Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN INDIVIDU

PRAKTIK KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA


TENTANG DISMONOREA
TAHUN 2022

DOSEN PEMBIMBING: EPTI YORITA, SST, MPH

DISUSUN OLEH
NAMA : JUWITA LESTARI
NIM : P05140120068
KELAS : 3B

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PRODI DIII KEBIDANAN
TAHUN 2021/2022
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
DENGAN DISMENOREA PADA REMAJA SMPN 14 KOTA BENGKULU
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
PROGRAM DIPLOMA TIGA BENGKULU

YANG DIPERSIAPKAN DAN DIPERSEMBAHKAN OLEH:

NAMA : JUWITA LESTARI


TK/SEMESTER : III-B/V
NIM : P05140120068
PRODI : D III KEBIDANAN

Telah diperiksa dan disetujui

Pada tanggal September 2022

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Epti Yorita, SST, MPH Apriza Laillah, S.Pd


NIP. 197401091992032001 NIP.

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU


PRODI D III KEBIDANAN BENGKULU
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan “LAPORAN KEGIATAN
INDIVIDU KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN
DISMENOREA PADA REMAJA SMPN 14 KOTA BENGKULU” sebagai salah satu tugas
mata kuliah pada semester V Program Studi Kebidanan Program Diploma Tiga.

Penyelesaian laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung oleh karena itu, kami menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ibu Yuniarti, SST, M. Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Bengkulu

2. Ibu Ratna Dewi, SKM., MPH selaku Ketua Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Bengkulu

3. Ibu Apriza Laillah S.Pd selaku pembimbing lahan Praktik Konseling Kespro Pada
Remaja

4. Ibu Epti Yorita. SST, MPH. selaku pembimbing akademik pada Praktik Konseling
Kespro Pada Remaja

saya berharap semoga laporan ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun sangat diharapkan
untuk pembuatan laporan ini.

Bengkulu, september 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................6
1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................................6
1.2 TUJUAN..........................................................................................................................6
1.3 MANFAAT......................................................................................................................6
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................................7
2.1 KONSEP DASAR DISMENOREA..............................................................................7
a. Pengertian....................................................................................................................7
b. Tanda dan Gejala.........................................................................................................7
c. Penyebab/factor resiko................................................................................................8
d. Komplikasi................................................................................................................10
e. Pencegahan................................................................................................................10
f. Penatalaksanaan.........................................................................................................11

2.2 KONSEP DASAR TEORI KONSELING..................................................................12


a. Pengertian..................................................................................................................12
b. Tujuan........................................................................................................................12
c. Langkah-langkah Konseling......................................................................................12
d. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Konseling...............................................13

2.2 KONSEP DASAR LEAFLEAT..................................................................................15


a. Pengertian..................................................................................................................15
b. Kategori.....................................................................................................................15
c. Keuntungan................................................................................................................16
d. Kekurangan................................................................................................................16
e. Penyusunan Leafleat..................................................................................................16

BAB III HASIL KEGIATAN................................................................................................17


BAB IV PENUTUP................................................................................................................21
4.1 KESIMPULAN.............................................................................................................21
4.2 SARAN..........................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................22
LAMPIRAN............................................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Menurut BKKBN (2013) remaja mengalami pertumbuhan dan perkembangan pesat
pada aspek fisik, psikologis dan juga intelektual. Beberapa permasalahan pada remaja,
salah satunya adalah permasalahan mengenai kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi
merupakan keadaan sehat fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak hanya bebas dari
penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi.
Salah satu proses dalam system reproduksi adalah menstruasi.

Ganguan haid dan siklusnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam
kelainan banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid (hipermenorea, menoragia
dan hipomenorea), kelainan siklus (polimenorea, oligomenorea, anemone), perdarahan di
luar haid metroragia, gangguan lain yang ada hubungan dengan haid (Proverawati dan
Siti, 2009).

