Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk menggambarkan suatu
hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu. Sekian banyak pengertian dikemukakan
dengan sudut pandang beragam namun didasari prinsip yang sama yaitu mengenai
kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas, kesetaraan, tanggung jawab dan tanggung gugat.
Namun demikian kolaborasi sulit didefinisikan untuk menggambarkan  apa yang sebenarnya
yang menjadi esensi dari kegiatan ini. hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan kepada pasien/klien adalah dalam melakukan diskusi tentang diagnosa,
melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling berkonsultasi atau komunikasi serta
masing-masing bertanggung jawab pada pekerjaannya. Apapun bentuk dan tempatnya,
kolaborasi meliputi suatu pertukaran pandangan atau ide yang memberikan perspektif kepada
seluruh kolaborator. Efektifitas hubungan kolaborasi profesional membutuhkan mutual respek
baik setuju atau ketidaksetujuan yang dicapai dalam interaksi tersebut. Partnership kolaborasi
merupakan usaha yang baik sebab mereka menghasilkan outcome yang lebih baik bagi  pasien
dalam mecapai upaya penyembuhan dan memperbaiki kualitas hidup.
Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing pengetahuan yang
direncanakan yang disengaja, dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien.
Kadangkala itu terjadi dalam hubungan yang lama antara tenaga profesional kesehatan. (Lindeke
dan Sieckert,  2005). Bekerja bersama dalam kesetaraan adalah esensi dasar dari kolaborasi yang
kita gunakan untuk menggambarkan hubungan perawat dan tim medis lainnya. Tentunya ada
konsekweksi di balik kesetaraan yang dimaksud. Kesetaraan kemungkinan dapat  terwujud jika
individu yang terlibat  merasa dihargai serta  terlibat secara fisik dan intelektual saat memberikan
bantuan kepada pasien.
Kolaborasi adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan atau perawat klinik bekerja
dengan tim medis lainnya untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam lingkup praktek
profesional keperawatan, dengan pengawasan dan supervisi sebagai pemberi petunjuk
pengembangan kerjasama atau mekanisme yang ditentukan oleh peraturan suatu negara dimana
pelayanan diberikan. Kolaborasi interprofesi   yang efisien akan memberikan pelayanan   yang
holistik kepada pasien   sehingga kualitas perawatan dan kepuasan pasien akan
meningkat,  serta  adanya  efisiensi  biaya  perawatan. Perawat dan tim medis yang lainnya
merencanakan dan mempraktekan bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam
batas-batas lingkup praktek dengan berbagi nilai-nilai dan pengetahuan serta respek terhadap
orang lain yang berkontribusi terhadap perawatan individu, keluarga dan masyarakat.
B.     Tujuan Penulisan
1.      Tujuan Umum
Untuk lebih mengetahui dan memahami tentang bagaimana Konsep Kolaborasi dalam
Keperawatan.
2.      Tujuan Khusus
Untuk mengetahui Konsep Kolaborasi dalam Keperawatan yang terdiri dari :
1.      Definisi Kolaborasi
2.      Tujuan Kolaborasi
3.      Manfaat Kolaborasi
4.      Karakteristik Kolaborasi
5.      Dasar – Dasar Kompetensi Kolaborasi
6.      Pihak – Pihak yang Terlibat Dalam Kolaborasi
7.      Elemen Kunci Kolaborasi
8.      Kriteria Kolaborasi
9.      Kolaborasi di Rumah Sakit
10.  Perawat Sebagai Kolabolator

