A. Interprofessional Education
Interprofessional Education atau disingkat dengan IPE adalah sebuah inovasi yang sedang
dieksplorasi dalam dunia pendidikan profesi kesehatan. IPE merupakan suatu proses dimana
sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan yang memiliki perbedaan latar belakang profesi
melakukan pembelajaran bersama dlam periode tertentu. Berinteraksi sebagai tujuan utama, serata
untuk berkolaborasi dalam upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitative dan jenis pelayanan
kesehatan yang lain (WHO 1988)
1. Etik dan nilai terdiri dari peduli saling hormat mengakui sifat multidisiplin dalam memberikan
pelayanan kesehatan adanya kesamaan menyadari adanya hubungan antar profesi dalam
praktik bersama pasien memberikan putusan dan kebijakan bersama saling menghormati dan
percaya keberagaman dalam keahlian masing-masing budaya / nilai-nilai peduli, tepat waktu
dalam pengambilan keputusan menempatkan kepentingan pasien dan menjalin hubungan saling
percaya, bertindak jujur dan menjaga kompetensi dalam profesi masing-masing sesuai dengan
lingkup praktiknya.
2. Peran dan tanggung jawab terdiri dari mampu berperan professional dan tanggung jawab sesuai
dengan profesi masing-masing memahami peran dan tanggung jawab orang lain dalam
keberagaman profesdii koordinasi memberikan perawatan yang aman, tepat waktu, efisien,
efektif dan adil, menjalin hubungan saling tergantung dengan profesi terlibat dalam
pengembangan profesi untuk meningkatkan kinerja tim, saling melengkapi dari semua anggota
tim untuk mengoptimalkan anggota tim.
3. Komunikasi interprofessional terdiri;
Membina hubungan komunikasi dengan prinsip kesetaraan antar profesi kesehatan.
Mampu untuk menjalin komunikasi dua arah yang efektif antar petugas kesehatan yang
berbeda profesi dalam berinisiatif membahas kepentingan pasien bersama profesi
kesehatan lain. Pembahasan mengenai pasien mengenai masalah pasien dengan tujuan
keselamatan pasien bisa dilakukan antar individu maupun antar kelompok profesi
berbeda.
Mampu menjaga etika saat menjalin hubungan kerja dengan profesi kesehatan yang
lain.
Mampu membicarakan dengan profesi kesehatan lain mengenai proses pengobatan
(termasuk alternative atau tradisional).
Informasi yang bersifat komplementer/saling melengkapi kemampuan untuk berbagi
informasi yang appropriate dengan petugas kesehatan dari profesi yang berbeda (baik
tertulis di medical record verbal maupun nonverbal).
Paradigma saling membantu dan melengkapi tugas antar profesi kesehatan sesuai
dengan tugas peran dan fungsi profesi masing-masing.
Negosiasi kemampuan untuk mencapai persetujuan bersama antar profesi kesehatan
mengenai masalah kesehatan pasien.
Kolaborasi kemampuan bekerja sama dengan petugas kesehatan dari profesi yang lain
dalam menyelesaikan masalah kesehatan pasien.
Memahami keunikan masing-masing profesi
Mendengarkan secara aktif ide-ide dan opini dari masing-masing profesi
Saling memberikan umpan balik instruktif masing-masing anggota lain.
2. Peran Perawat
Advokat pasien/klien
Menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya
dalam dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada
pasien mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien.
Pendidikan / Edukator
Membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan gejala penyakit bahkan
tindakan yang diberikan sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan
pendidikan kesehatan.
Koordinator
Kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter
fisioterapi ahli gizi dan lainnya berupaya menmgidentifikasi pelayanan keperawtan yang
diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penenruan bentuk pelayanan
selanjutnya. (Aziz Alimul Hidayat, 2010).
E. Interprofessional Collaboration
Adalah hubbungan timbal balik dimana pemberi pelayanan memegang tanggung jawab paling
besar untuk perawatan pasien dalam kerangka kerja bidang respective mereka.
F. Manfaat Kolaborasi
Kolaborasi dilakukan dengan beberapa alasan sebagai manfaat dari kolaborasi yaitu antara lain:
Sebagai pendekatan dalam pemberian asuhan keperawatan klien dengan tujuan memberikan
kualitas pelayanan yang terkait bagi klien.
Sebagai penyelesaian konflik untuk menemukan penyelesaian masalah atau isu.
Memberikan model yang baik riset kesehatan.
Penelitian yang dilakukan pada kolaborasi interprofessional pada perawat di Yunani, menunjukkan hasil
bahwa pentingnya dilakukan kolaborasi. Fenomena yang dipaparkan pada penelitian ini dimna perawat
mengalami ketegangan antara dokter dan perawat yang merupakan faktor yang signofikan stress
perawat ditempat kerja. Lingkungan yang tegang dan perilaku yabf kasar secara verbal menjadikan
status kerja dan kondisi kerja yang buruk ditempat kerja. Selain itu tuuan dari kolaborasi pada pelayanan
kesehatan ini, untuk perawat dan psien yang lebih baik akan bersiko tinggi untuk kesalhan dalam
penyediaan pelayanan. Fenomena tersebut menarik minat peneliti sehingga penelitian ini dilakukan
yang menunjukkan hasil bahwa kolaborasi dirumah sakit di Yunani sebagai tempat penelitian sangat
tidak efektif dimna dokter melihat kolaborasi sebagai kegiatan yang melibatkan antar profesi bukan
interprofessional.
G. Elemen-Elemen Kolaborasi Dalam Praktik Keperawatan
Praktik kolaborasi memerlukan waktu dan energi profesi kesehatan tidak selalu bergerak cepat
dalam satu tim yang baik untuk mengerti praktik kolaborasi, berikut elemen kolaborasi:
Multi provider
Kerjasama yang meliputi satu atau lebih pemberi pelayanan kesehatan dan dapat lebih dari satu
jenis guru profesi.
Service Koordinasi
Pendekatan umum yang digunakan untuk menjamin asuhan dan pelayanan dalam disiplin ilmu
yang sama dan beberapa disiplin ilmu dalam bidang kesehatan.
Communication
Berkomitmen untuk saling memberikan informasi pada grup pemberi pelayanan kesehatan.
Kolaborasi keperawatan merupakan bekerja sama dalam tim kesehatan dalam upaya perawat
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang dibutuhkan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam
menentukan bentuk pelayanan keperawatan yang dimiliki prinsip-prinsip kolaborasi yaitu menguasai
memahami masalah pasien mampu melakukan komunikasi efektif, memiliki pengetahuan yang
berkaitan dengan masalah pasien, mampu berpikir kritis dan mampu mengambil keputusan.
H. Proses Kolaboratif
Proses kolaboratif dengan sifat interaksi antara perawat dengan dokter menentukan kualitas
praktik kolaborasi ana 1998 dalam Siegler & Whitney 2000 menjabarkan kolaborasi sebagai hubungan
rekan yang sejati dimana masing-masing pihak menghargai kekuasaan pihak lain dengan mengenal dan
menerima lingkup kegiatan dan tanggung jawab masing-masing dan adanya tujuan bersama. Sifat
kolaborasi tersebut terdapat bebetapa indicator yaitu control kekuasaan lingkup praktif kepentingan
bersama dan tujuan bersama.