Anda di halaman 1dari 18

IMPLEMENTASI

EBM DALAM PERSALINAN

Kelas/Kelompok : B/2
Nama Anggota:

Ratriana Nur R. (1810102054) Mutiara Solechah (1810102060)


Rabiatunnisa (1810102055) Rini Sartika (1810102061)
Herliyani Dwi S. (1810102056) Atik Mahmudah A.P (1810102062)
Claudia Banowati S. (1810102057) Fatimatasari (1810102063)
Linda Yulyani (1810102058) Nita Ike Dwi K. (1810102064)
Indah Wijayanti (1810102059)

Dosen Pembimbing : Andari Wuri Astuti, MPH. PhD

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYIYAH
YOGYAKARTA

i
2019DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Tujuan..............................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Persalinan.........................................................................................................4
B. EBM.................................................................................................................5
C. Kajian Literatur................................................................................................6
D. Teori pemberdayaan ........................................................................................9
BAB III Rencana Usulan Program ............................................................................11
BAB IV
A. Kesimpulan..................................................................................................... 13
B. Saran............................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu di Indonesia termasuk tinggi diantara negara-negara ASEAN.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian
ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. (Kemenkes, 2015).
Kematian ibu di Indonesia tahun 2013 masih didominasi oleh tiga penyebab utama
kematian yaitu perdarahan sebesar 30,13%, hipertensi dalam kehamilan sebesar 27,1%,
dan infeksi sebesar 7,3%. Partus lama juga merupakan salah satu penyebab kematian ibu
di Indonesia yang angka kejadiaannya terus meningkat yaitu 1% pada tahun 2010, 1,1 %
pada tahun 2011, dan 1,8% pada tahun 2012. (Kemenkes RI, 2016).
Kematian ibu merupakan indikator penting yang mencerminkan status kesehatan
masyarakat. Semakin tinggi Angka Kematian Ibu (AKI), maka semakin buruk derajat
kesehatan masyarakat. Sebagian besar kasus kematian ibu terjadi dalam waktu 24 jam
setelah melahirkan karena perdarahan pasca persalinan. Perdarahan pasca persalinan
merupakan penyebab tak terduga dan penyebab tercepat kematian ibu di seluruh dunia
(USAID, 2011).
Sehubungan dengan tingginya angka kematian ibu dan bayi, khususnya pada
proses persalinan, muncul beberapa faktor yang dinyatakan sebagai penyebab dari proses
persalinan yang tidak lancar tersebut diantaranya Passage (jalan lahir), Passanger (bayi),
dan Power (kekuatan ibu). Passager dan Passanger, dapat diperkirakan kemungkinannya
dalam menyebabkan sulitnya persalinan, namun Power atau kekuatan mengedan ibu
seharusnya juga dapat diprediksi potensinya dalam menyebabkan kesulitan pada
persalinan. Kekuatan ibu dalam proses persalinan normal yang dapat berdampak pada
sulitnya persalinan dapat diinterpretasikan dari durasi kala dua persalinan. Salah satu
penyebab partus lama adalah terjadinya pemanjangan kala II persalinan. Kala II persalinan
adalah fase dalam persalinan yang dimulai ketika dilatasi serviks lengkap dan berakhir
dengan pelahiran janin. Durasi rata-rata sekitar 50 menit untuk nulipara dan sekitar 20
menit untuk multipara. (Cunningham, 2012).

1
Ketidak patuhan ibu dalam melakukan kunjungan ANC juga menjadi faktor risiko
yang mempengaruhi kejadian perdarahan pasca persalinan. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Lumbantoruan et al (2014), ketidak patuhan dalam pemeriksaan kehamilan
dapat menyebabkan tidak diketahuinya berbagai komplikasi ibu yang dapat
mempengaruhi kehamilan sehingga tidak dapat segera teratasi. Apabila pada saat proses
persalinan pervaginam dilakukan suatu tindakan misalnya persalinan dengan bantuan
vakum, oksitosin drip, atau episiotomi juga akan meningkatkan risiko terjadinya
perdarahan pasca persalinan. Menurut Hidayah (2013), persalinan dengan tindakan dapat
meningkatkan risiko robekan jalan lahir dan perdarahan pasca persalinan. Upaya
penurunan AKI yang telah dilakukan pemerintah ada empat program yaitu penempatan
bidan di desa, pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan menggunakan Buku
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan dilaksanakannya Program Perencanaan Persalinan
dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta penyediaan fasilitas kesehatan Pelayanan
Obstetri Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas dan Perawatan Obstetri Neonatal
Emergensi Komprehensif (PONEK) di rumah sakit.

Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir merupakan suatu keadaan yang
fisiologis namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat
mengancam jiwa ibu dan bayi bahkan dapat menyebabkan kematian. Setiap kehamilan
dapat menimbulkan resiko kematian ibu, pemantauan dan perawatan kesehatan yang
memadai selama kehamilan sampai masa nifas sangat penting untuk kelangsungan hidup
ibu dan bayinya. Dalam upaya mempercepat penurunan kematian ibu, kementerian
kesehatan menekankan pada ketersediaan pelayanan kesehatan ibu di masyarakat
(Rikesdas.2013).

Continuity of care merupakan pelayanan yang dicapai ketika terjalin hubungan


yang terus menerus antara seorang wanita dan bidan. Asuhan yang berkelanjutan berkaitan
dengan kualitas pelayanan dari waktu kewaktu yang membutuhkan hubungan terus
menerus antara pasien dengan tenaga kesehatan. Layanan kebidanan harus disediakan
mulai prakonsepsi, awal kehamilan, selama semua trimester, kelahiran dan melahirkan
sampai enam minggu pertama post partum (Pratami,2014).

2
Sebagian besar wanita pada proses persalinan mengalami perubahan fisik dan
psikologis sebagai respon dari apa yang dirasakan dalam proses persalinannya. Perubahan
ini dapat digunakan untuk mengevaluasi kemajuan persalinan pada pasien. Dukungan
sosial dan emosional serta pelayanan selama persalinan adalah salah satu intervensi yang
tepat digunakan untuk mencapai pengalaman melahirkan yang positif (Alexander et al,
2013).
Petugas kesehatan harus memiliki sikap empati dan kesabaran untuk mendukung
calon ibu yang melahirkan dan keluarga. Petugas kesehatan sebagai pemberi perawatan
dalam persalinan juga harus mampu memenuhi tugas diantaranya mendukung wanita;
pasangan dan keluarga selama proses persalinan, mengobservasi saat persalinan
berlangsung; memantau kondisi janin dan kondisi bayi setelah lahir; mengkaji faktor
resiko; mendeteksi masalah sedini mungkin, melakukan intervensi minor jika diperlukan
seperti amniotomi dan episiotomi; perawatan bayi baru lahir, merujuk ke tingkat
perawatan yang lebih tinggi jika terjadi komplikasi (Tasnim et al, 2011).

B. Tujuan
1. Melakukan tinjauan literature tentang Evidence Based pada pelayanan kebidanan pada
persalinan
2. Menyusun program tentang EBM dan pemberdayaan pada ibu bersalinan dan Bidan

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Persalinan
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke
dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala tanpa komplikasi baik ibu dan janin (Dwi, dkk, 2012).
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi
yang cukup bulan (37-42 minggu), atau hampir cukup bulan di susul dengan pengeluaran
placenta dan selaput janin dari tubuh ibu atau persalinan adalah proses pengeluaran
produk konsepsi yang variabel melalui jalan lahir biasa (Dewi Setiawati, 2013).
2. Bentuk-Bentuk Persalinan
Bentuk persalinan berdasarkan tekhnik (Ai yeyeh dkk, 2014) :
a. Persalinan spontan, yaitu persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri melalui
jalan lahir.
b. Persalinan buatan, yaitu persalinan dengan tenaga dari luar dengan ekstraksi forceps,
ekstraksi vakum dan section sesaria.
c. Persalinan anjuran, yaitu persalinan tidak dimulai dengan sendirinya tetapi
berlangsung setelah memecahkan ketuban, pemberian pitocin prostaglandin, dll.
3. Tahap-Tahap Persalinan
a. Kala I
Persalinan kala I meliputi fase pembukaan 1-10 cm, yang di tandai dengan penipisan
dan pembukaan serviks, kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit), cairan lendir bercampur darah (show)
melalui vagina. Kala 1 persalinan terdiri dari 2 fase, yaitu :
1) Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, dimulai sejak awal
kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan secara bertahap sampai 3
cm.