C.    Manfaat Penulisan
Manfaaat penulisan makalah ini agar mahasiswa/kelompok dapat lebih mengetahui dan
memahami tentang Konsep Kolaborasi dalam Keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Konsep Kolaborasi
1.      Definisi Kolaborasi
Kolaborasi adalah hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan kepada pasien/klien dalam melakukan diskusi tentang diagnosa, melakukan kerjasama
dalam asuhan kesehatan, saling berkonsultasi atau komunikasi serta masing-masing bertanggung
jawab pada pekerjaannya. Apapun bentuk dan tempatnya, kolaborasi meliputi suatu pertukaran
pandangan atau ide yang memberikan perspektif kepada seluruh kolaborator. Kolaborasi
merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing pengetahuan yang direncanakan yang
disengaja, dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien. Kadangkala itu terjadi
dalam hubungan yang lama antara tenaga professional.
Kolaborasi adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan atau perawat klinik bekerja
dengan dokter dan tim medis lainnya untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam lingkup
praktek profesional keperawatan, dengan pengawasan dan supervisi sebagai pemberi petunjuk
pengembangan kerjasama atau mekanisme yang ditentukan oleh pertukaran suatu negara dimana
pelayanan diberikan. Bagi perawat, hubungan kerjasama dengan dokter sangat penting apabila
ingn menunjukkan fungsinya secara independen.
Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum, konstribusi praktisi profesional,
kolegalitas, komunikasi dan praktek yang difokuskan kepada pasien. Kolegalitas menekankan
pada saling menghargai, dan pendekatan profesional untuk masalah-masalah dalam team dari
pada menyalahkan seseorang atau atau menghindari tangung jawab.

2.      Tujuan Kolaborasi
Tujuan kolaborasi perawat adalah untuk membahas masalah-masalah tentang klien dan
untuk meningkatkan pamahaman tentang kontrbusi setiap anggota tim serta untuk
mengidentifikasi cara-cara meningkatkan mutu asuhan klien. Agar hubungan kolaborasi dapat
optimal, semua anggota profesi harus mempunyai keinginan untuk bekerjasama. Perawat dan tim
medis lain merencanakan dan mempraktekkan sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan
dalam batas-batas lingkup praktek dengan berbagai nilai-nilai dan pengetahuan serta respek
terhadap orang lain yang berkonstribusi terhadap perawatan individu, keluarga dan masyarakat.
Tim satu disiplin ilmu meliputi : tim perawat, tim dokter, tim administrasi, dan lain-
lain.Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekelompok professional yang
mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi baik, jika
terjadi adanya konstribusi dari anggota timdalam memberikan pelayanan kesehatan efektif,
bertanggung jawab dan saling menghargai sesama anggota tim. Perawat sebagai anggota
membawa perspektif yang unik dalam tim inter disiplin. Perawat memfasilitasi dan membantu
pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktek profesi kesehatan lain.
Perawat berperan sebagai penghubung penting antara pasien dan pemberi pelayanan
kesehatan.Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan mencegah
penyakit.Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian obat dan
pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim lain sebagai membuat relevan
pemberian pengobatan. Tim multi disiplin meliputi: tim operasi, tim infeksi nasokomial, dan
lain-lain.

3.      Manfaat Kolaborasi
Manfaat yang didapatkan dengan diterapkannya kolaborasi antar profesi kesehatan, antara lain:
a.       Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan keahlian unik
profesional.
b.      Memaksimalkan produktivitas serta efektifitas dan efisiensi sumber daya.
c.       Meningkatkan profesionalisme, loyalitas, dan kepuasan kerja.
d.      Meningkatkan kohesivitas antar tenaga kesehatan profesional.
e.       Memberikan kejelasan peran dalam berinteraksi antar tenaga kesehatan profesional. 

4.      Karakteristik Kolaborasi
Menurut Carpenter (1990), kolaborasi mempunyai 8 karakteristik, yaitu:
1.      Partisipasi tidak dibatasi dan tidak hirarkis.
2.      Partisipan bertanggung jawab dalam memastikan pencapaian kesuksesan. Adanya tujuan yang
masuk akal.
3.      Ada pendefinisian masalah.
4.      Partisipan saling mendidik atau mengajar satu sama lain.
5.      Adanya identifikasi dan pengujian terhadap berbagai pilihan.
6.      Implementasi solusi dibagi kepada beberapa partisipan yang terlibat.
7.      Partisipan selalu mengetahui perkembangan situasi.

