Anda di halaman 1dari 28

Mata Kuliah : Sistem Perencanaan Rumah Sakit

Dosen Pengampu : Noviani Munsir, SKM.,M.KM

ISU

BAYI MENINGGAL 5 MENIT SETELAH DILAHIRKAN

DI SUSUN

OLEH KELOMPOK I:

DEWA AYU KETUT SRIANI (NIM : PA20.021)

RAHMADINA KUDASO (NIM : PA20.018)

PROGRAM STUDI

SI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

STIKES PELITA IBU KENDARI

TAHUN AJARAN

2022
KATA PENGANTAR

Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah untuk memenuhi salah


satu tugas pada mata kuliah Sistem Perencanaan Rumah sakit yang membahas
tentang “Isu Bayi Meninggal 5 Menit Setelah Dilahirkan” dan semoga dengan
dibuatnya Makalah ini dapat membantu menambah ilmu pengetahuan bagi
pembaca.

Melalui kata pengantar ini penulis terlebih dahulu meminta maaf dan
memohon permakluman bilamana isi Makalah ini ada kekurangan baik dalam isi
maupun penulisan. Terima kasih

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 4
2.1 Definisi Kematian Bayi ............................................................................ 4
2.2 Tingkat Kematian Bayi di Rumah Sakin dan Bukan di Rumah Sakit...... 4
2.3 Penyebab Kematian Bayi Baru Lahir ....................................................... 6
2.4 Faktor-Faktor Resiko Kematian Bayi Baru Lahir .................................... 8
2.5 Petugas Penolong Persalinan .................................................................. 11
2.6 Upaya menurunkan angka kematian bayi............................................... 12
2.7 Tingkat Kematian Bayi Baru Lahir di Sulawesi Tenggara .................... 13
2.8 Kerangka isu ........................................................................................... 15
2.9 Kelompok Sasaran Dalam Isu ................................................................ 17
2.10 Rancangan Kebijakan ............................................................................. 18
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 22
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 22
3.2 Saran ....................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bayi Baru Lahir adalah bayi yang berkesempatan untuk memulai
kehidupan dan beradaptasi pada dunia luar setelah kurang lebih sembilan
bulan berada didalam kandungan ibu. Maka dari itu kemampuan bayi baru
lahir belum sepenuhnya stabil dalam mengendalikan tubuhnya.
Bayi adalah anak dengan rentang usia 0-12 bulan. Masa bayi
merupakan bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami
adaptasi terhadap lingkungan. Indikator kesehatan suatu bangsa masih di lihat
dari tinggi atau rendahnya angka kematian bayi (Maryuni 2013). Selama
periode neonatal, kehidupan di dalam dan di luar rahim berubah dan organ
menjadi matang. Di bulan pertama kehidupan, bayi rentan gangguan
kesehatan, itu dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan dan bahkan
kematian bayi pada saat baru saja dilahirkan (RI, Kementerian Kesehatan,
2014).
Menurut World Health Organization (WHO) setiap tahunnya ada 120
juta bayi baru lahir didunia. Secara global terdapat 4 juta bayi (33%) yang
lahir mati dalam usia 0 sampai dengan 7 hari (perinatal), dan terdapat 4 juta
bayi (33%) yang lahir mati dalam usia 0 sampai dengan 28 hari (neonatal).
Dari 120 juta bayi yang dilahirkan, terdapat 3,6 juta bayi (3%) yang
mengalami asfiksia, dan hampir 1 juta bayi asfiksia (27,78%) yang
meninggal. Sebanyak 47% dari seluruh kematian bayi di indonesia terjadi
pada masa neonatal ( usia dibawah 1 bulan). Setiap 5 menit terdapat satu
neonatal yang meninggal. Penyebab kematian neonatal di indonesia adalah
BBLR (29%), asfiksia (27%), trauma lahir, tetanus nenonatorum, infeksi lain,
dan kelainan kongenital (Marwiyah Nila, 2016).
Penyebab utama kematian bayi baru lahir, diantaranya adalah BBLR
(29%), asfiksia (27%), masalah pemberian minuman (10%), infeksi
(5%),lain-lain (13%), asfiksia merupakan salah satu penyebab angka
kematian bayi (AKB) di Indonesia (Depkes RI,2014).

1
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah bayi yang meninggal
sebelum mencapai usia tepat 1 tahun yang dinyatakan per 1000 kelahiran
hidup (UNICEF, 2020). Berdasarkan data World Bank angka kematian bayi
di dunia pada tahun 2019 mencapai angka 28,2 per 1000 kelahiran hidup (The
World Bank, 2020). Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2017 menunjukkan AKN sebesar 15 per 1000 kelahiran hidup
dan AKB sebesar 24 per 1000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia,
2018).
Menurut WHO mayoritas dari semua kematian neonatal (75%) tersebut
terjadi selama minggu pertama kehidupan, dan sekitar 1 juta bayi baru lahir
meninggal dalam 24 jam pertama. Termasuk didalamnya kelahiran
premature, komplikasi terkait intrapartum (lahir dengan keadaan asfiksia atau
kegagalan bernafas), dan infeksi cacat lahir, hal ini yang menyebabkan
sebagian besar kematian pada neonatal pada tahun 2017 (WHO, 2020).
Berdasarkan Sustainable Development Goals (SDGs) pada goals ketiga
mengenai Kesehatan dan Kesejahteraan, Angka Kematian Neonatal di
Indonesia pada tahun 2020 sebesar 24 per 1000 kelahiran hidup. Provinsi
dengan jumlah kematian neonatal tertinggi di Indonesia yaitu Sumatera Utara,
Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.
Pada tahun 2019, angka kematian bayi baru lahir (AKN) di Sulawesi
Tenggara adalah 336 kematian (7/1000 KH), menurut statistik dari Profil
Kesehatan Sulawesi Tenggara. Terdapat 148 kejadian kematian (3/per 1000
KH) menurut Angka Kematian Bayi (AKB). AKABA (Angka Kematian
Balita) adalah 194 kematian per 1000 KH. Sebelum itu, dikutip dari data
Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggra (DINKES Prov-SULTRA) pada tahun
2016 menyatakan bahwa Kematian bayi terbanyak di Sulawesi tenggara
terbanyak pada tahun 2016 terdapat di kabupaten Muna yaitu berjumlah 20
kasus, kabupaten Buton Utara 18 kasus, kabupaten Konawe dan Konawe
Utara masing-masing 17 kasus, kabupaten Wakatobi 16 kasus, kabupaten
kolaka 15 kasus, kota kendari dan Bau-Bau masing- masing 5 kasus, Buton
tengah 4 kasus, Bombana 3 kasus dan Konawe kepulauan 2 kasus (Dinas

2
Kesehatan Sulawesi Tenggara, 2016). Beberapa Penyebab kematian bayi di
Sulawesi tenggara yaitu penemonia, diare, kelainan sistem endokrin, keadaan
gizi buruk, kelainan bawaan.
Penurunan angka kematian neonatal merupakan hal yang sangat
penting, karena kematian neonatal memberikan kontribusi sebesar 60%
terhadap Angka Kematian Bayi (World Health Organization (WHO), 2018).
Penyebab utama kematian pada minggu pertama kehidupan adalah
komplikasi kehamilan dan persalinan seperti asfiksia, sepsis dan komplikasi
berat lahir rendah. Kurang lebih 98% kematian ini terjadi di negara
berkembang dan sebagian besar kematian ini dapat dicegah dengan
pencegahan dini dan pengobatan yang tepat (Marmi, 2015).
Sehingga pada makalah ini, penulis akan membahas mengenai
penyebab kematian bayi baru lahir (5 menit setelah dilahirkan) serta
kebijakan yang harus di buat agar mengurangi kasus kematian bayi baru lahir.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana kebijakan yang tepat sebagai upaya dalam mengurangi
tingkat kematian bayi baru lahir dalam kasus ini yaitu bayi meninggal 5 menit
setelah dilahirkan ?

1.3 Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui kebijakan yang tepat sebagai upaya dalam
mengurangi tingkat kematian bayi baru lahir dalam kasus ini yaitu bayi
meninggal 5 menit setelah dilahirkan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kematian Bayi


Kematian atau mortalitas adalah salah satu dari tiga komponen proses
demografi yang berpengaruh terhadap struktur penduduk. Dua komponen
proses demogrsfi lainnya adalah kelahiran (fertilitas) dan mobilitas
penduduk. Tinggi rendahnya tingkat mortalitas penduduk di suatu daerah
tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan penduduk tetapi juga merupakan
barometer dari tinggi rendahnya tingkat kesehatan masyarakat di daerah
tersebut (Bagus, 2008).
Bayi adalah anak dengan rentang usia 0-12 bulan. Kematian bayi adalah
bayi yang mati dan mati dini 28 hari kelahiran. Kematian bayi dibagi menjadi
2, yaitu kematian bayi dini yang terjadi selama minggu pertama kehidupan
(0-6 hari) dan kematian bayi lambat yang terjadi 7-28 hari kehidupan.
Kematian bayi menurut penyebabnya yaitu endogen dan eksogen. Kematian
bayi endogen disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir
yang diperoleh dari orang tuanya atau didapat selama kehamilan dan
kematian bayi eksogen atau kematian post-neonatal disebabkan oleh faktor-
faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar (Rachmadiani dkk.,
2018). Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam usia
28 hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup.

2.2 Tingkat Kematian Bayi di Rumah Sakin dan Bukan di Rumah Sakit
Neonatal adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine.
Kematian neonatal dini merupakan kejadian kematian bayi yang berumur 0
sampai < 7 hari. Kematian bayi di seluruh dunia diperkirakan 11 juta setiap
tahun, 60% kematian bayi terjadi pada masa neonatal dan 40% kematian
neonatal terjadi pada umur satu minggu pertama kehidupan.

4
Kematian bayi yang termasuk usia neonatal terjadi lebih tinggi di rumah
sakit selain itu pula mencakup kematian ibu pada saat setelah bersalin.
Berdasarkan data Sampling Registration System (SRS) tahun 2018, sekitar
76% kematian ibu terjadi di fase persalinan dan pasca persalinan dengan
proporsi 24% terjadi saat hamil, 36% saat persalinan dan 40% pasca
persalinan. Yang mana lebih dari 62% Kematian Ibu dan Bayi terjadi di
rumah sakit.
Tingginya kematian ini disebabkan oleh berbagai faktor risiko yang
terjadi mulai dari fase sebelum hamil yaitu kondisi wanita usia subur yang
anemia, kurang energi kalori, obesitas, mempunyai penyakit penyerta seperti
tuberculosis dan lain-lain. Pada saat hamil ibu juga mengalami berbagai
penyulit seperti hipertensi, perdarahan, anemia, diabetes, infeksi, penyakit
jantung dan lain-lain. Hal ini lah yang dapat mempengaruhi janin pada saat
dilahirkan.
Selain itu akses pasien menuju layanan kesehatan yang sulit serta mutu
pelayanan kesehatan yang kurang baik dapat mempengaruhi terjadinya angka
kematian ibu dan bayi pada saat dilahirkan. Selain itu saat ini tingkat ibu yang
melahirkan normal di rumah masih cukup tinngu Tingginya angka kematan
ibu melahirkan antara lain dipicu oleh kurangnya pertolongan medis.
Tenaga medis juga kadang tak bisa menolong karena 43,2 persen
perempuan melahirkan bukan di fasilitas kesehatan melainkan di rumah
masing-masing.Kurangnya akses untuk mendapat pertolongan medis saat
melahirkan turut menyumbang tingginya Angka Kematian Ibu (AKI). Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 mengungkap baru 55,4 persen ibu hamil
yang melahirkan di fasilitas kesehatan, sementara 43,2 persen melahirkan di
rumahnya sendiri.
Dari sekian banyak ibu hamil yang melahirkan di rumah, hanya 2,1
persen yang mendapat pertolongan medis oleh dokter, 5,9 persen oleh bidan
dan 1,4 persen oleh tenaga medis lainnya. Sisanya sebesar 4 persen ditolong
keluarga dan yang paling banyak 40,2 persen ditolong dukun beranak. Hal
tersebut pula dapat beresiko terhadap bayi. Menurut ACOG, melakukan

5
persalinan di rumah meningkatkan kematian perinatal dan resiko kejang pada
bayi baru dilahirkan. Ibu hamil yang melahirkan di rumah juga memeiliki
risiko lebih besar mengalami pendarahan pasca bersalin.

