Anda di halaman 1dari 14

PELAYANAN LANSIA YANG BERKAITAN DENGAN KESEHATAN REPRODUKSI DI MASYARAKAT

Dosen Pengampu: Wewet Savitri, SST,M. Keb

Kelompok 5 :

Dewi Kristi

Deva Viana Kurniasari

Frezy Mellisa

Githa Rahma Dewi

Hertania Ayu Agustin

Juwita Lestari

Taskif Irshahuddini

Weni Eka Putri

Yudia Murdayani

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN TINGKAT 2B

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta Hidayah-
Nya, sehingga makalah ” Pelayanan Lansia Yang Berkaitan Dengan Kesehatan Reproduksi
Di Masyarakat ” dapat terselesaikan tepat waktu. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah KEBIDANAN KOMUNITAS.

Dalam kesempatan ini kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu
memberi bimbingan, ilmu, dorongan, serta saran-saran kepada penyusun.

Kami selaku penyusun menyadari sepenuhnya bahwa isi maupun penyajian makalah
ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, 18 Januari 2022

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................4

A.  Latar Belakang..............................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................4

C. Tujuan............................................................................................................................................4

D. Manfaat.........................................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................5

A. Pengertian.............................................................................................................................5

B. Masalah Kesehatan Gerontik.................................................................................................6

C. Perkembangan Reproduksi Usia Lanjut.....................................................................................7

D. Upaya Pelayanan Kesehatan Reproduksi terhadap Lansia........................................................9

E. Hukum dan Perundang-undangan yang Terkait dengan Lansia...............................................12

BAB III PENUTUP..................................................................................................................................13

A.       Kesimpulan.........................................................................................................................13

B.       Saran..................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................14

3
BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu negara dengan  tingkat
perkembangan yang cukup baik, maka makin tinggi pula harapan hidup penduduknya.
Diperkirakan harapan hidup orang Indonesia dapat mencapai 70 tahun pada tahun 2000.
Kesejahteraan penduduk usia lanjut karena kondisi fisik dan/atau mentalnya tidak
memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka lansia perlu mendapat
perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat (GBHN, 1993).
Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah diantaranya pelayanan
kesehatan, sosial, ketenagakerjaan dan lainnya telah dikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu
tingkat individu lansia, kelompok lansia, keluarga, Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW),
Sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar (primer), tingkat pertama (sekunder), tingkat
lanjutan, (tersier) untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada lansia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan lansia?
2. Apa saja yang berkaitan kesehatan reproduksi lansia?
3. Baaimana perkembangan reproduksi usia lanjut?
4. Apa saja pelayanan lansia yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi?
5. Apa saja peraturan perundang-undangan yang terkait lansia?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian lansia
2. Mengetahui kesehatan reproduksi pada lansia
3. Mengetahui pelayanan lansia yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi

D. Manfaat
Agar bidan mengetahui pelayanan kesehatan reproduksi pada lansia agar dapat memberikan
pelayanan lansia yang tepat di masyarakat.

4
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian

1. Pelayanan
Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara
langsung
Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep yang digunakan dalam memberikan
layanan kesehatan kepada masyarakat.
Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo, Pelayanan Kesehatan adalah sebuah sub
sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan)
dan promotif( peningkatan kesehatan ) dengan sasaran masyarakat

2. Lanjut Usia
Masa lanjut usia merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu
suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih
menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.
Dewasa lanjut (Late adult hood) atau lebih dikenal dengan istilah lansia adalah
periode dimana seseorang telah mencapai usia diatas 45 tahun.
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses
penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu
semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini
disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu :
Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia
tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

3. Kesehatan Reproduksi
Pengertian kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental
dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek
yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.
Suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial
yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran kesehatan

5
reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat
memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah
(Depkes RI, 2000)

B. Masalah Kesehatan Gerontik

1. Masalah kehidupan sexual


Adanya anggapan bahwa semua ketertarikan seks pada lansia telah hilang
adalah mitos atau kesalahpahaman. (parke, 1990). Pada kenyataannya hubungan seksual pada
suami isri yang sudah menikah dapat berlanjut sampai bertahun-tahun. Bahkan aktivitas ini
dapat dilakukan pada saat klien sakit aau mengalami ketidakmampuan dengan cara
berimajinasi atau menyesuaikan diri dengan pasangan masing-masing. Hal ini dapat menjadi
tanda bahwa maturitas dan kemesraan antara kedua pasangan sepenuhnya normal.
Ketertarikan terhadap hubungan intim dapat terulang antara pasangan dalam membentuk
ikatan fisik dan emosional secara mendalam selama masih mampu melaksanakan.

