Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN KASUS KELOLAAN

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS PADA


BAYI “H” USIA 1 BULAN DENGAN MANAJEMEN
TERPADU BAYI MUDA (MTBM) DI PUSKESMAS
LEMBAH BINUANG PASAMAN BARAT

SIKLUS : NEONATUS, BAYI, BALITA DAN


ANAK PRA SEKOLAH

TEMPAT : PKM LEMBAH BINUANG

NAMA : AMELIA ROZA

NIM : 2015901036

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN FAKULTAS


KESEHATAN UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS PADA


BAYI “H” USIA 1 BULAN DENGAN MANAJEMEN
TERPADU BAYI MUDA (MTBM) DI PUSKESMAS
LEMBAH BINUANG PASAMAN BARAT

Oleh :
Amelia Roza (2015901036)

Pasaman Barat, 13 Maret 2021


Menyetujui

CI Klinik CI Akademik

Yusnirwana, S.Tr.Keb Resty Nofilda Putri,S.ST,M.Kes

2
Daftar Isi

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................i

Daftar Isi...........................................................................................................ii

Daftar Lampiran................................................................................................iv

Kata Pengantar ................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................1

Latar Belakang..................................................................................................1

Rumusan Masalah.............................................................................................3

Tujuan Penulisan ............................................................................................3

BAB II KAJIAN PUSTAKA............................................................................5

Pengertian MTBM............................................................................................5

Pelaksanaan MTBM.........................................................................................7

BAB III TINJAUAN KASUS..........................................................................19

Manajemen Asuhan Kebidanan........................................................................19

BAB IV PEMBAHASAN................................................................................ 25

BAB V PENUTUP........................................................................................... 29

Kesimpulan.......................................................................................................29

Saran.................................................................................................................29

Daftar Pustaka...................................................................................................31

3
Daftar Lampiran

Lampiran 1 Narasi Kasus Kelolaan..................................................................33

Lampiran 2 Foto/Dokumentasi Pelayanan........................................................ 36

Lampiran 3 SOP...............................................................................................39

4
Kata Pengantar
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga akhirnya penulis berhasil menyelesaikan
laporan kasus Siklus Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah Pada By. “H”
Usia 1 Bulan dengan MTBM Di Puskesmas Lembah Binuang. Dengan limpahan
rahmat, karunia dan petunjuknya, Salawat dan salam untuk Rasul mulia
Muhammad SAW. Laporan kasus Kelolaan ini dibuat sebagai salah satu tugas
pada Program Studi Profesi Kebidanan Fakultas Kesehatan Universitas Fort De
Kock.
Dalam penyelesaian Laporan kasus kelolaan ini penulis mendapat
bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada Clinical Intruktur lapangan dan
akademik.

Penulis menyadari bahwa Laporan kasus kelolaan ini masih jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang penulis
miliki. Untuk itu dengan hati terbuka penulis menerima saran atau kritikan yang
bersifat membangun demi kesempurnaan laporaan ini. Akhirnya penulis berharap
laporan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua, khususnya penulis
sendiri.

Pasaman Barat, 13 Maret 2021

Penulis

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keberhasilan pembangunan suatu negara jika dilihat secara internasional
dapat diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM Indonesia berada
pada posisi 108 dari 187 negara. Hal tersebut menunjukkan kualitas sumber daya
manusia Indonesia masih tertinggal dari negara lain. Faktor-faktor yang
mempengaruhi IPM sebagai acuan dalam pengukuran keberhasilan pembangunan
adalah tingkat ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Pada bidang kesehatan, salah
satu unsur yang patut untuk dipertimbangkan adalah angka kematian bayi (Dirjen
Kesmas, 2018).
Tercatat pada tahun 2017 sebanyak 5,4 juta kematian anak di dunia terjadi
pada usia dibawah 5 tahun. Persentase kejadian tersebut meningkat dari
tahuntahun sebelumnya, tahun 1990 sebesar 40%, tahun 2000 41%, dan tahun
2017 47%. Melalui data tersebut didapatkan bahwa 2,5 juta kematian terjadi pada
masa neonatus, 1,6 juta pada usia 1-11 bulan, dan 1,3 juta pada usia 1-4 tahun.
Kesimpulannya adalah 75,9% dari angka kematian anak terjadi pada masa bayi
yaitu 0 sampai 11 bulan (UN IGME, 2018).
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017
mengungkapkan, Angka Kematian Bayi (AKB) dalam kurun waktu 5 tahun
belakangan adalah 1 dari 42 anak di Inonesia meninggal sebelum ulang tahun
pertamanya. Jika dibandingankan dengan Singapura 1/1000 kelahiran hidup dan
Malaysia 4/1000 kelahiran hidup, maka angka kematian bayi di Indonesia dapat
dikatakan masih sangat tinggi yaitu sebesar 24/1000 kelahiran hidup. Kematian
Bayi di Propinsi Sumatera Barat tahun 2016 sebanyak 700 orang yang tersebar di
19 Kab/Kota dengan penyumbang kematian tertinggi dari Kota Padang sebanyak
111 orang. Pasaman barat tahun 2016 kematian bayi 102 orang.
Berdasarkan Sustainable Development Goals (SDGs) pada tahun 2030, telah
ditetapkan target bagi 118 negara didunia untuk menurunkan angka kematian anak
di masing-masing negaranya, jika target tersebut terpenuhi maka 10 juta jiwa anak
di tahun 2030 akan terselamatkan. Rencana Aksi Program Kesehatan Masyarakat
tahun 2015-2019 menjabarkan, Indonesia telah menyusun peraturan yang

6
mendukung pembangunan dalam bidang kesehatan, terfokus untuk menurunkan
tingkat kematian ibu dan kematian anak yang tinggi, hal ini tertuang dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJPK) Periode
2005-2025
Pemerintah Indonesia juga melakukan upaya dengan mengeluarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2013 mengenai
Penyelenggaraan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Berbasis Masyarakat.
Peraturan Menteri Kesehatan tersebut memuat paket pelayanan kesehatan khusus
untuk bayi muda dengan usia 0-2 bulan atau paket pelayanan Manajemen Terpadu
Bayi Muda (MTBM). MTBM merupakan salah satu komponen dari MTBS,
dimana digunakan sebagai pedoman pada penanganan bayi muda, baik bayi dalam
keadaan sehat maupun sakit. Penanganan atau tatalaksana ini diberikan pada
kunjungan neonatal (Kemenkes RI, 2013). Paket untuk bayi muda adalah
perawatan esensial bayi baru lahir, pengenalan tanda bahaya bayi baru lahir serta
persiapan rujukan, penatalaksanaan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), dan
penatalaksanaan infeksi pada bayi baru lahir (Kemenkes RI, 2014). Penyakit-
penyakit yang menjadi penyumbang sebagian besar kematian neonatal, pada
dasarnya dapat dicegah dan diobati dengan biaya yang tidak mahal, mudah
dilakukan, dikerjakan secara efektif, dan dapat menurunkan kematian neonatal
hingga 33-58% (Kemenkes RI, 2010).
Peran bidan dalam pelayanan kebidanan pada bayi terdapat dalam Peraturan
Menteri Kesehatan No. 28 tentang Izin Penyelenggaraan Praktik Bidan tahun
2017 pasal 20 ayat 3, bagian wewenang bidan dalam pelayanan kebidanan pada
neonatal meliputi inisiasi menyusui dini, pemotongan dan perawatan tali pusat,
pemberian suntikan Vit K1, pemberian imunisasi Hb0, pemeriksaan fisik bayi
baru lahir, pemantauan tanda bahaya, pemberian tanda identitas diri, dan merujuk
kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil dan tepat waktu ke Fasilitas
Pelayanan Kesehatan yang lebih mampu (PMK No. 28 tentang Izin
Penyelenggaraan Praktik Bidan, 2017). Maka dari itu merupakan tanggung jawab
bidan dalam mendukung program pemerintah yaitu penurunan angka kematian
bayi dengan memberikan pelayanan yang berkualitas pada kunjungan neonatal
melalui pelaksanaan manajemen terpadu bayi muda (MTBM) yang fungsinya

7
sebagai pendeteksian keadaan atau kondisi bayi muda (0 sampai kurang dari 2
bulan) baik pada bayi yang sehat maupun bayi yang sakit.
Namun keadaan di lapangan menunjukkan bahwa belum semua bidan yang
melakukan pelayanan neonatal sesuai standar. Menurut hasil survei dari penelitian
yang dilakukan Iraningsih dan Azinar (2016), bidan di daerah Cilacap tidak
semuanya melakukan kunjungan neonatal yang berkualitas. Evaluasi dilakukan
pada 20 bidan desa, hasil yang didapatkan 5% melaksanakan kunjungan neonatal
sesuai standar, 65% belum melakukan penilaian klinik sesuai standar, 30% tidak
membuat klasifikasi yang benar.
Tingkat kesesuaian kinerja dengan standar yang ada dapat dipengaruhi oleh
tingkat pengetahuan bidan mengenai standar tersebut. Hal ini berkaitan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Abu (2015) dikatakan bahwa perilaku bidan
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh bidan tersebut, semakin
baik tingkat pengetahuan bidan maka akan semakin baik pula pelayanan yang
diberikan atau pelayanan yang diberikan akan sesuai dengan standar yang berlaku.