4
2) Fase Aktif, Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm). Pada fase aktif persalinan,
frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi
dianggap adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih) dan terjadi penurunan bagian terbawah
janin.
b. Kala II
Kala II persalinan disebut juga kala pengeluaran yang merupakan peristiwa terpenting
dalam proses persalinan karena objek yang dikeluarkan adalah objek utama yaitu bayi.
Kala dua persalinan dimulai dari pembukaan lengkap hingga lahirnya bayi (Widia,
2015).
c. Kala III
Kala III dimulai sejak bayi bayi lahir sampai lahirnya plasenta atau uri. Partus kala III
disebut juga kala uri (Ina Kuswanti dkk, 2014)
d. Kala IV
Kala IV ditetapkan sebagai waktu dua jam setelah plasenta lahir lengkap, hal ini
dimaksudkan agar dokter, bidan atau penolong persalinan masih mendampingi anita
setelah persalinan selama 2 jam (2 jam post partum). Dengan cara ini kejadiankejadian
yang tidak diinginkan karena perdarahan postpartum dapat dikurangi atau dihindarkan
(Dwi Asri dkk, 2012).

B. Evidence Based Midwifery


Evidence Based Medicine (EBM) adalah pendekatan sistematis untuk penyelesaian
masalah klinis yang melalui integrasi bukti penelitian terbaik yang ada dengan keahlian
klinis dan nilai-nilai pasien (Akobeng, 2017). Sama dengan pendapat dari Heneghan (2014),
bahwa “Evidence-based medicine is the integration of best research evidence with clinical
expertise and patient values”.
Alasan paling penting untuk mempraktikkan EBM adalah untuk meningkatkan
kualitas perawatan melalui identifikasi dan promosi praktik-praktik yang berhasil, dan
penghapusan praktik-praktik yang tidak efektif atau berbahaya. Oleh karena itu, diperlukan
tenaga kesehatan untuk berpikiran terbuka dan mencari serta mencoba metode baru yang

5
terbukti secara ilmiah efektif dan membuang metode yang terbukti tidak efektif atau
berbahaya (Akobeng, 2017).
Menurut Akobeng (2017), ada 5 langkah dalam mempraktikkan EBM, diantaranya :
1. Formulating answerable clinical questions
2. Finding the evidence
3. Apprising the evidence
4. Applying the evidence, and
5. Evaluating Performance

C. Review Artikel Terkait Penerapan EBM dalam Pelayanan Kebidanan (Persalinan)


Sebagai sebuah profesi yang berhubungan dengan kesehatan terutama kesehatan ibu
dan anak, bidan tentu dituntut unk juga dapat memberikan pelayanan yang terbaik dan
berdasrkan bukti atau evidence. Agar setiap tindakan yang dilakukan juga dapat
dipertanggungjawabkan dengan baik. Akan tetapi seperti yang diketahui dalam situsi klinis
masih banyak terdapat praktik yang dilakukan berdasarkan kebiasaan. Dalam artikel yang
ditulis oleh King & Pinger (2014), dikemukakan bahwa :

“Many practices in health care, especially in maternity care, were developed because of
expediency, habit, or logic and were not subjected to the rigors of good science.”

Yang artinya bahwa masih banyak praktik-praktik dalam pelayanan kesehatan, terutama
dalam pelayanan kesehatan maternitas yang dilakukan atau dikembangkan berdasarkan
kebijaksanaan, kebiasaan, atau logika, bukan berdasarkan bukti ilmiah terbaik.

Berikut ini beberapa artikel yang kami review terkait dengan penerapan EBM dalam
Pelayanan Kebidanan (Khususnya persalinan).