2.3 Penyebab Kematian Bayi Baru Lahir


Penyebab utama kematian neonatal dini adalah masalah obstetrik
selama kehamilan maupun persalinan yang dapat mengakibatkan kematian.
Penyebab utama kematian neonatal dini yaitu persalinan prematur, hipoksia
intrapartum, perdarahan antepartum, hipertensi pada kehamilan, infeksi,
anomali, gangguan pertumbahan intrauterin, trauma, penyakit sistemik pada
ibu hamil (Manuaba, 2010).
Berdasarkan faktor risiko dari neonatal, berikut ini merupakan risiko
tinggi neonatal yang berisiko mengalami kematian (Munuaba, 2010):
1. Asfiksia
Asfiksia merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang
mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir,
sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat
mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya, sehingga dapat menurunkan
O2(oksigen) dan mungkin meningkatkan CO2 (karbondioksida) yang
menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. Asfiksia dapat
dibagi menjadi 3 yaitu, asfiksia ringan, asfiksia sedang, dan asfiksia berat
(Annisa Khoiriah, 2019).

2. Berat Badan Lahir Rendah


Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi baru lahir
yang saat dilahirkan memiliki berat badan senilai < 2500 gram tanpa
menilai masa gestasi. (Sholeh, 2014). Pada tahun 1961 oleh World Health
Organization (WHO) semua bayi yang telah lahir dengan berat badan saat
lahir kurang dari 2.500 gram disebut Low Birth Weight Infants atau Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR).

6
Banyak yang masih beranggapan apabila BBLR hanya terjadi pada
bayi prematur atau bayi tidak cukup bulan. Tapi, BBLR tidak hanya bisa
terjadi pada bayi prematur, bisa juga terjadi pada bayi cukup bulan yang
mengalami proses hambatan dalam pertumbuhannya selama kehamilan
(Profil Kesehatan Dasar Indonesia, 2014).

3. Infeksi
Menurut WHO, infeksi masuk ke dalam tiga penyebab kematian bayi
baru lahir paling umum di dunia. Ada banyak hal yang bisa memicu
terjadinya infeksi pada bayi baru lahir, di antaranya:
a. Sepsis
b. Penumonia
c. Tetanus
d. Diare

Selain itu, infeksi pada bayi baru lahir cukup sering terjadi di daerah-
daerah yang fasilitas persalinannya belum optimal. Ambil contoh pada
kasus persalinan, alat-alat bersalin yang dibutuhkan tentu harus dalam
kondisi steril. Jika tidak, alat-alat tersebut rentan terpapar mikroorganisme
yang dapat memicu infeksi pada ibu hamil dan bayi baru lahir.
Begitu juga dengan perawatan tali pusat, alat-alat yang digunakan juga
harus bersih dan steril. Sebab jika tidak, bayi akan rentan terkena infeksi
dan penyakit lainnya, atau bahkan menyebabkan kematian.

4. Bayi baru lahir dengan ikterus neonatorum (ikterus > 10 hari setelah lahir).
Bayi kuning adalah kondisi yang sering terjadi pada bayi baru lahir
dan umumnya tidak berbahaya. Tanda-tanda bayi kuning mudah terlihat
karena ciri khas pewarnaan kuning pada kulit dan juga pada bagian putih
mata. Istilah medis untuk kondisi ini adalah ikterik neonatorum.

5. Bayi Prematur
Bayi prematur merupakan kelompok bayi yang berisiko tinggi. Hal
tersebut disebabkan oleh ketidakmatangan sistem organ tubuh pada bayi

7
prematur, seperti organ paru-paru, jantung, ginjal, hati, dan sistem
pencernaan (Krisnadi, 2009). Dengan tingkat kematangan tumbuh yang
belum sempurna, bayi prematur memiliki resiko tinggi mengalami
masalah kesehatan hingga kematian.

6. Bayi baru lahir dengan cacat bawaan


Kelainan bawaan (kelainan kongenital) adalah suatu kelainan pada
struktur, fungsi maupun metabolisme tubuh yang ditemukan pada bayi
ketika dilahirkan. Kelainan bawaan yang terjadi dapat disebabkan faktor
genetik (mutasi gen tunggal, gangguan kromosom, multifaktorial) dan non
genetik (teratogen dan defisiensi mikronutrien) (Effendi, 2014).

2.4 Faktor-Faktor Resiko Kematian Bayi Baru Lahir


Di bawah ini ada beberapa penyebab kematian bayi (Waang, 2012)
sebagai berikut:
1. Umur Ibu
Umur ibu turut menentukan kesehatan maternal dan sangat erat
dengan kondisi kehamilan, persalinan, nifas dan bayinya. Usia ibu hamil
yang terlalu muda atau terlalu tua merupakan faktor penyulit kehamilan,
sebab ibu yang hamil terlalu muda, keadaan tubuhnya belum siap
menghadapi kehamilan, persalinan dan nifas serta merawat bayinya,
sedangkan ibu yang usianya 35 tahun atau lebih akan menghadapi risiko
kelainan bawaan dan penyulit pada waktu persalinan yang disebabkan
oleh karena jaringan otot rahim kurang baik untuk menerima kehamilan
(Kusumandiri, 2010 dalam Waang, 2012).
Di Indonesia perkawinan usia muda cukup tinggi, terutama di daerah
pedesaan. Perkawinan usia muda biasanya tidak disertai dengan
persiapan pengetahuan reproduksi yang matang dan tidak pula disertai
kemamuan mengakses pelayanan kesehatan karena peristwa hamil dan
melahirkan belum dianggap sebagai suatu keadaan yang harus
dikonsultasikan ke tenaga kesehatan.