Berdasarkan dari uraian masalah diatas, penulis tertarik untuk menyusun


Laporan kasus Manajemen Asuhan Kebidanan Neonatus Pada Bayi “H” Dengan
MTBM Di Puskesmas Lembah Binuang Pasaman Barat.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana memberikan Manajemen Asuhan Kebidanan Neonatus Pada Bayi
“H” Dengan MTBM Di Puskesmas Lembah Binuang Pasaman Barat?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk dapat melakukan Manajemen Asuhan Kebidanan Neonatus Pada
Bayi “H” Dengan MTBM Di Puskesmas Lembah Binuang Pasaman Barat.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk dapat melakukan pengkajian data
2. Untuk dapat melakukan interpretasi data
3. Untuk dapat melakukan identifikasi diagnose dan masalah potensial

8
4. Untuk dapat melakukan identifikasi tindakan segera dan kolaborasi
5. Untuk dapat melakukan rencana menyeluruh asuhan kebidanan
6. Untuk dapat melakukan pelaksanaan asuhan kebidanan
7. Untuk dapat melakukan evaluasi asuhan kebidanan
8. Untuk dapat melakukan Pendokumentasi

9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Manajemen Terpadu Bayi Muda


Bayi muda adalah bayi dengan rentang usia kurang dari 2 bulan. Pada bayi
sistem fungsi tubuh belum sempurna sehingga bayi rawan mengalami masalah
yang memerlukan tatalaksana yang tepat. Tatalaksana yang kurang tepat diduga
dapat menyebabkan komplikasi dan kematian pada bayi (Kemenkes RI, 2014).
MTBM merupakan suatu pendekatan yang terpadu dalam tatalaksana bayi
umur kurang dari 2 bulan, baik dalam keadaan sehat maupun sakit, baik yang
datang ke fasilitas rawat jalan maupun yang dikunjungi oleh tenaga kesehatan
pada saat kunjungan neonatal (Kemenkes RI, 2019). MTBM adalah strategi yang
mengintegrasikan semua langkah yang tersedia untuk promosi kesehatan,
pencegahan dan manajemen terpadu penyakit anak melalui deteksi dini dan
pengobatan yang efektif (Seid & Sendo, 2018).
Fokus pelayanan MTBM terletak pada perawatan bayi baru lahir melalui
kunjungan rumah dan memperbaiki praktek perawatan bayi baru lahir di rumah,
selain peningkatan ketrampilan tenaga kesehatan dalam mengelola bayi yang sakit
di fasilitas kesehatan (Prinja et al., 2016). Menurut Putra et al., 2012 dalam
melaksanakan MTBM, bidan diwajibkan mengisi formulir bayi muda supaya
penerapannya menjadi lebih sistematis.
Menurut Kemenkes RI (2014), salah satu intervensi efektif untuk
mempercepat penurunan angka kematian neonatus dan bayi yaitu dengan
menerapkan MTBM berupa standar pelaksanaan tatalaksana bayi muda secara
terpadu di fasilitas kesehatan dasar. Senada dengan jurnal penelitian dari
Anggraini (2018) bahwa MTBM sangat cocok diterapkan di negara-negara
berkembang dalam upaya menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan
bayi apabila di laksanakan dengan lengkap dan baik.
Bayi muda mudah sekali menjadi sakit, cepat menjadi berat dan serius bahkan
meninggal terutama pada satu minggu pertama kehidupan bayi. Guna
mengantisipasi kondisi tersebut, program KIA memberikan pelayanan kesehatan
pada bayi baru lahir melalui kunjungan neonatal oleh tenaga kesehatan. Secara
teknis penerapan MTBM diutamakan pelaksanaannya oleh bidan pada saat

10
kunjungan neonatal I (KN1) sampai kunjungan neonatal III (KN3). Melalui
kegiatan ini bayi baru lahir dapat dipantau kesehatannya dan di lakukan deteksi
dini. Jika ditemukan masalah petugas kesehatan dapat menasehati dan mengajari
ibu untuk melakukan asuhan dasar bayi muda di rumah, bila perlu merujuk bayi
segera. Senada dengan yang di sampaikan oleh Hartaty et al., 2018 bahwa tujuan
MTBM disamping untuk mempercepat penurunan angka kematian bayi, juga
peningkatan pelayanan kesehatan anak, untuk mengetahui apakah anak perlu
dirujuk atau tidak, memberikan kemampuan bagi keluarga dan masyarakat untuk
dapat melakukan perawatan dirumah.
Menurut Permenkes No. 28 tahun 2017 tentang tentang penyelenggaraan
praktik kebidanan kedudukannya lebih tinggi dari PP No. 52 tahun 200 tentang
pekerjaan kefarmasian, hal ini dapat menjadi payung hukum bagi seorang bidan
dalam menangani bayi dengan pemberian obat sesuai dengan panduan MTBM
(Anggraini, 2018).

2.2 Pelaksanaan Manajemen Terpadu Bayi Muda


Proses manajemen kasus disajikan dalam bagan yang memperlihatkan urutan
langkah-langkah dan penjelasan cara pelaksanaannya, yaitu:
1. Penilaian dan Klasifikasi
Penilaian berarti melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Jika seorang anak atau bayi muda dibawa ke klinik, petugas
kesehatan menggunakan komunikasi yang baik untuk menanyakan kepada ibu
tentang masalah anaknya, memeriksa adakah tanda bahaya umum yang
menunjukkan kondisi yang mengancam jiwa dan memeriksa bayi muda untuk
tanda dan gejala, pemberian vitamin K1 dan imunisasi (Kemenkes RI, 2017).
Klasifikasi berarti membuat keputusan mengenai penyakit atau masalah
serta tingkat keparahannya dan merupakan suatu kategori untuk menentukan
tindakan berdasarkan algoritma pada buku bagan. Buku bagan terdapat 3
warna yaitu:
1) Merah muda artinya bayi sakit berat dan harus dirujuk segera setelah
diberi pengobatan pra rujukan.

11
2) Kuning artinya bayi dapat berobat jalan dan membutuhkan pengobatan
medis spesifik dan nasihat.
3) Hijau artinya bayi sakit ringan dan cukup diberi nasihat sederhana tentang
penanganan di rumah.
Menurut Kemenkes RI (2019), penilaian bayi muda umur kurang dari 2
bulan terdiri dari:
1) Menilai dan Mengklasifikasikan Kemungkinan Penyakit Sangat Berat atau
Infeksi
Bakteri Infeksi pada bayi muda dapat terjadi secara sistemik atau
lokal. Infeksi sistemik umumnya menggambarkan gangguan fungsi sistem
organ seperti tidak mau minum atau memuntahkan semua, gangguan
kesadaran sampai kejang, gangguan nafas, atau hipotermia. Pada infeksi
lokal, bagian yang terinfeksi biasanya teraba panas, bengkak, merah.
Infeksi lokal yang sering terjadi pada bayi muda adalah infeksi pada tali
pusat, kulit, mata dan telinga (Kemenkes RI, 2019).
a) Cara menilai kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi bakteri:
Memeriksa apakah bayi tidak mau minum atau memuntahkan semua?
Bayi yang menunjukan tanda tidak mau minum atau menyusu jika
bayi terlalu lemah untuk minum atau tidak bisa mengisap atau menelan
apabila diberi minum atau disusui. Bayi yang mempunyai tanda
memuntahkan semuanya jika bayi sama sekali tidak dapat menelan
apapun. Semua cairan atau makanan yang masuk akan keluar lagi.
Bayi yang tidak bida minum atau malas minum atau memuntahkan
semuanya membutuhkan rujukan segera.
b) Memeriksa gejala kejang
Kejang merupakan tanda kelainan susunan saraf pusat dan
merupakan keadaan darurat. kejang pada bayi umur ≤ 2 hari
berhubungan dengan asfiksia, trauma lahir dan kelainan bawaan,
sedangkan kejang > 2 hari dikaitkan dengan tetanus neonatorum,
infeksi dan kelainan metabolik seperti kurangnya kadar gula darah.
Pada bayi kurang bulan, kejang lebih sering disebabkan oleh
perdarahan intrakranial.

12
c) Memeriksa gejala gangguan nafas
Bayi menunjukkan adanya gangguan nafas jika frekuensi nafasnya
cepat (≥ 60 kali/menit) atau lambat (< 40 kali/menit) dan menetap.
Biasanya disertai tanda/gejala sianosis, tarikan dinding dada kedalam
yang sangat kuat, pernafasan cuping hidung dan terdengar suara
merintih.
d) Memeriksa gejala hipotermia
Suhu normal bayi muda adalah 36,5 sampai 37,5ºC. Bayi dikatakan
demam jika suhu badannya 37,5ºC atau lebih dan hipotermia jika suhu
badannya kurang dari 36,5 ºC, dan disebut hipotermi berat jika suhu <
35,5ºC dan hipotermi sedang jika suhu 35,5 – 36,0ºC. Untuk mengukur
suhu badan, gunakan termometer pada aksilar selama 5 menit. Jika
tidak ada termometer, dapat meraba bagian tangan, kaki atau badan
bayi untuk mengetahui apakah demam atau dingin.
e) Memeriksa infeksi bakteri lokal
Infeksi bakteri lokal yang sering terjadi pada bayi muda adalah
infeksi pada kulit, mata dan pusar. Periksa seluruh badan bayi apakah
ada tanda berupa bercak merah atau benjolan berisi nanah (pustul)
dikulit pada daerah yang tertutup, misalnya lipatan leher dan ketiak.
2) Menilai dan Mengklasifikasikan Ikterus
Ikterus adalah warna kuning yang dapat terlihat pada sklera,
selaput lender, kulit dan organ lain akibat penumpukan bilirubin (Marmi,
dkk, 2012). Rohani et al., (2017) mengatakan bahwa ikterus adalah suatu
gejala diskolorasi kuning pada kulit, konjungtiva dan mukosa akibat
penumpukan bilirubin.
Menurut Kemenkes RI (2019), ikterus pada bayi baru lahir dapat
merupakan fisiologik dan patologik. Yang bersifat patologik dikenal
sebagai hiperbilirubinemia yang dapat mengakibatkan ganguan susunan
saraf pusat (kern icterus) atau kematian.
Menurut Kemenkes RI (2019), cara penilaian klinis ikterus adalah
sebagai berikut:

13
a) Lihat apakah mata dan kulit kuning? Apakah telapak tangan dan kaki
kuning?
Memeriksa ikterus sebaiknya dibawah cahaya matahari. Tekan
kulit pada dahi dengan jari sampai memucat, kemudian angkat jari dan
lihat perubahan warna apakah menjadi kuning. Jika kuning, berarti
bayi ikterus. Guna melihat tingkat keparahan, ulangi proses tersebut
pada telapak tangan dan kaki.
b) Jika ditemukan ikterus, tanyakan pada umur berapa mulai timbul
kuning?
Sangat penting untuk mengetahui kapan ikterus timbul, kapan
menghilang dan sampai bagian tubuh mana kuning terlihat.
c) Tanya dan lihat apakah warna tinja bayi pucat?
Tinja berwarna pucat seperti dempul menandakan adanya
sumbatan aliran bilirubin pada sistem empedu, baik didalam maupun
diluar hati dan bayi perlu dirujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut.
3) Menilai dan Mengklasifikasikan Diare
Menurut Dewi (2011), diare adalah pengeluaran feses yang tidak
normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.
Neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar.
Mengeluarkan tinja secara berulang dan lunak pada bayi yang minum ASI
tidak disebut diare, selama berat badan bayi meningkat normal. Hal ini
merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya
perkembangan saluran cerna.
Cara penilaian klinis diare adalah sebagai berikut:
a) Tanyakan apakah bayi diare?
Jika ibu menjawab ya atau keluhan utama ibu adalah bayi diare,
tanyakan sudah berapa lama.
b) Lihat keadaan umum bayi. Apakah bayi letargis atau tidak sadar?
Apakah bayi gelisah/rewel?
Jika bayi bergerak hanya jika dirangsang dan kemudian berhenti
bergerak, atau sama sekali tidak bergerak, ini merupakan tanda kondisi
yang serius.

14
c) Lihat apakah mata cekung?
Mata bayi yang mengalami dehidrasi terlihat cekung. Tentukan apakah
mata bayi cekung. Tanyakan pada ibu, apakah menurut ibu mata bayi
kelihatan tidak seperti biasanya. Pendapat ibu dapat membantu
memastikan bahwa mata bayi cekung atau tidak
d) Periksa cubit kulit perut untuk mengetahui turgor. Apakah kembalinya
sangat lambat (> 2 detik) atau lambat.
4) Menilai dan mengklasifikasikan status HIV
Human Imuno Deficiency Virus (HIV) merupakan virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang kemudian
mengakibatkan AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome). HIV
sistem kerjanya menyerang sel darah putih yang menangkal infeksi. Bayi
yang tertular HIV dari ibu bisa saja tampak normal secara klinis selama
masa neonatal. Gejala umum yang ditemukan pada bayi dengan infeksi
HIV adalah gangguan tumbuh kembang, kandidiasis oral, diare kronis dan
hepatosplenomegali.
Cara penilaian status HIV adalah sebagai berikut:
a) Tanya apakah ibu pernah tes HIV Jika ibu pernah tes HIV, apakah
hasilnya positif atau negatif. Jika positif apakah ibu sudah meminum
ARV atau belum. Jika sudah, apakah ARV sudah diminum minimal 6
bulan?
b) Tanya apakah bayi saat berusia 6 minggu pernah di tes HIV? Jika bayi
pernah di tes HIV, apakah hasilnya positif atau negatif. Jika positif
apakah bayi sudah mendapatkan ARV atau belum. Apakah bayi pernah
mendapat atau masih menerima ASI?
c) Periksa jika status ibu dan bayi tidak diketahui atau belum di tes HIV,
anjurkan tes serologis HIV pada ibu.
5) Menilai dan Mengklasifikasikan Kemungkinan Berat Badan Rendah dan
Masalah Pemberian ASI
Cara penilaian klinis untuk membuat klasifikasi apakah ada berat
badan rendah menurut umur dan/atau masalah pemberian ASI:

15
a) Bagian pertama adalah menanyakan apakah dilakukan IMD, apakah
ibu mengalami kesulitan pemberian ASI, apa yang diberikan kepada
bayi dan berapa kali.
Melakukan penilaian tentang cara menyusui dan memeriksa apakah
ada trush (bercak putih dimulut) atau kelainan pada bibir dan langit-
langit. Trush terlihat seperti bercak susu atau lapisan putih yang tebal
pada pipi bagian dalam atau lidah. Jika dibersihkan, trush tidak akan
hilang. Celah bibir/langit-langit akan mempengaruhi bayi dalam
menyusu dan akan mempengaruhi jumlah masukan ASI, selain
dikhawatirkan akan terjadi aspirasi pada bayi pada saat menyusu.
Sehingga perlu dirujuk segera.
b) Bagian kedua adalah memastikan apakah berat badan bayi sesuai
menurut umur dengan menggunakan grafik berat badan menurut umur
yang berbeda untuk laki-laki dan perempuan .
Bayi muda dengan berat badan rendah adalah bayi muda yang
memiliki berat badan menurut umur ≤ - 2 SD. Jika berat badan
menurut umur > - 2 SD maka berat badan bayi tidak rendah.
Keterangan diatas dapat diuraikan dengan cara dibawah ini
a) Tanya apakah inisiasi menyusu dini dilakukan
b) Tanya apakah bayi diberi ASI? Jika ya, berapa kali dalam 24 jam?
c) Tanya apakah ada kesulitan pemberian ASI?
d) Tanya apakah bayi diberi makanan/minuman selain ASI? Jika ya,
berapa kali dalam 24 jam? Alat apa yang digunakan?
e) Lihat adakah luka atau bercak putih (thrush) di mulut?
f) Lihat adakah bibir/langitan sumbing?
g) Lihat dan tentukan berat badan menurut umur
h) Tanya apakah bayi diberi ASI dalam 1 jam terakhir?
6) Memeriksa Status/Penyuntikan Vitamin K1
Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum
sempurna maka semua bayi yang berisiko untuk mengalami perdarahan
(HDN= Haemorrhagic Disease of the Newborn). Perdarahan bisa ringan
atau berat berupa perdarahan pada kejadian ikutan pasca imunisasi ataupun

16
perdarahan intrakkranial. Untuk mencegah kejadian tersebut, maka semua
bayi baru lahir apalagi BBLR diberikan suntikan vitamin K1 sebanyak 1
mg dosis tunggal, intra muskular pada antero lateral paha kiri setelah
proses IMD dan sebelum pemberian imunisasi Hepatitis B 0.
7) Memeriksa Status Imunisasi
Hepatitis merupakan infeksi pada hati yang dikenal dengan nama
sakit kuning atau sakit liver merupakan penyakit menular yang ditularkan
melalui makanan (Hepatitis A) dan cairan tubuh (Hepatitis B, C, D).
Hepatitis B dan C merupakan jenis hepatitis yang paling berbahaya dan
dapat berkembang menjadi penyakit hati menahun, sirosis hepatis, dan
kanker hati.
Penularan Hepatitis pada bayi dapat terjadi secara vertikal (ibu ke
bayi pada saat persalianan) dan horizontal (penularan orang lain). Dan
untuk mencegah terjadi infeksi vertikal bayi harus diimunisasi HB sedini
mungkin. Imunisasi Hepatitis B 0 harus diberikan pada bayi umur 0-7 hari
di paha kanan karena sebagian ibu hamil merupakan carrier Hepatitis B,
hampir separuh bayi dapat tertular Hepatitis B pada saat lahir dari ibu
pembawa virus, penularan pada saat lahir hampir seluruhnya berlanjut
menjadi Hepatitis menahun dan dapat berlanjut menjadi sirosis hepatis,
dan kanker hati primer dan imunisasi Hepatitis B sedini mungkin akan
melindungi sekitar 75% bayi dari penularan Hepatitis. Selain imunisasi
Hepatitis B dipaha kanan, bayi muda juga harus mendapatkan imunisasi
BCG di lengan kanan dan imunisasi polio yang diberikan 2 tetes per oral.
8) Memeriksa Masalah/Keluhan Lain
a) Memeriksa Kelainan Bawaan/Kongenital Adalah kelainan pada bayi
baru lahir bukan akibat trauma lahir dan untuk mengenali jenis
kelainan lakukan pemeriksaan fisik (anensefalus, hidrosefalus,
meningomielokel dll).
b) Memeriksa Kemungkinan Trauma Lahir Merupakaan perlukaan pada
bayi baru lahir yang terjadi pada proses persalinan (Kaput
suksedanium, sefal hematom dll).

