Anda di halaman 1dari 13

Partnership Bersama Dokter Dalam Pelayanan

Kebidanan

1. Ratriana Nur Rahmawati (1810102054)


2. Rabiatunnisa (1810102055)
3. Herliyani Dwi Saputri (1810102056)
4. Claudia Banowati Subarto (1810102057)
5. Linda Yulyani (1810102058)
6. Indah Wijayanti (1810102059)
7. Mutiara Solechah (1810102060)
8. Rini Sartika (1810102061)
9. Atik Mahmuda Aji Pamungkas (1810102062)
10. Fatimatasari (1810102063)
11. Nita Ike Dwi Kurniasih (1810102064)
BAB I
LATAR BELAKANG

Praktek kolaborasi dapat menurunkan angka komplikasi, lama rawat di rumah sakit,
konflik diantara tim kesehatan, dan tingkat kematian. Sedangkan dibidang kesehatan
mental, praktek kolaboratif dapat meningkatkan kepuasan pasien dan tim kesehatan

Tetapi dalam praktiknya terjadi tumpang tindih pada tindakan pelayanan antar profesi
yang diakibatkan karena kurangnya komunikasi antar tenaga kesehatan,Kurangnya
komunikasi juga menyebabkan terlambatnya dalam pemberian pengobatan dan
diagnosis terhadap pasien yang berpengaruh terhadap outcome pasien

Kurangnya kemampuan komunikasi tersebut terjadi karena tidak adanya


pelatihan atau pendidikan penerapan kolaborasi antar tenaga kesehatan
(Sedyowinarso, 2011).
1. Melakukan tinjauan literature
tentang partnership bersama
dokter dalam pelayanan
kebidanan
Tujuan 2. Menyusun program tentang
pelatihan yang tepat untuk
meningkatkan partnership dalam
pelayanan kebidanan
BAB II
A. Pemberdayaan dalam Pelayanan Kebidanan

Pemberdayaan adalah upaya mengembangkan dari keadaan kurang atau tidak


berdaya menjadi punya daya dengan tujuan dapat mencapai /memperoleh  kehidupan
yang lebih baik (Satria, 2008). Beberapa prinsip yang harus diperhatikan adalah
Program-program dan pelayanan yang sesuai dengan kondisi-kondisi yang ada dan
menjamin bahwa program dan pelayanan dapat dimanfaatkan dan dijangkau oleh
seluruh masyarakat.
B. Kajian literatur tentang Pemberdayaan dalam Partnership Bersama Dokter dalam
Pelayanan Kebidanan”
1. Artikel “Midwife–Physician Collaboration A Conceptual Framework” (Denise Colter
Smith, 2014) yang mengatakan bahwa Kolaborasi bidan-dokter adalah proses di mana
bidan dan dokter bekerja bersama menuju tujuan bersama, selain itu dalam artikel
mengatakan bahwa kolaborasi memiliki beberapa definisi :
 Mengadakan hubungan yang berkaitan dengan perawatan yang berpusat pada
pasien.
 Mengadakan hubungan praktik untuk mencapai perawatan pasien yang berkualitas
tinggi.
 Mengadakan kerja sama yang efektif dengan menjunjung tinggi rasa saling
menghormati dan kepercayaan, tanggung jawab profesional, dan akuntabilitas
Kajian literatur tentang Pemberdayaan dalam Partnership Bersama Dokter dalam
Pelayanan Kebidanan”