8
2. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan baik yang
meninggal ataupun yang hidup (Joeharno 2008 dalam Istonia dalam
Waang, 2012). Paritas merupakan faktor penting dalam menentukan
nasib ibu dan janin baik selama kehamilan maupun selama persalinan
(Karjatin, 2002 dalam Waang, 2012) dengan demikian paritas erat
hubungannya dengan penyulit atau komplikasi persalinan yang pernah
dialami pada kelahiran-kelahiran lalu.

3. Pendidikan
Faktor pendidikan ibu merupakan faktor pengaruh yang kuat
terhadap kematian bayi. Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha
sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan
luar sekolah seumur hidup sehingga makin matang dalam menghadapi
dan memecahkan berbagai masalah termasuk masalah kesehatan dalam
rangka menekan risiko kematian. Pendidikan ibu sangat erat kaitannya
dengan reaksi serta pembuatan keputusan rumah tangga terhadap
penyakit. Ini terlihat bahwa kematian balita yang rendah dijumpai pada
golongan wanita yang mempunyai pendidikan yang tinggi. Tinggi
rendahnya tingkat pendidikan ibu erat kaitannya dengan tingkat
pengertian terhadap perawatan kesehatan dan perlunya pemeriksaan
kehamilan (Dwi, 2011).

7. Jarak ke Fasilitas Kesehatan


Menurut Andersen (1975 dan Green 1980 dalam Waang, 2012)
jarak berhubungan dengan kererjangkauan pelayanan kesehatan yang
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pemanfaatan fasilitas
pelayanan kesehatan. Masyarakat yang membutuhkan seringkali tidak
dapat menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan akibat hambatan jarak
yang dipengaruhi oleh jenis jalan, jenis kendaraan, berat ringannya
penyakit dan kemampuan biaya untuk ongkos jalan. Dengan demikian
terjadi keterlambatan rujukan dalam mencapai fasilitas kesehatan yang

9
lebih lengkap sehingga bila terjadi komplikasi pada ibu akan sulit untuk
diatasi.

8. Kesejahteraan Sosial
kesejahteran sosial dapat memainkan peranan penting dalam
memberikan sumbangan untuk secara efektif menggali dan
menggerakkan sumber-sumber daya manusia serta sumber-sumber
material yang ada disuatu negara agar dapat berhasil menanggulangi
kebutuhan-kebutuhan sosial yang ditimbulkan oleh perubahan, dengan
demikian berperan serta dalam pembinaan bangsa (Midgley, 2020).

9. Sosial Budaya
Sosial budaya adalah (adat istiadat) atau kebiasan yang sering kali
di lakukan. Kondisi sosial budaya (adat istiadat) dan kondisi lingkungan
(kondisi geografis) berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi. Situasi
budaya dalam hal ini adat istiadat saat ini memang tidak kondusif untuk
help seeking behavior dalam masalah kesehatan reproduksi di Indonesia.
Hal ini dikemukakan berdasarkan realita, bahwa masyarakat Indonesia
pada umumnya sudah terbiasa menganggap bahwa kehamilan
merupakan suatu hal yang wajar yang tidak memerlukan antenal care.
Hal ini tentu berkaitan pula tentang pengetahuan dan pemahaman
masyarakat tentang pentingnya antenal care dan pemeliharaan kesehatan
reproduksi lainnya (Muhammad, 1996 dalam Suryawati 2007).

10. Pelayanan Kesehatan


Prilaku dan pelayanan kesehatan merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi drajat kesehatan baik individu maupun masyarakat.
Peningkatan drajat kesehatan hanya dapat dicapai apabila kebutuhan
(need) dan tuntutan (demand) perseorangan, keluarga, kelompok, dan
atau masyarakat terhadap kesehatan dapat terpenuhi kebutuhan dan
tuntutan ini adalah sesuatu yang terdapat pada pihak pemakai jasa
pelayanan kesehatan (health consumer) (Waang, 2012).

10
2.5 Petugas Penolong Persalinan
Kesehatan Ibu dan Anak (Depkes, 2016), tenaga penolong persalinan
dibedakan dalam dua tipe, yaitu:
2.5.1 Tenaga profesional meliputi: dokter spesialis kandungan, dokter
umum, bidan dan perawat.
1. Dokter Spesialis Kandungan
Berperan dalam memberikan pelayanan kebidanan
spesialistik, juga berperan sebagai pembina terhadap jaminan
kualitas pelayanan dan tenaga pelatih, karena keahliannya
dibidang kebidanan dan kandungan, mereka juga berperan
sebagai tenaga advokasi kepada sektor terkait di daerahnya
(Depkes, 2016).

2. Dokter Umum
Dokter umum di Puskesmas mempunyai peran dalam
memberikan pelayanan kebidanan dan juga sebagai pembina
peningkatan kualitas pelayanan (Depkes, 2016).

3. Bidan dan Perawat


seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan
bidan dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku
(Depkes,2015). Bidan dan perawat merupakan tenaga andalan
dalam upaya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia, untuk mempercepat
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB).

2.5.2 Tenaga Bukan Tenaga Kesehatan


Menurut WHO (2015), tenaga penolong persalinan
tradisional yang dikenal dengan dukun bayi, adalah seorang wanita
yang membantu kelahiran, yang keterampilannya didapat secara
turun-temurun dari ibu ke anak atau dari keluarga dekat lainnya, cara

11
mendapatkan keterampilan melalui magang atau pengalaman sendiri
saat melahirkan. Oleh mayarakat dukun bayi dipercaya memiliki
keterampilan secara turuntemurun dalam menolong persalinan.
Dukun bayi memiliki kelebihankelebihan yang sering kali
tidak dimiliki oleh bidan, misalnya mengerjakan rumah tangga
seperti memasak, mencuci pakaian, memijat, mengurut ibu hamil
dan bersalin, sebagai warga setempat yang sudah “dianggap tokoh”
dukun bayi lebih komunikatif, berwibawa, telaten, sabar dan
biayanya relatif murah. Dari segi pendekatan kemanusiaan (human
approach), dukun bayi bersedia merawat ibu hamil sebelum
melahirkan sampai dengan 35 hari setelah melahirkan (Buletin
bidan, 2015).

