Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH

“ COLLABORATIVE
KEBIDANANCARE “
TAHUN 2022

Penyusun :
Kelompok III Alih Jenjang Kelas Bulungan

1. Umi Wakhidah,A.Md.Keb

2. Yulianty,A.Md.Keb

3. Retno Hapsari,A.Md.Keb

4. Umiyati,A.Md.Keb

5. Nurul Rahmadianti,A.Md.Keb

6. Rahayu Dwi Astutik,A.Md.Keb

7. Adventy Eka Pertiwi Paseru,A.Md.Keb

8. Marlindawati,A.Md.Keb

1|Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Berkelanjutan.


2|Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Berkelanjutan.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan bantuan baik pikiran
maupun materinya dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan
Berkelanjutan Continuity Of Care dalam komunitas.
Bagi kami sebagai penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari dosen
pembimbing demi perbaikan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Bumi Rahayu, 05 September 2022

Kelompok III
Alih Jenjang Kelas Bulungan

3|Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Berkelanjutan.


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kolaborasi atau kerjasama antar profesi kesehatan adalah hal yang berpengaruh dalam
mengoptimalkan pelayanan kesehatan pada pasien (Liaw et al., 2014). Hubungan kolaborasi
dalam pelayanan kesehatan melibatkan sejumlah tenaga profesi kesehatan dan tentunya dalam
melakukan kolaborasi tersebut terdapat perbedaan pendapat antar tenaga kesehatan. Pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit merupakan bentuk pelayanan yang diberikan kepada klien dari
suatu tim pelayanan kesehatan.
Tim pelayanan kesehatan yaitu sekelompok professional yang mempunyai aturan yang
jelas, tujuan umum dan keahlian berbeda. Tim akan berjalan dengan baik bila setiap anggota
tim memberikan kontribusi yang baik sesuai dengan keyakinan profesi dan standar yang
ditetapkan (Faizin & Winarsih, 2008).
Kolaborasi adalah hubungan saling berbagi tanggung jawab (kerjasama) dengan rekan
sejawat atau tenaga kesehatan lainnya dalam memberi asuhan pada pasien dalam praktiknya,
kolaborasi dilakukan dengan mendiskusikan diagnosis pasien serta bekerjasama dalam
penatalaksanaaan dan pemberian asuhan. masing – masing tenaga kesehatan dapat saling
berkonsultasi dengan tatap muka langsung atau melalui alat komunikasi lainnya dan tidak
perlu hadir ketika tindakan dilakukan.petugas kesehatan yang ditugaskan menangani pasien
bertanggung jawab terhadap keseluruhan penatalaksanaan asuhan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam makalah ini yaitu “Bagaimanakah
Model Asuhan kebidanan Collaborative Care?”
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Collaborative Care?
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk dari Collaborative Care?
3. Untuk mengetahui Ruang Lingkup Penyakit Sipilis ?
4. Untuk Megetahui cara Penanganan Kasus Penyakit Sipilis ?
D. Manfaat
1. Bagi mahasiswa sabagai alat referensi penambahan ilmu dan wawasan mengenai
Model Asuhan kebidanan Collaborative Care.
2. Bagi penulis adalah menambah pengetahuan dalam mengembangkan Model Asuhan
kebidanan Collaborative Care.

4|Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Berkelanjutan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
1. Collaborative care
a. Definisi
merupakan suatu intervensi sistem-level pelayanan kesehatan yang menggunakan
pengelolaan kasus untuk menghubungkan penyedia layanan kesehatan primer, pasien,
dan spesialis kesehatan mental (Thota, 2012). Dalam melaksanakan collaborative care
dibutuhkan sebuah tim yang terdiri dari (Unűtzer, 2013):
1) Penyedia Pelayan Primer / Primer Care Provider (PCP), terdiri dari seorang dokter
spesialis,bidan, perawat,petugas gizi, petugas laboratorium dan apoteker.
2) Kolaborasi dalam hubungan kerja antara tenaga kesehatan merupakan memberikan
pelayanan kepada pasien atau klien dengan melakukan diskusi tentang diagnosa,
melakukan kerja sama dalam asuhan kesehatan, saling berkonsultasi atau
komunikasi serta masing-masing bertanggung jawab pada pekerjaannya.
3) Apapun bentuk dan tempatnya kolaborasi meliputi suatu pertukaran pandangan atau
ide yang memberikan perspektif kepada seluruh kolaborator.