Dismenore merupakan salah satu masalah yang tidak dapat dicegah, yang dialami
oleh wanita pada saat menstruasi. Dismenorea adalah nyeri saat haid, biasanya dengan
rasa kram dan terpusat di abdomen bawah (Prawirohardjo, 2011). Remaja putri yang
mengalami gangguan nyeri menstruasi sangat mengganggu dalam proses belajar
mengajar. Hal ini menyebabkan remaja putri sulit berkonsentrasi karena
ketidaknyamanan yang dirasakan ketika nyeri haid. Oleh karena itu pada usia remaja
dismenore harus ditangani agar tidak terjadi dampak yang lebih buruk (Nirwana, 2011).

1.2 TUJUAN
1. Memberikan pengetahuan tentang pengertian dismenorea kepada siswi di SMPN 14
Kota Bengkulu
2. Memberikan pengetahuan mengenai tanda dan gejala dan penyebab dismenorea
3. Memberikan pengetahuan tentang komplikasi dan pencegahan dismenorea
4. Memberikan pengetahuan tentang cara mengobati atau penatalaksanaan dismenorea

1.3 MANFAAT
1. Siswi dapat mengetahui apa itu dismenorea
2. Klien dapat mengetahui tanda dan gejala dismenorea
3. Klien/siswi dapat mengetahui apa penyebab dismenorea
4. Klien dapat mengetahui tentang komplikasi, pencegahan dan pengobatan dismenorea
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP DASAR DISMENOREA


a. Pengertian
Dismenore adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu haid atau menstruasi
yang dapat mengganggu aktivitas dan memerlukan pengobatan yang ditandai dengan
nyeri atau rasa sakit di daerah perut atau panggul (Judha, dkk 2012). Keluhan
dismenore dapat terjadi bervariasi mulai dari yang ringan sampai berat. Keparahan
nyeri haid berhubungan langsung dengan lama dan jumlah darah haid. Seperti
diketahui haid
hampir selalu diikuti dengan rasa mulas/nyeri (Prawirohardjo, 2011).
Beberapa definisi dismenore dikutip dalam Hermawan (2012) : Dismenore
adalah sakit saat menstruasi sampai dapat mengganggu aktivitas sehari – hari
(Manuaba, 2001). Dismenore adalah nyeri di perut bagian bawah ataupun di pungung
bagian bawah akibat dari gerakan rahim yang meremas – remas (kontraksi) dalam
usaha untuk mengeluarkan lapisan dinding rahim yang terlepas (Faizah, 2000).
Dismenore adalah nyeri saat haid yang terasa di perut bagian bawah dan muncul
sebelum, selama atau setelah menstruasi. Nyeri dapat bersifat kolik atau terus
menerus. Dismenore timbul akibat kontraksi disritmik lapisan miometrium yang
menampilkan satu atau lebih gejala mulai dari nyeri ringan hingga berat pada perut
bagian bawah, daerah pantat dan sisi medial paha (Badziad, 2003).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dismenore adalah
suatu ketidaknyamanan saat menstruasi berupa nyeri atau kram di abdomen bagian
bawah pada hari pertama atau kedua menstruasi.

b. Tanda dan Gejala


Tanda Dan Gejala Dismenorea menurut Anurogo (2011) antara lain:

1) Nyeri perut pada bagian bawah


2) Nyeri pada punggung
3) Lemas dan pucat
4) Mual muntah
5) Sakit kepala kadang vertigo
6) Mudah marah
7) Pingsan
8) Diare
9) Sering berkemih
10) Kesulitan tidur
11) Perasaan cemas dan gelisah

c. Penyebab/factor resiko
Menurut Manuaba (2001) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
dismenore antara lain:

1) Factor kejiwaan
Dismenore primer banyak dialami oleh remaja yang sedang mengalami tahap
pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun psikis. Ketidaksiapan remaja
putri dalam menghadapi perkembangan dan pertumbuhan pada dirinya tersebut,
mengakibatkan gangguan psikis yang akhirnya menyebabkan gangguan fisiknya,
misalnya gangguan haid seperti dismenore.
2) Faktor Konstitusi
Faktor konstitusi berhubungan dengan faktor kejiwaan sebagai penyebab
timbulnya dismenore primer yang dapat menurunkan ketahanan seseorang
terhadap nyeri. Faktor ini antara lain:
a) Anemia
Sebagian besar penyebab anemia adalah kekurangan zat besi yang diperlukan
untuk pembentukan hemoglobin, sehingga disebut anemia kekurangan zat
besi. Kekurangan zat besi ini dapat menimbulkan gangguan atau hambatan
pada pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel otak.
b) Penyakit Menahun
Penyakit menahun yang diderita seorang perempuan akan menyebabkan tubuh
kehilangan terhadap suatu penyakit atau terhadap rasa nyeri. Penyakit yang
termasuk penyakit menahun dalam hal ini adalah asma dan migrain.
3) Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis
Teori tertua menyatakan bahwa dismenore primer disebabkan oleh stenosis
kanalis servikalis. Pada perempuan dengan uterus dalam hiperantifleksi mungkin
dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap
sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dismenore. Banyak perempuan
yang menderita dismenore tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam
hiperantifleksi. Sebaliknya terdapat perempuan tanpa keluhan dismenore,
walaupun ada stenosis servikalis dan uterus terlatak dalam hiperantifleksi atau
hiperretofleksi.
4) Faktor Alergi
Teori ini dikemukakan setelah adanya asosiasi antara dismenore primer dengan
urtikaria, migren atau asma bronkial. Smith menduga bahwa sebab alergi ialah
toksin haid. Menurut Bare & Smeltzer (2002 dikutif dalam Hermawan 2012),
faktor resiko terjadinya dismenore primer adalah:
a) Menarche pada usia lebih awal
Menarche pada usia lebih awal menyebabkan alat-alat reproduksi belum
berfungsi secara optimal dan belum siap mengalami perubahanperubahan
sehingga timbul nyeri ketika menstruasi.
b) Belum pernah hamil dan melahirkan
Perempuan yang hamil biasanya terjadi alergi yang berhubungan dengan saraf
yang menyebabkan adrenalin mengalami penurunan, serta menyebabkan leher
rahim melebar sehingga sensasi nyeri haid berkurang bahkan hilang.
c) Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari) Lama menstruasi lebih dari normal
(7 hari), menstruasi menimbulkan adanya kontraksi uterus, terjadi lebih lama
mengakibatkan uterus lebih sering berkontraksi, dan semakin banyak
prostaglandin yang dikeluarkan. Produksi prostaglandin yang berlebihan
menimbulkan rasa nyeri, sedangkan kontraksi uterus yang turus menerus
menyebabkan suplai darah ke uterus terhenti dan terjadi dismenore.
d) Umur
Perempuan semakin tua, lebih sering mengalami menstruasi maka leher rahim
bertambah lebar, sehingga pada usia tua kejadian dismenore jarang ditemukan.
Sedangkan menurut Medicastore (2004), wanita yang mempunyai resiko
menderita dismenore primer adalah:
1) Konsumsi Alkohol
Alkohol merupakan racun bagi tubuh. Hati bertanggungjawab terhadap
penghancur estrogen untuk disekresi tubuh. Adanya alkohol dalam tubuh
secara terus menerus dapat mengganggu fungsi hati sehingga estrogen
tidak dapat disekresi tubuh sehingga estrogen yang menumpuk dalam
tubuh dapat merusak pelvis.
2) Perokok
Merokok dapat meningkatkan lamanya mensruasi dan meningkatkan
lamanya dismenore.
3) Tidak pernah berolah raga
Kejadian dismenore akan meningkat dengan kurangnya aktifitas selam
menstruasi dan kurangnya olah raga, hal ini dapat menyebabkan sirkulasi
darah dan oksigen menurun. Dampak pada uterus adalah aliran darah dan
sirkulasi oksigen pun berkurang dan menyebabkan nyeri.
4) Stres
Stres menimbulkan penekanan sensasi saraf-saraf pinggul dan otot-otot
punggung bawah sehingga menyebabkan dismenore.

d. Komplikasi
Komplikasi dismenorea yang mungkin terjadi pada penderita nyeri mentruasi menurut
Anurogo (2011) antara lain :

1) Jika diagnosis dismenorea diabaikan maka akan menimbulkan gangguan yang


dapat memicu kenaikan angka kematian termasuk kemandulan
2) Isolasi sosial (merasa terasing atau dikucilkan atau juga bisa menyebabkan
depresi, gangguan fungsi seksual, penurunan kualitas hidup akibat tidak bisa
menjalankan aktivitas seperti biasanya.

e. Pencegahan
Langkah pencegahan ini adalah hal-hal yang dapat dilakukan sendiri oleh penderita
nyeri haid tanpa meminum obat-obatan, yaitu:
1. Menghindari stress dan mengurangi hal-hal yang menghindari menimbulkan
kecemasan.
2. Memakan makanan yang bergizi seimbang.
3. Saat menjelang haid, sebisa mungkin menghindari makananyang cenderung
pedas dan asam.
4. Istirahat yang cukup agar tidak terlalu lelah dan menguras energi secara
berlebihan.
5. Tidur yang cukup 6-8 jam per hari. 6) Rajin minum susu berkalsium tinggi atau
makanan yang mengandung tinggi kalsium.
6. Melakukan olahraga secara teratur setidaknya 30 menit sehari, tidak harus
olahraga berat, bisa dengan jalan santai, jogging. senam ringan maupun bersepeda,
untuk melancarkan aliran darah di sekitar rahim sehingga dapat meredakan nyeri
saat haid.
7. Melakukan peregangan nyeri haid setidaknya 5-7 hari
8. Menghindari konsumsi alcohol, rokok, kopi, dan cokelat karena dapat memicu
bertambahnya kadar estrogen.
9. Mendengarkan musik, menonton film juga dapat membantu mengurangi nyeri.
10. Melakukan pijatan yang ringan dan melingkar dengan menggunakan jari telunjuk
pada perut bagian bawah dengan aroma terapi.

f. Penatalaksanaan
1) Terapi Farmakologi
Penanganan dismenorea yang dialami individu dapat melalui intervensi
farmakologi. Penanganan secara farmakologi meliputi beberapa upaya. Upaya
farmakologi pertama yang dapat dilakukan dalah dengan memberikan obat
analgetik yang berfungsi sebagai penghilang rasa sakit. Obat-obatan paten yang
beredar dipasaran antara lain ibuprofen, novlagin, ponstan dan sebagainya. Upaya
farmakologi kedua yaitu terapi hormonal. Tujuan terapi hormonal adalah
menekan ovulasi yang bersifat sementara untuk membuktikan bahwa gangguan
yang terjadi benar-benar dismenorea primer. Tujuan ini dapat dicapai dengan
memberikan salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi (Anurogo, 2011).
2) Terapi Non Farmakologi
a) Mengkonsumsi minuman herbal
Minuman herbal tergolong pengobatan yang paling diminati
masyarakat. Disamping biaya yang murah, minuman herbal bisa
dilakukan dengan mudah. Pengobatan herbal yang bisa dilakukan dengan
mengkonsumsi minuman dari tumbuh- 31 tumbuhan seperti kayu manis
(mengandung asam sinemik untuk meredakan nyeri) kunyit, ketumbar,
jahe, kunyit (Anurogo, 2011).
b) Relaksasi
Relaksasi merupakan cara yang banyak dipilih untuk digunakan.
Relaksasi cukup mudah untuk dilakukan kapan saja dan dimana saja.
Relaksasi merupakan teknik pelepasan ketegangan. Teknik relaksasi yang
sederhana terdiri atas nafas dalam, meditasi, yoga, serta mendengarkan
musik (Anurogo, 2011).
c) Penjelasan dan Nasehat
Penjelasan dan nasehat merupakan upaya untuk menambah wawasan
kepada penderita dismenorea. Pemberian eduksi mengenai dismenorea
meliputi apa saja yang bisa menyebabkan bertambahnya nyeri, teknik apa
saja yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri. Selain itu juga dapat
dilakukan dengan cara berdiskusi mengenai pola makan yang benar dan
makanan yang sehat serta istirahat yang cukup dan juga olahrga
(Anurogo, 2011).

