menghambat ovulasi,
membuat endometrium tidak mendukung untuk implantasi, membuat lendir
serviks tidak bisa ditembus sperma, pergerakan tuba tergantung sehingga
transportasi telur terganggu (Handayani, 2017).

b. Pil progestin

Pengertian : merupakan pil kontrasepsi yang berisi hormon sintetis progesteron.


Cara Kerja kerja kontrasepsi pil progestin adalah menghambat ovulasi, dan
Mencegah implantasi. Keuntungan pil progestin adalah Sangat efektif bila
digunakan secara benar, tidak mengganggu hubungan seksual, dan tidak
berpengaruh terhadap pemberian ASI. Kerugian pil progestin adalah Harus
dimakan pada waktu yang sama setiap hari, Kebiasaan lupa akan menyebabkan
kegagalan metode (Handayani, 2017).

F. Kondom

Kondom merupakan jenis kontrasepsi penghalang mekanik. Kondom mencegah


kehamilan dan infeksi penyakit kelamin dengan cara menghentikan sperma untuk
masuk ke dalam vagina. Kondom pria dapat terbuat dari bahan lateks (karet),
polyurethane (plastik), sedangkan kondom wanita terbuat dari polyurethane.
Efektivitas kondom pria antara 85-98 % sedangkan efektivitas

kondom wanita antara 79-95% (Kemenkes RI, 2013).

G. Steril

Kontrasepsi mantap pada wanita atau MOW (Metode Operasi Wanita) atau
tubektomi yaitu tindakan pengikatan dan pemotongan saluran telur agar sel telur
tidak dapat dibuahi oleh sperma. Kontrasepsi mantap pada pria atau MOP
(Metode Operasi Pria) atau vasektomi yaitu tindakan pengikatan dan pemotongan
saluran benih agar sperma tidak keluar dari skrotum (Kemenkes RI, 2013).

2.2 Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/Suntik Kombinasi

2.2.1 Pengertian

KB suntik 3 bulan adalah kontrasepsi yang berisi depomedroksi progesterone


asetat 150 gram yang disuntikan secara intramuscular di daerah bokong yang
diberikan setiap 3 bulan sekali (Maryunani, 2016).

Kontrasepsi suntik 3 bulan adalah kontrasepsi yang diberikan secara


intramuscular setiap 3 bulan atau 12 minggu, dalam suntik KB 3 bulan
terdapat beberapa efek samping seperti perubahan siklus mentruasi, baik
menjadi lebih panjang maupun lebih pendek, seperti tidak haid (Amenorea), Flek
(Spotting) jerawat dibadan dan wajah, berat badan bertambah, pusing dan sakit
kepala, gairah seks menurun, kepadatan tulang berkurang, tidak terlindung
dari PMS (Yanti, 2020).

2.2.2 Cara kerja

a) Mencegah lepasnya sel telur dari indung telur wanita.

b) Mengentalkan lender mulut rahim, sehingga sel mani tidak dapat masuk
dalam rahim.

c) Menipiskan endometrium (Maryunani, 2016).

2.2.3 Keuntungan

a) Sangat efektif dengan kegegalan kurang dari 1%.

b) Tidak mempengaruhi produksi ASI.

c) Sedikit efek samping

d) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause


e) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara

2.2.4 Kerugian

a) Perubahan pola haid: tidak teratur, perdarahan bercak, perdarahan sela

b) sampai 10 hari

c) Awal pemakaian: mual, pusing, nyeri payudara dan keluhan ini akan

d) menghilang setelah suntikan kedua atau ketiga

e) Klien haarus kembali setiap 30 hari untuk mendapatkaan suntikan

f) Penambahan berat badan (Handayani, 2017).

2.3 Asuhan Keluarga Berencana

2.3.1 Pengertian

Asuhan Keluarga Berencana merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran


serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, peraturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk
mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Keluarga berencana
merupakan usaha suami istri untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang
diinginkan. Usaha yang dimaksud termasuk kontrasepsi atau pencegahan
kehamilan dan perencanaan keluarga. Prinsip dengan metode kontrasepsi adalah
mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi sel telur wanita (fertilisasi)
atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi dan berkembang
didalam rahim (Purwoastuti dan Walyani, 2015).

2.3.2 Konseling Keluarga Berencana

1. Pengertian Konseling Keluarga Berencana

Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek
pelayanan keluarga berencana dan bukan hanya informasi yang diberikan dan
dibicarakan pada satu kali kesempatan yakni, pada saat pemberian pelayanan.
Tehnik konseling yang baik dan informasi yang memadai harus diterapkan dan
dibicarakan secara interaktif sepanjang kunjungan klien dengan cara yang sesuai
dengan budaya yang ada (Handayani, 2017).

Anda mungkin juga menyukai