Pelayanan kebidanan kolaborasi adalah pelayanan yang dilakukan oleh bidan sebagai
anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu urutan dari
sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan.tujuan pelayanan ini adalah berbagi otoritas
dalam pemberian pelayanan berkualitas sesuai ruang linkup masing-masing.

2. Model Collaborative care


Model collaborative care merupakan bentuk dari kerja sama interdisiplin.
Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekolompok profesional yang
mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi
baik jika adanya konstribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan kesehatan
terbaik. Anggota tim kesehatan terdiri dari pasien, perawat, dokter, fisioterapi, pekerja
sosial, ahli gizi, manager, dan apoteker. Oleh karena itu, tim kolaborasi hendaknya
memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai antar sesama
anggota tim.

LABORATO
BIDAN RIUM/
ANALIS

PASIEN

APOTEKER DOKTER
5|Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Berkelanjutan.
3. Elemen kolaborasi mencakup:
a) Harus melibatkan tenaga ahli dengan keahlian yang berbeda,yang dapat bekerjasama
secara timbal balik dengan baik
b) Anggota kelompok harus bersikap tegas dan mau bekerjasama
c) Kelompok harus memberi pelayanan yang keunikannya dihasilkan dari kombinasi
pandangan dan keahlian yang diberikan oleh setiap anggota tim tersebut.
4. Pelayanan kolaborasi/kerjasama terdiri dari:
a) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga .
b) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil resiko tinggi dan pertolongan pertama
pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi .
c) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dan pertolongan
pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
d) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dan pertolongan pertama
pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
e) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dan pertolongan pertama pada
kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
f) Memberikan asuhan kebidanan pada balita resiko tinggi dan pertolongan pertama pada
kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
5. Dasar – Dasar collaborative care :
Dalam kolaborasi anggota tim kesehatan harus bekerja dengan kompak untuk
mencapai tujuan. Elemen penting untuk mencapai collaborative care yang efektif
meliputi:
a) Komunikasi Komunikasi sangat dibutuhkan dalam kolaborasi, karena kolaborasi
membutuhkan pemecahan masalah yang lebih kompleks, sehingga dibutuhkan
komunikasi efektif yang dapat dimengerti oleh semua anggota tim. 2
b) Respek dan kepercayaan Respek dan kepercayaan dapat disampaikan secara verbal
maupun non verbal serta dapat dilihat dan dirasakan dalam penerapannya sehari – hari.
c) Memberikan dan menerima feed back Feed back dipengaruhi oleh persepsi seseorang,
pola hubungan, harga diri, kepercayaan diri, emosi, lingkungan serta waktu. Feedback
juga bisa bersifat negatif maupun positif.
d) Pengambilan keputusan Dalam pengambilan keputusan dibutuhkan untuk
mewujudkan kolaborasi yang efektif guna menyatukan data kesehatan pasien secara
komprehensif sehingga menjadi sumber informasi bagi semua anggota tim.
e) Manajemen konflik Untuk menurunkan konflik, maka masing – masing anggota harus
memahami peran dan fungsinya, melakukan klarifikasi persepsi dan harapan,
mengidentifikasi kompetensi, mengidentifikasi tumpang tindih peran serta melakukan
negosiasi peran dan tanggung jawabnya.