2.6 Upaya menurunkan angka kematian bayi


Untuk menurunkan angka kematian bayi maka di perlu dipastikan
bahwa calon ibu dari bayi yang akan di lahirkan tersebut sehat. Indonesia
telah mencanangkan Making Pregnancy Safer (MPS) sebagai strategi
pembangunan kesehatan masyarakat menuju Indonesia sehat 2010 pada 12
Oktober 2000, sebagai bagian dari program Safe Motherhood. Tujuan dari
Safe Motherhood dan Making Pregnancy Safer sama yaitu melindungi hak
reproduksi dengan mengurangi beban kesakitan, kecacatan, dan kematian
berhubungan dengan kehamilan dan persalinan yang seharusnya tidak perlu
terjadi. (Martadisoebrata, Sastrawinata dan Saifudin, 2011)
Safe Motherhood merupakan upaya untuk menyelamatkan wanita
agar kehamilan dan persalinannya sehat dan aman, serta melahirkan bayi
yang sehat. Tujuan upaya Safe Motherhood adalah menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu hamil, bersalin dan nifas, dan menurunkan
angka kesakitan dan kematian bayi baru lahir. Upaya ini terutama ditujukan
pada negara yang sedang berkembang karena 99% kematian ibu di dunia
terjadi di negara-negara tersebut. (Syafrudin dan Hamidah, 2009) Intervensi
strategis dalam upaya Safe Motherhood dinyatakan sebagai empat pilar Safe
Motherhood, yaitu :

12
1. Keluarga Berencana, yang memastikan bahwa setiap orang/pasangan
memiliki akses ke informasi dan pelayanan KB agar dapat
merencanakan waktu yang tepat untuk kehamilan, jarak kehamilan
dan jumlah anak. Adanya KB diharapkan tidak ada kehamilan yang
tidak diinginkan, yaitu kehamilan yang masuk dalam kategori “4
terlalu”, yaitu terlalu muda atau terlalu tua untuk kehamilan, terlalu
sering hamil dan terlalu banyak anak
2. Pelayanan antenatal, untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila
mungkin, dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini
mungkin serta ditangani secara memadai.
3. Persalinan yang aman, memastikan bahwa semua penolong persalinan
memiliki pengetahuan, ketrampilan dan alat untuk memberikan
pertolongan yang aman dan bersih, serta memberikan pelayanan nifas
kepada ibu dan bayi.
4. Pelayanan obstetri esensial, memastikan bahwa pelayanan obstetri
untuk risiko tinggi dan komplikasi tersedia bagi ibu hamil yang
membutuhkannya.

2.7 Tingkat Kematian Bayi Baru Lahir di Sulawesi Tenggara


2.7.1 Profil Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tenggara (disingkat Sultra) adalah
sebuah provinsi di Indonesia yang terletak bagian tenggara pulau
Sulawesi dengan ibu kota Kendari. Provinsi Sulawesi Tenggara
terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi, secara geografis
terletak di bagian selatan garis khatulistiwa di antara 02°45' –
06°15' Lintang Selatan dan 120°45' – 124°30' Bujur Timur serta
mempunyai wilayah daratan seluas 38.140 km² (3.814.000 ha) dan
perairan (laut) seluas 110.000 km² (11.000.000 ha). Dengan
pepulasi penduduk 2,705 juta.

13
2.7.2 Tingkat Kematian Bayi Baru Lahir di Sulawesi Tenggara
Angka kematian bayi (AKB) merupakan indikator yang
lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat,
Angka kematian bayi di Sulawesi Tenggara sebesar 132 per 100
kelahiran hidup (Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara (2017).
Pada tahun 2019, angka kematian bayi baru lahir (AKN) di
Sulawesi Tenggara adalah 336 kematian (7/1000 KH), menurut
statistik dari Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara. Terdapat 148
kejadian kematian (3/per 1000 KH) menurut Angka Kematian Bayi
(AKB). AKABA (Angka Kematian Balita) adalah 194 kematian per
1000 KH. Sebelum itu, dikutip dari data Dinas Kesehatan Sulawesi
Tenggra (DINKES Prov-SULTRA) pada tahun 2016 menyatakan
bahwa Kematian bayi terbanyak di Sulawesi Tenggara terbanyak
pada tahun 2016 terdapat di Kabupaten Muna yaitu berjumlah 20
kasus, Kabupaten Buton Utara 18 kasus, Kabupaten Konawe dan
Konawe Utara masing-masing 17 kasus, Kabupaten Wakatobi 16
kasus, Kabupaten kolaka 15 kasus, Kota Kendari dan Bau-Bau
masing- masing 5 kasus, Buton Tengah 4 kasus, Bombana 3 kasus
dan Konawe Kepulauan 2 kasus (Dinas Kesehatan Sulawesi
Tenggara, 2016). Beberapa Penyebab kematian bayi di Sulawesi
tenggara yaitu penemonia, diare, kelainan sistem endokrin, keadaan
gizi buruk, kelainan bawaan.

14
2.8 Kerangka isu
Isu menganai kematian bayi baru lahir khususnya pada bayi
berstatus neonatal dinegara berkembang sangatlah perlu diperhatikan. Ada
pun keriteria isu tersebut yaitu :

Nilai
No Keriteria untuk memilih isu
T S R
1 Isu mengenai kematian bayi 5 menit
setelah dilahirkan sangat ✓
mempengaruhi banyak orang
2 Isu mengenai kematian bayi setelah 5
menit dilahirkan mempunayai

pengaruh yang besar terhadap program
kesehatan
3 Isu mengenai kematian bayi setelah 5
menit dilahirkan sesuai dengan misi ✓
atau mandat organisasi
4 Isu mengenai kematian bayi setelah 5
menit dilahirkan sesuai dengan tujuan ✓
pembangunan berwawasan kesehatan
5 Isu mengenai kematian bayi setelah 5
menit dilahirkan dapat dipertanggung ✓
jawabkan dengan intervensi advokasi
6 Isu mengenai kematian bayi setelah 5
menit dilahirkan dapat memobilitas
secara besar para mitra dan pihak ✓
berwenang lainnya

