BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Beberapa pengertian wisata.
a. Wisata
Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari yang dilakukan secara sukarela dan bersifat
sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata (UU no.9 thn 1990 pasal 1).
Adapun pengertian wisata mengandung unsur-unsur yaitu kegiatan perjalanan, dilakukan secara
sukarela, bersifat sementara dan perjalanan seluruhnya dan sebagian bertujuan untuk objek dan daya
tarik wisata atas dasar itu maka ‘wisata’ adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut
secara sukarela dan bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata(UU no.9 thn 1980
pasal 1).
Objek dan daya tarik wisata adalah yang menjadi sasaran dalam perjalanan wisata yang meliputi :
1. Seperti pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan Ciptaan Tuhan YME, yang
berujud keadaan alam dan flora dan fauna tumbuhan hutan tropis serta binatang langka.
2. Karya manusia berujud museum peninggalan sejarah seni budaya wisata argo(pertanian) wisata
tirta(air) wisata petualangan taman rekreasi dan tempat hiburan
3. Sasaran wisata minat khusus seperti berburu, mendaki gunung, gua, industri dan kerajinan,
tempat-tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat ibadah, tempat-tempat siarah.(buku
panduan sadar wisata)
Menurut Mathiesen dan wall (1982) bahwa wisata adalah kegiatan bepergian dari dan ketempat tujuan
lain diluar tempat tinggalnya, wisata atau rekreasi sering dilakukan untuk senang-senang atau bersantai.
Bersantai merupakan suatu aktivitas yang berbeda dengan aktivitas melaksanakan pekerjaan
tertentu.misalnya disela-sela melakukan suatu pekerjaan kemudian kita duduk ditaman maka hal ini
dapat dikatakan sedang bersantai.
2. Pariwisata.
Pariwisata secara etimologis berasal dari kata “ Pari “ yang berarti berputar –putar dan “Wisata” yang
berarti perjalanan. Atas dasar itu maka pariwisata diartikan sebagai perjalan yang dilakukan berputar –
putar dari suatu tempat ke tempat lain (Yoeti A.Oka,1982 :103)
Menurut Prof. Salah wahab dalam bukunya berjudul An Introduction an Touristm Theory
mengemukakan bahwa batasan pariwisata hendaknya memperlihatkan anatomi dari gejala –gejala yang
terdiri dari 3unsur yaitu manusia(human),yaitu orang yang melakukan perjalanan pariwisata ,ruang
(space), yaitu daerah atau ruanng lingkup tempat melakukan perjalanan waktu(time)yakni waktu yang di
gunakan selama perjalanan dan tinggaal di daerah tujuan waisata (Yaoti A,Oka:106)
Berdasarkan ketiga unsur tersebut di atas maka Prof Salah Wahab merumuskan pengertian pariwisata
sebagai suatu aktifitas manusia yang dilakukan secara sadar dan mendapat pelayanan secara
beergantian orang –orang di suatu Negara itu sendiri (di luar negri) yang meliputi pendiaman di daerah
lain (daerah tertentu ,suatu Negara atau benua )untuk sementara waktu dalam mencari kpuasan yang
beraneka rgam dan berbeda dengan apa yang di alaminya dimana dia memperoleh pekerjaan tetap.
Dalam pengertian lain pariwisata (Toursnm) adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara
waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha
atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjlanan tersebut
untuk memenuhi keinginannya yang beraneka ragam (Yaoti A,Oka:09).
Maka untuk lebih jelasnya pengertian pariwisata adalah :
1. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.
2. Pengusaha obyek wisata, seperti kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah
(Candi, Makam Benteng), Museum, Waduk, pegelaran seni budaya, tat kehidupan masyarakat dan
bersifat alamiah: keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai indah dan sebagainya.
3. pengusaha jasa dan prasarana pariwisata yakni:
a) Usaha jasa pariwisata (Biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata, pramuwisata, konvensi
perjalanan intensif dan pameran, inprestarait, konsultan pariwisata, informasi pariwisata.
b) Usaha sarana pariwisata yang terdiri dari akomodasi, rumah makan, bar, angkutan wisata dan
sebagainya, serta usaha-usaha jasa lainnyayang berkaitan dengan penyelenggaraan pariwisata (buku
panduan wisata).
3. Kepariwisataan.
Sesuai dengan undang-undang NO. 9 Bab I pasal 1 berbunyi :
“Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata, artinya
semua kegiatan dan urusan yang ada kaitannya dengan perencanaan, pengawasan pariwisata, baik yang
dilakukan oleh pemerintah maupun pihak swasta serta masyarakat. (UU No. 9. tahun 1990)”.
Bab I. pasal 1).
“Dari batasan tersebut diatas tampak bahwa prinsip kepariwisataan dapat mencakupi semua macam
perjalanan, asal saja perjalanan tersebut dengan bertamasya dan rekreasi. Dalam hal ini diberikan suatu
garis pemisah yang menyatakan bahwa perjalanan tersebut tidak bermaksud untuk memangku suatu
jabatan disuatu tempat atau daerah tertentu sebab perjalanan terakhir ini dapat digolongkan kedalam
perjalanan bukan untuk tujuan pertamasyaan atau pariwisata. Artinya semua urusan dan kegiatan ada
kaitannya dengan perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, pengawasan pariwisata baik yang dilakukan
oleh pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat disebut Kepariwisataan”.
4. Wisatawan
Pengertian dari wisatawan menurut F.W. Ogilvie yaitu semua orang meninggalkan ruamh kediaman
mereka untuk jangka waktu kurang dari satu tahun dan sementara mereka bepergian mereka
mengeluarkan uang di tempat yang mereka kunjungi tanpa dengan maksud mencari nafkah ditempat
trsebut. (Pendit N. S. 1994 : 37).
Batasan ini diberi variasi lagi oleh A.J. Norwal yang menyatakan seorang wisatawan adalah seseorang
yang memasuki wilayah asing dengan maksud dan tujuan apapun asalkan bukan untuk tinggal permanen
atau untuk usaha-usaha yang teratur melintasi perbatasan, dan yang mengeluarkan uangnya di negeri
yang dikunjungi, yang mana diperolehnya bukan di negeri tersebut melainkan dinegri lain. (Pendit N. S,
1994 : 37).
Berdasarkan hal yang telah dikemukakan diatas maka ciri-ciri seseorang itu dapat disebut sebagai
wisatawan yaitu:
- Perjalanan itu dilakukan lebih dari 24 jam.
- Perjalanan hanya untuk sementara waktu.
- Orang yang melukukan tidak mencari nafkah ditempat atau di Negara yang dikunjunginya. (Yoeti
A.Oka, 1982 : 130).
2.1 Jenis Pariwisata
Untuk Keperluan perencanaan dan pengembangan kepariwisataan, perlu adanya perbedaaan antara
pariwisata, karena dengan demikian akan dapat ditentukan kebijaksanaan apa yang perlu mendukung,
sehingga jenis pariwisata yang dikembangkan akan dapat terwujud seperti yang diharapkan dari
kepariwisataan.
Ditinjau dari segi ekonomi, pemberian klasifikasi tentang jenis pariwisata dianggap penting karena
dengan cara itu dapat ditentukan beberapa penghasilan devisa yang diterima dari suatu pariwisata yang
dikembangkan disuatu tempat atau daerah trtentu.
Adapun jenis wisata yang telah dikenal dimasa ini antara lain:
Wisata Budaya
Wisata budaya adalah: perjalanan yang dilakukan atas dasar keingin untuk memperluas pandangan
hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ketempat lain, mempelajari
keadaan rakyat dan kebiasaan adat istiadat, budaya dan seni mereka (Pendit, N.S, 1994 : 41).
Wisata Konvensi
Wisata Konvensi adalah: wisata yang menyediakan fasilitas bangunan dengan ruangan-ruangan tempat
bersidang bagi peserta konverensi, atau pertemuan lainnya yang bersifat nasional maupun
internasional. (Pendit, N.S, 1994 : 43).
Wisata Sosial
Wisata Sosial adalah: perorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah untuk memberikan
kesempatan kepadda golongan masyarakat ekonomi lemah untuk mengadakan perjalanan seperti
misalnya kaum buruh, pemuda, pelajar atau mahasiswa, petani dan sebagainyqa. (Pendit, N.S, 1994 :
44).
BAB III
PEMBAHASAN
Banyak teori dan contoh yang menunjukkan bahwa aktifitas wisata dapat peran yang signifikan
dalam pembiayaan program-program konservasi lingkungan hidup. Namun, tetap harus diperhatikan
bahwa aktifitas wisata juga mempunyai potensi untuk ikut serta mengarahkan pada kerusakan
lingkungan (Hakim, Lukman :116).
Para perencana pembangunan sering mengemukakan argumentasi bahwa untuk meningkatkan
taraf perekonomian msyarakat sekitar hutan, dimana sebagian besar adalah kawasan lindung atau
kawasan dengan tingkat keanekaragaman tinggi, para pemerhati lingkungan, konservasoinis, dan pihak-
pihak pelestari lingkungan hidup melihat bahwa pembangunan yang akan dilakukan merupakan
ancaman nyata terhadap keanekaragaman hayati yang ada didalam atau sekitar kawasan yang akan
dikembangkan (Beatley, 1997) (Hakim, Lukman :117).
Lebih jauh, banyak peneliti yang menyebutkan bahwa pembangunan jalan raya mempunyai
banyak pengaruh terhadap objek-objek wisata. Jalan raya menjadi ancaman bagi keaneka ragaman
hayati disekitarnya, karena memberikan efek fragmentasi habitat, koridor bagi penyebaran hama, dan
penyakit. Sesutau yang tidak kalah penting yaitu kejadian tertabraknya satwa oleh pengendara mobil
atau jenis angkutan lainnya (Hakim, Lukman :118).
Dampak wisata lainnya terhadap lingkungan yang dapat diamati dan dirakasan yakni masalah
limbah. Limbah yang dihasilkan pengunjung menjadi masalah lingkungan yang dapat mempengaruhi
kualitas daerah tujuan wisata. Hal itu mudah terjadi, dimana ukuran daerah tujuan wisata mempunyai
ukuran yang kecil, limbah cair biasanya datang dari hotel , wisma dan restaurant yang tersebar pada
destinasi wisata. Tidak dapat dihindari bahwa tempat-tempat tersebut merupakn bagian dari akomodasi
ekotorisme. Namun, perhatian dan penanganan limbah cair yang dihasilkan seringkali sangat kurang.
Untuk mengatasi populasi air yang terjadi, dua strategi yang umumnya ditempuh yaitu mereduksi
sumber-sumber pencemar dan melakukan perlakuan terhadap limbah cair agar tidak dapat
memhahayakan lingkungan (Hakim, Lukman :119).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Keindahan dan kenyamanan daerah tujuan wisata, seperti keindahan pemandangan alam,
sturuktur hidrologi almiah seperti air terjun dan sungai, air bersih, udara segar, dan keanekaragaman
spesies, kuailitasnya bisa memburuk karena aktifitas manusia, tidak terkecuali aktifitas wisata itu sendiri.
kualitas lingkungan merupakan bagian integral dari suguhan-suguhan alamiah. Dengan demikian,
pemeliharaan terhadap kualitas lingkungan menjadi syarat mutlak bagi daya tahan terhadap kompetisi
pemilihan tujuan wisata oleh wisatawan. Jika kualitas suatu daerah tujuan wisata menurun, maka
tempat tersebut cenderung diabaikan. aktifitas wisata dapat peran yang signifikan dalam pembiayaan
program-program konservasi lingkungan hidup. Namun, tetap harus diperhatikan bahwa aktifitas wisata
juga mempunyai potensi untuk ikut serta mengarahkan pada kerusakan lingkungan.
4.2 Saran
Dari Hasil Pembahasan dan kesimpulan diatas, maka penulis dapat memberikan tanggapan mengenai
dampak wisata terhadap lingkungan melalui saran sebagai berikut :
1. Perlu adanya pengendalian diri dalam meminimalisir dampak dari aktifitas wisata.
2. Perlu adanya peningkatan dalam menjaga kualitas lingkungan yang dilaksanakan oleh pengelola
pariwisata.
3. Perlu adanya peningkatan konservasi lingkungan hidup yang dilaksanakan oleh pihak-pihak yang
terkait.
Limbah yang berserakan di Pantai Trikora III, Kabupaten Bintan, Minggu (26/04)
Eksotika Pulau Dewata Bali
Gunung Gede, Jawa Barat