6|Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Berkelanjutan.


f) Terwujudnya suatu kolaborasi tergantung pada beberapa kriteria, yaitu :
1) Adanya saling percaya dan menghormati
2) Saling memahami dan menerima keilmuan masing -masing
3) Memiliki citra diri positif
4) Memiliki kematangan profesional yang setara (timbul dari pendidikan dan
pengalaman)
5) Mengakui sebagai mitra kerja bukan bawahan 6)
6) Keinginan bernegosiasi. Inti dari suatu hubungan kolaborasi adalah adanya
perasaan saling ketergantungan (interdefensasi) untuk bekerjasama. Bekerjasama
dalam suatu kegiatan dapat memfasilitasi kolaborasi yang baik. Kerjasama
mencerminkan proses koordinasi pekerjaan agar tujuan atau target yang telah
ditentukan dapat tercapai. Selain itu menggunakan catatan klien yang terintegrasi
dapat merupakan suatu alat untuk berkomunikasi antara profesi secara formal
tentang asuhan klien.
2. Contoh kasus :
a. Kolaborasi dengan petugas laboratorium & dokter umum :
Ibu Rina datang kunjungan ANC K3 dengan keluhan 1 minggu mengalami
keputihan agak banyak pervaginam disertai rasa gatal dan berbau,bidan umi
melakukan pemeriksaan fisik,tanda-tanda vital dan melakukan rujukan internal ke
petugas laboratorium ( pemeriksaan sipilis,HIV dan hepatitis)
Dari hasil pemeriksaan laboratorium : HIV dan hepatitis negative sementara
pemeriksaan sifilis positif,selanjutnya bidan langsung menghubungi dr.diana fauziah
untuk meminta solusi penanganan masalah yang di alami pasien, Sehingga terjalin
kolaborasi antara ke tiga tenaga kesehatan tersebut
b. Pembahasan
Berdasarkan kasus diatas, dapat disimpulkan bahwa kasus tersebut adalah
kasus kolaborasi, karena pada kasus tersebut terjadi kerjasama antara bidan, petugas
laboratorium, dan dokter umum di puskesmas. Dan kasus ini sesuai dengan
PERMENKES RI NO.  28 Tahun Pasal 25  poin (b) tentang asuhan antenatal
terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit tertentu.
c. Dokumentasi Collaborative Care :

7|Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Berkelanjutan.


1) Infeksi Sifilis
Sifilis merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh spirochaete, Treponema
pallidum (T. pallidum) dan merupakan salah satu bentuk infeksi menular seksual.Selain
sifilis, terdapat tiga jenis infeksi lain pada manusia yang disebabkan oleh treponema, yaitu:
non venereal endemic syphilis (telah eradikasi), frambusia (T. pertenue), dan pinta (T.
careteum di Amerika Selatan).
Sifilis secara umum dapat dibedakan menjadi dua: yaitu sifilis kongenital(ditularkan
dari ibu ke janin selama dalam kandungan)dan sifilis yang didapat / acquired (ditularkan
melalui hubungan seks atau jarum suntik dan produk darah yang tercemar).
a) Gejala dan tanda Sifilis pada dewasa Kementerian Kesehatan Republik Indonesia :
Keratitis interstisial Asimtomatik Bercak merah polimorfik biasanya di telapak tangan
dan telapak khaki, lesi kulit papuloskuamosa dan mukosa, demam, malaise,
limfadenopati generalisata, kondiloma lata, patchy alopecia, meningitis, uveitis,
retinitis 2 - 12 minggu Dini
b) Sifilis yang didapat A.1.Sifilis dini mudah menular dan merespon pengobatan dengan
baik :
A.1.1. Sifilis stadium primer,
A.1.2. Sifilis stadium sekunder,
A.1.3. Sifilis laten dini (diderita selama kurang dari 1 tahun)
A.2. Sifilis Lanjut
A.2.1. Sifilis laten lanjut (telah diderita selama lebih dari 1 tahun)
A.2.2. Sifilis tersier: gumma, neurosifilis, dan sifilis kardiovaskular.
2) Sifilis kongenital Sifilis kongenital ditularkan dari ibu ke janin di dalam rahim.
B.1. Sifilis kongenital dini Dalam dua tahun pertama kehidupan bayi
B.2. Sifilis kongenital lanjut Berlanjut sampai setelah usia 2 tahun

