Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN MASALAH SEKSUAL


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik

Dosen Pengampu :
Induniasih, S.Kp, M.Kes

Oleh :
Kelompok VIII
Elva Nuzula Rahmah P07120520037
Rabiatun Nufusiah P07120520038
Ahmad Ridani P07120520039
Adhitia Shandy Almadani P07120520040
Noor Jam’iyah P07120520041

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


YOGYAKARTA
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan berkat, rahmat, nikmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Lansia dengan Masalah Seksual” tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik yang diberikan oleh
Induniasih, S.Kp, M.Kes selaku dosen pembimbing pada mata kuliah tersebut.
Tak lupa pula sholawat dan salam kami haturkan kepada junjungan Nabi
besar Muhammad SAW, yang mana beliau telah membawa umatnya dari alam
yang gelap gulita kepada alam yang terang benderang dan penuh dengan ilmu
pengetahuan.
Dalam menyusun makalah ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin
untuk membuat yang terbaik sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan yang
telah kami peroleh. Walaupun demikian kami menyadari bahwa masih ada
kekurangan kami dalam menyusun makalah ini. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
sehingga dapat menyempurnakan makalah ini. Semoga dengan tersusunnya
makalah ini dapat memberikan manfaat pada pembaca umumnya dan penyusun
khususnya.

Banjarbaru, Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1
A. Latar Belakang................................................................................................ 1
B. Tujuan.............................................................................................................. 2
C. Manfaat............................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN TEORI........................................................................................... 3
A. Definisi Keperawatan Gerontik....................................................................... 3
B. Tujuan Keperawatan Gerontik........................................................................ 3
C. Kesehatan Seksual pada Lansia....................................................................... 4
D. Perubahan Anatomik Sistem Genitalia pada Lansia....................................... 4
E. Asuhan Keperawatan Gerontik dengan Masalah Seksual............................... 7
BAB III PENUTUP......................................................................................................... 12
A. Kesimpulan...................................................................................................... 12
B. Saran .............................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan merupakan salah satu bentuk kegiatan dibidang
kesehatan yang mencakup beberapa sub bidang, salah satunya adalah
keperawatan gerontik. Keperawatan gerontik merupakan bentuk pelayanan
yang tepat dengan memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan para usia
lanjut. Semua bentuk pemenuhan kebutuhan usia lanjut dipengaruhi oleh
beberapa karakteristik yang terjadi dalam proses menua.
Menjadi tua atau lanjut usia merupakan proses yang alami dalam
kehidupan manusia yang ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh
dalam menghadapi pengaruh dari dalam maupun dari luar tubuh. Perubahan
tersebut biasanya muncul pada setiap bagian dari tubuh meliputi fisik, mental,
sosial ekonomi dan spiritual. Perubahan terkait usia menyebabkan timbulnya
berbagai masalah yang umumnya terjadi pada lansia. Hal ini meliputi
menurunnya daya fikir, berkurangnya cita rasa, masalah tidur, gemetar,
berkurangnya refleks, berkurangnya penglihatan dan pendengaran, penyerapan
yang kurang (Sahar, 2001).
Seksualitas sering dijelaskan dari persepektif holistik sebagai integrasi
somatik, emosional, intelektual, dan aspek sosial dari makhluk seksual yang
secara positif memperkaya dan meningkatkan kepribadian, komunikasi dan
cinta. Studi Johnson (1999) tentang seksualitas dan penuaan mendukung
pandangan biopsikososial tentang penuaan dan seksualitas. Kehidupan akhir
dapat mempengaruhi aktivitas seksual dan kesehatan seksual pada lansia baik
secara langsung maupun tidak langsung (Stanley, 2006).
Aktivitas seksual mungkin terbatas karena ketidakmampuan spesifik,
tetapi dorongan seksual, ekspresi cinta, dan perhatian tidak mengalami
penurunan yang sama. Dari pada penurunan fungsi seksual diasumsikan
dengan sakit, lebih baik perhatian difokuskan pada sesuatu yang masih
mungkin dilakukan. Pengaruh psikososial dari ketidakmampuan pada

1
umumnya mempunyai pengaruh yang lebih negatif pada fungsi seksual dari
pada gangguan fisik akibat ketidakmampuan itu sendiri. Mengembangkan
kepercayaan diri dan membentuk ekspresai seksual yang baru dapat banyak
membantu pada lansia yang mengalami ketidakmampuan seksual ( Pudjiastuti
& Utomo, 2003 ).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan lansia dengan masalah seksual.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan definisi keperawatan gerontik
b. Mampu mendeskripsikan tujuan keperawatan gerontik
c. Mampu mendeskripsikan kesehatan seksual pada lansia
d. Mampu mendeskripsikan perubahan anatomik sistem genitalia pada
lansia
e. Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan lansia dengan masalah
seksual
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Merupakan sumber informasi dan pengetahuan tentang
permasalahan seksual pada lansia sebagai acuan dalam memberikan
asuhan keperawatan.
2. Bagi Institusi
Mengukur pengetahuan dan pengalaman mahasiswa dalam
menyusun suatu makalah dengan mengambil berbagai sumber literature
serta dijadikan sebagai sumber bacaan tambahan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Keperawatan Gerontik


Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang bersifat konprehensif
terdiri dari bio-psikososio-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada
klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat (UU RI No.38 tahun 2014). Pengertian lain dari
keperawatan gerontik adalah praktek keperawatan yang berkaitan dengan
penyakit pada proses menua (Kozier, 1987). Sedangkan menurut Lueckerotte
(2000) keperawatan gerontik adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan
pada lansia yang berfokus pada pengkajian kesehatan dan status fungsional,
perencanaan, implementasi serta evaluasi.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa keperawatan
gerontik adalah suatu bentuk praktek keperawatan profesional yang ditujukan
pada lansia baik sehat maupun sakit yang bersifat komprehensif terdiri dari
bio-psiko-sosial dan spiritual dengan pendekatan proses keperawatan terdiri
dari pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.

B. Tujuan Keperawatan Gerontik


Menurut Kholifah (2016) tujuan dari keperawatan gerontik adalah sebagai
berikut.
1. Lansia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dan produktif
2. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan lansia seoptimal mungkin
3. Membantu mempertahankan dan meningkatkan semangat hidup lansia
(life support)
4. Menolong dan merawat klien lansia yang menderita penyakit (kronis atau
akut)
5. Memelihara kemandirian lansia yang sakit seoptimal mungkin

3
C. Kesehatan Seksual pada Lansia
Kesehatan seksual merupakan suatu hal yang sukar untuk diartikan, karena
kebanyakan masyarakat menganggap kesehatan seksual adalah suatu peristiwa
yang sulit untuk dijelaskan sehingga menimbulkan suatu anggapan yang salah.
WHO mendefinisikan kesehatan seksual sebagai pengintegrasian aspek
somatic, emosional, intelektual dan aspek sosial dari kehidupan seksual dengan
cara yang positif untuk memperkaya pengetahuan seksualnya dalam bentuk
kepribadian dan perasaan cinta (Berman et al, 2015 dalam Pambudi, 2018).
Kehilangan seksualitas bukan merupakan aspek penuaan yang tidak dapat
dihindari dan sebagian besar orang yang sehat tetap aktif secara seksual secara
teratur sampai usia lanjut. Namun proses penuaan memang membawa
perubahan tertentu dalam respon seksual fisiologis pria dan wanita dan disertai
sejumlah medis yang menjadi lebih prevalen pada usia lanjut yang berperan
penting terjadinya gangguan seksual pathogen terhadap lansia (Stanley &
Beare, 2016 dalam Pambudi, 2018).