Total nilai 3 2 -

15
Adapun Penjelasan dari tabel kerangka isu diatas mengenai bayi
meninggal lima menit setelah dilahirkan sebagai berikut :
1. Isu mengenai kematian bayi 5 menit setelah dilahirkan memiliki
peringkat yang sangat tinggi dalam mempengaruhi banyak orang.
Dikatakan demikian dikarenakan dapat mempengaruhi berbagai lapisan
masyarakat. Mulai dari tenaga kesehatan, petinggi kesehatan, dan yang
terutama yaitu masyarakat. seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
yaitu pada saat ini masih terdapat bayi yang meninggal dalam usia
neonatal atau bayi baru lahir dari 0 sampai usia 7 minggu di rumah
sakit. Selain itu pada saat ini masih banyak terdapat ibu hamil yang
memilih melahirkan di rumah dan dibantu oleh dukun. Hal tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur ibu, paritas atau jumlah
anak, Pendidikan ibu, jarak ke fasilitas kesehatan, kesejahteraan social,
social budaya dan pengaruh pelayanan kesehatan. Tingkat kematian
bayi yang meninggal dirumah sakit dapat menyebabkan ketakutan para
ibu dan masyarakat untuk mengguakan layanan kesehatan dirumah
sakit untuk melakukan persalinan sehingga memilih untuk dibantu oleh
seorang dukun sehingga rawan pendarahan dan penanganan bayi pada
saat baru lahir. Oleh karena itu banyak bayi yang meninggal
diakibatkan oleh faktor penyakit seperti asfiksia, berat badan lahir
rendah, infeksi, bayi premature dan lain sebagainya.
2. Isu mengenai kematian bayi setelah 5 menit dilahirkan mempunayai
pengaruh yang besar terhadap program kesehatan berada pada
peringkat tertinggi. Hal ini dikarenakan semakin banyak pemilik
kewenangan, organisasi kesehatan akan memebuat program kesehatan
yang terbaru guna untuk menekan terjadinya kasus kematian bayi karna
hal ini menyakut pada tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat
serta tingkat keselamatan masyarakat.
3. Isu mengenai kematian bayi setelah 5 menit dilahirkan sesuai dengan
misi atau mandat organisasi berada pada peringkat tertinggi. Dikatakan
sesuai dengan misi organisasi, dikarenakan pada organisasi-organisasi

16
kesehatan salah satunya organisasi ikatan bidan Indonesia (IBI) yang
memiliki misi untuk mengurangi tingkat kematian pada bayi. Seperti
yang terdapat pada visi kementrian kesehatan republic Indonesia yaitu
"Menciptakan manusia yang sehat, produktif, mandiri dan berkeadilan"
dengan salah satu misinya yaitu menurunkan tingkat kematian ibu dan
anak.
4. Isu mengenai kematian bayi setelah 5 menit dilahirkan sesuai dengan
tujuan pembangunan berwawasan kesehatan berada pada peringkat
tertinggi. Sesuai pada misi kementrian kesehatan republic Indonesia
yaitu menurunkan tingkat kematian ibu dan anak. Misi ini guna untuk
meningkatkan pembangunan kesehatan dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
5. Isu mengenai kematian bayi setelah 5 menit dilahirkan dapat
dipertanggung jawabkan dengan intervensi advokasi berada pada
tingkatan sedang. Dikatakan demikian kebijakan yang dibuat dapat
dipertanggung jawabkan memalui intervensi advokasi. Namun
disamping itu dalam kebijakan tersebut harus mengangkat fakta dan
data yang sesuai agar mampu mempengarhui para pemangku kebijakan.
Dikarenakan dalam membuat kebijakan diperlukan pertimbangan yang
matang.
6. Isu mengenai kematian bayi setelah 5 menit dilahirkan dapat
memobilitas secara besar para mitra dan pihak berwenang lainnya
beradaa pada tingkatan sedang. Hal ini dikarenakan dilihat dari
presentase kejadian di setiap provinsi atau kabupaten/kota. Sehingga
pembuatan kebijakan harus sesuai dengan kondisi dilapangan.

2.9 Kelompok Sasaran Dalam Isu


Tingkat kematian bayi dan ibu merupakan perhatian utama yang
harus segera diselesaikan. Kematian bayi baru lahir dalam hal ini bayi usia
neonatal sangat perlu diperhatikan dengan seksama. Hal ini bukan saja di
perhatikan oleh tenaga kesehatan yang terlibat dalam persalinan melainkan

17
Lembaga-lembaga diatasnya agar dapat membuat kebijakan yang semestisa
dan tepat sasara untuk menurukan angka kematian bayi usia neonatal.
Kelompok sasaran dalam isu kematian bayi setelah 5 menit dilahirkan
atau bayi usia neonatal yang meninggal antara lain
1. Kementrian Kesehatan,
2. Gubernur Sulawesi Tenggara
3. Dinas kesehatan Provinsi dalam hal ini Provinsi Sulawesi Tenggara,
4. Organisasi kebidanan, organisasi kedokteran
5. Organisasi profesi perawat
6. Rumah sakit dan layanan kesehatan lainnya
7. Seluruh masyarakat.

2.10 Rancangan Kebijakan


2.10.1 Program Momentum Private Healthcare Delivery (MPHD)
Program tersebut bertujuan membantu pemerintah Indonesia
agar secara efektif dan berkelanjutan dapat memberikan pelayanan
Kesehatan Ibu dan Bayi (KIB) yang berkualitas. Tujuan utama
program MPHD adalah mempercepat penurunan AKI dan AKB
yang dilakukan dengan memperkuat akses dan mutu layanan
Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir (KIBBL) sesuai standar mutu
layanan kesehatan kementerian Kesehatan RI di Fasilitas Kesehatan
(Fasyankes) swasta. Melalui Kementerian Kesehatan, Pemerintah
Indonesia menjalin kerja sama dengan Badan Pembangunan
Internasional Amerika Serikat (USAID) untuk meningkatkan akses
dan kualitas pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir di
Indonesia melalui Program Momentum. Program Momentum
Private Healthcare Delivery sudah mulai dilaksanakan di beberapa
provinsi di Indonesia salah satunya yaitu di Sulawesi
Selatan. Sulawesi Selatan merupakan satu dari lima provinsi dengan
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
Tertinggi di Indoenesia, di samping DKI Jakarta, Banten, Jawa

