Anda di halaman 1dari 15

Interdisiplin

dalam layanan
kesehatan

D R . N S . E R N AWAT I , S . K P,
M.KES
Interprofessional collaboration
(IPC)
Koordinasi perawatan merupakan komponen kunci untuk memenuhi kebutuhan perawatan
yang sangat kompleks (Anna, 2017).
Kolaborasi interprofessional (IPC) adalah proses di mana kelompok profesional yang berbeda bekerja sama
untuk memberikan dampak positif pada perawatan Kesehatan.

 Ada kesepakatan yang dinegosiasikan antara para profesional sesuai keahlian dan kontribusi

masing-masing.

 isu-isu yang muncul seperti dinamika kekuatan yang bermasalah, pola komunikasi yang buruk, kurangnya
pemahaman tentang peran dan tanggung jawab sendiri dan orang lain, dan konflik karena berbagai
pendekatan untuk perawatan pasien

 dibutuhkan proses yang mempromosikan komunikasi, termasuk strategi komunikasi terstruktur, klarifikasi
batasan peran, pengayaan kompetensi penyedia layanan
Praktek Kolaboratif adalah proses antar profesional berkomunikasi dan pengambilan keputusan
yang memungkinkan sinergi pengetahuan dan keterampilan penyedia perawatan sehingga
mempengaruhi klien/perawatan pasien yang diberikan. '' (Way et al., 2000, hal. 3) .

Definisi praktik kolaborasi antar profesi kesehatan oleh WHO (2010) adalah beberapa pekerja
kesehatan dari latar belakang profesional yang berbeda menyediakan layanan kesehatan yang
komprehensif yang bekerja dengan pasien, keluarga mereka, pengasuh dan komunitas untuk
memberikan perawatan berkualitas tertinggi di semua setting.
Hambatan praktik kolaborasi antar profesi kesehatan di layanan primer (Rebekah Pratt, Beth Gyllstrom, Kim Gearin, 2018)

a.Hambatan di tingkat kelembagaan termasuk tantangan


lingkungan perawatan primer, di mana penyedia merasa
kewalahan dan sumber daya yang terbatas.
b.kebutuhan akan perubahan sistem (perubahan pada
tagihan layanan kesehatan, tuntutan pada waktu penyedia)
c.kurangnya kemitraan
d.tantangan geografis.
e.Hambatan untuk kolaborasi lainnya termasuk kesadaran
bersama, komunikasi, berbagi data, kapasitas, kurangnya
sumber daya, dan memprioritaskan sumber daya.
Hambatan untuk pendidikan interprofessional dan
praktek kolaboratif:
1. Budaya dan stereotip profesional
Budaya profesional adalah sebuah fungsi keyakinan, nilai, kebiasaan dan
perilaku.

2. Penggunaan bahasa yang tidak konsisten dan pemahaman yang berbeda


Banyak istilah digunakan secara bergantian untuk menggambarkan kolaborasi
interprofessional. Banyak orang tidak mengerti perbedaan antara "multidisiplin,"
"transdisipliner" dan "interdisipliner," yang membuatnya sulit untuk diintegrasikan
ke dalam program profesi kesehatan (Barker et al. 2005) dan pengaturan
pelayanan kesehatan primer.

3. Akreditasi dan kurikulum


Kurikulum hanya berfokus pada pencapaian disiplin kompetensi khusus

4. Pengetahuan tentang peran dan ruang lingkup profesi kesehatan lain


 Studi penelitian di China menemukan Persepsi perawat tentang
kolaborasi relatif positif, terutama dalam berbagi informasi pasien;
Namun, perbaikan perlu dilakukan mengenai partisipasi Bersama
dalam proses pengambilan keputusan penyembuhan / perawatan.
Komunikasi yang efektif, rasa hormat yang diterima dan keinginan
untuk bekerja sama secara signifikan mempengaruhi persepsi
perawat tentang kolaborasi perawat-dokter, dengan rasa hormat yang
dirasakan memiliki kekuatan penjelas yang lebih besar di antara tiga
faktor interaksional.
 Manajer rumah sakit perlu mengembangkan strategi untuk
membangun rasa hormat profesional bagi perawat, memfasilitasi
komunikasi perawat-dokter yang efektif dan meningkatkan kemauan
perawat untuk berkolaborasi. (Wang, et al, 2018)
Faktor-faktor yang mempengaruhi:
 lingkungan pusat kesehatan (tingkat organisasi)
termasuk budaya organisasi, manajemen tim, ruang fisik, serta mekanisme
komunikasi dan koordinasi
 legislasi/kebijakan Pemerintah (sistem kesehatan).
 sangat penting adanya sistem terpadu penetapan tujuan, otoritas dan pelayanan
multidisiplin (Setiadi et., al, 2017).
 Praktek kolaboratif telah diidentifikasi sebagai sarana yang menjanjikan untuk memperkuat
sistem kesehatan dan meningkatkan hasil kesehatan, mengingat keterbatasannya sumber
daya manusia dan keuangan (Mickan dkk. 2010; Reeves et al. 2009).

