Kelompok 5 :
Dewi Kristi
Frezy Mellisa
Juwita Lestari
Taskif Irshahuddini
Yudia Murdayani
Dalam kesempatan ini kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu
memberi bimbingan, ilmu, dorongan, serta saran-saran kepada penyusun.
Kami selaku penyusun menyadari sepenuhnya bahwa isi maupun penyajian makalah
ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 5
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................4
C. Tujuan............................................................................................................................................4
D. Manfaat.........................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................5
A. Pengertian.............................................................................................................................5
A. Kesimpulan.........................................................................................................................13
B. Saran..................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................14
3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat
perkembangan yang cukup baik, maka makin tinggi pula harapan hidup penduduknya.
Diperkirakan harapan hidup orang Indonesia dapat mencapai 70 tahun pada tahun 2000.
Kesejahteraan penduduk usia lanjut karena kondisi fisik dan/atau mentalnya tidak
memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka lansia perlu mendapat
perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat (GBHN, 1993).
Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah diantaranya pelayanan
kesehatan, sosial, ketenagakerjaan dan lainnya telah dikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu
tingkat individu lansia, kelompok lansia, keluarga, Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW),
Sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar (primer), tingkat pertama (sekunder), tingkat
lanjutan, (tersier) untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada lansia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan lansia?
2. Apa saja yang berkaitan kesehatan reproduksi lansia?
3. Baaimana perkembangan reproduksi usia lanjut?
4. Apa saja pelayanan lansia yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi?
5. Apa saja peraturan perundang-undangan yang terkait lansia?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian lansia
2. Mengetahui kesehatan reproduksi pada lansia
3. Mengetahui pelayanan lansia yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi
D. Manfaat
Agar bidan mengetahui pelayanan kesehatan reproduksi pada lansia agar dapat memberikan
pelayanan lansia yang tepat di masyarakat.
4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Pelayanan
Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara
langsung
Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep yang digunakan dalam memberikan
layanan kesehatan kepada masyarakat.
Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo, Pelayanan Kesehatan adalah sebuah sub
sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan)
dan promotif( peningkatan kesehatan ) dengan sasaran masyarakat
2. Lanjut Usia
Masa lanjut usia merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu
suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih
menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.
Dewasa lanjut (Late adult hood) atau lebih dikenal dengan istilah lansia adalah
periode dimana seseorang telah mencapai usia diatas 45 tahun.
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses
penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu
semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini
disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu :
Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia
tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
3. Kesehatan Reproduksi
Pengertian kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental
dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek
yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.
Suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial
yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran kesehatan
5
reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat
memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah
(Depkes RI, 2000)
2. Perubahan prilaku
Pada lansia sering dijumpai terjadinya perubahan perilaku diantaranya: daya ingat
menurun, pelupa, sering menarik diri, ada kecendrungan penurunan merawat diri, timbulnya
kecemasan karena dirinya sudah tidak menarik lagi, lansia sering menyebabkan sensitivitas
emosional seseorang yang akhinya menjadi sumber banyak masalah.
3. Pembatasan fisik
Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama
dibidang kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan – peranan
sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya ganggun di dalam hal mencukupi kebutuhan
hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantunan yang memerlukan bantuan orang lain.
4. Palliative care
Pemberian obat pada lansia bersifat palliative care adalah obat tersebut ditunjukan
untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh lansia. Fenomena poli fermasi dapat
menimbulkan masalah, yaitu adanya interaksi obat dan efek samping obat. Sebagai contoh
klien dengan gagal jantung dan edema mungkin diobatai dengan dioksin dan diuretika.
Diuretik berfungsi untu mengurangi volume darah dan salah satu efek sampingnya yaitu
keracunan digosin. Klien yang sama mungkin mengalami depresi sehingga diobati dengan
antidepresan. Dan efek samping inilah yang menyebaban ketidaknyaman lansia.
5. Pengunaan obat
6
Medikasi pada lansia memerlukan perhatian yang khusus dan merupakan persoalan
yang sering kali muncul dimasyarakat atau rumah sakit. Persoalan utama dan terapi obat pada
lansia adalah terjadinya perubahan fisiologi pada lansia akibat efek obat yang luas, termasuk
efek samping obat tersebut. (Watson, 1992). Dampak praktis dengan adanya perubahan usia
ini adalah bahwa obat dengan dosis yang lebih kecil cenderung diberikan untuk lansia.
Namun hal ini tetap bermasalah karena lansia sering kali menderita bermacam-macam
penyakit untuk diobati sehingga mereka membutuhkan beberapa jenis obat.
Persoalan yang dialami lansia dalam pengobatan adalah :
Bingung
Lemah ingatan
Penglihatan berkurang
Tidak bias memegang
Kurang memahami pentingnya program tersebut unuk dipatuhi dan
dijalankan
6. Kesehatan mental
Selain mengalami kemunduran fisik lansia juga mengalami kemunduran mental.
Semakin lanjut seseorang, kesibukan soialnya akan semakin berkurang dan dapat
mengakibatkan berkurangnya intregrasi dengan lingkungannya.