18
Timur, dan Sumatera Utara. Salwa menyebutkan, berdasarkan data
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, di tahun 2021 total
angka kematian ibu di Sulsel sebesar 195 kasus, sedang angka
kematian bayi mencapai 844 kasus. Sehingga mulailah dilaksanakan
program Momentum Private Healthcare Delivery pada mei 2021
untuk menekan tingkat kematian ibu dan anak yang dimulai di
rumah sakit-rumah sakit swasta di Sulawesi selatan.
Dengan melakukan program Momentum Private Healthcare
Delivery (MPHD) di Sulawesi tenggara diharapkan dapat
mengurangi tingkat kematian ibu dan bayi. Dengan cara
meningkatkan fasilihat pelayanan kesehatan dan rujukan.
Dalam pelaksanaannya diperlukan kontribusi dari para
pemangku kepentingan yaitu kementeran kesehatan, Dinas
Kesehatan Kota Kendari, Gubernur Sulawesi tenggara, dan rumah
sakit.
Adapun kegiatan dalam kegiatan tersebut yaitu :
1. Mensurvei jalur rujukan serta pelayanan kesehatan pada rumah
sakit dan pelayanan kesehatan tingkat dasar.
2. Mencatat kekurangan dalam fasilitas kesehatan terutama dalam
pelayanan persalinan dan perawatan bayi.
3. Menentukan kebijakan
4. Pelaksanakan kebijakan.

2.10.2 Pelatihan Ekslusif Tenaga Kesehatan Terkait Persalinan


Tenaga kesehatan merupakan Tenaga kesehatan adalah
orang-orang yang secara profesional memberikan pelayanan
kesehatan setelah menempuh pendidikan dan pelatihan formal
dalam disiplin ilmu tertentu.
Dalam upaya menekan atau menurunkan tingkat kematian
ibu dan bayi usia neonatal, diperlukannya tenaga kesehatan yang
profesional dalam menangani persalinan. Tidakan sigap dan tanggap

19
seorang tenaga kesehatan dalam hal ini dokter spesialis obgyn,
perawat dan bidan berperan utama dalam hal ini. oleh karena itu
dibutuhkan pelatihan yang lebih eklusif bagi para tenaga kesehatan
dalam melakukan persalinan agar resiko akan kematian ibu dan
anak. Hal ini di perlukan dukungan dari kelompok sasaran yaitu
kelompok kepentingan dalam hal ini Menteri sekesahatan,
departemen kesehatan, dinas kesehata, gubernur, rumah sakit, serta
tenaga kesehatan yang bersangkutan.

2.10.3 Program pregnant woman’s House disetiap kabupaten


Program pregnant woman’s House atau rumah bagi ibu
hamil yaitu sebagai wadah bagi para ibu hamil dalam meningkatkan
pengetahuan dalam menjaga kesehatan bayi sejak dari janin hingga
bayi dilahirkan sampai berumur 6 bulan. Tujuan dari program ini
yaitu untuk memberikan informasi dan cara bagi ibu hamil dalam
memjaga kehamilannya hingga bayi berumur 6 bulan dan program
ini dilaksanakan untuk mengurangi tingkat kematian ibu dan juga
pada bayi terutama bayi pada saat baru dilahirkan.
Pada program ini, kelompok sasarannya yaitu Dinas
kesehatan Sulawesi Tenggara, Gubernur sulaweis Tenggara,
organisasi Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN), Bupati setiap kabupaten di Sulawesi tenggara terutama
pada kabupaten kota yang tinggi tinkat kematian ibu dan anak.
Dalam program tersebut dilaksanakan oleh bidan desa
berserta tenaga kesehatan lainnya yang berkerja kabupaten atau
desas tersebut. Program ini dilaksanakan disetiap kabupaten dan
desa di Sulawesi tenggara. Adapaun kegiatan dalam program
tersebut yaitu:
1. Bidan desa mendata seluruh ibu hamil didesanya dari ibu dengan
usia kehamilan 1 bulan kehamilan sampai dengan ibu dengan usia
anak dibawah 6 bulan.

20
2. Setelah didata bidan desa dan tenaga kesehatan lainnya membuat
perencanaan jadwal kegiatan rumah sehat.
3. Ketika seluruh ibu hamil telah didata maka pada saat posyandu
akan diberikan sosialisasi mengenai Program pregnant woman’s
House serta jadwal pelaksanakan pada setiap pertemuan dalam
satu minggu.
4. Setelah jadwal telah diatur maka akan di sosialisasikan kembali
pada jadwal posyandu.
5. Setelah dimulainya Program pregnant woman’s House setiap ibu
diberikan pemeriksaan gizi, berat janin dan anak, tekanan darah.
Setiap ibu diberikan buku panduan dalam menjaga kehamilan.
Dan melaksanakan senam hamil serta sosialisasi kesehatan
mengenai hamil sehat.

21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kematian bayi adalah bayi yang mati dan mati dini 28 hari kelahiran.
Kematian bayi dibagi menjadi 2, yaitu kematian bayi dini yang terjadi
selama minggu pertama kehidupan (0-6 hari) dan kematian bayi lambat
yang terjadi 7-28 hari kehidupan. Kematian neonatal dini merupakan
kejadian kematian bayi yang berumur 0 sampai < 7 hari.
Penyebab utama kematian neonatal dini adalah masalah obstetrik
selama kehamilan maupun persalinan yang dapat mengakibatkan kematian.
Penyebab utama kematian neonatal dini yaitu persalinan prematur, hipoksia
intrapartum, perdarahan antepartum, hipertensi pada kehamilan, infeksi,
anomali, gangguan pertumbahan intrauterin, trauma, penyakit sistemik pada
ibu hamil.
Faktor resiko terjadinya kematian bayi baru lahir yaitu meliputi usia
ibu, Paritas atau jumlah anak, Pendidikan, jarak ke fasilitas kesehatan,
kesejahteraan sosial, sosial budaya, pelayanan kesehatan.
Persalinan dengan ibu dan bayi selamat tidak terlepas dari bantuan
para petugas penolong persalinan. Petugas penolong persalinan di
golongkan menjadi dua yaitu tenaga profesional dalam hal ini tenaga
kesehatan dan tenaga bukan tenaga kesehatan. Yang termasuk pada tenaga
profesional yaitu dokter spesialis obgyn, dokter umum, bidan dan perawat.
Sedangkan tenaga yang bukan tenaga kesehatan yaitu dukun.
Sulawesi tenggara merupakan salah satu provinsi yang memiliki
tingkat kematian bayi yang cukup peru diperhatikan. Sehingga di butuhkan
kebijakan yang tepat untuk menekan terjadinya kematian bayi tertama bayi
yang baru dilahirkan.
Adapun rancangan kebijakan tersebut terdiri dari Program
Momentum Private Healthcare Delivery (MPHD), Pelatihan Ekslusif
Tenaga Kesehatan Terkait Persalinan, dan Program pregnant woman’s