1. Artikel yang berjudul “Evidence-Based Practice for Intrapartum Care: The Pearls of
Midwifery”
Artikel ini membahas mengenai Pearls of Midwifery yang dikeluarkan oleh
American College of Nurse-Midwives (ACNM). EBM : Pearls of Midwifery
merupakan sebuah materi presentasi dalam bentuk PowerPoint yang meninjau bukti
untuk perawatan intrapartum yang mendukung kelahiran fisiologis normal dan

6
menawarkan teknik praktis yang dapat dimasukkan oleh dokter ke dalam praktik
mereka.
Dalam artikel ini di bahas beberapa evidence dalam proses pertolongan
persalinan. Diantaranya adalah :
a. Membolehkan wanita untuk makan dan minum selama persalinan
b. Tidak melakukan pemberian infus secara sutin
c. Ambulasi dan kebebasan bergerak sema persalinan adalah hal yang aman,
meningkatkan kenyamanan perempuan dan memfasilitasi peningkatan persalinan.
d. Hydrotheraphy aman dan efektif untuk menurunkan rasa nyeri selama fase aktif.
e. Dukungan yang berlajut selama persalinan harus menjadi standar pelayanan bagi
semua wanita yang besalin.
f. Auskultasi di sela-sela persalinan, hrus menjadi standar untuk wanita yang beresiko
rendah
g. Jangan melakukan Amniotomi secara rutin
h. Managemen kala dua harus diberkan secara individualis (tidak disamakan anatar satu
dengan yang lain).
i. Tidak ada evidence yang mendukung episiotomy secara rutin dan agresif pijat
perineum saat persalinan.
j. Delayed-Cord Clamping meningkatkan outcome pada neonatal
k. Segera melakukan skin-to skin contact setelah bayi lahir berguna untuk
termoregulasi, meningkatkan inisiasi menyusu, dan meningkatkan bounding.
l. Bersalin diluar rumah sakit aman bagi wanita dengan resiko rendah
m. Diperlukan kesabaran saat menunggu kemajuan persalinan
n. Persalinan pervaginam pada pasien pasca SC aman bagi kebanyakan wanita.

Jadi Pearls of Midwifery ini merupakan hasil dari kumpulan penelitian yang
dibuat menjadi satu dan praktik-praktik aman dan terbaik dari hasil penelitian ini
kemudian dibuat menjadi sebuah rekomendasi. Sebenarnya masih banyak lagi evidence
yang dapat ditemukan terkait dengan proses persalinan. Dalam bidang kesehatan dan
kedokteran kita dapat berpatokan pada hasil sitematik review yang fokus pada satu
kasus, kemudia kumpulan beberapa evidence yang dimuat dalam sebuah buku yang
biasnya dikenal dengan Clinical Practice Guidelines (CPG), dll (King & Pinger, 2014).

7
2. Artikel yang berjudul “How good are we at implementing evidence to support the
management of birth related perineal trauma? A UK wide survey of midwifery practice”
Penelitian yang dilakukan oleh (Bick et al., 2012), in merupakan sebuah
penelitian mixed-method yang yang bertujuan untuk mengidentifikasi bagaiamana bidan
di inggris menilai dan memperbaiki luka perineum serta sejauh mana praktik yang
dilakukan, apakah sudah berbasis bukti atau belum.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya 6% bidan yang melakukan
penjahitan perineum dengan metode yang berdasrkan bukti yang dianjurkan atau
direkomendasikan. Bidan dan mahasiswa kebidanan sebelumnya diajarkan untuk
memperbaiki trauma perineum menggunakan metode terputus karena dianggap lebih
mudah dipelajari dan mungkin menyebabkan lebih sedikit masalah di tangan dokter
yang tidak berpengalaman atau pemula. Data penelitian ini menunjukkan bahwa ini
terus menjadi metode yang paling umum diajarkan, meskipun telah dilaporkan bahwa
teknik berkelanjutan mudah dilakukan dan dapat dengan mudah diajarkan kepada dokter
yang tidak berpengalaman
Kegagalan untuk mempromosikan penggunaan metode penjahitan berbasis bukti
dapat dipandang sebagai bukti lebih lanjut dari kurangnya prioritas luas dan terus-
menerus diberikan untuk mempromosikan keterampilan kebidanan dan kompetensi
dalam manajemen perineum. Hasil penelitian ini telah mengidentifikasi adanya
kesenjangan yang cukup besar dalam pengimplementasian bukti penelitian dalam
praktik kebidanan terutama dalam manajemen trauma persalinan.

3. Artikel yang berjudul “Barriers to Implementing Evidence-Based Intrapartum Care: A


Descriptive Exploratory Qualitative Study”
Penelitian yang dilakukan oleh Iravani et al., (2016) ini merupakan peneltiian
kualitatif yang bertujuan untuk mengidentifikasi hambatan dalam mengadaptasi
evidence based dalam proses persalinan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada 4
hal utama yang menadi hambatan. Yang pertama adalah permasalhan terkait dengan
wanita yang bersalin, yang kedua adalah terkait dengan petugas atau pemberi layanan,
yang ketida terkait dengan lingkungan organisasi (tempat kerja), dan yang terakhir
adalah sistem kesehatan yang berlaku.

8
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu selama proses persalinan tidak
memiliki dasr pengetahuan yang baik tentang praktik kebidanan yang aman selama
persalinan. Terkadang, wanita sering kali tidak peduli dengan resiko ataupun
keuntungand ari setiap tindakan yang dilakukan terhadapnya. Oleh karena itu wanita
sering kali meminta untuk dilakukan berbagai intervensi yang dapat saja
membahayakan bagi dirinya. Sementara bidan dalam posisi yang juga harus
mengharagai permintaan pasien. Selain itu hambatan lainnya adalah kurangnya
pengetahuan, kurangnya skill, kurangnya motivasi dari para bidan untuk merubah
perilaku yang sudah ada dan mengadaptasi perilaku baru.
Dalam hal organisasi ada banyak permasalahan yang menjadi hambatan
penerapan EBM, misalnya dalam hal sistem pendidikan, kurangnya kemampuan
komunikasi efektif anatara dokter Obsgyn dan bidan, kurangnya waktu dari petugas
kesehatan karena kurangnya SDM, dll. Ada juga eberapa hambatan terkait sistem
pelayanan kesehatan, diantaranya perencanaan yang kurang matang, masalah
management, masalah pada sistem pelaporan, dana kurangnya sistem infromasi yang
akurat, da nada juga karena kurangnya kebijakan di bidang kesehatan. Selain itu yang
juga menjadi sorotan adalah permasalahan financial. Untuk mengadaptasi praktik-
praktik terkini tidak jarang membutuhkan peralatan yang memadai, dan tentunya terkait
dnegan dana yang harus dikeluarkan.

D. Teori Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah upaya mengembangkan dari keadaan kurang atau tidak
berdaya menjadi punya daya dengan tujuan dapat mencapai / memperoleh  kehidupan yang
lebih baik (Satria, 2008). Perempuan harus diberdayakan untuk mampu membuat keputusan
tentang kesehatan diri dan keluarga melalui KIE & Konseling sehingga suara perempuan
lebih terdengar dan mempunyai kekuatan dalam dirinya untuk membuat suatu keputusan
yang disertai dengan informasi yang berimbang dari seorang bidan, dengan adanya hal
tersebut diharapkan perempuan dapat melewati setiap fase hidupnya dengan aman.
Pada bulan September 1994 di Kairo, 184 negara berkumpul untuk merencanakan
suatu kesetaraan antara kehidupan manusia dan sumber daya yang ada. Untuk pertama

9
kalinya, perjanjian internasional mengenai kependudukan memfokuskan kesehatan
reproduksi dan hak-hak perempuan sebagai tema sentral.
Konferensi Internasional ini menyetujui bahwa secara umum akses terhadap
pelayanan kesehatan reproduksi harus dapat diwujudkan sampai tahun 2015. Tantangan
yang dihadapi para pembuat kebijakan, pelaksana-pelaksana program serta para advokator
adalah mengajak pemerintah, lembaga donor dan kelompok-kelompok perempuan serta
organisasi non pemerintah lainnya untuk menjamin bahwa perjanjian yang telah dibuat
tersebut di Kairo secara penuh dapat diterapkan di masing-masing negara.
Berbicara tentang pemberdayaan, terutama dalam bidang kesehatan tentuntanya
bukan hanya psien yang harus berdaya tetapi juga pemberi layanannya. Oleh karena itu
bidan sebagai pemberi layanan yang memiliki posisi terdekat dengan perempuan juga harus
diberdayakan untuk memberikan prakti-praktik kesehatan terbaik. Sehingga terbangun
sinergi yang kuat anatar abidan dan wanita.

10
BAB III
PROGRAM LITERASI BIDAN BERBASIS TEKNOLOGI

A. Nama program
Program Literasi Bidan (ProLiBi)
B. Tujuan
Untuk meningkatkan kesempatan dan kemampuan para bidan dengan dunia literasi (hasil
penelitian terbaru). Sehingga bidan akan lebih mudah dalam memperoleh hasil penelitian
terbaru terutama terkait dengan praktik kebidanan terupdate.
C. Deskripsi Program
Program ini dibuat agar para tenaga kesehatan terutama bidan memiliki akses
yang mudah terkait dengan evindece terbaru. Untuk memfasilitasi hal ini, akan dibuat
grup melalui whatsapp yang terdiri dari bidan-bidan, bagian management rumah sakit,
Perwakilan IBI, dan orang-orang dari Institusi pendidikan. Melalui grup ini diharapkan
orang-orang dari institusi pendidikan dapat secara rutin memfasilitasi atau mengirimkan
hasil studi terbaru baik dari dalam negri maupun internasional kepada para bidan
dilapangan. Hal ini dilakukan untuk membantu para bidan yang terkadang mengalami
kesulitan dalam mencari jurnal penelitian. Dengan grup ini para bidan dapat terus
terpapar dengan perkembangan dunia kesehatan terutama praktik-praktik berbasis bukti
terbaru.
D. Persiapan
1. Persiapan Bidan
- Bidan memiliki Hp berbasi Android atau IOS
- Bidan menginstall aplikasi Whatsapp
- Bidan bergabung dalam grup whatsapp

11
- Salah satu bidan ikut sebagai admin dalam grup, untuk menambahkan
kemungkinan ada anggota yang belum ikut serta.
2. Persiapan Institusi pendidikan
- Menyediakan Hp khusus untuk mengikuti grup Whatsapp
- Menyediakan admin dari institusi pendidikan untuk mengupdate informasi terkini.
- Mengumpulkan materi atau hasil penelitian terbaru dari dosen, peneliti dll.

3. Persiapan pembuatan Grup whatsapp


- Grup whatsapp dibuat bersama-sama perwakilan bidan, institusi pendidikan dan
perwakilan organisasi profesi.

E. Pelaksanaan
- Setiap ada hasil penelitian terbaru institusi pendidikan dan atau organisasi profesi
mengirimkan kedalam grup untuk dapat diakses oleh bidan- bidan.
- Kemudian setia 1 minggu sekali diadakan diskusi melalui grup whatsapp untuk
mendiskusikan hasil penelitian yang teah dikirimkan sebelumnya.
- Lalu setiap ada pertemuan ibi, maka akan dilakukan diskusi terkait dengan evidence-
evidence terbaru yang telah dibahas sbelumnya di dalam grup whatssapp. Sehingga
bisa disimpulkan hal-hal apa saja yang relevan dan dapat diimplementsikan.
- Hasil diskusi dari pertemuan IBI wajib disebarkan lagi melalui grup Whatsapp

F. Monitoring dan evaluasi


Evaluasi dilakukan pada saat pertemuan IBI di ranting atau daerah. Pada saat selesai
diskusi dilakukan evaluasi oleh perwakilan organisasi dan institusi pendidikan mengenai
grup whatsaap yang telah dibuat. Apakah ada keluahan, pertanyaan, dan masukan dari
anggota grup. Hasil dari masukan ini kemudian dibahas untuk dilakukan perbaikan
kedepannya.

G. Pendaaan Program

Jenis Kebutuhan Biaya Jumlah Rincian Jumlah

12
HP 1.000.00 2 1.000.000 x 2 2.000.000
0

Insentif sebagai admin 300.000 2 300.000 x 2 600.000

Total biaya pelaksanaan program 2.600.000

Program Literasi Bidan (ProLiBi) tidak membutuhkan alokasi dana khusus karena
program ini memanfaatkan sarana teknologi yang ada yaitu aplikasi Whatsapp. Yang
dibutuhkan dalam program ini adalah kesediaan untuk menjadi admin group Whatsapp.
Admin dari group ini ada 2 yaitu perwakilan institusi pendidikan dan perwakilan
organisasi profesi, yang akan membagi hasil penelitian atau hasil temuan lapangan di
grup Whatsapp. Masing-masing admin akan diberikan insentif setiap bulan sebesar
300.000 per individu. Biaya program akan diambil dari dana IBI. Dengan adanya diskusi
di Whatsapp maka dapat menghemat waktu dan biaya.

13
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Evidence Based Medicine (EBM) adalah pendekatan sistematis untuk
penyelesaian masalah klinis yang melalui integrasi bukti penelitian terbaik yang ada
dengan keahlian klinis dan nilai-nilai pasien (Akobeng, 2017). Sebagai sebuah profesi
yang berhubungan dengan kesehatan terutama kesehatan ibu dan anak, bidan tentu
dituntut unk juga dapat memberikan pelayanan yang terbaik dan berdasrkan bukti atau
evidence. Agar setiap tindakan yang dilakukan juga dapat dipertanggungjawabkan
dengan baik.

B. SARAN
Diharapkan bahwa tenaga kesehatan terutama bidan dalam menjalankan profesi nya dapat
memberikan pelayanan terbaik yang berbasis bukti. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk memfasilitasi agar tenaga kesehatan tetap terhubung dengan dunia
literasi atau jurnal ter-update, salah satunya adalah dengan program Literasi Bidan
(ProLiBi).

14
DAFTAR PUSTAKA

Akobeng, A. K. (2017). Principles of evidence based medicine. BMJ : British Medical Journal,
(June), 837–853. https://doi.org/10.1136/adc.2005.071761
Asri, Dwi dan Cristine Clervo P. Asuhan Persalinan Normal Plus Contoh Askeb dan Patologi
Persalinan, Yogyakarta : Nuha Medika, 2012
Bick, D. E., Ismail, K. M., Macdonald, S., Thomas, P., Tohill, S., & Kettle, C. (2012). How good
are we at implementing evidence to support the management of birth related perineal
trauma ? A UK wide survey of midwifery practice, 1–10.
Heneghan, C. (2014). Introduction to Evidence-Based Medicine.
Ilmiah, Widia Shofa. Buku Ajar Asuhan Persalinan Normal,Yogyakarta: Nuha Medika, 2015.
Iravani, M., Janghorbani, M., Zarean, E., & Bahrami, M. (2016). Barriers to Implementing
Evidence-Based Intrapartum Care : A Descriptive Exploratory Qualitative Study, 18(2), 1–
7. https://doi.org/10.5812/ircmj.21471
King, T. L., & Pinger, W. (2014). Evidence-Based Practice for Intrapartum Care : The Pearls of
Midwifery. Journal of Midwifery & Women’s Health. https://doi.org/10.1111/jmwh.12261
Kuswanti, Ina dan Fitria Melina. ASKEB II Persalinan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2014.
Setiawati, Dewi. Kehamilan dan Pemeriksaan Kehamilan, Makassar : Alauddin University Press,
2013.
Yeyeh, Ai, dkk. Asuhan Kebidanan II Persalinan Edisi Revisi,DKI Jakarta : CV. Trans Info
Media, 2014.

15
16

Anda mungkin juga menyukai