1. Wanita
Perubahan Anatomik pada Sistem Genitalia
dengan berhentinya produksinya hormon estrogen, genitalia interna daneksterna berangsur-
angsur mengalami atrofi.
a. Vagina
Sejak klimakterium, vagina berangsur-angsur mengalami atropi, meskipun
pada wanita belum pernah melahirkan. Kelenjar seks mengecil dan berhenti berfungsi.
Mukosa genitalia menipis begitu pula jaringan sub mukosa tidak lagi mempertahankan
elastisitas¬nya akibat fibrosis. Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh
keberlangsungan koitus, artinya makin lama kegiatan tersebut dilakukan kurang laju
pendangkalan atau pengecilan genitalia eksterna
b.Uterus
7
Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut dan
dindingnya menipis, miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak jaringan fibrotik.
Serviks menyusut tidak menonjol, bahkan lama-lama akan merata dengan dinding
jaringan.
c. Ovarium
Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permukaannya menjadi
“keriput” sebagai akibat atrofi dari medula, bukan akibat dari ovulasi yang berulang
sebelumnya, permukaan ovarium menjadi rata lagi seperti anak oleh karena tidak
terdapat folikel. Secara umum, perubahan fisik genetalia interna dan eksterna
dipengaruhi oleh fungsi ovarium. Bila ovarium berhenti berfungsi, pada umumnya
terjadi atrofi dan terjadi inaktivitas organ yang pertumbuhannya oleh hormon estrogen
dan progesteron.
2. Pria
Beberapa perubahan yang terjadi pada lansia pria adalah :
a. Produksi testoteron menurun secara bertahap.
Penurunan ini mungkin juga akan menurunkan hasrat dan kesejahteraan .
Testis menjadi lebih kecil dan kurang produktif . Tubular testis akan menebal dan
berdegenerasi. Perubahan ini akan menurunkan proses spermatogenesis, dengan
penurunan jumlah sperma tetapi tidak mempengaruhi kemampuan untuk membuahi
ovum.
8
b. Kelenjar prostat biasanya membesar.
Hipertrofi prostate jinak terjadi pada 50% pria diatas usia 40 tahun dan 90%
pria diatas usia 80 tahun. Hipertrofi prostat jinak ini memerlukan terapi lebih lanjut.
Upaya pelayanan kesehatan reproduksi terhadap lansia meliputi azas, pendekatan, dan
jenis pelayanan kesehatan yang diterima.
1. Azas
9
Menurut WHO (1991) adalah to Add life to the Years that Have Been Added to
life, dengan prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi (participation),
perawatan (care), pemenuhan diri (self fulfillment), dan kehormatan (dignity).
Azas yang dianut oleh Departemen Kesehatan RI adalah Add life to the Years, Add
Health to Life, and Add Years to Life, yaitu meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia,
meningkatkan kesehatan, dan memperpanjang usia.
2. Pendekatan
g) Mendorong ikatan akrab antar kelompok/ antar generasi (engaging the
aging)
h) Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia (mobility)
i) Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya (productivity)
j) Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self help care
and family care)
3. Jenis
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan,
yaitu promotif, prevention, diagnosa dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan, serta
pemulihan.
a) Promotif
Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk
meningkatkan dukungan klien, tenaga profesional dan masyarakat terhadap praktek
kesehatan yang positif menjadi norma-norma sosial.
10
Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia sebagai berikut :
1) Mengurangi cedera
2) Meningkatkan keamanan di tempat kerja
3) Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk
4) Meningkatkan keamanan, penanganan makanan dan obat-obatan
5) Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut
b) Preventif
Pencegahan primer, meliputi :
1) program imunisasi
2) konseling
3) dukungan nutrisi
4) exercise
5) keamanan di dalam dan sekitar rumah
6) manajemen stres
7) menggunakan medikasi yang tepat
Pencegahan sekuder, meliputi:
Pemeriksaan terhadap penderita tanpa gejala. Jenis pelayanan pencegahan sekunder :
1) kontrol hipertensi
2) deteksi dan pengobatan kanker
3) skrining : pemeriksaan rektal, mamogram, papsmear, gigi, mulut.
Pencegahan tersier dilakukan sesudah gejala penyakit dan cacat
Jenis pelayanan mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilisasi rehabilitasi,
medukung usaha untuk mempertahankan kemampuan anggota badan yang masih
bnerfungsi
11
8) Pertahankan fungsi saluran perkemihaan
9) Meningkatkan fungsi psikososial
10) Pertahankan komunikasi
11) Mendorong pelaksanaan tugas
12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa usia lanjut merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu
periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih
menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.
B. Saran
Seorang bidan harus mengetahui pelayanan kesehatan reproduksi pada lansia agar dapat
memberikan pelayanan lansia yang tepat di masyarakat.
13
DAFTAR PUSTAKA
Hadi-Martono . Kegiatan Seksual Pada Lanjut Usia. Naskah simposium sek rotary Club
Purwokerto, 1996.
Maryam, R siti. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. 2008. Jakatra: Salemba medika
14