5.      Dasar – Dasar Kompetensi Kolaborasi


a.       Komunikasi
Komunikasi sangat dibutuhkan dalam berkolaborasi, karena kolaborasi membutuhkan
pemecahan masalah yang lebih komplek, dibutuhkan komunikasi efektif yang dapat dimengerti
oleh semua anggota tim.
b.      Respek dan kepercayaan
Respek dan kepercayaan dapat disampaikan secara verbal maupun non verbal serta dapat dilihat
dan dirasakan dalam penerapannya sehari-hari.
c.       Memberikan dan menerima feed back
Feed back dipengaruhi oleh persepsi seseorang, pola hubungan, harga diri, kepercayaan diri,
emosi, lingkungan serta waktu, feed back juga dapat bersifat negative maupun positif.
d.      Pengambilan keputusan
Dalam pengambilan keputusan dibutuhkan komunikasi untuk mewujudkan kolaborasi yang
efektif guna menyatukan data kesehatan pasien secara komperensip sehingga menjadi sumber
informasi bagi semua anggota tim.
e.       Manajemen konflik
Untuk menurunkan komplik maka masing-masing anggota harus memahami peran dan
fungsinya, melakukan klarifikasi persepsi dan harapan, mengidentifikasi kompetensi,
mengidentifikasi tumpang tindih peran serta melakukan negosiasi peran dan tanggung jawabnya.

6.      Pihak – Pihak Yang Terlibat Dalam Kolaborasi


Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekelompok profesional yang
mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum, dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi baik jika
terjadi adanya kontribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik.
Anggota tim kesehatan meliputi pasien, perawat, dokter, fisioterapis, pekerja sosial, ahli gizi,
manager, dan apoteker. Oleh karena itu, tim kolaborasi hendaknya memiliki komunikasi yang
efektif, bertanggung jawab, dan saling menghargai antar sesama anggota tim.
Pasien secara integral adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien dalam
pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu rencana menjadi efektif.
Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang optimal hanya dapat dicapai jika pasien sebagai pusat
anggota tim. Perawat sebagai anggota membawa perspektif yang unik dalam interdisiplin tim.
Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari
praktik profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung penting antara pasien dan
pemberi pelayanan kesehatan.
Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati, dan mencegah penyakit.
Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian obat dan
pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim lainnya sebagaimana membuat
referal pemberian pengobatan.
Selain itu, keluarga serta orang-orang lain yang berpengaruh bagi pasien juga termasuk
pihak-pihak yang terlibat dalam kolaborasi. Karena keluarga merupakan orang terdekat dari
pasien atau individu yang memiliki pengaruh sangat besar terhadap individu. Melalui keluarga
tenaga kesehatan bisa mendapatkan data-data mengenai pasien yang dapat mempermudah dalam
mendiagnosis penyakit dan proses penyembuhan pasien.

7.      Elemen Kunci Kolaborasi


Kunci kolbarosi dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien diantaranya yaitu :
a.       Kerjasama
Kerjasama adalah menghargai pendapat orang lain dan bersedia untuk memeriksa beberapa
alternatif pendapat dan perubahan kepercayaan. Asertifitas penting ketika individu dalam tim
mendukung pendapat mereka dengan keyakinan. Tindakan asertif menjamin bahwa pendapatnya
benar-benar didengar dan konsensus untuk dicapai.Tanggung jawab, mendukung suatu
keputusan yang diperoleh dari hasil konsensus dan harus terlibat dalam pelaksanaannya.

b.      Komunikasi
Komunikasi artinya bahwa setiap anggota bertanggung jawab untuk membagi informasi penting
mengenai perawatan pasien dan issu yang relevan untuk membuat keputusan klinis. Otonomi
mencakup kemandirian anggota tim dalam batas kompetensinya.
c.       Koordinasi
Kordinasi adalah efisiensi organisasi yang dibutuhkan dalam perawatan pasien, mengurangi
duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi dalam menyelesaikan permasalahan.
d.      Kepercayaan
Kepercayaan adalah konsep umum untuk semua elemen kolaborasi. Tanpa rasa pecaya,
kerjasama tidak akan ada, asertif menjadi ancaman, menghindar dari tanggung jawab,
terganggunya komunikasi.
8.      Kriteria Kolaborasi
Terwujudnya suatu kolaborasi tergantung pada beberapa kriteria, yaitu:
a.       Adanya saling percaya dan menghormati
b.      saling memahami dan menerima keilmuan masing-masing
c.       memiliki citra diri positif
d.      memiliki kematangan professional yang setara (yang timbul dari pendidikan dan pengalaman).
e.       mengakui sebagai mitra kerja bukan bawahan
f.       keinginan untuk bernegoisasi.

9.      Kolaborasi di Rumah Sakit


Kolaborasi merupakan hubungan kerja sama antara anggota tim dalam memberikan asuhan
kesehatan. Pada kolaborasi terdapat sikap saling menghargai antar tenaga kesehatan dan saling
memberikan informasi tentang kondisi klien demi mencapai tujuan (Hoffart & Wood, 1996;
Wlls, Jonson & Sayler, 1998).
Tim Kerja di Rumah Sakit :
a.       Tim satu disiplin ilmu:
1)      Tim Perawat
2)      Tim dokter
3)      Tim administrasi
4)      Dll
b.      Tim multi disiplin :
1)      Tim  operasi
2)      Tim nosokomial infeksi
3)      Dll

10.  Perawat Sebagai Kolabolator


Sebagai seorang kolaborator, perawat melakukan kolaborasi dengan klien, pper group
serta tenaga kesehatan lain. Kolaborasi yang dilakukan dalam praktek di lapangan sangat penting
untuk memperbaiki. Agar perawat dapat berperan secara optimal dalam hubungan kolaborasi
tersebut, perawat perlu menyadari akuntabilitasnya dalam pemberian asuhan keperawatan dan
meningkatkan otonominya dalam praktik keperawatan. Faktor pendidikan merupakan unsur
utama yang mempengaruhi kemampuan seorang profesional untuk mengerti hakikat kolaborasi
yang berkaitan dengan perannya masing-masing, kontribusi spesifik setisp profesi, dan
pentingnya kerja sama. Setiap anggota tim harus menyadari sistem pemberian asuhan kesehatan
yang berpusat pada kebutuhan kesehatan klien, bukan pada kelompok pemberi asuhan kesehatan.
Kesadaran ini sangat dipengaruhi oleh pemahaman setiap anggota terhadap nilai-nilai
profesional.
Menurut Baggs dan Schmitt, 1988, ada atribut kritis dalam melakukan kolaborasi, yaitu
melakukan sharing perencanaan, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, membuat tujuan
dan tanggung jawab, melakukan kerja sama dan koordinasi dengan komunikasi terbuka
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari makalah yang telah dibuat dapat ditarik kesimpulan bahwa kolaborasi adalah
hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada pasien/klien
dalam melakukan diskusi tentang diagnosa, melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan,
saling berkonsultasi atau komunikasi serta masing-masing bertanggung jawab pada
pekerjaannya.
Tujuan kolaborasi perawat adalah untuk membahas masalah-masalah tentang klien dan
untuk meningkatkan pamahaman tentang kontrbusi setiap anggota tim serta untuk
mengidentifikasi cara-cara meningkatkan mutu asuhan klien. Agar hubungan kolaborasi dapat
optimal, semua anggota profesi harus mempunyai keinginan untuk bekerjasama.

B.     Saran
Saran yang dapat kami sampaikan yaitu dalam memberikan asuhan keperawatan perawat
harus berkolaborasi dengan tim medis lainnya, karena jika tidak ada kolaborasi antara perawat
dan tim medis yang lain maka perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepda
pasien tidak akan berjalan dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai