Anda di halaman 1dari 3

Nama : Lisa Qoriana Rohmani

NIM : I1B019037
Kelas :E
Asal Jurusan : Keperawatan

Pentingnya Komunikasi dalam Praktik Kolaborasi Tim Kesehatan (IPC)

Tenaga kesehatan merupakan tenaga profesional yang memiliki tingkat keahlian dan
pelayanan yang luas dalam mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
yang berfokus pada kesehatan pasien. (Steinert, 2005 dalam bennett, Gum, MCAllister,
Richards, Kelton, & ward, 2011). Tenaga kesehatan memiliki tuntutan untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang bermutu di era global saat ini. Pelayanan bermutu dapat diperoleh
melalui praktik kolaborasi antar tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan yang dimaksud adalah
perawat, dokter, dokter gigi, bidan, apoteker, ahli teknologi laboratorium medik, dietisien,
dan kesehatan masyarakat. (Sedyowinarso,sulistyowati, Masriati, Olam, Dini, Afifan,
Meisudi & Piscesa, 2011).
IPC (Interprofessional Collaboration) merupakan wadah kolaborasi efektif untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan kepada pasien yang didalamnya terdapat profesi tenaga
kesehatan meliputi dokter, perawat, farmasi, ahli gizi, dan fisioterapi. (Health Professional
Education Quality (HPEQ), 2011). Manfaat IPC diantaranya yaitu, meningkatkan
komunikasi, meningkatan efisiensi, memperkuat identitas profesional, meningkatkan
semangat kerja karyawan, menumbuhkan kreativitas, hasil klinis lebih baik, efektivitas biaya,
dan keamanan, pemecahan masalah yang lebih baik, serta menambah jaringan. Menurut Blais
(2006), komponen kompetensi kolaborasi dibagi menjadi 5, yaitu:
1. Keterampilan komunikasi yang efektif
Komunikasi yang efektif adalah kemampuan dalam menyampaikan pesan dan informasi
dengan baik , menjadi pendengar yang baik dan keterampilan menggunakan berbagai
media.
2. Saling menghargai dan rasa percaya
Saling menghargai terjadi saat dua orang atau lebih menunjukkan atau merasa terhormat
atau berharga terhadap satu sama lain.
3. Memberi dan menerima umpan balik
Umpan balik yang positif dicirikan dengan gaya komunikasi yang hangat, perhatian, dan
penuh penghargaan. Memberi dan menerima umpan balik, membantu individu
mendapatkan kesadaran diri, membantu tim kolaboratif untuk membangun pemahaman
dan hubungan kerja yang efektif.
4. Pengambilan keputusan
Proses pengambilan keputusan ditingkat tim mencakup pembagian tanggung jawab untuk
hasil.
5. Manajemen konflik
Konflik peran dapat terjadi, dalam situasi apapun ditempat individu berkerjasama. Untuk
mengurangi konflik peran, anggota tim dapat juga melaksanakan konferensi antardisiplin.

Dalam pelaksanaanya, kolaborasi antar tenaga kesehatan menemui berbagai hambatan


dan tantantangan, diantaranya yaitu adanya perbedaan nilai dan harapan pribadi, personality,
budaya dan etnis, akuntabilitas dan penghargaan, persaingan intraprofesional, ketakuan akan
identitas profesiaonal tertentu, jadwal dan rutinitas, komunikasi serta bahasa. Dari semua
masalah tersebut, komunikasi menjadi kunci utama sebuah kolaborasi, karena dengan
komunikasi yang baik, maka akan terbentuk kerjasama yang baik. Agar tercipta komunikasi
yang baik, maka masing-masing tenaga kesehatan harus saling menghormati satu sama lain,
tidak egois ataupun merasa paling benar, fokus, memahami tupoksi masing-masing, dan
melakukan teknik komunikasi yang efektif.
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang pada prosesnya dapat menghasilkan
persepsi, perilaku, dan pemahaman yang sama antara komunikan dan komunikator. Terdapat
dua jenis komunikasi, yaitu komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi verbal yang
efektif sebaiknya singkat dan jelas, bahasa mudah dimengerti, intonasi suara tepat, kecepatan
berbicara sedang, dan waktu penyampaian tepat. Sedangkan komunikasi non verbal yang
baik yaitu menggunakan sikap tubuh yang baik, menggunakan ekspresi wajah dan kontak
mata, serta menggunakan sentuhan. Dengan teknik komunikasi yang efektif, maka
seharusnya akan tercipta kolaborasi yang baik antar tenaga kesehatan.

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa IPC terjadi saat berbagai profesi kesehatan
bekerjasama dengan pasien, keluarga, dan komunitas untuk menyediakan pelayanan
komprehensif dan berkualitas tinggi. Komunikasi adalah aspek terpenting dalam kolaborasi
antarprofesi. Tanpa komunikasi yang efektif maka perawatan pasien akan kehilangan arah.
Dalam menjalankan kolaborasi antarprofesional dibutuhkan peran serta kerjasama yang baik
didalamnya untuk menangani pasien secara baik.
Referensi :

Ardinata, D. (2007). Kolaborasi Interprofesional. repository.usu.ac.id

Permana, Atna. (2017). Interprofessional Collaboration dalam Pelayanan Laboratorium


Medik. https://www.academia.edu/35725835/Interprofesional _Collaboration_Atna

Rahmi,A.P.(2019). Kesadaran Interprofesion Collaboration Deangan Keselamatan Pasien.


https.//doi.org/10.31227/osf.10/orx97

Saroh,A.M. (2019). Perlunya Interprofesional Collaboration untuk Mewujudkan Keselamatan


Pasien. https://doi.org/10.31219/osf-io/3aeu9

Anda mungkin juga menyukai