3. MANIFESTASI KLINIS SIFILIS


 Tabel 1. Gejala dan tanda Sifilis pada dewasa
STADIUM MANIFESTASI KLINIS DURASI
Primer Ulkus/luka/tukak, biasanya soliter, tidak 3 minggu
nyeri, batasnya tegas, ada indurasi dengan
pembesaran kelenjar getah bening regional
(limfadenopati)
Sekunder Bercak merah polimorfik biasanya di 2 - 12 minggu
telapak tangan dan telapak khaki, lesi kulit
papuloskuamosa dan mukosa, demam,
malaise, limfadenopati generalisata,
kondiloma lata, patchy alopecia,
meningitis, uveitis, retinitis
Laten Asimtomatik Dini < 1 tahun
Lanjutan > 1 tahun

8|Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Berkelanjutan.


Tersier Gumma Destruksi jaringan di organ dan lokasi yang 1 - 46 tahun
Sifilis terinfeksi
kardiovaskuler Aneurisma aorta, regurgitasi aorta, stenosis 10 – 30 tahun
osteum >2 tahun - 20 tahun
Neurosifilis Bervariasi dari asimtomatis sampai nyeri
kepala, vertigo, perubahan kepribadian,
demensia, ataksia, pupil Argyll Robertson
 Tabel 2.Gejala dan tanda sifilis kongenital
STADIUM MANIFESTASI KLINIS DURASI
Dini  70% asimtomatis; Dari lahir sampai < 2
 Pada bayi usia < 1 bulan dapat ditemukan tahun
kelainan kulit berbentuk vesikel dana tau bula
 Infeksi fulminant dan tersebar,lesi
mukokutaneous,osteokondritis,anemia,hepato
spenomegali,neurosifilis
Lanjut Keratitis interstisial, limfadenopati, Persisten >2 tahun
hepatosplenomegali, kerusakan tulang, anemia, setelah kelahiran
gigi Hutchinson, neurosifilis.
Gambar Tanda dan Gejala Sebagai Berikut :

 Tabel 3 Terapi Sifilis Di Puskesmas


STADIUM TERAPI Alternatif bagi yang alergi
Tidak hamil Hamil*)
Sifilis primer Benzathine benzylpenicillin 2,4 Doksisiklin 100 mg per Eritromisin 500 mg
dan sekunder juta IU, injeksi IM dosis tunggal oral, 2kali /hari selama per oral,4 kali /hari
30 hari selama 14 hari
Sifilis laten Benzathine benzylpenicillin 2,4 Doksisiklin100 mg per Eritromisin 500 mg
juta IU, injeksi IM, satu oral, 2 kali /hari per oral,4 kali /hari
kali/minggu selama 3 minggu minimal 30 hari ATAU minimal 30 hari
berturut turut Seftriakson 1 gr, injeksi
IM 1 kali /hari selama
10 hari

E. Perkembangan bidan kolaborasi


Pada awalnya, praktik kolaborasi menggunakan model hierarki yang menekankan
komunikasi satu arah , kontak terbatas antara pasien dan dokter, dan menempatkan dokter
sebagai tokoh yang dominan. Pola tersebut berkembang menjadi model praktik kolaborasi
yang menekankan komunikasi dua arah, tetapi tetap menempatkan dokter pada posisi utama
dan membatasi hubungan antara dokter dan pasien. Pola yang ketiga lebih berpusat pada
pasien.sesama pemberi pelayanan harus dapat bekerja sama, begitu juga
dengan pasien.model ini berbentuk melingkar. Menekankan kontinuitas dan kondisi timbal

9|Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Berkelanjutan.


balik satu sama lain. Tidak ada satu pemberi playanan yang mendominasi secara terus
menerus.