2.2 KONSEP DASAR TEORI KONSELING


a. Pengertian
Konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan
secara sistematik dengan paduan ketrampilan komunikasi interpersonal, teknik
bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu
seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan
menentukan jalan keluar/upaya untuk mengatasi masalah tersebut (McLeod, 2006).

b. Tujuan
Ada beberapa tujuan konseling diantaranya adalah:

1. Membantu seorang individu mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan


tahap perkembangan, tuntutan positif lingkungannya dan predisposisi yang
dimilikinya seperti kemampuan dasar dan bakatnya, dalam berbagai latar belakang
yang ada seperti keluarga, pendidikan, atau status ekonomi.
2. Membuat seseorang mengenali dirinya sendiri dengan memberi informasi kepada
individu tentang dirinya, potensinya, kemungkinan-kemungkinan yang memadai
bagi potensinya dan bagaimana memanfaatkan pengetahuan sebaik-baiknya.
3. Memberi kebebasan kepada individu untuk membuat keputusan sendiri serta
memilih jalurnya sendiri yang dapat megarahkannya.
4. Dalam menjalani hidup menjadikan individu lebih efektif, efisien dan sistematis
dalam memilih alternatif pemecahan masalah.
5. Konseling membantu individu untuk mengahapus / menghilangkan tingkah laku
maladaptif (masalah) menjadi tingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif yang
diinginkan klien

c. Langkah-langkah Konseling
Adapun Langkah konseling, yang dikenal dengan istilah SATU TUJU:

SA: Sapa dan salam kepada pasien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian
sepenuhnya kepada mereka dan berbicara ditempat yang nyaman serta terjamin
privasinya.
T:   Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya.
U:  Uraikan kepada klien mengenai pilihan yang di ambilnya
TU: Bantulah klien untuk menentukan pilihan yang sesaui dengan permasalahan
yang dihadapi
J: Jelaskan secara lengkap dan runtun mengenai pilihan yang akan di ambil klien
U: Perlunya dilakukannya kunjungan ulang.

d. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Konseling


1. Factor pendukung
Mochammad Nursalim dan Suradi mengatakan kelancaran konseling ditunjang
oleh beberapa unsur tertentu yang dibedakan antara kondisi eksternal dan kondisi
internal, yaitu:
a) Kondisi-kondisi eksternal
1) Penataan
- Penataan fisik
Ruangan atau kantor konselor hendaknya diusahakan mengenakkan
dan menarik. Bila ruang atau kantor konseling bisa mengesankan dan
mendatangkan rasa indah, ekspresi dan pengungkapan isi hati
diharapkan akan menjadi lancar. Penataan fasilitas konseling secara
umum tergantung pada: warna, dekorasi, sinar, pengaturan
perlengkapan dan perabot serta jauh dari kebisingan.
- Proxcemics
Pengaturan konselor terhadap lingkungan terutama posisi duduk antara
konselor dan klien.
- Privacy
Suatu hal yangn penting dan berkaitan dengan pengaturan fisik adalah
keleluasaan pribadi. Perasaan percaya konselor harus dilindungi,
perasaan aman yang berhubungan keleluasaan pribadi tidak dapat
diabaikan. Individu menginginkan dan mempunyai hak yang bersifat
pribadi.
2) Ciri-ciri khas klien
Ciri-ciri khas klien antara lain: pengalaman klien, latar belakang
kebudayaannya, ekspetasinya terhadap konselor, kondisi ekonomi,
lingkungan dimana klien tinggal dan ciri-ciri khas lembaga dimana proses
konseling itu berlangsung
3) Sikap-sikap konselor
Sikap dan cara-cara pendekatan konselor terhadap klien, antara lain:
- Belief, yaitu perasaan tentang sesuatu yang dianggap nyata dan benar.
- Penerimaan, penerimaan dan pemahaman sangat penting dalam
menunjang setiap hubungan antar manusia. Penerimaan berkaitan
dengan rasa hormat terhadap individu sebaga pribadi yang memiliki
nilai dan harga diri.
- Pemahaman, yaitu kemampuan untuk menerima hubungan dengan
orang lain, arti, isi, dan tingkah laku orang lain.
b) Kondisi-kondisi internal
Empat kondisi internal yang mempengaruhi konseling yaitu:
1) Rapport, yaitu hubungan yang menyenangkan antara konselor dan klien.
Rapport adalah mutu suatu saling pengertian, suatu penghargaan dan suatu
peningkatan minat yang harus dikomunikasikan sejak awal sampai akhir
kontak antara konselor dan klien.
2) Empathy, yaitu kekuatan untuk mengerti perasaan-perasaan orang lain
tanpa merasakan sepenuhnnya apa yang dirasakan oleh orang lain itu.
3) Genuiness, yaitu konselor sedang menjad dirinya sendiri, tidak menyataka
ingkar terhadap kenyataan dirinya.
4) Attentiveness (penuh perhatian), perhatian membutuhkan ketrampilan
mengamati dan mendengarkan. Dengan hal tersebut konselor dapat
mengetahui dan mengerti inti, isi dan apa yang dirasakan oleh klien.
2. Factor penghambat
a) Faktor individual. Keterikatan budaya merupakan faktor individual yang
dibawa seseorang dalam melakukan interaksi. Orientasi ini merupakan
gabungan dari :
1) Faktor fisik atau kepekaan panca indera, usia dan seks
2) Sudut pandang terhadap nilai-nilai
3) Faktor sosial pada sejarah keluarga dan relasi, jaringan sosial, peran dalam
masyarakat, status sosial
4) Bahasa
b) Faktor yang berkaitan dengan interaksi:
1) Tujuan dan harapan terhadap komunikasi
2) Sikap terhadap interaksi
3) Pembawaan diri terhadap orang lain
4) Sejarah hubungan
c) Factor situasional
d) Kompetensi dalam melakukan percakapan. Komunikasi dikatakan efektif bila
ada sikap perilaku kompeten dari kedua belah pihak. Keadaan yang dapat
menyebabkan putusnya komunikasi adalah:
1) Kegagalan informasi penting
2) Perpindahan topik bicara
3) Tidak lancar
4) Salah pengertian

2.2 KONSEP DASAR LEAFLEAT


a. Pengertian
Leaflet adalah bentuk penyampain informasi atau pesan kesehatan melalui
lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat berupa kalimat, gambar atau kombinasi
(Maryam, 2014). Leaflet merupakan lembaran kertas berukuran kecil mengandung
pesan tercetak untuk disebarkan kepada umum sebagai informasi mengenai suatu hal
atau peristiwa. Leaflet merupakan jenis pamflet atau brosur yang paling popular.
Biasanya terdiri dari satu lembar saja dengan cetakan dua muka.

Namun yang khas dari leaflet adalah adanya lipatan yang membentuk
beberapa bagian leaflet seolah-olah merupakan panel atau halaman tersendiri. Leaflet
adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit.
Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi dengan
ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dipahami.
Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat menggiring siswa
untuk menguasai satu atau lebih (Murni, 2010:).

b. Kategori
Kategori yang dimiliki oleh leaflet ada 3 yaitu :
1. Leaflet Persuasif
Leaflet persuasif ini digunakan untuk bertujuan dapat mengubah atau
memengaruhi kepercayaan, sikap dan perilaku seseorang sehingga bertindak
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pembuat leaflet.
2. Leaflet informatife
Leaflet informatif ini digunakan untuk memberi informasi atau menerangkan
suatu materi yang ingin disampaikan.
3. Leaflet Direktif
Leaflet direktif ini bertujuan untuk mengarahkan dan mengendalikan tindakan
seseorang.

