Anda di halaman 1dari 9

PENGERTIAN BESERTA PENCEGAHAN TERJADINYA HAZARD

PSIKOSOSIAL TERHADAP PERAWAT RUMAH SAKIT


Agnes Jessica Lubis

Jessikaagnes8@gmail.com

Latar belakang

Kesehatan kerja merupakan suatu unsur kesehatan yang berkaitan dengan lingkungan kerja dan
pekerjaan, yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi efisiensi dan
produktivitas kerja. Sedangkan, keselamatan kerja merupakan suatu sarana utama untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian berupa luka atau
cidera, cacat atau kematian, kerugian harta benda, kerusakan peralatan atau mesin dan kerusakan
lingkungan secara luas.

Pada hakekatnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu usaha untuk
menciptakan perlindungan dan keamanan dari berbagai risiko kecelakaan dan bahaya, baik fisik,
mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Disamping
itu, keselamatan dan kesehatan kerja diharapkan dapat menciptakan kenyamanan kerja dan
keselamatan kerja yang tinggi

Berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 tentang penerapan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) pada lampiran 1 pedoman
penerapan SMK3 wajib melaksanakan perencanaan K3 yang didalamnya berisi identifikasi
potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko

Identifikasi Bahaya (Hazards Identification), Penilaian Risiko (Risk Assessment) dan


Pengendalian Risiko (Risk Control) atau yang disingkat HIRARC merupakan suatu elemen
pokok dalam sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang berkaitan dengan upaya
pencegahan dan pengendalian bahaya. Keseluruhan proses dari HIRARC yang disebut juga
dengan manajemen risiko (risk management), kemudian akan menghasilkan dokumen HIRARC
yang sangat berguna untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2013, satu pekerja di dunia
meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja didunia mengalami penyakit
akibat kerja (PAK). Diperkirakan 2,3 juta pekerja meninggal setiap tahun akibat kecelakaan dan
penyakit akibat kerja (PAK). Lebih dari 160 juta pekerja menderita penyakit akibat kerja dan 313
juta pekerja mengalami kecelakaan tidak fatal per tahunnya

Dari penelitian Novie E. Mauliku tahun 2011, risiko bahaya dalam kegiatan rumah sakit dalam
aspek kesehatan kerja, antara lain berasal dari sarana kegiatan di poliklinik, ruang perawatan,
laboratorium, kamar rontgent, instalasi gizi, laundry, ruang medical record, bagian rumah tangga
(housekeeping), farmasi, sterilisasi alat-alat kedokteran, pesawat uap atau bejana dengan
tekanan, instalasi peralatan listrik, instalasi proteksi kebakaran, air limbah, sampah medis, dan
sebagainya.

Penelitian lain menunjukkan bahwa pekerja kesehatan berisiko terpapar darah dan cairan tubuh
yang terinfeksi (bloodborne pathogen) yang dapat menimbulkan infeksi HBV, HCV dan HIV
melalui berbagai cara, salah satunya melalui luka tusuk jarum atau benda tajam lainnya.12
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen risiko K3 menggunakan Hazard
Identification Risk Assessment And Risk Control (HIRARC) pada ruang pangeran suryanegara
(psikiatri) di RSD Gunung Jati Kota Cirebon

Metode

Metode ini digunakan secara fakta dengan merujuk pada referensi referensi yang dapat dipercaya
seperti contohnya ialah jurnal jurnal, e-book, serta buku teks . Dengan menggabungkan dari
referensi referensi yang faktual, maka penulis berharap artikel ini dapat membantu orang orang
yang membutuhkan informasi dari Pengertian beserta pencegahan terjadinya hazard psikososial
terhadap perawat diRumah Sakit

Hasil

Keselamatan pasien adalah bebas dari cidera fisik dan psikologis yang menjamin keselamatan
pasien, melalui penetapan system operasional, meminilisasi terjadinya kesalahan, mengurangi
rasa tidak aman pasien dalam sistem perawatan kesehatan dan meningkatkan pelayanan yang
optimal (canadian nursing association, 2004). International council nurse (2002) mengatakan
bahwa keselamtan pasien merupakan hal mendasar dalam mutu pelayanan keperawatan.

Peningkatan keselamatan pasien meliputi tindakan nyata dalam rekrukmen, pelatihan dan retensi
tenaga profesional, pengembangan kinerja, menejemen resiko dan lingkungan yang aman,
pengendalian infeksi , penggunaan obat-obatan yang aman, peralatan dan lingkungan perawatan
yang aman serta akumulasi pengetahuan ilmiah yang terintegrasi serta berfokus pada
kesekamatan pasien yang di sertai dengan dukungan infrastruktur terhadap pengembangan yang
ada.

Keselamatan pasien rumah sakit adalah:suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan yang
lebih aman melalui upaya-upaya, mengidentifikasi resiko, pengelolaan resiko, belajar dari resiko
yang terjadi agar tidak terulang dimasa yang akan datang.Dengan lebih sederhana dapat
dikatakan keselamatan pasien rumah sakit adalah mencegah kejadian yang tidak diinginkan,
apabila tidak dapat dicegah diupayakan agar tidak terulang, melalui upaya belajar dari
kesalahan.Keselamatan merupakan prinsip dasar dalam pelayanan pasien dan komponen kritis
dari manajemen mutu. (WHO, 2004 dalam Lumenta, 2011).

Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja di tempat kerja. Salah satu hazard atau bahaya yang dapat terjadi dalam
lingkungan pekerjaan adalah psikososial para pekerjanya. Psikososial adalah hubungan antara
kondisi sosial seseorang atau pekerja dengan kesehatan mental/emosionalnya.

Hazard psikososial adalah suatu bentuk bahaya yang dapat mengancam kesehatan mental para
pekerja dan risiko penurunan produktifitas pekerja. Dikarenakan hal tersebut upaya atau
pencegahan pada hazard psikososial yang akan dibahas ini menjadi hal penting selain melindungi
atau mencegah bahaya fisik atau luar lainnya. Dengan demikian untuk mewujudkan K3 perlu
dilaksanakan dengan perencanaan dan pertimbangan yang tepat, dan salah satu kunci
keberhasilannya terletak pada peran serta pekerja sendiri baik sebagai subyek maupun obyek
perlindungan dimaksud dengan memperhatikan banyaknya risiko yang diperoleh.
Di rumah sakit Karya Bhakti Pratiwi keselamatan pasien menjadi prioritas, akan tetapi KTD
selalu terjadi setiap bulan hampir di semua unit dengan akibat yang bervariasi. Mengingat
pentingnya program keselamatan pasien agar RS KBP tetap bisa mempertahankan eksistensinya
dan untuk meningkatkan mutu pelayanan serta memberikan jaminan terhadap pengguna jasanya
maka diperlukan upaya untuk dapat menurunkan dan mencegah KTD ini dimasa yang akan
datang sehingga keselamatan pasien di RS KBP semakin baik.

KKP-RS dalam Panduan Nasional keselamatan Pasien Rumah sakit membuat sitematika langkah
penerapan Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS) yang Terdiri dari 3 fase yaitu : fase
persiapan, fase pelaksanaan dan fase evaluasi.

Pembahasan

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat profesi dan padat
modal. Pelayanan rumah sakit menyangkut berbagai fungsi pelayanan, pendidikan, penelitian
dan juga mencakup berbagai tindakan maupun disiplin medis. Rumah Sakit adalah tempat kerja
yang memiliki potensi terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Bahan mudah terbakar, gas medik,
radiasi pengion, dan bahan kimia merupakan potensi bahaya yang memiliki risiko kecelakaan
kerja. Oleh karena itu, Rumah Sakit membutuhkan perhatian khusus terhadap keselamatan dan
kesehatan pasien, staf dan umum (Sadaghiani, 2001 dalam Omrani dkk., 2015).

Undang-undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 7 ayat 1, bahwa "Rumah Sakit
harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian,
dan peralatan", persyaratan-persyaratan tersebut salah satunya harus memenuhi unsur
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di dalamnya. Rumah Sakit yang tidak memenuhi persyaratan-
persyaratan tersebut tidak diberikan izin mendirikan, dicabut atau tidak diperpanjang izin
operasional Rumah Sakit (pasal 17) (MENKES RI, 2009). Keselamatan dan kesehatan kerja
bertujuan melindungi pekerja atas keselamatannya agar dapat meningkatkan produktifitas
nasional. Menjamin semua pekerja yang berada di tempat kerja menggunakan serta merawat
sumber produksi secara aman dan efisien (MENKES, 2009).
Bahaya biologi dan bahaya perilaku yaitu kontak dengan darah pasien yang terjadi apabila tiba-
tiba darah memancar ke arah wajah dan terkena mata, sedangkan petugas medis tidak
menggunakan alat pelindung diri. Dampaknya sangat berbahaya apabila pasien memiliki riwayat
penyakit menular. Petugas kesehatan memiliki kemungkinan tertular penyakit Hepatitis, AIDS,
dan HIV.

Pada bahaya biologi dan perilaku apabila menerapkan rekomendasi pengendalian dari peneliti
dapat menurunkan tingkat risiko menjadi 60 dan 45 (prioritas 3) yaitu perlu diawasi dan
diperhatikan secara berkesinambungan. Bahaya ergonomi yaitu membungkuk pada saat menjahit
luka (postur janggal) yang berdampak nyeri otot atau low back pain. Low back pain bisa terjadi
karena terlalu lama membungkuk pada saat melakukan penjahitan luka.

Pada bahaya ergonomi apabila menerapkan rekomendasi pengendalian dari peneliti dapat
menurunkan tingkat risiko menjadi 18 (prioritas 3) yaitu perlu diawasi dan diperhatikan secara
berkesinambungan. Tahap selanjutnya dari pekerjaan penjahitan luka yaitu merapikan alat.
Merapikan alat memiliki bahaya fisik jarum jahit luka (hecting) dan instrumen tajam yang telah
digunakan dalam proses penjahitan luka. Jarum hecting tidak langsung di buang ke dalam safety
box dan meletakkan jarum bekas pakai ke dalam tempat instrumen tajam. Dampak dari bahaya
tersebut bukan hanya luka tusuk jarum suntik tetapi ada juga bahaya tertular penyakit menular
yang di derita oleh pasien. Bahaya biologi dalam tahapan merapikan alat pun sama dengan
bahaya fisik yaitu kontak dengan darah pasien dan dampaknya tertular penyakit hepatitis, HIV
dan AIDS.

Pada bahaya fisik apabila menerapkan rekomendasi pengendalian dari peneliti dapat menurunkan
tingkat risiko menjadi 45 (prioritas 3) yaitu perlu diawasi dan diperhatikan secara
berkesinambungan. Pada bahaya biologi tingkat risikonya turun menjadi 100 (Tinggi) yaitu
mengharuskan adanya perbaikan secara teknis.

Adapun hasil dari identifikasi bahaya pada ruang Pangeran Suryanegara (Psikiatri) diketahui dari
kondisi lingkungan kerja, kegiatan kerja atau SOP, data insiden, dan potensi bahaya.

1. Kondisi Lingkungan Kerja Dari hasil observasi dan wawancara dengan perawat dan petugas
yang ada di ruang psikiatri diketahui bahwa jumlah ruangan meliputi: ruang tamu/jenguk,
ruang makan/ruang tengah,kamar tidur pasien gaduh, kamar tidur pasien tenang laki-laki,
kamar tidur pasien tenang wanita, ruang perawat, ruang dokter, km/wc perawat, km pasien,
dan wc pasien.
2. Kegiatan Kerja Di Ruang Pangeran Suryanegara (Psikiatri) Dari hasil telaah dokumen SPO
dan wawancara kegiatan kerja perawat adalah melakukan perawatan pada penderita penyakit
menular, melakukan restrain, memandikan pasien, mengganti pakaian pasien, menangani
pasien halusinasi, menangani pasien yang defisit perawatan diri (melatih BAB & BAK),
melakukan terapi bermain (TAK).
3. Standar Prosedur Operasional Keperawatan Ada beberapa Standar Prosedur Operasional
yang ada di ruang Pangeran Suryanegara (Psikiatri).
4. Potensi Bahaya Dari hasil wawancara dengan perawat dan petugas diketahui bahwa potensi
bahaya di ruang Pangeran Suryanegara (Psikiatri) adalah terkena pukul, tertular penyakit
menular (TBC, HIV/AIDS, Hepatitis, dan sebagainya), panik, dan mendapat serangan dari
pasien

Bahaya psikososial kerja dapat didefinisikan sebagai aspek-aspek dari desain kerja, organisasi
kerja dan manajemen kerja serta segala aspek yang berhubungan dengan lingkungan social kerja
yang berpotensi dapat menyebabkan gangguan pada psikologi dan fisik-fisiologi pekerja ( Cox &
Griffiths, 2002) dalam Research on Work Related Stress 2002).

Bahaya psikososial dapat disimpulkan menjadi beberapa aspek berdasarkan kategori


karakteristik kerja, organisasi dan lingkungan kerja dimana dapat menyebabkan bahaya
(hazardous). Hal ini dapat menunjukkan bahwa karakteristik kerja dapat digunakan untuk
menggambarkan bahaya kaitannya dengan hubungan kerja ( context to work ) atau isi dari
pekerjaan (content to work) . Kondisi yang tak pasti dari aspek kerja ini dapat menimbulkan
stress dan berbahaya bagi kesehatan. Risiko yang ditimbulkan dengan adanya bahaya psikososial
ini adalah stress kerja.

Bahaya Psiko-sosial, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi
aspekaspek psikologis ketenagakerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian
seperti:

1. Penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi,
temperamen atau pendidikannya.
2. Sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai
3. Kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat
kurangnya latihan kerja yang diperoleh
4. Hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja.
5. Pentingnya mempelajari Bahaya Psychosocial dan Stress

Kerja adalah agar produktivitas kerja dapat tetap terjaga Bahaya psikososial ini secara langsung
atau tidak akan berpengaruh terhadap konflik fisik dan karyawan sehari-hari, jika seorang
karyawan tidak dapat mengatasi beban bahaya ini dengan baik maka karyawan tersebut akan
jatuh dalam kondisi bosan, jenuh, stress dan akan mengalami gangguan serta keluhan penyakit
serta menurunkan produktivitas kerja keryawan. Gejala stress :

1. Kepuasan kerja rendah


2. Kinerja yang menurun
3. Semangat dan energi menjadi hilang
4. Komunikasi tidak lancer
5. Pengambilan keputusan jelek
6. Kreatifitas dan inovasi kurang
7. Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif.
8. Pengelolaan stress dapat dilakukan melalui
9. pendekatan individu dan organisasi.

Gangguan emosional yang timbul : Cemas, Gelisah, Gangguan kepribadian, Penyimpangan


seksual dan Ketagihan alkohol dan psikotropika, Faktor risiko psikologis dalam kecelakaan
adalah potensi pikiran, perasaan, dan perilaku yang mungkin terjadi sebagai akibat dari peristiwa
stress.

Penutup

a.kesimpulan : Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan salah satu upaya perlindungan
yang ditujukan kepada semua potensi yang dapat menimbulkan bahaya, agar tenaga kerja dan
orang lain yang ada ditempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat. Potensi-potensi
yang dapat menimbulkan bahaya dapat berasal dari mesin, lingkungan kerja, sifat pekerjaan,
cara kerja dan proses produksi. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) melihat hazard dan
risk dengan tujuan me-manage/mengendalikan hazard dan risk tersebut untuk
meminimalisasi terjadinya injury ataupun accident. Keselamatan pasien adalah bebas dari
cidera fisik dan psikologis yang menjamin keselamatan pasien, melalui penetapan system
operasional, meminilisasi terjadinya kesalahan, mengurangi rasa tidak aman pasien dalam
sistem perawatan kesehatan dan meningkatkan pelayanan yang optimal (Canadian Nursing
Association, 2004).

b. saran : pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk mengadakan upaya-
upaya pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit akibat kerja yang mungkin terjadi.

Daftar pustaka

1. Indragiri, MANAJEMEN RISIKO K3 MENGGUNAKAN HAZARD


IDENTIFICATION RISK ASSESSMENT AND RISK CONTROL
(HIRARC), JURNAL KESEHATAN Vol. 9 No. 1 Tahun 2018 DOI:
http://dx.doi.org/10.38165/jk. e-ISSN: 2721-9518 p-ISSN: 2088-0278 LP3M
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Cirebon
2. Oktaviana Zahratul Putri1 , Tengku Mohamed Ariff Bin Raja Hussin2 , Heru
Subaris Kasjono3, ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA PADA PETUGAS KESEHATAN INSTALASI
GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT AKADEMIK UGM, JURNAL
KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. 10, No. 1. Juni 2017
3. Yasmi, Y., & Thabrany, H. (2015). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Budaya Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Karya Bhati Pratiwi Bogor
Tahun 2015. Jurnal ARSI (Jurnal Administrasi Rumah Sakit), 4(2).
4. Sriningsih, N. & Marlina, E. (2020). Pengetahuan Penerapan Keselamatan
Pasien (Patient Safety) Pada Petugas Kesehatan. Jurnal Kesehatan, 9(1).Karet.
Jurnal Kesehatan
5. Andarini,Desheila.dkk. (2019). Identifikasi Bahaya Psikososial Pada Buruh
Wanita Di Pabrik Karet. Jurnal Kesehatan
6. Departemen Kesehatan RI., 2009, Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja
di Rumah Sakit (K3 RS), Jakarta Indonesia.
7. Youngberg,BarbaraJ,(2013).PatientSafetyHandbook,secondeditionBurlington:
EdwardsBrothersMailoy.
8. Llestari,P. (2013). Gambaran Budaya Keselamatan Pasien oleh perawat dalam
melaksanakan Pelayanan diInstalasi Rawat Inap RSU P Dr Wahidin Sudiro.
9. Control Serta Penerapan Risk Mapping pada Rumah Sakit Hewan Prof.
Soeparwi Universitas Gadjah Mada. BKM Journal of Community Medicine
and Public Health, 35(2), 55-64.
10. Mochamad Afandi, Shanti K.A, dan Ade Sri Mariawati. Manajemen risiko K3
menggunakan pendekatan HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment
and Risk Control) guna mengidentifikasi potensi hazard. [Diakses tanggal 10
Juni 2015]
11. Simamora, R. H., & Saragih, E. (2019). Penyuluhan kesehatan terhadap
masyarakat: Perawatan penderita asam urat dengan media audiovisual. JPPM
(Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat), 6(1), 24-31.
12. Simamora, R. H. (2017). A strengthening of role of health cadres in BTA-
Positive Tuberculosis (TB) case invention through education with module
development and video approaches in Medan Padang bulan Comunity Health
Center, North Sumatera Indonesia. International Journal of Applied
Engineering Research, 12(20), 10026-10035.

Anda mungkin juga menyukai