2. Perubahan prilaku
Pada lansia sering dijumpai terjadinya perubahan perilaku diantaranya: daya ingat
menurun, pelupa, sering menarik diri, ada kecendrungan penurunan merawat diri, timbulnya
kecemasan karena dirinya sudah tidak menarik lagi, lansia sering menyebabkan sensitivitas
emosional seseorang yang akhinya menjadi sumber banyak masalah.

3. Pembatasan fisik
Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama
dibidang kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan – peranan
sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya ganggun di dalam hal mencukupi kebutuhan
hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantunan yang memerlukan bantuan orang lain.

4. Palliative care
Pemberian obat pada lansia bersifat palliative care adalah obat tersebut ditunjukan
untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh lansia. Fenomena poli fermasi dapat
menimbulkan masalah, yaitu adanya interaksi obat dan efek samping obat. Sebagai contoh
klien dengan gagal jantung dan edema mungkin diobatai dengan dioksin dan diuretika.
Diuretik berfungsi untu mengurangi volume darah dan salah satu efek sampingnya yaitu
keracunan digosin. Klien yang sama mungkin mengalami depresi sehingga diobati dengan
antidepresan. Dan efek samping inilah yang menyebaban ketidaknyaman lansia.

5. Pengunaan obat

6
Medikasi pada lansia memerlukan perhatian yang khusus dan merupakan persoalan
yang sering kali muncul dimasyarakat atau rumah sakit. Persoalan utama dan terapi obat pada
lansia adalah terjadinya perubahan fisiologi pada lansia akibat efek obat yang luas, termasuk
efek samping obat tersebut. (Watson, 1992). Dampak praktis dengan adanya perubahan usia
ini adalah bahwa obat dengan dosis yang lebih kecil cenderung diberikan untuk lansia.
Namun hal ini tetap bermasalah karena lansia sering kali menderita bermacam-macam
penyakit untuk diobati sehingga mereka membutuhkan beberapa jenis obat.
Persoalan yang dialami lansia dalam pengobatan adalah :
 Bingung
 Lemah ingatan
 Penglihatan berkurang
 Tidak bias memegang
 Kurang memahami pentingnya program tersebut unuk dipatuhi dan
dijalankan
6. Kesehatan mental
Selain mengalami kemunduran fisik lansia juga mengalami kemunduran mental.
Semakin lanjut seseorang, kesibukan soialnya akan semakin berkurang dan dapat
mengakibatkan berkurangnya intregrasi dengan lingkungannya.

C. Perkembangan Reproduksi Usia Lanjut

1.    Wanita
Perubahan Anatomik pada Sistem Genitalia
dengan berhentinya produksinya hormon estrogen, genitalia interna daneksterna berangsur-
angsur mengalami atrofi.

a. Vagina
Sejak klimakterium, vagina berangsur-angsur mengalami atropi, meskipun
pada wanita belum pernah melahirkan. Kelenjar seks mengecil dan berhenti berfungsi.
Mukosa genitalia menipis begitu pula jaringan sub mukosa tidak lagi mempertahankan
elastisitas¬nya akibat fibrosis. Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh
keberlangsungan koitus, artinya makin lama kegiatan tersebut dilakukan kurang laju
pendangkalan atau pengecilan genitalia eksterna

b.Uterus

7
Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut dan
dindingnya menipis, miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak jaringan fibrotik.
Serviks menyusut tidak menonjol, bahkan lama-lama akan merata dengan dinding
jaringan.

c. Ovarium
Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permukaannya menjadi
“keriput” sebagai akibat atrofi dari medula, bukan  akibat dari ovulasi yang berulang
sebelumnya, permukaan ovarium menjadi  rata lagi seperti anak oleh karena tidak
terdapat  folikel. Secara umum, perubahan fisik genetalia interna dan eksterna
dipengaruhi oleh fungsi ovarium. Bila ovarium berhenti berfungsi, pada umumnya
terjadi atrofi dan terjadi inaktivitas organ yang pertumbuhannya oleh hormon estrogen
dan progesteron.

d. Payudara (Glandula Mamae)


Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita yang gemuk,
dimana payudara tetap besar dan menggan¬tung. Keadaan ini disebabkan oleh karena
atrofi hanya mem¬pengaruhi kelenjar payudara saja.Kelenjar pituari anterior
mempengaruhi secara histologik maupun fungsional, begitu pula kelenjar tiroid dan
adrenal menjadi “keras” dan mengkibatkan bentuk tubuh serupa akromegali ringan.Bahu
menjadi gemuk dan garis pinggang menghilang.Kadang timbul pertumbuhan rambut
pada wajah.Rambut ketiak, pubis mengurang, oleh karena pertumbuhannya dipengaruhi
oleh kelenjar adrenal dan bukan kelenjar ovarium.Rambut kepala menjadi jarang.
Kenaikan berat badan sering terjadi pada masa klimakterik.

2. Pria
Beberapa perubahan yang terjadi pada lansia pria adalah :
a. Produksi testoteron menurun secara bertahap.
Penurunan ini mungkin juga akan menurunkan hasrat dan kesejahteraan .
Testis menjadi lebih kecil dan kurang produktif . Tubular testis akan menebal dan
berdegenerasi. Perubahan ini akan menurunkan proses spermatogenesis, dengan
penurunan jumlah sperma tetapi tidak mempengaruhi kemampuan untuk membuahi
ovum.

8
b. Kelenjar prostat biasanya membesar.
Hipertrofi prostate jinak terjadi pada 50% pria diatas usia 40 tahun dan 90%
pria diatas usia 80 tahun. Hipertrofi prostat jinak ini memerlukan terapi lebih lanjut.

c.  Respon seksual terutama fase penggairahan (desire)


Menjadi lambat dan ereksi yang sempurna mungkin juga tertunda.
Elevasi testis dan vasokongesti kantung skrotum berkurang, mengurangi intensitas
dan durasi tekanan pada otot sadar dan tak sadar serta ereksi mungkin kurang kaku
dan bergantung pada sudut dibandingkan pada usia yang lebih muda. Dan juga
dibutuhkan stimulasi alat kelamin secara langsung untuk untuk menimbulkan
respon. Pendataran fase penggairahan akan berlanjut untuk periode yang lebih lama
sebelum mencapai osrgasme dan biasanya pengeluaran pre-ejakulasi berkurang
bahkan tidak terjadi.

d.  Fase orgasme, lebih singkat dengan ejakulasi yang tanpa disadari.


Intensitas sensasi orgasme menjadi berkurang dan tekanan ejakulasi serta
jumlah cairan sperma berkurang. Kebocoran cairan ejakulasi tanpa adanya sensasi
ejakulasi yang kadang-kadang dirasakan pada lansia pria disebut sebagai ejakulasi
dini atau prematur dan merupakan akibat dari kurangnya pengontrolan yang
berhubungan dengan miotonia dan vasokongesti, serta masa refrakter memanjang
pada lansia pria. Ereksi fisik frekuensinya berkurang termasuk selama tidur.

f.   Kemampuan ereksi kembali setelah ejakulasi semakin panjang, pada umumnya


12 sampai 48 jam setelah ejakulasi. Ini berbeda pada orang muda yang hanya
membutuhkan beberapa menit saja.

g. Ereksi pagi hari (morning erection) semakin jarang terjadi.

D. Upaya Pelayanan Kesehatan Reproduksi terhadap Lansia

Upaya pelayanan kesehatan reproduksi terhadap lansia meliputi azas, pendekatan, dan
jenis pelayanan kesehatan yang diterima.

1. Azas

9
Menurut WHO (1991) adalah to Add life to the Years that Have Been Added to
life, dengan prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi (participation),
perawatan (care), pemenuhan diri (self fulfillment), dan kehormatan (dignity).

Azas yang dianut oleh Departemen Kesehatan RI adalah Add life to the Years, Add
Health to Life, and Add Years to Life, yaitu meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia,
meningkatkan kesehatan, dan memperpanjang usia.

2. Pendekatan

Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang digunakan


adalah sebagai berikut :

a)           Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefits of social development)

b)             Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of aging


persons)

c)             Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondependence)

d)             Lansia turut memilih kebijakan (choice)

e)             Memberikan perawatan di rumah (home care)

f)               Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessibility)

g)             Mendorong ikatan akrab antar kelompok/ antar generasi (engaging the
aging)

h)             Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia (mobility)

i)               Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya (productivity)

j)              Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self help care
and family care)

3.  Jenis
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan,
yaitu promotif, prevention, diagnosa dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan, serta
pemulihan.
a)   Promotif
Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk
meningkatkan dukungan klien, tenaga profesional dan masyarakat terhadap praktek
kesehatan yang positif menjadi norma-norma sosial.

10
Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia sebagai berikut :
1)          Mengurangi cedera
2)          Meningkatkan keamanan di tempat kerja
3)          Meningkatkan perlindungan  dari kualitas udara yang buruk
4)          Meningkatkan keamanan, penanganan makanan dan obat-obatan
5)          Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut

b) Preventif
Pencegahan primer, meliputi :
1)          program imunisasi
2)          konseling
3)          dukungan nutrisi
4)          exercise
5)          keamanan di dalam dan sekitar rumah
6)          manajemen stres
7)          menggunakan medikasi yang tepat
Pencegahan sekuder, meliputi:
Pemeriksaan terhadap penderita tanpa gejala. Jenis pelayanan pencegahan sekunder :
1)        kontrol hipertensi
2)        deteksi dan pengobatan kanker
3)        skrining : pemeriksaan rektal, mamogram, papsmear, gigi, mulut.
Pencegahan tersier dilakukan sesudah gejala penyakit dan cacat
Jenis pelayanan mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilisasi rehabilitasi,
medukung usaha untuk mempertahankan kemampuan anggota badan yang masih
bnerfungsi

c) Rehabilitatif, prinsip rehabilitative meliputi :


1)        Pertahankan lingkungan aman
2)        Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktifitas dan mobilitas
3)        Pertahankan kecukupan gizi
4)        Pertahankan fungsi pernafasan
5)        Pertahankan aliran darah
6)        Pertahankan kulit
7)        Pertahankan fungsi pencernaan

11
8)        Pertahankan fungsi saluran perkemihaan
9)        Meningkatkan fungsi psikososial
10)    Pertahankan komunikasi
11)    Mendorong pelaksanaan tugas

E. Hukum dan Perundang-undangan yang Terkait dengan Lansia

1. UU No. 4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan bagi Orang Jomp.


2. UU No.14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga
Kerja
3. UU No.6 tahun 1974 tentang Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial
4. UU No.3 tahun 1982 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
5. UU No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
6. UU No. 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
7. UU No.4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman
8. UU No.10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera
9. UU No.11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun
10. UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan
11. PP No.21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan
Keluarga Sejahtera
12. PP No.27 tahun 1994 tentang Pengelolaan Perkembangan
Kependudukan.
13. UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia (tambahan
lembaran negara Nomor 3796) sebagai pengganti UU No.4 tahun 1965
tentang Pemberian Bantuan bagi Orang Jompo.
14. UU No. 13 tahun 1998 ini berisikan antara lain :
Hak, kewajiban, tugas, serta tanggung jawab pemerintah, masyarakat,
dan kelembagaan.

12
BAB III PENUTUP

A.       Kesimpulan

Masa usia lanjut merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu
periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih
menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.
B.       Saran

Seorang bidan harus mengetahui pelayanan kesehatan reproduksi pada lansia agar dapat
memberikan pelayanan lansia yang tepat di masyarakat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hadi-Martono . Kegiatan Seksual Pada Lanjut Usia. Naskah simposium sek rotary Club
Purwokerto, 1996.

Maryam, R siti. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. 2008. Jakatra: Salemba medika

Yulifah, Rita. 2014. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika


1. Situart dan Sundart. Keperawatan Medikal Bedah 1.2001. Jakarta: EGC
2. Mubarak Wahid iqbal,dkk. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. 2006. Jakarta:
Sagung Seto

14

Anda mungkin juga menyukai