 Beban kesehatan yang berkembang di Indonesia membutuhkan penguatan layanan perawatan


primer melalui kolaborasi interprofessional (Setiadi et., al, 2017).

 Kolaborasi interprofessional adalah faktor kunci dalam inisiatif yang dirancang untuk
meningkatkan efektivitas layanan kesehatan yang saat ini ditawarkan kepada publik.

 Upaya membangun kolaborasi dalam praktik sangat tidak mudah

 Kolaborasi interprofessional yang buruk (IPC) dapat berdampak negatif pada pemberian
layanan kesehatan dan perawatan pasien. Intervensi IPC berbasis praktik dapat meningkatkan
proses dan hasil perawatan kesehatan (Zwarenstein, 2009).
 Fragmentasi dan diskoordinasi perawatan kesehatan
menyebabkan tidak berkualitasnya layanan dan peningkatan
beban biaya perawatan (Mallory, 2018).

 Kondisi ini sering dialami pasien sakit kronis di pelayanan primer


(Frandsen, 2015).

 fragmentasi perawatan pascaoperasi besar pasien usia lanjut di


AS menyebabkan risiko kematian lebih tinggi (Thomas, 2015).
Elemen Praktik kolaborasi antar profesi kesehatan

Tujuan Program :
(1) klien sebagai fokus pelayanan; (2) tujuan tim disepakati bersama
Struktur Tim:
(1) Anggota tim kompeten; (2) Ekpertist disepakati; (3) Peran Jelas; (4) Tim menunjukkan
saling percaya dan menghargai;
Proses Tim:
(1) Proses pembentukan tim jelas; (2) Sharing informasi jelas; (3) Komunikasi baik dan jelas;
(4) Koordinasi pemberi pelayanan baik.
Outcomes Tim:
(1) Keluasan klien tinggi; (2) Kepuasan pemberi layanan tinggi; (3) pencapaian tujuan tim
tinggi
Kondisi Lingkungan:
(1) Sumber adekuat; (2) Regulasi profesional melekat; (3) pendidikan ternilai dan
berkelanjutan; (4) Komunitas mendukung
Alat ukur

 Alat penilaian praktek kolaboratif telah dikembangkan dari literatur untuk


memungkinkan tim interprofessional menilai praktik kolaboratif mereka
Collaborative practice assesment tool (CPAT) (Schroder et al., 2011)
Domain CPAT Praktek kolaboratif dan Kelengkapan
kerja tim
Misi, tujuan yang bermakna, tujuan Tujuan bersama, identitas tim

Hubungan umum Saling percaya / respek

Kepemimpinan tim -

Tanggung jawab peran umum dan otonomi Tanggung jawab, kesdaran peran, otonomi

Komunikasi dan pertukaran informasi Komunikasi

Pengambilan keputusan komunikasi dan manajemen Berbagi pengambilan keputusan, manajemen konflik
konflik
Hubungan masyarakat dan koordinasi perawatan koordinasi

Efektivitas yang dirasakan Potensi tim

Keterlibatan pasien -
Karakteristik praktik kolaborasi antar profesi kesehatan

a.
Share kompetensi diantara pemberi pelayanan
b.
Share tanggung jawab dan tanggung gugat
c.
Saling menghargai dan saling percaya
d.
Komunikasi
e.
Sikap asertif
f.Kerja sama dan saling mendukung
g.
Otonomi
h.
Koordinasi
Kompetensi yang harus dimiliki oleh profesi kesehatan

1. Values/ethics for interprofessional practice: bekerja


dengan individu dari profesi lain untuk mempertahankan
iklim yang saling menghormati dan berbagi nilai
2. Roles/Responsibilities: Gunakan pengetahuan tentang
peran sendiri dan orang-orang dari profesi lain untuk
menilai dan menangani kebutuhan perawatan kesehatan
pasien dan populasi yang dilayani secara tepat.
3. Interprofesional communication: Berkomunikasi
dengan pasien, keluarga, komunitas dan profesional
kesehatan lainnya dengan cara yang responsif dan
bertanggung jawab yang mendudkung pendekatan tim
untuk pemeliharaan kesehatan dan pengobatan penyakit.
4. Teams and Teamwork: Menerapkan prinsip-prinsip dan
nilai-nilai dalam mebangun hubungan dalam dinamika tim
untuk berfungsi secara efektif dalam peran tim yang
berbeda untuk merencanakan dan memberikan perawatan
yang berpusat pada pasien/populasi yang aman, tepat
waktu, efisien, efektif dan adil.

Anda mungkin juga menyukai