2. Artikel “Working Together Collaboration Between Midwifes and Doctor In


Public Hospital” (Kerreen M Reiger dan Karen L Lane, 2009) yang berisikan
bahwa:
• Prinsip kebidanan dan dokter kandungan tidak sepenuhnya cocok,
misalnya bidan menekankan kepercayaan dan rasa hormat sementara
dokter kandungan menekankan akuntabilitas tetapi hal itu tidak
menghalangi bidan dan dokter untuk dapat membangun praktek
kolaboratif.
• Konsep dan prinsip-prinsip “sopan santun profesional”, karena itu perlu
untuk membentuk praktek rumah sakit dan rutin diperkuat dalam
pengembangan profesional dan tertanam dalam proses perumusan
kebijakan. Kemudian kerjasama kolaboratif akan menjadi efektif.
Kajian literatur tentang Pemberdayaan dalam Partnership Bersama Dokter dalam
Pelayanan Kebidanan”
3. Artikel “ Collaborative practice among obstetricians, family physicians and
midwives” yang mengatakan terdapat beberapa tantangan mengembnagkan praktek
kolaborasi di tempat pelayanan kesehatan maternal (maternal care):
• Tantangan terbesar adalah hambatan untuk berubah, dikarenakan sulit untuk
menyakinkan bahwa hal yang dilakukan sekarang tidak memebrikan hasil yang
optimal
• Kebanyakan dokter dan bidan dibayar dengan sistem fee-for-service (untuk dokter)
atau course-of-care (untuk bidan) sehingga menjadi penghalang untuk praktik
kolaborasi
• Mereka (professional kesehatan) tidak di siapkan dengan Pendidikan dan paparan
tentang bekerja dengan cara berkolaborasi
• Isu medicolegal dan peraturan juga bisa memperburuk hubungan antarpemberi
layanan di bangsal kebidanan dan juga membuat pola praktik menjadi sulit
• Komunikasi antar tenaga kesehatan juga menghadapi tantangan sehingga
memperburuk dinamika tim
BAB III

PROGRAM “SIBERTI KEIBUAN”


PELATIHAN Sistem Bermitra
Tingkatkan Kesehatan
Ibu dan Anak.
Program ini bertujuan untuk menginternalisasikan lima kompetensi kolaborasi interprofesi di
bidang kesehatan yang meliputi etika dan nilai, berbagi peran dan tanggung jawab,
komunikasi interprofesi, kerjasama, dan pelayanan kesehatan yang berpusat pada individu,
keluarga dan komunitas berkualitas guna mendapatkan kepuasan pasien dalam mendapatkan
pelayanan.

Proses Implementasi Program :


a. Persiapan peserta
Dokter Sp.OG, Sp.A,bidan, dan mahasiswa kedokteran (resident obsgyn & pediatric
b.Persiapan pembicara ) Ahli dalam medical education & collaborative practice), pemangku kebijakan terkait
kesehatan maternal dan neonatal
c. Persiapan sarana & prasarana: ruang pelatihan ( aula RS), meja dan kursi, computer dan LCD, modul
pelatihan yang berisi materi pelatihan
3 TAHAP PELAKSANAAN

• Terdiri dari 4 kali sesi dan setiap sesi 4 jam dalam jangka waktu 1 bulan ( 1
sesi/mgg)
• Penyampaian materi untuk mengembangkan dan memperkuat keterampilan
1. kolaboratif dari peserta pelatihan

• Terdiri dari 1 kali pertemuan


• Fokus pada pengembangan kenyamanan antara preseptor & mahasiswa
2.

• Terdiri dari 4 kali pertemuan selama 90 menit


• Peserta pelatihan (mahasiswa) bertanggungjawab untuk melakukan presentasi
3. kasus.
MONITORING DAN EVALUASI

Keberhasilan program dapat dievaluasi dengan


menggunakan model evaluasi pelatihan dari Kirkpatrick
(Kirkpatrick’s Four Level Of Training Evaluation In
Detail). Keberhasilan pelatihan dapat dilihat dari
kemampuan komunikasi dan kemampuan bekerja dalam
tim serta kepuasan pasien yang ditangani dengan
memberika kuisioner kepuasan.
BAB IV

Simpulan Saran

Keberhasilan pelaksanaan dapat


ditingkatkan melalui sosialisasi Diharapkan tenaga kesehatan
Interprofessional Collaborative dapat mengimplementasikan
practice terhadap tenkes. kolaborasi dalam memberikan
pelayanan kebidanan.

Memberikan kesempatan tenkes


untuk mengadakan pertemuan Diharapkan institusi yang
rutin antar profesi menjalankan program pendidikan
kesehatan dapat menerapkan
Perencanaan pelatihan kolaborasi pembelajaran IPE dalam rangka
interprofesi yang tepat bagi tenkes mendukung terciptanya praktik
menjadi langkah penting untuk kolaborasi.
penerapan kolaborasi
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai