Universitas Udayana Bali DAMPAK PERKEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP LINGKUNGAN FISIK DAN EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR DI DESA PUHU, KECAMATAN PAYANGAN, GIANYAR, BALI
Pariwisata merupakan kegiatan yang kompleks, bersifat multi sektoral dan
terfragmentsi, oleh sebab itu koordinasi antar berbagai sektor dan perencanaan sangat penting. Perencanaan juga diharapkan dapat membantu tercapainya kesesuaian (match) antara ekspektasi pasar dengan produk wisata yang dikembangkan tanpa harus mengorbankan kepentingan masing-masing pihak. Pariwisata berasal dari dua kata yaitu Pari dan Wisata. Pari dapat diartikan sebagai banyak, berkali-kali,berputar- putar atau lengkap. Sedangkan Wisata dapat diartikan sebagi perjalanan atau bepergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata “reavel” dalam bahasa Inggris. Atas dasar itu maka kata “pariwisata” dapat juga diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatun tempat ketempat yang lain yang dalam bahasa Inggris didebut juga dengan istilah “Tour”. Pariwisata menurut A.J Burkat dalam Damanik (2006) adalah perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuan-tujuan diluar tempat dimana mereka biasa hidup dan bekerja dan juga kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di suatu tempat tujuan. Berdasarkan definisi pariwisata diatasa maka disimpulkan bahwa kegiatan pariwisata mempunyai cirri-ciri sebagai berikut : Terdapat dua lokasi yang saling terkait yaitu daerah asal dan juga daerah tujuan (destinasi). Sebagai daerah tujuan pasti memiliki objek dan juga daya tarik wisata. Sebagai daerah tujuan yang memiliki sarana dan prasarana pariwisata. Pelaksana perjalananan ke daerah tujuan dilakukan dalam waktu sementara. Terdapat dampak yang ditimbulkan,khususnya daerah tujuan dari segi sosial budaya,ekonomi dan lingkungan. Pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan bagi Indonesia terutama untuk meningkatkan devisa negara. Selain menambah devisa negara, pariwisata juga mampu membuat masyarakat mengalami perubahan dalam kehidupan sosial dan ekonomi. Perkembangan pariwisata juga akan mempengaruhi suatu kawasan pariwisata terutama pada kondisi lingkungan tepatnya pada lingkungan fisik dan sosial. Lee nad Jeong (2012) menyatakan bahwa lingkungan fisik merupakan lingkungan yang diciptakan oleh penyedia layanan termasuk tata letak secara keseluruhan, desain, dekorasi, dan estetika. Lingkungan fisik juga merupakan kombinasi antara kondisi fisik yang keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, udara, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut agar menciptakan kesejahteraan pada manusia (Darsono, 1995). Menciptakan lingkungan fisik yang menarik merupakan faktor kunci untuk daya tarik dan memuaskan pelanggan di industri pariwisata. Lingkungan fisik memainkan peranan penting dalam mempengaruhi citra pariwisata dan perilaku konsumen (Ryu et al., 2012). Lingkungan fisik adalah daya tarik utama kegiatan wisata. Lingkungan fisik meliputi lingkungan alam (flora dan fauna, bentangan alam, dan gejala alam) dan lingkungan buatan (situs kebudayaan, wilayah perkotaan, wilayah pedesaan, dan peninggalan sejarah). Secara teori, hubungan lingkungan alam dengan pariwisata harus mutual dan bermanfaat. Wisatawan menikmati keindahan alam dan pendapatan yang dibayarkan wisatawan digunakan untuk melindungi dan memelihara alam guna keberlangsungan pariwisata. Hubungan lingkungan dan pariwisata tidak selamanya simbiosa yang mendukung dan menguntungkan sehingga upaya konservasi, apresiasi, dan pendidikan bagi masyarakat penting dilakukan agar hubungan keduanya tetap berkelanjutan. Pelibatan masyarakat sekitar menjadi sangat penting bagi perkembangan pariwisata dan akan memberikan nilai lebih bagi masyarakat sekitar, utamanya pada aspek ekonomi, antara lain meningkatkan pendapatan, membuka lapangan pekerjaan, memperbaiki kesejahteraan masyarakat, menaikan penghasilan dari pajak, serta sebagai multiplier effect atau pengganda bagi kegiatan – kegiatan lainnya (Butler dan Douglas, 2003). Pemberdayaan ekonomi masyarakat mengandung maksud pembangunan ekonomi sebagian besar masyarakat di lingkungan sekitar sehingga langkah-langkah yang nyata harus diupayakan agar pertumbuhan ekonomi masyarakat berlangsung dengan cepat. Pariwisata menjadi salah satu jenis industri baru yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dengan menyerap tenaga kerja, meningkatkan penghasilan, taraf hidup masyarakat dan mendorong tumbuhnya sektor-sektor produksi terkait lainnya. Dengan adanya pemberdayaan ekonomi masyarakat, maka diharapkan dapat meningkatkan kehidupan masyarakat kearah yang lebih baik. Kegiatan pariwisata di Indonesia tepatnya Pulau Bali merupakan sumber mata pencaharian utama masayarakat Bali, selain juga bidang pertanian dan peternakan. Bali merupakan destinasi wisata paling populer di Indonesia. Banyak wisatawan baik mancanegara ataupun domestik datang ke Bali untuk berlibur. Daya tarik wisata di Bali antara lain pantai, pegunungan, persawahan dan tentunya kebudayaan serta tradisi lokalnya yang sangat kuat. Banyak daerah di Pulau Bali yang menjadi tujuan wisata dengan berbagai macam bentuk sajian wisatanya, namun untuk wisata yang berlandaskan lingkungan masih jarang ditemukan (Subadra, 2007). Payangan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Gianyar, provinsi Bali yang berjarak 35 km dari pusat ibu kota Kabupaten Gianyar. Di kecamatan Payangan terdapat 9 Desa, salah satunya adalah Desa Puhu. Desa Puhu memiliki luas wilayah 13,91 km2 dan terdiri dari 8 Banjar. Mayoritas penduduk di Desa Puhu berprofesi sebagai petani dan Peterrnak, namun seiring waktu banyak penduduknya beralih kesektor pariwisata. Dengan keadaan alam yang masih alami membuat banyak investor yang tertarik dan datang untuk berinvestasi di Desa Puhu terutama di sektor pariwisata. Perkembangan pariwisata di Desa Puhu, Kecamatan Payangan menimbulkan dampak primer berkembangnya aktivitas di kawasan tersebut yaitu pembangunan objek dan daya tarik wisata serta fasilitas penunjang pariwisata. Masyarakat di Desa Puhu, Kecamatan Payangan memiliki karakteristik ekonomi dengan kegiatan utama di dominasi oleh usaha pertanian, peternakan, dan diikuti dengan sektor kepariwisataan dengan tingkat yang rendah. Demikian pula kondisi lingkungan fisik penyediaan prasarana dan sarana pelayanan dasar yang terbatas dan kurang mencukupi. Penyediaan sarana pelayanan dasar seperti jalan lingkungan, air bersih, sanitasi dan pembuangan limbah yang tidak mencukupi hal ini akan menyebabkan lingkungan permukiman masyarakat menjadi terancam kelestariannya. DAFTAR PUSTAKA
Buttler, Richard and Douglas G. Pearce. 2003. Tourism Development: Routledge
Advances in Tourism. United Kingdom: Routledges. Damanik, Janianton. 2006. Isu-Isu Krusial Dalam Pengelolaan Desa Wisata Dewasa Ini. Jurnal Kepariwisataan Indonesia. Universitas Gadjah Mada. Lee, S., and Jeong, M. 2012. Effects of e-service Scape on Consumers' Flow Experiences. Journal of Hospitality and Tourism Technology, 3(1), p: 47-59. Ryu, K., & Jang, S. 2008. DINESCAPE: A scale for customers' perception of dining environments. Journal of Foodservice Business Research, 11 (1), p: 2-22. Subadra. I. N. 2007. Bali Tourism Watch : Ekowisata Sebagai Wahana Pelestarian Alam. [Online] Available : http://subadra.wordpress.com/2007/03/10/ekowisata-wahana-pelestarian-alam/.