22
House disetiap kabupaten. Dengan keompok sasaran dari terlaksananya
kegiatan program tersebut yaitu Kementrian Kesehatan,
1. Gubernur Sulawesi Tenggara
2. Dinas kesehatan Provinsi dalam hal ini Provinsi Sulawesi Tenggara,
3. Organisasi kebidanan, organisasi kedokteran
4. Organisasi profesi perawat
5. Rumah sakit dan layanan kesehatan lainnya
6. Seluruh masyarakat.

3.2 Saran
Kematian bayi 5 menit setelah dilahirkan ini cukup lah
memperihatinkan terutama masih banyak kejadian yang terjadi di rumah
sakit yang merupakan tempat untuk masyarakat mendapatkan pelayanan
kesehatan untuk memperoleh kesembuhan. Selain itu masih banyak faktor
resiko yang menyebabkan kematian bayi baru lahir. Oleh karna itu
pemerintah harus dapat lebih peka akan hal ini dan membuat kebijakan yang
langsung mengena kepada masyarakat seperti pada rancangan kebijakan
diatas agar dapat menekan terjadinya kematian bayi baru lahir. Peningkatan
fasilitas kesehatan, peningkatan pengetahuan ibu serta tenaga kesehatan ini
dapat menjadi opsi untuk menekan terjadinya kematian bayi baru lahir baik
bayi yang dilahirkan di rumah sakit maupun yang dilahirkan bukan di rumah
sakit.

23
DAFTAR PUSTAKA

Annisa Khoiriah, T. P. (2019). Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap


Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir. Prodi DIII Kebidanan, Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Siti Khadijah Palembang Jurnal ‘Aisyiyah Medika
Volume 4, Nomor 2, Agustus 2019.
Chaohui,Wang.Lin,lu.&Qiaoyun,Xia (2012),Impact of Tourists′Perceived Value
on Behavioral Intention for Mega Events: Analysis of Inbound And
Domestic Tourists .National Natural Science Foundation of China. Vol. 22
No. 6 pp. 742–754.
Departemen Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 5. Jakarta: Depkes RI, p441-448
Departemen Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 5. Jakarta: Depkes RI, p441-448.
Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI; 2016
Depkes RI, 2015. Buku Pendoman Kesehatan Jiwa. Jakarta: Derpatermen
kesehatan Republik Indonesia.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara.2016.Laporan Tahunan Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017.Kendari :Dinkes
Sultra.
Dinkes Provinsi Sultra. (2017). Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun 2016.
Kendari.Dinkes Provinsi Sultra 2018. Profil
Djuantoro, Dwi. 2011. Care Files: Ilmu Bedah. Tangerang: KARISMA Publishing
Group.
Effendi, Usman. 2014. Asas Manajemen. Jakarta: Rajawali Pers.
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta:
Kemenkes RI. Diakses pada tanggal 31 Januari 2019
Kosim, M. Sholeh. et al. (2014). Buku Ajar Neonatologi. Ikatan Dokter Anak
Indonesia : Jakarta
Krisnadi, S. R. & dkk. Prematuritas. (Sub Bagian Kedokteran Fetomaternal Bagian
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran RS
Dr. Hasan Sadikin, 2009).
Manuaba, IAC., I Bagus, dan IB Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan
dan KB untuk Pendidikan Bidan. Edisi kedua. Jakarta: EGC.

24
Manuaba, Ida, Bagus. Et all. 2008. Gawat Darurat Obstetri Ginekologo & Obstetri
Ginekologi Sosial Untuk profesi Bidan. Jakarta : EGC
Marmi K, R,. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar; 2015.
Midgley CM. First 12 patients with coronavirus disease 2019 (COVID-19) in the
United States. J Chem Inf Model. 2013;53(9):1689-99.
doi:10.1017/CBO9781107415324.004
Nila Marwiyah. 2016. Hubungan Penyakit Kehamilan dan Jenis Persalinan dengan
Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD dr Drajat Prawiranegara Serang.
Vol.1 No. 2 : 257-266
Rachmadiani,Ainindya Pasca , Shodikin Muhammad Ali, Komariah Cicih, 2018,
Faktor-Faktor Risiko Kematian Bayi Usia 0-28 Hari di RSD dr. Soebandi
Kabupaten Jember, diakses 10 Maret 2019.
Saifuddin, Abdul Bari.2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Sample Registration System (SRS) 2014. Indonesia Sample Registration System-
Deaths 2014, accessed 10 Agustus 2020.
Sastrawinata, S., Martaadisoebrata, D., Wirakusumah, F.F. 2005. Obstetri patologi.
Jakarta : EGC
Suryawati, Chriswardani.2007. factor sosial budaya dalam praktik perawatan
kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan (studi di kecamatan bangsri
kabupaten jepara). Jurnalpromosi kesehatan Indonesia vol.2/no. 1
UNICEF, WHO, The World Bank. Levels and trends in child malnutrition: key
findings of the 2018 Edition of the Joint Child Malnutrition Estimates.
Geneva: World Health Organization; 2020.
WHO (World Health Statistics). 2018. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian
Bayi. World Bank, 2018
WHO. (2020, Februari 11). WHO Director-General's remarks at the media briefing
on 2019-nCoV on 11 February 2020.
World Bank. 2000. Global Poverty Report.

25

Anda mungkin juga menyukai