D. Perubahan Anatomik Sistem Genitalia pada Lansia


1. Wanita
Dengan berhentinya produksi hormone estrogen, genitalia interna dan
eksterna berangsur-angsur mengalami atrofi.
a. Vagina
Vagina mengalami kontraktur, panjang dan lebar vagina mengalami
pengecilan. Fornises menjadi dangkal, begitu pula serviks tidak lagi
menonjol ke dalam vagina. Sejak klimakterium, vagina berangsur-
angsur mengalami atropi, meskipun pada wanita belum pernah
melahirkan. Kelenjar seks mengecil dan berhenti berfungsi. Mukosa
genitalia menipis begitu pula jaringan sub-mukosa tidak lagi
mempertahankan elastisitasnya akibat fibrosis.
Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh
keberlangsungan koitus, artinya makin lama kegiatan tersebut dilakukan
kurang laju pendangkalan atau pengecilan genitalia eksterna.

4
b. Uterus
Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut
dan dindingnya menipis, myometrium menjadi sedikit dan lebih banyak
jaringan fibrotic. Serviks menyusut tidak menojol bahkan lama-lama
akan merata dengan dinding jaringan.
c. Ovarium
Vagina mengalami kontraktur, panjang dan lebar vagina mengalami
pengecilan. Fornises menjadi dangkal, begitu pula serviks tidak lagi
menonjol ke dalam vagina. Sejak klimakterium, vagina berangsur-
angsur mengalami atropi, meskipun pada wanita belum pernah
melahirkan. Kelenjar seks mengecil dan berhenti berfungsi. Mukosa
genitalia menipis begitu pula jaringan sub-mukosa tidak lagi
mempertahankan elastisitasnya akibat fibrosis.
Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh
keberlangsungan koitus, artinya makin lama kegiatan tersebut dilakukan
kurang laju pendangkalan atau pengecilan genitalia eksterna.
d. Payudara
Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita
yang gemuk, dimana payudara tetap besar dan menggantung. Keadaan
ini disebabkan oleh karena atrofi hanya mempengaruhi kelenjar
payudara saja. Kelenjar pituari anterior mempengaruhi secara histologik
maupun fungsional, begitu pula kelenjar tiroid dan adrenal menjadi
“keras” dan mengkibatkan bentuk tubuh serupa akromegali ringan.
Bahu menjadi gemuk dan garis pinggang menghilang. Kadang timbul
pertumbuhan rambut pada wajah. Rambut ketiak, pubis mengurang,
oleh karena pertumbuhannya dipengaruhi oleh kelenjar adrenal dan
bukan kelenjar ovarium. Rambut kepala menjadi jarang. Kenaikan berat
badan sering terjadi pada masa klimakterik.

5
2. Pria
a. Prostat
Pembesaran prostat merupakan kejadian yang sering pada pria
lansia, gejala yang timbul merupakan efek mekanik akibat pembesaran
lobus medius yang kemudian seolah-olah bertindak sebagai katup yang
berbentuk bola (Ball Valve Effect). Disamping itu terdapat efek
dinamik dari otot polos yang merupakan 40% dari komponen kelenjar,
kapsul dan leher kantong kemih, otot polos ini dibawah pengaruh
sistem alfa adrenergik. Timbulnya nodul mikros¬kopik sudah terlihat
pada usia 25-30 tahun dan terdapat pada  60% pria berusia 60 tahun,
90% pada pria berusia 85 tahun, tetapi hanya 50% yang menjadi BPH
Makroskopik dan dari itu hanya 50% berkembang menjadi BPH klinik
yang menimbulkan problem medik.
Kadar dehidrosteron pada orang tua meningkat karena meningkatnya
enzim 5 alfa reduktase yang mengkonfersi tetosteron menjadi dehidro
steron. Ini yang dianggap menjadi pendorong hiperplasi kelenjar, otot
dan stroma prostat. Sebenarnya selain  proses menua rangsangan
androgen ikut berperan timbulnya BPH ini dapat dibuktikan pada pria
yang di kastrasi menjelang pubertas tidak akan menderita BPH pada
usia lanjut.
b. Testis
Penuaan pada pria tidak menyebabkan berkurangnya ukuran dan
berat testis tetapi sel yang memproduksi dan memberi nutrisi (sel
Leydic) pada sperma berkurang jumlah dan aktifitasnya sehingga
sperma berkurang sampai 50% dan testoteron juga menurun. Hal ini
menyebabkan penuruna libido dan kegiatan sex yang jelas menurun
adalah multipel ejakulasi dan perpanjangan periode refrakter. Tetapi
banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas sexsual sampai
umur lanjut.

6
E. Asuhan Keperawatan Gerontik dengan Masalah Seksual
1. Pengkajian
Anamnesa riwayat seks
- Gunakan bahasa yang saling menguntungkan dan memuaskan
- Gunakan pertanyaan campuran antara terbuka dan tertutup
- Mendapatkan gambaran yang akurat tentang apa yang sebenarnya
salah
- Uraikan dengan panjang lebar permasalahannya
- Dapatkan latar belakang medis mencakup daftar lengkap obat-obatan
yang dikonsumsi oleh pasien
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan dihadapan pasangannya. Anamnesa
harus rinci, meliputi awitan, jenis maupun intensitas gangguan yang
dirasakan. Juga anamnese tentang ganguan sistemik maupun organik yang
dirasakan. Penelaahan tentang gangguan psikologik, kognitif harus
dilakukan. Juga anamneses tentang obat-obatan. Pemeriksaan fisik
meliputi head to toe.
Pemeriksaan tambahan yang dilakukan meliputi keadaan jantung,
haati, ginjal dan paru-paru. Status endokrin dan metaboliuk meliputi
keadaan gula darah, status gizi dan status hormonal tertentu. Apabila
keluhan mengenai disfungsi ereks pada pria, pemeriksaan khas juga
meliputi pemeriksaan dengan snap gauge atau nocturnal penile tumescence
testing (Hadi-Martono, 1996).

2. Diagonosa Keperawatan
a. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi
yang ditandai dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual
b. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah
satu anggota tubuh
c. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan efek penyakit akut dan
kronis

7
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Disfungsi Pasien dapat 1. Bantu pasien 1. Agar pasien
seksual menerima untuk lebih bisa
berhubunga perubahan mengekspresika menerima
n dengan struktur tubuh n perubahan perubahan
perubahan terutama pada fungsi tubuh tersebut
struktur fungsi seksual termasuk organ 2. Menambah
tubuh/fungsi yang dialaminya seksual seiring pemahaman
yang Kriteria hasil: dengan klien tentang
ditandai · Mengekspresi bertambahnya semua
dengan kan usia. perubahan
perubahan kenyamanan 2. Berikan yang di
dalam · Mengekspresi pendidikan alami nya
mencapai kan kesehatan agar
kepuasan kepercayaan tentang penurunan
seksual diri penurunan fungsi
fungsi seksual. seksuel tidak
3. Motivasi klien menjadi
untuk beban
mengkonsumsi pikiran
makanan yang 3. Makanan
rendah lemak, bergizi
rendah kolestrol, dianjurkan
dan berupa diet untuk
vegetarian menjaga
4. Anjurkan klien daya tahan
untuk tubuh karena
menggunakan biasanya
krim vagina dan pada lansia
gel daya tahan

8
tubuhnya
menurun
4. Untuk
mengurangi
kekeringan
dan rasa
gatal pada
vagina, serta
untuk
megurangi
rasa sakit
pada saat
berhubungan
seksual
Pasien dapat 1. Kaji 1. Untuk
menerima perasaan/perseps mengetahui
perubahan bentuk i pasien tentang seberapa
salah satu angota perubahan jauh klien
tubuhnya secara gambaran diri bisa
positif berhubungan menerima
Kriteria hasil: dengan keadaan keadaan nya
· Pasien mau angota tubuhnya 2. Agar klien
berinteraksi yang kurang mau
dan berfungsi secara mengungkap
beradaptasi normal kan masalah
dengan 2. Lakukan nya
lingkungan pendekatan dan 3. Rasa
tanpa rasa bina hubungan menerima
malu dan saling percaya pada pasien
rendah diri dengan pasien akan
· Pasien yakin 3. Tunjukkan rasa membuat

9
akan empati, pasien lebih
kemampuan perhatian dan percaya diri
yang dimiliki penerimaan pada 4. Agar pasien
pasien tidak terlalu
4. Bantu pasien canggung
untuk atau malu
mengadakan dengnan
hubungan orang lain
dengan orang karena
lain perubahan
5. Beri kesempatan nya
pada pasien 5. Untuk
untuk mengetahui
mengekspresika apakah klien
n perasaan depresi
kehilangan terhadap
perubahan
Pasien dapat 1. Kaji factor- 1. Penting
menerima faktor penyebab untuk
perubahan pola dan penunjang, membantu
seksualitas yang yang meliputi dalam
disebabkan Kelelahan intervensi
masalah Nyeri selanjutnya
kesehatannya. Nafas pendek 2. Untuk
Kriteria Hasil : Keterbatasan menghilangk
· Mengidentifik suplai oksigen an atau
asi Imobilisasi mengurangi
keterbatasann Kerusakan factor-faktor
ya pada inervasi saraf penyebab
aktivitas Perubahan 3. Agar klien
seksual yang hormone lebih

10
disebabkan Depresi mengerti dan
masalah Kurangnya bisa
kesehatan informasi yang menerima
· Mengidentifik tepat bahkan tidak
asi modifikasi 2. Ajarkan memaksakan
kegiatan pentingnya diri karena
seksual yang mentaati aturan keterbatasan
pantas dalam medis yang yang di
respon dibuat untuk sebabkan
terhadap mengontrol oleh
keterbatasann gejala penyakit penyakit
ya 3. Berikan 4. Meminimalk
informasi yang an rasa sakit
tepat pada pasien tau rasa
dan pasangannya tidak
tentang nyaman saat
keterbatasan berhubungan
fungsi seksual karena
yang disebabkan penyakit
oleh keadaan
sakit
4. Ajarkan
modifikasi yang
mungkin dalam
kegiatan seksual
untuk membantu
penyesuaian
dengan
keterbatasan
akibat sakit

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada usia lanjut, hambatan untuk aktivitas seksual yang dapat dibagi
menjadi hambatan eksternal yang datang dari lingkungan dan hambatan
internal,yang terutama berasal dari subjek lansianya sendiri. Hambatan
eksternal biasanya berupa pandangan sosial, yang menganggap bahwa
aktivitas seksual tidak layak lagi dilakukan lagi oleh lansia.Hambatan
eksternal bilamana seorang janda atau duda akan menikah lagi sering kali juga
berupa sikap menentang dari anak-anak, dengan berbagai alasan.
Hambatan internal psikologik seringkali sulit dipisahkan secara jelas
dengan hambatan eksternal. Seringkali seorang lansia sudah merasa tidak
baisa dan tidaak pantas berpenampilan untuk menarik lawan jenisnya.
Pandangan sosial dan keagamaan tentang seksualitas diusia lanjut
menyebabkan keinginan dalam diri mereka ditekan sedemikian sehingga
memberikan dampak pada ketidakmampuan fisik, yang dikenal sebagai
impotensia. Obat-obatan yang sering diberikan, pada penderita usia lanjut
dengan patologi multipel jika sering menyebabkan berbagai gangguan fungsi
seksual pada usia lanjut.
B. Saran
Permasalahan pada masa lansia sering terabaikan, tidak hanya di
lingkungan keluarga lansia sendiri, tetapi juga di lingkungan masyarakat
bahkan pusat pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, pengetahuan tentang
permasalahan seksual pada lansia baik pria maupun wanita perlu sebarluaskan
sejak dini, dan perlunya kerjasama yang optimal disetiap instansi pemerintah
dan masyarakat  untuk mengatasi masalah ini agar para lansia mendapatkan
kehidupan yang layak, dan harmonis sebagai manusia dan warga negara
seutuhnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Kholifah, Siti Nur. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan


Gerontik. Jakarta: P2M2
Pambudi dkk. 2018. Pandangan Lansia tentang Seksualitas pada Lanjut
Usia. Jurnal Kesehatan Volume 9 Nomor 1 Halaman 154-159

13

Anda mungkin juga menyukai