Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Perawatan Palliative Care

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup


pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang
mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi
dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik
fisik, psikologis, sosial atau spiritual. (World Health Organization (WHO, 2016).

Kemudian menurut Kemenkes RI No. 812 (2007) paliatif care (perawatan paliatif)
adalah pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga mereka
dalam menghadapi masalah yang terkait dengan penyakit yang mengancam jiwa,
melalui penceghan-pencegahan sempurna dan pengobatan rasa sakit masalah lain, fisik,
psikososial, spirirtual.
Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan secara aktif pada penderita
yang sedang dalam fase terminal akibat penyakit yang dideritanya.Pasien sudah tidak
memiliki respon terhadap terapi kuratif yang disebabkan oleh keganasan
ginekologis.Perawatan ini mencakup penderita serta melibatkan keluarganya (Aziz,
Witjaksono, & Rasjidi, 2008).

Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada pasien dan


keluarga dalam mengoptimalkan kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah,
dan menghilangkan penderitaan.Perawatan paliatif mencangkup seluruh rangkaian
penya termasuk fisik, intelektual, emosional, sosial, dan kebutuhan spiritual serta
untuk memfasilitasi otonomi pasien, mengakses informasi, dan pilihan (National
Consensus Project for Quality Palliative Care, 2013).

Pada perawatan paliatif ini, kematian tidak dianggap sebagai sesuatu yang
harus di hindari tetapi kematian merupakan suatu hal yang harus dihadapi sebagai
bagian dari siklus kehidupan normal setiap yang bernyawa (Nurwijaya dkk, 2010).
2.2. Tujuan Perawatan Palliative Care
Tujuan perawatan paliatif adalah untuk mengurangi penderitaan, memperpanjang
umur, meningkatkan kualitas hidup, dan memberikan support kepada keluarga
penderita. Meski pada akhirnya penderita meninggal, yang terpenting sebelum
meninggal penderita siap secara psikologis dan spiritual,serta tidak stres menghadapi
penyakit yang dideritanya. Perawatan paliatif diberikan sejak diagnosa ditegakkan
sampai akhir hayat.Artinya tidak memperdulikan pada stadium dini atau lanjut, masih
bisa disembuhkan atau tidak, mutlak perawatan paliatif harus diberikan kepada
penderita. Perawatan paliatif tidak berhenti setelah penderita meninggal, tetapi masih
diteruskan dengan memberikan dukungan kepada anggota keluarga yang berduka
(Anita,2016).

Pola dasar pemikiran dalam pelaksanaan perawatan paliatif yaitu :

1. Meningkatan kualitas hidup dan menganggap kematian adalah proses yang


normal.
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
3. Menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain yang mengganggu.
4. Menjaga keseimbangan dalam aspek psikologis dan aspek spiritual.
5. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya.
6. Berusaha memberikan dukungan kepada keluarga yang berduka

2.3. Peran Perawat Dalam Keperawatan Palliative

Pelaksana perawat yaitu pemberi asuhan keperawatam, penddikan kesehatan,


koordinator, advokasi, kolaborator, fasilitator, modifikasi lingkungan, kemudian
pengelola yaitu manajer kasus, konsultan, koordinasi. Pada penddik yaitu di pendidikan
/ dipelayan, perawat juga berperan sebagai peneliti.

2.4. Konsep Terapi Komplementer

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terapi adalah usaha untuk
memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit, perawatan
penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi, dan menyempurnakan.
Pengobatan komplementer dilakukan dengan tujuan melengkapi pengobatan medis
konvensional dan bersifat rasional yang tidak bertentangan dengan nilai dan hukum
kesehatan Indonesia.

Terapi komplementer (comlementary therapies) adalah semua terapi yang


digunakan sebagai tambahan untuk terapi konvensional yang direkomendasikan oleh
penyelenggaraan pelayanan kesehatan individu (Perry, Potter,2009).

Sedangkan menurut WHO (World Health Organization), pengobatan


komplementer merupakan pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara
yang bersangkutan, sehingga untuk Indonesia jamu misalnya, bukan termasuk
pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobataan tradisional.Pengobatan
tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan
dan diturunkan secara turun temurun pada suatu Negara.Tetapi di Philipina misalnya,
jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai pengobatan komplementer.

Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam-macam system


pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik, dan produk yang secara umum tidak
menjadi bagian dari pengobatan konvensional (Widyatuti,2012)

2.5. Klasifikasi Terapi Komplementer


1. Sistem medis alternatif
a. Akupuntur
Akupuntur merupakan salah satu komponen dari obat tradisional Cina. Hal
ini didasarkan pada keyakinan di qi (kekuatan hidup), yang merupakan energi
yang mengalir melalui tubuh sepanjang jalur yang dikenal sebagai meridian.
Setiap ketidakseimbangan dalam qi diduga mengakibatkan kesulitan atau
penyakit. Ada 12 meridian utama diyakini sebagai titik akupuntur yang sesuai
dengan setiap bagian tubuh dan organ. Untuk menyeimbangkan aliran qi, jarum
sekali pakai yang sangat halus dimasukkan ke dalam acupoints di bawah kulit.
Dasar biologis dari qi belum ditemukan, namun diperkirakan bahwa akupuntur
menstimulus endorfin dan neurotransmiter lain di otak. Akupunktur telah terbukti
efektif untuk nyeri dan kemoterapi terkait mual dan muntah.
Risiko akupunktur berhubungan dengan ketidaknyamanan ringan. Hanya
jarum sekali pakai yang digunakan. Hal ini penting untuk mengetahui seorang
praktisi akupuntur yang berkualitas. Ahli akupunktur harus memiliki pengalaman
sebelumnya dengan pasien kanker. Di New York State ahli akupunktur harus
memiliki lisensi dan harus memiliki 40 sampai 50 jam pelatihan.
Kontraindikasi akupuntur pada lymphedema (risiko infeksi), alat pacu
jantung (tidak ada electroacupuncture; bisa mengganggu irama jantung), dan
kehamilan (perlu menghindari titik-titik tertentu yang bisa merangsang rahim).
Dana-Farber Cancer Institute di Boston, kontraindikasi akupunktur adalah ANC
<500 / µL, trombosit <25.000 / µl, demam neutropenia, situs metastasis, situs
iradiasi (berkelanjutan untuk 4 minggu setelah), INR> 3,5-4,0, dan transplantasi
sel induk (2 minggu sebelum 3 bulan setelah itu). Akupuntur tidak akan
mengganggu obat nyeri.

Gambar 2.1 Titik Meridians


b. Akupresur
Akupresur adalah teknik pengobatan Cina tradisional yang didasarkan pada
ide-ide yang sama seperti akupunktur. Akupresur bekerja dengan membebaskan
sumbatan energi dalam tubuh. Ketika salah satu meridian tubuh terhambat , maka
akan terjadi ketidakseimbangan tubuh yang dapat menyebabkan penyakit. Proses
akupresur menekan pada titik meridian tubuh yang dapat mengembalikan
kesimbangan tubuh. Selain itu, akupresur dipercaya dapat merangsang keluarnya
hormon endorfin yang merupakan pereda nyeri alami, meningkatkan sirkulasi tubuh,
dan meredakan ketegangan otot.
Akupresur melibatkan penempatan tekanan fisik dengan tangan pada titik-
titik akupuntur yang berbeda pada permukaan tubuh. Ada tiga titik akupresur yang
perawat dapat gunakan atau ajarkan pada pasien kanker untk menstimulasi diri. Titik
pada usus besar dapat diakses oleh pasien/keluarga/perawat. Lokasi bagian berdaging
dari kedua tangan antara ibu jari dan jari telunjuk dan kemudian tekan dengan ibu
jari tangan berlawanan sampai pasien merasakan tekanan. Titik perut terletak di sisi
lateral lutut antara patella dan puncak tibia. Titik mual dan muntah terletak dua inci
proksimal ke puncak melintang dari pergelangan tangan antara dua tendon. Tekan
dengan ibu jari secara melingkar selama 1 sampai 2 menit.

Gambar 2.2 Titik Akupresure Untuk Mengurangi Mual

2. Mind-body medicine
Mind-Body Medicine adalah sistem ilmiah dan praktik klinis yang mencapai kesehatan
mental, fisik dan spiritual dengan menyeimbangkan dan menghubungkan pikiran, tubuh,
dan jiwa sebagai satu kesatuan kehidupan yang utuh.
a. Meditasi
Meditasi adalah pengaturan perhatian oleh diri sendiri secara sengaja. Ada
dua kategori meditasi: konsentrasi dan kesadaran. Metode konsentrasi menumbuhkan
kemanunggalan perhatian dan mulai dengan mantra (suara diulang, kata, atau frase)
seperti dalam meditasi transendental. Praktek pengurangan stres berbasis kesadaran
mulai dengan pengamatan pikiran, emosi, dan sensasi tanpa penilaian yang muncul
di bidang kesadaran.
Meditasi telah membantu untuk pasien kanker yang sakit parah untuk
menghilangkan rasa sakit fisik dan emosional. Banyak pasien kanker meninggal
menemukan bahwa ketenangan dan tenang pada meditasi menimbulkan perasaan
yang mendalam dari penerimaan, kesejahteraan, dan kedamaian batin. Sebuah studi
yang dilakukan pada 51 pasien rawat jalan dengan nyeri kronis dengan program 10-
minggu menunjukkan penurunan 50% rasa sakit. Meditasi mengurangi tingkat stres
yang berpotensi dapat mengurangi pengalaman rasa sakit.
b. Hipnosis
Hipnosis adalah keadaan penuh perhatian, konsentrasi reseptif ditandai
dengan perubahan sensori, keadaan psikologis diubah, dan minim fungsi motorik.
Instruksi yang biasa diberikan menyarankan relaksasi fisik seperti mengambang
bersama dengan gambar yang mengalihkan perhatian dari rasa sakit. Hipnosis dapat
diinduksi dalam beberapa menit untuk mempertahankan analgesik yang sedang
berlangsung dan relaksasi dalam menghadapi tekanan emosional dan fisik.

Laporan dari National Institutes of Health (NIH) menunjukkan bukti-bukti


bahwa hipnosis cukup efektif meredakan nyeri kronik pasien, termasuk keluhan-
keluhan yang sering dialami pasien seperti gangguan pencernaan dan nyeri kepala.
Hipnosis klinis ini sudah diakui WHO sebagai salah satu perawatan paliatif,
karena selain mengendalikan nyeri juga bermanfaat mengurangi kecemasan dan
depresi pasien serta gejala seperti lelah, mual dan gangguan tidur. Dari gambaran
otak pasien yang dihipnosis, terlihat hipnosis memengaruhi semua area kortikal dan
neurofisiologikal di dalam otak yang berperan dalam proses hadirnya nyeri dan
emosi.

c. Guided imagery
Ini mengalihkan fokus mental dari rangsangan menyakitkan untuk
pengalaman yang lebih menyenangkan, gambaran, dan relaksasi. Guided imagery
adalah intervensi yang perawat dapat lakukan dengan pengaturan yang berbeda
(rumah sakit, rumah, hospice), dapat digunakan dengan pasien dan keluarga untuk
mengurangi rasa sakit dan kecemasan.

d. Pelatihan relaksasi
Pelatihan relaksasi melibatkan napas dalam, relaksasi otot progresif.
Modalitas ini telah menghasilkan penurunan yang signifikan dalam nyeri secara
subjektif pada pasien dengan kanker stadium lanjut.
e. Terapi distraksi
Terapi distraksi adalah teknik di mana rangsangan sensorik diberikan kepada
pasien dalam rangka untuk mengalihkan perhatian mereka dari pengalaman yang
tidak menyenangkan. Misalnya dengan melihat pemandangan alam, video game, dll.
f. Terapi musik
Terapi musik adalah pengunaan music yang diatur/dikontrol untuk perubahan
klinis. Terapi musik digunakan untuk mengurangi rasa sakit dan penderitaan. Ada
perbedaan antara penggunaan musik dan terapi musik. Terapi musik menggunakan
bakat dari seorang profesional terlatih yang memfasilitasi kontak pasien, interaksi,
kesadaran diri, dan ekspresi diri melalui alat musik. Sebuah sesi terapi musik dapat
seperti mendengarkan, bernyanyi, bermain drum, mengembangkan lirik, atau
merekam untuk keluarga. Musik yang disediakan oleh terapis musik telah terbukti
lebih efektif daripada penggunaan pra rekaman musik sendiri dalam mengurangi skor
kecemasan.
a. Terapi Seni
Terapi seni menggunakan proses kreatif untuk memungkinkan kesadaran dan
ekspresi emosi individu. Untuk pasien kanker, seringkali sulit untuk mengungkapkan
secara verbal apa yang dirasakan seseorang tentang diagnosis, rawat inap,
pengobatan, penyakit berulang, keluarga, dan kematian. Ini adalah seni itu sendiri
yang memfasilitasi kesadaran emosi dan pengurangan gejala melalui penggunaan
bahan-bahan seni. Beberapa penelitian telah meneliti penggunaan terapi seni dalam
mengendalikan gejala kanker.
Dalam sebuah penelitian pasien kanker, sebagian besar dengan leukemia dan
limfoma, terapi seni menyediakan penurunan signifikan secara statistik pada rasa
sakit dan gejala umum lainnya, kecuali untuk mual. Dengan menggunakan garis
tubuh dan pastel berwarna dan spidol, pasien kanker yang membantu untuk
memvisualisasikan rasa sakit mereka, mengkomunikasikan emosi mereka, berurusan
dengan citra tubuh, dan mencari makna dan spiritualitas.

3. Manipulative and body-based practices


a. Pijat atau massase
Pada pasien kanker, sentuhan membuat koneksi, kenyamanan, dan
peningkatan kualitas hidup. Sentuhan berupa pijat menjadi bagian dari perawatan
sehari-hari yang diberikan kepada setiap pasien yang dirawat di rumah sakit. Terapi
pijat digunakan untuk meringankan gejala pada pasien kanker. Ini menggunakan
teknik manual menggosok, membelai, menekan, atau memijat jaringan lunak tubuh
untuk mempengaruhi seluruh tubuh. Pada suatu waktu, pijat itu diduga menyebabkan
penyebaran kanker dengan meningkatkan sirkulasi sistemik. Sampai saat ini tidak
ada bukti untuk mendukung ini. Sentuhan dapat menjadi intervensi terhadap nyeri.
Berbagai penjelasan untuk efektivitas pijat telah diusulkan: pengurangan ketegangan
otot, meningkatkan sirkulasi, relaksasi umum, dan efek memelihara sentuh.

Pijat umumnya aman untuk pasien kanker, tetapi membutuhkan modifikasi


teknik khusus untuk pasien individu. Ada kontraindikasi khusus untuk pasien hamil.
Hal ini kontraindikasi pada daerah dengan metastase tulang (untuk risiko patah atau
pecah tulang) atau tumor (untuk risiko perdarahan); untuk pasien dengan jumlah
trombosit dari <50.000 (untuk risiko memar); di titik bekuan darah (untuk risiko
melepas trombus dalam vena), dan di situs bedah atau ruam.

Penderita kanker seharusnya menghindari pijat yang sangat dalam (very deep
massage ) – pijat yang lembut lebih aman. Beberapa orang khawatir bahwa dipijat
dapat menyebabkan sel-sel kanker menjalan ke bagian tubuh lainnya. Tidak ada
penelitian yang membuktikan bahwa hal tersebut benar. Namun sebaiknya daerah
tumor dan lump yang curiga ganas tidak dipijat.

Sangatlah penting bagi penderita kanker untuk memberitahukan kepada


dokter yang merawat bahwa ia menjalani terapi pijat. Dan terapi ini harus dilakukan
oleh professional terlatih yang ahli menangani penderita kanker.

Saat ini terapi komplementer menjadi pelengkap asuhan keperawatan.


Contohnya dalam mengatasi nyeri pada pasien kanker dilakukan pijat. Oleh karena
itu sebagai perawat perlu mengeksplorasi evidence based practice yang berhubungan
dengan efektifitas suatu terapi komplementer dalam mengurangi gejala yang dialami
oleh pasien. Selain itu perlu eksplorasi lebih lanjut mengenai informasi teknik
pelaksanaan, persiapan yang dibutuhkan, kontra indikasi , efek samping serta hal –
hal yang perlu mendapat perhatian mengenai pelaksanaan sehingga dapat pula
menjadi konselor bagi pasien yang akan melakukan terapi komplementer.

b. Gentle massase
Untuk memberikan kenyamanan tempatkan telapak tangan seluas mungkin
dengan seluruh tangan berkontak dengan bagian tubuh pasien seperti lengan atau
punggung. Jangan menggunakan ujung jari atau jempol karena dapat memberikan
banyak tekanan terlalu spesifik. Tekanan harus ringan dan tersebar luas. Pilihan pola
pijat bias seperti lingkaran, dua lingkaran, oval, atau dua oval besar. Hal ini penting
untuk memindahkan tangan pada kecepatan dan tekanan yang konsisten.
c. Refleksi
Refleksi adalah terapi sentuh yang didasarkan pada keyakinan bahwa ada titik
refleks atau titik energi pada kaki, tangan, dan telinga yang sesuai dengan setiap
kelenjar, organ, dan bagian tubuh. Dengan stimulasi terampil dari daerah-daerah dan
poin dengan tangan, jari, dan teknik praktis, sistem tubuh yang difasilitasi untuk
keseimbangan yang lebih besar. Ini memfasilitasi pasien dalam keadaan yang lebih
santai di mana mereka dapat fokus pada kesehatan daripada penyakit. Hal ini
digunakan untuk menstimulasi relaksasi dan tidur, untuk mengurangi kecemasan,
untuk mencegah dan mengurangi neuropati perifer sekunder untuk kemoterapi, dan
untuk mengurangi pengalaman rasa sakit secara keseluruhan. Refleksi kaki adalah
noninvasif, dapat dilakukan dalam pengaturan apapun, tidak memerlukan peralatan,
dan tidak mengganggu privasi pasien.
Refleksi harus dihindari jika pasien memiliki trombosis vena di kaki / tangan
untuk mencegah bergerak dari trombus ke dalam sirkulasi. Kontraindikasi lainnya
adalah infeksi, ruam, memar, luka, dan lymphadema kaki atau kaki. Perawat dan
orang awam dapat diajarkan pijat refleksi. Keluarga dapat diajarkan untuk
melakukan refleksi untuk mengurangi rasa sakit dan kecemasan pada keluarganya
yang sakit.
4. Energy medicine (Reiki)
Reiki adalah energi getaran atau halus paling sering difasilitasi oleh sentuhan
yang sangat ringan. Rei berarti yang universal atau energi tertinggi, dan ki berarti energi
kekuatan hidup. Terapi Reiki diduga mendukung kesejahteraan kita dan untuk
memperkuat kemampuan alami kita untuk menyembuhkan dengan mendorong
keseimbangan dalam tubuh, pikiran, dan jiwa.
Reiki yang ditawarkan oleh seorang praktisi Reiki dilatih untuk individu dan
melibatkan penempatan tangan yang sangat ringan pada tubuh pasien: kepala hingga
ujung kaki, depan dan belakang, dan di titik nyeri jika ditoleransi. Sentuhan lembut dari
Reiki adalah menenangkan, dan menstimulasi relaksasi yang mendalam. Hal ini dapat
diberikan kepada setiap pasien karena sentuhan yang sangat ringan. Sebagian besar
pasien kanker dapat menerima Reiki. Karena itu adalah sentuhan ringan, tidak
menimbulkan rasa tidak nyaman. Selama pasien terbuka untuk menerima sentuhan yang
sangat ringan, dapat dilakukan.
5. Biological Based Practice
Karena terapi komplementer adalah pengobatan untuk mendukung pengobatan
medis atau konvensional. Jadi herbal, vitamin dan suplemen yang diberikan akan
berinteraksi dengan obat-obatan yang di berikan oleh dokter atau tenaga medis lainnya.
Namun, adanya interaksi antara obat herbal, vitamin, atau suplemen dengan obat-obatan
harus diwaspadai.
Contoh pengobatan komplementer dalam bentuk herbal yaitu herbal Sinshe
Fengshui, yaitu metode pengobatan yang memadukan obat-obatan herbal yang
berkhasiat tinggi dengan resep pengobatan Cina Kuno yang telah berusia ribuan tahun.
Selain itu ada tanaman herbal, yaitu gingseng yang berasal dari daerah pegunungan Cina
Utara yang bermanfaat untuk pengobatan yang bisa untuk menyegarkan tubuh dan jiwa
juga bermanfaat dalam menyembuhkan berbagai penyakit dan gangguan lainya.
2.6. Hubungan Terapi Komplementer Pada Keperawatan Palliative
Masyarakat cenderung menggunakan terapi komplementer karena banyak
terapi yang menjanjikan kesembuhan 100% dan bisa mengobati berbagai jenis
penyakit namun belum banyak penelitian yang membuktikannya. Salah satu
penyakit paliatif yang bisa dilakukan terapi komplementer adalah penyakit
kanker. Pengobatan kanker yang baik harus memenuhi fungsi menyembuhkan
(kuratif), mengurangi rasa sakit (paliatif) dan mencegah timbulnya kembali
(preventif). Pengobatan komplementer alternatif adalah salah satu pelayanan
kesehatan yang akhir-akhir ini banyak diminati oleh masyarakat maupun
kalangan kedokteran konvensional (Hasanah & Widowati, 2016).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Irawan, Rahayuwati & Yani (2017)
menunjukkan bahwa pengguna terapi modern sering mengeluh mual muntah
terutama pasca kemoterapi. Pengguna terapi modern dan komplementer (pijat)
mengatakan penggunaan pijat mengurangi lelah dan nyeri pasca terapi modern
dilakukan. Pengguna terapi modern dan komplementer (herbal) mengatakan
penggunaan herbal mengurangi mual muntah dan mempercepat penyembuhan
pasca terapi modern dilakukan. Pengguna terapi modern dan komplementer
(herbal dan pijat) mengatakan penggunaan herbal dan pijat untuk mengurangi
efek samping terapi modern.
Hasil penelitian yang lain menunjukkan terapi modern telah terbukti secara
medis dan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penyakit kanker dapat dikurangi
dengan terapi modern dan komplementer sehingga secara global kualitas hidup
penderita kanker meningkat.
Salah satu dari terapi komplementer yang dapat digunakan pada
keperawatan paliatif adalah akupuntur. Akupunktur yang digunakan pada terapi
kanker bukan ditujukan untuk mengobati penyakit kankernya karena penusukan
pada lesi merupakan kontraindikasi. Hal ini dilakukan untuk pengobatan paliatif
yaitu mengurangi nyeri kronis, mengurangi efek samping kemoterapi ataupun
radioterapi seperti nyeri, mual, muntah, serta mengurangi dosis obat anti-nyeri
sehingga kualitas hidup penderita dapat ditingkatkan.
Pelayanan kesehatan komplementer alternatif merupakan pelayanan yang
menggabungkan pelayanan konvensional dengan kesehatan tradisional dan atau
hanya sebagai alternatif menggunakan pelayanan kesehatan tradisional,
terintegrasi dalam pelayanan kesehatan formal. Keberhasilan masuknya obat
tradisional ke dalam sistem pelayanan kesehatan formal hanya dapat dicapai
apabila terdapat kemajuan yang besar dari para klinisi untuk menerima dan
menggunakan obat tradisional (Hasanah & Widowati, 2016).
Penyelenggaran pengobatan komplementer alternatif diatur dalam standar
pelayanan medik herbal menurut Keputusan Menteri Kesehatan
No.121/Menkes/SK/II/2008 yang meliputi melakukan anamnesis; melakukan
pemeriksaan meliputi pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi)
maupun Jamu pada pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi, EKG);
menegakkan diagnosis secara ilmu kedokteran; memberikan obat herbal hanya
pada pasien dewasa; pemberian terapi berdasarkan hasil diagnosis yang telah
ditegakkan; penggunaan obat herbal dilakukan dengan menggunakan tanaman
berkhasiat obat sebagai contoh yang selama ini telah digunakan di beberapa
rumah sakit dan PDPKT; mencatat setiap intervensi (dosis, bentuk sediaan, cara
pemberian) dan hasil pelayanan yang meliputi setiap kejadian atau perubahan
yang terjadi pada pasien termasuk efek samping (Kepmenkes, 2008).
Beberapa fakta yang kita jumpai pada masyarakat akhir-akhir ini adalah
kecenderungan kembali ke alam dan terapi alternatif. Dengan banyaknya pilihan
tanaman obat yang ditawarkan, mahalnya biaya pengobatan keperawatan paliatif
secara konvensional, ketidakberhasilan dan banyaknya penyulit sampingan dalam
pengobatan konvensional, serta adanya kasus paliatif yang dapat disembuhkan
dengan tanaman obat mendorong makin banyak masyarakat yang memilih
pengobatan alternatif antara lain dengan tanaman obat dan terapi komplementer
sebagai cara untuk pengobatan (Hasanah & Widowati, 2016).
2.7. Peran Perawat Dalam Terapi Komplementer

Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi


komplementer diantaranya sebagai konselor, pendidik kesehatan, peneliti,
pemberi pelayanan langsung, koordinator dan sebagai advokat.Sebagai konselor
perawat dapat menjadi tempat bertanya, konsultasi, dan diskusi apabila klien
membutuhkan informasi ataupun sebelum mengambil keputusan.Sebagai
pendidik kesehatan, perawat dapat menjadi pendidik bagi perawat di sekolah
tinggi keperawatan seperti yang berkembang di Australia dengan lebih dahulu
mengembangkan kurikulum pendidikan (Crips & Taylor, 2001).
Peran perawat sebagai peneliti di antaranya dengan melakukan berbagai
penelitian yang dikembangkan dari hasil hasil evidence-based practice.Terapi
komplementer dalam keperawatan.

Perawat dapat berperan sebagai pemberi pelayanan langsung misalnya


dalam praktik pelayanan kesehatan yang melakukan integrasi terapi
komplementer (Snyder & Lindquis, 2002).

Perawat lebih banyak berinteraksi dengan klien sehingga peran koordinator


dalam terapi komplementer juga sangat penting. Perawat dapat mendiskusikan
terapi komplementer dengan dokter yang merawat dan unit manajer terkait.
Sedangkan sebagai advokat perawat berperan untuk memenuhi permintaan
kebutuhan perawatan komplementer yang mungkin diberikan termasuk perawatan
alternatif (Smith et al.,2004).
DAFTAR PUSTAKA

Anita. 2016. Perawatan Paliatif Dan Kualitas Hidup Penderita Kanker.

Aziz M.Farid, Julianto Witjaksono, Imam Rasjidi. 2008. Panduan Pelayanan Medik (Model
Interdisiplin Penatalaksanaan Kanker Serviks dan Gangguan Ginjal. Jakarta. EGC

Hasanah, S. N & Widowati, L.2016. Jamu pada pasien tumor / kanker sebagai terapi
komplementer.Jurnal Kefarmasin Indonesia.

Irawan,E., Rahayuti,L.,&Yani, D .I. 2017. Hubungan penggunaan terapi modern dan


komplementer terhadap kualitas hidup pasien kanker payudara.JKP.

Perry, Potter. 2009. Fundamental of Nursing Buku 2 Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika

Snyder, M. & Lindquist, R. 2002.Complementary/alternative therapies in nursing. 4th ed.


New York: Springer.

Synder. M., Lindquist.R,.2002. Complementary Alternative Therapies In Nursing 4thEd. New


York : Springer Publisisng Company,Inc.

Anda mungkin juga menyukai