c. Keuntungan
Keuntungan leaflet adalah tahan lama, mencakup orang banyak, biaya tidak tinggi,
tidak perlu listrik, dapat dibawa kemana-mana, dapat mengungkit rasa keindahan,
mempermudah pemahaman dan meningkatkan gairah belajar (Notoatmodjo, 2012).

d. Kekurangan
Menurut (Notoatmodjo, 2012) kelemahan leaflet adalah media ini tidak dapat
menstimulir efek suara dan efek gerak serta mudah terlipat. Syarat pembuatan leaflet
menurut (Agustiansyah, 2009) antara lain menggunakan bahasan sederhana dan
mudah dimengerti oleh pembacanya, judul yang digunakan harus menarik untuk
dibaca, tidak banyak tulisan, sebaiknya dikombinasikan antara tulisan dan gambar,
materi harus sesuai dengan target sasaran yang dituju.

e. Penyusunan Leafleat
1. Substansi materi memiliki relevansi dengan kompetensi dasar atau materi pokok
yang harus dikuasai oleh responden.
2. Materi memberikan informasi secara jelas dan lengkap tentang hal-hal yang
penting sebagai informasi.
3. Padat pengetahuan.
4. Kebenaran materi dapat dipertanggungjawabkan
5. Kalimat yang disajikan singkat, jelas.
6. Menarik responden untuk membacanya baik penampilan maupun isi materinya.
7. Dapat diambil dari berbagai museum, obyek wisata, instansi pemerintah, swasta,
atau hasil download dari internet
BAB III
HASIL KEGIATAN

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)


Hari/ Tanggal : Senin, 18 September 2022

Waktu : Pukul 13.00 WIB

Pokok Bahasan : Dismenorea

Sub Pokok Bahasan : Menjelaskan mengenai Dismenorea, tanda dan gejala, penyebab,
komplikasi, pencegahan dan penatalaksanaan Dismenorea.

Sasaran : Klien dengan Dismenorea

Konselor : Juwita Lestari

Tempat : Ruang BK SMPN 14 Bengkulu Kota Bengkulu

I. Latar Belakang

Dismenorea adalah nyeri saat haid, biasanya dengan rasa kram dan terpusat di
abdomen bawah (Prawirohardjo, 2011). Remaja putri yang mengalami gangguan
nyeri menstruasi sangat mengganggu dalam proses belajar mengajar. Hal ini
menyebabkan remaja putri sulit berkonsentrasi karena ketidaknyamanan yang
dirasakan ketika nyeri haid. Oleh karena itu pada usia remaja dismenore harus
ditangani agar tidak terjadi dampak yang lebih buruk (Nirwana, 2011).

II. Tujuan Instruksional Umum

Diharapkan setelah diadakan pendidikan kesehatan tentang dismenorea ini,


klien dapat memahami bagaimana dismenorea dan dapat mengurangi rasa nyeri yang
dialami

III. Tujuan Instruksional Khusus


Diharapkan setelah dilakukannya pendidikan kesehatan tentang dismenorea
klien dapat memahami:

1. Pengertian dismenorea
2. Tanda dan gejala dismenorea
3. Penyebab dismenorea
4. Komplikasi dismenorea
5. Pencegahan dismenorea
6. Penatalaksanaan dismenorea

IV. Garis-garis Besar Materi

1. Pengertian dismenorea
2. Ciri-ciri dismenorea
3. Faktor-faktor yang menyebabkan dismenorea
4. Komplikasi yang dapat terjadi akibat dismenorea
5. Pencegahan terjadinya dismenorea
6. Pengobatan/penatalaksanaan dismenorea

V. Sasaran

Klien dengan dismenorea yaitu siswi di SMPN 14 kota Bengkulu

VI. Metode

Komunikasi interpersonal

VII. Media

Leaflet

VIII. Evaluasi

1. Siswi dapat menyebutkan pengertian dismenorea


2. Siswi dapat menyebutkan ciri-ciri terjadinya dismenorea
3. Siswi dapat menyebutkan factor terjadinya dismenorea
4. Siswi dapat menyebutkan komplikasi akibat dismenorea
5. Siswi dapat menyebutkan pencegahan dismenorea
6. Siswi dapat menyebutkan penatalaksanaan dismenorea

IX. Proses Pelaksanaan


No
Waktu Konselor Klien
.
30 detik Pembukaan: 1. klien menjawab salam
1. Salam Pembuka
1
2. Memperkenalkan diri

2 menit Menanyakan keluhan klien 1. klien mengatakan


saat ini dan menjelaskan bahwa tidak ada
materi konseling. keluhan saat ini
Pemaparan materi: 2. klien
1. pertanyaan Pengertian mendengarkan
dismenorea dan memerhatikan
2. Tanda dan gejala dengan baik
dismenorea
3. Penyebab dismenorea
2
4. Komplikasi
dismenorea
5. Pencegahan
dismenorea
6. Penatalaksanaan
dismenorea
7. Memberikan
kesempatan peserta
untuk mengajukan
1 menit Evaluasi: 1. klien menjawab
1. Menanyakan klien pertanyaan yang diajukan
mengenai materi yang 2. klien menjelaskan
3 diberikan dan reinforcement kembali materi yang telah
kepada klien bila dapat disampaikan
menjawab dan menjelaskan
kembali pertanyaan/ materi.
4 1 menit Terminasi:
1. Mengucapkan klien menjawab salam
terimakasih 2. Salam
penutup

EVALUASI HASIL KEGIATAN

I. Evaluasi Struktur

Media : Leaflet

Waktu : Pukul 14.00 WIB

Tempat : Ruang BK SMPN 14 Kota Bengkulu

II. Evaluasi Proses konseling

1. klien datang tepat waktu.

2. klien mendengarkan dengan sangat baik.

3. klien mengajukan pertanyaan dengan baik

4. klien menunjukan timbal balik yang positif pada saat evaluasi.

III. Evaluasi Hasil

1. klien memahami tentang dismenorea (pengertian, penyebab, tanda gejala, komplikasi


pencegahan dan penatalaksanaan).
2. Konselor mereview materi yang telah diberikan dan klien dapat menjawab 75%
pertanyaan
3. Klien bersedia melakukan anjuran yang diberikan oleh konselor
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dismenore merupakan salah satu masalah yang tidak dapat dicegah, yang dialami oleh
wanita pada saat menstruasi. Dismenore yang terjadi pada remaja sebagian besar
tergolong dismenore primer. Sebagian besar nyeri haid terjadi saat usia remaja dan dapat
menimbulkan dampak konflik emosional, ketegangan dan kegelisahan. Akibat dismenore
mereka bahkan tidak dapat pergi kesekolah, aktivitas belajar dalam pembelajaran
terganggu, konsentrasi menjadi menurun bahkan tidak ada sehingga materi yang
diberikan selama pembelajaran yang berlangsug tidak bisa ditangkap oleh remaja yang
sedang mengalami dismenore. Para remaja juga kurang memiliki pengetahuan tentang
dismenore sehingga sebagian besar mereka tidak menangani nyeri yang dialami.
Oleh sebab itu para remaja sebaiknya memperluas pengetahuannya tentang dismenore
sehingga mereka tahu apa yang harus dilakukan untuk mengurangi nyeri saat haid. Selain
itu para orang tua juga perlu mencari informasi dan tidak menganggap dismenore sebagai
hal yang biasa. Mereka dapat mengajak putri mereka mengunjungi dokter atau terapis
untuk mendapatkan terapi baik secara farmakologis atau non farmakologis.

4.2 SARAN
Dengan mengetahui permasalahan yang tepat yaitu tentang dismenorea diharapkan
instansi pendidikan dapat meningkatkan dan mengikuti perkembangan sesuai prosedur
tetap dalam memberikan asuhan dan dapat dijadikan referensi bagi instansi pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi. 2012. Biologi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama


Hermawan. 2012. Dismenore (nyeri saat haid). Jakarta: EGC
Kumalasari.2012. Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika
Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC.
LAMPIRAN

Proses Konseling
Media (leafleat)

Anda mungkin juga menyukai