F. Kolaborasi dalam praktik kebidanan


Dalam praktik pelayanan kebidanan, layanan kolaborasi adalah asuhan kebidanan yang
di berikan kepada klien dengan tanggung jawab bersama semua pemberi pelayanan yang
terlibat. misalnya: bidan,dokter,atau tenaga kesehatan profesional lainnya.Bidan merupakan
anggota tim.Bidan menyakini bahwa dalam memberi asuhan harus tetap menjaga,mendukung,
dan menghargai proses fisiologis manusia.Rujukan yang efektif di lakukan untuk menjamin
kesejahteraan ibu dan bayinya .bidan adalah praktisi yang mandiri. Bidan juga bekerjasama
dalam mengembangkan kemitraan dengan anggota kesehatan lainya. Dalam melaksanakan
tugasnya, bidan melakukan kolaborasi,konsultasi, dan rujukan sesuai dengan kondisi pasien,
kewenangan dan kemampuannya.

10 | M a t a K u l i a h A s u h a n K e b i d a n a n B e r k e l a n j u t a n .
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kolaborasi adalah hubungan saling berbagi tanggung jawab (kerjasama) dengan
rekan sejawat atau tenaga kesehatan lainnya dalam memberi asuhan pada pasien. Dalam
praktiknya, kolaborasi dilakukan dengan mendiskusikan diagnosis pasien serta
bekerjasama dalam penatalaksanaan dan pemberian asuhan.Masing-masing tenaga
kesehatan dapat saling berkonsultasi dengan tatap muka langsungatau melalui alat
komunikasi lainnya dan tidak perlu hadir ketika tindakan dilakukan. Petugas kesehatan
yang ditugaskan menangani pasien bertanggung jawab terhadap keseluruhan
penatalaksanaan asuhan.Dalam praktik pelayanan kebidanan, layanan kolaborasi adalah
asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien dengan tanggung jawab bersama semua
pemberi pelayanan yang terlibat. Misalnya: bidan, dokter, dan atau tenaga kesehatan
profesional lainnya. Bidan merupakan anggota tim.

B. SARAN
Sebaiknya bidan melakukan kolaborasi dengan sesama bidan atau dengan tenaga
kesehatan lainnya jika menemukan pasien yang membutuhkan penanganan yang
tidak bisa ditangani bidan sendiri tapi juga memerlukan bantuan tenaga kesehatan lain.

11 | M a t a K u l i a h A s u h a n K e b i d a n a n B e r k e l a n j u t a n .
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI.//Pedoman Tata laksana sipilis untuk pengendalian sifilis di


layanan kesehatan dasar ( 2013 ).
2. Uswatun. (2015).  Peran dan Fungsi Bidan Mandiri Rujukan dan Kolaborasi  dalam
“http://uswatun25.mahasiswa.unimus.ac.id/2015/12/16/peran-dan-fungsi-bidan-mandiri-
rujukan-dan-kolaburasi/”
3. Wikepedia. (2017). Kebidanan dalam “https://id.wikipedia.org/ wiki/Kebidanan”
4. Sriwahyuni, Samti. (2014). Pengorganisasian Praktek Asuhan Kebidanan dalam  “http: //
bidanpink. blogspot. co. id / 2014 / 12 / makalah-pengorganisasian-praktek-asuhan.html”
5. Lestari, Widya. (2016). Konsep Kebidanan Bersalin dan Nifas.
“https://www.slideshare.net/widyalestari17/kokebmandirikolaborasirujukan-67717755”
6. Surya. (2014). Pelayanan Mandiri dan Pelayanan Kolaborasi  dalam
“http://suryadun.blogspot.co.id/2014/11/pelayanan-mandiri-dan-pelayanan.html?m=1”
7. Diva, Hari (2017) Permenkes Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan dalam “https://mediskripta.com /2017/08/10/ permenkes-nomor-28-tahun-2017-
tentang-izin-dan-penyelenggaraan-praktik-bidan/”.

12 | M a t a K u l i a h A s u h a n K e b i d a n a n B e r k e l a n j u t a n .

Anda mungkin juga menyukai