Anda di halaman 1dari 2

Salah satu elemen penting dalam perspektif keperawatan transcultural adalah mengidentifikasi

keyakinan dan budaya perawat sendiri. Selanjutnya perawat mengidentifikasi budaya klien.
Dalam kasus disebutkan bahwa budaya yang diantut oleh klien dalam mengatasi nyeri sendi
yang dialaminya adalah dengan memijatkan tangan dan kakinya ke tukang pijat yang ada di
daerahnya. Perawat harus memberikan perawatan pada klien dengan:
1) Menunjukkan penghormatan terhadap perbedaan budaya
2) Menunjukkan penghormatan untuk nilai nilai individualitas setiap orang
3) Menjaga pikiran tetap terbuka
4) Tidak membuat asumsi
5) Selalu menghargai klien
Mulanya, perawat harus menjelaskan secara perlahan kepada klien mengenai adanya
perubahan fungsi tubuh seiring bertambahnya usia. Perawat harus mengedukasi klien bahwa
ketika usia semakin bertambah maka bisa saja terjadi degenerasi dari organ tubuh yang
menyebabkan usia lanjut rentan terhadap penyakit, baik yang bersifat akut maupun kronik.
Sehingga degenerasi dari sistem musculoskeletal juga dapat menyebabkan nyeri sendi.(Setiyorini
et al., 2018)
Salah satu terapi non-farmakologi untuk memngurangi tingkat nyeri pada pasien dengan
nyeri sendi adalah dengan melakukan pijat kaki (message foot). Massage yang dilakukan pada
kaki bagian bawah, dimulai dari pemijatan pada kaki yang diakhiri pada telapak kaki, diawali
dengan memberikan gosokan pada permukaan punggung kaki, dimana gosokan yang berulang
menimbulkan peningkatan suhu di area gosokan yang mengaktifkan sensor syaraf kaki sehingga
terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan getah bening yang mempengaruhi aliran darah
meningkat, sirkulasi darah menjadi lancar, pasokan oksigen ke jaringan yang inflamasi menjadi
adekuat sehingga dapat menurunkan nyeri. Foot massage memperbaiki sirkulasi darah pada otot
sehingga mengurangi nyeri dan inflamasi. (Muliani et al., 2019)
Selain itu, penurunan skala nyeri dipengaruhi oleh adanya faktor psikologis, dimana
dengan memberikan perhatian yang lebih dapat juga menurunkan sensasi nyeri yang bersifat
subyektif yang dirasakan oleh klien. Mereka yang berusia lanjut akan kembali kepada masa
seperti saat balita dimana mereka membutuhkan perhatian, kasih sayang yang lebih
Namun demikian perawat perlu mengkaji apakah pijat yang dilakukan oleh tukang pijat
sudah menggunakan teknik yang tepat, karena jika tidak, akan menimbulkan efek yang lebih
berbahaya. Selain itu perawat juga harus mengedukasi lansia, dengan bahasa yang sopan dan
tidak menghakimi klien, untuk segera memeriksakan diri ke dokter, karena pijat bukanlah terapi
utama untuk nyeri sendi, melainkan terapi tambahan untuk mengurangi rasa nyeri dan membuat
lebih rileks, sehingga nyeri dapat berkurang. Perawat bisa memberikan edukasi melalui orang
yang paling dekat dengan klien agar klien mau menerima saran dari perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Muliani, R., Suprapti, T., & Nurkhotimah, S. (2019). Stimulasi Kutaneus (Foot
Massage)Menurunkan Skala Nyeri Pasien Lansia Dengan Rheumatoid Arthritis. Jurnal
Wacana Kesehatan, 4(2), 461–469.
Setiyorini, E., Wulandari, N. A., & Sari, Y. K. (2018). Perawatan Lansia dalam Persektif
Budaya. http://repository.phb.ac.id/427/2/Layout Perawatan Lansia.pdf

Anda mungkin juga menyukai