17
c) Memeriksa Perdarahan Tali Pusat Perdarahan terjadi karena ikatan tali
pusat longgar setelah beberapa hari dan bila tidak ditangani dapat
syok.
9) Memeriksa Masalah Ibu
2. Tindakan dan Pengobatan
Tindakan dan pengobatan berarti menentukan tindakan dan memberi
pengobatan difasilitas kesehatan untuk setiap klasifikasi sesuai dengan yang
tercantum dalam kolom tindakan/pengobatan pada buku bagan, kemudian
catat dalam formulir pencatatan. Jenis pengobatan yang mungkin akan
diberikan antara lain:
1) Memberi tindakan pra rujukan untuk anak sakit yang akan dirujuk
2) Memberikan dosis pertama dari obat yang sesuai kepada anak yang
membutuhkan pengobatan khusus dan mengajari ibu cara
meminumkan obat, cara pemberian makan dan cairan selama anak
sakit dan cara menangani infeksi lokal di rumah.
3) Memberi nasihat tentang penatalaksanaan anak sakit di rumah.
Bayi muda yang termasuk klasifikasi merah muda memerlukan rujukan
segera ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih baik. Sebelum merujuk,
lakukan tindakan/pengobatan pra rujukan. Jelaskan kepada orang tua bahwa
tindakan/pengobatan pra rujukan diperlukan untuk menyelamatkan
kelangsungan hidup anak. Minta persetujuan orang tua (informed consent)
sebelum melakukan tindakan/pengobatan pra rujukan.
Bayi muda dengan klasifikasi kuning dan hijau tidak memerlukan rujukan.
Lakukan tindakan/pengobatan dan nasihat untuk ibu termasuk kapan harus
segera kembali serta kunjungan ulang, sesuai dengan buku bagan.
1) Tindakan dan Pengobatan Bayi Muda yang Memerlukan Rujukan
Bayi muda yang membutuhkan rujukan adalah seperti:
a) Penyakit sangat berat atau infeksi bakteri berat
b) Ikterus berat
c) Diare dehidrasi berat
d) Infeksi HIV terkonfirmasi
e) Terpajan HIV

18
Khusus untuk klasifikasi diare dehidrasi berat, jika tidak ada
klasifikasi berat lainya dan fasilitas pelayanan kesehatan mempunyai
fasilitas dan kemampuan terapi inravena, maka dapat dilakukan langkah
rehidrasi dengan Rencana Terapi C terlebih dahulu sebelum merujuk, jika
fasilitas tersebut tidak ada, rujuk segera.
Bayi muda dengan klasifikasi merah muda, memerlukan
penanganan awal segera. Sebelum merujuk ke rumah sakit, berikan semua
tindakan pra rujukan yang sesuai dengan klasifikasinya. Beberapa tindakan
yang memperlambat rujukan dan tidak sangat mendesak tidak diberikan
sebelum rujukan, seperti mengajari ibu mengobati infeksi lokal.
Rujuk adalah pilihan terbaik untuk bayi dengan klasifikasi penyakit
sangat berat. Jika rujukan tidak memungkinkan, lanjutkan pemberian
ampisilin dan gentamisin setidaknya 5 hari. Berikan ampisilin dua kali
sehari pada bayi kurang dari 1 minggu dan 3 kali sehari pada bayi berusia
satu minggu atau lebih, berikan gentamisin sekali sehari.
Bayi dapat dirujuk (syarat rujukan) bila suhu ≥ 35,5ºC, denyut
jantung ≥ 100 kali per menit dan tidak ada tanda dehidrasi berat. Lakukan
tindakan/pengobatan pra rujukan sebagai berikut sebelum merujuk bayi
muda dengan klasifikasi merah:
a) Menangani gangguan nafas pada penyakit sangat berat atau infeksi
bakteri berat.
b) Menangani kejang dengan obat anti kejang.
c) Mencegah agar gula darah tidak turun.
d) Memberi cairan intravena (rencana terapi C).
e) Memberi dosis pertama antibiotik intramukular (Ampisilin dan
Gentamisin).
f) Menghangatkan tubuh bayi segera.
g) Menasihati ibu cara menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan ke
tempat rujukan dengan metode kanguru.
h) Menyertakan contoh darah ibu jika bayi mempunyai klasifikasi ikterus
berat.

19
2) Tindakan dan pengobatan pada bayi muda yang tidak memerlukan rujukan
Tentukan tindakan/pengobatan untuk setiap klasifikasi bayi muda
yang berwarna kuning atau hijau yaitu:
a) Infeksi bakteri lokal
b) Mungkin bukan infeksi
c) Ikterus
d) Tidak ada iketrus
e) Diare dehidrasi ringan/sedang
f) Diare tanpa dehidrasi
g) Mungkin bukan infeksi
h) Berat badan rendah menurut umur dan/atau masalah pemberian ASI
i) Berat badan tidak rendah menurut umur dan tidak ada masalah
pemberian ASI.
Catat semua tindakan/pengobatan yang diperlukan, termasuk
nasihat kapan kembali segera dan kunjungan ulang pada formulir
pencatatan. Beberapa tindakan/pengobatan pada bayi muda yang tidak
memerlukan rujukan:
a) Melakukan asuhan dasar bayi muda (mencegah infeksi, menjaga bayi
muda selalu hangat, memberi ASI saja sesering mungkin dan
imunisasi).
b) Mencegah agar gula darah tidak turun.
c) Memberi antibiotik per oral yang sesuai
d) Mengobati infeksi bakteri lokal
e) Melakukan rehidrasi oral baik di klinik maupun di rumah
f) Mengobati luka atau bercak putih (thrush) di mulut
3. Konseling bagi Ibu
Konseling juga merupakan menasihati ibu yang mencakup bertanya,
mendengar jawaban ibu, memuji, memberi nasihat relevan, memecahkan
masalah dan mengecek pemahaman ibu.
Petugas kesehatan memberitahu ibu kapan harus kembali ke klinik dan
juga mengajari ibu untuk mengenali tanda-tanda yang menunjukan kapan anak
harus segera dibawa ke klinik serta menilai praktik pemberian ASI dan

20
memberikan konseling untuk mengatasi masalah yang ditemukan. Konseling
meliputi juga untuk kesehatan ibu sendiri.
Berikan juga konseling tentang cara melanjutkan pengobatan di rumah,
merawat bayi muda sehat maupun sakit termasuk melakukan asuhan dasar di
rumah. Hans et al., 2018 menyatakan bahwa beberapa jenis konseling yang
diberikan antara lain peningkatan inisiasi menyusu dini termasuk perawatan
bayi baru lahir di rumah (Hans, Edwards, & Zhang, 2018). Konseling
diberikan pada bayi muda dengan klasifikasi kuning atau hijau. Lakukan
konseling setelah anda selesai memberikan tindakan/pengobatan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat melakukan konseling pada
ibu:
1) Menggunakan ketrampilan komunikasi yang baik
2) Menasihati dan mengajari ibu cara mengobati bakteri lokal di rumah (cara
mengobati luka atau thrush di mulut, cara mengobati infeksi kulit atau
pusar, cara mengobati infeksi mata).
3) Mengajari ibu menyusui dengan baik, mengajari ibu cara memerah ASI
dan mengajari ibu cara meningkatkan produksi ASI.
4) Mengajari ibu untuk menjaga bayi berat badan rendah tetap hangat di
rumah. 5) Menasihati ibu tentang kesehatan dirinya.
5) Menasihati ibu kapan harus segera kembali, yaitu jika bayi menunjukkan
salah satu gejala atau lebih gejala berikut:
a) Bayi lemas atau gerakan bayi berkurang.
b) Nafas cepat (≥60 kali per menit).
c) Suara nafas merintih.
d) Sesak nafa/sukar bernafas/henti nafas.
e) Perubahan warna kulit (kebiruan, kuning atau pucat).
f) Malas atau tidak bisa menyusu atau minum.
g) Badan teraba dingin (suhu < 36,5°C).
h) Badan teraba demam (suhu > 37,5°C).
i) Telapak kaki dan tangan terlihat kuning.
j) Bertambah parah.
4. Pelayanan Tindak Lanjut

21
Pelayanan tindak lanjut berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada
saat anak datang untuk kunjungan ulang. Menanyakan kepada ibu mengenai
masalah bayi muda. Tentukan pemeriksaan ini merupakan kunjungan pertama
atau kunjungan ulang untuk masalah yang sama.
Beberapa bayi muda perlu dilihat lebih dari satu kali untuk satu episode
sakit saat ini. Proses penatalaksanaan kasus dari MTBM membantu bayi
muda yang memerlukan kunjungan ulang. Jika bayi muda tersebut dibawa
kembali ke klinik, petugas kesehatan memberikan tindak lanjut dengan
melakukan penilaian lengkap pada bayi muda yang datang untuk kunjungan
ulang.
Pada saat bayi muda dibawa untuk kunjungan ulang, periksalah bayi
untuk melihat perkembangan penyakitnya, apakah membaik, tidak ada
perubahan atau memburuk. Kemungkinan masalah dan klasifikasi penyakit
yang baru akan muncul.
Apabila ditemukan klasifikasi kuning berubah menjadi hijau, artinya
keadaan bayi muda membaik. Klasifikasi yang tetap kuning berarti keadaan
bayi muda tetap. Jika klasifikasi kuning menjadi merah muda berarti keadaan
bayi muda memburuk.
Rujuklah bayi muda ke rumah sakit jika:
1) Keadaan bayi muda memburuk atau
2) Keadaan bayi muda tetap atau obat pilihan kedua tidak tersedia atau
3) Petugas kesehatan khawatir tentang keadaan bayi muda atau
4) Petugas kesehatan tidak tahu harus berbuat apa dengan bayi muda.

22
BAB III
TINJAUAN KASUS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS PADA BAYI “H”
USIA 19 HARI DENGAN MANAJEMEN TERPADU BAYI MUDA
DI PUSKESMAS LEMBAH BINUANG

A. FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS


1. Subyektif
a. Identitas Anak
Nama : By. H
Umur : 19 Hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak Ke- : 2

b. Identitas Orangtua
Ibu Ayah
Nama : Ny. A Tn. A
Umur : 34 tahun 34 tahun
Suku/Bangsa : Minang/Indonesia Minang/Indonesia
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : MRT Wiraswasta
Alamat : Jorong Kapa

c. Keluhan utama : ibu mengatakan bayinya sehat dan menyusu kuat


d. Data kesehatan
1) Riwayat persalinan
a) Tanggal/ jam persalinan : 22 Februari 2021/09.20 WIB
b) Jenis persalinan : Normal
c) Lama persalinan
Kala I : 60 Menit Kala III : 10 Menit
Kala II : 30 Menit Kala IV : 120 Menit

23
d) Anak lahir seluruhnya jam : 09.20 WIB
2) Riwayat kesehatan yang lalu
a) Penyakit yang lalu : ibu mengatakan bayinya tidak sedang
menderita penyakit-penyakit tertentu
b) Riwayat perawatan
Pernah dirawat di : tidak pernah
Penyakit : tidak pernah
c) Riwayat operasi
Pernah operasi di : tidak pernah
Penyakit : tidak pernah
3) Riwayat kesehatan keluarga (ayah, ibu, adik, paman, bibi) yang pernah
menderita sakit
(-) Kanker (-) Penyakit hati (-) Hipertensi
(-) Diabetes mellitus (-) Penyakit ginjal (-) Penyakit jiwa
(-) Kelainan bawaan (-) Hamil kembar (-) TBC
(-) Epilepsi (-) Alergi

4) Riwayat imunisasi
(√) Hepatitis 0, tgl : 22-02-2021 (-) Pentavalen 3/ Polio 4
(√) BCG/Polio 1, tgl : 10-03-2021 (-) Campak
(-) Pentavalen 1/ Polio 2 (-) Pentavalen 4
(-) Pentavalen 2/ Polio 3 (-) Lain-lain

e. Pola pemenuhan kebu tuhan sehari-hari


1) Nutrisi : ASI secara on demand
Keluhan : tidak ada
2) Pola istirahat
Tidur siang : 3-4 jam
Tidur malam : 6-7 jam
3) Eliminasi
BAK : 8-10 x/hari
BAB : 1-2 x/hari
4) Personal hygiene

24
Mandi : 2x/hari
Ganti pakaian : setiap selesai BAK/BAB dan mandi
2. Obyektif
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum : Baik
2) Tanda-tanda vital
HR : 110 x/menit
RR : 40 x/menit
T : 36,8°C
3) BB sekarang/PB : 4600 gram/ 52 cm
b. Pemeriksaan fisik khusus
1) Kulit : turgor kulit baik
2) Kepala : Kulit kepala bersih, rambut hitam, pertumbuhan
rambut halus dan merata, fontanel mayor dan minor belum menutup,
tidak ada caput succedenum, tidak ada chepus hematomo
3) Mata : Simetris, selaput lendir mata tidak pucat, sclera
tidak kuning
4) Mulut : Bibir tidak kering, tidak pucat, mukosa mulut
lembab, tidak ada labio palata siciszia, lidah bersih
5) Perut : Tidak ada pembesaran hepar
6) Ekstremitas : simetris, pergerakan bebas, tidak ada polidaktili
tidak ada sindaktili
7) Genitalia : Bersih, tidak ada kelainan
c. Pemeriksaan reflex
1) Morro : baik
2) Rooting : baik
3) Sucking : baik
4) Grasping : baik
5) Neck righting : baik
6) Tonic neck : baik
7) Startle : baik

25
8) Babinski : baik
9) Merangkak : baik
10) Menari/melangkah : baik
11) Ekstruasi : baik
12) Galant’s : baik
3. Analisis
Diagnosa : Bayi “H” usia 19 hari normal dengan kebutuhan MTBM
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : tidak ada
4. Penatalaksanaan
1) Perencanaan
1. Beritahu hasil pemeriksaan pada orang tua
2. Lakukan pengkajian dengan formulir MTBM
3. Anjurkan ibu untuk melanjutkan pemberian ASI secara eksklusif
4. Anjurkan ibu untuk membawa bayi ke posyandu untuk memantau
pertumbuhan dan perkembangan bayinya
5. Anjurkan ibu untuk mengimunisasikan anaknya sesuai dengan jadwal
imunisasi
2) Pelaksanaan
Tanggal : 13-03-2021
Waktu : 10.00 WIB
1. Memberi tahu ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa keadaan bayinya
sehat
2. Melakukan pengkajian dengan formulir MTBM untuk pemantauan
kesehatan dan deteksi dini pada neonatus
3. Menganjurkan ibu untuk melanjutkan pemberian ASI secara eksklusif
pada bayinya dimana ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada
bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain
seperti seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa
tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit,
bubur nasi dan tim. ASI yang diberikan secara ekslusif selama 6

26
bulan pertama kehidupan dapat mencukupi kebutuhan nutrisi bayi
untuk tumbuh dan berkembang.
4. Menganjurkan ibu untuk membawa bayi ke posyandu setiap bulan
untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan bayinya
5. Menganjurkan ibu untuk mengimunisasikan anaknya sesuai dengan
jadwal imunisasi, dimana Imunisasi merupakan proses
pemberian vaksin pada tubuh seseorang untuk memberikan kekebalan
terhadap penyakit berbahaya yang bisa menyebabkan cacat atau bahkan
kematian. Jadwal imunisasi pada anak yaitu ada:
- Imunisasi Hepatitis B (HB-O) untuk bayi yang usianya kurang dari
24 jam.

- Imunisasi BCG, Polio 1 untuk bayi usia satu bulan.

- Imunisasi DPT-HB-Hib, Polio 2 untuk bayi usia dua bulan.

- Imunisasi DPT-HB-Hib 2, Polio 3 untuk bayi usia tiga bulan.

- Imunisasi DPT-HB-Hib 3, Polio 4, dan IPV untuk bayi usia empat


bulan.

- Imunisasi Campak/MR untuk bayi usia sembilan bulan.

- Imunisasi DPT-HB-Hib lanjutan dan MR lanjutan untuk anak usia


18 bulan.

- Imunisasi DT dan campak/MR untuk anak kelas 1 SD/Madrasah


dan sederajat.

3) Evaluasi
Tanggal : 13-03-2021
Waktu : 10.30 WIB
1. Ibu sudah mengerti bahwa keadaan bayinya sehat

27
2. Bayi ibu sehat dan tidak ada masalah
3. Ibu akan melanjukan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan hanya
memberi ASI saja tanpa makanan dan minuman tambahan
4. Ibu akan membawa bayinya ke posyandu setiap bulan
5. Ibu bersedia mengimunisasikan lagi pada saat usia bayinya 2 bulan

B. CATATAN PERKEMBANGAN
Pengkajian II
Hari/ tanggal : Sabtu/ 20-03-2021

Jam : 10.00 WIB

28
S     : 
Ibu mengatakan bayinya sehat
O    : 
Keadaan umum   : baik                 
Kesadaran           : Composmentis
TTV : 
HR: 121x/menit RR: 40x/menit    S: 36,5˚C             
Pemeriksaan fisik dalam batas normal
A    : 
By. H usia 26 hari dengan keadaan umum bayi baik
P     : 
1. Beri tahu ibu mengenai hasil pemeriksaan
2. Ajarkan ibu pijat bayi untuk meningkatkan kualitas tidur bayi dan
mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan bayi. Pijat bayi adalah
terapi sentuh yang merupakan seni perawatan kesehatan yang memberikan
jaminan adanya kontak tubuh berkelanjutan yang dapat
mempertahankan perasaan aman bayi. Pemijatan bayi juga harus
disesuaikan dengan usianya. Pada bayi 0-1 bulan, disarankan pemijatan
dilakukan dengan usapan-usapan halus dan lembut. Jika tali pusat belum
lepas, sebaiknya tidak dilakukan pemijatan pada bagian perut. Waktu yang
baik untuk memijat adalah malam hari, setelah bayi mandi atau di siang
hari, dan ketika santai dan dilakukan dalam waktu yang singkat.
(ibu mengerti dan mau mengikuti anjuran yang diberikan untuk melakukan
pijat bayi)
3. Anjurkan ibu untuk menjaga kesehatan bayi dan melanjutkan pemberian
ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa memberi makanan atau minuman
tambahan (Ibu mengerti dan akan mengikuti anjuran yang diberikan)
Pengkajian III

Hari/Tanggal: Rabu/ 24-03-2021                   Jam: 11.30 WIB


S     : 
Ibu menyatakan bayinya dalam keadaan sehat
O    : 

29
Keadaan umum   : baik                 
Kesadaran : Composmentis
TTV :
HR: 120x/menit RR: 40x/menit    S: 36,5˚C             
Pemeriksaan fisik dalam batas normal
A    : 
By. H, usia 1 bulan dengan keadaan umum bayi baik
P     : 
1. Beri tahu ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa bayinya sehat
2. Anjurkan ibu untuk datang ke posyandu bulan depan untuk imunisasi bayi
dan memantau pertumbuhan bayi

30
BAB IV

PEMBAHASAN

Kasus By. H usia 19 hari normal dengan kebutuhan MTBM. Hasil


pemeriksaan fisik dalam batas normal. Keadaan umum bayi baik, berat badan
4600 gram dan panjang badan bayi 52 cm.

. Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan pada By. H yaitu mengidentifikasi
identitas melalui anamnesa seperti riwayat kesehatan dan pola kebiasaan sehari–
hari sudah dilakukan pasien. Data objektif dapat diperoleh melalui pemeriksaan
fisik. Dari hasil pemeriksaan objektif pada Bayi H didapatkan hasil bahwa
keadaan umum baik, warna kulit kemerahan, tangisan kuat, tonus otot baik,
pernafasan normal. Tanda–tanda vital seperti laju jantung 110x/menit, laju nafas
40 x/menit, suhu 36,8°C dan hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan secara head
to toe penulis tidak menemukan adanya masalah pada bayi.

Menurut Yulifah (2013) dalam jurnal (Zuraida, 2018) bahwa kunjungan


neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan
kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan/masalah
kesehatan pada neonates bila mengalami masalah. Kunjungan neonatus dapat
membantu menekan risiko kematian. Pelayanan kesehatan neonatal dasar harus
dilakukan secara komprehensif. Pelayanan ini dilakukan dengan menggunakan
standar pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir dengan pendekatan MTBM.
Kunjungan neonatal menggunakan algoritma manajemen terpadu bayi muda
(MTBM) dinilai cost effective untuk menurunkan angka kematian neonatus 30-
60%.

Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM yang meliputi


pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan peyakit sangat berat atau infeksi
bakteri berat, ikterus, diare, status HIV dan kemungkinan berat badan rendah dan
masalah pemberian ASI.

31
Hasil studi WHO oleh Lee, et al (2014) menyatakan manajemen kasus
bayi muda dengan infeksi berat di fasilitas tingkat pertama ini dapat mengurangi
angka kematian neonatal sebesar 34% -62%.

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara ketersediaan fasilitas


dengan praktik bidan dalam penggunaan algoritma manajemen terpadu bayi
muda. Hasil penelitian Puspitarini (2013) menyebutkan kurangnya sarana dan
prasarana untuk pelaksanaan program manajemen terpadu balita sakit
menyebabkan para petugas kurang dapat menjalankan tugasnya dalam
menerapkan manajemen terpadu balita sakit di puskesmas. Ketersediaan fasilitas
yang tidak lengkap akan berisiko 2 kali lebih besar untuk pelaksanaan praktik
yang tidak sesuai standar. Ketidaktersediaan vitamin K1 injeksi di fasilitas dapat
berdampak pada penentuan tindakan pemberian injeksi vitamin K1 dan penentuan
klasifikasi bayi muda yang kurang tepat.

Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM yang meliputi


pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan peyakit sangat berat atau infeksi
bakteri berat, ikterus, diare, status HIV dan kemungkinan berat badan rendah dan
masalah pemberian ASI.

World Health Organization (WHO) Tahun 2018, merekomendasikan


untuk menyusui secara eksklusif dalam 6 bulan pertama kehidupan bayi dan
melanjutkan untuk waktu 2 tahun atau lebih, karena Air Susu Ibu ASI sangat
seimbang dalam memenuhi kebutuhan nutrisi bayi yang baru lahir dan merupakan
satu-satunya makanan yang dibutuhkan sampai usia 6 bulan.

Menurut penelitian Dian Insana FitriTahun 2014 dengan judul ”Hubungan


Pemberian ASI Dengan Tumbuh Kembang Bayi Umur 6 bulan Di Puskesmas
Nanggalo”Pada penelitian ini dari 50 bayi didapatkan 15 orang
(30%).Berdasarkan hasil pemeriksaan perkembangan pada bayi umur 6 bulan
menggunakan Metode Denver II,diperoleh bayi yang diberikan ASI Eksklusif
sebanyak 13 orang (86,7%) dengan perkembangan sesuai umur, dan 2 orang
(13,3%) mengalami keterlambatan (abnormal). Sedangkan bayi yang diberikan

32
non eksklusif didapatkan 19 orang (54,3%) dengan hasil perkembangan normal,
dan 16 orang (45,7%) menggalami keterlambatan.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Miftahul Munir di Puskesmas


Plumpang Kabupaten Tuban, diperoleh hasil bahwa pemberian ASI eksklusif
berpengaruh terhadap berat badan bayi, dimana bayi yang diberikan ASI eksklusif
100% memiliki berat badan normal, sedangkan bayi yang diberikan MP-ASI
mayoritas memiliki badan normal atau baik sebesar 69,09% dan 23,81%
mengalami kegemukan atau tidak baik.

Pemantauan pertumbuhan bayi dan balita sangat penting dilakukan untuk


mengetahui adanya gangguan pertumbuhan (growth faltering) secara dini. Anak
umur 0-59 bulan memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan setiap bulan,
yang tercatat di KMS, atau buku pencatatan lainnya. Jenis pelayanan yang
diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup penimbangan berat badan,
penentuan status pertumbuhan, penyuluhan dan konseling, jika ada tenaga
kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan deteksi
dini tumbuh kembang. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.
Posyandu juga berfungsi penting untuk memantau dan menjaring status Gizi
Balita.

Beberapa penelitian mengatakan pijat bayi bisa merangsang saraf nervus


vagus, dimana saraf ini meningkatkan peristaltik usus yang mengatur fungsi organ
tubuh termasuk di bagian dada dan perut. Rangsangan pada saraf vagus (saraf
parasimpatis) akan merangsang lambung untuk mengeluarkan hormon gastrin.
Disisi lain, pijat juga melancarkan peredaran darah dan meningkatkan
metabolisme sel, dari rangkaian tersebut berat badan bayi akan meningkat.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Tiffany (2010) yang berjudul
Preterm Infant Massage Therapy Research Hasil penelitian membuktikan terdapat
peningkatan berat badan hingga 20% pada bayi yang dilakukan terapi pijat bayi
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan ataupun ibu bayi dibandingkan kelompok
yang tidak diberi perlakuan.

33
Penelitian yang dilakukan oleh Johari dkk (2016) dengan judul The effect
of massage on weight gain of low. Dengan metode Randomized clinical trial
dengan desain case control. Dan populasinya adalah neonatus yang mengalami
BBLR. Pijat bayi dilakukan selama 15 menit/ hari diberikan selama 5 hari untuk
kelompok eksperimen. Didapatkan hasil peningkatan berat badan pada kelompok
eksperimen meningkat secara signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Menurut asumsi penulis,menggunakan algoritma Manajemen Terpadu


Bayi Muda perlu dilakukan dalam setiap kunjungan rumah atau pelayanan pada
bayi muda. Sehingga dapat terdeteksi dan terpantau kondisi bayi. Apabila terdapat
masalah atau gangguan bayi muda yang berusia kurang dari 2 bulan dapat
dilakukan penanganan sesauai dengan aturan tidakan dan pengobatan dalam
MTBM.

34
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan sesuai dengan manajemen kebidanan
dengan pendokumentasian SOAP. Pada kasus neonatus pada By. H pada tanggal
13 Maret 2021 di Puskesmas Lembah Binuang, maka dapat disimpulkan bahwa :

a Pada pengkajian didapatkan data subyektif By. H usia 19 hari normal. Data
objektif menunjukkan ibu dalam keadaan baik dengan tanda-tanda vital dalam
batas normal, pemeriksaan fisik yang tidak terdapat kelainan pada bayi, dan
pemeriksaan dalam batas normal sehingga sesuai dengan teori.

b Berdasarkan hasil pengkajian dari data subyektif dan data obyektif yang sudah
dilakukan, diagnosa yang dapat ditegakkan adalah By. H usia 19 hari normal
dengan kebutuhan MTBM.

c Intervensi yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan dan masalah yang


dialami bayi muda.

d Implementasi yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah disusun.

e Pada evaluasi didapatkan bahwa By. H pada semua intervensi terlaksana


dengan baik.

5.2 Saran

Sebagai upaya untuk menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan


kebidanan penulis menyimpulkan suatu saran sebagai berikut :
A. Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi pendidikan mengembangkan materi yang telah
diberikan baik dalam perkuliahan maupun praktik lapangan dan juga
menambah referensi-referensi agar bisa dijadikan evaluasi dalam
memberikan asuhan kebidanan pada neonatus dengan MTBM sesuai
dengan standart pelayanan minimal.

35
B. Tempat Puskesmas
Tempat pelayanan disarankan untuk mempertahankan serta
meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan yang dilakukan pada
neonatus dengan MTBM sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal
Kebidanan.
C. Klien dan keluarga
Setelah mendapatkan pelayanan kebidanan pada neonatus dengan
MTBM keluarga serta klien diharapkan bertambah wawasannya sehingga
dapat mendeteksi dini jika ada penyulit dan dapat diminimalkan resiko-
resikonya.
D. Bagi Mahasiswa Kebidanan
Mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang didapatkan selama
perkuliahan sehingga dapat melakukan asuhan kebidanan pada neonatus
dengan MTBM.

36
DAFTAR PUSTAKA

Abu, A.D.K.H., Yuli K, Kusuma E.W. 2015. Hubungan Karakteristik Bidan


dengan Mutu Pelayanan Antenatal Care Berdasarkan Standar Oprasional.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas 10(1): 94-100

Anggraeni. S, 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam


Bidang Kesehatan.Yogyakarta: Nuha Medika.

Dian Insana Fitri, Eva, Chundrayetti Rima Semiarty. Hubungan Pemberian ASI
Dengan Tumbuh Kembang Bayi Umur 6 Bulan Di Puskesmas Nanggalo.
2014

Drijen Kesmas. 2018. Rencana Aksi Program Kesehatan Masyarakat Tahun 2015-
2019. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Iraningsih, W., M. Azinar. 2016. Praktik Bidan Dalam Penggunaan Algoritma


Manajemen Terpadu Bayi Muda Pada Kunjungan Neonatal, UNNES
Journal of Public Health 6(1)

Johari, S. et al. (2016) The effect of massage on weight gain of low- weight
hospitalized Infants: A Randomized Clinical Trial.Physical
Treatments.2016;5(4):205-210

Kementerian Kesehatan. 2010. Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial.


Kementerian Kesehatan. Jakarta

Kementerian Kesehatan. 2013. Permenkes RI Nomor 70 Tahun 2013.


Kementerian Kesehatan. Jakarta

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Surveilans Kesehatan Anak


(Seri Balita). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017.Manajemen Terpadu Balita


Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019.Manajemen Terpadu Balita


Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

37
Lee, AC., Chandran, A., Herbert, HK., Kozuki, N., Markell, P., Shah, R., et al.
2014. Treatment of Infections in Young Infants in Low- and Middle-
Income Countries: A Systematic Review and Meta-analysis of Frontline
Health Worker Diagnosis and Antibiotic Access. PLoS Med, 11 (10):
e1001741

Marmi & Raharjo, K. 2012.Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Prinja, Pankaj Bahuguna, Pavitra Mohan, Sarmila Mazumder, Sunita Taneja, Nita
Bhandari, Henri van den Hombergh, Rajesh Kumar. “Cost Effectiveness of
Implementing Integrated Management of Neonatal and Childhood Illnesses
Program in District Faridabad, India”, 2016, journal.pone.0145043

Puspitarini, D. 2013. Evaluasi Pelaksanaan MTBS Pneumonia di Puskesmas di


Kabupaten Lumajang Tahun 2013. Jurnal Berkala Epidemiologi, 1 (2):
291-301

Putra, Artawan Eka dan Djuwita. 2012.” Peningkatan Pengetahuan Dan


Penerapan Manajemen Terpadu Bayi Muda Oleh Bidan Desa Di Kabupaten
Temanggung Tahun 2012” Jurnal Arc. Com. Health vol 1 No:98-108

Sheka Shemsi Seid, Endalew Gemechu Sendo. “A survey on Integrated


Management of Neonatal and Childhood Illness implementation by nurses
in four districts of West Arsi zone of Ethiopia”. Pediatric Health, Medicine
and Therapeutics, 2018:9 1–7

Tiffany,F (2010),Preterm Infant Massage Therapy Research : A Review. Infant


Behav Dev.2010 April; 33(2): 115-124, DOI:10.1016/j.infbeh.2009.12.004

United Nations Children’s Fund. 2018. Levels & Trends in Child Mortality.
Nations Children Fund. New York. United States

WHO. Global Breastfeeding Scorecard, 2018. Enabling women to breastfeed


through better policies and programmes. 2018

38
Zuraida. 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Neonatus Di
Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan; Jurnal Human Care; Volume
1.No.2 Tahun 2016)

39
Lampiran 1

NARASI KASUS KELOLAAN UNIT KIA


HARI/ Sabtu/13-
TANGGAL 03-2021
Inisial By.”H” Diagnosa medic By. H Usia 19 Hari dengan MTBM
di Puskesmas Lembah Binuang
By. H Usia 19 hari dengan icterus fisiologis datang ke puskesmas dengan alasan
kunjungan :
Ibu mengatakan bayinya sehat
Setelah dilakukan pemeriksaan di dapatkan hasil sebagai berikut :
1. Keadaan umum : Baik
2. Tanda-tanda vital
3. HR : 110 x/menit
4. RR : 40 x/menit
5. T : 36,8°C
6. BB sekarang/PB : 4600 gram/ 52 cm
Pemeriksaan fisik dalam batas normal

Dari hasil data diatas, dapat di tegakkan Diagnosa : By. H Usia 19 hari dengan
MTBM

Masalah utama adalah :


Tidak ada

Kebutuhan yang diharapkan ibu adalah :


Tidak ada

Intervensi yang di berikan pada By. “H” diantaranya :


1. Beritahu hasil pemeriksaan pada orang tua
2. Lakukan pengkajian dengan formulir MTBM
3. Anjurkan ibu untuk melanjutkan pemberian ASI secara eksklusif
4. Anjurkan ibu untuk membawa bayi ke posyandu untuk memantau

40
pertumbuhan dan perkembangan bayinya
5. Anjurkan ibu untuk mengimunisasikan anaknya sesuai dengan jadwal
imunisasi

Implementasi yang telah dilaksanakan adalah :


1. Memberi tahu ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa keadaan bayinya
sehat
2. Melakukan pengkajian dengan formulir MTBM
3. Menganjurkan ibu untuk melanjutkan pemberian ASI secara eksklusif
pada bayinya
4. Menganjurkan ibu untuk membawa bayi ke posyandu setiap bulan untuk
memantau pertumbuhan dan perkembangan bayinya
5. Menganjurkan ibu untuk mengimunisasikan anaknya sesuai dengan
jadwal imunisasi

Setelah dilaksanakan implementasi, maka perlu dilakukan Evaluasi kepada ibu


dan bayi dengan hasil sebagai berikut :
1. Ibu sudah mengerti bahwa keadaan bayinya sehat
2. Bayi ibu sehat dan tidak ada masalah
3. Ibu akan melanjukan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan hanya
memberi ASI saja tanpa makanan dan minuman tambahan
4. Ibu akan membawa bayinya ke posyandu setiap bulan
5. Ibu bersedia mengimunisasikan lagi pada saat usia bayinya 2 bulan

MAHASISWA PARAF CI KLINIK PARAF CI AKADEMIK

41
Amelia Roza Yusnirwana, S.Tr.Keb Resty Nofilda Putri, S.ST,
M.Kes

Lampiran 2
KUNJUNGAN I
ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS PADA BAYI “ H “ USIA
19 HARI DENGAN MANAJEMEN TERPADU BAYI MUDA

42
DI PUSKESMAS LEMBAH BINUANG

KUNJUNGAN II

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS PADA BAYI


“ H “ USIA 26 HARI DENGAN PIJAT BAYI
DI PUSKESMAS LEMBAH BINUANG

43
44
LAMPIRAN 3
SOP PIJAT BAYI

PIJAT BAYI

Pengertian Melakukan pemijatan pada bayi

Indikasi 1. Pada bayi normal


2. Pada bayi yang memerlukan pemijatan
Tujuan 1. Meningkatkan berat badan bayi
2. Meningkatkan pertumbuhan
3. Meningkatkan daya tahan tubuh
4. Meningkatkan Konsentrasi bayi dan membuat bayi tidur
lebih lelap
5. Membina Kasih Sayang orang tua dengan anak
6. Meningkatkan produksi ASI
Persiapan 1. lepaskan baju dan celana bayi
pasien
Persiapan 1. Cuci tangan
petugas dan 2. Hindari kuku dan perhiasan yang bisa menggores
lingkungan kulit bayi.
3. Ruang untuk memijat usahakan hangat dan tidak pengap.
4. Bayi selesai makan atau tidak berada dalam keadaan
lapar.
5. Usahakan tidak diganggu dalam waktu lima belas

45
menit untuk melakukan proses pemijatan
6. Baringkan bayi di atas kain rata yang lembut dan bersih.
7. Ibu/ayah duduk dalam posisi nyaman.
8. Sebelum memijat, mintalah izin kepada bayi dengan cara
membelai wajahnya sambil mengajak bicara
Persiapan 1. babi oil/sabun
alat 2. alas/kasur tipis
Prosedur Prosedur Pemijatan
* Pijat Muka
1. Letakkan ibu jari diantara alis mata si bayi. Pijat dengan ibu
jari secara lembut pada alis dan di atas kelopak mata.
2. Pijat dari pertengahan alis turun ke bawah melalui samping
lipatan hidung menuju ke pipi,pijat diatas bibir ,sekitar
mulut dan dagu,rahang dan belakang telinga.
* Pijat dada
1.Letakkan tangan diatas dada Buat gerakan ke atas sampai

dengan bawah leher lalu ke samping kiri-kanan di atas


tulang selangka membentuk gambar hati lalu kembali ke
ulu hati.

2.Gerakan diagonal di dada (huruf X) dari kiri ke kanan.


* Pijat daerah lengan
1. Jari-jari kita melingkar pada lengan bayi dan putar
dengan kedua tangan dengan lembut mulai dari pundak
ke pergelangan tangan.
2. Pijat telapak tangan dengan ibu jari mulai telapak
hingga jari- jari.
3. Pijat punggung tangan dari arah pergelangan ke jari-jari
dengan lembut.
4. Sebaliknya dari ujung pergelangan ke bahu.
5. Akhiri pijatan lengan dengan gerakan menggulung
dengan tangan kita.
6. Lakukan secara bergantian pada tangan kanan dan kiri.

46
*Pijat daerah perut
BAB 1 : Pijat perut bayi dari atas ke bawah seperti
gerakan mengayuh sepeda.
BAB 2 : Angkat kaki bayi dan tekan ke perut.buat gerakan
memutar dg kedua tangan kita.
BAB 3 : Pijat perut mulai bagian kiri atas ke bawah
dengan jari-jari tangan membentuk huruf I lalu L dan
huruf u terbalik
BAB 4 : Untuk mengakhiri pijatan diperut gerakan jemari
anda diatas perut bayi dari kiri kekanan.
* Pijat daerah paha dan betis
1. Pegang kedua paha bayi dengan kedua tangan kita.
Putar dari dalam ke luar sambil bergerak turun
menuju betis. Kembali ke atas dengan gerakan
sama.
BAB 5 : Pijat daerah telapak kaki
1.Pijat telapak kaki dari arah tumit ke jari kaki.
2.Remas jari satu persatu.
3.Pijat punggung kaki, mulai dari mata kaki sampai ke jari
kaki.
* Pijat Daerah Punggung

1. Bayi ditengkurapkan melintang.


2. Pijat punggung dengan gerakan maju mundur sepanjang
punggung mulai dari leher sampai pantat.
3. Kemudian gerakkan salah satu tangan dari punggung atas
sampai ke pantat
4. Buat gerakan melingkar dengan dengan jari-jari mulai
batas punggung sampai dengan pantat
5. Untuk mengakhiri pijatan tekan dengan lembut dengan
jari-jari dari atas punggung sampai pantat

47
Lampiran 4
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
EDUKASI KESEHATAN PADA NEONATUS

Pokok Bahasan           : Edukasi kesehatan pada neonatus


Jam/waktu                  : Maret 2021
Sasaran                       : Ibu yang memiliki neonatus
Penyuluh                     : Mahasiswa Profesi Bidan Fort De Kock
Tempat                        : Puskesmas Lembah Binuang

A. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan klien mampu mengetahui seputar
materi pendidikan kesehatan pada ibu yang memiliki neonatus dan dapat
menambah pengetahuan mereka serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan secara daring klien dapat mengerti tentang :
 Pijat bayi
 ASI eksklusif
 Imunisasi dasar
 Pentingnya pemantauan tumbuh kembang di Posyandu

B. METODE
Metode yang digunakan adalah Konseling

48
C. KEGIATAN PENYULUHAN
Kunjungan I
No. Waktu Kegiatan Pemateri Kegiatan Peserta
1. 3 Menit Pembukaan :
 Membuka kegiatan dengan  Menjawab
mengucapkan salam. salam
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Kontrak waktu  Memperhatikan
 Menjelaskan tujuan dari penyuluhan  Memperhatikan
 Menyebutkan materi yang akan  Memperhatikan
diberikan

2. 10 menit Isi :
 Menjelaskan tentang :  Memperhatikan
- Pijat bayi
- ASI eksklusif
- Imunisasi dasar
- Pentingnya pemantauan
tumbuh kembang di
Posyandu

49
3. 5 Menit Evaluasi :
 Memberikan kesempatan kepada  Memberi
peserta untuk bertanya pertanyaan
 Meminta peserta untuk menjelaskan  Memberi
kembali materi yang telah penjelasan
disampaikan dengan singkat tentang materi
menggunakan bahasa peserta sendiri yang telah
 Memberikan pertanyaan kepada disampaikan.
peserta tentang materi yang telah  Menjawab
disampaikan pertanyaan

4. 2 Menit Penutup :
 Mengucapkan terima kasih  Mendengarkan
 Mengucapkan salam penutup  Menjawab
salam

D. MATERI PENYULUHAN
Konseling Informasi dan Edukasi Kesehatan pada Neonatus

1. Pijat bayi
Massage adalah terapi sentuh tertua dan yang paling populer yang
dikenal manusia. Massage meliputi seni perawatan kesehatan dan pengobatan
yang telah dipraktekkan sejak berabad–abad silam (Andrews dalam Sulung
dkk, 2015).
Pijat merupakan stimulasi taktil yang memberikan efek biokimia dan
efek fisiologi pada berbagai organ tubuh. Pijat yang dilakukan secara benar dan
teratur pada bayi diduga memiliki berbagai keuntungan dalam proses tumbuh
kembang bayi. Pijat pada bayi oleh orangtua dapat meningkatkan hubungan
emosional antara orangtua dan bayi, juga diduga dapat meningkatkan berat
badan bayi (Yuliana dkk, 2013).
Manfaat pijat bayi antara lain meningkatkan berat badan dan
pertumbuhan, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan konsentrasi bayi
dan membuat bayi tidur lelap, membina ikatan kasih sayang orang tua dan anak

50
(bonding), meningkatkan produksi ASI. Selain ada manfaat, pijat bayi juga
memiliki dampak dan komplikasi bila dilakukan dengan tidak benar akibat
kesalahan pemijat seperti trauma atau lebam pada kulit dan otot, rasa sakit pada
bayi sehingga bayi menjadi rewel, cedera otot dan tulang, pembengkakan, bayi
semakin rewel. Tetapi selama pijat bayi dilakukan dengan benar dan lembut,
maka pijat bayi aman dilakukan, bahkan bermanfaat (Cahyaningrum &
Sulistyorini, 2014).
2. ASI Eksklusif
ASI (Air Susu Ibu) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan
protein,lactose dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah
kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Haryono dan
Setianingsih, 2014). Pada usia 6 bulan pertama, bayi hanya perlu diberikan ASI
saja atau dikenal dengan sebutan ASI eksklusif (Maryunani, 2010). ASI
eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi 0-6 bulan tanpa pemberian
tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, madu, air teh, air putih dan
tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit, dan
nasi tim (Haryono dan Setianingsih, 2014)
Menyusui adalah cara alami untuk memberikan asupan gizi, imunitas
dan memelihara emosional secara optimal bagi pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Tidak ada susu buatan (Susu Formula) yang dapat
menyamai ASI baik dalam hal kandungan nutrisi, faktor pertumbuhan, hormon
dan terutama imunitas. Karena imunitas bayi hanya bisa didapatkan dari ASI.
(KemenkesRI,2014)
3. Pentingnya pemantauan tumbuh kembang di Posyandu
Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari,
oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan disuatu
wilayah kerja Puskesmas,dimana program ini dapat dilaksanakan di balai
dusun, balai kelurahan, maupun tempat-tempat lain yang mudah didatangi oleh
masyarakat. Posyandu merupakan langkah yang cukup strategis dalam rangka
pengembangan kualitas sumber daya manusia bangsa Indonesia agar dapat
membangun dan menolong dirinya sendiri, sehingga perlu ditinggkatkan
pembinaannya. Peningkatan pembinaan posyandu sebagai pelayanan KB dan

51
kesehatan yang dikelola untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan
pelayanan teknis dari petugas perlu tumbuh kembangkan perlu serta aktif
(Sulistyorini, 2010).
Tujuan pokok dari pelayanan terpadu adalah mempercepat penurunan
angka kematian ibu (ibu hamil, melahirkan,dan ibu nifas) dan anak,
meningkatkan pelayanan kesehatan ibu , mempercepat penerimaan NKKBS
(Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) atau membudayakan NKKBS,
meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan-kegiatan lain yang menunjang
peningkatan kemampuan hidup sehat sejahtera serta pendekatan dan
pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam usaha
meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada penduduk berdasarkan
letak geografis, berfungsi sebagai wahana gerakan reproduksi keluarga
sejahtera, gerakan ketahanan keluarga dan gerakan ekonomi keluarga sejahtera.
Manfaat Posyandu pada umumnya yaitu bagi masyarakat dapat
memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan
kesehatan bagi anak balita dan ibu, pertumbuhan anak balita terpantau sehingga
tidak menderita gizi kurang atau gizi buruk. Bayi dan ank balita mendapatkan
kapsul vitamin A, bayi memperoleh imunisasi lengkap, ibu hamil juga akan
terpantau berat badanya dan memperoleh tablet tambah darah serta imunisasi
TT, ibu nifas memperoleh kapsul vitamin A dan tablet tambah darah serta
memperoleh penyuluhan kesehatan yang berkaitan tentang kesehatan ibu dan
anak. Bagi Kader yaitu mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih
dahulu dan lebih lengkap. Ikut berperan secara nyata dalam tubuh kembang
anak balita dan kesehatan ibu. Citra diri meningkat di mata masyarakat sebagai
orang yang terpercaya dalam bidang kesehatan menjadi panutan karena telah
mejadi demi pertumbuhan anak dan kesehatan ibu (Sulistyorini,2010)
4. Imunisasi dasar
a. Pengertian imunisasi dasar

Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang


terhadap suatu penyakit dengan memberikan “infeksi ringan” yang tidak
berbahaya namun cukup untuk menyiapkan respons imun, sehingga

52
apabila kelak terpajan pada penyakit tersebut ia tidak menjadi sakit (Ranuh
dkk, 2017).

b. Tujuan imunisasi

Tujuan dalam pemberian imunisasi antara lain :

1) Meningkatkan kualitas hidup anak sehingga tidak terkena penyakit

2) Meningkatkan nilai kesehatan orang di sekitarnya

3) Menurunkan angka morbiditas, moralitas dan cacat serta bila mungkin


didapat eradikasi suatu penyakit dari suatu daerah atau negeri (Ranuh
dkk, 2017)

c. Manfaat imunisasi

Manfaat imunisasi bagi anak dapat mencegah penyakit cacat dan


kematian, sedangkan manfaat bagi keluarga adalah dapat menghilangkan
kecemasan dan mencegah biaya pengobatan yang tinggi bila anak sakit.
Bayi yang mendapat imunisasi dasar lengkap akan meningkatkan kualitas
hidup anak sehingga tidak terkena penyakit dan peningkatan nilai
kesehatan orang disekitarnya (Ranuh dkk, 2017).

53

Anda mungkin juga menyukai